• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN INFUS DAUN SELEDRI (Apium graviolens L.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH MARMOT ( Cavia cobaya ) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN INFUS DAUN SELEDRI (Apium graviolens L.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH MARMOT ( Cavia cobaya ) SKRIPSI"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN INFUS DAUN SELEDRI (Apium graviolens L.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH

MARMOT ( Cavia cobaya )

SKRIPSI

OLEH :

SUPARMAN SARAGIH NIM 030804046

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

Halaman Pengesahan

PENGARUH PEMBERIAN INFUS DAUN SELEDRI (Apium graviolens L.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH

MARMOT ( Cavia cobaya )

Diajukan oleh : SUPARMAN SARAGIH NIM 030804046 Medan, Februari 2009 Disetujui oleh: Pembimbing I Pembimbing II

(Dr. Edy Suwarso, S.U, Apt.) (Dra. Lely Sari Lubis, Msi., Apt.) NIP 130 935 857 NIP 131 653 973

Disahkan oleh: Dekan Fakultas Farmasi,

(Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.) NIP 131 283 716

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat, rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan pengetahuan, kekuatan, kesabaran dan kebijaksanaan dalam penyelesaian skripsi ini untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada kedua orangtua, Ayahanda H. Saragih dan Ibunda P. br. Purba, serta abang dan adekku atas doa dan kasih sayang yang selalu mengiringi yang tidak terbalas dengan apapun juga.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Dr. Edy Suwarso, S.U, Apt., sebagai pembimbing I dan Ibu Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt., sebagai pembimbing II yang telah banyak memberikan waktunya untuk membimbing dengan penuh kesabaran, tulus dan ikhlas selama penelitian dan penulisan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama masa pendidikan.

(4)

3. Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU Medan dan Bapak Drs. Kasmirul Ramlan S., MS, Apt., sebagai dosen wali yang telah membimbing penulis selama masa pendidikan.

4. Bapak Dr. Karsono, Apt., Ibu Dra. Djendakita Purba, M.Si, Apt., Bapak Drs. Saiful Bahri, M.S., Apt., dan Bapak Dr. Edy Suwarso S.U., Apt., sebagai tim penguji yang sangat banyak memberikan masukan dan saran atas skripsi ini.

5. Ibu Dra. Nurhayati Majrul, M.Kes., sebagai Pembimbing Di Balai Laboratorium Kesehatan Medan, Bapak Drs. Saiful Bahri, M.S., Apt., sebagai Kepala Laboratorium Farmakologi dan Bapak Panal Sitorus, M.Si., Apt., sebagai Kepala Laboratorium Farmakognosi beserta stafnya.. 6. Sahabat – sahabatku Yosi, Ruth, Erna, Renta, Okta, Bintang, Arta, Junus,

dan rekan-rekan mahasiswa Farmasi stambuk 2003, abang-kakak senior terutama Kak Rika serta semua pihak yang terkait yang telah memberi motivasi dan bantuan langsung maupun tidak langsung kepada penulis selama penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat dan berguna bagi pengetahuan umum dan ilmu farmasi khususnya.

Medan, Februari 2009 Penulis,

(5)

ABSTRAK

Kadar kolesterol yang tinggi dalam darah merupakan faktor penyebab terjadinya aterosklerosis. Penggunaan daun seledri yang merupakan bahan alami dapat menurunkan kadar kolesterol darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian infus daun seledri terhadap kadar kolesterol serum darah marmot yang hiperkolesterolemia dan untuk membandingkan efek antihiperkolesterolemia dari infus daun seledri dengan obat simvastatin.

Penelitian ini dilakukan dengan membagi hewan percobaan ke dalam 5 kelompok (A, B, C, D, dan E). Kadar kolesterol serum darah marmot awal diukur lalu diberi perlakuan hiperkolesterol dan diukur kadar hiperkolesterolemia kemudian diberikan untuk kelompok A diberi aquades, kelompok B diberi suspensi simvastatin 0,01%, kelompok C, D, dan E diberikan infus daun seledri 10 % masing-masing dengan dosis 400 mg/kgBB/hari, 800 mg/kgBB/hari, 1200 mg/kgBB/hari. Kadar kolesterol diukur setelah dua minggu.

Hasil Penelitian diuji secara Anava dengan taraf signifikansi 95 % menunjukkan bahwa pemberian infus daun seledri dapat menurunkan kadar kolesterol secara nyata. Efek antihiperkolesterolemia dari infus daun seledri dibandingkan dengan obat simvastatin didapati tidak berbeda secara signifikan.

(6)

ABSTRACT

High cholesterol level in blood were a factor atherosclerosis occured. Used of Celery as a natural plant that can decrease the level of cholesterol. The aim of this experimental was to know the effect of celery infuse on the cholesterol serum blood level to the hypercholesterolemia animal experiment (guinea pig) and compared with antihypercholesterolemia effect by celery infuse within simvastatin drug.

This experimental was done by divided animal experiment into five groups (A, B, C, D, and E). First Cholesterol serum blood level of guinea pig was measured then treatment with hypercholesterolemia. After hypercholesterolemia serum blood level was measured, each group treated, for A with aquadest, B with simvastatin suspension 0.01 %, and group C, D , and E with celery infuse 10 % each with dose 400 mg/kgbodyweight/day, 800 mg/kgbodyweight/day, 1200 mg/kgbodyweight/day. The cholesterol serum blood level was measured after two weeks.

The result was showed with Anava system for 95 % significant level, whether that Celery infuse could significantly decreased the cholesterol serum blood level. Antihypercholesterolemia effect between celery infuse was compared with simvastatin suspension and was not significantly different.

(7)

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan masalah ... 2

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Kerangka konsep penelitian ... 3

1.6 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika Tanaman Seledri ... 5

2.2 Deskripsi Tanaman ... 5

2.3 Kandungan Kimia dan Kegunaan ... 6

2.4 Simvastatin ... 6

(8)

2.5.1 Jenis Kolesterol ... 11

2.5.2 Kolesterol dan Peranannya Dalam Beberapa Penyakit ... 12

2.6 Gangguan kolesterol ... 13

2.7 Obat – obat Penurun Kolesterol ... 14

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian ... 17

3.1.1 Alat – alat Penelitian ... 17

3.1.2 Bahan ... 17

3.2 Hewan percobaan ... 17

3.3 Pengumpulan dan Pengolahan Sampel ... 17

3.3.1 Pengumpulan Sampel ... 17

3.3.2 Identifikasi Tumbuhan ... 18

3.3.3 Pengolahan Sampel ... 18

3.4 Prosedur Penelitian ... 18

3.4.1 Model Hewan Hiperkolesterolemia ... 18

3.4.2 Pembuatan Infus Seledri 10 % ... 18

3.4.3 Pembuatan Suspensi Simvastatin 0,1 % b/v ... 19

3.4.4 Pemberian Infus Seledri Pada Marmot yang Hiperkolesterolemia ... 19

3.4.5 Pengambilan Darah ... 19

3.4.6 Penentuan Kadar Kolesterol Serum Darah Marmot ... 20

3.5 Analisis Data ... 20

(9)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 26 5.2 Saran ... 26 DAFTAR PUSTAKA ... 27

(10)

DAFTAR TABEL Tabel 4.1. Kadar kolesterol serum darah marmot normal ,

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 3 Gambar 2.1. Rumus Bangun Simvastatin ... 7 Gambar 2.2. Rumus Bangun Kolesterol ... 8 Gambar 4.1. Diagram kadar kolesterol serum darah Marmot Normal, hiperkolesterolemia (mg/dl) dan setelah Pemberian

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Bagan alur pengerjaan penelitian ... 29

Lampiran 2. Hasil identifikasi tumbuhan ... 30

Lampiran 3. Tumbuhan Seledri (Apium graviolens L.) ... 31

Lampiran 4. Bagan Alur model hewan hiperkolesterolemia ... 32

Lampiran 5. Bagan alur Pengambilan darah marmot ... 33

Lampiran 6. Data rataan kadar kolesterol serum darah Marmot selama penelitian (mg/dl) ... 34

Lampiran 7. Bagan alur pengukuran kadar kolesterol serum darah Marmot ... 36

Lampiran 8. Contoh perhitungan dosis ... 37

Lampiran 9. Contoh Perhitungan beda antar dua mean ... 39

Lampiran 10. Analisis data secara Statistika ... 40

Lampiran 11. Surat Keterangan Pemakaian Laboratorium Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara ... 44

Lampiran 12. Spesifikasi Larutan Pereaksi Kolesterol (Axiom) ... 45

Lampiran 13. Spesifikasi Alat Microlab 300 (E-Merk) ... 46

Lampiran 14. Pengoperasian Alat Microlab 300 ... 49

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat sudah seumur dengan peradaban manusia. Tumbuhan itu sendiri memiliki sejuta manfaat termasuk untuk obat berbagai penyakit. Penggunaan bahan alam sebagai obat cenderung mengalami peningkatan dengan adanya back to nature dan krisis ekonomi berkepanjangan yang mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat terhadap obat-obat modern yang relatif lebih mahal harganya (Hapsoh, 2008a).

Tumbuhan seledri (Apium graviolens L.) merupakan salah satu tanaman berkhasiat obat yang banyak digunakan oleh masyarakat, juga sebagai penyedap dalam makanan (Rukmana, 1995).

Tumbuhan seledri juga mengandung fitosterol yang sangat bermanfaat bagi tubuh. Fitosterol merupakan komponen fitokimia yang mempunyai fungsi yang berlawanan dengan kolesterol bila dikonsumsi. Jadi, fitosterol berfungsi menurunkan kadar kolesterol di dalam darah (Anonim, 2007)

Kelebihan kolesterol atau hiperkolesterolemia merupakan penyakit yang ditakuti karena mengganggu kesehatan jantung. Sebenarnya, kita hanya perlu sejumlah kecil kolesterol yaitu untuk membuat dan memelihara sel-sel saraf serta untuk mensintesis hormon di dalam tubuh. Jika kadar kolesterol dalam pembuluh darah berlebihan, maka sebagian kolesterol itu akan mengendap. Hal ini memungkinkan terjadinya kalsifikasi atau pengapuran sehingga pembuluh darah tidak elastis lagi, sehingga menimbulkan resiko naiknya tekanan darah. Keadaan

(14)

ini dapat membahayakan, terutama bila sampai menyebabkan pecahnya pembuluh darah. Apalagi pembuluh yang pecah adalah pembuluh darah di otak yang dapat menyebabkan kelumpuhan. Bila pengapuran terjadi di pembuluh darah jantung, organ vital ini akan kekurangan pasokan darah sehingga kekuatannya berkurang. Kalau aliran darah sampai tersendat, akan terjadi infark jantung yang membuat denyut jantung tidak teratur atau sama sekali tidak kuat ( Dzulkarnain, 2008).

Upaya untuk mencegah dan mengurangi kadar kolesterol dalam darah mulai mendapat banyak perhatian dari para peneliti. Sebab telah dibuktikan bahwa apabila kadar kolesterol dikurangi maka peluang terjadinya arterosklerosis dan penyakit jantung juga turun (Payne, 1995).

Berdasarkan hal diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh pemberian infus daun seledri terhadap kadar kolesterol darah pada marmut yang dibuat hiperkolesterolemia dan membandingkannya dengan penggunaan obat antihiperkolesterolemia dalam hal ini Simvastatin tablet yang ada dipasaran.

1.2 Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diambil perumusan masalah antara lain: a. Apakah pemberian infus seledri dapat menurunkan kadar kolesterol serum

darah marmot yang hiperkolesterolemia.

b. Apakah ada perbedaan efek antihiperkolesterolemia dari simvastatin dengan infus daun seledri.

(15)

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka dibuat hipotesis analisis sebagai berikut :

a. Infus daun seledri dapat menurunkan kadar kolesterol serum darah marmot yang hiperkolesterolemia.

b. Pemberian infus daun seledri memberikan efek penurunan kolesterol yang lebih baik dibandingkan dengan suspensi simvastatin.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui pengaruh pemberian infus daun seledri terhadap kadar kolesterol serum darah marmot yang hiperkolesterolemia.

b. Untuk membandingkan efek antihiperkolesterolemia dari infus daun seledri dengan obat simvastatin.

1.2 Kerangka konsep penelitian

Kerangka konsep penelitian dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini. Metode yang dipakai adalah metode eksperimental.

Variabel bebas Variabel terikat

Gambar 1.1 Kerangka Konsep Penelitian Kontrol

Infus daun seledri

Suspensi simvastatin

(16)

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan informasi kepada masyarakat umum dan tenaga kesehatan bahwa infus daun seledri dapat menurunkan kadar kolesterol darah. Sehingga dapat digunakan sebagai obat alternatif untuk pencegahan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh kelebihan jumlah kolesterol dalam tubuh.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistematika Tanaman Seledri

Sistematika tanaman seledri sebagai berikut (Rukmana , 1995) : Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Apiales Suku : Apiaceae Marga : Apium

Jenis : Apium graveolens L.

2.2 Deskripsi Tanaman

Tanaman seledri ini berupa tanaman herba yang dapat tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi. Seledri merupakan tanaman semak dengan tinggi sekitar 15 cm. Batangnya pendek tidak berkayu, bersegi, beralur, beruas, bercabang tegak dan berwarna hijau pucat. Daunnya menjari tak teratur serta berlekuk - lekuk dan majemuk menyirip ganjil dengan anak daun terdiri dari 3 – 7 helai serta mempunyai tangkai daun yang panjang. Pangkal dan ujung daun runcing, tepi daun beringgit dan panjang daun 2 – 7,5 cm dengan lebar 2 – 5 cm. Buahnya berbentuk kotak atau kerucut dengan warna hijau kekuningan. Akar seledri berupa akar tunggang dengan warna putih kotor (Smith, 2002).

(18)

2.3 Kandungan Kimia dan Kegunaan

Seledri mempunyai khasiat pembersih darah, memperbaiki fungsi hormon yang terganggu, dan mengeluarkan kelebihan asam urat melalui urin. Bagi pengguna seledri yang perutnya sering kembung akan sering membuang angin karena seledri juga berkhasiat sebagai karminatif. Bagi wanita yang jarang haid karena kurangnya hormon estrogen (akibat hipogonadism) atau wanita di usia perimenopause yang banyak keluhan akibat menurunnya kadar estrogen, minum air perasan seledri juga merupakan salah satu solusi karena seledri dapat memperbaiki fungsi hormon yang terganggu (Dalimartha , 2002).

Selain mengandung flavonoid (apiin) yang berkhasiat antioksidan,

apigenin yang berkhasiat hipotensif, seledri juga mengandung lipase untuk

mencerna lemak, sejumlah vitamin (A, B dan C), serta kandungan mineral yang cukup tinggi untuk memperkuat massa tulang seperti kalsium, magnesium dam fosfor. Setiap 100 gr seledri mengandung 50 gr kalsium. Dengan kandungan mineral tersebut, seledri dapat mencegah timbulnya osteoporosis. Kandungan kaliumnya yang cukup tinggi menyebabkan pengguna seledri tidak memerlukan penambahan kalium dari luar akibat efek diuretic yang dikonsumsinya (Dalimartha , 2002).

2.4 Simvastatin

Simvastatin merupakan senyawa penurun kolesterol yang diperoleh secara sintetis dari hasil fermentasi Aspergillus terreus. Setelah pemberian oral simvastatin yang memiliki gugus lakton yang tidak aktif akan dihidrolisa

(19)

membentuk asam β-hidroksi. Senyawa ini merupakan penghambat

3-hydroxy-3-methylglutarylcoenzyme A (HMG-CoA) reduktase. Enzim ini mengkatalisis

pembentukan mevalonat dari HMG-CoA yang merupakan tahap awal dari pembentukan kolesterol.

Simvastatin berwarna putih sampai abu-abu, tidak higroskopis, berupa serbuk kristal yang tidak larut dalam air, dan mudah larut dalam cloroform, metanol dan etanol.

Rumus empris dari simvastatin adalah C25H38O5 dengan berat molekul 418,57 dan

rumus bangun : O OH O O H O

Gambar 2.1 Rumus bangun simvastatin (Lilja, 1998) Dibanding penurun kolesterol lainnya (pengikat asam empedu, asam nikotinat, asam fibrat, penghambat absorpsi kolesterol), statin memiliki efek penurunan LDL terbesar. Oleh karena itu statin dijadikan sebagai obat pilihan utama untuk mengatasi hiperkolesterolnemia. Saat ini, tersedia beberapa statin di pasaran, yaitu simvastatin, lovastatin, pravastatin, fluvastatin, atorvastatin, dan rosuvastatin.

(20)

Secara struktural, lovastatin dan simvastatin memiliki kesamaan. Keduanya adalah senyawa kimia dengan cincin lakton dan merupakan suatu prodrug, baru aktif setelah membuka cincin lakton di hati. Sedangkan statin lainnya langsung aktif menghambat HMG-CoA reductase setelah diabsorpsi. Penyerapan statin di saluran cerna berkisar 30-98%. Statin mengalami metabolisme lintas pertama di hati yang cukup ekstensif, terutama melalui cairan empedu. Akibatnya, bioavailabilitasnya di sirkulasi sistemik rendah. Semua statin dimetabolisme melalui jalur cytochrom P450 (CYP), kecuali pravastatin (oleh enzim sitosol) (Anonim, 2008).

2.5 Kolesterol

HO

H H

H

Gambar 2.2 Rumus bangun kolesterol

Lipid di klasifikasikan menjadi beberapa golongan, antara lain yang berbentuk cair yang disebut sebagai minyak, merupakan ester asam lemak dengan gliserol. Disamping itu, terdapat pula golongan steroid yang mengandung

(21)

kolesterol. Kolesterol terdapat dalam tubuh hewan dan beredar dalam darah. Kolesterol tidak terdapat dalam bahan nabati. Asam lemak merupakan bentuk molekul yang paling sederhana dari lipid, terdiri dari serangkaian atom karbon, hidrogen, dan oksigen. Berdasarkan ada tidaknya ikatan rangkap dalam susunan rantai karbonnya, asam lemak dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu : asam lemak jenuh ( saturated fatty acid ) ; asam lemak tak jenuh tunggal ( mono unsaturated

fatty acid) dan asam lemak tak jenuh ganda ( poly unsaturated fatty acid). Adanya

ikatan rangkap memungkinkan zat tersebut menerima tambahan atom hidrogen lagi. Ketiga macam zat ini terdapat dalam bahan makanan, baik hewani maupun nabati ( Uripi, 2002).

Lemak atau lipid merupakan zat yang kaya energi, berfungsi sebagai sumber energi utama untuk proses metabolisme tubuh. Lemak diperoleh melalui makanan atau dibentuk dalam tubuh, terutama di hati dan dapat disimpan di dalam sel – sel lemak atau jaringan adipose untuk dipakai di kemudian hari. Sel – sel lemak juga membantu melindungi tubuh dari dingin. Lemak merupakan komponen penting dari selaput sel, selubung sel saraf yang membungkus sel – sel saraf serta empedu. Selain lemak ada juga golongan lemak lainnya yang sebenarnya tidak berkaitan dengan asam lemak tetapi masih digolongkan sebagai lemak karena mempunyai sifat – sifat yang serupa dengan lemak yang sebenarnya. Zat yang sama ini dikenal dengan istilah lipomimetic compound, yaitu komponen yang menyerupai lemak. Contohnya kolesterol. Kolesterol adalah zat alamiah dengan sifat fisik seperti lemak tetapi memiliki rumus seperti steroida (Rahardja, 2002)

(22)

Kolesterol merupakan zat yang berguna untuk menjalankan fungsi tubuh. Kolesterol berasal dari lemak yang menghasilkan 9 kalori. Sementara itu, karbohidrat dari tepung dan gula hanya menghasilkan 4 kalori. Lemak yang dimakan terdiri atas lemak jenuh dan lemak tak jenuh yang masing – masing dibutuhkan tubuh. Selain berguna untuk proses metabolisme, kolesterol berguna untuk membungkus jaringan saraf (mielin), melapisi selaput sel, dan pelarut vitamin. Pada anak – anak kolesterol dibutuhkan untuk mengembangkan jaringan otaknya. Kolesterol hanya diperoleh dari makanan yang terdapat pada hewan, seperti otak, daging dan kulit ayam (Wiryowidagdo,2002).

Selama dalam peredaran darah, ada kecenderungan kolesterol menempel pada dinding pembuluh darah sehingga mempersempit pembuluh tersebut. Proses ini terjadi karena sifat dari LDL (low density lippoprotein) yang sangat arterogenik. Kondisi demikian akan membuat aliran darah menjadi tidak lancar dan lemak terlarut dalam darah semakin tidak mencukupi proses metabolisme sehingga mengganggu keseimbangan kebutuhan oksigen dan penyediaan oksigen. Padahal metabolisme tubuh sepenuhnya membutuhkan oksigen (aerobik). Bila yang terjadi merupakan metabolisme anaerobik maka akan terjadi penumpukan asam laktat sehingga seseorang akan merasa nyeri hebat dibalik tulang dada. Peristiwa ini disebut kejang jantung atau angina pektoris (Mursito, 2002).

Peningkatan kadar lipid dalam darah meliputi kolesterol dan trigliserida merupakan unsur utama. Kadar kolesterol diatas 220 mg/dl bagi umur 40 – 49 tahun, ibarat sudah lampu kuning untuk faktor risiko. Hiperkolesterolemia berkaitan erat dengan low density lippoprotein (LDL) dan HDL (high density

(23)

lippoprotein) dalam pembentukan aterosklerosis. Pada usia 30 – 49 tahun, bila

kadar kolesterol mencapai 260 mg/dl, kemungkinan menjadi penderita aterosklerosis 3-5 kali bila dibandingkan dengan kadar kolesterol yang 220 mg/dl (Sitepoe, 1992)

2.5.1 Jenis Kolesterol

Lemak di dalam darah terdiri atas beberapa jenis, yakni kolesterol,

trigliserida, fosfolipid dan asam lemak bebas. Tiga jenis pertama disebut lippoprotein yang terbagi menjadi 4 bagian kilomikron, yakni very low density lippoprotein (VLDL), intermediate density lippoprotein (IDL), low density lippoprotein (LDL), dan high density lippoprotein (HDL). Dari kelimanya yang

penting untuk diketahui adalah LDL dan HDL (Wiryowidagdo,2002).

1. Low density lippoprotein (LDL) merupakan lippoprotein yang mengangkut kolesterol terbesar untuk disebarkan ke seluruh jaringan tubuh dan pembuluh nadi. LDL sering disebut kolesterol jahat karena efeknya yang arterogenik (mudah melekat pada dinding pembuluh darah), sehingga dapat menyebabkan penumpukan lemak dan penyempitan pembuluh darah (arterosclerosis). Kadar LDL di dalam darah sangat tergantung dari lemak yang masuk. Semakin tinggi/ banyak lemak yang masuk, semakin menumpuk pula LDL. Hal ini disebabkan LDL merupakan lemak jenuh yang tidak mudah larut.

2. High density lippoprotein (HDL) merupakan lippoprotein yang mengandung Apo A, yang memiliki efek anti-arterogenik, sehingga

(24)

disebut kolesterol baik. Fungsi utamanya adalah membawa kolesterol bebas dari dalam endotel dan mengirimkannya ke pembuluh darah perifer, lalu keluar tubuh lewat empedu. Dengan demikian, penimbunan kolesterol di perifer menjadi berkurang (Wiryowidagdo,2002).

2.5.2 Kolesterol dan Peranannya Pada Beberapa Penyakit

Berbagai penelitian menunjukkan adanya hubungan antara lemak jenuh dan kolesterol dan timbulnya penyakit jantung koroner, obesitas, serta sejumlah penyakit kanker, termasuk kanker payudara dan kanker usus besar (colon). Untuk itu, kita dianjurkan untuk mengurangi konsumsi zat – zat ini. Kolesterol dan lemak berhubungan erat dengan timbulnya aterosklerosis, endapan lemak dan garam – garam lain dalam dinding pembuluh darah nadi (arteri) sehingga pembuluh darah menjadi kaku (sklerosis), yang mengakibatkan menurunnya aliran darah pada bagian yang seharusnya mendapat suplai. Jika sklerosis menyerang arteri koronaria yang menyalurkan darah ke dalam otot jantung maka jantung kekurangan suplai oksigen dan terjadilah angina pektoris atau infark jantung, yaitu suatu keadaan ketika jantung tidak dapat menjalankan fungsinya dengan benar (Uripi, 2002).

Kenaikan kadar kolesterol di dalam darah tidak dapat disanggah lagi merupakan faktor risiko dalam pembentukan penyakit jantung koroner. Hal ini dibuktikan oleh para ahli dengan penurunan kadar kolesterol dalam darah, menurunkan pula risiko pembentukan aterosklerosis penyebab penyakit jantung koroner. Kolesterol sendiri tidak dapat dipisahkan dari lippoprotein dan lipida

(25)

lainnya sebagai faktor aterogenik. Sebab, dalam sirkulasi kolesterol berikatan dengan lippoprotein (Sitepoe, 1992).

2.6 Gangguan Kolesterol 1. Dislipidemia Primer

Dislipidemia primer adalah gangguan lipid (meningkatnya kolesterol)

yang terbagi menjadi 2 bagian, yakni hiperkolesterol poligenik dan

hiperkolesterolemia familial. Hiperkolesterol poligenik biasanya terjadi

peningkatan kolesterol ringan atau sedang. Beberapa faktor yang menyebabkan tingginya kolesterol ini adalah berkurang fungsi reseptor LDL, berkurangnya daya metabolisme kolesterol, dan meningkatnya penyerapan kadar kolesterol.

Hiperkolesterolemia familial adalah meningkatnya kolesterol yang sangat

dominan (banyak) akibat ketidakmampuan reseptor LDL. Penderita biasanya akan mendapat gangguan penyakit jantung koroner (PJK) dengan ketinggian kadar kolesterol mencapai 1.000 mg/dl. Padahal, kadar kolesterol total yang diperkenankan adalah kurang dari 200 mg/dl. Jika mencapai 200 – 239 mg/dl harus diwaspadai. Jika terjadi diatas 250 mg/dl, dianggap berbahaya.

2. Dislipidemia sekunder

Dislipidemia sekunder terjadi akibat penderita mengidap suatu penyakit

tertentu, seperti infeksi,stress, atau kurang gerak (olehraga). Berbagai macam obat juga bisa meningkatkan kadar lemak darah. Perempuan yang telah masuk masa

menopause (berhenti haid) jika diberi terapi estrogen mengalami resiko kenaikan

(26)

3. Hiperkolesterolemia akibat metabolisme lemak.

Hiperkolesterolemia ini terjadi akibat gaya hidup yang kurang baik. Misalnya, makanan sehari – hari banyak mengandung lemak tetapi aktifitas fisik kurang. Hiperkolesterolemia ini disebut juga hiperkolesterolemia primer.

4. Hiperkolesterolemia turunan.

Hiperkolesterolemia ini terjadi akibat kelainan genetis atau mutasi gen pada tempat kerja LDL reseptor sehingga menyebabkan pembentukan kadar LDL yang tinggi atau kekurangan reseptor LDL. Kejadian ini biasanya ditandai dengan kadar kolesterol sampai diatas 400 mg/dl atau kadar HDL dibawah 35 mg/dl, meskipun orang tersebut rajin berolahraga, memakan makanan serat, jarang mengonsumsi lemak hewani dan tidak merokok (Suharti, 2006)

2.7 Obat – Obat Penurun kolesterol

Pengobatan dapat dilakukan secara farmakologi dengan pemakaian obat – obatan dan non farmakologi tanpa pengunaan obat - obatan yang diresepkan oleh dokter. Penurunan kadar kolesterol dalam darah dengan pengobatan non farmakologi dapat dilakukan dengan cara:

1. Menghentikan kebiasaan merokok. Merokok dapat berakibat buruk bagi pembuluh darh otak dan perifer. Partikel gas yang terkandung dalam asap rokok seperti karbon monoksida akan menggantikan tempat oksigen di hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen dan mempercepat aterosklerosis. Dengan demikian, karbonmonoksida menurunkan kapasitas latihan fisik, meningkatkan viskositas darah, sehingga mempermudah penggumpalan darah.

(27)

2. Olah raga. Bila badan tidak berolahraga maka kadar kolesterol naik, kadar HDL rendah, dan menimbulkan kelebihan berat badan.

3. Membatasi makanan yang merupakan sumber kolesterol.

4. Mengkonsumsi makanan berserat. Serat sayuran dan buah dapat mencegah penyerapan kolesterol sehingga menurunkan kadar kolesterol darah dalam tubuh.

Bila pengobatan secara non farmakologi tidak memberikan pengaruh maka diperlukan pengobatan dengan obat –obatan. Pemakaian obat – obatan harus diingat pula tidak terlepas dari efek samping. Obat sesungguhnya adalah ”benda asing” yang dimasukkan ke dalam tubuh ; semacam ”racun” yang diharapkan memberikan efek baik, tetapi sekaligus mencemaskan karena memendam pula efek yang tidak mengenakkan. Itulah sebabnya indikasi pemakaian obatpun hendaklah setepat mungkin, seakan tidak ada pilihan lain lagi kecuali terpaksa menelannya. Banyak obat antikolesterol yang kini beredar di pasaran. Dan obat – obat ini hanya boleh dipakai, apabila dengan diet yang ketat, latihan yang teratur dan pengendalian faktor –faktor resiko lainnya tidak lagi bisa menekan kadar kolesterol dalam darah (Baaras, 1993)

Suatu kemajuan dalam pengobatan hiperkolesterolemia dengan ditemukannya kelompok baru zat yang di dapat dari jamur yang bersifat kompetitor yang kuat terhadap HMGCoA reduktase suatu enzim yang mengontrol biosintesis kolesterol. Obat – obat ini sangat efektif dalam menurunkan kadar LDL kolesterol plasma. Penghambat HMGCoA reduktase menghambat sintesis kolesterol di hati dan hal ini akan menurunkan kadar LDL plasma. Empat

(28)

penghambat HMGCoA reduktase yang telah dipelajari pada manusia : mevastatin, lovastatin, pravastatin dan simvastatin (Suyatna, 1995).

Untuk mengurangi bahaya penyakit jantung dan kerusakan pembuluh darah, terutama pembuluh darah otak, haruslah dijaga agar kadar lipid dalam darah direndahkan. Melalui diet yang membatasi lemak dapatlah diharapkan kadar kolesterol dan trgliserida menurun, yaitu jangan makan mentega dan sebagai gantinya dapat diberi margarin (Oswari, 2003)

(29)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 Alat – alat Penelitian

Alat – alat yang digunakan adalah microlab 300 (Merck), sentrifuge (Swing Type Model CD-50 SR Tomy Seiko), timbangan, mikropipet (Clinicon), inkubator, oral sonde, rak tabung reaksi, tabung reaksi, termometer, pemotong kuku dan alat – alat lain yang dibutuhkan.

3.1.2 Bahan

Bahan – bahan yang digunakan adalah daun seledri, pakan BR 1 CP5 11-B, reagensia kolesterol (axiom), aquadest, lemak kambing, kuning telur ayam eropa, etanol, tablet simvastatin produksi PT. Promedrahardjo Farmasi industri.

3.2 Hewan percobaan

Marmot jenis lokal (dengan berat 200 – 400 g) yang berumur 3 bulan dan telah dikondisikan selama seminggu.

3.3 Pengumpulan dan Pengolahan Sampel 3.3.1 Pengumpulan Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun seledri ( Apium

graviolens L.) yang masih segar, berwarna hijau, cukup tua dan tanpa bunga yang

(30)

sampel dilakukan secara purposif tanpa membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah yang lain.

3.3.2 Identifikasi Tumbuhan

Identifikasi tumbuhan dilakukan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi, LIPI, Bogor. Hasil identifikasi tumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 2 sedangkan Gambar tumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 3.

3.3.3 Pengolahan Sampel

Tumbuhan seledri (Apium graviolens L.) sebanyak 4 kg dibersihkan, dicuci dan ditiriskan, setelah itu diambil daunnya dan dikeringkan di udara terbuka (diangin - anginkan) terlindung dari cahaya matahari langsung. Setelah itu ditimbang dan dikeringkan di dalam oven pada suhu 400C. Daun dianggap telah kering apabila diremas menjadi hancur.

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Model Hewan Hiperkolesterolemia

Marmot terlebih dahulu diukur kadar kolesterol awalnya. Kemudian diberi pakan biasa yang dicampur dengan kuning telur ayam eropa 1% dan lemak kambing 20% dari jumlah makanan /hari yaitu 20 g selama 7 hari. Setelah itu diukur kadar kolesterol darahnya. Bagan alur pengerjaannya dapat dilihat pada Lampiran 4.

3.4.2 Pembuatan Infus Seledri 10 %

Ditimbang 10 g daun seledri lalu dimasukkan dalam panci infus yang berisi 120 ml aquades kemudian dipanaskan sampai suhu 900C setelah itu

(31)

ditunggu selama 15 menit kemudian diserkai setelah dingin dengan kain flanel sampai diperoleh volume keseluruhan 100 ml.

3.4.3 Pembuatan Suspensi Simvastatin 0,01 % b/v

Suspensi simvastatin 0,01% b/v dibuat dengan cara sebagai berikut: timbang sebanyak 0.5 g CMC, ditaburkan dalam cawan porselen yang berisi air panas sebanyak 10 ml. Diamkan selama 15 menit. Setelah itu aduk sampai diperoleh massa yang homogen. Kemudian timbang tablet simvastatin yang setara dengan 10 mg simvastatin, gerus sampai halus, lalu tambahkan mucilago CMC sedikit demi sedikit sambil digerus sampai homogen. Tambahkan sisa air suling, gerus kembali lalu masukkan dalam labu tentukur 100 ml dan cukupkan volumenya sampai garis tanda.

3.4.4 Pemberian Infus Seledri Pada Marmot yang Hiperkolesterolemia

Marmot dibagi menjadi 5 kelompok dimana kelompok pertama diberikan aquades sebagai kontrol, kelompok kedua diberikan suspensi simvastatin 0,01 % dosis 0,775 mg/kg BB/hari, kelompok ketiga diberikan infus seledri 10% dengan dosis 400 mg/kg BB/hari, kelompok keempat diberikan infus seledri 10% dengan dosis 800 mg/kg BB/hari, dan kelompok kelima diberikan infus seledri 10 % dengan dosis 1200 mg/kg BB/hari yang diberikan secara oral. Kadar kolesterol darah marmot diukur setelah 14 hari.

3.4.5 Pengambilan Darah

Waktu pengambilan sampel darah harus dicegah kontaminasi oleh debu, rambut atau pengotor lainnya.

(32)

Cara pengambilan darah ;

Marmot dipuasakan terlebih dahulu selama 10 -14 jam. Lalu bulu-bulu kaki marmot dipangkas, kemudian kuku kaki dibersihkan dengan sikat gigi basah untuk membuang pasir dan sisa pengotoran lainnya. Lalu kaki dan kuku marmot dibersihkan dengan alkohol. Setelah itu kuku marmot dipotong dengan pemotong kuku sampai berdarah kemudian darah yang menetes ditampung dalam tabung serum yang bersih sebanyak 1 ml.

3.4.6 Penentuan Kadar Kolesterol Serum Darah Marmot

Darah yang telah diambil disentrifuse selama 10 menit dengan kecepatan 1000 rpm, maka akan dihasilkan 2 lapisan yaitu bagian serum dan padatan. Dipipet bagian serum sebanyak 10 μl kemudian dimasukkan ke dalam tabung yang telah berisi reagensia kolesterol sebanyak 1000 μl. Dihomogenkan dan diinkubasi selama 10 menit pada suhu 250C. Diukur pada alat microlab dengan panjang gelombang 546 nm. Dicatat hasilnya, dapat dilihat pada Lampiran 6, Sedangkan bagan alur pengukuran kadar kolesterol dapat dilihat pada Lampiran 7. 3.5 Analisis Data

Data hasil penelitian ini dianalisis secara statistika dengan menggunakan metode ANAVA (Analisa Variansi) secara manual dengan taraf signifikansi 95 % dilanjutkan dengan metode LSD untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki pengaruh sama atau berbeda signifikan satu dengan yang lainnya.

(33)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Salah satu sumber penyebab kenaikan kadar kolesterol di dalam darah adalah konsumsi makanan yang mengandung kolesterol maupun lemak jenuh. Sumber kolesterol berasal dari produk hewani, seperti daging, limpa, otak, ginjal, kuning telur dan udang (Baraas, 2006). Kuning telur mengandung 220-250 mg kolesterol sehingga pemberian pakan yang mengandung kuning telur sebanyak 2,02 gram sudah dapat menaikkan kadar kolesterol (Lidya, 2001)

Asam lemak jenuh yang banyak terdapat pada lemak hewani (seperti lemak kambing) yang dikonsumsi dapat diubah didalam hati menjadi kolesterol sehingga menyebabkan kenaikan kadar kolesterol (Baraas, 2006). Peningkatan kadar kolesterol dalam darah dapat bersifat sinergis apabila bahan pangan yang mengandung kolesterol dikonsumsi bersama dengan lemak jenuh. (Sitepoe, 1993).

Menurut Sitepoe (1993) kadar hiperkolesterolemia dapat dilihat dari adanya kenaikan kadar lipid yang terukur yaitu kadar kolesterol. Hasil ini dinyatakan sebagai kondisi hiperkolesterolemia. Bila dibandingkan dengan kadar normal, kadar kolesterol setelah pemberian pakan yang terdiri dari kuning telur 1% dan lemak kambing 20% dari jumlah makanan/hari memperlihatkan kadar kolesterol yang sangat tinggi, hal ini menunjukkan bahwa marmot tersebut telah hiperkolesterolemia.

(34)

Kadar kolesterol serum darah marmot normal dan hiperkolesterolemia dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1. Kadar kolesterol serum darah marmot normal ,hiperkolesterolemia dan setelah pemberian obat

Perlakuan

Kadar kolesterol (mg/dl) ± SD

Normal Hiperkolesterolemia Setelah Pemberian obat selama 14 hari A 41,16 ± 5,81 72,50 ± 6,16 71,83 ± 4.79 B 35,83 ± 4,79 75,67 ± 9,27 43,67 ± 5.05 C 42,67 ± 3,98 76,67 ± 9,22 65 ± 6.99 D 40,83 ± 7,41 82,83 ± 15,56 50,67 ± 8.14 E 39,83 ± 7,17 85,33 ± 13,65 37,83 ± 7.36 Keterangan :

Kadar kolesterol yang tercantum adalah kadar rataan dari 6 ulangan sebelum diberi infus daun seledri atau simvastatin

A : untuk perlakuan tanpa pemberian obat (diberi aquadest)

B : untuk perlakuan pemberian suspensi simvastatin ( 0,775 mg/kg BB/hari) C : untuk perlakuan pemberian infus daun seledri 10 % (400 mg/kg BB/ hari) D : untuk perlakuan pemberian infus daun seledri 10 % ( (800 mg/kg BB/hari) E : untuk perlakuan pemberian infus daun seledri 10 % (1200 mg/kg BB/hari) SD : Standar Deviasi

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa rata – rata kadar kolesterol serum darah Marmot hiperkolesterolemia menunjukkan kadar yang lebih tinggi dibandingkan dengan kadar kolesterol normal . Hal ini sesuai dengan hasil uji T (Lampiran 9) dengan membandingkan kadar kolesterol normal dan hiperkolesterolemia, maka terdapat perbedaan yang nyata antara kadar kolesterol normal dan hiperkolesterolemia (P<0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa pada pemberian pakan yang terdiri dari campuran kuning telur 1 % dan lemak kambing 20 % dari jumlah makanan/hari selama 7 hari dapat meningkatkan kadar kolesterol serum darah marmot.

(35)

Hal ini juga dapat dilihat pada Gambar 4.1 yang menunjukkan adanya peningkatan kadar kolesterol serum darah marmot hiperkolesterolemia dibandingkan dengan yang normal.

0 20 40 60 80 100 120 A B C D E Kolesterol normal kolesterol hiperkolesterolemia kolesterol setelah pemberian infus daun seledri ataupun suspensi simvastatin

Gambar 4.1 Diagram kadar kolesterol serum darah marmot normal, hiperkolesterolemia (mg/dl) dan setelah Pemberian obat ± SD

Pengambilan darah dilakukan dengan memotong kuku kaki marmot sampai berdarah (Kusumawati, 2004), lalu ditampung dalam tabung serum dan diukur memakai alat spektrofotometer Microlab 300 (lampiran 16). Metode ini dipilih karena pelaksanaannya yang sederhana, cepat dan tepat. Spektrofotometer digunakan untuk membaca serapan larutan serum dan blanko pada panjang gelombang 546 nm. Pengukuran kadar kolesterol serum darah marmot dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan Daerah, Medan.

Sebagai pembanding positip pada penelitian ini dipakai obat simvastatin 10 mg, pemilihan obat ini karena harganya ekonomis. Efek simvastatin sebagai penurun kolesterol sudah terlihat dalam waktu dua minggu dan maksimal setelah

(36)

penggunaan satu bulan (Rahardja, 2002). Simvastatin diberikan pada hewan uji marmot dengan dosis 0,075 mg/kg BB/hari, setelah pemberian selama 2 minggu kadar kolesterol marmot sudah kembali normal.

Berdasarkan Tabel 4.1 dan Gambar 4.1 diatas dapat dilihat bahwa pemberian suspensi simvastatin dan infus daun seledri selama 2 minggu memberikan efek penurunan kadar kolesterol. Semakin tinggi dosis infus daun seledri yang diberikan akan menghasilkan penurunan kadar kolesterol yang semakin besar. Pemberian suspensi simvastatin memberikan efek penurunan kadar kolesterol yang cukup kuat dibandingkan dengan pemberian infus daun seledri dosis 400 mg/kg BB dan 800 mg/kg BB.

Setelah diuji secara statistik dengan menggunakan ANAVA dengan taraf signifikansi 95 % yaitu bila F hitung > F tabel maka Ho ditolak artinya ada perbedaan nyata antara nilai rata – rata kadar kolesterol darah Marmot.

Dari hasil uji ANAVA (lampiran 10)diperoleh fhitung sebesar 28,19 jauh

lebih besar dari ftabel pada taraf signifikansi 95% (= 2,76). Berarti Ho ditolak dan

H1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan rata-rata penurunan kolesterol dari kelima kelompok. Dengan demikian dilanjutkan dengan uji LSD untuk mengetahui kelompok yang berbeda satu dengan yang lainnya dimana harga LSD0,05 adalah ±7,85.

Dari hasil uji LSD diperoleh bahwa pada pemberian suspensi simvastatin 0,01 % dengan dosis 0,775 mg/kg BB/hari selama 2 minggu dapat menurunkan kadar kolesterol yang setara dengan yang normal. Pada perlakuan dengan pemberian aquadest selama 2 minggu tidak menunjukkan penurunan kadar

(37)

kolesterol yang bermakna yang berarti marmot masih dalam kondisi hiperkolesterolemia. Pemberian aquadest dibandingkan dengan pemberian infus daun seledri 10 % dosis 400 mg/kg BB selama 2 minggu tidak menunjukkan perbedaan yang berarti pemberian infus tersebut tidak menurunkan kadar kolesterol secara nyata. Pada pemberian infus daun seledri 10% dengan dosis 800 mg/kg BB memberikan penurunan kadar kolesterol yang sama (tidak berbeda secara nyata) dengan pemberian suspensi simvastatin, sedangkan pada pemberian infus daun seledri 10% dosis 1200mg/kg BB menurunkan kadar kolesterol yang lebih rendah daripada pemberian suspesi simvastatin. Pada pemberian infus daun seledri 10% dengan dosis yang berbeda memberikan penurunan kadar kolesterol yang berbeda secara nyata dimana dengan semakin besarnya dosis maka penurunan kadar kolesterol yang dihasilkan juga semakin besar.

(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Pemberian infus daun seledri menyebabkan penurunan kadar kolesterol serum darah marmot yang hiperkolesterolemia.

2. Dari hasil pengujian statistik diperoleh bahwa pada pemberian infus daun seledri 10 % dosis 800 mg/kg BB memberikan penurunan kadar kolesterol yang tidak berbeda secara nyata (sama) dengan pemberian suspensi simvastatin 0,01 %, sedangkan pada pemberian infus daun seledri 10 % dosis 1200 mg/kg BB memberikan penurunan yang lebih kuat dibandingkan dengan pemberian suspensi simvastatin 0,01 %

5.2 Saran

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti pengaruh infus daun seledri terhadap kadar HDL dan LDL terhadap serum darah marmut.

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2007). Seledri, Juga Tingkatkan Libido Men’s Guide Wed. diakses Tanggal 15 Juli 2008. http:/www.CBN Portal.com.

Anonim (2008). Optimalisasi Manfaat Statin. Diakses tanggal 21 november 2008. http://www.majalah-farmacia.com

Baraas, F. (1993). Mencegah Serangan Jantung Dengan Menekan Kolesterol. Cetakan Pertama. Jakarta : Penerbit Gramedia Pustaka Utama.

Dalimartha, S. (2002). Resep Tumbuhan Obat Untuk Penderita Osteoporosis. Cetakan Pertama. Jakarta : Penerbit Penebar Swadaya.

Hapsoh dan Nini R. (2008). Textbook. Diakses tanggal 17 Juli 2008. e-course.usu.ac.id/content/budidaya/agronomi/textbook.pdf

Hoffman, M dan William Legro. (1996). Bebas Dari Penyakit : Mencegah,

Mengobati, dan Menyembuhkan Lebih Dari 100 penyakit dan Idapan.

Penerjemah T. Hermaya. Jakarta : Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Lilja JJ, Kivisto KT, Neuvonen PJ. (1998) Clinical Pharmacology Theraphy.

Diakses tanggal 21 november 2008.

Madiyono, B. Dan Suharti K.S. (2003). Pencegahan Stroke dan Serangan

Jantung Pada Usia Muda. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.

Mursito. B. (2002). Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Jantung. Cetakan Pertama. Jakarta : Penerbit PT. Penebar swadaya.

Oswari, E. (2003). Penyakit Dan Penanggulangannya. Cetakan kelima. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Payne, M. (1995). Kiat Menghindari Penyakit Jantung. Jakarta : Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal.

Puspita, I. S. (2005). Statistik Praktis Untuk Farmasi. Cetakan pertama. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Mahasiswa.

Rahardja, K. (2002). Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek – Efek

Sampingnya. Cetakan Kelima. Jakarta : Penerbit Elex Media Komputindo.

(40)

Sitepoe, M. (1992). Kolesterol Fobia. Cetakan Pertama. Jakarta : Penerbit Gramedia Pustaka Utama.

Smith, E. (19 ). Terapi Sayuran :Pengobatan hemat dan aman dengan bermacam

– macam resep tradisional. Jakarta : Penerbit Prestasi Pustaka.

Smith, J.B. dan Soesanto M. (1988). Pemeliharaan, Pembiakan Dan Penggunaan

Hewan Percobaan Di Daerah Tropis. Jakarta : Penerbit Universitas

Indonesia.

Suharti, KS. (2006). Cegah Kolesterol Agar Tidak Berlebihan. Diakses 19 Maret 2008. http:/www.ratriardi.multiply.com.

Suyatna, F. Dan Tony H. (1995). Farmakologi Dan Terapi. Editor. Sulistia G., Rianto S., Frans D. dan Purwantyastuti. Edisi Keempat. Jakarta : Penerbit Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Uripi, V. (2002). Menghidangkan Makanan Rendah kolesterol. Jakarta: Penerbit Puspa Swara.

Wijayakusuma, H. Dan Setiawan D. (1999). Ramuan Tradisional Untuk

Pengobatan Darah Tinggi. Cetakan kelima. Jakarta. Penebar swadaya.

Wiryowidagdo, S dan M. Sitanggang. (2002). Obat Tradisional Untuk Penyakit Jantung, Darah Tinggi, dan Kolesterol. Cetakan Pertama. Jakarta : Agromedia Pustaka.

(41)

Lampiran 1 Bagan alur pengerjaan penelitian Marmot

Kadar kolesterol awal

Dikondisikan selama 1 minggu

Kadar

Hiperkolesterolemia

Kadar kolesterol pada hari ke-14

1. Diukur kadar kolesterol 2. Diberikan perlakuan hiper kolesterolemia selama 7 hari Diukur kadar kolesterol

3. Diberikan perlakuan dengan dan tanpa pemberian infus seledri dan pemberian suspensi simvastatin selama 14 hari

Diukur kadar kolesterol pada hari ke-14

(42)
(43)
(44)

Lampiran 4. Bagan Alur model hewan hiperkolesterolemia

Marmot

Marmot Hiperkolesterolemia

Diberi pakan yang dicampur dengan 1 % kuning telur dan 20 % lemak kambing selama 7 hari

(45)

Lampiran 5 Bagan alur Pengambilan darah marmot

Marmot

Dipuasakan selama 10 – 14 jam Dipangkas bulu kakinya

Disikat kuku dan kakinya dengan sikat gigi basah

Dibilas dengan alkohol Kuku yang bersih

Dipotong dengan pemotong kuku sampai berdarah Darah Marmot

Ditampung dalam tabung yang bersih

Didiamkan pada suhu kamar selama 30 menit Dimasukkan dalam lemari pendingin

Darah siap diukur

(46)

Lampiran 6 Data rataan kadar kolesterol serum darah Marmot selama peneletian (mg/dl)

Kelompok Kadar kolesterol Berat

hewan

Dosis yang diberikan (ml) Awal Hiperkolesterolemia Pemberian obat

A 46 68 67 250 3,00 48 77 76 330 3,96 38 74 70 300 3,60 43 80 75 340 4,08 40 73 77 380 4,56 32 63 66 350 4,20 Jumlah 247 435 431 Rata- rata 41,17 72.5 71,83 SD 5,81 6,16 4,79 B 33 76 48 315 2,44 35 90 37 320 2,48 30 75 50 360 2,79 43 64 45 370 2,87 34 68 39 305 2,36 40 81 43 345 2,67 Jumlah 215 454 262 Rata- rata 35,83 75,67 43,67 SD 4,79 9,27 5,05 C 48 76 68 250 1,00 43 84 70 400 1,60 40 63 52 375 1,50 37 77 71 268 1,07 46 71 63 306 1,22 42 89 66 329 1,32 Jumlah 256 460 390 Rata- rata 42,67 76,67 65 SD 3,98 9,22 6,99 D 45 71 42 270 2,16 31 69 50 250 2,00 46 112 59 350 2,80 34 82 47 255 2,04 50 78 62 365 2,92 39 85 44 299 2,39 Jumlah 245 497 304 Rata- rata 40,83 82,83 50,67 SD 7,41 15,56 8,14

(47)

Lampiran 6. Sambungan E 49 78 29 260 3,12 42 108 47 280 3,36 35 90 38 275 3,30 45 83 46 390 4,68 39 67 35 308 3,70 29 86 32 346 4,15 Jumlah 239 512 227 Rata- rata 39,83 85,33 37,83 SD 7,17 13,65 7,36

(48)

Lampiran 7 Bagan alur pengukuran kadar kolesterol serum darah marmot Darah Marmot

Dipusingkan selama 10 menit dengan kecepatan 1000 rpm Terbentuk 2 lapisan

Serum Padatan

Dipipet sebanyak 10 μl

Dimasukkan dalam tabung reaksi yang berisi larutan reagensia kolesterol 1000 μl

Diinkubasi pada suhu 250C Dihomogenkan

Diukur pada alat microlab 300 dengan panjang gelombang 546 nm

Dibiarkan selama 10 menit

Dicatat hasilnya Hasil

(49)

Lampiran 8 Contoh perhitungan dosis

Konversi perhitungan dosis antar jenis hewan Mencit 20 g Tikus 200 g Marmot 400 g Kelinci 1,5 kg Kera 4 kg Anjing 12 kg Manusia 70 kg Mencit 20 g 1,0 7,0 12,25 27,8 64,1 124,3 387,9 Tikus 200 g 0,14 1,0 1,74 3,0 9,2 17,8 56,0 Marmot 400 g 0,008 0,57 1,0 2,25 5,2 10,2 31,5 Kelinci 1,5 kg 0,04 0,25 0,44 1,0 2,4 4,5 14,2 Kera 4 kg 0,016 0,11 0,19 0,42 1,0 1,9 6,1 Anjing 12 kg 0,008 0,06 0,10 0,22 0,52 1,0 3,1 Manusia 70 kg 0,0026 0,018 0,031 0,07 0,16 0,32 1,0

Contoh perhitungan Dosis suspensi simvastatin 0.01% Dosis manusia = 10 mg

Dosis marmot (berat 400 g)= 0,031 x 10 mg = 0,31 mg Dosis marmot = 1000/400 x 0.31 mg = 0,775 mg/ kg BB Dosis untuk Marmot Berat = 315 g

= 315/1000 x 0,775 = 0,2441 mg Konsentrasi suspensi simvastatin

0,01 % = 0,01 g/ 100 ml = 10 mg/ 100 ml = 0,1 mg/ ml Jadi volume suspensi simvastin yang diberikan

0,2441 mg 0,1 ml

(50)

Lampiran 8. Sambungan

Contoh perhitungan dosis infus daun seledri 10 % Dosis diberikan = 400 mg/kg BB

Dosis marmut berat 250 g

= 250/1000 x 400 mg = 100 mg Konsentrasi infus daun seledri

10% = 10 g/ 100 ml = 10.000 mg/ 100 ml = 100 mg/ml Jadi volume infus daun seledri yang diberikan

100 mg 100 mg

(51)

Lampiran 9 Contoh Perhitungan beda antar dua mean Perlakuan Kadar kolesterol (mg/dl) ± SD Normal Hiperkolesterolemia A 41,16 72,5 B 35,83 75,67 C 42,67 76,67 D 40,83 82,83 E 39,83 85,33 Rata -rata 40,06 78,6 SD 2,58 5,31 Ho : δ21= δ22 H1 δ21≠ δ22 F = S21 / S22 F = 5,312/ 2,582 F = 28,2 /6,.64 F = 4,24 Ftabel = Fα/2, v1, v2 = F0.025, 5, 5 = 5,05

Fhitung < Ftabel ,maka dilanjutkan dengan uji t t = (y1-y2) / s 1/r1 + 1/r2

r1 r1 r2 r2

s2 = { ∑ Y21i ) – ( ∑ Y1i )2 / r1 + ∑ Y22i – ( ∑ Y2i )2 /r2 }/ (r1 + r2 – 2 )

(52)

s2 = { (72.52 + 75.672 + ... +85.332) – ((72.5 + 75.67 + ... +85.33)2/5) + (41,162 + 35,832 + ... + 39,832) – ((41,16 + 35,83 + ...+ 39,83)2/5) }/ 8 s2 = {( 5256,25 + 5725,949 + ...+ 7281,209) – (3932/5) + (1694,146 + 1283.7889 +…+ 1586,429)-( 200,322/5) }/8 s2 = {(31002,51- (154449/5)) + (8052,181 – (40128,1/5 )) } / 8 s2 = {(31002,51 - 30889.8 ) + (8052,181 - 8025.62) } / 8 s2 = { 112,7056 + 26,56072 }/ 8 s2 = 139,2663 / 8 s-2 = 17,4083 s = 4,17 t = (78,6 – 40,064) / 4,17 1/5 + 1/5 t = 38,54 / 4,17 2/5 t = 38,54 / 4,17 (0,6325) t = 38,5 / 2,64 t = 14,60 t tabel = t α/2,(r1 + r2 – 2) = t0.025, 8 = ± 2,31

Dari hasil perhitungan diperoleh t hitung > t tabel yang berarti bahwa ada perbedaan antara kadar rata- rata kolesterol marmot normal dengan hiperkolesterolemia.

(53)

1. ANAVA (Analysis of Variance)

aquadest Suspensi simvastatin 0.01 %

Infus daun seledri 10 %

400 mg/kg BB 800 mg/kg BB 1200 mg/kg BB 67 48 68 42 29 76 37 70 50 47 70 50 52 59 38 75 45 71 47 46 77 39 63 62 35 66 43 66 44 32 Yi. : 431 Yi. : 262 Yi. : 390 Yi. : 304 Yi. : 227 Yi. : 71,83 Yi. : 43,67 Yi. : 65 Yi. : 50,67 Yi. : 37,83 t r SSY = ∑ ∑ ( Y2ij ) – ( Y2.. / tr ) i=1 j=1 = {( 67 2 + 762 + 702 + 752 + … + 352 + 322 )} - {( 431 + 262 + ... + 227)2 / 30} = {( 4489 + 5776 + 4900 + 5625 + ...+ 1225 + 1024 )} - {(2604996) / 30} = (92830) - (86833,2) = 5996,8

(54)

Lampiran 10. Sambungan t SST = ∑ ( Y2i. / r ) – ( Y2.. / tr ) i=1 = {( 4312 + 2622 + 3902 + 3042 + 2272 ) / 6 } – {( 2604996) / 30}

= {(

185761+ 68644 + 152100+ 92416+ 51529) / 6} – {( 86833,2)} = {( 550450) / 6} - {( 86833,2)} = (91741,6667) - (86833,2) = 4908,47 SSE = SSY - SST = (5996,8) – (4908,4667) = 1088,33 MST = SST / t – 1 = (4908,47) / ( 5-1 ) = 4908.47/ 4 = 1227,12 MSE = SSE / n – t = (1088,33) / ( 30 – 5 ) = 1088,33/ 25 = 43,53 f = MST / MSE = 1227,17/ 43,53

(55)

Lampiran 10. Sambungan Analisis Variansi

Sumber Variasi df SS MS fhitung ftabel

Perlakuan (antar kelompok) Error Percobaan (dalam kelompok) t - 1 = 4 n - t = 25 SST = 4908,47 SSE = 1088,33 MST = 1227.1167 MSE = 43,53 MST MSE = 28,19 F0,05;(4);(25) = 2,76 Total 29 5996.8

Dengan demikian fhitung sebesar 28,19 jauh lebih besar dari ftabel pada taraf

signifikansi 95% (=2,76). Berarti Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan rata-rata penurunan kolesterol dari kelima perlakuan.

LSD (Least Significant Difference)

Untuk mencari kelompok mana dari perlakuan yang berbeda, maka dilakukan uji LSD (Least Significant Difference).

( 2 x MSE ) LSD = ± t 0,05/2 x ; df Error = 25 r (2 x 43,53) = ± 2,0595 x 6 = ± 2,0595 x 3,8093 = ± 7.85

(56)

Lampiran 10. Sambungan

Hasil uji LSD pengaruh pemberian infus daun seledri terhadap kadar kolesterol serum darah marmot

Kelompok

Perlakuan Normal Hiper A B C D

Hiper -38.53 - - - - - A -31.77 6.77* - - - - B -3.6* 34.93 26.17 - - - C -24.93 13.6 -6.83* -21,33 - - D -10.6 27.93 -21.17 -7* -14.33 - E 2.23* 40.77 -34 -5.83* -27.17 -12.83 Keterangan Tabel 2:

Normal : kadar rata – rata kolesterol normal (40,07)

Hiper : kadar rata – rata kolesterol hiperkolesterolemia (78,60) A: Perlakuan mengunakan aquadest (sebagai kontrol)

B: Perlakuan mengunakan suspensi simvastatin 0,01 %

C: Perlakuan mengunakan infus daun seledri 10 % dosis 400 mg/kg BB D: Perlakuan mengunakan infus daun seledri 10 % dosis 800 mg/kg BB E: Perlakuan mengunakan infus daun seledri 10 % dosis 1200 mg/kg BB

(57)

Lampiran 11 Surat Keterangan Pemakaian Laboratorium Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara

(58)
(59)

Lampiran 13 Spesifikasi Alat Microlab 300 (E-Merk) MICROLAB 300 (MERK)

Light Source

• Quartz Halogen Lamp 12V-20W Wavelenght range

• Automatic by 12 positions filter-wheel;

• 6 standar interference filters : 340, 405, 505, 546, 578 dan 620 nm; • 6 positions for optional filters

Photometric Range

• -0.1 to 2.3 Absorbance Detector

• Photo diode (320-1000 nm). Blanking

• Automatic zero setting Operator interface

• Membrame keyboard, for direct function and alpha numeric entry; • Optional external keyboard;

• High contrast graphical LCD display • Real time clock, 24 hours system Languages • English; • French; • Spanish; • Portuguese; • German;

• Other languages on request Measurements Procedures

• Kinetic, with linearity check;

• Kinetic, with linearity check and sample slope blank; • Two point kinetic, with or without reagent blank; • End point, with or without reagent blank;

• Bichromatic end point; , with or without reagent blank;

(60)

Lampiran 13 Sambungan Multiple testing

• Up to nine replicates; • Means, SD and CV. Measuring time

• Programmable, 2 to 998 second for kinetic and two point type of test; • For end point fixed at 2 seconds

Delay time

• Programmable, 0 to 999 seconds Method Parameter Setting

a.o. • Method name; • Measurement mode • Wavelength 1 and 2; • Aspiration volume; • Measurement delay; • Measurement time; • Factor • Concentrations standards; • Reagent blank y/n; • Sample blank y/n • Units for results • Level for flagging; • Curve fit y/n; • Linearity check. Calibration

• Factor, one-point, two point and multiple point; • Automatic on standard (linear mode);

• Automatic on up to 10 standard (non linear mode). Quality Control

• Two control per test;

• QC suvey of last 30 control measurements; • Levey Jenning plot;

Flow cell

(61)

• Measuring volume 25 ml. Lampiran 13 Sambungan Temperature control

• By means of peltier elements; • Fixed temperature at 370

C Aspiration system

• Internal pump of bellows type; driven by stepper motor • Back panel connection for waste;

• Aspiration volume programmable. Printer

• Matrix printer • Normal paper;

• External printer port available. Signal interface

• Centronics type parallel port; • RS 232 type serial port;

• PS 2 type port for external keyboard Quality • UL • CE • CB cetificate Power Requirements • 100-240 VAC nominal, 50/60 Hz; • Battery back-up to retain data. Dimensions

• 40 x 17 x 36,5 cm (W x H x D) Weight

(62)

Lampiran 14 Pengoperasian Alat Microlab 300

PENGOPERASIAN ALAT MICROLAB 300 Pengoperasian alat microlab 300 sebagai berikut :

1. Tekan tombol OK/Off

2. Bila alat sudah terhubung/menyala, tunggu selama 15 menit 3. Cari menu yang diinginkan

o Tekan skip o Tekan measure

o Tekan tombol naik turun o Tekan enter

o Tekan tombol penghisap untuk mencuci

o Masukkan reagensia yangn diminta ke dalam tombol penghisap, maka hasil akan terlihat pada layar monitor

o Bila hasil sudah keluar, tekan skip, begitu seterusnya sampai selesai

o Untuk menggantikan pada posisi semula tekan back Catatan :

Bila layar tidak terang, tekan tanda (+) Bila layar terlalu terang, tekan tanda (-)

Untuk memasukkan program baru ke dalam microlab 300 : 1 Cari program dan tekan enter

2 Buka PIN dengan kata kunci Labkes 3 Tekan new

4 Masukkakn program baru menurut penentuan masing – masing 5 Tekan back untuk kembali ke semula

(63)
(64)

Gambar

Gambar 1.1. Kerangka Konsep Penelitian  ............................................. 3  Gambar 2.1
Gambar 1.1 Kerangka Konsep Penelitian Kontrol
Gambar 2.1 Rumus bangun simvastatin              (Lilja, 1998)  Dibanding penurun kolesterol lainnya (pengikat asam empedu, asam  nikotinat, asam fibrat, penghambat absorpsi kolesterol), statin memiliki efek  penurunan LDL terbesar
Gambar 2.2 Rumus bangun kolesterol
+3

Referensi

Dokumen terkait

Memperoleh pengalaman, menambah pengetahuan khususnya tentang gambaran dalam mengatasi kecemasan pada pasien anak dan keluarga yang mengalami perawatan di rumah

Salah satu bank yang memiliki reputasi baik di Indonesia adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI).Bank ini merupakan bank yang sampai saat ini mayoritas kepemilikan sahamnya masih

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dengan menggunakan regresi sederhana, Multivariate dan Uji Independent sampel t-test menunjukkan bahwa: (1) Konflik

2. MPK dan FM adalah dua dokumen rujukan rasmi yang perlu ada dalam sesebuah jabatan/pejabat. Kedua-dua dokumen ini adalah alat pengurusan penting yang dapat menyumbang

Menurut Dieny (2014), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi siklus menstruasi seperti, genetik, usia, penyakit, faktor stress, dalam penelitian faktor lain

Tabel4.1 Deteksi Kecacingan ( Enterobius vermicularis ) Pada Anak SDN Latsari 1 usia 7-10 Tahun di Desa Latsari Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang. Variabel

Sapariyah, 2011, Pengaruh Good Governance Dan Independensi Auditor Terhadap Kinerja Auditor Dan Komitmen Organisasi (Survey Pada Kantor Akuntan Publik Di Surakarta), STIE

Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah nilai hasil belajar kelas yang menggunakan metode Pair Check dan kelas yang menggunakan metode