• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hukum Terhadap Bank Atas Konflik Alas Hak dari Hak Tanggungan (Study Kasus PN Medan Register No.113/Pdt.G/2006/PN/Medan Tanggal 01-03-2007)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perlindungan Hukum Terhadap Bank Atas Konflik Alas Hak dari Hak Tanggungan (Study Kasus PN Medan Register No.113/Pdt.G/2006/PN/Medan Tanggal 01-03-2007)"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Oleh

DONALD PADMALI

107011060/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

DONALD PADMALI

107011060/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

NOMOR POKOK : 107011060

PROGRAM STUDI : KENOTARIATAN

Menyetujui Komisi Pembimbing : Pembimbing I

Prof.Dr.Muhammad Yamin, SH, MS, CN

Pembimbing II Pembimbing III

Prof.Dr.Budiman Ginting, SH, MHum Prof.Dr.Syafruddin Kalo, SH, MHum

Mengetahui :

Ketua Program Studi Dekan Fakultas Hukum

Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara

Prof.Dr.Muhammad Yamin, SH, MS, CN Prof.Dr.Runtung, SH, MHum

(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN

Anggota : 1. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, MHum

2. Prof. Dr. Syafruddin Kalo, SH, MHum

3. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum

(5)
(6)

Tanggungan tidak dapat dibagi-bagi, kemudahan dan kepastian pelaksanaan eksekusinya, Hak Tanggungan mengikuti obyeknya dalam tangan siapapun obyek Hak Tanggungan itu berada (Droit de Suite), pemberian Hak Tanggungan dilakukan dengan Akta Otentik, serta kepastian tanggal kelahiran Hak Tanggungan. Dalam penulisan ini terdapat tiga permasalahan, yaitu tentang mengapa diberikan perlindungan hukum terhadap Bank atas kredit yang diberikannya dengan jaminan Hak Tanggungan, bagaimana tindakan Bank atas adanya konflik alas hak dari Hak Tanggungan terhadap kredit yang telah diberikan, dan bagaimana upaya hukum yang dilakukan oleh Bank dalam mengatasi adanya konflik alas Hak Tanggungan pada debiturnya.

Penelitian yang dilakukan adalah bersifat yuridis normatif, yakni penelitian yang hanya melakukan analisis semata berdasarkan pada bahan-bahan kepustakaan dan juga studi dokumen. Sedangkan sifat dari penelitian ini adalah bersifat deskriftif-analistis yang bertujuan melukiskan atau menggambarkan permasalahan yang lebih komprehensif mengenai konflik alas hak dari hak tanggungan.

Hasil penelitian menunjukkan, pertama: alasan-alasan diberikannya perlindungan hukum terhadap bank sebagai kreditur atas kredit yang diberikannya dengan jaminan hak tanggungan, disebabkan karena dalam hal tersebut bank sebagai kreditur mendapatkan jaminan kebendaan guna menjamin pelunasan hutang debitur berupa alas hak tanah, sehingga dengan demikian perlu diberikannya perlindungan hukum khususnya bagi pemegang Hak Tanggungan apabila di kemudian hari debitur cidera janji atau tidak memenuhi kewajibannya terhadap kreditur. Selain itu, didukung pula dengan adanya asas-asas yang mendasari dari perlindungan hukum tersebut, di antaranya yaitu: Droit De Preference (Dalam mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut kreditur pemegang hak tanggungan mempunyai hak mendahulu (droit de preference), Droit De Suite (Kreditur pemegang hak tanggungan tetap berhak menjual lelang benda tersebut, biarpun sudah dipindahkan haknya kepada pihak lain (Droit de suite), jaminan umum Pasal 1131 KUHPerdata, Kepailitan pemberi Hak Tanggungan, Hak Tanggungan tidak dapat dibagi-bagi, kemudahan dan kepastian dalam eksekusi, serta kepastian tanggal kelahiran hak tanggungan. Kedua: Bahwa upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Bank (Kreditur) atas sengketa alas hak yang terjadi adalah yakni dengan melakukan somasi (surat peringatan utang) kepada nasabah (Debitur), melakukan gugatan kepada debitur melalui Pengadilan Negeri Uitvoer Bij Voorad, eksekusi putusan pengadilan, eksekusi akta pengakuan utang, eksekusi hak tanggungan, parate

eksekusi hak tanggungan, eksekusi terhadap penjamin, lembaga paksa badan serta kepailitan melalui Pengadilan Niaga. Ketiga: Bahwa adapun upaya/jalan keluar yang dapat dilakukan oleh bank sebagai pemegang Hak Tanggungan atas konflik alas hak yang dijadikan sebagai jaminan utang, maka bank melakukan tindakan restrukturisasi pinjaman (kredit), pengalihan fasilitas dan pelunasan sebagian ataupun seluruhnya. Selain itu, bank juga dapat melakukan upaya hukum dalam bentuk melakukan perlawanan pada Pengadilan Negeri, mengajukan gugatan terhadap para pihak penggugat, para pihak tergugat, Badan Pertanahan Nasional dan pihak kepolisian yang telah melaksanakan eksekusi terhadap objek yang dijadikan sebagai jaminan utang yang dibebani hak tanggungan didalamnya.

(7)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP BANK

ATAS KONFLIK ALAS HAK DARI HAK TANGGUNGAN

(STUDY KASUS: PUTUSAN PN MEDAN REGISTER

NO. 113/PDT. G/2006/PN-MDN TANGGAL 01-03-2007)

Abstract

Legal protection provided by the Mortgage Act to creditors as the Receiver / Mortgage holder is giving precedence to the position holders of Mortgage lenders (Droit de Preference), Mortgage can not be divided, ease and certainty of execution, Mortgage follow the object in the hands of anyone Mortgage object was located (Droit de Suite), Mortgage provision made by an authentic deed, as well as date of birth Mortgage certainty.

The results showed, first: the reasons given legal protection against creditor bank as the credits are given to the mortgage collateral, because in terms of the bank as a lender to get material security to ensure repayment of the debt the debtor in the form of land title, and thus need given legal protection in particular for Mortgage holders at a later date if the debtor default or not meet its obligations to creditors. In addition, supported by the underlying principles of the protection of the law, among which are: Droit De Preference (In taking the redemption proceeds receivable from the sale of mortgage holders have creditors mendahulu rights (droit de preference), Droit de Suite ( holders of mortgage lender retains the right to sell the object auctions, despite already transferred their rights to another party (Droit de suite), general guarantees of Article 1131 Civil Code, bankruptcy giver Mortgage, Mortgage can not be divided, the ease and certainty of execution, and exact date of birth of mortgage. Secondly: That the remedy which can be done by Bank (Creditor) on the title dispute happens is that by doing a subpoena (debt warning letter) to the customer (debtor), making claims to debtors through Bij Uitvoer District Court Voorad, execution of judgment, execution of deed of acknowledgment of debt, execute mortgages, mortgage parate execution, execution against the surety, involuntary body weight, as well as the bankruptcy of the Commercial Court. Thirdly: That while the effort / way out that can be done by banks as holders of Rights Dependant upon conflicts title is used as collateral debt, bank loan restructuring actions (loan), transfer and settlement facilities partially or completely. Additionally, banks can also make an effort in the form of resistance in the District Court, filed a law suit against the plaintiff, the defendant, the National Land Agency dan the police who have carried out the execution of the object which is used as collateral for mortgage debt that eccumbered therein.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan dengan segala kerendahan hati kepada Yang Diatas, Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan anugerah Nya yang memberikan kekuatan kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Tesis ini berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP BANK ATAS KONFLIK ALAS HAK DARI HAK TANGGUNGAN ” dengan study kasus PN Medan Register No.113/Pdt.G/2006/PN/Medan Tanggal 01-03-2007 merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan pendidikan pasca sarjana progam study Magister Kenotariatan pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dalam penyelesaian tesis ini penulis telah banyak mendapat dorongan, bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih secara khusus kepada Bapak Prof.Dr.Muhammad Yamin, SH, MS, CN, Bapak Prof.Dr.Budiman Ginting,SH, MHum, Bapak Prof.Dr.Syafruddin Kalo,SH, MHum selaku komisi pembimbing yang penuh kesabaran dan keikhlasan membimbing dan mengarahkan penulis sejak awal hingga penyelesaian tesis ini.

Terima kasih juga kepada para Dosen Penguji : Ibu Dr.T.Keizerina Devi A, SH, CN, MHum dan Ibu Chairani Bustami, SH, SpN, MKn, yang banyak memberikan masukan dan pendapat yang berharga untuk kesempurnaan tesis ini.

Tidak lupa terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada: 1. Bapak Prof.Dr.dr.Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara atas yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk dapat mengikuti pendidikan Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof.Dr.Runtung, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang disediakan selama penulis menempuh pendidikan pasca sarjana.

3. Bapak Prof.Dr.Muhammad Yamin, SH, MS, CN, selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan semangat, dorongan dan inspirasi kepada penulis selama menempuh pendidikan pasca sarjana.

4. Ibu Dr.T. Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum, selaku Sekretaris Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan masukan dan dorongan kepada penulis untuk segera menyelesaikan penulisan tesis ini.

(9)

6. Seluruh Staf/Pegawai di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan bantuan kepada Penulis selama menjalani pendidikan hingga penulisan tesis ini.

7. Rekan-rekan seangkatan Tahun 2010 di Kelas A – B – C di Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu dan memberikan semangat serta motivasi kepada Penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Teristimewa penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga atas cinta kasih, pengertian dan jasa yang sangat besar kepada Ibunda yang tercinta, Lie So Jek, yang telah merawat dan mendidik Penulis dari kecil. Tak lupa pula kepada istri tersayang, Elly, yang sangat mengerti akan kesibukan karena keterbatasan waktu bersama keluarga selama penulis menempuh pendidikan pasca sarjana. Kepada anak-anak penulis yang terkasih dan tersayang, Tasya – Richellen – Richie yang telah memberikan warna kehidupan yang bahagia dan ceria penuh dengan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan pasca sarjana ini.

Akhir kata, atas segala perhatian yang telah diberikan untuk hasil karya ini, sekali lagi penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan pendididikanm pasca sarjana ini. Semoga hasil karya ini sedikit banyak dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2013 Penulis,

(Donald Padmali)

(10)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRIBADI

Nama : DONALD PADMALI

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 42 Tahun

Tempat & tanggal lahir : Medan, 27 April 1972

Alamat : Jl.Negara Nomor 67 B / 80 B Medan

Agama : Buddha

Status : Kawin

Telepon / HP : 081*633*4535

II. PENDIDIKAN FORMAL

SD Yayasan Perguruan Hang Kesturi Medan 1978 - 1984

SMP Yayasan Perguruan Hang Kesturi Medan 1984 - 1987

SMA Yayasan Perguran Hang Kesturi Medan 1987 - 1990

D 3 Universitas Sumatera Utara 1990 - 1994

(11)

DAFTAR ISI

BAB II PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP BANK SEBAGAI KREDITUR ... 34

A. Alasan-alasan Diberikannya Perlindungan Hukum terhadap Bank Atas Kredit yang Diberikannya dengan Jaminan Hak Tanggungan ... 34

B. Perlindungan Negara yang Diberikan Kepada Pemegang Sertifikat Hak Atas Tanah Sebagai Debitur ... 53

C. Kedudukan Kreditur Dalam Penjaminan dengan Hak Tanggungan ... 62

BAB III TINDAKAN BANK ATAS ADANYA KONFLIK ALAS HAK DARI HAK TANGGUNGAN TERHADAP KREDIT YANG DIBERIKAN... 78

(12)

B. Proses Seleksi dan Pengikatan Hak Tanggungan Oleh Bank

Atas Kredit yang Dimohonkan Oleh Debitur ... 84

C. Tindakan Bank Atas Terjadinya Konflik Alas Hak Tanggungan yang Diberikan Kepada Debitur ... 89

BAB IV UPAYA HUKUM DAN JALAN KELUAR OLEH BANK ... 101

A. Upaya Hukum yang Dilakukan oleh Bank dalam Mengatasi Adanya Konflik Alas Hak Tanggungan Pada Debiturnya ... 101

B. Jalan Keluar yang Dapat Dilakukan oleh Bank Dalam mengatasi konflik Alas Hak dari Hak Tanggungan ... 118

BAB V PENUTUP... 127

A. Kesimpulan ... 127

B. Saran ... 129

(13)

Tanggungan tidak dapat dibagi-bagi, kemudahan dan kepastian pelaksanaan eksekusinya, Hak Tanggungan mengikuti obyeknya dalam tangan siapapun obyek Hak Tanggungan itu berada (Droit de Suite), pemberian Hak Tanggungan dilakukan dengan Akta Otentik, serta kepastian tanggal kelahiran Hak Tanggungan. Dalam penulisan ini terdapat tiga permasalahan, yaitu tentang mengapa diberikan perlindungan hukum terhadap Bank atas kredit yang diberikannya dengan jaminan Hak Tanggungan, bagaimana tindakan Bank atas adanya konflik alas hak dari Hak Tanggungan terhadap kredit yang telah diberikan, dan bagaimana upaya hukum yang dilakukan oleh Bank dalam mengatasi adanya konflik alas Hak Tanggungan pada debiturnya.

Penelitian yang dilakukan adalah bersifat yuridis normatif, yakni penelitian yang hanya melakukan analisis semata berdasarkan pada bahan-bahan kepustakaan dan juga studi dokumen. Sedangkan sifat dari penelitian ini adalah bersifat deskriftif-analistis yang bertujuan melukiskan atau menggambarkan permasalahan yang lebih komprehensif mengenai konflik alas hak dari hak tanggungan.

Hasil penelitian menunjukkan, pertama: alasan-alasan diberikannya perlindungan hukum terhadap bank sebagai kreditur atas kredit yang diberikannya dengan jaminan hak tanggungan, disebabkan karena dalam hal tersebut bank sebagai kreditur mendapatkan jaminan kebendaan guna menjamin pelunasan hutang debitur berupa alas hak tanah, sehingga dengan demikian perlu diberikannya perlindungan hukum khususnya bagi pemegang Hak Tanggungan apabila di kemudian hari debitur cidera janji atau tidak memenuhi kewajibannya terhadap kreditur. Selain itu, didukung pula dengan adanya asas-asas yang mendasari dari perlindungan hukum tersebut, di antaranya yaitu: Droit De Preference (Dalam mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut kreditur pemegang hak tanggungan mempunyai hak mendahulu (droit de preference), Droit De Suite (Kreditur pemegang hak tanggungan tetap berhak menjual lelang benda tersebut, biarpun sudah dipindahkan haknya kepada pihak lain (Droit de suite), jaminan umum Pasal 1131 KUHPerdata, Kepailitan pemberi Hak Tanggungan, Hak Tanggungan tidak dapat dibagi-bagi, kemudahan dan kepastian dalam eksekusi, serta kepastian tanggal kelahiran hak tanggungan. Kedua: Bahwa upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Bank (Kreditur) atas sengketa alas hak yang terjadi adalah yakni dengan melakukan somasi (surat peringatan utang) kepada nasabah (Debitur), melakukan gugatan kepada debitur melalui Pengadilan Negeri Uitvoer Bij Voorad, eksekusi putusan pengadilan, eksekusi akta pengakuan utang, eksekusi hak tanggungan, parate

eksekusi hak tanggungan, eksekusi terhadap penjamin, lembaga paksa badan serta kepailitan melalui Pengadilan Niaga. Ketiga: Bahwa adapun upaya/jalan keluar yang dapat dilakukan oleh bank sebagai pemegang Hak Tanggungan atas konflik alas hak yang dijadikan sebagai jaminan utang, maka bank melakukan tindakan restrukturisasi pinjaman (kredit), pengalihan fasilitas dan pelunasan sebagian ataupun seluruhnya. Selain itu, bank juga dapat melakukan upaya hukum dalam bentuk melakukan perlawanan pada Pengadilan Negeri, mengajukan gugatan terhadap para pihak penggugat, para pihak tergugat, Badan Pertanahan Nasional dan pihak kepolisian yang telah melaksanakan eksekusi terhadap objek yang dijadikan sebagai jaminan utang yang dibebani hak tanggungan didalamnya.

(14)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP BANK

ATAS KONFLIK ALAS HAK DARI HAK TANGGUNGAN

(STUDY KASUS: PUTUSAN PN MEDAN REGISTER

NO. 113/PDT. G/2006/PN-MDN TANGGAL 01-03-2007)

Abstract

Legal protection provided by the Mortgage Act to creditors as the Receiver / Mortgage holder is giving precedence to the position holders of Mortgage lenders (Droit de Preference), Mortgage can not be divided, ease and certainty of execution, Mortgage follow the object in the hands of anyone Mortgage object was located (Droit de Suite), Mortgage provision made by an authentic deed, as well as date of birth Mortgage certainty.

The results showed, first: the reasons given legal protection against creditor bank as the credits are given to the mortgage collateral, because in terms of the bank as a lender to get material security to ensure repayment of the debt the debtor in the form of land title, and thus need given legal protection in particular for Mortgage holders at a later date if the debtor default or not meet its obligations to creditors. In addition, supported by the underlying principles of the protection of the law, among which are: Droit De Preference (In taking the redemption proceeds receivable from the sale of mortgage holders have creditors mendahulu rights (droit de preference), Droit de Suite ( holders of mortgage lender retains the right to sell the object auctions, despite already transferred their rights to another party (Droit de suite), general guarantees of Article 1131 Civil Code, bankruptcy giver Mortgage, Mortgage can not be divided, the ease and certainty of execution, and exact date of birth of mortgage. Secondly: That the remedy which can be done by Bank (Creditor) on the title dispute happens is that by doing a subpoena (debt warning letter) to the customer (debtor), making claims to debtors through Bij Uitvoer District Court Voorad, execution of judgment, execution of deed of acknowledgment of debt, execute mortgages, mortgage parate execution, execution against the surety, involuntary body weight, as well as the bankruptcy of the Commercial Court. Thirdly: That while the effort / way out that can be done by banks as holders of Rights Dependant upon conflicts title is used as collateral debt, bank loan restructuring actions (loan), transfer and settlement facilities partially or completely. Additionally, banks can also make an effort in the form of resistance in the District Court, filed a law suit against the plaintiff, the defendant, the National Land Agency dan the police who have carried out the execution of the object which is used as collateral for mortgage debt that eccumbered therein.

(15)

A. Latar Belakang

Tanah dalam arti hukum memiliki peranan yang sangat penting dalam

kehidupan manusia, karena dapat menentukan keberadaan dan kelangsungan

hubungan dan perbuatan hukum, baik dari segi individu maupun dampak bagi orang

lain. Untuk mencegah masalah tanah tidak sampai menimbulkan konflik kepentingan

dalam masyarakat, diperlukan pengaturan, penguasaan dan penggunaan tanah atau

dengan kata lain disebut dengan hukum tanah.1

Persoalan tanah dalam era pembangunan dan industrialisasi semakin rumit

dan potensial menimbulkan gejolak. Pendekatan pemecahan tidak semata-mata

bersifat teknis yuridis, tetapi juga menyangkut pertimbangan sosial ekonomi.

Munculnya persoalan pertanahan akhir-akhir ini sudah cukup memberikan bukti

bahwa persoalan pertanahan telah menjadi persoalan laten. Tanah tidak hanya bernilai

ekonomis, akan tetapi juga dipandang memiliki nilai historis religius yang kuat.

Sehingga tidak jarang sampai mati pun tanah akan tetap dipertahankan. Begitu

kuatnya hubungan tanah dengan manusia menjadikan ciri khusus bagi persoalan

pertanahan yang berkembang di Indonesia.

UUPA dalam kaitannya dengan pembentukan hukum nasional, khususnya

hukum tanah nasional merupakan implementasi dari amanat Undang-Undang Dasar

(16)

1945 Pasal 33 ayat (3) yaitu: “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di

dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat” hal ini dapat ditemukan dalam sifat, isi, tujuan maupun

semangat yang terkandung di dalam UUPA yang sekaligus merupakan bentuk

pengejawantahan aspirasi bangsa Indonesia dalam upaya melakukan pembaharuan

Hukum Tanah Nasional. Hal tersebut dapat dipahami apabila dilihat dari sejarah

kelahiran bangsa dan Negara Republik Indonesia, UUPA lahir sebagai bentuk

jawaban dari tuntutan atas kebutuhan perangkat hukum yang bersifat nasional yang

mampu mengatur serta memberikan jaminan kepastian hukum dan kepastian hak atas

tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia yang dimiliki oleh bangsa Indonesia

dalam rangka menuju cita-cita kemerdekaan yaitu untuk mencapai masyarakat yang

adil dan makmur. Pemberian jaminan kepastian hukum mengenai hakhak atas tanah

merupakan salah satu tujuan pokok dibentuknya UUPA, selain dalam usaha

pembaruan hukum dan dalam rangka untuk mengadakan kesatuan dan kesederhanaan

Hukum Tanah Nasional.

Di dalam pelaksanaan ketentuan tersebut, maka diundangkanlah

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria UUPA

(Lembaran Negara 1960-104). Dengan diundangkannya UUPA, berarti sejak saat itu

Indonesia telah memiliki Hukum Agraria Nasional yang merupakan warisan

kemerdekaan setelah pemerintahan kolonial Belanda.

Berdasarkan ketentuan Pasal 19 Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang

(17)

kepastian hukum Pertanahan, Pemerintah menyelenggarakan pendaftaran tanah.

Terhadap tanah yang telah didaftarkan selanjutnya diberikan tanda bukti hak atas

tanah, yang merupakan alat bukti yang kuat mengenai kepemilikan tanah (sertipikat

hak atas tanah).

Alas pemilikan hak atas tanah yang dijadikan dasar penerbitan sertipikat hak

atas tanah di kantor pertanahan merupakan alat bukti yang dapat digunakan sebagai

alat pembuktian data formil atas kepemilikan atau penguasaan suatu bidang tanah,

baik secara tertulis ataupun berdasarkan keterangan saksi.2 Pada sertipikat hak milik

yang dimaksud merupakan surat tanda bukti hak atas tanah bagi pemegangnya untuk

memiliki, menggunakan, mengambil manfaat lahan tanahnya secara turun-temurun,

terkuat dan terpenuh.

Hubungan hukum antara manusia dengan tanah di Indonesia telah lama

mendapat perhatian. Sifat hubungan itu berkembang menurut berkembangnya budaya

terutama oleh pengaruh sosial, politik dan ekonomi. Kuatnya sistem penguasaan

tanah oleh masyarakat merupakan cermin dari sistem budaya dan perekonomian

tradisional yang ada di Indonesia. Masalah tanah merupakan masalah yang senantiasa

menarik perhatian dikarenakan tanah adalah sumber kehidupan selain air, apalagi

negara-negara yang masih agraris. Oleh karena itu, masalah pertanahan masih

merupakan masalah utama yang masih dihadapi oleh negara yang penghidupan

ekonominya masih ditunjang dari sektor pertanian.

2

(18)

Pada umumnya terdapat permasalahan-permasalahan di bidang pertanahan

yang diakibatkan belum diperolehnya jaminan dan kepastian hak atas tanah yang

dikuasai oleh perorangan atau keluarga dan masyarakat pada umumnya, sebagai

akibat tidak mempunyai bukti tertulis. Dalam proses pendaftarannya untuk

mendapatkan hak tertulis atau sertipikat sering terjadi masalah yang berupa sengketa,

baik dalam hal batas tanah maupun sengketa dalam hal siapakah yang sebenarnya

berhak atas tanah tersebut.

Konflik-konflik dalam bidang pertanahan pada kenyataannya tidak

terselesaikan secara baik termasuk oleh penguasa negara yang mempunyai

kewenangan tertinggi, padahal seharusnya dapat memberikan perlindungan hukum

yang layak untuk mencapai kemakmuran bagi rakyat. Bahkan tidak jarang melahirkan

pertumpahan darah/korban jiwa hanya berupaya untuk mempertahankan tanah yang

selama ini diklaim sebagai milik atau tumpangan hidup. Tentunya dapat dibayangkan

bagaimana akhir dari pertikaian/sengketa tanah yang masing-masing pihak

mengklaim sebagai pemilik. Pengusaha atau perusahaan dengan tegas bersikukuh

biasanya berdasarkan hak pakai yang diperoleh dari negara. Di sisi lain, berhadapan

dengan masyarakat/anggota masyarakat sebagai penggarap turun-temurun.3

Hakekat kepastian hukum sebenarnya terletak pada kekuatan sertipikat hak

atas tanah sebagai bukti pemilikan hak atas tanah termasuk di pengadilan. Namun,

kepastian hukum secara yuridis dengan penggunaan stelsel negatif pada hakekatnya

merupakan kepastian hukum relatif, dengan pengertian bahwa ketentuan peraturan

3

(19)

perundang-undangan hanya menjamin kepastian hukumnya selama tidak ada

dibuktikan sebaliknya.4 Hal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 32 Peraturan

Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, yang menyebutkan

bahwa:

(1) Sertipikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian

yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya,

sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam

surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan.

(2) Dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertipikat secara sah atas

nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan iktikad

baik dan secara nyata menguasainya, maka pihak lain yang merasa mempunyai

hak atas tanah itu tidak dapat lagi menuntut pelaksanaan hak tersebut apabila

dalam waktu 5 (lima) tahun sejak diterbitkan sertipikat itu tidak mengajukan

keberatan secara tertulis kepada pemegang sertipikat dan Kepala Kantor

Pertanahan yang bersangkutan ataupun tidak mengajukan gugatan ke Pengadilan

mengenai penguasaan tanah atau penerbitan sertipikat tersebut.

Kasus-kasus yang menyangkut sengketa dibidang pertanahan dapat dikatakan

tidak pernah surut, bahkan mempunyai kecenderungan meningkat dalam

kompleksitas maupun kuantitas permasalahannya, seiring dengan dinamika ekonomi,

sosial dan politik Indonesia. Sebagai gambaran dewasa ini di Indonesia, dengan

semakin memburuknya situasi ekonomi yang sangat terasa dampaknya.

4

(20)

Timbulnya sengketa hukum yang bermula dari pengaduan sesuatu pihak (orang/

badan hukum) yang berisi keberatan-keberatan dan tuntutan hak atas tanah, baik

terhadap status tanah, prioritas maupun kepemilikannya dengan harapan dapat

memperoleh penyelesaian secara administrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Mencuatnya kasus-kasus sengketa tanah di Indonesia beberapa waktu terakhir seakan

kembali menegaskan kenyataan bahwa selama kemerdekaan Indonesia, negara masih

belum bisa memberikan jaminan hak atas tanah kepada rakyatnya, UUPA baru

sebatas menandai dimulainya era baru kepemilikan tanah yang awalnya bersifat

komunal berkembang menjadi kepemilikan individual.

Perjanjian atau Verbintenis mengandung pengertian bahwa suatu hubungan

hukum kekayaan/harta benda antara dua orang atau lebih, yang memberi kekuatan

hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak

lain untuk menunaikan prestasi.5

Kasus kontemporer yang pernah mengemukan dalam pemberitaan di media

massa di Indonesia, khususnya di Kota Medan, dalam kasus/sengketa kepemilikan

tanah yang terletak di Jalan Jati Pulo Brayan Bengkel Kota Medan. Kasus tersebut

bermula dari adanya gugatan perdata di Pengadilan Negeri Klas I-A Medan antara

AK dkk sebagai Penggugat dan RL sebagai Tergugat sebagaimana terdaftar dengan

Register Nomor 113/Pdt.G/ 2006/PN-Mdn.

5

(21)

Berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Medan Register Nomor

113/Pdt.G/2006/PN-Mdn Tanggal 01 Maret 2007, Pengadilan Negeri Medan

mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebahagian. Pertimbangannya adalah bahwa

tuntutan Penggugat-penggugat sepanjang mengenai pembatalan kesepakatan atau

perjanjian dengan Tergugat dan tuntutan pengembalian atas semua surat-surat tanah

yang pernah diterima oleh Tergugat dari Penggugat dan tuntutan pengembalian tanah

terperkara tersebut dalam keadaan aman dan kosong oleh Tergugat kepada

Penggugat-penggugat, telah cukup beralasan dan patut untuk dikabulkan. Sebaliknya

bahwa mengenai tuntutan ganti rugi yang diminta Penggugat-penggugat kepada

Tergugat, oleh karena tidak secara tegas diperjanjikan antara Penggugat-penggugat

dengan Tergugat, maka tuntutan ganti rugi dimaksud haruslah ditolak.6

Berkenaan dengan Putusan Pengadilan Negeri Medan Register Nomor

113/Pdt.G/2006/PN-Mdn Tanggal 01 Maret 2007 tersebut, maka secara nyata dan

fakta hukum bahwa Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan telah salah dan keliru

di dalam pertimbangan maupun putusannya tersebut dan telah merugikan pihak Bank.

Oleh karena, secara yuridis tanah-tanah yang menjadi objek sengketa dalam perkara

tersebut adalah telah memiliki surat tanda bukti hak yang sah yang berbentuk

sertipikat hak atas tanah dan telah diagunkan ke Bank dengan jaminan hak

tanggungan. Di antaranya yaitu:

6

(22)

1. Sertipikat Hak Milik Nomor 387 atas nama Muljadi tanggal 15 September 1995

yang diterbitkan oleh Kantor Pertanahan Kotamadya Medan, berdasarkan Akta

Jual Beli No.205/2008 tanggal 28-05-2008 yang dibuat oleh Lie Na Rimbawan,

SH, selaku PPAT. Kemudian telah diagunkan pada PT.Bank Danamon

Indonesia,Tbk Cabang Medan Pemuda dengan Hak Tanggungan Nomor

6081/2008 Peringkat I (Pertama) APHT. PPAT Lie Na Rimbawan, SH

No.208/2008 tanggal 28-05-2008 dan Hak Tanggungan Nomor 4273/2009

Peringkat II (Kedua) APHT. PPAT Lie Na Rimbawan, SH No.120/2009 tanggal

22/05/2009;

2. Sertipikat Hak Milik Nomor 395 atas nama Muljadi tanggal 23 Oktober 1995

yang diterbitkan oleh Kantor Pertanahan Kotamadya Medan, berdasarkan Akta

Jual Beli No.206/2008 tanggal 28-05-2008 yang dibuat oleh Lie Na Rimbawan,

SH, selaku PPAT. Kemudian telah diagunkan pada PT.Bank Danamon

Indonesia,Tbk Cabang Medan Pemuda dengan Hak Tanggungan Nomor

6081/2008 Peringkat I (Pertama) APHT. PPAT. Lie Na Rimbawan, SH

No.208/2008 tanggal 28-05-2008, Hak Tanggungan Nomor 4273/2009 Peringkat

II (Kedua) APHT. PPAT Lie Na Rimbawan, SH No.120/2009 tanggal 22/05/2009

dan Hak Tanggungan Nomor 12052/2010 Peringkat III (Ketiga) berdasarkan

APHT Nomor 379/2010 tanggal 18-10-2010 yang dibuat oleh PPAT Lie Na

Rimbawan, SH bersama dengan SHM No.387/Pulo Brayan Bengkel dan SHM

(23)

3. Sertipikat Hak Milik Nomor 489 atas nama Muljadi tanggal 25 Maret 1997 yang

diterbitkan oleh Kantor Pertanahan Kotamadya Medan, berdasarkan Akta Jual

Beli No.207/2008 tanggal 28-05-2008 yang dibuat oleh Lie Na Rimbawan, SH,

selaku PPAT. Kemudian telah diagunkan pada PT.Bank Danamon Indonesia,Tbk

Cabang Medan Pemuda dengan Hak Tanggungan Nomor 6162/2008 Peringkat I

(Pertama) APHT. PPAT. Lie Na Rimbawan, SH No.211/2008 tanggal

29-05-2008, Hak Tanggungan Nomor 4273/2009 Peringkat II (Kedua) APHT. PPAT Lie

Na Rimbawan, SH No.120/2009 tanggal 22/05/2009 dan Hak Tanggungan Nomor

12052/2010 Peringkat III (Ketiga) berdasarkan APHT Nomor 379/2010 tanggal

18-10-2010 yang dibuat oleh PPAT Lie Na Rimbawan, SH bersama dengan SHM

No.387/Pulo Brayan Bengkel dan SHM No.395/Pulo Brayan Bengkel;

Sertipikat hak atas tanah merupakan suatu alat bukti hak bagi pemilik tanah

yang menerangkan bahwa data mengenai tanah yang tertera didalamnya adalah

benar-benar miliknya. Oleh karena itu, dengan sertipikat tanah seorang ditetapkan

sebagai pemilik dari tanah yang bersangkutan, selama tidak ada pihak lain yang dapat

membuktikan sebaliknya.7 Penerbitan sertipikat hak atas tanah bagi pemilik tanah

mempunyai tujuan. Tujuan yang ingin dicapai adalah demi diperolehnya jaminan

kepastian hukum dan kepastian hak atas tanah (Recht Kadaster), sebagaimana halnya

tujuan pendaftaran tanah menurut UUPA yang dituangkan Pasal 19 ayat (1) yaitu:

“Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di

7 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-undang Pokok

(24)

seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan

Peraturan Pemerintah”.

Pada hakikatnya, kasus pertanahan merupakan benturan kepentingan (conflict

of interest) di bidang pertanahan antara siapa dengan siapa, sebagai contoh konkret

antara perorangan dengan perorangan, perorangan dengan badan hukum, badan

hukum dengan badan hukum dan lain sebagainya. Artinya bahwa kebutuhan tanah

yang terus meningkat berdampak pada terjadinya konflik di bidang pertanahan.

Konflik tersebut menjadi sengketa apabila pihak yang merasa dirugikan telah

menyatakan rasa tidak puas atau rasa keprihatinannya kepada pihak-pihak yang

dianggap sebagai penyebab kerugian baik secara langsung maupun tidak langsung.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, guna kepastian hukum yang

diamanatkan UUPA, maka terhadap kasus pertanahan dimaksud antara lain dapat

diberikan respons/reaksi/penyelesaian kepada yang berkepentingan (masyarakat dan

pemerintah). Adapun kepastian hukum yang diamanatkan UUPA tersebut meliputi:

1. Kepastian subyek (pemegang haknya);

2. Kepastian obyek (luas, letak dan batas-batasnya);

3. Kepastian hak (jenis hak atas tanahnya).

Pada tanggal 23 Januari 2008 telah diajukan pula Gugatan Perlawanan atas

nama Sdr.Sofyan Widjaya dkk melalui kuasanya Sdr. DR. Januari Siregar, SH,

M.Hum, dkk, Advokat/Penasehat Hukum, sebagaimana terdaftar dengan Register

Nomor 22/Pdt.G/2008/PN-Mdn, yang amarnya berbunyi antara lain: Menyatakan

(25)

banding dengan Akte Banding No.174, tanggal 10 September 2009, akan tetapi

sebagaimana diketahui bahwa Perlawanan tersebut pada prinsipnya tidak menunda

pelaksanaan eksekusi tersebut.8

Bertolak dari hal tersebut di atas, maka pada tanggal 30 November 2011 telah

dilaksanakan eksekusi lahan seluas 70.506.45 M2 bersama 36 rumah di Jalan Jati

Kelurahan Pulo Brayan Bengkel, Kecamatan Medan Timur, Kota Medan oleh Juru

sita Pengadilan Negeri Medan. Dimana pelaksanaan eksekusi tersebut menimbulkan

perlawanan yang luar biasa dari pihak warga Jalan Jati yang pada akhirnya

menimbulkan aksi saling lempar batu antara warga dengan pihak kepolisian,

dikarenakan bahwa pelaksanaan eksekusi tersebut tidak sesuai dengan prosedur

hukum yang berlaku. Menurut salah seorang yang merupakan pemilik dari tanah yang

dieksekusi seluas 70.506.45 M2 tersebut mengatakan bahwa tanah yang dieksekusi

seluas 70.506.45 M2 dalam perkara No. 113/Pdt.G/2006/PN-Mdn, tanggal 1 Maret

2007 antara AK dkk dengan RL adalah milik orang lain dan BPN Medan tidak pernah

membatalkan sertipikat yakni 52 Sertipikat Hak Milik.9 Pada kenyataannya pula,

bahwa terhadap 52 Sertipikat Hak Milik tersebut, ternyata terdapat beberapa

sertipikat yang telah diagunkan ke Bank dalam hal telah melakukan perikatan/kontrak

dengan meminjam kredit di Bank dengan sertipikat hak milik tersebut sebagai

jaminannya, yang dalam hal ini sering disebut dengan istilah pembebanan hak atas

tanah (hak tanggungan).

8

Penetapan No. 20/Eks/2010/113/Pdt. G/2006/PN-Mdn Tanggal 07 September 2010.

9

(26)

Berkenaan dengan Sertipikat Hak Milik yang telah dijadikan agunan/jaminan

pada bank, maka terhadap hal tersebut telah dilakukan perjanjian antara debitur

dengan kreditur, yang mana di dalam perjanjian tersebut dimuat secara jelas dan

terperinci berkenaan dengan hal-hal dan ketentuan-ketentuan yang harus dilakukan

oleh seorang debitur, di antaranya yaitu:

1. Menjalankan usahanya secara layak dan efisien;

2. Memberitahu Bank dengan segera apabila terjadi hal-hal yang mungkin

mengganggu jalannya perusahaan debitur atau yang akan merugikan keadaan

keuangan perusahaan Debitur;

3. Melakukan pembukuan mengenai keuangan perusahaan dan membuat

catatan-catatan yang mencerminkan keadaan keuangan perusahaan debitur yang

sesungguhnya serta hasil pengoperasian perusahaan Debitur yang sesuai dengan

prinsip-prinsip pembukuan yang diterima secara umum dan dilaksanakan secara

konsisten;

4. Memberikan kesempatan kepada karyawan-karyawan Bank dan atau kuasanya

untuk memeriksa pembukuan serta catatan-catatan lainnya mengenai segala

sesuatu yang berhubungan dengan perusahaan Debitur dan mempelajari

kontrak-kontrak yang dibuat oleh debitur dengan pihak ketiga;

5. Mengizinkan Bank untuk menempatkan karyawan-karyawannya dan/atau

kuasanya dalam perusahaan debitur guna ikut mengawasi pengelolaan perusahaan

(27)

6. Menyerahkan kepada Bank:

a. Laporan keuangan triwulan perusahaan debitur selambat-lambatnya 60 (enam

puluh) hari kalender setelah tanggal penutupan pembukuan tersebut; laporan

keuangan mana harus ditandatangani oleh pengurus perusahaan Debitur;

b. Laporan keuangan tahunan perusahaan debitur selambat-lambatnya 90

(sembilan puluh) hari kalender setelah penutupan tahun buku perusahaan

debitur; laporan keuangan tersebut harus dibuat oleh akuntan terdaftar yang

disetujui oleh Bank;

7. Menyimpan sebaik-baiknya surat-surat izin dan persetujuan-persetujuan yang

telah diperolehnya dari pihak yang berwenang dan apabila ternyata kemudian

diperlukan surat-surat izin dan persetujuan-persetujuan yang baru, Debitur wajib

segera mengurusnya;

8. Membayar pajak-pajak, bea materai, biaya-biaya dan semua tagihan-tagihan yang

wajib dibayar oleh Debitur sehubungan dengan usahanya.10

Selain itu, terdapat pula hal-hal dan ketentuan-ketentuan yang tidak boleh

dilakukan oleh Debitur, kecuali dengan persetujuan secara tertulis terlebih dahulu dari

Bank, di antaranya yaitu:

1. Membuat perjanjian kredit atau memperoleh kredit dari pihak ketiga;

2. Menjaminkan/menjual/memindahtangankan harta kekayaan Debitur kepada pihak

ketiga;

(28)

3. Menjual saham-sahamnya kepada pihak ketiga atau membeli saham-saham

perusahaan lain;

4. Mengadakan deversifikasi usahanya atau mengubah maksud dan tujuan

perusahaannya;

5. Merger atau konsolidasi dengan perusahaan lain;

6. Mengubah anggaran dasar perusahaan atau mengubah susunan pengurus

(termasuk Komisaris) atau perubahan dalam pendiri/pesero perusahaan Debitur;

7. Membayarkan dividen atau kewajiban lainnya kepada pendiri pesero perusahaan

Debitur.11

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun

1996 tentang Hak Tanggungan, yang dimaksud dengan hak tanggungan adalah hak

jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut

atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu,

untuk pelunasan utang tertentu yang memberikan kedudukan yang diutamakan

kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lain. Hak Tanggungan lahir

dengan sebuah perjanjian. Dalam kenyataan, banyak pihak pemberi hak tanggungan

yang ternyata lalai atau sengaja melalaikan kewajiban dalam pelaksanaan perjanjian,

misalnya melakukan penjualan terhadap barang jaminan.12 Pinjaman yang diberikan

(kredit) yang dimaksud ialah penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat

11Ibid., hlm. 26.

12 Fia S. Aji, Kedudukan Kreditur dalam Penjaminan dengan Hak Tanggungan,

(29)

disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam-meminjam antara Bank dan

lain pihak dalam hal pihak peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah

jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditetapkan.13

Fungsi dari pemberian jaminan adalah guna memberikan hak dan kekuasaan

kepada Bank untuk mendapatkan pelunasan dengan barang-barang jaminan tersebut,

bila debitur bercidera janji tidak membayar kembali hutangnya pada waktu yang telah

ditetapkan dalam perjanjian. Agar Bank dapat melaksanakan hak dan kekuasaan atas

barang jaminan termaksud, maka perlu terlebih dahulu dilakukan pengikatan secara

yuridis formil atas barang jaminan yang bersangkutan menurut ketentuan hukum

yang berlaku.14

Adapun asas-asas hak tanggungan adalah:15

1. Hak tanggungan memberikan kedudukan yang diutamakan bagi kreditur

pemegang hak tanggungan;

2. Hak tanggungan tidak dapat dibagi-bagi, kecuali diperjanjikan lain;

3. Hak tanggungan hanya dapat dibebankan pada hak atas tanah yang telah ada;

4. Hak tanggungan dapat dibebankan juga atas benda-benda yang berkaitan dengan

tanah yang baru akan ada dikemudian hari;

5. Hak tanggungan dapat dijadikan jaminan utang yang baru akan ada;

6. Hak tanggungan dapat menjamin lebih dari satu utang;

13

Thomas Suyatno, dkk, Kelembagaan Perbankan, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005), hlm. 50.

14

Ibid.

15

(30)

7. Hak tanggungan mengikuti objeknya dalam tangan siapapun objek hak

tanggungan itu berada;

8. Hak tanggungan hanya dapat dibebankan atas tanah tertentu;

9. Hak tanggungan wajib didaftarkan;

10.Hak tanggungan dapat diberikan dengan disertai janji-janji tertentu.

Pembebanan hak atas tanah (hak tanggungan) merupakan hak jaminan

pembayaran hutang tertentu yang dibebankan atas hak atas tanah dari debitur kepada

kreditur, menggunakan akta PPAT yang dimohon kreditur kepada Kepala Kantor

Pertanahan setempat melalui prosedur perolehan sertipikat hak tanggungan dengan

pemenuhan persyaratan permohonan yang disampaikan oleh pemohon kepada Kepala

Kantor Pertanahan setempat melalui loket penerimaan.16

Salah satu hak yang dapat dinilai dengan uang dan mempunyai nilai

ekonomis serta dapat diperalihkan adalah hak atas tanah. Untuk menjamin

pelunasan dari debitur, maka hak atas tanah itulah yang digunakan sebagai

jaminannya. Ketentuan umum dari pemberian jaminan, bahwa syarat suatu

benda dapat dijadikan jaminan hak atas tanah, bahwa benda tersebut harus

memenuhi syarat-syarat antara lain: bahwa benda jaminan tersebut dapat dinilai

dengan uang karena hutang yang dijamin berupa uang, termasuk hak yang

didaftar dalam daftar umum karena harus memenuhi syarat publisitas,

mempunyai sifat dapat dipindahtangankan, karena apabila debitur cidera janji

maka benda yang dijadikan jaminan akan dijual di muka umum, serta

16

(31)

memerlukan penunjukan dalam undang-undang. Sebagai jaminan kredit tanah

mempunyai kelebihan antara lain adalah harganya yang tidak pernah turun

sehingga menjadi primadona bagi pelaku usaha dan perbankan dalam

melakukan transaksi ekonomi.17

Berkenaan dengan perjanjian kredit yang terjadi antara kreditur dengan

debitur tersebut, maka pada saat menghadapi kredit bermasalah, Bank sebagai pihak

kreditur hanya menggunakan dua pendekatan, yaitu:18

1. Restrukturisasi

Biasanya berlaku bagi debitur yang usahanya masih memiliki prospek dan

pemilik serta manajemen memiliki komitmen menyelesaikan kewajiban.

Umumnya, bank menawarkan perubahan struktur kredit, perpanjangan tenor

pinjaman, dan pemotongan suku bunga.

2. Settlement (penyelesaian)

Ini berlaku bagi debitur yang sulit memenuhi seluruh kewajibannya dan usahanya

sudah tidak prospektif lagi. Dalam kebijakan ini, filosofinya adalah

meminimalkan kerugian bukan memaksimalkan keuntungan. Sebab, Bank sudah

pasti rugi saat memutuskan settlement. Dimana hapus tagih ini bertujuan

meminimalisir kerugian yang diderita Bank. Agar hapus tagih tidak menimbulkan

moral hazard, maka perlu pengaturan tegas dalam anggaran dasar perusahaan.

17

LBH Makasar, Hak Tanggungan, Http://www.lbh-makassar.htm, diakses tanggal 17 April 2012.

(32)

Aturan itu juga mencakup siapa saja yang berhak memutuskan kebijakan tersebut.

Umumnya, hapus tagih di Bank swasta berawal dari divisi, kemudian diajukan ke

direksi. Selanjutnya direksi mengajukan kebijakan tersebut ke komisaris untuk

diambil keputusan akhir. Dengan aturan dan sistem yang jelas, maka hapus tagih

tidak akan menimbulkan moral hazard oleh pihak tertentu.

Sengketa mengenai tanah dapat dicegah, paling tidak dapat diminimalkan

apabila diusahakan menghindari penyebabnya, sengketa-sengketa itu adalah peristiwa

hukum, sehingga sebab-sebabnya dapat diketahui dan dikenali dengan kembali

melihat melalui pandangan-pandangan hukum tanah yang ada. Dari

sengketa-sengketa di pengadilan, proses penyelesaian perkaranya memerlukan waktu yang

panjang, adakalanya sampai bertahun-tahun. Hal tersebut dikarenakan adanya

tingkatan pengadilan yang harus dilalui yaitu Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi

dan Mahkamah Agung.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di latar belakang, maka ditariklah beberapa rumusan

permasalahan. Adapun beberapa hal yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini,

yakni sebagai berikut:

1. Mengapa diberikan perlindungan hukum terhadap Bank atas kredit yang

diberikannya dengan jaminan Hak Tanggungan?

2. Bagaimana tindakan Bank atas adanya konflik alas hak dari Hak Tanggungan

(33)

3. Bagaimana upaya hukum yang dilakukan oleh Bank dalam mengatasi adanya

konflik alas Hak Tanggungan pada debiturnya?

C. Tujuan Penelitian

Berangkat dari latar belakang dan rumusan masalah tersebut di atas, maka

dapat diketahui yang menjadi tujuan dari penelitian tesis ini. Adapun yang menjadi

tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui alasan-alasan diberikannya perlindungan hukum terhadap

Bank atas kredit yang diberikannya dengan jaminan Hak Tanggungan.

2. Untuk mengetahui tindakan Bank atas adanya konflik alas hak dari Hak

Tanggungan terhadap kredit yang telah diberikan.

3. Untuk mengetahui upaya hukum yang dilakukan oleh Bank dalam mengatasi

adanya konflik alas Hak Tanggungan pada debiturnya.

D. Manfaat Penelitian

Ditetapkannya beberapa permasalahan, diharapkan akan memberikan manfaat

baik secara teoritis maupun secara praktis, maka penelitian ini setidaknya diharapkan

mampu memberikan ataupun menyumbangkan beberapa manfaat, yakni sebagai

(34)

1. Secara Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wacana pemikiran dan

paradigm mengenai masalah sengketa pertanahan, khususnya mengenai

perlindungan hukum terhadap Bank atas konflik alas hak dari hak tanggungan.

b. Penelitian ini juga diharapkan nantinya akan memberikan sumbangan atau

konstribusi, khususnya terhadap perlindungan hukum terhadap Bank atas

konflik alas hak dari hak tanggungan yang terjadi di masyarakat, serta

melengkapi bahan-bahan penelitian dan penanganan-penanganan

masalah-masalah sengketa alas hak atas tanah dari hak tanggungan.

2. Secara Praktis

a. Lewat penelitian ini diharapkan dapat memperdalam kajian tentang

perlindungan hukum terhadap Bank atas konflik alas hak dari hak tanggungan.

b. Penelitian ini diharapkan pula bisa memberikan masukan yang lebih lagi bagi

para pengambil kebijakan khususnya dalam hal ini pemerintah dan juga pihak

Bank, agar sengketa alas hak atas tanah dari hak tanggungan tidak lagi

merajalela dan mengakar dalam kehidupan masyarakat, baik saat ini maupun

di masa-masa yang akan datang.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan informasi dan juga penelusuran penulis di perpustakaan

Universitas Sumatera Utara terhadap penelitian dengan judul “Perlindungan Hukum

(35)

PN Medan Register No.113/Pdt.G/2006/PN-Mdn Tanggal 01-03-2007)”, belum

pernah ditulis oleh peneliti lain. Sehingga bisa dikatakan kalau penelitian yang

dilakukan ini asli dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya baik itu secara

ilmiah maupun secara akademis oleh penulis.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Pada dasarnya merupakan sebuah kewajiban bahwa penelitian selalu disertai

pemikiran teoritis, sebab adanya hubungan timbal balik antara teori dengan

kegiatan-kegiatan pengumpulan data, konstruksi data, pengolahan data dan analisis data.19

Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau

proses tertentu terjadi, dan satu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada

fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenaran.20

Talcott Parsons menempatkan hukum sebagai salah satu sub-sistem dalam

sistem sosial yang lebih besar. Di samping hukum, terdapat sub-sub sistem lain yang

memiliki logika dan fungsi yang berbeda-beda, yakni budaya, politik dan ekonomi.

Menurutnya, perlindungan hukum bagi rakyat Indonesia adalah prinsip pengakuan

dan perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia yang bersumber pada

Pancasila dan prinsip Negara Hukum yang berdasarkan Pancasila. Dimana

perlindungan hukum yang dimaksud terdiri atas dua macam, yakni:

19

Ronny Hanitidjo, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), hlm. 41.

20

(36)

1. Perlindungan hukum preventif, dimana kepada rakyat diberi kesempatan untuk

mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah

mendapat bentuk yang definitif;

2. Perlindungan hukum represif, dimana lebih ditujukan dalam penyelesian

sengketa.21

Teori yang dijadikan landasan pada penulisan ini adalah teori kepastian

hukum, yang menyebutkan bahwa unsur terpenting dalam penerapan hukum adalah

unsur penegak hukum itu sendiri. Di dalam perwujudan tujuan hukum ke dalam

masyarakat yang memenuhi unsur keadilan dan kepastian hukum, maka masih

tergantung minimal pada dua hak lain, yaitu:

1. Kebutuhan akan hukum yang semakin hari semakin besar yang oleh hukum harus

selalu dipenuhi;

2. Kesadaran hukum manusia dan masyarakat yang semakin hari semakin bertambah

tinggi sehingga hal tersebut harus direspons dengan baik oleh hukum itu sendiri.

Di dalam pemberian jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan

memerlukan tersedianya perangkat hukum yang tertulis, lengkap dan jelas yang

dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan jiwa dan isi ketentuan-ketentuannya.

Dalam penulisan tesis ini juga sangat berhubungan dengan masalah perlindungan

hukum, khususnya bagi Bank atas konflik alas hak yang terjadi dari suatu hak

tanggungan. Sebagaimana definisi dari hak tanggungan yang telah diuraikan dalam

latar belakang penelitian ini, maka yang dapat dijadikan obyek hak tanggungan

(37)

adalah hak-hak atas tanah yang dapat dibebani hak tanggungan, yakni hak milik, hak

guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai atas tanah negara yang menurut ketentuan

wajib didaftar dan menurut sifatnya dapat dipindahtangankan dan dapat juga dibebani

hak tanggungan. Dijadikannya hak pakai sebagai obyek hak tanggungan merupakan

langkah maju dalam hukum pertanahan kita juga bagi warga negara asing menjadi

pemegang hak pakai atas tanah negara yang bila hak tersebut akan dijadikan jaminan

disertai persyaratan bahwa modal yang diperoleh harus dipergunakan untuk kegiatan

pembangunan di Indonesia.

Pemegang hak tanggungan dalam hal ini adalah orang perseorangan atau

badan hukum yang berkedudukan sebagai pihak yang berpiutang.22 Berkenaan

dengan hal tersebut di atas, maka dapat dilihat beberapa ciri-ciri dari Hak

Tanggungan, yaitu:23

1. Memberikan kedudukan yang diutamakan atau mendahulu kepada pemegangnya

atau yang dikenal dengan droit de preference;

2. Selalu mengikuti objek yang dijamin dalam tangan siapa pun benda itu berada

atau disebut dengan droit de suit;

3. Memenuhi asas spesialitas dan publisitas, sehingga dapat mengikat pihak ketiga

dan memberikan kepastian hukum bagi pihak yang berkepentingan;

4. Mudah dan pasti dalam pelaksanaan eksekusinya.

22

Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Jaminan, (Bandung: Mandar Maju, 2009), hlm. 52.

23

(38)

Hak Tanggungan tidak dapat berdiri sendiri tanpa didukung oleh suatu

perjanjian (perjanjian kredit) antara debitur dan kreditur. Dalam perjanjian itu diatur

tentang hubungan hukum antara kreditur dan debitur, baik menyangkut besarnya

jumlah kredit yang diterima oleh debitur, jangka waktu pengembalian kredit maupun

jaminan yang nantinya akan diikat dengan hak tanggungan. Oleh karena Hak

Tanggungan tidak dapat dilepaskan dari perjanjian kredit, itulah sebabnya maka Hak

Tanggungan dikatakan accessoir (mengikuti) perjanjian pokoknya.

Perjanjian kredit Bank selalu merupakan perjanjian yang bersifat konsensuil.

Bagi perjanjian kredit yang jelas-jelas mencantumkan syarat-syarat tangguh atau

klausul conditions precedent, tidak dapat dibantah lagi bahwa perjanjian itu

merupakan perjanjian yang konsensuil sifatnya. Adapun yang dimaksud dengan

syarat-syarat tangguh atau klausul conditions precedent pada suatu perjanjian kredit

ialah fakta atau peristiwa yang harus dipenuhi atau terjadi terlebih dahulu setelah

perjanjian ditandatangani oleh para pihak sebelum Bank berkewajiban menyediakan

kredit dan sebaliknya sebelum nasabah debitur berhak menggunakan kreditnya.24

Dengan kata lain, setelah perjanjian kredit ditandatangani oleh Bank dan

nasabah debitur, nasabah debitur belum berhak menggunakan atau melakukan

penarikan kredit. Atau sebaliknya, setelah ditandatanganinya perjanjian kredit oleh

kedua belah pihak, belumlah menimbulkan kewajiban bagi Bank untuk menyediakan

kredit sebagaimana yang diperjanjikan.25

24

Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, (Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 2009), hlm. 176.

25

(39)

Kredit yang diberikan oleh kreditur mengandung resiko, maka dalam setiap

pemberian kredit, Bank tidak diperkenankan memberikan kredit tanpa ada suatu

perjanjian tertulis. Itu sebabnya diperlukan suatu jaminan kredit dengan disertai

keyakinan akan kemampuan debitur melunasi utangnya. Hal ini sesuai dengan

ketentuan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang

menyatakan dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah,

Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atau

itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya

atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan.

Dalam menjalankan suatu perjanjian khususnya dalam perjanjian kredit, para

pihak (debitur, kreditur) selalu dibebani dua hal yaitu hak dan kewajiban. Menurut

Subekti, bahwa suatu perikatan yang dilahirkan oleh suatu perjanjian, mempunyai

dua sudut: sudut kewajiban-kewajiban (obligations) yang dipikul oleh suatu pihak

dan sudut hak-hak atau manfaat, yang diperoleh oleh lain pihak, yaitu hak-hak

menurut dilaksanakannya sesuatu yang disanggupi dalam perjanjian itu. Jadi, hak

tanggungan merupakan jaminan hak atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang

memberi kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

lainnya.26

26

(40)

Maksud dari kreditur diutamakan dari kreditur lainnya yaitu apabila debitur

cidera janji, kreditur pemegang hak tanggungan dapat menjual barang agunan melalui

pelelangan umum untuk pelunasan utang debitur. Kedudukan diutamakan tersebut

tentu tidak mempengaruhi pelunasan utang debitur terhadap kreditur-kreditur lainnya.

Hukum mengenai perkreditan modern yang dijamin dengan hak tanggungan

mengatur perjanjian dan hubungan utang-piutang tertentu antara kreditur dan debitur,

yang meliputi hak kreditur untuk menjual secara lelang harta kekayaan tertentu yang

ditunjuk secara khusus sebagai jaminan (obyek hak tanggungan) dan mengambil

pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut jika debitur cidera janji.

Proses pembebanan hak tanggungan dilaksanakan melalui dua tahap kegiatan,

yaitu:27

1. Tahap pemberian hak tanggungan, dengan dibuatnya Akta Pemberian Hak

Tanggungan oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah, untuk selanjutnya disebut PPAT,

yang didahului dengan perjanjian utang piutang atau yang dijamin;

2. Tahap pendaftaran oleh Kantor Pertanahan, yang merupakan saat lahirnya hak

tanggungan yang dibebankan.

Pada tahap pemberian hak tanggungan oleh pemberi Hak Tanggungan kepada

kreditur, Hak Tanggungan yang bersangkutan belum lahir. Hak Tanggungan itu baru

lahir pada saat dibukukannya dalam buku tanah di Kantor Pertanahan. Oleh karena

itu, kepastian mengenai saat didaftarnya Hak Tanggungan tersebut adalah sangat

27

(41)

penting bagi kreditur.28 Saat tersebut bukan saja menentukan kedudukannya yang

diutamakan terhadap kreditur-kreditur yang lain, melainkan juga menentukan

peringkatnya dalam hubungannya dengan kreditur-kreditur lain yang juga pemegang

hak tanggungan dengan tanah yang sama sebagai jaminannya.

Kreditur pemegang Hak Tanggungan mempunyai hak mendahului daripada

kreditur-kreditur yang lain (droit de preference) untuk mengambil pelunasan dari

penjualan tersebut. Kemudian Hak Tanggungan juga tetap membebani obyek hak

tanggungan di tangan siapapun benda itu berada. Ini berarti bahwa kreditur pemegang

Hak Tanggungan tetap berhak menjual lelang benda tersebut, biarpun sudah

dipindahkan haknya kepada pihak lain (droit de suite).29 Sehingga dengan demikian,

hak kebendaan melekat kepada Bank (droit de suite) sebagai kreditur sepanjang

hutang belum dilunasi oleh debitur, yakni sebagai jaminan hutang debitur tersebut.

Dalam hal terjadinya pengalihan barang jaminan kepada pihak lain tanpa

seizin pihak kreditur, maka kreditur dapat mengajukan action pauliana, yaitu hak dari

kreditur untuk membatalkan seluruh tindakan kreditur yang dianggap merugikan.

Dengan demikian, dalam perjanjian tanggungan, pihak kreditur tetap diberikan

hak-hak yang dapat menghindarkannya dari praktek-praktek “nakal” debitur atau

kelalaian debitur.

28

Ibid.

29

(42)

2. Konsepsi

Agar konsep-konsep yang dipergunakan dalam suatu penelitian, terutama

konsep-konsep yang terkait langsung dengan variable penelitian tidak ditafsirkan atau

tidak diartikan berbeda-beda, maka perlu dirumuskan suatu kerangka konsep atau

dengan mempergunakan model definisi operasional.30 Hal ini untuk menghindari

terjadi perbedaan pemahaman dalam penelitian ini.

Adapun definisi operasional dan istilah-istilah yang dipergunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Perlindungan hukum adalah suatu bentuk pelayanan yang wajib dilaksanakan oleh

aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk memberikan rasa aman, baik

fisik maupun mental, kepada korban dan sanksi dari ancaman, gangguan, teror,

dan kekerasan dari pihak manapun yang diberikan pada tahap penyelidikan,

penyidikan, penuntutan dan atas pemeriksaan di sidang pengadilan.31

b. Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit (agent

of development) dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran yang diberikan baik

kepada perorangan maupun kelompok/perusahaan (agent of trust) serta peredaran

uang.32

30

Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Thesis, (Medan: Universitas Sumatera Utara), hlm. 72.

31

Raja Untung, Pengertian Perlindungan Hukum, Http://www.id.shvoong.com, diakses tanggal 18 April 2012.

32

(43)

c. Konflik adalah merupakan kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau

tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun

dalam hubungannya dengan orang lain.33

d. Alas hak adalah bukti hak dasar seseorang dalam membuktikan hubungan hukum

antara dirinya dengan hak yang melekat atas tanah.34

e. Perjanjian Kredit adalah ikatan antara Bank dengan debitur yang isinya

menentukan dan mengatur hak dan kewajiban kedua pihak sehubungan dengan

pemberian atau pinjaman kredit (pinjam uang).35

f. Kreditur adalah orang memberi hutang/kredit atau pihak yang memiliki piutang

karena perjanjian atau undang-undang.36

g. Debitur adalah pihak yang memiliki hutang kepada pihak lain atau pihak yang

mempunyai hutang karena perjanjian atau undang-undang.37

h. Hak Tanggungan adalah hak jaminan atas tanah untuk pelunasan utang yang

memberikan kedudukan istimewa kepada seorang kreditur terhadap

kreditur-kreditur lain.38

i. Pemberi Hak Tanggungan adalah orang perseorangan atau badan hukum yang

mempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum terhadap obyek hak

tanggungan yang bersangkutan.39

33

Killman dan Thomas, Manajemen Konflik, Http://www.jurnal-sdm.blogspot.com, diakses tanggal 18 April 2012.

34

Memahami Arti Penting Riwayat Kepemilikan Tanah, Http://www.kab-mukomuko.bpn.go. id, diakses tanggal 18 April 2012.

35

Sutarno, Aspek-aspek Hukum Perkreditan pada Bank, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 98.

36

Marwan, M. & Jimmy P, Kamus Hukum, (Surabaya: Reality Publisher, 2009), hlm. 156.

37

Ibid.

38

(44)

j. Pemegang Hak Tanggungan adalah orang perseorangan atau badan hukum yang

berkedudukan sebagai pihak yang berpiutang.40

G. Metode Penelitian

Sebagai suatu penelitian ilmiah, maka rangkaian kegiatan dalam penelitian ini

haruslah mengikuti metode-metode penelitian yang telah ditetapkan oleh Universitas

Sumatera Utara, hal ini untuk mendapatkan hasil maksimal. Adapun metode

penelitian yang dipergunakan oleh penulis adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif yakni penelitian yang

hanya melakukan analisis semata berdasarkan pada bahan-bahan kepustakaan dan

juga studi dokumen. Sedangkan sifat dari penelitian ini adalah bersifat

deskriftif-analistis yang bertujuan melukiskan atau menggambarkan permasalahan yang lebih

komprehensif mengenai konflik alas hak dari hak tanggungan. Adapun yang menjadi

permasalahan pokok yang akan diteliti adalah menyangkut dengan perlindungan

hukum terhadap Bank sebagai kreditur dan mengenai pertanggungjawaban negara

dan perlindungan yang diberikan kepada Bank dan pemegang sertifikat hak atas

tanah.

39

Ibid.

40

(45)

2. Sumber Data Penelitian

Dalam penelitian hukum normatif, data yang diperlukan adalah data sekunder.

Data sekunder tersebut mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, meliputi

surat-surat pribadi, buku-buku, sampai pada dokumen-dokumen resmi yang dikeluarkan

oleh pemerintah.41 Materi penelitian ini didapatkan dengan cara mengumpulkan

referensi yang berkaitan dengan objek penelitian yang diteliti, meliputi:

a. Bahan hukum primer, merupakan bahan hukum yang mengikat dari sudut norma

dan peraturan berupa perundang-undangan yang berkaitan dengan perbankan,

yang meliputi Putusan Pengadilan Negeri Medan Register Nomor

113/Pdt.G/2006/PN-Mdn Tanggal 01-03-2007, Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, serta beberapa

undang-undang lainnya yang berkaitan dengan objek penelitian.

b. Bahan hukum sekunder, merupakan bahan-bahan yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer berupa buku-buku bacaan yang relevan dengan

penelitian ini, hasil tulisan seperti tesis, jurnal, makalah, hasil penelitian, artikel,

bahkan pendapat dari pakar hukum yang sesuai dengan topik kajian penelitian ini.

c. Bahan hukum tersier, merupakan bahan-bahan penunjang dan bahan-bahan yang

dapat memberikan petunjuk-petunjuk maupun penjelasan-penjelasan terhadap

bahan hukum primer dan sekunder yakni meliputi Kamus, majalah, dan surat

kabar.

41

(46)

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara telaah pustaka (library

research) dan studi dokumen, yakni berupa putusan pengadilan, buku-buku, jurnal,

dokumen, dan sumber teoritis lainnya sebagai dasar penyelesaian pokok masalah

dalam penelitian ini. Bahan kepustakaan dan dokumen yang diteliti berkaitan dengan

permasalahan seputar perlindungan hukum terhadap Bank atas konflik alas dari Hak

Tanggungan.

4. Analisis Data

Analisis adalah hal terpenting pada penelitian dalam rangka memberi jawaban

terhadap permasalahan yang diteliti. Pada penelitian ini analisis data dilakukan secara

kualitatif dengan menggunakan logika deduktif, yakni mempelajari, menganalisis

dan memperhatikan kualitas data, sehingga diperoleh data yang bisa menjawab

permasalahan dari penelitian ini. Menurut Lexy J. Moleong, analisis data kualitatif

adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, memilahnya menjadi

satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan apa yang penting dan apa yang

dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan pada orang lain.42

Selain itu, juga berusaha mencari aturan-aturan, nilai-nilai maupun sistem

perlindungan hukum yang terdapat dalam pustaka yang terkait untuk dirumuskan

42

Referensi

Dokumen terkait

Manajer perusahaan akan mengalami kesulitan untuk menyembunyikan informasi dari para kreditor sehingga manajer akan berhati-hati dalam mengatur tingkat konservatisma agar

Hipotesis yang dibangun bahwa senyawa Y- 24180 dapat digunakan sebagai senyawa penuntun dalam pengembangan protokol penapisan virtual berbasis struktur (PVBS),

Hasil analisis menunjukkan bahwa alternatif strategi utama yang dapat diterapkan dalam mengembangkan usaha sapi potong adalah mengoptimalkan dan mengembangkan

Karena Obat Herbal De Nature di podo jodo spesialis kelamin insyaAllah bisa membantu menjadi perantara kesembuhan kemaluan yang keluar nanah atau gonore alias

The scientific method as a method of intervention to improve the character education of elementary school students is more directed to the affective domain in the field of

Pada umumnya mesin gerinda tangan digunakan untuk menggerinda atau memotong logam, tetapi dengan menggunakan batu atau mata yang sesuai kita juga dapat menggunakan mesin gerinda

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui “ Gambaran perkembangan anak usia dibawah 1 tahun pada orang tua dengan riwayat pernikahan dini

Semua aksesi nilam uji terdapat variasi yang tinggi pada karakter kuantitatif antara lain jumlah daun, panjang daun, lebar daun dan tebal daun, produksi terna, jumlah