BAB IV UPAYA HUKUM DAN JALAN KELUAR OLEH BANK
A. Upaya Hukum yang Dilakukan oleh Bank dalam Mengatasi
C. Tujuan Penelitian
Berangkat dari latar belakang dan rumusan masalah tersebut di atas, maka dapat diketahui yang menjadi tujuan dari penelitian tesis ini. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui alasan-alasan diberikannya perlindungan hukum terhadap Bank atas kredit yang diberikannya dengan jaminan Hak Tanggungan.
2. Untuk mengetahui tindakan Bank atas adanya konflik alas hak dari Hak Tanggungan terhadap kredit yang telah diberikan.
3. Untuk mengetahui upaya hukum yang dilakukan oleh Bank dalam mengatasi adanya konflik alas Hak Tanggungan pada debiturnya.
D. Manfaat Penelitian
Ditetapkannya beberapa permasalahan, diharapkan akan memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis, maka penelitian ini setidaknya diharapkan mampu memberikan ataupun menyumbangkan beberapa manfaat, yakni sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wacana pemikiran dan paradigm mengenai masalah sengketa pertanahan, khususnya mengenai perlindungan hukum terhadap Bank atas konflik alas hak dari hak tanggungan. b. Penelitian ini juga diharapkan nantinya akan memberikan sumbangan atau konstribusi, khususnya terhadap perlindungan hukum terhadap Bank atas konflik alas hak dari hak tanggungan yang terjadi di masyarakat, serta melengkapi bahan-bahan penelitian dan penanganan-penanganan masalah-masalah sengketa alas hak atas tanah dari hak tanggungan.
2. Secara Praktis
a. Lewat penelitian ini diharapkan dapat memperdalam kajian tentang perlindungan hukum terhadap Bank atas konflik alas hak dari hak tanggungan. b. Penelitian ini diharapkan pula bisa memberikan masukan yang lebih lagi bagi para pengambil kebijakan khususnya dalam hal ini pemerintah dan juga pihak Bank, agar sengketa alas hak atas tanah dari hak tanggungan tidak lagi merajalela dan mengakar dalam kehidupan masyarakat, baik saat ini maupun di masa-masa yang akan datang.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan informasi dan juga penelusuran penulis di perpustakaan Universitas Sumatera Utara terhadap penelitian dengan judul “Perlindungan Hukum terhadap Bank atas Konflik Alas Hak dari Hak Tanggungan (Study kasus: Putusan
PN Medan Register No.113/Pdt.G/2006/PN-Mdn Tanggal 01-03-2007)”, belum pernah ditulis oleh peneliti lain. Sehingga bisa dikatakan kalau penelitian yang dilakukan ini asli dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya baik itu secara ilmiah maupun secara akademis oleh penulis.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori
Pada dasarnya merupakan sebuah kewajiban bahwa penelitian selalu disertai pemikiran teoritis, sebab adanya hubungan timbal balik antara teori dengan kegiatan-kegiatan pengumpulan data, konstruksi data, pengolahan data dan analisis data.19 Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi, dan satu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenaran.20
Talcott Parsons menempatkan hukum sebagai salah satu sub-sistem dalam sistem sosial yang lebih besar. Di samping hukum, terdapat sub-sub sistem lain yang memiliki logika dan fungsi yang berbeda-beda, yakni budaya, politik dan ekonomi. Menurutnya, perlindungan hukum bagi rakyat Indonesia adalah prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia yang bersumber pada Pancasila dan prinsip Negara Hukum yang berdasarkan Pancasila. Dimana perlindungan hukum yang dimaksud terdiri atas dua macam, yakni:
19
Ronny Hanitidjo, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), hlm. 41.
20
J. J. J. M. Wuisman, Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Asas-asas, (Jakarta: FE UI, 1996), hlm. 203.
1. Perlindungan hukum preventif, dimana kepada rakyat diberi kesempatan untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitif;
2. Perlindungan hukum represif, dimana lebih ditujukan dalam penyelesian sengketa.21
Teori yang dijadikan landasan pada penulisan ini adalah teori kepastian hukum, yang menyebutkan bahwa unsur terpenting dalam penerapan hukum adalah unsur penegak hukum itu sendiri. Di dalam perwujudan tujuan hukum ke dalam masyarakat yang memenuhi unsur keadilan dan kepastian hukum, maka masih tergantung minimal pada dua hak lain, yaitu:
1. Kebutuhan akan hukum yang semakin hari semakin besar yang oleh hukum harus selalu dipenuhi;
2. Kesadaran hukum manusia dan masyarakat yang semakin hari semakin bertambah tinggi sehingga hal tersebut harus direspons dengan baik oleh hukum itu sendiri.
Di dalam pemberian jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan memerlukan tersedianya perangkat hukum yang tertulis, lengkap dan jelas yang dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan jiwa dan isi ketentuan-ketentuannya. Dalam penulisan tesis ini juga sangat berhubungan dengan masalah perlindungan hukum, khususnya bagi Bank atas konflik alas hak yang terjadi dari suatu hak tanggungan. Sebagaimana definisi dari hak tanggungan yang telah diuraikan dalam latar belakang penelitian ini, maka yang dapat dijadikan obyek hak tanggungan
adalah hak-hak atas tanah yang dapat dibebani hak tanggungan, yakni hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai atas tanah negara yang menurut ketentuan wajib didaftar dan menurut sifatnya dapat dipindahtangankan dan dapat juga dibebani hak tanggungan. Dijadikannya hak pakai sebagai obyek hak tanggungan merupakan langkah maju dalam hukum pertanahan kita juga bagi warga negara asing menjadi pemegang hak pakai atas tanah negara yang bila hak tersebut akan dijadikan jaminan disertai persyaratan bahwa modal yang diperoleh harus dipergunakan untuk kegiatan pembangunan di Indonesia.
Pemegang hak tanggungan dalam hal ini adalah orang perseorangan atau badan hukum yang berkedudukan sebagai pihak yang berpiutang.22 Berkenaan dengan hal tersebut di atas, maka dapat dilihat beberapa ciri-ciri dari Hak Tanggungan, yaitu:23
1. Memberikan kedudukan yang diutamakan atau mendahulu kepada pemegangnya atau yang dikenal dengan droit de preference;
2. Selalu mengikuti objek yang dijamin dalam tangan siapa pun benda itu berada atau disebut dengan droit de suit;
3. Memenuhi asas spesialitas dan publisitas, sehingga dapat mengikat pihak ketiga dan memberikan kepastian hukum bagi pihak yang berkepentingan;
4. Mudah dan pasti dalam pelaksanaan eksekusinya.
22
Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Jaminan, (Bandung: Mandar Maju, 2009), hlm. 52.
23
H. Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), hlm. 98.
Hak Tanggungan tidak dapat berdiri sendiri tanpa didukung oleh suatu perjanjian (perjanjian kredit) antara debitur dan kreditur. Dalam perjanjian itu diatur tentang hubungan hukum antara kreditur dan debitur, baik menyangkut besarnya jumlah kredit yang diterima oleh debitur, jangka waktu pengembalian kredit maupun jaminan yang nantinya akan diikat dengan hak tanggungan. Oleh karena Hak Tanggungan tidak dapat dilepaskan dari perjanjian kredit, itulah sebabnya maka Hak Tanggungan dikatakan accessoir (mengikuti) perjanjian pokoknya.
Perjanjian kredit Bank selalu merupakan perjanjian yang bersifat konsensuil. Bagi perjanjian kredit yang jelas-jelas mencantumkan syarat-syarat tangguh atau klausul conditions precedent, tidak dapat dibantah lagi bahwa perjanjian itu merupakan perjanjian yang konsensuil sifatnya. Adapun yang dimaksud dengan syarat-syarat tangguh atau klausul conditions precedent pada suatu perjanjian kredit ialah fakta atau peristiwa yang harus dipenuhi atau terjadi terlebih dahulu setelah perjanjian ditandatangani oleh para pihak sebelum Bank berkewajiban menyediakan kredit dan sebaliknya sebelum nasabah debitur berhak menggunakan kreditnya.24
Dengan kata lain, setelah perjanjian kredit ditandatangani oleh Bank dan nasabah debitur, nasabah debitur belum berhak menggunakan atau melakukan penarikan kredit. Atau sebaliknya, setelah ditandatanganinya perjanjian kredit oleh kedua belah pihak, belumlah menimbulkan kewajiban bagi Bank untuk menyediakan kredit sebagaimana yang diperjanjikan.25
24
Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, (Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 2009), hlm. 176.
25
Kredit yang diberikan oleh kreditur mengandung resiko, maka dalam setiap pemberian kredit, Bank tidak diperkenankan memberikan kredit tanpa ada suatu perjanjian tertulis. Itu sebabnya diperlukan suatu jaminan kredit dengan disertai keyakinan akan kemampuan debitur melunasi utangnya. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang menyatakan dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atau itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan.
Dalam menjalankan suatu perjanjian khususnya dalam perjanjian kredit, para pihak (debitur, kreditur) selalu dibebani dua hal yaitu hak dan kewajiban. Menurut Subekti, bahwa suatu perikatan yang dilahirkan oleh suatu perjanjian, mempunyai dua sudut: sudut kewajiban-kewajiban (obligations) yang dipikul oleh suatu pihak dan sudut hak-hak atau manfaat, yang diperoleh oleh lain pihak, yaitu hak-hak menurut dilaksanakannya sesuatu yang disanggupi dalam perjanjian itu. Jadi, hak tanggungan merupakan jaminan hak atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberi kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lainnya.26
26
Maksud dari kreditur diutamakan dari kreditur lainnya yaitu apabila debitur cidera janji, kreditur pemegang hak tanggungan dapat menjual barang agunan melalui pelelangan umum untuk pelunasan utang debitur. Kedudukan diutamakan tersebut tentu tidak mempengaruhi pelunasan utang debitur terhadap kreditur-kreditur lainnya. Hukum mengenai perkreditan modern yang dijamin dengan hak tanggungan mengatur perjanjian dan hubungan utang-piutang tertentu antara kreditur dan debitur, yang meliputi hak kreditur untuk menjual secara lelang harta kekayaan tertentu yang ditunjuk secara khusus sebagai jaminan (obyek hak tanggungan) dan mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut jika debitur cidera janji.
Proses pembebanan hak tanggungan dilaksanakan melalui dua tahap kegiatan, yaitu:27
1. Tahap pemberian hak tanggungan, dengan dibuatnya Akta Pemberian Hak Tanggungan oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah, untuk selanjutnya disebut PPAT, yang didahului dengan perjanjian utang piutang atau yang dijamin;
2. Tahap pendaftaran oleh Kantor Pertanahan, yang merupakan saat lahirnya hak tanggungan yang dibebankan.
Pada tahap pemberian hak tanggungan oleh pemberi Hak Tanggungan kepada kreditur, Hak Tanggungan yang bersangkutan belum lahir. Hak Tanggungan itu baru lahir pada saat dibukukannya dalam buku tanah di Kantor Pertanahan. Oleh karena itu, kepastian mengenai saat didaftarnya Hak Tanggungan tersebut adalah sangat
27
Badriyah Harun, Penyelesaian Sengketa Kredit Bermasalah, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2010), hlm. 73.
penting bagi kreditur.28 Saat tersebut bukan saja menentukan kedudukannya yang diutamakan terhadap kreditur-kreditur yang lain, melainkan juga menentukan peringkatnya dalam hubungannya dengan kreditur-kreditur lain yang juga pemegang hak tanggungan dengan tanah yang sama sebagai jaminannya.
Kreditur pemegang Hak Tanggungan mempunyai hak mendahului daripada kreditur-kreditur yang lain (droit de preference) untuk mengambil pelunasan dari penjualan tersebut. Kemudian Hak Tanggungan juga tetap membebani obyek hak tanggungan di tangan siapapun benda itu berada. Ini berarti bahwa kreditur pemegang Hak Tanggungan tetap berhak menjual lelang benda tersebut, biarpun sudah dipindahkan haknya kepada pihak lain (droit de suite).29 Sehingga dengan demikian, hak kebendaan melekat kepada Bank (droit de suite) sebagai kreditur sepanjang hutang belum dilunasi oleh debitur, yakni sebagai jaminan hutang debitur tersebut.
Dalam hal terjadinya pengalihan barang jaminan kepada pihak lain tanpa seizin pihak kreditur, maka kreditur dapat mengajukan action pauliana, yaitu hak dari kreditur untuk membatalkan seluruh tindakan kreditur yang dianggap merugikan. Dengan demikian, dalam perjanjian tanggungan, pihak kreditur tetap diberikan hak-hak yang dapat menghindarkannya dari praktek-praktek “nakal” debitur atau kelalaian debitur.
28
Ibid.
29
2. Konsepsi
Agar konsep-konsep yang dipergunakan dalam suatu penelitian, terutama konsep-konsep yang terkait langsung dengan variable penelitian tidak ditafsirkan atau tidak diartikan berbeda-beda, maka perlu dirumuskan suatu kerangka konsep atau dengan mempergunakan model definisi operasional.30 Hal ini untuk menghindari terjadi perbedaan pemahaman dalam penelitian ini.
Adapun definisi operasional dan istilah-istilah yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Perlindungan hukum adalah suatu bentuk pelayanan yang wajib dilaksanakan oleh aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk memberikan rasa aman, baik fisik maupun mental, kepada korban dan sanksi dari ancaman, gangguan, teror, dan kekerasan dari pihak manapun yang diberikan pada tahap penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan atas pemeriksaan di sidang pengadilan.31
b. Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit (agent
of development) dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran yang diberikan baik
kepada perorangan maupun kelompok/perusahaan (agent of trust) serta peredaran uang.32
30
Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Thesis, (Medan: Universitas Sumatera Utara), hlm. 72.
31
Raja Untung, Pengertian Perlindungan Hukum, Http://www.id.shvoong.com, diakses tanggal 18 April 2012.
32
c. Konflik adalah merupakan kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungannya dengan orang lain.33
d. Alas hak adalah bukti hak dasar seseorang dalam membuktikan hubungan hukum antara dirinya dengan hak yang melekat atas tanah.34
e. Perjanjian Kredit adalah ikatan antara Bank dengan debitur yang isinya menentukan dan mengatur hak dan kewajiban kedua pihak sehubungan dengan pemberian atau pinjaman kredit (pinjam uang).35
f. Kreditur adalah orang memberi hutang/kredit atau pihak yang memiliki piutang karena perjanjian atau undang-undang.36
g. Debitur adalah pihak yang memiliki hutang kepada pihak lain atau pihak yang mempunyai hutang karena perjanjian atau undang-undang.37
h. Hak Tanggungan adalah hak jaminan atas tanah untuk pelunasan utang yang memberikan kedudukan istimewa kepada seorang kreditur terhadap kreditur-kreditur lain.38
i. Pemberi Hak Tanggungan adalah orang perseorangan atau badan hukum yang mempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum terhadap obyek hak tanggungan yang bersangkutan.39
33
Killman dan Thomas, Manajemen Konflik, Http://www.jurnal-sdm.blogspot.com, diakses tanggal 18 April 2012.
34
Memahami Arti Penting Riwayat Kepemilikan Tanah, Http://www.kab-mukomuko.bpn.go. id, diakses tanggal 18 April 2012.
35
Sutarno, Aspek-aspek Hukum Perkreditan pada Bank, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 98.
36
Marwan, M. & Jimmy P, Kamus Hukum, (Surabaya: Reality Publisher, 2009), hlm. 156.
37
Ibid.
38
j. Pemegang Hak Tanggungan adalah orang perseorangan atau badan hukum yang berkedudukan sebagai pihak yang berpiutang.40
G. Metode Penelitian
Sebagai suatu penelitian ilmiah, maka rangkaian kegiatan dalam penelitian ini haruslah mengikuti metode-metode penelitian yang telah ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara, hal ini untuk mendapatkan hasil maksimal. Adapun metode penelitian yang dipergunakan oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif yakni penelitian yang hanya melakukan analisis semata berdasarkan pada bahan-bahan kepustakaan dan juga studi dokumen. Sedangkan sifat dari penelitian ini adalah bersifat deskriftif-analistis yang bertujuan melukiskan atau menggambarkan permasalahan yang lebih komprehensif mengenai konflik alas hak dari hak tanggungan. Adapun yang menjadi permasalahan pokok yang akan diteliti adalah menyangkut dengan perlindungan hukum terhadap Bank sebagai kreditur dan mengenai pertanggungjawaban negara dan perlindungan yang diberikan kepada Bank dan pemegang sertifikat hak atas tanah.
39
Ibid.
40
2. Sumber Data Penelitian
Dalam penelitian hukum normatif, data yang diperlukan adalah data sekunder. Data sekunder tersebut mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, meliputi surat-surat pribadi, buku-buku, sampai pada dokumen-dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah.41 Materi penelitian ini didapatkan dengan cara mengumpulkan referensi yang berkaitan dengan objek penelitian yang diteliti, meliputi:
a. Bahan hukum primer, merupakan bahan hukum yang mengikat dari sudut norma dan peraturan berupa perundang-undangan yang berkaitan dengan perbankan, yang meliputi Putusan Pengadilan Negeri Medan Register Nomor 113/Pdt.G/2006/PN-Mdn Tanggal 01-03-2007, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, serta beberapa undang-undang lainnya yang berkaitan dengan objek penelitian.
b. Bahan hukum sekunder, merupakan bahan-bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer berupa buku-buku bacaan yang relevan dengan penelitian ini, hasil tulisan seperti tesis, jurnal, makalah, hasil penelitian, artikel, bahkan pendapat dari pakar hukum yang sesuai dengan topik kajian penelitian ini. c. Bahan hukum tersier, merupakan bahan-bahan penunjang dan bahan-bahan yang dapat memberikan petunjuk-petunjuk maupun penjelasan-penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder yakni meliputi Kamus, majalah, dan surat kabar.
41
Abdul Kadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004), hlm. 122.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara telaah pustaka (library
research) dan studi dokumen, yakni berupa putusan pengadilan, buku-buku, jurnal,
dokumen, dan sumber teoritis lainnya sebagai dasar penyelesaian pokok masalah dalam penelitian ini. Bahan kepustakaan dan dokumen yang diteliti berkaitan dengan permasalahan seputar perlindungan hukum terhadap Bank atas konflik alas dari Hak Tanggungan.
4. Analisis Data
Analisis adalah hal terpenting pada penelitian dalam rangka memberi jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Pada penelitian ini analisis data dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan logika deduktif, yakni mempelajari, menganalisis dan memperhatikan kualitas data, sehingga diperoleh data yang bisa menjawab permasalahan dari penelitian ini. Menurut Lexy J. Moleong, analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, memilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan pada orang lain.42
Selain itu, juga berusaha mencari aturan-aturan, nilai-nilai maupun sistem perlindungan hukum yang terdapat dalam pustaka yang terkait untuk dirumuskan
42
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 248.
sebagai suatu perlindungan hukum tertentu yang bisa diberlakukan dalam perlindungan hukum terhadap Bank atas konflik alas hak dari Hak Tanggungan. Kemudian dilakukan penarikan kesimpulan dengan menggunakan metode deduktif. Dari hal tersebut diharapkan dapat menjawab permasalahan yang ada.
A. Alasan-Alasan Diberikannya Perlindungan Hukum Terhadap Bank Atas Kredit Yang Diberikannya Dengan Jaminan Hak Tanggungan
Salah satu produk yang diberikan oleh Bank dalam membantu kelancaran usaha debiturnya adalah dengan pemberian kredit, dimana hal ini merupakan salah satu fungsi Bank yang sangat mendukung pertumbuhan ekonomi. Istilah kredit bukan merupakan hal yang asing dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, karena sering dijumpai pada anggota masyarakat yang melakukan jual beli barang secara kredit. Jual beli tersebut tidak dilakukan secara tunai (kontan) tetapi dengan cara mengangsur. Masyarakat pada umumnya mengartikan kredit sama dengan utang, karena setelah jangka waktu tertentu mereka harus membayar lunas.
Kata kredit berasal dari bahasa Romawi yaitu credere yang berarti kepercayaan akan kebenaran dan apabila dihubungkan dengan Bank, maka terkandung pengertian bahwa pihak Bank selaku kreditur memberikan kepercayaan untuk meminjamkan sejumlah uang kepada nasabah atau debitur, karena debitur dipercaya kemampuannya untuk membayar lunas pinjamannya setelah jangka waktu yang ditentukan.43 Dalam pengertian yang lebih luas, kredit dapat diartikan sebagai kemampuan untuk melaksanakan suatu pemberian atau mengadakan suatu pinjaman
43 Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan Yuridis, (Jakarta: Djambatan, 1996), hlm. 44.
dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan pada jangka waktu yang telah disepakati.
Berdasarkan pengertian kredit di atas, maka intisari pengertian kredit menurut penulis adalah adanya unsur kepercayaan serta pertimbangan untuk saling tolong-menolong. Selain itu, dilihat dari pihak kreditur, unsur penting dalam kegiatan kredit sekarang ini adalah untuk mengambil keuntungan dari modal dengan mengambil kontraprestasi, sedangkan dipandang dari segi debitur, adanya bantuan dari kreditur untuk menutupi kebutuhan berupa prestasi. Hanya saja antara prestasi dan kontraprestasi terdapat suatu masa yang memisahkannya dan kondisi semacam ini mengakibatkan adanya risiko berupa ketidaktentuan, sehingga diperlukan suatu jaminan dalam pemberian kredit tersebut.
Kredit pada awal perkembangannya mengarahkan fungsinya untuk merangsang kedua belah pihak yaitu debitur dan kreditur guna pencapaian tujuan dalam pemenuhan kebutuhan baik dalam bidang usaha maupun untuk kebutuhan sehari-hari. Pihak yang memperoleh kredit (debitur) harus dapat menunjukkan prestasi yang lebih tinggi pada kemajuan usahanya tersebut, atau mendapatkan pemenuhan atas kebutuhannya, sedangkan bagi pihak pemberi fasilitas kredit (kreditur), secara material harus mendapatkan rentabilitas berdasarkan perhitungan yang wajar dari modal yang dijadikan objek kredit, dan secara spiritual mendapatkan kepuasan karena dapat membantu pihak lain untuk mencapai kemajuan.
Suatu kredit mencapai fungsinya, baik bagi debitur, kreditur, maupun masyarakat, apabila secara sosial ekonomis membawa pengaruh yang lebih baik.
Bagi pihak debitur dan kreditur sama-sama memperoleh keuntungan dan mengakibatkan tambahan penerimaan negara dari pajak, serta membawa dampak kemajuan ekonomi yang bersifat mikro maupun makro.
Pemberian kredit yang dilakukan oleh Bank sebagai suatu lembaga keuangan, sudah semestinya harus dapat memberikan perlindungan hukum bagi pemberi dan penerima kredit serta pihak yang terkait mendapat perlindungan melalui suatu lembaga hak jaminan yang kuat dan dapat memberikan kepastian hukum bagi semua pihak yang berkepentingan. Dalam pemberian kredit ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh Bank dalam rangka melindungi dan mengamankan dana masyarakat yang dikelola bank tersebut untuk disalurkan dalam bentuk kredit, yaitu: 1. Harus dilakukan dengan menggunakan prinsip kehati-hatian (prudential banking