ANALISIS PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANG UN AN
PADA WILAYAHJAKARTASELATANI
TAHUN ANGGARAN 2000-2005
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Unruk Memenuhi Syarat-Syarat untuk Meraih Ge!ar Sarjana
Ekonomi
Oleh
Firdaus
NIM: 102082026192
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
ANALISIS PENERIMAAN PA.JAi< BUMI DAN BANGUNAN PADA WILAYAH .JAKARTA SELA TAN l
TAHUN ANGGARAN 2000-200S
Skripsi
fJit.\jukan kepada Fakultas l·:konon1i dan l!inu Sosial l lntuk Memcnuhi Syarnt-Syar;1t untuk ivlcrnih C iclnr Snrjnnn
EklH1tH11 !
Pcn1bin1bi11g I
()!ch
Fi rd:111s
nャセᄋi@ QPRPセRPRQ^QGQNGN@
Pcmbimbing II
Lukman Dj Tiro.SE,Ak .. Msi
.JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSJAL
Bari ini Rabu Tanggal 22 Bulan September Tahun Dua Ribu Enam telah diiakukan Ujian Komprehensif atas nama Firdaus Nilvi: i 02082026 i 92 dengan judul Skripsi
"ANAL/SIS PEN£"'RIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
PADA WILAYAH JAKARTA SELATAN I TAI/UN ANGGARAN 2000-2005".
Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai saiah satu syarat untuk memproleh gelar Sa.rjana Ek-0no!ni pada Jurusan セalォオョエ。ョウゥ@ Fakultas E:koncmi dan Ihnu Scsial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah .lakaria_Ra
mawati, SE.MMKe
tu aJakarta, 22 September 2006
Tim Penguji Uji:m Komprchensif
'
Dr. Abdul Hamid, MS Penguji Ahli \
1-luri ini Senin tanggal 5 bulan Februari crahu1; l)ua J<.ibu セイオェオィ@ tclah dilakukun uj ian Skripsi alas nanw Fi rd a us NIM: I 02082026 I 92 dengan j udu I shipsi "ANALISIS PENERIMAAN PA.JAi< BUMI DAN BANGUNAN PADA WILA Y AH .JAKARTA SELATAN I TAIHIN ANCGARAN 2000 -· 2005". fVle1nperhatikan pena111piJan n1ahasiS\Va tcrsehut seJa111a ujian ber]angsung, 11laka
skripsi ini sudah clapat diterin1a sebagai salah satu syarat untuk n1en1pcro!ch ge!ar Sai:jana Ekonon1i pada jurusan Akuntansi Fakultas Ekonon1i clan lln1u Sosial
liniversitas Islam Ncgcr1 (l!IN) SyMil' I lidayatullah .Jakarta .
.Jakarta, 5 FelJruari 2007
'rin1 Pcnguji lljian Skripsi
Lukman Dj Tiro,Slc,Ak,iVl.Si Sekretaris
Hセ@
DAFT AR RIW AYAT HIDUP
I. Biodata Pribadi
I. Nama Lengkap : Firdaus
2. Tempat/Tangga! Lahir : Jakarta, 28 April 1983
3.
Alamat : JI. H. KelikRt 004/08
No.44 Kelurahan4. Agama 5. k・キ。エ QU \オ[セァ。イ。。ョ@
6. Nama Bapak 7. Namalbu 8. Motto Hidup
II. Pcndidikan Formal
Kelapa Dua Kecamatar: Kebon Jeruk Jakarta Barat 11550
: 'slam : Indonesia : M. Sholeh
: Marhamah (Alm)
: - Jalani apa yur.g kita yakini benar dan baik - You are what do you think
1. Sekolah Dasar Negeri (SDN)
05
Pagi Jakarta. 2. Madrasah Tsanawiyah Darut Tafsir Bogor3. Madrasah Aliyah Negeri Sebelas (MAN 11) Jakaita
ABSTRACT
Office Service of Land Tax and Building ( KPPBB) is an medium provided by State to taxpayer in fulfi)Iing obligation Tax him it to State.
Paradise " Analysis Acceptance of Land Tax and Building At Region of Jakarta South off Year Budget 2000-2005". One of the indicator able to be made by size measure efficacy of execution of duty an Office Service of lease is
creaticn plan acceptance specified to ever-; yenr.
This research aim to know aild study wh:; happened difference among/between budget with reaiization acceptance of Land Tax and Building. Method Analysis which is used in this research is Descriptive Analysis.
Pursuant to result of research in Office Service of Land Tax and Building that acceptance of Land Tax and Building have reached proven wanted goals that realization always above specified plan.
ABSTRAK
Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB) adalah suatu sarana yang disediakan oleh Negara bagi wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya kepada Negara.
Firdaus " Analisis Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Pada Wilayah Jakarta Selatari I Tahun Anggaran 2000-2005". Salah satu indicator yang dapat dijadikan ukuran keberhasilan pelaksanaan tugas suatu Kanter Pelayanan Pajak adalah terciptanya rencana penerimaan yang ditetapkan untuk setiap tahunnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mompelajari mengapa terjadi perbedaan antara anggaran dengan realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Metorle analisis yang digunakan dalam penelitim ini adalah Analisis Deskriptif.
Berdasarkan hasil penelitian di Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan bahwa penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sudah mencapai target yang diinginkan terbukti bahwa realisasi selalu diatas rencana yang ditetapkan.
KATAPENGANTAR
I
セ@
)
\
-...:.? )
\
.0.1 \ \"".
Dengan memanjatkan puji syukur Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufik, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan Skripsi yang berjudul "Analisis Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Pada Wilayah Jak11rta Selatan I Tahun Angg:iran 2000-2005". Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah SAW beserta keluarga. para sahabat dan juga setiap orang yang mengikuti langkah dan petunjuknya.
Dalam usaha penyusunan Skripsi ini cukup 「セョケ。ォ@ :1a!angan dan rintangan serta kesulitan yang penulis hadapi. Untuk menghadapi kesulitan terscbut, penulis telah mendapat banyak bantuan baik moril maupun materil yang tidak termlai harganya baik dalam bentuk bimbingan, petunjuk maupun fasilitas yang sangat diperlukan, kbususnya kepada ayahanda M.Soleh dan ibtmda Marhamah yang tak kenal lelah memberikan kasih sayang dan dukungannya berupa do'a, moril maupun materil kepada penu!is dalam upaya penyusunan Skripsi ini. Sehubungan dengan Skripsi ini pula, maka penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada ;
I. Ibu Dr. Wiwik Utami, AK,Msi. 2elaku dosen pembimbing I yang dengan ikblas meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan yang bermanfaat selama penyusunan dan penulisan skri.psi ini.
2. Bapak Lukman Dj Tiro, SE,Ak, Msi. Selaku dcscn pembimbing II yang juga telah dengan ik.1ilas bersedia meluangkai1 waktu untuk memberikan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan selama penyusunan dan penulisan skripsi ini.
4. Bapak Ors. Moh. Faisal Badroen, MBA. Selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta. 5. Bapak Drs. Abdul Hamid Cebba, Ak., MBM. Selaku Sekretaris jurusan
akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri SyarifIIidayatullah Jakarta.
6. Bapak da."1 Ibu dosen yang banyak berjasa mendidik penulis dengan berbagai macam ilmu pengetahuan selama mengikuti perkuliahan serta staff FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Seluruh anggota kcluarga besarku, khususnya kepada kedua orang tua kami; Ayahanda M. Soleh dan lbunda Marhamah yang telah memberikan dukw1gan dan rnenjadi sumber motivasi yang paling utama dan berharga. 8. Sahabat karibku selama kuliah (Adam. Tohari), juga teman-teman
seangkatan dan seperi :.iangan yang tel ah berbagi suka cita bersama daiam menempuh studi SI Akuntansi, khususnya anak-anak Akunta.<si perpajakan. (good luck for the future)
9. Temanku Iwan (rental eXp) dalam penyediaan sarana pengetikan dan Tohari yang selal u menemani aku dalan1 menyelesaikart tugas skripsi ini. 10. Untuk temanku, Fitri yang telah mampu menghadirkan banyak warna baru
dalam kehidupanku dan menjadi motivasi bagiku un1uk tcaus maju dan melangkah kedepan.
11. 10 SKS yang entah gimana kabarnya, Najib, Oni, Adam,Sukanto yang telall membolehkan numpang di Kosannya.Erni, Diana Oche, Dwi Cantieq, Shusay Maniez, Dina Imoet, Ncex, Akang Heri dan semuanya keluarga akuntansi 2002, yang ga bisa gw sebutin satu2, klo nyebutin satu2 itu namanya Ngapsen.
Atas segala jasa dan bantuan yang telah diberikan, sekali lagi penulis ucapkan banyak terima kasih. Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
DAFTARISI
Daftar Riwayat Hidup ... .
Abstract . ... ... 11
Abstrak ... m Kata Penga11tar ... ... ... 1v
Daftar Isi . .. . . .. .. . .. .. . .. . . .. ... ... . ... . ... .. . .. . ... . .. . . ... .. . ... ... .. . . . ... ... ... ... . ... v1
Daftar Tabel ... viii
Daftar Garn liar . . . .. . . .. .. .. .. . . .. .. . .. . . .. . . .. . . ix
Daftar Lampi ran . . . .. . . .. . . .. . .. . . ... .. . . ... .. ... . . ... . . .. . . x
'RAB I.
PENDAHULUAN ... ...
1
A. Latar Belakang Penelitian ... ... ... ... ...
1
B. Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3
BAB II. TINJAUAN PUST AKA... . ... 5
A. Ruang Lingkup Pajak Bumi dan Bangunan ... 5
1. Pajak Bumi dan Bangunan ... ... 5
a. Pengertian Pajak... 5
b. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan ... 6
c. Objek Bumi dan Bangunan ... 9
d. Subjek Pajak Bumi dan Bangunan ... 10
e. Dasar Pengenaan dan Cara Menghii.ung Pajak Terutang... 13
f. Tahun Pajak,dan Tempat Menentukan Pajak Terutang... ... 19
B. Penerimaan Disektor Pajak Bun1i dan Bangunan ... 20
Pembayaran ... 22
3. Tata Cara Penyeraban SPOP ... 26
4. Tata Cara Penyeraban SPPT... 28
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan PBB ... 34
BAB HI. METODOLOGI PENELITIAN ...
36A. Ruang Lingkup Penelitian ... ... ... 36
B. Metode Pengumpulan Data ... . ... 36
C. Metode Analisis Data ... 31
D. Operasional Variable Penelitian . .. ... 38
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHA.SAN ...
39A. Gambaran Urr:um Objek Penelitian ... 39
1 Sejardh Singkat KPPBB. ... 39
2. Struktur Organisasi.. ... 40
B. Hasil dan Pembahasan ... 45
1. Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan tabun 2000-2005. ... 45
2. h。セゥャ@ P<'11eri111aw Berdasiirkan Reneau" dan r・。ャ[ウ。セゥNNNNNNNNN@ 50 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan PBB ... 52
BAB V.
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ...
60A. Kesimpulan ... ... 60
B. Implikasi ... 62
C. Saran ... 62
Daftar Pustaka ... ... ... ... .. .. . ... 64
DAFfAR TABEL
Nomor Keterangan Halamau
4.1 Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi <kn
Bangunan Jakarta Selatar. I 40
4.2 Realisasi Penerimaan PBB T AHUN 2000-2005 41
4.3 Rencana Realisasi Penerimaan PBB Tahun 2000-2005 48
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Prosedur Penyerahan dan Pengeluaran SuratPemberitahuan Objek Pajak
27
2.2
Tata Cara Pembayaran dan Penagihan PBB29
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Ketcrangan
I Surat Keterangan Riset
2 Surat Keterangan Riset KPPBB
3 Struktur Organisasi KPPBB Jakarta Selatan I
BABI
PENDAHIJLUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Bumi termasuk perairan dan kekayaan alam yang terkandung
didalamnya mempunyai fungsi penting dalam pembangunan nasional menurut
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3, bumi dan air dan kekayaan alam
yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Di samping itu, Bumi dan Bangunan
memberikan keuntungan dan atau kedudukan sosial ekonomi yang lebih baik
bagi orang atau badan yang mempunyai suatu hak atasnya atau memperoleh
manfaat darinya. Maka wajar menyerahkan sebagian dari kenikmatan yang
diperolehnya kepada negara melalui pembayaran pajak.
Selama ini telah dilakukan pemungutan pajak atas tanah (bumi) yang
pelaksanaannya didasarkan pada berbagai Undang-Undang, ordonasi atau
peraturan perundang-undangan lainnya. Sistem perpitjakan yang berlaku
sebelumnya adanya pembaharuan di bidang pajak akhir tahun 1983,
khususnya pajak kebendaan dan kekayaan, telah menimbulkan tumpang tindih
antara pajak yang satu dengan pajak lainnya.
Dengan mengadakan pembaharuan sistem perpajakan melalui
penyederhanaan yang meliputi bermacam-macam pungutan atas Tanah dan
untuk melaksanakan kewajibannya serta memenuhi haknya di bidang
perpajakan.
Realisasi tahap pertama dalam penyederhanaan sistem perpajakan
yang berkaitan dengan pajak atas bumi dan bangunan adalah diberlakukannya
Undang-Undang nomor 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) yang berlaku secara efektif sejak Januari 1985, yang terakhir diubah
dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 1994.
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) merupakan pajak tidak langsung
yang dipungut oleh pemerintah pusat, namun hasil penerimaannya diserahkan
kepada pemerintah daerah dengan tujuan untuk kepentingan pembangunan di
daerah yang bersangkutan sesuai letak objek pajak tersebut.
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) salah satu jeni8 pajak yang potensial
karena dari tahun ke tahun objeknya mengalami peningkatan baik dari jumlah
maupun dari nilainya. Dengan meningkatkannya peran Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) sebagai sumber penerimaan daerah, maka sangatlah
diperlukan kesadaran masyarakat sebagai wajib pajak untuk berperan serta
dalam usaha peningkatan penerimaan tersebut. Maka dari itu penelitian ini
sangat penting dilakukan karena dari penerimaan Pajak sangat penting
disektor pembangunan,yang mana judul penelitian :" ANALISIS
PENERIMAAN SEKTOR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, masalah yang akan dirumuskan dalam
skripsi ini sebagai berikut:
I. Bagaimana pertumbuhan penerimaan sektor Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) dari tahun 2000-2005?
2. Apakah penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tahun 2000-2005
mampu mencapai target yang diharapkan?
3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pencapaian target penerimaan Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB) pada tahun 2000-2005.
C. Tujuan dan Manfaat
I. Tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui penerimaan sektor Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) pada wilayah Jakarta Selatan I yang dimulai dari tahun
2000-2005.
b. Untuk mengetahui apakah penerimaan mampu mencapai target yang
diharapkan setiap tahunnya.
c. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian
target penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tersebut.
2. Manfaat penelitian:
a. Bagi penulis
Penulis dapat memperdalam pengetahuan tentang
pennasalahan-permasalahan nyata yang dihadapi oleh pihak KPP PBB di Jakarta
b. Bagi wilayah Jakarta Selatan I yang diteliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan-masukan
'
yang bennanfaat bagi pihak KPP PBB khususnya di wilayah Jakarta
Selatan I.
c. Bagi pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi atau
bahan acuan lebih lanjut untuk menambah pengetahuan di bidang
perpajakan.
d. Bagi Wajib Pajak
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kesadaran bagi
wajib Pajak agar membayar Pajaknya,karena dalam membayar pajak
BABil Tinjanan Pnstaka
A. Rnang Lingknp Pajak Bnmi dan Bangunan 1. Pajak Bumi dan Bangunan
a. Pengertian pajak
Dalam buku "Perpajakan Indonesia "(2000:2) oleh Waluyo dan Wirawan B. Ilyas yang memberikan batasan-batasan pajak menurut para ahli. Diantaranya yang dikemukakan oleh P.J.A. Andriani mengenai pengertian pajak yaitu:
Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelengarakan pemerintahan.
Selanjutnya menurut Rochmat Soemitro tentang pengertian pajak adalah sebagai berikut:
Definisi tersebut kemudian disempumakan., sehingga berbunyi:
Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara
untuk membiayai pengelaran rutin dan "surplus"nya digunakan untuk
publik invesment (Siti Resmi,2005:1).
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak:
I) Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan
pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan.
2) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya
kontraprestasi individual oleh pemerintah.
· 3) Pajak di pungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah.
4) Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengcluaran pemerintah,
yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus,
dipergunakan untuk membiayai Public investment.
5) Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu
mengatur.
b. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) bersifat sebagai pajak
kebendaan dengan mengambil sebagian objek bidang hmta tak
bergerak, pemilik atau pemakai harta tak bergerak tersebut menjadi
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) diatur dalam Undang-Undang
Nomor 12 tahun 1985 yang mulai berlaku secarn efektif sejak Januari
1985 dan sudah diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 12
tahun 1994. Ditetapkanya Undang-Undang Nomor 12 tahun 1985
tentang PBB tersebut didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut:
Bahwa bumi dan bangunan memberikan keuntungan dan/atau
kedudukan sosial ekonomi yang lebih baik bagi orang atau badan yang
mempunyai suatu hak atasnya atau memperoleh manfaat dari padanya,
dan oleh karena itu wajar apabila mereka diwajibkan memberikan
sebagian dari manfaat atau kenikmatan yang diperoleh kepada negara
melalui pajak.
Hal di atas sesuai dengan apa yang tercantum dalam
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 (3) yang berbunyi: "Bumi clan air dan
kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besamya untuk kemakmuran rakyat".
Dengan demikian jelaslah bahwa bumi termasuk kekayaan alam
yang terkandung didalamnya, berada di bawah kekuasaan negara yang
dipergunakan seluas-luasnya untuk tujuan kemakmuran rakyat. Dalam
ha! ini pemerintah berkewajiban mengatur atas pemberian-pemberian
hak dan penggunaan tanah/bumi oleh perorangan atau badan, sehingga
bagi mereka yang memperoleh manfaat atas kekuasaan negara tersebut
sudah sewajamya untuk dapat mentaati pmaturan dan dapat
Selanjutnya yang dimaksud dengan Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) menurut Undang-Undang Nomor 12 1994 adalah " Pungutan
yang dikenakan terhadap bumi dan atau bangunan ".
Pengertian Bumi di sini adalah permukaan bumi dan tubuh bumi
yang ada di bawah (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12
tahun 1994 pasal 1, ayat 1 ). Permukaan bumi meliputi tanah dan
perairan, pedalaman serta laut wilayah Republik Indonesia.
Yang dimaksud dengan Bangunan menurut Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 12 tahun 1994 adalah konstruksi teknik
yang ditanam dan diletakkan secara tetap pada tanah dan atau perairan
untuk tempat tinggal, tempat usaha dan tempat yang diusahakan serta
dapat dikategorikan. Termasuk dalam pengeritian Bangunan baik
pendirian untuk perumahan tempat tinggal, tempat usaha dan tempat
yang diusahakan lainnya menurut penjelasan Undang-Undang nomor
12 tahun 1994 adalah:
I) Jalan lingkungan yang letak dalam suatu kompleks bangunan
seperti hotel, pabrik dan emplasemennya, dan lain-lain yang
merupakan satu kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut ;
2) Jalan to! ;
3) Kolam renang ;
4) Pagar mewah ;
5) Tempat olah raga ;
7) Taman mewah ;
8) Tempat penampungan /kilang minyak, air dan gas, pipa minyak ;
'
9) Fasilitas lain yang memberikan manfaat.
Menurut B. Budiono (I 997: 179) mengenai Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) merupakan pajak negara, dalam hat ini pajak umm,
yaitu suatu jenis pajak yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak
dengan instansi Operasionalnya Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB).
c. Objek Pajak Bumi dan Bangunan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 talmn I 994 pasal 2 ayat
I yaitu yang menjadi objek pajak adalah bumi dan atau bangunan.
Pada dasarnya semua tanah dan bangunan yang berada di wilayah
Indonesia bisa di masukan sebagai objek pajak.
Adapun objek pajak yang dikenakan/tidak dikenakan Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB) meskipun objek terse,but berupa bumi dan
bangunan yaitu sebagai berikut:
1) Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan um urn dan
tidak mencari keuntungan, antara lain:
a) Di bidang ibadah, contoh: masjid, gereja, vihara.
b) Di bidang kesehatan, contoh: rumah sakit.
c) Di bidang pendidikan, contoh: madrasah, pesantren.
d) Di bidang sosial, contoh: panti asuhan.
2) Digunakan untuk kuburan umum, peningg;alan purbakala atau
yang sejenis dengannya.
'
3) Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam,, hutan wisata, taman
nasional.
4) Digunakan oleh perwakilan diplomatik atau konsultan berdasarkan
asas perlakuan timbal batik. Artinya bila tanah atau gedung
perwakilan RI di negara tertentu tidak dikenakan pajak bumi dan
bangunan (PBB), hal yang sama diperlakukan terhadap tanah atau
gedung negara tersebut yang ada di sini.
5) Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi Internasional,
yaitu antara lain :
a) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
b) Badan-badan Internasional dari PBB
c) Kerjasama Teknik Bilateral
d) Organisasi ASEAN
e) Kerjasama kebudayaan
d. Subjek Pajak Bumi dan Bangunan
Yang menjadi subjek pajak Bumi dm1 Bangunan adalah orang
atau badan yang secara nyata mempunyai hak atas bumi dan atau
memperoleh manfaat atas bumi, dan atau memiiliki, menguasai dan
atau memperoleh manfaat atas bangunan (UU Nomor 12 tahun 1985,
Dalam pasal 4 ayat I Undang-Undang Pajak Bumi dan
Bangunan bahwa yang menjadi subjek pajak adalah orang atau badan
yang secara nyata adalah :
I) Mempunyai suatu hak atas bumi dan atau ;
2) Memperoleh manfaat atas bumi ;
3) Memiliki, menguasai bangunan ;
4) Memperoleh manfaat atas bangunan.
Yang dimaksud dengan orang adalah orang pribadi atau
perseorangan. Badan merupakan badan usaha dengan nama atau
dalam bentuk apapun termasuk yang berbentuk.
I) Perseroan Terbatas
2) Perseroan Komanditer
3) Perseroan lainnya
4) BUMN dan BUMD dengan nama dan dalam bentuk apapun
5) Persekutuan
6) Perkumpulan lainnya
7) Firma
8) Koperasi
9) Yayasan atau organisasi yang sejenis
10) Lembaga
11) Dana pensiun
Berdasarkan pada prinsip bahwa suatu OQjek pajak tidak akan
dikenakan pajak secara ganda, apabila terha.dap subjek pajak yang
'
hanya secara nyata mempunyai hak atau mengua.sai objek pajak telah
dikenakan kewajiban membayar pajak (dan di samping itu ada orang
atau badan hukum yang memperoleh manfaat atas objek pajak), maka
badan atau orang yang memperoleh manfaat atas objek pajak tidak
lagi dikenakan kewajiban membayar pajak. Demikian juga sebaliknya,
apabila subjek pajak yang memperoleh manfaat atas objek pajak yang
telah dikenakan kewajiban membayar pajak (dan di samping itu
terdapat orang atau badan yang mempunyai ha.k atau menguasai objek
pajak, tidak lagi dikenakan kewajiban membayar pajak).
Berkenaan dengan ha! tersebut dapat terjadi bahwa atas suatu
objek Pajak, belum jelas wajib pajalmya. Dalam pasal 4 ayat 3
Undang-Undang Pajak Bumi dan Bangunan ditetapkan bahwa suatu
objek pajak yang belum jelas diketahui wajib pajaknya, Direktorat
Jenderal Pajak dapat menentukan subjek pajak menjadi wajib pajak,
adalah dengan asas manfaat. Penunjukkan sebagai wajib pajak oleh
Dirjen Pajak bukan merupakan bukti pemilikan hak dan dapat
dibatalkan atau dicabut jika subjek pajak yang bersangkutan dapat
membuktikan bahwa sebenar-benarnya ia bukan wajib pajak.
Sebagai keseimbangan, Undang-Undang juga memberikan hak
kepada mereka yang ditunjukkan sebagai wajib pajak untuk
kepada Direktorat Jenderal Pajak bahwa ia bukan wajib pajak terhadap
objek pajak yang dimaksud. Atas keberatan tersebut, dalam waktu
'
sebulan sejak diterimanya surat keberatan エ・イウ・「オQセ@ Direktorat Jenderal
Pajak wajib memberikan jawaban apakah keterangan tersebut
dikabulkan atau ditolak. Bila terjadi penolakan maka surat
keputusannya wajib disertai dengan alasan. Bila waktu sebulan
tersebut terlewati maka keterangan yang diajukan itu dianggap
disetujui.
Suatu objek pajak yang belum jelas wajib pajaknya kemudian
ditunjuk wajib pajaknya oleh Dhjen pajak, misalnya:
1) Subjek pajak A yang, memanfaatkan atau menggunakan sebidang tanah/bangunan milik orang lain, dimana pemanfaatannya bukan
karena suatu hak berdasarkan Undang-Undang atau bukan karena
suatu perjaajian sebagai wajib pajak.
2) Subjek pajak berdomisili di luar objek pajak untuk memelihara
objek pajak dikuasai kepada orang lain, atau badan lain. Dalam ha!
ini Dirjen Pajak dapat menunjukkan bahwa. kuasa tersebut sebagai
e. Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak Terutang
Hal-ha! yang perlu diketahui dalam menentukan besamya
Pajak Bumi dan Bangunan Terutang adalah:
I) Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)
Nilai jual objek pajak (NJOP) merupakan dasar pengenaan
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)
ditetapkan dan diperbaharui setiap tiga tahun sekali oleh menteri
keuangan namun untuk daerah tertentu yang perkembangan
pembangunannya sangat pesat ditetapkan setiap tiga tahun sekali.
Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) menurut Undang-Undang
Nomor 12 tahun 1994 adalah harga rata-rata yang diperoleh dari
transaksi jual beli yang terjadi secara wajar dan bilamana tidak
terdapat transaksi jual beli. NJOP dapat ditentukan dengan cara :
a) Melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis.
Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis adalah
suatu metode pendekatan/ metode penentuan nilai jual suatu
objek pajak dengan cara membandingkannya dengan objek
pajak lain sejenis yang letaknya dekat serta fungsi yang sama.
b) Menentukan nilai perolehan baru.
Nilai perolehan baru adalah penentuan nilai jual objek pajak
dengan menghitung seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
dikurangi dengan biaya penyusutan berdasarkan sesuai dengan
kondisi fisik objek tersebut.
Berdasarkan keputusan menteri keuangan Nomor
523/KMK.04/1998 tanggal 18 Desember 1998 pasal I tentang
penentuan klasifikasi dan besarnya nilai jual objek pajak sebagai
dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan menerangkan bahwa :
Nilai jual objek pajak meliputi nilai jual permukaan bumi
(tanah, perairan pedalaman serta wilayah Indonesia) beserta
kekayaan alam yang berada di atas maupun dibawahnya, dan /atau
bangunan yang melekat diatasnya.
2) Nilai Jual Kena Pajak (NJKP)
Dasar perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah
Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) yang ditetapkan
serendah-rendahnya 20% dan setinggi-tingginya 100% dari Nilai Jual Objek
Pajak (NJOP). Besarnya persentase Nilai Jual Kena Pajak (NJKP)
ditetapkan dengan peraturan pemerintah dengan memperhatikan
kondisi ekonomi nasional.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 78 tahun 1998 tanggal
30 September 1998 pasal 1 tentang penetapan besarnya Nilai Jual
Kena Pajak untuk perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan,
besarnya persentase NJKP yaitu :
Objek pajak perumahan, yang wajib pi\jaknya perseorangan
dengan nilai jual objek pajak atas bumi dan bangunan sama
atau lebih besar dari Rp 1.000.000.000,0U (satu milyar rupiah).
Ketentuan ini tidak berlaku untuk objek pajak yang dimiliki,
dikuasai atau dimanfaatkan oleh pegawai negeri sipil, anggota
ABRI dan para pensiunan tennasuk janda dan duda, yang
penghasilannya semata-mata berasal dari gaji atau uang
pensiun. (peraturan pemerintah Nomor 74 tahun 1998 pasal 2)
b) Sebesar 20 % untuk objek pajak lainnya. 3) Tarif Pajak
Besamya tarif pajak yang dikenakan adalah sebesar 0,5 % Setelah diketahui NJOP, NJKP, dan Tarif Pajak Bumi dan Bangunan,
maka untuk menghitung besarnya PBB Terutang dapat
dipergunakan rumus sebagai berikut:
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Terutang
= Tarif Pajak x % NJKP X NJOP untuk perhitungan pajak
Dalam perhitungan PBB terutang, dikenal Nilai Jual Objek
Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP), yaitu bangunan yang nilai
jualnya lebih rendah, maka bangunan tersebut tidak dikenakan
pajak. Hal tersebut diatur dalam pasal 3 ayat (3) UU No.12 tahun
1994 bahwa besarnya NJOPTKP ditetapkan sebesar Rp
Apabila wajib pajak mempunyai beberapa objek pajak yang
diberikan Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)
hanya salah satu objek pajak yang nilainya terbesar, sedangkan
objek pajak lainnya tetap dikenakan secara penuh tanpa dikurangi
Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP). Menteri
keuangan diberi wewenang untuk menentukan besamya Nilai Jual
Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) dengan
mempertimbangkan perkembangan ekonom.i dan moneter serta
perkembangan harga umum objek pajak setiap tahunnya.
Contoh perhitungan:
1) Di desa Pondok Aren:
a) Tanah seluas 800 M dengan NJOP Rp 300.000,- per M
b) Bangunan seluas 450 M dengan NJOP Rp 400.000,-per M
c) Pagar mewah sepanjang 150 M dengan tinggi 1,5 M dan
NJOP Rp 200.000,- per M
2) Di desa Kunciran
Tanah luas 1000 M dengan hargajual Rp 100.000,- per M
Jawaban:
Menurut perhitungan PBB berdasarkan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 523/KMK. 04/1998 tanggal Desember 1998
Objek pajak yang terletak di desa Pondok Aren
Objek pajak Luas(M) Luas(M)
セM Luas(M)
Per (M) Jumlah
Tanah 800 24
228.000.000,-Bangunan 450 7 42 9.000,-
193.050.000,-Pagar mewah 150 x l,5m 11 22 5.000,-
50.625.000,-NJOP sebagai dasar pengenaan PBB = Rp 471675000
NJOPTKP = Rp (8.000.000,-)
NJOP untuk perhitungan PBB = Rp
463.675000,-NJKP = 20 % X Rp 463.675.000,- = Rp 92. 735.000,-PBB yang terntang = 0,5 % x Rp
92.375.000,-= Rp
463.675,-2). Objek pajak yang terletak di desa Kunciran
Objekpajak Luas (M) Klas NJOP (Ro) Per (1\1) Jumlah Tanah 1.000 29 103.000,-
NJOP sebagai dasar pengenaan PBB= Rp
103.000.000,-NJOPTKP = 0
NJOP untuk perhitungan PBB = Rp
103.000.000,-NJKP = 20 % X Rp I 03.000.000,- = Rp 20.600.000,-PBB yang terntang = 0,5 % x Rp
20.600.000,-= Rp l
03.000,-Objek pajak milik Bapak Sobari di desa Kunciran tidak mendapat
pengurangan Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak
(NJOPTKP), karena wajib pajak ( Bapak Sobari ) memiliki lebih
dari satu objek pajak yang berlainan tempat. Untuk itu hanya dapat
( NJOPTKP) satu kali saja, yaitu objek pajak di desa Pondok Aren
karena objek pajak ini memiliki Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)
yang lebih besar darl pada Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) atas
objek pajak di desa Kunciran.
Jadi total besamya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang harus
dibayar Bapak Sobari adalah :
= PBB Terutang di desa Pondok Aren + PBB Terutang di desa
Kunciran
=
Rp 463.675,-+
Rp103.000,-=
Rp566.675,-f. Tahun Pajak, Saal Dan Tempat Yang Menentukan Pajak Terutang
Tahun pajak dalam pajak bumi dan bangunan adalah jangka
waktu satu tahun takwim ( 1 Januari sampai dengan 31 Desember ).
Saat yang menentukan pajak terutang adalah menurut keadaan
objek pajak pada tanggal 1 Januari, sebagai contoh:
1) Objek pajak yang dimiliki wajib pajak per 1 Januari 1997 berupa
Tanah dan Bangunan. Pada tanggal 15 Januari 1997 bangunan
tersebut terbakar, maka dasar menghitung PBB Terutang tetap
berdasarkan keadaan pada tanggal 1 Januari 1997 (sebelum
terbakar)
2) Objek pajak pada tanggal 1 Januari 2000 be1upa sebidang tanah tanpa bangunan di atasnya. Pada tanggal 20 Agustus 2000
suatu bangunan, maka pajak yang terutang untuk tahun 2000 tetap
dikenakan berdasarkan keadaan pada tanggal l Januari 2000.
Sedangkan 「。ョァオョセョョケ。@ baru akan dikenakan pada tahun 200 I. Pengaturan penetapan tempat PBB Terutang yang meliputi objek
pajak sebagai berikut:
I) Untuk daerah Jakarta, di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
2) Untuk daerah lainnya, wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II atau
Kotamadya Daerah Tingkat II.
B. Penerimaan di Sektor Pajak Bumi da11 Bangnnan
1. Pembagian Basil Pajak Bumi dan Bangunau (PBB)
Hasil penerimaan pajak bumi dan bangunan (PBB) merupakan
penerimaan negara yang dibagi antara pusat dan pemerintah daerah
dengan ketentuan imbang 90 % untuk pemerintah daerah tingkat I dan pemerintah daerah tingkat II sebagai pendapatan daerah bersangkutan ,
sedangkan sisanya I 0 % merupakan bagian pemerintah pusat.
Berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 16 tahun 2000 tentang
pembagian Hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangiman (PBB) antara
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah menetapkan sebagai berikut :
a. I 0 % dari 90 % disisihkan untuk upah pungut.
b. 20 % dari 81 % merupakan bagian pemerintah daerah tingkat I.
Berdasarkan pembagian seperti di atas, maka bagian masing-masing penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah sebagai berikut:
a. Pemerintah pusat sebesar 10 %
b. Upah pungutan sebesar 10 % dari 90 5 yang menghasilkan bagian sebesar 9 %
c. Penerimaan pemerintah daerah tingkat I sebesar 20 % dari 81 % yang menghasilkan bagian sebesar 16,2 %
d. Penerimaan pemerintah daerah tingkat II sebesar 80 % dari 81 % yang menghasilkan bagian sebesar 64,8 %
Dengan melihat pembagian tersebut, tampak jelas bahwa hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) ini memang diarahkan untuk kepentingan masyarakat di daerah yang bersangkutan. Hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang terima oleh daerah merupakan pendapatan daerah dan setiap tahun harus dicantumkan dalam Anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).
2. Penetapan Rencana Penerimaan PBB dan Tata Cara Pembayaran Pajak Bnmi dan Bangunan
a. Penetapan Rencana Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan
Penetapan program dalam pencapaian rencana penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) guna lebih meningkatkan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) pada tahun berikutnya, yaitu dengan menetapkan rencana penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) setiap tahunnya agar terns meningkatkan kesadaran masyarakat, pengusaha dan pengembangan pemegang Surat Izin Pemberitahuan Pajak Terutang (SIPPT) demi meningkatkan hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan pencapaian rencana yang telah ditetapkan.
Adapun tata cara penetapan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebagai dasar penagihan, kepala kantor pelayanan pajak bumi dan bangunan menerbitkan antara lain :
I) Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) a) Dasar Penerbitan (SPPT)
Surat pemberitahuan ini diterbitkau1 berdasarkan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)
pajak yang telah ada pada kantor p<elayanan pajak bumi dan bangunan yang bersangkutan.
b) Kapan SPPT harus dilunasi
Pajak terutang berdasarkan Surat p,emberitahuan Pajak Terutang (SPPT) harus dilunasi selamba.t-lambatnya 6 bulan sejak tanggal diterimanya Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) oleh wajib pajak. Jadi bila seorang wajib pajak menerima Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) pada tanggal I Maret 2000, maka selambat-lambatnya pada tanggal 31 Agustus 2000 wajib pajak tersebut harus melunasi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)nya. Tanggal 31 Agustus 2000 ini disebut juga tanggal jatuh tempo Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT).
2) Surat Ketetapan Pajak (SKP)
a) Dasar Penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP)
SKP diterbitkan apabila surat pemberitahuan objek pajak yang disampaikan melewati 30 hari si:telah ditegur secara tertulis temyata tidak dikembalikan oleh wajib pajak sebagaimana ditentukan dalam surat tegoran.
jumlah pajak berdasarkan surat pemberitahuan objek pajak
yang dikembalikan oleh wajib pajak.
b) Kapan Surat Ketetapan Pajak (SKP) harus dilunasi
Pajak yang terutang berdasarkan surat ketetapan pajak harus
dilunasi selambat-lambatnya I bulan sejak tanggal diterimanya
surat keteapan pajak oleh wajib pajak. Jadi bila seseorang
wajib pajak menerima surat ketetapan pajak pada tanggal I
Maret 2000 wajib pajak tersebut sudah harus melunasi Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB)nya selambat-lan1batnya tanggal 31
Maret 2000. Tanggal 31 Maret 2000 ini disebut juga tanggal
jatuh tempo surat ketetapan pajak (SKP).
c) Jumlah Pajak dalam Surat Ketetapan Pajak (SKP)
Jumlah pajak yang terutang dalam SKP yang penerbitnya
disebabkan oleh pengembangan surat pemberitahuan objek
pajak (SPOP) lewat 30 hari diterima wajib pajak adalah
sebesar pokok pajak ditambah dengan de:nda administrasi 25
% dihitung dari pokok pajak.
Contoh:
Wajib pajak A tidak menyampaikan surat pemberitahuan
objek pajak (SPOP) berdasarkan data yang ada, kepala kantor
pelayanan pajak Bumi dan Bangunan mengeluarkan surat
ketetapan pajak (SKP) yang berisi :
Luas objek pajak menurut SPOP
Pokok pajak Rp
100.000,-Denda Administrasi (25% x Rp 100.000,-) Rp 25000,-Jumlah pajak yang terutang dalam SKI' Rp 125.000,-3) Surat Tagihan Pajak (STP)
a) Dasar penerbitan surat tagihan pajak (STP)
Wajib pajak terlambat membayar hutang pajaknya seperti tercantum dalam surat pemberitahuan pajak terutang, yaitu melampaui batas waktu 6 bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh wajib pajak.
Wajib pajak terlambat membayar hutlmg pajaknya seperti tercantum dalam SKI', yaitu melampaui batas waktu 1 bulan sejak tanggal diterimanya SKP oleh wajib pajak. Wajib pajak melunasi pajak yang temtang setelah lewat saat jatuh tempo pembayaran PBB, tetapi denda administrasi tidak dilunasi.
b) Besarnya denda Administrasi dalam surat tagihan pajak (STP) dan saat jatuh tempo.
Adapun saat jatuh tempo STP yaitu 1 bulan sejak diterimanya
STP oleh wajib pajak.
Contoh :
STP tahun 2000 diterima oleh wajib pajak pada tanggal
Maret 2000 dengan pajak yang terutang sebesar Rp
100.000,-dan oleh wajib pajak barn dibayar tanggal I 0 Oktober 2000.
Besamya pembayaran pajak adalah sebagai berikut :
Pokok pajak Rp
100.000,-- Denda administrasi selama 2 bulan
( 2 x 2 % x Rp 100.000,-)
Pajak yang harus dibayar pada tanggal
10 Oktober
Rp
4000,-Rp
104.000,-3. Tata Cara Penyerahan Surat Pemberitabuan Objek Pajak
Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) merupakan sarana atau
alat untuk mendaftarkan subjek pajak atau mendaftarkan objek pajak. (Siti
Resmi,2005:1) Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) diberikan oleh
kantor pelayanan pajak bumi dan bangunan kepada wajib pajak yang
memiliki, menguasai, atau memperoleh manfaat dari bumi dan bangunan
yang berada di wilayah kerjanya. Surat Pemberitahuan Objek Pajak
(SPOP) ini diberikan kepada wajib pajak dengan surat pengantar resmi
Pengembalian Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) yang sudah diisi oleh wajib pajak dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani harus dikembalikan ke kantor pelayanan pajak bumi dan bangunan, selambat-lambatnya 30 hari setelah tanggal diterimanya Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) oleh wajib pajak.
Wajib pajak yang terlambat mengembalikannya Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) sesuai waktu yang telah ditentukan tetapi isinya tidak benar ( baik disengaja maupun tidak disengaja ) dikenakan administrasi dan kepadanya diterbitkan. Surat Ketetapan Pajak
(SKP).
Untuk lebih jelasnya dalam memahami prosedur penyerahan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP), di bawah ini digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut.:
Kantor Pelayanan PBB Jakarta
Q,.,.1..-.+ ... セ@ T
SPOP SPPT SPPT
30 hari
[image:41.595.96.461.190.643.2]Wajib Pajak
4. Tata Cara Penyerahan SPPT
イセイ|エカGB@ UT AMA
UIN SYAHID J!\l(/l8TA
Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) merupakan surat yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Pajak 1.mtuk memberitahukan pajak terutang kepada wajib pajak Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) diterbitkan berdasarkan surat pemberitahuan objek pajak (SPOP) atau objek pajak yang sebelumnya telah dikenakan Iuran Pembangunan Daerah (IPEDA) yang mana data objek pajak tersebut ada di kantor pelayanan pajak bumi dan bangunan Jakarta Selatan I.
Wajib pajak untuk mendapatkan Surat P1:mberitahuan Pajak Terutang (SPPT) dapat diambil di kantor kelurahan atau di tempat wajib pajak terdaftar atau tempat lain yang ditunjuk juga dalam rangka pelayanan kepada wajib pajak Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) dapat dikirim melalui kantor pos dan giro atau diantarkan oleh aparat kelurahan.
Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) diserahkan
bersamaan dengan membayar sebesamya Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) terutang dengan cara 'melalui Bank, kantor pos dan giro yang
tercantum pada Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) atau yang
telah ditunjuk kantor pelayanan pajak bumi clan bangunan Jakarta
Selatan I.
Untuk lebih memahami, di bawah ini bagan prosedur pembayaran
dan penagihan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT):
Dirjen Pajak
[:'""'""
o, Petugas Pajak••
I
SPPT Wajib PajakI
Pembayaran I [image:43.595.97.462.196.530.2]-·
Gambar 2.2: Tata Cara Pembayaran dan Penagiihan PBB
a. Cara Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan
Dalam rangka memperlancar serta mempermudah pembayaran
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB}, maka kantor perbenclaharaan dan
Kas Negara membuka rekening pada Bank Persepsi. Saat ini berlaku 2
( dua ) tata cara pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yaitu
ha! ini kantor pelayanan pajak bumi dan bangunan Jakarta Selatan I menggunakan sistem SISTEP.
I) Sistem Tempat Pembayaran (SISTEP)
Pengelola Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) baik dari jajaran Direktorat Jenderal Pajak maupun dari jajaran
Pemerintahan daerah Tingkat II (Kabupaten/Kotamadya) sangat mendambakan terciptanya suatu sistem pemungutan dan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang semaksimal mungkin, dengan ketentuan:
a) Sistematis
b) Mudah, dalam cara maupun administrasinya c) Sederhana, dalam cara maupun administrasinya
d) Dapat dilaksanakan pengawasan/kontrol dengan efektif dan efisien.
Untuk dapat menciptakan sistem yang memenuhi persyaratan seperti tersebut di atas tidak mudah, karena masih ada beberapa kendala antara lain :
a) Kondisi dan situasi masing-masing wilayah berbeda-beda b) Jumlah wajib pajak PBB sangat besar
c) Terbatasnya sarana dan prasarana yang ada masing-masing Kantor Pajak Bumi dan Bangunan
e) Tingkat pendidikan dan pengetahuan wajiib pajak yang sangat
heterogen, kh ususnya dimasyarakat pedesaan
2) Pokok-Pokok Ketentuan Sistem Tempat Pembayaran
a) Hanya ada satu tempat pembayaran untuk setiap wilayah
pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tertentu,
sebagaimana tercantum pada Surat Pemberitahuan Pajak
Terutang (SPPT). Objek pajak di suatu wilayah tertentu
(Kelurahan/Kecamatan) telah ditentukan tempat pembayaran
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) nya. Wajib pajak tidak
dapat/dapat boleh membayar ke tempat pembayaran lain.
b) Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) hanya dapat
dilakukan dalam satu kali pembayaran/ sekaligus dalam arti
jumlah pajak terutang dapat diangsur atau dicicil.
c) Penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)
untuk wilayah pemerintahan tertentu penyampaiannya kepada
wajib pajak dilakukan secara serentak I dalam periode tertentu
sehingga tanggal jatuh tempo pembayaran Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) seragam, yaitu l(satu) tanggal jatuh tempo.
d) Ketentuan jatuh tempo pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) yang seragam dapat diberlakukan misalnya untuk
satuan wilayah pemerintahan kecamatan yang berbeda
mempunyai tanggal jatuh tempo berbeda. Penentuan tanggal
menghindari terjadinya penumpukan pernbayaran Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB) pada satu tanggal jatuh tempo saja.
e) Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan {PBB) yang melewati
tanggal jatuh tempo akan dikenakan denda administrasi secara
otomatis sebesar 2 % setiap bulan untuk selama 24 bulan dengan memperhatikan keputusan Din:ktur Jenderal Pajak
Nomor KEP 45/PJ.6/1996 tentang petunjuk penerbitan surat
tagihan dan pelaksanaan penagihan pajak bumi dan bangunan
Juncto Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor
503/PJ.6/2000 tanggal 22 November 2000.
1) Surat Tanda Terima Setoran (STTS) harus sudah tersedia di tempat pembayaran sebelum Surat Pemberitahuan Pajak
Terutang (SPPT) diterima oleh wajib pajak.
g) Untuk semua sektor Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) harus
diterbitkan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT).
h) Dalam satu wilayah Dae rah Tingkat II hanya ada satu
Bank/Kantor Pos dan Giro Operasional V.
i) Dal am hal ada
I (
satu) Dae rah TingkatIT
terdapat lebih dari (satu) Bank/Kantor Pos dan Giro persepsi maka jumlah Bankー・イウセーウゥ@ dibatasi sebanyak-banyaknya 3 (tiga) jenis Bank,
sedangkan Bank/Kantor Pos dan Giro Opersionalnya tetap
j) Administrasi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) harus
dilaksanakan dengan dukungan komputer.
k) Pembuatan Buku Induk PBB, SPPT, STTS satuannya adalah
Desa/Kelurahan.
3) Tata Laksana Pembayaran
Salah satu ketentuan pada sistem tempat pembayaran ini,
wajib pajak harus melunasi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)nya
sekaligus (tanpa diangsur) pada tempat pernbayaran yang telah
ditentukan. Namun, untuk wajib pajak yang tempat tingalnya jauh
atau sulit sarana dan prasarananya dari tempat pembayaran yang
ditunjuk dapat membayar melalui petugas pemungut.
Selanjutnya petugas pemungut rnenyetorkannya ke
Bank/Kantor Pos dan Giro tempat pembayaran. Wajib pajak
kemudian menerima Tanda Terima Setoran (TIS) sebagai tanda
bukti penerimaan sementara dan Surat Tanda Terima Setoran
(STIS) sebagai tanda bukti pembayaran PBB yang sah dari tempat
pembayaran melalui petugas pemungut sebagai pengganti TIS. Di
samping itu, wajib pajak daat melaksanakan kewajiban membayar
PBB nya melalui prosedur pemindahbukuan/ transfer, kiriman
Jika digambarkan dalam bentuk bagan, tata cara
pembayaran melalui SISTEP (sistem tempat pembayaran) seperti
di bawah ini:
Bank/Kantor Pos dan Giro Operasional (PBB)
Bank/Kantor Pos dan Giro Persepsi
T
Tempat Pembayaran
I
Transfer
セ・エオァ。ウ@
Pemungut [image:48.595.98.466.171.534.2]"
WajibPajak5. Faktor-faktor yang Mempengarnhi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
a. Tingkat Kesadaran Wajib Pajak
Wajib pajak pada umumnya cenderung untuk mcmgbindari pajak dan
wajib pajak juga biasanya mengulur-ulur waktu pembayaran pajaknya.
b. Kualitas Aparatur Pajak
Sumber daya manusia dari aparatur pajak kurang berkualitas
dikarenakan kurang adanya pelatihan-pelatihan khusus dalam
melayani masyarakat.
c. Kondisi Sosial, Politik dan Ekonomi
Negara kita mengalami krisis social, politik dan ekonomi yang
mengakibatkan terpuruknya ekonomi nasional berkepanjangan
sehingga penerimaan pajak pun terhambat.
d. Adanya Permohonan Pengurangan Dari Wajib Pajak
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tidak mencapai target penerimaan
yang diharapkan. Hal tersebut dikarenakan adanya pennohonan
pengurangan pajak terutang oleh wajib pajak.
e. Tingkat Akurasi Data
Karena keterbatasan dalam keakurasian data pada kantor pelayanan
pajak bumi dan bangunan yang kurang akurat disebabkan oleh
kelalaian sehingga wajib pajak banyak yang mengajukan permohonan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dalam skripsi ini dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak
Bumi dan Bangunan di wilayah Jakarta Selatan I yang merupakan lnstansi
Vertikal dari Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta I.
Adapun penelitian ini akan membahas mengenai pertumbuhan
penerimaan Sektor Pajak Bumi dan Bangunan berdasarkan rencana dan
realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) di Jakarta Selatan I.
B. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis berusaha mengurnpulkan sernua data
untuk keperlnan analisis pada kantor Pelayanan Pajalc Bumi dan Bangunan.
Metode pengumpulan data yang penulis gunakan dalam menyusun skripsi ini
adalah dengan penelitian sebagai berikut :
I. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian ini dilakukan dengan cara membaca. literatur, buku-buku
pedoman (undang-undang) perpajakan, diktat,surat kabar dan
sumber-sumber lainnya yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas
dalam skripsi ini. Literatur-literatur yang tersedia untuk dipelajari
pengetahuan serta untuk menunjang data primer yang diperoleh dalam
menyusun skripsi ini.
'
2. Penelitian lapangan (Field Research)
Penelitian ini dilakukan dengan mengadakan survey langsung pada KPP
Pajak Bumi dan Bangunan Jakarta Selatan 1 sebagai objek penelitian. Data yang diambil dalam penelitian kali ini berkaitan dengan topik
pembahasan yang diteliti, dengan cara sebagai berikut:
a. Observasi langsung terhadap buku-buku pedoman, catatan laporan
pada KPP dan peraturan-peraturan yang era1! kaitannya dengan
penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan pada tahun 2000 sampai
dengan 2005.
b. Wawancara langsung dengan pejabat KPP Pajak Bumi dan Bangunan
Jakarta Selatan 1. Dalam penelitian kaliini saya berusaha memperoleh
data langsung yang berhubungan dengan pem1asalahan yang dibahas
melalui tanya jawab dengan pihak yang berkompeten dan
berkecimpung dalam permasalahan yang penulis bahas dalam
penelitian ini.
C. Metode Analisis Data
Data-data yang telah dikumpulkan oleh penulis dan kemudian di
analisa dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Metode ini meliputi:
l. Analisis Deskriptif Kualitatif yaitu proses menganalisis data yang bersifat
lain serta mencari sebab akibatnya berdasarkan fakta.( Nur
lndriantoro,2002:2)
2. Analisis Deskriptif Kuantitatif yaitu proses menganalisis data dengan
menguraikan angka dan perhitungan sebagai pedoman dalam menghitung
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
D. Operasional Variabel Penelitian
Berkenaan dengan topik yang dipilih penulis dalam penelitian ini,
maka penulis menjabarkan definisi operasional dari setiap variabel yang
diteliti yaitu:
I. Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan adalah jumlah seluruh pajak yang
diterima oleh negara dan sektor Bruni dan Bangunan pada suatu tahun
pajak. Variabel ini diukur dengan menggunakan indikator jwnlah
penerimaan pajak sektor Bumi dan Bangunan.
2. Rencana (Target) penerimaan pajak Bumi dan Bangunan adalah jumlah
penerimaan pajak yang diharapkan dapat terealisasi pada tahun pajak
yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pemungutan pajak.
3. Realisasi penerimaan pajak Bumi dan Bangunan adalah seluruh jumlah
penerimaan pajak Bumi dan Bangunan yang secara riitl telah diterima oleh
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Um nm Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat KPPBB
Kantor pelayanan PBB Jakarta Selatan Satu adalah salah satu unit
organisasi pelaksana fungsi Direktorat jenderal Pajak yang pelaksanaan
tugasnya dibawa Kanwil IV DJP Jaya I dengan wi:tayah kerja meliputi
kecamatan Pancoran, Kecamatan Tebet dan kecamatan Setia budi.
Kantor pelayanan pajak bumi dan bangunan (PBB) Jakarta Selatan
I berlokasi di jalan Pasar Minggu Raya no. 11 Jakarta Selatan telepon
021-7993028, 7992961. Sekarang KPPBB Jakarta Selatan 1 memiliki gedung sendiri yang mana sebuah badan usaha atau instansi yang
menginginkan keefektifan dan keefisienan suatu peke1jaan yang dilakukan
oleh pegawai yang bersangkutan sebaiknya.
Dimana kantor pajak bumi dan bangunan (PBB) mempunyai 3
Kecamatan yang mana meliputi Kecamatan Pancoran, Kecamatan Setia
Wilayah kerja KPPBB Jakarta Selatan Satu memiliki data monografi sebagaimana tabel di bawah ini:
Tubel 4.1
Wilayab kerja KPPBB Jakarta Selatan 1
Kecamatan Pan co ran Setiabudi 'febet Total
Jumlah kelurahan 6 8 7 21
Luas wilayah (km2) 8,23 9,05 9,53 26,81 Jumlah Penduduk 120,518 120,208 . 235,793 476,519
-Jumlah kepala keluarga 28,547 26,208 57,526 112,281 Jumlah objek pajak 20,454 26,038 39,447 85,939 Jumlah sppt 2002 19,403 25,385 38,301 83,089 Jmnlah sppt 2003 19,528 25,427 38,:506 83,461
Sun1ber: Seksi Pendapatan dan penilaian
2. Struktur Organisasi
Organisasi suatu kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan
bertujuan agar dalam pelaksanaan tugas lebih tertib dan berdaya guna serta
dapat diadakan evaluasi secara objektif terhadap setiap pelaksanaan.
Sesuai Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 443/KMK.01/2001
tanggal 23 Juni 200 I tentang Rcorganisasi, KPPBB Jakarta Selatan dipecah
menjadi 3 (tiga) unit kantor yang salah satunya adalah KPPBB Jakarta
Selatan Satu dengan wilayah ke1ja meliputi Kecamatan Pancoran,
Kecamatan Tebet, dan Kecamatan Setia budi. KPPBB Jakarta Selatan Satu
merupakan bagian dari wilayah kerja Kanwil IV Ditjen Pajak Jaya I. Dalam
[image:54.595.99.463.178.572.2]pelaksanaan operasionalnya didukung sumber daya manusia sebagaimana
Tabet 4.2
Daftar Penyebaran Pegawai KPPBB menu rut Jenjang Pendidiklln
,;'', ,, .... Kualifikalli Pe awai . · .. · ... · .
...
. JumlahSJ S2 SI DIV DUI DI SMU SLTP , SD Pe•....!
Keoab Kantor - I
-SubBa . Umum - - 2
Seksi Pendataan Dan Penilaian - I 3
Seksi PMi<>olahan Data dan lnfonnasi - I I
Seksi Penetnmn - - 3
Seksi Penerimaan - - 2
Seksi Pennaihnn - - 2
Seksi Keberatan dan Pen"'_,,...,.,. .. - I I
Kelom""" Fun11.Sima1 - - 2
Jumhh - 4 16
SurrDer: Sub Bagian Ummn
Ketemngan: - 2 orang sedang !UJYlS behjar ke jeajang S2 - 3 orang sedang tugas bcbjar ke jenjang SI
-
-- - I
- 4 I
- 2 2
- -
-- - I
- - I
- I
-- I
-- 8 6
-3 -2 3 I I
-10 -DS2 El S1 DOiii DOI DSMU-Adapun penjelasan togas dan tanggung jawab dari Kantor Pelayanan
Pajak Bumi dan Bangunan Jakarta Selatan 1 adalah sebagai berikut:
1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan
a). Menyusun rencana kerja pembentuk atau pemeliharaan basis
data Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), serta
menyampaikannya kepada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
b ). Melaksanakan pembentukan dan atau pemeliharaan basis data objek Pajak Bumi dan Bangunan setelah rencana kerja disetujui Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak. c ). Membuat laporan bulanan kemajuan fisik dan keuangan
mengenai pelaksanaan pembentukan dan atau pemeliharaan basis data objek Pajak Bumi dan Bangunan kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak.
d). Menyampaikan surat pertanggungjawaban kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak. Tepat pada waktunya.
2. Sub Bagian Umum, terdiri dari:
a). Urusan Tata Usaha dan Kepegawaian mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha, kepegawaian dan laporan. b). Urusan keuangan mempunyai tugas melakukan urusan
keuangan.
c). Urusan Rumah Tangga mempunyai tugas melakukan urusan rumah tangga dan perlengkapan.
3. Seksi Pendataan dan Penilaian, terdiri dari:
b). Subseksi pemuktahiran data mempunyai tugas melakukan
urusan pemukhtahiran data objek dan subjek Pajak Bumi dan
Bangunan.
c ). Subseksi Monografi mempunyai tu gas melakukan urusan
pengumpulan data potensi Pajak Bumi dan Bangunan.
4. Seksi Pengolahan Data dan lnformasi, terdiri dari:
a). Subseksi pengolahan Data mempunyai tugas melakukan
urusan perekaman dan pengolahan data Pajak Bumi dan
Bangunan.
b). Subseksi Dukungan Komputer .mempunyai tugas melakukan
pengumpulan urusan dan memberikan dukungan system
computer.
c). Subseksi Pelayanan Terpadu mempunyai tugas melakukan
urusan pelayanan terpadu.
5. Seksi Penetapan, terdiri dari:
a). Subseksi Penetapan pedesaan dan perkotaan mempunyai tugas
melakukan urusan penetapan Pajak Bumi dan Bangunan sector
pedesaan dan perkotaan.
b ). Subseksi penetapan perkebunan, kehutanan dan pertambangan
mempunyai tugas melakukan urusan penetapan Pajak Bumi
dan Bangunan sector perkebunan, kehutanan dan
6. Seksi Penerimaan, terdiri dari:
a). Subseksi Tata Usaha penerimaan dan Restitusi mempunyai
tugas melakukan urusan tata usaha penerimaan, restitusi dan
kompensasi Pajak Bumi dan Bangunan.
b ). Subseksi pemantauan penyetoran dan pe:mbagian penerimaan
mempunyai tugas melakukan urusan pemantauan penyetoran
pembagian penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.
7. Seksi Penagihan, terdiri dari:
a). Subseksi penagihan Aktif mempunyai tugas mempersiapkan
surat tegoran dan melakukan penagihan aktif Pajak.
b). Subseksi Tata Usaha Piutang mempunyai tgas melakukan
urusan tata usaha piutang Pajak dan penyelesaian usu!
penghapusan piutang Pajak.
8. Seksi Keberatan dan Pengurangan, terdiri dari:
a). Subseksi keberatan dan banding mempurnyai tugas melakukan
urusan penyelesaian keberatan, uraian banding dan gugatan
Pajak.
b ). Subseksi pengurangan mempunyai tugas melakukan urusan
pengurangan dan pemeriksaan sederhana kantor clan atau
B. Hasil dan Pembahasan
1. Penerimaan Sektor Pajak Bnmi dan Bangnnan dari tahnn
:woo
sampai dengan tahnn 2005.Dalam melaksanakan fungsinya pelayanan di bidang Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB) tersebut kantor pelayanan Pajak Bumi dan
Bangunan melaksanakan kegiatan untuk menghitung PBB yang terutang.
Dimana dengan diperlukannya data yang akan dikumpulkan, data tersebut
diperoleh dari Surat Pemberitahuan Objek Pajak ($POP) baik hasil
pendaftaran, pembentukan basis data (pendataan) atau pemeliharaan basis
data (perubahan).
Dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangumm adalah Nilai Jual
Objek Pajak (NJOP). Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
membantu menghitung Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dengan cara :
a. Pengelompokan nilai tanah dalam Zone-zone Nilai tanah (ZNT) dan
klasifikasi Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Bumi.
b. Pengelompokan nilai bangunan dalam Dafta1r Biaya Komponen
Bangunan (DBKB) dan klasifikasi nilai bangunan.
c. Penghitungan Nilai Jual Objek Pajak dengan bantuan computer.
Tahun pajak adalah jangka waktu satu tahun takwim (tanggal
Januari sampai dengan 31 Desember). Saat yang menentukan pajak
terutang adalah menurut keadaan objek pajak tersebut pada tanggal I
Adapun tempat pajak terutang adalah di wilayah kabupaten/daerah
tingkat II atau kotamadya/daerah tingkat II yang meliputi letak objek
pajak tersebut. Khusus untuk Jakarta di wilayah DKI Jakarta. Tarif PBB
belum berubah dari tahun 1986 sampai dengan sekarang 0,5 %.
Dasar perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan adalah Nilai Jual
Kena Pajak (NJKP) yang ditetapkan serendah-rendahnya 20 % dan setinggi-tingginya 100 % dari Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). Persentase
Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) tersebut ditetapkan dengan peraturan
pemerintah dengan memperhatikan kondisi ekonomi nasional. Nilai Jual
Kena Pajak (NJKP) yang berlaku sekarang adalah :
a. 40 % untuk objek perkebunan yang luasnya 25 Ha keatas dan dikelola
oleh Wajib Pajak Badan.
b. 20 % untuk objek pajak perumahan. Contoh Perhitungan:
Seorang wajib pajak bemama bari mempunyai objek Pajak didaerah
pejaten barat yang mana tanah seluas 800 m dengan nilai jual 300.000/m
Maka besarnya pajak yang terutang adalah sebagai berikut :
- Nilai jual tanah 800 x Rp300.000 Rp240.000.000
- Nilaijual bangunan 400 x Rp 350.000 Rp 140.000.000
Nilai jual sebagai Dasar pengenaan pajak Rp 380.000.000
Nilai jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak Rp 8.000.000
Nilaijual Objek Pajak Untuk Penghitungan Pajak Rp 372.000.000
Besarnya Pajak Bumi dan Bangunan yang terutang :
0,5 x 20% x 372.000.000 Rp 37.200.000
Perhitungan di atas merupakan per wajib pajak yang dilakukan oleh
Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan untuk melakukan penilaian
secara missal sesuai keadaan tanggal I Januari ( awal tahun pajak) dengan
system computer. Setelah dianalisis perhitungannya, maka dimulailah
pencetakan dan penerbitan SPPT, serta Surat Tanda Terima Setoran
(STTS) PBB dan Daftar Himpunan Ketetapan dan Pembayaran (DHKP)
PBB tersebut.
Sebagai bahan kajian untuk dianalisis, maka penulis sajikan
laporan rencana realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
yang diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan untuk
Gambar4.3
Grafik Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan tahun
aョァァ。イゥエ⦅セ@ 20()_()_-2005_ pada kppiSスSj。i\セャGエZャZセ[・Q。A。ョャN⦅@
250,000
200,000
'&
150,0001
100,000 50,000realisasi
I
2000 2001 2002 2003 2004 2005
I
tahun L __________ - - -MMMMMMMMセMMMMMMMMMMMMMMMMMM⦅ェ@
Sumber: KPPBB Jakarta Selatan I (dalamjutaan)
Dari grafik di atas dapat diketahui pertumbuhan penerimaan pajak Bumi dan Bangunan pada KPPBB Jakarta Selatan 1 dalam periode, pada tahun 2000 bahwa penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan yaitu sebesar Rp 151.056 Sedangkan pada tahu 2001 yaitu sebesar Rp 218. 779 dengan demikian dapat diketahui bahwa pada periode tahun pajak dari tahun 2000 sampai tahun 2001 terjadi kenaikan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan yang cukup signifikan yaitu sebesar Rp 67.722 kenaikan yang cukup signifikan ini dikarenakan karena wilayah kerja kantor pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan pada tahun 2001 mencakup seluruh kecamatan yang ada di daerah Jakarta Selatan, belum adanya pemecahan wilayah kerja KPPBB yang menjadi tiga wilayah. Sehingga penerimaan PBB pada tahun itu meningkat secara drastis.
[image:62.595.96.480.111.541.2]Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurnnan ini disebabkan karena ォオイ。ョァョセ。@ tingkat kepatuhan wajib pajak dalarn menjalankan kewajiban perpajakannya seperti patuh bayar, patuh bayar adalah kepatuhan wajib pajak baik orang pribacli maupun baclan clalarn membayar pajak terhutang tepat pacla waktunya ses:uai dengan ketentuan yang telah clitetapkan oleh Direktorat jenderal Pajak.
Hal yang berbeda terjacli pacla tahun 2003-2005, selarna tiga tahun total penerimaan PBB selalu mengalami peningkatan yang relatif signifikan clan juga stabil, besamya kenaikan terjadi pada setiap tahunnya, kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan juga clisebabkan adanya kenaikan NJOP tiap tahunnya.
Berclasarkan tabel di atas maka acla beberapa ha! yang dapat penulis simpulkan antara lain :
I. Penerimaan PBB terbesar terjacli pada tahun 200 I yaitu sebesar Rp 218.779 dikarenakan pada tahun tersebut wiilayahnya masih satu wilayah Jakarta selatan belum adanya pemisahan wilayah.
2. Penerimaan PBB terendah terjacli pada tahun 2002 yakni sebesar Rp 110.938 dikarenakan pacla tahun 2002 terjadinya pemecahan wilayah yang terjadi clijakarta selatan menjadi tiga wilayah.