1.1 Latar Belakang Penelitian
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak yang dikenakan atas
kepemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah dan bangunan. Tanah sebagai
bagian dari bumi yang merupakan karunia Tuhan yang Maha Esa, disamping
mmemenuhi kebutuhan dasar untuk papan dan lahan usaha, juga mmerupakan alat
investasi yang sangat menguntungkan. Bangunan juga memberikan manfaat bagi
pemilik atau pengguna. Oleh karena itu, bagi mereka yang memiliki,
menggunakan dan memanfaatkan bumi dan bangunan wajib membayar pajak
yang disebut Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Berdasarkan Undang-undang nomer 12 tahun 1984 tentang pajak bum dan
bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang nomer 12 tahun
1994, pajak bumi dan bangunan mmerupakan pajak pusat, tetapi setelah terbitnya
Undang-undang Nomer 28 tahun 2009 tenttang pajak daerah dan Retribusi
Daerah.
Pajak adalah iuran Rakyat kepada Negara yang dapat dipaksakan secara
yuridid, tidak mendapat balas jasa langsung, dan dipergunakan oleh pemerintah
Penyelenggaraan tugas dan fungsi pemerintah, pelaksanaan pembangunan
dan pelayanan kepada masyarakat oleh pemerintah baik Pusat maupun Daerah
tentulah membutuhkan pembiayaan. Satu diantara sumber dana bagi pembiayaan
penyelenggara pemerintah, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada
masyarakat di Daerah adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Dalam Negara Republik Indonesia yang kehidupan Rakyat dan
perekoomiannya sebagian besar bercorak agraris, bumi termasuk perairran dan
kekayaan alam yang terkandung didalamnya mempunyai fungsi penting dalam
membangun masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan
Undang-undang Dasar 1945.
Banyak upaya pemerintah untuk meningkatkan ksadaran masyarakat
dalam membayar pajak. Seperti suatu slogan yang sering ditulis pada spanduk,
baliho, televisi dengan pesan bahwa orang bijak taat membayar pajak. Ini
dimaksudkan supaya warga membayarkan pajaknya dengan sukarela. Apabila
membayar pajak ini secara sukarela maka diharapkan para wajib pajak dapat
membayar pajak tepat waktu. Membayar pajak tepat waktu menyebabkan dana
pemerintah tidak tersendat dan pembangunan menjadi lncar. Sehingga membayar
pajak tepat waktu berarti ikut berperan serta memperlancar proses pembangunan.
Karena pajak yang dibayarkan sepenuhnya digunkan untuk membangun
sarana-sarana bagi kepentingan umum.
Semakin meningkatnya penerimaan PBB akan meningkatkan Pendapatan
Namun keberhasilan ini sebaiknya dapat dipertahankan oleh Pemerintah Daerah
agar kedepannya perolehan PBB akan mencapai target yang telah ditetapkan.
Salah satu penerimaan terbesar Negara Indonesia berasal dari pajak yang
dibayarkkann oleh masyarakat Indonesia atau dikenal dengan sebutan Wajib
Pajak Dalam Negri (WPDN) dan Masyarakat Luar Negri atau disebut dengan
Wajib Pajak Luar Negri (WPLN) dimana ruang lingkup mmasing-masing wajib
pajak dibedakan menjadi Wajib Pajak Badan dan Wajib Pajak Orang Pribadi.
Negara mempunyai wewenang untuk memungut pajak dan wajib pajak yang
mempunyai kewajiban perpajakan. Pajak merupakan suatu keharusan bagi seluruh
masyarakat yang bertempat/berkedudukan dalam Negara tersebut. Dalam keadaan
sadar maupun tidak, masyarakat telah melakukan konstribusi langsung dalam
pembangunan Negara dengan iuran yang berasal dari pajak inilah pemerintah
dapat membiayai pembangunan nasional, infrastruktur lainnya dan fasilitas
umum sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan Rakyat Indonesia. Dalam
kesempatan ini penulis ingin membahas salah satu sektor pajak yang
mempengaruhi pendapatan daerah yaitu Pajak Bumi dan Bangunan.
Salah satu cara dalam mendorong sektor Pajak Bumi dan Bangunan akan
menerbitkan surat pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT), dalam hal ini adalah
Surat Pemberitaahuan Pajak Terutang Bangunan (SPPTB), dan Surat Ketetapan
Pajak (SKP) dalam hal Kurang Bayar, Kurang Bayar Tambahan, Liebh Bayar atau
Nihil, dan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dalam rangka pendapatan
objek pajak tersebut. Tujuan penerbitan surat tersebut digunakan sebagai alat
perpajakannya. Namun, seringkali penerbitan SPPT tesebuttidak 100% tertagih.
Untuk mengetahui penyebab-penyebab yang mempengaruhi kewajiban SPPT
tersebut, dan untuk mencari beberapa faktor pendukung agar penagih pajak atas
bumi dan bangunan ini dapat dioptimalisasikan.
Sebagai salah satu penerimaan daerah dari Pajak Bumi dan Bangunan
masih terhitung belum optimal, oleh karena itu penulis ingn meneliti penyebabnya
sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran wajib pajak, khususnya
dalam melakukan kewajiban perpajakannya dibidang Pajak Bumi dan Bangunan.
Dari latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengambil judul Tugas Akhir :
“ANALISIS EFEKTIVITAS PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI DINAS PELAYANAN PAJAK KOTA BANDUNG”.
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah
Adapun berdasarkan latar belakang diatas dapat tersimpulkan
permasalahan kurang intansifnya pelaksanaan pemungutan pajak dan masih
banyak wajib pajak yang tidak taat membayar pajak sehingga memperngaruhi
efektivitas penerimaan pajak terutama pajak bumi dan bangunan.
1.2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian identifikasi masalah tersebut, maka yang menjadi
1. Bagaimana ketentuan penerimaan PBB di Dinas Pelayanan Pajak Kota
Bandung
2. Bagaimana analisis efektifitas penerimaan PBB di Dinas Pelayanan Pajak
Kota Bandung
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data-data bahan yang
diperlukan sebagaimana yang digambarkan dalam perumusan masalah mengenai
Analisis Efektivitas Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan periode 2012 – 2014
di Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan penelitian ini antara lain :
1. Untuk mengetahui ketentuan PBB di Dinas Pelayanan Pajak Kota
Bandung
2. Untuk mengetahui analisis efektivitas penerimaan PBB di Dinas
Pelayanan Pajak Kota Bandung.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Praktis
1. Bagi Dinas Pelayanan Pajak
Sebagai informasi dan referensi yang berguna terutama bagi yang
menyangkut mengenai analisis efektivitas penerimaan pajak bumi dan
bangunan di Dinas Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.
1. Bagi Peneliti
Peneliti dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan pemahaman dibidang
perpajakan.
2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini bermanfaat bagi wajib pajak, karena memberikan
informasi bagi yang berkepentingan tentang penerimaan pajak bumi dan
bangunan.
1.4.2 Kegunaan Akademis
1. Memberikan gambaran dan masukan tentang strategi yang ditetapkan
dalam pelaksanaan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan oleh Dinas
Pelayanan Pajak Kota Bandung
2. Memberikan pemahaman tentang strategi yang dilakukan Pemerintah
Kota Bandung untuk mensukseskan pemungutan Pajak Bumi dan
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penulis melakukan penelian di Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung yang berlokasi di Jl Cianjur No. 34 Bandung.
No. Kegiatan
Bulan / Tahun Maret 2015 April 2015
Mei 2015 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pengajuan Surat Pra survey
2 Penelitian
3 Pengumpulan Data dan Analisis Data
4 Bimbingan
2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Pajak
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang
sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung.
Pajak dipungut penguasa berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup biaya
produksi untuk mencapai kesejahteraan umum.
Lembaga pemerintah mengelola perpajakan negara di Indonesia adalah
Direktorat Jendral Pajak (DPJ) yang merupakan salah satu direktorat jendral yang
ada dibawah naungan Kementrian Keuangan Republik Indonesia.
Menurut Reloy Beaulieu pajak adalah bantuan, baik secara langsung
maupun tidak langsung yang dipaksakan oleh kekuasaan publik dari penduduk
atau dari barang, untuk menutup belanja pemerintah.
P.J.A Andriani pajak adalah iuaran masyarakat kepada negara yang dapat
dipaksa yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peratutan-peraturan
umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung
dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintah.
Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH pajak adalah iuran rakyat
tiada mendapat jasa timbal balik (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukan
dan yang digunakan untuk membayar pengukuran umum. Definisi tersebut
kemudian dikoreksinya : pajak adalah peralihan kekayaan dari pihat rakyat kepada
Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk
public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.
Ray M. Sommerfeld, Herschel M. Anderson, dan Horace R. Brock pajak
adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan
akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan
yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsungn dari
proposional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk
menjalankan pemerintahan.
Pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No. 6 Tahun 1983 sebagaimana telah
disempurnakan terakhir dengan UU N0.28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum
dan tata cara perpajakan adalah “konstribusi wajib kepada negara yang terulang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-undang, dengan tidak mendapat tibal balik secara langsung dab digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pajak dari prespektif ekonomi dipahami sebagai beralihnya sumber daya
dari sektor privat kepada sektor publik. Pemahaman ini memberikan gambaran
bahwa adanya pajak menyebabkan dua situasi menjadi berubah. Pertama,
berkurangnya kemampuan individu dalam menguassai sumber daya untuk
keuangan negara dalam penyediaan barang dan jasa publik yang merupakan
kebutuhan masyarakat.
Sementara pemahaman pajak dari perspektif hukum menurut Soemitro
merupakan suatu perkaitan yang timbul karena adanya undang-undang yang
menyebabkan timbulnya kewajiban warga negara untuk menyetorkan sejumlah
penghasilan tertentu kepada negara, negara mempunyai kekuatan untuk memaksa
dan uang pajak itu harus diergunakan untuk penyelenggaraam pemerintahan. Dari
pendekatan hukum ini memperlihatkan bahwa pajak yang dipungut harus
berdasarkan undang-undang sehingga menjamin adanya kepastian hukum, baik
bagi fiskus sebagai pengumpul pajak maupun wajib pajak sebagai pembayar
pajak.
2.1.2 Unsur Pajak
Dari berbagai definisi yang diberikan terhadap pajak, baik pengertian
secara ekonomis (pajak sebagai pengalihn sumber dari sektor swasta ke sektor
pemerintah) atau pengertian secara yuridis (pajak adalah iuran yand dapat
dipaksakan) dapat ditarik kesimpulan tentang unsur-unsur yang terdapat pada
pengertian pajak, diantaranya :
1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang. Asas ini disesuaikan dengan perubahan ketiga UUD 1945 pasal 23A yang menyatakan “pajak
dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur
2. Tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi perseorangan) yang dapat ditunjukan secara langsung. Misalnya, orang yang taat membayar pajak kendaraan bemotor akan melalui jalan yang sama
kualitasnya dengan orang yang tidak membayar kendraan bermotor.
3. Pemungutan pajak dapat dipaksakan. Pajak dapat dipaksakan apabila wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan dan dapat dikenakan
sanksi sesuai peraturan perundang-undngan
4. Pemungutan pajak diperuntukan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin
maupun pembangunan.
5. Selain fungsi budgeter (anggaran) yaitu fungsi menisi Kas Negara/Anggaran Negara yang diperlukan untuk menutup pembiayaan penyelenggaraanpemerintahan, pajak juga berfungsi sebagai alat untuk
mengatur atau melaksanakan kebijakan negara dalam lapangan ekonomi
dan sosial (fungsi mengatur/regulatif)
2.1.3 Jenis Pajak
Ditinjau dari segi Lambang Pemungutan Pajak yang dipungut oleh
Pemerintah Pusat yang terdiri atas :
1. Pajak Negara
Sering disebut juga pajak pusat yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah
a. Pajak Penghasilan
Diatur dalam UU No.7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang
diubah terakhir kali dengan UU No.36 Tahun 2008
b. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
Diatur dalam UU N0.8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang diubah terakhir kali dengan UU
N0.42 Tahun 2009
2. Pajak Daerah
Sesuai UU No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
berikut jenis-jenis Pajak Daerah :
A. Pajak Privinsi terdiri atas :
a. Pajak Kendaraan Bermotor
b. Pajak Balik Nama Kendaraan Bermotor
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
d. Pajak Air Permukaan, dan
e. Pajak Rokok
B. Jenis Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas :
a. Pajak Hotel
b. Pajak Restoran
c. Pajak Hiburan
d. Pajak Reklame
e. Pajak Penerangan Jalan
g. Pajak Parkir
h. Pajak Air Tanah
i. Pajak Sarang Burung Walet
j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
2.1.4 Fungsi Pajak
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan
bernegara, khususnya didalam pelaksanaan pembangunan karena pajak
merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran
termasuk pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal diatas maka pajak
mempunyai beberapa fungsi, yatu :
1. Fungsi Anggaran ( Budgetair)
Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai
pengeluaran- pengeluaran negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin
negara dan melaksanakan pembangunan, negara membutuhkan biaya.
Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak. Dewasa ini pajak
dipergunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja
barang, pemeliharaan, dan lain-lain. Untuk pembiayaan pembangunan,
uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah, yakni penerimaan dalam
negeri dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah ini dari tahun ke
tahun harus ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan
2. Fungsi Mengatur ( Regulerend)
Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaa
pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk
mencapai tujuan. Contohnya dalam rangka menggiring penanaman modal,
baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas
keringanan pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam negri,
pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.
3. Fungsi Stabilitas
Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dan untuk menjalankan
kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat
dikendalikan. Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur
peredaran uang dimasyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang
efektif dan efisien.
4. Fungsi Redistribusi Pendapatan
Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai
semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan
sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan
2.1.5 Pajak Berdasarkan Wujudnya
Pajak berdasarkan wujudnya di bagi menjadi :
1. Pajak Langsung adalah pajak yang dibebankan secara langsung kepada
wajib pajak seperti pajak pendapatan, pajak kekayaan
2. Pajak Tiidak Langsung adalah pajak/pungutan wajib yang harus
dibayarkan sebagai sumbangan wajib kepada negara yang secara tidak
langsung dikenakan kepada wajib pajak seperti cukai rokok dan
sebagainya.
2.1.6 Pajak Berdasarkan Jumlah Yang Harus di Bayar
Pajak berdasarkan jumlah yang harus di bayar dibedakan menjadi :
1. Pajak Pendapatan alaha pajak yang dikenakan atas pendapatan tahunan
dan laba dari usaha seseorang , perseroan terbatas/unit lain
2. Pajak Penjualan adalah pajak yang dibayarkan pada waktu terjadinya
penjualan barang/jasa yang dikenakan kepada pembeli
3. Pajak Badan Usaha adalah pajak yang dikenakn kepada badan usaha
seperti perusahaan bank dan sebagainya
Laba usaha yang diterima oleh badan usaha maupun perorangan itulah
yang akan dikenai PPh. Namun, bagi Wajib Pajak perorangan sebelum laba
dikenakan pajak terlebih dahulu dikurangkan dengan Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP) yang besarnya ditetapkan dan bergantung pada jumlah
berbentuk badan adalah juga perorangan sebagai investor. Hasil yang akan
diterima oleh investor sebagai pemilik usaha merupakan penghasilan kembali
yang merupakan Objek PPh bagi perorangan. Namun karena prinsip usaha
adalah “going concern” maka keuntungan dari sebuah badan usah tidak selalu
langsung dinikmati oleh investor (pemilik) tetapi dapat ditanamkan kembali
untuk memperbesar usaha. Sehingga penghasilan yang diterima oleh
perorangan atas investasinya dibadan usaha bisa ditunda sampai keuntungan
tersebut dibagikan keperorangan.
2.2 Kerangka Pemikiran
2.2.1 Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak negara yang dikenakan
terhadap buni dan/atau bangunan berdasarkan undang-undang no.12 tahun 1985
tentang pajak bumi dan bangunan sebagaimana telah diubah dengan
uangang-undang no.12 tahun 1994.pajak bumi dan bangunan adalah pajak yang bersifat
kebendaan dalam artibesarnya pajak terutangditentukan oleh keadaan objek yaitu
bumi/tanah dan/atau bangunan,keadaan subjek (siapa yang membayar) tidak ikut
menentukan besarnya pajak.Pajak bumi dan bangunan merupakan bajak pusat
dimana presentase pembagian hasil penerimaanya sebagian besar dialokasikan ke
daerah.Adapun pengertian pajak bumi dan bangunan menurut para ahli
diantaranya:
Menurut Erly Suandy pajak bumi dan bangunan adalah pajak yang
yaitu Bumi/Tanah/dan Bangunan keadaan subjek (siapa yang membayar) tidak
ikut menentukan besar pajak.
Menurut Siti Resmi Bumi adalah permukaan / tubuh bumi yang
dibawahnya, permukaan meliputi tanah dan perairan pedalaman (termasuk rawa –
rawa tambak perairan) serta laut wilayah Republik Indonesia. Bangunan adalah
kontruksi teknis yang ditanam atau diletakan secara tetap pada tanah dan /
perairan untuk tempat tinggal, tempat usaha, dan tempat yang diusahakan.
Dari pengertian pajak bumi dan bangunan diatas maka penulis dapat
menyimpulkan pajak bumi dan bangunan adalah pajak yang dikenakan atas tanah
dan bangunan diatur dalam beberapa asas, meliputi :
a. Memberikan kemudahan dan kesadaran
b. Adanya kepastian hukum
c. Mudah dimengerti dan adil
d. Menghindari pajak yang berganda
2.2.2 Cara Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan
Dasar pengenaan pajak adalah Nilai Jual Objek Pajak. Besarnya Nialai
Jual Objek Pajak ditetapkan setiap tiga tahun oleh Mentri Keuangan, kecuali
untuk daerah tertentu ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan
daerahnya.
Dasar penghitungan pajak adalah Nilai Jual Kena Pajak yang ditetapkan
Milyar dari Nilai Jual Objek Pajak. Besarnya persentase Nilai Jual Kena Pajak
ditetapkan dengan peraturan pemerintah dengan memperhatikan kondisi ekonomi
nasional`
Contoh kasus :
Pak Zenal memiliki tanah 100 m2 dan bangunan 80 m2. Nilai jual objek
pajak tanah daerahnya Rp. 916.000 per m2 dan nilai jual objek pajak bangunan
Rp. 700.000 per m2. Bila NJOP tidak kena pajak Rp. 12.000.000, Nilai Jual Kena
Pajak sebesar 20% dan tarif PBB ditetapkan sebesar 0,5%. Hitung PBB yang
harus dibayar.
Penyelesaian :
Nilai Objek Pajak (NJOP)
Tanah ( 100 m2 x Rp. 916.000) Rp. 91.600.000
Bangunan ( 80 m2 x Rp. 700.000) Rp. 56.000.000 +
Rp. 147.600.000
Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) Rp. 12.000.000+
NJOP – NJOPTKP Rp. 135.600.000
Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) (20% x Rp. 135.600.000) Rp. 27.120.000
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu
penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk
mendapatkan jawaban atau solusi dari permasalahan yang terjadi.
Menurut sugiyono (2000:13) menjelaskan bahwa :
“Objek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid dan reliable
tentang suatu hat (variable tertentu)”.
Dalam penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah Strategis
Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan.
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara utama yang digunakan peneliti untuk
mencapai tujuan dan kegunaan tertentu.
Pengertian dari metode analisis deskriptif menurut Sugiyono (2008:147)
yaitu :
”Metode Analisis Deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi.”
Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif
dengan menggunakan pendekatan kualitatif, dengan alasan bahwa masalah pada
proses penagihan pemungutan PBB masih remang-remang kompleks dan dinamis.
3.3 Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitian.
Pengertian desain penelitian menurut Sugiyono (2010:13) penjelasan
proses penelitian dapat disimpulkan sebagai teori berikut :
1. Sumber masalah
2. Rumusan masalah
3. Konsep materi dan teori yang relevan dan penemuan yang releven
4. Pengajuan hipotesis
5. Metode penelitian
6. Menyusun instrument penelitian
7. kesimpulan
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan
Pengumpulan data primer dan sekunder dilakukan dengan cara:
1. Penelitian lapangan (File Research)
a. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data secara langsung datang
ketempat objek yang diteliti yaitu Kantor Pelayanan Pajak Jl. Cianjur.
2. Teknik pengambilan data secara kepustakaan
Teknik yang dapat dipergunakan yaitu membaca, merangkum,
mengelompokan data yang diperoleh dari buku-buku, artikel, majalah, surat
kabar, situs web dan penelitian-penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti.
3.5 Rancangan Analisis
Adapun langkah-langkah analisis yang dilakukan yaitu:
1. Pengumpulan Data (Data Collection), mengumpulkan data yang diperoleh
melalui teknik dan alat pengumpulan data yaitu dengan wawancara dan
dokumentasi serta observasi yang dikumpulkan menjadi satu untuk diolah;
2. Reduksi Data (Data Reduction), data yang terkumpul kemudian direduksi
atau dirangkum berdasarkan pokok ataufokus masalah penelitian agar
dapat memberi1kan gambaran yang jelas; Penyajian Data (Data Display),
menyajikan data yang terkumpul dengan penyajian berupa tabel, grafik,
dan gambar agar mempermudah dalam penarikan kesimpulan dan
3. Penarikan Kesimpulan (Conclusions), penarikan kesimpulan setelah tahap
reduksi dan penyajian data dengan menarik makna-makna yang penting
dari data-data yang ada
3.6 Analisis Data
Efektivitas adalah mengukur hubungan antara hasil pemungutan suatu
pajak dan potensi pajak dengan asumsi semua wajib pajak membayar pajak
masing-masing dan membayar seluruh pajak terutang (Devas, 1996:144).
Efektivitas adalah suatu keadaan yang terjadi sebagai akibat yang di
kehendaki, kalau seseorang melakukan suatu berbuatan dengan maksud tertentu
dan memang dikehendaki maka orang itu dikatakan efektif bila menimbulkan
akibat atau mempunyai maksud sebagaimana yang dikehendakinya (Liang Gie,
1997:108)
Efektivitas adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau
peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah di tetapkan (Handoko,
1995)
Rumus untuk menghitung penerimaan efektifitas penerimaan PBB :
4.1 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Pada tahun 1980, dikeluarkan peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II
Bandung Nomor : 09/PD 1980 tanggal 10 Juli 1980, dimana Struktur Organisasi Dinas
Pendapatan Daerah Kota Bandung mengalami perubahan, semula membawahi 5 (lima)
satuan unt kerja dirubah menjadi 7 (tujuh) satuan unit kerja, yaitu :
1. SUB Bagian Tata Usaha
2. Seksi Pajak
3. Seksi Retribusi
4. Seksi IPEDDA
5. Seksi perencanaaan, Penelitian dan Pembangunan
6. UPTD Pasar
7. UPTD Parkir dan Terminal
Dalam kegiatan satuan operasional satuan unit kerja tersebut diatas, khususnya
dalam bidang pemungutan pajak/retribusi, dipakai sistem MAPEDA (Manual
Administrasi Pendapatan Daerah). Dengan sistem MAPEDA, petugas melakukan
kegiatan pemungutan pajak/retribusi secara langsung kepada Wajib Pajak/Wajib
Retribusi.
Guna terdapat keseragaman struktur Dinas Pendapatan Daerah diseluruh
Indonesia, dikeluarkan Keputusan mentri Dalam Negeri Nomor : 23 Tahun 1989
tentang Susunan Organisasi dan Tata Keja Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II, yang
yaitu Peraturan Daerah Kotamadya Bandung No.11 Tahun 1989 tanggal 30 Oktober
1989 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah
Kotamadya Daerah Tingak II Bandung. Dengan dikeluarkannya Keputusan Mendagri
No. 23 Tahun 1989 perlu disusun sistem dan prosedur Perpajakan, Retribusi Daerah
dan Pendapatan Daerah lainnya serta pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan yang
lebih mutakhir sebagai penyempurnaan dari sistem prosedur yang telah ditetapkan
terlebih dahulu dengan Keputusan Mendagri No.102 Tahun 1990 Tentang Sistem
Prosedur Perpajakan Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya, serta
pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan di Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II
seluruh Wilayah Indonesia atau yang lebih dikenal dengan nama MAPATDA
(Manual Pendapatan Daerah).
Dengan diberlakukannya MAPATDA, maka sistem pemungutan pajak/retribusi
daerah yang sebelumnya dilakukan secara door to door menjadi self assesment yaitu
wajib pajak dan wajib retribusi menyetor langsung kewajiban pembayaran
pajak/retribusi ke Dinas Pendapatan Daerah.
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan
Sejarah Perkembangan Dinas Pendapatan Kota Bandung , embrionya
diawali dengan dibentuknya suatu Biro Pendaptan dan Perpajakan sebagai Sub
Ordinat dari Administratur Bidang Keuangan (Kepgub No. 60/PO/V/OM/SK/71).
Dalam rangka peningkatan status kelembagaanya maka dibentuklah Jawatan
Perpajakan dan Pendapatan dalam lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat
(Kepgub No. 219/PO/V/O.M/SK/1971) tanggal 25 September 1971, sebagai unit
Pendapatan Provinsi Jawa Barat. Sebagai konsekuensi berlakunya
Undang-undang No. 5 tahun 1974, maka sebutan atau nomenklatur kelembagaan,
berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat
Nomor 107/A.V/18/SK/1975 terhitung tanggal 12 April 1975 sebutan Jawatan
diubah dengan istilah :
1) Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor :
7/Dp.040/PD/78 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Pendapatan Daerah Propinsi Jawa Barat
2) Peraturan Daerah Nomor 4 tahun 1998 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Cabang Dinas, ditetapkannya 24 kantor cabang dinas di setiap
kabupaten/kotamadya.
3) Peraturan Daerah Nomor 5 tahun 2002 tentang perubahan atas Peraturan
Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 15 tahun 2000 tentang Dinas Daerah
Propinsi Jawa Barat.
4) Keputusan Gubernur Propinsi Jawa Barat nomor 53 tahun 2001 tentang
Tugas Pokok Fungsi dan Rincian Tugas Unit Dinas Pendapatan Propinsi
Jawa Barat.
Sejak tahun 1984 sampai dengan saat ini Kantor Dinas Pendapatan
Provinsi Jawa Barat bertempat di Jalan Soekarno – Hatta No. 528 Bandung yang
sebelumnya berada di Jalan Ir. H. Juanda No. 37 Bandung.
Proklamator bangsa kita menyatakan bahwa bangsa yang besar adalah
Memang ini dalam skala kenegaraan tapi tentu pemahamannya dapat ditarik pada
skala-skala lebih kecil seperti kedinasan. Kalimat tersebut pendek namun
memiliki makna luar biasa bila dapat dihadirkan dalam skala yang terkecil
sekalipun. Sebagai pelaku sejarah, tidak jarang kita melihat antar pelaku sejarah
melakukan koreksi terhadap pelaku sejarah lain, makanya tidak heran didalam
kenegaraan kita sering menemui pemelintiran sejarah. Hal ini mengilhami bahwa
kita harus memahami sejarah, menghargai dan menguasai sebagai modal kedepan
dalam menentukan arah pergerakan Dinas Pendapatan.
Merujuk hal tersebut, Dinas Pendapatan Kota Bandung memandang perlu untuk senantiasa membangun komitmen kedinasan jajaran aparaturnya.
Komitmen kedinasan adalah suatu keniscayaan karena kalau tidak dibangun
menjadi satu, jangankan yang asal muasalnya. sangat heterogen yang homogen
juga bisa memiliki persepsi berbeda, visi berbeda, opininya berbeda. Apalagi
aparatur Dinas Pendapatan berasal dari berbagai organiasi perangkat daerah
(OPD). Oleh karenanya penting komitmen kedinasan menjadi satu masa lalu yang
dilalui pada OPD lain sebagai referensi penguat, sebagai referensi pembanding,
tapi ketika menjadi bagian aparatur Dispenda harus memiliki esprit de corps kuat
terhadap organisasi.
Membangun komitmen kedinasan melalui pengungkapan sejarah
dipandang langkah tepat karena sejarah bisa menjadi modal dalam mengilhami
serta inspirasi kedepan. Dinas Pendapatan telah menepuh suatu perjalanan
Keuangan, pertimbangan sejarah panjang bahwa tidak mudah membangun Dinas
Pendapatan yang memiliki asal muasal dari Biro Keuangan Daerah. Ini bagian
dari satu pertimbangan selain pertimbangan-pertimbangan lain. Jadi sejarah ini
telah membuktikan bahwa pengalaman itu adalah guru dalam kehidupan kita.
Berdasarkan Visi dan Misi Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung
tersebut di atas, maka tujuan dan sasaran Dinas Pendapatan Daerah Kota
Bandung untuk 5 (lima) tahun ke depan adalah sebagai berikut :
Misi Pertama, Meningkatkan Pendapatan Daerah
Tujuan :
1) Mengembangkan birokrasi yang semakin profesional dan akuntabel,
dengan sasaran :
a. Terwujudnya kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintah daerah
serta pengelolaan keuangan yang akuntabel dan berbasis teknologi
informasi.
2) Mewujudkan Peningkatan PAD untuk membiayai tugas-tugas
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, dengan sasaran :
a. Tercapainya peningkatan pendapatan daerah sampai dengan tahun
2013, indikatornya tingkat kenaikan penerimaan pendapatan daerah
sebesar 13% per tahun.
b. Tercapainya peningkatan retribusi daerah dan pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah sampai dengan
dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD
yang sah sebesar 2% per tahun.
c. Tercapainya peningkatan pengawasan dan pengendalian, indikatornya
menurunnya tingkat penyimpangan di bidang pendapatan daerah.
3) Tergalinya potensi pajak daerah dan retribusi daerah, dengan sasaran :
a. Terdatanya potensi pajak daerah sampai dengan tahun 2010,
indikatornya jumlah PKB yang terpungut sebanyak 5 juta objek pajak,
pajak air sebanyak 4.000 objek Pajak dan menurunnya tingkat
prosentase tunggakan (ratio antara tunggakan dengan realisasi
penerimaan pajak)
b. Meningkatnya jumlah wajib retribusi daerah, indikatornya jumlah
wajib retribusi yang terpungut (RPKD 3.000 wajib bayar)
c. Tergalinya sumber penerimaan pendapatan daerah bidang non pajak di
luar retribusi daerah
Misi Kedua, Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kepada Masyrakat
Tujuan :
1) Mengembangkan birokrasi yang semakin profesional dan akuntabel,
dengan sasaran meningkatnya pelayanan publik yang dapat diakses degnan
mudah dan cepat oleh seluruh lapisan masyarakat
a. Terciptanya pelaksanaan prinsip-prinsip pelayanan prima, indikatornya
meningkatnya transparansi, kecepatan, kemudahan, kenyamanan
pelayanan terhadap wajib pajak di seluruh UPPD se Jawa Barat
b. Terwujudnya standardisasi fasilitas pelayanan, indikatornya
terpenuhinya sarana pokok dan penunjang yang memadai.
c. Tercapainya peningkatan kualitas sumber daya manusia, indikatornya
meningkatnya kompetensi pegawai.
d. Tersedianya dukungan anggaran, indikatornya terpenuhinya kebutuhan
anggaran belanja dinas.
e. Meningkatnya sarana dan prasarana pelayanan, indikatornya
terpenuhinya sarana dan prasarana pelayanan yang mudah dan cepat
diakses oleh masyarakat.
Misi Ketiga, Memantapkan Kinerja Sumber Daya Manusia dan Organisasi
Tujuan :
1) Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia, dengan
sasaran :
a. Tercapainya peningkatan kualitas sumber daya manusia, indikatornya
meningkatnya kompetensi pegawai
b. Terpenuhinya kebutuhan jumlah pegawai yang proporsional,
2) Mengembangkan dan memantapkan kinerja organisasi, dengan sasaran
terpenuhinya tuntutan kebutuhan kelembagaan, indikatornya terpenuhinya
kebutuhan kelembagaan pada setiap unit kerja.
3) Mengembangkan birokrasi yang semakin professional dan akuntabel,
dengan sasaran :
a. Meningkatnya kinerja aparatur yang berbasis kompetensi
b. Terpenuhinya jumlah pegawai sesuai dengan pembagian habis tugas
Misi Keempat, Menjalin jejaring kerja (networking) dan koordinasi secara
sinergis di bidang pendapatan daerah
Tujuan :
1) Mengembangkan birokrasi yang semakin profesional dan akuntabel,
dengan sasaran :
a. Terwujudnya penerimaan yang sesuai dengan potensi
b. Terlaksananya optimalisasi kinerja organisasi perangkat daerah
penghasil
c. Terlaksananaya Restrukturisasi Peraturan Perundangan Daerah yang
berkaitan dengan keuangan daerah
d. Tersedianya sistem pelaporan dan capaian kinerja pada unit kerja OPD
e. Tersedianya dokumen operasional OPD yang mendukung capaian
kinerja organisasi
2) Meningkatnya fungsi dinas sebagai koordinator di bidang pendapatan
a. Terwujudnya sistem dan prosedur pemungutan pendapatan daerah,
indikatornya tertib administrasi pemungutan pendapatan daerah
b. Terwujudnya sistem dan prosedur penerimaan dana perimbangan
keuangan, indikatornya tertib administrasi penerimaan dana
perimbangan keuangan
Aadapun Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Kota Bandung yaitu :
Visi dari KPP Kota Bandung :
Menjadi pengelola pendapatan daerah yang amanah dengan berorientasi
kepada kepuasan pelayanan public
Sedangkan Misi dari KPP Kota Bandung sebagai berikut :
1) Meningkatkan pendapatan daerah
2) Meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat
3) Memantapkan kinerja sumber daya manusia dan organisasi
4) Menjalin jejaring kerja ( Networking ) dan koordinasi secara sinergis
4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Kota Bandung berkembang
secara dinamis. Struktur organisasi di Kantor Pelayanan Pajak Kota Bandung
masih bersifat sentralisasi.
Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Kota Bandung
Gambar 4.3
4.1.3 Dekripsi Jabatan
Tugas pokok sebagian tugas kepala bidang penetapan pajak lingkup
penilaian dan pengaduan.
Fungsi :
1. Pelaksanaan kegiatan pelayanan yang meliputi penilaian dan pengaduan
wajib pajak baru maupun wajiib pajak lama.
a. Pelaksanaan penilaian sebagai dasar pengenaan pajak,
b. Pembuatan rekapitulasi penerimaan pajak per jenis pajak daerah,
c. Pelaksanaan ekstensifikasi dan intesifikasi wajib pajak,
d. Penerimaan surat permohonan dari wajib pajak terkait pembetulan,
pembatalan, pengurangan ketetapan dan penghapusan atau
pengurangan sanksi administratif dan mendistribusikannya ke upp,
e. Penerimaan surat permohonan mutasi pbb dan melaksanakan
penelitian proses mutasi,
f. Pengusulan penerbitan npwpd bagi wajib pajak baru untuk pajak air
tanah dan pajak reklame kepada kepala dinas, dan
g. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup penilaian dan pengaduan.
2. Tugas pokok melaksanakan sebagian tugas kepala bidang penetapan pajak
lingkup penetapan dan pembukuan.
Fungsi :
b. Pelaksanaan pembukuan setoran pajak daerah berdasarkan laporan dari
bendahara penerimadan/atau bank yang ditunjuk,
c. Pembuatan telaahan dan merekapitulasi penetapan, penerimaan dan
tunggakan pajak daerah sebagai bahan penyusunan laporan,
d. Penyusunan dan penyiapan sppt, skpd dan stpd, skpdkb, skpdkbt,
skpdlb, skpdn sebagai bahan penetapan pajak daerah oleh kepala
bidang, dan
e. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup penetapan dan
pembukuan.
3. Tugas pokok melaksanakan sebagian tugas kepala bidang penetapan pajak
lingkup penagihan.
Fungsi :
a. Pendistribusian sppt, skpd dan stpd, skpdkb, skpdkbt, skpdlb, skpdn
kepada wajib pajak melalui upp,
b. Penyusunan bahan surat teguran atau surat peringatan atau surat lain
yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan pajak
c. Pengusulan pengurangan, keringanan, keberatan, pembetulan dan
pembatalan ketetapan pajak serta penghapusan sanksi administrasi,
d. Pengusulan penghapusan piutang pajak yang kadaluarsa, dan
1. KOORDINATOR WILAYAH :
a. Memeriksa kelengkapan dokumen/ berkas pengajuan PBB.
b. Merlaksanakan penelitian lapangan berkenaan dengan pengajuan
Wajib Pajak.
c. Membuat Berita Acara hasil Penelitian Lapangan.
d. Mengkoordinir Penyampaian SPPT PBB kepada masyarakat melalui
UPT pelayanan Pajak dan petugas Kelurahan.
e. Melaksanakan Tugas lain yang diperintahkan oleh pimpinan sesuai
bidang tugasnya.
2. PETUGAS LAPANGAN :
a. Menyampaikan SPPT PBB bersama dengan UPT pelayanan Pajak dan
Petugas Kelurahan.
b. Membuat laporan hasil penyampaian SPPT PBB.
c. Melaksanakan kegiatan lain yang berkaitan dengan Pajak Bumi dan
Bangunan.
d. Memantau Pembayaran PBB di wilayahnya.
e. Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh pimpinan sesuai
bidang tugasnya.
3. KOORDINATOR TATA USAHA DAN STAF : a. Mengelola administrasi ketata usahaan.
b. Mengelola pemberkasan Kegiatan.
d. Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh pimpinan sesuai
bidang tugasnya.
4. KOORDINATOR PELAYANAN DAN PETUGAS PELAYANAN : a. Membantu melaksanakan administrasi ketata usahaan.
b. Membantu pemberkasan Kegiatan.
c. membantu kegiatan lain yang berkaitan dengan Ketata usahaan.
d. Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh pimpinan sesuai
bidang tugasnya.
5. PETUGAS USER/ENTRY DATA : a. Mencatat surat masuk dan surat keluar.
b. Penomeran surat.
c. Pengarsipan surat.
d. Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh pimpinan sesuai
bidang tugasnya.
6. OPERATOR KOMPUTER : a. Menyimpan data pegawai.
b. Absensi pegawai.
c. Membuat SKUM, DP3, Surat Keterangan Gaji berkala dan hal – hal
lain yang berhubungan dengan Kepegawaian.
d. Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh pimpinan sesuai
bidang tugasnya.
b. Melayani kebutuhan seluruh pegawai dan atasan
c. Menyimpan peralatan kantor dan alat tulis kantor (ATK)
d. Mengurus rumah tangga kantor
8. KORDINATOR PELAYANAN DAN PETUGAS PELAYANAN : a. Mengawasi dan mengkoordinir pelaksana pelayanan
b. Memberi informasi kepada wajib pajak
9. PELAKSANA LOKET PELAYANAN : a. Melayani wajib pajak dari berbagai wilayah
b. Memeriksa kelengkapan berkas
c. Memberikan informasi
d. Mencetak Resi
e. Input data
10.PETUGAS ADMINISTRASI MANUAL DATA :
a. Mencatat data secara manual di wilayah masing-masing
b. Menghimpun data dari pelayanan per wilayah masing – masing
11.PETUGAS ENTRY DATA :
a. Memasukan data di wilayah masing – masing
b. Rekam data di wilayah masing – masing
12.PETUGAS TOKEN :
a. Meregister berkas permohonan
b. Memilah berkas perjenis pelayanan
13.PETUGAS OC : a. Input, Output data
4.1.4 Aspek Kegiatan Perusahaan
Berdasarkan Rencana Program dan Kegiatan pada Rencana Strategis
(Renstra) Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2013, Program
Kegiatan Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2010 terdiri dari 7
(tujuh) program dan 120 (seratus dua puluh) kegiatan dengan perincian sebagai
berikut :
1. Program Pengembangan Komunikasi, Informasi, Media Massa dan
Pemanfaatan Teknologi Informasi, terdiri dari 1 (satu) kegiatan yaitu
Penyempurnaan dan Penambahan Sistem Pelaporan PKB dan BBNKB se
Jawa Barat yang diarahkan untuk menyempurnakan Sistem Online Samsat
se Jawa Barat.
2. Program Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah, terdiri dari 2 (dua)
kegiatan, yaitu Koordinas Pemungutan Retribusi Daerah dan Penghapusan
Barang Inventaris Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat.
3. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran, dengan Kegiatan
Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran, terdiri dari 34 (tiga puluh
empat) kegiatan yang tersebar di Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat
(Pusat) dan 33 UPPD se Jawa Barat. Kegiatan ini bersifat fixed cost untuk
memenuhi kebutuhan dasar operasional unit kerja dalam mendukung tugas
pokok dan fungsi Dinas.
4. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur, terdiri dari 14
yang diharapkan dari program ini adalah meningkatnya kualitas pelayanan
kepada masyarakat. Dengan Kegiatan Unggulan yaitu :
a) Peningkatan Pelayanan Samsat Outlet yang tersebar di 10 Lokasi se
Jawa Barat.
b) Operasionalisasi Samsat Keliling pada Dinas Pendapatan Kota
Bandung.
5. Program Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Aparatur, dengan Kegiatan
Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Kantor, terdiri dari 34 (tiga puluh
empat) kegiatan yang tersebar di Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat
(Pusat) dan 33 UPPD se Jawa Barat. Kegiatan ini bersifat fixed cost untuk
pemeliharaan sarana dan prasarana operasional yang mendukung
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas.
6. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur, dengan Kegiatan
Peningkatan Kesejahteraan dan Kemampuran Aparatur, terdiri dari 34
(tiga puluh empat) kegiatan yang tersebar di Dinas Pendapatan Provinsi
Jawa Barat. Kegiatan ini bersifat fixed cost untuk memenuhi kebutuhan
operasional aparatur unit kerja untuk melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya untuk mendukung pelayanan kepada masyrakat.
7. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja
dan Keuangan, dengan 1 (satu) kegiatan, yaitu Perencanaan, Evaluasi dan
Pelaporan Internal Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat. Kegiatan ini
bersifat fixed cost untuk memenuhi kebutuhan operasional yang
4.2 Pembahasan Penelitian
4.2.1 Ketentuan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung
Ketentuan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Dinas Pelayanan Pajak Kota
Bandung adalah sebagai berikut :
1. Pajak yang terutang berdaarkan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang
(SPPT) harus dilunasi selambat-lambatnya 6 bulan sejak tanggal
diterimanya Surat Pemberitah Pajak Terutang (SPPT) oleh Wajib Pajak.
2. Pajak yang terhutang berdasarkan Surat Ketetapan Pajak, harus dilunasi
selambat-lambatnya 1 bulan sejak tanggal diterimanya Surat Ketetapan
Pajak (SKP) oleh Wajib Pajak.
3. Pajak yang terhutang yang pada saat jatuh tempo pembayaran tidak
dibayar atau kurang dibayar, dikenakan denda administrasi sebesar 2%
perbulan, yang dihitung dari saat jatuh tempo sampai dengan hari
pembayaran untuk jangka waktu paliing lama 24 bulan.
4. Denda administrasi ditambah dengan hutang pajak yang belum atau
kurang dibayar ditagih dengan Surat Tagihan Pajak yang harus dilunasi
selambat-lambatnya 1 bulan sejak tanggal diterimanya Surat Tagihan
Pajak oleh Wajib Pajak.
5. Pajak yang terhutang dibayar diBank, Kantor Pos, dan Giro, dan tempat
4.2.2 Analisis Efektivitas Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan
Sebagai salah satu wujud pelaksanaan otonomi daerah, maka Pemerintah
Kota Bandung terus berupaya mengelola sumber-sumber penerimaan daerah
secara maksimal guna meningkatkan penerimaan daerah yang nantinya
dipergunakan untuk membiayai belanja daerah. Pajak Bumi dan Bangunan
merupakan salah satu sumber penerimaan di Dinas Pelayanan Pajak Kota
Bandung yang potensial untuk membiayai bangunan daerah. Untuk mengetahui
seberapa besar penerimaan PBB di Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung dapat
dilihat dalam tabel II.1 berikut ini :
Tabel 4.1
Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung
Tahun Anggaran 2012-2014
NO Tahun Anggaran Penerimaan PBB Total Penerimana Pendapatan daerah
1 2012 Rp.246.803.742.752 Rp.297.518.272.260
2 2013 Rp.277.000.000.000 Rp.280.010.034.405
3 2014 Rp.360.000.000.000 Rp.372.497.623.781
Jumlah Rp.883.803.742.752 Rp.950.025.930.646 Sumber data : Disyanjak
Tabel 4.1 ini menunjukan bahwa penerimaan PBB di Dinas Pelayanan
Kota Bandung selama tiga tahun terakhir mencapai Rp. 883.803.742.752.
Penerimaan PBB pada tahun anggaran 2012 sebesar Rp. 246.803.742.752. Pada
tahun berikutnya yaitu tahun 2013 sebesar Rp. 277.000.000.000. Penerimaan PBB
ini mengalami kenaikan hingga mencapai Rp. 360.000.000.000 pada tahun
Jumlah penerimaan PBB yang rata-rata mengalami kenaikan setiap tahunnya ini
menunjukan bahwa penerimaan PBB dapat diandalkan dalam mendukung
penerimaan daerah dan mempunyai peran utama dalam pendanaan pembangunan
di Kota Bandung. Untuk mengetahui berapa persentase kenaikan penerimaan
PBB dapat dilihat pada tabel IV.I berikut :
Tabel 4.2
Persentase Kenaikan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung Tahun Anggaran 2012-2014 No Tahun
2 2013 Rp.277.000.000.000 Rp.30.196.257.248 1.12% 3 2014 Rp.360.000.000.000 Rp.83.000.000.000 1.30% Sumber data : Disyanjak
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa penerimaaan PBB selama tahun anggaran
2012-2013 sampai tahun anggaran 2013-2014 penerimaan PBB mengalami
kenaikan sebesar Rp. 83.000.000.000 atau sebesar 1.30%, hal ini kemungkinan
disebabkan adanya kenaikan nilai jual obyek pajak terutama bangunan yang
cukup tinggi sehingga secara langsung meningkatkan jumlah penerimaan PBB di
Kota Bandung. Kenaikan ini kemungkinan disebabkan oleh adanya pembangunan
kembali bangunan-bangunan yang semula hancur akibat kerusuhan sehingga
menambah jumlah obyek PBB. Selain itu sejalan dengan berkembangnya Kota
Bandung mengakibatkan NJOP terutama bangunan mengalami kenaikan yang
4.2.3.1 Efektivitas Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung
Efektivitas penerimaan PBB dari tahun ke tahun terus diupayakan dan
diharapkan realisasi penerimaan sesuai dengan target yang telah dianggarkan atau
bahkan dapat melebihi target yang telah dianggarkan. Untuk mengetahui tingkat
efektivitas penerimaan PBB di Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung dapat dilihat
pada tabel II.3 berikut ini :
Tabel 4.3
Efektivitas Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung Tahun Anggaran 2012 - 2014
No Tahun 1 2012 Rp.246.803.742.752 Rp. 297.518.272.260 120.55% 2 2013 Rp.277.000.000.000 Rp.280.010.034.405 101.09% 3 2014 Rp.360.000.000.000 Rp.372.497.623.781 103.47% Sumber data : Disyanjak
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa efektivitas penerimaan PBB dari tahun
anggaran 2012-2013 mengalami penurunan. Pada tahun anggaran 2012 efektivitas
penerimaan PBB di Kota Bandung sebesar 120.55 %, penerimaan PBB pada
tahun anggaran ini terealisasi sebesar Rp. 297.518.272.260 sedangkan target yang
telah dianggarkan sebesar Rp. 246.803.742.752. Untuk tahun anggaran berikutnya
yaitu tahun anggaran 2013 target penerimaan yang dianggarkan sebesar Rp.
277.000.000.000 dan terealisasi sebesar Rp. 280.010.034.405 sehingga
efektivitasnya sebesar 101.09 %.Pada tahun anggaran berikutnya yaitu tahun
anggaran 20014 target penerimaan PBB ditetapkan sebesar Rp. 360.000.000.000
103.47 %. Penerimaan PBB di Kota Bandung selama periode 2012-2014 sudah
efektif. Hal ini dapat dilihat dari tingkat efektivitasnya yang selalu diatas 100 %
yang berarti bahwa target yang ditetapkan selalu dapat dicapai. Penerimaan yang
selalu melebihi target yang telah ditetapkan ini kemungkinan disebabkan oleh
adanya pembayaran tunggakan pajak tahun-tahun sebelumnya oleh para wajib
pajak dan penggalian potensi PBB yang terus dilakukan oleh pemerintah daerah
Kota Bandung melalui pendataan maupun penyesuaian NJOP.
Selama periode 2012 – 2013 tingkat efektivitas penerimaan PBB di Kota
Bandung mengalami peurunan, hal ini disebabkan oleh :
1. Masih kurang sempurnanya sistem dan mekanisme kerja, hal ini dapat
ditunjukan dengan dengan masih adanya keterlambatan dalam
penyampaian dokumen PBB (SPPT) kepada wajib pajak yang biasanya
terjadi ditingkat kelurahan ataupun kecamatan.
2. Krisis ekonomi dan politik yang berkepanjangan yang menyebabkan harga
kebutuhan pokok meningkat, hal ini menyebabkan masyarakat lebih
mementingkan pemenuhan kebutuhan pokoknya dari pada pemunahan
pembayaran pajak.
3. Sulitnya menemui wajib pajak yang memiliki tanah atau bangunan di Kota
Bandung, hal ini dikarenakan wajib pajak bertempat tinggal diluar daerah
Pada bab ini akan disampaikan dua hal, yaitu kesimpulan dan hasil analisis
data dan pembahasannya, serta saran yang akan dijelaskan secara terpisah.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dari bab sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Ketentuan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sebagai berikut :
Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) diterima oleh wajib pajak
tanggal 1 Maret 2015, maka jatuh tempo pembayarannya adalah tanggal
31 Agustus 2015. Surat Ketetapan Pajak (SKP) diterima oleh wajib pajak
tanggal 1 Maret 2015, maka jatuh tempo pembayarannya adalah tanggal
31 Maret 2015. Pajak yang terutang pada saat jatuh tempo pembayaran
tudak atau kurang dibayar, dikenakan denda administrasi sebesar 2%
setiap bulan dari jumlah yang tidak atau kurang dibayartersebut untuk
jangka paling lama 24 bulan. Denda administrasi dan pokok pajak ditagih
dengan menggunakan Surat Tagihan Pajak (STP) yang harus dilunasi
dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal diterimanya STP tersebut.
Kemudian uang disetor pada bank yang sudah ditunjuk oleh Mentri
Keuangan.
sistem dan mekanisme kerja, Krisis ekonomi dan politik yang
berkepanjangan yang menyebabkan harga kebutuhan pokok meningkat,
hal ini menyebabkan masyarakat lebih mementingkan pemenuhan
kebutuhan pokoknya dari pada pemunahan pembayaran pajak, Sulitnya
menemui wajib pajak yang memiliki tanah atau bangunan di Kota
Bandung
5.2 Saran
Saran yang dapat diajukan oleh penulis adalah sebagai berikut :
1. Upaya guna meningkatkan efektivitas penerimaan PBB di Kota Bandung
hendaknya terus dilakukan melalui penyuluhan-penyuluhan ke tingkat
kecamatan bahkan sampai ke tingkat desa yang pelaksanaan sebaiknya
dijadawal secara rutin dan bukan hanya karena adanya permintaan
penyuluhan dari pejabat desa atau kecamatan.
2. Penyampaian dokumen PBB kepada wajib pajak sebagai ujung tombak
informasi perpajakan perlu untuk terus ditingkatkan, sehingga dokumen
tersebut dapat sampai ditangan wajib pajak tepat waktu. Untuk itu
pemerintah bekerjasama dengan kantor pos dan giro perlu untuk terus
ditingkatkan guna untuk memudahkan penyampaian dokumen PBB
tersebut, khususnya kepada wajib pajak yang bertempat tinggal di luar
wilayan Kota Bandung. Selain meningkatkan ketepatan waktu
Effectiveness Analysis Of Property Tax Receipts The Period 2012-2014 At The City Of Bandung Tax Service Office
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh Jenjang D3
Program Studi Keuangan dan Perbankan
Oleh :
DAMAYANTI AGUSTINY 21512010
PROGRAM STUDI KEUANGAN DAN PERBANKAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PUBLIKASI
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR TABEL ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 4
1.2.1 Identifikasi Masalah ... 4
1.2.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian ... 5
1.3.1 Maksud Penelitian ... 5
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 5
1.4Kegunaan Penelitian ... 5
1.4.1 Kegunaan Praktis ... 6
1.4.2 Kegunaan Akademis ... 6
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 7
2.1.5 Pajak Berdasarkan Wujudnya ... 15
2.1.6 Pajak Berdasarkan Jumlah Yang Harus Dibayar ... 15
2.2 Kerangka Pemikiran ... 16
2.2.1 Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) ... 16
2.2.3 Cara Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) ... 17
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 19
3.2 Metode Penelitian ... 19
3.3 Desain Penelitian ………... 20
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 20
3.5 Rancangan Analisis ... . 21
3.6 Analisis Data ... . 22
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan... 23
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 24
4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan ... 32
4.1.3 Deskripsi Jabatan ... 33
4.1.4 Aspek Kegiatan Peusahaan ...38
4.2 Pembahasan Penelitian ... 40
5.1 Kesimpulan ... 45
5.2 Saran ... 46
Effort Pajak Penrangan Jalan Serta Pengaruh Pajak Penerangan Jalan
Terhadap Pendapatan Asli Daerah.” Universitas Widyatama
Boediono. 1997. “Pajak Bumi dan Bangunan Pajak Negara untuk Daerah”. Berita
Pajak Nomor 1351.
Devas, Nick. 1989. “Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia”. UI Press Jakarta\
Erly Suandy. 2002. “Hukum Pajak”. Jakarta: Salemba Empat.
Leroy-Beaulieu, Paul (1899). Traite de la Science des Finances (dalam bahasa Perancis)
Soemitro, Rochmat (1988). Pengantar Singkat Hukum Pajak. Bandung: Eresco. ISBN 979-8020-23-5.
Sommerfeld, Ray M.; Anderson, Herschel M.; Brock, Horace R. (15 Agustus 1972). An Introduction to Taxation [ Pengantar Perpajakan] (dalam bahasa Inggris). Forth Worth: Harcourt College Publishers. ISBN 9780155463035
Smith, Adam (1776). An Inquiry into the Name and Causes of the Wealth of Nations ( dalam bahasa Inggris). London.
http://www.pajak.go.id/content/penghitungan-pajak
Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1994 Tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 12 Tahun 1985 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan.
NAMA : Damayanti Agustiny
Tempat/Tanggal Lahir : Bandung, 08 Agustus 1994
Alamat : Kp. Ciguriang Hilir 01/03 Desa cangkuang Wetan
Kec. Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
No telepon : 098694246014
Riwayat Pendidikan:
Pendidikan Dasar di SDN Cangkuang Wetan, 2000
Pendidikan Menengah Pertama di SMPN 2 Dayeuhkolot, 2006 Pendidikan Menengah Atas di SMA Sandhy Putra, 2009
Tahun 2012 melanjutkan Pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas
Komputer Indonesia.
Bandung, Juli 2015