• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Tingkat Pengetahuan Seksual Santri Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah (MTs) Persatuan Islam 69 Matraman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Tingkat Pengetahuan Seksual Santri Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah (MTs) Persatuan Islam 69 Matraman"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SEKSUAL

SANTRI KELAS VIII MADRASAH TSANAWIYAH

PERSATUAN ISLAM 69 MATRAMAN

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)

OLEH :

SITI MARYAM MUKHSINAH

NIM : 1110104000037

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN dan ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)

iii SCHOOL OF NURSING

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY UndergraduateThesis, July 2014

Siti Maryam Mukhsinah, NIM: 1110104000037

Preview Sexual Knowledge Level in 2nd grade Students of Islamic Junior High School (MTs) 69 Matraman

xviii + 52 pages + 14 tables + 2 charts + 5 attachments

ABSTRACT

Adolescents are is a critical period of transition from childhood to adulthood. Adolescents are experiencing hormonal changes, physical, psychological, and social. Genetic factors, nutrition, and environment are play a role in the onset of puberty. These changes are also characterized by emotional and psychological maturity. The purpose of this study is a current look at the preview sexual knowledge level in 2nd grade Students of Islamic Junior High School (MTs) 69 Matraman. The sample are 56 people and techniques used by the total sampling. The design used in the study was a descriptive, which describes the level of knowledge. The result showed that there were 42,9% of respondents (n=24) who have less knowledge. Respondents who have a good knowledge of the respondents 16,1% (n=9). Respondent's average age was 14 years with female gender and the remaining amount to 57,1% of men. The majority is raised by parents (89,3%, n=50). The main information about the sexual knowledge of most of the tv/radio/magazines/books (25%, n = 14).

(4)

iv PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH Skripsi, Juli 2014

Siti Maryam Mukhsinah, NIM: 1110104000037

Gambaran Tingkat Pengetahuan Seksual Santri Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah (MTs) Persatuan Islam 69 Matraman

xviii + 52 halaman + 14 tabel + 2 bagan + 5 lampiran

ABSTRAK

Remaja merupakan periode kritis peralihan dari masa anak menjadi dewasa. Remaja mengalami perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial. Faktor genetik, nutrisi, dan lingkungan berperan dalam masa pubertas. Perubahan ini juga ditandai dengan kematangan emosi dan psikis. Tujuan dari penelitian ini adalah utuk melihat gambaran tingkat pengetahuan seksual santri kelas VIII MTs. Persatuan Islam 69 Matraman. Sampel dalam penelitian sebanyak 56 orang dan teknik yang digunakan dengan teknik total sampling. Desain pada penelitian yang digunakan adalah desain deskriptif, yaitu menggambarkan mengenai tingkat pengetahuan. Hasil menunjukkan bahwa terdapat 42,9% responden (n=24) yang memiliki pengetahuan kurang. Responden yang memiliki pengetahuan baik 16,1% responden (n=9). Responden rata-rata berusia 14 tahun dengan jenis kelamin perempuan berjumlah 57,1% dan sisanya laki-laki. Mayoritas diasuh oleh orang tua (89,3%, n=50). Informasi utama tentang pengetahuan seksual sebagian besar dari tv/radio/majalah/buku (25,0%, n=14).

(5)
(6)
(7)
(8)

viii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Siti Maryam Mukhsinah

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 14 Juni 1992 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Johar Baru No.3

Hp : +6289702899960

E-mail : maryam_bintuharis@yahoo.co.id

Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan

PENDIDIKAN

1. TK Parkit 1997-1998

2. SDN 31 Pagi 1998-2004

3. MTs. Persatuan Islam 69 Matraman 2004-2007

4. MA. Persatuan Islam 69 Matraman 2007-2010

(9)

ix

LEMBAR PERSEMBAHAN

Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Cinta dan kasih sayang-Nya telah memberikanku

kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkanku dengan cinta. Shalawat dan

salam selalu terlimpah kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Kupersembahkan karya ini kepada orang yang sangat aku kasihi dan kusayangi

Papa (Alm) dan mama tercinta

Sebagai rasa terima kasih yang tidak terhingga kupersembahkan karya ini kepada papa (Alm) dan

mama yang telah memberikan kasih sayang, dukungan dan cinta kasihnya yang tiada pernah akan dapat kubalas. Untuk papa (Alm) dan mama

yang selalu memberikan motivasi dan kasih sayangnya, selalu mendoakanku, dan memberikan

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya serta shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Seksual Santri Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah (MTs) Persatuan Islam 69 Matraman”.

Skripsi ini disusun sebagaimana untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta menerapkan dan mengembangkan teori-teori yang penulis peroleh selama kuliah.

Penyususnan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan dari semua pihak baik dorongan moral dan materil. Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. DR (hc). dr. Muhammad Kamil Tajuddin, Sp. And., selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, M.KM, selaku Ketua Program Studi dan Ns. Eni Nuraini Agustini, S.Kep, M.Sc, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokeran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(11)

xi

4. Ibu Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc, Bapak Jamaludin, S.Kp. M.Kep, dan Bapak Karyadi, Ph.D, selaku dosen penguji skripsi, terima kasih sebesar-besarnya atas saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

5. Bapak Jamaludin, S.Kp., M.Kep., selaku Dosen Pembimbing Akademik, terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah membimbing dan memberi motivasi selama 4 tahun duduk di bangku kuliah.

6. Segenap staf pengajar dan karyawan di lingkungan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakartayang telah memberikan ilmunya kepada saya selama duduk di bangku kuliah.

7. Segenap jajaran staf dan karyawan akademik serta perpustakaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan yang telah banyak membantu dalam pengadaan referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi.

8. Mudir (Kepala Sekolah), staf pengajar, dan staf karyawan MTs. Persatuan Islam 69 Matraman yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di MTs. Persatuan Islam 69 Matraman.

9. Mama yang telah mendidik dan mencurahkan semua kasih sayang tiada tara, mendo’akan keberhasilan penulis, serta memberikan dorongan moral dan materil kepada penulis selama proses menyelesaikan skripsi ini. 10. Teman-teman FKIK 2010, PSIK 2010, CSS MoRA Keperawatan 2010,

(12)

xii

selama menyelesaikan skripsi ini, serta semua pihak yang telah mendo’akan selama proses pembuatan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyajian skripsi ini jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan masih terbatasnya pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan penulis dalam melihat fakta, dan memecahkan masalah yang ada, serta mengeluarkan gagasan ataupun saran-saran. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang berguna untuk menyempurnakan skripsi ini, penulis akan terima dengan hati terbuka dan terima kasih.

Jakarta, Juli 2014

(13)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ……….………... i

Lembar Pernyataan ………... ii

Abstrak ………... iii

Abstract ………... iv

Pernyataan Persetujuan ……….………..……... v

Lembar Pengesahan ………...…………...…... vi

Daftar Riwayat Hidup ……….……….………….. viii

Lembar Persembahan ………... ix

Kata Pengantar ……….…... x

Daftar Isi ……….……… xiii

Daftar Tabel ………... xvi

Daftar Bagan ………... xvii

Daftar Lampiran ………..………... xviii

BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja ………….………... 6

1. Pemgertian Remaja ………... 6

(14)

xiv

B. Pengetahuan ………..………... 13

1. PengertianPengetahuan ………. 13

2. Tingkat Pengetahuan ……….………... 13

3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ……… 15

C. Seksual ………..………. 16

1. Pengertian Seksual ………... 16

2. Faktor yang Mempengaruhi Seksual ……… 17

D. Kerangka Teori ………... 19

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep ... 20

B. Definisi Operasional ………... 21

BAB IV METODELOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ….………... 24

B. Tempat dan Waktu Penelitian ………... 24

C. Subjek Penelitian ……….…………..…... 24

D. Alat Pengumpulan Data ……… 25

E. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ……….. 27

F. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ………... 28

G. Metode Pengambilan Data ... 29

H. Etika Penelitian ... 30

I. Pengolahan Data ... 32

(15)

xv BAB V HASIL PENELITIAN

A. Profil MTs.Persatuan Islam 69 Matraman ………... 34

B. Hasil Analisa Univariat ………..……….... 35

1. Gambaran Karakteristik Responden ………. 35

2. Gambaran Tingkat Pengetahuan………... 37

BAB VI PEMBAHASAN A. Analisis Univariat ………... 41

B. Keterbatasan Penelitian ………... 49

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….... 51

B. Saran ……….. 52 DAFTAR PUSTAKA

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1 Hormon dan Pengaruhnya 8

3.1 Definisi Operasional 22

4.1 Kisi-kisi Sub Pengetahuan 26

4.2 Hasil Uji Validitas 28

5.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 35 5.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis

Kelamin 35

5.3 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pengasuh 36 5.4 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber

Pengetahuan 36

5.5 Gambaran Tingkat Pengetahuan Seksual 37 5.6 Gambaran Tingkat Pengetahuan Seksual Berdasarkan Sub

Pengetahuan 37

5.7 Gambaran Tingkat Pengetahuan Seksual Berdasarkan Usia 38 5.8 Gambaran Tingkat Pengetahuan Seksual Berdasarkan Jenis

Kelamin 38

5.9 Gambaran Tingkat Pengetahuan Seksual Berdasarkan

Pengasuh 39

5.10 Gambaran Tingkat Pengetahuan Seksual Berdasarkan

(17)

xvii

DAFTAR BAGAN

Halaman

2.1 Kerangka Teori 19

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Dokumen Perizinan

Lampiran 2. Lembar Penjelasan Penelitian Lampiran 3. Lembar Persetujuan Responden Lampiran 4. Kuesioner

(19)
(20)

1

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Menurut WHO Seorang dikatakan remaja bila berusia diantara 10

sampai 19 tahun. Remaja menurut survei kesehatan reproduksi remaja

Indonesia adalah perempuan dan laki-laki belum kawin yang berusia 15-24

tahun, (Depkes, 2006). Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukan

bahwa jumlah penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa, 63,4 juta

diantaranya adalah remaja yang terdiri dari Laki-laki sebanyak 32.164.436

jiwa (50,70%) dan perempuan sebanyak 31.279.012 jiwa (49,30%) (Wahyuni

dan Rahmadewi, 2011).

Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan

hanya dalam artian psikologis tetapi juga fisik. Bahkan perubahan-perubahan

fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala primer dalam pertumbuhan

remaja, sedangkan perubahan-perubahan psikologis muncul antara lain

sebagai akibat dari perubahan-perubahan fisik itu (Sarwono, 2012).

Diantara perubahan-perubahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya

pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh seperti panjang

dan tinggi, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi ditandai dengan haid pada

perempuan dan mimpi basah pada laki-laki dan tanda-tanda seksual

sekundernya yang tumbuh (Sarwono, 2012).

Pada masa ini, remaja diajarkan tentang perubahan yang terjadi pada

(21)

2

bagaimana dampaknya pada tubuh. Tujuannya agar remaja mengerti

bagaimana remaja dapat mengerti dan dapat mengambil tindakan yang tepat

dengan perubahan yang terjadi pada tubuhnya.

Data dari BKKBN (2007) remaja perempuan dan laki-laki usia 15

sampai 24 tahun yang tahu tentang masa subur baru mencapai 29% dan

32,3%. Remaja perempuan dan laki-laki yang mengetahui resiko kehamilan

jika melakukan hubungan seksual sekali masing-masing baru mencapai

49,5% dan 45,5%. Remaja perempuan dan remaja laki-laki usia 14 sampai 19

tahun yang mengaku mempunyai teman pernah melakukan hubungan seksual

pranikah masing-masing mencapai 34,7% dan 30,9%.

Jumlah kasus HIV dan AIDS di Indonesia yang dilaporkan hingga

bulan Maret 2007 mencapai 14.628 orang. Sedangkan kasus AIDS sudah

mencapai 8.988 orang, dimana separuh dari kasus AIDS ini adalah kelompok

remaja (umur 15 sampai 19 tahun = 2,7%, umur 20 sampai 29 tahun = 54,7%)

(BKKBN, 2007).

Berbagai penelitian telah dilakukan, maka dapat dikatakan bahwa

kemungkinan akibat dari kurangnya pengetahuan seks dan informasi yang

kurang tepat tentang seksualitas, hal tersebut berdampak pada perilaku seks

yang keliru dan menyimpang dikalangan remaja. Permasalahan tersebut

menunjukkan bahwa remaja perlu mendapatkan perhatian untuk memperoleh

informasi dan pemahaman yang benar tentang seksual, agar terhindar dari

(22)

3

diluar nikah, aborsi dan penyakit menular seksual (PMS), HIV dan AIDS

(BKKBN, 2007).

Selama ini remaja umumnya telah menempatkan media massa sebagai

sumber informasi seksual yang lebih penting dibandingkan orang tua dan

teman sebaya, karena media massa memberikan gambaran yang lebih baik

mengenai keinginan dan kebutuhan seksualitas remaja (Brown, 2003 dalam

Wibowo, 2004).

Melalui wawancara yang peneliti lakukan pada 5 santri di MTs.

Persatuan Islam 69 Matraman, peneliti menemukan bahwa santri masih belum

mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi selama masa pubertas dan

permasalahan-permasalahan seksual seperti penyakit menular. Hal ini

didukung oleh pernyataan kepala sekolah bahwa masih kurangnya informasi

yang diperoleh oleh santri terkait pengetahuan seksual. Berdasarkan informasi

ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait tingkat pengetahuan

seksual santri MTs Persatua Islam 69 Matraman.

B.Rumusan Masalah

Masa remaja merupakan tahapan antara masa kanak-kanak dengan

masa dewasa yang terjadi antara usia 10-18 tahun. Sebelum memasuki masa

remaja, seseorang akan mengalami periode pubertas terlebih dahulu. Pada

periode pubertas inilah akan terjadi percepatan pertumbuhan dan

perkembangan fisik dari anak-anak menjadi dewasa serta mengalami

(23)

4

Masa pubertas pada perempuan dan laki-laki ditandai oleh pertumbuhan

fisik yang cepat dan menarche pada perempuan dan first ejaculation pada laki-laki, perubahan psikologis dan timbulnya ciri-ciri seks sekunder. Hasil studi

pendahuluan yang dilakukan di MTs Persatuan Islam 69 Matraman mayoritas

menunjukkan kurangnya pengetahuan santri tentang pengetahuan seksual. Oleh

karena itu peneliti tertarik untuk meneliti terkait gambaran tingkat pengetahuan

seksual santri kelas VIII MTs. Persatuan Islam 69 Matraman.

C.Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran karakteristik santri di MTs Persatuan Islam 69

Matraman?

2. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan seksual santri MTs. Persatuan

Islam 69 Matraman?

D.Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui tingkat pengetahuan seksual santri MTs. Persatuan Islam 69

Matraman.

2. Tujuan Khusus

a) Mengetahui gambaran karakteristik santri MTs. Persatuan Islam 69

Matraman

b) Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan seksual santri MTs.

(24)

5

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai tingkat pengetahuan seksual santri MTs. Persatuan Islam 69

Matraman, sebagai upaya peningkatan pelayanan pendidikan dan

bimbingan bagi santri

2. Bagi Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan bahan rujukan

oleh perawat maupun mahasiswa keperawatan dalam memberikan promosi

kesehatan tentang pendidikan seksual.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

dijadikan sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan

(25)
(26)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja

1. Pengertian

Masa remaja ialah “tumbuh hingga mencapai kematangan”,

secara umum berarti proses fisiologis, sosial, dan kematangan yang

dimulai dengan perubahan pubertas (Wong dkk, 2008). Pubertas adalah

perubahan cepat pada kematangan fisik yang meliputi perubahan tubuh

dan hormonal yang terutama terjadi selama masa remaja awal (Santrock,

2003).

Remaja yang dalam bahasa Inggris “adolesence”, berasal dari

bahasa latin “adolescere” yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau

dalam perkembangan menjadi dewasa (Wahyuni dan Rahmadewi, 2011).

Remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak ke dewasa, yang

ditandai dengan perkembangan biologis, psikologis, kognitif, sosial,

moral dan agama (Sarwono, 2012). Selama periode ini, individu

mencapai kematanga fisik maupun seksual (Santrock, 2008).

Remaja adalah suatu masa di mana individu berkembang dari saat

pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai

saat ia mencapai kematangan seksual, individu mengalami

perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi

dewasa, dan individu yang mengalami peralihan dari ketergantungan

sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri

(27)

7

Masa remaja dibagi menjadi dua yaitu, masa remaja awal dan

remaja akhir. Masa remaja awal kira-kira sama dengan masa sekolah dan

masa remaja akhir kira-kira setelah usia 15 tahun (Santrock, 2003).

Remaja menurut survei kesehatan reproduksi remaja Indonesia adalah

perempuan dan laki-laki belum kawin yang berusia 15-24 tahun,

(Departemen Kesehatan, 2006 dalam Sulistiyowati dan Senewe, 2010).

Haber, Hoskins, Leach, dan Sideleau (1987 dalam Hamid, 2008)

menentukan batasan remaja antara 12-18 tahun. Santrock (2003) Masa

remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun dan berakhir antara usia

18 dan 22 tahun. Batasan usia menurut WHO (2007, dalam Efendi, 2009)

adalah 12 sampai 24 tahun.

Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa

remaja merupakan masa transisi menjadi dewasa dengan perubahan yang

terjadi pada rentang usia 10 sampai 24 tahun dan belum kawin.

2. Perkembangan pada Remaja

Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa,

bukan hanya dalam artian psikologis tetapi juga fisik. Bahkan

perubahan-perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala primer dalam

pertumbuhan remaja, sedangkan perubahan-perubahan psikologis muncul

antara lain sebagai akibat dari perubahan-perubahan fisik (Sarwono,

2012). Perubahan yang terjadi antara lain perubahan fisik, kognitif,

(28)

8

a. Perkembanga fisik

Perkembang fisik yang berpengaruh besar terhadap

perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (tubuh menjadi

panjang dan tinggi), mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai

dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan

tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh (Sarwono, 2012).

Hormon adrenal androgen secara kimiawi menyerupai

testosteron. Hormon ini berperan pada perempuan untuk menstimulasi

pertumbuhan serta mengatur perkembangan rambut pada pubis. Pada

pria, hormon ini kurang berpengaruh karena adanya hormon

testosteron (Boyd dan Bee, 2009 dalam Dewi, 2012).

No Kelenjar Hormon Pengaruh Pada Tubuh

1 Pituitari Hormon

Pertumbuhan Sebagai pengatur kelenjar lain untuk mengontrol maturasi tubuh.

2 Tiroid Tiroksin Meningkatkan laju

metabolisme; esensial untuk pertumbuhan normal dan

perkembangan saraf.

3 Adrenal Adrenal Androgen Membentuk

(29)

9

5 Testis Testosteron Pembentukan organ

genital pada janin

laki-Tabel 2.1 Hormon dan Pegaruhnya (Boyd dan Bee, 2009 dalam

Dewi, 2012, Sarwono, 2012 dan Syaifuddin, 2006)

Pubertas masa dimana terjadi perubahan hormonal dan

perubahan fisik yang terjadi pada remaja (Santrock, 2008). Perubahan

pada remaja dibagi menjadi dua yaitu perubahan karakteristik seks

primer dan perubahan karakteristik seks sekunder. Perubahan

karakteristik primer pada laki-laki ditandai dengan perkembangan

testis dan penis. Pada perempuan ditandai dengan perubahan pada

ovarium, uterus dan vagina. Perubahan karakteristik sekunder pada

laki-laki ditandai dengan adanya perubahan suara atau timbulnya

jakun, muncul rambut pada wajah seperti kumis dan jenggot.

Perubahan karakteristik sekunder pada perempuan ditandai dengan

(30)

10

dalam Dewi, 2012). Berdasarkan pemaparan terhadap perubahan

karakteristik seks primer dan seks sekunder dapat diambil kesimpulan

bahwa perubahan karakteristik seks primer dipusatkan pada organ

utama, sedangkan karakteristik seks sekunder pada organ pendukung.

Perisiwa awal dimulainya pubertas yakni tumbuh rambut pada

ketiak maupun daerah genital, kemudian diikuti dengan

perkembangan penis pada laki-laki dan perkembangan payudara pada

perempuan. Pubertas diikuti dengan peristiwa menarche dan first

ejaculation (Dewi, 2012).

Peristiwa menarche dan first ejaculation menandakan bahwa

tubuh siap untuk bereproduksi. Menarche merupakan menstruasi yang

pertama kali dialami perempuan, dimana secara fisik ditandai dengan

keluarnya darah dari vagina akibat peluruhan lapisan endometrium.

(Silvana, 2008). Sel telur yang tidak dibuahi menyebabkan lapisan

yang menyelimuti rahim ini meluruh atau disebut menarche

(Sherwood, 2001). Sedangkan peristiwa first ejaculation atau yang

lazim disebut dengan mimpi basah menandakan bahwa tubuh telah

menghasilkan sperma yang dapat membuahi sel telur (Dewi, 2012).

b. Perkembangan kognitif

Intelegensi memungkinkan individu melakukan adaptasi terhadap

lingkungan sehingga meningkatkan kemungkinan bertahan hidup dan

melalui perilakunya dapat membentuk individu dan mempertahankan

(31)

11

Remaja berada pada tahap formal operation. Karakteristik pada

tahap formal operatio tersebut adalah (Wadsworth, 1996 dalam Dewi,

2012):

 Mampu berfikir deduktif, artinya remaja dapat menjelaskan secara

logis dan alur berpikir yang sistematis.

 Mampu berfikir induktif, artinya remaja mulai dapat menyimpulkan

sesuatu berdasarkan pengalamannya sendiri.

 Memiliki sifat idealis, yaitu segala sesuatu harus sesuai jalurnya.

c. Perkembangan Psikososial Erikson

Pertumbuhan psikososial menurut Erikson terjadi dalam fase yang

berurutan, setiap tahap bergantung pada penyelesaian dan tugas kehidupan

sebelumnya (Videbeck, 2008). Masa remaja menurut Erikson ada pada

tahap Identity versus identity confusion. Pada tahap ini, remaja berusaha

untuk menemukan identitas diri siapa saya, apa yang ada dalam diri saya

dan bagaimana jalan saya untuk hidup (Santrock, 2003).

Individu yang telah mecapai kematangan kepribadian ditandai

dengan terbentuknya aspek identitas diri akan membentuk seseorang untuk

selalu berusaha mengembangkan diri dengan menjalin relasi sosial yang

lebih luas. Individu yang gagal mencapai identitas diri menyebabkan

individu mengalami kebingungan identitas. Kebingungan dalam berperan

sebagai individu yang harus menyesuaikan diri dengan lingkungan

sosialnya. Dirinya diwarnai dengan perasaan ragu-ragu, minder, dan sulit

untuk mengaktualisasikan segala potensi dirinya secara tepat (Dariyo,

(32)

12

d. Perkembangan Moral Kohlberg

Dalam urtan perkembangan anak-anak mendapatkan cara berpikir

moral. Teori yang dibuat berdasarkan perkembangan kognitif dan terdiri

atas tiga tingkat utaman berikut ini, yang masing-masing melalui dua tahap

(Kohlberg, 1968 dalam Wong, et al,. 2008):

 Tingkat Prakonventional

Tingkat ini dalam perkembangan moral sejajar degan tingkat

praoperasional dalam perkembangan kognitif dan pemikiran intuitif.

Terorientasi secara budaya dengan lebel baik/buruk dan salah/benar.

 Tingkat Konvensional

Pada tahap ini anak-anak terfokus pada kepatuhan dan loyalitas.

Mereka menghargai pemeliharaan harapan keluarga, kelompok, atau

negara tanpa memedulikan konsekuensinya. Tingkat ini berkaitan

dengan tahap operasional konkret dalam perkembangan kognitif.

 Tingkat Pascakonvensional, Autonomi, Atau Prinsip.

Individu telah mencapai tahap kognitif operasional formal.

Perilaku yang tepat cenderung didefinisikan dari segi hak-hak dan

standar umum individu yang telah diuji dan disetujui masyarakat.

Meskipun aturan prosedural untuk mencapai konsesus menjadi penting

dengan penekanan pada sudut hukum berdasarkan kebutuan masyarakat

(33)

13

Inti dari teori Kohlberg ialah dalam perkembangan nilai moral

tidak berlaku tekhnik pasif dalam bentuk meniru, melainkan anak yang

aktif harus dirangsang oleh lingkungan dengan usaha-usaha yang aktif

pula untuk merangsang perkembangan nilai moralnya (Gunarsa, 2008).

B. Pengetahuan 1. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,

2007).

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2007) terbagi dalam 6

tingkatan domain kognitif yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkatan ini

adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifk dari seluruh

(34)

14

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

(35)

15

3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut

Notoatmodjo (2007) yaitu:

a. Sosial ekonomi

Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan

seseorang, sedang ekonomi dikaitkan dengan pendidikan, ekonomi baik

tingkat pendidikan akan tinggin sehingga tingkat pengetahuan akan

tinggi juga.

b. Kultur (budaya, agama)

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan

seseorang, karena informasi yang baru akan disaring kira-kira sesuai

tidak dengan budaya yang ada dan agama yang dianut.

c. Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan maka ia akan mudah menerima

hal-hal baru dan mudah menyesuaikan dengan hal-hal yang baru tersebut.

d. Pengalaman

Berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, bahwa

pendidikan yang tinggi maka pengalaman akan luas, sedangkan

semakin tua umur seseorang maka pengalaman akan semakin banyak.

e. Media Masa

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun

non formal dapat memberikan pengaruh jangka penden (immediate

impact) sehingga menghasilkan perubahan atau tingkat pengetahuan.

(36)

16

bentuk media masa seperti televisi, radio, majalah, dan lain-lain

mempunyai pengaruh besar terhadap opini dan kepercayaan orang

(Notoatmodjo, 2005).

C. Seksual 1. Pengertian

Seksualitas adalah suatu istilah yang mencakup segala sesuat yang

berkaitan dengan seks. Dalam pengertian ini seksualitas dibagi menjadi

dua aspek (Sarwono dan Siambadar, 1986): seks dalam artian sempit dan

artian luas. Sek dalam artian sempit ialah kelamin dan seks dalam artian

luas, yaitu segala hal yang terjadi sebagai akibat dari adanya perbedaan

jenis kelamin.

Seksual berkenaan dengan seks ialah salah satu dari dua kelompok

organisme organik yang masing-masing di deskripsikan sebagai kelompok

pria dan wanita (Weller, 2005). Seksual adalah menyinggung hal

reproduksi atau perkembangbiakan melalui penyatuan dua individu yang

berbeda masing-masing menghasilkan ovum dan sperma (Mu’tadin, 2002

dalam Retnowati, 2010).

Seksual tidaklah terbatas pada masalah fisik saja, melainkan juga

psikis dimana perasaan ingin tahu anak terhadap masalah seksual makin

intens (Gunarsa, 2008). Pengenalan dasar tentang seks sendiri secara

anatomis yang berhubugan dengan kondisi biologis, yaitu kondisi

anatomis dan fisiologis, organ seks, hormon, otak, serta saraf pusat

(37)

17

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa seks adalah

jenis kelamin dan semua hal yang berhubungan dengan alat kelamin,

seperti yang membedakan antara laki-laki dan perempuan, persetubuhan,

reproduksi seks, kelenjar-kelenjar dan hormon-hormon yang

mempengaruhi alat-alat kelamin.

2. Faktor yang Mempengaruhi Seksual a. Orang Tua

Menciptakan suasana yang kondusif untuk pendidikan dalam

keluarga, dengan suasan rumah yang bahagia dan gembira, tetapi

berwibawa, sehingga anak dengan spontan berbuat sebagaimana

mestinya tidak janggal dan serasi dengan lingkungan (Martono, 2008).

Keluarga adalah tempat belajar pertama bagi anak, rumah merupakan

tempat yang baik untuk memperkenalkan tentang pengetahuan seksual

yang dini kepada anak. Sayangnya, jarang orang tua membicarakan

seksual kepada anak. Pengetahuan seksual yang diberitahukan hanya

sebatas menarche dan perubahan fisik (Roshental dalam Rice, 2005).

Orang tua merasa tabu membicarakan masalah seksual dengan

anaknya dan hubungan orang tua anak menjadi jauh sehingga anak

berpaling ke sumber-sumber lain yang tidak akurat khususnya teman

(Sarwono, 2006). Peran orang tua sebagai pendidik, pengontrol

merupakan salah satu faktor perkembangan seksualitas. Anak yang

(38)

18

memiliki angka kejadian rendah terhadap kejadian seks pada anak

(Rice, 2005).

b. Teman dan Lingkungan

Bagi remaja laki-laki maupun perempuan, teman seusia dan

sejenis sangat berarti. Persetujuan atau kesesuain sikap sendiri dengan

sikap kelompoksebaya adalah sangat penting untuk menjaga status

afiliasinya dengan teman-teman, menjaga agar tidak dianggap “asing”

dan menghindari agar tidak dikucilkan oleh kelompok. Teman sebaya

juga merupakan salah satu sumber informasi tentang seks yang cukup

signifikan dalam membentuk pengetahuan, sikap dan perilaku seksual

remaja. Namun, informasi teman sebaya dapat menimbulkan dampak

yang negatif. Pengaruh teman sebaya dan lingkungan juga dapat

meningkatkan resiko pengunaan alkohol, rokok dan narkoba serta niat

dan frekuensi dalam hubungan seksual. Sosialisasi remaja dapat

mempengaruhi remaja untuk memiliki persamaan sense of commitmen

dalam hubungan dengan sebayanya.dengan demikian peran teman

sebaya bagi remaja sangan berarti dalam memeroleh informasi yang

akan mempengaruhi remaja terhadap isu seksual. Orang tua, guru,

pemuka agama, dan tokoh masyarakat merasa takut apabila

memberikan informasi atau pengetahuan seksual kepada remaja aakan

disalah gunakan. Sehingga remaja pun lebih senang bertanya kepada

teman yang tidak lebih baik pengetahuannya dan tidak menerima

pendidikan seks yang bertanggungjawab. Remaja menerima informasi

(39)

19

dari film dan video porno, tayangan televisi, membaca buku dan

majalah yang menyajikan pengetahuan seks secara vulgar dibandingkan

dengan pendidikan seksual yang benar (Burgess et. al., 2005).

D. Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka Teori (Boyd dan Bee, 2009 dalam Dewi, 2012, Santrock, 2008, Santrock, 2003, Weller, 2005).

Pengetahuan seksual

Pengetahuan tentang pubertas

Pengetahuan tentang organ dan fungsi

reproduksi

Pengetahuan tentang PMS dan Resiko

Kehamilan

(40)
(41)

20 BAB III

KERANGKA KONSEP, DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah. Singkatnya, kerangka konsep membahas saling ketergantungan antarvariabel yang dianggap perlu untuk melengkapi dinamika situasi atau hal yang sedang atau akan diteliti (Sekar, 2006 dalam Hidayat, 2008).

(42)

21

Bagan 3.1 Kerangka konsep penelitian

B. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati. Karakteristik yang dapat diamati (diukur) itulah yang merupakan kunci definisi operasional (Nursalam, 2010).

Definisi operasional adalah suatu definisi ketika variabel-variabel peneliti menjadi bersifat operasional (Wasis, 2008). Variabel merupakan karakteristik subjek penelitian yang berubah dari satu subjek ke subjek lainnya (Hidayat, 2008).

Pengetahuan Santri Tentang Pengetahuan Seksual: 1. Pubertas

(43)

22

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi

Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Karakteristik

Usia Dihitung dari saat responden lahir

Kuesioner Usia dalam tahun Rasio

Jenis Kelamin Ciri fisik atau biologis yang

Kuesioner 1= Laki-laki 2= Perempuan

bagian pengasuh Kuesioner 1= Orang tua 2= Kakek/Nenek 3= Paman/bibi

4= Tv, Radio, Majalah, Buku 5= Internet

6= Lainnya

(44)

23

Variabel Definisi

Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Pengetahuan

Baik jika nilai total responden 76%-100%

Cukup jika nilai total responden 51%-75%)

Kurang jika nilai total responden ≤ 50% skor maksimal.

(Nursalam, 2010)

(45)
(46)

24 BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan rancangan jenis

penelitian deskriptif dan metode pendekatan cross sectional. Penelitian

deskriptif (descriptive research) adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk

mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi didalam

masyarakat (Notoatmodjo, 2010). Adapun tujuan dari penelitian deskriptif ini

adalah untuk mendeskripsikan gambaran tingkat pengetahuan seksual santri

MTs. Persatuan Islam 69 Matraman.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MTs. Persatuan Islam 69 Matraman, pada

santri kelas VIII. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2014.

C. Subjek Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2004 dalam Hidayat 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah

keseluruhan objek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh santri kelas VIII MTs Persatuan Islam 69 Matraman

(47)

25

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau

sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat,

2008). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel

dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sarwono, 2010). Sampel

dalam penelitian ini adalah seluruh santri kelas VIII MTs Persatuan Islam

69 Matraman.

D.Alat Pengumpulan Data

Kuesioner merupakan alat ukur berupa angket atau kuesioner dengan

beberapa pernyataan. Pernyataan yang diajukan dalam kuesioner mampu

menggali hal-hal yang bersifat rahasia (Hidayat, 2008).

Instrumen yang peneliti gunakan berupa lembar kuesioner yang di

modifikasi dari Dewi (2012) yang dibagi dalam beberapa bagian. Bagain satu

terkait dengan karakteristik responden, berisi data responden meliputi, usia,

jenis kelamin, pengasuh dan sumber pengetahuan pendidikan seksual. Usia

merupakan pertanyaan terbuka dijawab bebas oleh responden. Jenis kelamin,

pengasuh dan sumber pengetahuan pendidikan seksual merupakan pertanyaan

yang jawabannya telah disediakan. Lembar pertanyaan pengetahuan, yaitu

lembar yang berisi 55 pertanyaan pengetahuan mengenai pengetahuan seksual.

Responden diminta untuk memberikan jawaban benar atau salah terhadap

pernyataan yang diberikan oleh peneliti. Skor maksimal yang mngkin diperoleh

(48)

26

26 dan 29 pernyataan harus dinyatakan salah. Kriteria tingkat pengetahuan

dikatakan baik apabila skor responden mencapai 76% dari skor maksimal

(lebih dari 41,8 atau dibulatkan menjadi lebih dari 42).

Kuesioner dibagi menjadi empat sub pengetahuan terkait seksualitas,

berikut tabel penjelasan mengenai pembagian penyataan.

Tabel 4.1 kisi-kisi sub pengetahuan

Pengetahuan Jumlah Favorable Unfavorable Pubertas 14 1, 2, 3, 5, 7, 9, 10, 21,

Pengetahuan tentang pubertas berjumlah 14 pernyataan, responden dikatakan

memiliki pengetahuan baik tentang pubertas apabila skor lebih dari 10,64 atau

dibulatkan menjadi 11. Pengetahuan baik tentang organ dan fungsi reproduksi

berjumlah 17 pertanyaan, apabila responden berhasil mencapai skor lebih dari

12,92 atau dibulatkan menjadi 13. Pengetahuan tentang penyakit menular

seksual dan resiko kehamilan serta mitos berjumlah 12 pertanyaan, dikatakan

(49)

27

E. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Instrumen yag digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Untuk

mendapatkan data yang valid dan reliabel maka sebuah kuesioner harus diuji

validitas dan reliabilitas. Uji validitas pada kuesioner dengan menggunakan

rumus Person Product Moment dan uji reliabilitas dengan menggunakan

metode KR-20.

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu

benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2005). Untuk menguji

validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian

dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat

ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir, dengan rumus

Person Product Moment, yaitu dengan ketentuan kevalidan instrumen apabila

nilai rhitung > nilai rtabel (0,361) pada N=30 atau nilai signifikansi < 0,05

(Riduwan, 2007).

Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat

dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Untuk mencari

reliabilitas kuesioner menggunakan rumus KR-20. Metode KR-20 ini berguna

untuk mengetahui reliabilitas dari seluruh tes untuk item atau pernyataan yang

menggunakan jawaban “Benar” atau “Salah” (Riduwan, 2007). Instrumen

dikatakan reliabel pada KR-20 dengan mengkonsultasikan pada r product

(50)

28

F. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Hasil Uji Validitas

Tabel 4.2 kisi-kisi sub pengetahuan

Pengetahuan Jumlah Favorable unfavorable N Valid Pubertas 14 1, 2, 3, 5, 7, 9*,

Ket: Nomor item bertanda (*) item valid

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa item yang tidak valid

berjumlah 21 dan semua item tersebut dibuang, sehingga hanya indikator yang

memiliki item valid yang digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan pada

penelitian berjumlah 34 item.

Pada tabel di atas dapat dilihat pernyataan menurut sub bab.

Pengetahuan tentang pubertas berjumlah 5 pernyataan, responden dikatakan

memiliki pengetahuan baik tentang pubertas apabila skor lebih dari 3,8 atau

dibulatkan menjadi 4. Pengetahuan baik tentang organ dan fungsi reproduksi

berjumlah 14 pertanyaan, apabila responden berhasil mencapai skor lebih dari

10,64 atau dibulatkan menjadi 11. Pengetahuan tentang penyakit menular

seksual berjumlah 8 pernyataan, responden dikatakan memiliki pengetahuan

(51)

29

kehamilan serta mitos berjumlah 7 pertanyaan, dikatakan baik apabila

mencapai skor 5,32 dibulatkan menjadi 5.

2. Hasil Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas yang dilakukan pada kuesioner didapatkan hasil nilai

koefisien reliabilitasnya adalah 0,837. Karena nilai ini besar dari nilai rtabel

(0,361) maka instrumen dikatakan reliabel.

G. Metode Pengambilan Data

1. Sumber Data

Data primer diperoleh langsung dari responden melalui kuesioner

yang diberikan. Responden diminta untuk mengisi sendiri kuesioner dan

tidak dapat diwakilkan. Kuesioner langsung dikumpulkan kepada peneliti.

2. Prosedur Pengambilan Data

Proses dalam pengumpulan data pada penelitian melalui beberapa

tahap, yaitu:

a. Setelah proposal penelitian disetujui oleh penguji, maka dilanjutkan

dengan mengajukan surat permohonan izin penelitian dari Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Menyerahkan surat permohonan izin penelitian kepada Mudir MTs.

Persatuan Islam 69 Matraman.

c. Menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian kepada calon responden.

d. Memberikan lembar persetujuan (informed consent) untuk ditanda

(52)

30

e. Memberikan penjelasan kepada responden tentang cara pengisian

kuesioner.

f. Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner.

g. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada

peneliti apabila ada yang tidak jelas dengan kuesioner

h. Mengingatkan responden untuk memeriksa kembali kuesioner yang

telah diisi untuk memastikan bahwa semua item telah terisi.

i. Responden menyerahkan kembali kuesioner yang telah diisi kepada

peneliti untuk diperiksa.

j. Mengolah data dan menganalisa menganalisa data sesuai uji statistik

yang telah ditetapkan peneliti.

H. Etika Penelitian

Etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting

dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung

dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan (Hidayat, 2008).

Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut:

1. Informed Concent

Informed concent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed concent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed

concent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian,

(53)

31

tangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti

harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang harus ada dalam

informed concent tersebut antara lain: partisipasi responden, tujuan

dilakukan tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur

pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan,

informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan

atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

akan disajikan.

3. Kerahasian (Confidentiality)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasian hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil

(54)

32

I. Pengolahan Data

Tahap pengolahan data pada penelitian ini yaitu (Hidayat, 2008):

1. Memeriksa (Editing)

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2. Memberi Tanda Kode (Coding)

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini

sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.

Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam

satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti

suatu kode dari suatu variabel.

3. Entri Data

Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian

membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat

tabel kontigensi.

4. Melakukan Teknik Analisis

Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian

akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan

yang hendak dianalisis. Penelitian deskriptif, akan menggunakan statistik

(55)

33

meringkas, menyajikan, dan mendeskripsikan suatu data dengan tujuan

agar mudah dimengerti dan lebih mempunyai makna.

J. Analisa Data

Analisa data adalah kemampuan mengkaitkan data dan menghubungkan

data tersebut dengan konsep, teori, prinsip-prinsip yang relevan untuk

membuat kesimpulan dari kesenjangan atau masalah kesehatan dan

keperawatan yang ditemukan (Effendi, 1998). Analisis data diperlukan untuk

menyederhanakan dalam penjelasan dan pendeskripsian data.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan data secara sederhana mengetahui gambaran pada

masing-masing variabel dalam bentuk distribusi frekuensi, sesuai

karakteristik usia, jenis kelamin, pengasuh dan sumber pengetahuan

seksual untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan seksual santri.

Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan

variabel. Jenis data yang terdapat dalam penelitian ini berbentuk data

(56)
(57)

34

BAB V

HASIL PENELITIAN

A.Profil MTs Persatuan Islam 69 Matraman

Madrasah Tsanawiyah Persatuan Islam 69 Matraman adalah Pesantren

yang berdiri tanggal 14 juni 1987 dengan nama Pesantren Persatuan Islam 69

Matraman. Madrasah Tsanawiyah ini terletak di Jakarta Timur yang berada di

Jalan Kramat Asem Raya No.59. Kawasan Madrasah Tsanawiyah ini sangat

strategis lokasinya karena berada ditengah kota.

Madrasah Tsanawiyah Persatuan Islam 69 Matraman memiliki tujuan

membentuk Generasi Muslim Berakhlaqul Karimah yang Tafaquh fieddien

(faham terhadap Islam & mengamalkannya), membina dan mendidik generasi

muda yang mampu mengamalkan, mendakwahkan, membela serta memelihara

dinul Islam dimanapun mereka berada, dan membangun insan Fikir, Dzikir,

dan Ikhtiar.

Program pembiasaan mencakup kegiatan yang bersifat pembinaan

pribadi peserta didik yang dilakukan secara rutin dilakukan, yaitu: bai’at santri

(Janji santri), solat dzuhur berjamaah, dan kultum ba’da solat dzuhur (bagi

ikhwan). MTs. Persatuan 69 Matraman juga memiliki kegiatan pengembangan

diri dari luar yaitu: bela diri tifan phokan, marching band, tahfidz quran, dan

(58)

35

B. Hasil Analisis Univariat

1. Gambaran Karakteristik Responden Penelitian

Gambaran karakteristik responden penelitian ini diuraikan secara

rinci di bawah ini, yaitu berdasarkan usia, jenis kelamin, pengasuh dan

sumber informasi seksual.

1.1 Karakteristi Responden Berdasarkan Usia

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia di MTs. Persatuan Islam 69 Maraman, Juni 2014 (n=56)

Variabel Mean Median Modus SD Min-Maks Usia 13,79 14,00 14 0,494 13-15

Berdasarkan tabel diketahui bahwa usia termuda 13 tahun, usia

tertua 15 tahun dan secara keseluruhan usia rata-rata santri kelas VIII MTs.

Rata-rata Persatuan Islam 69 Matraman adalah 13,79 tahun dengan standar

deviasi sebesar 0,494.

1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di MTs. Persatuan Islam 69 Maraman, Juni 2014 (n=56)

Jenis Kelamin Frekuensi (n) Presentase (%)

Laki-laki 24 42,9

Perempuan 32 57,1

Total 56 100

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa persentase jenis kelamin

responden terkecil adalah laki-laki sebanyak 24 orang (42,9%).

Sedangkan persentase terbesar adalah perempuan yaitu 32 orang

(59)

36

1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengasuh

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pengasuh di MTs. Persatuan Islam 69 Maraman, Juni 2014 (n=56)

Pengasuh Frekuensi (n) Presentase (%)

Lainnya 2 3,6

Orang tua 50 89,3

Kakek/nenek 2 3,6

Paman/bibi 2 3,6

Total 56 100

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa presentase pengasuh

responden terbesar adalah orang tua yaitu sebanyak 50 orang (89,3%).

1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Pengetahuan

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Pengetahuan di MTs. Persatuan Islam 69 Maraman, Juni 2014 (n=56)

Sumber Pengetahuan Frekuensi (n) Presentase (%)

Internet 13 23,2

Orang tua 9 16,1

Sekolah 10 17,9

Teman 10 17,9

Tv/radio/majalah/buku 14 25,0

Total 56 100

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa persentase sumber

pengetahuan responden terbesar adalah tv/radio/majalah/buku yaitu

sebanyak 14 orang (25,0%). Sedangkan persentase terkecil adalah orang

(60)

37

2. Gambaran Tingkat Pengetahuan Seksual

Tabel 5.5 Gambaran Tingkat Pengetahuan Seksual

Tingkat

pengetahuan Frekuensi (n) Presentase (%)

Baik 9 16,1

Cukup 23 41,1

Kurang 24 42,9

Total 56 100

Berdasarkan tabel 5.6 diketahui sejumlah 24 responden (42,9%)

memiliki pengetahuan rendah, sedangkan responden yang memiliki

pengetahuan tinggi sebanyak 9 responden (16,1%).

2.1 Gambaran Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Sub Pengetahuan

Tabel 5.6 Gambaran tingkat pengetahuan seksual berdasarkan sub pengetahuan

Sub Pengetahuan Tingkat Pengetahuan

Baik Cukup Kurang

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui persentase tingkat pengetahuan

seksual menurut sub pengetahuan seksual adalah kurang dengan

masing-masing persentase 48,2% untuk pengetahuan pubertas, 42,9% untuk

pengetahuan organ dan fungsis reproduksi, 50,0% untuk pengetahuan PMS

(61)

38

2.2 Gambaran Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Usia

Tabel. 5.7 Gambaran Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Usia

Karkteristik

Usia Baik Pengetahuan Cukup Kurang

13 4 28,6% 6 42,9% 4 28,6%

14 10 25,0% 24 60,0% 6 15,0%

15 0 0% 1 50,0% 1 50,0%

Total 14 25% 31 55,5% 11 19,6%

Berdasarkan tabel 5.7 tingkat pengetahuan baik terbanyak pada

usia 14 tahun yang berjumlah 10 orang (25,0%) dan tingkat pengetahuan

kurang banyak ditemukan pada usia 14 tahun dengan jumlah 6 orang

(15,0%).

2.3 Gambaran Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.8 Gambaran Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Jenis Kelamin

Karkteristik

Jenis Kelamin Baik Cukup Pengetahuan Kurang

Laki-laki 5 20,8% 13 54,2% 6 25,0%

Perempuan 9 28,1% 18 56,3% 5 15,6%

Total 14 25,0% 31 55,4% 11 19,6%

Berdasarkan tabel 5.8 tingkat pengetahuan baik terbanyak ialah

perempuan dengan presentase 28,1%. Dan tingkat pengetahuan kurang

(62)

39

2.4 Gambaran Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Pengasuh

Tabel 5.9 Gambaran Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Pengasuh

Karkteristik

Pengasuh Baik Pengetahuan Cukup Kurang

Orang Tua 12 24,0% 28 56,0% 10 20,0%

Nenek/Kakek 0 0,0% 1 50,0% 1 50,0%

Bibi/Paman 1 50,0% 1 50,0% 0 0,0%

Lainnya 1 50,0% 1 50,0% 0 0,0%

Total 14 25,0% 31 55,4% 11 19,6%

Berasarkan tabel 5.9 gambaran tingkat pengetahuan berdasarkan

pengasuh di MTs. Persatuan Islam 69 Matraman didapatkan pada tiga

kelompok pengetahuan baik, cukup maupun kurang mayoritas pengasuh

dilakukan oleh orang tua.

2.5 Gambaran Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Sumber Pengetahuan

Tabel 5.10 Gambaran Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Sumber

Pengetahuan

Variabel karakteristik yang dikaji adalah sumber pengetahuan.

Pada kelompok pengetahuan baik, sumber informasi terbanyak berasal

(63)

40

orang (28,6%). Sementara untuk pengetahuan kurang, sumber informasi

(64)
(65)

41 BAB VI

PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat

1. Gambaran Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan dapat terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

manusia memperoleh pengetahuan melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2007).

Secara umum santri memiliki tingkat pengetahuan kurang

(50%) tentang pengetahuan seksual. Pengetahuan tentang seksual pada

penelitian ini terbagi menjadi pengetahuan tentang pubertas,

pengetahuan tentang organ dan fungsi reproduksi, pengetahuan

tentang penyakit dan resiko kehamilan serta pengetahuan tentang

mitos. Berikut akan dibahas mengenai tingkat pengetahuan yang

dilihat berdasarkan sub bab pengetahuan.

a. Tingkat pengetahuan tentang pubertas

Masa pubertas adalah terjadinya perubahan biologis yang

meliputi morfologi dan fisiologi yang terjadi dengan pesat dari

masa anak ke masa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu

perubahan alat kelamin dari tahap anak ke dewasa (Soetjiningsih,

(66)

42

Berdasarkan hasil penelitian Freehary (2009) di SMPN 2

Ungaran Semarang menunjukkan sebanyak 70,92% remaja

mengetahui bahwa seorang pria dikatakan matang secara seksual

bila sudah mengalami mimpi basah, sedangkan 8,04% remaja tidak

tahu sama sekali ciri-ciri kematangan seksual laki-laki. Pada

perempuan 80,04% remaja tahu bahwa ciri kematangan seksual

perempuan ditandai dengan terjadinya menstruasi, 5,4% remaja

tidak mengetahui tentang ciri kematangan seksual pada

perempuan (Freehary, 2009).

Pada penelitian Rahayu (2007) dalam penelitiannya yang

berjudul “Tingkat Pengetahuan Tentang Pubertas Pada Siswa

Kelas VIII dan Kelas IX MTs Yappi Mulusan Paliyan Gunung

Kidul Tahun 2007”. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa

tingkat pengetahuan siswa tentang pubertas tergolong baik

(78,6%).

Hasil penelitian tingkat pengetahuan santri kelas VIII MTs

Persatuan Islam 69 Matraman adalah kurang baik dengan

presentase (48,2%). Peneliti berpendapat kurangnya pengetahuan

remaja tentang pubertas salah satu diantaranya adalah masih

kurangnya pengetahuan remaja tentang apa yang dimaksud

pubertas, selain itu informasi yang didapat oleh responden juga

kurang baik dari media masa, elektronik, mapun dari teman sebaya,

(67)

43

remaja mengenai pengertian pubertas melalui pendidikan disekolah

maupun dari orang tua di rumah.

b. Tingkat pengetahuan tentang organ dan fungsi reproduksi

Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan

mengalami periode pubertas terlebih dahulu. Pada periode pubertas

inilah akan terjadi percepatan pertumbuhan dan perkembangan

fisik dari anak-anak menjadi dewasa serta mengalami kematangan

organ reproduksi seksual. (Susanti, 2012).

Perubahan fisik yang berpengaruh besar terhadap

perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (tubuh

menjadi panjang dan tinggi), mulai berfungsinya alat-alat

reproduksi (ditandai dengan haid pada perempuan dan mimpi

basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang

tumbuh (Sarwono, 2012).

Perubahan pada remaja dibagi menjadi dua yaitu perubahan

karakteristik seks primer dan perubahan karakteristik seks

sekunder. Perubahan karakteristik primer pada laki-laki ditandai

dengan perkembangan testis dan penis. Pada perempuan ditandai

dengan perubahan pada ovarium, uterus dan vagina. Perubahan

karakteristik sekunder pada laki-laki ditandai dengan adanya

perubahan suara atau timbulnya jakun, muncul rambut pada wajah

seperti kumis dan jenggot. Perubahan karakteristik sekunder pada

perempuan ditandai dengan pertumbuhan payudara, pembesaran

(68)

44

Penelitian Misirah (2011) dalam penelitiannya yang

berjudul “Pengetahuan Remaja Awal Tentang Perubahan Fisiologis

Masa Pubertas Pada Siswa Kelas VII di SMP Negeri 1 Berbah

Sleman Tahun 2011”. Hasil penelitian tersebut menyebutkan

bahwa tingkat pengetahuan siswa tentang perubahan fisiologis

masa pubertas tergolong cukup (64,10%).

Penelitian Winarni (2012) dalam penelitiannya yang

berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang

Perkembangan Organ Seks Sekunder pada Masa Pubertas Kelas

VIII SMP Negeri 14 Surakarta”. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan siswa tentang

perkembangan organ seks sekunder pada masa pubertas tergolong

cukup (57,5%).

Hasil penelitian yang diperoleh pad sub tingkat pengetahuan

santri tentang organ dan fungsi reproduksi adalah kurang baik

dengan jumlah 24 orang (42,9%). Menurut peneliti hal ini dapat

diperbaiki dengan memberikan pembelajaran ataupun seminar

yang diadakan oleh sekolah untuk meningkatkan pengetahuan

santri terkait perkembangan organ dan fungsi reproduksi yang

terjadi selama masa pubertas.

c. Tingkat pengetahuan tentang penyakit menular seksual dan

resiko kehamilan

Penyakit kelamin adalah penyakit yang cara penularannya

(69)

45

tidak hanya pada alat kelamin saja, namun dapat terjadi diluar alat

kelamin. Dalam penelitian lebih lanjut didapatkan bahwa makin

bertambah penyakit yang timbul akibat hubungan seksual sehingga

nama penyakit kelamin berubah yang saat ini lebih dikenal dengan

penyakit menular seksual (PMS) (Manuaba dkk, 2009).

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran

menyebabkan diketahuinya bakteri, protozoa, jamur, dan virus

sebagai penyakit menular seksual. Hasil dari penelitian

menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan santri terhadap PMS dan

Resiko hamil dikategorikan kurang dengan presentase 50% (n=28).

Peneliti berpendapat santri perlu memperoleh pendidikan seksual

yang tepat agar PMS dan resiko hamil dapat terhindari.

d. Tingkat pengetahuan tentang mitos

Mitos adalah sesuatu yang menyangkut keyakinan, bukan

rasio atau akal. Mitos terkadang melampaui batas yang dapat

dijangkau oleh akal (Fakhruroji, 2008). Mitos-mitos yang

berkembang dimasyarakat antara lain tidak boleh memotong kuku

ataupun keramas saat haid, minum-minuman bersoda dapat

memperlancar haid. Peneliti berpendapat kurangnya pengetahuan

atau informasi yang diperoleh menyebabkan santri mendapatkan

informasi yang tidak benar dan menyebabkan santri mempercayai

mitos-mitos yang berkembang dimasyarakat. Hasil penelitian yang

dilakukan memperoleh masih kurangnya tingkat pengetahuan

(70)

46

presentase (67,9%). Hasil ini juga didukung oleh beberapa peneliti

terkait mitos oleh Umeora dan Egwuatu (2008 dalam Dewi, 2012).

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kepercayaan

masyarakat yang masih kental dengan mitos haid dan hubungan

seksual. Pemisahan peralatan makan ini menunjukkan bahwa

perempuan yang sedang mengalami menarche dianggap kotor.

2. Gambaran Tingkat Pengetahuan Bersarkan Karakteristik

a. Tingkat pengetahuan berdasarkan Usia

Berdasarkan hasil penelitian rata-rata usia santri yan

menjadi responden dalam penelitian ini adalah 13,79 tahun. Usia

tersebut dalam usia remaja awal yang memiliki rentang 13 sampai

15 tahun. Secara umum, anak pada usia tersebut mengalami fase

formal operation yaitu anak mampu berpikir deduktif dan induktif.

Pada tahap ini, santri mulai berpikir secara sistematis.

Hasil penelitian didapatkan usia dengan pengetahuan baik

terbanyak yaitu pada usia 14 tahun. Sedangkan pada pengetahuan

dengan kategori rendah adalah usia 15 tahun memiliki presentase

yang besar (50%).

Menurut pendapat peneliti anak remaja pada usia 13 sampai

15 tahun merupakan masa untuk mencari jati diri atau identitas

sehingga rasa ingin tahu terhadap sesuatu hal yang baru sangat

besar sehingga mudah menyerap segala informasi yang diperoleh

(71)

47

b. Tingkat pengetahuan berdarakan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil analisis data frekuensi hasil tingkat

pengetahuan berdasarkan jenis kelamin, dapat dilihat bahwa tidak

ada perbedaan yang signifikan dari tingkat pengetahuan

berdasarkan jenis kelamin. Pada jenis kelamin perempuan tingkat

pengetahuan responden yang cukup sebanyak (56,3%), lebih

banyak dibanding laki-laki (54,2%) sedangkan tingkat pengetahuan

kurang pada laki-laki (25,0%) lebih banyak dibandingkan

perempuan (15,6%). Hal ini mungkin karena perempuan lebih

sensitif terhadap perubahan yang terjadi pada tubuhnya.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Dewi (2012) dengan judul “Gambaran Tingkat

Pengetahuan Tentang Perkembangan Seksulitas Pada Remaja Awal

SMPIT Anugerah Insani Bogor” bahwa perempuan memiliki

tingkat pengetahuan lebih rendah dibanding laki-laki. Perempuan

lebih cenderung waspada terhadap perubahan yang terjadi pada

masa pubertas.

c. Tingkat pengetahuan berdasarkan Pengasuh

Pengetahuan seksual harus diberikan dan dipahami oleh

setiap muslim dan diajarkan sejak ia lahir dan orang yang pertama

bertanggung jawab atas pengetahuan seksual adalah orang tua dan

tempat pengetahuan seksual yang utama adalah keluarga menurut

(72)

48

Kehadiran orang tua berperan untuk mendukung tumbuh

kembang remaja. Remaja yang kurang mendapat pengawasan

maupun perhatian orang tua menyebabkan waktu yang dihabiskan

sendiri atau bersama teman-temannya. Hal tersebut yag

menyebabkan terjadinya perilaku menyimpag seperti penggunaan

obat-obatan terlarang ataupun hubungan seksual (Wong dkk,

2008).

Hasil penelitian hampir seluruh responden diasuh oleh

orang tua. Akan tetapi hal ini berkebalikan dengan hasil yang

menunjukkan bahwa mayoritas responden mendapatkan

pengetahuan dari internet bukan orang tua. Rice dan Dolgin

(2005), menyampaikan cara orang tua menghadapi anak remaja,

antara lain:

 Orang tua dan anak berdiskusi dan membuat kesepakatan

mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh

remaja

 Orang tua menganggap bahwa membeicarakan seksualitas

merupakan hal yang tabu, sehingga tidak perlu dibicarakan

 Orang tua sengaja untuk membiarkan anaknya tidak tahu

tentang seksualitas

d. Tingkat pengetahuan berdasarkan Sumber Pengetahuan

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal

maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek

Gambar

Gambaran Tingkat Pengetahuan Seksual
Tabel 2.1 Hormon dan Pegaruhnya (Boyd dan Bee, 2009 dalam
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Tabel 4.1 kisi-kisi sub pengetahuan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Di tanah, A scaris lumbricoides dalam lingkungan yang sesuai telur yang dibuahi tumbuh menjadi bentuk infektif dalam.. waktu kurang lebih 3

Bakat akan sulit berkembang dengan baik apabila tidak diawali dengan adanya minat untuk hal tersebut atau hal yang berkaitan dengan bidang yang akan ditekuni.. Tanpa minat untuk

[r]

Dalam kaitannya dengan laporan panel, ketentuan ini menjelaskan bahwa dalam kondisi satu atau lebih para pihak adalah berasal dari negara-negara berkembang, laporan

Rumah Tangga Menonton Tayangan Sinetron (Studi Analisis Deskriptif Motivasi Ibu Rumah Tangga Di Setia Budi Tanjung Sari Pasar 1 Medan Dalam Menonton Tayangan Sinetron) sebagai

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk membahas fenomena mistik yang terjadi di Kota Bandar Lampung dan akan menuangkannya dalam bentuk penelitian skripsi

Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian lapangan (field research) yang dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan untuk meneliti pengaruh

Tersiksa Karena Wasir Menahun, Coba Obat Ini Dulu_Sembelit atau ketidakmampuan untuk mengeluarkan limbah padat dengan mudah melalui tabung rektum yang paling