GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SEKSUAL
SANTRI KELAS VIII MADRASAH TSANAWIYAH
PERSATUAN ISLAM 69 MATRAMAN
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)
OLEH :
SITI MARYAM MUKHSINAH
NIM : 1110104000037
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN dan ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
iii SCHOOL OF NURSING
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY UndergraduateThesis, July 2014
Siti Maryam Mukhsinah, NIM: 1110104000037
Preview Sexual Knowledge Level in 2nd grade Students of Islamic Junior High School (MTs) 69 Matraman
xviii + 52 pages + 14 tables + 2 charts + 5 attachments
ABSTRACT
Adolescents are is a critical period of transition from childhood to adulthood. Adolescents are experiencing hormonal changes, physical, psychological, and social. Genetic factors, nutrition, and environment are play a role in the onset of puberty. These changes are also characterized by emotional and psychological maturity. The purpose of this study is a current look at the preview sexual knowledge level in 2nd grade Students of Islamic Junior High School (MTs) 69 Matraman. The sample are 56 people and techniques used by the total sampling. The design used in the study was a descriptive, which describes the level of knowledge. The result showed that there were 42,9% of respondents (n=24) who have less knowledge. Respondents who have a good knowledge of the respondents 16,1% (n=9). Respondent's average age was 14 years with female gender and the remaining amount to 57,1% of men. The majority is raised by parents (89,3%, n=50). The main information about the sexual knowledge of most of the tv/radio/magazines/books (25%, n = 14).
iv PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH Skripsi, Juli 2014
Siti Maryam Mukhsinah, NIM: 1110104000037
Gambaran Tingkat Pengetahuan Seksual Santri Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah (MTs) Persatuan Islam 69 Matraman
xviii + 52 halaman + 14 tabel + 2 bagan + 5 lampiran
ABSTRAK
Remaja merupakan periode kritis peralihan dari masa anak menjadi dewasa. Remaja mengalami perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial. Faktor genetik, nutrisi, dan lingkungan berperan dalam masa pubertas. Perubahan ini juga ditandai dengan kematangan emosi dan psikis. Tujuan dari penelitian ini adalah utuk melihat gambaran tingkat pengetahuan seksual santri kelas VIII MTs. Persatuan Islam 69 Matraman. Sampel dalam penelitian sebanyak 56 orang dan teknik yang digunakan dengan teknik total sampling. Desain pada penelitian yang digunakan adalah desain deskriptif, yaitu menggambarkan mengenai tingkat pengetahuan. Hasil menunjukkan bahwa terdapat 42,9% responden (n=24) yang memiliki pengetahuan kurang. Responden yang memiliki pengetahuan baik 16,1% responden (n=9). Responden rata-rata berusia 14 tahun dengan jenis kelamin perempuan berjumlah 57,1% dan sisanya laki-laki. Mayoritas diasuh oleh orang tua (89,3%, n=50). Informasi utama tentang pengetahuan seksual sebagian besar dari tv/radio/majalah/buku (25,0%, n=14).
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Siti Maryam Mukhsinah
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 14 Juni 1992 Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Johar Baru No.3
Hp : +6289702899960
E-mail : maryam_bintuharis@yahoo.co.id
Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan
PENDIDIKAN
1. TK Parkit 1997-1998
2. SDN 31 Pagi 1998-2004
3. MTs. Persatuan Islam 69 Matraman 2004-2007
4. MA. Persatuan Islam 69 Matraman 2007-2010
ix
LEMBAR PERSEMBAHAN
Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Cinta dan kasih sayang-Nya telah memberikanku
kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkanku dengan cinta. Shalawat dan
salam selalu terlimpah kepada Rasulullah Muhammad SAW.
Kupersembahkan karya ini kepada orang yang sangat aku kasihi dan kusayangi
Papa (Alm) dan mama tercinta
Sebagai rasa terima kasih yang tidak terhingga kupersembahkan karya ini kepada papa (Alm) dan
mama yang telah memberikan kasih sayang, dukungan dan cinta kasihnya yang tiada pernah akan dapat kubalas. Untuk papa (Alm) dan mama
yang selalu memberikan motivasi dan kasih sayangnya, selalu mendoakanku, dan memberikan
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya serta shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Seksual Santri Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah (MTs) Persatuan Islam 69 Matraman”.
Skripsi ini disusun sebagaimana untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta menerapkan dan mengembangkan teori-teori yang penulis peroleh selama kuliah.
Penyususnan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan dari semua pihak baik dorongan moral dan materil. Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. DR (hc). dr. Muhammad Kamil Tajuddin, Sp. And., selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, M.KM, selaku Ketua Program Studi dan Ns. Eni Nuraini Agustini, S.Kep, M.Sc, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokeran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
xi
4. Ibu Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc, Bapak Jamaludin, S.Kp. M.Kep, dan Bapak Karyadi, Ph.D, selaku dosen penguji skripsi, terima kasih sebesar-besarnya atas saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
5. Bapak Jamaludin, S.Kp., M.Kep., selaku Dosen Pembimbing Akademik, terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah membimbing dan memberi motivasi selama 4 tahun duduk di bangku kuliah.
6. Segenap staf pengajar dan karyawan di lingkungan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakartayang telah memberikan ilmunya kepada saya selama duduk di bangku kuliah.
7. Segenap jajaran staf dan karyawan akademik serta perpustakaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan yang telah banyak membantu dalam pengadaan referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi.
8. Mudir (Kepala Sekolah), staf pengajar, dan staf karyawan MTs. Persatuan Islam 69 Matraman yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di MTs. Persatuan Islam 69 Matraman.
9. Mama yang telah mendidik dan mencurahkan semua kasih sayang tiada tara, mendo’akan keberhasilan penulis, serta memberikan dorongan moral dan materil kepada penulis selama proses menyelesaikan skripsi ini. 10. Teman-teman FKIK 2010, PSIK 2010, CSS MoRA Keperawatan 2010,
xii
selama menyelesaikan skripsi ini, serta semua pihak yang telah mendo’akan selama proses pembuatan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penyajian skripsi ini jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan masih terbatasnya pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan penulis dalam melihat fakta, dan memecahkan masalah yang ada, serta mengeluarkan gagasan ataupun saran-saran. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang berguna untuk menyempurnakan skripsi ini, penulis akan terima dengan hati terbuka dan terima kasih.
Jakarta, Juli 2014
xiii DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ……….………... i
Lembar Pernyataan ………... ii
Abstrak ………... iii
Abstract ………... iv
Pernyataan Persetujuan ……….………..……... v
Lembar Pengesahan ………...…………...…... vi
Daftar Riwayat Hidup ……….……….………….. viii
Lembar Persembahan ………... ix
Kata Pengantar ……….…... x
Daftar Isi ……….……… xiii
Daftar Tabel ………... xvi
Daftar Bagan ………... xvii
Daftar Lampiran ………..………... xviii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja ………….………... 6
1. Pemgertian Remaja ………... 6
xiv
B. Pengetahuan ………..………... 13
1. PengertianPengetahuan ………. 13
2. Tingkat Pengetahuan ……….………... 13
3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ……… 15
C. Seksual ………..………. 16
1. Pengertian Seksual ………... 16
2. Faktor yang Mempengaruhi Seksual ……… 17
D. Kerangka Teori ………... 19
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep ... 20
B. Definisi Operasional ………... 21
BAB IV METODELOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ….………... 24
B. Tempat dan Waktu Penelitian ………... 24
C. Subjek Penelitian ……….…………..…... 24
D. Alat Pengumpulan Data ……… 25
E. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ……….. 27
F. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ………... 28
G. Metode Pengambilan Data ... 29
H. Etika Penelitian ... 30
I. Pengolahan Data ... 32
xv BAB V HASIL PENELITIAN
A. Profil MTs.Persatuan Islam 69 Matraman ………... 34
B. Hasil Analisa Univariat ………..……….... 35
1. Gambaran Karakteristik Responden ………. 35
2. Gambaran Tingkat Pengetahuan………... 37
BAB VI PEMBAHASAN A. Analisis Univariat ………... 41
B. Keterbatasan Penelitian ………... 49
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….... 51
B. Saran ……….. 52 DAFTAR PUSTAKA
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1 Hormon dan Pengaruhnya 8
3.1 Definisi Operasional 22
4.1 Kisi-kisi Sub Pengetahuan 26
4.2 Hasil Uji Validitas 28
5.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 35 5.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin 35
5.3 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pengasuh 36 5.4 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber
Pengetahuan 36
5.5 Gambaran Tingkat Pengetahuan Seksual 37 5.6 Gambaran Tingkat Pengetahuan Seksual Berdasarkan Sub
Pengetahuan 37
5.7 Gambaran Tingkat Pengetahuan Seksual Berdasarkan Usia 38 5.8 Gambaran Tingkat Pengetahuan Seksual Berdasarkan Jenis
Kelamin 38
5.9 Gambaran Tingkat Pengetahuan Seksual Berdasarkan
Pengasuh 39
5.10 Gambaran Tingkat Pengetahuan Seksual Berdasarkan
xvii
DAFTAR BAGAN
Halaman
2.1 Kerangka Teori 19
xviii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Dokumen Perizinan
Lampiran 2. Lembar Penjelasan Penelitian Lampiran 3. Lembar Persetujuan Responden Lampiran 4. Kuesioner
1
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Menurut WHO Seorang dikatakan remaja bila berusia diantara 10
sampai 19 tahun. Remaja menurut survei kesehatan reproduksi remaja
Indonesia adalah perempuan dan laki-laki belum kawin yang berusia 15-24
tahun, (Depkes, 2006). Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukan
bahwa jumlah penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa, 63,4 juta
diantaranya adalah remaja yang terdiri dari Laki-laki sebanyak 32.164.436
jiwa (50,70%) dan perempuan sebanyak 31.279.012 jiwa (49,30%) (Wahyuni
dan Rahmadewi, 2011).
Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan
hanya dalam artian psikologis tetapi juga fisik. Bahkan perubahan-perubahan
fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala primer dalam pertumbuhan
remaja, sedangkan perubahan-perubahan psikologis muncul antara lain
sebagai akibat dari perubahan-perubahan fisik itu (Sarwono, 2012).
Diantara perubahan-perubahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya
pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh seperti panjang
dan tinggi, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi ditandai dengan haid pada
perempuan dan mimpi basah pada laki-laki dan tanda-tanda seksual
sekundernya yang tumbuh (Sarwono, 2012).
Pada masa ini, remaja diajarkan tentang perubahan yang terjadi pada
2
bagaimana dampaknya pada tubuh. Tujuannya agar remaja mengerti
bagaimana remaja dapat mengerti dan dapat mengambil tindakan yang tepat
dengan perubahan yang terjadi pada tubuhnya.
Data dari BKKBN (2007) remaja perempuan dan laki-laki usia 15
sampai 24 tahun yang tahu tentang masa subur baru mencapai 29% dan
32,3%. Remaja perempuan dan laki-laki yang mengetahui resiko kehamilan
jika melakukan hubungan seksual sekali masing-masing baru mencapai
49,5% dan 45,5%. Remaja perempuan dan remaja laki-laki usia 14 sampai 19
tahun yang mengaku mempunyai teman pernah melakukan hubungan seksual
pranikah masing-masing mencapai 34,7% dan 30,9%.
Jumlah kasus HIV dan AIDS di Indonesia yang dilaporkan hingga
bulan Maret 2007 mencapai 14.628 orang. Sedangkan kasus AIDS sudah
mencapai 8.988 orang, dimana separuh dari kasus AIDS ini adalah kelompok
remaja (umur 15 sampai 19 tahun = 2,7%, umur 20 sampai 29 tahun = 54,7%)
(BKKBN, 2007).
Berbagai penelitian telah dilakukan, maka dapat dikatakan bahwa
kemungkinan akibat dari kurangnya pengetahuan seks dan informasi yang
kurang tepat tentang seksualitas, hal tersebut berdampak pada perilaku seks
yang keliru dan menyimpang dikalangan remaja. Permasalahan tersebut
menunjukkan bahwa remaja perlu mendapatkan perhatian untuk memperoleh
informasi dan pemahaman yang benar tentang seksual, agar terhindar dari
3
diluar nikah, aborsi dan penyakit menular seksual (PMS), HIV dan AIDS
(BKKBN, 2007).
Selama ini remaja umumnya telah menempatkan media massa sebagai
sumber informasi seksual yang lebih penting dibandingkan orang tua dan
teman sebaya, karena media massa memberikan gambaran yang lebih baik
mengenai keinginan dan kebutuhan seksualitas remaja (Brown, 2003 dalam
Wibowo, 2004).
Melalui wawancara yang peneliti lakukan pada 5 santri di MTs.
Persatuan Islam 69 Matraman, peneliti menemukan bahwa santri masih belum
mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi selama masa pubertas dan
permasalahan-permasalahan seksual seperti penyakit menular. Hal ini
didukung oleh pernyataan kepala sekolah bahwa masih kurangnya informasi
yang diperoleh oleh santri terkait pengetahuan seksual. Berdasarkan informasi
ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait tingkat pengetahuan
seksual santri MTs Persatua Islam 69 Matraman.
B.Rumusan Masalah
Masa remaja merupakan tahapan antara masa kanak-kanak dengan
masa dewasa yang terjadi antara usia 10-18 tahun. Sebelum memasuki masa
remaja, seseorang akan mengalami periode pubertas terlebih dahulu. Pada
periode pubertas inilah akan terjadi percepatan pertumbuhan dan
perkembangan fisik dari anak-anak menjadi dewasa serta mengalami
4
Masa pubertas pada perempuan dan laki-laki ditandai oleh pertumbuhan
fisik yang cepat dan menarche pada perempuan dan first ejaculation pada laki-laki, perubahan psikologis dan timbulnya ciri-ciri seks sekunder. Hasil studi
pendahuluan yang dilakukan di MTs Persatuan Islam 69 Matraman mayoritas
menunjukkan kurangnya pengetahuan santri tentang pengetahuan seksual. Oleh
karena itu peneliti tertarik untuk meneliti terkait gambaran tingkat pengetahuan
seksual santri kelas VIII MTs. Persatuan Islam 69 Matraman.
C.Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran karakteristik santri di MTs Persatuan Islam 69
Matraman?
2. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan seksual santri MTs. Persatuan
Islam 69 Matraman?
D.Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui tingkat pengetahuan seksual santri MTs. Persatuan Islam 69
Matraman.
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui gambaran karakteristik santri MTs. Persatuan Islam 69
Matraman
b) Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan seksual santri MTs.
5
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai tingkat pengetahuan seksual santri MTs. Persatuan Islam 69
Matraman, sebagai upaya peningkatan pelayanan pendidikan dan
bimbingan bagi santri
2. Bagi Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan bahan rujukan
oleh perawat maupun mahasiswa keperawatan dalam memberikan promosi
kesehatan tentang pendidikan seksual.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
dijadikan sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan
6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja
1. Pengertian
Masa remaja ialah “tumbuh hingga mencapai kematangan”,
secara umum berarti proses fisiologis, sosial, dan kematangan yang
dimulai dengan perubahan pubertas (Wong dkk, 2008). Pubertas adalah
perubahan cepat pada kematangan fisik yang meliputi perubahan tubuh
dan hormonal yang terutama terjadi selama masa remaja awal (Santrock,
2003).
Remaja yang dalam bahasa Inggris “adolesence”, berasal dari
bahasa latin “adolescere” yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau
dalam perkembangan menjadi dewasa (Wahyuni dan Rahmadewi, 2011).
Remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak ke dewasa, yang
ditandai dengan perkembangan biologis, psikologis, kognitif, sosial,
moral dan agama (Sarwono, 2012). Selama periode ini, individu
mencapai kematanga fisik maupun seksual (Santrock, 2008).
Remaja adalah suatu masa di mana individu berkembang dari saat
pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai
saat ia mencapai kematangan seksual, individu mengalami
perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi
dewasa, dan individu yang mengalami peralihan dari ketergantungan
sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri
7
Masa remaja dibagi menjadi dua yaitu, masa remaja awal dan
remaja akhir. Masa remaja awal kira-kira sama dengan masa sekolah dan
masa remaja akhir kira-kira setelah usia 15 tahun (Santrock, 2003).
Remaja menurut survei kesehatan reproduksi remaja Indonesia adalah
perempuan dan laki-laki belum kawin yang berusia 15-24 tahun,
(Departemen Kesehatan, 2006 dalam Sulistiyowati dan Senewe, 2010).
Haber, Hoskins, Leach, dan Sideleau (1987 dalam Hamid, 2008)
menentukan batasan remaja antara 12-18 tahun. Santrock (2003) Masa
remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun dan berakhir antara usia
18 dan 22 tahun. Batasan usia menurut WHO (2007, dalam Efendi, 2009)
adalah 12 sampai 24 tahun.
Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa
remaja merupakan masa transisi menjadi dewasa dengan perubahan yang
terjadi pada rentang usia 10 sampai 24 tahun dan belum kawin.
2. Perkembangan pada Remaja
Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa,
bukan hanya dalam artian psikologis tetapi juga fisik. Bahkan
perubahan-perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala primer dalam
pertumbuhan remaja, sedangkan perubahan-perubahan psikologis muncul
antara lain sebagai akibat dari perubahan-perubahan fisik (Sarwono,
2012). Perubahan yang terjadi antara lain perubahan fisik, kognitif,
8
a. Perkembanga fisik
Perkembang fisik yang berpengaruh besar terhadap
perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (tubuh menjadi
panjang dan tinggi), mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai
dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan
tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh (Sarwono, 2012).
Hormon adrenal androgen secara kimiawi menyerupai
testosteron. Hormon ini berperan pada perempuan untuk menstimulasi
pertumbuhan serta mengatur perkembangan rambut pada pubis. Pada
pria, hormon ini kurang berpengaruh karena adanya hormon
testosteron (Boyd dan Bee, 2009 dalam Dewi, 2012).
No Kelenjar Hormon Pengaruh Pada Tubuh
1 Pituitari Hormon
Pertumbuhan Sebagai pengatur kelenjar lain untuk mengontrol maturasi tubuh.
2 Tiroid Tiroksin Meningkatkan laju
metabolisme; esensial untuk pertumbuhan normal dan
perkembangan saraf.
3 Adrenal Adrenal Androgen Membentuk
9
5 Testis Testosteron Pembentukan organ
genital pada janin
laki-Tabel 2.1 Hormon dan Pegaruhnya (Boyd dan Bee, 2009 dalam
Dewi, 2012, Sarwono, 2012 dan Syaifuddin, 2006)
Pubertas masa dimana terjadi perubahan hormonal dan
perubahan fisik yang terjadi pada remaja (Santrock, 2008). Perubahan
pada remaja dibagi menjadi dua yaitu perubahan karakteristik seks
primer dan perubahan karakteristik seks sekunder. Perubahan
karakteristik primer pada laki-laki ditandai dengan perkembangan
testis dan penis. Pada perempuan ditandai dengan perubahan pada
ovarium, uterus dan vagina. Perubahan karakteristik sekunder pada
laki-laki ditandai dengan adanya perubahan suara atau timbulnya
jakun, muncul rambut pada wajah seperti kumis dan jenggot.
Perubahan karakteristik sekunder pada perempuan ditandai dengan
10
dalam Dewi, 2012). Berdasarkan pemaparan terhadap perubahan
karakteristik seks primer dan seks sekunder dapat diambil kesimpulan
bahwa perubahan karakteristik seks primer dipusatkan pada organ
utama, sedangkan karakteristik seks sekunder pada organ pendukung.
Perisiwa awal dimulainya pubertas yakni tumbuh rambut pada
ketiak maupun daerah genital, kemudian diikuti dengan
perkembangan penis pada laki-laki dan perkembangan payudara pada
perempuan. Pubertas diikuti dengan peristiwa menarche dan first
ejaculation (Dewi, 2012).
Peristiwa menarche dan first ejaculation menandakan bahwa
tubuh siap untuk bereproduksi. Menarche merupakan menstruasi yang
pertama kali dialami perempuan, dimana secara fisik ditandai dengan
keluarnya darah dari vagina akibat peluruhan lapisan endometrium.
(Silvana, 2008). Sel telur yang tidak dibuahi menyebabkan lapisan
yang menyelimuti rahim ini meluruh atau disebut menarche
(Sherwood, 2001). Sedangkan peristiwa first ejaculation atau yang
lazim disebut dengan mimpi basah menandakan bahwa tubuh telah
menghasilkan sperma yang dapat membuahi sel telur (Dewi, 2012).
b. Perkembangan kognitif
Intelegensi memungkinkan individu melakukan adaptasi terhadap
lingkungan sehingga meningkatkan kemungkinan bertahan hidup dan
melalui perilakunya dapat membentuk individu dan mempertahankan
11
Remaja berada pada tahap formal operation. Karakteristik pada
tahap formal operatio tersebut adalah (Wadsworth, 1996 dalam Dewi,
2012):
Mampu berfikir deduktif, artinya remaja dapat menjelaskan secara
logis dan alur berpikir yang sistematis.
Mampu berfikir induktif, artinya remaja mulai dapat menyimpulkan
sesuatu berdasarkan pengalamannya sendiri.
Memiliki sifat idealis, yaitu segala sesuatu harus sesuai jalurnya.
c. Perkembangan Psikososial Erikson
Pertumbuhan psikososial menurut Erikson terjadi dalam fase yang
berurutan, setiap tahap bergantung pada penyelesaian dan tugas kehidupan
sebelumnya (Videbeck, 2008). Masa remaja menurut Erikson ada pada
tahap Identity versus identity confusion. Pada tahap ini, remaja berusaha
untuk menemukan identitas diri siapa saya, apa yang ada dalam diri saya
dan bagaimana jalan saya untuk hidup (Santrock, 2003).
Individu yang telah mecapai kematangan kepribadian ditandai
dengan terbentuknya aspek identitas diri akan membentuk seseorang untuk
selalu berusaha mengembangkan diri dengan menjalin relasi sosial yang
lebih luas. Individu yang gagal mencapai identitas diri menyebabkan
individu mengalami kebingungan identitas. Kebingungan dalam berperan
sebagai individu yang harus menyesuaikan diri dengan lingkungan
sosialnya. Dirinya diwarnai dengan perasaan ragu-ragu, minder, dan sulit
untuk mengaktualisasikan segala potensi dirinya secara tepat (Dariyo,
12
d. Perkembangan Moral Kohlberg
Dalam urtan perkembangan anak-anak mendapatkan cara berpikir
moral. Teori yang dibuat berdasarkan perkembangan kognitif dan terdiri
atas tiga tingkat utaman berikut ini, yang masing-masing melalui dua tahap
(Kohlberg, 1968 dalam Wong, et al,. 2008):
Tingkat Prakonventional
Tingkat ini dalam perkembangan moral sejajar degan tingkat
praoperasional dalam perkembangan kognitif dan pemikiran intuitif.
Terorientasi secara budaya dengan lebel baik/buruk dan salah/benar.
Tingkat Konvensional
Pada tahap ini anak-anak terfokus pada kepatuhan dan loyalitas.
Mereka menghargai pemeliharaan harapan keluarga, kelompok, atau
negara tanpa memedulikan konsekuensinya. Tingkat ini berkaitan
dengan tahap operasional konkret dalam perkembangan kognitif.
Tingkat Pascakonvensional, Autonomi, Atau Prinsip.
Individu telah mencapai tahap kognitif operasional formal.
Perilaku yang tepat cenderung didefinisikan dari segi hak-hak dan
standar umum individu yang telah diuji dan disetujui masyarakat.
Meskipun aturan prosedural untuk mencapai konsesus menjadi penting
dengan penekanan pada sudut hukum berdasarkan kebutuan masyarakat
13
Inti dari teori Kohlberg ialah dalam perkembangan nilai moral
tidak berlaku tekhnik pasif dalam bentuk meniru, melainkan anak yang
aktif harus dirangsang oleh lingkungan dengan usaha-usaha yang aktif
pula untuk merangsang perkembangan nilai moralnya (Gunarsa, 2008).
B. Pengetahuan 1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,
2007).
2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2007) terbagi dalam 6
tingkatan domain kognitif yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkatan ini
adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifk dari seluruh
14
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
15
3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut
Notoatmodjo (2007) yaitu:
a. Sosial ekonomi
Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan
seseorang, sedang ekonomi dikaitkan dengan pendidikan, ekonomi baik
tingkat pendidikan akan tinggin sehingga tingkat pengetahuan akan
tinggi juga.
b. Kultur (budaya, agama)
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan
seseorang, karena informasi yang baru akan disaring kira-kira sesuai
tidak dengan budaya yang ada dan agama yang dianut.
c. Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan maka ia akan mudah menerima
hal-hal baru dan mudah menyesuaikan dengan hal-hal yang baru tersebut.
d. Pengalaman
Berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, bahwa
pendidikan yang tinggi maka pengalaman akan luas, sedangkan
semakin tua umur seseorang maka pengalaman akan semakin banyak.
e. Media Masa
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun
non formal dapat memberikan pengaruh jangka penden (immediate
impact) sehingga menghasilkan perubahan atau tingkat pengetahuan.
16
bentuk media masa seperti televisi, radio, majalah, dan lain-lain
mempunyai pengaruh besar terhadap opini dan kepercayaan orang
(Notoatmodjo, 2005).
C. Seksual 1. Pengertian
Seksualitas adalah suatu istilah yang mencakup segala sesuat yang
berkaitan dengan seks. Dalam pengertian ini seksualitas dibagi menjadi
dua aspek (Sarwono dan Siambadar, 1986): seks dalam artian sempit dan
artian luas. Sek dalam artian sempit ialah kelamin dan seks dalam artian
luas, yaitu segala hal yang terjadi sebagai akibat dari adanya perbedaan
jenis kelamin.
Seksual berkenaan dengan seks ialah salah satu dari dua kelompok
organisme organik yang masing-masing di deskripsikan sebagai kelompok
pria dan wanita (Weller, 2005). Seksual adalah menyinggung hal
reproduksi atau perkembangbiakan melalui penyatuan dua individu yang
berbeda masing-masing menghasilkan ovum dan sperma (Mu’tadin, 2002
dalam Retnowati, 2010).
Seksual tidaklah terbatas pada masalah fisik saja, melainkan juga
psikis dimana perasaan ingin tahu anak terhadap masalah seksual makin
intens (Gunarsa, 2008). Pengenalan dasar tentang seks sendiri secara
anatomis yang berhubugan dengan kondisi biologis, yaitu kondisi
anatomis dan fisiologis, organ seks, hormon, otak, serta saraf pusat
17
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa seks adalah
jenis kelamin dan semua hal yang berhubungan dengan alat kelamin,
seperti yang membedakan antara laki-laki dan perempuan, persetubuhan,
reproduksi seks, kelenjar-kelenjar dan hormon-hormon yang
mempengaruhi alat-alat kelamin.
2. Faktor yang Mempengaruhi Seksual a. Orang Tua
Menciptakan suasana yang kondusif untuk pendidikan dalam
keluarga, dengan suasan rumah yang bahagia dan gembira, tetapi
berwibawa, sehingga anak dengan spontan berbuat sebagaimana
mestinya tidak janggal dan serasi dengan lingkungan (Martono, 2008).
Keluarga adalah tempat belajar pertama bagi anak, rumah merupakan
tempat yang baik untuk memperkenalkan tentang pengetahuan seksual
yang dini kepada anak. Sayangnya, jarang orang tua membicarakan
seksual kepada anak. Pengetahuan seksual yang diberitahukan hanya
sebatas menarche dan perubahan fisik (Roshental dalam Rice, 2005).
Orang tua merasa tabu membicarakan masalah seksual dengan
anaknya dan hubungan orang tua anak menjadi jauh sehingga anak
berpaling ke sumber-sumber lain yang tidak akurat khususnya teman
(Sarwono, 2006). Peran orang tua sebagai pendidik, pengontrol
merupakan salah satu faktor perkembangan seksualitas. Anak yang
18
memiliki angka kejadian rendah terhadap kejadian seks pada anak
(Rice, 2005).
b. Teman dan Lingkungan
Bagi remaja laki-laki maupun perempuan, teman seusia dan
sejenis sangat berarti. Persetujuan atau kesesuain sikap sendiri dengan
sikap kelompoksebaya adalah sangat penting untuk menjaga status
afiliasinya dengan teman-teman, menjaga agar tidak dianggap “asing”
dan menghindari agar tidak dikucilkan oleh kelompok. Teman sebaya
juga merupakan salah satu sumber informasi tentang seks yang cukup
signifikan dalam membentuk pengetahuan, sikap dan perilaku seksual
remaja. Namun, informasi teman sebaya dapat menimbulkan dampak
yang negatif. Pengaruh teman sebaya dan lingkungan juga dapat
meningkatkan resiko pengunaan alkohol, rokok dan narkoba serta niat
dan frekuensi dalam hubungan seksual. Sosialisasi remaja dapat
mempengaruhi remaja untuk memiliki persamaan sense of commitmen
dalam hubungan dengan sebayanya.dengan demikian peran teman
sebaya bagi remaja sangan berarti dalam memeroleh informasi yang
akan mempengaruhi remaja terhadap isu seksual. Orang tua, guru,
pemuka agama, dan tokoh masyarakat merasa takut apabila
memberikan informasi atau pengetahuan seksual kepada remaja aakan
disalah gunakan. Sehingga remaja pun lebih senang bertanya kepada
teman yang tidak lebih baik pengetahuannya dan tidak menerima
pendidikan seks yang bertanggungjawab. Remaja menerima informasi
19
dari film dan video porno, tayangan televisi, membaca buku dan
majalah yang menyajikan pengetahuan seks secara vulgar dibandingkan
dengan pendidikan seksual yang benar (Burgess et. al., 2005).
D. Kerangka Teori
Bagan 2.1 Kerangka Teori (Boyd dan Bee, 2009 dalam Dewi, 2012, Santrock, 2008, Santrock, 2003, Weller, 2005).
Pengetahuan seksual
Pengetahuan tentang pubertas
Pengetahuan tentang organ dan fungsi
reproduksi
Pengetahuan tentang PMS dan Resiko
Kehamilan
20 BAB III
KERANGKA KONSEP, DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah. Singkatnya, kerangka konsep membahas saling ketergantungan antarvariabel yang dianggap perlu untuk melengkapi dinamika situasi atau hal yang sedang atau akan diteliti (Sekar, 2006 dalam Hidayat, 2008).
21
Bagan 3.1 Kerangka konsep penelitian
B. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati. Karakteristik yang dapat diamati (diukur) itulah yang merupakan kunci definisi operasional (Nursalam, 2010).
Definisi operasional adalah suatu definisi ketika variabel-variabel peneliti menjadi bersifat operasional (Wasis, 2008). Variabel merupakan karakteristik subjek penelitian yang berubah dari satu subjek ke subjek lainnya (Hidayat, 2008).
Pengetahuan Santri Tentang Pengetahuan Seksual: 1. Pubertas
22
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi
Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Karakteristik
Usia Dihitung dari saat responden lahir
Kuesioner Usia dalam tahun Rasio
Jenis Kelamin Ciri fisik atau biologis yang
Kuesioner 1= Laki-laki 2= Perempuan
bagian pengasuh Kuesioner 1= Orang tua 2= Kakek/Nenek 3= Paman/bibi
4= Tv, Radio, Majalah, Buku 5= Internet
6= Lainnya
23
Variabel Definisi
Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Pengetahuan
Baik jika nilai total responden 76%-100%
Cukup jika nilai total responden 51%-75%)
Kurang jika nilai total responden ≤ 50% skor maksimal.
(Nursalam, 2010)
24 BAB IV
METODELOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan rancangan jenis
penelitian deskriptif dan metode pendekatan cross sectional. Penelitian
deskriptif (descriptive research) adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk
mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi didalam
masyarakat (Notoatmodjo, 2010). Adapun tujuan dari penelitian deskriptif ini
adalah untuk mendeskripsikan gambaran tingkat pengetahuan seksual santri
MTs. Persatuan Islam 69 Matraman.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MTs. Persatuan Islam 69 Matraman, pada
santri kelas VIII. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2014.
C. Subjek Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2004 dalam Hidayat 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah
keseluruhan objek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh santri kelas VIII MTs Persatuan Islam 69 Matraman
25
2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau
sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat,
2008). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel
dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sarwono, 2010). Sampel
dalam penelitian ini adalah seluruh santri kelas VIII MTs Persatuan Islam
69 Matraman.
D.Alat Pengumpulan Data
Kuesioner merupakan alat ukur berupa angket atau kuesioner dengan
beberapa pernyataan. Pernyataan yang diajukan dalam kuesioner mampu
menggali hal-hal yang bersifat rahasia (Hidayat, 2008).
Instrumen yang peneliti gunakan berupa lembar kuesioner yang di
modifikasi dari Dewi (2012) yang dibagi dalam beberapa bagian. Bagain satu
terkait dengan karakteristik responden, berisi data responden meliputi, usia,
jenis kelamin, pengasuh dan sumber pengetahuan pendidikan seksual. Usia
merupakan pertanyaan terbuka dijawab bebas oleh responden. Jenis kelamin,
pengasuh dan sumber pengetahuan pendidikan seksual merupakan pertanyaan
yang jawabannya telah disediakan. Lembar pertanyaan pengetahuan, yaitu
lembar yang berisi 55 pertanyaan pengetahuan mengenai pengetahuan seksual.
Responden diminta untuk memberikan jawaban benar atau salah terhadap
pernyataan yang diberikan oleh peneliti. Skor maksimal yang mngkin diperoleh
26
26 dan 29 pernyataan harus dinyatakan salah. Kriteria tingkat pengetahuan
dikatakan baik apabila skor responden mencapai 76% dari skor maksimal
(lebih dari 41,8 atau dibulatkan menjadi lebih dari 42).
Kuesioner dibagi menjadi empat sub pengetahuan terkait seksualitas,
berikut tabel penjelasan mengenai pembagian penyataan.
Tabel 4.1 kisi-kisi sub pengetahuan
Pengetahuan Jumlah Favorable Unfavorable Pubertas 14 1, 2, 3, 5, 7, 9, 10, 21,
Pengetahuan tentang pubertas berjumlah 14 pernyataan, responden dikatakan
memiliki pengetahuan baik tentang pubertas apabila skor lebih dari 10,64 atau
dibulatkan menjadi 11. Pengetahuan baik tentang organ dan fungsi reproduksi
berjumlah 17 pertanyaan, apabila responden berhasil mencapai skor lebih dari
12,92 atau dibulatkan menjadi 13. Pengetahuan tentang penyakit menular
seksual dan resiko kehamilan serta mitos berjumlah 12 pertanyaan, dikatakan
27
E. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
Instrumen yag digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Untuk
mendapatkan data yang valid dan reliabel maka sebuah kuesioner harus diuji
validitas dan reliabilitas. Uji validitas pada kuesioner dengan menggunakan
rumus Person Product Moment dan uji reliabilitas dengan menggunakan
metode KR-20.
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu
benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2005). Untuk menguji
validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian
dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat
ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir, dengan rumus
Person Product Moment, yaitu dengan ketentuan kevalidan instrumen apabila
nilai rhitung > nilai rtabel (0,361) pada N=30 atau nilai signifikansi < 0,05
(Riduwan, 2007).
Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Untuk mencari
reliabilitas kuesioner menggunakan rumus KR-20. Metode KR-20 ini berguna
untuk mengetahui reliabilitas dari seluruh tes untuk item atau pernyataan yang
menggunakan jawaban “Benar” atau “Salah” (Riduwan, 2007). Instrumen
dikatakan reliabel pada KR-20 dengan mengkonsultasikan pada r product
28
F. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Hasil Uji Validitas
Tabel 4.2 kisi-kisi sub pengetahuan
Pengetahuan Jumlah Favorable unfavorable N Valid Pubertas 14 1, 2, 3, 5, 7, 9*,
Ket: Nomor item bertanda (*) item valid
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa item yang tidak valid
berjumlah 21 dan semua item tersebut dibuang, sehingga hanya indikator yang
memiliki item valid yang digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan pada
penelitian berjumlah 34 item.
Pada tabel di atas dapat dilihat pernyataan menurut sub bab.
Pengetahuan tentang pubertas berjumlah 5 pernyataan, responden dikatakan
memiliki pengetahuan baik tentang pubertas apabila skor lebih dari 3,8 atau
dibulatkan menjadi 4. Pengetahuan baik tentang organ dan fungsi reproduksi
berjumlah 14 pertanyaan, apabila responden berhasil mencapai skor lebih dari
10,64 atau dibulatkan menjadi 11. Pengetahuan tentang penyakit menular
seksual berjumlah 8 pernyataan, responden dikatakan memiliki pengetahuan
29
kehamilan serta mitos berjumlah 7 pertanyaan, dikatakan baik apabila
mencapai skor 5,32 dibulatkan menjadi 5.
2. Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas yang dilakukan pada kuesioner didapatkan hasil nilai
koefisien reliabilitasnya adalah 0,837. Karena nilai ini besar dari nilai rtabel
(0,361) maka instrumen dikatakan reliabel.
G. Metode Pengambilan Data
1. Sumber Data
Data primer diperoleh langsung dari responden melalui kuesioner
yang diberikan. Responden diminta untuk mengisi sendiri kuesioner dan
tidak dapat diwakilkan. Kuesioner langsung dikumpulkan kepada peneliti.
2. Prosedur Pengambilan Data
Proses dalam pengumpulan data pada penelitian melalui beberapa
tahap, yaitu:
a. Setelah proposal penelitian disetujui oleh penguji, maka dilanjutkan
dengan mengajukan surat permohonan izin penelitian dari Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Menyerahkan surat permohonan izin penelitian kepada Mudir MTs.
Persatuan Islam 69 Matraman.
c. Menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian kepada calon responden.
d. Memberikan lembar persetujuan (informed consent) untuk ditanda
30
e. Memberikan penjelasan kepada responden tentang cara pengisian
kuesioner.
f. Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner.
g. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada
peneliti apabila ada yang tidak jelas dengan kuesioner
h. Mengingatkan responden untuk memeriksa kembali kuesioner yang
telah diisi untuk memastikan bahwa semua item telah terisi.
i. Responden menyerahkan kembali kuesioner yang telah diisi kepada
peneliti untuk diperiksa.
j. Mengolah data dan menganalisa menganalisa data sesuai uji statistik
yang telah ditetapkan peneliti.
H. Etika Penelitian
Etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting
dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung
dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan (Hidayat, 2008).
Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut:
1. Informed Concent
Informed concent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed concent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed
concent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian,
31
tangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti
harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang harus ada dalam
informed concent tersebut antara lain: partisipasi responden, tujuan
dilakukan tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur
pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan,
informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain.
2. Tanpa Nama (Anonimity)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan
atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
akan disajikan.
3. Kerahasian (Confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasian hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil
32
I. Pengolahan Data
Tahap pengolahan data pada penelitian ini yaitu (Hidayat, 2008):
1. Memeriksa (Editing)
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data
yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
2. Memberi Tanda Kode (Coding)
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini
sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.
Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam
satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti
suatu kode dari suatu variabel.
3. Entri Data
Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah
dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian
membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat
tabel kontigensi.
4. Melakukan Teknik Analisis
Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian
akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan
yang hendak dianalisis. Penelitian deskriptif, akan menggunakan statistik
33
meringkas, menyajikan, dan mendeskripsikan suatu data dengan tujuan
agar mudah dimengerti dan lebih mempunyai makna.
J. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan mengkaitkan data dan menghubungkan
data tersebut dengan konsep, teori, prinsip-prinsip yang relevan untuk
membuat kesimpulan dari kesenjangan atau masalah kesehatan dan
keperawatan yang ditemukan (Effendi, 1998). Analisis data diperlukan untuk
menyederhanakan dalam penjelasan dan pendeskripsian data.
1. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan data secara sederhana mengetahui gambaran pada
masing-masing variabel dalam bentuk distribusi frekuensi, sesuai
karakteristik usia, jenis kelamin, pengasuh dan sumber pengetahuan
seksual untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan seksual santri.
Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan
variabel. Jenis data yang terdapat dalam penelitian ini berbentuk data
34
BAB V
HASIL PENELITIAN
A.Profil MTs Persatuan Islam 69 Matraman
Madrasah Tsanawiyah Persatuan Islam 69 Matraman adalah Pesantren
yang berdiri tanggal 14 juni 1987 dengan nama Pesantren Persatuan Islam 69
Matraman. Madrasah Tsanawiyah ini terletak di Jakarta Timur yang berada di
Jalan Kramat Asem Raya No.59. Kawasan Madrasah Tsanawiyah ini sangat
strategis lokasinya karena berada ditengah kota.
Madrasah Tsanawiyah Persatuan Islam 69 Matraman memiliki tujuan
membentuk Generasi Muslim Berakhlaqul Karimah yang Tafaquh fieddien
(faham terhadap Islam & mengamalkannya), membina dan mendidik generasi
muda yang mampu mengamalkan, mendakwahkan, membela serta memelihara
dinul Islam dimanapun mereka berada, dan membangun insan Fikir, Dzikir,
dan Ikhtiar.
Program pembiasaan mencakup kegiatan yang bersifat pembinaan
pribadi peserta didik yang dilakukan secara rutin dilakukan, yaitu: bai’at santri
(Janji santri), solat dzuhur berjamaah, dan kultum ba’da solat dzuhur (bagi
ikhwan). MTs. Persatuan 69 Matraman juga memiliki kegiatan pengembangan
diri dari luar yaitu: bela diri tifan phokan, marching band, tahfidz quran, dan
35
B. Hasil Analisis Univariat
1. Gambaran Karakteristik Responden Penelitian
Gambaran karakteristik responden penelitian ini diuraikan secara
rinci di bawah ini, yaitu berdasarkan usia, jenis kelamin, pengasuh dan
sumber informasi seksual.
1.1 Karakteristi Responden Berdasarkan Usia
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia di MTs. Persatuan Islam 69 Maraman, Juni 2014 (n=56)
Variabel Mean Median Modus SD Min-Maks Usia 13,79 14,00 14 0,494 13-15
Berdasarkan tabel diketahui bahwa usia termuda 13 tahun, usia
tertua 15 tahun dan secara keseluruhan usia rata-rata santri kelas VIII MTs.
Rata-rata Persatuan Islam 69 Matraman adalah 13,79 tahun dengan standar
deviasi sebesar 0,494.
1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di MTs. Persatuan Islam 69 Maraman, Juni 2014 (n=56)
Jenis Kelamin Frekuensi (n) Presentase (%)
Laki-laki 24 42,9
Perempuan 32 57,1
Total 56 100
Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa persentase jenis kelamin
responden terkecil adalah laki-laki sebanyak 24 orang (42,9%).
Sedangkan persentase terbesar adalah perempuan yaitu 32 orang
36
1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengasuh
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pengasuh di MTs. Persatuan Islam 69 Maraman, Juni 2014 (n=56)
Pengasuh Frekuensi (n) Presentase (%)
Lainnya 2 3,6
Orang tua 50 89,3
Kakek/nenek 2 3,6
Paman/bibi 2 3,6
Total 56 100
Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa presentase pengasuh
responden terbesar adalah orang tua yaitu sebanyak 50 orang (89,3%).
1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Pengetahuan
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Pengetahuan di MTs. Persatuan Islam 69 Maraman, Juni 2014 (n=56)
Sumber Pengetahuan Frekuensi (n) Presentase (%)
Internet 13 23,2
Orang tua 9 16,1
Sekolah 10 17,9
Teman 10 17,9
Tv/radio/majalah/buku 14 25,0
Total 56 100
Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa persentase sumber
pengetahuan responden terbesar adalah tv/radio/majalah/buku yaitu
sebanyak 14 orang (25,0%). Sedangkan persentase terkecil adalah orang
37
2. Gambaran Tingkat Pengetahuan Seksual
Tabel 5.5 Gambaran Tingkat Pengetahuan Seksual
Tingkat
pengetahuan Frekuensi (n) Presentase (%)
Baik 9 16,1
Cukup 23 41,1
Kurang 24 42,9
Total 56 100
Berdasarkan tabel 5.6 diketahui sejumlah 24 responden (42,9%)
memiliki pengetahuan rendah, sedangkan responden yang memiliki
pengetahuan tinggi sebanyak 9 responden (16,1%).
2.1 Gambaran Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Sub Pengetahuan
Tabel 5.6 Gambaran tingkat pengetahuan seksual berdasarkan sub pengetahuan
Sub Pengetahuan Tingkat Pengetahuan
Baik Cukup Kurang
Berdasarkan tabel 5.5 diketahui persentase tingkat pengetahuan
seksual menurut sub pengetahuan seksual adalah kurang dengan
masing-masing persentase 48,2% untuk pengetahuan pubertas, 42,9% untuk
pengetahuan organ dan fungsis reproduksi, 50,0% untuk pengetahuan PMS
38
2.2 Gambaran Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Usia
Tabel. 5.7 Gambaran Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Usia
Karkteristik
Usia Baik Pengetahuan Cukup Kurang
13 4 28,6% 6 42,9% 4 28,6%
14 10 25,0% 24 60,0% 6 15,0%
15 0 0% 1 50,0% 1 50,0%
Total 14 25% 31 55,5% 11 19,6%
Berdasarkan tabel 5.7 tingkat pengetahuan baik terbanyak pada
usia 14 tahun yang berjumlah 10 orang (25,0%) dan tingkat pengetahuan
kurang banyak ditemukan pada usia 14 tahun dengan jumlah 6 orang
(15,0%).
2.3 Gambaran Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.8 Gambaran Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Jenis Kelamin
Karkteristik
Jenis Kelamin Baik Cukup Pengetahuan Kurang
Laki-laki 5 20,8% 13 54,2% 6 25,0%
Perempuan 9 28,1% 18 56,3% 5 15,6%
Total 14 25,0% 31 55,4% 11 19,6%
Berdasarkan tabel 5.8 tingkat pengetahuan baik terbanyak ialah
perempuan dengan presentase 28,1%. Dan tingkat pengetahuan kurang
39
2.4 Gambaran Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Pengasuh
Tabel 5.9 Gambaran Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Pengasuh
Karkteristik
Pengasuh Baik Pengetahuan Cukup Kurang
Orang Tua 12 24,0% 28 56,0% 10 20,0%
Nenek/Kakek 0 0,0% 1 50,0% 1 50,0%
Bibi/Paman 1 50,0% 1 50,0% 0 0,0%
Lainnya 1 50,0% 1 50,0% 0 0,0%
Total 14 25,0% 31 55,4% 11 19,6%
Berasarkan tabel 5.9 gambaran tingkat pengetahuan berdasarkan
pengasuh di MTs. Persatuan Islam 69 Matraman didapatkan pada tiga
kelompok pengetahuan baik, cukup maupun kurang mayoritas pengasuh
dilakukan oleh orang tua.
2.5 Gambaran Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Sumber Pengetahuan
Tabel 5.10 Gambaran Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Sumber
Pengetahuan
Variabel karakteristik yang dikaji adalah sumber pengetahuan.
Pada kelompok pengetahuan baik, sumber informasi terbanyak berasal
40
orang (28,6%). Sementara untuk pengetahuan kurang, sumber informasi
41 BAB VI
PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat
1. Gambaran Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan dapat terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
manusia memperoleh pengetahuan melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2007).
Secara umum santri memiliki tingkat pengetahuan kurang
(50%) tentang pengetahuan seksual. Pengetahuan tentang seksual pada
penelitian ini terbagi menjadi pengetahuan tentang pubertas,
pengetahuan tentang organ dan fungsi reproduksi, pengetahuan
tentang penyakit dan resiko kehamilan serta pengetahuan tentang
mitos. Berikut akan dibahas mengenai tingkat pengetahuan yang
dilihat berdasarkan sub bab pengetahuan.
a. Tingkat pengetahuan tentang pubertas
Masa pubertas adalah terjadinya perubahan biologis yang
meliputi morfologi dan fisiologi yang terjadi dengan pesat dari
masa anak ke masa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu
perubahan alat kelamin dari tahap anak ke dewasa (Soetjiningsih,
42
Berdasarkan hasil penelitian Freehary (2009) di SMPN 2
Ungaran Semarang menunjukkan sebanyak 70,92% remaja
mengetahui bahwa seorang pria dikatakan matang secara seksual
bila sudah mengalami mimpi basah, sedangkan 8,04% remaja tidak
tahu sama sekali ciri-ciri kematangan seksual laki-laki. Pada
perempuan 80,04% remaja tahu bahwa ciri kematangan seksual
perempuan ditandai dengan terjadinya menstruasi, 5,4% remaja
tidak mengetahui tentang ciri kematangan seksual pada
perempuan (Freehary, 2009).
Pada penelitian Rahayu (2007) dalam penelitiannya yang
berjudul “Tingkat Pengetahuan Tentang Pubertas Pada Siswa
Kelas VIII dan Kelas IX MTs Yappi Mulusan Paliyan Gunung
Kidul Tahun 2007”. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa
tingkat pengetahuan siswa tentang pubertas tergolong baik
(78,6%).
Hasil penelitian tingkat pengetahuan santri kelas VIII MTs
Persatuan Islam 69 Matraman adalah kurang baik dengan
presentase (48,2%). Peneliti berpendapat kurangnya pengetahuan
remaja tentang pubertas salah satu diantaranya adalah masih
kurangnya pengetahuan remaja tentang apa yang dimaksud
pubertas, selain itu informasi yang didapat oleh responden juga
kurang baik dari media masa, elektronik, mapun dari teman sebaya,
43
remaja mengenai pengertian pubertas melalui pendidikan disekolah
maupun dari orang tua di rumah.
b. Tingkat pengetahuan tentang organ dan fungsi reproduksi
Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan
mengalami periode pubertas terlebih dahulu. Pada periode pubertas
inilah akan terjadi percepatan pertumbuhan dan perkembangan
fisik dari anak-anak menjadi dewasa serta mengalami kematangan
organ reproduksi seksual. (Susanti, 2012).
Perubahan fisik yang berpengaruh besar terhadap
perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (tubuh
menjadi panjang dan tinggi), mulai berfungsinya alat-alat
reproduksi (ditandai dengan haid pada perempuan dan mimpi
basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang
tumbuh (Sarwono, 2012).
Perubahan pada remaja dibagi menjadi dua yaitu perubahan
karakteristik seks primer dan perubahan karakteristik seks
sekunder. Perubahan karakteristik primer pada laki-laki ditandai
dengan perkembangan testis dan penis. Pada perempuan ditandai
dengan perubahan pada ovarium, uterus dan vagina. Perubahan
karakteristik sekunder pada laki-laki ditandai dengan adanya
perubahan suara atau timbulnya jakun, muncul rambut pada wajah
seperti kumis dan jenggot. Perubahan karakteristik sekunder pada
perempuan ditandai dengan pertumbuhan payudara, pembesaran
44
Penelitian Misirah (2011) dalam penelitiannya yang
berjudul “Pengetahuan Remaja Awal Tentang Perubahan Fisiologis
Masa Pubertas Pada Siswa Kelas VII di SMP Negeri 1 Berbah
Sleman Tahun 2011”. Hasil penelitian tersebut menyebutkan
bahwa tingkat pengetahuan siswa tentang perubahan fisiologis
masa pubertas tergolong cukup (64,10%).
Penelitian Winarni (2012) dalam penelitiannya yang
berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang
Perkembangan Organ Seks Sekunder pada Masa Pubertas Kelas
VIII SMP Negeri 14 Surakarta”. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan siswa tentang
perkembangan organ seks sekunder pada masa pubertas tergolong
cukup (57,5%).
Hasil penelitian yang diperoleh pad sub tingkat pengetahuan
santri tentang organ dan fungsi reproduksi adalah kurang baik
dengan jumlah 24 orang (42,9%). Menurut peneliti hal ini dapat
diperbaiki dengan memberikan pembelajaran ataupun seminar
yang diadakan oleh sekolah untuk meningkatkan pengetahuan
santri terkait perkembangan organ dan fungsi reproduksi yang
terjadi selama masa pubertas.
c. Tingkat pengetahuan tentang penyakit menular seksual dan
resiko kehamilan
Penyakit kelamin adalah penyakit yang cara penularannya
45
tidak hanya pada alat kelamin saja, namun dapat terjadi diluar alat
kelamin. Dalam penelitian lebih lanjut didapatkan bahwa makin
bertambah penyakit yang timbul akibat hubungan seksual sehingga
nama penyakit kelamin berubah yang saat ini lebih dikenal dengan
penyakit menular seksual (PMS) (Manuaba dkk, 2009).
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran
menyebabkan diketahuinya bakteri, protozoa, jamur, dan virus
sebagai penyakit menular seksual. Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan santri terhadap PMS dan
Resiko hamil dikategorikan kurang dengan presentase 50% (n=28).
Peneliti berpendapat santri perlu memperoleh pendidikan seksual
yang tepat agar PMS dan resiko hamil dapat terhindari.
d. Tingkat pengetahuan tentang mitos
Mitos adalah sesuatu yang menyangkut keyakinan, bukan
rasio atau akal. Mitos terkadang melampaui batas yang dapat
dijangkau oleh akal (Fakhruroji, 2008). Mitos-mitos yang
berkembang dimasyarakat antara lain tidak boleh memotong kuku
ataupun keramas saat haid, minum-minuman bersoda dapat
memperlancar haid. Peneliti berpendapat kurangnya pengetahuan
atau informasi yang diperoleh menyebabkan santri mendapatkan
informasi yang tidak benar dan menyebabkan santri mempercayai
mitos-mitos yang berkembang dimasyarakat. Hasil penelitian yang
dilakukan memperoleh masih kurangnya tingkat pengetahuan
46
presentase (67,9%). Hasil ini juga didukung oleh beberapa peneliti
terkait mitos oleh Umeora dan Egwuatu (2008 dalam Dewi, 2012).
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kepercayaan
masyarakat yang masih kental dengan mitos haid dan hubungan
seksual. Pemisahan peralatan makan ini menunjukkan bahwa
perempuan yang sedang mengalami menarche dianggap kotor.
2. Gambaran Tingkat Pengetahuan Bersarkan Karakteristik
a. Tingkat pengetahuan berdasarkan Usia
Berdasarkan hasil penelitian rata-rata usia santri yan
menjadi responden dalam penelitian ini adalah 13,79 tahun. Usia
tersebut dalam usia remaja awal yang memiliki rentang 13 sampai
15 tahun. Secara umum, anak pada usia tersebut mengalami fase
formal operation yaitu anak mampu berpikir deduktif dan induktif.
Pada tahap ini, santri mulai berpikir secara sistematis.
Hasil penelitian didapatkan usia dengan pengetahuan baik
terbanyak yaitu pada usia 14 tahun. Sedangkan pada pengetahuan
dengan kategori rendah adalah usia 15 tahun memiliki presentase
yang besar (50%).
Menurut pendapat peneliti anak remaja pada usia 13 sampai
15 tahun merupakan masa untuk mencari jati diri atau identitas
sehingga rasa ingin tahu terhadap sesuatu hal yang baru sangat
besar sehingga mudah menyerap segala informasi yang diperoleh
47
b. Tingkat pengetahuan berdarakan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil analisis data frekuensi hasil tingkat
pengetahuan berdasarkan jenis kelamin, dapat dilihat bahwa tidak
ada perbedaan yang signifikan dari tingkat pengetahuan
berdasarkan jenis kelamin. Pada jenis kelamin perempuan tingkat
pengetahuan responden yang cukup sebanyak (56,3%), lebih
banyak dibanding laki-laki (54,2%) sedangkan tingkat pengetahuan
kurang pada laki-laki (25,0%) lebih banyak dibandingkan
perempuan (15,6%). Hal ini mungkin karena perempuan lebih
sensitif terhadap perubahan yang terjadi pada tubuhnya.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Dewi (2012) dengan judul “Gambaran Tingkat
Pengetahuan Tentang Perkembangan Seksulitas Pada Remaja Awal
SMPIT Anugerah Insani Bogor” bahwa perempuan memiliki
tingkat pengetahuan lebih rendah dibanding laki-laki. Perempuan
lebih cenderung waspada terhadap perubahan yang terjadi pada
masa pubertas.
c. Tingkat pengetahuan berdasarkan Pengasuh
Pengetahuan seksual harus diberikan dan dipahami oleh
setiap muslim dan diajarkan sejak ia lahir dan orang yang pertama
bertanggung jawab atas pengetahuan seksual adalah orang tua dan
tempat pengetahuan seksual yang utama adalah keluarga menurut
48
Kehadiran orang tua berperan untuk mendukung tumbuh
kembang remaja. Remaja yang kurang mendapat pengawasan
maupun perhatian orang tua menyebabkan waktu yang dihabiskan
sendiri atau bersama teman-temannya. Hal tersebut yag
menyebabkan terjadinya perilaku menyimpag seperti penggunaan
obat-obatan terlarang ataupun hubungan seksual (Wong dkk,
2008).
Hasil penelitian hampir seluruh responden diasuh oleh
orang tua. Akan tetapi hal ini berkebalikan dengan hasil yang
menunjukkan bahwa mayoritas responden mendapatkan
pengetahuan dari internet bukan orang tua. Rice dan Dolgin
(2005), menyampaikan cara orang tua menghadapi anak remaja,
antara lain:
Orang tua dan anak berdiskusi dan membuat kesepakatan
mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh
remaja
Orang tua menganggap bahwa membeicarakan seksualitas
merupakan hal yang tabu, sehingga tidak perlu dibicarakan
Orang tua sengaja untuk membiarkan anaknya tidak tahu
tentang seksualitas
d. Tingkat pengetahuan berdasarkan Sumber Pengetahuan
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal
maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek