UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Partisipasi Masyarakat
dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri Perdesaan
(Studi Deskriptif di Kelurahan Aek Simotung, Kecamatan Saipar Dolok Hole,
Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara)
SKRIPSI
DIAJUKAN OLEH : Angga Harahap
060901031 Departemen Sosiologi
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara Medan
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Dzat Yang Maha Kuasa yang memberikan kesempatan
kesehatan dan waktu luang hingga saat ini, Dzat yang hanya denganlah kita
beribadah, tidaklah semua hal ini terjadi pada diri ini atas kehendak-Nya. Dan
shalawat beriring salam kepada sebuah panutan umat ini Rasulullah Nabi Muhammad
Shalallahu’Alaihi Wasallam berserta pada keluarga-keluarganya dan para sahabatnya.
Penulisan skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan dengan baik guna memenuhi
syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari program Strata-1 (S-1), Departemen
Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, adapun judul skripsi ini adalah
“Partisipasi Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Nasional (PNPM) Mandiri Perdesaan (Studi Deskriftif di Kelurahan Aek Simotung,
Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara)”. Penyelesaian skripsi ini juga tidak
terlepas dari berbagai pihak yang telah banyak memberikan bantuan dan masukan
bagi penulis secara materil dan spirituil. Untuk itu izinkan saya untuk menghaturkan
ucapan terima kasih kepada:
1. Orangtua saya, khususnya ibu saya, Minar Simangunsong. Terimakasih yang
tiada terkira karena sudah memperjuangkan dan mencintai saya melebihi diri
beliau. Hanya do’a yang dapat kupanjatkan supaya senantiasa berada dalam
sebesar-besarnya juga bagi seluruh keluarga saya yang telah mendukung, Emly
Yusriati Simangunsong, Nipa Simangunsong, Syawal Simangunsong, Usman
Simangunsong, dan keluarga lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu per
satu.
2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik periode 2010-2015, dan selaku Ketua Departemen Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara periode
2005-2010.
3. Ibu Dra. Rosmiani, MA selaku Sekretaris Departemen Sosiologi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara untuk periode
2005-2010.
4. Ibu Dra. Hadriana Marhaeni Munthe, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah memberikan kesempatan waktu luang, kesehatan, tenaga dan
pikirannya dalam membantu mengembangkan penulisan skripsi ini.
Terimakasih yang sebesar-besarnya karena sudah memberi nasehat,
pandangan, serta semangat dalam penyelesaian tulisan saya. Semoga Allah
selalu melimpahkan keberkahan rahmat dan karunia kepada Ibu dan keluarga.
5. Bapak Drs. Mukhtar Efendi Harahap selaku dosen wali penulis. Dan seluruh
staf pengajar dan pegawai Departemen Sosiologi khususnya dan Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Poltik Universitas Sumatera Utara umumnya
6. Kepada sahabat dan kawan-kawan seperjuangan yang bersama melangkahkan
kaki ini dikampus tercinta ini; Yandi Deriawan, Rizki Khairil, Nidya
Rovinita, Vivi Syahputri, Afwan Salfani, Ryan Parlindungan, Metha Helfina
Nasution, Dilla, Darma Kelana Putra, Esha Aprilia, Ulya Juriati, Okto
Silaban, Nalon Ginting, Rahmayani Butar-butar, Indah Kartika, Wina Kartika,
Miranti Windasari, Sri Risnawati, Elicia Dwi Hafida, Irma Suryani
Nainggolan, Debora, Mitha, Abdul Haris Nasution, Eka Pradita, Zul Fadli
Al-Quddus, dan teman lainnya di Sosiologi Stambuk’06.
7. Kepada keluarga yang sekaligus menjadi sahabat dan pendorong semangat
demi kesuksesan dalam hal apa pun; Novita Hannum Siregar, Cahaya
Simangunsong, Darman Yusuf Siregar, dan lainnya. Mohon maaf karena
kesibukan dan lain hal menjadikan komunikasi kurang baik.
8. Kepada sahabat-sahabat yang tinggal satu atap dan berbagi suka dan duka
layaknya sebuah keluarga besar; Soehardi, Abdi Nugraha Pratama, Dedi
Hilman Sani, Sulaiman Harahap, Soehartono, Kak Jessy, Bang Sardi, Naomi,
dan Kak Fitri. Terimakasih juga buat Oppung, Tinar Hasibuan Hutabarat
beserta istri dan keluarga yang telah memberi naungan dari panas terik
matahari, hujan deras, dan rasa dingin serta perhatian lebih dan sekaligus
menjadi orangtua bagi anak-anak kostnya.
9. Kepada sahabat-sahabat di luar kampus dan teman berbagi dalam segala hal
yang telah memberi semangat dan bantuan; Pahala Maringan Tua Naibaho,
Sarina Siregar, Novita Adelina Harahap, Muhammad Yusuf Siregar, Muslim
Rambe, Syawaluddin, dan Nur Aisyah.
Meskipun telah diupayakan semaksimal mungkin dalam penulisan ini, namun
pengalaman, dan juga hal lainnya. Untuk masukan saran dan kritik sangat penulis
harapkan demi membangun kesempurnaan. Sekian dan saya ucapkan terima kasih
yang tidak terkira dan semoga ini bermanfaat.
Medan, September 2010
Penulis
ABSTRAK
Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Isu-isu kemiskinan pun senantiasa cocok diselesaikan akar masalahnya melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, PNPM Mandiri Perdesaan hadir untuk meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri sebagai prioritas mendesak, khususnya terhadap masayarakat pedesaan. PNPM-MP sebagai program penanggulangan kemiskinan di pedesaan lebih mengutamakan pada peningkatan harkat dan martabat manusia seutuhnya dengan mendudukkan masyarakat sebagai pelaku utamanya melalui partisipasi aktif. Melalui partisipasi aktif ini dari masyarakat miskin sebagai kelompok sasaran tidak hanya berkedudukan menjadi objek program. Partisipasi masyarakat menjadi sangat penting mengingat kompleksitasnya masalah kemiskinan yang ada, yaitu sebagai alat memperoleh informasi, masyarakat akan lebih percaya terhadap program pembangunan, dan sebagai wadah penyaluran hak demokrasi. Penelitian ini akan dilakukan di Kelurahan Aek Simotung, Kec. Saipar Dolok Hole, Kab. Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana bentuk partisipasi masyarakat dalam PNPM-MP di lapangan dan masalah serta hambatan-hambatan apa saja yang timbul dalam pelaksanaannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Penulis memilih Fasilitator Kecamatan, Fasilitator Teknik Kecamatan, Tim Pengelola Kegiatan, KPMD/K, dan Pokmas sebagai informan kunci, dan Kepala Lurah, Tim 18 (Tim Pengawas), dan masyarakat yang pernah terlibat dalam pelaksanaan PNPM-MP sebagai informan biasa.
Setelah melakukan penelitian di lapangan, dapat diketahui bahwa partisipasi masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan baik pada tahap sosialisasi dan perencanaan maupun tahap pelaksanaan dan pengawasannya cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari keikutsertaan dan peran aktif masyarakat dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan. Program ini juga dapat dikatakan membawa perubahan yang positif baik dari segi lingkungan, pembangunan manusia, dan perihal pemberdayaan masyarakat. Namun, ada sebagian masyarakat lebih mementingkan kepentingan pribadi dari pada kepentingan kelompok. Artinya, tidak semua masyarakat berpartisipasi dengan tujuan kesejahteraan kelompok melainkan karena upah atau imbalan. Disamping itu, adanya ketidakpercayaan masyarakat terhadap kader atau pelaku kegiatan di perdesaan. Hal ini terjadi karena hanya sebagian kecil yang memperhatikan informasi yang disampaikan melalui papan informasi, yang merupakan sebagai pusat informasi dan transparansi pelaksanaan kegiatan. Hambatan lain adalah pengerjaan proyek belum sampai pada tahap penyelesaian tetapi dana sudah habis. Namun, hal ini dapat diatasi dengan cara membayarkan upah pekerja terlebih dahulu dan supplier akan dibayar setelah pencairan dana berikutnya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR BAGAN ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
1.5. Defenisi Konsep ... 8
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 9
2.1. Teori Pembangunan Manusia ... 9
2.2. Pemberdayaan Masyarakat ... 12
2.3. Kemiskinan ... 17
2.4. Partisipasi Masyarakat ... 20
3.1. Jenis Penelitian ... 22
3.2. Lokasi Penelitian ... 22
3.3. Unit Analisis dan Informan ... 23
3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 24
3.5. Interpretasi Data ... 26
3.6. Jadwal Penelitian ... 26
3.7. Keterbatasan Penelitian ... 27
BAB IV. DESKRIPSI WILAYAH DAN INTERPRETASI DATA ... 29
4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian ... 29
4.1.1. Sejarah Kelurahan Aek Simotung ... 29
4.1.2. Keadaan Geofrafis ... 30
4.1.3. Pembagian Dusun/Lingkungan ... 31
4.1.4. Keadaan Penduduk ... 34
4.1.5. Sarana Umum ... 34
4.1.5.1. Sarana Kesehatan ... 35
4.1.5.2. Sarana Pendidikan ... 36
4.1.5.3. Sarana Peribadatan ... 36
4.1.6. Bidang Pemerintahan ... 37
4.1.7. Profil Informan ... 40
4.1.7.1. Profil Informan Kunci (Key Informan) ... 40
4.1.7.2. Profil Informan Biasa ... 48
4.2.1. Latar Belakang PNPM-MP di Kelurahan Aek Simotung ... 51
4.2.2. Prinsip Dasar PNPM Mandiri Perdesaan ... 54
4.2.3. Pendanaan PNPM Mandiri Perdesaan ... 57
4.2.4. Ketentuan Dasar PNPM Mandiri Perdesaan ... 62
4.2.5. Pelaku PNPM Mandiri Perdesaan ... 69
4.2.5.1. Pelaku di Pedesaan/Kelurahan ... 69
4.2.5.2. Pelaku di Kecamatan ... 78
4.2.6. Alur Tahapan PNPM Mandiri Perdesaan ... 80
4.2.6.1. Perencanaan Kegiatan ... 80
4.2.6.2. Pelaksanaan Kegiatan ... 84
4.2.6.3. Pelestarian Kegiatan ... 88
4.2.7. Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Sosialisasi & Perencanaan .. 91
4.2.8. Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Pelaksanaan & Pengawasan . 100 4.2.9. Masalah dan Hambatan-hambatan ... 108
BAB V. PENUTUP ... 118
5.1. Kesimpulan ... 118
5.2. Saran ... 120
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal Penelitian ... 26
Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 34
Tabel 3. Sarana Kesehatan Kelurahan Aek Simotung ... 35
Tabel 4. Sarana Pendidikan Kelurahan Aek Simotung ... 36
Tabel 5. Sarana Peribadatan Kelurahan Aek Simotung ... 37
Tabel 6. Nama-nama Pemegang Jabatan Kelurahan Aek Simotung ... 39
Tabel 7. Alokasi BLM Berdasarkan Keberadaan Desa Tertinggal ... 57
Tabel 8. Alokasi BLM Berdasarkan Ratio Penduduk & Jumlah Penduduk ... 58
Tabel 9. Profil Keanggotaan TPK Kelurahan Aek Simotung ... 70
Tabel 10. Profil Keanggotaan TPU Kelurahan Aek Simotung ... 72
Tabel 11. Profil Keanggotaan Tim 18 Keluarahan Aek Simotung ... 73
Tabel 12. Profil Keanggotaan Tim Pemelihara Keluarahan Aek Simotung ... 75
Tabel 13. Profil Keanggotaan Kelompok SPP Kelurahan Aek Simotung ... 78
Tabel 14. Pelaku PNPM-MP di Kecamatan Saipar Dolok Hole ... 80
Tabel 15. Rincian Pembayaran SPP Kelurahan Aek Simotung ... 97
Tabel 16. Besarnya Upah HOK Kelurahan Aek Simotung ... 104
DAFTAR BAGAN
Bagan 1. Strukur Organisasi Pemerintahan Kelurahan Aek Simotung ... 38
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Guideline Interview
Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian
Lampiran 3. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, USU
Lampiran 4. Surat Izin Penelitian dari Kantor Lurah Aek Simotung
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pemberian Ukuran Saluran Drainase
Gambar 2. Penggalian Parit (Sebelah Barat)
Gambar 3. Penggalian Parit (Sebelah Utara)
Gambar 4. Pembetonan Parit (Sebelah Barat)
Gambar 5. Pembetonan Parit (Sebelah Utara)
Gambar 6. Pembetonan Parit (Sebelah Selatan)
Gambar 7. Salah Satu Pekerja Perempuan Sedang Mengaduk Semen
Gambar 8. Salah Satu Kepala Tukang Sedang Membuat Parit Beton
Gambar 9. Salah Satu Pekerja Perempaun Sedang Mencampur Pasir & Semen
Gambar 10. Suasana Salah Satu Pertemuan Masyarakat
Gambar 11. Suasana Pertemuan Pemberiaan Upah HOK
Gambar 12. Papan Proyek PNPM-MP T.A. 2010 Kelurahan Aek Simotung
Gambar 13. Papan Proyek PNPM-MP T.A. 2008 Desa Simandera Huta Julu
Gambar 14. Papan Informasi PNPM-MP Kelurahan Aek Simotung
Gambar 15. Contoh Bukti Penerimaan Material/Bahan
ABSTRAK
Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Isu-isu kemiskinan pun senantiasa cocok diselesaikan akar masalahnya melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, PNPM Mandiri Perdesaan hadir untuk meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri sebagai prioritas mendesak, khususnya terhadap masayarakat pedesaan. PNPM-MP sebagai program penanggulangan kemiskinan di pedesaan lebih mengutamakan pada peningkatan harkat dan martabat manusia seutuhnya dengan mendudukkan masyarakat sebagai pelaku utamanya melalui partisipasi aktif. Melalui partisipasi aktif ini dari masyarakat miskin sebagai kelompok sasaran tidak hanya berkedudukan menjadi objek program. Partisipasi masyarakat menjadi sangat penting mengingat kompleksitasnya masalah kemiskinan yang ada, yaitu sebagai alat memperoleh informasi, masyarakat akan lebih percaya terhadap program pembangunan, dan sebagai wadah penyaluran hak demokrasi. Penelitian ini akan dilakukan di Kelurahan Aek Simotung, Kec. Saipar Dolok Hole, Kab. Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana bentuk partisipasi masyarakat dalam PNPM-MP di lapangan dan masalah serta hambatan-hambatan apa saja yang timbul dalam pelaksanaannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Penulis memilih Fasilitator Kecamatan, Fasilitator Teknik Kecamatan, Tim Pengelola Kegiatan, KPMD/K, dan Pokmas sebagai informan kunci, dan Kepala Lurah, Tim 18 (Tim Pengawas), dan masyarakat yang pernah terlibat dalam pelaksanaan PNPM-MP sebagai informan biasa.
Setelah melakukan penelitian di lapangan, dapat diketahui bahwa partisipasi masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan baik pada tahap sosialisasi dan perencanaan maupun tahap pelaksanaan dan pengawasannya cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari keikutsertaan dan peran aktif masyarakat dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan. Program ini juga dapat dikatakan membawa perubahan yang positif baik dari segi lingkungan, pembangunan manusia, dan perihal pemberdayaan masyarakat. Namun, ada sebagian masyarakat lebih mementingkan kepentingan pribadi dari pada kepentingan kelompok. Artinya, tidak semua masyarakat berpartisipasi dengan tujuan kesejahteraan kelompok melainkan karena upah atau imbalan. Disamping itu, adanya ketidakpercayaan masyarakat terhadap kader atau pelaku kegiatan di perdesaan. Hal ini terjadi karena hanya sebagian kecil yang memperhatikan informasi yang disampaikan melalui papan informasi, yang merupakan sebagai pusat informasi dan transparansi pelaksanaan kegiatan. Hambatan lain adalah pengerjaan proyek belum sampai pada tahap penyelesaian tetapi dana sudah habis. Namun, hal ini dapat diatasi dengan cara membayarkan upah pekerja terlebih dahulu dan supplier akan dibayar setelah pencairan dana berikutnya.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, melalui beberapa kegiatan antara lain peningkatan prakarsa
dan swadaya masyarakat, perbaikan lingkungan dan perumahan, pengembangan
usaha ekonomi desa, pengembangan Lembaga Keuangan Desa, serta
kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menaikkan hasil
produksinya.
Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan
martabat lapisan masyarakat bawah (grass root), yang dalam kondisi sekarang tidak
mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.
Dengan kata lain, pemberdayaan (empowering) adalah memampukan dan
memandirikan masyarakat miskin. Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan
individu anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-nilai
budaya moderen seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, kebertanggungjawaban,
adalah bagian pokok dari upaya pemberdayaan ini. Demikian pula pembaharuan
lembaga-lembaga sosial dan pengintegrasiannya ke dalam kegiatan pembangunan
serta peranan masyarakat di dalamnya.
Pemberdayaan masyarakat merupakan sebagai tindakan sosial dimana
dan tindakan kolektif untuk memecahkan masalah sosial atau memenuhi kebutuhan
sosial sesuai dengan kemampuan dan sumberdaya yang dimilikinya. Masyarakat
miskin seringkali merupakan kelompok yang tidak berdaya baik karena hambatan
internal dari dalam dirinya maupun tekanan eksternal dari lingkungannya. Oleh
karena itu, pemberdayaan masyarakat menjadi salah satu pilar kebijakan
penanggulangan kemiskinan terpenting. Kebijakan pemberdayaan masyarakat
dianggap resep mujarab karena hasilnya dapat berlangsung lama. Isu-isu kemiskinan
pun senantiasa cocok diselesaikan akar masalahnya melalui pendekatan
pemberdayaan masyarakat.
Kemiskinan merupakan salah satu problem sosial yang amat serius. Masalah
ini juga masalah yang tidak ada habisnya di bahas dan masalah yang telah lama ada.
Pada masa lalu, umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kekurangan
pangan, tetapi miskin dalam bentuk minimnya kemudahan atau materi. Dari ukuran
kehidupan modern saat ini mereka tidak memiliki fasilitas pendidikan, pelayanan
kesehatan, dan kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia pada jaman modern.
Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di
Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan
struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Kemiskinan alamiah terjadi antara lain
karena sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah, dan
bencana alam. Sedangkan kemiskinan buatan terjadi karena lembaga-lembaga yang
ada di masyarakat membuat sebagian dari anggota masyarakat tidak mampu
menguasi sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia, hingga mereka
kesempatan dan peluang kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Upaya untuk
menanggulanginya harus menggunakan pendekatan multi disiplin yang berdimensi
pemberdayaan. Pemberdayaan yang tepat harus memadukan aspek-aspek penyadaran,
peningkatan kapasitas, dan pendayagunaan.
Program-program pengentasan kemiskinan sudah banyak dilakukan di
berbagai negara. Di Indonesia sendiri sudah banyak program-progam
penanggulangan kemiskinan dilaksanakan, seperti pengembangan desa tertinggal,
perbaikan kampung, gerakan terpadu pengentasan kemiskinan, dan lain sebagainya.
Hingga saat ini bangsa Indonesia juga belum benar-benar terlepas dari kemiskinan
sejak krisis berkepanjangan. Disamping itu, terlepas dari kemiskinan merupakan
bagaikan mimpi surga, karena kemiskinan tidak dapat dihilangkan, namun hanya
dapat dikurangi. Oleh karena itu, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri Perdesaan hadir untuk meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan
kerja masyarakat miskin secara mandiri sebagai prioritas mendesak, khususnya
terhadap masayarakat pedesaan.
Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi
semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Pendekatan pemberdayaan
masyarakat selama ini telah banyak diupayakan melalui berbagai pembangunan
sektoral maupun regional. Namun karena dilakukan secara parsial dan tidak
berkelanjutan, efektivitasnya terutama untuk penanggulangan kemiskinan dipandang
masih belum optimal. Untuk itu, melalui Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) Mandiri diharapkan dapat terjadi harmonisasi prinsip-prinsip
berbasis pemberdayaan masyarakat sehingga proses peningkatan kesejahteraan
masyarakat dapat berjalan lebih efektif dan efisien (Pendum PNPM Mandiri, 2007).
PNPM Mandiri Perdesaan sebagai program penanggulangan kemiskinan di
pedesaan lebih mengutamakan pada peningkatan harkat dan martabat manusia
seutuhnya dengan mendudukkan masyarakat sebagai pelaku utamanya melalui
partisipasi aktif. Melalui partisipasi aktif ini dari masyarakat miskin sebagai
kelompok sasaran tidak hanya berkedudukan menjadi objek program, tetapi ikut serta
menentukan program yang paling cocok bagi mereka. Mereka memutuskan
menjalankan, dan mengevaluasi hasil dari pelaksanaan program. Nasib dari program,
apakah akan terus berlanjut atau berhenti, akan tergantung pada tekad dan komitmen
masyarakat sendiri.
Berdasarkan penlitian sebelumnya, mengenai Program Pengentasan
Kemiskinan Perkotaan (P2KP) di Kelurahan Sei Sikambing B Medan, yang
merupakan salah satu program yang dibawahi oleh Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM), program ini membawa perubahan yang positif baik dalam
masalah lingkungan maupun perihal keberdayaan masyarakat (Andika Putra, 2009).
Oleh karena itu, ada beberapa alasan mengapa Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan di Kelurahan Aek Simotung
menarik untuk dibahas. Pertama, masalah kemiskinan adalah permasalah global yang
hampir dialami oleh semua Negara di dunia, termasuk di Indonesia. Oleh karena itu,
permasalah kemiskinan adalah permasalahan yang selalu menarik untuk dikaji guna
menemukan solusi penanggulangannya, khusunya di Kelurahan Aek Simotung.
dalam mengentaskan permasalahan kemiskinan setelah program-program pemerintah
yang sebelumnya dianggap kurang atau tidak mampu menekan dengan maksimal
angka kemiskinan di Indonesia, dalam hal ini termasuk program pengentasan
kemiskinan di Kelurahan Aek Simotung. Disamping itu juga, sisi menarik dari PNPM
Mandiri Perdesaan di Kelurahan Aek Simotung yaitu untuk mengetahui apakah
program ini berjalan dengan maksimal seperti apa yang menjadi tujuan, prinsip, dan
sasaran.
Partisipasi masyarakat menjadi sangat penting mengingat kompleksitasnya
masalah kemiskinan yang ada. Penanggulangan kemiskinan tentu bukan monopoli
pemerintah dengan berbagai departemen sektoralnya tapi penanggulangan tersebut
merupakan permasalahan multidimensi yang menjadi tanggungjawab seluruh
pihak-pihak terkait. Ada tiga alasan mengapa partisipasi masyarakat mempunyai sifat sangat
penting terutama dalam pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri Perdesaan karena program ini sepenuhnya dijalankan oleh
masyarakat dan untuk kepentingan masyarakat itu sendiri. Pertama, partispasi
masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi,
kebutuhan, dan sikap masyarakat, tanpa kehadirannya program pembangunan serta
proyek-proyek akan gagal, alasan kedua adalah bahwa masyarakat akan lebih
mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses
persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan mengetahui seluk beluk proyek
tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap poyek tersebut. Alasan ketiga
bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam
pembangunan masyarakat mereka sendiri.
Menggerakkan partisipasi masyarakat bukan hanya esensial untuk mendukung
kegiatan pembangunan yang digerakkan oleh pemerintah, khususnya dalam
pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Perdesaan, tetapi juga agar masyarakat berperan lebih besar dalam kegiatan yang
dilakukannya sendiri. Dengan demikian, menjadi tugas penting manajemen
pembangunan untuk membimbing, menggerakkan, dan menciptakan iklim yang
mendukung kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh masvarakat.
Penelitian ini akan dilakukan di Kelurahan Aek Simotung, Kecamatan Saipar
Dolok Hole, Kabubaten Tapanuli Selatan, Propinsi Sumatera Utara. Kelurahan ini
dipilih sebagai lokasi penelitian adalah karena daerah ini merupakan salah satu dari
kelurahan yang menerima dana PNPM Mandiri Perdesaan.
1.2. Perumusan Masalah
Untuk mengarahkan penelitian dan memperlancar data dan fakta ke dalam
bentuk penulisan ilmiah, maka perlu perumusan masalah dengan jelas, sehingga dapat
dipergunakan sebagai bahan kajian dan pedoman arah penelitian. Rumusan masalah
sering diartikan sebagai pembatasan masalah atau formulasi data. Rumusan masalah
mencerminkan masalah pokok penelitian (Sudarwan Danim, 2002: 90). Berdasarkan
latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka permasalahan yang menjadi
dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan di
Kelurahan Aek Simotung, Kecamatan Saipar Dolok Hole?”
1.3. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah tentu mempunyai
tujuan tertentu. Tujuan penelitian adalah jawaban atas pertanyaan apa yang akan
dicapai dalam penelitian itu menurut misi ilmiah (Sudarwan Danim, 2002: 91).
Adapun tujuan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah :
a. Untuk menganalisis bagaimana bentuk partisipasi masyarakat dalam Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan di
Kelurahan Aek Simotung.
b. Untuk mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam pelaksanaan PNPM
Mandiri Perdesaan di Kelurahan Aek Simotung.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan agar dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
a. Sebagai kontribusi bagi dunia pendidikan, khususnya dalam hal
pengembangan ilmu pengetahuan.
b. Sebagai bahan masukan bagi pelengkap referensi maupun bahan pembanding
1.5. Defenisi Konsep
Konsep merupakan istilah atau defenisi yang dipergunakan untuk
menggambarkan secara abstrak kejadian, kelompok, atau individu yang menjadi pusat
perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995: 37). Agar memperoleh pembatasan yang
jelas dari setiap konsep yang diteliti, maka penulis mengemukakan defenisi konsep
sebagai berikut :
1. Partisipasi Masyarakat adalah masyarakat ikut serta dan berperan secara aktif
dalam proses atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan dengan memberikan
sumbangan tenaga, pikiran, termasuk dalam proses pengambilan keputusan
pembangunan dan secara gotong-royong menjalankan pembangunan.
2. Pemberdayaan Masyarakat adalah pengembangan kemampuan masyarakat,
perubahan perilaku masyarakat, dan pengorganisasian diri masyarakat secara
mandiri serta menciptakan kondisi dan suasana yang memungkinkan
masyarakat untuk berkembang.
3. PNPM Mandiri Perdesaan adalah kebijakan atau program yang dikeluarkan
dalam penanggulangan kemiskinan yang dikhususkan kepada masyarakat
perdesaan dengan berbasis memberdayakan masyarakat dan pembangunan
BAB. II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Teori Pembangunan Manusia
Pembangunan sebenarnya meliputi dua unsur pokok. Pertama, materi yang
dihasilkan dan dibagi. Kedua, masalah manusia yang menjadi manusia pembangunan.
Para ahli ekonomi memang berbicaran tentang SDM atau sumber daya manusia.
Tetapi pembicaraan tentang manusia disini lebih menekankan aspek keterampilan.
Dengan demikian, manusia dianggap sebagai masalah teknis untuk peningkatan
produksi saja. Dengan demikian, masalah manusia dilihat sebagai masalah teknis
untuk peningkatan keterampilan, melalui bermacam sistem pendidikan (Arief
Budiman, 2000: 14).
Pada titik ini, berbicara tentang faktor-faktor non-material, seperti adanya rasa
aman, rasa bebas dari ketakutan, dan sebagainya. Hanya dengan diciptakannya
suasana ini, kondisi yang merangsang kreativitas (yang pada gilirannya akan
melahirkan manusia-manusia pembangunan yang punya inisiatif dan dapat
memecahkan bermacam persoalan) dapat diselenggarakan. Dengan demikian,
pembangunan tidak hanya berurusan dengan produksi dan distribusi barang-barang
material. Selain itu pembangunan juga harus menciptakan kondisi-kondisi yang
membuat manusia bisa mengembangkan kreativitasnya. Bagaimanapun juga,
pembangunan pada akhirnya harus ditujukan pada pembangunan manusia. Manusia
yang dibangun adalah manusia yang kreatif. Untuk bisa kreatif, manusia tersebut
inilah yang bisa menyelenggarakan pembangunan dan memecahkan masalah yang
dijumpainya (Arief Budiman, 2000: 14).
Pengertian prinsip bertumpu pada pembangunan manusia adalah masyarakat
hendaknya memilih kegiatan yang berdampak langsung terhadap upaya
pembangunan manusia daripada pembangunan fisik semata (PTO PNPM Mandiri
Perdesaan, 2010).
Untuk menjelaskan fungsi ilmu Sosiologi, ada gunanya jika melihat ke proses
pengaturan peran-serta pemanfaat dalam pembangunan pedesaan. Pernyataan
“mengutamakan manusia” dalam proyek-proyek pemabangunan berarti member
manusia lebih banyak peluang untuk berperan secara efektif dalam kegiatan
pembangunan. Hal ini berarti memperkuat manusia untuk mengarahkan kapasitas
mereka sendiri, menjadi actor sosial ketimbang subyek yang pasif, mengelola
sumberdaya, membuat keputusan dan mengawasi kegiatan yang mempengaruhi
kehidupan mereka. Hasil dari pendekatan atas-bawah (top-down) yang paternalistik
cukup terkenal. Kita sekarang tiba-tiba mendengar mode-mode pernyataan yang
mendukung pendekatan peran-serta (participatory approaches) dari politikus,
perencana ahli ekonomi, dan teknokrat. Para ahli ilmu sosial adalah di antara yang
pertama menjelaskan perlunya partisipasi. Partisipasi dalam program pembangunan
pedesaan lebih merupakan slogan daripada realita. Pernyataan yang dilontarkan
secara tajam oleh Gelias Castillo – “bagimana peran-serta menjadi peran-serta
pembangunan” (how participatory is participatory development?) – sepenuhnya
dibenarkan dan harus dinyatakan pada setiap program pembangunan. Apa yang
ditunjukkan oleh analisis dari banyak program pembangunan yang selesai namun
gagal (Michael M. Cernea, 1988: 13).
Condrad Phillip Kottak dalam Michael M. Cernea (1988), menyatakan bahwa
mengutamakan manusia dalam campur tangan pembangunan berarti memenuhi
kebutuhan bagi perubahan yang mereka rasakan; mengidenfikasi sasaran dan strategi
bagi perubahan yang sesuai dengan budaya; membangun yang tepat-guna secara
budaya, dapat dilaksanakan, dan rancangan yang efisien bagi inovasi; lebih bertujuan
memanfaatkan ketimbang menentang kelompok dan organisasi yang ada; memantau
dan mengevaluasi secara informal peserta selama pelaksanaan; dan mengumpulkan
informasi terinci sebelum dan sesudah pelaksanaan sehingga dampak sosioekonomi
dapat dinilai secara akurat.
Keahlian sosial dapat membantu melokasikan dan merumuskan
proyek-proyek yang diprakarsai oleh penduduk setempat dalam menjawab
masalah-masalahm konkret yang mereka rasakan dan perubahan yang ingin mereka lakukan
sendiri. Para ahli Sosiologi juga dapat membantu melokasikan “kantung-kantung
kemiskinan” yang merupakan arah program pembangunan (Michael M. Cernea,
1988: 452).
2.2. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan
kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam
memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup,
keterlibatan yang lebih besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak
untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang
dicapai (Pendum PNPM Mandiri, 2007).
Sedangkan menurut Setiana (2002) dalam Lucie Setiana (2005: 5-6),
pemberdayaan masyarakat sebenarnya mengacu pada kata empowerment, yaitu sebagi
upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki sendiri oleh masyarakat.
Jadi, pendekatan pemberdayaan masyarakat titik beratnya adalah penekanan pada
pentingnya masyarakat lokal yang mandiri sebagai suatu sistem yang mengorganisir
diri mereka sendiri. Pendekatan pemberdayaan masyarakat yang demikian diharapkan
dapat member peranan kepada individu bukan sebagai obyek, tetapi justru sebagai
subyek pelaku pembangunan yang ikut menentukan masa depan dan kehidupan
masyarakat secara umum. Sedangkan Kartasasmita (1996) dalam Lucie Setiana
(2005: 6) mengatakan bahwa pada dasarnya memberdayakan masyarakat adalah
upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat masyarakat yang dalam kondisi
sekarang tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan
keterbelakganan. Dengan kata lain, memberdayakan adalah memampukan dan
memandirikan masyarakat.
Pengertian lain tentang pemberdayaan masyarakat adalah proses
pembangunan di mana masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial
untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri. Pemberdayaan masyarakat hanya
bisa terjadi apabila warganya ikut b
sebagai pemberdayaan masyarakat apabila kelompok komunitas atau masyarakat
merupakan motor penggerak, dan bukan penerima manfaat (beneficiaries) ata
saja
Untuk memahami proses pemberdayaan secara lebih proporsional, Korten
(1987) dalam Soetomo (2006: 404) merumuskan pengertian power sebagai
kemampuan untuk mengubah kondisi masa depan melalui tindakan dan pengambilan
keputusan.
Dari beberapa pengertian pemberdayaan masyarakat di atas maka dapat
disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses yang membangun
manusia atau masyarakat melalui pengembangan kemampuan masyarakat, perubahan
perilaku masyarakat, dan pengorganisasian masyarakat. Dari beberapa definisi
pemberdayaan masyarakat diatas juga dapat disimpulkan bahwa terlihat ada tiga
tujuan utama dalam pemberdayaan masyarakat, yaitu mengembangkan kemampuan
masyarakat, mengubah perilaku masyarakat, dan mengorganisir diri masyarakat.
Kemampuan masyarakat yang dapat dikembangkan tentunya banyak sekali seperti
kemampuan untuk berusaha, kemampuan untuk mencari informasi, kemampuan
untuk mengelola kegiatan, kemampuan dalam pertanian dan masih banyak lagi sesuai
dengan kebutuhan atau permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.
Dalam kerangka pemberdayaan masyarakat yang terpenting adalah dimuali
dengan bagaimana cara menciptakan kondisi, suasana, atau iklim yang
memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang (Lucie Setiana, 2005: 6).
Schuler, Hashemi dan Riley mengembangkan beberapa indikator
pemberdayaan, yang mereka sebut sebagai empowerment index atau indeks
1) Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi ke luar rumah atau
wilayah tempat tinggalnya, seperti ke pasar, fasilitas medis, bioskop, rumah
ibadah, ke rumah tetangga. Tingkat mobilitas ini dianggap tinggi jika individu
mampu pergi sendirian
2) Kemampuan membeli komoditas kecil; kemampuan individu untuk membeli barang-barang kebutuhan keluarga sehari-hari (beras, minyak tanah, minyak
goreng, bumbu); kebutuhan dirinya (minyak rambut, sabun mandi, rokok,
bedak, sampo). Individu dianggap mampu melakukan kegiatan ini terutama
jika ia dapat membuat keputusan sendiri tanpa meminta ijin pasangannya;
terlebih jika ia dapat membeli barang-barang tersebut dengan menggunakan
uangnya sendiri.
3) Kemampuan membeli komoditas besar; kemampuan individu untuk membeli barang-barang sekunder atau tersier, seperti lemari pakaian, TV, radio, koran,
majalah, pakaian keluarga. Seperti halnya indikator di atas, poin tinggi
diberikan terhadap individu yang dapat membuat keputusan sendiri tanpa
meminta ijin pasangannya; terlebih jika ia dapat membeli barang-barang
tersebut dengan menggunakan uangnya sendiri.
4) Terlibat dalam pembuatan keputusan-keputuan rumah tangga: mampu membuat keputusan secara sendiri mapun bersama suami/istri mengenai
keputusan-keputusan keluarga, misalnya mengenai renovasi rumah,
pembelian kambing untuk diternak, memperoleh kredit usaha.
mertua) yang mengambil uang, tanah, perhiasan dari dia tanpa ijinnya; yang
melarang mempunyai anak; atau melarang bekerja di luar rumah.
6) Kesadaran hukum dan politik: mengetahui nama salah seorang pegawai pemerintah desa/kelurahan; seorang anggota DPRD setempat; nama presiden;
mengetahui pentingnya memiliki surat nikah dan hukum-hukum waris.
7) Keterlibatan dalam kampanye dan protes-protes: seseorang dianggap
‘berdaya’ jika ia pernah terlibat dalam kampanye atau bersama orang lain
melakukan protes, misalnya, terhadap suami yang memukul istri; istri yang
mengabaikan suami dan keluarganya; gaji yang tidak adil; penyalahgunaan
bantuan sosial; atau penyalahgunaan kekuasaan polisi dan pegawai
pemerintah.
8) Jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga: memiliki rumah, tanah, asset produktif, tabungan. Seseorang dianggap memiliki poin tinggi jika ia
memiliki aspek-aspek tersebut secara sendiri atau terpisah dari pasangannya
Tujuan utama pemberdayaan itu sendiri adalah memperkuat kekuasaan
masyarakat miskin dan kelompok lemah lainnya. Mereka adalah kelompok yang pada
umumnya kurang memiliki keberdayaan. Oleh karena itu, untuk melengkapi
pemahaman mengenai pemberdayaan perlu diketahui konsep mengenai kelompok
lemah dan ketidakberdayaan yang dialaminya. Beberapa kelompok yang dapat
dikategorikan sebagai kelompok lemah atau tidak berdaya meliputi:
a) Kelompok lemah secara struktural, baik lemah secara kelas, gender, maupun
b) Kelompok lemah khusus, seperti manula, anak-anak dan remaja, penyandang
cacat, gay dan lesbian, masyarakat terasing.
c) Kelompok lemah secara personal, yakni mereka yang mengalami masalah pribadi dan/atau keluarga.
d) Kelompok-kelompok tertentu yang mengalami diskriminasi dalam suatu masyarakat, seperti masyarakat kelas sosial ekonomi rendah, kelompok
minoritas etnis, wanita, populasi lanjut usia, serta para penyandang cacat,
adalah orang-orang yang mengalami ketidakberdayaan.
Di samping itu menurut Ife, pemberdayaan memuat dua pengertian kunci,
yakni kekuasaan dan kelompok lemah. Kekuasaan di sini diartikan bukan hanya
menyangkut kekuasaan politik dalam arti sempit, melainkan kekuasaan atau
penguasaan klien atas:
• Pilihan-pilihan personal dan kesempatan-kesempatan hidup: kemampuan
dalam membuat keputusan-keputusan mengenai gaya hidup, tempat tinggal,
pekerjaan.
• Pendefinisian kebutuhan: kemampuan menentukan kebutuhan selaras dengan
aspirasi dan keinginannya.
• Ide atau gagasan: kemampuan mengekspresikan dan menyumbangkan
gagasan dalam suatu forum atau diskusi secara bebas dan tanpa tekanan.
• Lembaga-lembaga: kemampuan menjangkau, menggunakan dan
mempengaruhi pranata-pranata masyarakat, seperti lembaga kesejahteraan
• Sumber-sumber: kemampuan memobilisasi sumber-sumber formal, informal
dan kemasyarakatan.
• Aktivitas ekonomi: kemampuan memanfaatkan dan mengelola mekanisme
produksi, distribusi, dan pertukaran barang serta jasa.
• Reproduksi: kemampuan dalam kaitannya dengan proses kelahiran, perawatan
anak, pendidikan dan sosialisasi.
2.3. Kemiskinan
Ada tiga macam konsep kemiskinan (Sunyoto Usman, 2004: 125-131), yaitu
kemiskinan absolut, kemiskinan relatif, dan kemiskinan subyektif. Konsep
kemiskinan absolut dirumuskan dengan membuat ukuran tertentu yang konkrit (a
fixed yardstick). Masing-masing negara mempunyai batasan kemiskinan absolut yang
berbeda-beda sebab kebutuhan hidup dasar masyarakat yang dipergunakan sebagai
acuan memang berlainan. Karena ukurannya dipastikan, konsep kemiskinan ini
mengenal garis batas kemiskinan.
Konsep kemiskinan relatif dirumuskan berdasarkan “the idea of relative
standard”, yaitu dengan memperhatikan dimensi tempat dan waktu. Dasar asumsinya
adalah kemiskinan disuatu daerah berbeda dengan daerah lainnya, dan kemiskinan
pada suatu waktu berbeda dengan waktu yang lain. Konsep kemiskinan semacam ini
lazimnya diukur berdasarkan pertimbangan (in terms of judgement) anggota
masyarakat tertentu dengan berorientasi pada derajat kelayakan hidup.
Konsep ini juga dikritik, terutama karena sangat sulit menentukan bagaimana hidup
bagi komunitas tertentu boleh jadi tidak layak bagi komunitas lain, demikian juga
layak pada saat sekarang boleh jadi tidak untuk mendatang.
Sedangkan kemiskinan subyektif dirumuskan berdasarkan perasaan kelompok
miskin itu sendiri. Konsep ini tidak mengenal a fixed yardstick, dan tidak
memperhitungkan the idea of relatives standard. Kelompok yang menurut ukuran
kita berada di bawah garis kemiskinan, boleh jadi tidak menganggap dirinya sendiri
miskin atau sebaliknya. Dan kelompok yang dalam perasaan kita tergolong hidup
dalam kondisi tidak layak, boleh jadi tidak menganggap seperti itu. Oleh karenanya,
konsep ini dianggap lebih tepat apabila dipergunakan untuk memahami kemiskinan
dan merumuskan cara atau strategi yang efektif untuk penanggulangannya.
Setidaknya ada dua macam perspektif yang lazim dipergunakan untuk
mendekati masalah kemiskinan (Sunyoto Usman, 2004: 127-128), yaitu perspektif
kultural (cultural perspective) dan perspektif struktural atau situsioanl (situational
perspective). Perspektif kultural mendekati masalah kemiskinan pada tiga tingkat
analisis, yaitu individual, keluarga, dan masyarakat. Pada tingkat individual,
kemiskinan ditandai dengan sifat yang lazim disebut dengan a strong feeling of
marginality, seperti sikap parokial, apatisme, fatalisme, atau pasrah pada nasib, boros,
tergantung, dan inferior. Pada tingkat keluarga, kemiskinan ditandai dengan jumlah
anggota keluarga yang besar dan free union or consensual marriages. Dan pada
tingkat masyarakat, kemiskinan terutama ditunjukkan oleh tidak terintegrasinya kaum
miskin dengan institusi-institusi masyarakat secara efektif. Mereka sering kali
mendapat perlakuan sebagai obyek yang perlu digarap daripada sebagai subyek yang
Sedangkan menurut perspektif situasional, masalah kemiskinan dilihat sebagai
dampak dari sistem ekonomi yang mengutamakan akumulasi kapital dan
produk-produk teknologi modern. Penetrasi kapital antara lain mengejawantah dalam
program-program pembangunan yang dinilai lebih mengutamakan pertumbuhan
(growth) dan kurang memperhatikan pemerataan hasil pembangunan.
Secara sosiologis, dimensi struktural kemiskinan dapat ditelusuri melalui
“institutional arrangements” yang hidup dan berkembang dalam masyarakat kita.
Asumsi dasarnya adalah bahwa kemiskinan tidak semata-mata berakar pada
“kelemahan diri”, sebagaimana dipahami dalam perspektif kultural seperti diungkap
di atas. Kemiskinan semacam itu justru merupakan konsekuensi dari pilihan-pilihan
strategi pembangunan ekonomi yang selama ini dilaksanakan serta dari pengambilan
posisi pemerintah dalam perencanaan dan implementasi pembangunan ekonomi.
2.4. Partisipasi Masyarakat
Jhanabrota Bhattacharyya (1972) dalam Taliziduhu Ndraha (1990: 102)
mengartikan partisipasi sebagai pengambilan bagian dalam kegiatan bersama.
Sedangkan Mubyarto (1984) dalam Taliziduhu Ndraha (1990: 102) mendefenisikan
partisipasi sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai
kemampuan orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri.
Pengertian partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif dalam proses
atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi,
perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan dengan memberikan sumbangan
Di samping itu, dalam Pendum PNPM Mandiri (2007) juga disebutkan bahwa
partisipasi yaitu masyarakat terlibat secara aktif dalam setiap proses pengambilan
keputusan pembangunan dan secara gotong royong menjalankan pembangunan.
Partisipasi menurut Soerjono Soekanto (2002: 335) merupakan setiap proses
identifikasi atau menjadi peserta, suatu proses komunikasi atau kegiatan bersama
dalam suatu situasi sosial tertentu . Partisipasi itu terdiri dari beberapa jenis
diantaranya partisipasi sosial dan partisipasi politik. Partisipasi sosial merupakan
derajat partisipasi individu dalam kehidupan sosial.
Norman Uphoff dalam Michael M. Cernea (1998) mengatakan bahwa untuk
menggalakkan partisipasi masyarakat yaitu melalui penyusunan program awal untuk
proyek-proyek investasi, melaksanakan diskusi diantara banyak pihak termasuk
badan-badan pemerintah; dan penyusunan program akhir dimana persetujuan untuk
setiap tahap dicapai oleh semua pihak. Pertemuan-pertemuan diadakan dengan
masyarakat setempat untuk mengidentifikasi masalah, membuat usulan, dan
menyusun prioritas tindakan. Pandangan masyarakat harus diperhatikan secara
seksama, tidak sekedar mendengar pada beberapa pemimpin, lalu mengambil
kesimpulan dari situ. Dalam program-program pembangunan formal, beberapa cara
untuk memperkenalkan partisipasi harus secara jelas disusun. Tata cara akan
diperlakukan untuk memberitahukan pemanfaat dengan proyek dari awal, untuk
mendapatkan gagasan-gagasan dan anjuran mereka, untuk mendorong dan membantu
BAB. III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Sebagai mana yang
dikemukakan oleh Taylor dan Bogman (1984) dalam Bagong Suyanto dan Sutinah
(2005: 166) bahwa penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang
menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah
laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti. Penelitian kualitaif juga dapat
diartikan sebagai pendekatan yang menghasilkan data, tulisan, dan tingkah laku yang
di dapat dari apa yang diamati (Nawawi, 1994: 203). Metode penelitian deskriftif
merupakan jenis penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai
sesuatu masalah (Danandjaja, 2005: 30).
Dengan demikian penelitian ini menggambarkan fakta-fakta tentang
bagaimana partisipasi masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan di Kelurahan Aek Simotung, Kecamatan
Saipar Dolok Hole.
3.2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih adalah Kelurahan Aek Simotung, Kecamatan
Saipar Dolok Hole, Kabupaten Tapanuli Selatan, Propinsi Sumatera Utara. Lokasi ini
Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan. Di samping itu juga, daerah ini merupakan
daerah asal peneliti sehingga dapat memberi kemudahan dan mendukung peneliti
dalam proses pengumpulan data di lapangan.
3.3. Unit Analisis dan Informan 3.3.1. Unit Analisis
Salah satu ciri atau karakteristik dari penelitian sosial (social scientific
research) adalah menggunakan apa yang disebut dengan “unit of analysis.” Ada
sejumlah unit analisis yang lazim digunakan pada kebanyakan penelitian sosial, yaitu
individu, kelompok, dan sosial (Danandjaja, 2005: 31).
Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah masyarakat
yang terlibat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Perdesaan di Kelurahan Aek Simotung, Kecamatan Saipar Dolok Hole.
3.3.2. Informan
Adapun informan yang menjadi objek penelitian ini dibedakan atasa dua jenis
yaitu informan kunci dan informan biasa yang dapat mendukung penelitian. Maka
dalam penelitian ini informan terbagi dua yaitu:
1. Informan kunci. Dalam penelitian ini yang menjadi informan kunci (key
informan) adalah Fasilitator Kecamatan (FK), Fasilitator Teknik Kecamatan
(FT-Kec), Tim Pengelola Kegiatan (TPK), KPMD/K, dan Pokmas.
2. Informan biasa. Informan biasa adalah orang-orang yang dapat dijadikan
informan biasa dalam penelitian ini adalah Kepala Lurah, Tim Monitoring
(Tim 18), dan Masyarakat yang pernah terlibat dalam pelaksanaan PNPM
Mandiri Perdesaan.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis
yaitu sebagai berikut :
1. Data primer
Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini akan dilakukan dengan
cara penelitian lapangan, yaitu :
1. Metode Wawancara
Teknik wawancara merupakan salah satu elemen penting dalam proses
peneltitian. Wawancara (interview) dapat diartikan sebagai cara yang
dipergunakan untuk mendapatkan informasi (data) dari responden dengan cara
bertanya langsung secara bertatap muka (face to face). Namun, teknik wawancara
dapat juga dilakukan dengan memanfaatkan sarana komunikasi lain, misalnya
telepon dan internet (Bagong Suyanto dan Sutinah, 2005: 69). Wawancara
merupakan sebuah percakapan antara dua orang atau lebih , yang pertanyaanya
diajukan oleh peneliti kepada subjek atau sekelompok subjek penelitian untuk di
jawab (Sudarwan Danim, 2002: 130). Salah satu bentuk wawancara yang dipakai
dalam penelitian ini adalah wawncara mendalam (dept interview). Wawancara
mendalam merupakan proses tanya jawab secara langsung yang ditujukan
2. Metode Observasi
Pengamatan atau observasi dalam kamus, berarti melihat dengan penuh perhatian.
Dalam hal pengamatan, apa yang diamati, siapa yang mengamati,
kesalahan-kesalahan apa saja yang sering terjadi pada waktu pengamatan perlu diketahui
oleh peneliti sebelum melakukan tahap-tahap penelitian (Bagong Suyanto dan
Sutinah, 2005: 81-82). Fokus perhatian paling esensial dari penelitian kualitatif
adalah pemahaman dan kemampuannya dalam membuat makna atas suatu
kejadian atau fenomena pada situasi yang tampak. Bahkan, harus melakukan
perenungan dan refleksi atas kemungkinan-kemungkinan yang ada dibalik
penampakan itu. Observasi merupakan pengamatan lengsung terhadap berbagai
gejala yang tampak pada penelitian. Hal ini ditujukan untuk mendapatkan data
yang mendukung hasil penelitian.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek
penelitian kepustakaan dan pencacatan dokumen, yaitu dengan mengumpulkan data
dan mengambil informasi dari buku-buku referensi, dokumen majalah, jurnal,
internet, laporan penelitian, artikel, dokumentasi, serta sumber-sumber lain yang
dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.
3.5. Interpretasi Data
Interpretasi data merupakan tahap penyederhanaan data, setelah data dan
informasi yang dibutuhkan atau diharapkan sudah terkumpul. Data-data atau
dukungan teori dalam kajian pustaka. Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisa
data yang dipergunakan penulis adalah teknik analisis kualitatif. Analisis data
kualitatif adalah analisa terhadap data yang diperoleh berdasarkan kemampuan nalar
peneliti dalam menghubungkan fakta, data, dan informasi sehingga sampai pada
akhirnya akan disusun laporan akhir penelitian.
3.6. Jadwal Penelitian
Jadwal kegiatan penelitian dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 1. Jadwal Penelitian
NO. Kegiatan
Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Observasi dan Pra Penelitian √
2 ACC Judul √
3 Penyusunan Proposal √ √ √
4 Seminar Proposal Penelitian √
5 Revisi Proposal Penelitian √
6 Persiapan Penelitian √
7 Operasional Penelitian √
8 Bimbingan √ √ √
9 Penulisan Laporan Akhir √ √
3.7. Keterbatasan Penelitian
Setiap penelitian sejatinya sering mengalami hambatan baik dari factor
internal maupun factor eksternal. Demikian halnya dengan penelitian ini. Adapun
keterbatasan yang penulis hadapi antara lain :
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang muncul dari dalam, yaitu faktor-faktor
dari penulis itu sendiri. Kendala-kendala tersebut meliputi keterbatasan waktu dan
juga jarak lokasi penelitian yang sangat jauh sehingga memerlukan waktu yang
lama dalam pengambilan data. Kendala lain adalah keterbatasan biaya dalam
penulis dalam mengumpulkan data di lapangan.
b. Faktor Internal
Faktor eksternal adalah kendala-kendala yang muncul dari luar, yaitu kendala
yang di luar dari penulis itu sendiri. Kendala tersebut adalah kesulitan
mendapatkan data atau informasi di kelurahan karena Kelurahan Aek Simotung
baru berdiri sejak awal tahun ini sehingga di Kantor Lurah belum ada data yang
lengkap secara tertulis. Penulis harus bekerja keras untuk mendapatkan data-data
atau informasi secara lisan informan dari pihak kelurahan. Selain itu, penulis
mengalami kesulitan dalam wewancarai sebagian informan. Hal ini disebabkan
karena sebagian dari informan tersebut memiliki aktivitas rutin setiap hari
sehingga sulit mendapatkan waktu yang tepat untuk melakukan wawancara.
Penulis harus pandai mencari kesempatan di sisi kesibukan informan tersebut
karena tidak mungkin untuk memaksakan informan tersebut untuk melakukan
dengan topik atau bahan yang ditanyakan sehingga data atau informasi yang
diharapkan tidak maksimal. Perbedaan tingkat pendidikan informan juga
mempengaruhi dalam penerimaan informasi dari mereka karena perbedaan
tingkat pendidikan ini mengakibatkan perbedaan pemahaman mereka juga
sehingga penulis harus bisa menjelaskan apa yang sebenarnya yang menjadi
tujuan pertanyaan. Kendala lain yaitu ada sebagian dari informan yang takut
BAB. IV
DESKRIPSI WILAYAH DAN INTERPRETASI DATA
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1. Sejarah Kelurahan Aek Simotung
Sejarah Kelurahan Aek Simotung secara tertulis belum ada data di kantor
kelurahan. Penulis akan menuliskan sejarah kelurahan ini berdasarkan
informasi-informasi yang didapat dari masyarakat beserta hasil observasi penulis di wilayah
tersebut. Kelurahan Aek Simotung terletak di Kecamatan Saipar Dolok Hole,
Kabupaten Tapanuli Selatan. Kelurahan ini baru berdiri sejak awal Tahun 2010 ini.
Awalnya, kelurahan ini merupakan beberapa desa dan satu kelurahan yang dijadikan
satu menjadi Kelurahan Aek Simotung.
Adapun desa dan kelurahan yang masuk ke dalam Kelurahan Aek Simotung,
yaitu Desa Purba Tua, Desa Gunung Tua Pandapotan, Desa Sigoring-goring, dan
Desa Simandera Huta Julu serta satu kelurahan yakni Kelurahan Pasar Simangambat.
Desa dan kelurahan inilah yang saat ini dibagi menjadi beberapa lingkungan di
kelurahan, Pasar Simangambat sebagai Lingkungan I, Purba Tua sebagai Lingkungan
II, Gunung Tua Pandapotan sebagai Lingkungan III, Sigoring-goring sebagai
Lingkungan IV, dan Simandera Huta Julu sebagai lingkungan yang terakhir.
Pejabat pertama yang menjabat sebagai kepala lurah di Kelurahan Aek
Simotung ini adalah A. Ali Akub Hasibuan. Kepala lurah ini juga sebelumnya
4.1.2. Keadaan Geografis
Secara tertulis, keaadan geografis Kelurahan Aek Simotung juga belum ada.
Alasannya sama karena kelurahan ini baru berdiri sejak awal tahun 2010 sehingga
belum ada catatan khusus di kelurahan mengenai keadaan geografis. Namun, penulis
akan menggambarkan secara garis besarnya saja berdasarkan informasi yang
diperoleh dari masyarakat.
Kelurahan Aek Simotung belum memiliki data pasti mengenai luas arealnya,
namun sebagian besar terdiri dari areal persawahan dan perladangan penduduk. Di
sekeliling kelurahan, banyak dijumpai persawahan penduduk. Selebihnya adalah
ladang dan perbukitan serta hutan yang belum dijamah sama sekali oleh manusia.
Dari pemukiman warga akan kelihatan secara jelas perbukitan-perbukitan di
sekelilingnya. Sebaliknya, jika berada di kebun atau ladang makan pemukiman warga
juga keihatan secara jelas. Adapun batas-batas Kelurahan Aek Simotung adalah
sebagai berikut :
Sebelah Utara berbasan dengan : Desa Simangambat Godang
Sebelah Selatan berbatasan dengan : Persawahan, Ladang, dan Hutan
Sebelah Barat berbatasan dengan : Persawahan, Ladang, dan Hutan
Sebelah Timur berbatasan dengan : Desa Simanosor
Pekarangan penduduk umumnya dimanfaatkan dengan tanaman-tanaman
muda, seperti sayuran, tanaman apotik hidup, buah-buahan seperti pisang, rambutan,
mangga dan jeruk serta ditanami juga dengan bunga-bunga bahkan banyak tanaman
4.1.3. Pembagian Dusun/Lingkungan
Kelurahan Aek Simotung di bagi menjadi 5 (lima) lingkungan, yang awalnya
adalah masing-masing desa kemudian menjadi satu kelurahan, yaitu sebagai berikut :
1. Lingkungan I : Pasar Simangambat
Lingkungan ini terletak di sepanjang jalan utama Kelurahan Aek Simotung dan
terletak di jalan lintas desa/kelurahan lain. Lingkungan ini juga bersebelahan
dengan Desa Simangambat Godang. Pekerjaan penduduk Lingkungan I adalah
berdagang karena merupakan pusat perbelanjaan baik bagi kelurahan maupun
desa/kelurahan lain yang berdekatan. Pasar ini buka setiap sekali seminggu yaitu
hari Selasa, biasa disebut dengan pekan. Selain berdagang, sebagian dari
penduduk Lingkungan I ini adalah bertani. Jenis pertanian yang diterapkan adalah
sawah dan kebun. Mengingat pekan hanya buka satu kali dalam seminggu, hari
lainnya dagangan cenderung sepi dan mereka memanfaatkan waktu luang tersebut
untuk ke sawah atau ladang. Penduduk Lingkungan ini mayoritas beragama
Islam, hanya sebagian kecil yang beragama non-muslim.
2. Lingkungan II : Purba Tua
Seperti halnya dengan Lingkungan I, penduduk Lingkungan II ini sebagian kecil
adalah berdagang karena lingkungan ini juga masih berdekatan dengan Pasar
Simangambat. Lingkungan ini juga masih berada di jalan lintas kelurahan dan
jalan lintas penghubung dengan desa yang lain, sehingga sangta memunkinkan
untuk berdagang, baik kebutuhan pokok dan kebutuhan rumah tangga lainnya.
Sedangkan sebagian besarnya adalah bertani, yaitu sawah bersawah dan
berkebun karena letak lingkungan ini sendiri berhimpitan dengan
lingkungan-lingkungan lain, sehingga tidak memiliki banyak lahan untuk berkebun. Untuk
memenuhi kebutuhan sehari-harinya adalah dengan bertani. Sumber mata
pencaharian lain adalah membuat gula merah yang terbuat dari air dari pohon
aren. Lingkungan II ini berpenduduk mayoritas Islam dan mayoritas suku Batak
Angkola.
3. Lingkungan III : Gunung Tua Pandapotan
Lingkungan ini terletak di tengah-tengah Kelurahan Aek Simotung. Sebagian
besar penduduk adalah petani. Hanya sebagian kecil yang bekerja di instansi
pemerintah. Kantor Lurah berada di Lingkungan III ini. Penduduk di lingkungan
ini juga mayoritas Islam, tidak banyak ditemukan penduduk yang beragama selain
Islam. Hasil pertanian yang paling menonjol di lingkungan tersebut adalah hasil
sawah. Biasanya mereka panen dua kali dalam setahun. Sebagian dari hasilnya
disimpan sebagai bekal sehari-hari, sedangkan selebihnya akan dijual kepada para
agen atau toke.
4. Lingkungan IV : Sigoring-Goring
Letak Lingkungan IV ini sedikit masuk pedalaman dan lumayan jauh dari
Lingkungan I, II, dan III. Pekerjaan penduduk adalah bertani. Jenis pertanian yang
diterapkan adalah padi, sayuran, cabai, dan masih banyak tanaman lainnya. Hasil
dari pertanian tersebut akan dijual setiap minggunya ke Pasar Simangambat dan
sebagian hasil penjualannya akan sekaligus dibelanjakan untuk kebutuhan
seminggu keluarga. Hasil pertanian lain yang menonjol dari lingkungan ini adalah
kebun kopi tetap terawatt dengan baik dan mempunyai hasil yang cukup baik.
Penduduk di Lingkungan ini keseluruhannya beragama Islam dan tidak ada
satupun warga yang beragama di luar Islam. Penduduk disini mayoritas Batak
Angkola.
5. Lingkungan V : Simandera Huta Julu
Lingkungan ini terletak paling jauh dan paling pojok dari lingkungan lain. Tidak
ada desa lain setelah Simandera Huta Julu ini. Terletak di kaki pegunungan dan
dikelilingi oleh banyak bukit dan persawahan. Sumber mata pencaharian mereka
adalah bertani. Jenis pertanian yang digeluti dan paling utama adalah padi sawah.
Namun, selain itu ada juga tanaman muda lainnya seperti sayuran, cabe, jagung,
dan sebagainya. Biasanya di lingkungan ini, para kepala keluarga mempunyai
usaha pembuatan gula merah pribadi. Hasil dari pembuatan gula merah inilah
yang setiap minggunya dijual untuk memenuhi kebutuhan per minggu keluarga
karena hasil pertanian lainnya cenderung lama panen. Di sekeliling lingungan ini,
terdapat banyak persawahan dan juga banyak tanaman kopi, coklat, dan karet.
Mayoritas penduduk adalah beragama Islam dan sama halnya dengan Lingkungan
II tidak ditemukan satu warga pun yang beragama non-muslim. Lingkungan I
merupakan lingkungan terkecil di Kelurahan Aek Simotung dan cenderung lebih
4.1.4. Keadaan Penduduk
Penduduk yang menempati Kelurahan Aek Simotung berdasarkan data bulan
Januari tahun 2010 yang di dapat dari Kantor Kecamatan Saipar Dolok Hole
berjumlah 1320 jiwa yang terdiri atas 675 orang laki-laki dan 645 orang
pemrempuan, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 323 kepala keluarga. Jumlah
penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan.
Untuk lebih jelas, komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada
table berikut ini:
Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Jumlah
1. Laki-laki 675 jiwa
2. Perempuan 645 jiwa
Total 1320 jiwa
Sumber: Laporan Kependudukan Kec. Saipar Dolok Hole
4.1.5. Sarana Umum
Sarana umu di kelurahan ini belum dapat dikatakan lengkap bahkan bisa
dikatakan masih sangat kurang. Kondisi ini disebabkan perkembangan desa/kelurahan
sendiri belum berkembang dengan pesat dan baik. Jarak Kelurahan Aek Simotung
dengan ibukota kecamatan cuku jauh, memerlukan waktu tempuh 30 menit untuk
mencapai Kantor Camat Saipar Dolok Hole, mengingat transportasi masih sangat
sulit sehingga jarak tersebut terasa sangat jauh. Oleh sebab itu, jika ada warga yang
ingin mendapatkan atau membutuhkan sarana kesehatan atau pendidikan yang lebih
sarana pendidikan yang baik, para pelajar harus menyewa kost di kota. Demikian
halnya dengan sarana kesehatan harus mengeluarkan biaya yang banyak untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang maksimal di kota. Biasanya, kota sasaran
adalah Kota Padangsidimpuan. Kota inilah yang paling dekat dengan pemukiman
penduduk.
4.1.5.1. Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan yang tersedia di Kelurahan Aek Simotung sangat tidak
mencukupi dan kurang perlengkapan medis. Adapun sarana-sarana kesehatan yang
terdapat di Kelurahan Aek Simotung adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Sarana Kesehatan Kelurahan Aek Simotung
No. Keterangan Jumlah/Unit
1. Rumah Sakit -
2. Puskesmas 1
3. Posyandu -
4. Bidan Desa 2
5. Toko Obat 1
Melihat kondisi sarana kesehatan di Kelurahan Aek Simotung, yakni satu unit
rumah sakit, dua bidan desa, dan satu toko obat sangat tidak memadai untuk
4.1.5.2. Sarana Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan penting bagi setiap individu dan
masyarakat, karena pendidikan sangat berkaitan dan mempengaruhi tingkat
kemiskian. Tingkat pendidikan yang semakin tinggi cenderung akan memberi tingkat
kesejahteraan masyarakat yang tinggi pula serta dapat mengurangi tingkat
kemiskinan. Demikian sebaliknya, semakin rendah pendidikan cenderung akan
menambah tingkat kemiskinan. Oleh sebab itu, pendidikan adalah salah satu cara
penting dalam pembangunan masyarakat desa yang mandiri dan partisipatif. Adapun
sarana-sarana pendidikan yang ada di Kelurahan Aek Simotung adalah sebagai
berikut :
Tabel 4. Sarana Pendidikan Kelurahan Aek Simotung
No. Keterangan Jumlah/Unit
1. TK -
2. SD 3
3. SLTP 1
4. SLTA -
5. Lembaga Pendidikan Agama 1
6. Perpustakaan Desa/Kelurahan -
4.1.5.3. Sarana Peribadatan
Sarana peribadatan di wilayah Kelurahan Aek Simotung juga tidak terlalu
lengkap. Tercatat hanya tempat peribadatan bagi kaum muslim yang lumayan banyak,
hampir di setiap lingkungan ada. Sedangkan tempat peribadatan untuk agama lain
berkembang di wilayah ini. Adapun sarana-sarana peribadatan di Kelurahan Aek
Simotung adalah :
Tabel 5. Sarana Peribadatan Kelurahan Aek Simotung
No. Keterangan Jumlah/Unit
1. Mesjid 5
2. Musholla 1
3. Gereja 1
4. Vihara -
4.1.6. Bidang Pemerintahan
Dalam melaksanakan roda pemerintahan kelurahan, kepala lurah tetap
menjalin kerjasama yang baik antar unsur pemerintahan atau lembaga-lembaga
pemerintahan dan lembaga-lembaga kemasyarakatan seperti KPD, LPMD/K,
Perangkat Lurah, Kepala Lingkungan, Tokoh Masyarakat (Tomas), Tokoh Agama
baik dibidang pemerintahan maupun kemasyarakatan. Adapun struktur organisasi
Adapun nama-nama pemegang jabatan-jabatan diatas dapat dilihat pada table
berikut ini:
Tabel 6. Nama-nama Pemegang Jabatan Kelurahan Aek Simotung
No. Jabatan Nama
1. KPD/K Hasayangan Harahap
2. Kepala Lurah Aek Simotung A. Ali Akub Hasibuan
3. Sekretaris Kelurahan Tiaminah Pasaribu
4. Seksi Pemerintahan Ummi Siregar
5. Seksi Ketentraman & Ketertiban Hoirun Rambe
6. Seksi Pembangunan Sangkot Rangkuti
7. Seksi Kesejahteraan Masyarakat Parlindungan Gultom
8. Seksi Umum Rosmini
9. Kepling I Rasoki Siregar
10. Kepling II Muklisin Pasaribu
11. Kepling III Mombang
12. Kepling IV Antoni Siregar
4.1.7. Profil Informan
4.1.7.1. Profil Informan Kunci
4.1.7.1.1. Fasilitator Kecamatan (FK)
Masyarakat dan pemerintahan lokal dalam melaksanakan PNPM Mandiri
Perdesaan mendapatkan pendampingan dari fasilitator. Peran pendampingan
ditujukan bagi penguatan atau peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintahan
lokal dalam mengelola pembangunan secara mandiri di wilayahnya. Salah satu dari
pendampingan dari fasilitator tersebut adalah Fasilitator Kecamatan (FK). Fasilitator
Kecamatan (FK) yang bertugas dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan di
Kelurahan Aek Simotung bernama Solahuddin Lubis. Bertugas sejak Tahun
Anggaran 2010 menggantikan FK sebelumnya yang berhenti.
Beliau berumur sekitar 30 Tahun, lahir di sebuah kota kecil yaitu
Padangsidimpuan. Pak Solahuddin beragama Islam dan bersuku Batak Mandailing.
Fasilitator Kecamatan (FK) ini berpendidikan Starata-1 (S1) dari salah satu Perguruan
Tinggi Swasta di Medan. Kesehariannya mengabiskan waktu di Kecamatan untuk
mengurusi PNPM Mandiri Perdesaan di Kecamatan Saipar Dolok Hole. Sebenarnya
beliau berasal dan tinggal di Kota Padangsidimpuan, namun karena mendapat tugas
di Kecamatan Saipar Dolok Hole, beliau berserta salah satu temannya menyewa
sebuah rumah di Kelurahan Sipagimbar, tepatnya dekat dengan Kantor Kecamatan
tempat beliau bekerja guna untuk menghemat biaya dan memanage waktu dengan
baik. Selain bertugas di Kecamatan, beliau juga harus turun kelapangan yaitu ke
desa-desa atau kelurahan untuk melakukan pengamatan, memfailitasi, memberi penjelasan,