• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Nasional (PNPM) Mandiri Perdesaan (Studi Deskriftif di Kelurahan Aek Simotung, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Partisipasi Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Nasional (PNPM) Mandiri Perdesaan (Studi Deskriftif di Kelurahan Aek Simotung, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara)"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Partisipasi Masyarakat

dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

(PNPM) Mandiri Perdesaan

(Studi Deskriptif di Kelurahan Aek Simotung, Kecamatan Saipar Dolok Hole,

Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara)

SKRIPSI

DIAJUKAN OLEH : Angga Harahap

060901031 Departemen Sosiologi

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara Medan

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Dzat Yang Maha Kuasa yang memberikan kesempatan

kesehatan dan waktu luang hingga saat ini, Dzat yang hanya denganlah kita

beribadah, tidaklah semua hal ini terjadi pada diri ini atas kehendak-Nya. Dan

shalawat beriring salam kepada sebuah panutan umat ini Rasulullah Nabi Muhammad

Shalallahu’Alaihi Wasallam berserta pada keluarga-keluarganya dan para sahabatnya.

Penulisan skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan dengan baik guna memenuhi

syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari program Strata-1 (S-1), Departemen

Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, adapun judul skripsi ini adalah

“Partisipasi Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

Nasional (PNPM) Mandiri Perdesaan (Studi Deskriftif di Kelurahan Aek Simotung,

Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara)”. Penyelesaian skripsi ini juga tidak

terlepas dari berbagai pihak yang telah banyak memberikan bantuan dan masukan

bagi penulis secara materil dan spirituil. Untuk itu izinkan saya untuk menghaturkan

ucapan terima kasih kepada:

1. Orangtua saya, khususnya ibu saya, Minar Simangunsong. Terimakasih yang

tiada terkira karena sudah memperjuangkan dan mencintai saya melebihi diri

beliau. Hanya do’a yang dapat kupanjatkan supaya senantiasa berada dalam

(3)

sebesar-besarnya juga bagi seluruh keluarga saya yang telah mendukung, Emly

Yusriati Simangunsong, Nipa Simangunsong, Syawal Simangunsong, Usman

Simangunsong, dan keluarga lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu per

satu.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik periode 2010-2015, dan selaku Ketua Departemen Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara periode

2005-2010.

3. Ibu Dra. Rosmiani, MA selaku Sekretaris Departemen Sosiologi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara untuk periode

2005-2010.

4. Ibu Dra. Hadriana Marhaeni Munthe, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi

yang telah memberikan kesempatan waktu luang, kesehatan, tenaga dan

pikirannya dalam membantu mengembangkan penulisan skripsi ini.

Terimakasih yang sebesar-besarnya karena sudah memberi nasehat,

pandangan, serta semangat dalam penyelesaian tulisan saya. Semoga Allah

selalu melimpahkan keberkahan rahmat dan karunia kepada Ibu dan keluarga.

5. Bapak Drs. Mukhtar Efendi Harahap selaku dosen wali penulis. Dan seluruh

staf pengajar dan pegawai Departemen Sosiologi khususnya dan Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Poltik Universitas Sumatera Utara umumnya

6. Kepada sahabat dan kawan-kawan seperjuangan yang bersama melangkahkan

kaki ini dikampus tercinta ini; Yandi Deriawan, Rizki Khairil, Nidya

(4)

Rovinita, Vivi Syahputri, Afwan Salfani, Ryan Parlindungan, Metha Helfina

Nasution, Dilla, Darma Kelana Putra, Esha Aprilia, Ulya Juriati, Okto

Silaban, Nalon Ginting, Rahmayani Butar-butar, Indah Kartika, Wina Kartika,

Miranti Windasari, Sri Risnawati, Elicia Dwi Hafida, Irma Suryani

Nainggolan, Debora, Mitha, Abdul Haris Nasution, Eka Pradita, Zul Fadli

Al-Quddus, dan teman lainnya di Sosiologi Stambuk’06.

7. Kepada keluarga yang sekaligus menjadi sahabat dan pendorong semangat

demi kesuksesan dalam hal apa pun; Novita Hannum Siregar, Cahaya

Simangunsong, Darman Yusuf Siregar, dan lainnya. Mohon maaf karena

kesibukan dan lain hal menjadikan komunikasi kurang baik.

8. Kepada sahabat-sahabat yang tinggal satu atap dan berbagi suka dan duka

layaknya sebuah keluarga besar; Soehardi, Abdi Nugraha Pratama, Dedi

Hilman Sani, Sulaiman Harahap, Soehartono, Kak Jessy, Bang Sardi, Naomi,

dan Kak Fitri. Terimakasih juga buat Oppung, Tinar Hasibuan Hutabarat

beserta istri dan keluarga yang telah memberi naungan dari panas terik

matahari, hujan deras, dan rasa dingin serta perhatian lebih dan sekaligus

menjadi orangtua bagi anak-anak kostnya.

9. Kepada sahabat-sahabat di luar kampus dan teman berbagi dalam segala hal

yang telah memberi semangat dan bantuan; Pahala Maringan Tua Naibaho,

Sarina Siregar, Novita Adelina Harahap, Muhammad Yusuf Siregar, Muslim

Rambe, Syawaluddin, dan Nur Aisyah.

Meskipun telah diupayakan semaksimal mungkin dalam penulisan ini, namun

(5)

pengalaman, dan juga hal lainnya. Untuk masukan saran dan kritik sangat penulis

harapkan demi membangun kesempurnaan. Sekian dan saya ucapkan terima kasih

yang tidak terkira dan semoga ini bermanfaat.

Medan, September 2010

Penulis

(6)

ABSTRAK

Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Isu-isu kemiskinan pun senantiasa cocok diselesaikan akar masalahnya melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, PNPM Mandiri Perdesaan hadir untuk meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri sebagai prioritas mendesak, khususnya terhadap masayarakat pedesaan. PNPM-MP sebagai program penanggulangan kemiskinan di pedesaan lebih mengutamakan pada peningkatan harkat dan martabat manusia seutuhnya dengan mendudukkan masyarakat sebagai pelaku utamanya melalui partisipasi aktif. Melalui partisipasi aktif ini dari masyarakat miskin sebagai kelompok sasaran tidak hanya berkedudukan menjadi objek program. Partisipasi masyarakat menjadi sangat penting mengingat kompleksitasnya masalah kemiskinan yang ada, yaitu sebagai alat memperoleh informasi, masyarakat akan lebih percaya terhadap program pembangunan, dan sebagai wadah penyaluran hak demokrasi. Penelitian ini akan dilakukan di Kelurahan Aek Simotung, Kec. Saipar Dolok Hole, Kab. Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana bentuk partisipasi masyarakat dalam PNPM-MP di lapangan dan masalah serta hambatan-hambatan apa saja yang timbul dalam pelaksanaannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Penulis memilih Fasilitator Kecamatan, Fasilitator Teknik Kecamatan, Tim Pengelola Kegiatan, KPMD/K, dan Pokmas sebagai informan kunci, dan Kepala Lurah, Tim 18 (Tim Pengawas), dan masyarakat yang pernah terlibat dalam pelaksanaan PNPM-MP sebagai informan biasa.

Setelah melakukan penelitian di lapangan, dapat diketahui bahwa partisipasi masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan baik pada tahap sosialisasi dan perencanaan maupun tahap pelaksanaan dan pengawasannya cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari keikutsertaan dan peran aktif masyarakat dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan. Program ini juga dapat dikatakan membawa perubahan yang positif baik dari segi lingkungan, pembangunan manusia, dan perihal pemberdayaan masyarakat. Namun, ada sebagian masyarakat lebih mementingkan kepentingan pribadi dari pada kepentingan kelompok. Artinya, tidak semua masyarakat berpartisipasi dengan tujuan kesejahteraan kelompok melainkan karena upah atau imbalan. Disamping itu, adanya ketidakpercayaan masyarakat terhadap kader atau pelaku kegiatan di perdesaan. Hal ini terjadi karena hanya sebagian kecil yang memperhatikan informasi yang disampaikan melalui papan informasi, yang merupakan sebagai pusat informasi dan transparansi pelaksanaan kegiatan. Hambatan lain adalah pengerjaan proyek belum sampai pada tahap penyelesaian tetapi dana sudah habis. Namun, hal ini dapat diatasi dengan cara membayarkan upah pekerja terlebih dahulu dan supplier akan dibayar setelah pencairan dana berikutnya.

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR BAGAN ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

1.5. Defenisi Konsep ... 8

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 9

2.1. Teori Pembangunan Manusia ... 9

2.2. Pemberdayaan Masyarakat ... 12

2.3. Kemiskinan ... 17

2.4. Partisipasi Masyarakat ... 20

(8)

3.1. Jenis Penelitian ... 22

3.2. Lokasi Penelitian ... 22

3.3. Unit Analisis dan Informan ... 23

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 24

3.5. Interpretasi Data ... 26

3.6. Jadwal Penelitian ... 26

3.7. Keterbatasan Penelitian ... 27

BAB IV. DESKRIPSI WILAYAH DAN INTERPRETASI DATA ... 29

4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian ... 29

4.1.1. Sejarah Kelurahan Aek Simotung ... 29

4.1.2. Keadaan Geofrafis ... 30

4.1.3. Pembagian Dusun/Lingkungan ... 31

4.1.4. Keadaan Penduduk ... 34

4.1.5. Sarana Umum ... 34

4.1.5.1. Sarana Kesehatan ... 35

4.1.5.2. Sarana Pendidikan ... 36

4.1.5.3. Sarana Peribadatan ... 36

4.1.6. Bidang Pemerintahan ... 37

4.1.7. Profil Informan ... 40

4.1.7.1. Profil Informan Kunci (Key Informan) ... 40

4.1.7.2. Profil Informan Biasa ... 48

(9)

4.2.1. Latar Belakang PNPM-MP di Kelurahan Aek Simotung ... 51

4.2.2. Prinsip Dasar PNPM Mandiri Perdesaan ... 54

4.2.3. Pendanaan PNPM Mandiri Perdesaan ... 57

4.2.4. Ketentuan Dasar PNPM Mandiri Perdesaan ... 62

4.2.5. Pelaku PNPM Mandiri Perdesaan ... 69

4.2.5.1. Pelaku di Pedesaan/Kelurahan ... 69

4.2.5.2. Pelaku di Kecamatan ... 78

4.2.6. Alur Tahapan PNPM Mandiri Perdesaan ... 80

4.2.6.1. Perencanaan Kegiatan ... 80

4.2.6.2. Pelaksanaan Kegiatan ... 84

4.2.6.3. Pelestarian Kegiatan ... 88

4.2.7. Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Sosialisasi & Perencanaan .. 91

4.2.8. Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Pelaksanaan & Pengawasan . 100 4.2.9. Masalah dan Hambatan-hambatan ... 108

BAB V. PENUTUP ... 118

5.1. Kesimpulan ... 118

5.2. Saran ... 120

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jadwal Penelitian ... 26

Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 34

Tabel 3. Sarana Kesehatan Kelurahan Aek Simotung ... 35

Tabel 4. Sarana Pendidikan Kelurahan Aek Simotung ... 36

Tabel 5. Sarana Peribadatan Kelurahan Aek Simotung ... 37

Tabel 6. Nama-nama Pemegang Jabatan Kelurahan Aek Simotung ... 39

Tabel 7. Alokasi BLM Berdasarkan Keberadaan Desa Tertinggal ... 57

Tabel 8. Alokasi BLM Berdasarkan Ratio Penduduk & Jumlah Penduduk ... 58

Tabel 9. Profil Keanggotaan TPK Kelurahan Aek Simotung ... 70

Tabel 10. Profil Keanggotaan TPU Kelurahan Aek Simotung ... 72

Tabel 11. Profil Keanggotaan Tim 18 Keluarahan Aek Simotung ... 73

Tabel 12. Profil Keanggotaan Tim Pemelihara Keluarahan Aek Simotung ... 75

Tabel 13. Profil Keanggotaan Kelompok SPP Kelurahan Aek Simotung ... 78

Tabel 14. Pelaku PNPM-MP di Kecamatan Saipar Dolok Hole ... 80

Tabel 15. Rincian Pembayaran SPP Kelurahan Aek Simotung ... 97

Tabel 16. Besarnya Upah HOK Kelurahan Aek Simotung ... 104

(11)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Strukur Organisasi Pemerintahan Kelurahan Aek Simotung ... 38

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Guideline Interview

Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, USU

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian dari Kantor Lurah Aek Simotung

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pemberian Ukuran Saluran Drainase

Gambar 2. Penggalian Parit (Sebelah Barat)

Gambar 3. Penggalian Parit (Sebelah Utara)

Gambar 4. Pembetonan Parit (Sebelah Barat)

Gambar 5. Pembetonan Parit (Sebelah Utara)

Gambar 6. Pembetonan Parit (Sebelah Selatan)

Gambar 7. Salah Satu Pekerja Perempuan Sedang Mengaduk Semen

Gambar 8. Salah Satu Kepala Tukang Sedang Membuat Parit Beton

Gambar 9. Salah Satu Pekerja Perempaun Sedang Mencampur Pasir & Semen

Gambar 10. Suasana Salah Satu Pertemuan Masyarakat

Gambar 11. Suasana Pertemuan Pemberiaan Upah HOK

Gambar 12. Papan Proyek PNPM-MP T.A. 2010 Kelurahan Aek Simotung

Gambar 13. Papan Proyek PNPM-MP T.A. 2008 Desa Simandera Huta Julu

Gambar 14. Papan Informasi PNPM-MP Kelurahan Aek Simotung

Gambar 15. Contoh Bukti Penerimaan Material/Bahan

(14)

ABSTRAK

Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Isu-isu kemiskinan pun senantiasa cocok diselesaikan akar masalahnya melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, PNPM Mandiri Perdesaan hadir untuk meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri sebagai prioritas mendesak, khususnya terhadap masayarakat pedesaan. PNPM-MP sebagai program penanggulangan kemiskinan di pedesaan lebih mengutamakan pada peningkatan harkat dan martabat manusia seutuhnya dengan mendudukkan masyarakat sebagai pelaku utamanya melalui partisipasi aktif. Melalui partisipasi aktif ini dari masyarakat miskin sebagai kelompok sasaran tidak hanya berkedudukan menjadi objek program. Partisipasi masyarakat menjadi sangat penting mengingat kompleksitasnya masalah kemiskinan yang ada, yaitu sebagai alat memperoleh informasi, masyarakat akan lebih percaya terhadap program pembangunan, dan sebagai wadah penyaluran hak demokrasi. Penelitian ini akan dilakukan di Kelurahan Aek Simotung, Kec. Saipar Dolok Hole, Kab. Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana bentuk partisipasi masyarakat dalam PNPM-MP di lapangan dan masalah serta hambatan-hambatan apa saja yang timbul dalam pelaksanaannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Penulis memilih Fasilitator Kecamatan, Fasilitator Teknik Kecamatan, Tim Pengelola Kegiatan, KPMD/K, dan Pokmas sebagai informan kunci, dan Kepala Lurah, Tim 18 (Tim Pengawas), dan masyarakat yang pernah terlibat dalam pelaksanaan PNPM-MP sebagai informan biasa.

Setelah melakukan penelitian di lapangan, dapat diketahui bahwa partisipasi masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan baik pada tahap sosialisasi dan perencanaan maupun tahap pelaksanaan dan pengawasannya cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari keikutsertaan dan peran aktif masyarakat dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan. Program ini juga dapat dikatakan membawa perubahan yang positif baik dari segi lingkungan, pembangunan manusia, dan perihal pemberdayaan masyarakat. Namun, ada sebagian masyarakat lebih mementingkan kepentingan pribadi dari pada kepentingan kelompok. Artinya, tidak semua masyarakat berpartisipasi dengan tujuan kesejahteraan kelompok melainkan karena upah atau imbalan. Disamping itu, adanya ketidakpercayaan masyarakat terhadap kader atau pelaku kegiatan di perdesaan. Hal ini terjadi karena hanya sebagian kecil yang memperhatikan informasi yang disampaikan melalui papan informasi, yang merupakan sebagai pusat informasi dan transparansi pelaksanaan kegiatan. Hambatan lain adalah pengerjaan proyek belum sampai pada tahap penyelesaian tetapi dana sudah habis. Namun, hal ini dapat diatasi dengan cara membayarkan upah pekerja terlebih dahulu dan supplier akan dibayar setelah pencairan dana berikutnya.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, melalui beberapa kegiatan antara lain peningkatan prakarsa

dan swadaya masyarakat, perbaikan lingkungan dan perumahan, pengembangan

usaha ekonomi desa, pengembangan Lembaga Keuangan Desa, serta

kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menaikkan hasil

produksinya.

Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan

martabat lapisan masyarakat bawah (grass root), yang dalam kondisi sekarang tidak

mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.

Dengan kata lain, pemberdayaan (empowering) adalah memampukan dan

memandirikan masyarakat miskin. Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan

individu anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-nilai

budaya moderen seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, kebertanggungjawaban,

adalah bagian pokok dari upaya pemberdayaan ini. Demikian pula pembaharuan

lembaga-lembaga sosial dan pengintegrasiannya ke dalam kegiatan pembangunan

serta peranan masyarakat di dalamnya.

Pemberdayaan masyarakat merupakan sebagai tindakan sosial dimana

(16)

dan tindakan kolektif untuk memecahkan masalah sosial atau memenuhi kebutuhan

sosial sesuai dengan kemampuan dan sumberdaya yang dimilikinya. Masyarakat

miskin seringkali merupakan kelompok yang tidak berdaya baik karena hambatan

internal dari dalam dirinya maupun tekanan eksternal dari lingkungannya. Oleh

karena itu, pemberdayaan masyarakat menjadi salah satu pilar kebijakan

penanggulangan kemiskinan terpenting. Kebijakan pemberdayaan masyarakat

dianggap resep mujarab karena hasilnya dapat berlangsung lama. Isu-isu kemiskinan

pun senantiasa cocok diselesaikan akar masalahnya melalui pendekatan

pemberdayaan masyarakat.

Kemiskinan merupakan salah satu problem sosial yang amat serius. Masalah

ini juga masalah yang tidak ada habisnya di bahas dan masalah yang telah lama ada.

Pada masa lalu, umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kekurangan

pangan, tetapi miskin dalam bentuk minimnya kemudahan atau materi. Dari ukuran

kehidupan modern saat ini mereka tidak memiliki fasilitas pendidikan, pelayanan

kesehatan, dan kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia pada jaman modern.

Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di

Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan

struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Kemiskinan alamiah terjadi antara lain

karena sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah, dan

bencana alam. Sedangkan kemiskinan buatan terjadi karena lembaga-lembaga yang

ada di masyarakat membuat sebagian dari anggota masyarakat tidak mampu

menguasi sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia, hingga mereka

(17)

kesempatan dan peluang kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Upaya untuk

menanggulanginya harus menggunakan pendekatan multi disiplin yang berdimensi

pemberdayaan. Pemberdayaan yang tepat harus memadukan aspek-aspek penyadaran,

peningkatan kapasitas, dan pendayagunaan.

Program-program pengentasan kemiskinan sudah banyak dilakukan di

berbagai negara. Di Indonesia sendiri sudah banyak program-progam

penanggulangan kemiskinan dilaksanakan, seperti pengembangan desa tertinggal,

perbaikan kampung, gerakan terpadu pengentasan kemiskinan, dan lain sebagainya.

Hingga saat ini bangsa Indonesia juga belum benar-benar terlepas dari kemiskinan

sejak krisis berkepanjangan. Disamping itu, terlepas dari kemiskinan merupakan

bagaikan mimpi surga, karena kemiskinan tidak dapat dihilangkan, namun hanya

dapat dikurangi. Oleh karena itu, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

(PNPM) Mandiri Perdesaan hadir untuk meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan

kerja masyarakat miskin secara mandiri sebagai prioritas mendesak, khususnya

terhadap masayarakat pedesaan.

Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi

semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Pendekatan pemberdayaan

masyarakat selama ini telah banyak diupayakan melalui berbagai pembangunan

sektoral maupun regional. Namun karena dilakukan secara parsial dan tidak

berkelanjutan, efektivitasnya terutama untuk penanggulangan kemiskinan dipandang

masih belum optimal. Untuk itu, melalui Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat (PNPM) Mandiri diharapkan dapat terjadi harmonisasi prinsip-prinsip

(18)

berbasis pemberdayaan masyarakat sehingga proses peningkatan kesejahteraan

masyarakat dapat berjalan lebih efektif dan efisien (Pendum PNPM Mandiri, 2007).

PNPM Mandiri Perdesaan sebagai program penanggulangan kemiskinan di

pedesaan lebih mengutamakan pada peningkatan harkat dan martabat manusia

seutuhnya dengan mendudukkan masyarakat sebagai pelaku utamanya melalui

partisipasi aktif. Melalui partisipasi aktif ini dari masyarakat miskin sebagai

kelompok sasaran tidak hanya berkedudukan menjadi objek program, tetapi ikut serta

menentukan program yang paling cocok bagi mereka. Mereka memutuskan

menjalankan, dan mengevaluasi hasil dari pelaksanaan program. Nasib dari program,

apakah akan terus berlanjut atau berhenti, akan tergantung pada tekad dan komitmen

masyarakat sendiri.

Berdasarkan penlitian sebelumnya, mengenai Program Pengentasan

Kemiskinan Perkotaan (P2KP) di Kelurahan Sei Sikambing B Medan, yang

merupakan salah satu program yang dibawahi oleh Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat (PNPM), program ini membawa perubahan yang positif baik dalam

masalah lingkungan maupun perihal keberdayaan masyarakat (Andika Putra, 2009).

Oleh karena itu, ada beberapa alasan mengapa Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan di Kelurahan Aek Simotung

menarik untuk dibahas. Pertama, masalah kemiskinan adalah permasalah global yang

hampir dialami oleh semua Negara di dunia, termasuk di Indonesia. Oleh karena itu,

permasalah kemiskinan adalah permasalahan yang selalu menarik untuk dikaji guna

menemukan solusi penanggulangannya, khusunya di Kelurahan Aek Simotung.

(19)

dalam mengentaskan permasalahan kemiskinan setelah program-program pemerintah

yang sebelumnya dianggap kurang atau tidak mampu menekan dengan maksimal

angka kemiskinan di Indonesia, dalam hal ini termasuk program pengentasan

kemiskinan di Kelurahan Aek Simotung. Disamping itu juga, sisi menarik dari PNPM

Mandiri Perdesaan di Kelurahan Aek Simotung yaitu untuk mengetahui apakah

program ini berjalan dengan maksimal seperti apa yang menjadi tujuan, prinsip, dan

sasaran.

Partisipasi masyarakat menjadi sangat penting mengingat kompleksitasnya

masalah kemiskinan yang ada. Penanggulangan kemiskinan tentu bukan monopoli

pemerintah dengan berbagai departemen sektoralnya tapi penanggulangan tersebut

merupakan permasalahan multidimensi yang menjadi tanggungjawab seluruh

pihak-pihak terkait. Ada tiga alasan mengapa partisipasi masyarakat mempunyai sifat sangat

penting terutama dalam pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

(PNPM) Mandiri Perdesaan karena program ini sepenuhnya dijalankan oleh

masyarakat dan untuk kepentingan masyarakat itu sendiri. Pertama, partispasi

masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi,

kebutuhan, dan sikap masyarakat, tanpa kehadirannya program pembangunan serta

proyek-proyek akan gagal, alasan kedua adalah bahwa masyarakat akan lebih

mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses

persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan mengetahui seluk beluk proyek

tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap poyek tersebut. Alasan ketiga

(20)

bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam

pembangunan masyarakat mereka sendiri.

Menggerakkan partisipasi masyarakat bukan hanya esensial untuk mendukung

kegiatan pembangunan yang digerakkan oleh pemerintah, khususnya dalam

pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri

Perdesaan, tetapi juga agar masyarakat berperan lebih besar dalam kegiatan yang

dilakukannya sendiri. Dengan demikian, menjadi tugas penting manajemen

pembangunan untuk membimbing, menggerakkan, dan menciptakan iklim yang

mendukung kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh masvarakat.

Penelitian ini akan dilakukan di Kelurahan Aek Simotung, Kecamatan Saipar

Dolok Hole, Kabubaten Tapanuli Selatan, Propinsi Sumatera Utara. Kelurahan ini

dipilih sebagai lokasi penelitian adalah karena daerah ini merupakan salah satu dari

kelurahan yang menerima dana PNPM Mandiri Perdesaan.

1.2. Perumusan Masalah

Untuk mengarahkan penelitian dan memperlancar data dan fakta ke dalam

bentuk penulisan ilmiah, maka perlu perumusan masalah dengan jelas, sehingga dapat

dipergunakan sebagai bahan kajian dan pedoman arah penelitian. Rumusan masalah

sering diartikan sebagai pembatasan masalah atau formulasi data. Rumusan masalah

mencerminkan masalah pokok penelitian (Sudarwan Danim, 2002: 90). Berdasarkan

latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka permasalahan yang menjadi

(21)

dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan di

Kelurahan Aek Simotung, Kecamatan Saipar Dolok Hole?”

1.3. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah tentu mempunyai

tujuan tertentu. Tujuan penelitian adalah jawaban atas pertanyaan apa yang akan

dicapai dalam penelitian itu menurut misi ilmiah (Sudarwan Danim, 2002: 91).

Adapun tujuan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah :

a. Untuk menganalisis bagaimana bentuk partisipasi masyarakat dalam Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan di

Kelurahan Aek Simotung.

b. Untuk mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam pelaksanaan PNPM

Mandiri Perdesaan di Kelurahan Aek Simotung.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan agar dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

a. Sebagai kontribusi bagi dunia pendidikan, khususnya dalam hal

pengembangan ilmu pengetahuan.

b. Sebagai bahan masukan bagi pelengkap referensi maupun bahan pembanding

(22)

1.5. Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah atau defenisi yang dipergunakan untuk

menggambarkan secara abstrak kejadian, kelompok, atau individu yang menjadi pusat

perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995: 37). Agar memperoleh pembatasan yang

jelas dari setiap konsep yang diteliti, maka penulis mengemukakan defenisi konsep

sebagai berikut :

1. Partisipasi Masyarakat adalah masyarakat ikut serta dan berperan secara aktif

dalam proses atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari tahap

perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan dengan memberikan

sumbangan tenaga, pikiran, termasuk dalam proses pengambilan keputusan

pembangunan dan secara gotong-royong menjalankan pembangunan.

2. Pemberdayaan Masyarakat adalah pengembangan kemampuan masyarakat,

perubahan perilaku masyarakat, dan pengorganisasian diri masyarakat secara

mandiri serta menciptakan kondisi dan suasana yang memungkinkan

masyarakat untuk berkembang.

3. PNPM Mandiri Perdesaan adalah kebijakan atau program yang dikeluarkan

dalam penanggulangan kemiskinan yang dikhususkan kepada masyarakat

perdesaan dengan berbasis memberdayakan masyarakat dan pembangunan

(23)

BAB. II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Teori Pembangunan Manusia

Pembangunan sebenarnya meliputi dua unsur pokok. Pertama, materi yang

dihasilkan dan dibagi. Kedua, masalah manusia yang menjadi manusia pembangunan.

Para ahli ekonomi memang berbicaran tentang SDM atau sumber daya manusia.

Tetapi pembicaraan tentang manusia disini lebih menekankan aspek keterampilan.

Dengan demikian, manusia dianggap sebagai masalah teknis untuk peningkatan

produksi saja. Dengan demikian, masalah manusia dilihat sebagai masalah teknis

untuk peningkatan keterampilan, melalui bermacam sistem pendidikan (Arief

Budiman, 2000: 14).

Pada titik ini, berbicara tentang faktor-faktor non-material, seperti adanya rasa

aman, rasa bebas dari ketakutan, dan sebagainya. Hanya dengan diciptakannya

suasana ini, kondisi yang merangsang kreativitas (yang pada gilirannya akan

melahirkan manusia-manusia pembangunan yang punya inisiatif dan dapat

memecahkan bermacam persoalan) dapat diselenggarakan. Dengan demikian,

pembangunan tidak hanya berurusan dengan produksi dan distribusi barang-barang

material. Selain itu pembangunan juga harus menciptakan kondisi-kondisi yang

membuat manusia bisa mengembangkan kreativitasnya. Bagaimanapun juga,

pembangunan pada akhirnya harus ditujukan pada pembangunan manusia. Manusia

yang dibangun adalah manusia yang kreatif. Untuk bisa kreatif, manusia tersebut

(24)

inilah yang bisa menyelenggarakan pembangunan dan memecahkan masalah yang

dijumpainya (Arief Budiman, 2000: 14).

Pengertian prinsip bertumpu pada pembangunan manusia adalah masyarakat

hendaknya memilih kegiatan yang berdampak langsung terhadap upaya

pembangunan manusia daripada pembangunan fisik semata (PTO PNPM Mandiri

Perdesaan, 2010).

Untuk menjelaskan fungsi ilmu Sosiologi, ada gunanya jika melihat ke proses

pengaturan peran-serta pemanfaat dalam pembangunan pedesaan. Pernyataan

“mengutamakan manusia” dalam proyek-proyek pemabangunan berarti member

manusia lebih banyak peluang untuk berperan secara efektif dalam kegiatan

pembangunan. Hal ini berarti memperkuat manusia untuk mengarahkan kapasitas

mereka sendiri, menjadi actor sosial ketimbang subyek yang pasif, mengelola

sumberdaya, membuat keputusan dan mengawasi kegiatan yang mempengaruhi

kehidupan mereka. Hasil dari pendekatan atas-bawah (top-down) yang paternalistik

cukup terkenal. Kita sekarang tiba-tiba mendengar mode-mode pernyataan yang

mendukung pendekatan peran-serta (participatory approaches) dari politikus,

perencana ahli ekonomi, dan teknokrat. Para ahli ilmu sosial adalah di antara yang

pertama menjelaskan perlunya partisipasi. Partisipasi dalam program pembangunan

pedesaan lebih merupakan slogan daripada realita. Pernyataan yang dilontarkan

secara tajam oleh Gelias Castillo – “bagimana peran-serta menjadi peran-serta

pembangunan” (how participatory is participatory development?) – sepenuhnya

dibenarkan dan harus dinyatakan pada setiap program pembangunan. Apa yang

(25)

ditunjukkan oleh analisis dari banyak program pembangunan yang selesai namun

gagal (Michael M. Cernea, 1988: 13).

Condrad Phillip Kottak dalam Michael M. Cernea (1988), menyatakan bahwa

mengutamakan manusia dalam campur tangan pembangunan berarti memenuhi

kebutuhan bagi perubahan yang mereka rasakan; mengidenfikasi sasaran dan strategi

bagi perubahan yang sesuai dengan budaya; membangun yang tepat-guna secara

budaya, dapat dilaksanakan, dan rancangan yang efisien bagi inovasi; lebih bertujuan

memanfaatkan ketimbang menentang kelompok dan organisasi yang ada; memantau

dan mengevaluasi secara informal peserta selama pelaksanaan; dan mengumpulkan

informasi terinci sebelum dan sesudah pelaksanaan sehingga dampak sosioekonomi

dapat dinilai secara akurat.

Keahlian sosial dapat membantu melokasikan dan merumuskan

proyek-proyek yang diprakarsai oleh penduduk setempat dalam menjawab

masalah-masalahm konkret yang mereka rasakan dan perubahan yang ingin mereka lakukan

sendiri. Para ahli Sosiologi juga dapat membantu melokasikan “kantung-kantung

kemiskinan” yang merupakan arah program pembangunan (Michael M. Cernea,

1988: 452).

2.2. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan

kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam

memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup,

(26)

keterlibatan yang lebih besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak

untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang

dicapai (Pendum PNPM Mandiri, 2007).

Sedangkan menurut Setiana (2002) dalam Lucie Setiana (2005: 5-6),

pemberdayaan masyarakat sebenarnya mengacu pada kata empowerment, yaitu sebagi

upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki sendiri oleh masyarakat.

Jadi, pendekatan pemberdayaan masyarakat titik beratnya adalah penekanan pada

pentingnya masyarakat lokal yang mandiri sebagai suatu sistem yang mengorganisir

diri mereka sendiri. Pendekatan pemberdayaan masyarakat yang demikian diharapkan

dapat member peranan kepada individu bukan sebagai obyek, tetapi justru sebagai

subyek pelaku pembangunan yang ikut menentukan masa depan dan kehidupan

masyarakat secara umum. Sedangkan Kartasasmita (1996) dalam Lucie Setiana

(2005: 6) mengatakan bahwa pada dasarnya memberdayakan masyarakat adalah

upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat masyarakat yang dalam kondisi

sekarang tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan

keterbelakganan. Dengan kata lain, memberdayakan adalah memampukan dan

memandirikan masyarakat.

Pengertian lain tentang pemberdayaan masyarakat adalah proses

pembangunan di mana masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial

untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri. Pemberdayaan masyarakat hanya

bisa terjadi apabila warganya ikut b

sebagai pemberdayaan masyarakat apabila kelompok komunitas atau masyarakat

(27)

merupakan motor penggerak, dan bukan penerima manfaat (beneficiaries) ata

saja

Untuk memahami proses pemberdayaan secara lebih proporsional, Korten

(1987) dalam Soetomo (2006: 404) merumuskan pengertian power sebagai

kemampuan untuk mengubah kondisi masa depan melalui tindakan dan pengambilan

keputusan.

Dari beberapa pengertian pemberdayaan masyarakat di atas maka dapat

disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses yang membangun

manusia atau masyarakat melalui pengembangan kemampuan masyarakat, perubahan

perilaku masyarakat, dan pengorganisasian masyarakat. Dari beberapa definisi

pemberdayaan masyarakat diatas juga dapat disimpulkan bahwa terlihat ada tiga

tujuan utama dalam pemberdayaan masyarakat, yaitu mengembangkan kemampuan

masyarakat, mengubah perilaku masyarakat, dan mengorganisir diri masyarakat.

Kemampuan masyarakat yang dapat dikembangkan tentunya banyak sekali seperti

kemampuan untuk berusaha, kemampuan untuk mencari informasi, kemampuan

untuk mengelola kegiatan, kemampuan dalam pertanian dan masih banyak lagi sesuai

dengan kebutuhan atau permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.

Dalam kerangka pemberdayaan masyarakat yang terpenting adalah dimuali

dengan bagaimana cara menciptakan kondisi, suasana, atau iklim yang

memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang (Lucie Setiana, 2005: 6).

Schuler, Hashemi dan Riley mengembangkan beberapa indikator

pemberdayaan, yang mereka sebut sebagai empowerment index atau indeks

(28)

1) Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi ke luar rumah atau

wilayah tempat tinggalnya, seperti ke pasar, fasilitas medis, bioskop, rumah

ibadah, ke rumah tetangga. Tingkat mobilitas ini dianggap tinggi jika individu

mampu pergi sendirian

2) Kemampuan membeli komoditas kecil; kemampuan individu untuk membeli barang-barang kebutuhan keluarga sehari-hari (beras, minyak tanah, minyak

goreng, bumbu); kebutuhan dirinya (minyak rambut, sabun mandi, rokok,

bedak, sampo). Individu dianggap mampu melakukan kegiatan ini terutama

jika ia dapat membuat keputusan sendiri tanpa meminta ijin pasangannya;

terlebih jika ia dapat membeli barang-barang tersebut dengan menggunakan

uangnya sendiri.

3) Kemampuan membeli komoditas besar; kemampuan individu untuk membeli barang-barang sekunder atau tersier, seperti lemari pakaian, TV, radio, koran,

majalah, pakaian keluarga. Seperti halnya indikator di atas, poin tinggi

diberikan terhadap individu yang dapat membuat keputusan sendiri tanpa

meminta ijin pasangannya; terlebih jika ia dapat membeli barang-barang

tersebut dengan menggunakan uangnya sendiri.

4) Terlibat dalam pembuatan keputusan-keputuan rumah tangga: mampu membuat keputusan secara sendiri mapun bersama suami/istri mengenai

keputusan-keputusan keluarga, misalnya mengenai renovasi rumah,

pembelian kambing untuk diternak, memperoleh kredit usaha.

(29)

mertua) yang mengambil uang, tanah, perhiasan dari dia tanpa ijinnya; yang

melarang mempunyai anak; atau melarang bekerja di luar rumah.

6) Kesadaran hukum dan politik: mengetahui nama salah seorang pegawai pemerintah desa/kelurahan; seorang anggota DPRD setempat; nama presiden;

mengetahui pentingnya memiliki surat nikah dan hukum-hukum waris.

7) Keterlibatan dalam kampanye dan protes-protes: seseorang dianggap

‘berdaya’ jika ia pernah terlibat dalam kampanye atau bersama orang lain

melakukan protes, misalnya, terhadap suami yang memukul istri; istri yang

mengabaikan suami dan keluarganya; gaji yang tidak adil; penyalahgunaan

bantuan sosial; atau penyalahgunaan kekuasaan polisi dan pegawai

pemerintah.

8) Jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga: memiliki rumah, tanah, asset produktif, tabungan. Seseorang dianggap memiliki poin tinggi jika ia

memiliki aspek-aspek tersebut secara sendiri atau terpisah dari pasangannya

Tujuan utama pemberdayaan itu sendiri adalah memperkuat kekuasaan

masyarakat miskin dan kelompok lemah lainnya. Mereka adalah kelompok yang pada

umumnya kurang memiliki keberdayaan. Oleh karena itu, untuk melengkapi

pemahaman mengenai pemberdayaan perlu diketahui konsep mengenai kelompok

lemah dan ketidakberdayaan yang dialaminya. Beberapa kelompok yang dapat

dikategorikan sebagai kelompok lemah atau tidak berdaya meliputi:

a) Kelompok lemah secara struktural, baik lemah secara kelas, gender, maupun

(30)

b) Kelompok lemah khusus, seperti manula, anak-anak dan remaja, penyandang

cacat, gay dan lesbian, masyarakat terasing.

c) Kelompok lemah secara personal, yakni mereka yang mengalami masalah pribadi dan/atau keluarga.

d) Kelompok-kelompok tertentu yang mengalami diskriminasi dalam suatu masyarakat, seperti masyarakat kelas sosial ekonomi rendah, kelompok

minoritas etnis, wanita, populasi lanjut usia, serta para penyandang cacat,

adalah orang-orang yang mengalami ketidakberdayaan.

Di samping itu menurut Ife, pemberdayaan memuat dua pengertian kunci,

yakni kekuasaan dan kelompok lemah. Kekuasaan di sini diartikan bukan hanya

menyangkut kekuasaan politik dalam arti sempit, melainkan kekuasaan atau

penguasaan klien atas:

• Pilihan-pilihan personal dan kesempatan-kesempatan hidup: kemampuan

dalam membuat keputusan-keputusan mengenai gaya hidup, tempat tinggal,

pekerjaan.

• Pendefinisian kebutuhan: kemampuan menentukan kebutuhan selaras dengan

aspirasi dan keinginannya.

• Ide atau gagasan: kemampuan mengekspresikan dan menyumbangkan

gagasan dalam suatu forum atau diskusi secara bebas dan tanpa tekanan.

• Lembaga-lembaga: kemampuan menjangkau, menggunakan dan

mempengaruhi pranata-pranata masyarakat, seperti lembaga kesejahteraan

(31)

• Sumber-sumber: kemampuan memobilisasi sumber-sumber formal, informal

dan kemasyarakatan.

• Aktivitas ekonomi: kemampuan memanfaatkan dan mengelola mekanisme

produksi, distribusi, dan pertukaran barang serta jasa.

• Reproduksi: kemampuan dalam kaitannya dengan proses kelahiran, perawatan

anak, pendidikan dan sosialisasi.

2.3. Kemiskinan

Ada tiga macam konsep kemiskinan (Sunyoto Usman, 2004: 125-131), yaitu

kemiskinan absolut, kemiskinan relatif, dan kemiskinan subyektif. Konsep

kemiskinan absolut dirumuskan dengan membuat ukuran tertentu yang konkrit (a

fixed yardstick). Masing-masing negara mempunyai batasan kemiskinan absolut yang

berbeda-beda sebab kebutuhan hidup dasar masyarakat yang dipergunakan sebagai

acuan memang berlainan. Karena ukurannya dipastikan, konsep kemiskinan ini

mengenal garis batas kemiskinan.

Konsep kemiskinan relatif dirumuskan berdasarkan “the idea of relative

standard”, yaitu dengan memperhatikan dimensi tempat dan waktu. Dasar asumsinya

adalah kemiskinan disuatu daerah berbeda dengan daerah lainnya, dan kemiskinan

pada suatu waktu berbeda dengan waktu yang lain. Konsep kemiskinan semacam ini

lazimnya diukur berdasarkan pertimbangan (in terms of judgement) anggota

masyarakat tertentu dengan berorientasi pada derajat kelayakan hidup.

Konsep ini juga dikritik, terutama karena sangat sulit menentukan bagaimana hidup

(32)

bagi komunitas tertentu boleh jadi tidak layak bagi komunitas lain, demikian juga

layak pada saat sekarang boleh jadi tidak untuk mendatang.

Sedangkan kemiskinan subyektif dirumuskan berdasarkan perasaan kelompok

miskin itu sendiri. Konsep ini tidak mengenal a fixed yardstick, dan tidak

memperhitungkan the idea of relatives standard. Kelompok yang menurut ukuran

kita berada di bawah garis kemiskinan, boleh jadi tidak menganggap dirinya sendiri

miskin atau sebaliknya. Dan kelompok yang dalam perasaan kita tergolong hidup

dalam kondisi tidak layak, boleh jadi tidak menganggap seperti itu. Oleh karenanya,

konsep ini dianggap lebih tepat apabila dipergunakan untuk memahami kemiskinan

dan merumuskan cara atau strategi yang efektif untuk penanggulangannya.

Setidaknya ada dua macam perspektif yang lazim dipergunakan untuk

mendekati masalah kemiskinan (Sunyoto Usman, 2004: 127-128), yaitu perspektif

kultural (cultural perspective) dan perspektif struktural atau situsioanl (situational

perspective). Perspektif kultural mendekati masalah kemiskinan pada tiga tingkat

analisis, yaitu individual, keluarga, dan masyarakat. Pada tingkat individual,

kemiskinan ditandai dengan sifat yang lazim disebut dengan a strong feeling of

marginality, seperti sikap parokial, apatisme, fatalisme, atau pasrah pada nasib, boros,

tergantung, dan inferior. Pada tingkat keluarga, kemiskinan ditandai dengan jumlah

anggota keluarga yang besar dan free union or consensual marriages. Dan pada

tingkat masyarakat, kemiskinan terutama ditunjukkan oleh tidak terintegrasinya kaum

miskin dengan institusi-institusi masyarakat secara efektif. Mereka sering kali

mendapat perlakuan sebagai obyek yang perlu digarap daripada sebagai subyek yang

(33)

Sedangkan menurut perspektif situasional, masalah kemiskinan dilihat sebagai

dampak dari sistem ekonomi yang mengutamakan akumulasi kapital dan

produk-produk teknologi modern. Penetrasi kapital antara lain mengejawantah dalam

program-program pembangunan yang dinilai lebih mengutamakan pertumbuhan

(growth) dan kurang memperhatikan pemerataan hasil pembangunan.

Secara sosiologis, dimensi struktural kemiskinan dapat ditelusuri melalui

institutional arrangements” yang hidup dan berkembang dalam masyarakat kita.

Asumsi dasarnya adalah bahwa kemiskinan tidak semata-mata berakar pada

“kelemahan diri”, sebagaimana dipahami dalam perspektif kultural seperti diungkap

di atas. Kemiskinan semacam itu justru merupakan konsekuensi dari pilihan-pilihan

strategi pembangunan ekonomi yang selama ini dilaksanakan serta dari pengambilan

posisi pemerintah dalam perencanaan dan implementasi pembangunan ekonomi.

2.4. Partisipasi Masyarakat

Jhanabrota Bhattacharyya (1972) dalam Taliziduhu Ndraha (1990: 102)

mengartikan partisipasi sebagai pengambilan bagian dalam kegiatan bersama.

Sedangkan Mubyarto (1984) dalam Taliziduhu Ndraha (1990: 102) mendefenisikan

partisipasi sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai

kemampuan orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri.

Pengertian partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif dalam proses

atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi,

perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan dengan memberikan sumbangan

(34)

Di samping itu, dalam Pendum PNPM Mandiri (2007) juga disebutkan bahwa

partisipasi yaitu masyarakat terlibat secara aktif dalam setiap proses pengambilan

keputusan pembangunan dan secara gotong royong menjalankan pembangunan.

Partisipasi menurut Soerjono Soekanto (2002: 335) merupakan setiap proses

identifikasi atau menjadi peserta, suatu proses komunikasi atau kegiatan bersama

dalam suatu situasi sosial tertentu . Partisipasi itu terdiri dari beberapa jenis

diantaranya partisipasi sosial dan partisipasi politik. Partisipasi sosial merupakan

derajat partisipasi individu dalam kehidupan sosial.

Norman Uphoff dalam Michael M. Cernea (1998) mengatakan bahwa untuk

menggalakkan partisipasi masyarakat yaitu melalui penyusunan program awal untuk

proyek-proyek investasi, melaksanakan diskusi diantara banyak pihak termasuk

badan-badan pemerintah; dan penyusunan program akhir dimana persetujuan untuk

setiap tahap dicapai oleh semua pihak. Pertemuan-pertemuan diadakan dengan

masyarakat setempat untuk mengidentifikasi masalah, membuat usulan, dan

menyusun prioritas tindakan. Pandangan masyarakat harus diperhatikan secara

seksama, tidak sekedar mendengar pada beberapa pemimpin, lalu mengambil

kesimpulan dari situ. Dalam program-program pembangunan formal, beberapa cara

untuk memperkenalkan partisipasi harus secara jelas disusun. Tata cara akan

diperlakukan untuk memberitahukan pemanfaat dengan proyek dari awal, untuk

mendapatkan gagasan-gagasan dan anjuran mereka, untuk mendorong dan membantu

(35)

BAB. III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Sebagai mana yang

dikemukakan oleh Taylor dan Bogman (1984) dalam Bagong Suyanto dan Sutinah

(2005: 166) bahwa penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang

menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah

laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti. Penelitian kualitaif juga dapat

diartikan sebagai pendekatan yang menghasilkan data, tulisan, dan tingkah laku yang

di dapat dari apa yang diamati (Nawawi, 1994: 203). Metode penelitian deskriftif

merupakan jenis penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai

sesuatu masalah (Danandjaja, 2005: 30).

Dengan demikian penelitian ini menggambarkan fakta-fakta tentang

bagaimana partisipasi masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan di Kelurahan Aek Simotung, Kecamatan

Saipar Dolok Hole.

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih adalah Kelurahan Aek Simotung, Kecamatan

Saipar Dolok Hole, Kabupaten Tapanuli Selatan, Propinsi Sumatera Utara. Lokasi ini

(36)

Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan. Di samping itu juga, daerah ini merupakan

daerah asal peneliti sehingga dapat memberi kemudahan dan mendukung peneliti

dalam proses pengumpulan data di lapangan.

3.3. Unit Analisis dan Informan 3.3.1. Unit Analisis

Salah satu ciri atau karakteristik dari penelitian sosial (social scientific

research) adalah menggunakan apa yang disebut dengan “unit of analysis.” Ada

sejumlah unit analisis yang lazim digunakan pada kebanyakan penelitian sosial, yaitu

individu, kelompok, dan sosial (Danandjaja, 2005: 31).

Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah masyarakat

yang terlibat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri

Perdesaan di Kelurahan Aek Simotung, Kecamatan Saipar Dolok Hole.

3.3.2. Informan

Adapun informan yang menjadi objek penelitian ini dibedakan atasa dua jenis

yaitu informan kunci dan informan biasa yang dapat mendukung penelitian. Maka

dalam penelitian ini informan terbagi dua yaitu:

1. Informan kunci. Dalam penelitian ini yang menjadi informan kunci (key

informan) adalah Fasilitator Kecamatan (FK), Fasilitator Teknik Kecamatan

(FT-Kec), Tim Pengelola Kegiatan (TPK), KPMD/K, dan Pokmas.

2. Informan biasa. Informan biasa adalah orang-orang yang dapat dijadikan

(37)

informan biasa dalam penelitian ini adalah Kepala Lurah, Tim Monitoring

(Tim 18), dan Masyarakat yang pernah terlibat dalam pelaksanaan PNPM

Mandiri Perdesaan.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis

yaitu sebagai berikut :

1. Data primer

Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini akan dilakukan dengan

cara penelitian lapangan, yaitu :

1. Metode Wawancara

Teknik wawancara merupakan salah satu elemen penting dalam proses

peneltitian. Wawancara (interview) dapat diartikan sebagai cara yang

dipergunakan untuk mendapatkan informasi (data) dari responden dengan cara

bertanya langsung secara bertatap muka (face to face). Namun, teknik wawancara

dapat juga dilakukan dengan memanfaatkan sarana komunikasi lain, misalnya

telepon dan internet (Bagong Suyanto dan Sutinah, 2005: 69). Wawancara

merupakan sebuah percakapan antara dua orang atau lebih , yang pertanyaanya

diajukan oleh peneliti kepada subjek atau sekelompok subjek penelitian untuk di

jawab (Sudarwan Danim, 2002: 130). Salah satu bentuk wawancara yang dipakai

dalam penelitian ini adalah wawncara mendalam (dept interview). Wawancara

mendalam merupakan proses tanya jawab secara langsung yang ditujukan

(38)

2. Metode Observasi

Pengamatan atau observasi dalam kamus, berarti melihat dengan penuh perhatian.

Dalam hal pengamatan, apa yang diamati, siapa yang mengamati,

kesalahan-kesalahan apa saja yang sering terjadi pada waktu pengamatan perlu diketahui

oleh peneliti sebelum melakukan tahap-tahap penelitian (Bagong Suyanto dan

Sutinah, 2005: 81-82). Fokus perhatian paling esensial dari penelitian kualitatif

adalah pemahaman dan kemampuannya dalam membuat makna atas suatu

kejadian atau fenomena pada situasi yang tampak. Bahkan, harus melakukan

perenungan dan refleksi atas kemungkinan-kemungkinan yang ada dibalik

penampakan itu. Observasi merupakan pengamatan lengsung terhadap berbagai

gejala yang tampak pada penelitian. Hal ini ditujukan untuk mendapatkan data

yang mendukung hasil penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek

penelitian kepustakaan dan pencacatan dokumen, yaitu dengan mengumpulkan data

dan mengambil informasi dari buku-buku referensi, dokumen majalah, jurnal,

internet, laporan penelitian, artikel, dokumentasi, serta sumber-sumber lain yang

dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.

3.5. Interpretasi Data

Interpretasi data merupakan tahap penyederhanaan data, setelah data dan

informasi yang dibutuhkan atau diharapkan sudah terkumpul. Data-data atau

(39)

dukungan teori dalam kajian pustaka. Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisa

data yang dipergunakan penulis adalah teknik analisis kualitatif. Analisis data

kualitatif adalah analisa terhadap data yang diperoleh berdasarkan kemampuan nalar

peneliti dalam menghubungkan fakta, data, dan informasi sehingga sampai pada

akhirnya akan disusun laporan akhir penelitian.

3.6. Jadwal Penelitian

Jadwal kegiatan penelitian dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 1. Jadwal Penelitian

NO. Kegiatan

Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Observasi dan Pra Penelitian

2 ACC Judul

3 Penyusunan Proposal

4 Seminar Proposal Penelitian

5 Revisi Proposal Penelitian

6 Persiapan Penelitian

7 Operasional Penelitian

8 Bimbingan

9 Penulisan Laporan Akhir

(40)

3.7. Keterbatasan Penelitian

Setiap penelitian sejatinya sering mengalami hambatan baik dari factor

internal maupun factor eksternal. Demikian halnya dengan penelitian ini. Adapun

keterbatasan yang penulis hadapi antara lain :

a. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang muncul dari dalam, yaitu faktor-faktor

dari penulis itu sendiri. Kendala-kendala tersebut meliputi keterbatasan waktu dan

juga jarak lokasi penelitian yang sangat jauh sehingga memerlukan waktu yang

lama dalam pengambilan data. Kendala lain adalah keterbatasan biaya dalam

penulis dalam mengumpulkan data di lapangan.

b. Faktor Internal

Faktor eksternal adalah kendala-kendala yang muncul dari luar, yaitu kendala

yang di luar dari penulis itu sendiri. Kendala tersebut adalah kesulitan

mendapatkan data atau informasi di kelurahan karena Kelurahan Aek Simotung

baru berdiri sejak awal tahun ini sehingga di Kantor Lurah belum ada data yang

lengkap secara tertulis. Penulis harus bekerja keras untuk mendapatkan data-data

atau informasi secara lisan informan dari pihak kelurahan. Selain itu, penulis

mengalami kesulitan dalam wewancarai sebagian informan. Hal ini disebabkan

karena sebagian dari informan tersebut memiliki aktivitas rutin setiap hari

sehingga sulit mendapatkan waktu yang tepat untuk melakukan wawancara.

Penulis harus pandai mencari kesempatan di sisi kesibukan informan tersebut

karena tidak mungkin untuk memaksakan informan tersebut untuk melakukan

(41)

dengan topik atau bahan yang ditanyakan sehingga data atau informasi yang

diharapkan tidak maksimal. Perbedaan tingkat pendidikan informan juga

mempengaruhi dalam penerimaan informasi dari mereka karena perbedaan

tingkat pendidikan ini mengakibatkan perbedaan pemahaman mereka juga

sehingga penulis harus bisa menjelaskan apa yang sebenarnya yang menjadi

tujuan pertanyaan. Kendala lain yaitu ada sebagian dari informan yang takut

(42)

BAB. IV

DESKRIPSI WILAYAH DAN INTERPRETASI DATA

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1. Sejarah Kelurahan Aek Simotung

Sejarah Kelurahan Aek Simotung secara tertulis belum ada data di kantor

kelurahan. Penulis akan menuliskan sejarah kelurahan ini berdasarkan

informasi-informasi yang didapat dari masyarakat beserta hasil observasi penulis di wilayah

tersebut. Kelurahan Aek Simotung terletak di Kecamatan Saipar Dolok Hole,

Kabupaten Tapanuli Selatan. Kelurahan ini baru berdiri sejak awal Tahun 2010 ini.

Awalnya, kelurahan ini merupakan beberapa desa dan satu kelurahan yang dijadikan

satu menjadi Kelurahan Aek Simotung.

Adapun desa dan kelurahan yang masuk ke dalam Kelurahan Aek Simotung,

yaitu Desa Purba Tua, Desa Gunung Tua Pandapotan, Desa Sigoring-goring, dan

Desa Simandera Huta Julu serta satu kelurahan yakni Kelurahan Pasar Simangambat.

Desa dan kelurahan inilah yang saat ini dibagi menjadi beberapa lingkungan di

kelurahan, Pasar Simangambat sebagai Lingkungan I, Purba Tua sebagai Lingkungan

II, Gunung Tua Pandapotan sebagai Lingkungan III, Sigoring-goring sebagai

Lingkungan IV, dan Simandera Huta Julu sebagai lingkungan yang terakhir.

Pejabat pertama yang menjabat sebagai kepala lurah di Kelurahan Aek

Simotung ini adalah A. Ali Akub Hasibuan. Kepala lurah ini juga sebelumnya

(43)

4.1.2. Keadaan Geografis

Secara tertulis, keaadan geografis Kelurahan Aek Simotung juga belum ada.

Alasannya sama karena kelurahan ini baru berdiri sejak awal tahun 2010 sehingga

belum ada catatan khusus di kelurahan mengenai keadaan geografis. Namun, penulis

akan menggambarkan secara garis besarnya saja berdasarkan informasi yang

diperoleh dari masyarakat.

Kelurahan Aek Simotung belum memiliki data pasti mengenai luas arealnya,

namun sebagian besar terdiri dari areal persawahan dan perladangan penduduk. Di

sekeliling kelurahan, banyak dijumpai persawahan penduduk. Selebihnya adalah

ladang dan perbukitan serta hutan yang belum dijamah sama sekali oleh manusia.

Dari pemukiman warga akan kelihatan secara jelas perbukitan-perbukitan di

sekelilingnya. Sebaliknya, jika berada di kebun atau ladang makan pemukiman warga

juga keihatan secara jelas. Adapun batas-batas Kelurahan Aek Simotung adalah

sebagai berikut :

Sebelah Utara berbasan dengan : Desa Simangambat Godang

Sebelah Selatan berbatasan dengan : Persawahan, Ladang, dan Hutan

Sebelah Barat berbatasan dengan : Persawahan, Ladang, dan Hutan

Sebelah Timur berbatasan dengan : Desa Simanosor

Pekarangan penduduk umumnya dimanfaatkan dengan tanaman-tanaman

muda, seperti sayuran, tanaman apotik hidup, buah-buahan seperti pisang, rambutan,

mangga dan jeruk serta ditanami juga dengan bunga-bunga bahkan banyak tanaman

(44)

4.1.3. Pembagian Dusun/Lingkungan

Kelurahan Aek Simotung di bagi menjadi 5 (lima) lingkungan, yang awalnya

adalah masing-masing desa kemudian menjadi satu kelurahan, yaitu sebagai berikut :

1. Lingkungan I : Pasar Simangambat

Lingkungan ini terletak di sepanjang jalan utama Kelurahan Aek Simotung dan

terletak di jalan lintas desa/kelurahan lain. Lingkungan ini juga bersebelahan

dengan Desa Simangambat Godang. Pekerjaan penduduk Lingkungan I adalah

berdagang karena merupakan pusat perbelanjaan baik bagi kelurahan maupun

desa/kelurahan lain yang berdekatan. Pasar ini buka setiap sekali seminggu yaitu

hari Selasa, biasa disebut dengan pekan. Selain berdagang, sebagian dari

penduduk Lingkungan I ini adalah bertani. Jenis pertanian yang diterapkan adalah

sawah dan kebun. Mengingat pekan hanya buka satu kali dalam seminggu, hari

lainnya dagangan cenderung sepi dan mereka memanfaatkan waktu luang tersebut

untuk ke sawah atau ladang. Penduduk Lingkungan ini mayoritas beragama

Islam, hanya sebagian kecil yang beragama non-muslim.

2. Lingkungan II : Purba Tua

Seperti halnya dengan Lingkungan I, penduduk Lingkungan II ini sebagian kecil

adalah berdagang karena lingkungan ini juga masih berdekatan dengan Pasar

Simangambat. Lingkungan ini juga masih berada di jalan lintas kelurahan dan

jalan lintas penghubung dengan desa yang lain, sehingga sangta memunkinkan

untuk berdagang, baik kebutuhan pokok dan kebutuhan rumah tangga lainnya.

Sedangkan sebagian besarnya adalah bertani, yaitu sawah bersawah dan

(45)

berkebun karena letak lingkungan ini sendiri berhimpitan dengan

lingkungan-lingkungan lain, sehingga tidak memiliki banyak lahan untuk berkebun. Untuk

memenuhi kebutuhan sehari-harinya adalah dengan bertani. Sumber mata

pencaharian lain adalah membuat gula merah yang terbuat dari air dari pohon

aren. Lingkungan II ini berpenduduk mayoritas Islam dan mayoritas suku Batak

Angkola.

3. Lingkungan III : Gunung Tua Pandapotan

Lingkungan ini terletak di tengah-tengah Kelurahan Aek Simotung. Sebagian

besar penduduk adalah petani. Hanya sebagian kecil yang bekerja di instansi

pemerintah. Kantor Lurah berada di Lingkungan III ini. Penduduk di lingkungan

ini juga mayoritas Islam, tidak banyak ditemukan penduduk yang beragama selain

Islam. Hasil pertanian yang paling menonjol di lingkungan tersebut adalah hasil

sawah. Biasanya mereka panen dua kali dalam setahun. Sebagian dari hasilnya

disimpan sebagai bekal sehari-hari, sedangkan selebihnya akan dijual kepada para

agen atau toke.

4. Lingkungan IV : Sigoring-Goring

Letak Lingkungan IV ini sedikit masuk pedalaman dan lumayan jauh dari

Lingkungan I, II, dan III. Pekerjaan penduduk adalah bertani. Jenis pertanian yang

diterapkan adalah padi, sayuran, cabai, dan masih banyak tanaman lainnya. Hasil

dari pertanian tersebut akan dijual setiap minggunya ke Pasar Simangambat dan

sebagian hasil penjualannya akan sekaligus dibelanjakan untuk kebutuhan

seminggu keluarga. Hasil pertanian lain yang menonjol dari lingkungan ini adalah

(46)

kebun kopi tetap terawatt dengan baik dan mempunyai hasil yang cukup baik.

Penduduk di Lingkungan ini keseluruhannya beragama Islam dan tidak ada

satupun warga yang beragama di luar Islam. Penduduk disini mayoritas Batak

Angkola.

5. Lingkungan V : Simandera Huta Julu

Lingkungan ini terletak paling jauh dan paling pojok dari lingkungan lain. Tidak

ada desa lain setelah Simandera Huta Julu ini. Terletak di kaki pegunungan dan

dikelilingi oleh banyak bukit dan persawahan. Sumber mata pencaharian mereka

adalah bertani. Jenis pertanian yang digeluti dan paling utama adalah padi sawah.

Namun, selain itu ada juga tanaman muda lainnya seperti sayuran, cabe, jagung,

dan sebagainya. Biasanya di lingkungan ini, para kepala keluarga mempunyai

usaha pembuatan gula merah pribadi. Hasil dari pembuatan gula merah inilah

yang setiap minggunya dijual untuk memenuhi kebutuhan per minggu keluarga

karena hasil pertanian lainnya cenderung lama panen. Di sekeliling lingungan ini,

terdapat banyak persawahan dan juga banyak tanaman kopi, coklat, dan karet.

Mayoritas penduduk adalah beragama Islam dan sama halnya dengan Lingkungan

II tidak ditemukan satu warga pun yang beragama non-muslim. Lingkungan I

merupakan lingkungan terkecil di Kelurahan Aek Simotung dan cenderung lebih

(47)

4.1.4. Keadaan Penduduk

Penduduk yang menempati Kelurahan Aek Simotung berdasarkan data bulan

Januari tahun 2010 yang di dapat dari Kantor Kecamatan Saipar Dolok Hole

berjumlah 1320 jiwa yang terdiri atas 675 orang laki-laki dan 645 orang

pemrempuan, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 323 kepala keluarga. Jumlah

penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan.

Untuk lebih jelas, komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada

table berikut ini:

Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah

1. Laki-laki 675 jiwa

2. Perempuan 645 jiwa

Total 1320 jiwa

Sumber: Laporan Kependudukan Kec. Saipar Dolok Hole

4.1.5. Sarana Umum

Sarana umu di kelurahan ini belum dapat dikatakan lengkap bahkan bisa

dikatakan masih sangat kurang. Kondisi ini disebabkan perkembangan desa/kelurahan

sendiri belum berkembang dengan pesat dan baik. Jarak Kelurahan Aek Simotung

dengan ibukota kecamatan cuku jauh, memerlukan waktu tempuh 30 menit untuk

mencapai Kantor Camat Saipar Dolok Hole, mengingat transportasi masih sangat

sulit sehingga jarak tersebut terasa sangat jauh. Oleh sebab itu, jika ada warga yang

ingin mendapatkan atau membutuhkan sarana kesehatan atau pendidikan yang lebih

(48)

sarana pendidikan yang baik, para pelajar harus menyewa kost di kota. Demikian

halnya dengan sarana kesehatan harus mengeluarkan biaya yang banyak untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan yang maksimal di kota. Biasanya, kota sasaran

adalah Kota Padangsidimpuan. Kota inilah yang paling dekat dengan pemukiman

penduduk.

4.1.5.1. Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan yang tersedia di Kelurahan Aek Simotung sangat tidak

mencukupi dan kurang perlengkapan medis. Adapun sarana-sarana kesehatan yang

terdapat di Kelurahan Aek Simotung adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Sarana Kesehatan Kelurahan Aek Simotung

No. Keterangan Jumlah/Unit

1. Rumah Sakit -

2. Puskesmas 1

3. Posyandu -

4. Bidan Desa 2

5. Toko Obat 1

Melihat kondisi sarana kesehatan di Kelurahan Aek Simotung, yakni satu unit

rumah sakit, dua bidan desa, dan satu toko obat sangat tidak memadai untuk

(49)

4.1.5.2. Sarana Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan penting bagi setiap individu dan

masyarakat, karena pendidikan sangat berkaitan dan mempengaruhi tingkat

kemiskian. Tingkat pendidikan yang semakin tinggi cenderung akan memberi tingkat

kesejahteraan masyarakat yang tinggi pula serta dapat mengurangi tingkat

kemiskinan. Demikian sebaliknya, semakin rendah pendidikan cenderung akan

menambah tingkat kemiskinan. Oleh sebab itu, pendidikan adalah salah satu cara

penting dalam pembangunan masyarakat desa yang mandiri dan partisipatif. Adapun

sarana-sarana pendidikan yang ada di Kelurahan Aek Simotung adalah sebagai

berikut :

Tabel 4. Sarana Pendidikan Kelurahan Aek Simotung

No. Keterangan Jumlah/Unit

1. TK -

2. SD 3

3. SLTP 1

4. SLTA -

5. Lembaga Pendidikan Agama 1

6. Perpustakaan Desa/Kelurahan -

4.1.5.3. Sarana Peribadatan

Sarana peribadatan di wilayah Kelurahan Aek Simotung juga tidak terlalu

lengkap. Tercatat hanya tempat peribadatan bagi kaum muslim yang lumayan banyak,

hampir di setiap lingkungan ada. Sedangkan tempat peribadatan untuk agama lain

(50)

berkembang di wilayah ini. Adapun sarana-sarana peribadatan di Kelurahan Aek

Simotung adalah :

Tabel 5. Sarana Peribadatan Kelurahan Aek Simotung

No. Keterangan Jumlah/Unit

1. Mesjid 5

2. Musholla 1

3. Gereja 1

4. Vihara -

4.1.6. Bidang Pemerintahan

Dalam melaksanakan roda pemerintahan kelurahan, kepala lurah tetap

menjalin kerjasama yang baik antar unsur pemerintahan atau lembaga-lembaga

pemerintahan dan lembaga-lembaga kemasyarakatan seperti KPD, LPMD/K,

Perangkat Lurah, Kepala Lingkungan, Tokoh Masyarakat (Tomas), Tokoh Agama

baik dibidang pemerintahan maupun kemasyarakatan. Adapun struktur organisasi

(51)
(52)

Adapun nama-nama pemegang jabatan-jabatan diatas dapat dilihat pada table

berikut ini:

Tabel 6. Nama-nama Pemegang Jabatan Kelurahan Aek Simotung

No. Jabatan Nama

1. KPD/K Hasayangan Harahap

2. Kepala Lurah Aek Simotung A. Ali Akub Hasibuan

3. Sekretaris Kelurahan Tiaminah Pasaribu

4. Seksi Pemerintahan Ummi Siregar

5. Seksi Ketentraman & Ketertiban Hoirun Rambe

6. Seksi Pembangunan Sangkot Rangkuti

7. Seksi Kesejahteraan Masyarakat Parlindungan Gultom

8. Seksi Umum Rosmini

9. Kepling I Rasoki Siregar

10. Kepling II Muklisin Pasaribu

11. Kepling III Mombang

12. Kepling IV Antoni Siregar

(53)

4.1.7. Profil Informan

4.1.7.1. Profil Informan Kunci

4.1.7.1.1. Fasilitator Kecamatan (FK)

Masyarakat dan pemerintahan lokal dalam melaksanakan PNPM Mandiri

Perdesaan mendapatkan pendampingan dari fasilitator. Peran pendampingan

ditujukan bagi penguatan atau peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintahan

lokal dalam mengelola pembangunan secara mandiri di wilayahnya. Salah satu dari

pendampingan dari fasilitator tersebut adalah Fasilitator Kecamatan (FK). Fasilitator

Kecamatan (FK) yang bertugas dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan di

Kelurahan Aek Simotung bernama Solahuddin Lubis. Bertugas sejak Tahun

Anggaran 2010 menggantikan FK sebelumnya yang berhenti.

Beliau berumur sekitar 30 Tahun, lahir di sebuah kota kecil yaitu

Padangsidimpuan. Pak Solahuddin beragama Islam dan bersuku Batak Mandailing.

Fasilitator Kecamatan (FK) ini berpendidikan Starata-1 (S1) dari salah satu Perguruan

Tinggi Swasta di Medan. Kesehariannya mengabiskan waktu di Kecamatan untuk

mengurusi PNPM Mandiri Perdesaan di Kecamatan Saipar Dolok Hole. Sebenarnya

beliau berasal dan tinggal di Kota Padangsidimpuan, namun karena mendapat tugas

di Kecamatan Saipar Dolok Hole, beliau berserta salah satu temannya menyewa

sebuah rumah di Kelurahan Sipagimbar, tepatnya dekat dengan Kantor Kecamatan

tempat beliau bekerja guna untuk menghemat biaya dan memanage waktu dengan

baik. Selain bertugas di Kecamatan, beliau juga harus turun kelapangan yaitu ke

desa-desa atau kelurahan untuk melakukan pengamatan, memfailitasi, memberi penjelasan,

Gambar

Tabel 1. Jadwal Penelitian
Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 3. Sarana Kesehatan Kelurahan Aek Simotung
Tabel 4. Sarana Pendidikan Kelurahan Aek Simotung
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian yang diangkat dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembangunan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM

Unit populasi dalam penelitian ini adalah seluruh fasilitator Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MPd) di Kabupaten Jombang, yang berjumlah

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PEMINJAMAN DANA PNPM-MPd (PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN.. MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN) KECAMATAN MAJENANG

Analisis partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di kota Solok. Program Pasca Sarjana Universitas Andalas

pemberdayaan masyarakat mandiri perdesaan di Kecamatan Angkola Timur. Kabupaten

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan sanitasi air bersih melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan adalah merupakan program pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja

02/Permen-KP/2013, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Kelautan dan Perikanan terdiri dari; (1) Pengembangan Usaha Mina Perdesaan (PUMP) Perikanan Tangkap,