i SKRIPSI
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERINGKAT OBLIGASI PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
OLEH
IMAM ROHTUAH DAMANIK 100503009
PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “ANALISIS FAKTOR -FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERINGKAT OBLIGASI PADA
PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan akademik pada Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau
lembaga, atau yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin
dan dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan
penulisan etika ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi saya, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
Medan, Juni 2015
Yang membuat pernyataan,
Imam Rohtuah Damanik
NIM : 100503009
ii ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERINGKAT OBLIGASI PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah rasio keuangan dan non keuangan berpengaruh terhadap peringkat obligasi pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini memiliki jumlah sampel 9 perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010-2013 dengan menggunakan variabel umur obligasi sebagai variabel moderating untuk memoderasi hubungan antara rasio leverage terhadap peringkat obligasi.
Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder yaitu laporan keuangan yang dipublikasikan melalui website www.idx.co.id dan www.pefindo.co.id. Model analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda yang dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS versi 22.0 dengan menggunakan uji t dan uji F.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio leverage, profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan, umur obligasi dan reputasi auditor berpengaruh signifikan secara simultan terhadap peringkat obligasi pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Secara parsial profitabilitas, umur obligasi (maturity bond) dan reputasi auditor lebih memiliki kemampuan daripada rasio leverage, likuiditas, dan ukuran perusahaan dalam mempengaruhi peringkat obligasi pada perusahaan perbankan yang terdafftar di BEI, dan dari hasil uji moderating menunjukan bahwa variabel umur obligasi bukan merupakan variabel moderat, dengan pengertian bahwa variabel moderating (umur obligasi) tidak dapat memoderasi variabel leverage terhadap peringkat obligasi pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Kata kunci: Peringkat Obligasi, Rasio Leverage, Profitabilitas, Likuiditas, Ukuran Perusahaan, Umur Obligasi, Reputasi Auditor.
ABSTRACT
THE ANALYSIS FACTORS EFFECT TO THE BONDS RATING OF BANKING COMPANIES LISTED ON THE
INDONESIA STOCK EXCHANGE
The objective of this research is to determine the factors impact to the bonds rating of banking companies listed on the Indonesia Stock Exchange. The sample in this research is 9 banking companies listed on the Indonesia Stock Exchange from 2010-2013 with maturity bond variable as moderating variable to moderate relationship between leverage variable and bonds rating.
Research methods in this research using purposive sampling. The type of data used are secondary data. Data that used in this research is financial statements from each company of sample, publicized through website on www.idx.co.id and www.pefindo.com. Analysis model used in this study is multiple linear regression analysis model performed with the aid of the computer program SPSS version 22.0 with use t test and F test.
The result of this study indicate that the leverage ratio, profitability, liquidity, size firm, maturity bonds, and auditor reputation simultaneously effect to the bonds rating of banking companies listed in IDX. Partially the profitability ratio, maturity bonds and auditor reputation have more ability than the leverage ratio, liquidity, and size firm in influencing the bonds rating of banking companies listed on Indonesia Stock Exchange, and the result of moderating performed that maturity bonds is not the moderat variable, the meaning is that moderating variable (maturity bonds) cannot moderate leverage variable to bonds rating of banking companies listed on Indonesia Stock Exchange.
iv KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa ta
‘alla atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peringkat
Obligasi Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi serta doa dari
berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Teristimewa untuk kedua orang tua
saya yang sangat saya kagumi dan cintai, H. Edy S Damanik dan Hj. A Mawar
Siregar yang tidak pernah lelah memberikan kasih sayang, do’a, nasehat serta
semangat yang tulus hingga saat ini.
Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terimakasih dan
penghargaan yang tulus kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., Ak., CA selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak selaku Ketua Departemen
Akuntansi dan bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM., Ak selaku Sekretaris
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak selaku Ketua Program Studi S-1
Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM., Ak selaku Sekretaris Program Studi
4. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak yang juga selaku Dosen Pembimbing saya
yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan
perbaikan dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Syahrul Rambe, MM, Ak selaku Dosen Pembanding dan Bapak
Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Dosen Penguji saya yang telah membantu
penulis dalam memberikan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini.
6. Yang sangat saya cintai kakak dan adik saya Ilham Damanik, Annisa Damanik,
dan Wendy Siregar, yang selalu memberikan doa, semangat serta kasih sayang
yang tulus selama ini. Teman-teman yang teristimewa Wildan, Guan, Andes,
Riki, Dian, Whisnu, Laras, Lia, Fandi, Soviatu, Opi, Ina, Fahmi, Popo, Budi,
Doli, Kiki, Putri, serta semua keluarga dan pihak yang tidak dapat disebutkan
satu-persatu, terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan selama ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini juga masih banyak terdapat
kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dalam
penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Medan, Juni 2015
Penulis,
Imam Rohtuah Damanik
vi 1.1 Latar Belakang Masalah ...1
1.2 Rumusan Masalah...7
1.3 Batasan Masalah ...8
1.4 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...8
1.4.1 Tujuan Penelitian...8
1.4.2 Kegunaan Penelitian ...9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Landasan Teori ...10
2.1.1 Teori Sinyal (Signaling Theory) ...10
2.1.2 Pasar Modal ...12
2.1.3 Investasi ...13
2.1.4 Obligasi...14
2.1.4.1 Pengertian Obligasi ...14
2.1.4.2 Manfaat Obligasi ...16
2.1.4.3 Kelemahan Obligasi ...17
2.1.4.4 Jenis-jenis Obligasi ...19
2.1.4.5 Peringkat Obligasi ...21
2.1.5 PT PEFINDO ...25
2.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi ...26
2.1.6.1 Leverage ...26
2.1.6.2 Profitabilitas ...28
2.1.6.3 Likuiditas ...29
2.1.6.4 Ukuran Perusahaan ...30
2.1.6.6 Reputasi Auditor ...32
2.2Penelitian Terdahulu...33
2.3Kerangka Konseptual ...40
2.4Hipotesis ...44
BAB III METODE PENELITIAN 3.1Desain Penelitian ...47
3.2Populasi dan Sampel ...47
3.2.1 Populasi ...47
3.2.2 Sampel...48
3.3Jenis dan Sumber Data ...50
3.3.1 Jenis Data ...50
3.3.2 Sumber Data ...51
3.4Teknik Pengumpulan Data ...51
3.5Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional Variabel ...52
3.5.1 Variabel Penelitian ...52
3.5.1.1 Variabel Dependen (Y) ...52
3.5.1.2 Variabel Independen ...53
3.5.1.2.1 Rasio Leverage (X1) ...53
3.5.1.2.2 Rasio Profitabilitas (X2) ...53
3.5.1.2.3 Rasio Likuiditas (X3) ...54
3.5.1.2.4 Rasio Ukuran Perusahaan (X4) ...54
3.5.1.2.5 Umur Obligasi (X5)...54
3.5.1.2.6 Reputasi Auditor (X6) ...55
3.5.2 Defenisi Operasional Variabel Penelitian. ...55
3.6Metode Analisis Data ...57
3.6.1 Uji Asumsi Klasik ...57
3.6.1.1Uji normalitas ...57
3.6.1.2Uji Multikolinieritas ...59
3.6.1.3Heterokedastisitas ...60
3.6.1.4Uji Autokorelasi ...61
3.6.1.5Uji Hipotesa ...62
3.6.1.6Uji Variabel Moderating ...64
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ...66
4.2 Analisis Statistik Deskriptif ...66
4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik ...71
4.3.1 Uji Normalitas Data ...71
viii
4.3.3 Uji Heteroskedastisitas ...75
4.3.4 Uji Autokorelasi ...77
4.4 Pengujian Hipotesis ...78
4.4.1 Uji Parsial (t-test) ...78
4.4.2 Uji Simultan (F-test) ...86
4.4.3 Uji Koefisien Determinasi (R2) ...87
4.5 Uji Variabel Moderating ...89
4.6 Pembahasan Hasil Penelitian ...91
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ...94
5.2 Keterbatasan Penelitian ...97
5.3 Saran ...98
DAFTAR PUSTAKA ... 99
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Peringkat Obligasi berdasarkan PEFINDO ... 24
Tabel 2.2 Review Penelitian Terdahulu ... 39
Table 3.1 Kriteria Pengambilan Sampel ... 49
Table 3.2 Sampel Penelitian ... 50
Table 3.3 Konversi Rating Obligasi ... 53
Tabel 3.4 Defenisi Operasional ... 56
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif ... 67
Tabel 4.2 Uji Kolmogorov-Smirnov ... 73
Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolienaritas... 74
Tabel 4.4 Uji Autokorelasi... 77
Tabel 4.5 Hasil Uji t ... 78
Tabel 4.6 Hasil Uji F ... 86
Tabel 4.7 Nilai Koefisien Determinasi ... 87
Tabel 4.8 Output SPSS Uji-F ... 89
Tabel 4.9 Output SPSS Uji-t... 90
x DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 41
Gambar 4.1 Uji Normalitas (1) : Histogram ... 71
Gambar 4.2 Uji Normalitas (2) : Grafik PP Plots ... 72
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Daftar Perusahaan di Indonesia yang Terdaftar di PEFINDO ... 102
Lampiran 2 Proses Seleksi Pengambilan Sampel ... 112
Lampiran 3 Sampel Penelitian ... 114
Lampiran 4 Rasio Leverage (Debt Equity to Ratio) ... 114
Lampiran 5 Rasio Profitabilitas (Return on Asset) ... 114
Lampiran 6 Rasio Likuiditas (Current Asset) ... 115
Lampiran 7 Ukuran Perusahaan (Log Natural Total Asset) ... 115
Lampiran 8 Umur Obligasi (Variabel Dummy) ... 115
Lampiran 9 Reputasi Auditor (Variabel Dummy) ... 116
ii ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERINGKAT OBLIGASI PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah rasio keuangan dan non keuangan berpengaruh terhadap peringkat obligasi pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini memiliki jumlah sampel 9 perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010-2013 dengan menggunakan variabel umur obligasi sebagai variabel moderating untuk memoderasi hubungan antara rasio leverage terhadap peringkat obligasi.
Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder yaitu laporan keuangan yang dipublikasikan melalui website www.idx.co.id dan www.pefindo.co.id. Model analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda yang dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS versi 22.0 dengan menggunakan uji t dan uji F.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio leverage, profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan, umur obligasi dan reputasi auditor berpengaruh signifikan secara simultan terhadap peringkat obligasi pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Secara parsial profitabilitas, umur obligasi (maturity bond) dan reputasi auditor lebih memiliki kemampuan daripada rasio leverage, likuiditas, dan ukuran perusahaan dalam mempengaruhi peringkat obligasi pada perusahaan perbankan yang terdafftar di BEI, dan dari hasil uji moderating menunjukan bahwa variabel umur obligasi bukan merupakan variabel moderat, dengan pengertian bahwa variabel moderating (umur obligasi) tidak dapat memoderasi variabel leverage terhadap peringkat obligasi pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Kata kunci: Peringkat Obligasi, Rasio Leverage, Profitabilitas, Likuiditas, Ukuran Perusahaan, Umur Obligasi, Reputasi Auditor.
ABSTRACT
THE ANALYSIS FACTORS EFFECT TO THE BONDS RATING OF BANKING COMPANIES LISTED ON THE
INDONESIA STOCK EXCHANGE
The objective of this research is to determine the factors impact to the bonds rating of banking companies listed on the Indonesia Stock Exchange. The sample in this research is 9 banking companies listed on the Indonesia Stock Exchange from 2010-2013 with maturity bond variable as moderating variable to moderate relationship between leverage variable and bonds rating.
Research methods in this research using purposive sampling. The type of data used are secondary data. Data that used in this research is financial statements from each company of sample, publicized through website on www.idx.co.id and www.pefindo.com. Analysis model used in this study is multiple linear regression analysis model performed with the aid of the computer program SPSS version 22.0 with use t test and F test.
The result of this study indicate that the leverage ratio, profitability, liquidity, size firm, maturity bonds, and auditor reputation simultaneously effect to the bonds rating of banking companies listed in IDX. Partially the profitability ratio, maturity bonds and auditor reputation have more ability than the leverage ratio, liquidity, and size firm in influencing the bonds rating of banking companies listed on Indonesia Stock Exchange, and the result of moderating performed that maturity bonds is not the moderat variable, the meaning is that moderating variable (maturity bonds) cannot moderate leverage variable to bonds rating of banking companies listed on Indonesia Stock Exchange.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Pasar modal adalah pasar yang dirancang untuk membiayai investasi jangka
panjang yang dilakukan oleh perusahaan swasta atau pemerintah (Syahyunan,
2013:10), sedangkan menurut Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995
memberikan pengertian pasar modal yang lebih spesifik, yaitu “Kegiatan yang
bersangkutan dengan penerimaan umum dan perdagangan efek, perusahaan publik
yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek. Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian
suatu negara dikarenakan pasar modal merupakan lembaga yang menyediakan
fasilitas atau wahana untuk mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang
memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (dalam hal
ini perusahaaan atau emiten). Dengan adanya pasar modal maka pihak yang
memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dananya dengan harapan
memperoleh imbalan (return), sedangkan pihak yang memerlukan dana
(perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi
tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan. Dengan kata
lain, pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan-perusahaan
sehingga perusahaan dapat beroperasi dengan skala yang lebih besar dan pada
gilirannya akan meningkatkan pendapatan perusahaan dan kemakmuran
dua, yaitu Debt Capital atau modal hutang dan Equity Capital atau modal ekuitas
(Gitosudarmo dan Basri, 2002:239).
Obligasi merupakan salah satu jenis modal hutang yang diperjualbelikan
dalam pasar modal. Obligasi adalah surat utang (pada umumnya berjangka
panjang) yang diterbitkan oleh suatu perusahaan atau pemerintah dimana pihak
yang memiliki surat berharga ini berkewajiban untuk melakukan pembayaran
bunga dan pokok pinjaman yang telah ditetapkan (Sjahrial, 2009:237). Obligasi
menarik bagi investor dikarenakan kelebihan dalam hal keamanannya bila
dibandingkan dengan saham, yaitu (1) volatilitas saham lebih tinggi dibandingkan
dengan obligasi sehingga daya tarik saham berkurang, dan (2) obligasi
menawarkan tingkat return yang positif dan memberikan pendapatan yang tetap.
Investor yang rasional dalam membuat keputusan investasi membutuhkan
informasi. Investor seringkali menggunakan informasi yang diumumkan kepada
publik karena informasi tersebut mempunyai sinyal mengenai prospek perusahaan
di masa yang akan datang. Investor obligasi memerlukan informasi yang dapat
dijadikan acuan dalam mengkomunikasikan keputusan investasinya, sehingga
informasi keuangan suatu entitas bisnis yang berkualitas sangat diperlukan
sebagai pertanggungjawaban atas pengelolaan dana yang ditanamkan. Seorang
investor yang akan membeli obligasi hendaknya tetap memperhatikan default risk,
yaitu peluang dimana emiten akan mengalami kondisi tidak mampu memenuhi
kewajiban keuangannya (gagal bayar). Menurut Manurung dkk. (2008)
pemerintah dianggap akan mampu untuk melunasi kupon dan pokok hutang saat
obligasi jatuh tempo. Namun obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan (corporate
bonds), terdapat default risk, yang bergantung pada kesehatan keuangan perusahaan emiten”. Untuk menghindari risiko tersebut, investor harus
memperhatikan beberapa hal, salah satunya adalah peringkat obligasi (bond
rating) perusahaan emiten. Peringkat obligasi merupakan suatu tingkat
pengukuran tingkat kualitas dan keamanan dari sebuah bond yang didasarkan oleh
kondisi finansial dari bond issuer untuk dapat membayar hutang dan bunganya
tepat waktu.
Informasi peringkat obligasi bertujuan untuk menilai kualitas kredit dan
kinerja dari perusahaan penerbit. Peringkat ini dinilai sangat penting bagi investor
karena dapat dimanfaatkan untuk memutuskan apakah obligasi tersebut layak
untuk dijadikan investasi serta mengetahui tingkat risikonya. Peringkat obligasi
juga penting karena memberikan pernyataan yang informatif dan memberikan
sinyal tentang probabilitas default hutang perusahaan. Peringkat hutang juga
berfungsi membantu kebijakan publik untuk membatasi investasi spekulatif para
investor institutional seperti bank, perusahaan-perusahaan asuransi dan dana
pensiun. Kualitas suatu obligasi dapat dimonitor dari informasi peringkatnya.
Proses pemeringkatan obligasi nantinya akan berguna untuk menilai kinerja
perusahaan dari berbagai faktor yang secara langsung maupun tidak langsung
berhubungan dengan informasi keuangan suatu perusahaan. Di Indonesia, terdapat
enam lembaga pemeringkat sekuritas hutang yang di akui oleh Bank Indonesia
Desember 2011 perihal Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang Diakui Bank
Indonesia, yaitu Fitch Ratings, Moody’s Investor Service, Standard and Poor’s,
PT.Fitch Ratings Indonesia, PT. ICRA, dan PT. PEFINDO (Pemeringkat Efek
Indonesia). Namun dalam penelitian ini lebih mengacu pada PT. PEFINDO,
dikarenakan sebagian besar perusahaan yang terdaftar di BEI menggunakan jasa
PT. PEFINDO dalam memberikan peringkat obligasi. Berdasarkan informasi
peringkat obligasi, investor dapat mengetahui return yang akan diperoleh sesuai
dengan risiko yang dimiliki obligasi tersebut. Peringkat obligasi yang diberikan
oleh agen pemeringkat dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu investment grade
(AAA, AA, A, dan BBB) dan non investment grade (BB,B, CCC, dan D).
Peringkat obligasi tersebut, dapat dijadikan sebagai penilaian bagi investor yang
dapat dipercaya, objektif dan bersifat independen serta memberikan tingkat
keamanan dan kredibilitas obligasi yang tinggi.
Akan tetapi, terdapat beberapa kejadian yang menimbulkan suatu pertanyaan
apakah selamanya peringkat obligasi yang dinilai oleh agen pemeringkat di
Indonesia tersebut akurat dan dapat diandalkan. Beberapa diantaranya terjadi pada
kasus peringkat obligasi Bank Global yang diberikan oleh PT Kasnic Credit
Rating Indonesia (Kasnic). Pada Juli 2003, Kasnic memberikan peringkat A-
untuk obligasi subordinasi (subordinat) Bank Global (sebesar 400 miliar rupiah).
Namun setelah BI mengumumkan secara resmi tentang status Bank Global pada 8
Desember 2004, Kasnic langsung menurunkan peringkat obligasi subordinasi
izin Bank Global pada 13 Desember 2004, Kasnic menurunkan peringkat obligasi
subordinasi secara drastis menjadi D (default).
Fenomena peringkat obligasi dapat dilihat juga pada kasus PT Mobile-8
Telecom Tbk, telah gagal bayar 2 kali untuk kupon 15 Maret 2009 dan 15 Juni
2009 dengan obligasi senilai Rp 675 miliar yang jatuh tempo Maret 2012. PT
Davomas Abadi Tbk, obligasi senilai 235 juta dolar untuk jatuh tempo 2011 telah
gagal bayar senilai 13,09 juta dolar untuk kupon 5 Mei 2009. PT Central
Proteinprima yang merupakan produsen dan pengolah udang terbesar di Indonesia
telah gagal bayar sebesar 17,9 juta dolar (Kompas, 9 Februari 2009). Per Juni
2008 dan 2009, peringkat obligasi PT mobile-8 Telecom Tbk pada Indonesian
Bond Market Directory adalah idBBB+. Per Juni 2010, peringkatnya diturunkan
menjadi idD.
Menurut Chan dan Jegadeesh (2004:154) menyatakan bahwa “salah satu
alasan mengapa pemeringkat obligasi yang dikeluarkan oleh agen pemeringkat
tersebut bias karena agen pemeringkat tidak melakukan monitor terhadap kinerja
perusahaan setiap hari”. Dengan demikian agen pemeringkat hanya dapat menilai
setelah terjadinya suatu peristiwa yang menyebabkan perubahan peringkat. Selain
itu, tidak terdapat penjelasan lebih lanjut dari agen pemeringkat bagaimana
informasi keuangan dapat digunakan dalam mempengaruhi peringkat obligasi
perusahaan di Indonesia.
Penelitian mengenai rasio keuangan dan non keuangan di Indonesia masih
banyak dihubungkan dengan harga saham ataupun kinerja perusahaan. Sejumlah
dilakukan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan data obligasi serta pengetahuan
para investor terhadap obligasi. Wansley et al. (1992 dalam Linandarini,
2010:19) menyatakan bahwa “sebagian besar perdagangan obligasi dilakukan
melalui pasar negosiasi (over the counter market) dan secara historis tidak
terdapat informasi harga yang tersedia pada saat penerbitan atau saat penjualan.
Dengan tidak tersedianya informasi tersebut membuat pasar obligasi menjadi
tidak semeriah pasar saham”.
Hingga saat ini masih belum ada kepastian dari lembaga-lembaga
pemeringkat yang ada mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
pemeringkatan sebuah obligasi. Beberapa penelitian mengenai peringkat obligasi
telah dilakukan dan memiliki hasil yang beragam seperti penelitian yang
dilakukan oleh Magreta dan Nurmayanti (2009), Linandarini (2010), Maharti
(2011), Adrian (2011), Yohanes (2012), Sari (2012), dan Prandana (2014).
Ketidakkonsistenan pada faktor-faktor yang memengaruhi peringkat obligasi
inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan verifikasi ulang mengenai
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
Penelitian ini nantinya akan membahas seberapa besar pengaruh rasio
keuangan dan non keuangan terhadap peringkat obligasi pada
perusahaan-perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan
menggunakan objek penelitian terbaru dari tahun 2010-2013. Peneliti memilih
perusahaan perbankan sebagai objek penelitian dikarenakan perusahaan
perbankan merupakan lembaga yang berperan penting dalam mendukung kegiatan
ekonomi selalu memerlukan keberadaan atau campur tangan pihak perbankan.
Penelitian ini nantinya akan menguji beberapa variabel diantaranya rasio leverage
dengan proksi Debt to Equity Ratio (DER), rasio profitabilitas dengan proksi
Return On Asset (ROA), rasio likuiditas dengan proksi Current Ratio (CR),
ukuran perusahaan dengan rumus Log total asset ditambah dengan variabel umur
obligasi dan reputasi auditor, serta penelitian ini nantinya akan menambah
variabel moderating yaitu umur obligasi yang berfungsi untuk memperkuat atau
memperlemah pengaruh variabel independen (rasio leverage) dengan variabel
dependen (peringkat obligasi).
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka peneliti tertarik
mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
perumusan masalah dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:
1. Apakah variabel rasio leverage, rasio profitabilitas, rasio likuiditas, ukuran
perusahaan, umur obligasi dan reputasi auditor secara parsial berpengaruh
terhadap peringkat obligasi ?
2. Apakah variabel rasio leverage, rasio profitabilitas, rasio likuiditas, ukuran
perusahaan, umur obligasi dan reputasi auditor secara simultan berpengaruh
3. Apakah variabel umur obligasi memoderasi hubungan antara rasio leverage
terhadap peringkat obligasi ?
1.3 Batasan Masalah
Agar penelitian ini terfokus pada topik yang dipilih, maka penulis memberi
batasan masalah sebagai berikut :
1. Obyek penelitian adalah perusahaan perbankan yang menggunakan jasa PT.
PEFINDO dalam memberi peringkat atas obligasi yang beredar di masyarakat.
2. Variabel independen yang digunakan hanya berupa rasio keuangan seperti
rasio likuiditas, rasio leverage, profitabilitas, dan ukuran perusahaan
sedangkan rasio non keuangan yang digunakan hanya meliputi umur obligasi
dan reputasi auditor, dengan tambahan variabel moderating yaitu umur
obligasi.
3. Periode penelitian yang diamati adalah tahun 2010-2013.
1.4 Tujuan dan kegunaan penelitian 1.41 Tujuan penelitian:
Untuk menguji secara empiris mengenai pengaruh rasio keuangan dan
non keuangan terhadap peringkat obligasi pada perusahaan perbankan yang
terdaftar di BEI baik secara parsial maupun secara simultan (bersama-sama).
Dengan menguji sejumlah variabel-variabel rasio keuangan seperti rasio
leverage, likuiditas, profitabilitas, ukuran perusahaan dan variabel rasio non
didasarkan pada data laporan keuangan perusahaan di Indonesia yang
mendaftarkan obligasinya pada agen pemeringkat obligasi PT PEFINDO,
serta ingin mengetahui pengaruh umur obligasi sebagai variabel moderating
yang berfungsi untuk memoderasi rasio leverage apakah dapat memperkuat
atau memperlemah pengaruhnya terhadap peringkat obligasi.
1.4.2 Kegunaan penelitian:
Adapun hasil penelitian diharapkan berguna bagi berbagai pihak, yaitu:
1. Bagi investor, diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan
bahkan panduan untuk berinvestasi di instrumen obligasi perusahan
perbankan.
2. Bagi perusahaan perbankan penerbit obligasi, diharapkan penelitian ini
dapat memberikan masukan mengernai faktor-faktor yang berpotensi
mempengaruhi peringkat obligasi yang dijualnya di pasar modal.
3. Bagi peneliti yang ingin melakukan kajian di bidang yang sama,
diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi dan memberikan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori
Peringkat obligasi mencerminkan kelayakan kredit perusahaan untuk bisa
membayar kewajibannya terkait dengan suatu surat hutang tertentu. Peringkat
obligasi harus diperhatikan oleh investor apabila investor akan membeli obligasi
karena peringkat obligasi dapat menunjukan risiko obligasi. Risiko obligasi terkait
dengan kemampuan perusahaan yang mengeluarkan obligasi untuk membayar
pokok pinjaman dan bunga pada saat jatuh tempo. Misalnya, membeli obligasi
dengan peringakat BBB ke atas relative lebih aman dibandingkan dengan dengan
obligasi dengan peringkat B ke bawah, dikarenakan obligasi yang memiliki
peringkat ke bawah memiliki yield yang tinggi, peringkat rendah, dan risiko
default besar, yaitu peluang emitan atau peminjam akan mengalami kondisi tidak
mampu memenuhi kewajiban keuangannya.
2.1.1 Teori Sinyal (Signaling Theory)
Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan
untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal.
Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri
informasi antara perusahaan dan pihak luar. Konsep teori sinyal dan asimetri
informasi sangat berkaitan erat dimana teori asimetri informasi terjadi ketika
pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan tidak mempunyai informasi
Manajer biasanya mempunyai informasi yang lebih baik dibandingkan
dengan pihak luar seperti investor. Sehingga terjadi asimetri informasi antara
manajer dan investor. Investor yang merasa mempunyai informasi sedikit,
akan berusaha menginterpretasikan perilaku manajer. Dengan kata lain,
perilaku manajer dalam hal menentukan struktur modal bisa dianggap sebagai
sinyal oleh pihak luar (investor). Kurangnya informasi pihak luar mengenai
perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri dengan memberikan harga
yang rendah untuk perusahaan. Menurut Mamduh (2004:314) menyatakan
bahwa “perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan
mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi informasi
asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar termasuk
investor”.
Teori sinyal mengemukakan bagaimana seharusnya sebuah perusahaan
memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa
informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk
merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau
informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik
daripada perusahaan lain. Informasi berupa pemberian peringkat obligasi
yang dipublikasikan diharapkan dapat menjadi sinyal kondisi keuangan
perusahaan dan menggambarkan kemungkinan yang terjadi terkait dengan
2.1.2 Pasar Modal
Dalam perkembangannya, para ahli ekonom dalam mendefenisikan
ruang lingkup pasar modal memiliki cara pandang dan pemikiran yang sedikit
berbeda-beda. Menurut Latumaerissa (2011:353) mendefeniskan pasar modal
sebagai “pasar yang menyediakan sumber pembelanjaan dengan jangka
waktu yang relatif panjang, yang diinvestasikan pada barang modal untuk
menciptakan dan memperbanyak alat produksi dan pada akhirnya
meningkatkan kegiatan perekonomian. Sementara menurut Undang-Undang
Pasar Modal Nomor 8 (1995 dalam Syahyunan, 2013:300) memberikan
pengertian yang lebih spesifik mengenai pasar modal, yaitu: “kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan
publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan
profesi yang berkaitan dengan efek”. Efek adalah surat-surat pengakuan
utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti
hutang, right (bukti right), warrant, opsi, atau setiap derivatif dari efek atau
setiap instrumen yang ditetapkan oleh lembaga pasar modal sebagai efek.
Pasar modal merupakan pasar yang menjadi penghubung antara pemilik dana
dalam hal ini pemodal atau investor dengan pengguna dana dalam hal ini
emiten atau perusahaan. Efek-efek pasar modal ini lah yang diperdagangkan
dan nantinya dapat menunjang kestabilan perekonomian Indonesia melalui
peningkatan kualitas kinerja perusahaan dan kesejaterahan masyarakat.
Obligasi diterbitkan dan diperdangkan di pasar modal sehingga secara
pernah ada. Tentunya perusahaan-perusahaan yang sudah go public atau yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia sajalah yang berhak mendapatkan
instrumen-intrumen pasar modal ini.
Pasar modal memiliki peranan yang sangat besar bagi pelaku-pelaku
ekonomi baik bagi perusahaan, investor atau bahkan bagi lembaga-lembaga
penunjang pasar modal. Bagi perusahaan, pasar modal dapat dijadikan
sebagai sumber pendanaan untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan
proses produksinya, sementara bagi investor pasar modal dapat dijadikan
sebagai instrumen untuk meningkatkan keuntungan atau balas jasa atas dana
yang telah di investasikan dalam pasar modal tersebut. Bersamaan dengan ini,
dengan adanya pasar modal membuka kesempatan bagi lembaga-lembaga
penunjang pasar modal terkhusus PT PEFINDO selaku lembaga penilai
sekuritas utang agar menjalankan kegiatannya secara independen dan
profesional.
2.1.3 Investasi
Investasi merupakan suatu kegiatan menempatkan dana pada satu atau
lebih dari satu asset selama periode tertentu dengan harapan dapat
memperoleh penghasilan atau peningkatan nilai investasi dimasa yang akan
datang atau dalam jangka waktu yang panjang. Investasi menurut Jogiyanto
(1998:5) adalah sebagai berikut:
investasi tak langsung. Investasi langsung dilakukan dengan membeli langsung aktiva keuangan dari suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara lain, sedangkan investasi tak langsung dilakukan dengan membeli surat-surat berharga dari perusahaan investasi.
Pengertian investasi menunjukkan bahwa tujuan investasi adalah
meningkatkan kesejahteraan investor, baik sekarang maupun dimasa yang
akan datang. Pada umumnya para investor mempunyai sifat tidak menyukai
resiko (risk-aderse), yaitu apabila mereka dihadapkan pada suatu kesempatan
investasi yang mempunyai risiko tinggi maka para investor tersebut akan
mensyaratkan tingkat keuntungan yang lebih besar. Semakin tinggi risiko
suatu kesempatan investasi, maka semakin tinggi pula tingkat keuntungan
yang disyaratkan oleh investor. Konsep ini juga berlaku pada investasi dalam
saham maupun obligasi.
2.1.4 Obligasi
2.14.1 Pengertian Obligasi
Berkembangnya ilmu pengetahuan saat ini, para ekonom
mendefenisikan obligasi sangat beragam namun secara keseluruhan
memiliki makna atau pengertian yang hampir sama. Menurut
Latumaerissa (2011:366) menyatakan bahwa “obligasi adalah surat
utang yang berjangka waktu lebih dari satu tahun dan bersuku bunga
tertentu, yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menarik dana dari
masyarakat, guna pembiayaan perusahaan atau oleh pemerintah untuk
surat berharga karena pemegang obligasi memiliki klaim terhadap
pembayaran bunga dan pokok pinjaman yang telah ditetapkan.
Obligasi memiliki beberapa karakteristik menurut Latumaerissa
(2011:367) antara lain sebagai berikut:
1. Nilai nominal (face value), nilai pokok dari suatu obligasi yang akan diterima oleh pemegang obligasi pada saat obligasi tersebut jatuh tempo.
2. Kupon (interest rate), nilai bunga yang diterima pemegang obligasi secara berkala (kelaziman pembayaran kupon obligasi adalah setiap tiga atau enam bulanan).
3. Jatuh tempo (maturity), tanggal dimana pemegang obligasi akan mendapatkan pembayaran kembali pokok atau nilai nominal obligasi yang dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai dengan diatas 5 tahun.
4. Penerbit/emiten (issuer), dengan mengetahui dan mengenal penerbit obligasi merupakan faktor sangat penting dalam melakukan investasi obligasi retail. Mengukur resiko atau kemungkinan dari penerbit obligasi tidak dapat melakukan pembayaran kupon atau pokok obligasi tepat waktu (default risk) dapat dilihat dari peringkat atau rating obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat dalam hal ini lembaga pemeringkatan PT PEFINDO.
Dari karakteristik yang ada suatu obligasi memiliki nilai
nominal (face value), kupon (interest rate), dan jatuh tempo (maturity)
yaitu tanggal dimana pemegang obligasi mendapatkan pembayaran
kembali pokok atau nilai nominal obligasi yang dimilikinya. Selain itu
obligasi memiliki peringkat atau rating yang di berikan oleh lembaga
pemeringkat seperti PT. PEFINDO sebagai pengukur risiko
kemungkinan penerbit obligasi tidak dapat melakukan pembayaran
2.1.4.2 Manfaat Obligasi
Obligasi memiliki banyak keuntungan atau manfaat menurut
Syahyunan (2013:18) antara lain sebagai berikut:
1. Dapat memperoleh dana yang relatif besar dan diterima sekaligus (tidak dengan termin-termin).
2. Biaya relatif murah. 3. Proses relatif murah.
4. Dengan adanya keterbukaan berarti jugag mengharuskan adanya peningkatan profesionalisme.
5. Emiten akan lebih dikenal masyarakat.
6. Obligasi merupakan sumber pembiayaan jangka panjang bagi perusahaan, dengan jangka waktu sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun.
7. Bisa menggunakan jasa penanggung (guarantor) apabila Debt to Equity Ratio (DER) emiten tinggi.
8. Pembayaran tingkat bunga dapat dilakukan berdasarkan tingkat bunga tetap atau dengan tingkat bunga mengambang.
Keuntungan obligasi yaitu memberikan pendapatan tetap (fixed
income) berupa kupon. Dimana pemegang obligasi akan mendapatkan
pendapatan bunga secara rutin selama waktu berlakunya obligasi.
Selain itu, perusahaan penerbit obligasi dapat memperoleh dana secara
lansung untuk pembiayaan jangka panjangnya.
Menurut Sunariyah (2004) menyatakan bahwa “manfaat utama
obligasi yaitu tingkat bunga obligasi bersifat konstan, dalam arti tidak
dipengaruhi harga pasar obligasi. Pemegang obligasi dapat
memperkirakan pendapatan yang akan diterima, sebab dalam kontrak
perjanjian sudah ditentukan secara pasti hak-hak yang akan diterima
pemegang obligasi”. Apabila dibandingkan dengan saham, return
laba perusahaan. Apabila laba perusahaan turun, maka dividen juga
turun, dan sebaliknya. Dari sisi lain, karena pendapatan obligasi dapat
diprediksi, maka pemegang obligasi dapat membuat portofolio obligasi
yang lebih baik, dibandingkan dengan portofolio saham.
Dalam struktur keuangan perusahaan, obligasi mempunyai
urutan lebih diutamakan daripada saham untuk mendapatkan haknya
apabila perusahaan melakukan likuidasi. Urutannya adalah pajak
pemerintah, hutang jangka pendek, obligasi (hutang jangka panjang),
kemudian preffered stock dan yang terakhir adalah common stock
(Keown dkk, 2011:236). Sehingga pemegang obligasi lebih
dipentingkan daripada pemegang saham perusahaan publik apabila
menuntut hak pembayaran pada saat perusahaan mengalami pailit.
Setelah hak pemegang obligasi terpenuhi maka baru dipenuhi hak
pemegang preffered stock dan common stock.
2.1.4.3 Kelemahan Obligasi
Selain memiliki kelebihan, obligasi juga memiliki beberapa
kelemahan yang nantinya akan menjadi resiko investasi yang dilakukan
oleh investor, adapun beberapa kelemahan obligasi menurut Syahyunan
(2013:312) antara lain sebagai berikut:
2. Capital loss atau kerugian dalam bentuk bunga, Meskipun tingkat bunga konstan, harga obligasi sangat berfluktuasi. Harga obligasi sangat tergantung kepada kebijakan pemerintah atau bank sentral. Tingkat bunga pasar keuangan dengan harga obligasi mempunyai hubungan negatif, apabila harga obligasi naik maka tingkat bunga akan turun, demikian sebaliknya. Sehingga, pemodal harus memperhatikan pergerakan harga obligasi agar dapat mempertimbangkan waktu beli yang menguntungkan.
3. Callability atau resiko penarikan, Apabila dalam kontrak perjanjian obligasi ada persyaratan penarikan obligasi, perusahaan dapat menarik obligasi sebelum jatuh tempo dengan membayar sejumlah premium. Hal ini kelihatannya menguntungkan pemegang obligasi, tetapi biasanya obligasi yang diambil dijual kembali dengan tingkat bunga yang lebih rendah oleh penerbit obligasi (yang disebut refunding). Sebagai akibatnya, pemegang obligasi belum siap untuk reinvestasi, atau dinamakan reinvestment risk.
Salah satu kelemahan utama dalam obligasi yaitu gagal bayar,
akan terjadi ketika sebuah perusahaan tidak mampu melunasi
kewajibannya ataupun mengalami kebangkrutan sehingga pemegang
obligasi akan menderita kerugian. Ini merupakan risiko terbesar yang
harus di hindari investor. Selain itu kerugian dalam bentuk bunga
(capital loss) dapat terjadi apabila harga obligasi mengalami penurunan,
harga obligasi sangat tergantung pada kebijakan pemerintah atau bank
sentral. Sehingga, investor harus memperhatikan pergerakan harga
obligasi agar dapat mempertimbangkan waktu beli yang
2.1.4.4 Jenis-jenis Obligasi
Beberapa ahli ekonom telah mengklasifikasikan jenis-jenis
obligasi, secara umum terdapat jenis-jenis obligasi antara lain sebagai
berikut:
1. Obligasi atas dasar emiten (penerbitnya)
a. Obligasi Pemerintah Pusat (Government Bond), adalah sekuritas
pemerintah yang digunakan untuk pendanaan dalam hutang
pemerintah (obligasi RI tahun 1950).
b. Obligasi Badan Usaha Milik Negara (State Owned Company
Bond), adalah obligasi yang diterbitkan oleh BUMN untuk
pendanaan (obligasi Jasa Marga, BAFINDO).
c. Obligasi Perusahaan Swasta (Corporate Bonds), adalah sekuritas
yang mencerminkan janji dari perusahaan yang menerbitkan
untuk memberikan sejumlah pembayaran berupa pembayaran
kupon dan pokok pinjaman kepada pemilik obligasi, selama
jangka waktu tertentu. Obligasi ini terdiri dari:
1) Participating Bonds, Pemilik obligasi selain memperoleh
bunga yang tetap juga memperoleh pembagian keuntungan
yang diperoleh perusahaan.
2) Client Bonds, obligasi yang diberikan kepada langganan
perusahaan dalam rangka mengembangkan pemilikan efek
3) Debenture Bonds, obligasi yang tidak dijamin atau tanpa suatu
jaminan.
2. Obligasi atas tingkat bunga. Obligasi yang tingkat bunganya berbeda-beda, antara lain sebagai berikut:
a. Fixed Coupon Rate, obligasi yang memberikan bunga yang tetap
jumlahnya kepada pemiliknya. Contohnya: Obligasi dengan
bunga ditangguhkan, obligasi dengan premi, obligasi indeks.
b. Floating/variable coupon rate,obligasi yang menawarkan suku
bunga mengambang (tidak tetap) kepada pemiliknya. Contohnya:
Obligasi dengan bunga variabel, obligasi indeks.
c. Zero coupon bond,obligasi dengan tingkat bunga nol artinya
obligasi ini dijual dengan diskon pada awal periode dan kemudian
dilunasi sesuai nominal pada akhir periode.
3. Obligasi atas dasar jaminan, terdiri dari:
a. Secured Bonds, obligasi yang dikeluarkan dengan jaminan.
Contohnya: obligasi dengan garansi, obligasi dengan jaminan
aset, obligasi dengan klausal hipotek negatif.
b. Unsecured Bonds, obligasi yang tidak disertai jaminan apapun.
Contohnya: debenture bonds.
4. Obligasi atas dasar jangka waktu, terdiri dari:
a. Obligasi dengan jangka waktu terbatas (Limited Bonds), obligasi
yang memiliki jangka waktu jatuh tempo untuk pengambilan
b. Obligasi dengan jangka waktu tidak terbatas (Unlimited Bonds),
obligasi yang tidak dibatasi oleh jangka waktu tertentu untuk
pengambilan hutangnya.
2.1.4.5 Peringkat Obligasi (Bonds Rating)
Secara umum, bond rating merupakan suatu tingkat pengukuran
kualitas dan keamanan dari sebuah bond yang didasarkan oleh kondisi
finansial dari bond issuer. Secara spesifik, bond rating merupakan hasil
dari evaluasi yang dilakukan lembaga pemeringkat yang merupakan
indikator kemungkinan bond issuer untuk dapat membayar hutang dan
bunganya tepat waktu. Tujuan utama proses rating adalah memberikan
informasi akurat mengenai kinerja keuangan, posisi bisnis industri
perseroan yang menerbitkan surat hutang (obligasi) dalam bentuk
peringkat kepada calon investor.
Manfaat umum dari proses bond rating menurut Rahardjo (2004
dalam Nugraha, 2010:7) antara lain sebagai berikut:
1. Sistem informasi keterbukaan pasar yang transparan yang menyangkut berbagai produk obligasi akan menciptakan pasar obligasi yang sehat dan transparan juga.
2. Efisiensi biaya. Hasil rating yang bagus biasanya memberikan keuntungan, yaitu menghindari kewajiban persyaratan keuangan yang biasanya memberatkan perusahaan seperti penyediaan sinking fund, ataupun jaminan aset.
3. Menentukan besarnya coupon, semakin bagus rating cenderung semakin rendah nilai kupon dan begitu pula sebaliknya.
investasi yang mungkin timbul, serta jenis dan tingkatan hutang tersebut.
5. Mampu menggambarkan kondisi pasar obligasi dan kondisi ekonomi pada umumnya.
Peringkat obligasi memiliki banyak manfaat, terutama bagi
investor. Peringkat obligasi dapat digunakan sebagai acuan apakah
investor layak untuk berinvestasi pada obligasi tertentu, karena dalam
peringkat obligasi terdapat sinyal akan kemampuan emiten dalam
melunasi kewajiban financialnya. Jadi, investor dapat menggunakan
peringkat obligasi untuk mengidentifikasi risiko default. Sehingga
investor dapat berinvestasi pada obligasi yang tingkat resikonya dapat
di toleransi. Investor tidak perlu melakukan penelitian sendiri untuk
mengetahui rating dari suatu obligasi, melainkan cukup melihat
pengumuman peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga
pemeringkat kredit.
Dengan melakukan analisis dari segi keuangan atau manajemen
dan bisnis fundamentalnya, setiap investor akan dapat menilai
kelayakan bisnis usaha emiten tersebut. Selain itu, investor akan dapat
menilai tingkat risiko yang timbul dari investasi obligasi tersebut.
Beberapa manfaat rating bagi investor adalah sebagai berikut :
a. Informasi risiko investasi. Tujuan utama investasi adalah untuk
meminimalkan risiko serta mendapatkan keuntungan yang maksimal.
Oleh karena itu, dengan adanya bond rating diharapkan informasi
b. Rekomendasi investasi. Investor akan dengan mudah mengambil
keputusan investasi berdasarkan hasil peringkat kinerja emiten
obligasi tersebut. Dengan demikian investor dapat melakukan
strategi investasi akan membeli atau menjual sesuai perencanaannya.
c. Perbandingan. Hasil rating akan dijadikan patokan dalam
membandingkan obligasi yang satu dengan yang lain, serta
membandingkan struktur yang lain seperti suku bunga dan metode
penjaminannya.
Untuk melakukan proses penerbitan obligasi, perusahaan harus
melakukan proses pemeringkatan yang dilakukan oleh lembaga
pemeringkat. Beberapa manfaat yang akan didapatkan dari emiten di
antaranya adalah:
a. Informasi posisi bisnis. Dengan melakukan rating, pihak perseroan
akan dapat mengetahui posisi bisnis dan kinerja usahanya
dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya.
b. Menentukan struktur obligasi. Setelah diketahui keunggulan dan
kelemahan manajemen, bisa ditentukan beberapa syarat atau struktur
obligasi yang meliputi tingkat suku bunga, jenis obligasi, jangka
waktu jatuh tempo, jumlah emisi obligasi serta berbagai struktur
pendukung lainnya.
c. Mendukung kinerja. Apabila emiten mendapatkan rating yang cukup
bagus maka kewajiban menyediakan sinking fund atau jaminan
d. Alat pemasaran. Dengan mendapatkan rating yang bagus, daya tarik
perusahaan di mata investor bisa meningkat. Dengan demikian,
adanya rating bisa membantu system pemasaran obligasi tersebut
supaya lebih menarik.
e. Menjaga kepercayaan investor. Hasil rating yang independent akan
membuat investor merasa lebih aman, sehingga kepercayaan investor
bisa terjaga.
Definisi peringkat berdasarkan PEFINDO adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.1
Peringkat Obligasi berdasarkan PEFINDO
Peringkat Keterangan
IdAAA Merupakan peringkat tertinggi yang menggambarkan obligor memiliki kapasitas yang superior untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya.
IdAA Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor memiliki kapasitas yang sangat kuat untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. IdA Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor
memiliki kapasitas yang kuat untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Bagaimanapun, sekuritas hutang ini lebih mudah terpengaruh terhadap perubahan kondisi ekonomi dibandingkan sekuritas hutang dengan rating yang lebih tinggi.
komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya.
IdBB Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor memiliki kapasitas yang agak lemah untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Kapasitas obligor untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya mudah terpengaruh oleh ketidakpastian, atau perubahan kondisi bisnis, keuangan dan kondisi ekonomi lainnya.
IdB Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor memiliki kapasitas yang lemah untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Walaupun obligor kini memiliki kapasitas untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya, adanya perubahan kondisi kondisi bisnis, keuangan dan kondisi ekonomi lainnya dapat melemahkan kapasitas atau willingness pemenuhan kewajiban obligor tersebut.
IdCCC Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor memiliki kapasitas yang sangat lemah dan rentan untuk tidak memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya.
IdD Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor tidak memiliki kapasitas untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Dengan kata lain obligor dalam kondisi default.
Pada peringkat dari idAA sampai idB dapat dimodifikasi menggunakan notasi plus (+) atau minus (-) untuk menunjukkan kekuatan relatif dalam kategori peringkat tersebut.
Sumber: PEFINDO
2.1.5 PT PEFINDO
PT. PEFINDO atau PT Pemeringkat Efek Indonesia didirikan di Jakarta
pada tanggal 21 Desember 1993, melalui inisiatif Otoritas Jasa Keuangan
Bank Indonesia. Pada tanggal 31 Agustus 1994, Pefindo memperoleh izin
usahanya dengan Nomor. 39/PM-PI/1994 dan menjadi salah satu lembaga
penunjang pasar modal di Indonesia. Tugas utama Pefindo adalah untuk
menyediakan suatu peringkat atas risiko kredit yang objektif, independen,
serta dapat dipertanggungjawabkan atas penerbitan surat hutang yang
diperdagangkan kepada masyarakat luas. Disamping melaksanakan
kegiatannya dalam melakukan pemeringkatan surat hutang, Pefindo juga
menerbitkan dan mempublikasikan informasi kredit sehubungan dengan pasar
perdagangan efek. Publikasi ini terdiri dari opini kredit atas
perusahaan-perusahaan penerbit obligasi beserta sektor aset acuannya. Pefindo
merupakan perseroan terbatas yang saat ini dimiliki oleh 86 badan hukum per
31 Desember 2014 yang mempresentasikan pasar modal Indonesia dengan
tidak satupun pemegang saham yang dimiliki lebih dari 50% saham.
2.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi, dalam
penelitian ini peneliti mengambil beberapa variable-variabel yang
mempengaruhi peringkat obligasi antara lain sebagai berikut:
2.1.6.1 Leverage
Rasio leverage disebut juga sebagai rasio solvitabilitas, menurut
Syahyunan (2013:92) menyatakan bahwa rasio leverage adalah “rasio
untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh
untuk mengetahui bagaimana perusahaan mendanai kegiatan usahanya
apakah lebih banyak menggunakan utang atau ekuitas”. Rasio leverage
yang umum dipakai antara lain adalah debt to asset ratio, debt to equity
ratio, time interest earned ratio, fixed charge coverage ratio, dan debt
service coverage. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan satu
proksi yaitu debt to equity ratio. Menurut Sudana (2011:20) debt to
equity ratio adalah “rasio yang mengukur proporsi dana yang
bersumber dari utang untuk membiayai modal perusahaan”. Semakin
besar rasio ini menunjukan bahwa semakin besar pula porsi penggunaan
utang dalam membiayai investasi pada modal, yang berarti pula resiko
keuangan meningkat. Menurut Burton at al (2000) menyatakan bahwa “semakin besar leverage perusahaan, semakin besar risiko kegagalan
perusahaan. Semakin rendah leverage perusahaan, semakin baik
peringkat yang diberikan terhadap perusahaan”. Hal ini
mengindikasikan perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi
cenderung memiliki kemampuan yang rendah dalam memenuhi
kewajibannya. Semakin tinggi rasio ini berarti sebagian besar aset
didanai dari hutang. Kondisi tersebut menyebabkan perusahaan
dihadapkan pada default risk atau peringkat obligasi yang rendah.
Semakin tinggi leverage, semakin besar risiko kegagalan perusahaan.
Dengan demikian, semakin rendah leverage perusahaan maka akan
semakin tinggi peringkat yang diberikan pada perusahaan. Hasil
menyatakan bahwa leverage secara signifikan berpengaruh terhadap
peringkat obligasi.
2.1.6.2 Profitabilitas
Menurut Kasmir (2008:196) menyatakan bahwa “rasio
profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam mencari keuntungan”. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat
efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba
yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Rasio
profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan
laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan
penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan
sebagainya. Ada beberapa macam rasio profitabilitas namun penilitian
ini menggunakan satu proksi profitabilitas yaitu return on asset (ROA). Menurut Sudana (2011:22) menyatakan bahwa “ROA adalah
rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan dengan menggunakan
seluruh aktiva yang dimiliki guna untuk menghasilkan laba setelah
pajak”. Rasio ini sangat penting bagi pihak manajemen untuk
mengevaluasi efektivitas dan efisiensi manajemen perusahaan dalam
mengelola seluruh aktiva perusahaan. Semakin besar ROA, berarti
semakin efisien penggunaan aktiva perusahaan atau dengan kata lain
dengan jumlah aktiva yang sama bisa dihasilkan laba yang lebih besar,
Menurut Murcia et al (2014) menyatakan bahwa “semakin
tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin rendah risiko
ketidakmampuan membayar (default) atau semakin baik peringkat yang
diberikan terhadap perusahaan tersebut”. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Magreta dan Nurmayanti (2009), Linandarini (2010) dan
Yohanes (2012) menyatakan bahwa rasio profitabilitas secara signifikan
dapat mempengaruhi peringkat suatu obligasi.
2.1.6.3 Likuiditas
Defenisi rasio likuiditas menurut Syahyunan (2013:92) adalah
“rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu”.
Sedangkan menurut Gill (2006 dalam Kasmir, 2008:130)
mendefenisikan bahwa “rasio likuiditas merupakan rasio yang
mengukur jumlah kas atau jumlah investasi yang dapat dikonversikan
atau diubah menjadi kas untuk membayar pengeluaran, tagihan, dan
seluruh kewajiban lainnya yang sudah jatuh tempo”. Rasio likuiditas
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
(hutang) jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, perusahaan
akan mampu memenuhi uang tersebut terutama utang yang telah jatuh
tempo.
Rasio yang biasa digunakan untuk mengukur likuiditas yaitu
penelitian ini, peneliti menggunakan proksi current ratio. Menurut Sudana (2011:21) menyatakan bahwa “current ratio mengukur
kemampuan perusahaan untuk membayar utang lancar dengan
menggunakan aktiva lancar yang dimiliki”. Semakin besar rasio ini
berarti semakin likuid perusahaan.
Penelitian Linandarini (2010), Adrian (2011) dan Sari (2012)
menemukan hubungan antara likuiditas dengan peringkat obligasi
dimana semakin tinggi likuiditas maka semakin tinggi peringkat
obligasi perusahaan tersebut. Burton et al (2000) menyatakan bahwa “tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi
keuangan perusahaan sehingga secara finansial akan mempengaruhi
prediksi peringkat obligasi”.
2.1.6.4 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva,
penjualan, dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva penjualan
dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula perusahaan tersebut.
Ketiga variabel ini digunakan untuk menentukan ukuran perusahaan
karena dapat mewakili seberapa besar perusahaan tersebut. Semakin
besar aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin
banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang, dan semakin
besar kapitalisasi pasar semakin besar pula perusahaan dikenal
menggunakan total aktiva karena nilai aktiva relatif stabil dibandingkan
dengan nilai penjualan dan kapitalisasi pasar.
Ukuran perusahaan merupakan salah suatu variabel akuntansi
yang mempengaruhi peringkat obligasi. Murcia (2014) menyatakan
bahwa “perusahaan-perusahaan besar kurang berisiko dibandingkan
perusahaan-perusahaan kecil karena perusahaan kecil memiliki resiko
yang lebih besar. Apabila semakin besar perusahaan, potensi
mendiversifikasikan resiko non sistematik juga semakin besar sehingga
membuat risiko obligasi perusahaan tersebut menurun”. Penelitian yang
dilakukan oleh Sari (2012) menyatakan bahwa ukuran perusahaan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peringkat obligasi.
2.1.6.5 Umur Obligasi
Umur Obligasi merupakan tanggal dimana pemegang obligasi
akan mendapatkan pembayaran kembali pokok atau nilai nominal
obligasi yang dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai
dari 365 hari sampai dengan diatas 5 tahun. Obligasi yang akan jatuh
tempo dalam waktu 1 tahun akan lebih mudah untuk diprediksi,
sehingga memilki resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi
yang memiliki periode jatuh tempo dalam waktu 5 tahun. Obligasi
dengan umur obligasi yang lebih pendek mempunyai resiko yang lebih
menggunakan umur obligasi yang lebih pendek daripada perusahaan
yang menggunakan umur obligasi lebih lama (Latumaerissa, 2011:367).
Oleh karena itu investor akan memilih obligasi dengan umur
pendek di banding dengan obligasi berumur panjang. Karena obligasi
yang berumur pendek memiliki resiko yang kecil dibanding dengan
obligasi berumur panjang. Umur obligasi yang pendek ternyata
menunjukan peringkat obligasi yang investment grade.
Penelitian yang dilakukan oleh Adrian (2011), Sari (2012),
Yohanes (2012) dan Prandana (2014) menyatakan bahwa umur obligasi
berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.
2.1.6.6 Reputasi Uditor
Reputasi dalam arti sempit adalah nama baik. Argumen yang
mendasari dimasukkannya reputasi auditor adalah semakin tinggi
reputasi auditor didalam melakukan proses audit maka semakin tinggi
pula tingkat kepastian laporan keuangan perusahaan sehingga semakin
kecil tingkat kegagalan perusahaan tersebut (Almilia & Vieka, 2007).
Tambahan pula, menurut Magreta dan Nurmayanti, (2009:148)
menyatakan bahwa “dengan reputasi auditor yang baik maka akan
memberikan hasil audit yang dapat dipercaya”. Dengan demikian,
emiten yang diaudit oleh auditor big four akan mempunyai obligasi
yang investment grade karena semakin baik reputasi auditor maka akan
Adapun yang termasuk kedalam big four antara lain sebagai
berikut:
1. Ernst and Young (ET), dengan pertnernya di Indonesia
Purwantono, Sarwoko dan Sandjaja.
2. Delotte Touche Tohmatsu, dengan pertnernya di Indonesia Osman
Ramli Satrio dan Rekan.
3. Price WaterHouse Coopers (PWC), dengan pertnernya di Indonesia
Haryanto Sahari dan Rekan.
4. Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) International, dengan
partnernya di Indonesia yaitu Siddarta dan Harsono.
Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2012) menyatakan bahwa
reputasi auditor berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh peneliti mengenai analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi. Dimana masing-masing penelitian
mempunyai variabel independen yang berbeda-beda dari tahun ke tahun dan
penelitan tersebut biasanya selalu bervariasi sesuai dengan kebutuhan sipeneliti
(menambah atau mengembangkan penelitian yang sudah ada sebelumnya dengan
objek perusahaan yang berbeda dan periode penelitian yang berbeda).
Berikut penelitian-penelitian yang sudah ada sebelumnya mengenai
Margareta dan Nurmayanti (2009) melakukan penelitian mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi pada seluruh perusahaan dari sudut
akuntansi dan non akuntansi. Dimana sampel perusahaan yang digunakan adalah
sebanyak 80 perusahaan yang terdaftar di PEFINDO kecuali perusahaan yang
bergerak di bidang perbankan dan lembaga keuangan lainnnya dari periode
2005-2008. Dari sisi faktor akuntansi yang digunakan adalah size (Log.Total Asset),
likuiditas (Current Asset/Current Liabilities), profitabilitas (Operating
Income/Investment), leverage (Total Liabilities/Total Equity), dan produktivitas
(Sales/Total Asset), sementara dari faktor non akuntansi yang digunakan adalah
secure, umur obligasi dan reputasi auditor. Metode analisis menggunakan logistic
regression. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya profitabilitas dan
produktivitas dari sudut akuntansi dan secure (jaminan) dari sudut non akuntansi
saja yang berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. Sementara rasio
leverage, likuiditas, maturity, ukuran perusahaan dan reputasi auditor tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap peringkat obligasi.
Linandari (2010) juga melakukan penelitian yang mengenai kemampuan rasio
keuangan didalam memprediksi peringkat obligasi. Dimana sampel yang
digunakan didalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di
PEFINDO kecuali perusahaan perusahaan dibidang perbankan dan lembaga
keuangan lainnya periode 2007-2008. Rasio keuangan yang dijadikan penelitian
ini adalah rasio leverage (Long Term Liability/Total Asset), rasio likuiditas
(Current Asset/Current Liability), rasio solvabilitas (Cash Flow from