HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP AKSEPTOR KB DENGAN
PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI MANTAP
DI DESA TEBING TANJUNG SELAMAT
KECAMATAN PADANG TUALANG
KABUPATEN LANGKAT 2009
SKRIPSI
Oleh :
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2010
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP AKSEPTOR KB DENGAN
PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI MANTAP
DI DESA TEBING TANJUNG SELAMAT
KECAMATAN PADANG TUALANG
KABUPATEN LANGKAT 2009
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
Tri Suci Dewi Wati
Nim : 061000247
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi Dengan Judul :
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP AKSEPTOR KB DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI MANTAP
DI DESA TEBING TANJUNG SELAMAT KECAMATAN PADANG TUALANG
KABUPATEN LANGKAT 2009
Yang Dipersiapkan Dan Dipertahankan Oleh :
TRI SUCI DEWI WATI NIM : 061000247
Telah Diuji Dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi pada tanggal 18 Februari 2010 dan Dinyatakan
Telah memenuhi syarat untuk diterima
Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I
Asfriyati SKM,M.Kes dr. Yusniwarti Yusad M.Si NIP.197012201994032001 NIP.195105201987032001
Penguji II Penguji III
Drs.Abdul Jalil Amri Arma.M.Kes Dr.Ir.Erna Mutiara M.Kes NIP.195812021991032001 NIP.196408261990032002
Medan, Juli 2010
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Dekan
ABSTRAK
Kontrasepsi mantap atau sterilisasi merupakan metode KB yang paling efektif, murah, aman dan mempunyai nilai demografi yang tertinggi. Kontrasepsi mantap dikenal juga dengan istilah Medis Operatif Wanita (MOW) dan Medis Operatif Pria (MOP).
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan pengetahuan dan sikap akseptor KB dengan pemakaian alat kontrasepsi mantap di Desa Tebing Tanjung Selamat Kecamatan Padang Tualang. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini adalah akseptor KB yang menggunakan kontap dan tidak menggunakan kontap sebanyak 154 orang. Analisis data menggunakan uji Chi- Square dengan tingkat kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pengetahuan baik yang menggunakan kontrasepsi mantap sebanyak 77 orang (60,6%), sedang yang tidak menggunakan kontap sebanyak 50 (39,4%) sementara responden dengan tingkat pengetahuan tidak baik seluruhnya tidak menggunakan kontap. Responden dengan sikap baik yang menggunakan kontap sebanyak 62 orang (66,0%), yang tidak menggunakan kontap sebanyak 32 orang (34,0%) dan responden dengan sikap tidak baik yang menggunakan kontap sebanyak 15 orang (25,0%) dan yang tidak menggunakan kontap sebanyak 45 orang (75,0%). Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pemakaian alat kontrasepsi mantap (p-value = 0,0001 0,05) dan ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan pemakaian alat kontrasepsi mantap (p = 0.0001 < 0,05).
Disarankan kepada pelaksana dan pengelola pelayanan kontrasepsi agar dapat memberikan penyuluhan dan konseling tentang kontrasepsi yang akan digunakan kepada PUS yang akan menjadi akseptor KB secara efektif dan efisien.
ABSTRACT
Secure Contraception or Sterilization is contraception method that most effective, cheapest, safe and has high demographic value. Secure contraception is also known as female sterilization and man sterilization.
The purpose of this research was to know the relationship between knowledge and attitude of contraceptive users with secure contraception use in Desa Tebing Tanjung Selamat Kecamatan Padang Tualang. This research was an analitic survey research with cross sectional approach. Research samples were contraceptive users which used secure contraception and did not use secure contraception amount of 154. Data analysis used chi square with 95% confidence level.
Results showed that respondents with good level knowledge which used secure contraception as many as 77 (60,6%), did not use secure contraception as many as 50 (39,4%), while respondents with poor knowledge did not entirely use secure contraception. Respondents with good attitude which used secure contraception 62 users (66,0%), which did not use secure contraception as many as 32 users (34,0%) and respondents with poor attitude used secure contaception as many as 15 users (25,0%) and did not use secure contraception 45 user (75,0%). There was a significant relationship between knowledge and secure contraception use (p-value = 0,0001 < 0,05) and there was a significant relationship between attitude and secure contraception use (p = 0,0001 < 0,05).
It was suggested to practitioner and manager of contraception service to give extention and counseling about contraception which will be used for fertile age couples which will be contraceptive users effectively and efficiently.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. INDENTITAS
Nama : Tri Suci Dewi Wati
Tempat/Tanggal Lahir : Batang Kuis, 09 April 1978
Agama : Islam
Anak Ke : Kedua dari Empat bersaudara
Nama Ayah : Sukirman
Nama Ibu : Sundari
Alamat : Perumahan Langkat Berseri Blok C No 67 Stabat Kabupaten Langkat.
II RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun 1982 – 1984 : TK Karya Siswi Batang Kuis
Tahun 1985 – 1990 : SD Negeri No. 101868 Desa Sena Batang Kuis Tahun 1991 – 1993 : SMP Swasta PTP IX Batang Kuis
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah
melimpahkan berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Akseptor KB dengan
Pemakaian Alat Kontrasepsi Mantap di Desa Tebing Tanjung Selamat Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat 2009”.
Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini penulis banyak menemui kesulitan
dan hambatan, namun berkat bimbingan, bantuan dan dorongan moril dari berbagai
pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu kritik dan saran masih sangat
diperlukan demi kesempurnaan skripsi ini. Oleh sebab itu pada kesempatan ini dengan
segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Asfriyati, SKM, M.Kes. selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan
kritik dan saran yang positif untuk kesempurnaan skripsi ini.
3. Ibu dr. Yusniwarti Yusad, M.Si. selaku Kepala Departemen Kependudukan dan
Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan selaku
Dosen pembimbing II yang telah memberikan kritik atas saran yang positif untuk
kesempurnaan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes selaku dosen penguji II yang telah
5. Ibu Dr. Ir. Erna Mutiara M.Kes. selaku dosen penguji III yang telah memberikan
kritik dan saran yang positif untuk kesempurnaan skripsi ini.
6. Seluruh dosen dan staf Administrasi di Departemen Kependudukan dan
Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
7. Bapak Sutiran selaku Kepala Desa Tebing Tanjung Selamat beserta staf yang telah
banyak membantu penulis dalam pemberian izin untuk melakukan penelitian ini.
8. Sembah sujud saya untuk suami tercinta yang telah memberikan izin kuliah,
dukungan moril dan materil serta semangat tak lupa pula do’a dalam cintanya di
setiap langkah penulis selama melaksanakan perkuliahan di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera.
9. Dan terima kasih ibunda pada anak-anak ku tersayang yang sabar menanti
sehingga ibunda dapat menyelasaikan pendidikan menjadi Sarjana Kesehatan
Masyarakat di FKM Universitas Sumatera Utara.
10. Dan tidak lupa pula sembah sujud ananda tercinta untuk Kedua Orang Tua Ku
yang telah melahirkan dan membesarkan ananda dengan penuh kasih sayang dan
kesabaran sehingga kelak ananda menjadi orang yang berguna bagi nusa dan
bangsa.
11. Abang, kakak dan adik-adikku tersayang dan beserta keluarga besar yang juga
turut memberikan dukungan moril dan sprirituil kepada penulis.
12. Rekan-rekan seangkatan 2006 dan khususnya peminatan Kependudukan dan
Kesehatan Reproduksi : Efri, Dini, Dewi, Uma, Rita dan Nining yang telah
banyak memberi semangat pada penulis selama mengikuti pendidikan di Fakultas
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang banyak membantu
dalam menyelesaikan perkuliahan ini, saya ucapkan terima kasih, semoga Allah
SWT senatiasa melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna, maka
saran dan kritik sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaannya.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca khususnya keluarga besar
Universitas Sumatera Utara dan Puskesmas Medan deli.
Medan, Juni 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK i
ABSTRACT... ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP iii
KATA PENGANTAR iv
2.5. Persyaratan dalam Memperoleh Pelayanan Kontap 11
2.6. Keefektifan Kontap 11
2.7. Keuntungan dan Kerugian Kontap 12
2.7.1 Keuntungan 12
2.7.2 Kerugian 12
2.8 Indikasi dan Kontraindikasi 13
2.9 Efek Samping Atau Komlikasi 14
2.10 Pelayanan Kontrasepsi Mantap 14
2.10.1 Kontap WAnita 14
2.10.2 Kontap Pria 16
2.12 Pengetahuan 19
2.12.1 Defenisi Pengetahuan 19
2.12.2 Sumber Pengetahuan 19
2.13 Tingkat Pengetahuan 19
2.14 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan 21
2.15 Cara Pengukuran Pengetahuan 23
2.16 Sikap 23
2.16.1 Pengertian Sikap 23
2.16.1 Komponen Pokok Sikap 23
2.16.3 Tingkat Sikap 24
2.17 Pemakaian (Tindakan) 24
2.18 Kerangka Konsep 25
2.19 Hipotesis 26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 32
4.4.1. Hubungan Pengetahuan Responden Dengan Pemakaian Kontap 37 4.4.2. Hubungan Sikap Responden Dengan Pemakaian Kontap 38
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Hasil Analisis Univariat 39
5.1.1 Karakteristik Responden 39
5.1.2 Tingkat Pengetahuan 40
5.1.3 Sikap 40
5.2. Hasil Analisis Bivariat 39
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan 43
6.2. Saran 43
DAFTAR TABEL
Hal Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Desa Tebing Tanjung Selamat Menurut
Umur………36
Tabel 4.2 Distribusi Desa Tebing Tanjung Selamat Kecamatan Padang
Tualang Berdasarkan Tingkat Pendidikan………...…...………36
Tabel 4.3 Distribusi Fasilitas/Prasarana Pelayanan Kesehatan di Desa Tebing
Tanjung Selamat Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat ...…. 37
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Sosio Demografi di Desa Tebing
Tanjung Selamat Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat... 37
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan di Desa Tebing Tanjung Selamat Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat ... 38
Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Tiap Pertanyaan Pengetahuan Responden di Desa Tebing Tanjung Selamat Kecamatan Padang Tualang Kabupaten
Langkat………... 39
Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap di Desa Tebing Tanjung Selamat Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat………... 39
Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Responden terhadap Setiap Pernyataan Sikap KB dan Kontrasepsi Mantap di Desa Tebing Tanjung Selamat Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat………40
Tabel 4.9 Hubungan Pengetahuan Responden dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi Mantap di Desa Tebing Tanjung Selamat Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat ...……...41
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembaran Persetujuan Responden
Lampiran 2 : Kuesioner Penelitian
Lampiran 3 : Master Data penelitian
Lampiran 4 : Analisis Univariat
Lampiran 5 : Analisis Bivariat
Lampiran 6 : Surat permohonan izin dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Kepada Kepala Desa Tebing Tanjung Selamat Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat.
ABSTRAK
Kontrasepsi mantap atau sterilisasi merupakan metode KB yang paling efektif, murah, aman dan mempunyai nilai demografi yang tertinggi. Kontrasepsi mantap dikenal juga dengan istilah Medis Operatif Wanita (MOW) dan Medis Operatif Pria (MOP).
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan pengetahuan dan sikap akseptor KB dengan pemakaian alat kontrasepsi mantap di Desa Tebing Tanjung Selamat Kecamatan Padang Tualang. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini adalah akseptor KB yang menggunakan kontap dan tidak menggunakan kontap sebanyak 154 orang. Analisis data menggunakan uji Chi- Square dengan tingkat kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pengetahuan baik yang menggunakan kontrasepsi mantap sebanyak 77 orang (60,6%), sedang yang tidak menggunakan kontap sebanyak 50 (39,4%) sementara responden dengan tingkat pengetahuan tidak baik seluruhnya tidak menggunakan kontap. Responden dengan sikap baik yang menggunakan kontap sebanyak 62 orang (66,0%), yang tidak menggunakan kontap sebanyak 32 orang (34,0%) dan responden dengan sikap tidak baik yang menggunakan kontap sebanyak 15 orang (25,0%) dan yang tidak menggunakan kontap sebanyak 45 orang (75,0%). Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pemakaian alat kontrasepsi mantap (p-value = 0,0001 0,05) dan ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan pemakaian alat kontrasepsi mantap (p = 0.0001 < 0,05).
Disarankan kepada pelaksana dan pengelola pelayanan kontrasepsi agar dapat memberikan penyuluhan dan konseling tentang kontrasepsi yang akan digunakan kepada PUS yang akan menjadi akseptor KB secara efektif dan efisien.
ABSTRACT
Secure Contraception or Sterilization is contraception method that most effective, cheapest, safe and has high demographic value. Secure contraception is also known as female sterilization and man sterilization.
The purpose of this research was to know the relationship between knowledge and attitude of contraceptive users with secure contraception use in Desa Tebing Tanjung Selamat Kecamatan Padang Tualang. This research was an analitic survey research with cross sectional approach. Research samples were contraceptive users which used secure contraception and did not use secure contraception amount of 154. Data analysis used chi square with 95% confidence level.
Results showed that respondents with good level knowledge which used secure contraception as many as 77 (60,6%), did not use secure contraception as many as 50 (39,4%), while respondents with poor knowledge did not entirely use secure contraception. Respondents with good attitude which used secure contraception 62 users (66,0%), which did not use secure contraception as many as 32 users (34,0%) and respondents with poor attitude used secure contaception as many as 15 users (25,0%) and did not use secure contraception 45 user (75,0%). There was a significant relationship between knowledge and secure contraception use (p-value = 0,0001 < 0,05) and there was a significant relationship between attitude and secure contraception use (p = 0,0001 < 0,05).
It was suggested to practitioner and manager of contraception service to give extention and counseling about contraception which will be used for fertile age couples which will be contraceptive users effectively and efficiently.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Program Keluarga Berencana Nasional adalah program untuk membantu keluarga
termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik
sehingga dapat mencapai keluarga berkualitas. Dengan terbentuknya keluarga berkualitas
akan dapat melanjutkan pembangunan. Program Keluarga berencana dalam pembangunan
berkelanjutan berwawasan kependudukan dapat memberikan kontribusi dalam hal
mengendalikan jumlah dan pertumbuhan penduduk juga diikuti dengan peningkatan
kualitas penduduk (BKKBN, 2007a).
Untuk mewujudkan usaha Program Keluarga Berencana (KB) Nasional mempunyai
kontribusi penting dalam upaya peningkatan kualitas penduduk. Kontribusi program KB
Nasional tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan program Making Pregnancy Safer (MPS).
Salah satu pesan kunci dalam rencana strategi yang utama adalah pelayanan KB, sebab
setiap orang atau pasangan yang telah mendapat informasi dan pelayanan KB dapat
rmerencanakan waktu yang tepat untuk kehamilannya dan jarak kehamilan serta jumlah
anak (Saifudin, 2000).
KB membantu pasangan untuk memilih apakah ingin mempunyai anak atau
menentukan jumlah anak yang mereka inginkan. Pilihan itu tergantung pada pengaruh
dan wanita. pasangan harus mengetahui metode yang ada, agar keputusan bisa diambil
dengan hati-hati.Tidak sulit memilih, jika keduanya mempunyai pengetahuan tentang
bagaimana efisiennya metode yang terpilih untuk mencegah kehamilan yang tidak
diinginkan (Saifuddin, 2000).
Dewasa ini program KB sebagai pilar pertama telah dianggap berhasil dalam
penurunan angka kelahiran dan kematian. SDKI tahun 2002-2003 angka kematian ibu 307
per 100.000 kelahiran hidup dan mengalami penurunan pada tahun 2007 menjadi 228 per
100.000 kelahiran hidup. penduduk Indonesia diperkirakan berjumlah 226 juta jiwa dan
merupakan Negara ke empat dengan penduduk terbanyak di dunia. Berdasarkan
kuantitasnya, penduduk Indonesia tergolong sangat besar namun dari segi kualitasnya
masih memprihatikan dan tertinggal dibandingkan Negara ASEAN. Human Development
Report tahun 2006, posisi kua litas penduduk dilihat dari indek pembangunan manusia, Indonesia berada pada peringkat 108 dari 177 negara (BKKBN, 2007a).
Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada 2007, sebanyak
39% perempuan usia produktif tidak menggunakan kontrasepsi dengan sebaran 40% di
perdesaan dan 37% di perkotaan. Perubahan pengelolahan program KB kearah
desentralisasi ke Kabupaten/Kota ternyata membawa dampak mengendornya intensitas
pengelolaan program KB dilapangan. Kondisi tersebut dikhawatirkan akan menjadi
kendala dalam upaya-upaya penurunan fertilitas. Hal tersebut terbukti adanya
kecenderungan penurunan prevalensi kesertaan KB dan meningkatnya angka kelahiran
total (TFR) seperti di daerah Jawa pemakaian kontrasepsi modern tahun 2003 dari 62,2
menjadi 59,9 pada tahun 2007, TFR dari 2,1 menjadi 2,3.
Dari sensus penduduk yang dilakukan didapatkan laju pertambahan penduduk pada
penduduk 255,5 juta. Hal ini sejalan dengan peningkatan keikut sertaan masyarakat
terhadap KB. Angka TFR pada periode 2002 sebesar 2,6 artinya potensi rata-rata kelahiran
wanita usia subur berjumlah 2-3 anak.Pada tahun 1997 angka pemakaian kontrasepsi
sebesar 57,4% dan pada tahun 2002 sampai dengan 2003 sebesar 60,3%. Pada tahun 2015
jumlah penduduk Indonesia hanya mencapai 255,5 juta jiwa. Namun kalau terjadi
penurunan angka satu persen saja jumlah penduduk mencapai 264,4 juta jiwa atau lebih.
Sedangkan pelayanan keluarga berencana bisa ditingkatkan dengan kenaikan CFR 1%,
penduduk negeri ini sekitar 237,8 juta jiwa (BKKBN, 2007b)
Keberhasilan menurunkan angka pertumbuhan penduduk ini adalah hasil yang luar
biasa dari pelaksanaan program keluarga berencana yang dilaksanakan di bawah koordinasi
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, sejak tahun 1970 sampai sekarang ini.
Salah satu bentuk pelayanan keluarga berencana adalah pelayanan kontrasepsi yaitu upaya
untuk mencegah terjadinya kehamilan yang dapat bersifat sementara dan dapat juga bersifat
permanen. (Wiknjosastro, 2002)
Pada saat ini berkat kemajuan pembangunan, ilmu dan teknologi kedokteran, metode
kontrasepsi yang tersedia banyak macamnya. Namun walaupun demikian guna lebih
meningkatkan efektifitas dan efesiensi program pelayanan kontrasepsi di Indonesia lebih
diprioritaskan pada metode yang bersifat efektif, jangka panjang dan mantap. Metode
tersebut adalah Intrauterine Device (IUD) dan Implant atau alat kontrasepsi bawah kulit
serta kontrasepsi medis operatif atau kontrasepsi mantap yang secara keseluruhan dikenal
dengan metode kontrasepsi efektif terpilih. (Hartanto, 2004)
Dalam pelaksanaan pelayanan kontrasepsi mantap BKKBN sangat mendukung
karena termasuk dalam dasar (grand strategi) yang menjadi penggarapan program KB
kontrasepsi mantap belum maksimal dapat dilakukan. Indikasinya adalah masih tingginya
tingkat unmeet need PUS yang tidak ingin anak lagi tapi “ tidak ber-KB” yang mencapai
4,5 persen. SDKI 2002-2003 menunjukkan wanita kawin yang mengetahui metode
kontrasepsi mantap wanita (MOW) sebesar 63 persen dan metode kontrasepsi pria (MOP)
39 persen, sedangkan pria kawin yang mengetahui MOW 44 persen dan MOP 31 persen.
Bandingkan dengan pengetahuan mereka tentang metode kontrasepsi modern lainnya
seperti Pil, Suntik, IUD, Implant dan Kondom sudah mencapai rata-rata 80 persen
(Siswosudarmo dkk, 2007).
Tahun 2002 sebesar 60 persen, jumlah akseptor KB mengalami peningkatan pada
tahun 1997 (60,3%), pada tahun 2003, jumlah pasangan usia subur sebesar (11,72%)
merupakan peserta KB baru dan sebesar (77,80%) merupakan akseptor KB aktif . Angka
prevalensi MOW dan MOP sekitar 4 persen (MOW 3,6% dan MOP 0,4%) terbilang rendah
bila dibandingkan dengan Negara Bangladesh 8 persen dan Nepal 24 persen. Dan akseptor
KB di Indonesia yaitu metode yang digunakan suntik ( 56,33% ), pil (24,87%) sedangkan
IUD (9,34%), Implant (3,03%), MOW (3,80%) , dan MOP (0,40%), intravag/tisu/kondom
wanita (0,09%), kondom (0,71%) dan cara tradisional (1,92%) (BKKBN, 2007b).
Perkembangan program KB di Sumatera Utara menunjukan peningkatan, hal ini
terbukti dengan terciptanya jumlah peserta KB baru sebanyak 107,24% pada tahun 2007.
Dari permintaan masyarakat sebagai peserta KB baru tahun 2007 sebanyak 228,700 PUS
dengan perincian IUD 12,462, implan 13,615, suntik 89,389 , pil 83,389, kondom 17,223,
MOW 131 dan MOP 8,297 (BKKBN, 2007a).
Jumlah akseptor KB di Kabupaten Langkat yang paling banyak digunakan metode
kontrasepsi pil 45,20%, suntik 30,70%, Implant 5,64%, IUD 7,84%, kondom 3,17% dan
pasangan usia subur dibandingkan dengan alat kontrasepsi PIL dan Suntik. (Dinkes
Langkat, 2006).
Pelaksanaan program KB di Kecamatan Padang Tualang akseptor KB yang
menggunakan metode kontrasepsi PIL 36,28%, suntik 27,29%, IUD 15,64%, implant
8,78%, MOP/MOW 10,65%, kondom 1,36% (Dinas Kesehatan Langkat, 2006).
Dari data di atas masih banyak ditemukan pasangan usia subur yang tidak ikut
kontrasepsi mantap dan pada survei pendahuluan di Desa Tebing Tanjung Selamat pada
tahun 2006 masih ditemukan akseptor KB yang menggunakan alat kontrasepsi Pil 51,64%,
Suntik 28,17%, implant 5,23%, IUD 1,95%, MOW 6,38%, MOP 0,71%, kondom 2,92%
dari hasil survei pendahuluan akseptor tidak menggunakan kontap dengan alasan masih ada
anggapan bahwa kontrasepsi mantap dapat merugikan hubungan seksual dan rasa takut bila
akan dioperasi karena kurangnya pengetahuan dan sumber informasi akseptor tentang
kontrasepsi mantap.
Melihat kondisi dan permasalahan di atas, dilakukan penelitian tentang “Hubungan
Pengetahuan dan Sikap Akseptor KB dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi Mantap di Desa
Tebing Tanjung Selamat Kabupaten Langkat Tahun 2009”.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat di rumuskan masalah bagaimanakah
Hubungan Pengetahuan dan Sikap Akseptor KB dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap akseptor KB dengan
pemakaian alat kontrasepsi mantap di Desa Tebing Tanjung Selamat Kabupaten Langkat
Tahun 2009.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan akseptor KB tentang pemakaian alat
kontrasepsi mantap di Desa Tebing Tanjung Selamat Kabupaten Langkat Tahun 2009.
2. Untuk mengetahui sikap akseptor KB tentang pemakaian alat kontrasepsi mantap di
Desa Tebing Tanjung Selamat Kabupaten Langkat Tahun 2009.
3. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan akseptor KB dengan pemakaian alat
kontrasepsi mantap di Desa Tebing Tanjung Selamat Kabupaten Langkat Tahun 2009.
4. Untuk mengetahui hubungan sikap akseptor KB dengan pemakaian alat kontrasepsi
mantap di Desa Tebing Tanjung Selamat Kabupaten Langkat Tahun 2009.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi pihak pelaksana dan pengelola
pelayanan kontrasepsi agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang efektif dan
efesien, memberikan informasi yang adekuat dan akurat mengenai pengetahuan, sikap
akseptor KB dengan pemakai alat kontrasepsi mantap.
2. Sebagai masukan untuk bahan informasi dalam melaksanakan penyuluhan dalam
dianggap aman dan dapat merubah perilaku pasangan usia subur untuk ikut sebagai
akseptor kontrasepsi mantap.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keluarga Berencana
Sejak dicanangkan dan digalakan secara nasional oleh presiden RI ke-2 Soeharto
pada tahun 1970, hingga kini program Keluarga Berencana (KB) masih dipahami secara
sempit oleh masyarakat sehingga tujuan akhir KB yaitu membentuk keluarga bahagia dan
sejahtera belum benar-benar terwujud. Secara umum, masyarakat memahami KB sebagai
program pemerintah untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk melalui
perencanaan kelahiran dan jumlah anak. Dengan perkembangan waktu visi dan misi
program Keluarga Berencana dan Kesehatan reproduksi telah mengalami reposisi dari
Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera menjadi keluarga berkualitas 2015. Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) telah membuat paradigma baru
dalam mengembangkan program KB. Paradigma ini menegaskan terintegrasinya program
KB dengan pelayanan kesehatan reproduksi yang sesuai dengan hasil International
Conference on Population and Development (ICPD) di Kairo, Mesir pada tahun 1994. Dalam ICPD 1994, secara tegas dinyatakan bahwa penggunaan alat kontrasepsi adalah
bagian dari hak-hak reproduksi yang paling pokok adalah hak individu dan pasangan
untuk menentukan kapan akan melahirkan, berapa jumlah anak dan jarak anak yang akan
dilahirkan, serta memilih sendiri upaya mewujudkan hak-hak tersebut (Trianto, 2008).
Mewujudkan usaha Program Keluarga Berencana (KB) Nasional mempunyai
Nasional tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan program Making Pregnancy Safer
(MPS). Salah satu pesan kunci dalam rencana strategi yang utama adalah pelayanan KB,
sebab setiap orang atau pasangan yang telah mendapat informasi dan pelayanan KB dapat
merencanakan waktu yang tepat untuk kehamilannya dan jarak kehamilan serta jumlah
anak (Saifuddin, 2000).
KB membantu pasangan untuk memilih apakah ingin mempunyai anak atau
menentukan jumlah anak yang mereka inginkan. Pilihan itu tergantung pada pengaruh
sosial, budaya dan psikologi yang rumit. Pilihan itu bisa merupakan kontrasepsi untuk
pria dan wanita. pasangan harus mengetahui metode yang ada, agar keputusan bisa
diambil dengan hati-hati. Tidak sulit memilih, jika keduanya mempunyai pengetahuan
tentang bagaimana efisiennya metode yang terpilih untuk mencegah kehamilan yang
tidak diinginkan (Saifuddin, 2000).
2.2 Akseptor KB
Akseptor KB (peserta keluarga berencana) adalah pasangan usia subur yang mana salah seorang menggunakan salah satu cara/alat kontrasepsi untuk pencegahan
kehamilan, baik melalui program maupun non program (Gunawan, 1997).
2.3 Keluarga Berencana 2.3.1 Pengertian
Keluarga berencana adalah program nasional yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan, kesejahteraan ibu, anak dan keluarga khususnya, serta bangsa pada umumnya.
Salah satunya dengan cara membatasi dan menjarangkan kehamilan (Siswosudarmo dkk,
Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak
diinginkan, mendapat kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara
kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri,
menentukan jumlah anak dalam keluarga(Hartanto, 2004).
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’ dan
konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan
sperma. Ada dua pembagian cara kontrasepsi, yaitu cara kontrasepsi sederhana dan cara
kontrasepsi modern (metode efektif) (Wiknjosastro, 2000)
2.3.2 Tujuan Keluarga Berencana
Tujuan Keluarga Berencana adalah meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta
mewujudkan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera yang menjadi dasar bagi
terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian
pertumbuhan penduduk Indonesia. Sedangkan dalam era otonomi daerah saat ini
pelaksanaan program Keluarga Berencana Nasional bertujuan untuk mewujudkan
keluarga berkualitas memiliki visi, sejahtera, maju, bertanggung jawab, bertakwa dan
mempunyai anak ideal, dengan demikian diharapkan terkendalinya tingkat kelahiran dan
pertambahan penduduk, meningkatkan jumlah peserta KB atas kesadaran, sukarela
dengan dasar pertimbangan moral dan agama dan berkembangnya usaha-usaha yang
membantu peningkatan kesejahteraan ibu dan anak, serta kematian ibu pada masa
2.4 Kontrasepsi Mantap (KONTAP)
Kontrasepsi mantap atau sterilisasi merupakan metode KB yang paling efektif,
murah, aman, dan mempunyai nilai demografi yang tertinggi. Kontrasepsi mantap
merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, secure contraception dan nama lain adalah
sterilisasi (sterilization), atau kontrasepsi operatif (surgical contraception). Dari sini
dikenal istilah medis operatif wanita (MOW) untuk sterilisasi wanita dan medis operatif
pria (MOP) untuk sterilisasi laki-laki (Siswosudarmo dkk, 2007).
Tindakan kontrasepsi mantap harus dilakukan dengan sukarela maka dikenal pula
istilah voluntary sterilization (vs) atau voluntary surgical contraception disingkat VSC,
dan pada wanita sterilisasi lazimnya dilakukan memotong dan mengambil sebagian
saluran telur (tuba) sehingga dikenal istilah tubektomi. Prosedur sterilisasi tidak dengan
memotong tuba tetapi cukup dengan mengikatnya (membuat buntu), dari sini lahir istilah
tubal ligation atau tubal occlusion. Pendekatannya dapat dilakukan dengan pembedahan kecil yang dikenal dengan nama minilaparatomi atau disingkat minilap. Cara lain adalah
dengan melakukan laparoskopi dan disebut sterilisasi laparoskopik (laproscopic
sterilization) (Siswosudarmo, 2007).
Pada laki-laki sterilisasi dilakukan dengan memotong dan membuang sebagian vas
deferens sehingga dikenal istilah vasektomi. Sekarang muncul istilah vasektomi tanpa
pisau (non-scalpel vasectomy) yakni untuk vasektomi yang menggunakan klemp khusus
Kontrasepsi mantap atau sterilisasi adalah sebuah cara KB dengan melakukan
pembedahan pada saluran benih, baik berupa pemotongan dan/atau pengambilan
sebagian atau hanya dengan melakukan pengikatan saja (Siswosudarmo dkk, 2007).
2.5 Persyaratan Dalam Memperoleh Pelayanan Kontrasepsi Mantap
1. Sukarela artinya calon peserta KB tidak dipaksa atau ditekan untuk menjadi peserta kontrasepsi mantap, untuk menentapkan syarat sukarela ini perlu dilakukan pelayanan
informasi konseling.
2. Bahagia artinya calon peserta KB terikat dalam perkawinan yang syah dan harmonis,telah dianugerahi sekurang-kurangnya 2 orang atau lebih dari 2 orang anak
dengan umur anak terkecil 2 tahun, dan dengan mempertimbangkan umur istri
sekurang-kurangnya lebih dari 26 tahun, syarat bahagia ini dapat diketahui pada saat
dilakukan pelayanan informasi dan konseling.
3. Kesehatan artinya tidak ditemukan kontraindikasi kesehatan peserta KB tersebut diberikan pelayanan kontrasepsi mantap, syarat kesehatan ini dapat diketahui pada saat
pemeriksaan prabedah.
Hasil dari tiga persyaratan di atas akan menentukan dapat atau tidaknya seseorang
mendapatkan pelayanan kontarsepsi mantap. (Depkes RI, 2006)
2.6 Keefektifan Kontrasepsi Mantap
Kontap merupakan cara KB yang paling efektif. Angka kegagalannya hanya 0,2 –
0,4 per 100 wanita pertahun, baik untuk kontap wanita maupun kontap untuk pria.
Kegagalan ini pada umumnya karena kesalahan teknik operasi tetapi mungkin juga
1. Sifatnya relatif permanen ,artinya untuk melakukan rekanalisasi memerlukan biaya
dan waktu.
2. Perlu dilakukan konseling yang mantap, karena metode ini sifatnya permanen
(Siswosudarmo dkk, 2007).
2.7 Kentungan dan Kerugian Kontrasepsi Mantap
2.7.1 Keuntungan yang utama adalah bahwa kontap merupakan suatu cara KB paling efektif dibanding seluruh cara yang tersedia. Keefektifannya tercapai begitu
operasi selesai dikerjakan kontap merupakan cara KB jangka panjang yang tidak
memerlukan tindakan ulang artinya cukup sekali dikerjakan. Cara ini permanen,
dapat dikatakan continuation rate-nya praktis 100%. Meskipun kontap dilakukan
dengan cara operasi, ia merupakan cara yang paling aman, bebas dari efek samping
asal semua prosedur dan persyaratan operasi terpenuhi. Dan kontap bersifat praktis
artinya tidak membutuhkan kunjungan ulang yang terjadwal, tidak menggangu
hubungan seksual, tidak menurunkan libido. Sterilisasi merupakan tindakan
operasi kecil di mana klien hanya memerlukan istirahat beberapa jam sebelum ia
bisa meninggalkan tempat pelayanan dan dapat dikerjakan di lapangan (field
based) dengan memenfaatkan kamar operasi di puskesmas.
2.7.2 Kerugian kontap adalah sifatnya yang permanen, sehingga calon klien harus menyadari betul bahwa sekali dilakukan sterilisasi, ia hampir tidak mungkin hamil
kembali. Penyesalan merupakan masalah besar yang sulit diatasi, oleh karena itu
konselor harus benar-benar menekankan sifat permanennya. Cara ini hanya cocok
untuk mereka yang tidak menginginkan anak lagi, bukan sebagai cara penjarangan
anak. Dan pemberian konseling merupakan bagian yang sangat menentukan ada
sehingga syarat operasi harus terpenuhi terutama yang menyangkut pencegahan
infeksi. Ia juga menuntut ketrampilan yang prima bagi operatornya, terutama
sterilisasi laparoskopik bagi wanita (Hartanto, 2004).
2.8 Indikasi dan Kontraindikasi
Dengan sifatnya yang permanen, kontap hanya cocok untuk pasangan yang tidak
menginginkan anak lagi. Secara lebih luas indikasi sterilisasi dapat dibagi empat macam
yakni indikasi medis, obstetrik, genetik dan indikasi kontrasepsi. Termasuk dalam
kategori : Pertama Indikasi Medis adalah penyakit yang berat dan kronik seperti penyakit
jantung (terutama derajat tiga dan empat), ginjal, paru dan penyakit kronik lainnya.
Sudah barang tentu tidak semua penyakit merupakan indikasi, tetapi hanya yang
membahayakan keselamatan ibu kalau ia mengandung merupakan indikasi untuk
sterilisasi. Kedua Indikasi Obstetris adalah keadaan dimana risiko kehamilan berikutnya
meningkat meskipun secara medis tidak menunjukkan kelainan apa-apa. Termasuk dalam
indikasi obstetrik anatara lain adalah multiparitas , dengan usia relatif lanjut (misal yang
disebut grandemultigravida, yakni paritas lima atau lebih dengan umur 35 tahun atau
lebih), seksio sesarea dua kali atau lebih dan lain-lain. Ketiga Indikasi genetik adalah
penyakit herditer yang membahayakan kesehatan dan keselamatan anak, seperti
Huntington’s chorea, TaySachs disease, hernophilia, marfan’s syndrome, Wilson’s disease dan lain-lain. Keempat Indikasi kontrasepsi adalah indikasi adalah yang murni ingin menghentikan (mengakhiri) kesuburan, artinya pasangan tersebut tidak
menginginkan kelahiran anak lagi meskipun tidak terdapat keadaan lain yang
membahayakan–keselamatan ibu seandainya ia hamil kembali. Dan di Indonesia dapat
karena merasa beban ekonomi keluarga menjadi terlalu berat dengan bertambahnya anak
dalam keluarga tersebut. penelitian yang dilakukan pada tahun 1990 menunjukkan
bahwa 40% wanita yang dilakukan sterilisasi adalah alasan ekonomi (Depkes RI, 1997).
2.9 Efek samping dan/atau Komplikasi
Kontap merupakan cara KB yang paling aman, karena tidak bersifat hormonal,
sehingga tidak memiliki efek samping sistemik. Kontap juga tidak menempatkan benda
asing seperti AKDR (Kecuali cincin Falop yang relatif sangat kecil) sehingga risiko
Penyakit Radang Panggul praktis tidak meningkat, dan komplikasi yang terjadi pada
dasarnya dapat dibagi dua yakni komplikasi akibat anastesi dan tindakan operasi.
(Siswosudarmo dkk, 2007).
2.10 Pelayanan Kontrasepsi Mantap
Pelayanan kontrasepsi terdiri dari 2 antara lain :
2.10.1 Kontrasepsi mantap pada wanita (tubektomi)
Adalah suatu cara KB dengan melakukan pembedahan dengan memotong dan mengambil saluran telur atau membuat buntu saluran dengan mengikatnya sehingga tidak
terjadi pembuahan atau ovulasi, dan dapat dilakukan di rumah sakit pemerintah maupun
swasta.
1. Cara Kontrasepsi Tubektomi
Dilaksanakan melalui tindakan operasi kecil melalui rongga perut atau vagina dengan
cara mengikat dan memotong saluran telur (tuba) pada istri. Karena dengan demikian
telur dari ovarium tidak dapat mencapai rongga rahim sehingga tidak terjadi
dirawat, hanya memerlukan pengawasan beberapa jam (sekitar 6 jam) setelah operasi
dan pasien boleh pulang hari itu juga. Dengan tubektomi, hubungan suami istri tidak
terganggu, fungsi haid, berlangsung seperti sediakala, dan kesehatan fisik, mental,
maupun emosi tidak terganggu. Tubektomi dapat dilakukan pada pacsa persalinan,
pacsa keguguran dan masa interval. Pada masa persalinan sebaiknya tindakan
dilaksanakan dalam jangka waktu 24 jam atau selambat-lambatnya 48 jam setelah
melahirkan.
2. Keunggulan Tubektomi
Keunggulan yang utama adalah bahwa tubektomi merupakan suatu cara KB yang
paling efektif dibandingkan seluruh cara yang tersedia. Keefektifannya tercapai begitu
operasi selesai dikerjakan dan merupakan cara KB jangka panjang yang tidak
memerlukan tindakan ulang, artinya cukup sekali dikerjakan.
3. Indikasi dan Kontraindikasi
Dengan sifatnya yang permanen, tubektomi hanya cocok untuk pasangan yang tidak
menginginkan anak lagi. Secara lebih luas indikasi sterilisasi dapat dibagi menjadi
empat macam yaitu:
a. Indikasi Medis adalah penyakit yang berat dan kronis seperti jantung, ginjal, paru-paru, dan penyakit kronis lainnya. Sudah barang tentu tidak semua penyakit tersebut
merupakan indikasi tetapi hanya yang membahayakan keselamatan ibu kalau ia
mengandung merupakan indikasi untuk sterlisasi.
b.Indikasi Obstetri adalah keadaan dimana risiko kehamilan berikutnya meningkat meskipun secara medis tidak menunjukan kelainan apa-apa, termasuk dalam indikasi
c. Indikasi Genetik adalah penyakit herediter yang membahayakan kesehatan dan keselamatan bayi dan anak.
d.Indikasi Kontrasepsi adalah indikasi yang murni ingin menghentikan/mengakhiri kesuburan, artinya pasangan tidak menginginkan kelahiran anak lagi meskipun tidak
terdapat keadaan lain yang membahayakan keselamatan ibu seandainya ia hamil
kembali.
4. Efek Samping dan Komplikasi
Komplikasi sterilisasi wanita dapat dibagi dalam dua kategori, yakni komplikasi
akibat anastesi dan komplikasi akibat tindakan operasi. Komplikasi akibat anastesi
antara lain adalah perasaan mual sampai muntah, pusing, pneumonia aspirasi, alergi
sampai shok anafilaksi (terutama terhadap lidocain) dan pada keadaan yang sangat
dapat berakibat kematian. Efek samping dan komplikasi akibat tindakan operasi oleh
WHO dibagi kedalam komplikasi minor dan komplikasi mayor. Komplikasi minor
antara lain rasa sakit pada tempat irisan, demam, perdarahan ringan dan infeksi luka
dan tidak memerlukan rawat inap. Komplikasi adalah perdarahan banyak yang
membutuhkan operasi lebih jauh. (Hartanto, 2004)
2.10.2 Kontrasepsi mantap pada pria (vasektomi)
Adalah tindakan operasi ringan dengan cara mengikat dan memotong saluran sperma sehingga sperma tidak dapat lewat dan air mani tidak mengandung spermatozoa,
dengan demikian tidak terjadi pembuahan, operasi berlangsung kurang lebih 15 menit
dan pasien tak perlu dirawat. Operasi dapat dilakukan di Puskesmas, tempat pelayanan
kesehatan dengan fasilitas dokter ahli bedah, pemerintah dan swasta, dan karena tindakan
vasektomi murah dan ringan sehingga dapat dilakukan di lapangan. (Siswosudarmo,
1. Vasektomi dilakukan dengan cara pemotongan Vas Deferens sehingga saluran
transportasi sperma terhambat dan proses penyatuan dengan ovum tidak bekerja.
2. Syarat-syarat menjadi akseptor KB vasektomi
a. Sukarela, bahagia dan sehat
b. Menginformasikan berbagai metode yang dapat dipergunakan sehingga kaum pria
dapat membantu meningkatkan program KB dan menurunkan angka kelahiran dan
memperkecil penyebaran penyakit PMS
c. Memberikan konseling sebelum memilih alat kontrasepsi.
3. Indikasi Vasektomi
Pada dasarnya indikasi untuk melakukan vasektomi ialah bahwa pasangan
suami/istri tindakan menghendaki kehamilan lagi dan pihak suami bersedia bahwa
tindakan kontrasepsi dilakukan pada dirinya (Hartanto, 2004).
4. Kontra Indikasi Vasektomi
Sebenarnya tidak ada kontra indikasi vasektomi, hanya apabila ada kelainan
lokal yang dapat mengganggu).
5. Keuntungan Vasektomi
a. Teknik operasi kecil yang sederhana dapat dikerjakan kapan saja.
b. Komplikasi yang dijumpai sedikit dan ringan
c. Hasil yang diperoleh hampir 100%
d. Biaya murah dan terjangkau oleh masyarakat
e. Jika pasangan suami isteri ingin mendapatkan keturunan lagi, kedua ujung Vas
Deferens dapat disambung kembali (Mochtar, 1998).
a. Cara ini tidak langsung efektif, perlu menunggu beberapa waktu setelah
benar-benar sperma tidak ditemukan berdasarkan analisa sperma.
b. Masih merupakan tindakan “operasi” maka pria masih merasa takut.
c. Walaupun pada prinsipnya dapat disambungkan kembali, namun masih diperlukan
banyak tenaga terlatih untuk melakukannya (Siswosudarmo dkk, 2007)
7. Komplikasi Vasektomi
A. Komplikasi pasca bedah
a. Perdarahan
b. Rasa Nyeri
c. Infeksi
B. Komplikasi yang di ketahui setelah operasi : nafsu pria yang berlebihan tidak ada
C. Komplikasi dalam jangka waktu yang lama : kemungkinan rekanalisasi
2.11 Kesehatan Reproduksi
Pada kurun waktu 20 tahun terakhir, ruang lingkup studi kesehatan reproduksi tidak sekedar masalah kesehatan ibu dan anak tetapi juga ada keterkaitan proses reproduksi
dengan masalah sosial lain yang lebih luas, seperti kependudukan, keluarga berencana,
status wanita dan penyakit menular seksual (Glasier dkk, 2005).
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial
secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal
yang berkaitan dengan system reproduksi, serta fungsi dan prosesnya. Ruang lingkup
kesehatan reproduksi sebenarnya sangat luas, sesuai dengan defenisi yang tertera, karena
kesehatan reproduksi mencakup keseluruhan kehidupan manusia sejak lahir hingga mati
siklus hidup, salah satu komponen pelayanan yang nyata dan dapat dilaksanakan adalah
keluarga berencana. (Depkes RI, 2005)
2.12 Pengetahuan
2.12.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu manusia, ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagaimana besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga, karena dari
pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. (Notoatmodjo, 2007)
2.12.2 Sumber Pengetahuan
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung atau pun melalui
pengalaman orang lain. Pengetahuan dapat ditingkatkan melalui penyuluhan baik secara
individu mau pun kelompok. Untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan diperlukan
penyuluhan kesehatan yang bertujuan untuk tercapainya perubahan perilaku individu,
keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara hidup sehat dan lingkungan
sehat dan berperan aktif dalam upaya memwujudkan derajat kesehatan optimal.
2.13 Tingkat Pengetahuan.
1. Tahu (know) artinya dapat mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, yang termasuk kedalam tingkat pengetahuan ini adalah mengingat
kembali terhadap hal–hal yang spesifik dari seluruh materi yang telah dipelajari
sebelumnya, yang termasuk kedalam tingkat pengetahuan ini adalah mengingat
kembali terhadap hal–hal yang speksifik dari seluruh materi yang telah dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima , kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
tentang apa yang telah dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.
2. Memahami (comprehension) artinya kemampuan untuk menjelaskan tentang objek
yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang
yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, memberi
contoh atau menyimpulkan.
3. Aplikasi (application) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini
dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum–hukum, rumus, metode,
prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.
4. Analisis (analysis) artinya suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek dalam komponen, tetapi masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analysis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti menggambarkan,
membedakan dan sebagainya.
5. Sintesis (synthesis) diartikan menunjukkan suatu kemampuan dalam meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru,
dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
6. Evaluasi (evaluation) ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu materi atau objek, penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria
yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
2.14 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Pengetahuan bukanlah fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan
sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap obyek, pengalaman, maupun
lingkungannya. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan
sementara orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu
pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi
karena adanya pemahaman-pemahaman baru. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain :
a. Umur
Mawarni (2008) mengutip pernyataan Singgih (1998), makin tua umur seseorang
maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur
tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika
berumur belasan tahun. Pada orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran baik
fisik maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan
bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya
kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang
akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia.
Suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau
meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri.
Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan
informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi
yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.
(Notoatmodjo 2007)
b. Informasi
Wiedhary (1996) dalam Mawarni (2008), informasi akan memberikan pengaruh
pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah
tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio
atau surat kabar maka hal ini akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.
c. Lingkungan
Adalah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang.
Lingkungan memberikan pengaruh pertama pada seseorang, dimana seseorang dapat
mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat
kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan
berpengaruh pada cara berpikir seseorang.
d. Pengalaman
Adalah pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat
diartikan pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun
dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan
dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan
e. Sosial Budaya
Sosial budaya kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan
bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Dan sosial budaya mempunyai
pengaruh pada pengetahuan sesorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam
hubungannya dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses
belajar dan memperoleh suatu pengetahuan. (Hendra, 2008 dalam Mawarni, 2008).
2.15 Cara Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawacara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek peneliti atau responden.
Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat kita ukur dapat disesuaikan
dengan tingkatan tersebut di atas (Notoatmodjo, 2007).
2.16 Sikap
2.16.1 Pengertian Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu stimulasi atau objek, manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya
bisa di tafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup, sikap secara nyata
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam
kehidupan sehari-hari. (Notoatmodjo, 2007)
2.16.2 Komponen Pokok Sikap
Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3
kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek, kecenderungan untuk bertindak.
Komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam
penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosional
memegang peranan penting (Mawarni, 2008).
2.17.3 Tingkatan Sikap
Menurut Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa seperti halnya dengan
pengatahuan, sikap ini juga memiliki beberapa tingkatan yaitu:
1. Menerima (receiving) diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatiakan
stimulus yang diberikan (objek).
2. Merespon (responding) yang berarti memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap.
3. Menghargai (valuing) yang berarti mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah.
4. Bertanggung jawab (responsible) yaitu bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.
2.17 Pemakaian (Tindakan)
Selain dari pengetahuan dan sikap ternyata pemakaian merupakan hal penting
dalam perubahan perilaku seseorang. Tindakan adalah aturan yang dilakukan untuk
mengatasi sesuatu atau perbuatan, Adanya hubungan erat sikap dan tindakan didukung
oleh pengertian yang menyatakan bahwa sikap merupakan kecendrungan untuk
sikap keluarga dimana ia adalah bagiannya atau anggotanya. Ada beberapa tingkatan
dari tindakan yaitu persepsi, mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama, respon,
melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar atau sesuai dengan contoh
merupakan indikator praktek tingkat kedua. Mekanisme apabila seseorang telah dapat
melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan
kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga. Adaptasi suatu praktek atau
tindakan yang sudah berkembang dengan baik artinya tindakan itu sudah
dimodifikasikanya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian
mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya
diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau
disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktik (practice) kesehatan, atau dapat
juga dikatakan perilaku kesehatan (overt behaviour). Oleh sebab itu indikator praktik
kesehatan ini juga mencakup beberapa hal, tindakan sehubungan dengan penyakit,
tindakan pemeriksaan dan peningkatan kesehatan, tindakan kesehatan lingkungan
(Notoamodjo, 2007).
2.18 Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep penelitian tentang hubungan pengetahuan dan sikap
akseptor KB dengan pemakaian alat kontrasepsi mantap di Desa Tebing Tanjung Selamat
Kabupaten Langkat tahun 2009 adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Hubungan Pengetahuan dan Sikap Akseptor KB dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi Mantap.
2.19 Hipotesis
1. Ada hubungan pengetahuan akseptor KB dengan pemakaian alat kontrasepsi mantap
di Desa Tebing Tanjung Selamat Kecamatan Padang Tualang tahun 2009
2. Ada hubungan sikap akseptor KB dengan pemakaian alat kontrasepsi mantap di Desa
Tebing Tanjung Selamat Kecamatan Padang Tualang. Sikap
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah merupakan penelitian survei analitik dengan pendekatan Cross sectional untuk mengetahui adanya hubungan pengetahuan dan sikap akseptor KB dengan pemakaian kontrasepsi mantap.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Tebing Tanjung Selamat Kecamatan Padang
Tualang Kabupaten Langkat.
3.3 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan mulai dari bulan Februari sampai dengan Oktober 2009.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasangan usia subur yang menjadi
akseptor KB sebanyak 947 PUS di Desa Tebing Tanjung Selamat tahun 2009
3.4.2 Sampel
Sampel adalah seluruh pasangan usia subur yang menggunakan Kontap dan
tidak menggunakan Kontap di Desa Tebing Tanjung Selamat Kecamatan Padang
Tualang tahun 2009. Teknik penarikan sampel dilakukan secara acak sederhana (simple
random sampling) dengan cara undian. Besar sampel dalam penelitian dihitung dengan rumus besar sampel untuk uji hipotesis dua sampel (Lemeshow,1997) :
dimana :
α = Tingkat kemaknaan = 0,05,
Z1 – α /2 = Nilai baku normal pada α = 0,05 sebesar 1,96.
1-ß = Kuasa uji = 80%
Z1 – ß = Nilai baku normal pada ß 0,20 = 0,842
Po = Proporsi pasangan usia subur yang menjadi akseptor KB kontap : 0,0709
(Dinas Kesehatan Langkat, 2006)
Po-Pa = Proporsi perbedaan pasangan usia subur akseptor KB Kontap yang
Jadi sampel pada penelitian ini adalah 77 akseptor KB yang menggunakan
Kontap dan 77 akseptor KB yang tidak menggunakan Kontap, sehingga besar sampel
total berjumlah 154 orang.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner sedangkan data
sekunder diperoleh dari buku catatan laporan puskesmas Tanjung Selamat.
3.6 Definisi Operasional 1. Pengetahuan tentang kontap
Pengetahuan tentang Kontap adalah sesuatu yang diketahui oleh akseptor KB
mengenai pengertian dan tujuan KB, persyaratan pelayanan kontap, jenis pelayanan
kontap, cara pelaksanaan kontap, komplikasi dan indikasi kontap, keunggulan kontap,
tujuan tubektomi dan vasektomi.
2. Sikap tentang kontap
Sikap tentang kontap adalah reaksi atau respon atau tanggapan akseptor KB
terhadap kontap.
3. Pemakaian alat kontrasepsi mantap
Pemakaian alat kontrasepsi mantap adalah suatu tindakan dan perbuatan yang
3.7Aspek Pengukuran
Aspek pengukuran dalam penelitian adalah untuk mengukur perilaku responden
yang meliputi pengetahuan, sikap dan pemakaian kontrasepsi mantap, dimana variabel
pengukuran dijabarkan menjadi sub variabel dan kemudian sub variabel dijabarkan
menjadi komponen yang akan diukur berdasarkan nilai yang diberikan setiap
pertanyaan.
1. Pengetahuan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden tentang Kontrasepsi Mantap
terdiri dari 10 pertanyaan. Dimana skor untuk pertanyaan no 1,2,3,4,5,6,7,8.9 dan10
bila menjawab benar skor adalah 2 dan menjawab salah skor adalah 1. (Arikunto,2006)
Menjumlahkan skor yang didapat dan dibuat persentase dengan menggunakan
formula:
Persentase
Keterangan :
S = Skor Responden
∑F = Jumlah seluruh jawaban responden yang benar
r = Jumlah nilai maksimum untuk seluruh jawaban
Jadi di peroleh aspek pengukuran pengetahuan adalah :
- Bila jawaban responden > 75 % benar, dikategori Baik, bila skor ≥ 15
- Bila jawaban responden < 75 % benar, dikategori Tidak baik, bila < 15
2. Sikap
Dengan menggunakan skala Likert : Untuk mengetahui sikap ibu akseptor KB
yang menjawab sangat setuju diberi nilai 5, setuju diberi nilai 4, netral diberi nilai 3,
tidak setuju di beri niali 2 dan sangat tidak setuju diberi nilai 1
Maka berdasarkan jumlah yang diperoleh responden dapat dikategorikan
sebagai berikut :
- Baik, apabila responden mendapat skor ≥ 30
- Tidak baik, apabila responden mendapatkan skor < 30
3. Pemakaian Alat kontrasepsi mantap
Untuk mengetahui tindakan akseptor KB tentang kontrasepsi mantap
- Memakai Kontap
- Tidak Memakai Kontap
3.8 Teknik Analisis Data
Tahapan analisis data meliputi :
1. Koding, adalah pemberian kode-kode tertentu untuk tiap-tiap data yang
dimasukan dalam kategori yang sama.
2. Editing, adalah data yang sudah diperoleh dikumpulkan dan diteliti
keleng-kapannya.
3. Verifikatif, adalah pengecekan ulang terhadap data sebelumnya di entri
4. Entri, adalah memasukkan data ke dalam komputer agar dapat diolah dan
dianalisis.
Data yang sudah didapatkan kemudian dilakukan analisis data univariat dalam
menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% dan disajikan dalam
bentuk tabel dan narasi.
BAB 1V
HASIL PENELITIAN
4.1Gambaran Umum lokasi Penelitian
Desa Tebing Tanjung Selamat merupakan salah satu nama desa yang terdapat
di daerah Padang Tualang Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara. Yang
mempunyai luas daerah 870 Ha. Dengan batas wilayah Utara berbatasan dengan
Kecamatan Sawit Seberang, wilayah Selatan berbatasan dengan Pabrik Kelapa Sawit
dan Suka Ramai, wilayah Barat berbatasan dengan Desa Batang Serangan, dan
wilayah Timur berbatasan dengan Tanjung Putus.
Jumlah penduduk Desa Tebing Tanjung Selamat 8100 jiwa, jumlah PUS 1578
jiwa, dan tenaga kesehatan 24 orang.
Mayoritas pekerjaan penduduk Desa Tebing Tanjung Selamat merupakan
tidak bekerja yaitu 2278 jiwa dan wiraswasta yaitu 1607 jiwa serta agama Islam
merupakan agama yang paling banyak diyakini oleh masyarakat Desa Tebing
Dalam hal pelaksanaan program keluarga berencana di Desa Tebing Tanjung
Selamat Kecamatan Padang Tualang dilaksanakan oleh bidan yang ada di puskesmas
pembantu dan yang bertanggung jawab adalah bidan koordinator. Jumlah pemakaian
jenis kontasepsi yang paling banyak dipakai yaitu Pil 583 jiwa (61,6%) dan suntik
4.2Gambaran Penduduk
Desa Tebing Tanjung Selamat mempunyai distribusi penduduk berdasarkan
umur, pendidikan dan tempat fasilitas kesehatan yang dapat dilihat pada tabel di bawah
ini :
Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Desa Tebing Tanjung Selamat Menurut Umur
No Umur Jumlah Tualang Kabupaten Langkat Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah Tanjung Selamat Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat
No Fasilitas/Prasarana Kesehatan Jumlah
4.3 Analisis Univariat
4.3.1 Karakteristik Responden
Pada penelitian ini yang menjadi responden adalah pasangan usia subur yang
menggunakan Kontap dan tidak menggunakan Kontap di Desa Tebing Tanjung Selamat
Kecamatan Padang Tualang. Distribusi responden menurut karakteristik sosio demografi
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Sosio Demografi di Desa Tebing Tanjung Selamat Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat
No Sosio Demografi Jumlah
Menggunakan Kontap Tidak Menggunakan Kontap
Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa responden yang menggunakan kontap pada
kelompok umur > 30 tahun sebanyak 63 orang (81,8%) dan yang tidak menggunakan
pada kelompok umur 20-30 tahun sebanyak 45 orang (58,4%). Sedang pada tingkat
pendidikan responden yang menggunakan kontap SLTA sebanyak 41 orang (53,2%) dan
yang tidak menggunakan kontap tertinggi pada tingkat pendidikan SLTA sebanyak 57
orang (74,0%).
4.3.2 Pengetahuan Responden
Distribusi responden menurut tingkat pengetahuannya tentang KB dan kontrasepsi
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan di Desa Tebing Tanjung Selamat Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat
No Tingkat Pengetahuan Jumlah Persentase
1 Baik 127 82,5
2 Tidak Baik 27 17,5
Total 154 100,0
Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui responden memiliki tingkat pengetahuan tertinggi
pada kelompok pengetahuan baik yaitu sebanyak 127 orang (82,5%) dan terendah pada
kelompok pengetahuan tidak baik yaitu sebanyak 27 orang (17,5%). Gambaran jawaban
tiap pertanyaan pengetahuan responden disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Tiap Pertanyaan Pengetahuan Responden di Desa Tebing Tanjung Selamat Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat
No Pengetahiuan Tahu Tidak Tahu
n % n %
1 Pengertian dari KB 133 86,4 21 13,6
2 Apa persyaratan dalam memperoleh pelayanan kontrasepsi mantap
103 66,9 51 33,1
3 Menurut anda apa saja yang termasuk pelayanan kontrasepsi mantap
88 57,1 66 42,9
4 Apakah tujuan dari KB 72 46,8 82 53,2
5 Pasangan usia subur yang boleh ikut KB KONTAP
127 82,7 27 17,5
6 Bagaimana cara pelaksanaan kontrasepsi mantap
116 75,3 38 24,7
7 Apakah komplikasi dari KONTAP 81 52,6 73 47,4 8 Apakah indikasi dari kontrasepsi mantap 138 89,6 16 10,4 9 Apakah keunggulan dari kontrasepsi
mantap
102 66,2 52 33,8
10 Apakah tujuan dari tubektomi dan vasektomi
133 86,4 21 13,6
4.3.3 Sikap Responden
Tabel 4.7 menyajikan gambaran responden berdasarkan sikapnya tentang KB
Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap di Desa Tebing Tanjung Selamat Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat
No Sikap Jumlah Persentase
1 Baik 94 61,0
2 Tidak Baik 60 39,0
Total 154 100,0
Berdasarkan Tabel 4.7 diketahui responden memiliki sikap baik yaitu sebanyak 94 orang (61%) dan sikap tidak baik yaitu sebanyak 60 orang (39%). Gambaran jawaban
masing-masing pertanyaan sikap terhadap KB dan kontrasepsi mantap disajikan pada tabel
berikut.
Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Responden terhadap Setiap Pernyataan Sikap KB dan Kontrasepsi Mantap di Desa Tebing Tanjung Selamat Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat
berhubungan suami
Analisis bivariat dimaksudkan untuk menganalisis hubungan variabel
independen (pengetahuan dan sikap) dengan variabel dependen (pemakaian alat
kontrasepsi mantap) yang dilihat dengan menggunakan uji chi square pada taraf
kepercayaan 95%.
4.4.1 Hubungan Pengetahuan Responden dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi Mantap
Tabel 4.9 Hubungan Pengetahuan Responden dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi Mantap di Desa Tebing Tanjung Selamat Kabupaten Langkat
Pengetahuan
Berdasarkan Tabel 4.9 diketahui bahwa responden dengan tingkat pengetahuan baik yang menggunakan kontap sebanyak 77 orang (60,6%), yang tidak menggunakan
kontap sebanyak 50 orang (39,4%). Sementara semua responden dengan pengetahuan