• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRUKTUR DAN PROSES SiSTEM POLITIK INDON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STRUKTUR DAN PROSES SiSTEM POLITIK INDON"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

STRUKTUR DAN PROSES SiSTEM

POLITIK INDONESIA

Posted by Neeta Takky

a. Struktur politik di Indonesia

Indonesia menerapkan system pemerintahan demokrasi pancasila, sebagai satu kesatuan di dalam

system politik pancasila. Demokrasi dapat dikatakan sebagai “pemerintahan dari bawah”,

“pemerintahan yang dikendalikan oleh rakyat”, “pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat untuk

rakyat” atau pemerintahan oleh banyak orang”. Walaupun tentunya tidak semua rakyat atau

setuiap orang ikut memerintah. Adalah merupakan sesuatu yang mustahil, atau justru merupakan

bentuk anarki (tanpa pemerintahan) jika setriap orang ikut menjalankan kekuasaan.

Sedangkan “struktur politik” adalah tata susunan kelembagaan (lembaga dan organisasi) dalam

kehidupan politik suatu bangsa dan suatu Negara. Struktur politik terdiri dari supra-struktur dan

infra struktur.

Supra-struktur mencakup:

1. Pemerintah

2. Lembaga tinggi Negara

3. Lembaga-lembaga Negara (di pusat dan di daerah) serta aparatur pelaksana pemerintah.

Infra-struktur mencakup saluran organisasi untuk penyaluran aspirasi rakyat, yaitu:

1. Orsospol/parpol (partai-partai politik)

2. Kelompok kepentingan (interest group)

3. Kelompok penekan/pendesak (pressure group)

4. Pendapat umum (public opinion) bersama-sama media massa)

SUPRA-STRUKTUR POLITIK

(tingkat pusat) • Pemerintah (eksekutif) (tingkat pusat) yaitu presiden, perdana menteri, cabinet

(dewan menteri)

• Lembaga tertinggi Negara (MPR) dan lembaga-lembaga tinggi Negara (DPR,DPA,MA,BPK)

(tingkat daerah) • Pemerintah daerah (pemda propinsi dan pemda kabupaten/kota)

• Musyawarah pimpinan daerah (Muspida), pemda propinsi, kabupaten/kota, kodam/korem

koramil, pengadilan tinggi/negeri, kejari

• Badan legislative (DPRD propinsi & DPRD kabupaten/kota)

INFRA STRUKTUR POLITIK

(tingkat pusat) • Partai-partai politik (PPP,PDI, PAN, PKB, dll)

• Kelompok- kelompok kepentingan, misalnya KADIN, KNPI dll)

• Pendapat umum (opini public) dan media massa.

(tingkat daerah) • DPW & DPC partai-partai politik

• Kelompok kepentingan & kelompok penekan di daerah atau pada tingkat daerah.

• Pendapat umum & media massa daerah

(2)

mengidentifikasi segala masalah, menentukan dan melaksanakan segala keputusan yang

mempunyai kekuatan mengikat pada seluruh masyarakat. Dalam system politik, struktur ini

dibedakan atas kekuasaan legislative, eksekutif, yudikatif (menurut ajaran trias politica),

sedangkan struktur informal merupakan struktur yang mampu memperngaruhi cara kerja aparat

masyarakat untuk mengemukakan, menylurkan, menerjemahkan tuntutan, dukungan, dan

masalah tertentu yang berhubungan dengan kepentingan umum. Termasuk dalam struktur

informal ini adalah partai politik, kelompok-kelompok kepentingan, media massa dan lain

sebagainya.

Apakah reformasi telah mengubah struktur dan fungsi-fungsi politik ataukah hanya sedikit saja

terjadi perubahan terhadap struktur dan fungsi politik? Beberapa pengamat mengatakan bahwa

reformasi tidak mengubah sama sekali struktur dan fungsi-fungsi politik. Kritik yang

dikemukakan beberapa pengamat tsb mungkin saja benar, namun, mengabaikan banyak fakta

yang ada selama reformasi yang ditandai oleh setidaknya perubahan undang-undang yang sangat

mendasar, serti undang-undang tentang partai politik, undang-undang tentang kebebasan pers,

pemilihan umum dan sebagainya termasuk amandemen UUD 1945. tentu saja perubahan

semacam ini mempunyai dampak terhadap struktur dan fungsi-fungsi politik meskipun dalam

realitasnya tidak selalu terjadi seperti itu.

Di antara perubahan yang paling nyata adalah semakin menguatnya peran partai politik dalam

melakukan rekrutmen terhadap pemimpin pemimpin politik. Ini jelas berbeda dengan masa orde

baru. Pada masa ini, partai politik hanya mempunyai peranan yang sangat kecil saja dalam

mempengaruhi recruitment pemimpin politik.

b. Proses politik di Indonesia

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai bagaimana politik Indonesia setelah mengalami

reformasi sejak 1988. pada masa orde baru, system politik yang berkembang adalah system

politik otoriter dimana birokrasi dan militer mempunyai peranan penting dalam mengambil

kebijakan dan keputusan politik. Kelompok-kelompok di luar itu tidak dilibatkan dalam proses

pengambilan kebijakan di tingkat pusat. System politik otoriter yang didominasi oleh birokrasi

dan militer ini mempunyai dampak terhadap bagaimana system politik bekerja. Inputs system

politik sebagian besar berasal dari birokrasi dan militer. Dan hanya sedikit bahkan hamper tidak

ada sama sekali input-input yang berasal dari kelompok-kelompok di luar militer dan birokrasi.

Dalam konteks ini, tentu saja inputs system system politik yang berasal dari keluarga cendana

dan kroni-kroninya tidak bisa dikesampingkan. Ini berarti juga kebijakan yang diformulasikan

oleh system politik akhirnya hanya akan merefleksikan kepentingan kelompok-kelompok tadi.

Sebagaimana dikemukakan winters dan telah dikutip sebelumnya, pembangunan ekonomi yang

dilakukan orde baru telah mendatangkan kekayaan yang luar biasa bagi segelintir orang terutama

keluarga presiden dan orang-orang terdekatnya di tengah-tengah kemikinan yang merajalela.

Pernyataan winters ini menjadi cermin bagaimana system politik pada masa orde baru pada

dasarnya hnya di orientasikan untuk melayani kepentingan rezim, presiden, dan orang-orang

terdekatnya, militer dan birokrasi. Massa rakyat yang jumlahnya sangat besdar hanya menjadi

kelompok marginal diri soeharto.

(3)

demokrasi tersebut tidak mempunyai implikasi pada kinerjanya sebagai akibat, misalnya tiddak

berubahnya budaya politik sebagaiaman disinyalir oleh soetandyo wignosoebroto, struktur

politiknya mengalami perubahan, tetapi tidak pada budaya politiknya sehingga nilai-nilai

demokrasi tidak berakar dengan baik karena adopsi system politik hanya menyentuh pada

dimensi strukut dan fungsi-fungsi politiknya. Padahal konstitusi bukanlah sekedar

preskripsi-preskripsi, apalagi hanya dokumen melainkan suatu komitmen, keberpihakan, dan makna-makna

yang hidup dalam sepanjang perjalanan sejarah.

(4)

SISTEM DAN STRUKTUR POLITIK-EKONOMI INDONESIA ERA ORDE BARU

6:58 PM ulul albab

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG BERDIRINYA ORDE BARU

Orde baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan presiden Soeharto di Indonesia. Orde baru menggantikan orde lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno. Orde baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998 dalam jangka waktu tersebut perkembangan ekonomi indonesia berkembang pesat walaupun pada saat itu terjadi persamaan praktek korupsi yang merajalela dinegara ini. Sebagai masa yang menandai sebuah masa baru setelah pemberontakan PKI tahun 1965.

Beberapa hal hal yang melatarbelakangi berdirinya orde baru:

1. Terjadinya peristiwa gerakan 30 September 1965.

2. Keadaan politik dan keamanan negara menjadi kacau karena peristiwa gerakan 30 September 1965 dan

ditambahnya dengan adanya konflik di angkatan darat yang sudah berlangsung lama.

3. Keadaan perekonomian semakin memburuk dimana inflasi mencapai 600% sedangkan upaya

pemerintah melakukan devaluasi rupiah dan kenaikan harga barang bakar menyebabkan timbulnya keresahan masyarakat.

4. Reaksi keras dan meluas dari masyarakat yang mengutuk peristiwa pembunuhan besar-besaran yang

dilakukan oleh PKI. Rakyat melakukan demokrasi menuntut agar PKI beserta organisasi masanya dibubarkan serta tokoh-tokohnya di adili..

5. Kesatuan aksi (KAMI, KAPI, KPPI, KASI dsb) yang ada dimasyarakat akan bergabung membentuk kesatuan

aksi berupa “Front Pancasila” yang selanjutnya lebih dikenal dengan “Angkatan 66” untuk menghancurkan tokoh yang terlibat dalam gerakan 30 September 1965. Kesatuan aksi “Front Pancasila” pada 10 Januari 1966 didepan gedung DPR mengajukan tuntutan yang dikenal dengan TRITURA (tri tuntutan rakyat) berisi :

1) Pembubaran PKI beserta organisasi massanya 2) Pembersihan kabinet Dwikora

(5)

6. Upaya reshuffle kabinet Dwikora pada 21 Februari 1966 dan pembentuk kabinet seratus menteri tidak

juga memuaskan rakyat sebab rakyat menganggap kabinet tersebut duduk tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa gerakan 30 September 1965. Wibawa dan kekuasaan presiden Soekarno semakin menurun setelah upaya mengadili tokoh-tokoh yang terlibat dalam gerakan 30 September 1965 tidak berhasil dilakukan meskipun telah dibentuk mahkamah militer luar biasa (Mahmilub).

7. Sidang paripurna kabinet dalam rangka mencari solusi dari masalah yang sedang bergejolak tak juga

berhasil, maka presiden mengeluarkan surat pemerintah 11 Maret 1966 (supersemar) yang ditunjukan bagi Letjen Soeharto guna mengambil langkah yang dianggap perlu untuk mengatasi keadaan keadaan negara yang semakin kacau dan sulit dikendalikan.

Setelah dikelurkan Supersemar maka mulailah dilakukan penataan pada kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.Penataan dilakukan didalam lingkungan lembaga tertinggi negara dan pemerintahan. Dikeluarkannya Supersemar berdampak semakin besarnya kepercayaan rakyat kepada pemerintah karena Suharto berhasil memulihkan keamanan dan membubarkan PKI. Munculnya konflik dualisme kepemimpinan nasional di Indonesia.

Hal ini disebabkan karena saat itu Soekarno masih berkuasa sebagai presiden sementara Soeharto menjadi pelaksana pemerintahan. Konflik Dualisme inilah yang membawa Suharto mencapai puncak kekuasaannya karena akhirnya Sukarno mengundurkan diri dan menyerahkan kekuasaan pemerintahan kepada Suharto.Pada tanggal 23 Februari 1967, MPRS menyelenggarakan sidang istimewa untuk mengukuhkan pengunduran diri Presiden Sukarno dan mengangkat Suharto sebagai pejabatPresiden RI. Dengan Tap MPRS No. XXXIII/1967 MPRS mencabut kekuasaan pemerintahan negara dan menarik kembali mandat MPRS dari Presiden Sukarno .Tanggal 12Maret 1967 Jendral Suharto dilantik sebagai Pejabat Presiden Republik Indonesia. Peristiwa ini menandai berakhirnya kekuasaan Orde Lama dan dimulainya kekuasaan Orde Baru. Pada Sidang Umum bulan Maret 1968 MPRS mengangkat Jendral Suharto sebagai Presiden Republik Indonesia.

PEMBAHASAN

(6)

Presiden Soeharto memulai orde baru dalam dunia politik indonesia dan secara dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh soekarno sampai akhir jabatannya. Orde baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai tujuan utamanya dan menempuh kebijaksanaannya melalui struktur administratifnya yang didominasi militer, DPR, dan MPR tidak berfungsi efektif. Anggotanya juga seringkali dipilih dari kalangan militer khususnya mereka yang dekat dengan cendana.dan hal ini mengakibatkan aspirasi rakyat kurang di dengar pusat.

Jenderal Soeharto sebagai pemimpin utama orde baru yang menjabat ketua presidium kabinet ampera, pada tanggal 19 April 1969 telah memberikan uraian mengenai hakekat orde baru yaitu sebagai berikut “Orde baru adalah tatanan seluruh perkehidupan rakyat, bangsa dan negara Republik Indonesia yang diletakkan kepada kemurnian pelaksanan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dilihat dari proses lahirnya cita-cita mewujudkan orde baru itu merupakan suatu reaksi dan koreksi prinsipil terhadap praktek-praktek penyelewengan yang telah terjadi pada pada waktu-waktu yang lampau yang disebut dengan orde lama. Orde baru hadir dengan semangat “koreksi total” atas penyimpangan yang dilakukan oleh Soekarno pada masa orde lama. Jadi oleh karena itu pengertian orde baru yang terpenting ialah suatu orde yang mempunyai sikap dan tekat mental dan iktikhad baik yang mendalam untuk mengabdi kepada rakyat, mengabdi kepada kepentingan nasional yang dilandasi oleh falsafah Pancasila dan yang menjunjung tinggi azas dan sendi undang-undang dasar 1945. Landasan-landasan orde baru antara lain :

1. Landasan idiil

Falsafah dan ideologi negara pancasila 2. Landasan konstitusional

Undang-undang dasar 1945 dan adapun landasan situasional adalah landasan-landasan yang dipakai sampai terbentuknya pemerintahan baru sesudah pemilihan umum.

Pembubaran PKI dan Organisasi masanya

Dalam rangka menjamin keamanan, ketenangan, serta stabilitas pemerintahan, Soeharto sebagai pengemban Supersemar telah mengeluarkan kebijakan:

 Membubarkan PKI pada tanggal 12 Maret 1966 yang diperkuat dengan Ketetapan MPRS No

IX/MPRS/1966

(7)

 Pada tanggal 8 Maret 1966 mengamankan 15 orang menteri yang dianggap terlibat Gerakan 30

September 1965.

Penyederhanaan Partai Politik

Pada tahun 1973 setelah dilaksanakan pemilihan umum yang pertama pada masa Orde Baru pemerintahan pemerintah melakukan penyederhanaan dan penggabungan (fusi) partai- partai politik menjadi tiga kekuatan sosial politik. Penggabungan partai-partai politik tersebut tidak didasarkan pada kesamaan ideologi, tetapi lebih atas persamaan program. Tiga kekuatan sosial politik itu adalah:

 Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang merupakan gabungan dari NU, Parmusi, PSII, dan PERTI

 Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang merupakan gabungan dari PNI, Partai Katolik, Partai Murba, IPKI,

dan Parkindo

 Golongan Karya

Pemilihan Umum

(8)

pertanggungjawaban, rancangan Undang-undang, dan usulan lainnya dari pemerintah selalu mendapat persetujuan MPR dan DPR tanpa catatan.

Peran Ganda (Dwi Fungsi) ABRI

Di masa Orde Baru, ABRI menjadi institusi paling penting di Indonesia. Selain menjadi angkatan bersenjata, ABRI juga memegang fungsi politik, menjadikannya organisasi politik terbesar di negara. Peran ganda ABRI ini kemudian terkenal dengan sebutan Dwi Fungsi ABRI. Timbulnya pemberian peran ganda pada ABRI karena adanya pemikiran bahwa TNI adalah tentara pejuang dan pejuang tentara. Kedudukan TNI dan POLRI dalam pemerintahan adalah sama. di MPR dan DPR mereka mendapat jatah kursi dengan cara pengangkatan tanpa melalui Pemilu. Pertimbangan pengangkatan anggota MPR/DPR dari ABRI didasarkan pada fungsinya sebagai stabilitator dan dinamisator. Peran dinamisator sebenarnya telah diperankan ABRI sejak zaman Perang Kemerdekaan. Waktu itu Jenderal Soedirman telah melakukannya dengan meneruskan perjuangan, walaupun pemimpin pemerintahan telah ditahan Belanda. Demikian juga halnya yang dilakukan Soeharto ketika menyelamatkan bangsa dari perpecahan setelah G 30 S/PKI, yang melahirkankan Orde Baru.

Sistem ini memancing kontroversi di tubuh ABRI sendiri. Banyak perwira, khususnya mereka yang berusia muda, menganggap bahwa sistem ini mengurangi profesionalitas ABRI. Masuknya pendidikan sosial dan politik dalam akademi militer mengakibatkan waktu mempelajari strategi militer berkurang.

Secara kekuatan, ABRI juga menjadi lemah dibandingkan negara Asia Tenggara lainnya. Saat itu, hanya ada 533.000 prajurit ABRI, termasuk Polisi yang kala itu masih menjadi bagian dari ABRI. Angka ini, yang hanya mencakup 0,15 persen dari total populasi, sangat kecil dibanding Singapura (2,06%), Thailand (0,46%), dan Malaysia (0,68%).[16] Pendanaan yang didapatkan ABRI pun tak kalah kecil, hanya sekitar

1,96% dari total PDB, sementara angkatan bersenjata Singapura mendapatkan 5,48% dan Thailand 3,26%.Selain itu, peralatan dan perlengkapan yang dimiliki juga sedikit; ABRI hanya memiliki 100 tank besar dan 160 tank ringan.

(9)

Pada tanggal 12 April 1976 Presiden Soeharto mengemukakan gagasan mengenai pedoman untuk menghayati dan mengamalkan Pancasila, yang terkenal dengan nama Ekaprasatya Pancakarsa

atau Pedomanan Pengahayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Untuk mendukung pelaksanaan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen, maka sejak tahun 1978 pemerintah menyelenggarakan penataran P4 secara menyeluruh pada semua lapisan masyarakat. Penataran P4 ini bertujuan membentuk pemahaman yang sama mengenai demokrasi Pancasila, sehingga dengan adanya pemahaman yang sama terhadap Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 diharapkan persatuan dan kesatuan nasional akan terbentuk dan terpelihara. Melalui penegasan tersebut opini rakyat akan mengarah pada dukungan yang kuat terhadap pemerintah Orde Baru. Sehingga sejak tahun 1985 pemerintah menjadikan Pancasila sebagai asas tunggal dalam kehidupan berorganisasi. Semua bentuk organisasi tidak boleh menggunakan asasnya selain Pancasila. Menolak Pancasila sebagai sebagai asas tunggal merupakan pengkhianatan terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan demikian Penataran P4 merupakan suatu bentuk indoktrinasi ideologi, dan Pancasila menjadi bagian dari sistem kepribadian, sistem budaya, dan sistem sosial masyarakat Indonesia. Pancasila merupakan prestasi tertinggi Orde Baru, dan oleh karenanya maka semua prestasi lainnya dikaitkan dengan nama Pancasila. Mulai dari sistem ekonomi Pancasila, pers Pancasila, hubungan industri Pancasila, demokrasi Pancasila, dan sebagainya. Pancasila dianggap memiliki kesakralan (kesaktian) yang tidak boleh diperdebatkan.

Hubungan antarLembaga Negara

(10)

Pembentukan kabinet pembangunan

Kabinet ini awal l pada peralihan kekuasaan (28 Juli 1966) adalah kabinet ampera dengan tugas yang terkenal dengan nama dwi darma kabinet ampera yaitu untuk menciptakan stabilitas politik dan ekonomi sebagai persyaratan untuk melaksenakan pembangunan nasional. Kabinet pembangunan pada tahun 1968 dalam sidang MPRS ada tugas lain pula yang disebut pancakrida.

SISTEM KELEMBAGAAN NEGARA

Sistem merupakan kumpulan bagian-bagian pemerintahan yang tersusun secara sistematis dan

fungsional untuk mencapai suatu tujuan. Bagian-bagian dari lembaga negara terdiri dari berbagai tugas dan kewajiban untuk saling melengkapi, dalam proses kelembagaan negara Indonesia. Sistem lembaga negara ialah:

1. Indonesia adalah Negara hukum

Negara Indonesia berdasar hukum (rechsstaat), tidak berdasarkan atas kekuassaan belaka (machtsaat). Negara di dalamnya terdiri dari lembaga-lembaga Negara melaksanakan tugasnya berdasarkan hukum.

2. Sistem Konstitusional

Pemerintahan berdasarkan atas sistem konstitusi atau hukum dasar. Sistem ini memberi ketegasan akan pengendalian pemerintahan negara yang dibatasi oleh ketentuan-ketentuan.

3. Kekuasaan Negara tertinggi adalah MPR

Kedaulatan rakyat di pegang oleh MPR sebagai penjelmaan seluruh rakyat. Tugas MPR, yaitu :

· Menetapkan Undang-Undang Dasar

· Menetapkan GBHN

· Mengangkat kepala Negara dan wakilnya

(11)

Presiden dalam menjalankan pemerintahan, tanggung jawab penuh ada ditangan presiden. Presiden tidak hanya dilantik dari majelis dan juga melaksanakan kebijakan dari GBHN ataupun ketetapan MPR.

5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat

Kedudukan presiden degan DPR dan presiden membentuk undang-undang dan APBN. Presiden bekerja sama dengan DPR, presiden tidak bertanggung jawab kepada dewan. Presiden juga tidak bisa membubarkan DPR.

6. Menteri Negara

Presiden memilih, mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri Negara. Menteri tidak bertanggung jawab kepada DPR dan kedudukannya tidak tergantung dari dewan, tapi tanggung jawab kepada presiden.

7. Kekuasaan Kepala Negara tidak tak-terbatas.

8. Dewan Perwakilan Rakyat.

Penataan Politik Luar Negeri

Pada masa Orde Baru, politik luar negeri Indonesia diupayakan kembali kepada jalurnya yaitu politik luar negeri yang bebas aktif. Untuk itu maka MPR mengeluarkan sejumlah ketetapan yang menjadi landasan politik luar negeri Indonesia. Dimana politik luar negeri Indonesia harus berdasarkan kepentingan nasional, seperti permbangunan nasional, kemakmuran rakyat, kebenaran, serta keadilan. 1. Kembali menjadi anggota PBB

(12)

2. Normalisasi hubungan dengan beberapa Negara

· Pemulihan hubungan dengan Singapura

Sebelum pemulihan hubungan dengan Malaysia Indonesia telah memulihkan hubungan dengan Singapura dengan perantaraan Habibur Rachman (Dubes Pakistan untuk Myanmar). Pemerintah Indonesia menyampikan nota pengakuan terhadap Republik Singapura pada tanggal 2 Juni 1966 yang disampaikan pada Perdana Menteri Lee Kuan Yew. Akhirnya pemerintah Singapura pun menyampikan nota jawaban kesediaan untuk mengadakan hubungan diplomatik.

· Pemulihan hubungan dengan Malaysia

Normalisasi hubungan Indonesia dan Malaysia dimulai dengan diadakan perundingan di Bangkok pada 29 Mei-1 Juni 1966 yang menghasilkan perjanjian Bangkok, yang berisi:

 Rakyat Sabah diberi kesempatan menegaskan kembali keputusan yang telah mereka ambil mengenai

kedudukan mereka dalam Federasi Malaysia.

 Pemerintah kedua belah pihak menyetujui pemulihan hubungan diplomatik.

 Tindakan permusuhan antara kedua belah pihak akan dihentikan. Peresmian persetujuan pemulihan

hubungan Indonesia-Malaysia oleh Adam Malik dan Tun Abdul Razak dilakukan di Jakarta tanggal 11 Agustus 1966 dan ditandatangani persetujuan Jakarta (Jakarta Accord). Hal ini dilanjutkan dengan penempatan perwakilan pemerintahan di masing-masing negara..

 Pendirian ASEAN (Association of South-East Asian Nations)

(13)

 Integrasi Timor-Timur ke Wilayah Indonesia

Timor- Timur merupakan wilayah koloni Portugis sejak abad ke-16 tapi kurang diperhatikan oleh pemerintah pusat di Portugis sebab jarak yang cukup jauh. Tahun 1975 terjadi kekacauan politik di Timor-Timur antar partai politik yang tidak terselesaikan sementara itu pemerintah Portugis memilih untuk meninggalkan Timor-Timur. Kekacauan tersebut membuat sebagian masyarakat Timor-Timur yang diwakili para pemimpin partai politik memilih untuk menjadi bagian Republik Indonesia yang disambut baik oleh pemerintah Indonesia. Secara resmi akhirnya Timor-Timur menjadi bagian Indonesia pada bulan Juli 1976 dan dijadikan provinsi ke-27. Tetapi ada juga partai politik yang tidak setuju menjadi bagian Indonesia ialah partai Fretilin. Hingga akhirnya tahun 1999 masa pemerintahan Presiden Habibie melakukan jajak pendapat untuk menentukan status Timor-Timur. Berdasarkan jajak pendapat tersebut maka Timor-Timur secara resmi keluar dari Negara Kesatuan republik Indonesia dan membentuk negara tersendiri dengan nama Republik Demokrasi Timor Lorosae atau Timur Leste.

B. STRUKTUR EKONOMI

1. Pelita I

Dilaksanakan mulai 1 April 1969 sampai 31 Maret 1974. Tujuan Pelita I adalah untuk meningkatkan taraf hidup rakyat dan sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan dalam tahap-tahap berikutnya. Sasaran yang hendak dicapai ialah pangan, sandang, perbaikkan prasarana, perumahan rakyat (papan), perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani. Pelita I lebih menekankan pada pembangunan bidang pertanian. Hal ini disebabkan, karena sebagian besar penduduk Indonesia masih hidup dari hasil pertanian.

Pelita I telah mencapai hasil yang cukup memuaskan di beberapa bidang, yang ditunjukkan oleh beberapa indicator sebagai berikut.

1) Bidang Pertanian, produksi beras mengalami kenaikan rata-rata hinggal 4% setahun.

2) Bidang Industri, terutama sektor industri pupuk, semen, dan tekstil.

(14)

4) Bidang Kelistrikkan, yang ditandai dengan berhasilnya pembangunan pusat-pusat tenaga listrik seperti contoh : PLTA Karangkates, Riam Kanan, Selorejo, serta pembangunan PLTU di Tanjung Priok dan Ujungpandang.

5) Bidang Pendidikan, yang ditandai dengan indicator sebagai berikut.

*) Pembagian 63,5 juta buku bagi guru dan murid,

*) pembangunan 6000 gedung SD,

*) mengangkat 57.740 guru,

*) pembangunan pusat-pusat pelatihan teknik,

*) merehabilitasi sekolah-sekolah kejuruan, dan

*) penataran tenaga-tenaga pengajar.

Peningkatan di berbagai sektor pembangunan merupakan indikasi semakin baiknya kondisi ekonomi masyarakat jika dibandingkan dengan kondisi ekonomi masa Orde Lama. Pemerintah juga memberikan penghargaan kepada daerah yang berhasil dalam pembangunan dengan menganugerahkan

Parasamya Purnakarya Nugraha. Anugerah tersebut merupakan penghargaan tertinggi yang dicapai oleh suatu daerah dalam perihal pembangunan.

Seiring dengan pelaksanaan Pelita I, pada tanggal 12 hingga 25 Maret 1973, MPR hasil Pemilu 1971 melangsungkan Sidang Umum MPR. Dalam Sidang Umum tersebut, MPR berhasil menetapkan GBHN berdasarkan Ketetapan No. IV/MPR/1973. Di samping itu, MPR juga mengangkat Soeharto kembali sebagai Presiden RI/Mandatris MPR berdasarkan Ketetapan No. IX/MPRS/1973 dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai wakil presiden berdasarkan Ketetapan No.XI/MPRS/1973. Keduanya dilantik pada tanggal 25 Maret 1973.

(15)

2. Pelita II

Pelita II dilaksanakan mulai 1 April 1974. Sasaran utama Pelita II, yaitu tersedianya pangan, sandang, perumahan (papan), sarana dan prasarana, mensejahterakan rakyat, dan memperluas kesempatan kerja.

Pelita II berdampak pada kehidupan masyarakat. Keseluruhan kegiatan Pelita II berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai 7% setahun. Di bidang pengairan telah berhasil diperbaiki dan disempurnakan kira-kira 00.000 hektar. Di samping perbaikan dan penyempurnaan juga dibangun jaringan irigasi kurang lebih 500.000 hektar dan pengaturan serta pengembangan sungai dan rawa kurang lebih 600 hektar.

Di bidang industri terjadi kenaikan produksi kerajinan rakyat, industri kecil, industri menengah, dan industri besar. Produksi tekstil meningkat dari 900 juta menjadi 1,3 juta meter. Produksi semen memperlihatkan kenaikan yang mencolok dari 900 ribu ton menjadi 5 juta ton.

Di bidang perhubungan tercatat rehabilitasi jalan sepanjang 8000 km dan jembatan 21.000 meter. Di samping itu selesai dibangun pula jalan baru sepanjang 850 km dan jembatan baru sekitar 6.500 km.

Setahun sebelum Pelita II berakhir, telah terbentuk MPR hasil Pemilu 1977. Pada tanggal 11 sampai dengan 23 Maret 1978, MPR menyelenggarakan sidang umum. Dalam sidang tersebut, Soeharto diangkat kembali menjadi Presiden Republik Indonesia dan Adam Malik sebagai wakil presiden. Setelah diambil sumpahnya, Presiden Soeharto beberapa hari kemudian mengumumkan susunan Kabinet Pembangunan III.

3. Pelita III

Pelita III dimulai pada 1 April 1979 sampai 31 Maret 1984. Pelita III ini menekankan pada Trilogi Pembangunan. Asas-asas pemerataan ini dituangkan dalam berbagai langkah dan kegiatan, antara lain melalui delapan jalur pemerataan, yang meliputi aspek-aspek pemerataan sebagai berikut.

(16)

2) Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.

3) Pemerataan pembagian pendapatan.

4) Pemerataan kesempatan kerja.

5) Pemerataan kesempatan berusaha.

6) Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda dan kaum wanita.

7) Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air.

8) Pemerataan memperoleh keadilan.

Setahun sebelum berakhirnya Pelita III, Pemilu 1982 telah menghasilkan MPR RI baru. Lembaga ini mengadakan Sidang Umum MPR RI pada tanggal 1 hingga 11 Maret 1983. Dalam Sidang Umum tersebut, Soeharto terpilih kembali sebagai presiden dan Umar Wirahadikusuma sebagai wakilnya. Beberapa hari kemudian dibentuklah Kabinet Pembangunan IV.

4. Pelita IV

Pelita IV dilaksanakan pada tanggal 1 April 1984 – 31 Maret 1989. Pada Pelita IV ini, pemerintah lebih menitikberatkan sektor pertanian menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin industri sendiri.

Adapun hasil-hasil yang dicapai hingga akhir Pelita IV adalah sebagai berikut.

(17)

Presiden Soeharto saat menghadiri acara 'Panen Raya' sebagai simbol dari keberhasilan swasembada pangan.

Presiden Soeharto ketika menerima penghargaan dari FAo atas keberhasilan bangsa Indonesia di dalam swasembada pangan.

(18)

Sebagai bangsa agraris yang mayoritas masyarakatnya hidup dan bekerja di bidang pertanian, maka pembangunan di sektor ini mendapat perhatian utama. Kerja keras dalam bidang pertanian sejak Pelita I (1969), membuat Indonesia mampu meningkatkan hasil pertanian dan memperbaiki kehidupan petani. Kerja keras para petani ini berhasil meningkatkan produksi beras dari hanya 12,2 juta ton pada tahun 1969 menjadi lebih dari 25,8 juta ton pada tahun 1984. Hasilnya, pada tahun 1984, Indonesia berhasil mencapai swasembada beras yang merupakan kebutuhan pokok penduduk.

Keberhasilan ini mempunyai nilai yang spektakuler, karena mengubah Indonesia dari negara pengimpor beras terbesar di dunia menjadi negara swasembada. Kesuksesan ini pula yang membuat Indonesia mendapatkan penghargaan dari FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia). Presiden Soeharto pun diundang untuk berpidato di depan konferensi ke-23 FAO di Roma, Italia, pada tanggal 14 November 1985.

Dalam kesempatan berpidato tersebut, Presiden Soeharto menyampaikan pernyataan penting yang ditujukan kepada negara-negara maju anggota FAO. Beliau mengatakan, bahwa selain bantuan pangan yang paling penting adalah kelancaran ekspor komoditi pertanian dari negara-negara yang sedang membangun ke negara-negara industri maju. Ekspor pertanian bukan semata-mata untuk meningkatkan devisa, tetapi lebih dari itu, untuk memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan petani.

2) Keluarga Berencana

Menurut Presiden Soeharto, kenaikan produksi pangan yang besar tidak akan banyak artinya jika pertambahan jumlah penduduk tidak terkendali. Karena itu pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB) merupakan hal yang sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. Program KB dikoordinasikan oleh BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) yang dibentuk tahun 1970. Program ini semula memang ditentang secara luas, namun belakangan mendapat dukungan dari para pemuka agama. KB bukan lagi sebuah program yang ditekankan oleh pemerintah, tetapi menjadi popular di kalangan keluarga dan dilaksanakan atas kesadaran diri sendiri.

(19)

menekan laju pertumbuhan jumlah penduduk secara nyata serta meningkatkan kesejahteraan penduduk Indonesia.

Selain itu, perhatian Orde Baru terhadap kesehatan dan kesejahteraan masyarakat dilakukan secara terus-menerus. Program imunisasi polio dengan memberikan vaksin kepada bayi dan anak-anak balita di seluruh Indonesia merupakan wujud pemerintah dalam menciptakan kesehatan. Melalui program imunisasi ini, Indonesia waktu itu dinyatakan bebas polio.

Presiden Soeharto dan jajaran BKKBN yang dipimpin oleh Haryono Suyono, telah berhasil mengubah persepsi “banyak anak banyak rezeki” menjadi “keluarga kecil bahagia”. Pandangan hidup ini menjadi begitu mendarah daging dalam masyarakat, baik bagi yang sudah menikah maupun belum menikah. Atas keberhasilan pelaksanaan Program Kependudukan dan Keluarga Berencana, Presiden Soeharto pun akhirnya memperoleh penghargaan tertinggi PBB di bidang kependudukan.

3) Rumah untuk Keluarga

(20)

Program pembangunan perumahan sangat penting bagi kehidupan rakyat, karena bukan sekedar tempat tinggal, tetapi juga tempat pembentukan watak dan jiwa melalui kehidupan keluarga. Untuk memantapkan program tersebut, pemerintah membentuk Badan Kebijaksanaan Perumahan Nasional (BKPN) pada bulan Mei 1972. Sebagai badan pelaksana, kemudian dibentuk Perum Pembangunan Rumah Nasional.

Pada Pelita II sudah mulai diperkenalkan sistem pembiayaan pembelian rumah melalui fasilitas Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Adapun pada Pelita III, pembangunan perumahan yang terjangkau masyarakat berpenghasilan rendah terus ditingkatkan.

Secara kuantitatif dan kualitatif, pembangunan perumahan terus meningkat dari waktu ke waktu. Pada Pelita IV, secara kualitatif ditingkatkan pengembangan program perumahan dan pemukiman di daerah perkotaan. Program tersebut meliputi perintisan perbaikan lingkungan perumahan kota di 400 lokasi kota, perintisan peremajaan kota di beberapa kota besar, dan pengembangan kota serta pusat-pusat pertumbuhan baru.

Pada tahun 1987, diadakan pemilu yang menghasilkan terbentuknya MPR-RI yang baru. Pada tanggal 1 sampai 11 Maret 1988, MPR menyelenggarakan sidang umum. Dalam Sidang Umum tersebut, disamping menetapkan GBHN berdasarkan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1988, juga telah mengangkat Soeharto sebagai presiden kembali dan Soedharmono sebagai wakilnya.

5. Pelita V

Pelita V dilaksanakan mulai 1 April 1989 hingga 31 Maret 1994. Pada Pelita V ini, pemerintah menitikberatkan pada sektor pertanian serta sektor industri untuk memantapkan swasembada pangan dan meningkatkan produksi pertanian lainnya serta menghasilkan barang-barang untuk diekspor. Sementara itu, dalam bidang industri dititikberatkan pada peningkatan industri yang bersifat pada karya dan industri yang menghasilkan mesin-mesin industri.

(21)

utama Pembangunan Jangka Panjang 25 tahun pertama di bidang ekonomi adalah terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat dan tercapainya struktur ekonomi yang seimbang. Sasaran dititikberatkan pada kekuatan industry yang didukung oleh bidang pertanian. Keadaan ini selanjutnya menjadi landasan bidang ekonomi yang menghantarkan pembangunan Indonesia dalam Repelita VI. Dalam Repelita VI, Indonesia diharapkan mulai memasuki proses tinggal landas untuk memacu pembangunan dengan kekuatan sendiri demi menuju terwujudnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

Satu tahun sebelum Pelita V berakhir, diselenggarakan Pemilu pada tahun 1992. Berdasarkan hasil pemilu tersebut, terbentuklah lembaga MPR RI yang baru. Pada tanggal 1 sampai 11 Maret 1993 diselenggarakan Sidang Umum MPR. Setelah Soeharto terpilih kembali sebagai presiden dan Tri Sutrisno sebagai wakilnya, maka dibentuklah Kabinet Pembangunan VI.

6. Pelita VI

Pelita VI dilaksanakan pada tanggal 1 April 1994 sampai dengan 31 Maret 1999. Pada Pelita VI ini, pemerintah masih tetap menitikberatkan pembangunan pada sektor bidang ekonomi. Pembangunan ekonomi ini berkaitan dengan industri dan pertanian serta pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya.

Keberhasilan Orde Baru dalam pembangunan di berbagai bidang terhitung sejak Pelita I hingga Pelita VI, akhirnya mengalami tantangan yang cukup hebat. Pada akhir tahun 1997, Indonesia diterpa badai krisis yang sulit diatasi. Semua itu bermula dari krisis moneter yang kemudian berlanjut pada krisis ekonomi yang akhirnya menimbulkan krisis kepercayaan kepada pemerintah.

(22)

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang memiliki tatanan atau aturan pemerintahan. waktu ke waktu dari masa ke masa dalam pemerintahan orde baru yakni tahun 1966 sampai 1998. Pada masa orde baru sistem kelembagaan negara terdiri dari MPR, DPR, DPA, BPK, Presiden, dan MA. Lahirnya orde baru dilatarbelakangi oleh terjadinya G30S 1965, diikuti dengan kondisi politik, keamanan dan ekonomi yang kacau (inflasi tinggi). Wibawa presiden Soekarno semakin menurun setelah gagal mengadili tokoh-tokoh yang terlibat G30S. Presiden mengeluarkan SUPERSEMAR 1966 bagi Letjen Soeharto guna mengambil langkah yang dianggap perlu untuk memperbaiki keadaan negara. Akhirnya Presiden Soekarno mengundurkan diri dan digantikan oleh Presiden Soeharto.

Pada masa awal Orde Baru pembangunan ekonomi di Indonesia maju pesat mulai dari pendapatan perkapita, pertanian, pembangunan infrastruktur dll. Upaya pembangunan ekonomi dilaksanakan melalui REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun) yangdimulai pada tanggal 1 April 1969. Namun pada akhir tahun 1997 Indonesia dilanda krisis ekonomi. Kondisi kian terpuruk ditambah dengan KKN yang merajalela.

Dalam bidang sosial budaya pada masa orde baru telah mengalami kemajuan. Antara lain makin meningkatnya pelayanan kesehatan bagi masyarakat dan fasilitas pendidikan dasar sudah makin merata dengan adanya program wajib belajar 9 tahun. Ditetapkan tentang P-4 yaitu Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Eka Parasetia Pancakarsa)untuk menuju masyarakat yang adil dan makmur.  Kekurangan Orde baru antara lain :

1. Maraknya KKN atau yang dikenal dengan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

2. Terjadinya kesenjangan sosial antara Orang kaya dengan Orang miskin

3. Pemerataan Pembangunan yang tidak merata seperti pembangunan yang lambat di daerah Aceh dan

Papua

4. Pelanggaran HAM yang sering terjadi, demi keamanan.

(23)

6. Muncul rasa cemburu antar penduduk akibat transmigrasi yang berlebihan

7. Timbul kesenjangan pembangunan antara pusat dan daerah

8. Segala bentuk kritikan di haramkan pada saat itu

9. Pers sangat di batasi pergerakannya

10. Golkar menjadi senjata utama dalam sistem politik Indonesia pada waktu itu

 Kelebihan Orde Baru antara lain:

1. Indonesia sukses memerangi buta huruf pada masyarakat

2. Sukses melaksanakan swasembada pangan

3. Pendapatan perkapita Indonesia pada saat itu mengalami peningkatan yang drastis

4. Sukses menjalankan Pemilihan umum

5. Sukses memerangi pengangguran

6. Berhasil menerapkan sistem Repelita atau (Rencana pembangunan lima tahun)

7. Berhasil meningkatkan Program transmigrasi

8. Berhasil mendatangkan investor asing dari luar negeri

9. Berhasil menjalankan program KB (Keluarga Berencana)

10. Sukses menegakkan Wajib belajar

B. SARAN

(24)
(25)

SISTEM, FUNGSI, DAN STRUKTUR DARI PADA PARTAI POLITIK DI INDONESIA

SISTEM POLITIK DI INDONESIA

Sesuai dengan isi pada Pembukaan UUD 1945 dan Batang Tubuh UUD 1945 bahwa Indonesia

menganut sistem multi partai yaitu sistem yang pada pemilihan kepala negara atau pemilihan

wakil-wakil rakyatnya dengan meelalui pemilihan umum yang diikuti oleh banyak partai.

Sistem multi partai dianut karena keanekaragaman yang dimiliki oleh negara Indonesia sebagai

negar kepulaaan yang di dalamnya terdapat perbedaan ras, agama, atau suku bangsa adalah

kuat,golongan-golongan masyarakat lebih cenderung untuk menyalurkan ikatan-ikatan terbatas

(primodial) tadi dalam saru wadah saja.

Di dalam sistem demokrasi yang ada di Indonesia. Partai politik diselenggarakan dengan tujuan

sebagai berikut:

 Partai sebagai sarana Komunikasi Politik

Partai politik mempunyai tugas adalah menyalurkan aneka ragam pendapat dan inspirasi

masyarakat dan mengatur dari pada kesimpangsiuran pendapat dari masyarakat berkurang.

Pendapat yang telah disalurkan akan ditampung dan disatuikan agar tercipta kesamaan tujuan.

Proses penggabungan pendapat dan inspirasi tersebut dinamakan penggabungan kepentingan

(interest aggregation). Sesudah penggabungan tersebut

Di sisi lain partai politik juga sebagai bahan perbincangan dalam menyebarluaskan

kebijakan-kebijakan pemerintah. Di sisi ini politik sebagai wahana perantara anatara pemerintah dengan

warga negara. Dimana wahana ini berfungsi sebagai pendengar bagi pemerinytah dan sebagai

pengeras suara bagi masyarakat.

 Partai sebagai sarana Sosialisasi Politik

Partai politik memiliki peranan yaitu sebagai sarana sosialisasi politik. Di dalam ilmu poltik,

Sosialisasi Politik diartikan sebagai proses melalaui mana seseorang memperoleh sikap dan

orientsi terhadap fenomena politik, yang umumnya berlaku dalam masyarakat di mana ia berada.

Biasanya proses sosialisasi berjalan secara berangsur-angsur dari mssa kanak-kanak sampai

dewasa.

Dalam hal ini partai politik sebagai salah satu sarana sosialisasi politik. Dalam menguasai

pemerintah melalui kemenangan dalam pemilihan umum, dan partai harus mendapat dukungan

secara seluas-luasnya.

 Partai sebagai sarana Recruitment Politik

(26)

Dan partai politik juga, berfungsi juga dalam mendidik kader-kader muda untuk menggantikan

kader yang lama.

 Partai sebagai sarana Pengatur Konflik

Dalam suasana demokrasi, persaingan dan perbedaan pendapat dalam masyarakat merupakan

soal yang wajar. Jika sampai terjadi konflik, partai politik berusaha dalam mengatasinya.

STRUKTUR POLITIK DI INDONESIA

Di bawah ini adalah beberapa penjabaran apa yang dimaksud dengan kelompok kepentingan,

kelompok elit, kelompok birokrasi dan massa.

 Kelompok Kepentingan

Kelompok kepentingan (intrest group) adalah suatu kelompok yang mempunyai tujuan untuk

memperjuangkan “kepentingan” dan mempengaruhi lembaga-lembaga politik agar mendapatkan

keputusan yang menguntungkan atau menghindarkan keputusan yang merugikan.

Kelompok ini tidak berusaha untuk menempatkan wakil-wakilnya dalam dewan perwakilan

rakyat, melainkan cukup mempengaruhi satu atau beberapa partai di dalamnya atau instansi

pemerintah atau menteri yang berwenang.

Contohnya kelompok-kelompok

 Kelompok Elit

Kelompok elit adalah kelompok yang terorganisisr yajgn anggota-anggotanya mempunyai

orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuannya yaitu untuk memperoleh kekuasaan

politik dan merebut kedudukan politik, biasanya dengan cara konstitusional

Contohnya yaitu elit politik yang di dalamnya terdapat kader-kader yang nantinya akan dipilih

melalui pemilihan ketua umum partai. Pemilihan ini diikuti oleh anggota-anggota yang terdaftar

di dalam partai tersebut.

 Kelompok Birokrasi

Suatu kelompok yang memiliki peranan dalam prroses terciptanya suatu kebijakan umum yang

diambil dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah yang keputusan itu sangat bermanfaat.

Contohnya Pembuatan SKCK yang prosesnya dimulai dari tingkata terkecil yaitu RT, RW dan

dilanjutkan Kelurahan sebelum SKCK dibuat di POLSEK ataupun POLRES.

(27)

Massa merupakan sekumpulan orang yang berpatisipasi dalam proses pemilihan

pemimpin-pemimpin politik dan turutn serta secara langsung atau tidak langsung dalam pembentukan

kebijakan umum yang merupakan tujuan dari terbentuknya partai politik.

(28)

SISTEM DAN STRUKTUR POLITIK

Diposkan oleh WIDYA AFRIYANTI , , Minggu, 03 Juli 2011 23.37

SISTEM DAN STRUKTUR POLITIK

SISTEM POLITIK adalah seperangkat interaksi yang abstrak dari totalitas perilaku social

melalui nilai – nilai yang disebar untuk suatu masyarakat

STRUKTUR POLITIK merupakan wujud nyata dalam sistem politik dimana ia menggambarkan

hubungan secara organisatoris antara lembaga – lembaga politik yang ada.

SISTEM POLITIK

SISTEM POLITIK adalah salah satu sistem dari berbagai sistem yang ada di masyarakat yang

lain di antaranya adalah sistem social, sistem ekonomi, sistem budaya, dan sistem hokum,

Ada beberapa cirri utama system politik sebagai berikut

1. Cirri – cirri identifikasi

Dua cirri indetifikasi system politik berikut ini yang membedakannya dengan system lain.

a. Unit – unit system politik ,unit – unit adalah unsure – unsure yang membentuk system politik

aitu tindakan – tindakan politik yang membentuk peranan – peranan politik dan kelompok –

kelompok politik.

b. Batas –batas , sebagai system yang berada dalam masyarakat, maka system politik tidak selalu

sendirian dia akan selalu berdampingan dengn system system lain sebgai lingkungan luar.

2. Adanya input – output

Setiap system politik passti menghasilkan keputusan – keputusan penting bagi masyarakat yang

disebut output. Untuk menghasilkann output , system politik membutuhkan input secara

berkelanjutan . input ini pentig, karena bila tidak ada input maka system tidak akan berfungsi.

3. Adanya diferensiasi dalam system

Jenis input dari lingkungan masuk kedalam system politik bermacam – macam. Tidak mungkinn

jika berbagai macam input itu ditangani oleh satu orang atau satu kelompok apalagi dalam wktu

yang bersamaan didalam waktu tertentu dikerjakan oleh beberapa kelompok yang dapat bekerja

dengan baik . kelompok yang bekerja sesuai dengan bidang keahlian masing – masing itu yang

disebut diferensiasi dlam system

4. Integrasi dalam system

TUNTUTAN menjadi input dalam system politik bila telah disalurkan melalui usaha yang

diorganisasi secara khusus. Misalnya melaui kelompok kepentingan atau kelompok penekan atau

masyarakat umum melalui penyampaian aspirasi.

Ada dua hal penting yang berkaitan dengan sumber atau asal usul tuntutan :

• Dilihat dari sumbernya tuntutan ada 2 jenis :

Tuntutan internal yaitu tututan yang berasal dalam system politik itu

sendiri. Misalnya

tuntutan untuk pengangkatan pemimpin lembaga politik

Tuntutan eksternal yaitu tuntutan yang berasal dari lingkungan atau system lain baik ekologi ,

ekonomi, kebudayaan

ISU adalah suatu tuntutan yang oleh anggota masyarakat ditanggapi dan dianggap sebagaii

sesuatu yang penting untuk dibicarakan dan dibahas melalui saluran – saluran yang ada dalam

system politik.

Ada beberapa hal yang menentukan perubahan tuntutan menjadi isu di antaranya :

a) Siapa yang mencetuskannya dan siapa yang mendukungnya

(29)

c) Moment atau wktu pengajuan tuntutan

d) Kecakapan dan pengetahuan politik dari pencetusnya

e) Penguasaan saluran komunikasi politik

f) Suasana batin dan sikap masyarakat terhadap tuntutan

g) Pengetahuan pencetus tentang cara kerja system politik.

Dukungan . dukungan merupakan factor penentu dalam menghasilkan output yang bersifat

otoritatif .

Ada dua bentuk dukungan

a) Dukungan terbuka atau nyata yaitu tindkan yang mendorong pencapaian tujuan , kepentingan

dalam pemilu membela atu memertahankan keputusan yang dibuat oleh lembaga resmi.

b) Dukungan tidak nyata yang disebut pandangan atau suasana pikiran.

Dalam rangka memperluas dukungan ada 3 sasaran penting dalam system politik yaitu sebagai

berikut

1. Komunitas politik yaitu kumpulan anggota suatu system politik baik yang mendukung ataupun

yan g tidak mendukungan

2. Rezim yaitu system atau aturan permainan yang menentukan mekanisme kerj system politik

yang ditaati oleh anggota – anggotanya.

3. Pemerintah yaitu kelompok tertentu yang memegang kekuasaan

CIRI – CIRI SISTEM POLITIK MODERN

1. Individu danmasyarakat tidklah merupakan objek tetapi subjek yang turut menentukan arah

kehidupan

2. Masyarakat modern ditandai oleh partisipasi masyarakat yang luas dalam proses politik

3. System politiknya meliputi niliai – nilai dasar dan instrumental

4. System politik modern berlandasan aturan dasar yang ditetapkan bersama yang disebut

konstitusi

5. System politik memiliki 3 unsur : demokratis, constitutional , berlandasan hokum

6. Kehidupan diselenggarakan berdasarkan aturan – aturan yang ditetapkan bersama

7. System politik modern mampu mewadahi perbedaan paham dan pandangan dan mengatasinya

dengan cara beradap dan damai.

Yang termasuk dalam struktur politik informal adalah seperti berikut ini :

a) Pengelompokan masyarakat atas dasar persamaan social ekonomi seperti golongan buruh tani,

kelas menengah, cendekiawan

b) Pengelmpokan atas dasar perbedaan cara , gaya di satu pihak dan pengelompokan atas dasar

kesadaran akan adanya persamaan jenis tujuan di pihak lain.

c) Pengelompokan atas dasar kenyatan dalam kehidupan politik rakyat.

LEMBAGA – LEMBAGA POLITIK

A. BADAN LEGISLATIF

Yaitu badan yang membuat undang – undang dan anggotanya dianggap mewakili rakyat yang

oleh karnanya disebut dewan perwakilan rakyat.

Fungsi badan legislative :

Menentukan policy dan membuat undang – undang

Mengontrol badan eksekutif dalam arti menjaga supaya semua tindakan

badan eksekutif sesuai

(30)

a. Hak bertanya yaitu bahwa setiap anggota badan legislative behak mengajukan pertanyaan

kepada pemerintah mengenai sesuatu hal.

b. Interpelasi yaitu hak untuk meminta keterangan kepada pemerintah mengenai kebijaksanaan

disuatu bidang

c. Angket yaitu hak anggota badan legislative untuk mengadakan penyelidikan sendiri

d. Mosi umumnya dianggap bahwa hak mosi merupakan hak control yang paling ampuh, karena

bias menjatuhkan cabinet.

B. BADAN EKSEKUTIF

Yaitu lembaga politik yang mejalankan kekuasaan eksekutif yaitu kekuasaan melaksanakan

undang – undang . yaitu presiden atau raja, kepala pemerintahan presiden dan perdana menteri

atau menteri cabinet.

Wewenang badan eksekutif :

1. Diplomatic yaitu menyelenggarakan hubungan diplomatic dengan negara2 lain

2. Administrative yaitu melaksanakan undang – undang serta peraturan dalam rangka

menyelenggarakan adiministrasi Negara

3. Militer yaitu mengatur angkatan bersenjata menyelenggarakan pertahanan dan keamanan

Negara, termasuk menyatakan perang dengan Negara lain atas persetujuan badan legislative

4. Yudikatif yaitu member grasi , amnesty, abolisi, dan rehabilitasi

5. Legislative yaitu mengajukan rancangan undang – undang dan membahasnya sampai menjadi

undang – undang serta mengesahkan undang – undang.

MACAM- MACAM Badan Eksekutif :

1. System parlementer adalah system yang dimana cabinet atau pemerintahan dikepalai oleh

seorang perdana menteri.

2. System presidensial yaitu system pemerintahan dimana cabinet dikepalai oleh presiden

BADAN YUDIKATIF

Yaitu badan yang menjalankan kekuasaan yudikatif atau kekuasaan kehakiman

Common law : kumpulan keputusan yang telah dirumuskan oleh para hakim pada masa yang

terdahulu.

Civil law adalah system yang mendasarkan pada kumpulan undang – undang atau pedoman bagi

hakim dalam menyelesaikan perkara – perkara hokum.

PARTAI POLITIK

Adalah perantara yang besar yang menghubungkan kekuatan – kekuatan dan ideology – ideology

social dengan lembaga – lembaga pemerintahan yang resm dan yang mengaitkannya dengan

sebuah aksi politik didalm masyarakata yang resm dan yang mengaitkannya dengan sebuah aksi

politik didalm masyarakat politik yang lebih luas.

Fungsi partai politik

(31)

Referensi

Dokumen terkait

Pada metode Indeks Pencemaran (IP) kualitas air tanah di Kecamatan Maduran yang digunakan dalam penilaian adalah parameter Suhu Kekeruhan,. Total Dissolved Solid

Dengan mengikuti metode analisis deskriptif, hasilnya disajikan dan didiskusikan, telah menunjukkan bahwa pembelajaran Mobile teknik (MLT) melalui penyediaan layanan

Berdasarkan hasil analisa data warehouse dan penerapan association rule mining dengan asumsi setiap dim kontraktor, biasanya produk yang dibeli cenderung tetap di masa

Untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan visualisasi (visual thinking) , guru harus terlebih dahulu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan siswa

<h1 style="font-family: verdana ;"> judul pertama menggunakan h1 </h1> <p style="font-family: arial; color: red; font-size: 20px; "> ini

Ciri-ciri artikel sekunder menurut (R IFAI , 1995; S OEHARDJAN 1997) antara lain adalah: (1) menyajikan hasil analisis ilmiah terhadap sejumlah artikel primer yang

Dari kondisi geografis Indonesia yang rawan dengan kejadian gempa dan melihat beberapa keuntungan dan kelemahan oleh sistem flate plate antara lain lebih ekonomis,

Gerakan berjalan adalah gerakan yang menggunakan kaki kita untuk melangkah ke