• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perbandingan Karakteristik Berbeban Generator Arus Searah Penguatan Bebas Dengan Generator Arus Searah Penguatan Shunt

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Perbandingan Karakteristik Berbeban Generator Arus Searah Penguatan Bebas Dengan Generator Arus Searah Penguatan Shunt"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERBANDINGAN KARAKTERISTIK BERBEBAN

GENERATOR ARUS SEARAH PENGUATAN BEBAS

DENGAN GENERATOR ARUS SEARAH

PENGUATAN SHUNT

( Aplikasi Pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU )

OLEH :

NAMA

: RANDY NIKO ARDIAN.S

NIM

: 060402029

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan karunia

yang dilimpahkan sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Adapun Tugas

Akhir ini dibuat untuk memenuhi syarat kesarjanaan di Departemen Teknik Elektro,

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Tugas akhir ini penulis persembahkan kepada yang teristimewa yaitu ayahanda

( R.Sitompul ), dan ibunda ( Poniatik ), serta adik-adikku ( Rinaldi Dwi Hawari,

Ratna Tri Yuliani, dan Rismaya Janiar Awalta ) tercinta yang merupakan bagian

hidup penulis yang senantiasa mendukung dan mendo’akan dari sejak penulis lahir

hingga sekarang.

Tugas akhir ini merupakan bagian dari kurikulum yang harus diselesaikan

untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata Satu di

Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Adapun

judul Tugas Akhir ini adalah :

ANALISIS PERBANDINGAN KARAKTERISTIK BERBEBAN GENERATOR ARUS SEARAH PENGUATAN BEBAS DENGAN

GENERATOR SEARAH PENGUATAN SHUNT (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik)

Selama masa perkuliahan sampai masa penyelesaian tugas akhir ini, penulis

banyak memperoleh bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan

setulus hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya

(3)

1. Bapak Ir. Eddy Warman, selaku dosen Pembimbing Tugas Akhir, atas segala

bimbingan, pengarahan dan motivasi dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

2. Bapak Ir. Pernantin Tarigan, Msc selaku dosen Wali penulis atas bimbingan

dan arahannya dalam menyelesaikan perkuliahan.

3. Bapak Prof. DR. Ir. Usman Baafai selaku Pelaksana Harian Ketua

Departemen Teknik Elektro FT-USU dan Bapak Rahmad Fauzy, ST, MT

selaku Sekretaris Departemen Teknik Elektro FT-USU.

4. Bapak Ir. Satria Ginting, selaku Kepala Laboratorium Konversi Energi Listrik

Fakultas Teknik USU.

5. Keluarga besar Laboratorium Sistem Tenaga FT USU : Bapak Ir. Zulkarnaen

Pane, Andi, B’Budi, dan pak bantu karo – karo.

6. Seluruh Staf Pengajar di Departemen Teknik Elektro USU dan Seluruh

Karyawan di Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Elektro USU.

7. Teman-teman angkatan ’06, martua (makasih udah bantuin ngambil data),

Iqbal, Taufiq, Faisal, Bembeng, Helmi, Rahmuddin, Supenson, Rozi, Salman,

Deny, Alfi, Fauzi, Azhari, Bale, Angga, teguh, Sukesih, Sanita, Liza, Ina,

Muti, Pingkan dan seluruh teman-teman Elektro ’06 lainnya.

8. Semua abang senior dan adik junior yang telah mau berbagi pengalaman dan

motivasi kepada penulis.

9. Asisten Laboratorium Konversi Energi Listrik Very ‘07, Ardi ’07 dan Bang

Roy yang telah banyak membantu penulis dalam proses pengambilan data.

(4)

Akhir kata penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak

kekurangannya. Kritik dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan dan

mengembangkan kajian dalam bidang ini sangat penulis harapkan. Semoga Tugas

Akhir ini dapat memberi manfaat khususnya bagi penulis pribadi maupun bagi semua

pihak yang membutuhkannya. Dan hanya kepada Allah SWT-lah penulis

menyerahkan diri.

Medan, 08 Maret 2010

(5)

ABSTRAK

Berdasarkan cara memberikan fluks pada kumparan medannya, generator DC

dikelompokkan menjadi dua yaitu generator berpenguatan bebas dan generator berpenguatan sendiri.

Karakteristik yang ada pada generator DC antara lain karakteristik beban nol, karakterik

berbeban, dan karakteristik luar. Pada karakteristik berbeban sebuah generator DC menunjukkan

bagaimana hubungan antara tegangan terminal Vt dan arus medan If ketika generator dibebani. Bila

generator dibebani maka akan mengalir arus beban sebesar IL. Karakteristik berbeban pada generator

DC penguatan bebas berbeda dengan karakteristik berbeban pada generator DC shunt. Pada generator

DC penguatan shunt penurunan tegangan terminal akan semakin besar bila terus-menerus dibebani,

dan arus medan If pada mesin ikut turun. Ini menyebabkan fluks pada mesin turun sehingga nilai Ea

turun yang menyebabkan penurunan tegangan terminal lebih besar. Sedangkan pada generator DC

penguatan bebas Tegangan terminal Vt akan berkurang akibat efek demagnetisasi dari reaksi jangkar.

Pengurangan ini dapat di atasi dengan peningkatan arus medan yang sesuai. Penurunan tegangan ini

dapat dengan suatu segitiga yang disebut segitiga portier, yang sisinya sebanding Ia. karena Ia konstan

maka segitiga ini konstan dalam batas-batas belum jenuh. Menurunnya tegangan terminal Vt ini akan

menyebabkan arus medan If turun, dan Ea juga akan mengalami penurunan.

Dalam tugas akhir ini penulis akan melakukan analisis perbandingan karakteristik berbeban

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……… i

ABSTRAK……….. iv

DAFTAR ISI ……….. v

DAFTAR GAMBAR……….. ix

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang………. 1

I.2 Tujuan dan Manfaat Penulisan……… 2

I.3 Batasan Masalah……….. 3

I.4 Metode Penulisan……… 3

I.5 Sistematika Penulisan……….. 4

BAB II GENERATOR ARUS SEARAH II.1 Umum……… 6

II.2 Konstruksi Generator Arus Searah……… 6

II.3 Prinsip Kerja Generator Arus Searah……… 14

II.4 Prinsip Penyearah……….. 17

II.5 Reaksi Jangkar……….. 19

II.6 Pembangkitan Tegangan Induksi pada Generator Arus Searah……... 22

II.7 Pengaturan Tegangan Generator Arus Searah………. 24

(7)

II.8.1 Generator Arus Searah Berpenguatan Bebas………. 25

II.8.2 Generator Arus Searah Berpenguatan Sendiri……… 26

II.9 Effisiensi Generator Arus Searah ………. 29

BAB III GENERATOR DC PENGUATAN BEBAS DAN GENERATOR DC PENGUATAN SHUNT III.1 Generator DC Penguatan Bebas……….. 30

III.2 Karakteristik Generator DC Penguatan Bebas……… 31

III.2.1 Karakteristik Beban Nol………... 31

III.2.2 Karakteristik Luar………. 32

III.2.3 Karakteristik Berbeban………. 34

III.3 Generator DC Penguatan Shunt……….. 37

III.4 Karakteristik Generator DC Penguatan Shunt……… 38

III.4.1 Karakteristik Beban Nol………... 39

III.4.2 Karakteristik Luar………. 41

III.4.3 Karakteristik Berbeban………. 42

III.5 Karakteristik Generator DC Shunt Dari Kurva Magnetisasi... 43

III.5.1 Karakteristik Kurva Magnetisasi dengan Reaksi Jangkar Diabaikan... 43

(8)

BAB IV PERBANDINGAN KARAKTERISTIK BERBEBAN GENERATOR DC PENGUATAN BEBAS DAN GENERATOR DC PENGUATAN SHUNT

IV.1 Pengujian Karakteristik Berbeban Generator DC Penguatan Bebas

Dan Generator DC Penguatan Shunt……….. 48

IV.1.1 Umum……… 48

IV.1.2 Peralatan Yang Digunakan………... 49

IV.1.3 Percobaan Karakteristik Berbeban Untuk Generator DC Penguatan Shunt……… 49

IV.1.3.1 Umum……….. 49

IV.1.3.2 Rangkaian Percobaan………... 50

IV.1.3.3 Prosedur Percobaan……….. 50

IV.1.3.4 Data Hasil Percobaan………... 51

IV.1.4 Percobaan Karakteristik Berbeban Untuk Generator DC Penguatan Bebas……… 52

IV.1.4.1 Umum……….. 52

IV.1.4.2 Rangkaian Percobaan……….. 52

IV.1.4.3 Prosedur Percobaan………. 53

IV.1.4.4 Data Hasil Percobaan……….. 54

(9)

BAB V PENUTUP

V.1 Kesimpulan ………... 63

V.2 Saran ………... 63

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Konstruksi generator Arus Searah……….. 7

Gambar 2.2. Rangka generator Arus Searah……….. 8

Gambar 2.3. Konstruksi kutub dan penempatannya... 9

Gambar 2.4. Konstruksi Sikat………. 10

Gambar 2.5. Konstruksi komutator……… 10

Gambar 2.6. Konstruksi Jangkar Generator Arus Searah... 11

Gambar 2.7. Bentuk Umum Belitan Jangkar... 12

Gambar 2.8. Kumparan Progresif dan Kumparan Retrogresif... 13

Gambar 2.9. Suatu penghantar yang diputar dalam medan magnet... 14

Gambar 2.10. Bentuk gelombang tegangan yang dihasilkan ... 15

Gambar 2.11. Suatu penghantar yang ditembus oleh fluksi... 17

Gambar 2.12. Ilustrasi proses penyearahan... 18

Gambar 2.13. Bentuk gelombang tegangan hasil dari proses penyearahan... 19

Gambar 2.14. Proses terjadinya reaksi jangkar... 20

Gambar 2.15. Proses pergeseran bidang netral... 21

Gambar 2.16. Kurva pemagnetan ketika terjadi reaksi jangkar... 22

Gambar 2.17. Proses pembangkitan tegangan pada generator arus searah... 23

Gambar 2.18. Rangkaian Generator DC Penguatan Bebas ... 25

(11)

Gambar 2.20. Rangkaian Generator DC Seri ... 27

Gambar 2.21. Rangkaian Generator DC Kompon Panjang... 28

Gambar 2.22. Rangkaian Generator DC Kompon Pendek ... 28

Gambar 2.23. Diagram Aliran Daya Generator DC... 29

Gambar 3.1. Rangkaian Ekivalen Generator DC Penguatan Bebas... 30

Gambar 3.2. Kurva Beban nol Generator DC Penguatan Bebas... 32

Gambar 3.3. Kurva Karakteristik Terminal Generator DC Penguatan Bebas... 33

Gambar 3.4. Kurva Berbeban Generator DC Penguatan Bebas... 35

Gambar 3.5. Rangkaian Ekivalen Generator DC Shunt... 37

Gambar 3.6. Kurva Beban Nol secara teoritis... 40

Gambar 3.7. Kurva Beban Nol sebenarnya... 40

Gambar 3.8. Kurva Karakteristik luar Generator DC Shunt... 42

Gambar 3.9. Penentuan Karakteristik dari Kurva Magnetisasi ( Reaksi Jangkar Diabaikan)... 44

Gambar 3.10. Penentuan Karakteristik dari Kurva Magnetisasi (Dengan Reaksi Jangkar)... 46

Gambar 4.1. Rangkaian Percobaan Karakteristik Berbeban Generator DC shunt... 50

(12)

Gambar 4.3. Kurva Karakteristik Berbeban Generator DC Shunt Secara

teori... 57

Gambar 4.4. Kurva Karakteristik Berbeban Generator DC Shunt yang di dapat

dalam pengujian... 57

Gambar 4.5. Kurva Karakteristik Berbeban Generator DC Penguatan Bebas

secara teori... 60

Gambar 4.6. Kurva Karakteristik Berbeban Generator DC Penguatan Bebas

pada pengujian... 60

Gambar 4.7. Kurva Perbandingan Karakteristik Berbeban Generator DC

(13)

ABSTRAK

Berdasarkan cara memberikan fluks pada kumparan medannya, generator DC

dikelompokkan menjadi dua yaitu generator berpenguatan bebas dan generator berpenguatan sendiri.

Karakteristik yang ada pada generator DC antara lain karakteristik beban nol, karakterik

berbeban, dan karakteristik luar. Pada karakteristik berbeban sebuah generator DC menunjukkan

bagaimana hubungan antara tegangan terminal Vt dan arus medan If ketika generator dibebani. Bila

generator dibebani maka akan mengalir arus beban sebesar IL. Karakteristik berbeban pada generator

DC penguatan bebas berbeda dengan karakteristik berbeban pada generator DC shunt. Pada generator

DC penguatan shunt penurunan tegangan terminal akan semakin besar bila terus-menerus dibebani,

dan arus medan If pada mesin ikut turun. Ini menyebabkan fluks pada mesin turun sehingga nilai Ea

turun yang menyebabkan penurunan tegangan terminal lebih besar. Sedangkan pada generator DC

penguatan bebas Tegangan terminal Vt akan berkurang akibat efek demagnetisasi dari reaksi jangkar.

Pengurangan ini dapat di atasi dengan peningkatan arus medan yang sesuai. Penurunan tegangan ini

dapat dengan suatu segitiga yang disebut segitiga portier, yang sisinya sebanding Ia. karena Ia konstan

maka segitiga ini konstan dalam batas-batas belum jenuh. Menurunnya tegangan terminal Vt ini akan

menyebabkan arus medan If turun, dan Ea juga akan mengalami penurunan.

Dalam tugas akhir ini penulis akan melakukan analisis perbandingan karakteristik berbeban

(14)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Generator DC merupakan mesin DC yang digunakan untuk mengubah

energi mekanik menjadi energi listrik. Secara umum generator DC adalah tidak

berbeda dengan motor DC kecuali pada arah aliran daya. Berdasarkan cara

memberikan fluks pada kumparan medannya, generator arus searah (DC) dapat

dikelompokkan menjadi dua yaitu generator berpenguatan bebas dan generator

berpenguatan sendiri.

Generator DC berpenguatan bebas merupakan generator yang mana

arus medannya di suplai dari sumber DC eksternal. Tegangan searah yang

dipasangkan pada kumparan medan yang mempunyai tahanan Rf akan

menghasilkan arus If dan menimbulkan fluks pada kedua kutub. Tegangan

induksi akan dibangkitkan pada generator.

Pada karakteristik berbeban sebuah generator DC menunjukkan

bagaimana hubungan antara tegangan terminal Vt dan arus medan If ketika

generator dibebani. Bila generator dibebani maka akan mengalir arus beban

sebesar IL. Pada generator DC penguatan shunt penurunan tegangan terminal

akan semakin besar bila terus-menerus dibebani, dan arus medan If pada mesin

ikut turun. Ini menyebabkan fluks pada mesin turun sehingga nilai Ea turun

yang menyebabkan penurunan tegangan terminal lebih besar. Sedangkan pada

(15)

efek demagnetisasi dari reaksi jangkar. Pengurangan ini dapat di atasi dengan

peningkatan arus medan yang sesuai. Tegangan terminal Vt akan lebih kecil

daripada ggl E yang dibangkitkan, sebesar Ia.Ra, dimana Ra adalah resistansi

rangkaian jangkar. Penurunan tegangan ini dapat dengan suatu segitiga yang

disebut segitiga portier, yang sisinya sebanding Ia. karena Ia konstan maka

segitiga ini konstan dalam batas-batas belum jenuh. Menurunnya tegangan

terminal Vt ini akan menyebabkan arus medan If turun, dan Ea juga akan

mengalami penurunan.

Dengan demikian, perlu dilakukan pengujian generator DC penguatan

bebas dengan generator DC shunt berupa analisa data-data yang diambil dari

laboratorium. Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan karakteristik

berbeban dari kedua jenis generator DC tersebut.

I.2. Tujuan Dan Manfaat Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui

perbandingan karakeristik berbeban dari generator DC penguatan bebas dengan

generator DC shunt.

Manfaat penulisan tugas akhir ini bagi penulis adalah mendapatkan

pengertian dan penjelasan tentang karakteristik generator DC penguatan bebas

dan generator DC shunt untuk keadaan beban yang berubah-ubah. Sedangkan

bagi para pembaca, diharapkan semoga tugas akhir ini dapat menjadi

sumbangan dalam memperkaya pengetahuan dan memberikan kesempatan

(16)

I.3. Batasan Masalah

Untuk membatasi materi yang akan dibicarakan pada tugas akhir ini,

maka penulis perlu membuat batasan cakupan masalah yang akan dibahas. Hal

ini diperbuat supaya isi dan pembahasan dari tugas akhir ini menjadi lebih

terarah dan dapat mencapai hasil yang diharapkan. Adapun batasan masalah

pada penulisan tugas akhir ini adalah :

1. Jenis generator yang digunakan dalam percobaan ini adalah generator

DC penguatan bebas dan generator DC shunt.

2. Tidak membahas motor arus searah ( DC ).

3. Beban yang digunakan hanya berupa beban resistif.

4. Tidak membahas karakteristik beban nol dan karakteristik luar dari

generator DC.

5. Spesifikasi generator DC yang digunakan untuk percobaan adalah

generator DC pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT USU.

I.4. Metode Penulisan

Untuk dapat menyelesaikan tugas akhir ini maka penulis menerapkan

beberapa metode studi diantaranya :

1. Studi literatur yaitu dengan membaca teori-teori yang berkaitan

dengan topik tugas akhir ini dari buku-buku referensi baik yang

dimiliki oleh penulis atau di perpustakaan dan juga dari artikel-artikel,

(17)

2. Studi laboratorium yaitu dengan melaksanakan percobaan di

Laboratorium Konversi Energi Listrik Departemen Teknik Elektro

USU.

3. Studi bimbingan yaitu dengan melakukan diskusi tentang topik tugas

akhir ini dengan dosen pembimbing yang telah ditunjuk oleh pihak

departemen Teknik Elektro USU, asisten Laboratorium Konversi

Energi Listrik dan teman-teman sesama mahasiswa.

I.5. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman terhadap Tugas Akhir ini maka

penulis menyusun sitematika penulisan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang berisikan tentang latar

belakang masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, manfaat

penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II : GENERATOR ARUS SEARAH

Bab ini menjelaskan tentang generator arus searah secara umum,

konstruksi, prinsip kerja, tegangan induksi generator arus searah,

pengaturan tegangan, reaksi jangkar, sistem penyearah, dan

(18)

BAB III : GENERATOR DC PENGUATAN BEBAS DAN GENERATOR

DC PENGUATAN SHUNT

Bab ini menjelaskan tentang karakteristik generator DC penguatan

bebas dan generator DC shunt

BAB IV : PERBANDINGAN KARAKTERISTIK BERBEBAN

GENERATOR DC PENGUATAN BEBAS DAN GENERATOR

DC SHUNT

Bab ini menjelaskan tentang penerapan pengujian karakteristik

berbeban generator DC penguatan bebas dan generator DC shunt

yaitu dengan melaksanakan percobaan pada di Laboratorium

Konversi Energi Listrik Departemen Teknik Elektro FT USU.

BAB V : PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil - hasil

(19)

BAB II

GENERATOR ARUS SEARAH II.1. Umum

Generator arus searah mempunyai komponen dasar yang umumnya hampir

sama dengan komponen mesin – mesin listrik lainnya. Secara garis besar generator

arus searah adalah alat konversi energi mekanis berupa putaran menjadi energi listrik

arus searah. Energi mekanik di pergunakan untuk memutar kumparan kawat

penghantar di dalam medan magnet. Berdasarkan hukum Faraday, maka pada kawat

penghantar akan timbul ggl induksi yang besarnya sebanding dengan laju perubahan

fluksi yang dilingkupi oleh kawat penghantar. Bila kumparan kawat tersebut

merupakan rangkaian tertutup, maka akan timbul arus induksi. Yang

membedakannya dengan generator lain yaitu terletak pada komponen penyearah

yang terdapat didalamnya yang disebut dengan komutator dan sikat.

II.2. Konstruksi Generator Arus Searah

Generator arus searah memiliki konstruksi yang terdiri atas dua bagian yaitu

bagian yang berputar ( rotor ) dan bagian yang diam ( stator ). Yang termasuk stator

adalah rangka, komponen magnet dan komponen sikat. Sedangkan yang termasuk

rotor adalah jangkar, kumparan jangkar dan komutator. Secara umum konstruksi

(20)

Gambar 2.1 Konstruksi generator Arus Searah

1. Badan Generator ( Rangka )

Fungsi utama dari badan generator adalah sebagai bagian dari tempat

mengalirnya fluks magnit yang di hasilkan kutub-kutub magnit, karena itu badan

generator dibuat dari bahan ferromagnetik. Disamping itu badan generator ini

berfungsi untuk meletakkan alat-alat tertentu dan melindungi bagian-bagian mesin

lainnya. Oleh karena itu badan generator harus dibuat dari bahan yang kuat. Untuk

memenuhi kedua persyaratan pokok di atas, maka umumnya badan generator untuk

mesin-mesin kecil dibuat dari besi tuang. Sedangkan generator yang besar umumnya

dibuat dari plat-plat campuran baja. Biasanya pada generator terdapat name palate

yang bertuliskan spesifikasi umum atau data-data teknik dari generator. Selain name

plate badan generator juga terdapat terminal box yang merupakan tempat-tempat

ujung-ujung lilitan penguat magnit dan lilitan jangkar. Gambar dari rangka generator

(21)

Gambar 2.2 Rangka generator Arus Searah

2. Magnet penguat dan kumparan penguat medan

Sebagaimana diketahui bahwa fluks magnet yang terdapat pada generator

arus searah dihasilkan oleh kutub magnet buatan yang dihasilkan dengan prinsip

elektromagnetik. Magnet penguat terdiri dari inti kutub dan sepatu kutub (lihat

Gambar 2.3).

Adapun fungsi dari sepatu kutub adalah :

a. Menyebarkan fluks pada celah udara dan juga karena merupakan bidang

lebar, maka akan mengurangi reluktansi jalur magnet.

b. Sebagai pendukung secara mekanis untuk kumparan penguat atau kumparan

medan.

Inti kutub terbuat dari lembaran-lembaran besi tuang atau baja tuang. Sepatu

kutub dilaminasi dan di baut ke inti kutub. Sedangkan kutub (inti kutub dan sepatu

(22)

Kumparan penguat atau kumparan kutub terbuat dari kawat tembaga

(berbentuk bulat atau strip / persegi) yang dililitkan sedemikian rupa dengan ukuran

tertentu (lihat gambar 2.3.b).

Gambar 2.3 Konstruksi kutub dan penempatannya

3. Sikat

Fungsi dari sikat adalah untuk jembatan bagi aliran arus dari lilitan jangkar

dengan beban. Disamping itu sikat memegang peranan penting untuk terjadinya

komutasi. Agar gesekan antara komutator-komutator dan sikat tidak mengakibatkan

ausnya komutator, maka sikat lebih lunak daripada komutator.

Sikat terbuat dari karbon, grafit , logam grafit, atau campuran karbon-grafit,

yang dilengkapi dengan pegas penekan dan kotak sikat. Besarnya tekanan pegas

dapat diatur sesuai dengan keinginan. Permukaan sikat ditekan ke permukaan

segmen komutator untuk menyalurkan arus listrik. Karbon yang ada diusahakan

memiliki konduktivitas yang tinggi untuk mengurangi rugi-rugi listrik, dan koefisien

gesekan yang rendah untuk mengurangi keausan. Adapun bagian-bagian dari sikat ini

(23)

Gambar 2.4 Konstruksi Sikat

4. Komutator

Sebagaimana diketahui komutator berfungsi sebagai penyearah mekanik,

yaitu untuk mengumpulkan arus listrik induksi dari konduktor jangkar dan

mengkonversikannya menjadi arus searah melalui sikat yang disebut komutasi. Agar

menghasilkan penyearahan yang lebih baik maka komutator yang digunakan

hendaknya dalam jumlah yang besar.

Komutator terbuat dari batangan tembaga yang dikeraskan, yang diisolasi

dengan bahan sejenis mika (lihat gambar 2.5).

Gambar 2.5 Konstruksi komutator

Commutator Lugs

Segmen Tembaga Yang Diisolasi

(24)

5. Jangkar

Jangkar yang umum digunakan dalam generator arus searah adalah yang

berbentuk silinder yang di beri alur-alur pada permukaannya untuk tempat melilitkan

kumparan-kumparan tempat terbentuknya ggl induksi. Jangkar di buat dari bahan

ferromagnetik, dengan maksud agar lilitan jangkar terletak dalam daerah yang

induksi magnitnya besar, supaya ggl induksi yang terbentuk dapat bertambah besar.

Konstruksi dari jangkar generator arus searah dapat di lihat seperti pada gambar 2.6.

Gambar 2.6 Konstruksi Jangkar Generator Arus Searah

Seperti halnya inti kutub magnet, maka jangkar dibuat dari bahan

berlapis-lapis tipis untuk mengurangi panas yang terbentuk karena adanya arus pusar (eddy

current). Bahan yang digunakan untuk jangkar ini sejenis campuran baja silicon.

Pada umumnya alur tidak hanya diisi satu sisi kumparan, tetapi diisi lebih dari satu

(25)

6. Belitan Jangkar

Pada generator arus searah, belitan jangkar berfungsi sebagai tempat

terbentuknya ggl induksi. Umumnya kumparan jangkar (rotor) berbentuk seperti

permata, seperti pada gambar berikut :

Gambar 2.7 Bentuk Umum Belitan Jangkar

Adapun jumlah konduktor dalam belitan jangkar tersebut :

Z = 2CN……...………..….…………. ………...( 2.1 )

Di mana : C = jumlah belitan pada rotor atau segmen komutator pada rotor

N = jumlah lilitan setiap belitan .

Normalnya bentangan belitan adalah 1800 listrik, yang berarti ketika sisi

belitan yang satu berada di tengah suatu kutub, sisi lainnya berada di tengah kutub

yang berbeda polaritasnya. Sedangkan secara fisik kutub yang ada tidak saling

terletak 1800 mekanis. Adapun untuk menentukan hubungan sudut dalam derajat

mekanis dan derajat listrik, dapat digunakan formula berikut :

mekanis listrik θ

2 p

θ = ………..……( 2.2 )

Di mana : θlistrik = sudut dalam derajat listrik

P = jumlah kutub

(26)

Belitan yang membentang 1800 listrik memiliki tegangan yang sama antar

sisi-sisinya dan berlawanan arah setiap waktu. Belitan ini disebut sebagai kumparan

kisar penuh (full-pitch coil).

Sedangkan belitan yang bentangannya kurang dari kisaran kutubnya (1800

listrik) disebut sebagai belitan kisar fraksi (fractional-pitch coil) atau kumparan tali

busur (chorded winding).

Adapun hubungan antara kumparan rotor dengan segmen komutatornya

terbagi atas 2 macam :

1. Kumparan Progresif (Progressive winding). Adalah belitan yang sisi

belakangnya dihubungkan ke sebuah segmen komutator mendahului

kumparan sebelumnya.

2. Kumparan Retrogresif (Retrogressive winding). Adalah kumparan yang sisi

belakangnya dihubungkan ke sebuah segmen komutator membelakangi

belitan sebelumnya.

Bentuk umum dari kumparan progresif dan kumparan retrogresif dapat di lihat

pada gambar dibawah ini :

(27)

II. 3. Prinsip Kerja Generator Arus Searah

Suatu generator arus searah bekerja berdasarkan prinsip induksi magnetis

sesuai dengan Hukum Faraday. Bila ada sepotong penghantar dalam medan magnet

yang berubah-ubah terhadap waktu, maka pada penghantar tersebut akan terbentuk

GGL induksi. Demikian pula sebaliknya bila sepotong penghantar digerak-gerakkan

dalam medan magnet, dalam penghantar tersebut juga terbentuk GGL induksi. Suatu

penghantar yang diputar dalam medan magnet dapat dilihat pada gambar berikut.

U S

Gambar 2.9. Suatu penghantar yang diputar dalam medan magnet

Medan magnetnya dihasilkan oleh kumparan medan sedangkan untuk menghasilkan

efek perubahan fluksi maka belitan penghantar diputar oleh prime mover. Bentuk

(28)

1 2 3 4 5

6 7 8 9

e

t

Gambar 2.10. Bentuk gelombang tegangan yang dihasilkan

Posisi 1 : fluksi yang menembus belitan maksimum tapi perubahan fluksi adalah

minimum. Ini disebabkan belitan AB dan CD tidak terpotong fluksi

sehingga EMF = 0

Posisi 3 : fluksi yang menembus belitan minimum tapi perubahan fluksi adalah

maksimum akibatnya EMF yang terinduksi juga maksimum.

Untuk posisi putaran berikutnya sama dengan posisi di atas yaitu untuk posisi I EMF

induksi maksimum, posisi F maksimum. Apabila terminal-terminal dari generator

dihubungkan ke beban maka akan terbentuk atau mengalir arus. Karena tegangan

induksi adalah balik maka arus induksinya juga balik. Tegangan

bolak-balik inilah yang akan disearahkan dengan komutator yang akan diuraikan

berikutnya. Persamaan tegangan bolak-balik yang dihasilkan dalam hal ini dapat

diturunkan dari hukum Faraday, yaitu :

dt d N

(29)

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa fluksi yang dihasilkan adalah fluksi

yang berubah terhadap waktu dan berbentuk sinusoidal, maka persamaan fluks dalam

rangkaian kumparan adalah :

Φ = Φm cos ωt ... (2.4)

dΦ = - ωΦm sin ωt dt

Maka Persamaan (2.3) di atas dapat diturunkan menjadi :

e =

dt

- N – ωΦm Sin ωt dt

e = N ωΦm Sin ωt ... (2.5)

Tegangan induksi ini akan mencapai maksimum pada saat wt = π/2 rad, maka

tegangan induksi maksimum :

Emax = N Φ... (2.6)

Persamaan (2.5) di atas dapat ditulis menjadi :

e = EmaxSin ωt ... (2.7)

Untuk harga efektif dari tegangan yang dihasilkan adalah :

2

Emf yang dihasilkan berupa siklus sinusoidal tegangan bolak-balik. Dengan

cincin komutasi yang segmen-segmennya terhubung dengan ujung konduktor

jangkar, menyebabkan perubahan pada tegangan keluarannya menjadi tegangan yang

(30)

II.4. Prinsip Penyearah

Pada generator arus searah, penyearahan dilakukan secara mekanis dengan

menggunakan alat yang disebut komutator. Komutator pada prinsipnya mempunyai

bentuk yang sama dengan cincin seret, hanya cincin tersebut dibelah dua kemudian

disatukan kembali dengan menggunakan bahan isolator. Masing-masing bahan

komutator dihubungkan dengan sisi kumparan tempat terbentuknya GGL. Komutator

I dihubungkan dengan sisi AB dan komutator II dihubungkan dengan sisi CD ( lihat

gambar di bawah ini ).

Fluks Magnit

II

B

D

II

I E

F

A

C

R II

Gambar 2.11. Suatu penghantar yang ditembus oleh fluksi

Jika kumparan ABCD berputar, maka sikat-sikat akan bergesekan dengan

komutator-komutator secara bergantian. Peristiwa bergesekan / perpindahan sikat-sikat dari satu

komutator ke komutator berikutnya disebut komutasi. Peristiwa komutasi inilah yang

menyebabkan terjadinya penyearahan yang prinsipnya adalah sebagai berikut :

1. Mula-mula sisi AB berada pada kedudukan 0 dan sisi CD berada pada kedudukan

(31)

berbentuk GGL. Pada saat ini pula sikat-sikat berhubungan dengan bagian

isolator kedua komutator. Ini berarti sikat-sikat berpotensial nol.

2. Kumparan berputar terus, sekarang sisi AB bergerak di daerah utara (dari

kedudukan 0 menuju 3) dan sisi CD bergerak di daerah selatan. Sesuai dengan

hukum tangan kanan maka GGL yang terbentuk pada sisi AB arahnya menjauhi

kita, sedangkan pada sisi CD terbentuk GGL yang arahnya mendekati kita. Jika

arus listrik di dalam sumber mengalir dari negatif ( - ) ke positif ( + ), maka pada

saat itu komutator I dan sikat E berpotensial negatif, sedangkan komutator II dan

sikat F berpotensial positif.

U

Gambar 2.12. Ilustrasi proses penyearahan

3. Saat sisi kumparan AB sampai pada kedudukan 6 dan CD kedudukan 12, maka

pada saat ini sikat-sikat berpotensial nol karena GGL induksi yang terbentuk

pada masing-masing sisi kumparan adalah nol, sikat-sikat hanya berhubungan

(32)

4. Kumparan ABCD bergerak terus, sisi AB bergerak di daerah selatan (dari

kedudukan 6 menuju 12) sehingga GGL yang terbentuk pada sisi kumparan AB

arahnya mendekati kita, sebaliknya pada sisi CD yang bergerak di daerah utara

terbentuk GGL yang arahnya menjauhi kita. Pada saat itu komutator I dan sikat F

berpotensial positif sedangkan komutator II dan sikat E negatif. Sehingga

dihasilkan tegangan induksi dengan bentuk gelombang seperti gambar 2.13 di

bawah ini :

Emax (Volt) e (Volt)

dt

Gambar 2.13. Bentuk gelombang tegangan hasil dari proses penyearahan

II.5. Reaksi Jangkar

Jika generator arus searah dihubungkan ke beban melalui terminal out-put,

maka arus listrik akan mengalir pada kumparan jangkarnya. Aliran arus ini akan

menghasilkan fluksi medan magnet sendiri, yang akan mempengaruhi (distort) fluksi

medan magnet yang telah ada sebelumnya dari kutub mesin. Pada keadaan ini fluks

yang dihasilkan oleh generator akan menjadi berkurang karena arah kedua vektor

(33)

ditimbulkan akibat arus beban ini dinamakan reaksi jangkar. Reaksi jangkar ini akan

menimbulkan dua masalah yakni:

Masalah pertama yang disebabkan oleh reaksi jangkar adalah pergeseran

bidang netral (neutral plane). Bidang netral magnetis didefinisikan sebagai bidang di

dalam mesin dimana kecepatan gerak kumparan rotor benar-benar paralel dengan

garis fluks magnet, sehingga induksi ggl pada bidang konduktor tersebut benar-benar

nol.

Gambar 2.14. Proses terjadinya reaksi jangkar

Pada saat belum dibebani, sumbu sikat terletak pada garis netral magnetik

yang tegak lurus terhadap fluksi utama, yaitu menurut garis OA. Sedangkan fluks

utama Φu pada generator digambarkan menurut garis OB. Setelah generator dibebani,

maka akan timbul arus jangkar yang menimbulkan fluksi jangkar Φa yang searah

dengan vektor OA. Akibat interaksi kedua fluksi tersebut menimbulkan fluksi

(34)

Gambar 2.15. Proses pergeseran bidang netral

Dengan timbulnya fluksi resultante Φr ini, maka garis netral magnetik yang

seharusnya tegak lurus fluksi utama OB, kini berubah menjadi tegak lurus terhadap

garis OC; yaitu searah garis ON. Kalau keadaan ini dibiarkan maka akan timbul

bunga api pada sikat. Untuk menghilangkannya, maka sikat harus digeser posisinya

sehingga sumbu sikat kembali menjadi tegak lurus terhadap arah vektor fluks utama.

Namun akibatnya fluks utama akan berkurang dan terjadi demagnetizing effect jika

sikat digeser berlawanan dengan arah putaran mesin. Bila setiap terjadi perubahan

beban sehingga sikat harus digeser tentunya sangat tidak dinginkan. Untuk

mengatasinya maka dibuatlah kutub komutasi dan kumparan kompensasi.

Masalah kedua akibat reaksi jangkar adalah pelemahan fluks. Hal ini dapat

dijelaskan pada gambar 2.16. Kebanyakan mesin listrik bekerja pada kerapatan fluks

yang dekat dengan titik jenuhnya, karenanya pada lokasi di permukaan kutub dimana

gaya gerak magnet (ggm) rotor menambahkan ggm kutub, terjadi sedikit peningkatan

kerapatan fluks (∆Φ n). Tetapi pada lokasi permukaan kutub di mana ggm rotor

mengeleminir ggm kutub, terdapat penurunan kerapatan fluks (∆Φt) yang lebih besar,

Φu

Φr

Φa

A

B

C 0

(35)

sehingga penjumlahan rata-rata kerapatan fluks yang terjadi adalah kerapatan fluks

kutub yang semakin berkurang.

Φ (Weber)

Kurva Pemagnetan

{

{

∆Φn

∆Φt

F (Ampere Turn) Fk +

Fj

Fk - Fj

Fk

∆Φn = Penguatan fluks

∆Φt = Pelemahan Fluks

Fk = Gaya gerak magnet kutub Fj = Gaya gerak magnet jangkar

Gambar 2.16. Kurva Pemagnetan Ketika Terjadi Reaksi Jangkar

Akibat pelemahan fluks ini pada generator arus searah adalah pengurangan

nilai pasokan tegangan oleh generator ke beban. Pada motor arus searah pengaruh

yang ditimbulkan menjadi lebih serius, dimana pelemahan fluks akan menyebabkan

motor arus searah, khususnya motor arus serah shunt akan berputar demikian

cepatnya hingga tak terkendali.

II.6. Pembangkitan Tegangan Induksi pada Generator Arus Searah

Pada saat mesin dihidupkan timbul suatu fluks residu yang memang sudah

terdapat pada kutub. Dengan memutar rotor akan dibangkitkan tegangan induksi

(36)

kumparan medan. Arus ini akan menimbulkan fluks yang memperkuat fluks yang

telah ada sebelumnya. Proses terus berlangsung hingga dicapai tegangan yang stabil.

Garis lengkung pada gambar 2.17 menggambarkan kurva pemagnetan untuk suatu

generator berpenguatan sendiri pada suatu putaran tertentu, sedangkan garis lurus

menyatakan persamaan tegangan kumparan medan dengan tahanan Rf . Oa adalah

tegangan yang timbul akibat adanya fluks residu dan menimbulkan arus pada

kumparan medan sebesar Ob. Dengan adanya arus kumparan ini , tegangan induksi

membesar menjadi Oc (akibat bertambahnya fluks). Selanjutnya tegangan Oc

memperkuat arus medan, yaitu menjadi sebesar Od. Dengan demikian proses

penguatan arus medan berlangsung hingga dicapai tegangan yang stabil yaitu pada

titik X (perpotongan antara kurva pemagnetan dengan garis tahanan medan). Jika

tahanan medan diperbesar, tegangan induksi yang dibangkitkan menjadi lebih kecil.

Berarti makin besar tahanan kumparan medan, makin buruk generator tersebut.

O b d a

c

X

Kurva magnetisasi

Garis Tahanan Medan

Ea

If

(37)

Gambar 2.17 menunjukkan pembangkitan tegangan generator dalam

tahapan - tahapan yang berlainan. Tahapan - tahapan ini digambarkan untuk

memperjelas feedback positif antara tegangan internal generator dengan arus

medannya. Pada generator yang sesungguhnya, tegangan tidak dibangkitkan dalam

tahapan - tahapan tertentu, malah sebaliknya antara Ea dan If naik secara serempak

sampai keadaan tunak tercapai. Ada beberapa kemungkinan yang dapat

menyebabkan tidak terjadi pembangkitan tegangan pada generator arus searah,

yaitu :

a. Kemungkinan tidak adanya fluks sisa

b. Arah putaran generator mungkin terbalik

c. Besar tahanan medan mungkin diset terlalu besar dari nilai tahanan kritisnya.

II.7. Pengaturan Tegangan Generator Arus Searah

Ada dua cara yang dapat digunakan untuk mengatur tegangan pada generator

dc shunt, yaitu :

1. Mengubah kecepatan ωm dari generator

2. Mengubah tahanan medan dari generator, sehingga merubah arus medannya.

Mengubah tahanan medan adalah metode utama yang digunakan untuk

mengatur tegangan terminal generator dc shunt. Jia tahanan medan Rf diturunkan,

maka arus medan If = Vt / Rf akan naik. Jika If naik maka akan terjadi penambahan

fluks yang akan menaikkan tegangan internal generator Ea yang pada akhirnya akan

(38)

II.8. Jenis - Jenis Generator Arus Searah

Berdasarkan metode eksitasi yang diberikan, maka generator arus searah

dapat diklasifikasikan dalam dua jenis:

II.8.1. Generator Arus Searah Berpenguatan Bebas (Separately Excited Generator).

Pada jenis generator ini, fluks medan diperoleh dari sumber lain yang terpisah

dari generator tersebut.

Ea

Ia IL

RL

Ra

ωm

VT

+

-Vf

If

Lf

Rf

Gambar 2.18. Rangkaian Generator DC Penguatan Bebas

Tegangan searah yang diberikan pada kumparan medan yang mempunyai

tahanan Rf akan menghasilkan arus If dan menimbulkan fluks pada kedua kutub.

Tegangan induksi akan dibangkitkan. Jika generator dihubungkan dengan beban RL,

dan Ra adalah tahanan dalam generator, maka hubungan yang dapat dinyatakan

adalah :

Vt = IL . RL ... (2.9)

(39)

Ia = IL ... (2.11)

II.8.2. Generator Arus Searah Berpenguatan Sendiri (Self Excited Generator).

Pada generator jenis ini, fluksi medan dihasilkan oleh rangkaian medan yang

terdapat pada generator itu sendiri. Oleh karena itu, arus kemagnitannya dipengaruhi

oleh nilai-nilai tegangan dan arus yang terdapat pada generator. Berdasarkan

hubungan kumparan penguat magnit dengan kumparan jangkar, generator penguatan

sendiri dibedakan atas :

1) Generator Arus Searah penguatan shunt

Generator arus searah penguatan shunt yaitu generator penguatan sendiri di

mana kumparan penguat magnitnya dihubungkan parallel (shunt) dengan

kumparan jangkar.

Gambar 2.19. Rangkaian Generator DC Shunt

(40)

F

2) Generator Arus Searah penguatan seri

Genertaor arus searah penguatan seri yaitu generator penguatan sendiri di

mana kumparan penguat magnitnya dihubungkan seri dengan kumparan jangkar.

Ea

Gambar 2.20. Rangkaian Generator DC Seri

L

3) Generator Arus Searah penguatan kompon

Generator arus searah kompon adalah generator arus searah yang kumparan

penguat magnitnya terdiri dari kumparan penguat shunt dan kumparan penguat

seri. Karena ada dua kemungkinan cara meletakkan kumparan penguat serinya,

maka berdasarkan letak kumparan penguat seri, generator kompon dibedakan

(41)

a) Generator DC Kompon Panjang

Gambar 2.21. Rangkaian Generator DC Kompon Panjang

F

b) Generator DC Kompon Pendek

Ea

Gambar 2.22. Rangkaian Generator DC Kompon Pendek

(42)

II.9. Effisiensi Generator Arus Searah

Untuk menjelaskan efisiensi pada generator arus searah, dapat diamati diagram

aliran daya pada generator dc berikut ini

Daya

Gambar 2.23 Diagram Aliran Daya Generator DC

Pada mesin dc (generator dan motor), ada tiga jenis efisiensi yang

diperhitungkan, antara lain:

1. Efisiensi Mekanik.

Mekanik

2. Efisiensi Elektrik

a

3. Efisiensi Komersial Keseluruhan

(43)

BAB III

GENERATOR DC PENGUATAN BEBAS DAN GENERATOR DC PENGUATAN SHUNT

III.1. Generator DC Penguatan Bebas

Pada generator DC penguatan bebas, fluks medan diperoleh dari sumber lain

yang terpisah dari generator tersebut. Tegangan searah yang diberikan pada

kumparan medan yang mempunyai tahanan Rf akan menghasilkan arus If dan

menimbulkan fluks pada kedua kutub. Tegangan induksi akan dibangkitkan. Jika

generator dihubungkan dengan beban RL, dan Ra adalah tahanan dalam generator,

maka hubungan yang dapat dinyatakan adalah :

Vt = IL . RL ... (3.1)

Ea = Vt + Ia . Ra ... (3.2)

Ia = IL ... (3.3)

Ea

Ia IL

RL

Ra

ωm

VT

+

-Vf

If

Lf

Rf

(44)

III.2. Karakteristik Generator DC Penguatan Bebas

Karakteristik adalah grafik yang menyatakan hubungan antara dua besaran

listrik yang menentukan sifat sebuah mesin. Karakteristik generator arus searah

penguatan bebas dapat dijelaskan sebagai berikut.

III.2.1. Karakteristik Beban Nol

Yaitu grafik yang menggambarkan hubungan antara tegangan terminal

sebagai fungsi arus penguat magnit pada putaran konstan dan generator dalam

keadaan tanpa beban (beban nol). Secara umum besarnya ggl yang dibangkitkan oleh

generator di tulis sebagai:



Z = jumlah konduktor jangkar

n = kecepatan putar rotor (rpm)

p = jumlah kutub generator

a = banyaknya jalur arus paralel.

Dari persamaan diatas, didapat hubungan:

n k

Ea = Φ ……….…. (3.5)

Dimana :

(45)

C

E

Ea

If

0

Ea remanensi

D B

A

Gambar 3.2. Kurva Beban nol Generator DC Penguatan Bebas

Ketika arus medan dinaikkan, fluks magnet akan meningkat, begitu pula

dengan Ea yang berbanding lurus dengan arus medan tersebut pada saat kutub

medannya belum jenuh. Hal ini direpresentasikan sebagai garis OC.

Namun ketika kerapatan fluks meningkat terus, kutub generator menjadi

jenuh, maka diperlukan peningkatan arus medan yang lebih tinggi untuk menaikkan

tegangan yang sama ( Ea ) dibandingkan ketika kutubnya belum jenuh, daerah

kejenuhan ini diwakili oleh garis CD.

Untuk generator arus searah dengan penguatan sendiri ( generator arus searah

shunt, seri, dan kompon ), karakteristik beban nolnya akan meningkat sama seperti

generator berpenguatan bebas, tetapi setelah generator sempat dioperasikan,

walaupun arus medannya disetel menjadi nol ampere, ggl generator tetap

dibangkitkan walau nilainya kecil ( OE ), hal ini disebabkan oleh adanya magnet

(46)

III.2.2. Karakteristik Luar

Karakteristik luar dari sebuah generator menunjukkan bagaimana perubahan

tegangan terminal terhadap beban yang berubah-ubah. Pada gambar 3.3 diperlihatkan

karakteristik luar untuk generator penguatan bebas.

V t

I a IaRa

o Ea

Gambar 3.3. Kurva Karakteristik Terminal Generator DC Penguatan Bebas

Untuk mengatur tegangan terminal generator Vt dapat dilakukan dengan dua

cara:

1. Dengan mengubah kecepatan putar generator. Dari persamaan 3.5 terlihat bila

n meningkat, maka Ea akan menjadi besar dan dari persamaan 3.2 maka Vt

akan menjadi besar juga.

2. Dengan mengubah medan arus penguat. Jika Rf kecil, maka If akan menjadi

besar. Hal tersebut menyebabkan fluks magnet akan meningkat, dan dari

persamaan 3.4 maka Ea akan meningkat juga, serta dari persamaan 3.2 maka

(47)

Kurva karakteristik luar menunjukkan hubungan antara tegangan terminal Vt dan

Sehingga didapatkan untuk :

IL = 0 ⇒ Vt = K1

Vt = 0 ⇒ IL = K1/K2

Dimana :

K1 = Konstanta ( cnIf )

K2 = Konstanta ( Ra )

III.2.3. Karakteristik Berbeban

Karakteristik berbeban digambarkan sebagai kurva yang menunjukkan

hubungan antara tegangan terminal Vt dan arus medan If ketika generator dibebani.

Kurva ini sebenarnya diturunkan dari kurva beban nol yang dilengkapi

(48)

memperhitungkan efek demagnetisasi dari reaksi jangkar dan jatuh tegangan pada

jangkar yang secara praktis tidak terdapat pada kondisi tanpa beban.

o L M a c I f

V t

m

t n

b S

P e

Vt E Eo

d

Gambar 3.4. Kurva Berbeban Generator DC Penguatan Bebas

Kurva beban nol pada gambar 3.2 digambarkan kembali sebagai kurva pada

gambar 3.4, dimana terlihat pada gambar 3.4 tersebut pada keadaan tanpa beban, arus

penguat magnet diperlukan untuk tegangan nominal tanpa beban yang digambar

sebagai garis oa.

Pada keadaan berbeban, tegangan akan berkurang akibat efek demagnetisasi

dari reaksi jangkar. Pengurangan ini dapat diatasi dengan peningkatan arus penguat

magnet yang sesuai. Garis ac mewakili demagnetisasi ampere-lilitan per kutub yang

ekivalen. Kemudian, berarti untuk membangkitkan ggl yang sama pada keadaan

berbeban pada saat tidak berbeban, arus penguat magnet harus dinaikkan sebesar

(49)

Titik d terletak pada kurva LS yang menunjukkan hubungan antara ggl E

yang dibangkitkan pada keadaan berbeban dan arus penguat magnet. Kurva LS

secara praktis paralel terhadap kurva ob. Tegangan terminal Vt akan lebih kecil

daripada ggl E yang dibangkitkan, sebesar IaRa, dimana Ra adalah resistansi

rangkaian jangkar. Dari titik d, sebuah garis vertikal de = IaRa di gambar.

Titik e terletak pada kurva pembebanan penuh untuk generator. Dengan cara

yang sama, titik-titik lainnya dilengkapi dan kurva pembebanan penuh MP di

gambar. Sudut kanan segitiga bde dikenal sebagai segitiga tegangan ( drop reaction

triangle ). Kurva kejenuhan beban untuk setengah beban penuh dapat dilengkapi

dengan menghubungkan titik tengah garis-garis mn, bd dan lain sebagainya.

Karakteristik berbeban digambarkan sebagai kurva yang menunjukkan hubungan

antara tegangan terminal Vt dan arus medan If .

Vt = f ( If )

E = Vt + Ia Ra

Dimana : E = c n Φ

c n Φ = Vt + Ia Ra ……….Φ ~ If

Maka : E = K1 . If

K1 . If = Vt + Ia Ra ……….. n, Ia, dan Ra konstan, sehingga :

K1 . If = Vt + K2

Vt = K1 If – K2... (3.6)

Sehingga didapatkan untuk :

If = 0 ⇒ Vt = - K1 ... (3.7)

(50)

Dimana :

K1 = Konstanta ( c n )

K2 = Konstanta ( Ra )

III.3. Generator DC Penguatan Shunt

Generator arus searah penguatan sendiri memperoleh arus magnetisasi dari

dalam generator itu sendiri, oleh karena itu arus magnetisasi terpengaruh oleh

nilai-nilai tegangan dan arus yang terdapat pada generator. Dalam hal ini medan magnet

yang dapat menimbulkan GGL mula-mula ditimbulkan oleh adanya remanensi

magnet pada kutub-kutubnya.

Pengaruh nilai-nilai tegangan dan arus generator terhadap arus penguat

tergantung bagaimana kumparan medan dengan kumparan jangkar. Generator arus

searah penguatan shunt adalah generator penguatan sendiri dimana kumparan

medannya dihubungkan pararel dengan kumparan jangkarnya, seperti terlihat pada

gambar berikut :

Ea

+

-VT

LF

RF

Ra

If

Ia IL

+

(51)

Persamaan arus :

L f

a I I

I = + ……… ( 3.9 )

Dimana :

Ia = Arus jangkar ( Ampere )

If = Arus medan ( Ampere )

IL = Arus yang mengalir ke beban ( Ampere )

Persamaan tegangan :

Ra I V

Ea = t + a ……… ( 3.10 )

f f

t I R

V = ……… ( 3.11)

Dimana :

Ea = Tegangan Induksi ( Volt )

Vt = Tegangan Terminal ( Volt )

Ra = Kumparan jangkar ( Ohm )

Rf = Kumparan Medan ( Ohm )

III.4. Karakteristik Generator DC Penguatan Shunt

Karakteristik-karakteristik dari generator shunt hampir sama (sama

bentuknya) dengan karakteristik-karakteristik generator penguatan bebas.

(52)

III.4.1. Karakteristik Beban Nol

Kurva ini menunjukkan hubungan antara kenaikan ataupun perubahan nilai

pada arus medan shunt ( If ) dengan tegangan induksi yang dihasilkan ( Ea ). Pada

generator penguatan sendiri seperti pada penguatan shunt If nilainya diatur dengan

bantuan rheostat dan nilainya dapat dilihat pada amperemeter. Generator nantinya

diputar dengan kecepatan yang konstan sehingga hanya terdapat variasi nilai antara If

dan Ea nya saja.

Ea = Ea ( If ) dimana n = konstan dan IL = 0

Ia = If

Vo = Ea – If Ra

Arus medan yang mengalir pada generator arus searah penguatan shunt

sangat kecil, sehingga besarnya drop tegangan If Ra dapat diabaikan sehingga :

V0 Ea( If ) ( Kurva magnetisasi )

Vo = If Rf

Ea = c n φ φ ~ If

Ea Vo = K1 If ………( 3.12 )

Dari persamaan 3.12 terlihat bahwa antara Ea dan If membentuk hubungan linear hal

ini dikarenakan K1 merupakan suatu konstanta, sehingga didapatkanlah kurva

(53)

Teoritis

E

a

I

f

Gambar 3.6. Kurva Beban Nol secara teoritis

Karena penguatan shunt ( Sumber dari generator itu sendiri), maka pada saat

putaran nominal dan belum diberikan arus medan, telah ada tegangan remanensi

(Tegangan sisa) akibat adanya fluksi sisa. Akibatnya pada kumparan shunt timbul

arus medan If, mengalirnya arus If akan memperkuat fluksi sisa tadi sehingga Ea

nominal.

Pada saat harga If tertentu mendekati nominal, akan timbul rekasi jangkar

yang melemahkan fkusi medan, sehingga Ea yang dibangkitkan tidak lagi berbanding

lurus dengan If, hal tersebut menyebabkan kurvanya menjadi :

E

a

I

f

Praktek

(54)

III.4.2. Karakteristik Luar

Kurva karakteristik luar merupakan kurva pada saat generator arus searah

penguatan shunt dalam keadaan berbeban. Dimana kurva ini menunjukkan hubungan

antara tegangan jepit ( Vt ) sebagai fungsi dari arus pada beban ( IL ) pada putaran dan

arus medan yang konstan.

Vt = f ( IL ) ………… dimana n dan If konstan

Sehingga didapatkan untuk :

(55)

Secara teori

Secara praktek

Vt

IL

Gambar 3.8. Kurva Karakteristik luar Generator DC Shunt

Penurunan tegangan terminal yang terjadi pada generator penguatan shunt

disebabkan antara lain:

a. Drop pada tahanan jangkar IaRa

b. Penurunan fluks utama yang terjadi akibat reaksi jangkar

c. Penurunan besar arus medan If

III.4.3. Karakteristik Berbeban

Karakteristik berbeban dapat diperoleh dengan cara yang sama seperti pada

generator penguatan bebas. Sebenarnya karakteristik berbeban yang diperoleh untuk

generator penguatan bebas dan generator shunt, adalah sama. Sedikit perbedaan

dikarenakan arus-arus jangkar yang berbeda, Ia = IL + If untuk generator shunt dan

Ia=IL untuk generator penguatan bebas. Perbedaan arus jangkar menghasilkan

perbedaan reaksi jangkar, dan memberikan sedikit perbedaan drop tegangan untuk

(56)

Vt = f ( If ) ………… dimana n dan Ia konstan

Dari persamaan 3.2 didapatkan :

Ea = Vt + IaRa

c n Φ = Vt + IaRa ……….………. φ ~ If dan Ia = IL + If

c n If = Vt + (IL + If ) Ra ……… n, Ia, dan Ra konstan, maka :

K1.If = Vt + K2

Vt = K1.If – K2

Sehingga didapatkan untuk :

If = 0 ⇒ Vt = - K1

Vt = 0 ⇒ If = K2/K1

Dimana :

K1 = Konstanta ( cnIf - If Ra )

K2 = Konstanta ( Ra )

III.5. Karakteristik Generator DC Shunt Dari Kurva Magnetisasi

Karakteristik dari sebuah generator DC shunt dapat dijelaskan dari kurva

magnetisasi atau kurva saturasi, berdasarkan rangkaian tahanan medan, arus

demagnetisasi pada reaksi jangkar dan tahanan jangkar yang diketahui.

III.5.1. Karakteristik Kurva Magnetisasi dengan Reaksi Jangkar Diabaikan

Pada gambar 3.9, kurva 1 adalah kurva magnetisasi ( Ea versus If ) dan OA

(57)

L

Gambar 3.9. Penentuan Karakteristik dari Kurva Magnetisasi ( Reaksi Jangkar Diabaikan)

Pada keadaan tanpa beban, BA adalah emf Ea jangkar yang dibangkitkan pada arus

medan sama dengan OB. Berdasarkan operasi steady state dan dengan reaksi jangkar

diabaikan, jarak vertikal antara kurva saturasi 1 dan garis tahanan medan OA adalah

sama dengan drop tahanan jangkar. Sebagai contoh, untuk arus medan OC, CD

adalah emf Ea jangakar yang dibangkitkan, DD’ adalah drop pada tahanan jangkar

IaRa dan CD’ adalah tegangan terminal Vt , yaitu :

Persamaan 3.13 menyatakan bahwa untuk mengetahui nilai Ia, drop IaRa, nilai Vt

(58)

Untuk memplot kurva karakteristik beban, potong OG sama dengan IaRa

untuk arus jangkar Ia yang diasumsikan. Gambar garis GH parallel dengan garis

tahanan medan OA yang memotong kurva magnetisasi pada titik M dan D. Dari M

dan D, gambar garis Vertikal menyentuh garis tahanan medan masing-masing pada

M’ dan D’. pada gambar sebelah kanan dari gambar 3.9, buat o’x = arus beban =

a

R OG

(dianggap arus jangkar) – OC (arus medan shunt).

Garis vertikal pada x dan garis horizontal melewati titik-titik M’,D’ bertemu pada

titik-titik d,m. Kedua titik ini d,m berada pada karakteristik beban dari generator DC

shunt. Titik-titik lain yang sama pada karakteristik dapat di plot. Catatan bahwa arus

jangkar maksimum dapat diperoleh dengan menggambarkan garis LN menyinggung

kurva magnetisasi dan parallel dengan garis tahanan medan OA. Besar arus jangkar

maksimum =

dihubungsingkatkan, O’K adalah arus beban pada emf OF yang dibangkitkan oleh

fluks sisa.

III.5.2. Karakteristik Kurva Magnetisasi dengan Reaksi Jangkar

Ketika reaksi jangkar dimasukkan dalam memplot karakteristik beban dari

karakteristik beban nol, kemudian drop tegangan pada tahanan jangkar DC dan efek

(59)

L

Gambar 3.10. Penentuan Karakteristik Kurva Magnetisasi (Dengan Reaksi Jangkar)

Pada gambar sebelah kiri dari gambar 3.10, kurva magnetisasi dan garis

tahanan medan OA digambarkan memotong satu sama lain pada A, maka tegangan

terminal tanpa beban O’a = BA. Untuk menyertakan efek demagnetisasi reaksi

jangkar, gambarkan OC yang menyatakan reduksi eqivalen pada tahanan medan

shunt yang disebabkan oleh efek demagnetisasi dari arus jangkar. Total drop pada

tahanan jangkar, untuk nilai dari arus Ia yang diasumsikan, adalah IaRa dan ini

digambarkan sebagai garis CD yang tegak lurus OC. Gambar garis DH parallel

dengan garis tahanan medan OA yang memotong kurva saturasi pada titik-titik G, H.

sekarang gambarkan garis Hh,Gg parallel dengan DO. Pada gambar 3.10 sebelah

kanan, O’x sama dengan arus jangkar yang diasumsikan dikurangi dengan arus

medan OB’. Gambar garis vertikal pada x dan garis-garis horizontal melewati

titik-titik g,h dan bertemu pada titik-titik-titik-titik g’,h’. Kedua titik-titik g’,h’ adalah titik-titik-titik-titik yang

(60)

Prosedur yang sama dapat diadopsi untuk memplot titik-titik yang lain pada kurva

karakteristik beban. Arus maksimum dapat dicari dengan menggambarkan titik N

yang parallel dengan garis tahanan medan dan menyinggung kurva saturasi. Besar

dari arus jangkar maksimum diberikan oleh

a

R D C' '

dan arus beban maksimum (ILmaks)

adalah sama dengan

a

R D C' '

- arus medan ON’. Pada gambar 3.10, O’K adalah arus

(61)

BAB IV

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK BERBEBAN GENERATOR DC PENGUATAN BEBAS DAN GENERATOR DC PENGUATAN SHUNT

IV.1. Pengujian Karakteristik Berbeban Generator DC Penguatan Bebas dan Generator DC Penguatan Shunt

IV.1.1. Umum

Karakteristik berbeban dari sebuah generator menunjukkan hubungan antara

tegangan terminal dengan arus medan untuk putaran dan arus jangkar yang konstan.

Generator dijalankan dengan kecepatan nominal dan arus medan diatur hingga

diperoleh arus jangkar mencapai harga nominal. Tujuan dilakukannya pengujian

karakteristik berbeban untuk menentukan hubungan antara tegangan terminal dengan

arus penguat bila arus jangkar dan putaran konstan. Dari persamaan tegangan

diperoleh hubungan antara tegangan terminal dengan arus medan sebagai berikut :

E = Vt + Ia Ra

Dimana :

E = c n Φ ; Φ ~ If

Secara teoritis karakteristik berbeban adalah linier, akibat adanya efek

saturasi inti maka kenaikan tegangan tidak selamanya sebanding dengan kenaikan

arus penguat medan.

(62)

IV.1.2. Peralatan yang digunakan

Adapun peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:

1. Generator DC Type GD 110/110, 220 V / 7,1 A (Armature), 220 V / 0,17 A

(Field) 1,2 kW / 1500 rpm.

2. Motor DC (sebagai prime mover) Type GD 110/140, 220 V / 9,1 A

(Armature), 220 V / 0,64 A (Field), 2 kW / 1500 rpm.

3. PTDC.

4. Digital LCR Multimeter TES 2712

5. Feedback Switch Unit EMT 180 A

6. Feedback Power Suplay PS189

7. Feedback Tacho Meter

8. Kabel .

IV.1.3. Percobaan Karakteristik Berbeban Untuk Generator DC Penguatan Shunt

IV.1.3.1. Umum

Untuk mengetahui karakteristik berbeban dari generator DC penguatan shunt,

maka generator dihubungkan dengan beban. Tujuannya adalah untuk melihat

pengaruh perubahan arus medan ( If ) terhadap tegangan jepit ( Vt ) generator.

Karakteristik berbeban didapat dengan :

V = f (If) ; n = konstan

(63)

IV.1.3.2. Rangkaian Percobaan

Gambar 4.1. Rangkaian Percobaan Karakteristik Berbeban Generator DC shunt

IV.1.3.3. Prosedur Percobaan

1. Rangkaian dibuat seperti gambar di atas

2. Semua pengatur tegangan pada posisi minimum dan tutup S2 sampai arus

medan motor nominal. Kemudian tutup S1, naikkan tegangan input motor

sampai tegangan motor nominal.

3. Atur beban pada posisi maksimum dan naikkan tegangan terminal generator

sampai mendekati nominal.

4. Naikkan arus beban pada harga tertentu di bawah harga nominal.

5. Atur PTDC 1 untuk mendapatkan putaran yang konstan kembali akibat

(64)

6. Catat penunjukkan V2, A4 dan T pada keadaan diatas.

7. Turunkan arus medan secara bertahap dan atur tahanan beban supaya arus

jangkar konstan. Untuk setiap penurunan catat penunjukkan V2, A4 dan T

juga putaran di jaga konstan dengan mengatur PTDC 1

8. Percobaan dilakukan sampai batas dimana Ia masih dapat dijaga konstan.

9. Setelah percobaan selesai, minimumkan kembali PTDC secara beraturan

dan buka semua switch.

IV.1.3.4. Data Hasil Percobaan

n = 1500 rpm Ia = 5,0 Ampere Ra = 3,97 Ohm

If ( Ampere ) Vt ( Volt ) Torsi ( N-m ) RL( Ohm )

0,17 179 5,70 37,06

0,16 173 5,50 35,74

0,15 167 5,25 34,43

0,14 157 5,00 32,30

0,13 152 4,85 29,98

0,12 146 4,60 29,92

0,11 130 4,10 26,58

0,10 125 3,80 25,51

0,09 114 3,50 23,22

0,08 107 3,25 21,74

0,07 91 2,80 18,46

0,06 84 2,60 17,00

0,05 71 2,25 14,34

(65)

0,03 38 1,50 7.65

0,02 20 1,25 4.02

0,01 9 1,10 1,80

IV.1.4. Percobaan Karakteristik Berbeban Untuk Generator DC Penguatan Bebas

IV.1.4.1. Umum

Untuk mengetahui karakteristik berbeban dari generator DC penguatan bebas,

maka generator dihubungkan dengan beban. Tujuannya adalah untuk melihat

pengaruh perubahan arus medan ( If ) terhadap tegangan jepit ( Vt ) generator.

Karakteristik berbeban didapat dengan :

V = f (If) ; n = konstan

Ia = konstan

IV.1.4.2. Rangkaian Percobaan

(66)

IV.1.4.3. Prosedur Percobaan

1. Rangkaian dibuat seperti gambar di atas.

2. Semua pengatur tegangan pada posisi minimum dan tutup S2 sampai arus

medan motor nominal. Kemudian tutup S1, naikkan tegangan input motor

sampai tegangan motor nominal.

3. Atur beban pada posisi maksimum dan naikkan tegangan terminal generator

sampai mendekati nominal.

4. Naikkan arus beban pada harga tertentu di bawah harga nominal.

5. Atur PTDC 1 untuk mendapatkan putaran yang konstan kembali akibat

perubahan putaran setelah dibebani.

6. Catat penunjukkan V2, A4 dan T pada keadaan diatas.

7. Turunkan arus medan secara bertahap dan atur tahanan beban supaya arus

jangkar konstan. Untuk setiap penurunan catat penunjukkan V2, A4 dan T

juga putaran di jaga konstan dengan mengatur PTDC 1.

8. Percobaan dilakukan sampai batas dimana Ia masih dapat dijaga konstan.

9. Setelah percobaan selesai, minimumkan kembali PTDC secara beraturan dan

(67)

IV.1.4.4. Data Hasil Percobaan

n = 1500 rpm Ia = 5,0 Ampere Ra = 3,97 Ohm

If ( Ampere ) Vt ( Volt ) Torsi ( N-m ) RL( Ohm )

0.17 197 6,25 39,4

0.16 192 6,05 38,4

0.15 189 5,80 37,8

0.14 182 5,65 36,4

0.13 175 5,25 35,0

0.12 161 5,05 32,2

0.11 150 4,75 30,0

0.10 137 4,45 27,4

0.09 124 3,80 24,8

0.08 111 3,50 22,2

0.07 97 3,05 19,4

0.06 87 2,75 17,4

0.05 67 2,10 13,4

0.04 48 1,80 9,6

0.03 34 1,60 6.50

0.02 23 1,30 4.60

(68)

IV.2. Analisis Karakteristik Berbeban Generator DC Penguatan Bebas Dengan

Generator DC Penguatan Shunt

a. Analisis Karakteristik Berbeban Generator DC Penguatan Shunt

Vt = f ( If ) ………… dimana n dan Ia konstan

Sehingga didapatkan untuk :

If = 0 ⇒ Vt = - K1

Vt = 0 ⇒ If = K2/K1

Dimana :

K1 = Konstanta ( cnIf - If Ra )

K2 = Konstanta ( Ra )

• Menghitung besar tegangan induksi yang di bangkitkan pada jangkar:

Dari data percobaan maka di dapat:

(69)

2. Ea = 173 + (5,0 x 3,97) = 192,85 Volt

3. Ea = 167 + (5,0 x 3,97) = 186,85 Volt

Harga Ea yang lainnya dapat di lihat dalam tabel berikut:

If ( Ampere ) VT ( Volt ) Ea ( Volt )

0.17 179 198,85

0.16 173 192,85

0.15 167 186,85

0.14 157 176,85

0.13 152 171,85

0.12 146 165,85

0.11 130 149,85

0.10 125 144.85

0.09 114 133,85

0.08 107 126,85

0.07 91 110,85

0.06 84 103,85

0.05 71 90,85

0.04 52 71,85

0.03 38 57,85

0.02 20 39,85

(70)

Kurva karakteristik berbeban secara teoritis dapat digambarkan sebagai berikut:

Tegangan Terminal Vt ( volt )

Arus Medan If ( Ampere )

Gambar 4.3. Kurva Karakteristik Berbeban Generator DC Shunt Secara Teori

Dari data hasil pengujian karakteristik berbeban generator DC penguatan shunt,

dapat di lihat kurva karakteristik berbeban sebagai berikut;

Gambar 4.4. Kurva Karakteristik Berbeban Generator DC Shunt yang di dapat dalam pengujian

0

(71)

Dari kedua kurva diatas terdapat perbedaan antara kurva karakteristik

berbeban generator DC shunt yang di dapat dari teoritis dengan kurva yang di dapat

dari hasil pengujian.

b. Analisis Karakteristik Berbeban Generator DC Penguatan Bebas

Vt = f ( If )

E = Vt + Ia Ra

Dimana : E = c n Φ

c n Φ = Vt + Ia Ra ……….Φ ~ If

Maka : E = K1 . If

K1 . If = Vt + Ia Ra ……….. n, Ia, dan Ra konstan, sehingga :

K1 . If = Vt + K2

Vt = K1 If – K2

Sehingga didapatkan untuk :

If = 0 ⇒ Vt = - K1

Vt = 0 ⇒ If = K2/K1

Dimana :

K1 = Konstanta ( c n )

K2 = Konstanta ( Ra )

• Menghitung besar tegangan induksi yang di bangkitkan pada jangkar:

(72)

Dari data percobaan di dapat:

1. Ea = 197 + (5,0 x 3,97) = 216,85 Volt

2. Ea = 192 + (5,0 x 3,97) = 211,85 Volt

3. Ea = 189 + (5,0 x 3,97) = 208,85 Volt

Harga Ea yang lainnya dapat di lihat dalam tabel berikut:

If ( Ampere ) VT ( Volt ) Ea ( Volt )

0.17 197 216,85

0.16 192 211,85

0.15 189 208,85

0.14 182 201,85

0.13 175 194,85

0.12 161 180,85

0.11 150 169,85

0.10 137 156,85

0.09 124 143,85

0.08 111 130,85

0.07 97 116,85

0.06 87 106,85

0.05 67 86,85

0.04 48 67,85

0.03 34 53,85

0.02 23 42,85

(73)

Kurva karakteristik berbeban secara teoritis dapat digambarkan sebagai berikut:

Tegangan Terminal Vt ( volt )

Arus Medan If ( Ampere )

Gambar 4.5. Kurva Karakteristik Berbeban Generator DC Penguatan Bebas Secara Teori

Dari data hasil pengujian karakteristik berbeban generator DC penguatan bebas,

dapat di lihat kurva karakteristik berbeban sebagai berikut;

Gambar 4.6. Kurva Karakteristik Berbeban Generator DC Penguatan Bebas Pada Pengujian

0

Gambar

Gambar 2.1 Konstruksi generator Arus Searah
Gambar 2.2  Rangka generator Arus Searah
Gambar 2.7 Bentuk Umum Belitan  Jangkar
Gambar 2.10. Bentuk gelombang tegangan yang dihasilkan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil pengujian, maka dilakukan perhitungan untuk mendapatkan efisiensi generator arus searah penguatan kompon kumulatif dan

Apabila kumparan medan dialiri oleh arus tetapi kumparan jangkar tidak dialiri oleh arus, maka dengan mengabaikan pengaruh celah udara, jalur fluksi ideal untuk kutub utama dari

Pengaruh Posisi Sikat Terhadap Waktu Pengereman pada Motor Arus Searah Penguatan Shunt Dengan Metode dinamis.. Medan: Departemen Teknik Elektro, FakultasTeknik,

Metode Pengaturan Fluksi Terhadap Efisiensi Pada Motor Arus Searah Kompon”,.. Singuda

Generator DC Paralel (Shunt) 3. Generator DC Kompon Panjang 4. Generator DC Kompon Pendek.. PEMBANGKITAN TEGANGAN INDUKSI PADA GENERATOR BERPENGUATAN SENDIRI.. Berarti bahwa dalam

Apabila kumparan medan dialiri oleh arus tetapi kumparan jangkar tidak dialiri oleh arus, maka dengan mengabaikan pengaruh celah udara, jalur fluksi ideal untuk

Sedangkan yang termasuk rotor adalah jangkar, kumparan jangkar dan komutator.. Secara umum konstruksi generator arus searah adalah seperti

Rangkaian ekivalen motor arus searah penguat terpisah Keterangan gambar: Vf = sumber tegangan kumparan medan Rf = tahanan kumparan medan Lf = induktansi kumparan medan If = arus