FRASE ADJEKTIVA BAHASA MELAYU DIALEK HAMPARAN PERAK SKRIPSI
Dikerjakan O
L E H
NAMA : RINA MELISA NIM : 040702004
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA
DEPARTEMEN SASTRA DAERAH
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA MELAYU MEDAN
FRASE ADJEKTIVA BAHASA MELAYU DIALEK HAMPARAN PERAK Skripsi Sarjana
DIKERJAKAN O
L E H
NAMA : Rina Melisa NIM : 040702005
Disetujui oleh Pembimbing I Disetujui oleh Pembimbing II
Drs. Baharuddin, M. Hum. Drs. Warisman Sinaga, M. Hum. NIP. 131785647 NIP. 131789087
Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian dalam bidang Ilmu Bahasa dan Sastra Melayu.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA
DEPARTEMEN SASTRA DAERAH
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA MELAYU MEDAN
DISETUJUI OLEH :
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
DEPARTEMEN SASTRA DAERAH KETUA,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya yang telah memberikan kesehatan dan kekuatan kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Judul skripsi ini adalah “Frase Adjektiva Bahasa Melayu Dialek Hamparan Perak”. Penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi semua pembaca. Untuk memudahkan pemahaman isi yang akan dibahas dalam skripsi ini, penulis memaparkan
rinciannya, yakni pada bab pertama adalah pendahuluan yang dibagi atas latar belakang
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan anggapan dasar.
Pada bab kedua akan dibahas kajian pustaka yang terdiri atas kepustakaan yang relevan
dan teori yang digunakan. Bab ketiga berisi metode dasar, lokasi sumber data penelitian,
instrumen penelitian, metode pengumpulan data, serta metode analisis data. Bab
keempat adalah pembahasan yang membicarakan tentang tipe, bentuk, ciri, fungsi, dan
makna frase adjektiva bahasa Melayu dialek Hamparan Perak. Bab kelima merupakan
kesimpulan dan saran, yaitu ringkasan tentang uraian yang telah dibicarakan pada bab
pembahasan.
Penulis menyadari, skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, hal ini mengingat
waktu dan kemampuan penulis yang sangat terbatas. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak untuk
kesempurnaan skripsi ini. Semoga apa yang telah diuraikan dalam skripsi ini berguna
bagi kita semua. Amin.
Medan, 2009
Penulis
Ucapan Terima Kasih
Alhamdulillah penulis hanturkan ke hadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih
lagi Maha Bijaksana dan mengusai jagat raya yang menciptakan manusia sebagai
makhluk yang paling sempurna di permukaan bumi ini, sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat berangkaikan salam kepada nabi Muhammad SAW,
kekasih Allah yang telah meninggikan derajat manusia dengan mengangkatnya dari
lembah kejahiliahan kepada alam ilmu pengetahuan sehingga hidup menjadi indah dan
berwarna.
Kemudian, ucapan terima kasih penulis tujukan kepada orang – orang yang telah
banyak membantu penulis, memberikan pengarahan, dukungan dan semangat,
bimbingan, bantuan maupun saran, sehingga setiap kesulitan yang dihadapi dapat
diatasi.
Pada kesempatan ini dengan keikhlasan dan kerendahan hati, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Yang teristimewa dalam diri penulis Syuaeb Sofyan (ayahanda), Suriyani Hanum
(ibunda), yang telah memberikan segalanya kepada penulis , kasih sayang,
perhatian, bimbingan, serta tidak pernah mengeluh dalam membiayai pendidikan
penulis sampai selesainya penulisan skripsi ini. Skripsi ini penulis persembahkan
sebagai tanda cinta penulis kepada ayahanda dan ibunda sebagai tanda
keberhasilan mendidik dan mengajari penulis. Adikku, Hans Pratama Putra dan
Tamara Annisa Pratiwi, yang juga telah banyak membantu penulis dan
menjalani hidup ini, dan juga kepada seluruh keluarga penulis yang juga telah
ikut berperan dalam memberikan masukan dan bimbingannya selama studi
perkuliahan dan pengerjaan skripsi.
2. Bapak Drs. Syaifuddin, M. A. Ph. D, selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, Pembantu Dekan I, Bapak Drs. Aminullah, M. A.
Ph. D, Pembantu Dekan II Bapak Drs. Samsul Tarigan, Pembantu Dekan
III Bapak Drs. Parlaungan Ritonga, M. Hum, serta seluruh staf dan pegawai di
jajaran Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Baharuddin, M. Hum, selaku Ketua Departemen Sastra Daerah,
sekaligus dosen pembimbing I yang telah memberikan pemikiran serta perhatian
yang senantiasa bermurah hati membimbing penulis selama perkuliahan.
4. Bapak Drs. Warisman Sinaga, M. Hum, selaku Sekretaris Departemen Sastra
Daerah, sekaligus dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan
bimbingan dan arahan dan juga meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran demi
selesainya skripsi ini.
5. Bapak Drs. Irwan, sebagai dosen wali yang senantiasa membimbing dan juga
mengarahkan penulis selama menyelesaikan studi.
6. Seluruh dosen di Departemen Sastra Daerah Fakultas Sastra Universitas
Sumatera Utara, yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada
penulis selama menyelesaikan studi, dan Kak Fifi Triyani, S.S yang selalu setia
di kantor departemen menghadapi para mahasiswa yang terkadang banyak
7. Teman – teman seperjuangan 2004 (Lia beserta keluarga, Mira, Eka-kuncang,
Bebby, Fauzi Siba, Dayad, Fuad, Mustafa, Citra-bung cit, Adi Ibenk, Tio, Ika,
Lenci, Nency, Volentine), senior ’00, ‘01, ‘02, ‘03 ( Pak Bos, bang Zul Murdef,
kak Risna, bang Risdo, kak Martha, kak Suri, kak Anda, bang Christ, bang
Tama, bang Armen Loly Pop, bang Epan aktifis sejati – hidup mahasiswa, dll…),
junior ’05, 06’, ’07, ’08, dan lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu, penulis pasti akan selalu merindukan kalian semua. Terima kasih untuk
semua kenangan suka dan duka yang telah kita ukir bersama. Hidup IMSAD
Jaya!!!
8. Sahabat-sahabatku, Rudyanto, Taufik Ardi-Bayang Semuku, Esra, Richo, Ray,
Doddy, Raden, Fay, Yogi, Zoo, Corry, Dinan, Tigor-Wak Antongku, Ridho,
Reza-bawelku, Chandra, Surya, Pranata, Rizky, Maulana-Molmol Kecilku,
Khaina Kajol, Azwar–Miyong Menggekku, kalian semua telah membuat ritme
hidupku lebih berwarna dan membuatku semakin ikhlas, sabar, tabah, tegar,
sehingga mampu membuatku berdiri tegak sampai detik ini dan selalu
tersenyum.
9. Terindah (Yar) yang selalu menemani ritme hidupku, suka dan duka selalu sejukkan hatiku, dan selalu ada di saat penulis rapuh. Semoga kisah kita di ridhoi
Allah SWT. Allah always does things right. You can be sure that he will always give you what you need at the appropriate time. Thanks a lot Yar! You’r the best.
10.Kepala desa beserta penududuk desa Lama Hamparan Perak, yang telah memberi
kesempatan untuk penulis mengkaji Frase Adjektiva bahasa Melayu dialek
Universitas Sumatera Utara dan semua pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum sempurna, oleh karena
itu, penulis mengharapkan saran dan kritik para pembaca. Semoga skripsi ini bermanfaat
bagi penulis dan pembaca. Semoga segenap perhatian, dukungan dan bantuan yang telah
diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Amin!
Medan, 2009
Penulis
DAFTAR ISI
1.2 Perumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
1.5 Anggapan Dasar... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan... 8
2.2 Teori yang Digunakan ... 9
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Dasar ……….. 14
3.2 Lokasi, Sumber Data dan Instrumen Penelitian ………. 15
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 17
3.4 Metode Analisis Data ... 19
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ……… 51
5.2 Saran ……….. 52
DAFTAR PUSTAKA ………. 54
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa adalah alat komunikasi yang dipakai antar anggota masyarakat yang
mutlak diperlukan untuk menyampaikan buah pikiran, perasaan, keinginan dan
pembuatan-pembuatan yang dapat dipakai untuk mempengaruhi dan dipengaruhi. Tanpa
bahasa masyarakat tidak mungkin dapat berkembang. Maka dari itu, bahasa perlu dibina
dan dilestarikan.
Bahasa juga adalah merupakan alat yang mempunyai peranan penting bagi
kehidupan manusia. Karena itu bahasa sangat erat sekali terhadap pemikiran manusia.
Sesuai dengan kodrat manusia, bahasa berkembang sesuai dengan lingkungan yang
dihadapinya sehingga perkembangan bahasa juga ikut serta di dalamnya. Sebagai bukti
nyata dapat kita lihat di dalam dunia ilmu pengetahuan dengan perkembangan tidak
mungkin diterapkan tanpa bahasa.
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi yang dipakai oleh bangsa Indonesia.
Sesuai dengan yang tertulis di dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 36 Bab XV ayat
1, yang menyatakan bahwa bahasa negara adalah bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia
dalam perwujudannya menunjukkan keanekaragaman, tampak dari keragaman etnis
bangsa Indonesia yang terdiri beratus-ratus suku bangsa yang masing-masing memiliki
adat istiadat dari budayanya sendiri (Feli,1985:26). Salah satu sub-budaya daerah adalah
nilainya. Kekayaan bahasa daerah sekaligus merupakan kekayaan budaya nasional,
sebab bahasa daerah merupakan sumber memperkaya bahasa nasional.
Keanekaragaman bahasa yang kita miliki menyebabkan bahasa Indonesia
menjadi bahasa yang kaya dengan kosa kata. Adanya berbagai macam bahasa di Negara
Kesatuan Republik Indonesia ini tidak memicu terjadinya perpecahan, hal ini
dikarenakan adanya bahasa persatuan yakni bahasa Indonesia yang menjadi kebudayaan
bangsa yang dapat dibanggakan.
Terdapat kurang lebih 420 jenis bahasa daerah yang tumbuh dan terus
berkembang di Indonesia. Tiap-tiap suku memiliki bahasa daerah masing-masing
sekaligus sebagai lambang identitas daerah (Halim, 1984: 14).
Sebagai upaya pembinaan dan pengembangan bahasa daerah yang tumbuh
berdampingan dengan bahasa Indonesia, perlu diadakan pengkajian khusus tentang
perkembangan kata-kata yang berasal dari bahasa daerah dan bahasa asing. Data dapat
diperoleh dari setiap bahasa daerah maupun bahasa asing yang ada disetiap daerah di
Indonesia. Hal ini berguna dan dapat dimanfaatkan dalam memperkaya perbendaharaan
kata-kata satu bahasa daerah yang ada di Indonesia.
Usaha pengembangan, pembinaan, dan pelestarian bahasa diharapkan dapat
dilakukan dengan sungguh-sungguh secara sistematis dan terarah. Hal tersebut harus
sejalan dengan usaha peningkatan pengetahuan mengenai bahasa daerah tersebut. Salah
satu cara merealisasikannya adalah melalui penelitian yang efektif tentang berbagai
aspek kebahasaan daerah tersebut.
Dalam buku Politik Bahasa Nasional 1 (Halim, 1984: 22), menekankan perlunya
1. Bahasa daerah tetap dibina dan dipelihara oleh masyarakat pemakainya, yang
merupakan bagian kebudayaan bangsa Indonesia yang dijamin oleh
Undang-Undang Dasar 1945.
2. Bahasa daerah sebagai kekayaan budaya dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan bahasa nasional serta untuk pembinaan dan pengembangan
bahasa-bahasa itu sendiri.
3. Bahasa daerah berbeda dalam struktur kebahasaannya, tetapi juga berbeda
jumlah penutur aslinya.
4. Bahasa-bahasa daerah pada kesempatan tertentu dipakai sebagai alat penghubung
baik lisan maupun tulisan sedangkan daerah tertentu ada yang hanya dipakai
secara lisan.
Bahasa Indonesia yang dipakai selama ini berasal dari bahasa Melayu yang
sudah mengalami perkembangan pesat, terutama sesudah diresmikan menjadi bahasa
nasional dan bahasa persatuan. Bahasa Melayu menjadi bahasa perantara selama
berabad-abad di seluruh kawasan nusantara. Di dalam perkembangannya, bahasa
Melayu memperoleh kedudukan sebagai bahasa pengantar, dan bahasa politik oleh
kerajaan-kerajaan di nusantara.
Bahasa Melayu dialek Hamparan Perak adalah salah satu bahasa daerah Melayu
yang ada di wilayah Melayu Deli Serdang. Bahasa Melayu dialek Hamparan Perak
mempunyai hak yang sama untuk mendapat pembinaan karena kedudukan dan fungsi
bahasa tersebut masih layak untuk digunakan.
Bahasa Melayu dialek Hamparan Perak pada hakikatnya sama dengan
bahasa-bahasa yang lain yaitu mempunyai unsur-unsur kebahasa-bahasaan. Adapun unsur-unsur
kebahasaan tersebut terdidiri atas struktur bunyi bahasa yang bidangnya disebut
yang disebut sintaksis, masalah arti atau makna yang bidangnya semantik. Morfologi
dan sintaksis bersama-sama biasanya disebut tata bahasa, tata bahasa menyangkut kata,
struktur internal di dalamnya atau morfologi dan struktur antar kata yang namanya
sintaksis. Hal di atas dalam bahasa Melayu dialek Hamparan Perak belum banyak
dilakukan. Untuk itu penulis memberanikan diri mencoba untuk mengangkat sebagian
unsur dari sintaksis yaitu frase, sebab frase akan selalu terdapat dalam komunikasi
sehari-hari.
Bahasa Melayu dialek Hamparan Perak belum banyak diungkap, belum
dideskripsikan secara tuntas. Penelitian bahasa Melayu dialek Hamaparan Perak masih
jauh tertinggal jika dibandingkan dengan penelitian bahasa-bahasa daerah lain, seperti
bahasa Minangkabau, bahasa Batak, bahasa Sunda, dan bahasa Jawa. Oleh karena itu,
berbagai macam penelitian bahasa Melayu dialek Hamparan Perak perlu diadakan,
termasuk frase. Khususnya frase adjektiva yang terdapat dalam bahasa Melayu dialek
Hamparan Perak.
Berdasarkan hal di atas, penulis memilih judul “Frase Adjektiva Bahasa Melayu
Dialek Hamparan Perak”, karena menurut pengamatan, frase adjektiva ada dalam bahasa
Melayu Dialek Hamparan Perak, yang menurut sepengetahuan penulis belum diteliti dan
penulis merasa perlu mengadakan penelitian terhadap frase adjektiva bahasa Melayu
dialek Hamparan Perak.
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah sebenarnya merupakan batasan – batasan dari ruang
permasalahan. Agar tidak terjadi pembahasan yang terlalu luas dalam frase adjektiva
bahasa Melayu dialek Hamparan Perak ini maka diperlukan suatu perumusan masalah.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masalah yang akan dibahas pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tipe frase adjektiva bahasa Melayu dialek Hamparan Perak?
2. Bagaimana bentuk frase adjektiva bahasa Melayu dialek Hamparan Perak?
3. Bagaimana ciri-ciri frase adjektiva bahasa Melayu dialek Hamparan Perak?
4. Bagaimana fungsi frase adjektiva bahasa Melayu dialek Hamparan Perak?
5. Apakah makna frase adjektiva bahasa Melayu dialek Hamparan Perak?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka dalam hal ini
tujuan penelitian ini antara lain untuk:
1. Mengetahui tipe frase adjektiva bahasa Melayu dialek Hamparan Perak.
2. Mengetahui bentuk frase adjektiva dalam bahasa Melayu dialek
Hamparan Perak.
3. Mengetahui ciri-ciri frase adjektiva bahasa Melayu dialek Hamparan Perak.
4. Mengetahui fungsi yang terkandung di dalam frase adjektiva bahasa Melayu
dialek Hamparan Perak.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tentang frase adjektiva Bahasa Melayu dialek Hamparan Perak
ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam upaya melestarikan dan
pengembangan pengetahuan bagi masyarakat pada umumnya.
Lebih khusus manfaat penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan referensi untuk penelitian lanjutan terhadap bahasa Melayu
dialek Hamparan Perak.
2. Menambah wawasan pengetahuan dan informasi tentang bahasa nusantara
khususnya bahasa Melayu dialek Hamparan Perak.
3. Menambah bahan bacaan dan kepustakaan di Departemen Sastra Daerah,
khususnya Program Studi Bahasa dan Sastra Melayu, Fakultas Sastra,
Universitas Sumatera Utara.
4. Melengkapi salah satu syarat ujian dalam menempuh sarjana sastra di
Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.
1.5 Anggapan Dasar
Anggapan dasar ini merupakan titik tolak pemikiran untuk penyelidikan
tertentu yang sebenarnya dapat diterima tanpa perlu dibuktikan lagi. Penelitian ini
didasarkan pada suatu landasan pemikiran tertentu yang akan memberikan arah pada
pengumpulan data. Landasan pemikiran ini disebut sebagai anggapan dasar dari suatu
penelitian yang dapat diterima kebenarannya dan tidak perlu dibuktikan lagi
Dalam hal ini penulis menganggap bahwa dalam bahasa Melayu dialek
Hamparan Perak akan dijumpai frase adjektiva yang mempunyai bentuk khusus yang
berbeda dengan bahasa Indonesia. Anggapan dasar di atas digunakan untuk
membantu penulis dalam penelitian “Frase Adjektiva Bahasa Melayu Dialek Hamparan
BAB I I KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kepustakaan yang Relevan
Mempertanggungjawabkan hasil penelitian bukanlah pekerjaan mudah. Seorang
penulis harus mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya disertai data-data yang kuat
serta buku – buku acuan yang relevan dengan objek yang di teliti. Untuk dapat
mempertahankan hasil dari suatu karya ilmiah, seorang penulis akan lebih mudah
mempertanggungjawabkannya dengan menyertai data-data yang kuat serta buku-buku
acuan yang relevan atau yang ada hubungannya dengan apa yang di teliti.
Penelitian ini didukung referensi yang sesuai seperti buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, karangan Hasan Alwi, ditambah beberapa buku pendukung lainnya seperti Sintaksis, dan Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis, karangan M.Ramlan.
Sesuai dengan judul yang penulis bicarakan “Frase Adjektiva Bahasa Melayu
dialek Hamparan Perak”, tentunya tidak terlepas dengan apa yang disebut frase. Untuk itu penulis akan menguraikan pengertian frase sebagai berikut:
Bloomfield (1973:178), mengatakan, “A phrase form consist entirely of two or
more lesser free form is a pharse (Sebuah frase yang yang mengandung dua kata atau
lebih kecil dari bentuk bebas adalah frase)’,
Ramlan (1981:121), mengatakan, “Frase adalah kesatuan gramatik yang terdiri
Tarigan (1984:50), mengatakan, “Frase adalah kesatuan linguistik yang secara
potensial merupakan gabungan dua kata atau lebih yang tidak mempunyai ciri-ciri
klausa”.
Keraf (1984:138), mengatakan, “Frase adalah satuan konstruksi yang terdiri dari
dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan”.
Parera (1988:56), mengatakan, “Frase adalah suatu konstruksi yang dapat
dibentuk oleh dua kata atau lebih tetapi tidak mempunyai ciri konstruksi sebuah kalusa
dan sering pula ia mengisi slof atau gatra dalam tingkat klausa”.
Dari beberapa pendapat sarjana di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan frase adalah satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih yang
tidak melampaui batas fungsi. Yang dimaksud tidak melapaui batas fungsi adalah dalam
kalimat sebagai subjek, predikat, objek, pelengkap, maupun keterangan.
2.2 Teori yang Digunakan
Setiap penelitian selalu menggunakan teori yang sesuai dengan penulisan
tersebut. Penelitian akan lebih praktis metode kerjanya apabila teori yang digunakan
mempunyai hubungan langsung dengan penelitian yang diadakan.
Teori merupakan suatu prinsip dasar yang terwujud di dalam bentuk dan berlaku
secara umum yang akan mempermudah seorang penulis dalam memecahkan suatu
masalah yang dihadapi. Teori diperlukan untuk membimbing dan memberi arah
sehingga dapat menjadi penuntun kerja bagi penulis.
Kerangka teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori linguistik
bahwa bahasa pada hakikatnya adalah ujaran atau speech (Bloomfield, 1993:6). Sejalan
dengan maksud anggapan dasar ini, data yang hendak dianalisis di dalam penelitian ini
diambil dari ujaran–ujaran yang dipakai oleh masyarakat pemakai bahasa Melayu dialek
Hamparan Perak masa kini.
Teori struktural digunakan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan berbagai
unsur dipandang dari segi struktural formal, yaitu unsur – unsur yang membentuk suatu
satuan dan hubungan antarunsur itu dalam sebuah satuan. Teori ini meninjau aspek
bahasa berdasarkan sudut bahasa itu sendiri serta menelaah unsur – unsur dan fungsinya
dalam bahasa yang akan diteliti. Teori ini menganalisis bahan berdasarkan pada struktur
atau berusaha mendeskripsikan suatu bahasa berdasarkan ciri atau sifat khas yang
dimiliki bahasa itu dan bukan berdasarkan makna, walaupun segi makna tidak
dikesampingkan.
Tarigan (1984 : 60) mengatakan, “Frase adjektiva adalah frase modifikatif yang
hulunya berupa adjektiva kata dasar”.
Wirjosoedarmo (1985 324) mengatakan, “Frase adjektiva adalah frase yang
unsur-unsurnya terdiri dari kata sifat atau keadaan”.
Keraf (1991:91) mengatakan, “Frase adjektiva adalah semua kata yang dapat
mengambil bentuk se- + reduplikasi + nya; dari sudut fraseologis, adjektiva dapat
diperluas dengan kata lebih, paling, sekali, atau amat”.
Alwi et al (1993:209), “Frase adalah kata yang dipakai untuk mengungkapkan
sifat atau keadaan orang, benda, atau binatang”.
Dari batasan di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan
Contoh :
1. Anak mudE iyon mendE kali.
Gadis itu cantik sekali.
5. KakaknyE lebEh jaat daripade adeknyE.
Kakaknya lebih jahat daripada adiknya.
‘Kakaknya lebih jahat daripada adinya’.
6. Pelite iyon teRang bendeRang. Lampu itu terang benderang.
‘Lampu itu terang benderang’.
7. JaRaknyE jaohkali.
Jaraknya jauh sekali.
8. Muke maling iyon pucat lesi.
Wajah pencuri itu pucat pasi.
‘Wajah pencuri itu pucat pasi’.
Pada kalimat di atas (mendE, pandE, manih, paEt, jaat, teRang, jaoh, dan pucat) adalah inti dari frase adjektiva, yaitu bagian yang menjadi pengikat bagian inti lain dari
kalimat itu dan yang membawa makna pokok.
Kata dasar frase adjektiva bahasa Melayu dialek Hamparan Perak meliputi
bentuk dasar perbandingan ekuatif, perbandingan komparatif, dan perbandingan
superlatif. Untuk jelasnya, dapat dilihat pada contoh yang dikemukakan berikut ini :
b. same + adjektiva + -nya + dengan ‘sama + adjektiva + -nya + dengan’
Contoh :
samE mendE dengan ‘sama cantiknya dengan’
samE kuatnyE dengan ‘sama gagahnya dengan’
sameE bEsaknyE dengan ‘sama besarnya dengan’
samE mahalnyE dengan ‘sama mahalnya dengan’
samE kuRusnyE dengan ‘sama kurusnya dengan’
3. Pebandingan Kompratif
Bentuk adjektiva perbandingan kompratif dapat ditemukan dengan menggunakan
pola lebeh/tidek + dari ‘lebih/kurang + adjektiva + daripada’.
Contoh :
lebEh baEk daRi ‘lebih baik dari’
lebEh beRsi daRi ‘lebih bersih dari’
tidEk baEk darRi ‘kurang baik daripada’
tidEk beRsi daRi ‘kurang bersih daripada’
4. Perbandingan Superlatif
Bentuk perbandingan superlatif terdapat dalam pola paling/palin + adjektiva
BAB I I I
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Dasar
Metode dasar yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
sinkronis sebagaimana yang diterapkan dalam kerangka teori linguistik struktural.
Penelitian dilaksanakan dengan jalan mengumpulkan bahan-bahan di lapangan tanpa
intervensi. Setelah itu baru dilakukan tabulasi dan kajian kebahasaan berdasarkan bahan
atau data yang terkumpul dengan cara sesubjektif mungkin.
Metode deskriptif lebih menandai terhadap adanya (dan tidak adanya) pengguna
bahasa daripada menandai cara penanganan bahasa tahap demi tahap, langkah demi
langkah (Sudaryanto, 1992 : 62).
Metode dapat bermanfaat (untuk mewujudkan tujuan kegiatan ilmiah
linguistik) haruslah digunakan dalam pelaksanaan yang kongkret. Untuk itu, metode
sebagai cara kerja haruslah dijabarkan sesuai dengan alat dan sifat alat yang dipakai
(Sudaryanto, 1986 : 26).
Metode linguistik yang baik haruslah sesuai dengan sifat objeknya (yaitu
bahasa), maka teorilah yang “memberitahukan” mengenai sifat itu (misalnya bahasa itu
di samping bersifat linier juga bersifat arbitrer dan konvensional, satuan lingualnya
kecuali berhubungan secara struktural juga berhubungan secara sistemik, dan
sebagainya; sehingga memungkinkan metode tertentu yang satu dapat digunakan
sebaik-baiknya dan metode tertentu yang lain justru disingkirkan sejauh-jauhnya
3.2 Lokasi, Sumber Data, dan Instrumen Penelitian
Lokasi penelitian yang berjudul Frase Adjektiva Bahasa Melayu Dialek
Hamparan Perak ini adalah Desa Lama, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli
Serdang. Lokasi ini merupakan daerah penutur bahasa Melayu dialek Hamparan Perak,
mempunyai ciri - ciri tersendiri yang membedakannya dengan bahasa Indonesia, di
antaranya adalah:
1. Pada akhir suku kata yang mempunyai fonem /a/ dalam bahasa Indonesia akan
berubah
menjadi /e/ dalam bahasa Melayu dialek Hamparan Perak.
Contoh:
Bahasa Indonesia Bahasa Melayu Dialek Hamparan Perak
bunga bungE
buaya buayE
celana culanE
rusa rusE
2. Pada beberapa suku kata yang mempunyai fonem /i/ dalam bahasa Indonesia akan
berubah menjadi fonem /e/ dalam bahasa Melayu dialek Hamparan Perak.
Contoh:
Bahasa Indonesia Bahasa Melayu Dialek Hamparan Perak
air aeR
piring piReng
3. Fonem /r/ dalam bahasa Indonesia berbunyi biasa, tetapi dalam bahasa Melayu dialek
Hamparan Perak berubah menjadi r Uvular /R/.
Contoh:
Bahasa Indonesia Bahasa Melayu Dialek Hamparan Perak
karang kaRang
kerang keRang
piring piReng
sarang saRang
suara suaRe
4. Pada beberapa suku kata yang mempunyai fonem /h/ dalam bahasa Indonesia, maka
dalam bahasa Melayu dialek Hamparan Perak fonem tersebut akan hilang.
Contoh:
Bahasa Indonesia Bahasa Melayu Dialek Hamparan Perak
ayah ayE
hujan ujan
jahit jaEt
rumah RumE
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data itu diperoleh
pengumpulan datanya, maka subjeknya responden dan apabila menggunakan metode
observasi dalam pengumpulan datanya, maka subjeknya berupa benda atau tempat.
Maka, sumber data penulis adalah informan yang memenuhi syarat yang
ditentukan. Kriteria informan terpilih menurut (Mahsun, 1995 : 21-22), adalah:
a. Berjenis kelamin pria atau wanita.
b. Berusia antara 25-65 tahun (tidak pikun).
c. Orang tua, istri atau suami informan lahir dan dibesarkan di desa tersebut
serta jarang atau tidak pernah meninggalkan desanya.
d. Berpendidikan (minimal tamatan SD dan Sederajat).
e. Berstatus social menengah (tidak rendah atau tidak tinggi) denagn
harapan tidak terlalu tinggi mobilitasnya.
f. Memiliki kebanggaan terhadap isolek dan dan masarakat isoleknya.
g. Pekerjaannnya bertani atau buruh.
h. Dapat berbahasa Indonesia.
i. Sehat jasmani dan rohani. Sehat jasmani maksudnya tidak cacat
berbahasa dan memiliki pendengaran yang tajam untuk menangkap
pertanyaan-pertanyaan dengan tepat. Sedangkan sehat rohani maksudnya
sedang tidak gila atau pikun.
Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh si peneliti dalam
pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya akan lebih baik, dalam
arti yang lebih lengkap dan sistematis sehingga data lebih mudah diolah. Instrumen
yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
alat perekam suara, alat tulis, dan daftar pertanyaan.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Metode kepustakaan, yaitu penulis melakukan penelitian dengan mencari data
dari buku-buku yang berhubungan dengan penulisan sebagai bahan acuan dari
berbagai referensi. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan dasar-dasar teori
yang yang akan dipakai dan untuk mengkaji hasil penelitian atau informasi yang
mendukung penelitian.
2. Metode observasi, yaitu penulis turun langsung ke lokasi penelitian untuk
melakukan pengamatan terhadap tempat, dan peran pemakai bahasa serta
perilaku selama pelaksanaan pengguna bahasa berlangsung.
3. Metode wawancara, data penelitian ini adalah data lisan dan tulisan. Data tulisan
diperoleh dengan menggunakan metode simak (Sudaryanto,1993:13) yaitu
dengan menyimak penggunaan bahasa. Metode ini dikembangkan teknik sadap,
yaitu meninjau dan mempelajari secara langsung kata-kata yang diperoleh dari
studi pustaka. Selanjutnya digunakan teknik catat dengan mencatat data-data
tulis yang diperoleh dari bahan pustaka yang digunakan.
Data lisan diperoleh dari informan yang menggunakan bahasa Melayu
dialek Hamparan Perak di desa Lama. Pengumpulan data lisan dilakukan dengan
metode cakap, yaitu percakapan antara peneliti dengan penutur sebagai
narasumber. Teknik dasar yang digunakan adalah teknik pancing, yaitu peneliti
berusaha memancing seseorang atau beberapa orang untuk berbicara.
Selanjutnya, digunakan teknik cakap semuka, yaitu percakapan langsung dengan
Teknik ini dilanjuktan dengan teknik rekam dan teknik catat, yaitu
dengan merekam dan mencatat data lisan yang diperoleh dari informan. penulis
melakukan wawancara kepada para penutur yang dianggap memenuhi syarat
sebagai informan untuk dapat mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan
menggunakan teknik rekam. Selama wawancara berlangsung,
semua respon yang muncul dicatat. Selama itu juga perekaman dilakukan untuk
kepentingan pengecekan kembali.
4. Metode kuesioner atau daftar pertanyaan, yang berisikan kosakta dasar yang
akan ditanyakan kepada informan.
Tahapan strategi metode pengumpulan data itu berakhir dengan trankripsi dan
tataan data yang sistematis dan ditandai oleh transkripsi serta tertatanya data secara
sistematis (Sudaryanto, 1986 : 36).
3.4 Metode Analisis Data
Dalam metode analisis data penulisan menggunakan metode deskriptif.
Adapun ciri-ciri metode deskriptif adalah:
1. Memusatkan diri pada permasalahan-permasalahan yang ada pada masa sekarang
dan masalah aktual.
2. Data yang dikumpulkan lalu disusun, dijelaskan dan dianalisis.
(Surakhmad, 1994 : 140).
Metode deskriptif merupakan metode yang berusaha memberikan gambaran
objektif tentang struktur bahasa yang dianalisis sesuai dengan pemakaian sebenarnya
dari bahasa itu oleh masyarakat bahasanya pada waktu sekarang dan tidak normatif
(memperhitungkan perkembangan dan sejarah struktur bahasa). Dengan demikian,
analisis bahasa Melayu dialek Hamparan Perak ini akan berusaha memberikan gambaran
objektif sesuai dengan keadaan pemakaian bahasa Melayu dialek Hamparan Perak
sekarang.
Sehubungan dengan hal tersebut, (Sudaryanto,1988:57) mengemukakan tiga
macam metode yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian bahasa, yaitu:
1. Mengumpulkan Data
Pada tahap pengumpulan data, dilakukan observasi untuk menentukan dialek
yang akan dijadiakn sample penelitian. Tahap itu diikuti dengan pengumpulan
teks tertulis yang diperoleh dari penutur asli bahasa Melayu dialek Hamparan
Perak. Penulis menggunakan data lisan (wawancara) dan data tulis. Teks tersebut
ada yang ditulis
2. Mengklasifikasikan Data
Dalam tahap mengklasifikasikan data dilakukan menurut persamaan dan
perbedaanya. Hasil penyusunan dan pengklasifikasian berbentuk suatu sistem
yang memudahkan untuk menemukan kembali kata, dan frase adjektiva yang
diperlukan.
3. Menganalisis Data
Pada tahap menganalisis data, teks yang telah ditulis disusun kembali dalam
bentuk bagian kalimat, kemudian ditarik komponen - komponennya yang
berupa frase. Jika komponen - komponennya yang berupa frase telah ditemukan,
tersebut dirumuskan pola-pola kaidahnya. Penulis akan menganalisis data frase
adjektiva untuk dapat menganalisis tipe, bentuk, ciri, fungsi, dan makna frase
adjektiva tersebut.
Setelah data – data yang diperlukan terkumpul semua, maka data – data yang
diperlukan dalam penulisan diambil dan data – data yang tidak diperlukan dibuang.
Tahapan metode analisis data berakhir dengan penemuan kaidah, betapapun
sederhananya atau sedikitnya kaidah itu, dan banyaknya kaidah yang ditemukan
bukanlah menjadi ukuran , karena kerumitan dan banyaknya kaidah tidak selalu menjadi
petunujuk baik kedalaman atau kehebatan telaah. Dengan demikian dapat dikatakan pula
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Tipe Frase Adjektiva Bahasa Melayu Dialek Hamparan Perak
Secara kategorial tipe-tipe dalam frase adjektiva dapat dibedakan atas:
1. Adjektiva Diikuti Keterangan Intensitas
Frase adjektiva dapat berupa adjektiva diikuti oleh keterangan intensitas.
Adapun intensitas yang digunakan dalam bahasa Melayu dialek Hamparan Perak
ialah kali ‘sekali’ dan agaq ‘agak’.
Contoh :
(1) AdEk pemalu kali.
Adik pemalu sekali.
‘Adik pemalu sekali’.
(2) TentRa iyon kuatkali.
Tentara itu gagah sekali.
‘Tentara itu gagah sekali’.
(3) KepalEnyE pening kali.
Kepalanya pusing sekali.
‘Kepalanya pusing sekali’.
(4) Makcik agaq sakEt.
Bibik agak sakit.
(5) Kebon pakcik agaq jaoh.
Kebun paman agak jauh.
‘Kebun paman agak jauh’.
Pada contoh-contoh di atas terdapat frase adjektiva yang terdiri atas adjektiva
pemalu, kuat, pening, sakEt, dan jaoh yang masing-masing diikuti atribut intensitas
kali ‘sekali’ atau didahului oleh atribut intensitas agaq ‘agak’. 2. Adjektiva Diiringi Perbandingan
Frase adjektiva dapat dibentuk dari adjektiva diiringi atau didahului keterangan
perbandingan. Perbandingan itu berupa keterangan mengenai kesamaan, kelebihan, atau
kekurangan kualitas sesuatu dibandingkan dengan sesuatu yang lain.
Contoh :
(6) LebEh tinggi pangkatnyE daRipadE pangkatku. Lebih tinggi pangkatnya daripada pangkatku.
‘Lebih tinggi pangkatnya daripada pangkatku’.
(7) TanEman padi lebEh gemok daRipade palawija. Tanaman padi lebih subur daripada palawija.
‘Tanaman padi lebih subur daRipada palawija’
(8) Tenggeken makcik same sedapnye dengan tenggeken emak.
Masakan bibi sama enaknya dengan masakan ibu.
‘Masakan bibi sama enaknya dengan masakan ibu’.
(9) TabE manih sepeRti artis. Senyuman manis seperti arti.
(10) Laman RumEnyEbelom beRsih. Halaman rumahnya kurang bersih.
‘Halaman rumahnya kurang bersih’.
3. Adjektiva Diiringi Paling
Frase adjektiva dapat juga berupa adjektiva diiring atau didahului oleh superlatif
palin ‘paling’. Contoh :
(11) Rina palin kayE di Hamparan Perak. Rina paling kaya di Hamparan Perak.
(14) DaeRa iyon palinkotoR.
Daerah itu paling kotor
‘Daerah itu paling kotor’.
(15) RasE limau iyon palinsegeR.
rasa jeruk itu paling segar
‘Rasa jeruk itu paling segar’.
kecik, mahal, kotoR, dan segeR yang didahului dengan kata palin ‘paling’, yang menyatakan makna superlatif.
4. Adjektiva Diikuti Adjektiva
Frase adjektiva dapat juga terdiri dari yang diikuti dengan adjektiva. Berbeda
dengan frase adjektiva lain yang bersifat atribut, frase adjektiva ini bersifat koordinatif.
Contoh :
(16) KayE miskin besilatuRahmi di sini. Kaya miskin bersilahturahmi di sini.
‘Kaya miskin bersilahturahmi di sini’.
(17) ManggE yang dijual bEsak kEcik.
Mangga yang dijual besar kecil.
‘Mangga yang dijual besar kecil’.
(18) Idop mati adEk di tangan Allah. Hidup mati ada di tangan Allah.
‘Hidup mati ada di tangan Allah’.
(19) MeRa putEh bekibaR di aRena bulutangkis Atlanta. Merah putih berkibar di arena bulutangkis Atlanta.
‘Merah putih berkibar di arena bulutangkis Atlanta’.
(20) Balok kayu yang disusun iyon beukuRan panjang pendek. Balok kayu yang disusun itu berukuran panjang pendek.
Frase dalam kalimat (16) – (20) itu adalah frase adjektiva yang terdiri atas kayE diikuti miskin, bEsak diikuti kecik, idop diikuti mati, meRa diikuti putEh, dan panjang diikuti pendek. Frase itu berbentuk adjektiva.
4.2 Bentuk Frase Adjektiva Bahasa Melayu dialek Hamparan Perak
Ditinjau dari bentuk, frase adjektiva bahasa Melayu dialek Hamparan Perak
dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni adjektiva asal dan adjektiva bentukan.
1. Adjektiva Asal
Adjektiva asal adalah adjektiva yang berbentuk monomorfonemik, hanya terdiri
dari atas satu morfem yang berupa kata dasar, seperti :
paEt ‘pahit’
pedEs ‘pedas’
gemok ‘subur’
rikik ‘kerdil’
beuntung ‘beruntung’
Pemakaian contoh di dalam kalimat :
(21) BuwEh priye rasEnyE paEt.
Buah pare rasanye pahit.
‘Buah pare rasanya pahit’.
(22) CabE kEcik rasEnyE lebEh pedEs daripade cabE bEsak.
Cabai kecil rasanya lebih pedas daripada cabai besar.
‘Cabai kecil rasanya lebih pedas daripada cabai besar’.
Batang pepaya itu subur benar
‘Batang papaya itu subur benar’.
(24) Batang manggE iyon rikik kaRne tidEk peRna dipupuk. Batang mangga itu kerdil karena tidak pernah dipupuk.
‘Batang mangga itu kerdil karena tidak pernah dipupuk’.
(25) NasEpnyE beuntung, peRempuwannyE mendE dan pandE.
Nasipnya beruntung, istrinya cantik dan pintar.
‘Nasipnya beruntung, istrinya cantik dan pintar’.
Contoh lain sebagai berikut :
iRang ‘jernih’
Adjektiva bentukan adalah adjektiva yang berbentuk polimorfemik, yang terdiri
atas dua morfem atau lebih. Adjektiva bentukan dapat dibentuk tiga macam cara, yakni
denagn penambahan afiks, dengan proses reduplikasi, atau dengan pemajemukan.
3. Adjektiva Berafiks
Afiks yang dapat digunakan untuk membentuk adjektiva polimorfemik adalah
prefiks se- dan yang digunakan harus sudah tergolong adjektiva.
Contoh :
(26) Anak mudE iyon semendE emaknyE.
Gadis itu secantik ibunya.
‘Gadis itu secantik ibunya’.
(27) Sayang anak sepanjang jalan, sayang emak tidEkadE batEsnyE.
Sayang anak sepanjang jalan, sayang ibu tidak ada batasnya.
‘Sayang anak sepanjang jalan, sayang ibu tidak ada batasnya’.
(28) SebEsak-bEsaknyE kambEngtidEksebEsak sapi. Sebesar-besarnya kambing tidak sebesar sapi.
‘Sebesar-besarnya kambing tidak sebesar sapi’.
(29) SepedEs-pedEs cabE bEsak tidEk sepedEs cabE kEcik.
Sepedas-pedas cabai besar tidak sepedas cabai kecil.
‘Sepedas-pedas cabai besar tidak sepedas cabai kecil’.
(30) HargE tanEhdi desE tidEk semahal hargE di kotE.
Harga tanah di desa tidak semahal harga di kota.
‘Harga tanah di desa tidak semahal harga di kota’.
Pembentukan dengan afiks yang lain akan mengakibatkan perubahan kelas kata.
4. Adjektiva Majemuk
Pemajemukan adjektiva bahasa Melau dialek Hampran Perak dapat dibedakan
menjadi empat macam, yakni pemajemukan yang bersal dari morfem bebas dan morfem
bebas, morfem bebas dan morfem terikat, morfem terikat dan morfem bebas, dan
morfem terikat dan morfem terikat.
lantam ‘angkuh’
malEs ‘malas’
Pemakaian contoh di dalam kalimat :
(31) Anak iyon lantam tidEk endak bekawan.
Anak itu angkuh tidak mau bersahabat.
‘Anak itu angkuh tidak mau bersahabat’.
(32) Anak iyon memang malEs, tidEk endak bekeRjE.
Anak itu memang malas, tidak mau bekerja.
‘Anak itu memang malas, tidak mau bekerja’.
b. Adjektiva yang tidak bersifat idiomatis, seperti terlihat pada contoh berikut :
baEk buRok ‘baik buruk’
tuhE mudE ‘tua muda’
baEk ati ‘baik hati’
hangat sejok ‘panas dingin’
kEcik ati ‘kecil hati’
Pemakaian contoh di dalam kalimat :
(33) BaEk buRok yang dihadapi usah lupE kepade Tuhan.
Baik buruk yang dihadapi jangan lupa kepada Tuhan.
‘Baik buruk yang dihadapi jangan lupa kepada Tuhan’.
‘Tua muda semuanya ajak makan’.
(35) Iye uRang baEk ati, nasEb uRang dikelehkennyE.
Ia orang baik, nasip orang diperhatikannya.
‘Ia orang baik, nasip orang diperhtikannya’.
(36) Hangat sejok badanku kaRnE takot.
Panas dingin badanku karena takut.
‘Panas dingin badanku karena takut’.
(37) Iye kEcik ati samE sayE kaRnE endaknyE tidEk diikutkEn.
Ia kecil hati sama saya karena maunya tidak diikutkan.
‘Ia kecil hati sama saya karena maunya tidak diikutkan’.
c. Adjektiva Majemuk dari Morfem Bebas dan Morfem Terikat
Adjektiva majemuk yang berasal dari morfem bebas dan morfem terikat bersifat
idiomatis, seperti :
gelap gulitE ‘gelap gulita’
itam pekat ‘hitam pekat’
sunyi senyap ‘sunyi senyap’
Dalam contoh di atas, morfem gelap ‘gelap’, sunyi ‘sunyi’ merupakan morfem
bebas, tetapi gulitE, pekat, senyap merupakan morfem terikat yang tidak dapat berdiri
sendiri karena tidak memiliki makna laksikal. Morfem tersebut selalu muncul dalam
bentuk kombinasi.
Pemakaian contoh di dalam kalimat :
(38) KaRne pelitE mati, RumE jadi gelap gulitE.
‘Karena lampu mati, rumah jadi gelap gulita’.
d. Adjektiva Majemuk dari Morfem Terikat dan Morfem Bebas
Adjektiva majemuk yang berasal dari morfem terikat dan morfem bebas bersifat
idiomatis, seperti :
sangat ResE ‘sangat resah’
tidEk jujuR ‘tidak jujur’
gembirE ‘senang’
beseRakan ‘berantakan’
Morfem lasah, pet, unjuk, dan sagak pada contoh di atas merupakan morfem
terikat. Dan tidak memiliki makna leksikal dan dapat berdiri sendiri sebgai kata. Morfem
sangat resah, gelisah ‘sembunyi’, ati ‘hati’, menjadikan tidak teratur’ merupakan
morfem bebas.
Pemakaian contoh di dalam kalimat :
(41) Sejak tenan iyE keliatan ResE gelisE.
Sejak tadi ia kelihatan resah gelisah.
‘Sejak tadi, ia sangat gelisah’.
Bekerja sambil tidak jujur sering berakibat.
‘Bekerja dengan tidak jujur sering berakibat buruk’.
(43) Iye gembirE ati kaRnE lulus. Ia senang hati karena lulus.
‘Ia senang hati karena lulus’.
(44) MengapE baRang-baRang iyonbeseRakEn sepeRti iyon?.
Mengapa barang-barang ini berantkan seperti ini?.
‘Mengapa barang-barang berantakan begini?’.
e. Adjektiva Majemuk dari Morfem Terikat dan Morfem Terikat
Adjektiva majemuk yang berasal dari morfem terikat dan morfem terikat berafiks
idiomatic. Setiap morfem yang menjadi dasar bentukan tersebut tidak memiliki makna
leksikal, hanya memiliki makna gramatikal.
Contoh :
rayas rayis ‘tidak rapih’ ‘coreng moreng’
nganyas kanyas ‘ceroboh’ ‘tergesa-gesa’
usEl - usEl ‘usil’ ‘usik-usik’
bacak - bacik ‘acak-acakan’
teRang - bendeRang ‘terang benderang’
Pemakaian contoh di dalam kalimat :
(45) MukEnye Rayas Rayis.
Wajahnya coreng – moreng.
‘Wajahnya coreng – moreng’.
‘Kerjanya jangan tergesa –gesa, perhatikan satu – satu’.
(47) Usah usEl - usEl kelakuan uRang iyon tidEk mendE.
Jangan usil - usil kelakuan orang itu tidak baik.
‘Jangan usil akan kelakuan orang lain, itu tidak baik’.
5. Reduplikasi Adjektiva
Reduplikasi adjektiva bahasa melayu dialek Hamparan Perak dapat dibedakan
menjadai dua macam, yakni reduplikasi atas seluruh bentuk dasar (reduplikasi utuh) dan
redupkikasi berafiks.
a. Reduplikasi atas Seluruh Bentuk Dasar
Reduplikasi adjektiva yang berupa reduplikasi seluruh bentuk dasar hanya terdiri
ats satu macam, yakni reduplikasi seluruh ben tuk dasar berupa kata dasar. Bentuk dasar
yang berupa kata bentuk.
cekel - cekel ‘pelit – pelit’
pembagi - pembagi ‘pemberi – pemberi’
sikit - sikit ‘sedikit - sedikit’
lambat - lambat ‘pelan - pelan’
mendE - mendE ‘cantik – cantik’
Pemakaian contoh di dalam kalimat:
(48) MeRekE cekel - cekel kali.
Mereka pelit – pelit benar.
‘Meraka pelit – pelit benar’.
(49) URangnyE pembagi – pembagi.
‘Orangnya suka memberi’.
Reduplikasi berafiks adalah reduplikasi yang desertai pembubuhan afiks. Afiks
yang dapat digunakan dalam reduplikasi adjektiva hanya terbatas pada prefiks se-,
misalnya :
sejaoh - jaoh ‘sejauh – jauh’
semanih – manih ‘semanis – manis’
sesejok – sejok ‘sedingin – dingin’
sekuat – kuat ‘sekuat – sekuat’
sejaat – jaat ‘sejahat –jahat’
Pemakaian contoh di dalam kalimat:
(53) Sejaoh - jaoh lalu, iyE masEh pulang ke kampong jugE.
Sejauh – jauh merantau ia masih pulang ke kampung juga.
(54) Semanih – manih jambu tentu lebEh manih gulE.
Semanis – manis jambu tentu lebih manis gula.
‘Semanis – manis jambu tentu lebih manis gula’.
(55) Sesejok - sejok aeR,lebEh sejok es. Sedingin – dingin air lebih dingin es.
‘Sedingin – dingin air, lebih dingin es’.
(56) Sekuat – kuat keRbo masEh kuat gajah. Sekuat – kuat kerbau masih kuat gajah.
‘Sekuat – kuat karbau masih kuat gajah’.
(57) Sejaat – jaat uRang tuhE tentu ingEn anaknyE baEk.
Sejahat – jahat orang tua tentu ingin anaknya baik.
‘Sejahat – jahatnya orang tua tantu ingin anaknya baik’.
4.3 Ciri Frase Adjektiva bahasa Melayu dialek Hamparan Perak
Adjektiva mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :
1) Adjektiva dapat menduduki fungsi predikat dalam klausa nominal
Contoh :
(58) PadangnyE luas.
Ladangnya luas.
‘Ladangnya luas’.
(59) BungEnyE iyon mendE.
‘Bunganya itu cantik’.
Luas ‘luas’ dan mendE ‘cantik’ pada contoh di atas berfunsi sebagai predikat. Pada kalimat itu kedua kata tersebut adalah adjektiva.
2) Adjektiva dapat diberi keterangan kali ‘sekali’, seperti pada :
kali = lekas sekali = cepat
lambat pelan
banyak banyak
sikit sedikit
sakEt sakit
Pemakaian contoh di dalam kalimat:
(60) MotoRpet iyon maju lekas kali. Mobil itu melaju cepat sekali.
‘Mobil itu melaju cepat sekali’
(61) AdEk bejalan lambat kali.
Adik berjalan pelan sekali
‘Adik berjalan pelan sekali’.
(62) Jambu banyak kali.
Jambu banyak sekali.
‘Jambu banyak sekali’.
(63) Engko membagi sayE manggE sikit kali.
Kamu memberi saya mangga sedikit sekali.
(64) Kakiku sakEt kali.
Kakiku sakit sekali.
‘Kakiku sakit sekali’.
3) Adjektiva dapat diingkari dengan kata ingkar tidek ‘tidak’, seperti pada :
tidEk = sihat tidak = sehat
mudE mudah
mendE bagus
sikit sedikit
hamE ramai
Pemakaian contoh di dalam kalimat :
(65) Ngajar muRid supayE mendE bebahasE Melayu tidEk mudE.
Mengajar murid supaya pandai berbahasa Melayu tidak mudah.
‘Mengajar murid supaya pandai berbahasa Melayu tidak mudah’.
(66) URang yang gemaR mengumpatkEnuRang laEn iyon tidEk mendE.
Orang yang suka menggunjingkan orang itu tidak baik.
‘Orang yang suka menggunjingkan orang itu tidak baik’.
(67) KeluwaR duit tidEk sikit.
Keluar uang tidak sedikit.
‘Keluar uang tidak sedikit’.
(68) SudEh tigE aRi iyon iyE tidEk sihat.
Sudah tiga hari ini ia tidak sehat.
(69) Yang datEngtidEk hamE.
Yang datang tidak ramai.
‘Yang datang tidak ramai’.
4) Adjektiva dapat diberi keterangan pembanding: lebeh ‘lebih’, kuRang ‘kurang, atau palin ‘paling’. Lihat contoh berikut :
Pemakaian contoh di dalam kalimat:
(70) PakEyan yang iyon lebEh mendE daRipadE pakEyan yang iyon.
Baju yang itu lebih baik daripada baju yang itu.
‘Baju yang itu lebih baik daripada baju yang itu’.
(71) UjiannyE aRi iyon lebEh buRok daRipadE asEl ujiannyE semalEm.
Ujiannya hari ini lebih buruk daripada hasil ujiannya kemarin.
‘Hasil ujiannya hari ini lebih buruk daripada hasil ujiannya kemarin’.
(72) KuReng seRasi jikEengkomemakE tudung iyon kaRnE pakEyanmu ijo.
Kurang serasi jika kamu memakai kudung itu karena bajumu hijau.
‘Kurang serasi jika kamu memakai kerudung itu karena warna bajumu
hijau’.
Sumur paling dalam di desa ini.
‘Sumur yang paling dalam di desa ini’.
5) Adjektiva dapat diikuti oleh morfem terikat telalu ‘terlalu’
Contoh :
‘Kamu berjalan terlalau cepat , kasihan adikmu tertinggal’.
(75) PakEyan yang iyon telalu kEcik tidEk cukup padE adEkmu.
Kolak yang dibuat tadi itu terlalu manis.
‘Kolak yang dibuat tadi itu terlalu manis’.
6) Adjektiva dapat didahului oleh kata alangke ‘alangkah’, dan semaken ‘semakin’.
Contoh :
Pemakaian contoh di dalam kalimat:
(79) AlangkE banyak engko memeli ikan. Alangkah banyak kamu membeli ikan.
‘Banyak sekali kamu membeli ikan’.
(80) AlangkE hamE yang menganterkEn iyE lalu.
Alangkah ramai yang mengantarkan ia pergi.
‘Ramai benar yang mengantarkan ia pergi’.
(81) KakinyE yang tekileR makEn sakEt.
Kakinya yang keseleo makin sakit.
‘Kakinya yang keseleo makin sakit’.
(82) Iye bejalEn makEn lambat.
Ia berjalan makin pelan.
‘Ia berjalan makin pelan’.
(83) MotoRpet iyon makEn mendE.
‘Mobil itu makin bagus’.
4.4 Fungsi Frase Adjektiva bahasa Melayu dialek Hamparan Perak
Frase adjektiva dalam bahasa Melayu dialek Hamparan Perak mempunyai fungsi
sebagai berikut :
1. Berfungsi sebagai induk dalam kontruksi atributif.
Contoh :
(84) KuwEh iyon sedap kali.
Kue ini enak sekali.
‘Kue ini enak sekali’.
(85) Ikan masin muRe kali di Hamparan Perak. Ikan asin murah sekali di Hamparan Perak.
‘Ikan asin murah sekali di Hamparan Perak’.
2. Berfungsi sebagai pewatas di dalam kontruksi atributif.
Contoh :
(86) Pulo yang mendE.
Pulau yang bagus.
‘Pulau yang bagus’.
(87) Anak mudE yang mendE.
‘Gadis yang cantik’.
(88) AnjEng yang lancip.
Anjing yang galak.
‘Anjing yang galak’.
(89) Anak degil.
Anak nakal.
‘Anak nakal’.
3. Berfungsi sebagai predikat dalam kontruksi predikatif.
Contoh :
(90) MotoRpet iyoncepEt kali.
Mobil itu cepat sekali.
‘Mobil itu cepat sekali’.
(91) ARi iyon hangat kali.
Hari ini panas sekali.
‘Hari ini panas sekali’.
(92) KakinyE mendE kali.
Kakinya bagus sekali.
‘Kakinya bagus sekali’.
4. Berfungsi sebagai komplemen subjek dalam konstruksi konektif.
Contoh :
(93) MerekE betambE pandE.
‘Mereka bertambah pintar’.
(94) RumEnye bEsak kali.
Rumahnya besar sekali.
‘Rumahnya besar sekali’.
(95) CulanEnyE kuReng panjang. Celananya kurang panjang.
‘Celananya kurang panjang’.
5. Berfungsi sebagai komplemen objek dalam konstruksi objektif.
Contoh :
(96) IyE membuwat sayE susEh kali.
Iye membuat saya susah sekali.
‘Iye membuat saya susah sekali’.
(97) TidEk tidoRsemalEm - malEman iyE pening kali.
Tidak tidur semalam - malaman ia pusing sekali.
‘Tidak tidur semalam - malaman ia pusing sekali’.
(98) Kucing iyon membuwat merekE celakE beRat. Kucing itu membuat mereka celaka berat.
‘Kucing itu membuat mereka celaka berat’.
6. Berfungsi sebagai objek langsung dalam konstruksi objektif.
Contoh :
(99) Atiku menjadi susEh kali.
‘Hatiku menjadi susah sekali’.
(100) Engko betambE tuhE teRos.
Kamu bertambah tua terus.
‘Kamu bertambah tua terus’.
(101) IyE menjadi gembiRe sepeRti semalEm.
Ia menjadi senang seperti kemarin.
‘Ia menjadi senang seperti kemarin’.
7. Berfungsi sebagai objek frase depan.
Contoh :
(102) Emak membuwat kuwEh dengan mudE kali.
Ibu membuat kue dengan mudah sekali.
‘Ibu mmebuat kue dengan mudah sekali’.
(103) Nisa betambE mendE kali.
Nisa bertambah cantik sekali.
‘Nisa bertambah cantik sekali’.
(104) Engko mengelEh daRi jaoh sajE.
Kamu melihat dari jauh saja.
‘Kamu melihat dari jauh saja’.
4.5 Makna Frase Adjektiva bahasa Melayu dialek Hamparan Perak
1. Adjektiva Berafiks se-
semendE ‘secantik’ ‘sama cantik’
sepanjang ‘sepanjang’ ‘sama panjang’
sebEsak ‘sebesar’ ‘sama besar’
sepedEs ‘sebesar’ ‘sama pedas’
semahal ‘semahal’ ‘sama mahal’
Pemakaian contoh di dalam kalimat:
(105) SemendE emaknyE.
1) Menyatakan ‘ketaktunggalan’ ;
Contoh :
mudE - mudE ‘mudah – mudah’
muRe – muRe ‘murah – murah’
bEsak – bEsak ‘besar – besar’
mendE - mendE ‘bagus – bagus’
gemok - gemok ‘subur – subur’
Pemakaian contoh di dalam kalimat :
(110) Sual ujian tenan mudE – mudE.
Soal ujian tadi mudah – mudah.
‘Soal ujian tadi mudah – mudah’.
(111) HargE baReng di sanE muRe – muRe.
Harge barang di sana murah – murah.
‘Harga barang di sana murah –murah’.
(112) BuwEh kelambiR iyon bEsak – bEsak.
Buah kelapa itu besar – besar.
‘Buah kelapa itu besar – besar’.
(113) TanEman di sini gemok - gemok.
Tanaman di sini subur – subur.
‘Tanaman di sini subur – subur’.
lekas - lekas ‘cepat – cepat’
‘Ia pergi cepat – cepat karena takut kemalaman’.
(115) Tuntun adEkmu lamE – lamEusah telalu lekas.
Tuntun adikmu lama – lama jangan terlalu cepat.
‘Tuntun adikmu lama - lama jangan terlalu cepat’.
takot - takot ‘takut – takut’
Ia takut – takut berbicara sama mertuanya.
‘Ia takut – takut berbicara dengan mertuanya’.
(121) Iye Ragu – Ragu menentukEn pilEhan.
Pemakaian contoh di dalam kalimat:
(122) MendE - mendEanak mudE iyon malEng.
Cantik cantik gadis itu pencuri.
‘Cantik – cantik gadis itu pencuri’.
‘Meskipun cantik, gadis itu pencuri’.
Kecil – kecil masih diambil.
‘Kecil – kecil masih diambil’.
‘Meskipun kecil, masih diambilnya’.
(124) Hangat - hangat iyE masEh mencangkol.
Panas – panas ia masih mencangkul.
‘Panas – panas ia masih mencangkul’.
‘Meskipun panas, ia masih mencangkul’.
(125) Sibuk - sibuknyE teRnyatE pekeRjEanyE iyon masEh dikeRjEkannyE.
Sibuk – sibuk ternyata pekerjaannya itu masih dikerjakannya.
‘Sibuk – sibuknya ternyata pekerjaan itu masih dikerjakannya’.
‘Meskipun sibuk, pekerjaan itu dikerjakannya’.
(126) Mahal – mahal kayEn iyon dimelihnyE.
Mahal – mahal kain itu dibelinya.
‘Mahal – mahal kain itu dibelinya’.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari data yang dikumpulkan dan kemudian dianalisis dapat dibuat kesimpulan
sebagai berikut :
1. Berdasarkan tipenya, frase adjektiva bahasa Melayu dialek Hamparan Perak
terdiri dari empat tipe yaitu adjektiva diikuti adjektiva, adjektiva diiringi
paling, adjektiva diikuti keterangan intensitas, adjektiva diiringi
perbandingan.
2. Adapun bentuk frase adjektiva bahasa Melayu dialek Hamparan Perak terdiri
dari lima bentuk yaitu adjektiva asal, adjektiva bentukan, adjektiva berafiks,
adjektiva majemuk, reduplikasi adjektiva.
3. Adapun ciri frase adjektiva bahasa Melayu dialek Hamparan Perak terdiri
dari enam ciri yaitu adjektiva dapat menduduki fungsi predikat dalam klausa
dapat diikuti oleh morfem terikat telalu ‘terlalu’, adjektiva dapat didahului oleh kata alangkE ‘alangkah’, dan semakEn ‘semakin’.
4. Adapun fungsi frase adjektiva bahasa Melayu dialek Hmaparan Perak terdiri
dari tujuh fungsi yaitu berfungsi sebagai induk dalam kontruksi atributif,
berfungsi sebagai pewatas di dalam kontruksi atributif, berfungsi sebagai
predikat dalam kontruksi predikatif, berfungsi sebagai komplemen subjek
dalam konstruksi konektif, berfungsi sebagai komplemen objek dalam
konstruksi objektif, berfungsi sebagai objek langsung dalam konstruksi
objektif, berfungsi sebagai objek frase depan.
5. Adapun makna frase adjektiva bahasa Melayu dialek Hamparan Perak terdiri
dari dua makna yaitu adjektiva berafiks se-, adjektiva dengan reduplikasi.
6. Makna adjektiva dengan reduplikasi mengandung beberapa makna yaitu
menyatakan ‘ketaktunggalan’, menyatakan ‘intensitas (penguatan makna),
menyatakan ‘agak’ seperti pada, menyatakan ‘meskipun’.
5.2 Saran
Bahasa daerah selain merupakan kekayaan bangsa Indonesia juga merupakan
pembeda bahasa daerah lain. Dengan kata lain, bahasa daerah merupakan ciri
pengenal kepada daerah lain. Oleh sebab itu perlu diadakan pelestarian atau
pembinaan terhadap bahasa daerah agar jangan sampai hilang dari masyarakat
pemakai bahasa. Agar hal ini tidak terjadi, perlu kiranya digalakkan penelitian
terhadap bahasa daerah di Indonesia oleh mahasiswa sastra daerah khususnya dan
Rasa cinta terhadap bahasa daerah sendiri oleh masyarakat pemakai bahasa
sangat perlu agar kemurnian dari bahasa tersebut dapat dipertahankan terus sampai
generasi berikutnya.
Penelitian terhadap bahasa daerah (bahasa Melayu dialek Hamparan Perak)
ini khususnya mengenai frase adjektiva semoga dapat menjadi suatu langkah awal
yang baik bagi semua fihak untuk melakukan penelitian di bidang yang sama demi
mencapai kesempurnaan dalam hal penganalisisannya, juga penelitian di bidang
yang lainnya
Marilah kita sama – sama memelihara atau menjaga, mengembangkan, dan
mempergunakan bahasa daerah kita dengan baik dan benar, sebagaimana yang
DAFTAR PUSTAKA
Alisyahbana,S.Takdir. 1953. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
Jakarta : Pustaka Rakyat.
Alwi et at. 1991. Frase Adjektiva. Yogyakarta : Balai Pustaka.
Alwi, Hasan. 1998. Tata Bahasa Baku Indonesia.Jakarta : Balai Pustaka. Anwarsyah, 1993. Dasar – Dasar Metode Penelitian. Medan : IKIP.
Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian. Yogyakarta : Rineke Cipta. Bloomfield. 1973. Sintaksis. Jakarta : Gramedia.
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta. Feli, Usman. 1985. Ragam Budaya Indonesia. Jakarta : Gramedia. Keraf, Gorys. 1991. Linguistik.Jakarta : Nusa Indah.
Keraf, Gorys. 1994. Tata Bahasa Indonesia.Jakarta : Nusa Indah. Krisdalaksana, Harimurti. 1986. Kamus Linguistik.Edisi Ketiga.
Jakarta : Gramedia Pustaka.
Narbuko, Cholid. 1997. Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara. Parera, Jos Daniel. 1988. Sintaksis. Jakarata : Gramedia.
Ramlan, M. 1987. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta : CV. Karyono.
Samsuri. 1982. Analisis Bahasa.Jakarta : Erlangga.
Sudaryanto,1986. Metode Linguistik. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Sudaryanto,1988. Metode Linguistik. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Sudaryanto,1993. Metode Penelitian. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Sibarani, Robert. 2004. Seminar Nasional Kebahasaan dan Kesusastraan Indonesia/ Daerah. Medan, USU.
Sukapiring, Peraturen. 1989. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Medan : Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
Surakhmad. 1994. Metode Deskriptif. Jakarta : Erlangga.