Pelaksanaan Penetapan Lembaga Afore Pada Masyarakat Adat Nias Bagian Selatan

(1)

PELAKSANAAN PENETAPAN LEMBAGA “AFORE” PADA

MASYARAKAT ADAT NIAS BAGIAN SELATAN

TESIS

Oleh :

SOLISTIS PO.DACHI

002105046/ILMU HUKUM

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2002

Solistis PO. Dachi : Pelaksanaan Penetapan Lembaga “Afore” Pada Masyarakat Adat Nias Bagian…, 2002

(2)

P E L A K S A N A A N P E N E T A P A N L E M B A G A A F O R E PADA MASYARAKAT ADAT NIAS BAGIAN SELATAN

INTISARI

S O L I S T I S P O D A C H I* M A R I A M D A R U S * * MUHAMMAD ABDUH* **

OK. SAIDIN***

Pembangunan adalah merupakan suatu proses perubahan yang d i r e n c a n a k a n m e l i p u t i b e r b a g a i s e g i k e h i d u p a n . S a l a h s a t u s e g i pembangunan dimaksud adalah pembangunan dalam bidang Hukum, dimana secara bersama-sama dimengerti bahwa tujuan Hukum adalah terwujudnya k ed amaia n y ang b erarti pu la keserasian an tara k etertib an dengan ketentraman. Sejarah Hukum Indonesia memperlihatkan bahwa Sistim Hukum Nasional Indonesia tidak terlepas dari atau dipengaruhi oleh unsur-unsur yang terdapat dalam kontalasi Hukum Agama, Hukum Belanda dan Hukum Adat. Hukum Adat adalah hukum yang lahir Iangsung dari kebutuhan hukum dan perasaan hukum masyarakat. Pada masyarakat dengan kebudayaan dan struktur sosial yang sederhana, maka Hukum timbul dan tumbuh sejalan dengan pengalaman warga masyarakat di dalam proses interaksi sosial, dengan perkataan lain Hukum benar-benar merupakan konsolidasi daripada kesadaran hukum masyarakat. Oleh karena itu jarang terjadi konflik antara kesadaran hukum dengan hukum yang benar-benar berlaku karena adanya proses pengendalian sosial yang langsung dari masyarakat.

Di dalam penelitian perlu diidentifikasi secara seksama apa yang tidak ada atau belum ada, apa yang rusak atau salah, apa yang kurang dan apa yang mundur ataupun telah mengalami kemerosotan. Bahwa penelitian ini dilakukan dengan cara menyiapkan kuesiner kepada para responden, kemudian melakukan wawancara dengan mengacu kepada daftar pertanyaan (interview-guide) dan observasi di lapangan. Masyarakat Adat Nias bagian Selatan mengenal satu lembaga Hukum yang hidup dan berkembang serta dipatuhi oleh masyarakat itu sendiri disebut “Afore”. Lembaga Afore ini

(3)

berperan terutama dalam merumuskan serta memutuskan hukum meliputi 3 (tiga) hal penting yaitu : Afore Mbo’wo’ (Hukum Adat Perkawinan, Afore Rako (ketentuan-ketentuan tentang jenis hukuman bagi kejahatan dan pelanggaran, Afore Mbawi (Ukuran besar kecilnya suatu barang dan atau benda). Lembaga Afore ditetapkan melalui ritual suci yaitu sidang akbar atau “Fondako” (Rawi Afeto) dengan dihadiri oleh : Siulu (raja/bangsawan), siila (cerdik pandai), Ere (imam), bertempat di Hiliamaigila, kemudian ketetapan mengenai hukum ini dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 7 (tujuh) tahun melalui proses sidang akbar (fondako).

Seperti diketahui hukum lebih banyak berfungsi sebagai sarana sistem pengendalian sosial artinya hukum lebih banyak merupakan sarana untuk mengusahakan integritas warga masyarakat dan sebagai faktor Integrasi masyarakat. Sebagai hukum yang demikian, dengan sendirinya dia menjawab segala masalah-masalah hukum yang dihadapi oleh rakyat di dalam kehidupannya sehari-hari, jawaban atas masalah-masalah hukum tersebut diberikan atas dasar atau pedoman dari perasaan dan cita-cita hukum yang dihayati dan dihormati di dalam masyarakat bersangkutan. Oleh sebab itu semua hukum tergantung dari sanksi, pemerintah tanpa pedang hanyalah kata-kata dan sama sekali tidak mempunyai kekuatan untuk membuat orang merasa aman.

Aspek Hukum yang terdapat pada lembaga “Afore” ini mempunyai ciri khas tersendiri yang perlu dilestarikan sebab Hukum Adat Nias bagian selatan ini Iayaknya seperti miniatur pemerintahan kecil dalam suatu negara. Terhadap pelaksanaan hukum “Afore” yang telah dituturkan, yang diyakini m e m i l ik i k ekua t a n ma g is d an me mp u n y a i a k i b at h u k u m b a g i y an g melanggarnya terutama dalam kasus-kasus tertentu berupa aspek hukum keperdataan (ganti rugi) dalam istilah bahasa Nias “Lachan” dan berupa sanksi sosial lainnya. Hukum adat adalah merupakan konkritisasi dari pada sistim nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Konsekwensinya adalah perubahan pada sistim nilai harus diikuti dengan perubahan hukum atau dilain pihak hukum harus dapat diperlakukan sebagai sarana untuk mengadakan perubahan pada sistim nilai-nilai tersebut.

Kata kunci : - Lembaga Afore

(4)

1

THE IMPLEMANTATION OF THE AGREEMENT UPON LEMBAGA AFORE (AFORE INSTITUTION) WITH SOUTHERN NIAS ADAT SOCIETY

ABSTRACT

S O L I S T I S P O D A C H I * M A R I A M D A R U S * *

MUHAMMAD ABDUH*** OK. SAIDIN****

Development is an arrangement of process of change which covers almost all aspects of life. One aspect of that development is to develop some kind of law, which by all accounts that the aim of law is to achieve peace which also means a harmony between calamity and tranquility. The history of the law in Indonesia shows that the system of National law in Indonesia depends on structures in constellation of the law of religion, Netherlands law and customary law. Customary law is the law which directly grew because the need of law and the requirement of society law. For community without highly culture developed and social structure developed, then law came out and grew appropriate to the society's experience in the process of social interact, in other words law is really the consolidation of the community's need of law. Therefore it seldom happens any conflict between the need of law and the real law because there indirectly social controlled of the community. When conducting a survey it is important to identify thoroughly what exists or not, what is not right or wrong what goes backwards and what is in the process of decadence.

This survey is to be conducted by preparing questionnaire to be answered by respondents, then to make an interview based on the interview-guide and to direct field observation. The southern Adat Nias community is familiar to one institution of law which is lively and is developing and nonetheless is obeyed by the community, and this called “Afore”. This afore institution carries out mainly to formulate and to bring about the law which covers there (3) important things, i.e.: Afore Mbo’wo’ (customary law of wedding), Afore Rako (regulation of certain punishment for wrongdoing), Afore Mbawi (the size of certain things). Afore institution is decided after a

* District of Court Lubuk Pakam

** Faculty of law, University of North Sumatera, Medan

(5)

ritual ceremony, that is a kind of conference, this is called “fondako” (Rawi Afeto) presented by : Siulu (king, chiefs of society), siila (those who are smart), Ere (priests), held in Hiliamaigila, then the decision on this law can be reviewed once within 7 (seven) years through a conference process.

It is known that the law functions more to control the social system which means that law is mostly like an infrastructure as an effort to societies in ferity and as society's entegration dactor. This kind of law is hopefully able to solve problems of law facing by society in terms of his daily life, solution is taken based on the inner feeling and the need to maintain the law that can be feasible and is obeyed by all people in the community. There fore any law depends on sanction, powerless government will do nothing and no power to make people feel peacefully.

The aspect of this Lembaga Afore viewed from the perspective of law has specific type to reserve since Hukum Adat (Adat Law or Customary Law) of southern Nias seems like micro-government of a country. Towards or in relation to Afore law which has been agreed it is believed that this law has a magic result to whoever violates particularly to some cases as business law (repayment) which is called Lachau in Nias language and other santion like social isolation. Adat law (customary law) is some settled rules or customs suitable to the value system of a given community. How ever that law needs a change or a review or perhaps an amend so that law could touch the need of society or in other words it should be a frastruture to making change on some values system.

Keywords: - “Afore” Institution