• Tidak ada hasil yang ditemukan

Positioning pada Wisata Mancing Fishing Valley Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Positioning pada Wisata Mancing Fishing Valley Bogor"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

POSITIONING PADA WISATA MANCING

FISHING VALLEY BOGOR

SKRIPSI

DESI NURMASARI H34051065

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

RINGKASAN

DESI NURMASARI. Positioning pada Wisata Mancing Fishing Valley Bogor.

Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan ETRIYA).

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati (biodiversity) nomor tiga terbesar di dunia. Kekayaan alam yang melimpah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber plasma nutfah atau genetik yang dapat dijadikan sebagai areal wisata. Selain itu, kondisi tanah dan iklim yang beragam juga merupakan aset yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung atau berwisata ke Indonesia. Sektor pariwisata Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Salah satu bagian dari pariwisata adalah agrowisata yang merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata. Agrowisata di bidang perikanan yang menarik salah satunya adalah wisata mancing.

Bogor dan daerah sekitarnya merupakan daerah rekreasi yang didalamnya juga berpotensi untuk dikembangkan sebagai lokasi wisata khususnya wisata mancing. Salah satu objek wisata mancing yang ada di Bogor adalah wisata mancing Fishing Valley Bogor yang menyediakan sistem pemancingan galatama sebagai produk utamanya. Bertambahnya jumlah pemancingan khususnya yang menyediakan sistem galatama merupakan ancaman persaingan bagi Fishing Valley. Kesamaan jasa yang ditawarkan oleh masing-masing pemancingan yang menyediakan sistem galatama membuat konsumen sulit untuk membedakan masing-masing pemancingan. Oleh karena itu, setiap pemancingan yang menyediakan sistem galatama khususnya dalam hal ini wisata mancing Fishing valley harus mengetahui posisi produk usaha pemancingan mereka dimata konsumen. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi karakteristik konsumen pemancingan Fishing Valley, (2) menganalisis positioning

pemancingan Fishing Valley berdasarkan persepsi konsumen, dan (3) Merumuskan implikasi dari positioning pemancingan Fishing Valley terhadap kebijakan manajerial perusahaan.

Wisata mancing Fishing Valley Bogor terletak di Jalan Raya Pemda No. 107, Cibinong, Bogor Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja. Penelitian dilakukan dengan survey konsumen melalui penyebaran kuesioner responden. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April 2009-Juni 2009. Pengambilan responden dilakukan dengan menggunkan metode judgment sampling dengan jumlah responden 95 orang. Metode pengolahan dan analisis data menggunakan analisis deskriptif untuk mengidentifikasi karakteristik konsumen galatama dan analisis Biplot untuk menganalisis persepsi konsumen terhadap atribut-atribut yang ditanyakan.

(3)

Terdapat 14 atribut/peubah yaitu jumlah ikan, variasi ikan, ukuran ikan, kebersihan kolam, luas kolam, fasilitas tambahan pada kolam, harga, sistem pemancingan, fasilitas penunjang, sikap pelayan, kecepatan pelayanan, suasana tempat pemancingan, aksesibilitas, dan keamanan

Hasil identifikasi karakteristik konsumen menunjukkan bahwa responden galatama Fishing Valley sebagian besar bertempat tinggal di Bogor, berjenis kelamin laki-laki, berusia antara 31-40 tahun, berpendidikan SMU, sudah menikah, bekerja sebagai wiraswasta, dan mempunyai pengeluaran per bulan lebih dari Rp 5.000.000. Berdasarkan proses keputusan pembelian sebagian besar alasan konsumen memancing adalah karena hobi dengan manfaat yang ingin didapat berupa rekreasi/hiburan. Sebagian besar konsumen galatama pemancingan FV mendapatkan informasi tentang pemancingan yang pernah mereka kunjungi adalah dari teman/kenalan mereka. Konsumen akan memilih pemancingan yang memberikan kenyamanan bagi mereka. Konsumen yang memancing galatama di FV, sebagian besar merencanakan kunjungannya untuk memancing di FV dalam waktu yang singkat (misalnya, merencanakan memancing pada pagi hari dan melakukan aktivitas memancing pada sore hari pada hari yang sama), dengan alasan karena kedekatan jarak tempat tinggal konsumen dengan pemancingan FV, pada hari kerja dengan frekuensi waktu kunjungan lebih dari 4x per bulan, ditemani oleh teman/kenalan mereka, tidak dipengaruhi oleh orang lain (sendiri), merasa biasa saja setelah berkunjung ke FV serta bersedia merekomendasikan FV kepada orang lain.

Berdasarkan analisis Biplot diketahui bahwa pemancingan Fishing Valley

diposisiskan sebagai pemancingan dengan jenis ikan dan sistem pemancingan yang beragam. Hal tersebut menjadi keunggulan/kelebihan pemancingan Fishing Valley dibandingkan pemancingan yang menjadi pembandingnya.

Perumusan kebijakan manajerial berdasarkan bauran 7P, yaitu Product

(4)

POSITIONING PADA WISATA MANCING

FISHING VALLEY BOGOR

DESI NURMASARI H34051065

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Positioning pada Wisata Mancing Fishing Valley Bogor Nama : Desi Nurmasari

NIM : H34051065

Disetujui, Pembimbing

Etriya, SP, MM

NIP. 19780805 200501 2 001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP. 19580908 198403 1 002

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Positioning pada Wisata Mancing Fishing Valley Bogor” adalah karya sendiri dan belum diajukan

dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2009

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 20 Desember 1986. Penulis adalah anak ketujuh dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak Syakarudin (Alm) dan Ibunda Umi Kalsum.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Kramat 07 Petang Jakarta pada tahun 1999 dan pendidikan menegah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SLTPN 216 Jakarta. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 68 Jakarta diselesaikan pada tahun 2005.

Penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2005. Kemudian pada tahun 2006, penulis diterima pada

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, serta shalawat dan salam kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW, yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Positioning pada Wisata Mancing Fishing ValleyBogor”. Penelitian ini

bertujuan mengidentifikasi karakteristik konsumen pemancingan Fishing Valley, menganalisis positioning pemancingan Fishing Valley berdasarkan persepsi konsumen, serta merumuskan implikasi dari positioning pemancingan Fishing Valley terhadap kebijakan manajerial perusahaan.

Namun demikian, sangat disadari masih dapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi dalam penelitian ini. Semoga, penelitian

ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Etriya, SP. MM selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, arahan,

waktu, kesabaran, dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Eva Yolynda Aviny, SP. MM selaku dosen penguji utama pada ujian sidang

penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

3. Yeka Hendra Fatika, SP selaku dosen penguji departemen yang telah

meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

4. Keluargaku tercinta khususnya Ibu dan kakak-kakakku yaitu Kak mul, Kak

iyok, Kak enung, Kak yani, Kak eka, dan Kak ita untuk setiap dukungan, cinta kasih, dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik dari penulis.

5. Seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis atas bantuan yang diberikan selama masa perkuliahan.

6. Pihak wisata mancing Fishing Valley Bogor khususnya Bapak Joseph, Bapak

Ramly, Bapak Cipto, Mba Puput, Mba Hera, serta seluruh karyawan,

caddy,dan pemancing galatama Fishing Valley Bogor yang telah memberikan kesempatan, waktu, informasi, serta dukungannya.

7. Mas Nurhadi Surojudin (Adi) atas dukungan dan semangat yang diberikan

selama penyusunan skripsi.

8. Teman-teman satu bimbingan skripsi, yaitu Lala dan Vica atas kebersamaan,

dukungan, dan semangat yang diberikan selama penelitian hingga penulisan skripsi.

9. Teman-teman satu lokasi gladikarya, khususnya anak-anak Sukakarya, yaitu

(10)

10. Ela, Novi, dan teman-teman atas bantuan dan dukungannya saat sidang. 11. Seluruh teman-teman Agribisnis 42 atas semangat, pengalaman, kebersamaan,

berbagi kegembiraan dan kesedihan, motivasi, serta kerjasama yang diberikan selama masa perkuliahan sampai skripsi.

12. Teman-teman satu minor aktuaria, yaitu Ferdi, Desy, Rachmat, Irfan alias

Pakde, Uci NDP atas dukungan, semangat, kebersamaan, perjuangan menghadapi kuliah minor yang lebih susah daripada mayor.

13. Indriyani sebagai pembahas dalam seminar dan saran maupun masukan yang

diberikan untuk perbaikan skripsi ini.

14. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

(11)

POSITIONING PADA WISATA MANCING

FISHING VALLEY BOGOR

SKRIPSI

DESI NURMASARI H34051065

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(12)

RINGKASAN

DESI NURMASARI. Positioning pada Wisata Mancing Fishing Valley Bogor.

Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan ETRIYA).

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati (biodiversity) nomor tiga terbesar di dunia. Kekayaan alam yang melimpah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber plasma nutfah atau genetik yang dapat dijadikan sebagai areal wisata. Selain itu, kondisi tanah dan iklim yang beragam juga merupakan aset yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung atau berwisata ke Indonesia. Sektor pariwisata Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Salah satu bagian dari pariwisata adalah agrowisata yang merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata. Agrowisata di bidang perikanan yang menarik salah satunya adalah wisata mancing.

Bogor dan daerah sekitarnya merupakan daerah rekreasi yang didalamnya juga berpotensi untuk dikembangkan sebagai lokasi wisata khususnya wisata mancing. Salah satu objek wisata mancing yang ada di Bogor adalah wisata mancing Fishing Valley Bogor yang menyediakan sistem pemancingan galatama sebagai produk utamanya. Bertambahnya jumlah pemancingan khususnya yang menyediakan sistem galatama merupakan ancaman persaingan bagi Fishing Valley. Kesamaan jasa yang ditawarkan oleh masing-masing pemancingan yang menyediakan sistem galatama membuat konsumen sulit untuk membedakan masing-masing pemancingan. Oleh karena itu, setiap pemancingan yang menyediakan sistem galatama khususnya dalam hal ini wisata mancing Fishing valley harus mengetahui posisi produk usaha pemancingan mereka dimata konsumen. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi karakteristik konsumen pemancingan Fishing Valley, (2) menganalisis positioning

pemancingan Fishing Valley berdasarkan persepsi konsumen, dan (3) Merumuskan implikasi dari positioning pemancingan Fishing Valley terhadap kebijakan manajerial perusahaan.

Wisata mancing Fishing Valley Bogor terletak di Jalan Raya Pemda No. 107, Cibinong, Bogor Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja. Penelitian dilakukan dengan survey konsumen melalui penyebaran kuesioner responden. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April 2009-Juni 2009. Pengambilan responden dilakukan dengan menggunkan metode judgment sampling dengan jumlah responden 95 orang. Metode pengolahan dan analisis data menggunakan analisis deskriptif untuk mengidentifikasi karakteristik konsumen galatama dan analisis Biplot untuk menganalisis persepsi konsumen terhadap atribut-atribut yang ditanyakan.

(13)

Terdapat 14 atribut/peubah yaitu jumlah ikan, variasi ikan, ukuran ikan, kebersihan kolam, luas kolam, fasilitas tambahan pada kolam, harga, sistem pemancingan, fasilitas penunjang, sikap pelayan, kecepatan pelayanan, suasana tempat pemancingan, aksesibilitas, dan keamanan

Hasil identifikasi karakteristik konsumen menunjukkan bahwa responden galatama Fishing Valley sebagian besar bertempat tinggal di Bogor, berjenis kelamin laki-laki, berusia antara 31-40 tahun, berpendidikan SMU, sudah menikah, bekerja sebagai wiraswasta, dan mempunyai pengeluaran per bulan lebih dari Rp 5.000.000. Berdasarkan proses keputusan pembelian sebagian besar alasan konsumen memancing adalah karena hobi dengan manfaat yang ingin didapat berupa rekreasi/hiburan. Sebagian besar konsumen galatama pemancingan FV mendapatkan informasi tentang pemancingan yang pernah mereka kunjungi adalah dari teman/kenalan mereka. Konsumen akan memilih pemancingan yang memberikan kenyamanan bagi mereka. Konsumen yang memancing galatama di FV, sebagian besar merencanakan kunjungannya untuk memancing di FV dalam waktu yang singkat (misalnya, merencanakan memancing pada pagi hari dan melakukan aktivitas memancing pada sore hari pada hari yang sama), dengan alasan karena kedekatan jarak tempat tinggal konsumen dengan pemancingan FV, pada hari kerja dengan frekuensi waktu kunjungan lebih dari 4x per bulan, ditemani oleh teman/kenalan mereka, tidak dipengaruhi oleh orang lain (sendiri), merasa biasa saja setelah berkunjung ke FV serta bersedia merekomendasikan FV kepada orang lain.

Berdasarkan analisis Biplot diketahui bahwa pemancingan Fishing Valley

diposisiskan sebagai pemancingan dengan jenis ikan dan sistem pemancingan yang beragam. Hal tersebut menjadi keunggulan/kelebihan pemancingan Fishing Valley dibandingkan pemancingan yang menjadi pembandingnya.

Perumusan kebijakan manajerial berdasarkan bauran 7P, yaitu Product

(14)

POSITIONING PADA WISATA MANCING

FISHING VALLEY BOGOR

DESI NURMASARI H34051065

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(15)

Judul Skripsi : Positioning pada Wisata Mancing Fishing Valley Bogor Nama : Desi Nurmasari

NIM : H34051065

Disetujui, Pembimbing

Etriya, SP, MM

NIP. 19780805 200501 2 001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP. 19580908 198403 1 002

(16)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Positioning pada Wisata Mancing Fishing Valley Bogor” adalah karya sendiri dan belum diajukan

dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2009

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 20 Desember 1986. Penulis adalah anak ketujuh dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak Syakarudin (Alm) dan Ibunda Umi Kalsum.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Kramat 07 Petang Jakarta pada tahun 1999 dan pendidikan menegah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SLTPN 216 Jakarta. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 68 Jakarta diselesaikan pada tahun 2005.

Penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2005. Kemudian pada tahun 2006, penulis diterima pada

(18)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, serta shalawat dan salam kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW, yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Positioning pada Wisata Mancing Fishing ValleyBogor”. Penelitian ini

bertujuan mengidentifikasi karakteristik konsumen pemancingan Fishing Valley, menganalisis positioning pemancingan Fishing Valley berdasarkan persepsi konsumen, serta merumuskan implikasi dari positioning pemancingan Fishing Valley terhadap kebijakan manajerial perusahaan.

Namun demikian, sangat disadari masih dapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi dalam penelitian ini. Semoga, penelitian

ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Etriya, SP. MM selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, arahan,

waktu, kesabaran, dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Eva Yolynda Aviny, SP. MM selaku dosen penguji utama pada ujian sidang

penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

3. Yeka Hendra Fatika, SP selaku dosen penguji departemen yang telah

meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

4. Keluargaku tercinta khususnya Ibu dan kakak-kakakku yaitu Kak mul, Kak

iyok, Kak enung, Kak yani, Kak eka, dan Kak ita untuk setiap dukungan, cinta kasih, dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik dari penulis.

5. Seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis atas bantuan yang diberikan selama masa perkuliahan.

6. Pihak wisata mancing Fishing Valley Bogor khususnya Bapak Joseph, Bapak

Ramly, Bapak Cipto, Mba Puput, Mba Hera, serta seluruh karyawan,

caddy,dan pemancing galatama Fishing Valley Bogor yang telah memberikan kesempatan, waktu, informasi, serta dukungannya.

7. Mas Nurhadi Surojudin (Adi) atas dukungan dan semangat yang diberikan

selama penyusunan skripsi.

8. Teman-teman satu bimbingan skripsi, yaitu Lala dan Vica atas kebersamaan,

dukungan, dan semangat yang diberikan selama penelitian hingga penulisan skripsi.

9. Teman-teman satu lokasi gladikarya, khususnya anak-anak Sukakarya, yaitu

(20)

10. Ela, Novi, dan teman-teman atas bantuan dan dukungannya saat sidang. 11. Seluruh teman-teman Agribisnis 42 atas semangat, pengalaman, kebersamaan,

berbagi kegembiraan dan kesedihan, motivasi, serta kerjasama yang diberikan selama masa perkuliahan sampai skripsi.

12. Teman-teman satu minor aktuaria, yaitu Ferdi, Desy, Rachmat, Irfan alias

Pakde, Uci NDP atas dukungan, semangat, kebersamaan, perjuangan menghadapi kuliah minor yang lebih susah daripada mayor.

13. Indriyani sebagai pembahas dalam seminar dan saran maupun masukan yang

diberikan untuk perbaikan skripsi ini.

14. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

(21)
(22)

5.7. Bauran Pemasaran ... 44 5.7.1. Bauran Produk ... 44 5.7.2. Bauran Harga ... 45 5.7.3. Bauran Tempat/Distribusi ... 46 5.7.4. Bauran Promosi ... 46 5.7.5. Bukti Fisik ... 47 5.7.6. Bauran Proses ... 48 5.7.7. Bauran Orang ... 49 5.8. Gambaran Umum Mengenai Tempat

Pemancingan Pembanding ... 49

VI KARAKTERISTIK KONSUMEN WISATA MANCING

FISHING VALLEY BOGOR ... 52 6.1. Analisis Deskriptif Karakteristik Konsumen Wisata Mancing

Fishing Valley Bogor ... 52 6.1.1. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Tempat

Tinggal ... 52 6.1.2. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Jenis

Kelamin ... 53 6.1.3. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Usia ... 54 6.1.4. Karakteristik Konsumen Berdasarkan

Status Pernikahan ... 55 6.1.5. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Tingkat

Pendidikan ... 55 6.1.6. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Jenis

Pekerjaan ... 56 6.1.7. Karakteristik Konsumen Berdasarkan

Pengeluaran ... 57 6.2. Proses Keputusan Pembelian di Wisata Mancing Fishing

Valley Bogor ... 59 7.1. Analisis Positioning Wisata Manicng Fishing

Valley Bogor ... 74 7.2. Implikasi Analisis Positioning Terhadap Kebijakan

(23)

VIII KESIMPULAN DAN SARAN ... 88 8.1 Kesimpulan ... 88 8.2 Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 90

LAMPIRAN ... 92

(24)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Penerimaan Devisa Pariwisata Dibandingkan Dengan

Komoditi Ekspor Lainnya Tahun 2004-2007 ... 1 2 Jumlah Kunjungan Wisatawan Nusantara dan

Mancanegara ke Obyek Wisata di Wilayah

Kabupaten Bogor Tahun 2005-2007 ... 3 3 Perbedaan Fasilitas yang ditawarkan

masing-masing pemancingan ... 6

4 Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 13 5 Struktur Data yang dapat Dianalisis dengan

Metode Biplot ... 36

6 Karakteristik Konsumen Berdasarkan

Tempat Tinggal Konsumen ... 52 7 Hubungan Tempat Tinggal Konsumen dengan

Intensitas Kunjungan Konsumen ke Fishing Valley ... 53 8 Karakteristik Konsumen Berdasarkan jenis Kelamin ... 54 9 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Usia ... 54

10 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Status Pernikahan ... 55 11 Karakteristik konsumen Berdasarkan

Tingkat Pendidikan ... 56 12 Karakteristik Konsumen Berdasarkan

Jenis Pekerjaan ... 56 13 Hubungan Antara Jenis Pekerjaan dengan

Waktu Kunjung Konsumen ke FV ... 57 14 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Pengeluaran ... 58 15 Hubungan Antara Pengeluaran Konsumen

dengan Jumlah Kunjungan ke FV ... 59 16 Sebaran Responden Menurut Motivasi/Alasan

Memancing ... 60 17 Sebaran Responden Menurut Manfaat yang

dicari Konsumen ... 61 18 Sebaran Responden Menurut Sumber

Informasi Konsumen ... 62 19 Sebaran Responden Menurut Pertimbangan

dalam Berkunjung ke Pemancingan ... 64

(25)

20 Sebaran Responden Menurut Pemancingan

Prioritas yang dipilih Konsumen ... 64 21 Sebaran Responden Menurut Cara

Memutuskan Berkunjung ke FV ... 65 22 Sebaran Responden Menurut Alasan/Motivasi

Berkunjung ke FV ... 66 23 Sebaran Responden Menurut Fokus

Perhatian Saat mancing di FV ... 67 24 Sebaran Responden Menurut Waktu

Berkunjung ke FV ... 68 25 Sebaran Responden Menurut Waktu

Kunjungan per Bulan ke FV ... 68 26 Sebaran Responden Menurut Pihak yang Menemani

Konsumen Berkunjung ke FV ... 69 27 Sebaran Responden Menurut Pihak yang Mempengaruhi

Konsumen untuk Berkunjung ke FV ... 69 28 Sebaran Responden Menurut Hal yang dirasakan

Setelah Berkunjung ke FV ... 70 29 Sebaran Responden Menurut Rekasi Konsumen Terhadap

Kenaikan Harga Pemancingan Galatama di FV ... 71 30 Sebaran Responden Menurut Niat Konsumen

untuk Berkunjung Kembali ke FV ... 72 31 Sebaran Responden Menurut Kesediaan Konsumen

untuk Merekomendasikan FV kepada Orang Lain ... 73

32 Skor Rata-rata dari 14 Atribut Menurut Persepsi Konsumen

Galatama Fishing Valley Bogor ... 74

(26)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Kerangka Pemikiran Operasional ... 32 2 Struktur Organisasi Wisata mancing

Fishing Valley Bogor ... 41 3 Logo Wisata Mancing Fishing Valley Bogor ... 42 4 Analisis Positioning Pemancingan Galatama ... 80

(27)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 93

2 Dokumentasi ... 101

(28)

I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati (biodiversity) nomor tiga terbesar di dunia. Kekayaan alam yang melimpah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber plasma nutfah atau genetik yang dapat dijadikan sebagai areal wisata1. Selain itu, kondisi tanah dan iklim yang beragam juga merupakan aset yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung atau berwisata ke Indonesia. Hal ini terlihat dari data P2DSJ (2008), yang menunjukkan peningkatan jumlah

wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia sebesar 13,02% dari 4.871.351 kunjungan pada tahun 2006 menjadi 5.505.759 kunjungan pada tahun 20072.

Sektor pariwisata Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Hal ini terlihat dari jumlah devisa yang dihasilkan meningkat dari tahun 2006 sampai tahun 2007 sebesar 20,19% sehingga menyebabkan sektor pariwisata berada pada posisi ketiga sebagai penyumbang devisa bagi Negara. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Penerimaan Devisa Pariwisata Dibandingkan Dengan Komoditi Ekspor Lainnya, Tahun 2004-20073

Keterangan : *) Data Januari-Oktober 2007 Sumber : Badan Pusat Statistik (2008) ____________________

1 Subowo. 2002. Agrowisata Meningkatkan Pendapatan Petani. http://database.deptan.go.id/agrowisata/viewfitur.asp?id=3.[18 Maret 2009]

2 Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara di Indonesia. 2008. http://www.budpar.go.id. [27 Desember 2008]

3 Buku Saku Pariwisata Indonesia. 2008. http://www.budpar.go.id. [27 Desember 2008]

Jenis Komoditi Nilai Penerimaan Devisa (Juta US $) Rata-rat a

Minyak kelapa sawit 3.233,22 3.756,28 4.817,64 5.997,75 4.451,22

Pariwisata 4.797,88 4.521,89 4.447,97 5.345,98 4.778,43

Karet olahan 3.136,69 3.545,68 5.465,14 5.008,69 4.289,05

Pakaian jadi 4.271,65 4.966,91 5.608,16 4.739,74 4.896,62

Alat listrik 3.406,91 4.364,11 4.448,74 3.947,72 4.041,87

Tekstil 3.301,55 3.703,95 3.908,76 3.474,75 3.597,25

Bahan kimia 1.799,56 2.079,91 2.697,38 3.031,23 2.402,02

Kertas dan barang

dari kertas 2.227,83 2.324,77 2.859,22 2.742,11 2.538,48

Makanan Olahan 1.407,17 1.806,31 1.965,56 1.818,41 1.749,36

(29)

Peningkatan ini juga dapat dilihat dari PDB yang dihasilkan oleh sektor pariwisata. Berdasarkan data BPS (2008), sektor pariwisata menghasilkan PDB sebesar Rp 6.713,1 miliar pada tahun 2005, Rp 7.246,7 miliar pada tahun 2006, dan mengalami peningkatan pada tahun 2007 sebesar Rp 7.773,1 miliar.

Salah satu bagian dari pariwisata adalah agrowisata yang merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata. Tujuannya adalah untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha dibidang pertanian4. Kesadaran masyarakat untuk kembali ke alam (back to nature) membuat agrowisata menjadi salah satu alternatif pariwisata yang dikunjungi oleh masyarakat. Salah satu sektor pertanian yang dikembangkan menjadi agrowisata adalah bidang perikanan yang diantaranya terdiri dari budidaya ikan air tawar, budidaya ikan air payau (tambak), dan budidaya laut.

Agrowisata di bidang perikanan yang menarik salah satunya adalah wisata mancing. Memancing saat ini tidak hanya sekedar sebagai sarana penyalur hobi saja, namun memancing juga dapat menghilangkan stres dari kejenuhan rutinitas kerja. Kegiatan memancing juga dijadikan sebagai sarana perekat pergaulan sosial dan sebagai usaha yang dapat menyerap lapangan pekerjaan. Sebagai perekat pergaulan sosial, memancing dapat memperluas hubungan sosial antar pemancing. Sedangkan sebagai penyerap lapangan pekerjaan, pemancingan dapat menyerap

tenaga kerja dari daerah sekitar pemancingan maupun tenaga kerja dari daerah lain, misalnya saja pemancingan Fishing Valley Bogor dapat menyerap 100 orang tenaga kerja informal.

Kesenangan pemancing untuk berpindah-pindah dari satu pemancingan ke pemancingan lain membuat bisnis pemancingan saat ini dapat berkembang menjadi suatu peluang bisnis. Oleh karena itu, saat ini mulai banyak kolam pemancingan dikembangkan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan masyarakat.

____________________

4 Ibid, Hlm 1

(30)

Kabupaten Bogor dan daerah Jabodetabek merupakan daerah rekreasi yang berpotensi untuk pengembangan wisata mancing. Besarnya potensi tersebut, disebabkan banyak daerah di Kabupaten Bogor yang dialiri oleh sungai dan lahan terbuka juga relatif banyak tersedia dengan didukung oleh udara yang sejuk. Selain itu, Kabupaten Bogor juga merupakan daerah yang kaya akan sumber mata air dimana banyak mengalir sungai-sungai atau danau-danau dan memiliki udara yang sejuk sehingga cocok untuk dijadikan objek wisata salah satunya wisata mancing.

Pada tahun 2005-2007 jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bogor baik wisatawan nusantara (winus) maupun wisatawan mancanegara (wisman) mengalami peningkatan, seperti terlihat pada Tabel 2. Peningkatan jumlah wisatawan baik Wisatawan Nusantara sebesar 41,42% maupun Wisatawan Mancanegara sebesar 43.09% mengakibatkan Kabupaten Bogor potensial untuk dijadikan salah satu tempat wisata yang patut diperhitungkan untuk dikunjungi seperti wisata mancing.

Tabel 2. Jumlah Kunjungan Wisatawan Nusantara dan Mancanegara ke Obyek Wisata di Wilayah Kabupaten Bogor Tahun 2005-2007

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor (2008)

Produk pemancingan yang ditawarkan oleh usaha pemancingan dibagi menjadi empat sistem, yaitu sistem galatama, sistem kiloan, sistem harian, dan sistem borongan. Sistem galatama merupakan sistem pemancingan lomba dimana ikan yang didapat oleh pemancing tidak dibawa pulang, hanya ditimbang beratnya lalu dikembalikan lagi ke kolam. Pemancing yang mempunyai jumlah total berat paling besar akan menjadi pemenang dan mendapatkan sejumlah uang yang telah ditentukan. Sistem galatama merupakan sistem yang saat ini digemari oleh masyarakat, dikarenakan selain mendapatkan hadiah sebagai daya tariknya untuk menarik minat konsumen, sistem tersebut juga dapat melatih keahlian dan mengukur kemampuan pemancing menangkap ikan dalam waktu yang singkat.

(31)

Sistem kiloan merupakan sistem pemancingan dimana ikan yang telah didapatkan ditimbang lalu dibayar sesuai dengan berat ikan yang didapat. Sistem harian merupakan sistem pemancingan dimana pemancing membayar sejumlah uang untuk berat ikan yang diinginkan terlebih dahulu, baru setelah itu kegiatan memancing dilakukan. Dan sistem borongan merupakan sistem pemancingan yang biasanya digunakan untuk acara gathering atau ulang tahun suatu perusahaan/instansi dimana penyewa membayar sejumlah uang untuk sejumlah ikan yang akan dimasukan kedalam kolam sewa sesuai dengan kesepakatan masing-masing.

1.2.Perumusan Masalah

Salah satu objek wisata mancing yang ada di Bogor adalah wisata mancing

Fishing Valley Bogor. Fishing Valley merupakan wisata mancing terbesar di Kabupaten Bogor dengan luas lahan 3,5 hektar sekaligus tempat rekreasi keluarga. Tempat ini menyediakan tiga sistem pemancingan yaitu sistem galatama yang merupakan produk utamanya, sistem kiloan, dan sistem borongan. Wisata mancing Fishing Valley mempunyai konsep yang berbeda dari pemacingan sejenis lainnya. Perbedaan ini terletak pada suasana dan pemandangan alam gunung Salak Bogor serta fasilitas tambahan yang disediakan oleh Fishing Valley yaitu berupa arena bermain anak (bom-bom boat, flying fox, dan lain sebagainya), saung-saung yang disediakan untuk tempat berkumpul sekaligus makan, dan restoran. Selain itu, kemudahan konsumen dalam menjangkau pemancingan

Fishing Valley karena pemancingan ini berada pada jalur yang dikelilingi oleh perumahan-perumahan masyarakat, dekat dengan tol antar kota, dan dekat dengan Kantor Pemerintah Kabupaten Bogor, juga merupakan keunggulan Fishing Valley

dibandingkan pemancingan lainnya. Hal ini membuat tidak hanya orang yang hobi memancing saja yang berkunjung ke Fishing Valley, tetapi juga orang yang hanya sekedar berekreasi dengan keluarga dan teman pun dapat berkunjung ke

Fishing Valley.

(32)

Banyaknya pemancingan yang ada saat ini mengakibatkan relatif tingginya tingkat persaingan antar pemancingan. Jika Fishing Valley tidak mampu mengantisipasi tingginya tingkat persaingan tersebut, maka persaingan ini akan menjadi ancaman persaingan terutama datang dari kesamaan sistem pemancingan yang ditawarkan yaitu sistem galatama.

Selain itu, kedekatakan lokasi pemancingan lainnya juga menjadi suatu ancaman persaingan bagi Fishing Valley baik yang berada di Bogor maupun yang berada di daerah sekitarnya seperti pemancingan di daerah Jakarta (Telaga Mina, Telaga Cibubur, Telaga Arwana, Pemancingan KFT, pemancingan MBAU, pemancingan puspita, dan lain sebagainya), Bogor (Telaga Fajar, Lagena, pemancingan Pemagar Sari, dan lain sebagainya), Depok (pemancingan Permata Buana), dan Tangerang (pemancingan Telaga Nilam Gondrong Petir). Di Kabupaten Bogor sendiri berdasarkan data Dinas Pariwisata Kabupaten Bogor (2008), hanya ada 10 pemancingan yang terdaftar (Telaga Fajar, Rindu Jaya,

Fishing Valley, Cibeureum Indah, Bina Citra, Lembah Hijau, Maman, Jeff, Maing, dan Basuki) dan masih banyak pemancingan yang belum terdaftar. Hal tersebut memperlihatkan bahwa persaingan yang terjadi dengan Fishing Valley tidak hanya kepada pemancingan galatama saja namun juga kepada pemancingan yang menyediakan sistem pemancingan selain sistem galatama.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan sebelum penelitian, ada empat pemancingan galatama besar selain Fishing valley yang menjadi prioritas konsumen untuk dikunjungi. Keempat pemancingan tersebut yaitu Telaga Fajar (Bogor), Telaga Cibubur dan Telaga Arwana (Cibubur, Jakarta Timur), serta Telaga Mina (TMII, Jakarta Timur). Hal ini menimbulkan persaingan diantara pemancingan tersebut. Persaingan ini timbul karena lokasi masing-masing pemancingan yang tidak jauh dan mudah dijangkau oleh konsumen serta produk yang ditawarkan masing-masing pemancingan sama yaitu sistem galatama. Perbedaan fasilitas yang ditawarkan oleh keempat pemancingan tersebut dapat dilihat pada tabel 3

(33)

Tabel 3. Perbedaan Fasilitas yang ditawarkan Masing-masing Pemancingan

Keterangan FV TF TC TM TA

Lokasi Bogor Bogor Jakarta Timur Jakarta Timur Jakarta Timur

Galatama Galatama Galatama

Fasilitas

Sumber : Hasil Wawancara dengan Pihak Pengelola (Bapak Ramly) dan Konsumen Pemancingan Fishing Valley Bogor, Pengelola Pengelola Telaga Fajar (Bapak Toha), dan Salah Satu Karyawan Pemancingan Telaga Fajar

Wisata mancing Fishing Valley Bogor merupakan pemancingan yang tidak hanya menyediakan jasa pemancingan sistem galatama saja, namun juga menawarkan sistem pemancingan lain seperti kiloan dan rombongan serta menyediakan fasilitas lain seperti arena bermain untuk memberikan kenyamanan kepada konsumen. Hal ini juga terdapat pada pemancingan Telaga Arwana, hanya saja pada pemancingan ini hanya menyediakan sistem galatama saja serta terdapat tempat pembibitan dan pembesaran ikan arwana sekaligus arena bermain lain seperti kolam renang dan sarana edukasi misalnya bercocok tanam padi dan membajak sawah.

Pemancingan Telaga Fajar merupakan pesaing paling dekat dengan

Fishing Valley. Pemancingan ini pada bulan mei 2009 baru buka kembali setelah hampir kurang lebih tiga bulan merenovasi tempat pemancingannya dengan

menambah jumlah ikan dan memperbaiki fasilitas yang ada serta berencana menambah fasilitas seperti kolam renang dan wisma untuk pemancing. Kembali beroperasinya Telaga Fajar ini berdampak kepada penurunan jumlah pengunjung galatama Fishing Valley sebesar 44,4% yaitu dari 1800 pemancing galatama per bulan menjadi 1000 pemancing galatama per bulan. Hal ini diakui oleh pengelola

Fishing Valley, bahwa semenjak pemancingan Telaga Fajar buka kembali jumlah

(34)

pemancing galatama menurun. Menurut informasi dari konsumen, pemancingan Telaga Fajar juga merupakan pemancingan yang mempunyai kekerabatan erat dengan para konsumennya. Hal ini menjadi keunggulan bagi Telaga Fajar dan dapat menjadi ancaman bagi pemancingan galatama lain khususnya Fishing Valley karena konsumen akan lebih memilih memancing di Telaga Fajar dibandingkan pemancingan lain karena lebih merasa nyaman dengan pelayanan yang diberikan. Lain halnya dengan pemancingan Telaga Cibubur dan Telaga Mina yang menurut konsumen, kedua pemancingan ini merupakan pemancingan yang mempunyai ciri yang hampir sama yaitu sama-sama menyediakan lapak galatama yang cukup banyak yaitu sebanyak 100 lapak dan merupakan salah satu tempat pemancingan favorit bagi pemancing karena ikan pada pemancingan tersebut besar-besar dan banyak jumlahnya.

Walaupun terdapat fasilitas tambahan yang ditawarkan oleh pemancingan yang telah dijabarkan pada paragraf sebelumnya, namun terdapat kesamaan jasa utama yaitu sistem galatama yang menjadikan konsumen sulit membedakan antara sistem galatama satu pemancingan dengan pemancingan lainnya. Oleh karena itu, setiap pemancingan yang menyediakan sistem galatama sebagai produk utamanya khususnya dalam hal ini wisata mancing Fishing valley harus mengetahui posisi produk usaha pemancingan mereka dimata konsumen.

Penilaian terhadap posisi pemancingan oleh konsumen ini dimaksudkan untuk melihat perbedaan dan keistimewaaan masing-masing pemancingan yang menyediakan sistem galatama dalam industri pemancingan yang bersaing. Posisi ini dapat dilihat dari penilaian melalui persepsi konsumen terhadap suatu pemancingan (Fishing Valley) dibandingkan dengan pemancingan pesaing yang menyediakan sistem yang sama yaitu galatama. Hal ini membuat pemancingan

Fishing Valley sebagai salah satu pemancingan yang menyediakan sistem galatama perlu melakukan penelitian mengenai positioning pemancingan Fishing Valley dimata konsumen terhadap Pemancingan pesaingnya.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu :

(35)

1) Bagaimana karakteristik konsumen pemancingan Fishing Valley?

2) Bagaimana positioning pemancingan Fishing Valley berdasarkan persepsi

konsumen?

3) Bagaimana implikasi dari positioning pemancingan Fishing Valley terhadap

kebijakan manajerial perusahaan?

1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1) Mengidentifikasi karakteristik konsumen pemancingan Fishing Valley.

2) Menganalisis positioning pemancingan Fishing Valley berdasarkan persepsi

konsumen.

3) Merumuskan implikasi dari positioning pemancingan Fishing Valley terhadap

kebijakan manajerial perusahaan.

1.4.Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan

dan diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dalam mengembangkan pemasaran produk perusahaan.

2) Sebagai sumber informasi dan referensi untuk menambah pengetahuan bagi

mahasiswa dan pembaca.

3) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

pihak-pihak yang berkepentingan dan sebagai bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.

1.5.Ruang Lingkup Penelitian

Positioning dalam penelitian ini merupakan analisis terhadap posisi pemancingan Fishing Valley di mata konsumennya sendiri. Dimana konsumen yang dijadikan responden merupakan konsumen galatama dikarenakan sebagian

besar konsumen galatama merupakan konsumen yang mengetahui tentang pemancingan-pemancingan yang dijadikan pembanding. Konsumen galatama

yang dijadikan responden adalah konsumen yang pernah memancing galatama lebih dari satu kali di Fishing Valley dan pernah mancing galatama di

(36)

pemancingan lain yang yang telah ditentukan dalam penelitian ini, yaitu pemancingan Telaga Fajar, Telaga Cibubur, Telaga Mina, dan Telaga Arwana. Pemilihan pemancingan pembanding didasarkan pada jumlah lapak galatama yang disediakan oleh masing-masing pemancingan, kedekatan lokasi dari masing-masing pemancingan dan intensitas pemancing yang lebih banyak mengunjungi keempat pemancingan tersebut dibandingkan dengan pemancingan lainnya.

Secara garis besar, ruang lingkup penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik konsumen galatama Fishing Valley dan proses keputusan pembeliannya. Setelah karakteristik konsumen diidentifikasi, dianalisis

positioning pemancingan Fishing Valley dibandingkan dengan pemancingan lainnya (Telaga Fajar, Telaga Cibubur, Telaga Mina, dan Telaga Arwana), sehingga diketahui apa yang menjadi dasar konsumen memilih Fishing Valley

menjadi tempat penyaluran hobi mereka. Kemudian hasil analisis ini digunakan untuk merekomendasikan kebijakan manajerial yang tepat diterapkan oleh pemancingan Fishing Valley.

(37)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Vidia (2008), mengkaji tentang analisis kepuasan konsumen terhadap atribut mutu pelayanan wisata mancing Fishing Valley Bogor. Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat kepuasan konsumen terhadap atribut pelayanan wisata mancing Fishing Valley Bogor dan mengidentifikasi fasilitas-fasilitas tambahan yang perlu dibangun oleh manajer Fishing Valley maupun konsumen. Hasil yang didapatkan yaitu konsumen wisata mancing Fishing Valley sebagian besar laki-laki, memiliki usia 31-40 tahun, telah menikah, karyawan swasta, pengeluran rata-rata per bulan Rp 900.000-Rp 1.800.000, dan dominan berdomisili di Bogor. Secara keseluruhan konsumen telah merasa puas dengan

mutu pelayanan atribut-atribut yang berada di kuadran I dan II. Atribut-atribut yang dianggap penting, namun kinerja masih rendah (prioritas utama) adalah kesopanan karyawan, keamanan, komunikasi yang lancar antara karyawan dengan konsumen, dan kenyaman saat memancing. Sedangkan atribut-atribut yang dapat memuaskan konsumen dan harus dipertahankan adalah atribut yang berada di kuadran I atau prioritas utama dan II atau pertahankan prestasi. Atribut yang memiliki kinerja baik dan penting (pertahankan prestasi) adalah nomor telepon dan alamat Fishing Valley, penampilan karyawan, kondisi kolam pemancingan, umpan ikan, fasilitas sarana toilet, kebersihan lokasi, dan luas areal parkir. Dari hasil uji Friedman, diperoleh hasil bahwa dapat dikatakan fasilitas-fasilitas tambahan Fishing Valley memiliki tingkat kepentingan yang sama sehingga perlu dibangun. Ketiga fasilitas tambahan tersebut yaitu kolam renang, penganekaragaman wahana alam, dan sarana bermain anak. Sedangkan fasilitas yang diharapakan untuk dibangun di Fishing Valley menurut sebagian besar konsumen adalah sarana olahraga.

(38)

Feri (2007), mengkaji tentang perilaku konsumen dalam membuat keputusan memancing pada kolam pemancingan di Bogor Barat. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi karakteristik konsumen kolam pemancingan, menganalisis proses keputusan memancing di kolam pemancingan di daerah Bogor Barat, dan menganalisis faktor apa saja yang diduga mempengaruhi perilaku konsumen dalam membuat keputusan memancing di kolam pemancingan di daerah Bogor Barat. Berdasarkan hasil analisis terlihat bahwa konsumen yang mendominasi adalah konsumen yang berusia 41-52 tahun, telah berkeluarga, berpendidikan sarjana, bekerja di sektor swasta, dan berpenghasilan Rp 1.360.000-Rp 1.770.000, serta tinggal didaerah Bogor Barat dan sekitarnya. Berdasarkan proses pengambilan keputusan, pada tahap pengenalan kebutuhan, alasan konsumen adalah mencari hiburan melalui aktivitas memancing di kolam pemancingan yang dekat dari tempat tinggal mereka. Pada tahap pencarian informasi, hal yang dipertimbangankan adalah fasilitas yang disediakan oleh pengelola kolam, informasi yang berpengaruh adalah dari teman atau kenalan. Tahap evaluasi alternatif menunjukkan bahwa harga dan tempat bukan kriteria evaluasi yang penting. Tahap pembelian menunjukkan sebagian besar keputusan tentang aktivitas memancing adalah keputusan terencana dan membutuhkan waktu khusus. Tahap pasca pembelian menunjukkan bahwa konsumen puas dengan

fasilitas yang ditawarkan oleh pengelola dan harga sewa yang diberlakukan sehingga konsumen ingin mengulangi aktivitas memancing di kolam-kolam tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan memancing di kolam pemancingan di daerah Bogor barat yaitu lingkungan pekerjaan, individu, teman dan kenalan, waktu luang, fasilitas dan persepsi.

Penelitian Feri (2007), mempunyai perbedaan dengan penelitian Vidia (2008), dimana penelitian Feri mengkaji tentang pemancingan yang ada di daerah Bogor Barat. Sedangkan penelitian Vidia (2008), mengkaji tentang satu pemancingan saja yaitu Fishing valley Bogor.

Miftakhu (2008), mengkaji tentang analisis strategi promosi agrowisata kebun wisata Pasirmukti Citeureup, Bogor. Penelitian ini bertujuan menganalisis aktivitas promosi yang dijalankan perusahaan selama ini, menganalisis faktor yang menjadi unsur penyusun strategi perusahaan, dan merumuskan alternatif

(39)

strategi promosi yang paling tepat dan menjadi prioritas utama untuk dijalankan perusahaan. Promosi yang telah dilaksanakan oleh KaWePe telah menggunakan semua komponen bauran promosi, yaitu komunikasi personal, periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, bahan-bahan intruksi, dan desain korporat. Melalui hasil analisis AHP diketahui bahwa anggaran dana merupakan faktor utama yang menjadi unsur penyusun strategi promosi perusahaan dengan bobot 0,295. Faktor lainnya yang menjadi penyusun utama adalah karakteristik produk, karakteristik pasar, pelanggan, daur hidup produk, bauran pemasaran lainnya, dan faktor pesaing. Berdasarkan hasil analisis deskriptif diketahui bahwa alternatif strategi promosi paling tepat menurut konsumen KaWePe adalah komunikasi personal.

Ira (2007), mengkaji tentang positioning produk ayam goreng dan faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam memilih restoran fried chicken. Penelitian ini bertujuan mengkaji karakteristik konsumen restoran fried chicken, menganalisis positioning produk ayam goreng California Fried Chicken, dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam memilih restoran fried chicken. Berdasarkan analisis Biplot, posisi ayam goreng CFC dibenak konsumen unggul pada ayam yang empuk, rasa yang gurih, dan kandungan gizi yang banyak. Selain keunggulan produk ayam goreng, restoran

CFC juga memiliki kelemahan pada atribut ukuran.

El Hanafy (2007), mengkaji tentang analisis keputusan pembelian dan

positioning produk ayam panggang dan steak di restoran ”MP”. Penelitian ini

bertujuan menganalisis proses pengambilan keputusan dalam pembelian ayam panggang dan steak di restoran MP dan menganalisis positioning produk ayam panggang dan steak di restoran MP berdasarkan persepsi konsumen. Hasil penelitian menunjukkan responden ayam panggang dan steak MP didominasi oleh perempuan, mempunyai rasa ingin coba yang tinggi karena informasi yang diperoleh dari teman atau dari rekan mereka, melakukan pembelian dengan situasi yaitu pada hari libur. Positioning ayam panggang dan steak restoran MP memiliki keunggulan pada atribut higienis, aroma, rasa, dan variasi menu. Sedangkan kelamahan ayam panggang dan steak restoran MP yaitu terletak pada atribut harga. Ringkasan tentang penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel 4.

(40)
(41)

mempengaruhi

Pada uraian diatas dapat disimpulkan belum ada penelitian tentang

positioning pada wisata mancing, sehingga perlu dilakukan penelitian ini serta penelitian ini juga mempunyai perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang telah diuraikan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Vidia (2008), terletak pada topik yang dibahas tentang positioning dan alat analisis yang digunakan yaitu dengan menggunakan Biplot walaupun dengan tempat penelitian yang sama. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Feri (2007), yaitu terletak pada topik yang dibahas, tempat penelitian, serta alat analisis yang digunakan. Perbedaan dengan penelitiannya Miftakhu (2008), yaitu terletak pada topik yang dibahas walaupun masih menyangkut dengan agrowisata dan alat analisis yang digunakan. Perbedaan dengan penelitian Ira (2007), yaitu terletak pada tempat dan alat analisis yang digunakan. Penelitian Ira (2007), membahas tentang positioning namun tempat yang digunakan berbeda yaitu di restoran fried chicken sedangkan penelitian ini menganalisis positioning wisata mancing Fishing Valley Bogor yang merupakan produk jasa. Alat yang digunakan hampir sama namun, penelitian ini tidak menggunakan Analisis Logistik Biner

karena penelitian ini tidak menganlisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam memilih suatu produk. Sedangkan perbedaan dengan penelitian

Hanafy (2007), terletak pada topik dan tempat penelitian. Pada penelitian Hanafy (2007), selain positioning dibahas pula tentang Analisis Keputusan Pembelian Produk Ayam Panggang dan Steak di restoran ”MP” Bogor.

(42)

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Industri Jasa

Jasa merupakan suatu fenomena yang rumit (Gronroos 1990, diacu dalam

Jasfar 2005). Kata jasa mempunyai banyak arti dan ruang lingkup, dari pengertian yang paling sederhana, yaitu hanya berupa pelayanan dari seseorang kepada orang lain, bisa juga diartikan sebagai pelayanan yang diberikan oleh manusia, baik yang dapat dilihat (explicit service) maupun yang tidak dapat dilihat, yang hanya bisa dirasakan (implicit service) sampai kepada fasilitas-fasilitas pendukung yang harus tersedia dalam penjualan jasa dan benda-benda lainnya.

Jasa adalah setiap tindakan atau aktivitas yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang bersifat tidak berwujud fisik (intangible), dimana konsumen terlibat secara aktif dalam proses produksi dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Karakteristrik utama yang membedakan jasa dengan produk adalah sifat jasa yang tidak dapat dilihat (tidak nyata) di samping keterlibatan konsumen secara aktif dalam proses penyampaian jasa. Peran tenaga manusia, dalam hal ini kontak personel, sangat penting artinya karena mereka yang menentukan apakah penyampaian jasa ini berhasil atau tidak. (Jasfar 2005).

Kotler (2007) menyatakan bahwa jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksi jasa dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan dengan suatu produk fisik. Sifat perusahaan yang menghasilkan jasa ialah bahwa jasa itu tidak bisa ditimbun atau ditumpuk dalam gudang, seperti barang-barang lainnya, saat sambil menunggu penjualan (Alma 2002).

Menurut Jasfar (2005), sektor jasa dalam perekonomian berkembang dari tahun ke tahun. Dalam perhitungan pendapatan nasional yang termasuk sektor jasa adalah sebagai berikut:

a) Jasa perdagangan besar (grosir), eceran, restoran, dan hotel

b) Jasa pengangkutan, pergudangan, dan komunikasi (misalnya: kereta api,

(43)

c) Jasa keuangan, asuransi, perumahan, dan bisnis jasa lainnya (seperti

perbankan, berbagai jenis asuransi, jasa hukum, jasa akuntansi, jasa arsitek, jasa konsultan, iklan, penelitian dan pengembangan).

d) Jasa publik, sosial maupun jasa pribadi (misalnya, pendidikan, kesehatan,

rekreasi dan pariwisata, budaya, jasa laundry dan kebersihan, perusahaan

leasing).

e) Jasa pemerintahan (misalnya, pertanahan, jalan, kesehatan, keamanan, listrik,

air bersih).

f) Penghasil jasa lain. Seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan

lembaga-lembaga keagamaan.

3.1.2. Pariwisata

Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan Bab I Pasal 1 dinyatakan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Jadi pengertian wisata itu mengandung unsur yaitu, kegiatan perjalanan, dilakukan secara sukarela, bersifat sementara, perjalanan bertujuan untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata.

Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.

Pariwisata sebagai suatu gejala, terwujud dalam beberapa bentuk (Wahab 2003) antara lain sebagai berikut :

1) Menurut jumlah orang yang berpergian, pariwisata dibagi menjadi :

pariwisata individu yakni hanya seorang atau satu keluarga yang bepergian dan pariwisata rombongan yakni sekelompok orang, yang biasanya terikat oleh hubungan-hubungan tertentu kemudian melakukan perjalanan bersama-sama.

2) Menurut maksud bepergian pariwisata dibedakan menjadi lima jenis, yaitu a) Pariwisata rekreasi atau pariwisata santai, untuk memulihkan

kemampuan fisik dan mental setiap peserta wisata dan memberikan kesempatan santai dari kebosanan dan keletihan selama kerja

(44)

b) Pariwisata budaya, untuk memperkaya informasi dan pengetahuan

tentang Negara lain dan untuk memuaskan kebutuhan hiburan

c) Pariwisata pulih sehat, untuk memuaskan kebutuhan medis di daerah atau

tempat lain dengan fasilitas penyembuhan

d) Pariwisata sport, untuk memuaskan hobi orang-orang

e) Pariwisata temu wicara, mencakup pertemuan-pertemuan ilmiah,

seprofesi, dan politik.

3) Menurut alat transportasi, terdiri dari pariwisata darat (bus, mobil pribadi,

kereta), pariwisata tirta (laut, danau, sungai), dan pariwisata dirgantara. 4) Menurut letak geografis, terdiri dari pariwisata domestik nasional, pariwisata

regional, dan pariwisata international.

5) Menurut umur, terdiri dari pariwisata remaja dan pariwisata dewasa. 6) Menurut jenis kelamin, terdiri dari pariwisata pria dan pariwisata wanita. 7) Menurut tingkat harga dan tingkat sosial, terdiri dari pariwisata taraf lux,

pariwisata taraf menengah, dan pariwisata taraf jelata.

3.1.3. Agrowisata

Berdasarkan definisi dari Departemen Pertanian Republik Indonesia (2002), wisata Agro atau agroturisme adalah suatu bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha agro (agribisnis) sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian5.

Berdasarkan Surat Keputusan (SK) bersama Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi (Menparpostel) dan Menteri Pertanian No.KM.47/ PW.DOW/MPPT-89 dan No. 204/KPTS/HK/050/4/1989 dalam Tirtawinata dan Fachruddin (1996), agrowisata diartikan sebagai suatu bentuk kegiatan yang memanfaatkan usaha agro sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian.

____________________

5 Departemen Pertanian Republik Indonesia. 2002. Pengertian Wisata Agro. http://database.deptan.go.id [28 Febuari 2009]

(45)

Secara umum, ruang lingkup dan potensi agrowisata yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut :

1) Kebun Raya

Objek wisata berupa kebun raya memiliki kekayaan berupa tanaman yang berasal dari berbagai spesies. Daya tarik yang ditawarkan kepada wisatawan mencakup kekayaan flora yang ada, keindahan pemandangan di dalamnya, dan kesegaran udara yang memberikan rasa nyaman.

2) Perkebunan

Daya tarik perkebunan sebagai sumber daya wisata antara lain :

a) Daya tarik historis dari perkebunan yang sudah diusahakan sejak lama b) Lokasi beberapa wilayah perkebunan yang terletak di pegunungan

memberikan pemandangan indah serta udara segar

c) Cara-cara tradisional dalam pola tanam, pemeliharaan, pengelolaan, dan

prosesnya

d) Perkembangan teknik pengelolaan yang ada. 3) Tanaman pangan dan Holtikultura

Lingkup usaha wisata tanaman pangan meliputi usaha tanaman padi dan palawija serta holtikultura yakni bunga, buah, sayur, dan jamu-jamuan. 4) Perikanan

ruang lingkup kegiatan wisata perikanan dapat berupa kegiatan budidaya perikanan sampai proses pascapanen. Daya tarik perikanan sebagai sumber daya wisata diantaranya pola tradisional dalam perikanan serta kegiatan lain, misalnya memancing ikan.

5) Peternakan

Daya tarik peternakan sebagai sumber daya wisata antara lain pola peternak, cara tradisional dalam peternakan, serta budidaya hewan ternak.

3.1.4. Perikanan dan Memancing

Menurut Undang-Undang No. 31 tahun 2004, perikanan merupakan Semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan.

(46)

Memancing secara luas adalah suatu kegiatan menangkap ikan yang bisa merupakan pekerjaan, hobi, olahraga diluar ruang (outdoor) atau kegiatan di pinggir atau di tengah danau, laut, sungai dan perairan lainnya dengan target seekor ikan. Atau bisa juga sebagai kegiatan menangkap ikan atau hewan air tanpa alat atau dengan menggunakan sebuah alat oleh seorang atau beberapa pemancing6.

Menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1996), beberapa objek menarik dari sektor perikanan yang berpotensi untuk mengundang wisatawan, antara lain budidaya perikanan dan pengolahannya, pemancingan ikan, oceanarium, dan Taman Akuarium Air Tawar (TAAT).

3.1.5. Lokasi Perikanan

Pengertian lokasi perikanan menurut (Wudianto 1999, diacu dalam Vidia 2008) terdiri atas perairan umum dan kolam khusus. Perairan umum (open waters) adalah bagian permukaan bumi yang secara permanen atau berkala digenangi air (air tawar, air payau, dan air laut) dari garis pasang surut terendah kearah daratan dan badan air tersebut terbentuk secara alami atau buatan. Perairan ini kepemilikannya bersifat umum, bukan milik perseorangan, contohnya : sungai, danau, situ, rawa, waduk atau bendungan, laut, dan genangan yang bersifat sementara sedangkan kolam khusus yaitu kolam yang secara teknis merupakan suatu perairan buatan yang luasnya terbatas, dibuat manusia dan mudah dikuasai (diisi air, dikeringkan, diatur menurut kehendak kita). Pada setiap tempat pemancingan terdapat istilah kolam sewa kolam.

Menurut Wudianto dalam Vidia (2008) sistem penyewaan kolam yang umum adalah :

1) Sewa lapak

Lapak adalah tempat pijakan pada saat memancing. Biasanya lapak terbuat dari bambu atau papan dan dipasang dipinggiran/tepian kolam pemancingan.

Pemancing menyewa tempat di kolam pemancingan yang telah diisi ikan oleh pengelola pemancingan untuk periode waktu tertentu.

____________________

6 http://id.wikipedia.org [18 Maret 2009]

(47)

2) Sistem borong kolam

Pemancingan menyewa kolam sendiri atau bersama-sama untuk periode waktu tertentu. Lama waktu, jumlah, dan jenis ikan yang diisikan ke dalam kolam sesuai dengan kesepakatan pemancingan dengan pemilik kolam.

3) Sistem kiloan

Pemancingan di kolam dengan biaya besar tergantung pada jumlah (kilogram) yang tertangkap dan sesuai dengan harga yang telah disepakati sebelumnya.

Budidaya kolam merupakan budidaya perikanan tertinggi kedua setelah tambak. Peningkatan konsumsi ikan dapat meningkatkan stimulus para wirausaha untuk membuka objek wisata memancing. Kolam ialah areal/bidang tanah yang digenangi air dan dibudidayakan dengan jenis pengusahaan berupa : kolam air tawar, tambak, dan kolam penggaraman.

Sistem pemancingan yang sering digunakan oleh para pengelola pemancingan ikan air tawar dalam lokasi kolam buatan dikelompokkan sebagai berikut (Wudianto 1999, diacu dalam Vidia 2008) :

1) Kolam pancing harian

Tempat khusus yang disediakan untuk pemancingan dengan cara pemancing membayar harga lapak (sewa lapak berikut ikannya) baru kemudian memancing. Kegiatan memancingnya dapat dilakukan setiap hari bahkan ada

yang bukanya sampai 24 jam. 2) Kolam pancing kiloan

Pemancingan yang menggunakan sistem dengan cara menimbang hasil tangkapan yang diperoleh, kemudian pemancing membayar harga sesuai dengan perolehannya.

3) Kolam pancing borongan

Pemancingan ini menggunakan sistem dengan cara pemancing atau kelompok pemancing menyewa kolam pancing yang waktu memancingnya, jumlah ikan yang diisikan di kolam pancing berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak atau dapat juga sekelompok pemancing menawar isi kolam pancing milik petani budidaya, baru dilaksanakan kegiatan memancing.

(48)

4) Kolam pancing lomba

Pemancingan yang dikhususkan untuk para pemancing yang akan mencoba ketangguhannya dengan menerapkan pengetahuan dan pengalamannya terhadap pemancing lain tanpa mengurangi keakraban sesamanya. Pada sistem pancing lomba biasanya penyelenggara telah mengisikan sejumlah ikan terlebih dahulu dan menyediakan sejumlah hadiah-hadiah bagi pemenangnya. kriteria pemenang ditentukan berdasarkan perolehan terberat 5) Kolam pancing galatama

Sistem pemancingan yang hendak mengasah keterampilan konsumen dalam memancing karena ikan hasil tangkapan tidak dibawa pulang seperti pada sistem pemancingan lainnya. Ikan yang ditebar pada kolam pemancingan jumlahnya sangat banyak. Kegiatan memancing dilakukan setiap hari dan bersifat perlombaan karena memiliki hadiah sebagai penghargaan untuk pemenangnya. Hadiah umumnya berupa uang yang jumlah nominalnya tergantung dari jumlah peserta. Jika uangnya sudah terkumpul terlebih dahulu dikurangi oleh bagian yang menjadi hak panitia. Kriteria pemenang sesuai kesepakatan bersama, biasanya seperti juara ikan terberat, juara ikan berwarna merah, juara total berat perolehan berat ikan dan juara total perolehan jumlah satuan ikan. Dalam setiap harinya lomba terbagi dalam

beberapa babak, yang lamanya antara 2-3 jam per babak. Dalam setiap babak didapatkan hasil penentuan juara. Ikan yang diperoleh dilepaskan saat itu juga setelah penimbangan. Dalam sistem pemancingan yang lainnya selain

perbedaan utama “tombang lepas” peraturan lain yang berbeda yaitu :

a) Joran yang digunakan hanya sebuah joran saja kecuali pada empang

galatama tertentu yang boleh menggunakan hingga dua buah joran. b) Melarang penggunaan umpan hidup (cacing, kroto, dan lain-lainnya),

umpan yang berbahan dasar nasi dan umbi-umbian, umpan yang dapat mengambang (roti kering, pellet, dan lain-lain).

c) Rangkaian pancing yang digunakan adalah rangkaian glosor (tanpa

pelampung) dengan menggunakan tali pandu berpemberat yang disebut bemper. Rangkaian kail yang digunakan sebanyak maksimal satu rangkai yang berisi tiga mata kail dengan ukuran mata kail bebas.

(49)

3.1.6. Teori keputusan pembelian

Proses yang dilakukan konsumen dalam pengambilan keputusan meliputi beberapa tahapan. Menurut Engel et al. (1995), terdapat lima tahapan proses keputusan pembelian yang dilakukan konsumen, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian, dan evaluasi hasil pembelian.

1) Pengenalan Kebutuhan

Pengenalan kebutuhan didefinisikan sebagai persepsi atas perbedaaan antara keadaan yang diinginkan dan situasi aktual yang memadai untuk

menggugah dan mengaktifkan proses keputusan. Pengenalan kebutuhan pada hakikatnya bergantung pada berapa banyak ketidaksesuaian yang ada di antara keadaan aktual (situasi konsumen sekarang) dan keadaan yang diinginkan (situasi yang konsumen inginkan). Ketika ketidaksesuaian ini melebihi tingkat atau ambang tertentu, kebutuhan pun dikenali.

Kehadiran pengenalan kebutuhan tidak secara otomatis mengaktifkan suatu tindakan. Hal ini akan bergantung pada beberapa faktor, yaitu kebutuhan yang dikenali harus cukup penting dan konsumen harus percaya bahwa solusi bagi kebutuhan tersebut ada dalam batas kemampuannya (Engel et al. 1995).

Menurut Kotler (2005), proses pengenalan kebutuhan dapat dicetuskan oleh dua rangsangan, yaitu rangsangan internal dan rangsangan eksternal. Rangsangan internal muncul dari dalam diri seseorang, misalnya rasa lapar. Sedangkan rangsangan eksternal muncul karena adanya dorongan eksternal, misalnya pada saat melewati toko roti seseorang menjadi merasa lapar.

2) Pencarian Informasi

Pencarian informasi sebagai tahap kedua proses pengambilan keputusan oleh Engel et al. (1995) didefinisikan sebagai aktivitas termotivasi dari pengetahuan yang tersimpan didalam ingatan (pencarian internal) atau perolehan informasi dari lingkungan (pencarian eksternal). Pencarian internal adalah pencarian informasi melalui ingatan untuk melihat pengetahuan yang relevan dengan keputusan yang tersimpan di dalam ingatan jangka panjang. Pencarian eksternal yaitu mengumpulkan informasi tambahan dari lingkungan atau informasi dari pasar.

Gambar

Tabel 3. Perbedaan Fasilitas yang ditawarkan Masing-masing Pemancingan
Tabel 4. Ringkasan Penelitian Terdahulu
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
Tabel 5. Struktur Data yang dapat Dianalisis dengan Metode Biplot
+7

Referensi

Dokumen terkait