• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji daya hasil delapan galur harapan kedelai hasil persilangan Kultivar Slamet dengan Nokonsawon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji daya hasil delapan galur harapan kedelai hasil persilangan Kultivar Slamet dengan Nokonsawon"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

UJI DAYA HASIL DELAPAN GALUR HARAPAN KEDELAI

HASIL PERSILANGAN KULTIVAR

SLAMET DENGAN NOKONSAWON

Oleh :

Bekti Priyo Atmaji

G34101072

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

BEKTI PRIYO ATMAJI. Uji Daya Hasil Delapan Galur Harapan Kedelai Hasil Persilangan Kultivar Slamet dengan Nokonsawon. Dibimbing oleh MUHAMMAD JUSUF dan SUHARSONO.

Tujuan penelitian ini ialah menguji produktivitas delapan galur kedelai harapan dan pengaruh pupuk Bio P 2000Z terhadap galur tersebut. Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan dua perlakuan dan dua kelompok. Faktor perlakuan adalah kultivar dan dosis pupuk Bio P 2000Z. Kultivar dan galur yang diuji terdiri dari delapan galur harapan (KH 35, KH 38, KH 40, KH 42, KH 44, KH 55, KH 58, dan KH 71) dan tiga kultivar pembanding (Slamet, Panderman dan Tanggamus). Dua dosis pupuk Bio P2000Z yang diberikan adalah tanpa pupuk dan dengan pupuk. Setiap satuan percobaan merupakan petakan yang berukuran 5 x 3 m.

Dibandingkan dengan kultivar Slamet, semua galur yang diuji berproduksi biji lebih tinggi dan mempunyai ukuran biji lebih besar. KH 42 berproduksi paling tinggi dan berbiji besar. Pemupukan Bio P2000Z tidak berpengaruh nyata terhadap produksi biji dari galur dan kultivar yang diuji. Hal ini mungkin dikarenakan kondisi lingkungan yang tidak optimal bagi pertumbuhan mikroba yang terkandung di dalam pupuk tersebut seperti curah hujan yang tinggi, pH tanah yang rendah dan kesuburan tanah yang rendah.

ABSTRACT

BEKTI PRIYO ATMAJI. Test of productivity of Eight Lines of Soybean from Crossing between Slamet and Nokonsawon Cultivars. Under direction of MUHAMMAD JUSUF and SUHARSONO.

The experiment aimed to test the productivity of eight lines of soybean and effect of Bio P2000Z fertilizer to productivity of the lines. Randomized Complete Block Design was applied with two factors (cultivar and dose of Bio P2000Z fertilizer) and two blocks. The cultivars and lines tested were eight lines (KH 35, KH 38, KH 40, KH 42, KH 44, KH 55, KH 58, dan KH 71) and three cultivars (Panderman, Tanggamus and Slamet) as standard of comparison. The plants were treated and non treated with Bio P2000Z fertilizer . The experiment unit consisted of 5 x 3 m plot.

(3)

UJI DAYA HASIL DELAPAN GALUR HARAPAN KED ELAI

HASIL PERSILANGAN KULTIVAR

SLAMET DENGAN NOKONSAWON

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

Bekti Priyo Atmaji

G34101072

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

Judul Skripsi : UJI DAYA HASIL DELAPAN GALUR HARAPAN KEDELAI

HASIL PERSILANGAN KULTIVAR SLAMET DENGAN

NOKONSAWON

Nama : Bekti Priyo Atmaji

NIM : G34101072

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Muhammad Jusuf Dr. Ir. Suharsono, DEA

NIP. 130536687 NIP. 131664393

Mengetahui,

Dekan

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS

NIP. 131473999

(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan pertolongan serta kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Penelitian ini dibiayai oleh proyek hibah bersaing XII dengan topik Perbaikan Genetik Tanaman Kedelai Untuk Produktivitas dan Adaptasi Terhadap pH R endah atas nama Dr. Ir. Muhammad Jusuf.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Muhammad Jusuf

dan

Dr. Ir. Suharsono, DEA selaku pembimbing atas segala fasilitas, dorongan, waktu, serta bimbingan yang diberikan. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dr. Ir. R.R. Dyah Perwitasari, M.Sc selaku wakil komisi pendidikan dan penguji kelayakan skripsi atas masukan yang diberikan. Terima kasih kepada Kepala Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB beserta seluruh staf dan karyawan atas sarana, prasarana, dan bantuannya selama penulis melakukan penelitian di Laboratorium Biologi Molekuler dan Seluler Tanaman. Terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Abdu l Mulya, Bapak Adi dan para pekerja di kebun Pagentongan atas bantuan dan kerjasamanya.

Ungkapan terima kasih penulis juga disampaikan kepada kedua orang tuaku dan kakak atas perhatian, doa, dan kasih sayangnya. Kepada rekan-rekan seperjuanganku selama penelitian yaitu Made dan Rully terima kasih atas kekompakan dan kesabarannya. Terima kasih kepada seluruh teman Biologi juga pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan menambah bukti keagungan Allah SWT pemilik ilmu dan alam semesta.

Bogor, Desember 2005

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 1 Oktober 1983 sebagai anak keempat dari empat bersaudara, putra dari pasangan Soepardi dan Umi Salamah.

Penulis lulus pada tahun 2001 dari SMU Negeri 26 dan diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Penulis memilih Program Studi Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 1

Waktu dan Tempat ... 1

BAHAN DAN METODE Bahan .. ... 1

Metode ... 2

Penanaman ... 2

Pemeliharaan ... 2

Pemanenan ... 2

Pengamatan Tanaman... 2

Pengamatan Kondisi Lingk ungan Tumbuh ... 2

Analisis Data ... 2

HASIL Produksi Biji Petakan ... 3

Produksi Biji Tanaman Sampel ... 4

Hubungan Antar Karakter ... 6

PEMBAHASAN ... 7

SIMPULAN .... ... 8

SARAN ... 9

DAFTAR PUSTAKA ... 9

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Analisis ragam produksi biji tiap petak ... ... 3

2 Uji DMRT terhadap produksi biji tiap petak, populasi tanaman tiap petak dan ukuran biji .. 3

3 Uji DMRT terhadap produksi biji tiap petak, populasi tanaman tiap petak dan ukuran biji pada blok 1 ... 4

4 Uji DMRT terhadap produksi biji tiap petak, populasi tanaman tiap petak dan ukuran biji pada blok 2 ... 4

5 Analisis ragam produksi tiap tanaman sampel ... 5

6 Uji DMRT terhadap nilai tengah produksi biji dan ukuran biji dari tanaman sampel ... 5

7 Nilai korelasi antar karakter tanaman generasi F9 persilangan Slamet X Nokonsawon ……. 6

8 Nilai korelasi produksi tiap petak, populasi dan ukuran biji ... 7

9 Nilai korelasi produksi tanaman sampel, populasi dan ukuran ... 7

DAFTAR LAMPIRAN

1 Deskripsi tanaman kedelai kultivar Slam et, Nokonsawon, dan Tanggamus ……….. 12

2 Denah petak percobaan uji daya hasil beberapa galur dan kultivar kedelai ……… 13

3 Beberapa karakter dari tanaman sampel ……….. 14

4 Beberapa karakter galur/kultivar pada setiap petak ……… 23

5 Analisis tanah 2 blok tanam pada kebun percobaan Pagentongan (Database Puslitbangtan tidak dipublikasikan)... 24

6 Uji DMRT terhadap nilai tengah 6 parameter dari tiap tanaman sampel blok 1 ... 24

7 Uji DMRT terhadap nilai tengah 6 parameter dari tiap tanaman sampel blok 2 ... 24

8 Komposisi pupuk Bio P2 000Z (Database Balitbangtan tidak dipublikasikan)……… 24

9 Data cuaca musim tanam uji daya hasil 1 dan 2 (Database Stasiun Klimatologi Dramaga ti- dak dipublikasikan)……….. 25

10 Produksi tiap petak galur dan kultivar pada musim tanam 2004 ...………. .. 25

(9)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kedelai merupakan salah satu komoditas pertanian yang sangat penting dan mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Indonesia merupakan negara ketiga terbesar berdasarkan luas areal tanaman kedelai setelah Cina (8 juta ha) dan Brazil (4.5 juta ha) (Agroindonesia 2001). P roduksi kedelai Indonesia masih relatif rendah jika dibandingkan dengan Amerika Serikat (27. 488 juta ton), Brazil (22. 303 juta ton), dan Argentina (7. 665 juta ton) (USDA 2004).

Produksi kedelai Indonesia pada tahun 2004 mencapai 723 000 ton (BPS 2004), sementara kebutuhannya mencapai dua juta ton per tahun (Kompas 2004). Kekurangan kedelai tersebut harus dipenuhi dengan impor yang dapat mencapai 1.2 juta ton per tahun (Kompas 2004). Karena itu, diperlukan berbagai usaha untuk meningkatkan produksi kedelai. Usaha ini dapat dilakukan melalui peningkatan produktivitas tanaman (intensifikasi) maupun peningkatan luas areal tanam (ekstensifikasi). Usaha ekstensifikasi dapat dilakukan di luar pulau Jawa. Usaha ini terbentur dengan adanya kondisi lahan marginal. Salah satu lahan marginal di Indonesia ialah lahan asam yang mengandung kadar alumunium yang tinggi (Notohadiprawiro 1983). Alumunium bersifat racun bagi tanaman karena dapat merusak perakaran dan menghambat pertumbuhan bintil akar (Sunarto 1989).

Untuk mendapatkan tanaman yang berproduksi tinggi dan dapat beradaptasi pada tanah asam dan atau mengandung alumunium tinggi, Paserang (2003) telah melakukan beberapa persilangan. Salah satu persilangan yang diharapkan dapat menghasilkan kultivar unggul adalah antara kultivar Slamet dan Nokonsawon .

Kultivar Slamet merupakan kultivar unggul yang memiliki produksi tinggi (2.26 ton/ha), berukuran biji sedang (12.5 g/100 biji), dan toleran terhadap lahan asam (Suhartina 2003). Kultivar Nokonsawon merupakan kultivar introduksi dari Thailand ber biji besar (19.6 g/100 biji), mempunyai biji berwarna kuning bersih, dan berproduksi rendah (1.1-2 ton/ha) (Balai Penelitian Tanaman Kacang - Kacangan dan Umbi - Umbian 1999). Kultivar unggul yang menggabungkan sifat unggul dari kedua tetua diharapkan dapat diperoleh dari persilangan antara kedua kultivar tersebut.

Hasil persilangan Slamet dengan Nokonsawon telah diseleksi pada generasi F3 dan F4 oleh Dasumiati (2003) dan generasi F5 dan F6 oleh Jambormias (2004). Pengujian terhadap 75 galur harapan pada tanaman generasi seleksi 5 (F7) menunjuk kan bahwa galur -galur tersebut telah seragam secara genetik (Bastanta 2004, Herdiyana 2005 & Santoso 2005). Uji daya hasil tahap pertama dari sebagian galur yang terseleksi telah dilakukan oleh Sakri (2005) yang melaporkan bahwa KH 35, KH 40, KH 44, KH 31, dan KH 71 mempunyai produksi yang lebih tinggi daripada kultivar Slamet.

Pupuk berperan sangat penting dalam produksi tanaman. Selain pupuk anorganik seperti urea, KCl, NPK, dan TSP, pupuk organik sangat mendukung produksi tanaman. Pupuk Bio P 2000 Z merupakan pupuk organik cair yang dapat memacu pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman. Pupuk ini mengandung unsur hara lengkap yang siap pakai dan mikroba unggul yang berguna bagi tanaman.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji produktivitas 8 galur kedelai harapan hasil persilan gan kultivar Slamet dengan Nokonsawon dan pengaruh pupuk Bio P2000 Z terhadap galur tersebut.

Waktu dan Tempat

Penanaman dilaksanakan mulai bulan Januari sampai dengan April 2005 di Keb un Percobaan IPB Pagentongan. Pengolahan pascapanen dilakukan di Laboratorium Biologi Seluler dan Molekuler Tanaman, Pusat Penelitian Bioteknologi Kampus IPB Darmaga.

BAHAN DAN METODE

Bahan

Bahan tanaman yang digunakan adalah 8 galur kedelai terpilih generasi F8 hasil seleksi dari persilangan kedelai kultivar Slamet dengan Nokonsawon dan tiga kultivar pembanding, yaitu kultivar Slamet, Tanggamus, dan Panderman. K etiga kultivar pembanding tersebut merupakan kultivar unggul nasional. Deskripsi ketiga kultivar pembanding disajikan pada lampiran 1. Kedelapan galur yang diuji adalah KH 35, KH 38, KH 40, KH 42, KH 44, KH 55, KH 58, dan KH 71.

(10)

2

digunakan berupa alat pengolah tanah, kantong semen, timbangan, meteran, label, bambu, dan alat untuk mencatat.

Penanaman

Percobaan ini mengunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 2 faktor perlakuan dan 2 ulangan. Faktor pertama adalah galur atau kultivar yang diuji dan faktor kedua adalah 2 dosis pupuk hayati Bio P2000Z yang diberikan yaitu tanpa pupuk dan dengan pupuk sehingga terdapat 22 satuan percobaan tiap ulangan. Pupuk hayati Bio P2000Z diberikan setiap satu minggu sekali dari 1 minggu setelah tanam (MST) sampai 10 MST dengan dosis 6 l/ha. Setiap satuan percobaan merupakan petakan yang berukuran 5 x 3 m. Biji dit anam dengan jarak 40 x 20 cm dan 2 biji tiap lubang. Penyulaman dilakukan sebelum umur 2 MST . Denah petak percobaan disajikan pada lampiran 2.

Pemeliharaan

Pemupukan dasar yang diberikan adalah 100 kg/ha Urea, 150 kg/ha TSP dan 100 kg/ha KCl. TSP dan KCl diberikan seluruhnya ketika tanam dan urea diberikan 2 kali yaitu ketika tanam dan pada penyiangan pertama dengan dosis yang sama. Penyiangan dilakukan dua kali yaitu pada 3 dan 7 MST. Pengendalian hama dilakukan dengan penaburan furadan pada lubang tanam ketika penanaman dan penyemprotan Akodan setiap minggu dari 2 sampai dengan 8 MST.

Pemanenan

Pemanenan dilakukan ketika 90% polong sudah berubah warna menjadi kuning kecoklatan. Cara pemanenan dengan mencabut seluruh tanaman kemudian menjemurnya hingga kering. Untuk tanaman sampel, pemanenan dilakukan dengan pencabutan kemudian dimasukkan ke dalam kantung dan dijemur hingga beberapa polongnya pecah. Pengupasan polong menjadi biji dilakukan dengan memukul kantong yang berisi polong dengan kayu hingga bijinya lepas dari polong.

Pengamatan Tanaman

Pengamatan dilakukan terhadap beberapa karakter pada tanaman petakan dan tanaman sampel. Setiap petak diambil 10 tanaman sampel secara acak. Pen gamatan karakter pada tanaman petakan meliputi produksi biji per petak (g), ukuran biji (g/100 biji), jumlah tanaman, umur berbunga (hari setelah tanam (HST)), warna bunga, dan umur panen (HST). Pengamatan terhadap tanaman sampel dilakukan untuk karakter: produksi biji per tanaman (g), ukuran biji (g/100 biji), jumlah biji, jumlah polong isi dan hampa, bobot

brangkasan (g), tinggi tanaman, jumlah cabang, dan jumlah buku subur.

Pengamatan Kondisi Lingkungan Tumbuh Pengamatan terhadap kondisi lingkungan tumbuh juga dilakukan oleh pihak lain untuk mendukung hasil pengamatan tanaman. Lingkungan tumbuh yang diamati adalah kondisi cuaca yang dilakukan oleh Stasiun Klimatologi Dramaga dan analisis tanah yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.

Analisis Data

Seluruh data diolah menggunakan model linier ad itif dari rancangan acak kelompok dua faktorial sebagai berikut :

Petak :Yi j k = µ + ?k + ai+ ßj + (a ß)ij + ?ijk

Sampel: Yi j k = µ + ?k + ai + ßj + Sl + (a ß)ij

+?ijkl

Keterangan :

Yijk : Nilai pengamatan pada pupuk taraf ke- i,

galur taraf ke - j dan kelompok ke- k. µ : Rataan umum

ai : Pengaruh utama pupuk taraf k e- i

ßj : Pengaruh utama galur taraf ke- j

Sjl : Pengaruh utama sampel taraf ke - l

(a ß)ij: Interaksi antara pupuk taraf ke- i dan galur taraf ke - j

?k : Pengaruh kelompok ke- k

?ijkl : Pengaruh acak pada pupuk taraf ke- i,

galur taraf ke- j, sampel ke - l dan kelompok ke- k.

Dugaan produksi per hektar diperoleh berdasarkan pada :

a. Produksi Petakan

P = x 10000m2

petakan luas

etak Produksi/p

b. Produksi tiap tanaman sampel P = Produksi tiap tanaman sampel x N N = 250 000 (jumlah tanaman/ha pada

jarak tanam 40 x 20 cm dengan 2 tanaman tiap lubang tanam)

(11)

UJI DAYA HASIL DELAPAN GALUR HARAPAN KEDELAI

HASIL PERSILANGAN KULTIVAR

SLAMET DENGAN NOKONSAWON

Oleh :

Bekti Priyo Atmaji

G34101072

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

ABSTRAK

BEKTI PRIYO ATMAJI. Uji Daya Hasil Delapan Galur Harapan Kedelai Hasil Persilangan Kultivar Slamet dengan Nokonsawon. Dibimbing oleh MUHAMMAD JUSUF dan SUHARSONO.

Tujuan penelitian ini ialah menguji produktivitas delapan galur kedelai harapan dan pengaruh pupuk Bio P 2000Z terhadap galur tersebut. Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan dua perlakuan dan dua kelompok. Faktor perlakuan adalah kultivar dan dosis pupuk Bio P 2000Z. Kultivar dan galur yang diuji terdiri dari delapan galur harapan (KH 35, KH 38, KH 40, KH 42, KH 44, KH 55, KH 58, dan KH 71) dan tiga kultivar pembanding (Slamet, Panderman dan Tanggamus). Dua dosis pupuk Bio P2000Z yang diberikan adalah tanpa pupuk dan dengan pupuk. Setiap satuan percobaan merupakan petakan yang berukuran 5 x 3 m.

Dibandingkan dengan kultivar Slamet, semua galur yang diuji berproduksi biji lebih tinggi dan mempunyai ukuran biji lebih besar. KH 42 berproduksi paling tinggi dan berbiji besar. Pemupukan Bio P2000Z tidak berpengaruh nyata terhadap produksi biji dari galur dan kultivar yang diuji. Hal ini mungkin dikarenakan kondisi lingkungan yang tidak optimal bagi pertumbuhan mikroba yang terkandung di dalam pupuk tersebut seperti curah hujan yang tinggi, pH tanah yang rendah dan kesuburan tanah yang rendah.

ABSTRACT

BEKTI PRIYO ATMAJI. Test of productivity of Eight Lines of Soybean from Crossing between Slamet and Nokonsawon Cultivars. Under direction of MUHAMMAD JUSUF and SUHARSONO.

The experiment aimed to test the productivity of eight lines of soybean and effect of Bio P2000Z fertilizer to productivity of the lines. Randomized Complete Block Design was applied with two factors (cultivar and dose of Bio P2000Z fertilizer) and two blocks. The cultivars and lines tested were eight lines (KH 35, KH 38, KH 40, KH 42, KH 44, KH 55, KH 58, dan KH 71) and three cultivars (Panderman, Tanggamus and Slamet) as standard of comparison. The plants were treated and non treated with Bio P2000Z fertilizer . The experiment unit consisted of 5 x 3 m plot.

(13)

UJI DAYA HASIL DELAPAN GALUR HARAPAN KED ELAI

HASIL PERSILANGAN KULTIVAR

SLAMET DENGAN NOKONSAWON

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

Bekti Priyo Atmaji

G34101072

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(14)

Judul Skripsi : UJI DAYA HASIL DELAPAN GALUR HARAPAN KEDELAI

HASIL PERSILANGAN KULTIVAR SLAMET DENGAN

NOKONSAWON

Nama : Bekti Priyo Atmaji

NIM : G34101072

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Muhammad Jusuf Dr. Ir. Suharsono, DEA

NIP. 130536687 NIP. 131664393

Mengetahui,

Dekan

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS

NIP. 131473999

(15)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan pertolongan serta kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Penelitian ini dibiayai oleh proyek hibah bersaing XII dengan topik Perbaikan Genetik Tanaman Kedelai Untuk Produktivitas dan Adaptasi Terhadap pH R endah atas nama Dr. Ir. Muhammad Jusuf.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Muhammad Jusuf

dan

Dr. Ir. Suharsono, DEA selaku pembimbing atas segala fasilitas, dorongan, waktu, serta bimbingan yang diberikan. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dr. Ir. R.R. Dyah Perwitasari, M.Sc selaku wakil komisi pendidikan dan penguji kelayakan skripsi atas masukan yang diberikan. Terima kasih kepada Kepala Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB beserta seluruh staf dan karyawan atas sarana, prasarana, dan bantuannya selama penulis melakukan penelitian di Laboratorium Biologi Molekuler dan Seluler Tanaman. Terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Abdu l Mulya, Bapak Adi dan para pekerja di kebun Pagentongan atas bantuan dan kerjasamanya.

Ungkapan terima kasih penulis juga disampaikan kepada kedua orang tuaku dan kakak atas perhatian, doa, dan kasih sayangnya. Kepada rekan-rekan seperjuanganku selama penelitian yaitu Made dan Rully terima kasih atas kekompakan dan kesabarannya. Terima kasih kepada seluruh teman Biologi juga pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan menambah bukti keagungan Allah SWT pemilik ilmu dan alam semesta.

Bogor, Desember 2005

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 1 Oktober 1983 sebagai anak keempat dari empat bersaudara, putra dari pasangan Soepardi dan Umi Salamah.

Penulis lulus pada tahun 2001 dari SMU Negeri 26 dan diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Penulis memilih Program Studi Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

(17)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 1

Waktu dan Tempat ... 1

BAHAN DAN METODE Bahan .. ... 1

Metode ... 2

Penanaman ... 2

Pemeliharaan ... 2

Pemanenan ... 2

Pengamatan Tanaman... 2

Pengamatan Kondisi Lingk ungan Tumbuh ... 2

Analisis Data ... 2

HASIL Produksi Biji Petakan ... 3

Produksi Biji Tanaman Sampel ... 4

Hubungan Antar Karakter ... 6

PEMBAHASAN ... 7

SIMPULAN .... ... 8

SARAN ... 9

DAFTAR PUSTAKA ... 9

(18)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Analisis ragam produksi biji tiap petak ... ... 3

2 Uji DMRT terhadap produksi biji tiap petak, populasi tanaman tiap petak dan ukuran biji .. 3

3 Uji DMRT terhadap produksi biji tiap petak, populasi tanaman tiap petak dan ukuran biji pada blok 1 ... 4

4 Uji DMRT terhadap produksi biji tiap petak, populasi tanaman tiap petak dan ukuran biji pada blok 2 ... 4

5 Analisis ragam produksi tiap tanaman sampel ... 5

6 Uji DMRT terhadap nilai tengah produksi biji dan ukuran biji dari tanaman sampel ... 5

7 Nilai korelasi antar karakter tanaman generasi F9 persilangan Slamet X Nokonsawon ……. 6

8 Nilai korelasi produksi tiap petak, populasi dan ukuran biji ... 7

9 Nilai korelasi produksi tanaman sampel, populasi dan ukuran ... 7

DAFTAR LAMPIRAN

1 Deskripsi tanaman kedelai kultivar Slam et, Nokonsawon, dan Tanggamus ……….. 12

2 Denah petak percobaan uji daya hasil beberapa galur dan kultivar kedelai ……… 13

3 Beberapa karakter dari tanaman sampel ……….. 14

4 Beberapa karakter galur/kultivar pada setiap petak ……… 23

5 Analisis tanah 2 blok tanam pada kebun percobaan Pagentongan (Database Puslitbangtan tidak dipublikasikan)... 24

6 Uji DMRT terhadap nilai tengah 6 parameter dari tiap tanaman sampel blok 1 ... 24

7 Uji DMRT terhadap nilai tengah 6 parameter dari tiap tanaman sampel blok 2 ... 24

8 Komposisi pupuk Bio P2 000Z (Database Balitbangtan tidak dipublikasikan)……… 24

9 Data cuaca musim tanam uji daya hasil 1 dan 2 (Database Stasiun Klimatologi Dramaga ti- dak dipublikasikan)……….. 25

10 Produksi tiap petak galur dan kultivar pada musim tanam 2004 ...………. .. 25

(19)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kedelai merupakan salah satu komoditas pertanian yang sangat penting dan mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Indonesia merupakan negara ketiga terbesar berdasarkan luas areal tanaman kedelai setelah Cina (8 juta ha) dan Brazil (4.5 juta ha) (Agroindonesia 2001). P roduksi kedelai Indonesia masih relatif rendah jika dibandingkan dengan Amerika Serikat (27. 488 juta ton), Brazil (22. 303 juta ton), dan Argentina (7. 665 juta ton) (USDA 2004).

Produksi kedelai Indonesia pada tahun 2004 mencapai 723 000 ton (BPS 2004), sementara kebutuhannya mencapai dua juta ton per tahun (Kompas 2004). Kekurangan kedelai tersebut harus dipenuhi dengan impor yang dapat mencapai 1.2 juta ton per tahun (Kompas 2004). Karena itu, diperlukan berbagai usaha untuk meningkatkan produksi kedelai. Usaha ini dapat dilakukan melalui peningkatan produktivitas tanaman (intensifikasi) maupun peningkatan luas areal tanam (ekstensifikasi). Usaha ekstensifikasi dapat dilakukan di luar pulau Jawa. Usaha ini terbentur dengan adanya kondisi lahan marginal. Salah satu lahan marginal di Indonesia ialah lahan asam yang mengandung kadar alumunium yang tinggi (Notohadiprawiro 1983). Alumunium bersifat racun bagi tanaman karena dapat merusak perakaran dan menghambat pertumbuhan bintil akar (Sunarto 1989).

Untuk mendapatkan tanaman yang berproduksi tinggi dan dapat beradaptasi pada tanah asam dan atau mengandung alumunium tinggi, Paserang (2003) telah melakukan beberapa persilangan. Salah satu persilangan yang diharapkan dapat menghasilkan kultivar unggul adalah antara kultivar Slamet dan Nokonsawon .

Kultivar Slamet merupakan kultivar unggul yang memiliki produksi tinggi (2.26 ton/ha), berukuran biji sedang (12.5 g/100 biji), dan toleran terhadap lahan asam (Suhartina 2003). Kultivar Nokonsawon merupakan kultivar introduksi dari Thailand ber biji besar (19.6 g/100 biji), mempunyai biji berwarna kuning bersih, dan berproduksi rendah (1.1-2 ton/ha) (Balai Penelitian Tanaman Kacang - Kacangan dan Umbi - Umbian 1999). Kultivar unggul yang menggabungkan sifat unggul dari kedua tetua diharapkan dapat diperoleh dari persilangan antara kedua kultivar tersebut.

Hasil persilangan Slamet dengan Nokonsawon telah diseleksi pada generasi F3 dan F4 oleh Dasumiati (2003) dan generasi F5 dan F6 oleh Jambormias (2004). Pengujian terhadap 75 galur harapan pada tanaman generasi seleksi 5 (F7) menunjuk kan bahwa galur -galur tersebut telah seragam secara genetik (Bastanta 2004, Herdiyana 2005 & Santoso 2005). Uji daya hasil tahap pertama dari sebagian galur yang terseleksi telah dilakukan oleh Sakri (2005) yang melaporkan bahwa KH 35, KH 40, KH 44, KH 31, dan KH 71 mempunyai produksi yang lebih tinggi daripada kultivar Slamet.

Pupuk berperan sangat penting dalam produksi tanaman. Selain pupuk anorganik seperti urea, KCl, NPK, dan TSP, pupuk organik sangat mendukung produksi tanaman. Pupuk Bio P 2000 Z merupakan pupuk organik cair yang dapat memacu pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman. Pupuk ini mengandung unsur hara lengkap yang siap pakai dan mikroba unggul yang berguna bagi tanaman.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji produktivitas 8 galur kedelai harapan hasil persilan gan kultivar Slamet dengan Nokonsawon dan pengaruh pupuk Bio P2000 Z terhadap galur tersebut.

Waktu dan Tempat

Penanaman dilaksanakan mulai bulan Januari sampai dengan April 2005 di Keb un Percobaan IPB Pagentongan. Pengolahan pascapanen dilakukan di Laboratorium Biologi Seluler dan Molekuler Tanaman, Pusat Penelitian Bioteknologi Kampus IPB Darmaga.

BAHAN DAN METODE

Bahan

Bahan tanaman yang digunakan adalah 8 galur kedelai terpilih generasi F8 hasil seleksi dari persilangan kedelai kultivar Slamet dengan Nokonsawon dan tiga kultivar pembanding, yaitu kultivar Slamet, Tanggamus, dan Panderman. K etiga kultivar pembanding tersebut merupakan kultivar unggul nasional. Deskripsi ketiga kultivar pembanding disajikan pada lampiran 1. Kedelapan galur yang diuji adalah KH 35, KH 38, KH 40, KH 42, KH 44, KH 55, KH 58, dan KH 71.

(20)

2

digunakan berupa alat pengolah tanah, kantong semen, timbangan, meteran, label, bambu, dan alat untuk mencatat.

Penanaman

Percobaan ini mengunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 2 faktor perlakuan dan 2 ulangan. Faktor pertama adalah galur atau kultivar yang diuji dan faktor kedua adalah 2 dosis pupuk hayati Bio P2000Z yang diberikan yaitu tanpa pupuk dan dengan pupuk sehingga terdapat 22 satuan percobaan tiap ulangan. Pupuk hayati Bio P2000Z diberikan setiap satu minggu sekali dari 1 minggu setelah tanam (MST) sampai 10 MST dengan dosis 6 l/ha. Setiap satuan percobaan merupakan petakan yang berukuran 5 x 3 m. Biji dit anam dengan jarak 40 x 20 cm dan 2 biji tiap lubang. Penyulaman dilakukan sebelum umur 2 MST . Denah petak percobaan disajikan pada lampiran 2.

Pemeliharaan

Pemupukan dasar yang diberikan adalah 100 kg/ha Urea, 150 kg/ha TSP dan 100 kg/ha KCl. TSP dan KCl diberikan seluruhnya ketika tanam dan urea diberikan 2 kali yaitu ketika tanam dan pada penyiangan pertama dengan dosis yang sama. Penyiangan dilakukan dua kali yaitu pada 3 dan 7 MST. Pengendalian hama dilakukan dengan penaburan furadan pada lubang tanam ketika penanaman dan penyemprotan Akodan setiap minggu dari 2 sampai dengan 8 MST.

Pemanenan

Pemanenan dilakukan ketika 90% polong sudah berubah warna menjadi kuning kecoklatan. Cara pemanenan dengan mencabut seluruh tanaman kemudian menjemurnya hingga kering. Untuk tanaman sampel, pemanenan dilakukan dengan pencabutan kemudian dimasukkan ke dalam kantung dan dijemur hingga beberapa polongnya pecah. Pengupasan polong menjadi biji dilakukan dengan memukul kantong yang berisi polong dengan kayu hingga bijinya lepas dari polong.

Pengamatan Tanaman

Pengamatan dilakukan terhadap beberapa karakter pada tanaman petakan dan tanaman sampel. Setiap petak diambil 10 tanaman sampel secara acak. Pen gamatan karakter pada tanaman petakan meliputi produksi biji per petak (g), ukuran biji (g/100 biji), jumlah tanaman, umur berbunga (hari setelah tanam (HST)), warna bunga, dan umur panen (HST). Pengamatan terhadap tanaman sampel dilakukan untuk karakter: produksi biji per tanaman (g), ukuran biji (g/100 biji), jumlah biji, jumlah polong isi dan hampa, bobot

brangkasan (g), tinggi tanaman, jumlah cabang, dan jumlah buku subur.

Pengamatan Kondisi Lingkungan Tumbuh Pengamatan terhadap kondisi lingkungan tumbuh juga dilakukan oleh pihak lain untuk mendukung hasil pengamatan tanaman. Lingkungan tumbuh yang diamati adalah kondisi cuaca yang dilakukan oleh Stasiun Klimatologi Dramaga dan analisis tanah yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.

Analisis Data

Seluruh data diolah menggunakan model linier ad itif dari rancangan acak kelompok dua faktorial sebagai berikut :

Petak :Yi j k = µ + ?k + ai+ ßj + (a ß)ij + ?ijk

Sampel: Yi j k = µ + ?k + ai + ßj + Sl + (a ß)ij

+?ijkl

Keterangan :

Yijk : Nilai pengamatan pada pupuk taraf ke- i,

galur taraf ke - j dan kelompok ke- k. µ : Rataan umum

ai : Pengaruh utama pupuk taraf k e- i

ßj : Pengaruh utama galur taraf ke- j

Sjl : Pengaruh utama sampel taraf ke - l

(a ß)ij: Interaksi antara pupuk taraf ke- i dan galur taraf ke - j

?k : Pengaruh kelompok ke- k

?ijkl : Pengaruh acak pada pupuk taraf ke- i,

galur taraf ke- j, sampel ke - l dan kelompok ke- k.

Dugaan produksi per hektar diperoleh berdasarkan pada :

a. Produksi Petakan

P = x 10000m2

petakan luas

etak Produksi/p

b. Produksi tiap tanaman sampel P = Produksi tiap tanaman sampel x N N = 250 000 (jumlah tanaman/ha pada

jarak tanam 40 x 20 cm dengan 2 tanaman tiap lubang tanam)

(21)

HASIL

Produksi Biji Petakan

Analisis produksi biji tiap petak berdasarkan analisis ragam menunjukkan bahwa produksi biji antar galur dan antar blok berbeda nyata. Pupuk Bio P2000Z tidak perpengaruh nyata terhadap produksi biji (Tabel 1).

Berdasarkan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT ) untuk produksi biji galur dan kultivar yang diuji dapat dibagi menjadi tiga kelompok. KH 42 memiliki produksi biji tiap petak tertinggi, yaitu sebesar 1.099 kg dengan dugaan produksi tiap hektar 1.09 ton. Kelompok kedua terdiri dari enam galur yang mempunyai produksi biji sama dengan kultivar Tanggamus dan Slamet. Keenam galur tersebut adalah KH 55, KH 40, KH 58, KH 38, KH 35, dan KH 44 dengan kisaran produksi 0.64 – 0.84 kg/petak. Ketiga adalah KH 71 yang memiliki produksi biji sama dengan kultivar Panderman (Tabel 2).

Untuk ukuran biji, semua galur yang diuji berbiji besar karena mempunyai ukuran

Lebih dari 14 g tiap 100 biji. Berdasarkan uji DMRT, kultivar dan galur dapat dikelompokkan menjadi empat berdasarkan ukuran biji. KH 55 dan KH 42 memiliki ukuran biji terbesar dengan ukuran 18.07 dan 17.89 g tiap 100 biji. KH 40, KH 58, KH 38, KH 44, dan KH 71 mempunyai ukuran biji yang sama dengan kultivar Panderman. KH 35 dengan ukuran 15.25 g tiap 100 biji di kelompok ketiga dan terakhir berukuran biji terkecil adalah kultivar Tanggamus dan Slamet (Tabel 2).

Berdasarkan analisis ragam terhadap produksi biji tiap petak, interaksi antar galur dan blok mempunyai pengaruh yang nyata terhadap prod uksi biji (Tabel 1). Oleh karena itu, analisis tiap blok sangat diperlukan untuk mengetahui produksi biji tiap galur atau kultivar.

Pengujian pada blok 1 menunjukkan bahwa semua galur dan kultivar yang diuji berproduksi sama (Tabel 3). Untuk ukuran biji, galur dan kultivar yang diuji dapat dibagi menjadi enam kelompok. KH 42 mempunyai biji paling besar yaitu 18.76 g/100 biji. Tabel 1 Analisis ragam produksi biji tiap petak

Sumber

Keragaman JK db K T F- hitung P - hitung

Blok 5703120.023 1 5703120.023 174.824 0.000

Galur 1106017.182 10 110601.718 3.390 0.029

Pemupukan 128412.023 1 128412.023 3.936 0.073

Blok x Galur 1430834.727 10 143083.473 4.386 0.011

Galur x

Pemupukan 440172.727 10 44017.273 1.349 0.314

Galat 358841.750 11 32621.977

Total 9167398.432 43

Keterangan :

Blok x galur : Interaksi blok dengan galur Galur x pemupukan : Interaksi galur dengan pemupukan

Tabel 2 Uji DMRT terhadap produksi biji tiap petak, populasi tanaman tiap petak, dan ukuran biji

Galur / Kultivar

Produksi tiap petak (kg)

Dugaan produksi / ha (ton)

Populasi tanaman /

petak

Ukuran biji (g /100 biji)

KH 42 1.099a 1.09 149ef 17.89a

Tanggamus 0.880ab 0.87 203ab 8.09c

KH 55 0.853ab 0.84 199ab 18.07a

KH 40 0.842ab 0.83 147f 16.70ab

KH 58 0.762ab 0.75 181bcd 16.88ab

KH 38 0.728ab 0.72 171cdef 16.42ab

KH 35 0.675ab 0.66 195abc 15.25b

KH 44 0.646ab 0.64 173cd 17.02ab

Slamet 0.619ab 0.61 210a 8.80c

KH 71 0.567b 0.56 166def 15.86ab

Panderman 0.524b 0.52 198ab 17.25ab

(22)

4

Urutan kedua adalah KH 55 dengan 18.61 g/100 biji. Ketiga adalah KH 58 dengan 17.37 g/100 biji. Keempat adalah KH 38, KH 44, KH 71, dan KH 40 mempunyai ukuran yang sama. Kelima terdiri dari KH 35 dan kultivar Panderman. Terakhir adalah kultivar Tanggamus dan Slamet (Tabel 3).

Pengujian produksi tiap petak pada blok 2 menunjukkan bahwa galur dan kultivar yan g diuji terbagi ke dalam enam kelompok. KH 42 berproduksi paling tinggi yaitu 1.741 kg/petak dengan dugaan produksi tiap hektar sebesar 1.72 ton. Urutan kedua adalah kultivar Tanggamus dengan 1.531 kg/petak. Ketiga adalah KH 40 dengan 1.466 kg/petak. Keempat adalah KH 55 dengan 1.130 kg/petak.

Kelima adalah kultivar Slamet dengan 1.030 kg/petak dan kelompok terakhir terdiri dari kultivar Panderman, KH 58, KH 38, KH 35, KH 44, dan KH 71 (Tabel 4).

Pengujian ukuran biji pada blok 2 memperlihatkan bahwa kultivar Panderman mempunyai biji paling besar yaitu 19.74 g/100 biji; kelompok kedua terdiri dari KH 42, KH 40, KH 55, KH 58, KH 38, KH 35, KH 44, dan KH 71 . Kultivar Tanggamus dan Slamet berbiji paling kecil (Tabel 4).

Produksi Biji Tanaman Sampel

Blok dan galur berpengaruh terhadap produksi biji tiap tanaman. Perlakuan pupuk yang diberikan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap produksi biji (Tabel 5).

Tabel 3 Uji DMRT terhadap nilai tengah produksi biji tiap petak, populasi tanaman tiap petak, dan ukuran biji pada blok 1

Galur / Kultivar Produksi tiap petak (kg)

Dugaan produksi / ha (ton)

Populasi rata – rata tanaman /

petak

Ukuran biji (g /100 biji)

KH 55 0.576a 0.57 199ab 18.61ab

KH 58 0.562a 0.55 184bc 17.37abc

KH 38 0.513a 0.51 165cd 16.60bcd

KH 42 0.458a 0.45 125f 18.76a

KH 44 0.424a 0.42 162cd 16.39cd

KH 35 0.414a 0.41 202ab 14.54d

KH 71 0.392a 0.39 151de 15.32cd

Panderman 0.243a 0.24 201ab 14.76d

Tanggamus 0.231a 0.23 197ab 7.91e

KH 40 0.218a 0.22 137ef 15.78cd

Slamet 0.209a 0.21 209a 9.32e

Keterangan : angka – angka yang disertai huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Tabel 4 Uji DMRT terhadap nilai tengah produksi biji tiap petak, populasi tanaman tiap petak, dan ukuran biji pada blok 2

Galur / Kultivar Produksi tiap petak (kg)

Dugaan produksi / ha (ton)

Populasi rata – rata tanaman /

petak

Ukuran biji (g /100 biji)

KH 42 1.741a 1.72 174ab 17.02b

Tanggamus 1.531ab 1.51 210a 8.67c

KH 40 1.466abc 1.45 158b 17.63b

KH 55 1.130bcd 1.12 199a 17.53b

Slamet 1.030cd 1.02 210a 8.27c

KH 58 0.964d 0.95 178ab 16.39b

KH 38 0.945d 0.93 178ab 16.24b

KH 35 0.936d 0.92 188ab 15.97b

KH 44 0.869d 0.86 184ab 17.65b

Panderman 0.806d 0.79 195ab 19.74a

KH 71 0.743d 0.73 180ab 16.41b

(23)

5

Interaksi antara blok dan galur berpengaruh nyata terhadap produksi biji tiap tanaman. Oleh sebab itu, analisis produksi biji untuk tiap galur dan tiap blok disajikan pada tabel 6.

Uji DMRT terhadap produksi biji dari seluruh tanaman sampel menunjukkan bahwa KH 42 berproduksi paling tinggi sebesar 16.86 g; KH 58, KH 40 dan KH 44 memiliki produksi yang sama (14.18 g, 13.76 g dan 13.63 g); KH 55, KH 71, KH 38, dan KH 35 mempunyai produksi yang sama dengan kisaran 8.16 – 10.14 g; kultivar Tanggamus (7.82 g) berproduksi sama dengan Slamet (7.67 g); dan kultivar Panderman berproduksi rendah sebesar 5.57 g (Tabel 6).

Pengujian terhadap ukuran biji (blok 1 dan 2) menunjukkan bahwa KH 55 berukuran biji paling besar yaitu 16.94 g/100 biji; KH 42 berukuran biji sama dengan KH 58; KH 38 berukuran 15.13 g/100 biji; KH 44 berukuran 14.74 g/100 biji; kultivar Panderman berukuran 14.41 g/100 biji; KH 71 berukuran 14.05 g/100 biji; KH 35 berukuran 12.96 g/100 biji; dan kultivar Tanggamus berukuran sama dengan Slamet (Tabel 6).

Pengujian terhadap produksi biji pada blok 1 menunjukkan bahwa KH 58 berproduksi paling tinggi sebesar 16.24 g; KH 42, KH 55, KH 71, dan KH 44 memiliki produksi biji yang sama; KH 38, KH 40 dan KH 35 berproduksi sama dengan kultivar Tanggamus dan Slamet; dan terakhir kultivar Panderman (Tabel 6).

Pengujian terhadap ukuran biji blok 1 menunjukkan bahwa KH 58, KH 42, KH 55, dan KH 38 berukuran paling besar yaitu 16.01, 15.57, 16.15, dan 15.69 g tiap 100 biji; KH 71 berukuran sama dengan KH 44; KH 40 dan KH 35 berukuran sama dengan kultivar Panderman; dan kultivar Tanggamus berukuran sama dengan Slamet (Tabel 6).

Uji DMRT produksi biji pada blok 2 menunjukkan bahwa KH 42 dan KH 40 mempunyai produksi paling tinggi sebesar 23.73 g dan 22.58 g; KH 44 berproduksi sebesar 18.92 g; KH 38, KH 35 dan KH 58 memiliki besar produksi yang sama; KH 55 dan KH 71 berproduksi sama dengan kultivar Slamet dan Tanggamus; dan kultivar Panderman berproduksi terendah sebesar 8.02 g (Tabel 6).

Tabel 5 Analisis ragam produksi tiap tanaman sampel

Sumber keragaman JK db KT F - hitung P - hitung

Blok 5504.562 1 5504.562 318.150 0.000

Galur 4886.391 10 488.639 28.242 0.000

Pemupukan 44.000 1 44.000 2.543 0.112

Blok x Galur 3743.008 10 374.301 21.634 0.000

Galur x Pemupukan 314.344 10 31.434 1.817 0.056

Galat 6886.106 398 17.302

Total 21581.520 439

Keterangan :

Blok x galur : Interaksi blok dengan galur

Galur x pemupukan : Interaksi galur dengan pemupukan

Tabel 6 Uji DMRT terhadap nilai tengah produksi biji dan ukuran biji dari tanaman sampel

Total Blok 1 Blok 2

1 2 3 1 2 3 1 2 3

KH 42 16.86a 15.36b KH 58 16.24a 16.01a KH 42 23.73a 15.16c

KH 58 14.18b 15. 52b KH 42 9.99b 15.57a KH 40 22.58a 15.03c

KH 40 13.76b 13.69ef KH 55 9.84b 16.15a KH 44 18.92b 15.49bc

KH 44 13.63b 14.74bcd KH 71 8.46b 13.71b KH 38 13.47c 14.58cd

KH 55 10.14c 16.94a KH 44 8.33b 13.98b KH 35 12.83c 13.82d

KH 71 9.41c 14.05de KH 38 5.07c 15.69a KH 58 12.13c 15.04c

KH 38 9.27c 15.13bc KH 40 4.94cd 12.35c Slamet 11.58cd 7.90e

KH 35 8.16c 12.96f Tanggamus 4.34cd 7.58d Tanggamus 11.31cd 8.26e

Tanggamus 7.82cd 7.92g Slamet 3.75cd 7.96d KH 55 10.44cd 17.73a

Slamet 7.67cd 7.93g KH 35 3.49cd 12.09c KH 71 10.37cd 14.39cd

Panderman 5.57d 14.41cde Panderman 3.12d 12.53c Panderman 8.03d 16.29b

Keterangan :

1 : Galur harapan / kultivar

2 : Produksi biji / tanaman sampel (g) 3 : Ukuran biji tanaman sampel (g / 100 biji)

(24)

6

Pengujian ukuran biji pada blok 2 menunjukkan bahwa KH 55 berukuran paling besar 17.73 g/100 biji; kultivar Panderman berukuran 16.29 g/100 biji; KH 44 berukuran 15.49 g/100 biji; KH 42, KH 40 dan KH 58 berukuran sama; KH 38 berukuran sama dengan KH 71; KH 35 berukuran 13.82 g/100 biji; dan kultivar Tanggamus berukuran sama dengan Slamet (Tabel 6).

Hubungan Antar Karakter

Analisis korelasi antar karakter menunjukkan bahwa produksi biji tiap tanaman berkorelasi nyata dan positif dengan semua karakter yang diamati (Tabel 7). Hal ini berarti bahwa semakin besar nilai suatu karakter maka semakin tinggi produksi biji tiap tanaman.

Jumlah biji berkorelasi positif dengan bobot brangkasan, jumlah polong isi, tinggi tanaman, jumlah buku subur, dan jumlah cabang (Tabel 7). Semakin tinggi tanaman, jumlah buku subur dan cabang banyak akan semakin banyak jumlah biji yang dihasilkan.

Ukuran biji berkorelasi negatif dengan jumlah biji, buku subur dan cabang. Hal ini menunjukkan semakin banyak jumlah buku subur dan cabang semakin kecil ukuran biji yang dihasilkan.

Tinggi tanaman berkorelasi positif dengan jumlah biji, bobot brangkasan,

jumlah polong isi, buku subur, dan cabang. Ini menunjukkan semakin tinggi tan aman maka semakin banyak buku subur sehingga semakin banyak jumlah biji dan polong isinya.

Jumlah polong isi berkorelasi positif dengan bobot brangkasan, jumlah buku subur dan cabang. Jadi polong tidak hanya muncul pada batang utama tetapi juga terdapat pada cabang sehingga semakin banyak cabang akan semakin banyak pula jumlah polong yang dihasilkan.

Bobot brangkasan berkorelasi positif dengan jumlah biji, ukuran biji, polong isi, tinggi tanaman, buku subur, dan cabang. Semakin tinggi tanaman, jumlah buku suburnya banyak sehingga jumlah biji banyak maka semakin berat bobot brangkasan.

Jumlah buku subur berkorelasi positif dengan jumlah biji, bobot brangkasan, polong isi, tinggi, dan cabang. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tanaman dan banyak cabangnya maka semakin banyak jumlah buku suburnya.

Karakter produksi biji, jumlah biji, ukuran biji, bobot brangkasan, jumlah polong isi, tinggi tanaman, jumlah buku subur, jumlah cabang, umur berbunga, dan unur panen dari setiap petak dan tanaman sampel disajikan pada lampiran 3 dan 4.

Tabel 7 Nilai korelasi antar karakter tanaman generasi F9 persilangan Slamet x Nokonsawon

Karakter Produksi Biji tiap tanaman Jumlah Biji Ukuran Biji Bobot Brang kasan Jumlah Polong Isi Tinggi Jumlah Buku Subur Jumlah Cabang Produksi

Biji 1

Jumlah Biji 0.892 1

Ukuran Biji 0.291 - 0.088 1 Bobot

Brangkasan 0.973 0.877 0.286 1 Jumlah

Polong Isi 0.874 0.969 - 0.061 0.878 1

Tinggi 0.665 0.626 0.205 0.686 0.615 1 Jumlah

Buku Subur 0.699 0.859 - 0.213 0.706 0.865 0.599 1 Jumlah

(25)

PEMBAHASAN

Tujuan akhir dari rangkaian penelitian pemuliaan ini ialah menghasilkan galur – galur harapan yang berproduksi lebih tinggi daripada kultivar Slamet, berbiji besar, dan tahan asam. Pada tahap ini, dilakukan pengujian daya hasil delapan galur harapan yang diseleksi oleh B astanta (2004) dan Santoso (2005 ) dibandingkan dengan daya hasil kultivar Slamet. Uji DMRT menunjukkan bahwa KH 42 memiliki produksi tertinggi diantara galur dan kultivar yang diuji baik pada tanaman sampel maupun pada produksi petakan. KH 42 dapat dijadi kan sebagai kandidat untuk dikembangkan menjadi kultivar baru. Berdasarkan produksi biji tiap petak, enam galur lainnya secara statistik mempunyai produksi biji sama dengan kultivar Slamet dan Tanggamus, walaupun keenam galur tersebut cenderung lebih rendah daripada Tanggamus dan lebih tinggi daripada Slamet . KH 71 mempunyai produksi biji lebih rendah daripada Slamet (Tabel 2). Bila dilihat dari tanaman sampel, ketujuh galur in i mempunyai produksi lebih tinggi daripada Slamet dan T anggamus (Tabel 6).

Produksi tiap petak ditentukan oleh produktivitas tiap tanaman dan populasi tanaman dalam petakan. Analisis korelasi menunjukkan bahwa produksi tiap petak berbanding lurus dengan populasi tanaman walaupun nilai korelasinya cukup kecil (0.161) (Tabel 8), sehingga semakin banyak populasi tanaman dalam petakan maka semakin tinggi produksinya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kultivar Slamet dan Tanggamus dengan populasi per petak berjumlah 203 dan 210 tanam an memiliki produksi tiap petak yang tidak berbeda nyata dengan seluruh galur harapan. Faktor ini juga yang menyebabkan produksi biji KH 71 lebih rendah daripada Slamet.

Analisis korelasi menunjukkan bahwa ukuran biji berkorelasi negatif dengan ukuran populasi (-0.456). Hal ini berarti galur – galur yang berukuran biji besar memiliki jumlah populasi yang lebih sedikit dibandingkan

dengan galur – galur berukuran biji kecil (kultivar Slamet dan Tanggamus). Rendahnya ukuran populasi tersebut menun jukkan bahwa galur – galur yang berukuran biji besar memiliki viabilitas yang lebih rendah daripada yang berukuran kecil.

Viabilitas benih mencakup viabilitas potensial benih (daya berkecambah) dan vigor benih. Vigor benih mencakup vigor kekuatan tumbuh dan daya simpan benih (Sadjad 1989 diacu dalam Mugnisjah et al

1991).

Walaupun benih berukuran besar mempunyai cadangan makanan dan aktivitas biokimia yang lebih besar daripada yang berukuran kecil sehingga potensi pertumbuhannya lebih besar (Copeland 1976 diacu dalam Hamidin & Tamyid 1983) tetapi benih berukuran besar mengalami deteriorasi lebih cepat daripada yang lebih kecil sehingga penurunan viabilitasnya lebih cepat daripada yang kecil (Hamidin & Tamyid 1983).

Selain itu, umumnya kedelai yang berbiji kecil memiliki tingkat permeabilitas kulit biji rendah dan mempunyai ketahanan terhadap deraan cuaca lapang yang lebih baik dibandingkan dengan kedelai berbiji besar (Hartwig & Putts 1987). Oleh karena itu, untuk mencega h penurunan viablitas yang cepat dari biji berukuran besar maka perlu diperhatikan cara – cara pengolahan pascapanen dan penyimpanan yang lebih baik.

Produksi tiap tanaman sampel berkorelasi negatif dengan populasi walaupun nilai korelasinya rendah (Tabel 9). Hal ini menunjukkan bahwa semakin rapat populasi tanaman maka semakin rendah produksi biji per tanaman karena mungkin terjadi persaingan dalam memperebutkan ruang hidup, nutrisi dan cahaya. Hal ini terlihat pada kultivar Slamet dan Tanggamus yang berproduksi biji tanaman sampel lebih rendah daripada seluruh galur harapan (Tabel 6).

Tabel 9 Nilai korelasi produksi tanaman sampel, populasi petakan dan ukuran biji

Tabel 8 Nilai korelasi produksi tiap petak ,

populasi dan ukuran biji

Karakter Produksi Populasi Ukuran

Produksi 1

Populasi 0.161 1

Ukuran 0.093 - 0.456 1

Karakter Produksi Tanaman Populasi Petakan Ukuran Biji Produksi

Tanaman 1

Populasi

Petakan - 0.134 1

Ukuran

(26)

8

Analisis ragam memperlihatkan bahwa blok berpengaruh terhadap produksi biji (Tabel 1 & 5). Keragaman ini terjadi karena perbedaan tingkat kesuburan tanah. Tanah pada blok 1 mempunyai kadar fosfor (P) dan kalium (K) yang lebih rendah dibandingkan dengan blok 2 (Lampiran 5 ).

Menurut Soepardi 1983, fosfor berperan dalam metabolisme energi dan aktivator enzim. Selain itu, fosfor diperlukan untuk pembentukan dan aktivitas bintil akar (Yutono 1985). Sedangkan, kalium berperan dalam ketegaran tanaman, aktivator enzim, merangsang pertumbuhan akar, dan membuat tanaman lebih tahan terhadap berbagai penyakit (Soepardi 1983). Fosfor diserap tanaman dalam bentuk H2PO4- dan HPO4

2-dan pada tanah asam bentuk H2PO4- lebih

dominan (Nyakpa et al 1988). Kalium diserap tanaman dalam bentuk ion K+ ( Soepardi 1983).

Karena perbedaan tingkat kesuburan tersebut maka berdampak terhadap pertumbuhan tanaman. Hal ini terlihat bahwa seluruh karakter yang diamati pada tanaman sampel seperti tinggi tanaman, ukuran biji, jumlah biji, jumlah polong bernas, jumlah buku subur, bobot brangkasan, dan jumlah cabang pada batang utama yang terdapat di blok 1 lebih rendah daripada blok 2 (Lampiran 6 & 7) sehingga berdampak pada produksi tanaman. Hal ini dikarenakan , produksi biji ditentukan oleh ukuran, jumlah, dan bobot biji sedangkan jumlah biji ditentukan oleh jumlah buku subur pada tiap tanaman, jumlah polong pada tiap buku subur, dan jumlah biji dalam tiap polong (Hidajat 1985).

Analisis ragam terhadap perlakuan pupuk Bio P2000Z menunjuk kan bahwa perlakuan pupuk Bio P 2000Z tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap produksi galur dan kultivar yang diuji (Tabel 1).

Tidak adanya pengaruh pupuk hayati ini mungkin dikarenakan tingkat curah hujan yang cukup tinggi berkisar antara 308 – 568 mm/bulan (Lampiran 9) sehingga pupuk yang digunakan terbawa air hujan dan pH tanah yang cukup rendah (4.9 – 5) sehingga pertumbuhan mikroba yang terdapat dalam pupuk cair ini tidak dapat bekerja secara optimal.

Bila percobaan ini dibandingkan dengan percobaan sebelumnya yang dilakukan Sakri pada tahun 2004 (Sakri 2005, Lampiran 10) , maka produksi biji dari galur harapan dan kultivar yang diuji pada percobaan ini lebih

rendah. Hal ini terjadi karena selama penelitian ini curah hujan cukup tinggi sekitar 308 – 568 mm/bulan (Lampiran 9). Untuk mendapatkan produksi kedelai tinggi maka curah hujan yang sesuai antara 150 – 200 mm/bulan selama masa pertumbuhan dan kurang dari 50 mm/bulan selama masa pematangan. Curah hujan yang cukup tinggi mengakibatkan pemupukan yang dilakukan tidak efektif karena terbawa air hujan dan nutrisi – nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman dapat tercuci.

pH tanah pada penelitian ini cukup rendah yaitu 4.9 – 5 (Lampiran 5). Menurut Ismail & Suryatna 1985), pH tanah yang paling baik untuk pertumbuhan kedelai di Indonesia berkis ar antara 5.5 – 6.0.

pH tanah yang cukup rendah dapat menghambat pro ses nitrifikasi dan fiksasi nitrogen (Soepardi 1985) karena molibdenum (Mo) kurang tersedia pada pH tanah yang rendah (< 5.5). Mo bersama dengan besi merupakan penyusun molybdoferodoxin yang berfungsi dalam reduksi N2 menjadi NH3

dalam enzim nitrogenase (Ismunadji & Ningrum 1985). Selain itu, ketersediaan P akan menurun bila pH tanah lebih rendah dari 5.5 (Nyakpa et al 1988).

Kadar karbon dan nitrogen tanah pada penelitian ini cukup rendah yang berkisar 1.35 – 1.71% dan 0.11 – 0.15% (Lampiran 5). Menurut Puslitbangtan (1994), kadar karbon tanah dapat digolongkan menjadi empat yaitu sangat rendah (< 1%), rendah (1 – 2%), sedang (2 – 3%), tinggi (3 – 5%), dan sangat tinggi (> 5%). Sedangkan kadar nitrogen tanah dapat juga digolongkan menjadi sangat rendah (< 0.1%), rendah (0.1 – 0.2%), sedang (0.2 – 0.5%), tinggi (0.51 – 0.75%), dan sangat tinggi (> 0.75%).

Rendahnya pH tanah, tingginya curah hujan dan rendahnya kandungan N dan C mengakibatkan produksi kultivar dan galur secara umum rendah. Hal ini dapat dili hat dari produksi kultivar pembanding yang rendah dibandingkan potensinya pada penelitian ini. Kultivar Slamet mempunyai potensi produksi tiap hektar 2.26 ton (Lampiran 1) sedangkan pada penelitian ini produksinya sekitar 0.6 ton tiap hektar (Tabel 2).

S IMPULAN

(27)

9

berdasarkan produksi biji tiap petak. KH 42 berproduksi paling tinggi dan berbiji besar yang dapat dijadikan kandidat kultivar unggul.

Pemupukan Bio P2000Z tidak berpengaruh nyata terhadap produksi biji dari galur dan kultivar yang diuji. Hal ini mungkin dikarenakan kondisi lingkungan yang tidak optimal bagi pertumbuhan mikroba yang terkandung di dalam pupuk tersebut seperti curah hujan yang tinggi, pH tanah yang rendah dan kesuburan tanah yang rendah.

SARAN

Untuk mendapatkan data produksi biji tiap galur secara akurat perlu dilakukan uji daya hasil di lingkungan yang seragam terutama kesuburan lahannya.

Selain itu, perlu diadakan penelitian untuk mengetahui pengaruh pupuk Bio P 2000Z terhadap produksi tanaman kedelai pada musim yang berbeda dan tanah yang subur.

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto T. 2005. Kedelai. Jakarta : Penebar Swadaya.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2004. Harvested Area, Yield Rate and Product ion of Soybean by Province, 2004.

http://www.bps.go.id/sector/agri/pangan/ table8.shtm l [17 Juli 2005].

Bastanta ES. 2004. Seleksi dan uji kemantapan genetik galur-galur kedelai generasi S5 (F7) hasil persilangan Slamet X Nokonsawon [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

[Balitkabi] Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. 1999. Varietas Unggul Tanaman Pangan Departemen Pertanian. Bogor: Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian.

Copeland LO. 1976. Principles of Seed science and Technology. Minnesota : Bury ess Publishing Co diacu dalam Hamidin E & Tamyid S. 1983. Pengaruh ukuran dan bobot benih terhadap vigor kecambah dan hasil kedelai di lapang [laporan penelitian]. Bandung: Universitas Padjajaran.

Dasumiati. 2003. Seleksi untuk peningkatan produksi biji kedelai dari generasi seleksi S1 (F3) dan S2 (F4) dari persilangan varietas Slamet dengan Nokonsawon [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Hamidin E & Tamyid S. 1983. Pengaruh ukuran dan bobot benih terhadap vigor kecambah dan hasil kedelai di lapang [laporan penelitian]. Bandung: Universitas Padjajaran.

Hartwig EE & Putts HC. 1987. Development evaluation of impermeable seed coat for preserving seed quality. Crop. Sci (27): 506 – 508.

Herdiyana Y. 2005. Seleksi dan uji kemantapan genetik galur-galur kedelai generasi S5 (F7) hasil persilangan Slamet X Nokonsawon [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Hidayat OO. 1985. Morfologi tanaman kedelai. Di dalam: Somaatmadja S et al, editor. Kedelai: Rapat Teknis Penelitian dan Pengembangan Kedelai. Bogor, 2-4 Okt 1984. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian & Pengembangan Pertanian. Ismail IG & Suryatna E. Pertanaman kedelai

pada lahan kering. Di dalam: Somaatmadja S et al, editor. Kedelai:

Rapat Teknis Penelitian dan Pengembangan Kedelai.Bogor, 2-4 Okt 1984. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian & Pengembangan Pertanian. Ismunadji M & Siti Ningrum M. 1985.

Peranan unsur mikro untuk peningkatan produksi kedelai. Di dalam: Somaatmadja S et al, editor. Kedelai:

Rapat Teknis Penelitian dan Pengembangan Kedelai.Bogor, 2-4 Okt 1984. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian & Pengembangan Pertanian. Jambormias E. 2004. Seleksi produksi biji

dan ukuran biji kedelai (Glycine max L. Merrill) generasi seleksi F5 dan F6 persilangan varietas Slamet X Nokonsawan (dengan pedekatan kuantitatif) [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Kompas. 4 Nov 2004. Deptan tetapkan

delapan langkah prioritas.

(28)

10

Notohadiprawiro T. 1983. Persoalan tanah masam dalam pembangunan pertanian Indonesia. Bul Faperta UGM 18: 44 – 47.

Nyakpa M et al. 1988. Kesuburan Tanah. Lampung : Universitas Lampung. Paserang AP. 2003. Seleksi untuk

peningkatan produksi kedelai dari generasi F2 hasil persilangan beberapa kultivar dan galur [tesis]. Bogor: Program Pascasrjana, Institut Pertanian Bogor.

[Puslitbangtan] Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. 1994. Kriteria penilaian sifat – sifat kimia tanah. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Sadjad. 1977. Penyimpanan benih tanaman

pangan. Bahan Kuliah Latihan Pola Bertanam LP3 – IRRI diacu dalam Mugnisjah et al. 1991. Mengatasi deraan cuaca lapang dalam rangka produksi benih kedelai bermutu tinggi [laporan penelitian]. Bogor: Fakultas Pertan ian, Institut Pertanian Bogor.

Sadjad S. 1989. konsepsi Steinbauer – Sadjad sebagai landasan pengembangan matematika benih di Indonesia. Bogor : Institut Pertanian Bogor diacu dalam Mugnisjah et al. 1991. Mengatasi deraan cuaca lapang dalam rangka produks i benih kedelai bermutu tinggi [laporan penelitian]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Sakri SSY. 2005. Uji daya hasil sembilan galur harapan kedelai turunan hasil persilangan kultivar Slamet X Nokhonsawon [skripsi]. Bogor: Fakultas Mat ematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Santoso P. 2005 . Seleksi dan uji kemantapan genetik galur -galur kedelai generasi S5 (F7) hasil persilangan Slamet X Nokonsawon [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Suhartina. 2002 . Perkembangan dan Deskripsi Varietas Unggul Kedelai 1918 – 2002. Malang: Balai Penelitian Tanaman Kacang – Kacangan dan Umbi – Umbian.

Sunarto. 1989. Pengaruh fisiologis dan genetik ketenggangan kedelai terhadap keracunan alumunium [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

[USDA] United States Departement of Agricultural. 2005. Oilseeds.

http://www.fas.usda.gov/oilseeds/circula r/2005/05-02/table 8.pdf [17 Feb 2005]. Yutono. 1985. Inokulasi Rhizobium pada

kedelai. Di dalam: Somaatmadja S et al, editor. Kedelai: Rapat Teknis Penelitian dan Pengembangan Kedelai. Bogor, 2-4 Okt 1984. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian & Pengembangan Pertanian.

(29)
(30)

12

Lampiran 1 Deskripsi tanam an kedelai kultivar Slamet, Nokonsawon, dan Tanggamus

Karakter Kultivar Slamet* Kultivar Panderman**

Kultivar Tanggamus*

Asal Dempo x Wilis - Kerinci x No. 3911

Warna hipokotil Ungu Hijau Ungu

Warna epikotil Ungu - Hijau

Warna daun Hijau Hijau Hijau

Warna biji Kuning Kuning muda Kuning

Warna bunga Ungu Putih Ungu

Warna bulu Coklat - Coklat

Tipe tumbuh Determinat Determinan Determinat

Tinggi tanaman 65 cm - 67 cm

Umur mulai berbunga 37 hari - 35 hari

Umur polong masak 87 hari 85 hari 88 hari

K erebahan Tahan rebah Tahan rebah Tahan rebah

Bobot 100 biji 12.5 g - 11.0 g

Kandungan protein 34% 35.9% 44.5%

Kandungan lemak 15% 17.7% 12.9%

Rata – rata hasil 2.26 ton / ha 2.37 ton/ha 2.80 ton / ha Ketahanan terhadap

penyakit

Agak tahan penyakit karat dan toleran lahan asam

Moderat karat daun

(31)

13

(32)

14

Lampiran 3 Beberapa karakter dari tanaman sampel

Sampel TT JC JB JP BJ BB JT PT

KH35/N1/1 40 0 8 11 12.22 6.86 18 2.2

KH35/N1/2 42 0 7 6 9.08 4.09 12 1.09

KH35/N1/3 50 0 14 22 11.37 12.81 40 4.55

KH35/N1/4 50 0 10 15 11.95 8.39 22 2.63

KH35/N1/5 49 0 2 20 12.19 11.59 36 4.39

KH35/N1/6 51 0 7 7 14.44 4.25 9 1.3

KH35/N1/7 43 0 7 9 14 4.96 14 1.96

KH35/N1/8 67 0 14 14 10.33 15.56 21 2.17

KH35/N1/9 47 0 9 14 10.96 8.61 27 2.96

KH35/N1/10 45 0 17 16 11.92 11.13 26 3.1

KH35/P1/1 54 0 17 38 10.93 17.41 60 6.56

KH35/P1/2 40 0 4 3 13 4.12 14 1.82

KH35/P1/3 55 1 13 15 11.03 9.71 26 2.87

KH35/P1/4 60 2 19 23 13.88 16.1 36 5

KH35/P1/5 60 0 12 12 11.03 10.09 29 3.2

KH35/P1/6 55 0 11 16 11.57 8.79 26 3.01

KH35/P1/7 50 0 13 13 14.46 10.21 26 3.76

KH35/P1/8 60 0 11 18 12.32 11.88 38 4.68

KH35/P1/9 65 0 19 34 13.18 23.28 61 8.04

KH35/P1/10 56 0 14 22 11.97 12.57 37 4.43

KH35/N2/1 55 0 18 37 14.28 23.04 80 11.43

KH35/N2/2 48 0 18 24 13.28 13.7 53 7.04

KH35/N2/3 30 0 8 11 14.22 6.11 22 3.13

KH35/N2/4 60 1 23 48 15.16 33.72 118 17.9

KH35/N2/5 73 3 34 68 13.74 40.31 146 20.07

KH35/N2/6 33 0 7 12 14.77 6.33 22 3.25

KH35/N2/7 78 2 26 61 16.33 34.15 100 16.33

KH35/N2/8 65 2 23 38 13.19 24.24 92 12.14

KH35/N2/9 74 3 40 81 12.49 45.14 170 21.24

KH35/N2/10 70 2 24 58 13.29 32.16 117 15.55

KH35/P2/1 67 0 20 45 13.47 30.23 111 14.96

KH35/P2/2 45 0 10 17 11.33 11.19 39 4.42

KH35/P2/3 67 2 23 54 12.87 29.89 110 14.16

KH35/P2/4 80 0 4 32 12.96 16.66 63 8.17

KH35/P2/5 90 3 35 72 11.78 46.91 180 21.21

KH35/P2/6 90 1 24 59 14.68 42.6 134 19.68

KH35/P2/7 80 0 16 27 13.5 17.22 62 8.37

KH35/P2/8 63 2 21 46 13.29 26.43 96 12.76

KH35/P2/9 90 1 24 52 15.75 38.68 112 17.65

KH35/P2/10 52 1 15 20 16.09 14.3 44 7.08

KH38/N1/1 55 2 12 21 15.53 10.28 28 4.35

KH38/N1/2 60 1 12 15 16.15 7.69 20 3.23

KH38/N1/3 68.5 1 11 17 15.07 11.87 26 3.92

KH38/N1/4 46 1 8 23 13.88 11.4 36 5

KH38/N1/5 66 2 20 26 15.73 14.98 38 5.98

KH38/N1/6 67 1 17 25 17.39 14.01 38 6.61

KH38/N1/7 66 1 18 25 16.68 13.5 32 5.34

KH38/N1/8 66 2 18 31 16.03 20.71 66 10.58

KH38/N1/9 58.5 2 14 17 16.87 10.9 24 4.05

KH38/N1/10 64 2 16 26 13.86 16.9 44 6.1

KH38/P1/1 51 1 18 29 13.65 16.58 52 7.1

KH38/P1/2 65 3 20 25 15.39 17.57 51 7.85

(33)

15

Sampel TT JC JB JP BJ BB JT PT

KH38/P1/4 44 0 6 8 18.07 5.83 14 2.53

KH38/P1/5 44 0 5 8 18.07 20.11 14 2.53

KH38/P1/6 55 1 14 20 14.92 11.33 38 5.67

KH38/P1/7 52 1 14 19 13.08 10.12 34 4.45

KH38/P1/8 60 1 13 13 17.59 11.93 27 4.75

KH38/P1/9 57 1 12 14 16.68 8.87 22 3.67

KH38/P1/10 50 2 13 12 12.74 8.01 27 3.44

KH38/N2/1 90 2 28 47 16.62 33.13 89 14.79

KH38/N2/2 52 4 34 56 13.65 32.49 112 15.29

KH38/N2/3 82 3 22 36 14.69 21.49 68 9.99

KH38/N2/4 80 4 31 55 11.75 28.64 111 13.04

KH38/N2/5 85 3 18 28 15.44 17.97 50 7.72

KH38/N2/6 80 4 29 47 16.45 34.42 92 15.13

KH38/N2/7 77 2 28 45 14.74 26.49 80 11.79

KH38/N2/8 82 1 20 34 13.34 19.97 65 8.67

KH38/N2/9 70 5 46 77 14.14 45.99 162 22.91

KH38/N2/10 75 2 27 44 14.63 29.71 93 13.61

KH38/P2/1 88 3 30 47 12.81 28.03 108 13.83

KH38/P2/2 82 2 26 40 14.89 23.77 78 11.62

KH38/P2/3 80 2 19 36 14.32 40.24 62 8.88

KH38/P2/4 77 4 41 44 13.34 21.93 59 7.87

KH38/P2/5 78 2 23 38 14.11 25.44 74 10.44

KH38/P2/6 77 2 31 53 16.86 34.9 76 12.81

KH38/P2/7 85 4 44 82 15.58 57.36 175 27.26

KH38/P2/8 73 2 29 48 15.99 33.3 106 16.95

KH38/P2/9 90 3 31 54 14.29 35.05 122 17.43

KH38/P2/10 80 3 25 33 13.89 21.61 68 9.45

KH40/N1/1 62 0 23 26 10.04 22.2 57 5.72

KH40/N1/2 65 0 22 22 14.75 18.21 32 4.72

KH40/N1/3 46 0 13 11 10.44 9.06 25 2.61

K H40/N1/4 65 0 23 22 11.02 14.22 41 4.52

KH40/N1/5 47 0 15 15 11.71 8.87 24 2.81

KH40/N1/6 44 0 12 15 9.923 7.45 26 2.58

KH40/N1/7 44 0 13 22 9.818 12.58 44 4.32

KH40/N1/8 47 0 15 20 11.13 11.67 38 4.23

KH40/N1/9 51 0 14 21 9.86 12.33 36 3.55

KH40/N1/ 10 55 0 19 25 12.89 18.53 44 5.67

KH40/P1/1 60 0 19 27 12.91 19.17 46 5.94

KH40/P1/2 49 1 15 18 14.5 13.81 34 4.93

KH40/P1/3 65 0 19 26 13.04 20.69 51 6.65

KH40/P1/4 61 0 25 40 13.33 23.79 72 9.6

KH40/P1/5 38 0 18 12 15.37 9.61 27 4.15

KH40/P1/6 50 0 15 20 14.22 11.85 32 4.55

KH40/P1/7 52 0 15 19 13.22 18.2 46 6.08

KH40/P1/8 53 0 14 18 13.86 15.29 42 5.82

KH40/P1/9 55 0 19 31 12.83 14.85 46 5.9

KH40/P1/10 57 0 14 20 12.11 11.77 36 4.36

KH40/N2/1 70 2 27 84 15.06 48.39 156 23.49

KH40/N2/2 90 3 44 81 14.11 49.92 177 24.98

KH40/N2/3 76 2 30 68 14.73 38.6 126 18.56

KH40/N2/4 75 0 22 64 16.56 43.37 122 20.2

KH40/N2/5 90 2 49 109 15.23 68.97 217 33.04

KH40/N2/6 77 1 25 51 15.99 34.61 106 16.95

(34)

16

Sampel TT JC JB JP BJ BB JT PT

KH40/N2/8 90 1 25 60 15.22 38.33 117 17.81

KH40/N2/9 87 2 32 89 14.73 58 187 27.55

KH40/N2/10 85 0 25 51 15.85 32.27 96 15.22

KH40/P2/1 74 1 23 57 14.51 33.76 116 16.83

KH40/P2/2 77 1 22 56 15.39 37.39 113 17.4

KH40/P2/3 82 2 25 58 16.22 36.93 110 17.84

KH40/P2/4 81 3 33 78 15.29 45.7 140 21.4

KH40/P2/5 82 2 35 105 14.3 57.41 207 29.61

KH40/P2/6 84 3 47 116 13.79 65.23 240 33.09

KH40/P2/7 68 0 15 42 13.46 23.66 85 11.44

KH40/P2/8 77 1 24 64 14.85 36.1 118 17.52

KH40/P2/9 83 2 33 96 15.58 57.38 190 29.6

KH40/P2/10 95 1 27 82 13.83 55.21 200 27.67

KH42/N1/1 60 0 13 30 13 17.95 50 6.5

KH42/N1/2 70 0 17 35 17.41 27.74 56 9.75

KH42/N1/3 60 0 16 27 15.9 19.65 41 6.52

KH42/N1/4 50 0 11 22 13.74 16.33 42 5.77

KH42/N1/5 66 3 29 31 12.11 25.47 62 7.51

KH42/N1/6 50 0 11 13 16.45 12.35 20 3.29

KH42/N1/7 70 0 19 33 17.07 23.21 44 7.51

KH42/N1/8 60 0 18 30 13.92 21.61 62 8.63

KH42/N1/9 70 0 20 22 16.82 21.49 39 6.56

KH42/N1/10 47 2 22 28 18.61 28.46 57 10.61

KH42/P1/1 71 1 18 52 16.51 33.34 86 14.2

KH42/P1/2 46 3 25 47 13.84 24.54 74 10.24

KH42/P1/3 60 3 27 44 16.06 27.97 78 12.53

KH42/P1/4 65 0 19 39 14.29 24.05 70 10

KH42/P1/5 63 1 22 57 14.59 35.94 101 14.74

KH42/P1/6 60 1 19 44 19.93 35.94 71 14.15

KH42/P1/7 65 1 33 78 13.99 44.5 127 17.77

KH42/P1/8 55 0 16 34 14 30.38 64 8.96

KH42/P1/9 60 3 28 45 17.76 26.92 75 13.32

KH42/P1/10 58 0 17 52 15.42 29.43 74 11.41

KH42/N2/1 81 0 27 44 14.64 30.05 84 12.3

KH42/N2/2 82 2 37 91 15.13 51.11 160 24.21

KH42/N2/3 72 4 37 82 14.97 47.28 154 23.05

KH42/N2/4 86 0 24 76 15.08 47.17 156 23.52

KH42/N2/5 77 2 34 91 13.44 53.01 186 25

KH42/N2/6 80 1 23 34 13.48 18.5 66 8.9

KH42/N2/7 90 1 39 110 15.45 70.47 222 34.29

KH42/N2/8 78 1 31 82 15.41 51.82 159 24.5

KH42/N2/9 82 3 47 112 15.35 74.85 248 38.07

KH42/N2/10 86 2 35 118 14.85 53.21 216 32.08

KH42/P2/1 98 1 31 77 15.91 53.65 154 24.5

KH42/P2/2 66 2 22 59 16.21 41.13 122 19.78

KH42/P2/3 85 1 26 71 16.21 42.73 122 19.78

KH42/P2/4 97 3 49 114 15.55 71.48 220 34.21

KH42/P2/5 86 3 34 82 15.24 55.01 133 20.27

KH42/P2/6 80 1 25 71 15.96 43.34 127 20.27

KH42/P2/7 97 2 37 92 15.21 56.88 184 27.98

KH42/P2/8 83 1 26 52 15.28 31.64 105 16.04

KH42/P2/9 85 1 28 76 15.44 51.11 160 24.7

KH42/P2/10 83 1 34 76 14.3 44.49 148 21.17

(35)

17

Sampel TT JC JB JP BJ BB JT PT

KH44/NI/2 64 0 17 48 13.74 26.36 85 11.68

KH44/NI/3 57 1 19 34 16.98 20.85 52 8.83

KH44/NI/4 53 0 13 31 14.33 18.95 58 8.31

KH44/NI/5 53 1 10 30 16.62 20.04 50 8.31

KH44/NI/6 75 0 18 55 14.92 33.8 90 13.43

KH44/NI/7 47 0 14 27 11.06 12.32 47 5.2

KH44/NI/8 56 0 15 23 16 17.23 40 6.4

KH44/NI/9 42 1 17 27 9.887 14.84 62 6.13

KH44/NI/10 50 1 17 51 13.3 27.53 90 11.97

KH44/P1/1 60 2 17 43 14.99 27.53 80 11.99

KH44/P1/2 65 0 17 35 12.68 21.19 65 8.24

KH44/P1/3 60 0 18 26 14.81 18.02 57 8.44

KH44/P1/4 60 0 16 33 12.49 16.95 57 7.12

KH44/P1/5 55 0 15 34 12.55 19.09 60 7.53

KH44/P1/6 56 0 13 22 12.8 11.43 35 4.48

KH44/P1/7 54 0 15 24 17.25 15.65 40 6.9

KH44/P1/8 63 0 12 24 15.06 16.23 48 7.23

KH44/P1/9 63 0 16 21 14.17 12.37 36 5.1

KH44/P1/10 77 0 19 40 13.27 26.31 82 10.88

KH44/N2/1 70 2 27 84 15.61 39.52 168 26.22

KH44/N2/2 90 3 44 81 17.25 34.17 114 19.67

KH44/N2/3 76 2 30 68 13.96 40.33 97 13.54

KH44/N2/4 75 0 22 64 11 30.89 93 10.23

KH44/N2/5 90 2 49 109 17.23 57 210 36.18

KH44/N2/6 77 1 25 51 16.25 33.51 106 17.22

KH44/N2/7 84 1 35 95 16.9 69.88 195 32.96

KH44/N2/8 90 1 25 60 17.53 43.53 112 19.63

KH44/N2/9 87 2 32 89 15.46 59.38 142 21.95

KH44/N2/10 85 0 25 51 15.71 20.76 65 10.21

KH44/P2/1 65 0 15 37 16.93 25.21 74 12.53

KH44/P2/2 60 1 26 65 16.42 41.51 118 19.37

KH44/P2/3 60 0 17 45 14.23 26.9 84 11.95

KH44/P2/4 83 0 28 75 15.75 48.04 146 23

KH44/P2/5 80 1 27 59 14.32 38.03 125 17.9

KH44/P2/6 80 0 19 47 16.61 33.5 96 15.95

KH44/P2/7 80 1 28 65 12.33 35.21 138 17.02

<

Gambar

Tabel 2 Uji DMRT terhadap produksi  biji tiap petak, populasi tanaman tiap petak, dan ukuran biji
Tabel 3  Uji DMRT terhadap nilai tengah produksi biji tiap petak, populasi tanaman tiap petak, dan
Tabel 5  Analisis ragam produksi tiap tanaman sampel
Tabel 7  Nilai korelasi antar karakter tanaman generasi F9 persilangan Slamet x Nokonsawon
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penulis menganalisis bahwa adanya siswa yang menjawab tidak setuju dikarenakan alasan seperti yang ada pada pertanyaan nomor 10, yaitu alasan tidak menggunakan keigo「敬語」

Secara umum dapat dinyatakan sebagai proses dimana obat yang sudah halus, zat yang larutnya diekstraksi dalam pelarut yang cocok dengan cara melewatkan perlahan-lahan melalui obat

Memahami dan menerapkan pengetahuan (factual, konseptual, dan procedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya terkait

[r]

Media pembelajaran e  LKS ini mampu mencari solusi dari Sistem Persamaan Linear Dua Variabel metode eliminasi dimana mampu memeriksa jawaban yang diinput siswa pada

Selain itu mahasiswa kurang dapat membantu secara optimal dalam permasalahan ekonomi karena keterbatasan dana yang dimiliki mahasiswa sehingga bantuan lebih banyak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : Mengetahui pengaruh penggunaan strategi pembelajaran Creatif Problem Solving dalam pembelajaran sejarah siswa berpengaruh kepada

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profesionalisme guru ekonomi dalam implementasi kurikulum 2013 di SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015.