ANALISIS PENGARUH GUNCANGAN KURS YEN DAN USD TERHADAP RUPIAH DALAM MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN
MONETER MELALUI JALUR NILAI TUKAR DI INDONESIA
OLEH:
NURINA SITARESMI H14102090
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
RINGKASAN
NURINA SITARESMI. Analisis Pengaruh Guncangan Kurs Yen dan USD Terhadap Rupiah Dalam Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Melalui Jalur Nilai Tukar di Indonesia (dibimbing oleh NOER AZAM ACHSANI).
Indonesia termasuk dalam perekonomian terbuka kecil yang tidak terlepas dari pengaruh negara lain dalam perekonomian global khususnya perekonomian negara yang besar dan kuat seperti Amerika Serikat dan Jepang, dimana kedua negara tersebut tergolong kedalam negara industri maju yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, perekonomian yang kuat mantap serta didukung oleh teknologi dan sumberdaya manusia yang produktif. Oleh karena itu jika terjadi gejolak dalam perekonomian negara yang besar dan kuat, negara dengan perekonomian terbuka kecil seperti Indonesia akan terpengaruh yang akan ditransmisikan kedalam perekonomian domestik baik secara langsung maupun tidak langsung.
Mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur nilai tukar menekankan bahwa pergerakan nilai tukar dapat mempengaruhi perkembangan
demand dan supply secara agregat dan selanjutnya akan mempengaruhi output dan harga. Amerika dan Jepang merupakan negara mitra dagang utama Indonesia sehingga kestabilan nilai tukar Rupiah terhadap kedua negara tersebut sangatlah penting. Besar kecilnya pergerakan nilai tukar tergantung pada sistem nilai tukar yang dianut oleh suatu negara. Indonesia mengalami tiga rezim sistem nilai tukar yaitu sistem nilai tukar tetap, nilai tukar mengambang terkendali dan nilai tukar mengambang bebas. Sistem nilai tukar tetap telah ditinggalkan oleh pemerintah Indonesia sejak November 1978, selanjutnya berganti dengan sistem nilai tukar mengambang terkendali sampai dengan 13 Agustus 1997 dan pada tanggal 14 Agustus 1997 berganti menjadi sistem nilai tukar mengambang bebas terkait dengan krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia, dimana cadangan devisa negara semakin terkuras akibat dari depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika yang berawal dari adanya tekanan yang berasal dari adanya serangan spekulasi terhadap mata uang Baht Thailand yang kemudian berdampak menjalar (contagion efffect) ke mata uang Indonesia. Melalui penerapan sistem nilai tukar mengambang bebas, aliran dana dari luar negeri akan mempengaruhi nilai tukar secara langsung dan tidak langsung.
disebut dengan efek nilai tukar secara langsung, dimana perubahan kurs akan secara langsung mempengaruhi harga barang impor, ekspor neto, dan output nasional. Sedangkan jalur kedua disebut sebagai efek nilai tukar secara tidak langsung, dimana perubahan kurs mempengaruhi perubahan harga barang impor, inflasi, suku bunga, dan investasi yang selanjutnya akan mempengaruhi output nasional.
Tujuan utama dari penelitian ini yaitu : (1) menganalisis pengaruh yang berasal dari fluktuasi Yen dan dolar Amerika Serikat terhadap kurs Rupiah serta mengetahui negara mana yang memberikan pengaruh shock terbesar pada kurs rupiah. (2) menganalisis respon variabel ekonomi akibat dari adanya guncangan kurs dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur nilai tukar (3) mengidentifikasi kontribusi dari variabel makroekonomi terhadap variabilitas guncangan kurs.
Dalam penelitian ini menggunakan model SVAR (Structural Vector Autoregession) yang dikombinasikan dengan Vector Error Correction Model
(VECM) digunakan untuk menganalisis pengaruh dari guncangan nilai tukar yang dipengaruhi oleh shock dolar dan yen dalam transmisi moneter melalui jalur nilai tukar baik secara langsung maupun tidak langsung melalui simulasi Impulse Respons Function (IRF) dan Forecast Error Variance Decomposition (FEVD). Data yang digunakan adalah data sekunder dari kuartal pertama tahun 1990 sampai dengan kuartal ketiga tahun 2005, dimana semua data ditransformasikan dalam bentuk logaritma natural kecuali data untuk suku bunga serta data berbentuk indeks diubah menjadi tahun dasar 2000.
ANALISIS PENGARUH GUNCANGAN KURS YEN DAN USD TERHADAP RUPIAH DALAM MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN
MONETER MELALUI JALUR NILAI TUKAR DI INDONESIA
OLEH:
NURINA SITARESMI H14102090
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama : Nurina Sitaresmi
NRP : H14102090
Program Studi : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Guncangan Kurs Yen dan USD Terhadap Rupiah Dalam Mekanisme Transmisi Melalui Jalur Nilai Tukar di Indonesia
Dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Peertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Dr. Noer Azam Achsani NIP 132014445
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP 131 846 872
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM
DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Agustus 2006
Nurina Sitaresmi
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Nurina Sitaresmi, lahir pada tanggal 6 September 1984 di Jakarta. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Drs. H. Achmad Sofyan dan Hj. Pudji Artiningsih, S.Sos. Jenjang pendidikan penulis, pada tahun 1993 penulis menamatkan sekolah dasar pada SDN Mekarsari II Cimanggis, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Cimanggis dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMUN 106 Jakarta Timur dan lulus pada tahun 2002.
Success is the ability to go from one failure to another with no loss of enthusiasm.
Every day you make a progress.
Every step may be fruitful.
Yet there will stretch out before you an lenghtening, ascending,
ever-improving path.
You know you will never get to the end of the journey.
But this so far from discouraging, only adds to the joy and glory of the climb.
With every experience you alone are painting your own canvas, thoughts by
thought, choice by choice to reach your own dreams.
And never to turn one’s back on the threatened danger and try to run away from
it.
If you do that, you will double the danger.
But if you meet it promptly and without flinching, you will reduced the danger by
the half (Churcill and Winfrey )
KATA PENGANTAR
Pertama-tama penulis ucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas
segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Pengaruh Guncangan Kurs Yen dan USD Terhadap Rupiah Dalam Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Melalui Jalur Nilai Tukar di Indonesia”. Usulan penelitian ini disusun oleh penulis sebagai salah satu syarat untuk melakukan
penelitian dengan tujuan untuk menyelesaikan skipsi untuk meraih gelar Sarjana
Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa
pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini, antara lain :
1. Dr. Noer Azam Achsani selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
2. Dr. Nunung Nuryantoro selaku penguji utama dalam sidang skripsi yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini.
3. Syamsul Hidayat Pasaribu, M.Si selaku komisi pendidikan dan memberikan literatur ekonometrika mengenai SVAR.
4. Andriansyah, M.Sc yang telah memberikan kemudahan dalam mengakses data yang akan digunakan dalam penelitian.
6. Dr. Ir. Djoni Hartono yang telah memberikan literatur ekonometrika mengenai SVAR.
7. Kedua orang tua penulis yang selalu mencurahkan kasih sayang serta mendukung dan mendoakan adinda setiap waktu.
8. Sahabat-sahabatku Yeyen, Selda, Wati, Indah, Nilam, Dhika yang selalu memberikan dukungan dan tempatku bersandar disaat senang maupun susah. 9. Ananda crews; Diana, Mootie, Mutia, Pipit terima kasih atas kebersamaan
kalian dalam mengisi hari-hari yang penuh dengan keceriaan.
10.Teman-teman satu bimbingan Hanie, Fickry, dan Heri yang selalu memberikan bantuan kepada penulis, bertukar pikiran dan berdiskusi dalam penyelesaian skripsi ini.
11.Semua pihak yang telah membantu demi kelancaran skripsi ini.
Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang
membutuhkan.
Bogor, Agustus 2006
Nurina Sitaresmi
ANALISIS PENGARUH GUNCANGAN KURS YEN DAN USD TERHADAP RUPIAH DALAM MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN
MONETER MELALUI JALUR NILAI TUKAR DI INDONESIA
OLEH:
NURINA SITARESMI H14102090
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
RINGKASAN
NURINA SITARESMI. Analisis Pengaruh Guncangan Kurs Yen dan USD Terhadap Rupiah Dalam Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Melalui Jalur Nilai Tukar di Indonesia (dibimbing oleh NOER AZAM ACHSANI).
Indonesia termasuk dalam perekonomian terbuka kecil yang tidak terlepas dari pengaruh negara lain dalam perekonomian global khususnya perekonomian negara yang besar dan kuat seperti Amerika Serikat dan Jepang, dimana kedua negara tersebut tergolong kedalam negara industri maju yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, perekonomian yang kuat mantap serta didukung oleh teknologi dan sumberdaya manusia yang produktif. Oleh karena itu jika terjadi gejolak dalam perekonomian negara yang besar dan kuat, negara dengan perekonomian terbuka kecil seperti Indonesia akan terpengaruh yang akan ditransmisikan kedalam perekonomian domestik baik secara langsung maupun tidak langsung.
Mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur nilai tukar menekankan bahwa pergerakan nilai tukar dapat mempengaruhi perkembangan
demand dan supply secara agregat dan selanjutnya akan mempengaruhi output dan harga. Amerika dan Jepang merupakan negara mitra dagang utama Indonesia sehingga kestabilan nilai tukar Rupiah terhadap kedua negara tersebut sangatlah penting. Besar kecilnya pergerakan nilai tukar tergantung pada sistem nilai tukar yang dianut oleh suatu negara. Indonesia mengalami tiga rezim sistem nilai tukar yaitu sistem nilai tukar tetap, nilai tukar mengambang terkendali dan nilai tukar mengambang bebas. Sistem nilai tukar tetap telah ditinggalkan oleh pemerintah Indonesia sejak November 1978, selanjutnya berganti dengan sistem nilai tukar mengambang terkendali sampai dengan 13 Agustus 1997 dan pada tanggal 14 Agustus 1997 berganti menjadi sistem nilai tukar mengambang bebas terkait dengan krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia, dimana cadangan devisa negara semakin terkuras akibat dari depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika yang berawal dari adanya tekanan yang berasal dari adanya serangan spekulasi terhadap mata uang Baht Thailand yang kemudian berdampak menjalar (contagion efffect) ke mata uang Indonesia. Melalui penerapan sistem nilai tukar mengambang bebas, aliran dana dari luar negeri akan mempengaruhi nilai tukar secara langsung dan tidak langsung.
disebut dengan efek nilai tukar secara langsung, dimana perubahan kurs akan secara langsung mempengaruhi harga barang impor, ekspor neto, dan output nasional. Sedangkan jalur kedua disebut sebagai efek nilai tukar secara tidak langsung, dimana perubahan kurs mempengaruhi perubahan harga barang impor, inflasi, suku bunga, dan investasi yang selanjutnya akan mempengaruhi output nasional.
Tujuan utama dari penelitian ini yaitu : (1) menganalisis pengaruh yang berasal dari fluktuasi Yen dan dolar Amerika Serikat terhadap kurs Rupiah serta mengetahui negara mana yang memberikan pengaruh shock terbesar pada kurs rupiah. (2) menganalisis respon variabel ekonomi akibat dari adanya guncangan kurs dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur nilai tukar (3) mengidentifikasi kontribusi dari variabel makroekonomi terhadap variabilitas guncangan kurs.
Dalam penelitian ini menggunakan model SVAR (Structural Vector Autoregession) yang dikombinasikan dengan Vector Error Correction Model
(VECM) digunakan untuk menganalisis pengaruh dari guncangan nilai tukar yang dipengaruhi oleh shock dolar dan yen dalam transmisi moneter melalui jalur nilai tukar baik secara langsung maupun tidak langsung melalui simulasi Impulse Respons Function (IRF) dan Forecast Error Variance Decomposition (FEVD). Data yang digunakan adalah data sekunder dari kuartal pertama tahun 1990 sampai dengan kuartal ketiga tahun 2005, dimana semua data ditransformasikan dalam bentuk logaritma natural kecuali data untuk suku bunga serta data berbentuk indeks diubah menjadi tahun dasar 2000.
ANALISIS PENGARUH GUNCANGAN KURS YEN DAN USD TERHADAP RUPIAH DALAM MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN
MONETER MELALUI JALUR NILAI TUKAR DI INDONESIA
OLEH:
NURINA SITARESMI H14102090
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama : Nurina Sitaresmi
NRP : H14102090
Program Studi : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Guncangan Kurs Yen dan USD Terhadap Rupiah Dalam Mekanisme Transmisi Melalui Jalur Nilai Tukar di Indonesia
Dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Peertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Dr. Noer Azam Achsani NIP 132014445
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP 131 846 872
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM
DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Agustus 2006
Nurina Sitaresmi
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Nurina Sitaresmi, lahir pada tanggal 6 September 1984 di Jakarta. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Drs. H. Achmad Sofyan dan Hj. Pudji Artiningsih, S.Sos. Jenjang pendidikan penulis, pada tahun 1993 penulis menamatkan sekolah dasar pada SDN Mekarsari II Cimanggis, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Cimanggis dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMUN 106 Jakarta Timur dan lulus pada tahun 2002.
Success is the ability to go from one failure to another with no loss of enthusiasm.
Every day you make a progress.
Every step may be fruitful.
Yet there will stretch out before you an lenghtening, ascending,
ever-improving path.
You know you will never get to the end of the journey.
But this so far from discouraging, only adds to the joy and glory of the climb.
With every experience you alone are painting your own canvas, thoughts by
thought, choice by choice to reach your own dreams.
And never to turn one’s back on the threatened danger and try to run away from
it.
If you do that, you will double the danger.
But if you meet it promptly and without flinching, you will reduced the danger by
the half (Churcill and Winfrey )
KATA PENGANTAR
Pertama-tama penulis ucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas
segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Pengaruh Guncangan Kurs Yen dan USD Terhadap Rupiah Dalam Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Melalui Jalur Nilai Tukar di Indonesia”. Usulan penelitian ini disusun oleh penulis sebagai salah satu syarat untuk melakukan
penelitian dengan tujuan untuk menyelesaikan skipsi untuk meraih gelar Sarjana
Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa
pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini, antara lain :
1. Dr. Noer Azam Achsani selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
2. Dr. Nunung Nuryantoro selaku penguji utama dalam sidang skripsi yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini.
3. Syamsul Hidayat Pasaribu, M.Si selaku komisi pendidikan dan memberikan literatur ekonometrika mengenai SVAR.
4. Andriansyah, M.Sc yang telah memberikan kemudahan dalam mengakses data yang akan digunakan dalam penelitian.
6. Dr. Ir. Djoni Hartono yang telah memberikan literatur ekonometrika mengenai SVAR.
7. Kedua orang tua penulis yang selalu mencurahkan kasih sayang serta mendukung dan mendoakan adinda setiap waktu.
8. Sahabat-sahabatku Yeyen, Selda, Wati, Indah, Nilam, Dhika yang selalu memberikan dukungan dan tempatku bersandar disaat senang maupun susah. 9. Ananda crews; Diana, Mootie, Mutia, Pipit terima kasih atas kebersamaan
kalian dalam mengisi hari-hari yang penuh dengan keceriaan.
10.Teman-teman satu bimbingan Hanie, Fickry, dan Heri yang selalu memberikan bantuan kepada penulis, bertukar pikiran dan berdiskusi dalam penyelesaian skripsi ini.
11.Semua pihak yang telah membantu demi kelancaran skripsi ini.
Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang
membutuhkan.
Bogor, Agustus 2006
Nurina Sitaresmi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN... xvi
DAFTAR SINGKATAN ... xviii
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penulisan ... 6
1.4. Manfaat Penulisan ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 8
2.1. Teori Nilai Tukar ... 8
2.1.1. Definisi Nilai Tukar... 8
2.1.2. Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar... 9
2.2. Sistem Nilai Tukar... 10
2.3. Sistem Nilai Tukar Di Indonesia ... 11
2.3.1. Sistem Nilai Tukar Tetap ... 12
2.3.2. Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali ... 15
2.3.3. Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas... 16
2.4. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter ... 19
2.4.1. Saluran Nilai Tukar Pada Transmisi Kebijakan Moneter Di Indonesia ... 20
2.5. Kebijakan Moneter Dalam Perekonomian Terbuka... 21
2.5.1. Kebijakan Moneter Pada Nilai Tukar Tetap... 23
2.5.2. Kebijakan Moneter Pada Floating Exchange Rate... 24
2.6. Definisi GDP ... 25
2.7. Inflasi... 26
2.7.2. Pengukuran Laju inflasi... 27 2.7.2.1. Consumer Price Index... 27 2.8. Penelitian Terdahulu... 28 2.9. Kerangka Pemikiran ... 31 2.10. Hipotesis Penelitian... 34 III. METODE PENELITIAN... 34
3.1. Jenis dan Sumber Data ... 35 3.2. Metode Analisis dan Pengolahan Data... 35 3.2.1. Metode Structural Vector Autoregression (SVAR) ... 36 3.2.1.1 Model Restriksi SVAR... 40 3.2.2 Analisis Vector Error Correction Model (VECM) ... 42 3.2.3 Pengujian Pra-Estimasi... 43 3.2.3.1 Uji Stasioneritas Data. ... 43 3.2.3.2 Penentuan Lag Optimal ... 45 3.2.3.3 Uji Stabilitas VAR... 46 3.2.4. Uji Kointegrasi ... 46 3.2.5. Impulse Respon Function (IRF) ... 47 3.2.6. Forecast Error Variance Decomposition (FEVD)... 48 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 50 4.1. Gambaran Umum Perekonomian Indonesia... 50 4.1.1. Gambaran Fluktuasi Variabel Makroekonomi ... 52 4.1.1.1. Trend dan Siklikal Variabel Kurs Riil Rupiah
Terhadap Yen dan USD ... 54 4.1.1.2. Trend dan Siklikal Variabel Harga Impor Menurut
Negara Asal Amerika dan Jepang ... 56 4.1.1.3. Trend dan Siklikal Variabel Ekspor Neto Menurut
4.2.2. Lag Optimal... 65 4.2.3. Uji Stabilitas VAR... 68 4.3. Uji Kointegrasi ... 69 4.4. Hasil Penelitian ... 71 4.4.1. IRF... 71 4.4.1.1. Respon Variabel Makroekonomi
Dalam Jalur Transmisi Tidak Langsung ... 73 4.4.1.1.1. Analisis Jangka Pendek ... 73 4.4.1.1.2. Analisis Jangka Panjang ... 79 4.4.1.2. Respon Variabel Makroekonomi
Dalam Jalur Transmisi Langsung... 85 4.4.1.2.1. Analisis Jangka Pendek ... 86 4.4.1.2.2. Analisis Jangka Panjang ... 89 4.4.2. FEVD ... 92 4.4.2.1. Dekomposisi Varians Kurs Pada Jalur
Transmisi Tidak Langsung ... 93 4.4.2.1.1. Analisis Jangka Pendek ... 93 4.4.2.1.2. Analisis Jangka Panjang ... 97 4.4.2.2. Dekomposisi Varians Kurs Pada Jalur
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1. Uji Akar Unit Pada Level ... 63 4.2. Uji Akar Unit Pada First Difference ... 65 4.3. Lag Optimal Model Transmisi Tidak Langsung Jalur Nilai Tukar ... 66 4.4. Lag Optimal Model Transmisi Tidak Langsung Jalur Nilai Tukar ... 66 4.5. Hasil Uji Kointegrasi Pada Jalur Transmisi Tidak Langsung ... 70 4.6. Hasil Uji Kointegrasi Pada Jalur Transmisi Langsung ... 70 Analisis Jangka Pendek... 93 4.7. Dekomposisi Varian Kurs Dollar Per Rupiah Pada Jalur
Transmisi Tidak Langsung ... 96 4.8. Dekomposisi Varian Kurs Yen Per Rupiah Pada Jalur
Transmisi Tidak Langsung ... 96 Analisis Jangka Panjang... 97 4.9. Dekomposisi Varian Kurs Dollar Per Rupiah Pada Jalur
Transmisi Tidak Langsung ... 100 4.10. Dekomposisi Varians Kurs Yen Per Rupiah Pada Jalur
Transmisi Tidak Langsung ... 100 Analisis Jangka Pendek... 100 4.11. Dekomposisi Varian Kurs Dollar Per Rupiah Pada Jalur
Transmisi Langsung ... 104 4.12.Dekomposisi Varian Kurs Yen Per Rupiah Pada Jalur
Transmisi Langsung ... 104 Analisis Jangka Panjang... 104 4.13. Dekomposisi Varian Kurs Dollar Per Rupiah Pada Jalur
Transmisi Langsung ... 108 4.14. Dekomposisi Varian Kurs Yen Per Rupiah Pada Jalur
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1. Volatilitas Kurs USD Terhadap Yen Jepang ... 1 1.2. Volatilitas Kurs Rupiah Terhadap USD... 1 1.3. Volatilitas Kurs Rupiah Terhadap Yen Jepang... 2 2.1. Keseimbangan Nilai Tukar Tetap ... 14 2.2. Keseimbangan Kurs Pada Sistem Nilai Tukar Mengambang ... 17 2.3. Skema Mekanisme Transmisi Saluran Nilai Tukar ... 21 2.4. Model Mundell-Flemming ... 22 2.5. Keseimbangan Kurs Lebih Besar Dari Kurs Tetap... 23 2.6. Keseimbangan Kurs Lebih Kecil Dari Kurs Tetap ... 24 2.7. Ekspansi Moneter Dalam Kurs Mengambang ... 25 2.8. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Melalui
Jalur Nilai Tukar Dipengaruhi Oleh Shock Yen dan USD ... 33 4.1. Trend dan Siklikal Variabel Kurs Riil Rupiah ... 54 4.2 Trend dan Siklikal Variabel Harga Impor... 56 4.3 Trend dan Siklikal Variabel Ekspor Neto ... 57 4.4 Trend dan Siklikal Variabel Indeks Harga Konsumen
dan Pendapatan Nasional ... 59 4.4 Trend dan Siklikal Variabel Investasi Asing Langsung
dan Suku Bunga ... 60 Analisis Jangka Pendek... 73 4.5. Respon Variabel Makroekonomi Terhadap Shock Dollar Dalam
Jalur Transmisi Tidak Langsung... 75 4.6. Respon Variabel Makroekonomi Terhadap Shock Yen Dalam
Jalur Transmisi Tidak Langsung... 77 Analisis Jangka Panjang... 79 4.7. Respon Variabel Makroekonomi Terhadap Shock Dollar Dalam
Jalur Transmisi Tidak Langsung... 80 4.8. Respon Variabel Makroekonomi Terhadap Shock Yen Dalam
Analisis Jangka Pendek... 86 4.9. Respon Variabel Makroekonomi Terhadap Shock Dollar Dalam Jalur Transmisi Langsung ... 86 4.10. Respon Variabel Makroekonomi Shock Yen Dalam
Jalur Transmisi Langsung ... 89 Analisis Jangka Panjang... 89 4.11. Respon Variabel Makroekonomi Terhadap Shock Dollar Dalam Jalur Transmisi Langsung ... 90 4.12. Respon Variabel Makroekonomi Shock Yen Dalam
Jalur Transmisi Langsung ... 92 Analisis Jangka Pendek... 93 4.13. Dekomposisi Varians Kurs Riil Dollar Per Rupiah
Jalur Transmisi Tidak Langsung... 94 4.14. Dekomposisi Varians Kurs Riil Yen Per Rupiah
Pada Jalur Transmisi Tidak Langsung ... 95 Analisis Jangka Panjang... 97 4.15. Dekomposisi Varians Kurs Riil Dollar Per Rupiah
Jalur Transmisi Tidak Langsung... 97 4.16. Dekomposisi Varians Kurs Riil Yen Per Rupiah
Pada Jalur Transmisi Tidak Langsung ... 98 Analisis Jangka Pendek... 100 4.17. Dekomposisi Varians Kurs Riil Dollar Per Rupiah
Pada Jalur Transmisi Langsung ... 101 4.18. Dekomposisi Varians Kurs Riil Yen Per Rupiah
Pada Jalur Transmisi Langsung ... 103 Analisis Jangka Panjang... 104 4.19. Dekomposisi Varians Kurs Riil Dollar Per Rupiah
Pada Jalur Transmisi Langsung ... 105 4.20. Dekomposisi Varians Kurs Riil Yen Per Rupiah
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Data Variabel Dalam Logaritma ... 117 2. Uji Non Stasioneritas Pada Level ... 120 3. Uji Non Stasioneritas First Difference ... 122 4. Uji Lag Optimal Jalur Transmisi Tidak Langsung
Shock Dollar ... 124 5. Uji Lag Optimal Jalur Transmisi Tidak Langsung
Shock Yen ... 125 6. Uji Lag Optimal Jalur Transmisi Langsung
Shock Dollar ... 126 7. Uji Lag Optimal Jalur Transmisi Langsung
Shock Yen ... 127 8. Uji Stabilitas VAR Jalur Transmisi Tidak Langsung Shock Dollar... 128 9. Uji Stabilitas VAR Jalur Transmisi Tidak Langsung Shock Yen ... 129 10. Uji Stabilitas VAR Jalur Transmisi Langsung Shock Dollar ... 130 11. Uji Stabilitas VAR Jalur Transmisi Langsung Shock Yen ... 131 12. Estimasi SVAR Jalur Transmisi Tidak Langsung Shock Dollar... 132 13. Estimasi SVAR Jalur Transmisi Tidak Langsung Shock Yen ... 134 14. Estimasi SVAR Jalur Transmisi Langsung Shock Dollar ... 136 15. Estimasi SVAR Jalur Transmisi Langsung Shock Yen ... 137 16. Uji Kointegrasi Jalur Transmisi Tidak Langsung Shock Dollar... 138 17. Uji Kointegrasi Jalur Transmisi Tidak Langsung Shock Yen... 142 18. Uji Kointegrasi Jalur Transmisi Langsung Shock Dollar... 146 19. Uji Kointegrasi Jalur Transmisi Langsung Shock Yen ... 148 20. IRF Jalur Transmisi Tidak Langsung Shock Dollar
Jangka Pendek... 150 21. IRF Jalur Transmisi Tidak Langsung Shock Yen
Jangka Pendek... 154 23.IRF Jalur Transmisi Langsung Shock Yen
Jangka Pendek... 156 24. IRF Jalur Transmisi Tidak Langsung Shock Dollar
Jangka Panjang... 158 25. IRF Jalur Transmisi Tidak Langsung Shock Yen
Jangka Panjang... 159 26. IRF Jalur Transmisi Langsung Shock Dollar
Jangka Panjang... 160 27. IRF Jalur Transmisi Langsung Shock Yen
Jangka Panjang... 161 28.FEVD Jalur Transmisi Tidak Langsung Shock Dollar
Jangka Pendek... 162 29.FEVD Jalur Transmisi Tidak Langsung Shock Yen
Jangka Pendek... 163 30.FEVD Jalur Transmisi Langsung Shock Dollar
Jangka Pendek... 164 31.FEVD Jalur Transmisi Langsung Shock Yen
Jangka Pendek... 165 32.FEVD Jalur Transmisi Tidak Langsung Shock Dollar
Jangka Panjang... 166 33.FEVD Jalur Transmisi Tidak Langsung Shock Yen
Jangka Panjang... 167 34.FEVD Jalur Transmisi Langsung Shock Dollar
Jangka Panjang... 168 35.FEVD Jalur Transmisi Langsung Shock Yen
DAFTAR SINGKATAN
ADF = Augmented Dickey Fuller
AIC = Akaike Information Criterion
CPI = Consumer Price Index
FDI = Foreign Direct Investment
FEVD = Forecast Error Variance Decomposition
GDP = Gross Domestic Product
HQ = Hanan-Quinn Criterion IHI = Indeks Harga Impor IRF = Impulse Response Fuction
OLS = Ordinary Least Square
OPT = Operasi Pasar Terbuka SBI = Sertifikat Bank Indonesia SC = Schwarz Criterion
SVAR = Structural Vector Autoreggression VAR = Vector Autoreggression
I. PENDAHULUAN
1.1 . Latar Belakang
Nilai tukar memiliki peranan yang penting dalam transmisi shock pada perekonomian terbuka kecil, dimana nilai tukar riil dianggap sebagai penyerap
shock (shock absorber) dan sumber dari shock. Shock pada nilai tukar akan berakibat pada inflasi dan output (Csermely dan Vonnak, 2002).
Mekanisme transmisi melalui jalur nilai tukar menekankan bahwa
pergerakan nilai tukar dapat mempengaruhi perkembangan demand dan supply
secara agregat dan selanjutnya akan mempengaruhi output dan harga. Volatilitas kurs USD terhadap Yen dan kurs Rupiah terhadap Yen dan USD dapat disajikan
pada gambar dibawah ini :
[image:30.595.114.518.440.716.2]0 0.005 0.01 0.015 Ja n -9 0 Ja n -9 1 Ja n -9 2 Ja n -9 3 Ja n -9 4 Ja n -9 5 Ja n -9 6 Ja n -9 7 Ja n -9 8 Ja n -9 9 Ja n -0 0 Ja n -0 1 Ja n -0 2 Ja n -0 3 Ja n -0 4 Ja n -0 5 periode ku rs $/Y
Gambar 1.1. Volatilitas Kurs USD Terhadap Yen Jepang
0 0.0001 0.0002 0.0003 0.0004 0.0005 0.0006 Ja n -9 0 Ja n -9 1 Ja n -9 2 Ja n -9 3 Ja n -9 4 Ja n -9 5 Ja n -9 6 Ja n -9 7 Ja n -9 8 Ja n -9 9 Ja n -0 0 Ja n -0 1 Ja n -0 2 Ja n -0 3 Ja n -0 4 Ja n -0 5 periode ku rs $/Rp
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 J a n-90 J a n-91 J a n-92 J a n-93 J a n-94 J a n-95 J a n-96 J a n-97 J a n-98 J a n-99 J a n-00 J a n-01 J a n-02 J a n-03 J a n-04 J a n-05 periode ku rs Y/Rp
Gambar 1.3. Volatilitas Kurs Rupiah Terhadap Yen Jepang
Berdasarkan gambar diatas kurs USD terhadap Yen Jepang cenderung
berfluktuasi dari waktu kewaktu, sementara itu Rupiah relatif lebih berfluktuasi
terhadap mata uang asing (USD dan Yen) pasca penerapan sistem nilai tukar
mengambang bebas dibandingkan dengan sistem mengambang terkendali.
Amerika dan Jepang merupakan negara mitra dagang utama Indonesia
sehingga kestabilan nilai tukar Rupiah terhadap kedua negara tersebut sangatlah
penting. Berdasarkan data BPS dari tahun 1990-2005, Amerika Serikat dan
Jepang merupakan pangsa pasar ekspor dan impor yang besar dan potensial bagi
Indonesia. Sementara itu, berdasarkan data tahunan IMF, Amerika Serikat
merupakan pasar ekspor terbesar dan sumber utama investasi asing bagi negara
ASEAN 6 (Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Filipina, Thailand).
Pada tahun 1995 proporsi ekspor ASEAN 6 ke Amerika Serikat lebih besar
dibandingkan dengan proporsi ekspor ke Jepang. Barang-barang yang diekspor
oleh Amerika Serikat adalah minyak bumi, karet, gula, timah, tekstil, garmen dan
Jepang juga merupakan pasar potensial ekspor bagi negara ASEAN 6
termasuk Indonesia, namun pangsa pasar ke Jepang pada tahun 1995 mengalami
penurunan. Ekspor negara-negara ASEAN 6 ke Jepang berupa sumber daya alam
dan sumber daya mineral dan impor negara ASEAN 6 dari Jepang berupa capital-intensive manufacture seperti mesin-mesin.
Besar kecilnya pergerakan nilai tukar tergantung pada sistem nilai tukar
yang dianut oleh suatu negara. Indonesia mengalami tiga rezim sistem nilai tukar
yaitu sistem nilai tukar tetap, nilai tukar mengambang terkendali dan nilai tukar
mengambang bebas. Sistem nilai tukar tetap telah ditinggalkan oleh pemerintah
Indonesia sejak November 1978 kemudian berganti dengan sistem mengambang
terkendali sampai dengan 13 Agustus 1997 dan pada tanggal 14 Agustus 1997
berganti menjadi sistem nilai tukar mengambang bebas terkait dengan krisis
ekonomi yang terjadi di Indonesia.
Dalam sistem nilai tukar mengambang terkendali (managed floating exchange rate system), pemerintah memberikan kebebasan kepada pasar untuk menentukan keseimbangan kurs nominal tetapi dalam hal ini pemerintah melalui
otoritas moneter tetap melakukan mekanisme pengontrolan untuk membatasi
fluktuasi nilai Rupiah apabila sudah melewati batas band yang sudah ditetapkan. Sementara itu dalam sistem nilai tukar mengambang bebas, nilai tukar dibiarkan
bergerak sesuai dengan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar. Bank
Sentral dapat saja melakukan intervensi di pasar valuta asing, yaitu dengan cara
menjual devisa apabila terjadi kelebihan permintaan atau membeli devisa apabila
berlebihan di pasar. Akan tetapi intervensi yang terjadi tidak diarahkan untuk
mencapai target tingkat nilai tukar tertentu atau dalam kisaran tertentu.
Dengan semakin terbukanya perekonomian Indonesia dengan negara-negara
lain di dunia, maka kita tidak dapat mengabaikan pengaruh yang berasal dari luar
negeri baik pengaruh positif maupun negatif terhadap perekonomian dalam
negeri. Gejolak pada perekonomian suatu negara di dunia, khususnya pada
perekonomian yang memiliki pengaruh yang kuat dalam ekonomi dunia,
sebagaimana ekonomi Amerika Serikat dan Jepang, akan mempengaruhi
perekonomian negara lain khususnya pada perekonomian terbuka kecil yang
kurang memiliki pengaruh dalam ekonomi dunia seperti Indonesia. Telah banyak
penelitian tentang nilai tukar, tetapi studi mengenai guncangan kurs Dollar dan
Yen Jepang terhadap Rupiah dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter di
Indonesia masih relatif terbatas. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis dalam
melakukan penelitian.
1.2 . Perumusan Masalah
Dalam era perekonomian global, interaksi ekonomi antarnegara merupakan
salah satu aspek penting dari perkembangan ekonomi suatu negara yang semakin
terbuka. Dengan semakin besarnya keterkaitan antarnegara, maka semakin
terbuka pula perekonomian negara yang bersangkutan, hal tersebut dapat
tercermin pada peningkatan transaksi perdagangan dan arus dana antar negara.
Keterbukaan ekonomi suatu negara akan membawa konsekuensi pada
moneternya. Kebijakan moneter yang diterapkan pada suatu perekonomian suatu
negara tergantung pada sistem nilai tukar yang dianut oleh negara tersebut.
Di Indonesia terdapat pergantian penggunaan sistem nilai tukar dari sistem
nilai tukar mengambang terkendali menjadi sistem nilai tukar mengambang bebas,
yang disesuaikan dengan kondisi perekonomian di dalam negeri. Melalui
penerapan sistem nilai tukar mengambang bebas, aliran dana dari luar negeri akan
mempengaruhi nilai tukar secara langsung dan tidak langsung.
Dalam tulisan ini akan dibahas mekanisme transmisi melalui jalur nilai
tukar yang dipengaruhi oleh shock yang berasal dari fluktuasi kurs Rupiah terhadap Yen dan USD. Terdapat dua jalur nilai tukar dari kebijakan moneter
yang akan ditransmisikan kepada sektor riil. Jalur pertama disebut dengan efek
nilai tukar secara langsung, dimana kebijakan moneter akan secara langsung
mempengaruhi harga. Sedangkan jalur kedua disebut sebagai efek nilai tukar
secara tidak langsung, dimana kebijakan moneter mempengaruhi harga dengan
cara mempengaruhi output gap yang nantinya akan membuat tingkat harga berubah (Warjiyo, 2004). Dengan adanya pengaruh shock yang berasal dari Jepang dan Amerika Serikat melalui fluktuasi mata uang kedua negara tersebut,
maka hal tersebut tentu saja akan memberikan dampak kepada perekonomian
Indonesia yang menganut perekonomian terbuka. Penelitian ini memasukkan
dummy krisis untuk menganalisis pengaruh shock yang berasal dari fluktuasi Yen dan USD terhadap Rupiah serta mengamati negara manakah yang memberikan
Dollar dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur nilai tukar,
serta kontribusi dari variabel makroekonomi terhadap guncangan kurs baik
melalui jalur langsung maupun tidak langsung?
Secara singkat perumusan masalah dalam penulisan ini yaitu:
1) Bagaimanakah pengaruh shock yang berasal dari kurs Yen dan USD terhadap Rupiah serta negara manakah yang memberikan pengaruh shock
yang kuat terhadap kurs riil Rupiah?
2) Bagaimanakah respon variabel makroekonomi akibat dari adanya shock
kurs Yen dan USD dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui
jalur nilai tukar?
3) Bagaimana kontribusi dari variabel makroekonomi terhadap shock kurs baik melalui jalur kurs langsung maupun tidak langsung?
1.3 . Tujuan Penulisan
Penelitian ini bertujuan untuk:
1) Menganalisa pengaruh yang berasal shock kurs Yen dan USD terhadap Rupiah serta mengetahui negara mana yang memberikan pengaruh shock
yang kuat terhadap kurs riil Rupiah;
2) Menganalisa respon variabel makroekonomi akibat dari adanya shock kurs dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur nilai tukar;
3) Menganalisis dan mengidentifikasi peranan kontribusi variabel
makroekonomi terhadap variabilitas kurs baik melalui jalur kurs langsung
1.4. Manfaat Penulisan
Manfaat pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Memberikan gambaran yang jelas mengenai besarnya pengaruh negara lain
pada perekonomian Indonesia, khususnya Jepang dan Amerika Serikat;
2) Sebagai bahan referensi bagi pembaca dan informasi bagi peneliti lainnya
yang dapat digunakan dalam penelitian yang lebih lanjut;
3) Sebagai bahan pertimbangan pemerintah dalam menentukan kebijakan
moneter pada perekonomian Indonesia;
4) Sebagai sarana pembelajaran bagi penulis dalam memahami kondisi
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Teori Nilai Tukar 2.1.1. Definisi Nilai Tukar
Nilai tukar merupakan salah satu variabel terpenting dalam perekonomian
terbuka disamping variabel ekonomi lainnya seperti suku bunga, harga, neraca
transaksi berjalan (selisih nilai ekspor dengan impor), neraca pembayaran
(balance of payment), serta variabel lainnya. Nilai tukar (exchange rate) atau kurs adalah harga satu mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain
(Krugman dan Obsfelt, 1999).
Nilai Tukar nominal adalah harga relatif dari mata uang dua negara
(Mankiw, 2000). Menurut Simorangkir dan Suseno (2005), jika nilai tukar (NT)
didefinisikan sebagai nilai valuta asing terhadap Rupiah dapat diformulasikan
sebagai berikut:
NTUSD/IDR = Dollar Amerika yang diperlukan untuk membeli satu Rupiah,
NTYEN/IDR = Yen yang diperlukan untuk membeli satu Rupiah
Dalam hal ini, apabila NT meningkat maka berarti Rupiah mengalami apresiasi,
sedangkan jika NT menurun maka Rupiah akan mengalami depresiasi. Nilai tukar
riil adalah nilai tukar nominal yang sudah dikoreksi dengan harga relatif yaitu
harga-harga didalam negeri dibandingkan dengan harga-harga diluar negeri. Nilai
tukar riil dapat dihitung dengan menggunakan rumus dibawah ini:
Q = S
*
P P
dimana Q adalah nilai tukar riil, S adalah nilai tukar nominal, P adalah tingkat harga domestik dan P* adalah tingkat harga di luar negeri. Pengukuran nilai tukar riil suatu negara terhadap mitra dagangnya juga memperhitungkan laju inflasi dan
nilai tukar dari masing-masing negara tersebut.
2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Nilai Tukar
Perubahan nilai tukar dalam jangka panjang dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu: harga relatif, tarif dan kuota, preferensi terhadap barang domestik
dibandingkan dengan barang luar negeri dan produktivitas (Mishkin, 2001).
Menurut Simorangkir dan Suseno (2005), terdapat tiga faktor utama yang
mempengaruhi permintaan valuta asing. Pertama, faktor pembayaran impor. Semakin tinggi impor barang dan jasa, maka semakin besar permintaan terhadap
valuta asing sehingga nilai tukar cenderung melemah. Sebaliknya, jika impor
menurun, maka permintaan valuta asing menurun sehingga mendorong
menguatnya nilai tukar dengan asumsi faktor-faktor lain tidak berubah (ceteris paribus). Asumsi ini berlaku juga untuk aliran modal keluar/masuk dan ekspor.
Kedua, faktor aliran modal keluar (capital outflow). Semakin besar aliran modal keluar, maka semakin besar permintaan valuta asing dan akhirnya akan
memperlemah nilai tukar. Aliran modal keluar meliputi pembayaran hutang
penduduk Indonesia (baik swasta dan pemerintah) dan penempatan dana
terhadap valuta sehingga memperlemah nilai tukar mata uang lokal terhadap mata
uang asing.
Penawaran valuta asing dipengaruhi oleh dua faktor utama. Pertama,
faktor penerimaan hasil ekspor. Semakin besar volume penerimaan ekspor barang
dan jasa, maka semakin besar jumlah valuta asing yang dimiliki oleh suatu negara
sehingga akan membuat nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing
cenderung mengalami apresiasi. Kedua, faktor aliran modal masuk (capital inflow). Semakin besar aliran modal masuk, maka nilai tukar akan cenderung semakin menguat. Aliran modal masuk tersebut dapat berupa penerimaan hutang
luar negeri, penempatan dana jangka pendek oleh pihak asing (portofolio investment) dan investasi langsung pihak asing (foreign direct investment).
2.2. Sistem Nilai Tukar
Pada umumnya, kebijakan nilai tukar suatu negara diarahkan untuk
mendukung neraca pembayaran dan/atau membantu efektivitas kebijakan
moneter. Penetapan nilai tukar yang overvalued dapat mengakibatkan barang-barang ekspor menjadi lebih mahal di luar negeri dan barang-barang-barang-barang impor
menjadi lebih murah dan akhirnya neraca perdagangan menjadi memburuk.
Dalam kaitannya dengan kebijakan moneter, depresiasi nilai tukar yang
berlebihan dapat mengakibatkan tingginya laju inflasi sehingga dapat menganggu
tujuan akhir kebijakan moneter untuk memelihara stabilitas harga. Sehubungan
dengan hal tersebut, maka kebijakan nilai tukar yang tepat merupakan salah satu
Sejalan dengan tujuan kebijakan nilai tukar, maka dikenal berbagai jenis
sistem nilai tukar yang digunakan suatu negara khususnya setelah runtuhnya
sistem nilai tukar Bretton Woods. Berdasarkan perkembangan terakhir, terdapat kecenderungan negara-negara dunia menggunakan sistem nilai tukar
mengambang. Namun, masih terdapat beberapa negara yang menggunakan sistem
nilai tukar tetap ataupun variasi dari sistem nilai tukar mengambang dengan
sistem nilai tukar tetap. Corden (2002) mengklasifikasikan sistem nilai tukar
menjadi tiga kelompok, yaitu: 1) sistem nilai tukar tetap murni (Absolutely fixed rate regime), 2) sistem nilai tukar mengambang murni (Pure floating regime), 3) sistem nilai tukar tetap tetapi dapat disesuaikan (Fixed But Adjustable Rate/FBAR) yang merupakan kombinasi sistem nilai tukar tetap dan mengambang. Selanjutnya
terdapat beberapa jenis sistem nilai tukar yang merupakan kombinasi dari ketiga
sistem nilai tukar tersebut. Diantara sistem nilai tukar mengambang murni dengan
FBAR terdapat tiga jenis sistem nilai, yaitu i) pegged, ii) target zone (band), iii)
managed floating. Sementara itu crawling pegged dapat dibagi menjadi dua jenis lagi, yaitu active (pre-announced) dan passive crawling pegged.
2.3. Sistem Nilai Tukar di Indonesia
Indonesia telah mengimplementasikan sistem nilai tukar yang
berbeda-beda dalam periode tiga dekade terakhir. Tahun 1960-an rezim nilai tukar yang
dianut Indonesia adalah multiple exchange rate system. Sejak Agustus 1971 sampai dengan November 1978 Indonesia menganut fixed exchange rate system. Selanjutnya setelah November 1978 sampai September 1992 Indonesia menganut
1997 Indonesia menganut Managed Floating dengan crawling band system. Terakhir sejak tanggal 14 Agustus 1997 hingga saat ini BI mengubah arah
kebijakan menjadi free floating/flexible system hal tersebut berkaitan dengan terjadinya currency turmoil dan keterbatasan cadangan devisa yang dimiliki BI (Kurniati dan Hardiyanto, 1999).
2.3.1. Sistem Nilai Tukar Tetap (Fixed Exchange Rate System)
Pada sistem nilai tukar tetap nilai tukar mata uang suatu negara ditetapkan
secara tetap dengan mata uang asing tertentu. Dengan penetapan nilai tukar secara
tetap, terdapat kemungkinan nilai tukar yang ditetapkan terlalu tinggi ( over-valued) atau terlalu rendah (under-valued) dari nilai yang sebenarnya. Terdapat dua penyebab utama suatu negara meninggalkan sistem ini yaitu:
Pertama, dapat menganggu neraca perdagangan. Dengan menerapkan sistem nilai tukar tetap, maka nilai mata uang domestik akan dapat lebih mahal
dibandingkan dengan nilai sebenarnya. Kondisi ini dapat mengakibatkan
barang-barang ekspor suatu negara menjadi lebih mahal di luar negeri dan akan
mengurangi daya kompetisi dan selanjutnya akan menurunkan volume ekspor.
Disisi impor, nilai tukar yang over-valued mengakibatkan harga barang-barang impor menjadi lebih murah dan impor dapat meningkat. Secara keseluruhan nilai
tukar yang over-valued akan memperburuk neraca perdagangan suatu negara.
Kedua, ketidakcukupan cadangan devisa untuk mempertahankan nilai tukar ini. Negara-negara yang memiliki cadangan devisa sedikit akan rentan
yang cukup untuk mengintervensi ke pasar valas dalam mempertahankan nilai
tukar. (Simorangkir dan Suseno, 2005).
Indonesia menganut sistem nilai tukar tetap sejak Agustus tahun 1971
sampai dengan November 1978. Penerapan sistem nilai tukar tetap ini
memberikan kestabilan dari waktu ke waktu namun memerlukan cadangan devisa
dalam jumlah yang besar untuk melakukan intervensi. Pada sistem nilai tukar
tetap ini, dengan sistem kontrol devisa dan masih belum berkembangnya lembaga
keuangan khususnya pasar valas, volume transaksi devisa yang terjadi masih
relatif kecil.
Pada rezim sistem nilai tukar ini pemerintah mem-peg-kan Rupiah terhadap Dollar Amerika, dimana penentuan nilai tukar mutlak dilakukan oleh
pemerintah atas dasar nilai tukar riil dan BI memiliki wewenang penuh dalam
mengawasi transaksi devisa. Untuk menjaga kestabilan nilai tukar pada level yang
telah ditetapkan, BI melakukan intervensi aktif di pasar valas. Untuk menghindari
nilai tukar yang over-valued yang dapat mengurangi daya saing produk-produk ekspor di pasar internasional, pemerintah melakukan devaluasi mata uang
sebanyak tiga kali, yaitu pada tanggal 17 April 1970 dengan kurs sebesar Rp
378/USD, 23 Agustus 1971 dengan kurs sebesar Rp 415/USD dan 15 November
Gambar 2.1. Keseimbangan Nilai Tukar Tetap
Gambar 2.1 (a) mengasumsikan bahwa pemerintah menetapkan kurs
sebesar e dibawah keseimbangan pasar (under-valued) sebesar e*. Pada kondisi ini jumlah permintaan valas melebihi jumlah penawarannya atau dengan kata lain
terjadi kelebihan permintaan (excess demand) valas sebesar D – S. Kelebihan permintaan ini akan dipenuhi oleh bank sentral melalui penjualan valas pada
sektor privat untuk mencegah kurs bergerak diatas level yang telah ditetapkan. Hal tersebut menyebabkan bank sentral kehilangan sejumlah cadangan internasional
sebesar D – S. Dalam rezim nilai tukar tetap, Bank Sentral harus memiliki
cadangan internasional untuk menjaga kurs pada level yang telah ditetapkan. (Batiz dan Batiz, 1994)
Gambar 2.2 (b) mengasumsikan bahwa pemerintah menetapkan kurs
sebesar e diatas keseimbangan pasar (over-valued) sebesar e*. Pada kondisi ini terjadi kelebihan penawaran kurs (excess supply) sebesar S – D. Kelebihan penawaran valas oleh privat sektor akan dibeli oleh bank sentral untuk mencegah
S S
D
e*
O S
S
jumlah valuta asing
D e
D
D
Kurs Kurs
jumlah valuta asing
S D
e e*
O
D
S
Sumber: Batiz dan Batiz, 1994
supaya kurs tidak bergerak dibawah level yang telah ditetapkan. (Batiz dan Batiz,
1994)
2.3.2. Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali (Managed Floating Exchange Rate System)
Menurut Simorangkir dan Suseno (2005), suatu negara menerapkan nilai
tukar mengambang terkendali apabila bank sentral melakukan intervensi di pasar
valuta asing tetapi tidak ada komitmen untuk mempertahankan nilai tukar pada
tingkat tertentu atau pada suatu batasan target (target zone). Tujuan dari intervensi tersebut adalah untuk menstabilkan pergerakan nilai tukar secara berkala atau
setidaknya mengurangi tingkat volatilitas pada tingkat moderat, serta mencegah
pergerakan nilai yang terlalu besar.
Keuntungan dari sistem ini adalah pembuat kebijakan mendapat kebebasan
untuk menggunakan intervensi atau kebijakan lain, seperti suku bunga, untuk
mencapai nilai tukar yang diharapkan sesuai dengan kebutuhan ekonomi tanpa
harus kehilangan kredibilitas. Akan tetapi, kelemahan dari sistem ini dapat
mendorong kegiatan spekulasi dan (jika) bank sentral atau pemerintah tidak
mempunyai cadangan devisa yang cukup, dapat mengakibatkan ambruknya sistem
nilai tukar ini.
Sistem nilai tukar mengambang terkendali ini diberlakukan di Indonesia
sejak November 1978 sampai 13 Agustus 1997. Dalam pelaksanaannya, sistem ini
memiliki esensi yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristik perekonomian
pada saat itu dan berhubungan erat dengan seberapa besar BI mengendalikan nilai
Pada sistem ini, nilai tukar akan diupayakan untuk berada dalam kisaran
tertentu yang diputuskan oleh otoritas moneter. Dalam mempertahankan nilai
tukar efektif, nilai tukar dari waktu ke waktu disesuaikan dengan selisih inflasi
antara Indonesia dengan sekeranjang mata uang negara-negara mitra dagang
utama dan kompetitor Indonesia, sehingga perkembangan nilai tukar Rupiah
mudah diprediksi dan relatif stabil. Dalam menjaga kestabilan nilai Rupiah
pemerintah melakukan intervensi apabila kurs mengalami fluktuasi melebihi batas
atas atau batas bawah dari selisih atau spread tertentu. Kebijakan sistem nilai tukar ini diimplementasikan bersamaan dengan adanya devaluasi Rupiah pada
tahun 1978 sebesar 33.6%.
Fleksibilitas nilai tukar semakin ditingkatkan melalui penerapan kebijakan
nilai tukar crawling band sejak tahun 1992 sampai dengan Agustus 1997. Peningkatan fleksibilitas nilai tukar melalui pelebaran rentang intervensi telah
memberikan keleluasaan kepada BI dalam melaksanakan kebijakan moneter dan
mendorong berkembangnya pasar valas dalam negeri.
2.3.3. Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas (Free Floating Exchange Rate System)
Dalam sistem nilai tukar ini, mekanisme penetapan nilai mata uang
domestik terhadap mata uang asing ditentukan oleh mekanisme pasar. Besarnya
nilai tukar ini juga dipengaruhi oleh perilaku penjual dan pembeli khususnya para
spekulan. Dengan demikian, pada sistem ini nilai mata uang akan dapat berubah
setiap saat tergantung dari permintaan dan penawaran mata uang domestik relatif
Bank Sentral tidak menargetkan besarnya nilai tukar dan tidak melakukan
intervensi langsung ke pasar valuta asing. Sistem nilai tukar ini banyak dianut
oleh negara-negara di dunia. Hal tersebut dikarenakan sistem ini memiliki
beberapa keuntungan, yaitu: Pertama, sistem ini memungkinkan suatu negara mengisolasikan kebijakan ekonomi makronya dari dampak kebijakan dari luar
sehingga suatu negara mempunyai kebebasan untuk mengeluarkan kebijakan yang
independen. Kedua, sistem ini tidak memerlukan cadangan devisa yang besar karena tidak ada kewajiban untuk mempertahankan nilai tukar. Tetapi sistem ini
juga memiliki kelemahan, yaitu penetapan nilai tukar berdasarkan pasar dapat
mengakibatkan nilai tukar berfluktuasi. Depresiasi nilai tukar dapat
mengakibatkan peningkatan harga barang-barang impor dan pada akhirnya akan
memicu inflasi di dalam negeri (Simorangkir dan Suseno, 2005).
Sumber : Batiz dan Batiz, 1994
S
D
O jumlah valuta asing
Kurs
[image:46.595.149.439.453.664.2]e*
Gambar 2.2 Keseimbangan Kurs Pada Sistem Nilai Tukar Mengambang D
Gambar 2.2 mengasumsikan hanya ada dua mata uang yaitu mata uang
domestik dan mata uang asing dan tidak ada intervensi yang sistematis dari
pemerintah dalam pasar valuta asing. Jumlah permintaan valas sektor privat
ditunjukkan oleh kurva DD sementara SS menunjukkan penawaran valas dan e*
adalah keseimbangan kurs dalam sistem nilai tukar mengambang yang ditentukan
oleh mekanisme pasar.
Pemberlakuan sistem nilai tukar mengambang bebas di Indonesia mulai
tanggal 14 Agustus 1997 yang terkait dengan semakin terkurasnya cadangan
devisa negara akibat dari depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika
yang berawal dari adanya tekanan yang berasal dari adanya serangan spekulasi
terhadap mata uang Baht Thailand yang kemudian berdampak menjalar
(contagion efffect) ke mata uang Indonesia (Warjiyo, 2004).
Melemahnya nilai tukar Rupiah telah mendorong investor asing menarik
dananya pada waktu yang bersamaan dari Indonesia yang diinvestasikan dalam
bentuk portofolio surat-surat berharga seperti commercial papers, promisorry notes, dan medium-term notes maupun saham dan obligasi. Kepanikan mulai terjadi lagi di pasar valas terutama karena perusahaan dan bank-bank di dalam
negeri ingin memborong devisa untuk membayar atau melindungi kewajiban luar
negerinya dari resiko nilai tukar. Akibatnya nilai tukar Rupiah semakin merosot
hingga pernah mencapai tingkat terendah sekitar Rp15.000 per Dollar AS pada
awal tahun 1998.
Dalam menghadapi tekanan yang begitu besar terhadap melemahnya nilai
terkendali yang berlaku pada waktu itu, melakukan intervensi di pasar valas untuk
mempertahankan nilai tukar pada kisaran yang telah ditetapkan. Demikian
besarnya pembelian valas di pasar mengharuskan BI menyelamatkan jumlah
cadangan devisa yang tersedia dengan tetap berupaya menstabilkan Rupiah, antara
lain dengan memperlebar kisaran intervensi nilai tukar Rupiah dan terus
mengendalikan likuiditas di pasar.
Sementara itu, tekanan Rupiah yang sangat kuat dan demikian cepat
terhadap melemahnya nilai tukar Rupiah yang disertai dengan penurunan devisa
dalam jumlah yang cukup besar akhirnya memaksa pemerintah untuk mengubah
sistem nilai tukar yang berlaku dari sistem kebijakan nilai tukar mengambang
terkendali menjadi sistem nilai tukar mengambang bebas.
2.4. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter
Menurut Warjiyo (2004), mekanisme transmisi kebijakan moneter pada
dasarnya menggambarkan bagaimana kebijakan moneter yang ditempuh bank
sentral mempengaruhi berbagai aktivitas ekonomi dan keuangan sehingga pada
akhirnya dapat mencapai tujuan akhir yang ditetapkan. Mekanisme transmisi
moneter dimulai dari tindakan bank sentral dengan menggunakan instrumen
moneter, apakah OPT (Operasi Pasar Terbuka) atau yang lain, dalam
melaksanakan kebijakan moneternya. Tindakan itu kemudian berpengaruh pada
aktivitas ekonomi dan keuangan melalui berbagai saluran transmisi kebijakan
moneter yaitu saluran uang, kredit, suku bunga, nilai tukar, harga aset, dan
Pada perekonomian terbuka, perkembangan ekonomi dan keuangan di
suatu negara akan dipengaruhi pula oleh perkembangan ekonomi dan keuangan di
negara lain yang terjadi antara lain melalui perubahan nilai tukar, volume ekspor
dan impor, atau besarnya arus dana yang masuk dan keluar dari negara yang
bersangkutan. Pada kondisi demikian, peranan saluran lain seperti nilai tukar,
suku bunga, dan kredit menjadi semakin penting dalam transmisi kebijakan
moneter. Peranan saluran harga aset lainnya, seperti obligasi dan saham, dan
saluran ekspektasi juga semakin diperhatikan. Secara spesifik, Taylor (1995)
menyatakan bahwa mekanisme transmisi kebijakan moneter adalah ”the process through monetary policy decisions are transmitted into changes in real GDP and inflation”.
2.4.1. Saluran Nilai Tukar Pada Transmisi Kebijakan Moneter Di Indonesia
Saluran nilai tukar (exchange rate channel) menekankan pada pentingnya pengaruh perubahan harga aset finansial terhadap berbagai aktivitas ekonomi.
Dalam kaitan ini, pentingnya saluran nilai tukar dalam transmisi kebijakan
moneter terletak pada pengaruh aset finansial dalam bentuk valuta asing yang
timbul dari kegiatan ekonomi suatu negara dengan negara lain. Pengaruhnya tidak
saja terjadi pada perubahan nilai tukar, tetapi juga pada besarnya aliran dana
masuk dan keluar suatu negara yang terjadi karena aktivas perdagangan luar
negeri maupun aliran modal investasi dalam neraca pembayaran. Selanjutnya
perkembangan nilai tukar dan aliran dana luar negeri tersebut akan berpengaruh
devisa bebas, maka semakin besar pula pengaruh nilai tukar dan aliran modal luar
negeri tersebut. Secara jelas, mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui
saluran nilai tukar dapat dilihat melalui skema dibawah ini :
[image:50.595.111.520.183.365.2]Sumber : Warjiyo, 2004
Gambar 2.3. Skema Mekanisme Transmisi Saluran Nilai Tukar
2.5. Kebijakan Moneter Dalam Perekonomian Terbuka
Dalam model Mundell-Flemming dengan asumsi bahwa perekonomian
yang sedang dipelajari adalah perekonomian terbuka kecil dengan mobilitas
modal sempurna. Hal tersebut berimplikasi bahwa perekonomian ini merupakan
bagian kecil dari pasar dunia dan dengan sendirinya hanya memiliki dampak yang
tidak berarti pada tingkat suku bunga dunia atau dengan kata lain suku bunga
domestik ditentukan oleh suku bunga dunia. Perekonomian tersebut dapat
meminjam atau memberi pinjaman sebanyak yang negara tersebut inginkan di
pasar keuangan dunia tanpa mempengaruhi tingkat bunga dunia.
Kebijakan Moneter
Perbedaan Suku Bunga DN-LN
Aliran Modal LN& Supply-Demand
Valas
Nilai Tukar
Resiko Perbedaan Suku Bunga DN-LN
Harga-harga Traded Goods
Ekspor Neto PDB Output Gap PDB
Sumber : Mankiw, 2000
Gambar 2.4. Model Mundell-Flemming
Berdasarkan model ini, perekonomian terbuka kecil dengan mobilitas
modal sempurna dapat dijelaskan dengan dua persamaan berikut :
IS : Y = C(Y-T) + I(r*) + G + NX(e) (2.1)
LM : M/P = L(r*, Y) (2.2)
Persamaan pertama menjelaskan keseimbangan di pasar barang, dan
persamaan kedua menjelaskan keseimbangan di pasar uang. Variabel eksogen
adalah kebijakan fiskal G dan T, kebijakan moneter M, tingkat harga P, dan
tingkat bunga dunia r*. Variabel endogen adalah pendapatan Y dan kurs e.
Equilibrium atau keseimbangan untuk perekonomian terjadi pada saat IS dan LM
berpotongan. Perpotongan ini menunjukkan bahwa pasar barang dan pasar uang
berada dalam keseimbangan. Kurs Equilibrium
Pendapatan Equilibrium
Y
IS LM
Pendapatan, output, Y Kurs, e
2.5.1. Kebijakan Moneter Pada Fixed Exchange Rates
Dalam perekonomian terbuka dengan sistem kurs tetap (fixed exchange rate), bank sentral siap untuk menjual atau membeli mata uang domestik untuk mata uang asing pada harga yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada sistem ini,
penawaran uang menyesuaikan dengan kurs yang berlaku. Apabila keseimbangan
penawaran dan permintaan uang terjadi pada nilai kurs diatas kurs yang
ditetapkan, maka bank sentral akan menaikkan pernawaran uang sampai akhirnya
kurs kembali pada level yang telah ditetapkan.
Gambar 2.5. Keseimbangan Kurs Lebih Besar dari Kurs Tetap
Peningkatan penawaran uang ini akan mendorong kurva LM ke kanan
sehingga nantinya akan menurunkan kurs (Gambar 2.5). Sementara itu jika
keseimbangan penawaran dan permintaan uang terjadi pada nilai kurs dibawah
kurs yang ditentukan (Gambar 2.6), maka bank sentral akan menyesuaikan dengan
menurunkan jumlah penawaran sehingga kurs akan naik. Hal ini akan terus
berlangsung sampai nilai kurs akan kembali pada level yang telah ditentukan. Output,Y
IS LM2 LM1
Equilibrium Kurs
e1
e
Kurs Tetap
Kurs, e
Penurunan penawaran ini akan menggeser kurva LM ke kiri dan menaikkan nilai
kurs.
Gambar 2.6. Keseimbangan Kurs Lebih Kecil Kurs Tetap
2.5.2. Kebijakan Moneter Dalam Floating Exchange Rates
Pada perekonomian terbuka dengan sistem nilai tukar mengambang
(floating exchange rates), kurs dibiarkan berfluktuasi dengan bebas sesuai dengan permintaan dan penawaran di pasar. Jika bank sentral menaikkan jumlah uang
beredar (ekspansi moneter) dan harga diasumsikan tetap, maka kenaikan dalam
penawaran uang atau jumlah uang beredar akan meningkatkan keseimbangan
uang riil. Kenaikan dalam keseimbangan uang riil akan menggeser kurva LM ke
kanan, maka kenaikan dalam penawaran uang akan menaikkan pendapatan dan
menurunkan kurs. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Gambar 2.7 di bawah
ini:
Output,Y IS
LM1 LM2
Equilibrium Kurs
e
e1
Kurs Tetap
Kurs, e
Gambar 2.7. Ekspansi Moneter Dalam Kurs Mengambang
Dalam perekonomian terbuka kecil, tingkat bunga ditetapkan oleh tingkat
bunga dunia, maka kenaikan dalam penawaran uang akan menekan tingkat bunga
domestik untuk turun sehingga akan terjadi aliran modal keluar karena investor
akan merasa diuntungkan apabila menanamkan modalnya di luar negeri. Aliran
modal keluar ini akan meningkatkan penawaran mata uang domestik atau terjadi
excess supply mata uang domestik di pasar valas, sehingga akan membuat nilai tukar terdepresiasi. Penurunan kurs ini akan membuat barang-barang domestik
relatif lebih mahal dibandingkan dengan barang-barang luar negeri sehingga akan
mendorong ekspor yang nantinya akan meningkatkan nilai ekspor bersih dan pada
akhirnya output akan meningkat.
2.6. Definisi GDP
Menurut Lipsey (1995), Gross Domestic Product (GDP) atau disebut juga dengan Produk Domestik Bruto (PDB) adalah pendapatan nasional yang diukur
Output,Y IS
LM2 LM1
e1
e2
Kurs, e
menurut pendekatan output; sama dengan jumlah semua nilai tambah pada perekonomian, atau sama dengan nilai semua barang jadi yang dihasilkan pada
perekonomian. Sedangkan apabila dihitung dari sisi pengeluaran adalah jumlah
pengeluaran konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor-impor.
GDP dikategorikan menjadi dua, yaitu nominal dan riil. Dikatakan GDP
nominal apabila GDP total yang dinilai pada harga-harga sekarang. Sedangkan
GDP yang dinilai pada harga-harga periode dasarnya disebut GDP riil, sering
disebut sebagai pendapatan nasional riil.
2.7. Inflasi
2.7.1 Definisi Inflasi
Menurut Lipsey (1995), inflasi adalah kenaikan rata-rata semua tingkat
harga. Kadang-kadang kenaikannya terus-menerus dan berkepanjangan. Menurut
Friedman dalam Mishkin (2001), inflasi adalah suatu fenomena moneter yang
selalu terjadi dimanapun.
Inflasi dapat terjadi melalui dua sisi yaitu dari sisi penawaran (cost-push inflation) dan sisi permintaan (demand-pull inflation). Inflasi dari sisi penawaran terjadi apabila terdapat penurunan penawaran terhadap barang-barang dan jasa
karena adanya kenaikan dalam biaya produksi yang diakibatkan oleh keinginan
meningkatnya tingkat upah riil pekerja karena adanya ekspektasi inflasi dimasa
depan akan meningkat. Peningkatan upah ini akan membuat produsen untuk
menurunkan tingkat produksinya dibawah tingkat produksi optimal sehingga akan
meningkatkan harga dan akan meningkatkan tingkat pengangguran. Jika
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, maka kegiatan ekonomi diarahkan untuk
meningkatkan output sampai tingkat optimal (full employment) sehingga akan meningkatkan tingkat permintaan secara agregat dan akan meningkatkan harga,
apabila proses tersebut terus menerus berlangsung dan akan mengakibatkan
kenaikan dalam tingkat harga tanpa mengubah output dalam jangka panjang, maka kondisi ini disebut sebagai cost-push inflation.
Sementara itu, inflasi dari sisi permintaan (demand-pull inflation) terjadi apabila secara agregat terjadi peningkatan terhadap barang-barang dan jasa dalam
memenuhi permintaan yang mendorong produsen untuk menambah dana produksi
dan menyebabkan pergeseran kurva permintaan. Kondisi ini secara langsung
dapat mengakibatkan inflasi karena menyebabkan naiknya harga output. Peristiwa ini dinamakan demand-pull inflation. (Mishkin, 2001)
2.7.2. Pengukuran Laju Inflasi 2.7.2.1. Consumer Price Indeks (CPI)
Menurut Lipsey (1995), Consumer Price Indeks (CPI) adalah suatu ukuran harga rata-rata berbagai komoditi yang biasanya dibeli rumah tangga.
Consumer Price Index (CPI) disebut juga Indeks Harga Konsumen (IHK) paling banyak digunakan untuk menghitung laju inflasi, termasuk Indonesia. IHK dapat
digunakan untuk menghitung laju inflasi bulanan, triwulan, semesteran dan
tahunan (BPS, 2003). Perhitungan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
LIt =
1 1 −
− −
t t t
IHK IHK IHK
dimana:
LIt : Laju inflasi pada tahun atau periode t,
IHK : Indeks Harga Konsumen pada tahun atau periode t,
IHKt : Indeks Harga Konsumen pada tahun atau periode t-1,
2.8. Penelitian Terdahulu
Beberapa pendekatan banyak digunakan oleh penelitian terdahulu untuk
menganalisis mekanisme transmisi melalui jalur nilai tukar pada perekonomian
dan siklus bisnis disuatu negara. Berikut ini ringkasan beberapa paper yang dapat dirujuk dalam menggunakan pendekatan SVAR untuk menganalisis mekanisme
transmisi disuatu negara.
Csemely dan Vonnak (2002) menggunakan metode SVAR untuk
menganalisis peranan dari nilai tukar pada mekanisme transmisi di Hungaria
selama periode kuartal satu tahun 1992 sampai dengan kuartal empat tahun 2001,
dimana semua variabel baik variabel domestik (real GDP, core inflation, nilai tukar riil dengan menggunakan HUF/DEM, TB rates) maupun variabel luar negeri (nilai tukar riil DEM/USD, EU-wide GDP, dan GDP serta inflation series dari masing-masing negara EU) yang digunakan berada dalam keadaan stasioner.
Mereka meneliti dengan menggunakan fakta-fakta yang menekankan pada nilai
tukar riil sebagai penyerap shock (shock absorber). Riil shock (demand dan
supply) membentuk siklus bisnis Hungaria yang hampir memiliki kesamaan dengan gangguan di Eropa selama dasawarsa terakhir. Pembentukan nilai tukar
Voss dan Willard (2003) menggunakan model Bayesian pada SVAR untuk
menganalisis transmisi dari external shock pada perekonomian terbuka kecil. Periode analisis dari tahun 1976 kuartal tiga sampai dengan 2000 kuartal kedua.
Pada kasus ini shock tersebut berasal dari perekonomian yang besar yaitu Amerika Serikat yang nantinya ditransmisikan kepada perekonomian terbuka kecil, yaitu
Australia dibawah kondisi capital mobility dan flexible exchange rate. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa external shock (US) yang berasal dari shock
produksi, agregat demand shock Amerika Serikat lebih mempengaruhi output dan tingkat harga Australia dibandingkan dengan shock yang berasal kebijakan moneter atau inovasi harga komoditas Amerika Serikat. Fleksibilitas nilai tukar
berkontribusi pada pembatasan penyesuaian dari shock eksternal pada perekonomian Australia.
Eichenbaum dan Evans (1996), menganalisis hubungan antara shock
kebijakan moneter dengan nilai tukar untuk kasus Amerika Serikat dengan
menggunakan tiga tipe shock yaitu: orthogonalized shock terhadap suku bunga Fed, orthogonalized shock of non-borrowed reserve terhadap total dari reserve