SURAT
PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam
disertasi saya yang berjudul:
ANALISIS PERMINTAAN PRODUK PERIKANAN DI INDONESIA:
SUATU STUDI CROSS-SECTIONAL
Merupakan gagasan atau hasil penelitian disertasi saya sendiri, dengan bimbingan
Komisi Pembimbing, kecuali yang jelas ditunjukkan rujukannya. Disertasi ini belum
pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di Perguruan Tinggi
lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan
dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, Januari 2012
Fitria Virgantari
ABSTRACT
FITRIA VIRGANTARI. Analysis of Demand for Fish in Indonesia: A Cross-Sectional
Study (ARIEF DARYANTO as Chairman, HARIANTO and SRI UTAMI KUNTJORO
as members of Advisory Committee)
This study aimed at determining various factors affecting fish consumption patterns of Indonesian households, analyzing demand for fish by four fish categories, estimating income and price elasticities for the different fish categories according to income groups, and formulating policy directions to increase consumption of fish. Household consumption/expenditure data collected by Central Beaureu of Statistics in 2008 were used in this study. Fish were categorized into four groups namely fresh fish, fresh shrimp/others, preserved fish, and preserved shrimp/others. Multistage budgetting approach method with QUAIDS (Quadratic Almost Ideal Demand System) model was used in this study. Results
show that most of Indonesian prefer to consume fresh fish rather than preserved fish and fresh shrimp. The biggest fish consumption was in Sulawesi and Maluku, while the lowest one was in Java. Fresh fish was favourable consumed by urban households rather than rural households. The biggest share of fish expenditure allocated for fresh fish (55 percent), followed by preserved fish (40 percent), fresh shrimp (4 percent) and preserved shrimp (1 percent). Parameter estimates of the QUAIDS model of the fish demand systems were significantly different from zero with 67.3% coefficient determination. Expenditure elasticity of fish to total food for all income categories were bigger than one (elastic); it indicated that the
higher household expenditure the lower the expenditure elasticity would be. Expenditure elasticity indicates that fresh fish is a necessity good, while fresh shrimp, preserved fish/shrimp are luxury goods. Price elasticity for fresh fish and preserved fish were negative for all income categories (inelastic); while price elasticity for preserved shrimp/others was unitary. Cross price elasticity showed that for lower household’s income group, fresh fish was highly substituted for preserved fish but highly complemented by fresh shrimp. For the higher household’s income group, most of all type of commodities were not associated, but fresh fish was highly subtituted for fresh shrimp. Projection of fish consumption in period 2009 to 2014 shows that government target to fish consumption in 2014 valued 38 kilogram/caput/year is overestimated than projection valued 36.3 kilogram/caput/year. If it is
assumed that price and income elasticity constant, the target of fish consumption in 2014 can be reached by decreasing price growth rather than increasing income growth. Other policy and strategy needed to increase fish consumption is to improve knowledge of the society regarding with the importance of consuming fish through counseling, education, and public service as GEMARIKAN done. In addition, because of the distribution of consumption and production of fish was not homogenous, policy and strategy interventions related to marketing is also required.
RINGKASAN
FITRIA VIRGANTARI. Analisis Permintaan Produk Perikanan di Indonesia: Suatu
Studi Cross-Sectional (ARIEF DARYANTO sebagai Ketua, HARIANTO dan SRI
UTAMI KUNTJORO sebagai Anggota Komisi Pembimbing)
Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis pola konsumsi dan kontribusi produk ikan terhadap pola konsumsi penduduk, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan produk ikan penduduk Indonesia, menduga elastisitas harga dan pendapatan beberapa kelompok ikan, serta merekomendasikan opsi kebijakan yang diperlukan untuk mendukung peningkatan konsumsi ikan masyarakat Indonesia berdasarkan proyeksi tingkat konsumsi ikan. Data yang digunakan adalah data SUSENAS 2008 modul konsumsi rumahtangga Indonesia yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. Jenis ikan yang dianalisis adalah kelompok ikan segar, ikan awetan, udang/hewan lain yang segar dan udang/hewan air lain yang diawetkan. Variabel wilayah perdesaan/perkotaan, serta jumlah anggota rumah tangga diperhitungkan pula dalam penelitian ini. Metode multistage budgetting approach
dengan model QUAIDS (Quadratic Almost Ideal Demand System) digunakan dalam
penelitian ini.
Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia di berbagai wilayah lebih banyak mengkonsumsi ikan segar daripada ikan awetan maupun udang. Konsumsi ikan segar tertinggi adalah di wilayah Sulawesi dan Maluku, terendah di Pulau Jawa, baik di perkotaan maupun perdesaan. Tingkat konsumsi ikan segar dan udang segar di perkotaan secara umum lebih tinggi daripada di perdesaan.
Harga ikan segar di seluruh wilayah Indonesia relatif cukup seragam. Harga ikan segar dan ikan awetan lebih tinggi dibandingkan dengan harga udang segar dan udang awetan. Harga udang segar dan udang awetan terlihat tidak berbeda jauh, namun variasinya cukup tinggi. Harga termahal adalah di wilayah Kalimantan Tengah, kemudian Kalimantan Selatan, Bangka Belitung dan Aceh, sedangkan harga terendah adalah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah dan Bali.
Dari alokasi pengeluaran untuk makanan (sekitar 49 persen), 7.9 persen diantaranya dialokasikan untuk konsumsi ikan. Alokasi anggaran untuk ikan di Indonesia paling banyak digunakan untuk konsumsi ikan segar (55 persen) dan ikan awetan (40 persen). Alokasi anggaran yang digunakan untuk konsumsi udang segar hanya 4 persen, sedangkan untuk udang awetan hanya 1 persen. Pada kelompok ikan segar, udang/hewan air yang segar, dan udang/hewan air awetan terlihat bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan, semakin besar share pengeluaran untuk ketiga komoditas tersebut. Sedangkan pada kelompok ikan
awetan terjadi sebaliknya, semakin besar tinggi tingkat pendapatan semakin rendah share
pengeluarannya.
Pendugaan model permintaan dengan model QUAIDS terlihat cukup baik, ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi sistem sebesar 67.3 persen mengindikasikan bahwa respon pengeluaran pangan/ikan terhadap perubahan pengeluaran pangan tidak linear. Nilai elastisitas pengeluaran ikan terhadap total pengeluaran pangan untuk semua kelompok pendapatan lebih besar dari dari satu (elastis) dengan kisaran 1.7 sampai 3.9; nilainya semakin kecil dengan semakin meningkatnya pendapatan. Elastisitas pengeluaran kelompok ikan segar bernilai 0.4 sampai 0.5 menunjukkan bahwa ikan segar merupakan barang kebutuhan (neccesity goods) bagi rumahtangga di Indonesia. Elastisitas udang
Pada uncompensated own-price elasticity, kelompok ikan segar mempunyai nilai
elastisitas berkisar dari -0.3 sampai -0.9; menunjukkan bahwa komoditas ikan segar tidak elastis terhadap perubahan harga. Udang/hewan air lain yang diawetkan nilai elastisitasnya adalah -1 yang artinya bahwa perubahan harga dalam persentase tertentu akan diikuti oleh perubahan jumlah yang diminta dalam persentase yang sama dengan arah yang berlawanan. Pada compensated own-price elasticity, kelompok ikan awetan mempunyai nilai
elastisitas yang kurang dari satu, yang menunjukkan bahwa ikan awetan tidak responsif terhadap perubahan harga.
Nilai elastisitas harga silang menunjukkan bahwa pada kelompok pendapatan rendah, ikan segar dan udang awetan bersifat substitusi; ikan segar dan udang segar bersifat komplemen, demikian juga dengan udang awetan dan ikan awetan. Pada golongan menengah ke atas secara umum terlihat bahwa diantara komoditas ikan segar, udang segar, ikan awetan, dan udang awetan tidak saling berkaitan, namun ikan segar dan udang segar bersifat substitusi.
@ Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
ANALISIS
PERMINTAAN
PRODUK
PERIKANAN
DI
INDONESIA:
SUATU
STUDI CROSS-SECTIONAL
Oleh:
FITRIA
VIRGANTARI
H
361060071
DISERTASI
Sebagai
salah
satu
syarat
untuk
memperoleh
gelar
Doktor
pada
Program
Studi
Ilmu
Ekonomi
Pertanian
PROGRAM
STUDI
ILMU
EKONOMI
PERTANIAN
SEKOLAH
PASCASARJANA
INSTITUT
PERTANIAN
BOGOR
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tertutup:
1. Dr. Ir. Suharno, MSc (Staf Pengajar Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB)
2. Dr. Ir. Henny K. Daryanto (Staf Pengajar Fakultas Ekonomi dan Manajemen
IPB)
Penguji Luar Komisi pada Ujian Terbuka:
1. Dr. Ir. Handewi P. Rachman (Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian,
Departemen Pertanian)
2. Dr. Ir. Victor H. Nikijuluw (Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran
PRAKATA
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah swt yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis akhirnya dapat
menyelesaikan tulisan ini dengan baik.
Tulisan ini merupakan tugas akhir yang disusun dalam rangka memenuhi
salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Ilmu
Ekonomi Pertanian, Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Tulisan ini
mengambil topik kajian mengenai permintaan produk perikanan di Indonesia
berdasarkan data Susenas 2008 menggunakan model Quadratic Almost Ideal
Demand System (QUAIDS) dengan pendekatan multistage budgetting approach.
Sesuai dengan format yang ditentukan oleh Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor, maka penyusunan karya tulis ini terdiri atas bab pendahuluan; tinjauan
pustaka; kerangka teori; model-model empiris fungsi permintaan; metode analisis;
hasil dan pembahasan yang terbagi menjadi bab pola konsumsi produk perikanan di
Indonesia, model permintaan ikan di Indonesia, prospek permintaan ikan; kemudian
kesimpulan dan implikasi kebijakan, daftar pustaka serta lampiran-lampiran.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ir. Arief Daryanto, MEc sebagai Ketua Komisi
Pembimbing serta Bapak Dr. Ir. Harianto, MS dan Ibu Prof. Dr. Sri Utami Kuntjoro,
MS sebagai anggota komisi pembimbing, yang telah dengan penuh kesabaran
memberikan motivasi, arahan, bimbingan dan masukan-masukan yang berharga
selama penyusunan tulisan ini. Kepada Dr. Ir. Suharno, MSc dan Dr. Ir. Henny K.
Daryanto dari Departemen Agribisnis,Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB yang
bertindak sebagai penguji luar komisi pada ujian tertutup, serta Dr. Ir. Handewi S.
Purwati (Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Kementrian
Pertanian) dan Dr. Ir. Victor P.H. Nikijuluw (Direktorat Jenderal Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perikanan, Kemetrian Kelautan dan Perikanan) sebagai penguji
luar komisi pada ujian terbuka penulis juga menyampaikan banyak terimakasih atas
kesediaan dan saran/masukannya.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan juga kepada Pusat Data dan
Informasi Kementrian Kelautan dan Perikanan, Direkrorat Jenderal Pengolahan dan
yang telah banyak memberikan data, informasi serta bahan-bahan dan masukan
yang sangat berharga bagi penyusunan disertasi ini.
Tak lupa ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Yayasan Pakuan
Siliwangi, Rektor dan Pembantu Rektor, Dekan dan Pembantu Dekan FMIPA,
Lembaga Penelitian dan Pengembangan Universitas Pakuan Bogor, serta kepada
rekan-rekan di Jurusan Matematika FMIPA Universitas Pakuan Bogor yang telah
memberikan dukungan kepada penulis. Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA dan jajarannya sebagai
pengelola Program Studi dan staf pengajar Ilmu Ekonomi Pertanian (EPN) serta
para pimpinan IPB yang telah banyak memberikan ilmu dan fasilitas kepada penulis.
Kepada suami dan anak-anakku Yansa, Hakim, Rifa; Ibu, Bapak, kakak-
kakak dan adikku, terimakasih atas segala kasih sayang, pengertian dan doanya.
Terakhir, ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada teman-teman Program
Studi EPN SPS IPB yang selalu memotivasi dan bersedia untuk sharing atau
berdiskusi mengenai berbagai persoalan, akademik maupun non-akademik.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam tulisan ini; namun
penulis tetap berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca serta
dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.
Bogor, Januari 2012
RIWAYAT
HIDUP
Penulis dilahirkan di Madiun, pada tanggal 11 Agustus 1967 sebagai anak
kelima dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak M. A. Supangat dan Ibu Siti
Hadidjah Lubis. Penulis menikah pada tahun 1993 dengan Sonny
Koeshendrajana; dan kini telah dikaruniai
dua putra yaitu Auliansa Muhammad
(Yansa) dan Taufiqulhakim Ramadhan (Hakim); serta satu putri yaitu Syariifah
Khoirunisa (Rifa).
Riwayat pendidikan penulis dimulai dari Sekolah Dasar (SD) Neger Madiun
Lor IX lulus tahun 1980, dilanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 5
Madiun lulus tahun 1983, dan kemudian Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1
Madiun lulus tahun 1986. Setelah lulus dari SMA Negeri 1 Madiun, tahun 1986
penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur PMDK (Penelusuran Minat
dan Kemampuan). Setelah melewati tingkat persiapan bersama, setahun kemudian
penulis
diterima
pada
Jurusan
Statistika,
Fakultas
Matematika
dan
Ilmu
Pengetahuan Alam.
Penulis lulus dari program sarjana pada tahun 1991 dengan karya tulis
berjudul ‘Penentuan Ukuran Contoh Penelitian Intervensi Gizi Anak Usia Sekolah
Berdasarkan Indikator Bobot Badan’ di bawah bimbingan (alm) Prof. Dr. Andi Hakim
Nasoetion dan Ir. Satrio Wiseno, MPhil. Pada tahun 2001 penulis mendapat
kesempatan untuk melanjutkan studi pascasarjana program magister pada Program
Studi Statistika, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor dengan beasiswa
dari BPPS Dikti dengan tesis berjudul ‘Perbandingan Model Tobit, Regresi
Terpotong dan Regresi Biasa pada Data Konsumsi Rumah Tangga’ di bawah
bimbingan Dr. Ir. Siswadi dan Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, MS. Kemudian, pada
tahun 2006 penulis mendapat kesempatan lagi melanjutkan studi pascasarjana pada
Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor juga dengan beasiswa BPPS Dikti.
Setelah lulus sarjana pada tahun 1991 penulis bekerja pada sebuah bank
swasta di Bogor; namun sejak tahun 1998 sampai sekarang penulis memilih
Pengetahuan Alam, Universitas Pakuan Bogor dan sejak tahun 2007 penulis
ditunjuk sebagai Ketua Jurusan Matematika.
Bagian dari disertasi ini telah disajikan pada Seminar Nasional Tahunan
Hasil-hasil Perikanan di Universitas Gajah Mada tahun 2009 dan 2010, dimuat
dalam jurnal Ekologia Universitas Pakuan, akan dimuat dalam jurnal JAREE
Departemen Ekonomi dan Sumberdaya Lingkungan, Institut Pertanian Bogor. Satu
paper telah diterima untuk dimuat pada Jurnal Kebijakan dan Sosial Ekonomi
Perikanan dan Kelautan, Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan,
DAFTAR
ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... xv
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xx
DAFTAR LAMPIRAN ... xxii
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 7
1,3, Tujuan dan Manfaat Penelitian... 11
1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian... 12
1.5. Kontribusi Penelitian ... 14
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 16
2.1. Kandungan Protein Hewani Asal Ikan ... 16
2.2. Ketersediaan Produk Perikanan... 21
2.3. Konsumsi Produk Perikanan ... 25
2.4. Studi Permintaan Produk Perikanan di Indonesia... 34
2.5. Studi Permintaan Produk Perikanan di Beberapa Negara ... 38
III. KERANGKA TEORI ... 43
3.1. Pola Konsumsi/Pengeluaran Rumahtangga ... 43
3.2. Teori Permintaan ... 44
3.3. Teori Perilaku Konsumen ... 46
3.4. Fungsi Utilitas... 50
3.5. Fungsi Permintaan ... 51
3.6. Garis Konsumsi Pendapatan... 53
3.7. Agregasi Engel... 58
3.8. Agregasi Cournot ... 59
3.10. Pengaruh Perubahan Harga... 61
3.11. Pengaruh Perubahan Pendapatan ... 63
3.11.1. Barang Normal ... 63
3.11.2. Barang Inferior... 64
3.11.3. Barang Giffen ... 65
3.12. Elastisitas Permintaan ... 66
IV. MODEL-MODEL EMPIRIS FUNGSI PERMINTAAN ... 69
4.1. Working-Lesser Model ... 69
4.2. Model Tobit ... 70
4.2. Model AIDS (Almost Ideal Demand Syatem) ... 73
4.3. Model QUAIDS (Quadratic Almost Ideal Demand Syatem) ... 75
4.4. Model Proyeksi Permintaan... 77
V. METODE PENELITIAN ... 79
5.1. Kerangka Pendekatan... 79
5.2. Data dan Sumber Data... 83
5.3. Metode Analisis ... 87
5.3.1. Analisis Deskriptif ... 87
5.3.2. Perumusan dan Pendugaan Model... 88
5.3.3. Validasi Model ... 94
5.3.5. Proyeksi Permintaan ... 95
VI. POLA KONSUMSI IKAN PENDUDUK INDONESIA ... 99
6.1. Tingkat Partisipasi Konsumsi ... 99
6.1.1. Tingkat Partisipasi Konsumsi Ikan Segar... 104
6.1.2. Tingkat Partisipasi Konsumsi Udang Segar ... 108
6.1.3. Tingkat Partisipasi Konsumsi Ikan Awetan ... 110
6.1.4. Tingkat Partisipasi Konsumsi Udang Awetan... 112
6.2. Tingkat Konsumsi ... 113
6.2.1. Tingkat Konsumsi Ikan Segar ... 122
6.2.2. Tingkat Konsumsi Udang Segar ... 127
6.2.3. Tingkat Konsumsi Ikan Awetan... 129
6.3. Tingkat Harga ... 134
6.3.1. Tingkat Harga Ikan Segar... 137
6.3.2. Tingkat Harga Udang Segar ... 138
6.3.3. Tingkat Harga Ikan Awetan ... 139
6.3.4. Tingkat Harga Udang Awetan... 141
6.4. Pola Pengeluaran ... 142
6.4.1. Tingkat Pengeluaran Ikan Segar ... 152
6.4.2. Tingkat Pengeluaran Udang Segar... 154
6.4.3. Tingkat Pengeluaran Ikan Awetan ... 156
6.4.4. Tingkat Pengeluaran Udang Awetan ... 159
VII. MODEL PERMINTAAN IKAN DI INDONESIA ... 161
7.1. Dugaan Parameter Model Permintaan ... 163
7.1.1. Dugaan Parameter Model Permintaan pada Stage-1 ... 163
7.1.2. Dugaan Parameter Model Permintaan pada Stage-2 ... 164
7.1.3. Dugaan Parameter Model Permintaan pada Stage-3 ... 165
7.2. Elastisitas Permintaan... 169
7.2.1. Elastisitas Pendapatan ... 170
7.2.2. Elastisitas Harga Sendiri ... 177
7.2.3. Elastisitas Harga Silang... 180
VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN ... 185
8.1. Potensi Produksi ... 185
8.2. Proyeksi Permintaan ... 192
IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN... 199
9.1. Kesimpulan ... 199
9.2. Implikasi Kebijakan ... 202
9.3. Saran untuk Penelitian Lanjutan... 203
DAFTAR PUSTAKA... 205
DAFTAR
TABEL
Halaman
1. Perkembangan Ketersediaan Beberapa Komoditas
Pangan di Indonesia Tahun 2000-2008
2. Perkembangan Produksi Perikanan Indonesia Menurut
Kategori Perikanan
Tangkap dan Perikanan Budidaya
Tahun 2002-2008
3. Perkembanga Konsumsi Ikan per Kapita di Indonesia
Tahun 2000-2008
4. Kandungan Zat Gizi pada Ikan Mas, Kakap dan
Kembung
5. Komposisi Beberapa Zat Gizi pada Daging Sapi,
...
5
...
7
...
8
...
16
...
17
Kerbau, Ayam per 100 gr
6. Kandungan Lemak Beberapa Sumber Protein Hewani ...17
7. Nilai Gizi Telur Itik dan Telur Ayam per 100 Gram ...18
8. Kandungan DHA dan EPA pada Ikan Olahan ...19
9. Perkembangan Ekspor Produk Perikanan Indonesia
Tahun 2002-2008
10. Perkembangan Impor Produk Perikanan Tahun 2002-
2008
11. Proporsi Pengeluaran Pangan dan Non-pangan di
Indonesia Menurut Wilayah Desa dan Kota Tahun 2002,
2005, 2008
12. Proporsi Pengeluaran Pangan Hewani terhadap Total
Pengeluaran
Pangan di Indonesia Tahun 2002, 2005,
2008
13. Perkembangan Pangsa Pengeluaran Produk Peternakan,
Perikanan terhadap Pengeluaran Pangan Hewani
Menurut Wilayah Desa-Kota Tahun 2002, 2005 Dan
2008
...
22
...
23
...
25
...
26
14. Perkembangan Konsumsi Rumahtangga Menurut
Kelompok Bahan Pangan Penduduk Indonesia Tahun
2002-2007
15. Perkembangan Konsumsi Kelompok Bahan Pangan
Hewani Penduduk Indonesia Tahun 2002-2007
16. Konsumsi dan Pengeluaran per Kapita Menurut Volume
dan Nilai Jenis Ikan Dikonsumsi Tahun 2008
17. Ringkasan Studi Konsumsi/Pengeluaran ikan di
Indonesia Yang Pernah Dilakukan
18. Proporsi Pengeluaran Beberapa Jenis Bahan Pangan di
Vietnam Tahun 2002 dan 2004
19. Komposisi Responden dan Jumlah Anggota
...
28
...
28
...
31
...
33
...
38
...
84
Rumahtangga Berdasarkan Wilayah Desa-Kota di Berbagai Propinsi di Indonesia Tahun 2008 20. Pengelompokan Golongan Pendapatan Susenas 2008 ...85
21. Penglompokan Jenis Ikan dalam Susenas 2008 ...86
22. Tingkat Partisipasi Konsumsi Ikan Segar, Udang Segar, Ikan Awetan, Dan Udang Awetan di Indonesia Menurut Wilayah Desa-Kota Berdasarkan Susenas Tahun 2008 23. Rata-rata Tingkat Konsumsi Ikan Segar, Udang Segar, Ikan Awetan, Dan Udang Awetan di Berbagai Wilayah di Indonesia 24. Tingkat Konsumsi Ikan Segar, Udang Segar, Ikan Awetan, Dan Udang Awetan Menurut Wilayah Desa-Kota di Indonesia 25. Koefisien Keragaman Harga Ikan Segar, Udang Segar, ...
102
...
116
...
118
...
135
Ikan Awetan, Dan Udang Awetan di Berbagai Propinsi di Indonesia 26. Harga dan Standard Deviasi Setiap jenis Ikan Segar ...138
27. Harga dan Standard Deviasi Setiap Jenis Udang Segar ...139
28. Harga dan Standard Deviasi Setiap Jenis Ikan Awetan ...140
30. Pengeluaran per Kapita per Bulan Penduduk Indonesia
untuk Konsumsi Makanan, Non-makanan, dan Beberapa
Jenis Ikan Tahun 2008
31. Pangsa Pengeluaran Ikan dan Beberapa Jenis Ikan di
Beberapa Negara Asia
32. Pangsa Pengeluaran Ikan Segar, Udang Segar, Ikan
Awetan, dan Udang Awetan terhadap Total Pengeluaran
Ikan Tahun 2008
33. Pangsa Pengeluaran Ikan Segar, Udang Segar, Ikan
Awetan,dan Udang
Awetan
Berdasarkan
Tingkat
Pendapatan Tahun 2008
34. Dugaan Parameter Model Permintaan Pangan pada
Stage-1
35. Dugaan Parameter Model Permintaan Pangan pada
Stage-2
36. Dugaan Parameter Model Permintaan Pangan pada
Stage-3
37. Elastisitas Pengeluaran Pangan, Pengeluaran Ikan dan
Tiap Kelompok Ikan Berdasarkan Data Susenas Tahun
2008
38. Elastisitas Harga Sendiri Kelompok Ikan Segar, Udang
Segar, Ikan Awetan dan Udang Awetan Berdasarkan
Data Susenas Tahun 2008
39. Elastisitas Silang Kelompok Ikan Segar, Udang Segar,
Ikan Awetan dan Udang Awetan Berdasarkan Data
Susenas Tahun 2008
40. Potensi Produksi Ikan Segar, Udang Segar, dan Udang
Awetan Tahun 2008 (ton)
41. Potensi Produksi Ikan Segar, Udang Segar, dan Udang
Awetan Tahun 2008 (Kg/kapita)
...
143
...
144
...
145
...
149
...
164
...
165
...
167
...
172
...
179
...
181
...
188
42. Kesenjangan Produksi dan Konsumsi Ikan Segar, Udang
Segar, dan Udang Awetan Tahun 2008 (Kg/kapita)
43. Proyeksi Rata-rata Konsumsi Ikan Tahun 2009-2014
pada Berbagai Laju Pertumbuhan Pendapatan dan Laju
Pertumbuhan Harga
...
191
DAFTAR
GAMBAR
Halaman
1. Perkembangan Produksi Perikanan di Indonesia tahun 2002-2009 ... ...21
2. Perkembangan Konsumsi Pangan Hewani Penduduk Indonesia
Tahun 1999-2008 ... 29
3. Tahap Alokasi Pengeluaran Studi Permintaan Pangan Vietnam ... 37
4. Perkembangan Konsumsi Daging dan Ikan di Korea Tahun 1980-1998 ... 40
5. Hubungan Fungsi Permintaan Marshallian-Hicksian ... 54
6. Garis Konsumsi Pendapatan untuk Barang Normal ... 55
7. Kurva Engel untuk Barang Normal... 56
8. Garis Konsumsi Pendapatan dan Kurva Engel untuk Barang Inferior ... 57
9. Kurva Konsumsi-Harga... 58
10. Efek Substitusi dan Efek Pendapatan Akibat Perubahan Harga ... 62
11. Efek Substitusi dan Efek Pendapatan untuk Barang Inferior ... 65
12. Efek Substitusi dan Efek Pendapatan untuk Barang Giffen... 66
13. Kerangka Pendekatan Penelitian ... 82
14. Distribusi Responden Berdasarkan Golongan Pengeluaran... 86
15. Diagram alokasi pengeluaran rumah tangga... 89
16. Tingkat Partisipasi Konsumsi Ikan Segar, Udang Segar, Ikan Awetan
Dan Udang Awetan Berdasarkan Susenas Tahun 2008 ... 100
17. Tingkat Partisipasi Konsumsi Ikan Segar per Spesies ... 106
18. Tingkat Partisipasi Konsumsi Udang Segar per Spesies... 109
19. Tingkat Partisipasi Konsumsi Ikan Awetan per Spesies ... 111
20. Tingkat Partisipasi Konsumsi Udang Awetan per Spesies ... 113
21. Persentase Konsumsi Ikan Segar, Udang Segar, Ikan Awetan, dan
Udang Awetan Berdasarkan Susenas Tahun 2008... 117
22. Tingkat Konsumsi Ikan Segar, Udang Segar, Ikan Awetan, dan
Udang Awetan menurut Desa-Kota Berdasarkan Susenas Tahun 2008 ... 117
23. Tingkat Konsumsi Ikan Segar Berdasarkan Golongan Pengeluaran
24. Tingkat Konsumsi Udang Segar Berdasarkan Golongan Pengeluaran
Berdasarkan Susenas Tahun 2008 ... 120
25. Tingkat Konsumsi Ikan Awetan Berdasarkan Golongan Pengeluaran
Berdasarkan Susenas Tahun 2008 ... 121
26. Tingkat Konsumsi Ikan Awetan Berdasarkan Golongan Pengeluaran
Berdasarkan Susenas Tahun 2008 ... 121
27. Tingkat Konsumsi Ikan Segar per Spesies... 123
28. Tingkat Konsumsi Ikan Segar per Spesies Menurut Desa-Kota ... 126
29. Tingkat Konsumsi Udang Segar per Spesies ... 127
30. Tingkat Konsumsi Ikan Awetan per Spesies ... 130
31. Tingkat Konsumsi Udang Awetan per Spesies... 132
32. Rata-rata Log Harga Ikan Segar, Udang Segar, Ikan Awetan dan
Udang Awetan di Berbagai Propinsi... 137
33. Pengeluaran Pangan per Kapita Berdasarkan Golongan Pengeluaran ... 147
34. Plot Pengeluaran Ikan Berdasarkan Tingkat Pendapatan ... 148
35. Pangsa Pengeluaran Ikan Segar Berdasarkan Golongan Pengeluaran ... 150
36. Pangsa Pengeluaran Udang Segar Berdasarkan Golongan Pengeluaran ... 151
37. Pangsa Pengeluaran Ikan Awetan Berdasarkan Golongan Pengeluaran ... 151
38. Pangsa Pengeluaran Udang Awetan Berdasarkan Golongan Pengeluaran ... 151
39. Tingkat Pengeluaran Ikan Segar per Spesies ... 153
40. Tingkat Pengeluaran Udang Segar per Spesies... 155
41. Tingkat Pengeluaran Ikan Awetan per Spesies... 158
DAFTAR
LAMPIRAN
Halaman
1. Angka Konversi Berat Ikan Basah ke Berat Ikan Olahan ... 211
2. Berat Bagian yang Dapat Dimakan pada Beberapa Jenis Ikan ... 212
3. Penurunan Model Tobit... 213
4. Penurunan Elastisitas Model Tobit... 216
5. Penurunan Model AIDS ... 218
6. Penurunan Elastisitas Model AIDS ... 221
7. Penurunan Model QUAIDS ... 223
8. Penurunan Elastisitas Model QUAIDS ... 225
9. Metode Sampling yang Digunakan pada Susenas 2008 ... 226
10. Komposisi Responden Berdasarkan Golongan Pengeluaran di Berbagai
Propinsi di Indonesia Berdasarkan Data Susenas 2008... 230
11. Uji Kehomogenan Ragam Konsumsi dan Pengeluaran Ikan/Kapita ... 231
12. Tingkat Partisipasi Ikan Segar per Spesies di Berbagai Propinsi ... 233
13. Tingkat Partisipasi Udang Segar per Spesies di Berbagai Propinsi... 235
14. Tingkat Partisipasi Ikan Awetan per Spesies di Berbagai Propinsi ... 237
15. Tingkat Partisipasi Udang Awetan per Spesies di Berbagai Propinsi ... 239
16. Tingkat Konsumsi Ikan Segar per Spesies di Berbagai Propinsi ... 241
17. Tingkat Konsumsi Ikan Segar Menurut Kelompok Pendapatan... 243
18. Tingkat Konsumsi Udang Segar per Spesies di Berbagai Propinsi ... 245
19. Tingkat Konsumsi Udang Segar Menurut Kelompok Pendapatam ... 246
20. Tingkat Konsumsi Ikan Awetan per Spesies di Berbagai Propinsi... 247
21. Tingkat Konsumsi Ikan Awetan Menurut Kelompok Pendapatam ... 249
22. Tingkat Konsumsi Udang Awetan per Spesies di Berbagai Propinsi ... 251
23. Tingkat Konsumsi Udang Awetan Menurut Kelompok Pendapatan... 252
24. Rata-rata dan Simpangan Baku Harga Ikan Segar, Udang Segar, Ikan
Awetan dan Udang Awetan di Berbagai Propinsi di Indonesia ... 253
25. Tingkat Pengeluaran Ikan Segar per Spesies di Berbagai Propinsi... 255
27. Tingkat Pengeluaran Ikan Awetan per Spesies di Berbagai Propinsi ... 259
28. Tingkat Pengeluaran Udang Awetan per Spesies di Berbagai Propinsi... 261
29. Kurva Engel Pengeluaran Ikan Segar, Udang Segar, Ikan Awetan, dan
Udang Awetan Susenas 2008... 263
30. Program dan Output Dugaan Parameter Permintaan pada Stage-1 ... 265
31. Program dan Output Dugaan Parameter Permintaan pada Stage-2 ... 267
32. Program dan Output Dugaan Parameter Permintaan pada Stage-3 ... 270
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005 – 2025,
yang pelaksanaan 5 tahunan (jangka menengah) tertuang dalam UU No. 17
tahun 2007, menyebutkan bahwa salah satu bidang pembangunan yang
menduduki posisi penting adalah upaya untuk membangun kualitas sumberdaya
manusia (SDM). Disebutkan bahwa SDM merupakan subjek dan sekaligus objek
pembangunan sehingga SDM yang berkualitas merupakan kunci keberhasilan
pembangunan nasional dalam mewujudkan visi Indonesia yang mandiri, maju,
adil, dan makmur.
Rendahnya kualitas sumberdaya manusia mengakibatkan rendahnya
produktivitas dan daya saing perekonomian nasional. Padahal daya saing yang
tinggi, akan menjadikan Indonesia siap menghadapi tantangan-tantangan
globalisasi dan mampu memanfaatkan peluang yang ada. Kemampuan bangsa
untuk berdaya saing tinggi adalah kunci bagi tercapainya kemajuan dan
kemakmuran bangsa. Oleh karena itu, pembangunan nasional dalam jangka
panjang diarahkan untuk mengedepankan pembangunan sumber daya manusia
berkualitas dan berdaya saing dalam rangka mewujudkan manusia Indonesia
yang maju dan mandiri sehingga mampu berdaya saing dalam era globalisasi.
Kemandirian tercermin antara lain dalam kemampuan memenuhi tuntutan
kebutuhan, termasuk di dalamnya kemampuan memenuhi sendiri kebutuhan
pokok. Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah pangan, oleh karenanya
pangan terkait erat dengan upaya mewujudkan hal tersebut di atas.
Pangan atau makanan adalah hak asasi manusia yang paling mendasar
mutu gizi seimbang akan dapat hidup sehat, aktif, dan lebih mampu berkiprah
dalam pembangunan. Sebaliknya apabila kebutuhan pangan tersebut tidak
terpenuhi dapat timbul keresahan sosial yang pada akhirnya dapat mengganggu
kestabilan ekonomi dan politik suatu negara, sehingga pelaksanaan
pembangunan akan terhambat. Dapat dikatakan bahwa mati hidupnya suatu
bangsa tergantung pada pemenuhan kebutuhan pangan tersebut.
Mengingat pentingnya memenuhi kebutuhan pangan, maka setiap negara
perlu mendahulukan pembangunan di bidang pangan sebagai pondasi bagi
pembangunan sektor-sektor lainnya. Hal tersebut juga sejalan dengan
kesepakatan internasional yang tertuang dalam World Food Summit 1996 dan
ditegaskan lagi dalam World Food Summit 2001 untuk melaksanakan aksi-aksi
mengatasi masalah kelaparan, kekurangan gizi serta kemiskinan di dunia.
Millenium Development Goals tahun 2000 menetapkan salah satu tujuannya
untuk mengurangi angka kemiskinan dan kerawanan pangan di dunia sampai
setengahnya pada tahun 2015. Selain itu, beberapa konvensi internasional juga
memuat komitmen bangsa-bangsa terhadap pembangunan di bidang pangan,
gizi dan kesehatan.
Pasal 28 ayat 1 UUD 1945 mengamanatkan pemerintah untuk
memberikan jaminan kepada warganegaranya agar dapat hidup sejahtera lahir
batin. Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pasal
9 menyebutkan antara lain bahwa setiap orang berhak untuk hidup,
mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf kehidupannya. Walaupun
secara eksplisit hak atas pangan tidak disebutkan, kedua ayat tersebut secara
implisit memuat perintah untuk menjamin kecukupan pangan dalam rangka
memenuhi hak azasi atas pangan setiap warganya dan menyatakan pentingnya
pangan sebagai salah satu komponen utama dalam mencapai kehidupan
kewajiban pemerintah memenuhi kebutuhan pangan adalah UU No. 7 Tahun
1996 tentang Pangan, mencakup aspek ketersediaan, distribusi, sampai
konsumsi pangan tingkat rumahtangga dengan kandungan gizi yang cukup,
seimbang, serta terjamin keamanannya dalam rangka mencapai status gizi yang
baik.
Masalah pangan dan gizi memang merupakan masalah yang kompleks
dan saling berkaitan satu sama lain. Untuk itu diperlukan pengkajian yang
cermat dan mendasar dalam rangka penyusunan perencanaan program
pembangunan bidang pangan. Salah satu cara/pendekatan yang dapat
dilakukan adalah dengan melihat pola konsumsi masyarakatnya.
Hingga saat ini, pola konsumsi masyarakat Indonesia secara umum
masih didominasi oleh pangan sumber karbohidrat atau pangan nabati.
Konsumsi pangan nabati mencapai 85% dan hanya 15% merupakan protein
hewani (Ariani, 2006). Sebagai pembanding, proporsi konsumsi protein hewani
per kapita di Amerika Serikat mencapai 65.19% dari total protein, Australia
68.23%, dan Malaysia 47.49%, serta rata-rata per kapita dunia sebesar 34.75%
(Daud, 2006). Rendahnya konsumsi tersebut berpotensi menghambat upaya
peningkatan kualitas sumberdaya manusia Indonesia. Salah satu sebabnya
adalah protein hewani memiliki komponen protein tertentu yang sangat esensial
untuk perkembangan manusia yang tidak dapat diperoleh dari protein nabati.
Dapat dikatakan bahwa protein hewani berperan penting dalam perkembangan
kecerdasan manusia dan layak disebut sebagai agent of development bagi
pembangunan bangsa. Sumber protein hewani berasal dari produk peternakan
dan perikanan.
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (LIPI, 2004) memberikan
rekomendasi bahwa untuk mencapai mutu gizi konsumsi pangan yang baik, dari
gram dipenuhi dari pangan sumber protein hewani dengan perincian 9 gram dari
protein ikan dan 6 gram dari protein ternak.
Dari sisi ketersediaan, tingkat ketersediaan energi yang dikonsumsi pada
tahun 2004 sebesar 3031 Kal/kapita/hari dan protein sebesar 76.2
gram/kapita/hari (Dewan Ketahanan Pangan, 2006). Ketersediaan kalori ini telah
melebihi tingkat rekomendasi sebesar 2500 Kal/kapita/hari. Selanjutnya
ketersediaan protein yang mencapai 76.2 gram/kapita/hari tersebut lebih tinggi
dari angka kecukupan konsumsi yang direkomendasikan yaitu sebesar 52.0
gram/kapita/hari. Namun demikian sebagian besar dari protein ini dihasilkan dari
protein nabati yaitu 83.3%, sedangkan kontribusi protein hewani hanya 17.7%.
Dari jumlah ini, yang tersedia paling banyak adalah dari jenis ikan (Tabel 1).
Tabel 1. Perkembangan Ketersediaan Beberapa Komoditas Pangan di Indonesia Tahun
2000-2008
(ribu ton)
Sumber: Dewan Ketahanan Pangan Nasional (2006), BPS (2009)
Komoditas 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Pangan Nabati
Padi 5190 5046 5149 5214 5409 5399 5445 5715 5987 Jagung 968 935 965 1089 1123 1201 1160 1328 1485 Kedelai
1018 827
673 672 723 797 748 593 724
Kacang tanah
737 710
718 786 837 838 838 789 772
Sayur
7559 6920
7145 8575 9060 9200 9564 9941 1023
Buah 841 996 1166 1355 1435 1510 1617 1735 1927
Pangan Hewani
Daging Sapi/Kerbau
386 382 373 410 488 505 262 347 465
Daging Ayam 804 900 1083 1 118 1191 1 244 665 772 1481 Telur 786 850 946 974 1 107 1 149 1204 1297 1416
Susu 496 480 493 553 550 342 617 637 670
[image:30.612.62.481.57.764.2]Ikan telah menjadi produk yang sangat penting karena merupakan produk
pangan dengan nilai nutrisi tinggi. Ikan juga menjadi komoditas penting bagi
sebagian besar penduduk, tidak hanya di Indonesia melainkan di seluruh dunia.
Tahun 2004, perikanan dunia memasok sekitar 106 juta ton ikan sebagai bahan
pangan yang merupakan catatan tertinggi dalam catatan FAO. Secara umum,
ikan memasok kebutuhan 2.8 milyar penduduk dunia dengan kontribusi sekitar
20% dari rata-rata asupan protein hewani (FAO, 2007). Secara budaya, ikan
telah menjadi bagian dari menu diet konsumsi penduduk sejak berabad-abad
sebelumnya. Pada saat sekarang, hal tersebut juga terkait dengan unsur
ekonomi bahwa ikan merupakan salah satu sumber protein yang murah bagi
sebagian besar penduduk. FAO memprediksikan bahwa kebutuhan ikan dunia
akan terus meningkat baik karena meningkatnya populasi penduduk maupun
karena adanya usaha-usaha untuk meningkatkan konsumsi per kapita.
Ikan merupakan produk pangan hewani yang mempunyai nilai nutrisi
tinggi, kaya akan nutrisi mikro, mineral, asam lemak dan protein esensial.
Kandungan protein ikan berkisar antara 20-35%, merupakan sumber protein
utama dalam konsumsi pangan karena kelengkapan komposisi kandungan asam
amino esensial serta mutu daya cernanya yang setara dengan telur (Harli, 2008).
Kandungan asam-asam amino esensial yang lengkap dan tingginya kandungan
asam lemak tak jenuh omega-3 yang tidak dimiliki produk daratan (hewani dan
nabati), merupakan keunggulan produk perikanan tersebut. Disamping itu, hasil
laut dan produk perikanan juga banyak mengandung berbagai jenis vitamin yang
larut dalam lemak, khususnya vitamin A, D, E dan K. Dengan kandungan kalsium
(Ca) yang tinggi, ikan dan produk perikanan juga merupakan bahan makanan
yang sangat diperlukan dalam pembentukan sel-sel tulang. Ikan-ikan laut juga
banyak mengandung senyawa yodium yang sangat diperlukan untuk mencegah
pegunungan. Budaya makan ikan yang tinggi dalam masyarakat Jepang telah
membuktikan terjadinya peningkatan kualitas kesehatan dan kecerdasan anak-
anak di negara tersebut.
Oleh karena itu, peningkatan konsumsi ikan selain akan dapat menunjang
laju pertumbuhan ekonomi dan ketahanan pangan/gizi, diharapkan juga akan
sangat berperan dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Indonesia
agar menjadi bangsa yang sehat, kuat dan mempunyai etos kerja yang tinggi
sehingga menjadi bangsa yang maju, makmur dan sejahtera.
1.2. Perumusan Masalah
Indonesia merupakan negara maritim (luas laut 5.8 juta kilometer persegi)
dengan wilayah laut terluas, jumlah pulau terbanyak, dan garis pantai terpanjang
kedua di dunia, tentunya menjanjikan potensi yang sangat besar. Berdasarkan
data Pusat Perikanan Tangkap, Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP)
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), produksi ikan hasil penangkapan di
laut sektor ini merupakan penyumbang terbesar produksi perikanan Indonesia
dalam kurun waktu hampir 10 tahun terakhir. Perikanan laut mempunyai tingkat
pemanfaatan mencapai 63.49 % dari potensi lestari sebesar 6 409 ton per tahun
atau 79.37% dari JTB (jumlah tangkapan yang diperbolehkan) sebesar 5 127 juta
Tabel 2. Perkembangan Produksi Perikanan Indonesia Menurut Kategori Perikanan Tangkap dan Perikanan Budidaya, Tahun 2002 – 2008
(Ton)
Sumber: Perikanan dan Kelautan dalam Angka, Departemen Kelautan dan Perikanan (2009)
Tabel tersebut memperlihatkan dengan lebih jelas dominasi sektor
perikanan tangkap (laut) dalam penyediaan produksi perikanan. Sumbangannya
mencapai 75.89%, jauh di atas kontribusi perairan umum (7.36%) dan budidaya
(16.75%) per tahun; meskipun demikian, kontribusi perikanan budidaya
mengalami laju perkembangannya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Hal tersebut menggambarkan bahwa pasokan ikan yang dapat dialokasikan
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri (selain untuk kebutuhan
ekspor) tersedia dalam jumlah yang cukup besar.
Namun ironisnya, tingkat konsumsi ikan per kapita di Indonesia masih
tergolong rendah. Rendahnya konsumsi ikan masyarakat Indonesia tersebut
dapat dikaitkan dengan berbagai faktor yaitu : 1) pengetahuan mengenai gizi dan
teknik pengolahan ikan yang masih terbatas, 2) kendala mendapatkan ikan yang
bervariasi, 3) harga ikan (misalnya udang, cumi, kakap merah) yang dinilai cukup
KATEGORI Tahun
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Jumlah 5 515 648 5 915 988 6 350 420 6 817 540 7 448 708 8 238 302 9 051 528
Perikanan Tangkap
Perikanan Laut 4 073 506 4 383 103 4 571 510 4 653 010 4 512 191 4734280 4 701933 Perikanan
Perairan Umum
304 989 308 693 310 300 312 000 293 921 310 457 494 393
Perikanan Budidaya
Budidaya Laut 234 859 249 242 420 919 519 200 1365 918 1509528 1966002
Budidaya Tambak
473 128 501 977 559 612 643 600 629 610 933 833 959 509
Budidaya Kolam 254 624 281 262 286 182 307 900 381 946 410 373 479 167
Budidaya Karamba
40 742 40 304 53 694 65 600 56 200 63 929 75 769
Budidaya Jaring Apung
47 172 57 628 62 371 72 300 143 251 190 893 263 169
Budidaya Sawah
mahal dibandingkan daya beli masyarakat pada umumnya, 4) tingkat
preferensi/kesukaan ikan belum berkembang, 5) citra/image/gengsi ikan sebagai
makanan acara khusus belum berkembang, 6) masih terdapatnya nilai budaya,
tabu, mitos, dan pantangan sekelompok masyarakat mengenai dampak negatif
konsumsi ikan, dan 7) promosi konsumsi ikan yang belum optimal (Sulistyo et al.,
2004).
Selain itu, konsumsi ikan banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar gizi
dan kesehatan. Faktor-faktor produksi, pemasaran, teknologi dan perhubungan
sangat mempengaruhi konsumsi ikan secara makro (tingkat nasional dan
regional), sedangkan faktor-faktor sosial, ekonomi dan budaya mempengaruhi
secara mikro (tingkat keluarga dan individu). Berdasarkan data SUSENAS,
tahun 1997 tingkat konsumsi ikan adalah 18 kg per kapita per tahun. Tahun 2000
meningkat menjadi 22 kg per kapita per tahun, dan terakhir tahun 2006, tingkat
konsumsi tersebut baru mencapai 24 kg per kapita per tahun, belum mencapai
target pemerintah sebesar 26 kg per kapita per tahun dan masih di bawah
standar FAO sebesar 30 kg per kapita per tahun.
Tabel 3. Perkembangan Konsumsi Ikan per Kapita Indonesia Tahun 2000-2008
Sumber: Departemen Kelautan dan Perikanan (2009)
* : Angka perkiraan * * : Angka proyeksi, Badan Pusat Statistik (2009)
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Total
Konsumsi
(Kg/kap/thn) 21.57 22.47 22.79 22.36 22.58 23.95 25.03 26.00 28.00
Total
Populasi
Rendahnya tingkat konsumsi ikan per kapita per tahun tersebut
menunjukkan masih rendahnya budaya makan ikan di Indonesia. Sebagai
perbandingan, konsumsi ikan per kapita per tahun di Jepang adalah 110 kg,
Korea Selatan 85 kg, Amerika Serikat 80 kg, Singapura 80 kg, Hongkong 85 kg,
Malaysia 45 kg, Thailand 35 kg, dan Filipina 24 kg (FAO, 2003). Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa tingginya konsumsi ikan masyarakat Jepang
menyebabkan rendahnya angka kematian akibat jantung koroner di negara
tersebut dibandingkan dengan Amerika.
Suatu penelitian mencatat bahwa pada kelompok yang mengkonsumsi
ikan sekurang-kurangnya 30 gram sehari memiliki resiko kematian karena
penyakit jantung koroner yang berkurang 50% dibandingkan dengan kelompok
yang tidak mengkonsumsi ikan. Lebih dari itu, asam lemak omega-3, yang
hanya terdapat pada produk perikanan, juga dapat mencegah terjadinya
penyakit-penyakit inflamasi seperti arthritis, asma, beberapa jenis penyakit ginjal,
serta membantu penyembuhan depresi dan gejala hiperaktif pada anak-anak
(FAO, 2003). Selain itu, asam lemak omega-3 pada minyak ikan juga dapat
memperbaiki sensitivitas insulin pada penderita kelebihan berat badan. Zat
tersebut membantu mencegah kemingkinan menderita penyakit diabetes.
Penelitian di University of Connecticut mengindikasikan bahwa ibu hamil yang
dalam darahnya mengandung banyak asam lemak omega-3 sangat membantu
perkembangan pola pertumbuhan neurologi yang baik pada bayi yang
dikandungnya. DHA, merupakan salah satu dari asam lemak omega-3,
bersama-sama dengan AA (arachidonic acid) membantu bayi membangun otak
dan mata yang cemerlang (Suzuki, 2004 dalam Bappenas, 2008).
Mempertimbangkan keunggulan komparatif bahan pangan ikan tersebut
maka sangat tepat bila pemerintah mentargetkan peningkatan konsumsi ikan
permasalahan gizi yang masih dihadapi masyarakat Indonesia. Pola makan
yang tidak seimbang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan yang serius
terutama munculnya penyakit-penyakit degeneratif yang prevalensinya terus
meningkat pada golongan ekonomi menengah ke atas.
Pada beberapa golongan etnik Indonesia, kedudukan ikan dalam susunan
menu makanan keluarga telah menjadi bagian dari budaya. Kebiasaan makan
itu terjadi tidak saja melalui proses sosialisasi dalam sistem sosial masyarakat
bersangkutan, tetapi juga telah menyatu dalam selera makan anggota keluarga
dan ditunjang oleh ketersediaan bahan makanan di alam.
Konsumsi pangan sangat bervariasi dari satu wilayah ke wilayah lainnya.
Demikian pula dengan tingkat dan pola konsumsi ikan. Berdasarkan data
Kementerian Kelautan Perikanan (KKP)1 pada tahun 2005 disparitas konsumsi
tergambar dari tingkat konsumsi Daerah Istimewa Yogjakarta (DIY) sebesar 8.3
kg/kapita/tahun (terendah) dan Maluku Utara 54.71 kg/kapita/tahun (tertinggi).
Variasi ini juga terjadi pada kelompok konsumsi ikan segar, ikan asin, dan produk
makanan jadi. Oleh karena itu sangat penting untuk memperoleh informasi
tentang ketersediaan kecukupan konsumsi ikan hingga ke tingkat rumah tangga
agar tercapai target pemerintah (Bappenas, 2008).
Konsumsi ikan per kapita dipengaruhi oleh banyak faktor yang secara
signifikan tercermin dari konsep food security yang meliputi kecukupan volume
produksi (food availability) dan akses terhadap bahan pangan tersebut (food
access) termasuk keterjangkauan harga oleh masyarakat (price affordability).
Faktor-faktor lain yang berpengaruh misalnya masalah kultur atau budaya,
persepsi terhadap ikan sebagai produk pangan, dan tingkat pendapatan
keluarga. Di samping itu juga dapat dilihat preferensi yang dihubungkan dengan
1Pada tahun 2009 nomenklatur Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) berubah menjadi Kementerian
kondisi geografis seperti daerah pesisir atau pedalaman. Preferensi juga
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan atau pengetahuan gizi masyarakat.
Variabel-variabel tersebut berinteraksi dengan aspek residual antara
ketersediaan volume ikan untuk konsumsi domestik dengan ekspor, yang pada
akhirnya menentukan pola dan tingkat konsumsi ikan per kapita. Oleh karena
itu, perlu dianalisis pola konsumsi ikan masyarakat Indonesia, yang sekaligus
juga menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhinya.
1.3. Tujuan dan manfaat penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
(1) Menganalisis pola konsumsi dan kontribusi produk perikanan terhadap pola
konsumsi penduduk
(2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur permintaan produk
perikanan penduduk Indonesia
(3) Menduga nilai elastisitas permintaan produk perikanan di Indonesia
(4) Merumuskan opsi kebijakan yang diperlukan untuk mendukung peningkatan
konsumsi ikan masyarakat Indonesia
Hasil kajian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi
pemerintah dalam menyusun kebijakan pangan dan gizi terutama upaya
pemenuhan kebutuhan konsumsi ikan rumahtangga Indonesia. Selain itu, hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai preferensi
konsumsi produk perikanan berdasarkan aspek ekonomi dan sosial sebagai ciri
pembeli pada konsumen rumahtangga.
1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Produk perikanan bila dilihat dari sisi permintaan dapat digolongkan
untuk bahan baku industri pengolahan. Ketersediaan konsumsi ikan untuk tingkat
rumah tangga dan nasional sangat terkait dengan kebutuhan konsumsi ikan.
Secara nasional, ketersediaan ikan untuk konsumsi dapat dihitung dari total
produksi ditambah dengan impor produk perikanan dikurangi dengan total ekspor
produk perikanan.
Tinggi rendahnya permintaan masyarakat terhadap ikan ditandai dengan
tinggi rendahnya tingkat konsumsi ikan di masyarakat. Faktor – faktor yang
mempengaruhi tinggi rendahnya konsumsi ikan tersebut dibagi menjadi dua
dimensi yakni menurut dimensi mikro dan makro. Tingkat konsumsi ikan menurut
dimensi mikro sangat dipengaruhi oleh faktor ketersediaan ikan di masyarakat,
harga ikan, daya beli masyarakat, pengetahuan masyarakat, nilai sosial budaya
dan preferensi masyarakat.
Penelitian difokuskan pada aspek mikro, yaitu konsumsi ikan di tingkat
rumahtangga berdasarkan data Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)
tahun 2008 (data Susenas tahun 2011 belum diperoleh) dengan melakukan
pengelompokan menurut wilayah (perdesaan-perkotaan), golongan pendapatan,
serta wilayah kepulauan. Pengelompokan golongan pendapatan dan
pengelompokan jenis ikan yang digunakan sesuai dengan pengelompokan jenis
ikan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Sesuai dengan
ketersediaan data Susenas, analisis yang dilakukan hanya menelaah sisi
konsumen dan mengabaikan konsumen yang mungkin berperan pula sebagai
produsen. Dalam hal ini rumahtangga nelayan tidak dianalisis secara khusus
karena umumnya rumahtangga nelayan berperan sebagai produsen sekaligus
sebagai konsumen. Selain itu penggunaan peubah jumlah anggota
rumahtangga dalam penelitian ini tidak mempertimbangkan jenis kelamin dan