SKRIPSI
PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP BIAYA MODAL EKUITAS PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2009-2012
OLEH
NUR INTAN SHUFIAR 100503053
PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan
sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh
Manajemen Laba terhadap Biaya Modal Ekuitas pada Perusahaan
Pertambangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2009-2012” adalah
benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas
akademik guna menyelesaikan akademik pada Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan
atau lembaga, atau yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah
mendapat izin dan dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan
norma, kaidah dan penulisan etika ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan
plagiat dalam skripsi saya, saya bersedia menerima sanksi sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
Medan, 16 Agustus 2014
Yang membuat pernyataan,
ABSTRAK
PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP BIAYA MODAL
EKUITAS PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA PADA TAHUN 2009-2012”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah manajemen laba berpengaruh terhadap biaya modal ekuitas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini memiliki jumlah sampel 20 perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009-2012.
Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder yaitu
laporan keuangan yang dipublikasikan melalui website
analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda yang dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS versi 20.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh secara signifikan antara biaya Manajemen Laba (X) terhadap Biaya Modal Ekuitas (Y) karena nilai t hitung > t tabel (2,127) > 1,66462 ) maka Ho ditolak, yang artinya bahwa biaya Manajemen Laba (X) berpengaruh terhadap Biaya Modal Ekuitas (Y) pada pada perusahaan pertambangan yang terdaftar BEI periode 2009-2012.
ABSTRACT
THE EFFECT OF EARNINGS MANAGEMENT TO THE COST OF CAPITAL
MINING COMPANIES LISTED ON THE INDONESIA STOCK EXCHANGE
The objective of this research is to determine whether the earnings management impact to the cost of capital of mining companies listed on the Indonesia Stock Exchange. The sample in this research is 20 mining companies listed on the Indonesia Stock Exchange from 2009-2012.
Research methods in this research using purposive sampling. The type of data used are secondary data. Data that used in this research is financial statements from each company of sample, publicized through website Analysis model used in this study is multiple linear regression analysis model performed with the aid of the computer program SPSS version 20.
The results of this study indicate that there is significant influence between earnings management (X) to the Cost of Capital (Y) because the value of t count> t table (2.127)> 1.66462) then Ho is rejected, which means that the cost of Earnings Management (X ) affect the Cost of Equity Capital (Y) on mining companies listed on the Stock Exchange 2009-2011.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa ta
‘alla atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Manajemen Laba terhadap Biaya Modal
Ekuitas pada Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di BEI pada tahun
2009-2012”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi serta doa
dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Teristimewa untuk kedua
oarang tua saya yang sangat saya kagumi dan cintai, Sulkan dan Saniah yang
tidak pernah lelah memberikan kasih sayang, doa, nasehat serta semangat yang
tulus hingga saat ini.
Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terimakasih dan
penghargaan yang tulus kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., Ak., CA selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak selaku Ketua Departemen
Akuntansi dan bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM., Ak selaku Sekretaris Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak selaku Ketua Program Studi S-1 Akuntansi
dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM., Ak selaku Sekretaris Program Studi S-1
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Syahrul Rambe, MM., Ak yang juga selaku Dosen Pembimbing saya
yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan
5. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si., Ak selaku Dosen Penguji yang telah
membantu penulis dalam memberikan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini.
6. Yang sangat saya cintai adik saya Khoirunnisa, Lukman Fahrezi yang selalu
memberikan doa, semangat serta kasih sayang yang tulus selama ini. Untuk
guru-guru saya Yoan Utami Putri, Indah Maya Sari, Fatma Dwi Jati, dan Dewi Putriani.
Teman-teman angkatan 2010 teristimewa Tri Setya Ningsih, Tya Yuli R.
Manurung, Putri Khorunnisa Kamal Rangkuti, Annisa Fithria, Brilian Amial
Rasyid,Syahputra, Rifal Sapta Hadi, Faisal Umri Nst, Reksaka Nagara Zp, Vicky
Dano Ilhami, Susanti Louis, Delfi Ani, Ami zulkhaira, all pengurus BP2M
2009-2013, pengurus UKMI AD-DAKWAH, serta semua keluarga dan pihak yang
tidak dapat disebutkan satu-persatu, terima kasih atas segala bantuan yang telah
diberikan selama ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini juga masih banyak terdapat kekurangan.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi
ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, 16 Agustus 2014 Penulis,
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 4
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 6
3.1.6.3Perhitungan Manajemen Laba ... 11
2.1.7 Teori Equity Market Timing ... 11
2.1.8.4 Pengukuran Biaya Modal ekuitas 16 2.1.10 Manajemen Laba dan Biaya Modal Ekuitas ... 17
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 19
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 23
2.3.1 Kerangka Konseptual ... 23
2.3.2 Hipotesis Penelitian ... 24
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 25
3.3 Jenis dan Sumber Data ... 28
3.4 Defenisi Operasional ... 29
3.5 Pengukuran Variabel ... 30
3.5.1 Variabel Dependen ... 30
3.5.2 Variabel Independen ... 30
3.6 Metode Analisis Data ... 30
3.6.1 Uji Asumsi Klasik ... 31
3.6.1.1Uji Normalitas ... 31
3.6.1.2Uji Heterokedastisitas ... 32
3.6.2 Uji Hipotesa ... 34
3.6.2.1 Uji T ... 34
3.1 Koefisien Determinasi ... 35
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1Deskripsi Objek Penelitian ... 36
4.1.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 37
4.1.2 Uji Asumsi Klasik ... 38
4.1.2.1Uji Normalitas ... 38
4.1.2.2Heterokedastisitas ... 42
4.1.2.3Analisis Regresi Linier Sederhana ... 46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 49
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 49
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 23
Gambar 4.1 Uji Normalitas (1) : Histogram ... 39
Gambar 4.2 Uji Normalitas (2) : Grafik PP Plots ... 40
DAFTAR TABEL
Judul Halaman
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 22
Tabel 3.1 Kriteria Pengambilan Sampel ... 27
Tabel 3.2 Sampel yang Memenuhi Kriteria ... 27
Tabel 3.3 Defenisi Operasional ... 29
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif ... 37
Table 4.2 Tabel Normalitas ... 41
Table 4.3 Hasil Uji Autokolerasi ... 45
Tabel 4.4 Hasil Regresi Sederhana ... 46
DAFTAR LAMPIRAN
No.Lampiran Judul Halaman
Lampiran 1 Kriteria Sampel ... 56
Lampiran 2 Manajemen Laba ... 57
Lampiran 3 Biaya Modal Ekuitas ... 58
Lampiran 4 Hasil Uji Analisis Deskriptif ... 59
Lampiran 5 Hasil Uji Normalitas ... 60
Lampiran 6 Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana ... 61
Lampiran 7 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 62
ABSTRAK
PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP BIAYA MODAL
EKUITAS PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA PADA TAHUN 2009-2012”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah manajemen laba berpengaruh terhadap biaya modal ekuitas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini memiliki jumlah sampel 20 perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009-2012.
Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder yaitu
laporan keuangan yang dipublikasikan melalui website
analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda yang dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS versi 20.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh secara signifikan antara biaya Manajemen Laba (X) terhadap Biaya Modal Ekuitas (Y) karena nilai t hitung > t tabel (2,127) > 1,66462 ) maka Ho ditolak, yang artinya bahwa biaya Manajemen Laba (X) berpengaruh terhadap Biaya Modal Ekuitas (Y) pada pada perusahaan pertambangan yang terdaftar BEI periode 2009-2012.
ABSTRACT
THE EFFECT OF EARNINGS MANAGEMENT TO THE COST OF CAPITAL
MINING COMPANIES LISTED ON THE INDONESIA STOCK EXCHANGE
The objective of this research is to determine whether the earnings management impact to the cost of capital of mining companies listed on the Indonesia Stock Exchange. The sample in this research is 20 mining companies listed on the Indonesia Stock Exchange from 2009-2012.
Research methods in this research using purposive sampling. The type of data used are secondary data. Data that used in this research is financial statements from each company of sample, publicized through website Analysis model used in this study is multiple linear regression analysis model performed with the aid of the computer program SPSS version 20.
The results of this study indicate that there is significant influence between earnings management (X) to the Cost of Capital (Y) because the value of t count> t table (2.127)> 1.66462) then Ho is rejected, which means that the cost of Earnings Management (X ) affect the Cost of Equity Capital (Y) on mining companies listed on the Stock Exchange 2009-2011.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Setiap perusahaan membutuhkan modal untuk mengoperasikan suatu
perusahaan. Perusahaan menerbitkan saham untuk memenuhi kebutuhan operasi.
Investor mengharapkan imbalan terhadap modal yang diinvestasikannya. Biaya
minimal yang harus dikeluarkan perusahaan atas pengembalian terhadap investor
disebut biaya modal. “Biaya modal (cost of capital) adalah biaya riil yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik yang berasal dari
hutang/obligasi, saham preferan, saham biasa, maupun laba ditahan untuk
mendanai suatu investasi atau operasi perusahaan” (Syahyunan, 2013:210).
Tujuan penentuan biaya modal adalah untuk mengetahui berapa besarnya
biaya riil yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh dana yang
dibutuhkan. Biaya modal dapat dipisahkan berdasarkan jenis sumber modal atau
disebut biaya modal individual. Konsep biaya modal berhubungan erat dengan
konsep mengenai pengertian tingkat keuntungan yang disyaratkan (required rate
of return). Menurut investor, tinggi rendahnya tingkat keuntungan yang
disyaratkan (required rate of return) merupakan tingkat keuntungan (rate of
return) yang mencerminkan tingkat risiko dari aktiva yang dimiliki, sedangkan
menurut perusahaan yang menggunakan dana (modal), besarnya tingkat
keuntungan yang disyaratkan (required rate of return) merupakan biaya modal
(cost of capital) yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan modal tersebut”
Kesenjangan teori tentang struktur modal menjadi latar belakang dalam
penelitian ini. Struktur modal yang tampak di sisi kewajiban dan ekuitas pada
neraca perusahaan merupakan penggunaan dana dari luar perusahaan dalam
manajemen keuangan. Setiap manajer keuangan menentukan struktur modal yang
optimal yaitu bertujuan meminimalkan biaya modal perusahaan. Teori struktur
modal modern yang dikemukakan oleh Modigliani dan Miller (teori MM)
berpendapat bahwa “struktur modal tidak relevan atau tidak mempengaruhi nilai
perusahaan” (Syahyunan, 2013:218). Beberapa asumsi yang diajukan MM untuk
membangun teori mereka yaitu: tidak terdapat agency cost, tidak ada pajak,
investor dapat berhutang dengan tingkat suku bunga sama dengan perusahaan,
investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen mengenai prospek
perusahaan di masa depan, tidak ada biaya kebangkrutan, Earning Before Taxes
(EBIT) tidak dipengaruhi oleh penggunaan dari hutang, para investor adalah
price-takers, dan jika terjadi kebangkrutan maka asset dapat dijual pada harga
pasar (market value). Investor yang mempunyai informasi yang sama dengan
manajemen dalam teori ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kedudukan
di antara keduanya sehingga tindakan manajer melakukan manajemen laba
diketahui oleh investor sehingga tidak akan berpengaruh terhadap biaya modal.
Teori struktur modal yang dikemukakan oleh Baker dan Wurgler (2002) dalam
Syahyunan (2013:218) yaitu “perusahaan akan menerbitkan equity pada saat
market value tinggi dan akan membeli kembali ekuitas pada saat market value
rendah. Praktik ini disebut sebagai equity market timing. Market value tinggi
pada saat market value tinggi dapat membuat investor menaikkan imbalan atas
dana yang diinvestasikan ke perusahaan sehingga biaya modal perusahaan
meningkat. Hal tersebut menunjukkan adanya hubungan antara manajemen laba
terhadap biaya modal ekuitas.
Aneka Tambang (Persero), Tbk atau ANTAM pada tahun 2009 mengalami
penurunan. Biaya modal ANTAM turun sebesar 219 % dari tahun 2008.
Penurunan ini disebabkan oleh pembayaran dividen menurun. Pembayaran
dividen menurun disebabkan oleh laba rendah. Laporan keuangan ANTAM yang
dipublikasikan pada tanggal 22 Maret 2010, penurunan pendapatan sebesar 9,17%
menjadi Rp 8,71 triliun dan laba bersih turun sebesar 55,83% menjadi Rp 604,31
miliar. Biaya modal dari saham akan menjadi turun karena laba perusahaan tahun
2009 menurun. Laba dan biaya modal yang menurun pada tahun 2009
menyebabkan penulis tertarik untuk meneliti hubungan antara manajemen laba
dan biaya modal ekuitas.
Penelitian yang dilakukan oleh Utami (2005) membuktikan bahwa
manajemen laba mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap biaya modal
ekuitas. Selpiani (2013) dan Chancera (2011) manajemen laba tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap biaya modal ekuitas.Pada penelitian yang dilakukan
oleh Selpiani dan Chancera, mereka menggunakan rumus mencari manajemen
laba dan biaya modal ekuitas yang disederhanakan oleh Utami (2005), tetapi hasil
penelitian berbeda. Inkonsistensi pada penelitian terdahulu menjadi latar belakang
dalam penelitian ini. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya karena
Berdasarkan fenomena-fenomena tentang manajemen laba dan biaya modal,
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian skripsi dengan judul, “Pengaruh
manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas pada perusahaan pertambangan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009-2012”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :
Apakah manajemen laba berpengaruh terhadap biaya modal ekuitas pada
perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2009-2012?
1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh manajemen laba terhadap
biaya modal ekuitas pada perusahaan pertambangan yang terdaftardi
BEI periode 2009-2012.
1.4.2 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Penulis
Penelitian diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu
2. Bagi akademi
Skripsi ini diharapkan dapat menambah referensi mengenai
manajemen laba dan menambah literatur tentang biaya modal.
3. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dalam
melihat pengaruh manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas
pada perusahaan pertambangan dan sebagai bahan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan.
4. Bagi Investor
Skripsi diharapkan memberikan tambahan informasi sebagai bahan
pertimbangan dalam berinvestasi.
5. Bagi peneliti selanjutnya
Skripsi ini sebagai bahan referensi dan menambah informasi terkait
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Pengertian Pasar Modal
Pasar modal berhubungan dengan obligasi dan saham. Pengertian
pasar modal menurut Horne dan Wachowicz (2001:322) adalah: “pasar yang
relative berjangka panjang (lebih lama dari waktu jatuh tempo satu tahun)
untuk berbagai instrument keuangan (contohnya, obligasi dan saham)”.
Dalam pasar modal terdapat pasar perdana dan sekunder (Horne dan
Wachowicz, 2001:322). Pasar perdana adalah pasar tempat sekuritas baru
dibeli dan dijual untuk pertama kalinya (pasar sekuritas terbitan baru). Pasar
sekunder adalah pasar untuk sekuritas yang telah ada (telah dibeli
sebelumnya), bukan untuk emisi baru. Pengertian pasar modal menurut Fahmi
(2012:52) adalah: “tempat berbagai pihak khususnya perusahaan menjual
saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut
nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk memperkuat
modal perusahaan. Pasar modal adalah tempat bertemunya berbagai pihak
2.1.2 Manfaat Pasar Modal
Pasar modal memiliki beberapa manfaat. Menurut Anoraga (1995)
manfaat pasar modal dapat dirasakan oleh investor, emiten, pemerintah, dan
lembaga penunjang.
Menurut Anoraga (1995) manfaat yang diperoleh masing-masing
pihak adalah sebagai berikut :
“1. Manfaat pasar modal bagi perusahaan.
a. Jumlah dana yang dapat dihimpun bisa berjumlah besar.
b. Solvabilitas perusahaan tinggi, sehingga memperbaiki citra perusahaan.
c. Jangka waktu penggunaan tidak terbatas.
d. Emisi jangka waktu penggunaan dana tidak terbatas. 2. Manfaat pasar modal bagi investor
a. Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi. b. Mudah mengganti instrument investasi.
c. Memperoleh deviden bagi pemegang saham dan bunga tetap. d. Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa
instrument yang mengurangi risiko. 3. Manfat pasar modal bagi lembaga penunjang
a. Pembentuk harga dalam bursa paralel.
b. Memberi variasi pada jenis lembaga penunjang. c. Likuiditas.
4. Manfaat pasar modal bagi pemerintah dan pembangunan nasional a. Mendorong laju pertumbuhan.
b. Mendorong laju investasi. c. Menciptakan lapangan kerja.
d. Mengurangi beban anggaran bagi BUMN. e. Menggurangi hutang luar negeri
2.1.3 Macam-macam Pasar Modal
Dalam Chancera (2011) pasar modal dapat dibedakan menjadi:
a. Primary Market
Primary Market adalah penawaran saham yang dilakukan oleh emiten kepada calon investor selama batas waktu tertentu yang ditetapkan oleh emiten sebelum hal tersebut dijual melalui bursa/sebelum listing.
b. Secondary Market
Secondary Market biasanya diistilahkan sebagai transaksi jual beli saham/ sekuritas setelah masa penawaran terlewati yaitu ditandai dengan dilakukannya listing bursa.
c. Third Market
Third Market adalah perdagangan saham yang dilakukan diluar bursa/ OTC (Over The Counter Market), biasa disebut sebagai bursa paralel.
d. Fourth Market
Fourth Market merupakan bentuk perdagangan efek antar investor yang dilakukan tanpa melalui perantara pedagang efek.
2.1.4 Macam-macam Saham
Menurut Fahmi ada 2 (dua) jenis saham yang paling umum dikenal
oleh publik (2011:86) yaitu:
a. Saham biasa.
Saham biasa (common stock) adalah surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan sebagainya) di mana pemegang diberi hak untuk mengikuti Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan Rapat Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) serta berhak untuk menentukan membeli issue (penjualan saham terbatas) atau tidak Pemegang saham ini di akhir tahun akan memperoleh keuntungan dalam bentuk dividen.
b. Saham istimewa.
2.1.5 Efisiensi Pasar Modal
Efisiensi adalah pemanfaat sebaik-baiknya modal atau input yang
digunakan untuk menghasilkan output yang murah dan berkualitas sesuai
dengan tujuan atau efektif. Menurut Samuel (1981, p. 131), dalam Panji
Anoraga,(1995:760), pasar modal dikatakan efisian apabila:
a. Apa yang diharapkan bersifat homogen, artinya semua investor mempunyai harapan yang sama dalam memandang pendapatan dan risiko dari surat-surat berharga.
b. Pasar cukup besar sehingga jumlah saham yang ditawarkan mencukupi untuk investor, jika mereka berminat maka portofolio seimbang sempurna.
c. Fungsi “utility” semua investor termasuk dalam kelas yang sama, artinya investor-investor tersebut mempunyai sikap yang serupa terhadap “trade off” antara “risk” dan “return”.
2.1.6 Manajemen laba (earnings management) 2.1.6.1Definisi Manajemen Laba
Menurut Copeland (1968:10) dalam Chancera (2013),
manajemen laba sebagai “some ability to increase or decrease
reported net income at will” yang artinya adalah manajemen laba
mencakup usaha manajemen untuk memaksimumkan, atau
meminimumkan laba, termasuk perataan laba sesuai dengan keinginan
manajemen. Manajemen laba didefinisikan oleh Setiawati dan Na’im
(2000) adalah “campur tangan manajemen dalam proses pelaporan
keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya
2.1.6.2Tujuan Manajemen laba
Menurut Healy dan Wahlen dalam Belkaoui (2006:75)
penyebab manajemen laba yaitu:
Manajemen Laba terjadi ketika para manajer menggunakan pertimbangan mereka pelaporan keuangan dan struktur transaksi untuk mengubah laporan keuangan dengan tujuan menyesatkan beberapa pemangku kepentingan mengenai kondisi kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil-hasil kontraktual yang bergantung pada angka-angka akuntasi yang dilaporkan.
Defenisi manajemen laba yang dikemukakan di atas berfokus
pada penerapan pertimbangan dalam laporan keuangan untuk
menyesatkan para pemangku kepentingan baik bisa maupun tidak
melakukan manajemen laba dan untuk membuat laporan keuangan
menjadi lebih informatif bagi para penggunanya.
2.1.6.3Bentuk Manajemen Laba
Scott (1997:405) menyebutkan bahwa ada empat bentuk
manajemen laba, yaitu:
1. Tindakan kepalang basah” (taking a big bath). Tindakan ini dilakukan ketika keadaan buruk yang tidak menguntungkan dan tidak bisa dihindari pada periode berjalan, dengan cara mengakui biaya-biaya pada periode-periode yang akan datang dan kerugian periode-periode berjalan; 2. Meminimumkan laba (income minimation), dilakukan saat
3. Memaksimumkan laba (income maximization), yaitu memaksimalkan laba agar memperoleh bonus yang lebih besar. Demikian pula dengan perusahaan yang mendekati suatu pelanggaran kontrak utang jangka panjang, manajer perusahaan tersebut akan cenderung untuk memaksimalkan laba;
4. Perataan laba (income smoothing), merupakan bentuk manajemen laba yang dilakukan dengan cara menaikkan dan menurunkan laba untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan sehingga perusahaan terlihat stabil dan tidak berisiko tinggi.
2.1.6.4Perhitungan Manajemen Laba
Menurut Utami (2005) perhitungan manajemen laba untuk
periode penjualan (t) adalah sebagai berikut:
Akrual modal kerja = ΔAL - ΔHL - ΔKas
Keterangan:
ΔAL = Perubahan aktiva lancar pada periode t
ΔHL = Perubahan hutang lancar pada periode t
ΔKas = Perubahan kas dan ekuivalen kas pada periode t
2.1.7 Teori Equity Market Timing
Dalam Syahyunan (2013:229), Baker dan Wurgler (2002)
mengemukakan teori Equity Market Timing yang berbunyi bahwa
“perusahaan-perusahaan akan menerbitkan equity pada saat market
value tinggi dan akan membeli kembali ekuitas pada saat market value
rendah”. Praktik ini yang disebut sebagai Equity Market Timing.
Eksploitasi fluktuasi sementara yang terjadi pada cost of equity
terhadap cost of other forms of capital merupakan tujuan dari equity
market timing. Menurut Baker dan Wurgler (2002) dalam Syahyunan
(2013:229), “Struktur modal adalah hasil kumulatif dari usaha
melakukan equity market timing di masa lalu”.
2.1.8 Teori Asimetri Informasi dan Signaling
Teori ini dikemukakan oleh Gordon (1950 dalam Sjahrial
2007 : 237) yang menyatakan “asymmetric information adalah kondisi
dimana suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak dari pihak
lain. Karena asymmetric information, manajemen perusahaan tahu
lebih banyak tentang perusahaan dibanding investor di pasar modal.”
Konsep biaya modal berhubungan dengan konsep mengenai
pengertian tingkat keuntungan yang disyaratkan (required rate of
return). Tingkat keuntungan yang disyaratkan dilihat dari dua pihak,
yaitu investor dan perusahaan. Menurut investor, tinggi rendahnya
tingkat keuntungan yang disyaratkan (required rate of return)
merupakan tingkat keuntungan (rate of return) yang mencerminkan
tingkat risiko dari aktiva yang dimiliki, sedangkan menurut
perusahaan yang menggunakan dana (modal), besarnya tingkat
keuntungan yang disyaratkan (required rate of return) merupakan
biaya modal (cost of capital) yang harus dikeluarkan untuk
mendapatkan modal tersebut. Perusahaan melakukan manajemen laba
untuk menarik investor menanamkan dananya. Manajemen laba yang
Profitabilitas yang tinggi menyebabkan investor tertarik untuk
menanamkan modal di suatu perusahaan dan mengakibatkan tingginya
tingkat keuntungan yang disyaratkan (required rate of return).
Semakin besar tingkat keuntungan yang disyaratkan semakin besar
biaya modal. Beberapa hal di atas menunjukkan bahwa biaya modal
erat hubungannya dengan manajemen laba.
2.1.9 Biaya Modal Ekuitas (Cost of Equity Capital) 2.1.9.1Definisi Biaya Modal Ekuitas
Biaya modal (cost of capital) adalah biaya riil yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik yang
berasal dari hutang/obligasi, saham preferen, saham biasa, maupun
laba ditahan untuk mendanai suatu investasi atau operasi perusahaan
(Syahyunan, 2013:210). Besar biaya riil yang harus dikeluarkan
perusahaan untuk memperoleh dana yang diperlukan yaitu diketahui
melalui penentuan biaya modal. Biaya modal adalah komponen utama
untuk menilai investasi, sumber pembelanjaan, dan manajemen aktiva.
Menurut (Warsono, 2003:136) biaya modal dapat didefinisikan
sebagai “biaya peluang atas penggunaan dana investasi untuk
diinvestasikan dalam proyek-proyek baru”. Biaya ekuitas biasa
menurut Warsono (2003:144), yaitu: “tingkat pengembalian minimum
(minimum rate of return) yang harus dihasilkan oleh perusahaan atas
modal sendiri, agar harga saham perusahaan di pasar saham tidak
berubah”.
Definisi biaya modal menurut Horne dan Wachowicz
(2001:322) adalah: “tingkat pengembalian yang diminta (required rate
of return) atas berbagai jenis pendanaan”. Menurut Tampubolon
(2004: 170) biaya modal (the cost of Capital) didefinisikan sebagai
“tingkat pengembalian (rate of return) berdasarkan nilai pasar dari
suatu korporasi yang dilihat dari saham yang beredar (price of the
firm’s stock)”. Biaya modal ekuitas adalah tingkat pengembalian yang
diminta atas investasi oleh para pemegang saham perusahaan.
2.1.9.2Fungsi Biaya Modal Ekuitas
Konsep biaya modal berhubungan dengan konsep mengenai
pengertian tingkat keuntungan yang disyaratkan (required rate of
return). Tingkat keuntungan yang disyaratkan dilihat dari dua pihak,
yaitu investor dan perusahaan. Menurut investor, tinggi rendahnya
tingkat keuntungan yang disyaratkan (required rate of return)
merupakan tingkat keuntungan (rate of return) yang mencerminkan
tingkat risiko dari aktiva yang dimiliki, sedangkan menurut
perusahaan yang menggunakan dana (modal), besarnya tingkat
keuntungan yang disyaratkan (required rate of return) merupakan
biaya modal (cost of capital) yang harus dikeluarkan untuk
Menurut Syahyunan (2013:210) fungsi biaya modal yaitu dapat
digunakan sebagai ukuran untuk menentukan diterima atau ditolaknya
suatu usulan investasi (sebagai discount rate), yaitu dengan
membandingkan tingkat keuntungan (rate of return) dari investasi
tersebut dengan biaya modalnya. Fungsi biaya modal untuk
perusahaan digunakan pada saat: pengambilan keputusan untuk
anggaran modal (capital badgeting), membantu untuk
memaksimalkan struktur permodalan, membuat keputusan apakah
melalui leasing surat hutang dengan pendanaan kembali surat hutang
di dalam menentukan modal kerja perusahaan.
2.1.9.3Sumber Biaya Modal Ekuitas
Besar biaya riil yang harus dikeluarkan perusahaan untuk
memperoleh dana yang diperlukan dapat diketahui dengan
menentukan biaya modal. Biaya modal dapat dihitung berdasarkan
biaya modal untuk masing-masing sumber dana atau disebut biaya
modal individual (Syahyunan, 2013:210). Biaya modal individual
dihitung untuk setiap jenis modal. Perusahaan yang menggunakan
beberapa sumber biaya modal, maka biaya modal yang dihitung
adalah biaya rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of Capital)
dari seluruh modal yang digunakan. Biaya modal rata-rata tertimbang
Menurut Warsono (2003:138) biaya modal rata-rata tertimbang
mempunyai beberapa komponen, yaitu “biaya utang (cost of debt),
biaya saham Preferen (Cost of Preferred stock), dan biaya ekuitas
biaya (cost of common equity)”. Menurut Syahyunan (2013:210) biaya
hutang adalah “ biaya yang ditanggung perusahaan disebabkan
penggunaan sumber dana pinjaman, biaya obligasi”. Biaya saham
preferen adalah biaya yang ditanggung perusahaan berupa dividen
yang disepakati pada saat penerbitan saham preferen. Biaya saham
adalah biaya dikeluarkan ketika perusahaan memiliki laba. Biaya
penerbitan saham biasa yang baru menjadi penting jika laba ditahan
tidak tersedia. Biaya saham biasa yang baru lebih tinggi dari biaya
laba ditahan karena penjualan saham biasa yang baru memerlukan
biaya emisi saham (floating cost). floating cost akan mengurangi
penerimaan perusahaan dari penjualan saham baru. “Biaya emisi
(floating cost) terdiri dari biaya cetak saham, komisi untuk pihak
penjamin emisi dan lain-lain” (Syahyunan, 2013:210).
2.1.9.4Pengukuran Biaya Modal Ekuitas
Pengukuran biaya modal saham biasa (biaya modal ekuitas)
dipengaruhi oleh model penilaian perusahaan yang digunakan. Dalam
Utami (2005) pengukuran biaya modal saham biasa (biaya modal
ekuitas), dipengaruhi oleh model penilaian perusahaan yang
Dalam Utami (2005) ada beberapa model penilaian
perusahaan, antara lain:
"1. Model penilaian pertumbuhan konstan (constant growth valuation model)
2. Capital Asset Pricing Model (CAPM) 3. Model Ohlson.”
Dalam Utami (2005) secara matematis biaya modal ekuitas
untuk periode t dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
r = Bt + Xt+1− Pt Pt
Keterangan:
r = Biaya modal ekuitas
Bt= Nilai buku per lembar saham periode t
Xt+1 = Laba per saham pada periode t+1
Pt = Harga saham pada periode
2.1.10 Manajemen Laba dan Biaya Modal Ekuitas
Adanya hubungan antara manajemen laba dengan biaya modal
ekuitas dapat dilihat dari penelitian Demski dan Sappington (1987) dalam
Scott (1997), yang meneliti manajemen laba dilihat dari perspektif pasar
modal. Penelitian tersebut menyatakan bahwa manajemen laba dapat
menghubungkan informasi yang terkandung dalam pasar tentang pengaruh
earnings management terhadap biaya. Kesimpulan yang dapat diperoleh
oleh perusahaan. Penelitian Leuz et al (2003) dalam Utami (2005)
mengenai studi komparatif internasional tentang manajemen laba dan
proksi investor, membuktikan bahwa tingkat manajemen laba emiten di
Indonesia relatif tinggi dan proteksi terhadap investor relatif rendah.
Menurut Copeland dalam Utami (2005), manajemen laba
mencakup usaha manajemen untuk memaksimumkan atau
meminimumkan laba, termasuk perataan laba sesuai dengan keinginan
manajemen. Dechow et al. (1996) dalam Utami (2005), meneliti penyebab
dan konsekuensi dari tindakan manipulasi laba, dimana salah satu
tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana dampak manipulasi laba
terhadap biaya modal ekuitas. Sampel yang digunakan perusahaan yang
mendapatkan sanksi dari Securitas Exchange Commision (SEC) karena
diduga keras telah melakukan penyimpangan terhadap standar akuntansi
yang berlaku, dengan tujuan untuk memanipulasi laba.
Dalam Chancera (2011), adanya hubungan antara manajemen laba
dengan biaya modal ekuitas juga dapat dilihat dari penelitian Demski dan
Sappington (1987) dalam Scoot (1997), yang meneliti manajemen laba
dilihat dari perspektif pasar modal. Penelitian tersebut menyatakan bahwa
manajemen laba dapat menghubungkan informasi yang terkandung dalam
pasar tentang pengaruh earnings management terhadap biaya. Informasi
laba akan mencerminkan juga informasi biaya modal ekuitas yang akan
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
1. Botosan (1997) yang meneliti hubungan antara tinunugkat ungkapan
sukarela dengan cost equity capital, dengan meregresikan cost of equity
capital (yang dihitung berdasarkan dengan market beta), ukuran
perusahaan dan tingkat pengungkapan yang diukur dengan score yang
dikembangkan sendiri oleh peneliti yang bersangkutan. Hasilnya
menunjukkan bahwa adanya hubungan antara tingkat pengungkapan
dengan cost of equity capital pada perusahaan yang diikuti oleh sedikit
analis.
2. Green et al. (2001), yang meneliti biaya modal ekuitas dengan sampel
perusahaan perbankan yang berada di negara Amerika. Penelitian ini
menggunakan tiga model pengukuran biaya modal ekuitas, antara lain
Comparable Accounting Earnings Model (CAE), Discounted Cash Flow
Method (DCF), dan Capital Asset Pricing Model (CAPM).
Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa biaya modal ekuitas dapat
diukur dalam perusahaan perbankan dengan menggunakan tiga model
pengukuran di atas, namun model yang paling signifikan adalah model
CAPM (Capital Asset Pricing Model).
3. Komalasari dkk. (2001) mengembangkan riset analisis yang dilakukan
oleh Diamond dan Verrecchia (1991), dengan tujuan untuk menarik bukti
empirik mengenai asimetri informasi dan pengaruhnya terhadap cost of
equity capital secara langsung. Penelitian ini secara khusus menguji
likuiditas pasar dapat menurunkan cost of equity capital pada perusahaan
besar lebih besar dibadingkan perusahaan kecil.
4. Juniarti (2003), mengenai pengaruh tingkat disclosure terhadap biaya
modal ekuitas dan signifikan pengaruh tersebut pada perusahaan yang
sahamnya tergolong sebagai saham bluechip dan non bluechip,
menemukan bukti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
tingkat disclosure dan biaya modal ekuitas serta tidak terdapatnya
perbedaan signifikan pengaruh tingkat disclosure terhadap biaya modal
ekuitas pada perusahaan perbankan bersaham bluechip maupun non
bluechip. Dengan kata lain, tanpa memperhatikan suatu perusahaan
termasuk dalam kategori perusahaan yang bersaham bluechip atau pun
non bluechip, pengaruh tingkat disclosure tetap signifikan terhadap biaya
modal ekuitas.
5. Murni (2004), meneliti pengaruh luas pengungkapan sukarela dan
asimetri informasi terhadap cost of equity capital, yang kemudian
mengemukakan bahwa pengungkapan sukarela, asimetri informasi, dan
beta berpengaruh terhadap cost of equity capital. Hasil pengujian yang
dilakukan menunjukkan bahwa ungkapan sukarela dalam laporan
tahunan perusahaan tidak menurunkan cost of equity capital. Penelitian
tersebut menunjukkan bahwa ukuran perusahaan secara signifikan
mempunyai pengaruh terhadap hasil pengujian serta dapat diketahui
bahwa semakin besar ukuran perusahaan, maka cost of equity capital
6. Utami (2005) yang menjadi acuan dalam penelitian ini, membuktikan
bahwa manajemen laba berpengaruh positif dan signifikan terhadap biaya
modal ekuitas dengan menggunakan model pengukuran Ohslon sebagai
proksi pengukuran biaya modal ekuitas, artinya semakin tinggi tingkat
akrual, maka semakin tinggi biaya modal ekuitas.
7. Chancera (2013), yang meneliti pengaruh manajemen laba terhadap biaya
modal ekuitas. Hasil pengujian yang dilakukan adalah manajemen laba
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Peneliti Tahun Variabel Penelitian Hasil Penelitian
1. Botosan 1997
Variabel Independen: Pengungkapan sukarela, ukuran perusahaan, tingkat pengungkapan.
Variabel dependen: cost of capital.
Adanya hubungan antara tingkat pengungkapan sukarela dengan cost of capital pada perusahaan yang diikuti oleh sedikit analis.
2. Green et al. 2001
Variabel Independen:
Comparable Accounting Earnings Model (CAE),
Discounted Cash Flow Hasil dari penelitian ini yaitu model yang paling signifikan adalah model CAPM (Capital Asset Pricing Model). Variabel dependen: cost of equity capital Variabel dependen: biaya modal ekuitas
Terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat
disclosure dan biaya
modal ekuitas.
Variabel dependen: cost of equity capital.
Pengungkapan sukarela, asimetri informasi, dan beta berpengaruh terhadap cost of equity capital
6. Utami 2005
Variabel Independen: manajemen laba Variabel dependen: biaya modal ekuitas
2.3 Kerangka konseptual dan Hipotesis 2.3.1 Kerangka Konseptual
Dalam Wirartha (2005:209) kerangka (landasan) teoritis atau
konsepsional adalah kerangka berpikir kita yang bersifat teoritis atau
konsepsional mengenai masalah yang akan diteliti. Kerangka berpikir tersebut
menggambarkan hubungan antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang
akan diteliti. Konsep atau variabel itu sendiri merupakan abstraksi dari gejala
atau fenomena tang akan diteliti. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Utami (2005) manajemen laba berpengaruh secara positif terhadap biaya
modal ekuitas. Semakin tinggi tingkat manajemen laba menunjukkan semakin
tinggi risiko imbal hasil saham dan konsekuensinya investor akan menaikkan
rate biaya modal ekuitas. Tingkat keuntungan yang disyaratkan dilihat dari
dua pihak, yaitu investor dan perusahaan. Menurut investor, tinggi rendahnya
tingkat keuntungan yang disyaratkan (required rate of return) merupakan
tingkat keuntungan (rate of return) yang mencerminkan tingkat risiko dari
aktiva yang dimiliki, sedangkan menurut perusahaan yang menggunakan dana
(modal), besarnya tingkat keuntungan yang disyaratkan (required rate of
return) merupakan biaya modal (cost of capital) yang harus dikeluarkan
untuk mendapatkan modal tersebut. Menurut tingkat keuntungan yang
disyaratkan biaya modal ekuitas timbul karena adanya antisipasi investor
yang mengajukan tingkat pengembalian minimum yang harus dikembalikan
perusahaan (rate of return) dan perusahaan melakukan tindakan manajemen
Hubungan antara biaya modal ekuitas dan manajemen laba secara
deskriptif adalah biaya modal ekuitas timbul sebagai konsekuensi adanya
praktik manajemen laba. Kerangkan konseptual penelitian ini adalah:
Ha
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Berdasarkan kerangka pemikiran dan juga didasari oleh penelitian
sebelumnya, penelitian ini merupakan penelitian replikasi dari penelitian
sebelumnya yang bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai
pengaruh manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas.
2.3.2 Hipotesis Penelitian
Menurut Idrus (2009 : 53), “hipotesis memiliki makna simpulan
yang sifatnya masih rendah. Secara singkat hipotesis dapat dinyatakan
sebagai simpulan sementara penelitian”. Kegunaannya untuk menjadikan
arah penelitian semakin jelas atau memberikan arah bagi peneliti untuk
melaksanakan penelitiannya secara baik.
Dalam penelitian ini, hipotesis yang digunakan yaitu:
H0: Manajemen laba tidak berpengaruh terhadap biaya modal ekuitas
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan penulis adalah desain asosiatif klausal.
Menurut Siregar (2010 : 154) “desain asosiatif klausal adalah desain yang
dirumuskan untuk memberikan jawaban pada permasalahan yang bersifat
hubungan/pengaruh yang menyatakan hubungan bersifat sebab dan akibat antara
dua variabel atau lebih. Dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu
teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol suatu
gejala”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak pengaruh dari 2
variabel yaitu manajemen laba dan biaya modal ekuitas.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Idrus (2009:93) penentuan subjek penelitian dapat dilakukan dengan
cara populasi dan sampel. Cara populasi dilakukan apabila pengambilan subjek
penelitian meliputi keseluruhan populasi yang ada. Cara sampel adalah
pengambilan subjek penelitian dengan cara menggunakan sebagian dari populasi
yang ada.
Populasi yang digunakan di dalam penelitian ini adalah semua perusahaan
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) yang
memenuhi kriteria. Periode data yang digunakan dalam penelitian adalah tahun
2008 sampai tahun 2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Analisis deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai
variabel independen dan variabel dependen, baik satu variabel atau lebih tanpa
membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain yang diteliti
dan dianalisis sehingga menghasilkan kesimpulan. Sedangkan analisis verifikatif
adalah analisis model dan pembuktian yang berguna untuk mencari kebenaran
dari hipotesis yang diajukan. Beberapa kriteria sampel yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Perusahaan pertambangan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia
mulai dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2013.
2. Laporan keuangan periode 2008, 2009, 2010, 2011, 2012 dan 2013
perusahaan tersebut teelah diaudit oleh auditor independen.
3. Perusahaan yang memiliki nilai buku ekuitas positif.
Populasi yang digunakan di dalam penelitian ini adalah semua perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) yang
memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Periode data yang digunakan dalam penelitian
adalah tahun 2008 sampai tahun 2011. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Pengambilan sampel
bertujuan (purposive sampling) dilakukan dengan mengambil sampel dari
populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu. Jumlah perusahaan pertambangan
Tabel 3.1 Kriteria pengambilan sampel
Keterangan Jumlah
• Total perusahaan pertambangan yang listed di BEI
sampai tahun 2012
• Perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI dari
tahun 2008-2013
• Perusahaan pertambangan yang tidak mengeluarkan
laporan keuangan berturut-turut pada periode 2008 -2013
• Perusahaan yang memiliki nilai buku ekuitas negatif
Jumlah Perusahaan yang menjadi sampel penelitian
40
(11)
(8)
(1)
20
Berikut adalah daftar perusahaan manufaktur berdasarkan kriteria
pengambilan sampel yang telah ditentukan
Tabel 3.2 Tabel Sampel yang Memenuhi Kriteria
No. Kode Perusahaan Nama Perusahaan
1 ATPK ATPK Resources Tbk.
2 ADRO Adaro Energy Tbk.
3 ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk.
4 BYAN Bayan Resources Tbk
5 CITA Cita Mineral Investindo
6 CNKO Exploitasi Energi Indonesia Tbk.
7 CTTH Citatah Tbk.
8 DEWA Darma Henwa TBk.
10 ELSA Elnusa Tbk.
11 ENRG Energi Mega Persada Tbk.
12 INCO Vale Indonesia Tbk.
13 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk.
14 KKGI Resaouce Alam Indonesia Tbk.
15 MEDC Medco Energi Internasional Tbk.
16 MITI Mitra Investido Tbk.
17 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk.
18 PTRO Petrosea Tbk.
19 RUIS Radiant Utama Interinsco Tbk.
20 TINS Timah (Persero) Tbk.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang meliputi laporan
keuangan yang telah dipublikasikan yang terdiri dari : Laporan keuangan audited
untuk tahun yang berakhir pada 2008 hingga 2013, untuk memperoleh data
current assets, currents liabilities, dan total equity, dan data pembayaran dividen
kas periode 2008-2013. Semua data yang digunakan untuk penelitian ini diperoleh
da
Data yang diperoleh adalah kombinasi antara data time series dan data
cross-section. Kuncoro ( 2009 : 125 ) menyatakan “data time series adalah data
yang secara kronologis disusun menurut waktu pada suatu variabel tertentu,
sedangkan data cross-section adalah data yang dikumpulkan pada suatu titik
3.4 Defenisi Operasional
Berdasarkan permasalahan dan pengembangan hipotesis pada penelitian ini,
maka variabel-variabel yang akan diteliti dapat diidentifikasikan dan diukur
sebagai berikut:
Tabel 3.3 Defenisi Operasional
Variabel Konsep Variabel Indikator Skala
Manajemen
laba
(X)
Dalam Selpiani (2013) adalah
Earnings Mangement is theprocess of taking deliberate steps within the constrains
ofgenerally accepted accounting principles to bring
about desiredlevel of reported earnings.
(Manajemen laba merupakan
proses untuk mengambil
langkah tertentu yang disengaja dalam batas-batas prinsip akuntansi berterima umum untuk menghasilkan tingkat yang diinginkan dari laba yang dilaporkan). Menurut Davidson, Stickney, dan Weil (1987) yang dikutip oleh Sri Sulistyanto (2008:48)
Manajemen Laba =
Akrual Modal Kerja (t) Penjualan (t)
Akrual Modal Kerja = ΔAL - ΔHL – Δkas
Menurut Stice Stice Skousen (2009:2005) biaya pendanaan dengan ekuitas (cost of equity
financing) adalah tingkat
pengembalian modal yang diharapkan (baik berupa dividen maupun peningkatan harga pasar dari investasi) yang digunakan untuk menarik investor agar mau memberikan modal ekuitas.
r= Bt + Xt+1- Pt Pt
3.5 Pengukuran Variabel 3.5.1 Variabel Dependen
Menurut Idrus (2009:79) variabel dependen atau variabel terikat
adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya
variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah
biaya modal ekuitas. Cara menghitung biaya modal ekuitas yang
disederhanakan oleh Utami (2006) yaitu:
r = Bt + Xt+1- Pt Pt
3.5.2 Variabel Independen
Menurut Idrus (2009:79) variabel independen atau variabel bebas
adalah variabel yang menjadi sebab berubahnya atau timbulnya variabel
terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah
manajemen laba. Cara menghitung manajemen laba yaitu:
Manajemen laba = Akrual Modal Kerja (t)
Penjualan (t)
Akrual Modal Kerja = ΔAL - ΔHL – Δkas
3.6 Metode Analisis Data
Analisa data dilakukan dengan menggunakan metode analisa kuantitatif
yaitu dengan mengumpulkan, mengolah, dan menginterpretasikan data yang
diperoleh. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
regresi sederhana dengan menggunakan software SPSS for windowv.20. Ada dua
jenis pengujian yang dapat dipakai dalam penelitian ini, yaitu uji asumsi klasik
3.6.1 Uji Asumsi Klasik
Peneliti melakukan uji asumsi klasik sebelum melakukan pengujian
hipotesis, antara lain :
3.6.1.1Uji Normalitas
“Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal” (Ghozali, 2006 : 110). Modal regresi yang baik
hendaknya memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Ada
dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal
atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.
Normalitas data dapat diketahui dengan menggambarkan
penyebaran data melalui sebuah grafik. Data yang menyebar
disekitar dan mengikuti arah garis diagonal menandakan bahwa
data berdistribusi normal dan memenuhi asumsi normalitas. Uji
statistik juga dapat digunakan untuk menguji apakah residual
berdistribusi normal atau tidak. Apabila nilai signifikansi lebih
besar dari 0.05 maka data residual berdistribusi normal. Sebaliknya,
jika signifikansi lebih kecil dari 0.05 maka data residual tidak
3.6.1.2 Uji Heteroskesdastisitas
“Uji heteroskesdastisitas bertujuan untuk mengetahui
apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians
dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain” (Umar, 2008
:179). Jika varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan
lain tetap dinamakan homokedastisitas, sebaliknya jika varians dari
residual suatu pengamatan ke pengamatan lain berbeda dinamakan
heteroskesdastisitas.
Heteroskesdastisitas dapat dilihat dengan mengamati grafik
scatterplot antara nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya.
“Deteksi ada tidaknya heteroskesdastisitas dilakukan dengan
melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot dengan
dasar analisis berikut” (Ghozali, 2006 : 105 ) :
1. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskesdastisitas.
3.6.1.3 Uji Autokorelasi
“Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam
suatu model linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-1 atau sebelumnya”
(Erlina, 2008 :106). Autokorelasi muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya.
Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya
autokorelasi adalah dengan dilakukannya uji statistik Run Test.
Suatu persamaan regresi dinyatakan terbebas autokorelasi jika hasil
uji statistik run test-nya tidak signifikan atau di atas 0,05.
Pengambilan keputusan pada uji run test didasarkan pada
acak tidaknya data. Apabila data bersifat acak, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa data tidak terkena autokorelasi. Acak tidaknya
data mempunyai batasan sebagai berikut:
1. Apabila nilai probabilitas ≥ α = 0,05 maka observasi terjadi
secara acak.
2. Apabila nilai probabilitas ≤ α = 0,05 maka observasi terjadi
Selain itu, pengujian juga dapat dilakukan dengan
menggunakan uji Durbin-Watson, dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Angka D-W di bawah -2 berarti ada ditemukan autokorelsi
positif,
2. Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada ditemukan
autokorelasi,
3. Angka D-W di atas +2 berarti ada ditemukan autokorelasi
negative.
3.6.2 Uji Hipotesa
Pengujian hipotesa dilakukan untuk menguji kemampuan variabel
manajemen laba dalam mempengaruhi variabel biaya modal ekuitas.Uji
hipotesa dapat menggunakan alat analisa statistik berupa uji F dan uji T.
3.6.2.1 Uji T
Uji T digunakan untuk mengetahui apakah secara individu
variabel independen mempunyai pengaruh terhadap biaya modal
ekuitas, dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. Dasar
pengambilan keputusan adalah: Ho ditolak atau Ha diterima jika
nilai signifikan t atau p value < 5%.
Ha : manajemen laba diuji dengan menggunakan uji –t, dalam hal ini
adapun kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut :
Ho diterima apabila t hitung < t table
3.6.3 Koefisien Determinasi (��)
“Koefisien Determinasi (�2) digunakan untuk
menentukan besarnya variabel dapat dependen yang dapat
dijelaskan oleh variasi variabel independennya dengan kisaran nilai
antara 0 dan 1” (Ghozali, 2006 : 83). Nilai yang mendekati 1 berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
4.1Deskripsi Objek Penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari internet
melalui situs www.idx.co.id . Data yang digunakan merupakan data laporan
keuangan perusahaan pertambangan yang dipublikasikan setelah diaudit oleh
auditor independen pada tahun 2009-2012. Metode analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik yang
menggunakan persamaan regresi berganda. Pengujian asumsi klasik dan regresi
berganda dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 20. Berdasarkan
kriteria yang telah ditentukan, diperoleh 20 perusahaan pertambangan yang
memenuhi kriteria dan menjadi sampel dalam penelitian ini selama periode
tahun 2009-2012.
4.1.1 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai nilai minimum,
nilai maksimum, nilai rata-rata (mean). Median, variance, serta standar
deviasi data yang digunakan dalam penelitian. Adapun keterangan dari nilai
deskripsi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Nilai rata-rata (mean) adalah jumlah seluruh angka pada data yang
dibagi dengan jumlah data yang ada,
2. Median adalah nilai tengah data setelah data tersebut diurutkan dari
3. Range adalah selisih dari nilai tertinggi dengan nilai terendah dalam
suatu kumpulan data,
4. Standard deviation adalah nilai simpangan baku. Semakin kecil
nilainya, maka data yang digunakan mengelompok di sekitar nilai
rata-rata,
5. Variance adalah jumlah selisih antara data dengan rata-rata data dan
kemudian dibagi dengan jumlah data dikurangi 1(n-1) atau nilai
kuadrat dari std.deviation.
Statistik data penelitian disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
Manajemen Laba 80 -34,81 0,72 0,4603 3,90346
Biaya Modal
Ekuitas 80 -123,50 1,85 1,7686 13,79500
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dijelaskan penggambaran
tentang data yang digunakan dalam penelitian ini :
1. variabel manajemen laba (x) tahun 2009-2012 dengan jumlah data (n)
sebanyak 80 mempunyai manajemen laba 2009-2012 rata-rata
0,4603, dengan angka minimal -34,81, dan maksimal 0,72 sedangkan
standar deviasinya sebesar 3,90346.
2. variabel biaya modal ekuitas (y) tahun 2009-2012 dengan jumlah data
(n) sebanyak 80 mempunyai biaya modal ekuitas (y) 2009-2012
rata-rata 1,7686, dengan angka minimal -123,50 , dan maksimal 1,85
sedangkan standar deviasinya sebesar 13,79500.
4.1.2 Uji Asumsi Klasik 4.1.2.1 Uji Normalitas
Pengujian normalitas data dapat dilakukan secara kasat
mata yaitu dapat dilihat pada grafis histogram dan grafik PP Plots.
Suatu data akan berdistribusi normal jika nilai probabilitas yang
diharapkan sama dengan nilai probabilitas pengamatan. Pada grafik
PP Plots, kesamaan antara nilai probabilitas harapan dengan
probabilitas pengamatan ditunjukkan dengan garis diagonal yang
merupakan perpotongan antara garis probabilitas harapan dan garis
probabilitas pengamatan.
Berikut ini adalah hasil pengujian normalitas data dalam
Gambar 4.1 Hasil uji Normalitas
Berdasarkan grafik Histogram, diketahui bahwa sebaran data yang
menyebar ke semua daerah kurva normal. Dapat disimpulkan bahwa data
Gambar 4.2 Hasil uji P-Plot Normalitas
Sebagaimana terlihat dalam grafik Normal P-P plot of regression
Standardized Residual, terlihat bahwa titik – titik menyebar disekitar garis
diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal (membentuk
garis lurus), maka dapat dikatakan bahwa data berdistribusi normal dan
model regresi layak dipakai untuk memprediksi Manajemen Laba (Y)
Pengujian normalitias dapat juga dapat diuji secara statistik
dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Pengujian dengan SPSS
20. Berdasarkan pada uji Kolmogorov–Smirnov dan Shapiro-Wilk.
a. nilai signifikan < 0,05 data tidak normal
b. nilai signifikansi > 0,05 data dikatakan normal .
Ketentuannya:
a. Jika Sampel > 50, maka membacanya pake Kolmogorov-Smirnov
b. Jika Sampel ≤ 50, maka membacanya pake Shapiro-Wilk
Hasil uji Normalitas dapat dilihat pada gambar dibawah :
Tabel 4.2 Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Biaya Modal
Ekuitas ,511 80 0,065 0,114 80 0,088
Manajemen Laba ,454 80 0,072 0,128 80 0,083
a. Lilliefors Significance Correction
Hasil Tabel di atas, sig untuk uji Kolmogorov-Smirnova 0,065 dan
0,072 > 0,05. ataupun Shapiro-Wilk untuk variabel X dan Y memiliki
masing-masing nilai 0,088 dan 0,083. Dengan demikian ketiga Variabel X
Dari hasil di atas dapat diketahui nilai variance inflation factor (VIF) dan
Tolerance variabel Manajemen laba masing-masing adalah 1,000 lebih kecil dari
5, sehingga bisa diduga bahwa antar variabel independen tidak terjadi persoalan
multikolinearitas.
4.1.2.2Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya
ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model
regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak
adanya gejala heteroskedastisitas. Ada beberapa metode pengujian yang
bisa digunakan diantaranya yaitu Uji Park, Uji Glesjer, Melihat pola grafik
regresi, dan uji koefisien korelasi Spearman.
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya
ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model
regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak
adanya gejala heteroskedastisitas. Ada beberapa metode pengujian yang
bisa digunakan diantaranya yaitu Uji Park, Uji Glesjer, Melihat pola grafik
regresi, dan uji koefisien korelasi Spearman.Dalam analisa i
Dasar pengambilan keputusan yaitu:
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu
pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit), maka terjadi heteroskedastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan
di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Hasil pengujian ditunjukkan dalam gambar berikut :
Gambar 4.3
Dari output di atas dapat diketahui bahwa titik-titik tidak
membentuk pola yang jelas, dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
masalah heteroskedastisitas dalam model regresi.
4.1.2.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara
residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model
regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi
dalam model regresi. Metode pengujian yang sering digunakan adalah
dengan uji Durbin-Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka hopotesis
nol ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi.
b) Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesis nol diterima, yang
berarti tidak ada autokorelasi.
c) Jika d terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL), maka
tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.
Nilai du dan dl dapat diperoleh dari tabel statistik Durbin Watson yang
bergantung banyaknya observasi dan banyaknya variabel yang
. Tabel 4.3
a. Predictors: (Constant), Manajemen Laba
b. Dependent Variable: Biaya Modal Ekuitas
Dari hasil output di atas didapat nilai DW yang dihasilkan dari
model regresi adalah 2,060. Sedangkan dari tabel DW dengan signifikansi
0,05 dan jumlah data (n) = 80, serta k = 1 (k adalah jumlah variabel
independen) diperoleh nilai dL sebesar 1.6114 dan dU sebesar 1.6620.
Nilai DW (2,338) berada pada daerah antara dL dan dU sehingga
hipotesis nol diterima, yang berarti tidak ada autokorelasi.
4.1.2.4
Analisis regresi linier sederhana adalah hubungan secara linear
antara satu variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y).
Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen apakah positif atau negatif dan untuk
memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen
mengalami kenaikan atau penurunan.. Data yang digunakan biasanya
berskala interval atau rasio.
Y’ = a + bX
Keterangan:
Y’ = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)
X = Variabel independen
a = Konstanta (nilai Y’ apabila X = 0)
b = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)
Tabel 4.4 Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 1,792 1,563 1,147 ,003
Manajemen
Laba 0,051 ,400 ,014 2,127 ,009
a. Dependent Variable: Biaya Modal Ekuitas
Persamaan regresinya sebagai berikut:
Y’ = a + bX
Angka-angka ini dapat diartikan sebagai berikut:
a. Konstanta sebesar 1,792; artinya jika biaya Manajemen Laba (X)
nilainya adalah 0, maka Biaya Modal Ekuitas (Y’) nilainya positif
yaitu sebesar 1,792
b. Koefisien regresi variabel Manajemen Laba (X) sebesar 0,051;
artinya jika Manajemen Laba mengalami kenaikan Rp.1, maka Biaya
Modal Ekuitas (Y’) akan mengalami peningkatan sebesar Rp. 0,051.
Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara
Manajemen Laba dengan Biaya Modal Ekuitas , semakin naik
Manajemen Laba maka semakin meningkatkan Biaya Modal
Ekuitas .
c. Nilai Biaya Modal Ekuitas yang diprediksi (Y’) dapat dilihat pada
tabel Casewise Diagnostics (kolom Predicted Value). Sedangkan
Residual (unstandardized residual) adalah selisih antara Biaya
Modal Ekuitas dengan Predicted Value, dan Std. Residual
(standardized residual) adalah nilai residual yang telah
terstandarisasi (nilai semakin mendekati 0 maka model regresi
semakin baik dalam melakukan prediksi, sebaliknya semakin
menjauhi 0 atau lebih dari 1 atau -1 maka semakin tidak baik model
4.1.3 Uji Koefisien Regresi Sederhana (Uji t)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel
independen (X) berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen (Y). Signifikan berarti pengaruh yang
terjadi dapat berlaku untuk populasi (dapat digeneralisasikan).
Dari hasil analisis regresi di atas dapat diketahui nilai t
hitung seperti pada tabel 2. Langkah-langkah pengujian
sebagai berikut:
1. Menentukan Hipotesis
a. Ho :Ada pengaruh secara signifikan antara biaya
Manajemen Laba (X) dengan Biaya Modal Ekuitas (Y)
b. Ha : Tidak ada pengaruh secara signifikan antara biaya
Manajemen Laba (X) dengan Biaya Modal Ekuitas (Y)
2. Menentukan tingkat signifikansi
Tingkat signifikansi menggunakan α = 5% (signifikansi 5%
atau 0,05 adalah ukuran standar yang sering digunakan dalam
penelitian)
3. Menentukan t hitung