i
PENDEKATAN
PROBLEM SOLVING LABORATORY
UNTUK MENINGKATKAN KREATIFITAS DAN
HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI MA AL ASROR
GUNUNGPATI SEMARANG
skripsi
disajikan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika
oleh Nur Azizah 4201410035
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
ii
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi saya yang berjudul ”Pendekatan Problem Solving Laboratory untuk Meningkatkan Kreatifitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI MA AL Asror Gunungpati” disusun berdasarkan hasil penelitian saya dengan arahan dosen pembimbing. Sumber informasi atau kutipan yng berasal atau dikutip dari karya yang ditkripsi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar dalam program sejenis di perguruan tinggi manapun.
iv
نﺎﯿﺒﺑ ﺎﮭﻋﻮﻤﺠﻣ ﻦﻋ ﻚﺒﻧﺄﺳ ﺔّﺘﺴﺑ ﻻا ﻢﻠﻌﻟا لﺎﻨﺗ ﻻﻻا
ﻦﻣز لﻮﺗو ذﺎﺘﺳا دﺎﺷراو ﺔﻐﻠﺑو رﺎﺒﻄﺻاو صﺮﺣو ءﺎﻛذ
" tidak akan mendapatkan ilmu kecuali dengan enam perkara
yaitu: cerdas, menjaga diri, sabar, punya bekal, bimbingan dari
guru, dan butuh waktu yang lama”
PERSEMBAHAN 1. Ayah dan ibu tercinta 2.Adik-adiku tersayang 3.Keluarga besar Ponpes Al
Asror
v ABSTRAK
Nur Azizah. 2014. Pendekatan Problem Solving Laboratory untuk Meningkatkan Kreatifitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI MA AL Asror Gunungpati. Skripsi, Jurusan fisika FMIPA Universitas Negeri Semarang. Drs. Sukiswo Supeni Edie, M.Si.
vi
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul ”Pendekatan Problem Solving Laboratory untuk Meningkatkan Kreatifitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI MA AL Asror Gunungpati”. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Rektor Universitas Negeri Semarang, atas kesempatan yang diberikan pada penulis untuk menyelesaikan studi srata I di jurusan fisika FMIPA UNNES.
2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang, atas ijin yang diberikan pada penulis untuk melakukan penelitian.
3. Ketua Jurusan Fisika Universitas Negeri Semarang, atas kemudahan administrasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Drs. Sukiswo Supeni Edie, M.si. selaku Dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran-sarannya sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Drs. Mosik, M.si. dan Dr. Sarwi, M.si selaku dosen penguji yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran-sarannya sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Kepala MA Al-Asror Patemon yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.
7. Bapak Bambang, S.Pd. selaku guru fisika, segenap guru dan karyawan serta siswa kelas XI IPA MA Al-Asror yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
8. Ibu dan Bapakku tercinta yang senantiasa sabar dan ikhlas mencurahkan kasih sayang, mendoakan, menasihati, membimbing dan menyemangati serta adikku tersayang Dewik, Muna, Ilah, Abuyazid yang selalu menyanyangiku. Dan temanku tercinta yeni uyun yang selalu mendampingi dan memberi semangat.
vii
ndalem dan keluarga besar Ponpes Al Asror Patemon yang selalu memberikan doa, nasehat serta ilmunya.
10.Mbak Iim,mbak Lutfi, mbak ajill, mbak Towi, terima kasih sudah memberiku motivasi sertanasehat .
11.Teman-teman santriwan-santriwati Ponpes Al Asror, khususnya sahabat 2010 (mbak Vatier, mbak Ada, mbak Ninda, mbak Encep, mbak muyas, Mbak Eni, Mbak Eli, dan kang Anas, Kang Lalan, Kang Lukman, Kang Irul, Kang Rudi, Kang Shofa, kang Bagus, semoga persaudaraan kita selalu terjaga tetap semangat, semoga sukses kita bersama.
12.Para asatidh dan asatidhah yang selalu memberikan nasehat dan do’a, semua adik-adikku di pondok yang menjadi teman kecilku, seluruh penghuni kamar 2 dan 5,
13.Teman-teman angkatan 2010 Fisika FMIPA UNNES terima kasih untuk dukungan dan semangatnya
14.Semua pihak yang telah membantu, mendukung, dan memberikan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan atas bantuan dan amal baiknya. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
.
Semarang, 28 Agustus 2014
viii
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2 Penegasan Istilah ... 3
1.3 Masalah ... 3
1.4 Batasan Masalah ... 4
1.5 Tujuan Penelitian ... 4
1.6 Manfaat Penelitian ... 4
1.7 Sistematika Penulisan Skripsi ... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Problem Solving Laboratory ... 7
2.1.1 Petunjuk Kegiatan Laboratorium ... 8
2.1.2 Pengaturan Kegiatan di Laboratorium ... 9
2.1.3 Prosedur Penelitian ... 11
2.2 Kreatifitas ... 13
2.2.1 Konsep Kreatifitas ... 13
2.3 Hasil Belajar ... 14
2.3.1 Definisi Belajar ... 14
2.3.2 Pengertian Hasil Belajar... 16
2.4 Kerangka Berpikir ... 18
ix BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi ... 19
3.2 Desain Penelitian ... 19
3.3 Langkah Penelitian ... 21
3.4 Variabel Penelitian ... 22
3.5 Metode Pengumpulan Data ... 22
3.5.1 Metode Dokumentasi ... 22
3.5.2 Metode Instrumen ... 22
3.5.3 Metode Pengamatan (observasi) ... 23
3.6 Teknik Analisis Data ... 23
3.6.1 Validitas Butir Soal ... 23
3.6.2 Reabilitas ... 24
3.6.3 Tingkat Kesukaran ... 25
3.6.4 Daya Beda ... 26
3.6.5 Analisis Kreatifitas ... 28
3.6.6 Analisis Hasil Belajar Aspek Kognitif ... 28
3.6.7 Analisis Afektif ... 29
3.6.8 Analisis Psikomotorik ... 29
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian... 30
4.1.1 Kreatifitas ... 30
4.1.2 Hasil Belajar ... 32
4.2 Pembahasan ... 37
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 42
5.2 Saran ... 42
DAFTAR PUSTAKA ... 43
x
Tabel Halaman
2.1 Perbedaan Petunjuk Kegiatan Laboratorium ... 9
2.2 Perbedaan Pengaturan Kegiatan ... 9
2.3 Skenario Pelaksanaan Kegiatn Laboratorium... 10
2.4 Fokus Penilaian Laboratorium. ... 11
2.5 Aspek Penilaian Kegiatn Laboratorium yang Direncanakan ... 12
3.1 Kelompok Soal Valid yang Digunakan pada Evaluasi (pretest-postest) 24 3.2 Kriteria Reabilitas Soal ... 24
3.3 Klasifikasi Indeks Kesukaran ... 25
3.4 Kelompok Soal Yang Sesuai dengan Tingkat Kesukaran ... 26
3.5 Kriteria Daya Beda... 27
3.6 Hasil Perhitungan Daya Pembeda ... 27
3.7 Soal-Soal yang Digunakan untuk Evaluasi (Pretest-Postest) ... 27
3.8 Kriteria Kreatifits ... 28
4.1 Hasil Analisis Kreatifitas Siswa ... 30
4.2 Hasil Peningkatan Kreatifitas ... 31
4.3 Hasil Peningkatan Nilai (Pretest-Postest)... 33
4.4 Hasil Analisis Afektif Siswa... 34
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka berpikir ... 18 3.1 Langkah Penelitian ... 21 4.1 Hasil Peningkatan Kreatifitas Kelas XI IPA 2 dan XI IPA 1 ... 31 4.2 Perbandingan Hasil Peningkatan Kreatifitas Kelas XI IPA 2 dan XI IPA 132 4.3 Perbandingan Hasil N-gain Kelas XI IPA 2 dan XI IPA 1 ... 33 4.4 Hasil Analisis Afektif Kelas XI IPA 2 dan XI IPA 1 ... 35 4.5 Hasil Analisis Psikomotorik Kelas XI IPA 2 dan XI IPA 1 ... 37
xii
1. Silabus ... 47
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 48
3. Kisi-kisi soal uji coba ... 60
4. Soal uji coba ... 62
5. Analisis Tingkat Kesukaran, Validitas, dan Daya beda soal uji coba .. 69
6. Perhitungan validitas butir soal ... 74
7. Perhitungan tingkat kesukaran soal ... 75
8. Perhitungan daya pembeda soal ... 76
9. Perhitungan reliabilitas soal ... 77
10.Soal pretest-posttest ... 78
11.Contoh jawaban soal pretest-postest siswa ... 80
12.Analisis Peningkatan Hasil Belajar Siswa... 84
13.LDS ... 86
14.Contoh Jawaban LDS ... 89
15.Lembar Pedoman Pengamtan Kreatifitas siswa ... 91
16.Contoh Penilaian Kreatifitas siswa ... 92
17.Rekapitulasi Penilaian Kreatifitas siswa ... 93
18.Lembar penilaian afektif siswa ... 95
19.Contoh penilaian afektif siswa... 96
20.Rekapitulasi penilaian afektif siswa ... 97
21.Lembar penilaianpsikomotorik ... 99
22.Contoh penilaian psikomotorik ... 100
23.Rekapitulasi penilaian psikomotorik ... 101
24.Surat penetapan dosen pembimbing ... 103
25.Surat ijin penelitian ... 104
26.Surat keterangan telah melaksanakan penelitian ... 105
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Berbagai usaha yang dilakukan oleh guru atau pengelola pendidik untuk lebih meningkatkan serta mendukung proses belajar yang lebih efektif dan efisien. Meskipun banyak faktor yang menentukan kualitas pendidikan atau hasil belajar, salah satunya yang terkait dengan pusat sumber belajar. Banyak berbagai sumber yang dapat dijadikan sebagai pusat sumber belajar yang salah satunya laboratorium. Laboratorium perlu dilestarikan serta dikelola, karena berperan untuk mendorong efektivitas serta optimalisasi proses pembelajaran. Belajar dengan mengaplikasikan teori dalam bentuk kegiatan laboratorium (praktikum) dapat meningkatkan kemampuan proses, kemampuan menyelesaikan masalah dan meningkatkan minat serta sikap siswa terhadap pembelajaran. Keberadaan laboratorium (kegiatan praktikum) di sekolah dapat mendukung kegiatan pembelajaran serta mencapai tiga ranah tujuan pendidikan yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik (Hofstein dan Naaman 2007)
praktikum, praktikum didominasi oleh instruksi, dan kurang memberi kesempatan siswa untuk mengembangkan komitmen, ide mandiri dan eksplorasi aktif.
Para staf akademik memerlukan ketrampilan memfasilitasi proses pembelajaran, di sisi lain para siswa membutuhkan wawasan dan arahan tentang sikap mental, strategi dan skill belajar mandiri dan kolaboratif secara tepat, dan menjadi individu yang tanggap, kritis, proaktif, terbuka, dan selektif dalam proses belajarnya. Sehingga siswa dapat efektif memberdayakan dirinya sesuai dengan potensi yang dimiliki, dan pada gilirannya dapat meningkatkan prestasi akademiknya.
Salah satu alternatif solusi diatas adalah dengan menerapkan model pembelajaran problem solving laboratory. Problem solving adalah belajar memecahkan masalah. Inovasi-inovasi yang dilakukan berdasarkan model PSL yaitu menata ulang proses pelaksanaan kegiatan laboratorium dan berbagai perangkat pendukung kegiatannya menurut Feranie et. al.(dalam Mustafid 2009:10)
3
bekerjasama dengan orang lain dalam keseluruhan aktivitas kehidupan manusia (“learning to life together”), dan belajar menjadi dirinya (“learning to be”). Tidak hanya diperolehnya sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh siswa menurut Zamroni (dalam Semiawan 1998:13).
1.2
Penegasan Istilah
1.2.1 Problem Solving Laboratory
Problem solving dalah belajar memecahkan masalah. Inovasi-inovasi yang dilakukan berdasarkan model PSL yaitu menata ulang proses pelaksanaan kegiatan laboratorium dan berbagai perangkat pendukung kegiatannya menurut Feranie et. al.(dalam Mustafid 2009:10)
1.2.2Kreatifitas
Kreatifitas adalah modifikasi sesuatu yang sudah ada menjadi konsep baru. Dengan kata lain, terdapat dua konsep lama yang dikombinasikan menjadi suatu konsep baru Conny R Semiawan (2009:44).
1.2.3Hasil belajar
Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku dan sebagai umpan balik dalam upaya memperbaiki proses belajar mengajar Nana Sudjana (2005: 5).
1.3
Masalah
1.3.2 Apakah peningkatan hasil belajar siswa kelas XI MA Al Asror dapat dilakukan melalui pendekatan problem solving laboratory?
1.4
Batasan Masalah
Batasan masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah melakukan pendekatan problem solving laboratory untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada sub materi titik berat benda dan mengetahui tingkat kreatifitas siswa MA kelas XI IPA 2 pada percobaan titik berat benda.
1.5
Tujuan Penelitian
1.5.1 Untuk mengetahui peningkatan kreatifitas siswa kelas XI MA AL ASROR dengan pendekatan problem solving laboratory
1.5.2 Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas XI MA AL ASROR dengan pendekatan problem solving laboratory
1.6
Manfaat Penelitian
1.6.1 Memberikan contoh model pembelajaran dengan pendekatan
problem solving laboratory bagi guru MA AL ASROR
1.6.2 Bagi siswa, penelitian ini dapat memberikan pengalaman menggunakan ketrampilan proses ilmiah dalam pembelajaran fisika. Pengalaman ini kelak akan menjadi bekal saat kuliah 1.6.3 Bagi sekolah, diperoleh model pengembangan ketrampilan proses
5
1.7
Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika sripsi ini terbagi menjadi 3 bagian yaitu : 1) Bagian awal
Bagian ini terdiri dari halaman judul, abstrak, halaman pengesahan, halaman motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran
2) Bagian isi
Bagian ini terdiri dari 5 (lima) bab yaitu : BAB I Pendahuluan
Bagian pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika skripsi
BAB II Kajian Pustaka
Bagian ini berisi teori-teori landasan tentang Problem Solving Laboratory, Kreatifitas, dan Hasil Belajar
BAB III Metodologi Penelitian
Bagian ini berisi tentang metode penentuan lokasi, desain penelitian, variabel penelitian, metode pengumpulan data dan teknik analisis data
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
BAB V Simpulan dan Saran
Berisi tentang kesimpulan dan saran-saran yang membangun
3) Bagian Penutup
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Problem Solving Laboratory
Menurut Feranie et. al.(dalam Mustafid 2009:10). Inovasi pembelajaran dalam kegiatan laboratorium ini diilhami oleh kegiatan laboratorium yang didesain dan dikembangkan di Universitas Minnesota serta jurusan pendidikan fisika UPI, yang memberikan penekanan utama pada aspek pemecahan masalah. Kegiatan PSL ini diterapkan di tingkat SMA dengan harapan mereka mempunyai bekal keterampilan melakukan percobaan sendiri . Perbedaannya dengan kegiatan PSL di perkuliahan adalah pengolahan data yang sederhana.
Praktikum model PSL adalah menjadikan sarana bagi siswa untuk : (1)Mengkonfrontasi konsep mereka dengan bagaimana alam bekarja (2)Melatih keterampilan pemecahan masalah,
(3)Belajar menggunakan alat, (4)Belajar mendesain eksperimen,
(5)Mengobservasi sebuah peristiwa yang memerlukan penjelasan yang tidak mudah sehingga mereka menyadari bahwa diperlukan ilmu untuk menjawabnya,
(6)Mendapatkan apresiasi kesulitan dan kegembiraan saat melakukan eksperimen (7)Mengalami pengalaman seperti ilmuwan asli,
(8)Merasa senang melakukan kegiatan yang lebih aktif daripada duduk dan mendengarkan.
Berdasarkan desain PSL yang dikembangkan di Universitas Minesota dan FPMIPA UPI tersebut, hal-hal dalam kegiatan laboratorium yang dikembangkan dengan menggunakan petunjuk kegiatan laboratorium, pengaturan kegiatan laboratorium, dan prosedur penilaian
2.1.1 Petunjuk Kegiatan Laboratorium
Petunjuk kegiatan laboratorium mempunyai perbedaan yang mencolok. Perbedaannya adalah tidak adanya dasar teori dan langkah-langkah percobaanpada petunjuk kegiatan laboratorium yang akan dikembangkan. Perbedaan selanjutnya adalah peniadaan dasar teori yang didasarkan pada alasan yang menegaskan bahwa kegiatan laboratorium ini terintegrasi dengan kegiatan belajar mengajar. Teori yang mendasari kegiatan laboratorium dapat digali dan dibaca sebanyak-banyaknya dari buku paket atau referensi lain yang ada.
9
Tabel 2.1 Perbedaan Petunjuk Kegiatan Laboratorium
Petunjuk kegiatan laboratorium
lama Petunjuk direncanakan kegiatan yang
Tujuan
Alat dan bahan Prosedur percobaan Tugas sebelum percobaan Tugas setelah percobaan
Masalah Prediksi Tujuan
Alat dan bahan Eksplorasi Pengukuran Analisis Kesimpulan
2.1.2 Pengaturan Kegiatan di Laboratorium
Pengaturan kegiatan lama diawali dengan mengumpulkan tugas awal untuk dinilai di kemudian hari kemudian tanya jawab tentang penggunaan alat dan proses pengukuran. Pada pengaturan kegiatan laboratorium yang baru diadakan tahap pra-eksperimen yang berbentuk diskusi. Diskusi ini diadakan untuk memonitor prediksi dan jawaban pertanyaan metode dari setiap anggota kelompok, untuk kemudian diseragamkan menjadi prediksiksi kelompok. Kegiatan selanjutnya adalah pasca-eksperimen yang diadakan untuk mendiskusikan data yang diperoleh dari hasil pengukuran untuk memantau kelengkapan data dan ketepatannya, dan jika terjadi kekeliruan dapat segera terpantau untuk diadakan perbaikan. Perbedaan pengaturan kegiatannya dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut.
Tabel 2.2 Perbedaan Pengaturan Kegiatan
Seting kegiatan laboratorium lama Seting kegiatan laboratorium yang direncanakan
Mengumpulkan tugas awal Tanya jawab
Merangkai alat
Melakukan pengambilan data
Pre-eksperimen (diskusi) Eksplorasi
Pengambilan data
Dalam kegiatan laboratorium ini, siswa bekerja secara berkelompok. Lama kegiatan praktikum adalah 90 menit dengan skenario pelaksanaan serta rincian tugas siswa dan peneliti sebagai berikut :
Tabel 2.3 skenario pelaksanaan kegiatan laboratorium
Alokasi
waktu Kegiatan siswa Kegiatan peneliti
10 menit Menjawab pertanyaan tentang metode dan prediksi percobaan yang akan dilakukan 10 menit sebelum percobaan
Berada di laboratorium 10 menit sebelum praktikum dimulai
5 menit Memasuki laboratorium, meletakkan tas, menuju meja percobaan masing-masing dengan membawa alat tulis, penggaris, millimeter blok, referensi dan petunjuk praktikum
Mempersilahkan siswa untuk memasuki laboratorium dan berada pada meja percobaannya masing-masing
15 menit 1. Mengumpulkan buku referensi kepada peneliti 2. Secara berkelompok
berpartisipasi
3. Mengisi bon peminjaman alat dan menyerahkannya pada laboran
1. Memeriksa prediksi indi-vidual dan lembar penilaian 2. Mendiagnosa
masalah-masalah fisika berdasarkan jawaban-jawaban siswa 3. Mengarahkan diskusi pada
prediksi sehingga men- dapatkan prediksi kelompok 4. Menentukan problem
kelompok yang harus diselesaikan
5. Memberitahukan kepada siswa bahwa waktu pembukaan sudah habis dan mempersilahkan siswa melakukan percobaan
45 menit 1. Mengeksplorasi alat dan bahan percobaan
2. Membuat prosedur pengukuran dan dan tabel pengukuran yang sistematis 3. Melakukan prosedur
pengukuran dan mencatat
1. Mengarahkan eksplorasi alat dan bahan
2. Mendiagnosa masalah 3. Membantu siswa yang
11
hasilnya dalam tabel
4. Melakukan analisis data seperlunya yang mengacu pada menjawab prediksi percobaan
5. Mengambil kesimpulan kasar dari data yang diperoleh
berakhir
Memberitahukan siswa bahwa waktu sudah habis dan menyuruh siswa membereskan tempat percobaan
15 menit 1. Membersihkan tempat percobaan
2. Mengumpulkan data hasil percobaan
3. Secara berkelompok berpartisipasi
mendiskusikan hasil, analisis dan kesimpulan
1. Mengarahkan diskusi kelas pada hasil percobaan
2. Memberitahukan siswa
untuk untuk
mengerjakan laporan akhir
2.1.3 Prosedur Penelitian
Prosedur penilaian kegiatan laboratorium yang lama adalah dengan mengambil nilai dari tugas awal dan tugas akhir. Prosedur penilaian kegiatan laboratorium yang baru yang dikembangkan diambil dari jurnal dan laporan hasil kegiatan. Jurnal laboratorium dikembangkan untuk penilaian individu bukan untuk kelompok. Perbedaan ini dapat dilihat menurut Feranie et. al.(dalam Mustafid 2009:14). pada tabel 2.4.
Tabel 2.4 Fokus Penilaian Kegiatan Laboratorium
Fokus penilaian laboratorium lama Fokus penilaian laboratorium yang baru yang direncanakan
Tugas awal Tugas akhir
Jurnal laboratorium (individu) Laporan hasil praktikum
Tabel 2.5 Aspek Penilaian Kegiatan Laboratorium yang Direncanakan
Aspek yang dinilai Skor
Jurnal laboratorium :
Prediksi dan pertanyaan metode
(Ketepatan prediksi perorangan dan jawaban pertanyaan metode serta kelogisan alasannya, yang terungkap dalam jurnal laboratorium)
Prosedur pengambilan data
(Rencana proses pengambilan data diungkapkan dalam jurnal secara sistematis, tabel dan grafik dibuat dengan baik, data dikoleksi secara lengkap, proses observasi dilakukan dengan teliti dan sistematis)
Laporan praktikum : Penulisan
( bersih dan dapat dibaca, ejaan dan tata bahasa benar, konsep-konsep fisika dinyatakan dengan benar)
Data dan tabel data (prediksi kelompok)
(Bersih dan dapat dibaca, satuan dan ketidak-pastian dinyatkan dengan jelas)
Hasil
(hasil-hasil ditunjukkan dengan jelas, tepat, logis, proses perhitungan dilakukan secara runut dilengkapi dengan ketidak-pastian dan satuan, grafik dibuat dengan benar dilengkapi skala, label, dan ketidakpastian, konsep-konsep fisis dinyatakan dengan benar)
Kesimpulan
(Perbandingan antara hasil dengan prediksi diungkapkan dan dibenarkan dengan teori, pernyataan fisis yang benar, sumber-sumber kesalahan yang mungkin diidentisfikasi)
Skor maksimum
(ketidak-tepatan atau ketiadaan pernyataan-pernyataan fisis akan mengahsilkan skor maksimum 60 % dari skor total yang dapat dicapai, ketidaktepatan tata bahasa dan ejaan akan menghasilkan skor maksimum 70 % dari skor total yang dapatdicapai)
Skor bonus untuk kerja kelompok
13
2.2 Kreatifitas
Kreatifitas merupakan potensi yang dimiliki setiap manusia dan bukan yang diterima dari luar diri individu. Kreatifitas yang dimiliki manusia, lahir bersama lahirnya manusia tersebut. Sejak lahir individu sudah memperlihatkan kecenderungan mengaktualisasikan dirinya. Dalam kehidupan ini kreatifitas sangat penting, karena kreatifitas merupakan suatu kemampuan yang sangat berarti dalam proses kehidupan manusia.
Menurut Conny R Semiawan (2009: 44) kreatifitas adalah modifikasi sesuatu yang sudah ada menjadi konsep baru. Dengan kata lain, terdapat dua konsep lama yang dikombinasikan menjadi suatu konsep baru.
2.2.1 Konsep Kreatifitas
Kreatifitas didefinisikan tergantung dari orang memandangnya. Hal ini karena dua alasan, pertama karena kreatifitas “konstruk hipotetis” dan yang kedua definisi kreatifitas tergantung pada dasar teori yang menjadi acuan pembuat definisi.
Berdasarkan penekanannya definisi kreatifitas dibedakan ke dalam empat dimensi; person, proses, produk dan press. Rhodes (1961) menyebutnya “the four p’s of creativity”, berdasarkan analisis faktor Guilford menemukan lima sifat yang menjadi ciri kemampuan berpikir kreatif, yaitu: kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality), penguraian (elaboration), dan perumusan kembali (redefinition).
menampilkan metode yang masih belum pernah atau jarang dilakukan oleh orang lain sebelumnya. Terdapat lima asumsi tentang kreatifitas, yaitu:
(1) Setiap orang memiliki kemampuan kreatif dengan tingkat yang berbeda-beda, tidak ada orang yang sama sekali tidak memiliki kreatifitas.
(2) Kreatifitas dinyatakan dalam bentuk produk-produk kreatif, baik berupa benda maupun gagasan (creative ideas)
(3) Aktualisasi kreatifitas merupakan hasil dari proses interaksi antara faktor-faktor psikologis (internal) dengan lingkungan (eksternal) (4) Dalam diri seseorang dan lingkungannya terdapat faktor-faktor
yang dapat menunjang atau menghambat perkembangan kreatifitas. (5) Kreatifitas seseorang tidak berlangsung dalam kevakuman,
melainkan didahului perkembangan dari hasil-hasil kreatifitas orang-orang yang berkarya motivasi, dan gaya berpikir.
2.3 Hasil Belajar
2.3.1 Definisi Belajar
Para pakar pendidikan mengemukakan pengertian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, namun demikian selalu mengacu pada prinsip yang sama yaitu setiap orang yang melakukan proses belajar akan mengalami suatu perubahan dalam dirinya.
15
bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Morgan (Ngalim Purwanto, 2002: 84) mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Hasil belajar setiap individu dipengaruhi oleh belajar siswa. Muhabbibin Syah (2003: 144) menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu :
(1) Faktor dari dalam yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar yang berasal dari siswa belajar. Faktor dari dalam (internal) meliputi dua aspek, fisiologi dan psikologis. Fisiologi, faktor ini meliputi kondisi jasmaniah secara umum dan kondisi panca indra. Kondisi psikologis, faktor ini meliputi kecerdasan, bakat, minat, motivasi, emosi dan kemampuan kognitif.
(2) Faktor dari luar yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar siswa yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor-faktor ini meliputi lingkungan sosial dan lingkungan non sosial. Lingkungan sosial yang dimaksud adalah manusia atau sesama manusia, baik manusia itu ada (kehadirannya) ataupun tidak langsung hadir. Dalam lingkungan sosial yang mempengaruhi belajar siswa ini dapat dibedakan menjadi tiga yaitu rumah, sekolah dan masyarakat.
(3)Faktor pendekatan belajar (approach to learning) yaitu jenis upaya belajar yang meliputi strategi, model dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
2.3.2 Pengertian Hasil Belajar
Nana Sudjana (2005: 5) menyatakan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku dan sebagai umpan balik dalam upaya memperbaiki proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik
Benyamin Bloom (Nana Sudjana , 2010: 22-31) mengemukakan secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu (1) kognitif, (2) afektif, (3) psikomotorik
2.3.2.1 Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:
17
2.3.2.2 Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari lima aspek. Kelima aspek dimulai dari tingkat dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks sebagai berikut.
(1) Reciving/ attending (penerimaan) (2) Responding (jawaban)
(3) Valuing (penilaian) (4) Organisasi
(5) Karaakteristik nilai atau internalisasi nilai 2.3.2.3 Ranah Psikomotor
Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni:
(1)gerakan refleks yaitu keterampilan pada gerakan yang tidak sadar; (2)keterampilan pada gerakan-gerakan dasar;
(3) kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris dan lain-lain;
(4)kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan;
(5) gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks;
2.4 kerangka Berfikir
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
2.6 Hipotesis
Berdasarkan penjelasan teori tersebut dapat disusun suatu hipotesis bahwa pendekatan PSL dapat meningkatkan kreatifitas dan hasil belajar
Laboratorium sumber belajar untuk meningkatkan hasil belajar dan kreatifitas
kegiatan dalam laboratorium merupakan kegiatan berdasarkan petunjuk praktikum
Siswa kurang dalam pencapaian hasil
belajar
Siswa kurang kreatif
Dilakukan praktikum dengan metode Problem Solving
Laboratory Dilakukan Pembelajaran
dengan metode Problem Solving Laboratory
19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi
Penelitian dilaksanakan di ruang kelas XI ipa 2 dan kelas XI ipa 1 dikarenakan laboratorium masih dalam proses perbaikan dengan objek penelitian adalah siswa kelas XI ipa 2 dan XI ipa 1 MA Al ASROR semester dua tahun 2013 yang masing-masing berjumlah 36 orang
3.2 Desain Penelitian
Pelaksanaan penelitian difokuskan untuk mengevaluasi peningkatan kreatifitas dan hasil belajar pada materi elastisitas melalui kegiatan laboratorium dengan pendekatan PSL . Penelitian ini dilkaukan dalm 3 tahap :
Tahap I
(1)Penyusunan bahan ajar dan uji coba soal pretest dan postest
(2)Penyusunan soal pretest, dan soal postest materi kesetimbangan benda tegar
(3)penyusunan petunjuk praktikum fisika kesetimbangan benda tegar sehingga dihasilkan petunjuk praktikum yang digunakan sebagai pedoman untuk tahap selanjutnya.
Tahap II :
(2)Mengimplementasikan bahan ajar materi kesetimbangan benda tegar melalui kegiatan diskusi kelompok
(3)Melaksanakan penelitian dengan menerapkan petunjuk praktikum dengan Pendekatan PSL.
(4)Melaksanakan penilaian kreatifitas dengan lembar pedoman pengamatan kreatifitas.
(5)Melaksanakan posttest untuk mengetahui peningkatan hasil belajar setelah melakukan praktikum dengan pendekatan PSL.
(6)Melakukan analisis dan kajian terhadap penelitian yang telah dilakukan pada
a. kegiatan post test dan pretest untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
b. kegiatan praktikum dengan pendekatan PSL hasil kegiatan berupa laporan praktikum
Tahap III
(1) Melakukan revisi jika dipandang perlu menurut hasil analisis dan kajian penelitian yang telah dilakukan
(2) Bekerjasama dengan semua pihak yang terlibat dalam penelitian untuk memberikan masukan dan aktif menyusun program yang telah
dibakukan
21
Melaksanakan pretest Uji coba soal
Penyusunan soal pretest dan postest
Anlisis data penelitian
3.3
Langkah Penelitian
Penyusunan bahan ajar dan petunjuk praktikum
Mengimplementasikan bahan ajar melalui diskusi
Melaksanakan penelitian
Melaksanakan post test dan pembuatan laporan
Praktikum oleh siswa
[image:33.612.131.382.67.715.2]Kesimpulan
3.4 Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto 1998 :99). Variabel dibedakan menjadi dua yaitu : variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain disimbolkan dengan X, sedangkan variabel terikat adalah variabel yang yang dipengaruhi oleh variabel lain yaitu variabel bebas (X), variabel terikat disimbolkan dengan Y.
Variabel bebas dalam penelitian ini antara lain : bahan ajar, petunjuk kegiatan praktikum dengan pendekatan PSL, perangkat evaluasi (lembar penskoran), dan seperangkat alat dan bahan kegiatan laboratorium (kit). Variabel terikatnya adalah kreatifitas dan hasil belajar siswa pada materi elastisitas.
3.5
Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan dokumentasi, instrumen, dan pengamatan (observasi).
3.5.1Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu pengumpulan data dimana peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, dan sebagainya (Arikunto, 2002: 158). Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang kondisi awal siswa sebelum diadakan penelitian.
3.5.2Metode Instrumen
23
3.5.3Metode pengamatan (observasi)
Metode observasi digunakan untuk mengetahui tingkat kreatifitas, kemampuan afektif dan kemampuan psikomotorik peserta didik. Observasi dilakukan pada saat subjek melakukan percobaan dan mengamati langkah kerja yang dilakukan serta pada kegiatan diskusi. Metode ini berupa lembar penilaian afektif, lembar penilaian psikomotorik dan lembar pedoman pengamatan kreatifitas.
3.6
Teknik Analisis Data
3.6.1Validitas Butir Soal
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrument. Untuk menghitung validitas butir soal digunakan rumus korelasi point biserial. (amanatul munawaroh :2013)
rxy =
keterangan :
rxy : koefisien korelasi antara variabel x dan y N : Jumlah subyek
X : Skor item
Y : Skor total (arikunto 2009)
Tabel 3.1 Kelompok Soal Valid yang Digunakan pada Evaluasi (pretest-posttest)
*Data selengkapnya bisa dilihat pada lampiran 6.
3.6.2Readibilitas
Readibilitas soal adalah ukuran kemampuan perangkat tes atau instrument. Suatu tes dikatakan reliabel jika tes tersebut memberikan keajegan atau kestabilan dan konsisten dari karakteristik yang diteliti, sehingga mampu mengungkapkan data yang dipercaya.
Persamaan yang digunakan untuk menghitung reliabilitas adalah : r11=
keterangan : r11 : reliabilitas soal M: rata-rata skor awal k : jumlah butir soal Vt: Variasi skor total
[image:36.612.130.450.608.699.2]Kriteria reliabilitas soal adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2 Kriteria Reabilitas Soal
Reabilitas Kriteria
0.8000 – 1.000 reliabilitas sangat tinggi 0.6000 – 0.799 reliabilitas tinggi 0.4000 – 0.599 reliabilitas cukup 0.2000 – 0.399 reliabilitas rendah
< 0.2000 reliabilitas sangat jelek No Kriteria
validitas soal
Jumlah Nomor soal
1 2
Valid Tidak valid
10 15
1, 2, 3, 5, 9, 10, 12, 15, 22, 23
25
Hasil perhitungan r11 dikonsultasikan dengan r tabel dengan taraf kepercayaan 95 %. Jika harga rhitung > r tabel item soal dikatakan reliabel, dan jika sebaliknya maka soal dikatakan tidak reliabel. ( Arikunto :2009).
Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas untuk seluruh item soal diperoleh rhitung sebesar 0,9076 dengan n= 36 sedangkan rtabel = 0,349. Oleh karena rhitung>rtabel maka instrumen tersebut reliabel. Perhitungan reliabilitas selengkapnya pada Lampiran 9.
3.6.3Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan soal yang tidak terlalu sulit. Soal yang terlalu mudah akan menyebabkan siswa tidak tertarik untuk memecahkannya. Sedangkan soal yang terlalu sulit akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak bersemangat untuk mencoba lagi. Untuk mengetahui soal itu mudah atau sukar dapat diketahui dengan menghitung indeks kesukaran pada tiap butir soal dengan menggunakan rumus yaitu :
P = Keterangan :
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
[image:37.612.129.510.607.670.2]Indeks kesukaran diklasifikaiskan sebagai berikut :
Tabel 3.3 Klasifikasi Indeks Kesukaran
Interval IK Kriteria
0,01-0,30 Sukar
0,32- 0,70 Sedang
Hasil perhitungan tingkat kesukaran soal ditunjukkan pada Tabel 3.4
Tabel 3.4 Kelompok Soal yang Sesuai dengan Tingkat Kesukaran
No Kriteria Jumlah Nomor soal
1 Sukar 11 4, 7, 8, 13, 16, 17, 18, 19, 20, 23, 25 2 Sedang 8 1, 2, 3, 5, 6, 14, 22, 24
3 Mudah 6 9, 10, 11, 12, 15, 21 *Data selengkapnya disajikan pada lampiran 6.
3.6.4Daya Beda
Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan anatara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Suatu soal mempunyai daya pembeda yang baik apabila dijawab benar oleh kebanyakan siswa yang pandai dan dijawab salah oleh siswa yang kurang pandai
Arikunto (2009) mengatakan bahwa untuk menghitung daya pembeda tiap soal menggunakan rumus :
D = - = PA – PB
Keterangan : D = daya beda
J = jumlah peserta tes
JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah
27
[image:39.612.127.508.196.295.2]Setelah perhitungan daya pembeda sudah diketahui kemudian dimasukkan dalam klasifikasi daya pembeda. Dimana daya beda menurut Arikunto (2005) adalah:
Tabel 3.5 Kriteria Daya Beda
Interval DP Kriteria
0.00 ≤ DP ≤ 0.20 Jelek
0.20 < DP ≤ 0.40 Cukup
0.40 < DP ≤ 0.70 Baik
[image:39.612.134.508.356.454.2]0.70 < DP ≤ 1.00 Sangat baik
Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Daya Pembeda
No Kategori Jumlah Nomor soal
1 Sangat baik 1 9
2 Baik 6 1, 2, 5, 12, 15, 17
3 Cukup 8 3, 6, 10, 11, 13, 19, 22, 23
4 Jelek 10 4, 7, 8, 14, 16, 18, 20, 21, 24, 25
5 Sangat jelek 0 -
*Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6.
Berdasarkan analisis validitas, tingkat kesukaran soal, daya pembeda dan reliabilitas, soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal yang dinyatakan valid, reliabel, dengan daya pembeda cukup, baik dan sangat baik serta komposisi tingkat kesukaran soal sukar, sedang, dan mudah 20; 60; 20. Soal yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.7 sebagai berikut:
Tabel 3.7 Soal-Soal yang Digunakan untuk Evaluasi (Pretest-Posttest)
Jenis soal Digunakan Nomor butir soal Tidak digunakan Pilihan
ganda 2, 3, 5, 9, 10, 12, 15, 17, 22, 23
1, 4, 6, 7, 8, 11, 13, 14, 16, 18, 19, 20, 21, 24, 25
Jumlah 10 15
[image:39.612.133.508.613.690.2]3.6.5Analisis Kreatifitas
Analisis kreatifitas di ambil dari data pedoman pengamatan kreatifitas siswa. Perhitungan nilai kreatifitas menggunakan rumus :
Nilai = x 100 %
[image:40.612.127.429.234.311.2]Kriteria kreatifitas yang digunakan dit njukkan pada tabel 3.3 Tabel 3.8 Kriteria Kreatifitas
No. Kriteria Kreatifitas Nilai
1 Rendah 0 < x ≤ 37,5
2 Sedang 37,5 < x ≤ 58,33
3 Tinggi 58,33 < x ≤ 79,17
4 Sangat tinggi 7 9,17 < x ≤ 100
3.6.6Analisis Hasil Belajar Aspek Kognitif
Analisis kognitif bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik teradap materi yang diajarkan. Rmusnya :
Nilai = x 100 %
Hasil belajar akan dianalisis peningkatannya menggunakan uji gain-test. Uji penigkatan hasil belajar bertujuan untuk mengetahui besar peningkatan hasil belajar siswa sebelum diberi perlakuan dan setelah mendapatkan perlakuan. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dihitung menggunakan rumus gain ternormalisasi sebagai berikut :
(g) =
Keterangan :
: skor pretest (%)
29
Besarnya faktor g dikategorikan sebagai berikut :
Tinggi : g > 0,7 Sedang : 0,3 ≤ g ≤ 0,7
Rendah : g < 0,3 (Wiyanto 2008)
3.6.7Analisis Afektif
Analisis efektif digunakan untuk mengetahui respon siswa salam bentuk sikap atau nilai yang telah tertanam dalam diri peserta didik
Nilai = x 100 %
K riteria penilaiannya sebagai berikut: 85 % < A ≤ 100 % : sangat baik 70 % < A ≤ 85% : baik
60 % < A ≤ 70 % : cukup baik 50 % < A ≤ 60 % : kurang baik 0 % < A ≤ 50 % : jelek
3.5.6 Analisis psikomotorik
Analisis psikomotorik berhubungan erat dengan kerja otot sehingga menyebabkan geraknya tubuh atau bagian-bagiannya. Perhitungan analisis psikomotorik menggunakan rumus:
Nilai = x 100 %
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh hasil penelitian sebagai berikut.
4.1.1 Kreatifitas
[image:42.612.136.513.435.697.2]Analisis Kreatifitas siswa selama proses pembelajaran dinilai dengan menggunakan Lembar pedoman pengamatan kreatifitas. Lembar observasi ini meliputi 6 aspek yaitu (1) kelancaran menjawab pertanyaan, (2) keluwesan menyelesaikan masalah, (3) keaslian dalam menjawab, menulis laporan, (4) pembahasan dalam laporan sesuai teori, (5) penguraian jelas dan tepat, (6) perumusan kembali. Data analisis dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut.
Tabel 4.1 Hasil Analisis Kreatifitas Siswa
No Aspek Kelas XI IPA 1 Kelas XI IPA 2
% Kategori % Kategori 1 Kelancaran menjawab
pertanyaan 72 Baik 70,83 Baik
2 Keluwesan
menyelesaikan masalah 79,85 Baik 53,5 Baik 3 Keaslian dalam
menjawab dan menulis laporan
88,25 Baik 77 Baik
4 Pembahasan dalam
laporan sesuai teori 88,75 Baik 68 Baik 5 Penguraian jelas dan
tepat 83,25 Baik 79,85 Cukup
32
[image:43.612.153.494.151.354.2]
Hasil penilaian kreatifitas juga dapat dilihat pada gambar 4.1 sebagai berikut:
Gambar 4.1 Hasil Analisis Kreatifitas Kelas XI IPA 2 dan XI IPA 1
Keterangan :
1 = Kelancaran menjawab pertanyaan 2 = Keluwesan menyelesaikan masalah
3 = Keaslian dalam menjawab, menulis laporan 4 = Pembahasan dalam laporan sesuai teori 5 = Penguraian jelas dan tepat
6 = Perumusan kembali
Tabel 4.2 Hasil Peningkatan Kreatifitas Kelas XI IPA 2
Kelas eksperimen
Kelas XI IPA 1 Kelas Kontrol Rata-rata
kreatifitas sebelum PSL
Rata-rata kreatifitas setelah PSL
Rata-rata kreatifitas sebelum PSL
[image:43.612.162.478.603.707.2]53,58 80,32 52,54 71,41 *Data selengkapnya terdapat pada lampiran 17
Hasil analisis menunjukkan bahwa setelah penerapan metode Problem Solving Laboratory sebagian besar kreatifitas siswa untuk kelas XI IPA 2 dan kelas XI IPA 1 sudah meningkat namun Kelas XI IPA 2 mempunyai rata-rata peningkatan kreatifitas lebih tinggi daripada rata-rata kreatifitas kelas XI IPA 1.
[image:44.612.131.514.316.543.2]Perbandingan tingkat kreatifitas siswa antara kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 dapat dilihat pada gambar 4.2 sebagai berikut:
Gambar 4.2 Perbandingan Hasil Peningkatan Kreatifitas Kelas XI IPA 2 dan XI IPA1
4.1.2 Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa pada penelitian ini meliputi peningkatan nilai pretest
-posttest(N-gain), analisis afektif dan analisis psikomotorik.
34
[image:45.612.132.506.224.374.2]Peningkatan pretest-posttest dihitung dengan menggunakan normalitas gain(N-gain). Rata-rata N-gain kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 disajikan pada Tabel 4.3 sebagai berikut.
Tabel 4.3 Hasil Peningkatan Nilai Pretest-Posttest
Kriteria Kelas XI IPA 2 Kelas eksperimen
Kelas XI IPA 1 Kelas control Rata-rata N-gain ∑ siswa Rata-rata N-gain ∑ siswa
Tinggi 0,82 20 0,73 2
Sedang 0,58 15 0,41 26
Rendah 0,25 1 0,06 8
*Data selengkapnya terdapat pada lampiran 19 hal 97.
Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui rata-rata N-gain kelas XI IPA 2 dan XI IPA 1 menunjukkan peningkatan dalam kriteria sedang dan tinggi. Hasil N-gain kelas XI IPA 2 dan XI IPA 1 dapat dilihat pada gambar 4.3 sebagai berikut.
[image:45.612.134.474.495.657.2]Analisis aspek afektif siswa meliputi 9 aspek yaitu (1) kehadiran di kelas saat pelajaran fisika, (2) perhatian dalam mengikuti pembelajaran (3) kejujuran, (4) tanggung jawab, (5) karajinan membawa buku referensi, (6) partisipasi dalam pembelajaran, (7) kemauan menghargai pendapat teman, (8) sopan santun dalam berkomunikasi, (9) Sikap dan tingkah laku terhadap guru. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Hasil Analisis Afektif Siswa
No Aspek Kelas XI IPA 1 Kelas XI IPA 2
% Kategori % Kategori 1 Kehadiran di kelas saat
pelajaran fisika 87,77 Baik 83,88 Baik 2 Perhatian dalam
mengikuti pembelajaran
83,89 Baik 78,33 Baik
3 Kejujuran ( membuat laporan sesuai hasil
data pengamatan)
83,33 Baik 80.55 Baik
4 Tanggung jawab (merapikan tempat
percobaan setelah semua selesai)
80,55 Baik 77,22 Baik
5 Kerajinan membawa
buku referensi 62,77 Baik 61,11 Cukup 6 Partisipasi dalam
pembelajaran 81,67 Baik 80,00 Baik 7 Kemauan menghargai
pendapat teman 86.67 Baik 81.11 Baik 8 Sopan santun dalam
berkomunikasi 86.11 Baik 85,55 Baik 9 Sikap dan tingkah laku
36
[image:47.612.166.508.115.318.2]Hasil penilaian aspek afektif dapat dilihat pada gambar 4.4 sebagai berikut.
Gambar 4.4 Hasil Analisis Afektif Kelas XI IPA 2 dan XI IPA 1
Keterangan :
1 = Kehadiran di kelas saat pelajaran fisika 2 = Perhatian dalam mengikuti pembelajaran 3 = Kejujuran ( membuat laporan)
4 = Tanggung jawab ( merapikan tempat setelah semua selesai) 5 = Kerajinan membawa buku referensi
6 = Partisipasi dalam pembelajaran 7 = Kemauan menghargai pendapat teman 8 = Sopan santun dalam berkomunikasi 9 = Sikap dan tingkah laku terhadap guru 4.1.2.3 Penilaian Aspek Psikomotorik Siswa
semua bahan dengan benar, (3) melakukan pekerjaan sesuai langkah-langkah percobaan yang telah dirancang, (4) menggunakan alat dengan benar dan teliti, (5) Kesesuaian jawaban dengan tujuan, (6) merapikan kembali tempat yang digunakan, (7) Membuat kesimpulan dengan benar dan dapat mengkomunikasikannya. Data analisis dilihat pada Tabel 4.5 sebagai berikut.
Tabel 4.5 Hasil Analisis Penilaian Aspek Psikomotorik Siswa
No Aspek Kelas XI IPA 2 Kelas XI IPA 1
% Kategori % Kategori 1 Mempersiapkan alat
dan bahan 78 Baik 75 Baik
2 Merangkai semua bahan
dengan benar 83 Baik 79,8 Baik
3 Melakukan pekerjaan sesuai langkah-langkah
yang telah dirancang
98 Baik 83 Baik
4 Menggunakan alat
dengan benar dan teliti 84 Baik 80.5 Baik 5 Kesesuaian jawaban
dengan tujuan percobaan
87.5 Baik 81 Baik
6 Merapikan kembali
tempat yang digunakan 83 Baik 84 Baik 7 Membuat kesimpulan
dengan benar dan dapat mengkomunikasikannya
87.5 Baik 80.5 Baik
*Data selengkapnya terdapat pada lampiran 23.
38
[image:49.612.166.542.142.299.2]mencapai kategori baik. Hasil analisis psikomotorik juga dapat dilihat pada gambar 4.5
Gambar 4.5 Hasil Analisis Psikomotorik Kelas XI IPA 2 dan XI IPA 1 Keterangan :
1 = Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan merangkai alat dengan benar 2 = Melakukan percobaan sesuai langkah-langkah percobaan yang telah dirancang 3 = Melakukan percobaan sesuai langkah-langkah percobaan yang telah dirancang 4 = Menggunakan alat dengan benar dan membaca skala pengukuran dengan
teliti
5 = Kesesuaian data pengamatan dengan tujuan percobaan
6 = Mengembalikan peralatan sesuai tempatnya setelah melakukan pekerjaan 7 = Membuat kesimpulan dengan benar dan dapat mengkomunikasikannya
4.2
Pembahasan
1 siswa. Kelas XI IPA 2 siswa yang peningkatannya masuk kriteria tinggi dengan rata-rata N-gain 0,73 berjumlah 2 siswa. Kriteria sedang dengan rata-rata N-gain 0,44 berjumlah 26 siswa. Kriteria rendah dengan rata-rata N-gain 0,06 berjumlah 8 siswa. Dengan demikian dapat dikatakan rata-rata N-gain kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas Kontrol.
Hasil penilaian aspek afektif siswa dilakukan melalui observasi selama kegiatan pembelajaran dengan bantuan tim penilai. Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa kehadiran siswa dikelas saat pelajaran fisika pada kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 baik. Siswa menunjukkan perhatian dalam mengikuti pelajaran. Kejujuran siswa juga terlihat dari keaslian data dalam membuat laporan yang sesuai dengan hasil pengamatan. Siswa bertanggung jawab terhadap kerapian tempat setelah melakukan percobaan. Siswa juga rajin membawa buku referensi yang sesuai dengan materi pembelajaran yang sedang diajarkan dan aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.
40
Meskipun secara keseluruhan persentase hasil penilaian aspek afektif pada siswa kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 menunjukkan nilai yang baik, namun terdapat perbedaan tingkat persentase pada kedua kelas ini. Rata-rata persentase hasil penilaian afektif pada siswa kelas XI IPA 1 mencapai 79,3%, sedangkan pada kelas XI IPA 2 mencapa 82,2 %. Sehingga hasil penilaian aspek afektif siswa kelas XI IPA 2 lebih tinggi daripada siswa kelas XI IPA 1 Hal ini karena siswa kelas XI IPA 2 diajar dengan metode yang mengajak siswa aktif dan perhatian di kelas. Secara keseluruhan rata-rata persentase penilaian aspek afektif pada kedua kelas ini menunjukkan hasil yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyasa (2005:156) bahwa untuk mencapai hasil belajar yang optimal perlu keterlibatan atau partisipasi yang tinggi dari siswa dari pembelajaran.Untuk dapat melihat perbedaan hasil penilaian afektif pada siswa kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 dapat dilihat pada gambar 4.4.
yang telah dirancang; menggunakan alat dengan benar dan teliti; kesesuaian data pengamatan dengan tujuan percobaan; mengembalikan alat sesuai tempatnya; serta membuat kesimpulan dengan benar dan dapat mengkomunikasikannya.
Meskipun hasil penilaian psikomotorik pada kedua kelas ini menunjukkan nilai yang sama-sama baik, namun terdapat perbedaan persentase hasil pada keduanya. Rata-rata persentase hasil penilaian aspek psikomotorik untuk kelas XI IPA 1 mencapai 86,01%, sedangkan kelas XI IPA 2 mencapai 80,65%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelas XI IPA 2 memperoleh nilai lebih tinggi daripada kelas XI IPA 1 dari aspek psikomotorik. Hal ini mungkin disebabkan oleh perlakuan pada kelas XI IPA 2 yang mendapatkan metode problem solving laboratory sebagaimana keterangan menurut Feranie et. al.(dalam Mustafid 2009:10) yang mengungkapkan bahwa: “model PSL yaitu menata ulang proses pelaksanaan kegiatan laboratorium dan berbagai perangkat pendukung kegiatannya”. Untuk melihat perbedaan hasil penilaian aspek psikomotorik pada siswa kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 secara lebih jelas dapat dilihat pada gambar 4.5
42
menyatakan bahwa “Salah satu kemungkinan akan timbul ketika siswa berada dalam laboratorium adalah siswa akan mengadopsi pengetahuan batru dan mengkonstruksi ide-ide baru yang tidak bertentangan dengan pengetahuan lama”
43
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Rata-rata kreatifitas kelas XI IPA 2 mengalami peningkatan lebih tinggi dari kelas XI IPA 1 yaitu dari 53,58% menjadi 80,32%. Sedangkan pada kelas XI IPA 1 meningkat dari 52,54% menjadi 71,41%
2. Siswa kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 mengalami peningkatan pretest-posttest
tetapi kelas XI IPA 2 mempunyai rata-rata N-gain sebesar 0,70 hal ini lebih tinggi dibanding kelas XI IPA 1 dengan rata-rata N-gain sebesar 0,36 . perbedaan nilai N-gain yang di dapat cukup signifikan.
B.
Saran
1. Bagi siswa diharapkan mampu memupuk kerjasama, melaksanakan dan bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberi oleh guru secara bersama-sama ketika berdiskusi kelompok.
2. Guru sebaiknya memanfaatkan metode PSL sebagai metode pelaksanaan kegiatan di laboratorium karena siswa menjadi lebih aktif.
44
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Beach, P., & Vesenka, J. 2002. A Comparison Between Traditional anf Modellig Approaches to Undergraduate Physics Instrumen at Two Universities with Implication for Improving Physics Teacher Preparation. Journal of Physics
Teacher Education Online, 1(1): 2-7 Tersedia di http://JPTEO.com [diakses
06-01-2014]
Borrmann. 2008. Laboratory Education in New Zeeland. Eurasia Journal of
Mathemathics, sciences, and Technology Education, 4(4): 327-335 Tersedia
di http://Eurasia-journal.org/ [diakses 28-12-2013]
Chronical et al. 2008. Differents of Individu in Optimalized Problem solving. The
Journal of Problem Solving 12(1): 41-51. Tersedia di http://journal of
problem solving.org/ [diakses 21-12-2013]
Delors. 1996. Treasure Within Report to U N E S C O of the Internationa
Commissionon Education for the Twenty-first Century. France: UNESCO
Fenelon, Orla, & Breslin, C. 2012. Chrime Scene Investigation in A Lab : A problem Solving Approach to Undergraduate Chemistry Practical.
AISHE-Journal, 1(1): 1-11. Tersedia di http://journal of laboratory.com [diakses
20-12-2013]
Jahara, S.R. 2013. Analisis Hasil Belajar Ranah Kognitif dan Profil Aktivitas Belajar Siswa dalam Pembelajaran dengan Menggunakan Model
Cooperative Learning Tipe STAD. Bandung: FMIPA UPI
Juliantie, Tite. 2009. Pengembangan Kreativitas siswa Melalui Implementasi
Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK
UPI
Mishanchuk, M. & Hunt, J.L. n.dt. Designing Problem solving and Laboratory Content for A Web-based distance Education Course in Introductiory
General Physics. USA: Minesota University
Muhabbibin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: Grafindo Persada
Mulyasa, E.2002.Manajemen Berbasis Sekolah.Bandung:PT. Remaja Rosdakarya Mundilarto.2002.Kapita Selekta Pendidikan.Yogyakarta:UNY
Konsep Kesetimbangan Benda Pada Mahasiswa Fisika Semester 2 tahun
2007/2008. Skripsi. Semarang: FMIPA UNNES
Paryati, Sudarman. 2004. Belajar Efektif di Perguruan Tinggi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Purwanto, Ngalim. 2002. Psikologi pendidikan. Jakarta: PT. Rosdakarya
Rhodes, M. 1961. Analysis of Creativity. 42(7): 305-310 Tersedia di : http: // JSTOS.org/ [di akses 13-01-2014]
Semiawan, C.R. 2009. Kreativitas Keberbakatan. Jakarta: PT. Indeks
Semiawan,C.R. 1998. Perkembangan dan belajar Peserta Didik. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti
Sudjana. 1990. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito
Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi pendidikan. Yogyakarta: UNY Press
Supriyadi, dedi. 1994. Kreativitas, kebudayaan, dan perkembangan IPTEK. Bandung: Alfabeta
Tim Ahli Program STEP-2. 2007. Manajemen Laboratorium IPA. Makalah Disajikan pada rapat Koordinasi Program STEP-2 di Hotel Bidakara Bandung, 8-10 mei 2007. Jakarta: DEPAG RI
Wenning, C.J. 2002. Clinical for High school. Jornal of physics Teacher
Education Online 1(1): 13-15 Tersedia di http://JPTEO.com [diakses
06-01-2014]
Wiyanto, dkk. 2011. Panduan Penulisan Skripsi dan Artikel Ilmiyah 2011. Semarang: FMIPA UNNES
Yesilyurt, Mustafa.2004.Contructivisme laboratory:G-E model.Journal of Turkish
Science Education, 1(1):1-3
SILABUS Nama Sekolah : MA Al-Asror
Kelas/ Semester : XI IPA/ I
Mata Pelajaran : Fisika
Standar Kompetensi : 2. Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinue dalam menyelesaikan masalah
Semarang, Februari 2014
Guru Mapel Mahasiswa peneliti
Bambang S.Pd Nur Azizah
NIP. NIM. 4201410035
Kompetensi
Dasar Pembelajaran Materi Kegiatan Pembelajaran Indikator Pencapaian Kompetensi Teknik Bentuk Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar Instrumen Instrumen
2.1 Menformulasik an hubungan antara konsep torsi, momentum sudut dan momen inersia berdasarkan hukum II Newton serta penerapannya dalam masalah benda
Titik berat benda
tegar 1. Melakukan mengetahui kemampuan pre-test untuk awal dari siswa
2. Membentuk 5 kelompok untuk merencanakan sebuah percobaan mencari titik berat benda 3. Melakukan percobaan
yang telah direncanakan
4. Mem
buat laporan
5. Mela
kukan diskusi untuk membahas
6. Meng
komunikasikan hasil diskusi kelompok hasil percobaan
7. Mela
kukan post-test untuk mengetahui kemampuan akhir siswa
1. Mendeskripsikan konsep titik berat benda tegar
2. Menformulasikan rumus dalam mencari titik berat benda tegar 3. Mendeskripsikan
aplikasi titik berat benda tegar dalam kehidupan sehari-hari.
4. Merancang
percobaan untuk
menetukan titik berat benda dilandasi sikap rasa ingin tahu, jujur, komunikatif dan tanggung jawab
Tes Pengamatan Pengamatan Pihan ganda Assesmen Kinerja Psikomotor Soal tes pilihan ganda 1-10
Lembar Penilaian Kinerja
4 x 45
menit - alupi, D.S, dkk. 2009. Fisika untuk SMA da MA kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional -
anginan, Martin. 2007. Fisika untuk SMA Kelas XI. Jakarta : Erlangga. -
aboratoririum
-
49
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : SMA
Mata Pelajaran
: Fisika
Kelas/Semester
: XI SMA semester 2
Alokasi Waktu
: 6
x
45 menit
A. Standar Kompetensi
2. Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem continue dalam
menyelesaikan masalah.
B. Kompetensi Dasar
2.1 Menformulasikan hubungan antara konsep torsi, momentum sudut dan
momen inersia berdasarkan hukum II Newton serta penerapannya dalam masalah
benda tegar.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
28.
Mendeskripsikan konsep titik berat benda tegar
29.
Menformulasikan rumus dalam mencari titik berat benda tegar
30.
Mendeskripsikan aplikasi titik berat benda tegar dalam kehidupan sehari-hari.
31.
Merancang percobaan untuk menetukan titik berat benda dilandasi sikap rasa
ingin tahu, jujur, komunikatif dan tanggung jawab
D. Tujuan Pembelajaran
1.
Melalui kegiatan kerja kelompok dan diskusi-tanya jawab, siswa dapat
mendeskripsikan konsep titik berat benda tegar
2.
Melalui kegiatan eksperimen yang direncanakan, siswa dapat
memformulasikan rumus mencari titik berat benda dengan kerja kelompok
dan diskusi tanya-jawab.
3.
Melalui kegiatan kerja kelompok dan diskusi-tanya jawab, siswa dapat
mendeskripsikan aplikasi titik berat benda tegar dalam kehidupan
sehari-hari.
4.
Melalui perencanaan percobaan siswa memiliki sikap rasa ingin tahu,
jujur, komunikatif dan tanggung jawab
E. Materi Ajar
Pemukul base ball jika dilempar keseluruhan titik akan bergerak. Ada sebuah
titik yang geraknya seperti gerak partikel yaitu gerak parabola. Ujung pemukul yang
mula-mula di bawah saat dipuncak gerakan ujung tersebut berada di bagian bawah.
Ujung tersebut bergerak memutar. Tapi ada titik pada pemukul yang geraknya seperti
gerak partikel. Titik tersebut dinamakan sebagai titik pusat massa.
Jika kita memiliki sebuah sistem yang terdiri atas 2 massa, massa 1 di titik x1
dan massa 2 ditik x2. Pusat massa sistem terletak di titik tengah. X
nm
nUntuk mencari titik pusat massa benda persamaannya
x
pm=
………..(1)
y
pm=
………(2)
Z
pm=
………(3)
51
Sebuah benda tegar yang memiliki kerapatan sama di semua bagian benda, titik
pusat massanya terletak di tengah-tengah benda itu. Misalnya pusat massa sebuah bola
terletak di titik pusat bola dan di tengah-tengah bola. Kita bisa mencari pusat massa suatu
benda dengan cara menggantungkan benda pada titik-titik yang berbeda. Misalkan benda
kita berbentuk segitiga. Gantung segitiga pada titik sudut A, lalu buatlah garis vertikal
dari A. Kemudian gantung pada titik B, lalu tarik garis vertikal. Garis vertikal pertama
akan bertemu dengan garis vertikal yang kedua. Pusat massa benda terletak pada titik
potong kedua garis vertikal tersebut. Kita bisa melakukan hal yang sama untuk
benda-benda yang bentuk tidak beraturan
Selain titik pusat massa kita mengenal titik pusat berat. Samakah titik pusat massa
dengan titik pusat berat? Titik psat berat akan berimpit dengan titik pusat massa bila
percepatan gravitasi pada semua titik pada benda itu sama. Persamaan untuk mencari titik
berat benda adalah
X
gw=
atau x
gw=
………..(4)
F. Alokasi Waktu
Alokasi Waktu : 6
x
45 menit
G. Metode Pembelajaran
Metode Pembelajaran
: -
Kerja kelompok
- Diskusi-Tanya Jawab
Model Pembelajaran
:
-
diskusi
H. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1………..2 x 45 menit
No
Tahap
Kegiatan
Kegiatan
Waktu (menit)
1.
Pendahuluan
Apersepsi dan
Motivasi
-
Guru dan siswa berdoa bersama
-
Guru mempresensi siswa
-
Guru menyampaikan Indikator Pencapaian
Kompetensi
dan
kompetensi
yang
diharapkan
10 menit
2.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
-
Guru bertanya apakah ada yang sudah belajar
tentang materi yang akan disampaikan
-
Guru meminta siswa untuk menyebutkan apa
Elaborasi
Konfirmasi
yang diketahui siswa tentang titik berat benda
-
Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal
pretest
-
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertanya.
30 menit
25 menit
3.
Penutup
-
Guru mengingatkan siswa agar mepelajari
materi ini lebih lanjut di rumah.
-
Guru dan siswa berdoa bersama
5 menit
Pertemuan 2……….2 x 45 menit
No
Tahap
Kegiatan
Kegiatan
Waktu (menit)
1.
Pendahuluan
Apersepsi dan
Motivasi
-
Guru dan siswa berdoa bersama
-
Guru mempresensi siswa
-
Guru menyampaikan Indikator Pencapaian
Kompetensi
dan
kompetensi
yang
diharapkan
10 menit
2.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Elaborasi
Konfirmasi
-
Guru memberi sebuah pertanyaan kepada
siswa
-
Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal
pretest
-
Guru meminta siswa untuk membentuk 8
kelompok
-
Guru meminta siswa untuk berkumpul sesuai
dengan kelompoknya
-
Guru membagikan lembar diskusi siswa
-
Guru membimbing siswa bekerjasama
menyelesaikan suatu masalah yang diberikan
oleh guru
-
Guru meminta siswa membuat laporan hasil
diskusi
10 menit
5 menit
40 menit
20 menit
3.
Penutup
-
Guru mengingatkan siswa agar mepelajari
materi ini lebih lanjut di rumah.
-
Guru dan siswa berdoa bersama
5 menit
Peretemuan 3 ……….. 2x 45 menit
53
Kegiatan
(menit)
1.
Pendahuluan
Apersepsi dan
Motivasi
-
Guru dan siswa berdoa bersama
-
Guru mempresensi siswa
-
Guru menanyakan pendapat siswa tentang
percobaan kemarin
-
Guru meminta salah satu siswa untuk
mengumpulkan laporan akhir
10 menit
2.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Elaborasi
Konfirmasi
-
Guru meminta siswa untuk berkumpul sesuai
kelompok
-
Guru meminta masing-masing kelompok
untuk memaparkan hasil diskusinya secara
singkat, setelah itu guru dan siswa berdiskusi
-
Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal
postest
-
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertanya.
35 menit
30 menit
10 menit
3.
Penutup
-
Guru dan siswa berdoa bersama
5 menit
H.
Bentuk Instrumen
Tes pilihan ganda
Lembar diskusi siswa
Lembar penilaian psikomotorik
Lembar penilaian afektif
H. Sumber Belajar
1.
Palupi, D.S, dkk. 2009.
Fisika untuk SMA da MA kelas XI
. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
2.
Kanginan, Martin. 2007.
Fisika untuk SMA Kelas XI
. Jakarta : Erlangga.
3.
Jaringan IT
4.
Satu set perangkat diskusi
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : SMA
Mata Pelajaran
: Fisika
Kelas/Semester
: XI SMA semester 2
Alokasi Waktu
: 6
x
45 menit
A. Standar Kompetensi
2. Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem continue dalam
menyelesaikan masalah.
B. Kompetensi Dasar
2.1 Menformulasikan hubungan antara konsep torsi, momentum sudut dan