PERSEPSI PEMUSTAKA TERHADAP LAYANANKATALOG ONLINE DALAM PENCARIAN INFORMASI DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI
PADANG
SKRIPSI
Oleh:
IRSYADI IRMAN
NIM 120723016
DEPARTEMEN STUDI PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
Irman, Irsyadi. 2014. “PERSEPSI PEMUSTAKA TERHADAP LAYANAN
KATALOG ONLINE DALAM PENCARIAN INFORMASI DI
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG”
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi pemustaka terhadap layanan katalog onlinedalam pencarian informasi di Perpustakaan Universitas Negeri Padang. Penelitian ini berlokasi di Perpustakaan Universitas Negeri Padang, Jalan Prof. Dr. Hamka Kampus UNP Air Tawar Padang, 25131.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa yang terdaftar sebagai anggota Perpustakaan UNP Periode 2012 – 2013, yang telah mendapatkan pengarahan dalam melakukan pencarian informasi di OPAC dan perpustakaan sebanyak 34.867 orang. Untuk menentukan jumlah sampel penelitian, peneliti menggunakan rumus Slovin, dari jumlah populasi sebesar 34.867 orang maka diperoleh sampel penelitian sebanyak 100 orang. Individu sampel dalam penelitian ini ditentukan secara acak atau kebetulan (accidental sampling).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa OPAC di perpustakaan UNP masih belum dapat membantu memudahkan pemustaka dalam melakukan pencarian informasi koleksi di perpustakaan. Hal ini terlihat dari 47% responden menyatakan setuju OPAC di perpustakaan dapat membantu dalam pencarian informasi, 45% responden menyatakan setuju OPAC di perpustakaan dapat menunjukkan dan menampilkan seluruh karya yang dikarang dan 65% responden menyatakan setuju OPAC di perpustakaan mampu memberikan gambaran keberadaan koleksi dan kekayaan koleksi yang dimiliki perpustakaan.
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan nikmat-Nya yang begiti besar, sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Persepsi Pemustaka terhadap Layanan Katalog Online Dalam Pencarian Informasi di Perpustakaan Universitas Negeri Padang”. Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana dalam bidang Ilmu Perpustakaan. Dalam penyelesaian
skripsi ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, untuk itu Penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
skripsi ini.
Penulisan skripsi ini dapat selesai berkat adanya bimbingan, motivasi dan
bantuan dri brbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini Penulis
mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah ikut membantu dalam
proses penulisan dan penyelesaian skripsi ini.
Ucapan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, terimakasih
teristimewa penulis ucapkan kepada Ibunda tercinta WILDAWARNIS, S.Pd., dan Ayah terbaik sedunia IRMAN, S.pd., nenekku Hj. NURIJAH BINTI
RASYID, adinda tersayang RAHMI FADHILAH, A. Md., yang selalu
memberikan motivasi dan semangat kepada Penulis.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Drs. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU
2. Dr. Irawaty A. Kahar, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Ilmu
Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya
3. Ishak, S.S, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing I, yang telah
memberikan waktu, semangat serta bimbingan dan arahan bagi Penulis
dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini
4. Drs. Jonner Hasugian, M.Si. selaku Dosen Pembimbing II, yang telah
memberikan banyak bimbingan dan saran yang bermanfaat dalam
5. Drs. Yunaldi, M.Si. selaku Kepala Perpustakaan UNP, yang telah
memberikan ijin dan kesempatan serta bantuan kepada Penulis dalam
melakukan observasi dan pengumpulan data penelitian
6. Kepada teman-teman seperjuangan, Fahrul Rozi, S. Sos., Fandi
Ahmad, A.Md., Fetridal Andri, S.Sos., Riyan Sanjaya, S. Sos., Septia
Munawarah, A. Md., Shinta Tri Septiani, S. Sos., Yusfebri
Rahmayanti, S. Sos., Pri Utami, S. Sos., serta yang lainnya yang telah
memberikan semangat untuk Penulis.
7. Kepada yang spesial bagi penulis, Indah Sutra Elita, A. Md., yang
terus memberikan semangat dan dukungan serta doa bagi penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini
8. Kepada sahabat-sahabat terbaik, Lailatur Rahmi, S. Sos., dan Feni
Rusydiani Silvi, S. Sos., yang telah membantu dalam proses
pengumpulan data penelitian, dan juga semangat serta dukungannya
dalam penulisan skripsi ini
9. Kepada sahabatku Sherly Glauri, S. PdI., yang telah memberikan
motivasi dan semangat bagi Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga semua yang telah mereka berikan menjadi amal ibadah dan
mendapat balasan dari Allah SWT.
Medan, 26 November 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Kelebihan dan Kekurangan ... . 18
Manfaat OPAC ... 19
Faktor-faktor yang mempengaruhi presepsi... 22
BAB IIIMETODE PENELITIAN 4.1 Layanan OPAC Berdasarkan Persepsi Pemustaka di Perpustakaan UNP ... 29
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan... 47 5.2 Saran ... 48 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 ... 27
Tabel 4.1 ... 37
Tabel 4.2 ... 38
Tabel 4.3 ... 39
Tabel 4.4 ... 40
Tabel 4.5………...…... 41
Tabel 4.6………... 41
Tabel 4.7 ... 42
Tabel 4.8 ... 43
Tabel 4.9 ... 44
Tabel 4.10 ... 44
Tabel 4.11 ... 45
Tabel 4.12………... 46
Tabel 4.13 ………...…... 46
Tabel 4.14 ... 47
Tabel 4.15 ... 48
Tabel 4.16 ... 49
Tabel 4.17 ... 49
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 ... 51
Lampiran 2 ... 54
Lampiran 3 ... 58
Lampiran 4 ... 59
Lampiran 5 ... 68
ABSTRAK
Irman, Irsyadi. 2014. “PERSEPSI PEMUSTAKA TERHADAP LAYANAN
KATALOG ONLINE DALAM PENCARIAN INFORMASI DI
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG”
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi pemustaka terhadap layanan katalog onlinedalam pencarian informasi di Perpustakaan Universitas Negeri Padang. Penelitian ini berlokasi di Perpustakaan Universitas Negeri Padang, Jalan Prof. Dr. Hamka Kampus UNP Air Tawar Padang, 25131.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa yang terdaftar sebagai anggota Perpustakaan UNP Periode 2012 – 2013, yang telah mendapatkan pengarahan dalam melakukan pencarian informasi di OPAC dan perpustakaan sebanyak 34.867 orang. Untuk menentukan jumlah sampel penelitian, peneliti menggunakan rumus Slovin, dari jumlah populasi sebesar 34.867 orang maka diperoleh sampel penelitian sebanyak 100 orang. Individu sampel dalam penelitian ini ditentukan secara acak atau kebetulan (accidental sampling).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa OPAC di perpustakaan UNP masih belum dapat membantu memudahkan pemustaka dalam melakukan pencarian informasi koleksi di perpustakaan. Hal ini terlihat dari 47% responden menyatakan setuju OPAC di perpustakaan dapat membantu dalam pencarian informasi, 45% responden menyatakan setuju OPAC di perpustakaan dapat menunjukkan dan menampilkan seluruh karya yang dikarang dan 65% responden menyatakan setuju OPAC di perpustakaan mampu memberikan gambaran keberadaan koleksi dan kekayaan koleksi yang dimiliki perpustakaan.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Informasi sekarang ini semakin menjamur keberadaannya sehingga
kebutuhan akan informasi juga semakin meningkat baik di kalangan mahasiswa,
pelajar, umum dan sebagainya. Untuk memperoleh informasi tersebut, maka
disediakan wadah yang dapat memberikan layanan informasi terutama informasi
tentang literatur agar bisa dijangkau oleh publik salah satunya adalah
perpustakaan.
Menurut Sulistyo-Basuki (1991, 3) Perpustakaan adalah sebuah ruangan,
bagian sebuah gedung, ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk
menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasa disimpan menurut tata susunan
tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual. Perpustakaan adalah
institusi pengelola karya tulis, karya cetak, dan karya rekam secara professional
dengan system yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian,
pelestarian, informasi dan rekreasi para pemustaka. Mahasiswa sangat
membutuhkan informasi yang lengkap untuk menunjang proses belajar di
perguruan tinggi, untuk itu disediakanlah sebuah perpustakaan yang menyediakan
segala kebutuhan mahasiswa akan informasi sesuai dengan apa yang dipelajari
dan dibutuhkannya. Perpustakaan ini disebut dengan perpustakaan perguruan
tinggi.
Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang terdapat pada
perguruan tinggi, badan bawahannya maupun lembaga yang berafiliasi dengan
perguruan tinggi dengan tujuan utama membantu perguruan tinggi mencapai
tujuannya (Sulistyo-Basuki, 1991, 52). Tujuan perpustakaan perguruan tinggi di
Indonesia dikenal dengan Tri Darma Perguruan Tinggi yaitu: Pendidikan,
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat.
Perpustakaan perguruan tinggi merupakan sumber informasi dan
pengetahuan bagi mahasiswa dan dosen di perguruan tinggi tersebut. Oleh karena
itu pengelolaannya harus baik dan maksimal, baik dalam pengadaan bahan-bahan
pustakan, penempatan tenaga pustakawan, maupun dalam pengelolaan koleksinya,
kesulitan dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkannya. Sepanjang sejarah,
perpustakaan merupakan satu-satunya pranata ciptaan manusia, tempat manusia
dapat menemukan kembali informasi yang permanen serta luas ruang lingkupnya.
Oleh karena itu masyarakat selalu mengatakan bahwa perpustakaan mempunyai
efek sosial, ekonomi, politik dan edukatif (Sulistyo-Basuki, 2004, 3).
Perpustakaan Universitas Negeri Padang (UNP) merupakan suatu unit
kerja yang ada di UNP yang mempunyai tugas mengadakan, mengolah,
menyajikan, melestarikan, dan menyebarluaskan koleksi bahan pustaka yang ada
untuk mendukung pencapaian program Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Perpustakaan UNP juga menjadi perpustakaan pusat bagi seluruh mahasiswa UNP
untuk mendapatkan dan memperoleh informasi yang mereka butuhkan. Menurut
data yang diperoleh dari koordinator bidang layanan teknis perpustakaan UNP
melalui observasi langsung, Perpustakaan UNP memiliki koleksi buku teks
sebanyak 42.521 judul yang terdiri dari 200.996 eksemplar, pada kenyataannya di
OPAC hanya terdapat 19.469 judul dan 98.573 eksemplar yang dientri ke OPAC,
kemudian jumlah anggota perpustakaan pada tahun ajaran 2012/2013 adalah
sebanyak 34.867 mahasiswa, dan komputer yang disediakan untuk mengakses
layanan OPAC (Online Public Access Catalog) sebanyak dua unit komputer. OPAC adalah sistem katalog terpasang yang dapat diakses oleh pemustaka
untuk menelusuri data catalog yang disediakan oleh perpustakaan. Penerapan
OPAC di perpustakaan disamping menghemat waktu pengguna dalam
penelusuran, juga mampu meningkatkan keefektifan pencarian informasi yang
dilakukan oleh pemustaka. Apabila OPAC diterapkan oleh perpustakaan
perguruan tinggi, fungsinya tidak hanya memudahkan pemustaka mendapatkan
temu kembali informasi yang dibutuhkannya, serta mampu meningkatkan kinerja
pustakawan dalam melakukan pelayanan terhadap pemustaka.
Pencarian informasi melalui OPAC bisa efektif apabila semua komponen
penting dalam pencarian informasi telah terpenuhi, seperti:
b. Query/keyword, yaitu kata kunci yang digunakan dalam mencari dan menemukan informasi yang dibutuhkan di perpustakaan melalui
OPAC
c. Dokumen, yaitu informasi yang tersedia di perpustakaan dan
data-datanya telah dientri atau dimasukkan ke OPAC
d. Indeks, yaitu daftar informasi koleksi yang dimiliki perpustakaan yang
datanya disusun menurut subjek, pengarang, ataupun judul koleksi dan
dientri ke OPAC
e. Machine, yaitu alat telusur yang disediakan oleh perpustakaan untuk membantu pemustaka dalam melakukan pencarian informasi, agar
lebih menghemat waktu dan tenaga, dan juga membantu pemustaka
mengetahui informasi koleksi apa saja yang disediakan oleh
perpustakaan.
Namun pada kenyataannya terdapat beberapa hal yang masih kurang
memenuhi persyaratan dalam pelayanan OPAC terhadap pemustaka saat
melakukan penelusuran informasi. Berdasarkan pengamatan awal penulis,
kunjungan yang dilakukan di perpustakaan UNP bahwa alat penelusuran OPAC
tersebut belum memenuhi kebutuhan informasi bagi pemustaka, yaitu dari hal
temu balik informasi. Hal ini terlihat ketika pemustaka menelusur informasi
mengenai keberadaan bahan pustaka yang sedang tersedia di perpustakaan. Pada
OPAC dijelaskan koleksi sedang tersedia, sedangkan kenyataannya setelah
pemustaka menuju rak, koleksi yang diinginkan sedang tidak tersedia.
Permasalahan lainnya adalah kurangnya minat pengguna untuk
memanfaatkan layanan OPAC dalam melakukan pencarian informasi yang
dibutuhkan di perpustakaan, walaupun perpustakaan UNP sendiri telah
menyediakan sarana dua unit komputer untuk penelusuran melalui OPAC.
Kebanyakan pengguna yang datang mengabaikan layanan OPAC yang disediakan
perpustakaan dan langsung menuju ke rak koleksi untuk mencari informasi atau
bahan pustaka yang dibutuhkan. Hal ini cenderung membuat temu kembali
informasi yang dilakukan oleh mahasiswa memakan waktu yang cukup lama dan
Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya layanan OPAC yang disediakan
oleh perpustakaan UNP penulis ingin melakukan penelitian tentang “Persepsi
Pemustaka Terhadap Layanan Katalog Online dalam Pencarian Informasi di Perpustakaan Universitas Negeri Padang”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya, yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakan persepsi pemustaka terhadap
layanan katalog online dalam pencarian informasi di perpustakaan Universitas
Negeri Padang.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi pemustaka
terhadap layanan katalog online dalam pencarian informasi di Perpustakaan Universitas Negeri Padang.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak berikut:
a. Bagi perpustakaan UNP, dapat meningkatkan kualitas layanan OPAC bagi
pemustaka khususnya dalam pelayanan penelusuran atau temu kembali
informasi di perpustakaan UNP.
b. Bagi penelitian selanjutnya, agar menjadi referensi dan bahan rujukan
tambahan bagi peneliti dalam melakukan penelitian selanjutnya.
c. Bagi peneliti, dapat mengetahui dan lebih memahami lagi tentang manfaat
OPAC di perpustakaan Perguruan Tinggi.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang limgkup dalam penelitian ini meliputi pemanfaatan OPAC,
BAB II KAJIAN TEORI
2.1. Online Public Acces Catalog (OPAC)
2.1.1 Pengertian
OPAC adalah suatu sarana yang disediakan oleh perpustakaan untuk
mempermudah pemustaka dalam melakukan penelusuran sebuah atau beberapa
informasi suatu koleksi yang tersedia di perpustakaan.
Menurut Ishak (2009, 100) pengertian OPAC adalah “Katalog Online atau disebut juga dengan Online Public Access Catalog (OPAC) adalah database
online yang berisikan koleksi bahan perpustakaan satu perpustakaan atau kelompok perpustakaan”.
Sedangkan menurut Hasugian (2009, 155) “OPAC adalah suatu sistem
temu balik informasi, dengan satu sisi masukan (input) yang menggabungkan pembuatan file cantuman dan indeks. Hal ini menghasilkan pangkalan data yang dapat ditelusur sebagai sisi keluaran (output) dari sistem”.
Supriyanto (2008, 134) juga menyatakan pengertian Online Public Acces Catalog (OPAC) adalah sebuah fitur yang digunakan untuk memfasilitasi pengunjung untuk mencari katalog koleksi Perpustakaan yang dapat diakses oleh
umum.
Pendapat lain dikemukakan oleh Corbin (1985) yang dikutip oleh
Hasugian (2009, 154) menyatakan bahwa:
“OPAC merupakan katalog yang berisikan cantuman bibliografi dari satu atau beberapa koleksi Perpustakaan, disimpan pada magnetic disk atau media rekam lainnya dan dibuat secara online serta sebagai sarana untuk dapat memeriksa status dari suatu bahan Perpustakaan”.
Pengertian diatas memberikan penjelesan tentang pentingnya OPAC
dalam penelusuran informasi bagi pengguna. Perpustakaan harus menyediakan
suatu layanan yang memberikan pemahaman penggunaan melalui pendidikan
pemakai. Pendidikan pemakai awal dalam memberikan wawasan ilmu
pengetahuan dalam penggunaan OPAC.
OPAC di UNP adalah salah satu sarana atau layanan katalog online yang disediakan perpustakaan untuk memberikan kemudahan bagi pemustaka dalam
itu, OPAC di UNP dapat diakses oleh umum tanpa harus datang langsung ke
perpustakaan, karena sistem OPAC di UNP telah berbasis web, pemustaka dapat mencari informasi koleksi yang tersedia di perpustakaan dengan cepat dan tepat
tanpa harus datang ke perpustakaan, sehingga pencarian informasi koleksi oeh
pemustaka lebih efektif dan efisien.
2.1.2. Tujuan dan Fungsi
Setiap perpustakaan mempunyai alasan tertentu untuk mengembangkan
sistem kerumahtanggaannya, dari sistem manual menjadi sistem yang
menggunakan komputer. Walaupun alasan-alasan tetrsebut ada yang bersifat
spesifik untuk perpustakaan tertentu, tetapi biasanya terdapat beberapa alasan
yang berlaku umum bagi semua perpustakaan.
Salmon (1985, 20) menyatakan ada sejumlah alasan yang valid untuk
mengaplikasikan komputer (automasi) di perpustakaan, antara lain ialah untuk
melakukan sesuatu yang lebih baik, lebih cepat atau lebih murah dibanding
dengan sistem manual atau untuk memberikan suatu pelayanan baru.
Selain pendapat itu, Duval (1992, 23) juga menyatakan bahwa:
“dari berbagai alasan untuk melakukan automasi di perpustakaan, alasan berikut adalah yang paling sering dijumpai dan dikutip yaitu meningkatkan efisiensi pemrosesan (increased processing efficiency), memperbaiki layanan kepada pengguna (improvedservice to users), penghematan dan penekanan pembiayaan (saving money and containing cost), memperbaiki administrasi dan informasi manajemen (improved administrative and management information) sebagai jawaban atas kegagalan system manual dan sebagai suatu basis untuk melakukan reorganisasi. Satu hal menarik dari alasan di atas ialah perbaikan administrasi dan informasi manajemen. Hal ini dipandang sangat penting karena kegagalan perpustakaan termasuk perpustakaan perguruan tinggi untuk melakukan fungsinya ialah karena tidak didukung oleh administrasi dan informasi manajemen yang baik”.
Sistem perpustakaan yang berbasis komputer akan dapat dengan mudah
menghasilkan berbagai jenis statistik berkenaan dengan kegiatan perpustakaan.
Misalnya sirkulasi, pengatalogan, pengadaan dan sebagainya. Ketersediaan
informasi pada sistem yang berbasis komputer, akan mengakibatkan pengambilan
Dalam kegiatan sehari-hari, pemakai akan menjumpai pemakaian
komputer walaupun intensitasnyan berbeda-beda. Misalnya pemakai akan
menemui penggunaan komputer di Bank, pemesanan tiket pesawat terbang
ataupun disekolah dan perguruan tinggi. Dalam kegiatan tersebut pemakai akan
senang menggunakan jasa perpustakaan bantuan komputer asal saja sistem
komputer yang dipasang di perpustakaan memenuhi persyaratan-persyaratan
sistem komputer.
Menurut Sulistyo-Basuki (1993, 93), menyatakan alasan pemanfaatan
teknologi informasi yang memudahkan pemustaka, yaitu:
a. Efektif biaya, artinya penggunaan sistem berbantuan komputer tidak berbeda dengan biaya metode manual.
b. Nyaman, Artinya mudah diperoeh
c. Penggunaannya mudah, artinya instruksi yang diberikan jelas, prosedur yang digunakan langsung tidak berbelit-belit
d. Penggunaannya sistem berbantuan komputer dianggap lebih mentereng, dan secara ekonomis menarik serta lebih bergengsi
e. Menghibur artinya komputer merupakan mainan baru bagi pemakai.
Sedangkan Saleh (1996, 158) menyatakan beberapa hal yang menjadi
alasan untuk menyediakan OPAC perpustakaan antara lain :
1. Adanya tuntutan terhadap mutu layanan perpustakaan
Tuntutan para pemakai perpustakaan saat ini sangat beragam. Pemakai yang datang ke perpustakaan selain meminjam buku, mereka juga mencari layanan-layanan lain seperti layanan internet, layana audio visual, layanan multimedia dan lain-lain. Selain itu pemakai juga menginginkan layanan aktif perpustakaan berupa layanan penelusuran secara online dan layanan penelusuran CD ROM dan lain-lain.
2. Adanya tuntutan terhadap efisiensi waktu
Sebelum adanya OPAC perpustakaan, pemakai mungkin sudah puas dengan layanan penelusuran artikel bila artikel-artikel dapat ditemukan, sekalipun layanan tersebut memakan waktu sampai berminggu-minggu. Sekarang pemakai menuntut layanan yang cepat. 3. Keragaman media informasi yang dikelola
Media informasi yang ada di perpustakaan saat ini tidak hanya terbatas kepada buku dan jurnal ilmiah saja. Informasi-informasi lain seperti multimedia, audio visual kini banyak dikoleksi oleh perpustakaan.
4. Kebutuhan akan ketepatan layanan informasi
komputer pertanyaan-pertanyaan ini bisa dijawab dengan cepat dan tepat.
Menurut Siregar (2004, 57) pengertian katalog online ialah:
“katalog online merupakan peralihan dari bentuk manual ke bentuk
online, disamping banyak menghemat waktu pemustaka dalam penelusuran, OPAC juga mampu meningkatkan efisiensi pekerjaan pengatalogan bahan pustaka baru. Katalog elektronik terbukti mampu mempromosikan koleksi perpustakaan sehingga penggunanya semakin tinggi”.
Menurut Cutter yang dikutip oleh Darmono (2001, 87) tujuan
pengkatalogan adalah:
1. Memudahkan seseorang menemukan sebuah karya yang telah diketahui pengarang, judul atau subjeknya
2. Memperlihatkan apa yang dimiliki perpustakaan melalui nama pengarang, subjek dan jenis literaturnya
3. Membantu pemilihan sebuah karya seperti dalam hal edisinya secara bibliografis dan karakternya (topik).
Sedangkan menurut Kusmayadi (2006, 53) Tujuan penyediaan OPAC
adalah :
1. Pengguna dapat mengakses secara langsung ke dalam pangkalan data yang dimiliki perpustakaan.
2. Mengurangi beban biaya dan waktu yang diperlukan dan yang harus dikeluarkan oleh pengguna dalam mencari informasi.
3. Mengurangi beban pekerjaan dalam pengelolaan pangkalan data sehingga dapat meningkatkan efisiensi tenaga kerja.
4. Mempercepat pencarian informasi.
5. Dapat melayani kebutuhan informasi masyarakat dalam jangkauan luas.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa tujuan penyediaan OPAC di
perpustakaan adalah untuk memberi kepuasan kepada pengguna dan staf
perpustakaan dan mempercepat pencarian informasi yang tersedia di
perpustakaan.
Pendapat lain yang dikemukakan oleh Yusup (1995, 76) bahwa fungsi
katalog secara umum adalah sebagai berikut :
b. Mendaftarakan semua buku dan bahan lain dengan susunan alfabetis nama pengarang, judul buku, atau subyek buku yang bersangkutan, ke dalam suatu tempat khusus di perpustakaan untuk memudahkan pencarian entri-entri atau informasi yang diperlukan.
c. Memberikan kemudahan untuk mencari suatu buku atau bahan lain di perpustakaan dengan hanya mengetahui salah satu dari daftar kelengkapan buku yang bersangkutan.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa fungsi katalog secara umum
adalah untuk menunjukkan tempat suatu buku, menginventarisasikan semua
koleksi yang dimiliki perpustakaan, serta memberikan kemudahan untuk mencari
koleksi yang ada di perpustakaan. Katalog mempunyai fungsi yang harus
dijalankan saat penelusuran informasi.
2.1.3 Perkembangan Katalog
Peningkatan dan perkembangan jumlah informasi yang ada, membuat
kebutuhan akan informasi juga ikut meningkat dengan pesat, hal ini menjadikan
katalog harus dikembangkan dari waktu ke waktu. Perkembangan katalog ini
memungkinkan pemustaka untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan
menjadi lebih cepat dan akurat.
Menurut Horgan (1994) yang dikutip oleh Hasugian (2009, 152)
menyatakan bahwa:
“bentuk katalog yang digunakan di perpustakaan mengalami perkembangan dari masa ke masa. Perkembangan katalog perpustakaan nampak dari perubahan bentuk fisiknya. Sebelum katalog online muncul, telah dikenal berbagai bentuk katalog perpustakaan, dan bentuk yang paling umum digunakan ialah katalog kartu”.
Sedangkan Taylor (1992) yang dikutip oleh Hasugian (2009, 152)
menyatakan bahwa:
“katalog perpustakaan yang ada pada saat ini terdiri dari berbagai bentuk fisik antara lain, katalog berbentuk buku (book catalog), katalog berbentuk kartu (card catalog), katalog berbentuk mikro (microform catalog), katalog komputer terpasang (online computer catalog)”.
disebarluaskan ke perpustakaan lain. Entri pada katalog berbentuk buku dapat ditemukan dengan cepat, mudah menyimpannya, mudah menanganinya, bentuknya ringkas dan rapi.
Kelemahan dari katalog berbentuk buku ialah cepat usang atau ketinggalan jaman. Hal itu terjadi karena setiap kali perpustakaan memperoleh buku baru, berarti katalog sebelumnya harus diperbaharui kembali, atau setidaknya membuat suplemen. Dengan demikian, katalog berbentuk buku ini tidak luwes. Biaya pembuatan katalog berbentuk buku cenderung lebih mahal, karena bentuk dan jumlah cantumannya sering berubah. Karena biaya membuat katalog berbentuk buku cenderung mahal, dan cepat usang, maka perpustakaan meninggalkannya dan kemudian secara bertahap beralih ke bentuk katalog yang lain, terutama katalog kartu.
Katalog kartu adalah bentuk katalog perpustakaa n yang semua deskripsi bibliografinya dicatat pada kartu berukuran 7.5 x 12.5 cm. Katalog kartu disusun secara sistematis pada laci katalog. Katalog kartu masih banyak digunakan pada berbagai jenis perpustakaan di Indonesia hingga saat ini. Keuntungan dari katalog kartu ialah bersifat praktis, sehingga setiap kali penambahan buku baru di perpustakaan tidak akan menimbulkan masalah, karena entri baru dapat disisipkan pada jajaran kartu yang ada. Penggunaan katalog kartu tidak dipengaruhi faktor luar, misalnya terputusnya aliran listrik, dan kemungkinan rusak sangat kecil terkecuali jika perpustakaan terbakar. Kelemahannya ialah satu laci katalog hanya menyimpan satu jenis entri saja, sehingga pengguna sering harus antri menggunakannya, terutama bila melakukanpenelusuran melalui entri yang sama. Sulit menggunakannya jika berada pada jumlah yang besar, karena harus memilah- milah jajaran kartu sesuai urutan indeksnya”.
Taylor (1992) yang dikutip oleh Hasugian (2009, 154) juga menjelaskan
bahwa:
“bentuk fisik katalog perpustakaan lainnya ialah katalog berbentuk mikro. Katalog berbentuk mik ro semakin terkenal sejalan dengan pengembangan
Katalog dan automasi perpustakaan semakin berkembang dari tahun ke
tahun, bukan hanya bentuk fisiknya saja, akan tetapi format dan sistem katalog
juga ikut berkembang. Hal ini dinyatakan oleh Hasugian (2009, 156) bahwa: “1. Tahun 1960-an dan Awal Tahun 1970-an. Pada tahun 1960-an, pengoperasian sistem komputer masih berada pada mode atau cara yang sangat bervariasi, sehingga kemungkinan melakukan penelusuran informasi dengan katalog terpasang (online) dianggap masih jauh dari kenyataan. Pada awal tahun 1970-an, sejumlah perpustakaan mulai menggunakan sistem komputer induk untuk mengembangkan sistem lokal. 2. Pertengahan Tahun 1970-an. Pada masa ini, komputer mulai digunakan untuk proses pengawasan sirkulasi di perpustakaan. Perkembangan pada masa ini juga ditandai dengan munculnya sistem kerjasama pengatalogan dan pemanfaatan bersama pada berbagai perpustakaan.
3. Akhir Tahun 1970-an dan Awal Tahun 1980-an. Pada era ini, penggunaan komputer mikro menjadi terkenal karena menyediakan fasilitas untuk melakukan akses secara terpasang (online) terhadap berbagai simpanan (file) dalam sistem sirkulasi. Perkembangan lain yang terjadi pada masa ini ialah penyediaan paket perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) atau turnkey system untuk perpustakaan oleh beberapa perusahaan. Munculnya sistem OPAC di sejumlah perpustakaan tertentu merupakan perkembangan utama yang terjadi dalam automasi perpustakaan sampai awal tahun 1980-an.
4. Pertengahan sampai Akhir Tahun 1980-an. Pada masa ini, perpustakaan yang menggunakan sistem OPAC semakin meningkat. Pemasok mulai menyediakan sistem yang terintegrasi (integrated system) untuk manajemen perpustakaan. Sistem OPAC menjadi sangat terkenal selama tahun 1980-an, sehingga banyak perpustakaan mulai meninggalkan katalog kartu dan beralih ke sistem OPAC. Sistem OPAC mulai dikembangkan berdasarkan kebutuhan pengguna sistem. Banyak perpustakaan atau institusi yang menyediakan anggaran, khusus untuk pengembangan sistem OPAC.
5. Tahun 1990-an. Pada tahun ini, terlihat perubahan besar pada sistem manajemen perpustakaan, dengan menawarkan kecenderungan dari sistem milik sendiri (proprietary systems) bergerak kearah sistem terbuka. Pemasok sistem mulai menawarkan produk sistem baru yang bisa dijalankan pada sejumlah perangkat keras. Arsitektur dari beberapa sistem yang baru ini, memisahkan perangkat lunak (software) menjadi client dan sever. Agar client dan sever dapat saling berhubungan tanpa hambatan, maka dalam protokol komunikasi antar client dan sever (client-server communication protocol) ditetapkan aturan-aturan yang digunakan untuk keperluan tersebut”.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan
sistem OPAC dipengaruhi oleh artikel yang ditulis oleh Don Swanson yang
kebutuhan pengguna. Selain itu, perkembangan sistem OPAC semakin
berkembang pesat dari kurun waktu tertentu. Hal ini dikarenakan semakin
meningkatnya kebutuhan pengguna akan teknologi informasi sehingga
penggunaan katalog kartu atau katalog manual lainnya sudah tidak sesuai lagi
digunakan di perpustakaan. Oleh sebab itu, banyak perpustakaan yang beralih ke
katalog online atau OPAC. Kemudian sistem OPAC mulai dikembangkan
berdasarkan kebutuhan pengguna sistem sehingga sistem OPAC menjadi lebih
baik dari masa ke masa.
Kebutuhan akan informasi membuat pemustaka lebih menginginkan akses
yang lebih cepat ke sebuah perpustakaan untuk mencari informasi yang
dibutuhkan, hal ini menyebabkan OPAC dikembangkan lagi supaya bisa diakses
oleh pemustaka
Menurut Tharom (2001, 64) menyatakan bahwa:
“Web merupakan kumpulan dokumen–dokumen yang tersebar di mesin– mesin di internet. Dokumen ini biasa disebut page (halaman HTML). Tiap page mengandung link ke page yang lain di mesin yang lain di internet. Halaman web yang melakukan point ke halaman yang lain ini dinamakan menggunakan hypertext. String yang melakukan link ke halaman yang lain disebut dengan hyperlink)”.
Dalam layanan informasi perpustakaan, semula pemakai hanya dapat
menemukan informasi yang ada di perpustakaan tersebut secara manual,
kemudian berkembang dengan memanfaatkan komputer dan intranet dapat
ditelusur melalui OPAC, dan berkembang lagi dapat diakses melalui internet atau
yang sekarang dikenal dengan istilah Web 1.0. Dengan cara ini pemakai sudah banyak yang terpuaskan karena dapat dengan cepat menemukan informasi yang
mereka butuhkan.
Berbagai jenis program telah dikembangkan untuk penelusuran online ini.
Tetapi cara penelusuran informasi perpustakaan ini masih bersifat satu arah atau
one-way flow of information, yang hanya kita bisa baca tanpa bisa berkomentar. Perkembangan terbaru saat ini adalah munculnya konsep yang dapat memenuhi
syarat perpustakaan yang berorientasi pemakai. Konsep ini dikenal dengan nama
menampilkan bermacam-macam hal seperti photo, music, data, blog, Wikipedia, Facebook, Friendster, sampai dengan dunia virtual semacam “Second Life.”
Pemakai dapat „berkomukasi‟ dengan sistem, bekerjasama, dan saling melengkapi.
Perkembangan dari perpustakaan biasa atau „konvensional‟ ke perpustakaan elektronik dan kemudian ke perpustakaan digital sangat terkait
dengan perubahan karya-karya informasi dan perubahan layanan informasi, yang
pada akhirnya menuntut perubahan pekerjaaan pustakawan. Sistem pengelolaan
perpustakaan pun tentu saja juga berkembang, dari pemanfaatan program-program
yang bisa untuk automasi perpustakaan, dengan menampilkan kartu katalog perpustakaan, katalog „On-line’, yang dibuat oleh pustakawan, sampai pada sistem dimana pemakai dapat „memasukkan/ meng-entry‟ sendiri artikel/buku
yang mereka miliki dan membuat katalog sendiri.
Apabila layanan OPAC perpustakaan berkembang menjadi Web, maka pemustaka atau masyarakat akan lebih mudah lagi mendapatkan informasi yang
dibutuhkan di sebuah perpustakaan, karena pemustaka hanya perlu mengakses
situs Web sebuah perpustakaan dan mencari informasi yang dibutuhkan, sehingga pemustaka dapat menemukan informasi yang dibutuhkan dengan cepat tanpa
harus menyediakan waktu untuk melihat dan mencari langsung informasi yang
dibutuhkan ke perpustakaan.
2.1.4 Sistem Penelusuran
Sistem penelusuran sangat diperlukan dalam menelusuri informasi, supaya
pemustaka menjadi lebih mudah dalam mencari sebuah informasi, dan juga tidak
membuat pemustaka menjadi bingung dalam menentukan kata kunci apa yang
harus diketik untuk sebuah informasi tertentu yang dibutuhkan.
Menurut Hasugian (2004, 6) mengemukakan ada beberapa jenis
penelusuran yang dapat dilakukan melalui OPAC, yaitu :
2. Penelusuran kata kunci (keyword searching). Penelurusan dengan menggunakan kata kunci (keyword) tertentu sebagai query. Kata kunci bisa berubah menjadi istilah atau kata yang dirumuskan secara bebas atau kata/istilah baku/standar.
3. Penelusuran terbatas (limited searching). Penelusuran dengan melakukan pembatasan kepada ruas data tertentu, pembatasan
database tertentu, pembatasan tahun tertentu, pembatasan bahasa, negara, dan sebagainya.
OPAC menggunakan beberapa jenis penelusuran dalam mencari informasi
yang dibutuhkan oleh pengguna. Penelusuran yang ingin digunakan pengguna
berdasarkan pemahaman yang memudahkan dalam temu balik informasi.
Menurut Saleh (1996, 76) Teknik penelusuran OPAC terbagi dalam lima
bagian, yaitu :
a. Penelusuran dengan kamus istilah. Penelusuran menggunakan istilah yang sudah dibuat oleh CDS atau ISIS pada saat mengindeks suatu ruas atau sub ruas.
b. Penelusuran bebas. Pengguna bebas mengetikkan apa saja yang ingin dicari karena sistem ini merupakan pengganti katalog.
c. Penelusuran dengan ekspresi Boolean. Penelurusan dengan Boolean
ini memungkinkan pengguna untuk mendapatkan umpan balik informasi yang lebih tepa sesuai dengan apa yang diinginkan.
d. Penggunaan teknik ANY merupakan cara mengelompkkkan istilah yang dapat dipakai sebagai penelusuran.
e. Pemotongan istilah. Pemotongan istilah digunakan apabila akan menjaring seluruh kata yang ada dalam basis data yang diminta dalam bentuk query.
Teknik penelusuran OPAC harus memberikan ketentuan standar tentang
penelusuran informasi yang baik bagi pengguna. Informasi yang tersedia pada
Perpustakaan Perguruan Tinggi sesuai dengan kurikulum yang ada. Civitas
akademika terlibat langsung dalam perancangan teknik penelusuran OPAC.
Penelusuran dengan menggunakan OPAC dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Menurut Rowley yang dikutip oleh Hasugian (2001, 55)
mengemukakan bahwa ada beberapa jenis penelusuran yang dapat dilakukan
melalui OPAC, yaitu:
1. Penelusuran dengan merawak (browser searching)
2. Penelusuran kata kunci (keyword searching) menggunakan satu kata atau lebih
5. Penelususran index-silang, misalnya menelusur lebih dari satu indeks dalam pernyataan penelusuran tunggal
6. Logika Boolean, didukung oleh operator AND, OR dan NOT.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa jenis penelusuran yang
dapat dilakukan melalui OPAC yaitu:
1. Penelusuran dengan merawak (browser searching)
Penelusuran dengan merawak (browser seraching) artinya menelusur katalog dengan cara memeriksa satu persatu cantuman yang ada pada katalog
perpustakaan tersebut. Penelusuran dengan cara merawak ini membutuhkan
banyak waktu, sebab pengguna harus melihat semua cantuman yang ada pada
katalog perpustakaan tersebut. Jadi, penelusuran dengan merawak ini kurang
efisisen digunakan oleh pengguna, akan tetapi hasil dari penelusuran ini sangat
akurat.
2. Penelusuran kata kunci (keyword searching)
Penelusuran dengan kata kunci (keyword searching) artinya menelusur
katalog dengan menggunakan kata kunci atau query. Kata kunci yang digunakan
berupa kata atau istilah yang dirumuskan secara bebas oleh pengguna untuk
mengekspresikan kebutuhannya, sehingga pengguna dapat secara bebas
memasukkan kata atau istilah yang sesuai dengan kebutuhannya ke dalam sistem.
Penelusuran dengan menggunakan teknik ini biasanya akan menghasilkan
panggilan dokumen (recall) yang tinggi sedangkan relevansi (precision) atau kesesuaiannya dengan kebutuhan pengguna cenderung rendah.
3. Penelusuran frase
Penelusuran frase artinya menelusur OPAC dengan memasukkan frase yang berisikan kata-kata yang tidak diindeks (stopwords) atau kata-kata umum (common words). Penelusuran dengan menggunakan teknik ini biasanya akan menghasilkan recall yang tinggi sementara precisionnya rendah sehingga hasil
dari penelusuran ini kurang efisien.
4. Penelususran indeks-silang
Penelususran indeks-silang yaitu melakukan penelusuran pada sistem
OPAC dengan menggunakan indeks-silang. Misalnya menelusur dengan lebih
5. Logika boolean
Penelusuran dengan logika boolean yaitu merumuskan query dengan beberapa istilah terlebih dahulu sebelum melakukan penelusuran ke sistem OPAC.
Penelusuran ini dapat menggunakan operator And, Or dan Not. Operator And
digunakan untuk mempersempit hasil pencarian agar lebih spesifik. Operator Or
digunakan untuk memperluas hasil pencarian termasuk sinonim dan istilah yang
terkait. Sedangkan operator Not digunakan untuk mengecualikan catatan yang tidak diinginkan dari hasil pencarian dan berguna untuk membedakan kata kunci
yang sama.
2.1.5. Prosedur Penggunaan
Dalam proses sistem temu balik informasi pemakai merupakan komponen
yang paling penting. Pada dasarnya pemakai memiliki kebutuhan, seperti data,
informasi, dan pengetahuan. Kemudian pemakai mencatat apa yang akan menjadi
kebutuhannya sebagai perwakilan untuk proses input dalam sistem. Pemakai tidak
hanya mencatat, selain itu juga menganalisa query yang sesuai atau relevan dengan kebutuhan pemakai. Setelah menyeleksi lakukan penelusuran informasi
dengan memasukkan kata kunci (keyword) pada mesin pencari atau OPAC. Penelusuran menggunakan alat temu balik atau sebuah mesin pencari seperti
OPAC, kemudian masukkan query atau keyword yang telah di analisa, sehingga terjadilah proses pemanggilan dalam sistem. Proses pemanggilan terjadi dan
menghasilkan sebuah hasil yang diinginkan pemakai, seperti daftar judul-judul
yang dicari pengguna dan disertai nama pengarang, subjek, nomor kelas, dan lain
sebagainya. Namun tidak selamanya hasil yang muncul relevan dengan kebutuhan
pengguna, maka dari itu pemakai mengevaluasi hasil yang telah ada sesuai dengan
kebutuhan nya dan sesuai dengan query yang telah ditentukan sebelumnya. Hasil tersebut tentu ada yang relevan dengan pemakai dan ada juga yang
tidak relevan dengan kebutuhan pemakai. Kemudian informasi yang relevan
tersebut kembali kepada pemakai pengguna dan informasi yang tidak relevan
Relevan Tidak Relevan
Gambar 2.1 Prosedur Penelusuran OPAC
Sistem penelusuran (searching) pada katalog online di Perpustakaan UNP terdapat 2 (dua) sitem pencarian, yaitu pencarian sederhana (simple search) dan pencarian kompleks (advanced search).Pencarian sederhana yaitu input deskripsi buku atau keyword yg disediakan seperti lokasi, ditampilkan, obyek cari dan judul buku, dan pencarian kompleks (advanced search) yaitu input deskripsi buku atau
keyword yang disediakan lebih lengkap, seperti lokasi, ditampilkan, obyek cari, judul, pengarang, subyek, penerbit dan mata kuliah. Sehingga pengguna dapat
lebih mudah mencari informasi dengan keyword yang simple maupun kompleks atau lengkap.
Teknik penelusuran menggunakan katalog perpustakaan ini biasanya
difokuskan untuk menemukan sebuah kode atau angka klasifikasi yang akan
menuntun pemakai ke dalam sumber informasi / koleksi perpustakaan yang
dibutuhkan. Pemakai akan diarahkan kepada jajaran koleksi perpustakaan.
Pemakai atau staf dapat menelusur melalui 3 entri penting yakni berdasarkan
judul, pengarang dan/atau subyek.
Penelusuran katalog menurut masing-masing jenisnya yaitu :
1. Katalog Pengarang
Apabila sebuah katalog entri utamanya adalah pengarang, maka seperti kita ketahui katalog pengarang disusun menurut abjad. Misalnya, nama pengarang Bafadal, maka dapat dicari kolom pengarang dengan cara mengetik Bafadal maka semua koleksi dengan nama Bafadal akan muncul.
Analisa Pencatatan
Kebutuhan Pengguna
Alat / Sumber Penelusuran
Hasil
2. Katalog Judul
Pada katalog judul yang menjadi entrinya adalah judul. Katalog judul. Katalog judul disusun berdasarkan abjad, judul yang telah diketahui, pemustaka bisa langsung mnegetik judul yang diinginkan, maka semua judul yang berhubungan akan muncul
3. Katalog Subjek
Katalog subjek disusun berdasarkan nomor klas dan cara penelusurannya yaitu, pemustaka mengetik nomor klas dari subjek buku. Misalnya pemustaka mengetahui nomor klas 300 dari subjek ilmu sosial, pemustaka bisa langsung mengetik pada subjek dengan urutan 300 (http://library.unisba.ac.id/katalog.htm, 10 mei 2014 : 23.00 WIB)
2.1.6. Kelebihan dan Kekurangan
OPAC adalah suatu sistem untuk membantu pemustaka dalam melakukan
pencarian informasi yang dikembangkan dari bentuk manual ke bentuk digital.
Perkembangan ini dikarenakan kebutuhan pemustaka akan informasi terus
meningkat dari waktu ke waktu. Akan tetapi, meskipun OPAC mempunyai
banyak kelebihan dari katalog manual, OPAC juga memiliki beberapa
kekurangan.
Kelebihan dan kekurangan OPAC dijelaskan oleh pendapat beberapa para
ahli, yaitu:
Menurut Hermanto (2007, 1) OPAC memiliki keuntungan, yaitu :
1. Penelusuran informasi dapat dilakukan secara cepat dan tepat.
2. Penelusuran dapat dilakukan di mana saja tidak harus datang ke perpustakaan dengancatatan sudah online ke internet.
3. Menghemat waktu dan tenaga.
4. Pengguna dapat mengetahui keberadaan koleksi dan status koleksi apakah sedang dipinjam atau tidak.
5. Pengguna mendapatkan peluang lebih banyak dalma menelusuri bahan pustaka.
Menurut Fatahi yang dikutip oleh Hasugian (2004, 9) menyatakan bahwa: “OPAC memiliki beberapa kelebihan dari katalog kartu yaitu sisi penelusuran mencakup interaksi (interaction), bantuan pengguna (user assistance), kepuasan pengguna (user satisfaction), kemampuan penelusuran (searching capabilities), keluaran dan tampilan (out and display), ketersediaan dan akses (availabilitu and access)”.
OPAC juga memiliki peluang kekurangan. Menurut Hermanto (2007, 1)
a. Belum semua bahan pustaka masuk ke data komputer sehingga pengguna mengalami kesulitan dalam melakukan penelusuran.
b. Tergantung aliran listrik, bila listrik mati maka kegiaan penelusuran bahan pustaka akan terganggu.
c. Kurangnya ketersediaan komputer terminal OPAC untuk menelusuri informasi yang dimiliki perpustakaan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan OPAC di
perpustakaan memiliki banyak kelebihan, di antaranya: memudahkan pemustaka
mencari informasi koleksi dan menghemat waktu dan tenaga dalam melakukan
pencarian koleksi, dan beberapa kekurangan OPAC di UNP yaitu: sangat
tergantung dengan aliran listrik, kurangnya data koleksi yang dientri ke dalam
OPAC, dan kurangnya jumlah komputer pendukung untuk mengakses OPAC.
2.1.7 Manfaat OPAC
Penerapan sistem OPAC di perpustakaan memberikan beberapa manfaat
dalam melakukan pencarian informasi di perpustakaan. Kochtanek dan Matthews
(2002, 203) menyatakan bahwa:
“Initially there were three main benefits that resulted when an OPAC was introduced into a library. These benefits included:
a. Reduced costs to provide a library catalog b. Improved access to the collection
c. Immediate access to location and status information”.
Pendapat di atas menjelaskan bahwa awalnya ada tiga manfaat utama
ketika sebuah OPAC diperkenalkan ke dalam perpustakaan, antara lain:
mengurangi biaya untuk menyediakan katalog perpustakaan, peningkatan akses ke
koleksi sehingga pengguna dapat menemukan koleksi perpustakaan dengan lebih
cepat, akses cepat ke lokasi sehingga pengguna tidak harus berkeliling
perpustakaan untuk mencari koleksi yang diinginkan karena pada OPAC dapat
diketahui lokasi dari suatu koleksi dan pengguna juga dapat mengetahui informasi
2.2. Sistem Temu Balik Informasi
2.2.1. Definisi Sistem Temu Balik Informasi
Sistem Temu Balik Informasi (Information Retrieval System - IRS) merupakan salah satu tipe sistem informasi yang berfungsi untuk menemukan
informasi yang relevan dengan kebutuhan pemakai. Salah satu hal yang perlu
diingat adalah bahwa informasi yang diproses terkandung dalam sebuah dokumen
yang bersifat tekstual. Dalam konteks ini, temu kembali informasi berkaitan
dengan representasi, penyimpanan, dan akses terhadap dokumen representasi
dokumen. Dokumen yang ditemukan tidak dapat dipastikan apakah relevan
dengan kebutuhan informasi pengguna yang dinyatakan dalam query.
Menurut Salton (1989) menyebutkan bahwa STBI suatu proses untuk
mengidentifikasi, mengenali dan memanggil dokumen tertentu dalam rangka
memberikan jawaban atas permintaan informasi.
Dari pendapat Salton diatas dapat disimpulkan bahwa, ”Terpanggilnya tidaknya suatu dokumen tergantung dengan kesamaan query dengan wakil dokumen”. Bebarapa para ahli juga memberikan pengertian tentang sistem temu balik informasi. Semua ini harus memudahkan pemakai sistem informasi untuk
memperoleh apa yang diinginkannya. Sementara itu, data retrieval memiliki lingkup yang sempit, yaitu bagaimana mencocokkan antara kata-kata terkandung
di sebuah dokumen dengan kata- kata yang digunakan seseorang dalam mencari
informasi
Beberapa pengertian diatas memberikan kesimpulan bahwa sistem temu
balik informasi adalah suatu proses temu balik atau penemuan kembali informasi
yang tersimpan dengan menggunakan sarana temu balik yaitu katalog manual
ataupun online dan dalam penelusuran menggunakan perwakilan dari suatu dokumen atau disebut juga dengan query agar dengan mudah menemukan informasi yang relevan dengan pengguna.
2.2.2 Komponen Sistem Temu Balik Informasi
Penelusuran informasi secara online adalah bahagian dari sistem temu balik informasi (information retrieval system). Penelusuran informasi secara
(retrieve) dokumen tertentu dari suatu simpanan (file) sebagai jawaban atas permintaan informasi. Dapat tidaknya suatu dokumen terpanggil dari suatu file
(situs) adalah tergantung pada kesamaan antara dokumen dengan query (Salton dalam Hasugian 1999). Permintaan informasi ke dalam sistem informasi
dirumuskan dalam bentuk query. Penelusuran secara online (terhubung dengan komputer lain) dapat dikategorikan atas dua bentuk yaitu intranet (terhubung
dengan komputer lain dalam jaringan lokal) dan internet (terhubung dengan
jaringan global atau internasional).
Layanan elektronik yang bersifat onlineintranet diperlukan infrastruktur berupa komputer server, komputer personal, jaringan lokal, software dan dokumen elektronik. Penelusuran dalam layanan elektronik secara online-internet diperlukan infrastruktur berupa komputer server, komputer personal, jaringan internet yang terhubung dengan jasa salah satu provider (Telkom, Indosat, dsb) dan dokumen elektronik.
Hasugian (2008, 14) menyatakan bahwa terdapat lima komponen dalam
sistem temu balik informasi, yaitu:
1. User (pengguna/pemakai). 2. Query atau keyword (kata kunci) 3. Dokumen.
4. Indeks.
5. Machine (Match Function).
Komponen penelusuran informasi ini harus ada pada katalog
Perpustakaan. Perpustakaan Perguruan Tinggi memerlukan komponen yang sesuai
dengan yang dibutuhkan pengguna dalam penelusuran informasi. Kata kunci
harus jelas diketikan pada sistem penelusuran OPAC.
2.3. Persepsi 2.3.1 Pengertian
Persepsi bisa diartikan juga dengan anggapan, pemikiran ataupun penilaian
terhadap sesuatu yang dilihat dan dirasakan. Pengertian persepsi yang dinyatakan
dalam buku Depdiknas (2003), yaitu:
seseorang terhadap objek persepsi tertentu yang dipengaruhi faktor internal, yakni perilaku yang berada di bawah kendali pribadi dan faktor eksternal, yakni perilaku yang dipengaruhi oleh situasi di luarnya”.
Sedangkan menurut Walgito (2002, 69) pengertian persepsi adalah:
“Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera namun proses itu tidak berhenti begitu saja melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi”.
Sementara itu Rakhmat (1998, 51) juga menyatakan bahwa “persepsi
adalahpengamatan tentang objek periwisata atau hubungan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi juga
memberikan makna pada sensori stimuli”.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa persepsi merupakan suatu
penilaian atau kesan seseorang terhadap suatu objek yang dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal.
2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Seseorang belum tentu mempunyai persepsi yang sama tentang suatu
objek yang sama. Perbedaan ini ditentukan bukan hanya pada stimulusnya sendiri,
tetapi juga pada latar belakang keadaan stimulus itu (Mahmud 1990, 41). Latar
belakang yang dimaksud mencakup pengalaman-pengalaman sensoris, perasaan
saat terjadinya suatu peristiwa, prasangka, keinginan, sikap, dan tujuan.
Arikunto dalam Ali (2004, 19), menyatakan bahwa persepsi dipengaruhi
faktor-faktor yaitu :
1. Ciri khas objek stimulus yang memberikan nilai bagi orang yang mempersiapkannya dan seberapa jauh objek tertentu dapat menyenangkan bagi seseorang
2. Faktor-faktor pribadi termasuk di dalamnya ciri khas individu, seperti taraf kecerdasan, minat, emosional dan lain sebagainya.
3. Faktor pengaruh kelompok, artinya respon orang lain di lingkungannya dapat memberikan arah kesuatu tingkah laku
Faktor eksternal pada perpustakaan antara lainnya) kerjasama antar
perpustakaan agar informasi-informasi tersebut dapat terseleksi dengan baik, b)
menyediakan informasi yang dapat mendukung perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi agar mahasiswa dapat bersaing di pasar kerja dalam negeri maupun
luar negeri.
Sedangkan faktor internal pada perpustakaan yaitu: a) koleksi, b) sumber
daya manusia, c) infrastruktur yang dapat mendukung layanan di perpustakaan
seperti OPAC, komputer, ruangan yang nyaman disertai dengan pendingin
ruangan (AC).
Dari uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa banyak faktor
yang mampu mempengaruhi persepsi seseorang yaitu faktor internal yang berasal
dari diri sendiri dan faktor eksternal yang berasal dari objek yang diperhatikan.
Proses pembentukan persepsi disini merupakan hal yang harus dibahas
dalam penelitian, karena merupakan langkah pertama untuk menentukan
bagaimana persepsi pengguna terhadap pemanfaatan layanan katalog online di
Perpustakaan UNP.
Adapun proses pembentukan persepsi menurut Walgito (2002, 71)
diuraikan sebagai berikut:
”Objek menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor, perlu dikemukakan antara objek dan stimulus itu menjadi satu misalnya dalam hal tekanan. Benda sebagai objek langsung mengenai kulit sehingga akan terasa tekanan tersebut. Proses stimulus mengenai alat indera ditreuskan oleh syaraf sensoris ke otak proses ini disebut sebagai proses psiologis. Kemudian terjadilah proses diotak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat dan apa yang didengar atau apa yang diraba. Proses yang terjadi diotak atau dalam pusat kesadaran ini yang disebut proses psikologis. Dengan demikian dapat dikemukakan terakhir dari proses persepsi ialah individu menyadari tentang misalnya : apa yang dilihat, apa yang didengardan apa yang diraba yaitu stimulus yang ditrima oleh alat indera, proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai macam bentuk.”
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa proses
pembentukan suatu persepsi melewati beberapa proses seperti penglihatan,
pendengaran dan perabaan melalui alat indera terhadap objek yang dijadikan
Persepsi pemustaka terhadap layanan OPAC di UNP adalah suatu
pandangan, penilaian maupun kesan pemustaka ketika melakukan pencarian
informasi menggunakan OPAC yang disediakan oleh perpustakaan. Pemustaka
dapat menilai dan mendapatkan kesan setelah menggunakan OPAC dengan segala
kelebihan dan kekurangannya.
Pemustaka akan memberikan sebuah respon terhadap penerapan OPAC
apabila pemustaka tersebut menggunakan dan memanfaatkan OPAC yang
disediakan oleh pihak perpustakaan, persepsi muncul apabila pemustaka
mendapatkan manfaat atau tidak dalam mencari informasi yang dibutuhkan
Pilihan Sangat Setuju (SS) bobot 5
Pilihan Setuju (S) bobot 4
Pilihan Kuramg Setuju (KS) bobot 3
Pilihan Tidak Setuju (TS) bobot 2
Pilihan SangatTidak Setuju (STS) bobot 1
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data penelitian digunakan teknik pengumpulan
data, sebagai berikut:
1. Kuisioner, yaitu pengumpulan data dengan cara memberikan daftar
pernyataan untuk diisi oleh responden.
2. Studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan data melalui berbagai literatur
dan dokumen lain yang berkaitan dengan masalah penelitian.
3.6 Kisi-kisi Kuesioner
Pada penelitian ini penulis menggunakan kuesioner. Kuesioner disusun
berdasarkan kisi-kisi kuesioner sebagai berikut:
Tabel 3.1 kisi-kisi kuesioner
Variabel Indikator Item Jumlah
Layanan
OPAC
Hasil Penelusuran OPAC 1, 2, 3, 4, 5, 6 6
Manfaat OPAC 7, 8, 9, 10, 11, 12,
13, 14
8
Prosedur Penggunaan OPAC 15, 16, 17, 18 4
JUMLAH 18
3.7 Analisis Data
Proses analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menelaah dan
mempelajari seluruh data yang terkumpul dirangkum menjadi intisari yang terjaga
kebenarannya. Bogdan dalam Sugiyono (2012, 332) menyatakan bahwa analisis
data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga mudah
ditabulasi dengan menyusun ke dalam tabel kemudian dihitung persentasenya
untuk selanjutnya dianalisis dan di interpretasikan. Untuk menghitung persentase
jawaban yang diberikan responden digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
P = Persentase
f = Jumlah jawaban yang diperoleh N = Jumlah Responden
Untuk menafsirkan besarnya persentase yang didapatkan dari tabulasi
data, maka digunakanlah metode penafsiran yang dikemukakan oleh Supardi
(1979: 20) sebagai berikut:
1- 25% Sebagian kecil
26- 49% Hampir setengah
50% Setengah
51-75% Sebagian besar
76-99% Pada umumnya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Layanan OPAC Berdasarkan Persepsi Pemustaka di Perpustakaan UNP
Pada bab ini diuraikan hasil dan pembahasan penelitian yang didasarkan
atas perolehan data dari responden. Interpretasi pada data dianalisis secara
deskriptif, yaitu mengungkap kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil
analisis data.
4.3 Hasil Penelusuran OPAC
Tabel 4.1 Katalog online (OPAC) yang tersedia di Perpustakaan UNP dapat membantu anda dalam penelusuran koleksi.
No Pertanyaan Pilihan Jawaban
Jawaban
responden yang menyatakan OPAC yang tersedia di Perpustakaan UNP dapat
membantu anda dalam penelusuran koleksi sebanyak 36 responden (36%)
menyatakan sangat setuju, selanjutnya 47 responden (47%) menyatakan setuju, 10
responden (10%) menyatakan kurang setuju, 6 responden (6%) menyatakan tidak
setuju, dan 1 responden (1%) menyatakan sangat tidak setuju.
Berdasarkan data di atas dapat dianalisis, bahwakatalog online (OPAC) yang
tersedia di Perpustakaan UNP dapat membantu anda dalam penelusuran koleksi
sudah dikategorikan baik dikarenakan hampir setengah responden menyatakan
sangat setuju dan setuju bahwa katalog online (OPAC) yang tersedia di
Perpustakaan UNP dapat membantu anda dalam penelusuran koleksi., walaupun
bahkan tidak setuju dengan hal di atas. Pihak perpustakaan harusnya
mempertahankan bahkan meningkatkan kemampuan OPAC untuk membantu
pemustaka dalam melakukan penelusuran koleksi.
Tabel 4.2 Proses penelusuran informasi dengan menggunakan OPAC mudah dipahami karena tampilan deskripsinya familiar dan didisain sesuai dengan kebutuhan anda.
No Pertanyaan Pilihan Jawaban
Jawaban
responden yang menyatakan penelusuran OPAC mudah dipahami sebanyak 32
responden (32%) menyatakan sangat setuju, selanjutnya 40 responden (40%)
menyatakan setuju, 24 responden (24%) menyatakan kurang setuju, 4 responden
(4%) menyatakan tidak setuju, dan 0 responden (0%) menyatakan sangat tidak
setuju.
Berdasarkan data di atas dapat dianalisis, bahwa proses penelusuran
informasi dengan menggunakan OPAC mudah dipahami karena tampilan
deskripsinya familiar dan didisain sesuai dengan kebutuhan anda sudah
dikategorikan baik dikarenakan sebagian besar responden menyatakan sangat
setuju dan setuju bahwa proses penelusuran informasi dengan menggunakan
OPAC mudah dipahami karena tampilan deskripsinya familiar dan didisain sesuai
dengan kebutuhan anda., walaupun pada kenyataannya masih ada beberapa
responden yang menyatakan kurang setuju bahkan tidak setuju dengan hal di atas.
meningkatkan kemampuan OPAC agar lebih mudah dipahami tampilan
deskripsinya dan disain sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Tabel 4.3 Jika anda akan menelusur koleksi perpustakaan, maka anda menggunakan sarana penelusuran OPAC sebelum menelusur langsung ke rak
No Pertanyaan Pilihan Jawaban
Jawaban
jumlah responden yang menyatakan menggunakan OPAC sebelum menuju rak
sebanyak 36 responden (36%) menyatakan sangat setuju, selanjutnya 46
responden (46%) menyatakan setuju, 7 responden (7%) menyatakan kurang
setuju, 11 responden (11%) menyatakan tidak setuju, dan 0 responden (0%)
menyatakan sangat tidak setuju.
Berdasarkan data di atas dapat dianalisis, bahwa pemustaka dalam menelusur
koleksi perpustakaan, pemustaka menggunakan sarana penelusuran OPAC
sebelum menelusur langsung ke rak sudah dikategorikan baik dikarenakan
sebagian besar responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa dalam
menelusur koleksi perpustakaan, pemustaka akan menggunakan sarana
penelusuran OPAC sebelum menelusur langsung ke rak, walaupun pada
kenyataannya masih ada beberapa responden yang menyatakan kurang setuju
bahkan tidak setuju dengan hal di atas. Dengan demikian pihak perpustakaan
harusnya lebih memperhatikan pemustakanya agar dalam menelusur koleksi
hendaknya pemustaka menggunakan layanan opac agar koleksi yang diingikan
Tabel 4.4 OPAC yang sudah terintegrasi (terhubung) dengan sistem sirkulasi, dapat membantu untuk mengetahui apakah suatu koleksi sedang dipinjam atau tidak.
No Pertanyaan Pilihan Jawaban
Jawaban
jumlah responden yang menyatakan OPAC yang sudah terintegrasi (terhubung)
dengan sistem sirkulasi, dapat membantu untuk mengetahui apakah suatu koleksi
sedang dipinjam atau tidak sebanyak 19 responden (19%) menyatakan sangat
setuju, selanjutnya 42 responden (42%) menyatakan setuju, 25 responden (25%)
menyatakan kurang setuju, 10 responden (10%) menyatakan tidak setuju, dan 4
responden (4%) menyatakan sangat tidak setuju.
Berdasarkan data di atas dapat dianalisis, bahwa OPAC yang sudah
terintegrasi (terhubung) dengan sistem sirkulasi, dapat membantu untuk
mengetahui apakah suatu koleksi sedang dipinjam atau tidak sudah dikategorikan
baik dikarenakan sebagian besar responden menyatakan sangat setuju dan setuju
bahwa OPAC yang sudah terintegrasi (terhubung) dengan sistem sirkulasi, dapat
membantu untuk mengetahui apakah suatu koleksi sedang dipinjam atau tidak,
walaupun pada kenyataannya masih ada beberapa responden yang menyatakan
kurang setuju, tidak setuju bahkan sangat tidak setuju dengan hal di atas. Dengan
demikian pihak perpustakaan harusnya mempertahankan bahkan meningkatkan
OPAC yang sudah terintegrasi (terhubung) dengan sistem sirkulasi, agar dapat
membantu pemustaka untuk mengetahui apakah suatu koleksi sedang dipinjam
Tabel 4.5 Melalui OPAC, anda mendapatkan informasi yang dibutuhkan di perpustakaan
No Pertanyaan Pilihan Jawaban
Jawaban
jumlah responden yang menyatakan melalui OPAC, anda mendapatkan informasi
yang dibutuhkan di perpustakaan sebanyak 30 responden (30%) menyatakan
sangat setuju, selanjutnya 46 responden (46%) menyatakan setuju, 20 responden
(20%) menyatakan kurang setuju, 1 responden (1%) menyatakan tidak setuju, dan
3 responden (3%) menyatakan sangat tidak setuju.
Berdasarkan data di atas dapat dianalisis, bahwa Melalui OPAC, anda
mendapatkan informasi yang dibutuhkan di perpustakaan sudah dikategorikan
baik dikarenakan sebagian besar responden menyatakan sangat setuju dan setuju
bahwa Melalui OPAC, anda mendapatkan informasi yang dibutuhkan di
perpustakaan, walaupun pada kenyataannya masih ada beberapa responden yang
menyatakan kurang setuju, tidak setuju bahkan sangat tidak setuju dengan hal di
atas. Dengan demikian pihak perpustakaan harusnya lebih memperhatikan
layanan OPAC yang ada di perpustakaan agar pemustaka lebih memanfaatkan
layanan yang tersedia di perpustakaan dikarenakan dengan menggunakan layanan
opac sistem pencarian koleksi yang dibutuhkan akan di dapat dengan lebih
Tabel 4.6 Data di OPAC relevan dengan koleksi di rak
No Pertanyaan Pilihan Jawaban
Jawaban Responden
F %
6
Data di OPAC relevan dengan koleksi di rak
Sangat Setuju 16 16
Setuju 37 37
Kurang Setuju 32 32
Tidak Setuju 10 10
Sangat Tidak Setuju 5 5
Jumlah 100 100%
Berdasarkan data yang ada pada Tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa
jumlah responden yang menyatakan data di OPAC relevan dengan koleksi di rak
sebanyak 16 responden (16%) menyatakan sangat setuju, selanjutnya 37
responden (37%) menyatakan setuju, 32 responden (32%) menyatakan kurang
setuju, 10 responden (10%) menyatakan tidak setuju, dan 5 responden (5%)
menyatakan sangat tidak setuju.
Berdasarkan data di atas dapat dianalisis, bahwa data di OPAC relevan
dengan koleksi di rak sudah dikategorikan baik dikarenakan sebagian besar
responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa data di OPAC relevan
dengan koleksi di rak, walaupun pada kenyataannya masih ada beberapa
responden yang menyatakan kurang setuju, tidak setuju bahkan sangat tidak setuju
dengan hal di atas. Dengan demikian pihak perpustakaan harusnya
mempertahankan bahkan meningkatkan kemampuan pustakawanya dalam
mengentri koleksi yang ada di perpustakaan, agar koleksi yang ada di