• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Pemustaka Terhadap Layanankatalog Online Dalam Pencarian Informasi Di Perpustakaan Universitas Negeri Padang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Persepsi Pemustaka Terhadap Layanankatalog Online Dalam Pencarian Informasi Di Perpustakaan Universitas Negeri Padang"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI PEMUSTAKA TERHADAP LAYANANKATALOG ONLINE DALAM PENCARIAN INFORMASI DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI

PADANG

SKRIPSI

Oleh:

IRSYADI IRMAN

NIM 120723016

DEPARTEMEN STUDI PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAK

Irman, Irsyadi. 2014. “PERSEPSI PEMUSTAKA TERHADAP LAYANAN

KATALOG ONLINE DALAM PENCARIAN INFORMASI DI

PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG”

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi pemustaka terhadap layanan katalog onlinedalam pencarian informasi di Perpustakaan Universitas Negeri Padang. Penelitian ini berlokasi di Perpustakaan Universitas Negeri Padang, Jalan Prof. Dr. Hamka Kampus UNP Air Tawar Padang, 25131.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa yang terdaftar sebagai anggota Perpustakaan UNP Periode 2012 – 2013, yang telah mendapatkan pengarahan dalam melakukan pencarian informasi di OPAC dan perpustakaan sebanyak 34.867 orang. Untuk menentukan jumlah sampel penelitian, peneliti menggunakan rumus Slovin, dari jumlah populasi sebesar 34.867 orang maka diperoleh sampel penelitian sebanyak 100 orang. Individu sampel dalam penelitian ini ditentukan secara acak atau kebetulan (accidental sampling).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa OPAC di perpustakaan UNP masih belum dapat membantu memudahkan pemustaka dalam melakukan pencarian informasi koleksi di perpustakaan. Hal ini terlihat dari 47% responden menyatakan setuju OPAC di perpustakaan dapat membantu dalam pencarian informasi, 45% responden menyatakan setuju OPAC di perpustakaan dapat menunjukkan dan menampilkan seluruh karya yang dikarang dan 65% responden menyatakan setuju OPAC di perpustakaan mampu memberikan gambaran keberadaan koleksi dan kekayaan koleksi yang dimiliki perpustakaan.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat

dan nikmat-Nya yang begiti besar, sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Persepsi Pemustaka terhadap Layanan Katalog Online Dalam Pencarian Informasi di Perpustakaan Universitas Negeri Padang”. Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana dalam bidang Ilmu Perpustakaan. Dalam penyelesaian

skripsi ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, untuk itu Penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan

skripsi ini.

Penulisan skripsi ini dapat selesai berkat adanya bimbingan, motivasi dan

bantuan dri brbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini Penulis

mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah ikut membantu dalam

proses penulisan dan penyelesaian skripsi ini.

Ucapan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, terimakasih

teristimewa penulis ucapkan kepada Ibunda tercinta WILDAWARNIS, S.Pd., dan Ayah terbaik sedunia IRMAN, S.pd., nenekku Hj. NURIJAH BINTI

RASYID, adinda tersayang RAHMI FADHILAH, A. Md., yang selalu

memberikan motivasi dan semangat kepada Penulis.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Drs. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU

2. Dr. Irawaty A. Kahar, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Ilmu

Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya

3. Ishak, S.S, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing I, yang telah

memberikan waktu, semangat serta bimbingan dan arahan bagi Penulis

dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini

4. Drs. Jonner Hasugian, M.Si. selaku Dosen Pembimbing II, yang telah

memberikan banyak bimbingan dan saran yang bermanfaat dalam

(4)

5. Drs. Yunaldi, M.Si. selaku Kepala Perpustakaan UNP, yang telah

memberikan ijin dan kesempatan serta bantuan kepada Penulis dalam

melakukan observasi dan pengumpulan data penelitian

6. Kepada teman-teman seperjuangan, Fahrul Rozi, S. Sos., Fandi

Ahmad, A.Md., Fetridal Andri, S.Sos., Riyan Sanjaya, S. Sos., Septia

Munawarah, A. Md., Shinta Tri Septiani, S. Sos., Yusfebri

Rahmayanti, S. Sos., Pri Utami, S. Sos., serta yang lainnya yang telah

memberikan semangat untuk Penulis.

7. Kepada yang spesial bagi penulis, Indah Sutra Elita, A. Md., yang

terus memberikan semangat dan dukungan serta doa bagi penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini

8. Kepada sahabat-sahabat terbaik, Lailatur Rahmi, S. Sos., dan Feni

Rusydiani Silvi, S. Sos., yang telah membantu dalam proses

pengumpulan data penelitian, dan juga semangat serta dukungannya

dalam penulisan skripsi ini

9. Kepada sahabatku Sherly Glauri, S. PdI., yang telah memberikan

motivasi dan semangat bagi Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga semua yang telah mereka berikan menjadi amal ibadah dan

mendapat balasan dari Allah SWT.

Medan, 26 November 2014

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

Kelebihan dan Kekurangan ... . 18

Manfaat OPAC ... 19

Faktor-faktor yang mempengaruhi presepsi... 22

BAB IIIMETODE PENELITIAN 4.1 Layanan OPAC Berdasarkan Persepsi Pemustaka di Perpustakaan UNP ... 29

(6)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan... 47 5.2 Saran ... 48 DAFTAR PUSTAKA

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 ... 27

Tabel 4.1 ... 37

Tabel 4.2 ... 38

Tabel 4.3 ... 39

Tabel 4.4 ... 40

Tabel 4.5………...…... 41

Tabel 4.6………... 41

Tabel 4.7 ... 42

Tabel 4.8 ... 43

Tabel 4.9 ... 44

Tabel 4.10 ... 44

Tabel 4.11 ... 45

Tabel 4.12………... 46

Tabel 4.13 ………...…... 46

Tabel 4.14 ... 47

Tabel 4.15 ... 48

Tabel 4.16 ... 49

Tabel 4.17 ... 49

(8)

DAFTAR GAMBAR

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 ... 51

Lampiran 2 ... 54

Lampiran 3 ... 58

Lampiran 4 ... 59

Lampiran 5 ... 68

(10)

ABSTRAK

Irman, Irsyadi. 2014. “PERSEPSI PEMUSTAKA TERHADAP LAYANAN

KATALOG ONLINE DALAM PENCARIAN INFORMASI DI

PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG”

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi pemustaka terhadap layanan katalog onlinedalam pencarian informasi di Perpustakaan Universitas Negeri Padang. Penelitian ini berlokasi di Perpustakaan Universitas Negeri Padang, Jalan Prof. Dr. Hamka Kampus UNP Air Tawar Padang, 25131.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa yang terdaftar sebagai anggota Perpustakaan UNP Periode 2012 – 2013, yang telah mendapatkan pengarahan dalam melakukan pencarian informasi di OPAC dan perpustakaan sebanyak 34.867 orang. Untuk menentukan jumlah sampel penelitian, peneliti menggunakan rumus Slovin, dari jumlah populasi sebesar 34.867 orang maka diperoleh sampel penelitian sebanyak 100 orang. Individu sampel dalam penelitian ini ditentukan secara acak atau kebetulan (accidental sampling).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa OPAC di perpustakaan UNP masih belum dapat membantu memudahkan pemustaka dalam melakukan pencarian informasi koleksi di perpustakaan. Hal ini terlihat dari 47% responden menyatakan setuju OPAC di perpustakaan dapat membantu dalam pencarian informasi, 45% responden menyatakan setuju OPAC di perpustakaan dapat menunjukkan dan menampilkan seluruh karya yang dikarang dan 65% responden menyatakan setuju OPAC di perpustakaan mampu memberikan gambaran keberadaan koleksi dan kekayaan koleksi yang dimiliki perpustakaan.

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Informasi sekarang ini semakin menjamur keberadaannya sehingga

kebutuhan akan informasi juga semakin meningkat baik di kalangan mahasiswa,

pelajar, umum dan sebagainya. Untuk memperoleh informasi tersebut, maka

disediakan wadah yang dapat memberikan layanan informasi terutama informasi

tentang literatur agar bisa dijangkau oleh publik salah satunya adalah

perpustakaan.

Menurut Sulistyo-Basuki (1991, 3) Perpustakaan adalah sebuah ruangan,

bagian sebuah gedung, ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk

menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasa disimpan menurut tata susunan

tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual. Perpustakaan adalah

institusi pengelola karya tulis, karya cetak, dan karya rekam secara professional

dengan system yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian,

pelestarian, informasi dan rekreasi para pemustaka. Mahasiswa sangat

membutuhkan informasi yang lengkap untuk menunjang proses belajar di

perguruan tinggi, untuk itu disediakanlah sebuah perpustakaan yang menyediakan

segala kebutuhan mahasiswa akan informasi sesuai dengan apa yang dipelajari

dan dibutuhkannya. Perpustakaan ini disebut dengan perpustakaan perguruan

tinggi.

Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang terdapat pada

perguruan tinggi, badan bawahannya maupun lembaga yang berafiliasi dengan

perguruan tinggi dengan tujuan utama membantu perguruan tinggi mencapai

tujuannya (Sulistyo-Basuki, 1991, 52). Tujuan perpustakaan perguruan tinggi di

Indonesia dikenal dengan Tri Darma Perguruan Tinggi yaitu: Pendidikan,

Penelitian dan Pengabdian Masyarakat.

Perpustakaan perguruan tinggi merupakan sumber informasi dan

pengetahuan bagi mahasiswa dan dosen di perguruan tinggi tersebut. Oleh karena

itu pengelolaannya harus baik dan maksimal, baik dalam pengadaan bahan-bahan

pustakan, penempatan tenaga pustakawan, maupun dalam pengelolaan koleksinya,

(12)

kesulitan dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkannya. Sepanjang sejarah,

perpustakaan merupakan satu-satunya pranata ciptaan manusia, tempat manusia

dapat menemukan kembali informasi yang permanen serta luas ruang lingkupnya.

Oleh karena itu masyarakat selalu mengatakan bahwa perpustakaan mempunyai

efek sosial, ekonomi, politik dan edukatif (Sulistyo-Basuki, 2004, 3).

Perpustakaan Universitas Negeri Padang (UNP) merupakan suatu unit

kerja yang ada di UNP yang mempunyai tugas mengadakan, mengolah,

menyajikan, melestarikan, dan menyebarluaskan koleksi bahan pustaka yang ada

untuk mendukung pencapaian program Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Perpustakaan UNP juga menjadi perpustakaan pusat bagi seluruh mahasiswa UNP

untuk mendapatkan dan memperoleh informasi yang mereka butuhkan. Menurut

data yang diperoleh dari koordinator bidang layanan teknis perpustakaan UNP

melalui observasi langsung, Perpustakaan UNP memiliki koleksi buku teks

sebanyak 42.521 judul yang terdiri dari 200.996 eksemplar, pada kenyataannya di

OPAC hanya terdapat 19.469 judul dan 98.573 eksemplar yang dientri ke OPAC,

kemudian jumlah anggota perpustakaan pada tahun ajaran 2012/2013 adalah

sebanyak 34.867 mahasiswa, dan komputer yang disediakan untuk mengakses

layanan OPAC (Online Public Access Catalog) sebanyak dua unit komputer. OPAC adalah sistem katalog terpasang yang dapat diakses oleh pemustaka

untuk menelusuri data catalog yang disediakan oleh perpustakaan. Penerapan

OPAC di perpustakaan disamping menghemat waktu pengguna dalam

penelusuran, juga mampu meningkatkan keefektifan pencarian informasi yang

dilakukan oleh pemustaka. Apabila OPAC diterapkan oleh perpustakaan

perguruan tinggi, fungsinya tidak hanya memudahkan pemustaka mendapatkan

temu kembali informasi yang dibutuhkannya, serta mampu meningkatkan kinerja

pustakawan dalam melakukan pelayanan terhadap pemustaka.

Pencarian informasi melalui OPAC bisa efektif apabila semua komponen

penting dalam pencarian informasi telah terpenuhi, seperti:

(13)

b. Query/keyword, yaitu kata kunci yang digunakan dalam mencari dan menemukan informasi yang dibutuhkan di perpustakaan melalui

OPAC

c. Dokumen, yaitu informasi yang tersedia di perpustakaan dan

data-datanya telah dientri atau dimasukkan ke OPAC

d. Indeks, yaitu daftar informasi koleksi yang dimiliki perpustakaan yang

datanya disusun menurut subjek, pengarang, ataupun judul koleksi dan

dientri ke OPAC

e. Machine, yaitu alat telusur yang disediakan oleh perpustakaan untuk membantu pemustaka dalam melakukan pencarian informasi, agar

lebih menghemat waktu dan tenaga, dan juga membantu pemustaka

mengetahui informasi koleksi apa saja yang disediakan oleh

perpustakaan.

Namun pada kenyataannya terdapat beberapa hal yang masih kurang

memenuhi persyaratan dalam pelayanan OPAC terhadap pemustaka saat

melakukan penelusuran informasi. Berdasarkan pengamatan awal penulis,

kunjungan yang dilakukan di perpustakaan UNP bahwa alat penelusuran OPAC

tersebut belum memenuhi kebutuhan informasi bagi pemustaka, yaitu dari hal

temu balik informasi. Hal ini terlihat ketika pemustaka menelusur informasi

mengenai keberadaan bahan pustaka yang sedang tersedia di perpustakaan. Pada

OPAC dijelaskan koleksi sedang tersedia, sedangkan kenyataannya setelah

pemustaka menuju rak, koleksi yang diinginkan sedang tidak tersedia.

Permasalahan lainnya adalah kurangnya minat pengguna untuk

memanfaatkan layanan OPAC dalam melakukan pencarian informasi yang

dibutuhkan di perpustakaan, walaupun perpustakaan UNP sendiri telah

menyediakan sarana dua unit komputer untuk penelusuran melalui OPAC.

Kebanyakan pengguna yang datang mengabaikan layanan OPAC yang disediakan

perpustakaan dan langsung menuju ke rak koleksi untuk mencari informasi atau

bahan pustaka yang dibutuhkan. Hal ini cenderung membuat temu kembali

informasi yang dilakukan oleh mahasiswa memakan waktu yang cukup lama dan

(14)

Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya layanan OPAC yang disediakan

oleh perpustakaan UNP penulis ingin melakukan penelitian tentang “Persepsi

Pemustaka Terhadap Layanan Katalog Online dalam Pencarian Informasi di Perpustakaan Universitas Negeri Padang”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya, yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakan persepsi pemustaka terhadap

layanan katalog online dalam pencarian informasi di perpustakaan Universitas

Negeri Padang.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi pemustaka

terhadap layanan katalog online dalam pencarian informasi di Perpustakaan Universitas Negeri Padang.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak berikut:

a. Bagi perpustakaan UNP, dapat meningkatkan kualitas layanan OPAC bagi

pemustaka khususnya dalam pelayanan penelusuran atau temu kembali

informasi di perpustakaan UNP.

b. Bagi penelitian selanjutnya, agar menjadi referensi dan bahan rujukan

tambahan bagi peneliti dalam melakukan penelitian selanjutnya.

c. Bagi peneliti, dapat mengetahui dan lebih memahami lagi tentang manfaat

OPAC di perpustakaan Perguruan Tinggi.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang limgkup dalam penelitian ini meliputi pemanfaatan OPAC,

(15)

BAB II KAJIAN TEORI

2.1. Online Public Acces Catalog (OPAC)

2.1.1 Pengertian

OPAC adalah suatu sarana yang disediakan oleh perpustakaan untuk

mempermudah pemustaka dalam melakukan penelusuran sebuah atau beberapa

informasi suatu koleksi yang tersedia di perpustakaan.

Menurut Ishak (2009, 100) pengertian OPAC adalah “Katalog Online atau disebut juga dengan Online Public Access Catalog (OPAC) adalah database

online yang berisikan koleksi bahan perpustakaan satu perpustakaan atau kelompok perpustakaan”.

Sedangkan menurut Hasugian (2009, 155) “OPAC adalah suatu sistem

temu balik informasi, dengan satu sisi masukan (input) yang menggabungkan pembuatan file cantuman dan indeks. Hal ini menghasilkan pangkalan data yang dapat ditelusur sebagai sisi keluaran (output) dari sistem”.

Supriyanto (2008, 134) juga menyatakan pengertian Online Public Acces Catalog (OPAC) adalah sebuah fitur yang digunakan untuk memfasilitasi pengunjung untuk mencari katalog koleksi Perpustakaan yang dapat diakses oleh

umum.

Pendapat lain dikemukakan oleh Corbin (1985) yang dikutip oleh

Hasugian (2009, 154) menyatakan bahwa:

“OPAC merupakan katalog yang berisikan cantuman bibliografi dari satu atau beberapa koleksi Perpustakaan, disimpan pada magnetic disk atau media rekam lainnya dan dibuat secara online serta sebagai sarana untuk dapat memeriksa status dari suatu bahan Perpustakaan”.

Pengertian diatas memberikan penjelesan tentang pentingnya OPAC

dalam penelusuran informasi bagi pengguna. Perpustakaan harus menyediakan

suatu layanan yang memberikan pemahaman penggunaan melalui pendidikan

pemakai. Pendidikan pemakai awal dalam memberikan wawasan ilmu

pengetahuan dalam penggunaan OPAC.

OPAC di UNP adalah salah satu sarana atau layanan katalog online yang disediakan perpustakaan untuk memberikan kemudahan bagi pemustaka dalam

(16)

itu, OPAC di UNP dapat diakses oleh umum tanpa harus datang langsung ke

perpustakaan, karena sistem OPAC di UNP telah berbasis web, pemustaka dapat mencari informasi koleksi yang tersedia di perpustakaan dengan cepat dan tepat

tanpa harus datang ke perpustakaan, sehingga pencarian informasi koleksi oeh

pemustaka lebih efektif dan efisien.

2.1.2. Tujuan dan Fungsi

Setiap perpustakaan mempunyai alasan tertentu untuk mengembangkan

sistem kerumahtanggaannya, dari sistem manual menjadi sistem yang

menggunakan komputer. Walaupun alasan-alasan tetrsebut ada yang bersifat

spesifik untuk perpustakaan tertentu, tetapi biasanya terdapat beberapa alasan

yang berlaku umum bagi semua perpustakaan.

Salmon (1985, 20) menyatakan ada sejumlah alasan yang valid untuk

mengaplikasikan komputer (automasi) di perpustakaan, antara lain ialah untuk

melakukan sesuatu yang lebih baik, lebih cepat atau lebih murah dibanding

dengan sistem manual atau untuk memberikan suatu pelayanan baru.

Selain pendapat itu, Duval (1992, 23) juga menyatakan bahwa:

“dari berbagai alasan untuk melakukan automasi di perpustakaan, alasan berikut adalah yang paling sering dijumpai dan dikutip yaitu meningkatkan efisiensi pemrosesan (increased processing efficiency), memperbaiki layanan kepada pengguna (improvedservice to users), penghematan dan penekanan pembiayaan (saving money and containing cost), memperbaiki administrasi dan informasi manajemen (improved administrative and management information) sebagai jawaban atas kegagalan system manual dan sebagai suatu basis untuk melakukan reorganisasi. Satu hal menarik dari alasan di atas ialah perbaikan administrasi dan informasi manajemen. Hal ini dipandang sangat penting karena kegagalan perpustakaan termasuk perpustakaan perguruan tinggi untuk melakukan fungsinya ialah karena tidak didukung oleh administrasi dan informasi manajemen yang baik”.

Sistem perpustakaan yang berbasis komputer akan dapat dengan mudah

menghasilkan berbagai jenis statistik berkenaan dengan kegiatan perpustakaan.

Misalnya sirkulasi, pengatalogan, pengadaan dan sebagainya. Ketersediaan

informasi pada sistem yang berbasis komputer, akan mengakibatkan pengambilan

(17)

Dalam kegiatan sehari-hari, pemakai akan menjumpai pemakaian

komputer walaupun intensitasnyan berbeda-beda. Misalnya pemakai akan

menemui penggunaan komputer di Bank, pemesanan tiket pesawat terbang

ataupun disekolah dan perguruan tinggi. Dalam kegiatan tersebut pemakai akan

senang menggunakan jasa perpustakaan bantuan komputer asal saja sistem

komputer yang dipasang di perpustakaan memenuhi persyaratan-persyaratan

sistem komputer.

Menurut Sulistyo-Basuki (1993, 93), menyatakan alasan pemanfaatan

teknologi informasi yang memudahkan pemustaka, yaitu:

a. Efektif biaya, artinya penggunaan sistem berbantuan komputer tidak berbeda dengan biaya metode manual.

b. Nyaman, Artinya mudah diperoeh

c. Penggunaannya mudah, artinya instruksi yang diberikan jelas, prosedur yang digunakan langsung tidak berbelit-belit

d. Penggunaannya sistem berbantuan komputer dianggap lebih mentereng, dan secara ekonomis menarik serta lebih bergengsi

e. Menghibur artinya komputer merupakan mainan baru bagi pemakai.

Sedangkan Saleh (1996, 158) menyatakan beberapa hal yang menjadi

alasan untuk menyediakan OPAC perpustakaan antara lain :

1. Adanya tuntutan terhadap mutu layanan perpustakaan

Tuntutan para pemakai perpustakaan saat ini sangat beragam. Pemakai yang datang ke perpustakaan selain meminjam buku, mereka juga mencari layanan-layanan lain seperti layanan internet, layana audio visual, layanan multimedia dan lain-lain. Selain itu pemakai juga menginginkan layanan aktif perpustakaan berupa layanan penelusuran secara online dan layanan penelusuran CD ROM dan lain-lain.

2. Adanya tuntutan terhadap efisiensi waktu

Sebelum adanya OPAC perpustakaan, pemakai mungkin sudah puas dengan layanan penelusuran artikel bila artikel-artikel dapat ditemukan, sekalipun layanan tersebut memakan waktu sampai berminggu-minggu. Sekarang pemakai menuntut layanan yang cepat. 3. Keragaman media informasi yang dikelola

Media informasi yang ada di perpustakaan saat ini tidak hanya terbatas kepada buku dan jurnal ilmiah saja. Informasi-informasi lain seperti multimedia, audio visual kini banyak dikoleksi oleh perpustakaan.

4. Kebutuhan akan ketepatan layanan informasi

(18)

komputer pertanyaan-pertanyaan ini bisa dijawab dengan cepat dan tepat.

Menurut Siregar (2004, 57) pengertian katalog online ialah:

“katalog online merupakan peralihan dari bentuk manual ke bentuk

online, disamping banyak menghemat waktu pemustaka dalam penelusuran, OPAC juga mampu meningkatkan efisiensi pekerjaan pengatalogan bahan pustaka baru. Katalog elektronik terbukti mampu mempromosikan koleksi perpustakaan sehingga penggunanya semakin tinggi”.

Menurut Cutter yang dikutip oleh Darmono (2001, 87) tujuan

pengkatalogan adalah:

1. Memudahkan seseorang menemukan sebuah karya yang telah diketahui pengarang, judul atau subjeknya

2. Memperlihatkan apa yang dimiliki perpustakaan melalui nama pengarang, subjek dan jenis literaturnya

3. Membantu pemilihan sebuah karya seperti dalam hal edisinya secara bibliografis dan karakternya (topik).

Sedangkan menurut Kusmayadi (2006, 53) Tujuan penyediaan OPAC

adalah :

1. Pengguna dapat mengakses secara langsung ke dalam pangkalan data yang dimiliki perpustakaan.

2. Mengurangi beban biaya dan waktu yang diperlukan dan yang harus dikeluarkan oleh pengguna dalam mencari informasi.

3. Mengurangi beban pekerjaan dalam pengelolaan pangkalan data sehingga dapat meningkatkan efisiensi tenaga kerja.

4. Mempercepat pencarian informasi.

5. Dapat melayani kebutuhan informasi masyarakat dalam jangkauan luas.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa tujuan penyediaan OPAC di

perpustakaan adalah untuk memberi kepuasan kepada pengguna dan staf

perpustakaan dan mempercepat pencarian informasi yang tersedia di

perpustakaan.

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Yusup (1995, 76) bahwa fungsi

katalog secara umum adalah sebagai berikut :

(19)

b. Mendaftarakan semua buku dan bahan lain dengan susunan alfabetis nama pengarang, judul buku, atau subyek buku yang bersangkutan, ke dalam suatu tempat khusus di perpustakaan untuk memudahkan pencarian entri-entri atau informasi yang diperlukan.

c. Memberikan kemudahan untuk mencari suatu buku atau bahan lain di perpustakaan dengan hanya mengetahui salah satu dari daftar kelengkapan buku yang bersangkutan.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa fungsi katalog secara umum

adalah untuk menunjukkan tempat suatu buku, menginventarisasikan semua

koleksi yang dimiliki perpustakaan, serta memberikan kemudahan untuk mencari

koleksi yang ada di perpustakaan. Katalog mempunyai fungsi yang harus

dijalankan saat penelusuran informasi.

2.1.3 Perkembangan Katalog

Peningkatan dan perkembangan jumlah informasi yang ada, membuat

kebutuhan akan informasi juga ikut meningkat dengan pesat, hal ini menjadikan

katalog harus dikembangkan dari waktu ke waktu. Perkembangan katalog ini

memungkinkan pemustaka untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan

menjadi lebih cepat dan akurat.

Menurut Horgan (1994) yang dikutip oleh Hasugian (2009, 152)

menyatakan bahwa:

“bentuk katalog yang digunakan di perpustakaan mengalami perkembangan dari masa ke masa. Perkembangan katalog perpustakaan nampak dari perubahan bentuk fisiknya. Sebelum katalog online muncul, telah dikenal berbagai bentuk katalog perpustakaan, dan bentuk yang paling umum digunakan ialah katalog kartu”.

Sedangkan Taylor (1992) yang dikutip oleh Hasugian (2009, 152)

menyatakan bahwa:

“katalog perpustakaan yang ada pada saat ini terdiri dari berbagai bentuk fisik antara lain, katalog berbentuk buku (book catalog), katalog berbentuk kartu (card catalog), katalog berbentuk mikro (microform catalog), katalog komputer terpasang (online computer catalog)”.

(20)

disebarluaskan ke perpustakaan lain. Entri pada katalog berbentuk buku dapat ditemukan dengan cepat, mudah menyimpannya, mudah menanganinya, bentuknya ringkas dan rapi.

Kelemahan dari katalog berbentuk buku ialah cepat usang atau ketinggalan jaman. Hal itu terjadi karena setiap kali perpustakaan memperoleh buku baru, berarti katalog sebelumnya harus diperbaharui kembali, atau setidaknya membuat suplemen. Dengan demikian, katalog berbentuk buku ini tidak luwes. Biaya pembuatan katalog berbentuk buku cenderung lebih mahal, karena bentuk dan jumlah cantumannya sering berubah. Karena biaya membuat katalog berbentuk buku cenderung mahal, dan cepat usang, maka perpustakaan meninggalkannya dan kemudian secara bertahap beralih ke bentuk katalog yang lain, terutama katalog kartu.

Katalog kartu adalah bentuk katalog perpustakaa n yang semua deskripsi bibliografinya dicatat pada kartu berukuran 7.5 x 12.5 cm. Katalog kartu disusun secara sistematis pada laci katalog. Katalog kartu masih banyak digunakan pada berbagai jenis perpustakaan di Indonesia hingga saat ini. Keuntungan dari katalog kartu ialah bersifat praktis, sehingga setiap kali penambahan buku baru di perpustakaan tidak akan menimbulkan masalah, karena entri baru dapat disisipkan pada jajaran kartu yang ada. Penggunaan katalog kartu tidak dipengaruhi faktor luar, misalnya terputusnya aliran listrik, dan kemungkinan rusak sangat kecil terkecuali jika perpustakaan terbakar. Kelemahannya ialah satu laci katalog hanya menyimpan satu jenis entri saja, sehingga pengguna sering harus antri menggunakannya, terutama bila melakukanpenelusuran melalui entri yang sama. Sulit menggunakannya jika berada pada jumlah yang besar, karena harus memilah- milah jajaran kartu sesuai urutan indeksnya”.

Taylor (1992) yang dikutip oleh Hasugian (2009, 154) juga menjelaskan

bahwa:

“bentuk fisik katalog perpustakaan lainnya ialah katalog berbentuk mikro. Katalog berbentuk mik ro semakin terkenal sejalan dengan pengembangan

(21)

Katalog dan automasi perpustakaan semakin berkembang dari tahun ke

tahun, bukan hanya bentuk fisiknya saja, akan tetapi format dan sistem katalog

juga ikut berkembang. Hal ini dinyatakan oleh Hasugian (2009, 156) bahwa: “1. Tahun 1960-an dan Awal Tahun 1970-an. Pada tahun 1960-an, pengoperasian sistem komputer masih berada pada mode atau cara yang sangat bervariasi, sehingga kemungkinan melakukan penelusuran informasi dengan katalog terpasang (online) dianggap masih jauh dari kenyataan. Pada awal tahun 1970-an, sejumlah perpustakaan mulai menggunakan sistem komputer induk untuk mengembangkan sistem lokal. 2. Pertengahan Tahun 1970-an. Pada masa ini, komputer mulai digunakan untuk proses pengawasan sirkulasi di perpustakaan. Perkembangan pada masa ini juga ditandai dengan munculnya sistem kerjasama pengatalogan dan pemanfaatan bersama pada berbagai perpustakaan.

3. Akhir Tahun 1970-an dan Awal Tahun 1980-an. Pada era ini, penggunaan komputer mikro menjadi terkenal karena menyediakan fasilitas untuk melakukan akses secara terpasang (online) terhadap berbagai simpanan (file) dalam sistem sirkulasi. Perkembangan lain yang terjadi pada masa ini ialah penyediaan paket perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) atau turnkey system untuk perpustakaan oleh beberapa perusahaan. Munculnya sistem OPAC di sejumlah perpustakaan tertentu merupakan perkembangan utama yang terjadi dalam automasi perpustakaan sampai awal tahun 1980-an.

4. Pertengahan sampai Akhir Tahun 1980-an. Pada masa ini, perpustakaan yang menggunakan sistem OPAC semakin meningkat. Pemasok mulai menyediakan sistem yang terintegrasi (integrated system) untuk manajemen perpustakaan. Sistem OPAC menjadi sangat terkenal selama tahun 1980-an, sehingga banyak perpustakaan mulai meninggalkan katalog kartu dan beralih ke sistem OPAC. Sistem OPAC mulai dikembangkan berdasarkan kebutuhan pengguna sistem. Banyak perpustakaan atau institusi yang menyediakan anggaran, khusus untuk pengembangan sistem OPAC.

5. Tahun 1990-an. Pada tahun ini, terlihat perubahan besar pada sistem manajemen perpustakaan, dengan menawarkan kecenderungan dari sistem milik sendiri (proprietary systems) bergerak kearah sistem terbuka. Pemasok sistem mulai menawarkan produk sistem baru yang bisa dijalankan pada sejumlah perangkat keras. Arsitektur dari beberapa sistem yang baru ini, memisahkan perangkat lunak (software) menjadi client dan sever. Agar client dan sever dapat saling berhubungan tanpa hambatan, maka dalam protokol komunikasi antar client dan sever (client-server communication protocol) ditetapkan aturan-aturan yang digunakan untuk keperluan tersebut”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan

sistem OPAC dipengaruhi oleh artikel yang ditulis oleh Don Swanson yang

(22)

kebutuhan pengguna. Selain itu, perkembangan sistem OPAC semakin

berkembang pesat dari kurun waktu tertentu. Hal ini dikarenakan semakin

meningkatnya kebutuhan pengguna akan teknologi informasi sehingga

penggunaan katalog kartu atau katalog manual lainnya sudah tidak sesuai lagi

digunakan di perpustakaan. Oleh sebab itu, banyak perpustakaan yang beralih ke

katalog online atau OPAC. Kemudian sistem OPAC mulai dikembangkan

berdasarkan kebutuhan pengguna sistem sehingga sistem OPAC menjadi lebih

baik dari masa ke masa.

Kebutuhan akan informasi membuat pemustaka lebih menginginkan akses

yang lebih cepat ke sebuah perpustakaan untuk mencari informasi yang

dibutuhkan, hal ini menyebabkan OPAC dikembangkan lagi supaya bisa diakses

oleh pemustaka

Menurut Tharom (2001, 64) menyatakan bahwa:

“Web merupakan kumpulan dokumen–dokumen yang tersebar di mesin– mesin di internet. Dokumen ini biasa disebut page (halaman HTML). Tiap page mengandung link ke page yang lain di mesin yang lain di internet. Halaman web yang melakukan point ke halaman yang lain ini dinamakan menggunakan hypertext. String yang melakukan link ke halaman yang lain disebut dengan hyperlink)”.

Dalam layanan informasi perpustakaan, semula pemakai hanya dapat

menemukan informasi yang ada di perpustakaan tersebut secara manual,

kemudian berkembang dengan memanfaatkan komputer dan intranet dapat

ditelusur melalui OPAC, dan berkembang lagi dapat diakses melalui internet atau

yang sekarang dikenal dengan istilah Web 1.0. Dengan cara ini pemakai sudah banyak yang terpuaskan karena dapat dengan cepat menemukan informasi yang

mereka butuhkan.

Berbagai jenis program telah dikembangkan untuk penelusuran online ini.

Tetapi cara penelusuran informasi perpustakaan ini masih bersifat satu arah atau

one-way flow of information, yang hanya kita bisa baca tanpa bisa berkomentar. Perkembangan terbaru saat ini adalah munculnya konsep yang dapat memenuhi

syarat perpustakaan yang berorientasi pemakai. Konsep ini dikenal dengan nama

(23)

menampilkan bermacam-macam hal seperti photo, music, data, blog, Wikipedia, Facebook, Friendster, sampai dengan dunia virtual semacam “Second Life.”

Pemakai dapat „berkomukasi‟ dengan sistem, bekerjasama, dan saling melengkapi.

Perkembangan dari perpustakaan biasa atau „konvensional‟ ke perpustakaan elektronik dan kemudian ke perpustakaan digital sangat terkait

dengan perubahan karya-karya informasi dan perubahan layanan informasi, yang

pada akhirnya menuntut perubahan pekerjaaan pustakawan. Sistem pengelolaan

perpustakaan pun tentu saja juga berkembang, dari pemanfaatan program-program

yang bisa untuk automasi perpustakaan, dengan menampilkan kartu katalog perpustakaan, katalog „On-line’, yang dibuat oleh pustakawan, sampai pada sistem dimana pemakai dapat „memasukkan/ meng-entry‟ sendiri artikel/buku

yang mereka miliki dan membuat katalog sendiri.

Apabila layanan OPAC perpustakaan berkembang menjadi Web, maka pemustaka atau masyarakat akan lebih mudah lagi mendapatkan informasi yang

dibutuhkan di sebuah perpustakaan, karena pemustaka hanya perlu mengakses

situs Web sebuah perpustakaan dan mencari informasi yang dibutuhkan, sehingga pemustaka dapat menemukan informasi yang dibutuhkan dengan cepat tanpa

harus menyediakan waktu untuk melihat dan mencari langsung informasi yang

dibutuhkan ke perpustakaan.

2.1.4 Sistem Penelusuran

Sistem penelusuran sangat diperlukan dalam menelusuri informasi, supaya

pemustaka menjadi lebih mudah dalam mencari sebuah informasi, dan juga tidak

membuat pemustaka menjadi bingung dalam menentukan kata kunci apa yang

harus diketik untuk sebuah informasi tertentu yang dibutuhkan.

Menurut Hasugian (2004, 6) mengemukakan ada beberapa jenis

penelusuran yang dapat dilakukan melalui OPAC, yaitu :

(24)

2. Penelusuran kata kunci (keyword searching). Penelurusan dengan menggunakan kata kunci (keyword) tertentu sebagai query. Kata kunci bisa berubah menjadi istilah atau kata yang dirumuskan secara bebas atau kata/istilah baku/standar.

3. Penelusuran terbatas (limited searching). Penelusuran dengan melakukan pembatasan kepada ruas data tertentu, pembatasan

database tertentu, pembatasan tahun tertentu, pembatasan bahasa, negara, dan sebagainya.

OPAC menggunakan beberapa jenis penelusuran dalam mencari informasi

yang dibutuhkan oleh pengguna. Penelusuran yang ingin digunakan pengguna

berdasarkan pemahaman yang memudahkan dalam temu balik informasi.

Menurut Saleh (1996, 76) Teknik penelusuran OPAC terbagi dalam lima

bagian, yaitu :

a. Penelusuran dengan kamus istilah. Penelusuran menggunakan istilah yang sudah dibuat oleh CDS atau ISIS pada saat mengindeks suatu ruas atau sub ruas.

b. Penelusuran bebas. Pengguna bebas mengetikkan apa saja yang ingin dicari karena sistem ini merupakan pengganti katalog.

c. Penelusuran dengan ekspresi Boolean. Penelurusan dengan Boolean

ini memungkinkan pengguna untuk mendapatkan umpan balik informasi yang lebih tepa sesuai dengan apa yang diinginkan.

d. Penggunaan teknik ANY merupakan cara mengelompkkkan istilah yang dapat dipakai sebagai penelusuran.

e. Pemotongan istilah. Pemotongan istilah digunakan apabila akan menjaring seluruh kata yang ada dalam basis data yang diminta dalam bentuk query.

Teknik penelusuran OPAC harus memberikan ketentuan standar tentang

penelusuran informasi yang baik bagi pengguna. Informasi yang tersedia pada

Perpustakaan Perguruan Tinggi sesuai dengan kurikulum yang ada. Civitas

akademika terlibat langsung dalam perancangan teknik penelusuran OPAC.

Penelusuran dengan menggunakan OPAC dapat dilakukan dengan

berbagai cara. Menurut Rowley yang dikutip oleh Hasugian (2001, 55)

mengemukakan bahwa ada beberapa jenis penelusuran yang dapat dilakukan

melalui OPAC, yaitu:

1. Penelusuran dengan merawak (browser searching)

2. Penelusuran kata kunci (keyword searching) menggunakan satu kata atau lebih

(25)

5. Penelususran index-silang, misalnya menelusur lebih dari satu indeks dalam pernyataan penelusuran tunggal

6. Logika Boolean, didukung oleh operator AND, OR dan NOT.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa jenis penelusuran yang

dapat dilakukan melalui OPAC yaitu:

1. Penelusuran dengan merawak (browser searching)

Penelusuran dengan merawak (browser seraching) artinya menelusur katalog dengan cara memeriksa satu persatu cantuman yang ada pada katalog

perpustakaan tersebut. Penelusuran dengan cara merawak ini membutuhkan

banyak waktu, sebab pengguna harus melihat semua cantuman yang ada pada

katalog perpustakaan tersebut. Jadi, penelusuran dengan merawak ini kurang

efisisen digunakan oleh pengguna, akan tetapi hasil dari penelusuran ini sangat

akurat.

2. Penelusuran kata kunci (keyword searching)

Penelusuran dengan kata kunci (keyword searching) artinya menelusur

katalog dengan menggunakan kata kunci atau query. Kata kunci yang digunakan

berupa kata atau istilah yang dirumuskan secara bebas oleh pengguna untuk

mengekspresikan kebutuhannya, sehingga pengguna dapat secara bebas

memasukkan kata atau istilah yang sesuai dengan kebutuhannya ke dalam sistem.

Penelusuran dengan menggunakan teknik ini biasanya akan menghasilkan

panggilan dokumen (recall) yang tinggi sedangkan relevansi (precision) atau kesesuaiannya dengan kebutuhan pengguna cenderung rendah.

3. Penelusuran frase

Penelusuran frase artinya menelusur OPAC dengan memasukkan frase yang berisikan kata-kata yang tidak diindeks (stopwords) atau kata-kata umum (common words). Penelusuran dengan menggunakan teknik ini biasanya akan menghasilkan recall yang tinggi sementara precisionnya rendah sehingga hasil

dari penelusuran ini kurang efisien.

4. Penelususran indeks-silang

Penelususran indeks-silang yaitu melakukan penelusuran pada sistem

OPAC dengan menggunakan indeks-silang. Misalnya menelusur dengan lebih

(26)

5. Logika boolean

Penelusuran dengan logika boolean yaitu merumuskan query dengan beberapa istilah terlebih dahulu sebelum melakukan penelusuran ke sistem OPAC.

Penelusuran ini dapat menggunakan operator And, Or dan Not. Operator And

digunakan untuk mempersempit hasil pencarian agar lebih spesifik. Operator Or

digunakan untuk memperluas hasil pencarian termasuk sinonim dan istilah yang

terkait. Sedangkan operator Not digunakan untuk mengecualikan catatan yang tidak diinginkan dari hasil pencarian dan berguna untuk membedakan kata kunci

yang sama.

2.1.5. Prosedur Penggunaan

Dalam proses sistem temu balik informasi pemakai merupakan komponen

yang paling penting. Pada dasarnya pemakai memiliki kebutuhan, seperti data,

informasi, dan pengetahuan. Kemudian pemakai mencatat apa yang akan menjadi

kebutuhannya sebagai perwakilan untuk proses input dalam sistem. Pemakai tidak

hanya mencatat, selain itu juga menganalisa query yang sesuai atau relevan dengan kebutuhan pemakai. Setelah menyeleksi lakukan penelusuran informasi

dengan memasukkan kata kunci (keyword) pada mesin pencari atau OPAC. Penelusuran menggunakan alat temu balik atau sebuah mesin pencari seperti

OPAC, kemudian masukkan query atau keyword yang telah di analisa, sehingga terjadilah proses pemanggilan dalam sistem. Proses pemanggilan terjadi dan

menghasilkan sebuah hasil yang diinginkan pemakai, seperti daftar judul-judul

yang dicari pengguna dan disertai nama pengarang, subjek, nomor kelas, dan lain

sebagainya. Namun tidak selamanya hasil yang muncul relevan dengan kebutuhan

pengguna, maka dari itu pemakai mengevaluasi hasil yang telah ada sesuai dengan

kebutuhan nya dan sesuai dengan query yang telah ditentukan sebelumnya. Hasil tersebut tentu ada yang relevan dengan pemakai dan ada juga yang

tidak relevan dengan kebutuhan pemakai. Kemudian informasi yang relevan

tersebut kembali kepada pemakai pengguna dan informasi yang tidak relevan

(27)

Relevan Tidak Relevan

Gambar 2.1 Prosedur Penelusuran OPAC

Sistem penelusuran (searching) pada katalog online di Perpustakaan UNP terdapat 2 (dua) sitem pencarian, yaitu pencarian sederhana (simple search) dan pencarian kompleks (advanced search).Pencarian sederhana yaitu input deskripsi buku atau keyword yg disediakan seperti lokasi, ditampilkan, obyek cari dan judul buku, dan pencarian kompleks (advanced search) yaitu input deskripsi buku atau

keyword yang disediakan lebih lengkap, seperti lokasi, ditampilkan, obyek cari, judul, pengarang, subyek, penerbit dan mata kuliah. Sehingga pengguna dapat

lebih mudah mencari informasi dengan keyword yang simple maupun kompleks atau lengkap.

Teknik penelusuran menggunakan katalog perpustakaan ini biasanya

difokuskan untuk menemukan sebuah kode atau angka klasifikasi yang akan

menuntun pemakai ke dalam sumber informasi / koleksi perpustakaan yang

dibutuhkan. Pemakai akan diarahkan kepada jajaran koleksi perpustakaan.

Pemakai atau staf dapat menelusur melalui 3 entri penting yakni berdasarkan

judul, pengarang dan/atau subyek.

Penelusuran katalog menurut masing-masing jenisnya yaitu :

1. Katalog Pengarang

Apabila sebuah katalog entri utamanya adalah pengarang, maka seperti kita ketahui katalog pengarang disusun menurut abjad. Misalnya, nama pengarang Bafadal, maka dapat dicari kolom pengarang dengan cara mengetik Bafadal maka semua koleksi dengan nama Bafadal akan muncul.

Analisa Pencatatan

Kebutuhan Pengguna

Alat / Sumber Penelusuran

Hasil

(28)

2. Katalog Judul

Pada katalog judul yang menjadi entrinya adalah judul. Katalog judul. Katalog judul disusun berdasarkan abjad, judul yang telah diketahui, pemustaka bisa langsung mnegetik judul yang diinginkan, maka semua judul yang berhubungan akan muncul

3. Katalog Subjek

Katalog subjek disusun berdasarkan nomor klas dan cara penelusurannya yaitu, pemustaka mengetik nomor klas dari subjek buku. Misalnya pemustaka mengetahui nomor klas 300 dari subjek ilmu sosial, pemustaka bisa langsung mengetik pada subjek dengan urutan 300 (http://library.unisba.ac.id/katalog.htm, 10 mei 2014 : 23.00 WIB)

2.1.6. Kelebihan dan Kekurangan

OPAC adalah suatu sistem untuk membantu pemustaka dalam melakukan

pencarian informasi yang dikembangkan dari bentuk manual ke bentuk digital.

Perkembangan ini dikarenakan kebutuhan pemustaka akan informasi terus

meningkat dari waktu ke waktu. Akan tetapi, meskipun OPAC mempunyai

banyak kelebihan dari katalog manual, OPAC juga memiliki beberapa

kekurangan.

Kelebihan dan kekurangan OPAC dijelaskan oleh pendapat beberapa para

ahli, yaitu:

Menurut Hermanto (2007, 1) OPAC memiliki keuntungan, yaitu :

1. Penelusuran informasi dapat dilakukan secara cepat dan tepat.

2. Penelusuran dapat dilakukan di mana saja tidak harus datang ke perpustakaan dengancatatan sudah online ke internet.

3. Menghemat waktu dan tenaga.

4. Pengguna dapat mengetahui keberadaan koleksi dan status koleksi apakah sedang dipinjam atau tidak.

5. Pengguna mendapatkan peluang lebih banyak dalma menelusuri bahan pustaka.

Menurut Fatahi yang dikutip oleh Hasugian (2004, 9) menyatakan bahwa: “OPAC memiliki beberapa kelebihan dari katalog kartu yaitu sisi penelusuran mencakup interaksi (interaction), bantuan pengguna (user assistance), kepuasan pengguna (user satisfaction), kemampuan penelusuran (searching capabilities), keluaran dan tampilan (out and display), ketersediaan dan akses (availabilitu and access)”.

OPAC juga memiliki peluang kekurangan. Menurut Hermanto (2007, 1)

(29)

a. Belum semua bahan pustaka masuk ke data komputer sehingga pengguna mengalami kesulitan dalam melakukan penelusuran.

b. Tergantung aliran listrik, bila listrik mati maka kegiaan penelusuran bahan pustaka akan terganggu.

c. Kurangnya ketersediaan komputer terminal OPAC untuk menelusuri informasi yang dimiliki perpustakaan.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan OPAC di

perpustakaan memiliki banyak kelebihan, di antaranya: memudahkan pemustaka

mencari informasi koleksi dan menghemat waktu dan tenaga dalam melakukan

pencarian koleksi, dan beberapa kekurangan OPAC di UNP yaitu: sangat

tergantung dengan aliran listrik, kurangnya data koleksi yang dientri ke dalam

OPAC, dan kurangnya jumlah komputer pendukung untuk mengakses OPAC.

2.1.7 Manfaat OPAC

Penerapan sistem OPAC di perpustakaan memberikan beberapa manfaat

dalam melakukan pencarian informasi di perpustakaan. Kochtanek dan Matthews

(2002, 203) menyatakan bahwa:

Initially there were three main benefits that resulted when an OPAC was introduced into a library. These benefits included:

a. Reduced costs to provide a library catalog b. Improved access to the collection

c. Immediate access to location and status information”.

Pendapat di atas menjelaskan bahwa awalnya ada tiga manfaat utama

ketika sebuah OPAC diperkenalkan ke dalam perpustakaan, antara lain:

mengurangi biaya untuk menyediakan katalog perpustakaan, peningkatan akses ke

koleksi sehingga pengguna dapat menemukan koleksi perpustakaan dengan lebih

cepat, akses cepat ke lokasi sehingga pengguna tidak harus berkeliling

perpustakaan untuk mencari koleksi yang diinginkan karena pada OPAC dapat

diketahui lokasi dari suatu koleksi dan pengguna juga dapat mengetahui informasi

(30)

2.2. Sistem Temu Balik Informasi

2.2.1. Definisi Sistem Temu Balik Informasi

Sistem Temu Balik Informasi (Information Retrieval System - IRS) merupakan salah satu tipe sistem informasi yang berfungsi untuk menemukan

informasi yang relevan dengan kebutuhan pemakai. Salah satu hal yang perlu

diingat adalah bahwa informasi yang diproses terkandung dalam sebuah dokumen

yang bersifat tekstual. Dalam konteks ini, temu kembali informasi berkaitan

dengan representasi, penyimpanan, dan akses terhadap dokumen representasi

dokumen. Dokumen yang ditemukan tidak dapat dipastikan apakah relevan

dengan kebutuhan informasi pengguna yang dinyatakan dalam query.

Menurut Salton (1989) menyebutkan bahwa STBI suatu proses untuk

mengidentifikasi, mengenali dan memanggil dokumen tertentu dalam rangka

memberikan jawaban atas permintaan informasi.

Dari pendapat Salton diatas dapat disimpulkan bahwa, ”Terpanggilnya tidaknya suatu dokumen tergantung dengan kesamaan query dengan wakil dokumen”. Bebarapa para ahli juga memberikan pengertian tentang sistem temu balik informasi. Semua ini harus memudahkan pemakai sistem informasi untuk

memperoleh apa yang diinginkannya. Sementara itu, data retrieval memiliki lingkup yang sempit, yaitu bagaimana mencocokkan antara kata-kata terkandung

di sebuah dokumen dengan kata- kata yang digunakan seseorang dalam mencari

informasi

Beberapa pengertian diatas memberikan kesimpulan bahwa sistem temu

balik informasi adalah suatu proses temu balik atau penemuan kembali informasi

yang tersimpan dengan menggunakan sarana temu balik yaitu katalog manual

ataupun online dan dalam penelusuran menggunakan perwakilan dari suatu dokumen atau disebut juga dengan query agar dengan mudah menemukan informasi yang relevan dengan pengguna.

2.2.2 Komponen Sistem Temu Balik Informasi

Penelusuran informasi secara online adalah bahagian dari sistem temu balik informasi (information retrieval system). Penelusuran informasi secara

(31)

(retrieve) dokumen tertentu dari suatu simpanan (file) sebagai jawaban atas permintaan informasi. Dapat tidaknya suatu dokumen terpanggil dari suatu file

(situs) adalah tergantung pada kesamaan antara dokumen dengan query (Salton dalam Hasugian 1999). Permintaan informasi ke dalam sistem informasi

dirumuskan dalam bentuk query. Penelusuran secara online (terhubung dengan komputer lain) dapat dikategorikan atas dua bentuk yaitu intranet (terhubung

dengan komputer lain dalam jaringan lokal) dan internet (terhubung dengan

jaringan global atau internasional).

Layanan elektronik yang bersifat onlineintranet diperlukan infrastruktur berupa komputer server, komputer personal, jaringan lokal, software dan dokumen elektronik. Penelusuran dalam layanan elektronik secara online-internet diperlukan infrastruktur berupa komputer server, komputer personal, jaringan internet yang terhubung dengan jasa salah satu provider (Telkom, Indosat, dsb) dan dokumen elektronik.

Hasugian (2008, 14) menyatakan bahwa terdapat lima komponen dalam

sistem temu balik informasi, yaitu:

1. User (pengguna/pemakai). 2. Query atau keyword (kata kunci) 3. Dokumen.

4. Indeks.

5. Machine (Match Function).

Komponen penelusuran informasi ini harus ada pada katalog

Perpustakaan. Perpustakaan Perguruan Tinggi memerlukan komponen yang sesuai

dengan yang dibutuhkan pengguna dalam penelusuran informasi. Kata kunci

harus jelas diketikan pada sistem penelusuran OPAC.

2.3. Persepsi 2.3.1 Pengertian

Persepsi bisa diartikan juga dengan anggapan, pemikiran ataupun penilaian

terhadap sesuatu yang dilihat dan dirasakan. Pengertian persepsi yang dinyatakan

dalam buku Depdiknas (2003), yaitu:

(32)

seseorang terhadap objek persepsi tertentu yang dipengaruhi faktor internal, yakni perilaku yang berada di bawah kendali pribadi dan faktor eksternal, yakni perilaku yang dipengaruhi oleh situasi di luarnya”.

Sedangkan menurut Walgito (2002, 69) pengertian persepsi adalah:

“Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera namun proses itu tidak berhenti begitu saja melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi”.

Sementara itu Rakhmat (1998, 51) juga menyatakan bahwa “persepsi

adalahpengamatan tentang objek periwisata atau hubungan-hubungan yang

diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi juga

memberikan makna pada sensori stimuli”.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa persepsi merupakan suatu

penilaian atau kesan seseorang terhadap suatu objek yang dipengaruhi oleh faktor

internal dan eksternal.

2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Seseorang belum tentu mempunyai persepsi yang sama tentang suatu

objek yang sama. Perbedaan ini ditentukan bukan hanya pada stimulusnya sendiri,

tetapi juga pada latar belakang keadaan stimulus itu (Mahmud 1990, 41). Latar

belakang yang dimaksud mencakup pengalaman-pengalaman sensoris, perasaan

saat terjadinya suatu peristiwa, prasangka, keinginan, sikap, dan tujuan.

Arikunto dalam Ali (2004, 19), menyatakan bahwa persepsi dipengaruhi

faktor-faktor yaitu :

1. Ciri khas objek stimulus yang memberikan nilai bagi orang yang mempersiapkannya dan seberapa jauh objek tertentu dapat menyenangkan bagi seseorang

2. Faktor-faktor pribadi termasuk di dalamnya ciri khas individu, seperti taraf kecerdasan, minat, emosional dan lain sebagainya.

3. Faktor pengaruh kelompok, artinya respon orang lain di lingkungannya dapat memberikan arah kesuatu tingkah laku

(33)

Faktor eksternal pada perpustakaan antara lainnya) kerjasama antar

perpustakaan agar informasi-informasi tersebut dapat terseleksi dengan baik, b)

menyediakan informasi yang dapat mendukung perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi agar mahasiswa dapat bersaing di pasar kerja dalam negeri maupun

luar negeri.

Sedangkan faktor internal pada perpustakaan yaitu: a) koleksi, b) sumber

daya manusia, c) infrastruktur yang dapat mendukung layanan di perpustakaan

seperti OPAC, komputer, ruangan yang nyaman disertai dengan pendingin

ruangan (AC).

Dari uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa banyak faktor

yang mampu mempengaruhi persepsi seseorang yaitu faktor internal yang berasal

dari diri sendiri dan faktor eksternal yang berasal dari objek yang diperhatikan.

Proses pembentukan persepsi disini merupakan hal yang harus dibahas

dalam penelitian, karena merupakan langkah pertama untuk menentukan

bagaimana persepsi pengguna terhadap pemanfaatan layanan katalog online di

Perpustakaan UNP.

Adapun proses pembentukan persepsi menurut Walgito (2002, 71)

diuraikan sebagai berikut:

”Objek menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor, perlu dikemukakan antara objek dan stimulus itu menjadi satu misalnya dalam hal tekanan. Benda sebagai objek langsung mengenai kulit sehingga akan terasa tekanan tersebut. Proses stimulus mengenai alat indera ditreuskan oleh syaraf sensoris ke otak proses ini disebut sebagai proses psiologis. Kemudian terjadilah proses diotak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat dan apa yang didengar atau apa yang diraba. Proses yang terjadi diotak atau dalam pusat kesadaran ini yang disebut proses psikologis. Dengan demikian dapat dikemukakan terakhir dari proses persepsi ialah individu menyadari tentang misalnya : apa yang dilihat, apa yang didengardan apa yang diraba yaitu stimulus yang ditrima oleh alat indera, proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai macam bentuk.”

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa proses

pembentukan suatu persepsi melewati beberapa proses seperti penglihatan,

pendengaran dan perabaan melalui alat indera terhadap objek yang dijadikan

(34)

Persepsi pemustaka terhadap layanan OPAC di UNP adalah suatu

pandangan, penilaian maupun kesan pemustaka ketika melakukan pencarian

informasi menggunakan OPAC yang disediakan oleh perpustakaan. Pemustaka

dapat menilai dan mendapatkan kesan setelah menggunakan OPAC dengan segala

kelebihan dan kekurangannya.

Pemustaka akan memberikan sebuah respon terhadap penerapan OPAC

apabila pemustaka tersebut menggunakan dan memanfaatkan OPAC yang

disediakan oleh pihak perpustakaan, persepsi muncul apabila pemustaka

mendapatkan manfaat atau tidak dalam mencari informasi yang dibutuhkan

(35)

Pilihan Sangat Setuju (SS) bobot 5

Pilihan Setuju (S) bobot 4

Pilihan Kuramg Setuju (KS) bobot 3

Pilihan Tidak Setuju (TS) bobot 2

Pilihan SangatTidak Setuju (STS) bobot 1

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data penelitian digunakan teknik pengumpulan

data, sebagai berikut:

1. Kuisioner, yaitu pengumpulan data dengan cara memberikan daftar

pernyataan untuk diisi oleh responden.

2. Studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan data melalui berbagai literatur

dan dokumen lain yang berkaitan dengan masalah penelitian.

3.6 Kisi-kisi Kuesioner

Pada penelitian ini penulis menggunakan kuesioner. Kuesioner disusun

berdasarkan kisi-kisi kuesioner sebagai berikut:

Tabel 3.1 kisi-kisi kuesioner

Variabel Indikator Item Jumlah

Layanan

OPAC

Hasil Penelusuran OPAC 1, 2, 3, 4, 5, 6 6

Manfaat OPAC 7, 8, 9, 10, 11, 12,

13, 14

8

Prosedur Penggunaan OPAC 15, 16, 17, 18 4

JUMLAH 18

3.7 Analisis Data

Proses analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menelaah dan

mempelajari seluruh data yang terkumpul dirangkum menjadi intisari yang terjaga

kebenarannya. Bogdan dalam Sugiyono (2012, 332) menyatakan bahwa analisis

data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh

dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga mudah

(36)

ditabulasi dengan menyusun ke dalam tabel kemudian dihitung persentasenya

untuk selanjutnya dianalisis dan di interpretasikan. Untuk menghitung persentase

jawaban yang diberikan responden digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

P = Persentase

f = Jumlah jawaban yang diperoleh N = Jumlah Responden

Untuk menafsirkan besarnya persentase yang didapatkan dari tabulasi

data, maka digunakanlah metode penafsiran yang dikemukakan oleh Supardi

(1979: 20) sebagai berikut:

1- 25% Sebagian kecil

26- 49% Hampir setengah

50% Setengah

51-75% Sebagian besar

76-99% Pada umumnya

(37)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Layanan OPAC Berdasarkan Persepsi Pemustaka di Perpustakaan UNP

Pada bab ini diuraikan hasil dan pembahasan penelitian yang didasarkan

atas perolehan data dari responden. Interpretasi pada data dianalisis secara

deskriptif, yaitu mengungkap kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil

analisis data.

4.3 Hasil Penelusuran OPAC

Tabel 4.1 Katalog online (OPAC) yang tersedia di Perpustakaan UNP dapat membantu anda dalam penelusuran koleksi.

No Pertanyaan Pilihan Jawaban

Jawaban

responden yang menyatakan OPAC yang tersedia di Perpustakaan UNP dapat

membantu anda dalam penelusuran koleksi sebanyak 36 responden (36%)

menyatakan sangat setuju, selanjutnya 47 responden (47%) menyatakan setuju, 10

responden (10%) menyatakan kurang setuju, 6 responden (6%) menyatakan tidak

setuju, dan 1 responden (1%) menyatakan sangat tidak setuju.

Berdasarkan data di atas dapat dianalisis, bahwakatalog online (OPAC) yang

tersedia di Perpustakaan UNP dapat membantu anda dalam penelusuran koleksi

sudah dikategorikan baik dikarenakan hampir setengah responden menyatakan

sangat setuju dan setuju bahwa katalog online (OPAC) yang tersedia di

Perpustakaan UNP dapat membantu anda dalam penelusuran koleksi., walaupun

(38)

bahkan tidak setuju dengan hal di atas. Pihak perpustakaan harusnya

mempertahankan bahkan meningkatkan kemampuan OPAC untuk membantu

pemustaka dalam melakukan penelusuran koleksi.

Tabel 4.2 Proses penelusuran informasi dengan menggunakan OPAC mudah dipahami karena tampilan deskripsinya familiar dan didisain sesuai dengan kebutuhan anda.

No Pertanyaan Pilihan Jawaban

Jawaban

responden yang menyatakan penelusuran OPAC mudah dipahami sebanyak 32

responden (32%) menyatakan sangat setuju, selanjutnya 40 responden (40%)

menyatakan setuju, 24 responden (24%) menyatakan kurang setuju, 4 responden

(4%) menyatakan tidak setuju, dan 0 responden (0%) menyatakan sangat tidak

setuju.

Berdasarkan data di atas dapat dianalisis, bahwa proses penelusuran

informasi dengan menggunakan OPAC mudah dipahami karena tampilan

deskripsinya familiar dan didisain sesuai dengan kebutuhan anda sudah

dikategorikan baik dikarenakan sebagian besar responden menyatakan sangat

setuju dan setuju bahwa proses penelusuran informasi dengan menggunakan

OPAC mudah dipahami karena tampilan deskripsinya familiar dan didisain sesuai

dengan kebutuhan anda., walaupun pada kenyataannya masih ada beberapa

responden yang menyatakan kurang setuju bahkan tidak setuju dengan hal di atas.

(39)

meningkatkan kemampuan OPAC agar lebih mudah dipahami tampilan

deskripsinya dan disain sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Tabel 4.3 Jika anda akan menelusur koleksi perpustakaan, maka anda menggunakan sarana penelusuran OPAC sebelum menelusur langsung ke rak

No Pertanyaan Pilihan Jawaban

Jawaban

jumlah responden yang menyatakan menggunakan OPAC sebelum menuju rak

sebanyak 36 responden (36%) menyatakan sangat setuju, selanjutnya 46

responden (46%) menyatakan setuju, 7 responden (7%) menyatakan kurang

setuju, 11 responden (11%) menyatakan tidak setuju, dan 0 responden (0%)

menyatakan sangat tidak setuju.

Berdasarkan data di atas dapat dianalisis, bahwa pemustaka dalam menelusur

koleksi perpustakaan, pemustaka menggunakan sarana penelusuran OPAC

sebelum menelusur langsung ke rak sudah dikategorikan baik dikarenakan

sebagian besar responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa dalam

menelusur koleksi perpustakaan, pemustaka akan menggunakan sarana

penelusuran OPAC sebelum menelusur langsung ke rak, walaupun pada

kenyataannya masih ada beberapa responden yang menyatakan kurang setuju

bahkan tidak setuju dengan hal di atas. Dengan demikian pihak perpustakaan

harusnya lebih memperhatikan pemustakanya agar dalam menelusur koleksi

hendaknya pemustaka menggunakan layanan opac agar koleksi yang diingikan

(40)

Tabel 4.4 OPAC yang sudah terintegrasi (terhubung) dengan sistem sirkulasi, dapat membantu untuk mengetahui apakah suatu koleksi sedang dipinjam atau tidak.

No Pertanyaan Pilihan Jawaban

Jawaban

jumlah responden yang menyatakan OPAC yang sudah terintegrasi (terhubung)

dengan sistem sirkulasi, dapat membantu untuk mengetahui apakah suatu koleksi

sedang dipinjam atau tidak sebanyak 19 responden (19%) menyatakan sangat

setuju, selanjutnya 42 responden (42%) menyatakan setuju, 25 responden (25%)

menyatakan kurang setuju, 10 responden (10%) menyatakan tidak setuju, dan 4

responden (4%) menyatakan sangat tidak setuju.

Berdasarkan data di atas dapat dianalisis, bahwa OPAC yang sudah

terintegrasi (terhubung) dengan sistem sirkulasi, dapat membantu untuk

mengetahui apakah suatu koleksi sedang dipinjam atau tidak sudah dikategorikan

baik dikarenakan sebagian besar responden menyatakan sangat setuju dan setuju

bahwa OPAC yang sudah terintegrasi (terhubung) dengan sistem sirkulasi, dapat

membantu untuk mengetahui apakah suatu koleksi sedang dipinjam atau tidak,

walaupun pada kenyataannya masih ada beberapa responden yang menyatakan

kurang setuju, tidak setuju bahkan sangat tidak setuju dengan hal di atas. Dengan

demikian pihak perpustakaan harusnya mempertahankan bahkan meningkatkan

OPAC yang sudah terintegrasi (terhubung) dengan sistem sirkulasi, agar dapat

membantu pemustaka untuk mengetahui apakah suatu koleksi sedang dipinjam

(41)

Tabel 4.5 Melalui OPAC, anda mendapatkan informasi yang dibutuhkan di perpustakaan

No Pertanyaan Pilihan Jawaban

Jawaban

jumlah responden yang menyatakan melalui OPAC, anda mendapatkan informasi

yang dibutuhkan di perpustakaan sebanyak 30 responden (30%) menyatakan

sangat setuju, selanjutnya 46 responden (46%) menyatakan setuju, 20 responden

(20%) menyatakan kurang setuju, 1 responden (1%) menyatakan tidak setuju, dan

3 responden (3%) menyatakan sangat tidak setuju.

Berdasarkan data di atas dapat dianalisis, bahwa Melalui OPAC, anda

mendapatkan informasi yang dibutuhkan di perpustakaan sudah dikategorikan

baik dikarenakan sebagian besar responden menyatakan sangat setuju dan setuju

bahwa Melalui OPAC, anda mendapatkan informasi yang dibutuhkan di

perpustakaan, walaupun pada kenyataannya masih ada beberapa responden yang

menyatakan kurang setuju, tidak setuju bahkan sangat tidak setuju dengan hal di

atas. Dengan demikian pihak perpustakaan harusnya lebih memperhatikan

layanan OPAC yang ada di perpustakaan agar pemustaka lebih memanfaatkan

layanan yang tersedia di perpustakaan dikarenakan dengan menggunakan layanan

opac sistem pencarian koleksi yang dibutuhkan akan di dapat dengan lebih

(42)

Tabel 4.6 Data di OPAC relevan dengan koleksi di rak

No Pertanyaan Pilihan Jawaban

Jawaban Responden

F %

6

Data di OPAC relevan dengan koleksi di rak

Sangat Setuju 16 16

Setuju 37 37

Kurang Setuju 32 32

Tidak Setuju 10 10

Sangat Tidak Setuju 5 5

Jumlah 100 100%

Berdasarkan data yang ada pada Tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa

jumlah responden yang menyatakan data di OPAC relevan dengan koleksi di rak

sebanyak 16 responden (16%) menyatakan sangat setuju, selanjutnya 37

responden (37%) menyatakan setuju, 32 responden (32%) menyatakan kurang

setuju, 10 responden (10%) menyatakan tidak setuju, dan 5 responden (5%)

menyatakan sangat tidak setuju.

Berdasarkan data di atas dapat dianalisis, bahwa data di OPAC relevan

dengan koleksi di rak sudah dikategorikan baik dikarenakan sebagian besar

responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa data di OPAC relevan

dengan koleksi di rak, walaupun pada kenyataannya masih ada beberapa

responden yang menyatakan kurang setuju, tidak setuju bahkan sangat tidak setuju

dengan hal di atas. Dengan demikian pihak perpustakaan harusnya

mempertahankan bahkan meningkatkan kemampuan pustakawanya dalam

mengentri koleksi yang ada di perpustakaan, agar koleksi yang ada di

Gambar

Gambar 2.1 Prosedur Penelusuran OPAC
Tabel 3.1 kisi-kisi kuesioner
Tabel 4.1 Katalog online (OPAC) yang tersedia di Perpustakaan UNP dapat membantu anda dalam penelusuran koleksi
Tabel 4.2 Proses penelusuran informasi dengan menggunakan OPAC mudah  dipahami karena tampilan deskripsinya familiar dan didisain sesuai dengan kebutuhan anda
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari data yang terlihat pada Grafik 12 lebih dari setengah responden yaitu 20 (72%) tidak setuju jika layanan berbasis teknologi RFID di Pusat Layanan Perpustakaan

Berhubungan dengan Pemustaka terbantu dalam fitur pencarian spesifik pada OPAC SLiMS di Perpustakaan Universitas Bosowa 45 Makassar, maka diperoleh data sebagai berikut

Data tersebut menunjukkan bahwa kecenderungan jawaban dari setiap responden menyatakan bahwa persepsi pemustaka terhadap keberadaan gedung di UPT Perpustakaan

Berdasarkan data di atas dapat diinterpretasikan bahwa hampir setengah yaitu 47% pemustaka pada Dinas Perpustakaan Kota Binjai menyatakan setuju staf pelayanan

Pembahasan hasil penelitian ini dibagi menjadi 3 (tiga) pokok bahasan, yaitu perilaku pencarian informasi pemustaka perpustakaan UKMC, kendala yang dihadapi ketika

Pencarian informasi siswa di perpustakaan antara lain: (a) siswa sebagian besar mencari informasi di perpustakaan; (b) siswa cenderung mencari melalui internet

Hal ini terlihat dari jawaban angket yang menyatakan 30,1% (sebagian kecil) responden menyatakan setuju dengan visi dan misi UPT Perpustakaan Universitas Syiah

a b c Gambar 6 Kategori Pencarian Informasi pada Mode Advanced Search Pada pencarian dokumen yang telah dilakukan pada OPAC Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menggunakan