• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penambahan Serat Kaca dan Serat Polipropilen Terhadap Kekuatan Impak dan Transversal Pada Bahan Basis Gigi tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Penambahan Serat Kaca dan Serat Polipropilen Terhadap Kekuatan Impak dan Transversal Pada Bahan Basis Gigi tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

DAN TRANSVERSAL PADA BAHAN BASIS

GIGITIRUAN RESIN AKRILIK

POLIMERISASI PANAS

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh: NURUL RAHMY

NIM: 100600157

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Tahun 2014

Nurul Rahmy

Pengaruh Penambahan Serat Kaca dan Serat Polipropilen Terhadap Kekuatan Impak Dan Transversal Pada Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas

xiii + 66 Halaman

(3)

dapat disimpulkan bahwa penambahan serat kaca 0,7% dan serat polipropilen 0,7% pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas memberikan peningkatan kekuatan impak dan transversal sehingga basis gigitiruan yang dihasilkan menjadi lebih kuat dan tidak mudah patah.

(4)

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji

Medan, 14 Mei 2014

Pembimbing Tanda tangan

(5)

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 14 Mei 2014

TIM PENGUJI

KETUA : M. Zulkarnain, drg., M.Kes

ANGGOTA : 1. Dwi Tjahyaning Putranti, drg., MS 2. Ariyani, drg., MDSc

(6)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada buya dan umi tercinta, Abdurrahman, S.H., M.Hum. dan Rr. Iswahyuningsih, S.H. yang telah begitu banyak memberikan pengorbanan untuk membesarkan, mendidik, memberikan kasih sayang, cinta, bimbingan dan semangat yang tidak akan terbalaskan. Ucapan terima kasih juga untuk abang tercinta, yaitu Delfakhri Heryawan, S.E. dan adik-adik yaitu Raudhatussyifa ‘Ayuni, Nur Aya Sofia, dan M. Alif Raihan yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis.

Dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, pengarahan, saran dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dwi Tjahyaning Putranti, drg., MS selaku pembimbing, sekaligus selaku Pembantu Dekan II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan perhatian, pengarahan dan dorongan semangat, serta meluangkan waktu, tenaga, pemikiran dan kesabaran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

(7)

5. M. Zulkarnain, drg., M.Kes selaku ketua tim penguji skripsi, sekaligus Pembantu Dekan I Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara telah memberikan banyak saran dan masukan yang berguna dalam penelitian dan penulisan skripsi ini.

6. Ariyani, drg., MDSc dan Putri Welda Utami Ritonga, drg., MDSc selaku anggota tim penguji skripsi penulis atas segala masukan, saran dan dukungan semangat yang sangat bermanfaat dalam penulisan skripsi ini.

7. Rehulina Ginting, drg. selaku penasehat akademik yang memberikan bimbingan kepada penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

8. Prof. Ismet Danial Nasution, drg., Ph.D., Sp.Pros(K), Eddy Dahar, drg., M.Kes, Ricca Chairunnisa, drg., Sp.Pros., Siti Wahyuni, drg., Ika Andryas, drg., Hubban Nst, drg. selaku staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara di Departemen Prostodonsia atas masukan, saran dan dukungan semangat yang sangat bermanfaat dalam penulisan skripsi ini.

9. Seluruh pegawai di Departemen Prostodonsia serta karyawan di Unit Usaha Jasa dan Industri Laboratorium Dental Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas bantuan yang diberikan kepada penulis selama melakukan penelitian.

10. Maya Fitria, SKM., M.Kes dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara atas bantuannya dalam analisis statistik.

11. Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc., M.Phil. selaku Kepala Laboratorium Penelitian Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara

(8)

Fransisca, Winnie Neormansyah, Loo Qai Jack, Sunny Chailes, Fany Yunita, Dendy Dwi Rizki, Dresiani Mareti, Vincent Gomulia, Indah, Ferianny Prima, Haifa Izzatur, Khairina Atyqa, Gustriani, Vicky dan para senior PPDGS prostodonsia atas dukungan dan bantuannya selama pengerjaan skripsi .

14. Teman-teman terdekat, Gebby Gabrina, Blisa Novertasari, dan Ghina Addina telah memberikan semangat, perhatian dan kasih sayang selama penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, karena itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan selama penulis melaksanakan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu, masyarakat dan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Medan, 14 Mei 2014 Penulis,

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ...

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

(10)

2.2.4 Sifat Resin Akrilik Polimerisasi Panas ... 14

2.4.5 Mekanisme Peningkatan Kekuatan Impak dan Transversal dengan Penambahan Serat

2.5.5 Mekanisme Peningkatan Kekuatan Impak dan Transversal dengan Penambahan Serat

3.3 Variabel dan Defenisi Operasional Penelitian ... 33

3.3.1 Klasifikasi Variabel ... 33

3.3.1.1 Variabel Bebas ... 33

(11)

3.3.1.3 Variabel Terkendali ... 34

3.6.3 Pengukuran Kekuatan Transversal ... 43

3.7 Kerangka Operasional ... 44

3.8 Analisis Data ... 45

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Kekuatan Impak dan Transversal Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas tanpa Penambahan Serat, dengan Penambahan Serat Kaca, dan Serat Poliprpopilen ... 46

4.2 Pengaruh Penambahan Serat Kaca 0,7% Terhadap Kekuatan Impak dan Transversal Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas ... 48

4.3 Pengaruh Penambahan Serat Polipropilen 0,7% Terhadap Kekuatan Impak dan Transversal Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas ... 49

BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Metodologi Penelitian ... 52

5.2 Hasil Penelitian ... 52

5.2.1 Kekuatan Impak dan Transversal Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Tanpa Penambahan Serat, dengan Penambahan Serat Kaca dan Serat Polipropilen ... 52

5.2.2 Pengaruh Penambahan Serat Kaca 0,7% Terhadap Kekuatan Impak dan Transversal Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas ... 56 5.2.3 Pengaruh Penambahan Serat Polipropilen 0,7%

(12)

Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas .. 58 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 61 6.2 Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Defenisi Operasional Variabel Bebas ... 34

2 Defenisi Operasional Variabel Terikat ... 35

3 Defenisi Operasional Variabel Terkendali ... 35

4 Kekuatan impak bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat, dengan penambahan serat kaca,

dan dengan penambahan serat polipropilen ... 46

5 Kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat, dengan penambahan

serat kaca, dan dengan penambahan serat polipropilen ... 47

6 Hasil uji t-independen pada kekuatan impak bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat dan

dengan penambahan serat kaca 0,7% ... 48

7 Hasil uji t-independen pada kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat

dan dengan penambahan serat kaca 0,7%... 49

8 Hasil uji t-independen pada kekuatan impak bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat dan

dengan penambahan serat polipropilen ... 0,7% 50

9 Hasil uji t-independen pada kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Serat kaca bentuk batang ... 21

2 Serat kaca bentuk anyaman ... 22

3 Serat kaca bentuk potongan kecil ... 23

4 Struktur kimia polipropilen ... 25

5 Serat polipropilen bentuk potongan kecil ... 27

6 Ukuran batang uji kekuatan impak ... 32

7 Ukuran batang uji kekuatan transversal ... 32

8 Vibrator (Pulsar 2 Filli Manfredi, Italia) ... 40

9 Mold yang tercetak pada kuvet bawah ... 41

10 Waterbath (Filli Manfredi, Italia)... 42

11 Sampel yang telah dihaluskan dengan kertas pasir ... 42

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Analisis statistik

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Basis gigitiruan adalah bagian dari suatu gigitiruan yang bersandar pada jaringan pendukung dan tempat anasir gigitiruan dilekatkan. Basis gigitiruan digunakan untuk membentuk bagian dari gigitiruan baik yang bersandar di atas tulang yang ditutupi dengan jaringan lunak dan merupakan tempat anasir gigitiruan dilekatkan. Bahan yang digunakan untuk pembuatan basis gigitiruan terbagi atas dua yaitu logam dan non-logam.1

Bahan logam yang digunakan sebagai basis gigitiruan pada umumnya berupa aluminium kobalt, logam emas, aluminium dan stainless steel. Meskipun bahan logam memiliki kekuatan yang baik, tahan terhadap fraktur dan abrasi, tetapi bahan ini mempunyai kelemahan seperti pembuatannya memerlukan biaya yang mahal serta estetis yang kurang. Sampai saat ini yang paling sering digunakan adalah basis gigitiruan yang terbuat dari bahan non logam terutama polimer karena polimer mudah didapat, memiliki kestabilan dimensi, mudah dimanipulasi, warnanya stabil, memiliki estetik yang baik dan biokompatibel.2 Berdasarkan reaksi termalnya, basis gigitiruan non logam dibagi menjadi dua jenis, yaitu termoplastik dan termoset. Bahan basis polimer yang paling umum digunakan untuk membuat basis gigitiruan adalah resin akrilik atau polimetil metakrilat.1,3

Jenis resin akrilik yang dipakai untuk pembuatan basis gigitiruan adalah resin akrilik polimerisasi panas. Resin akrilik polimerisasi panas atau disebut juga dengan

(17)

ini memiliki beberapa kekurangan seperti sifat mekanisnya yang rendah. Sifat mekanis yang dimiliki oleh bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas adalah kekuatan impak, kekuatan transversal dan kekuatan fatigue. Kekuatan impak dan transversal yang rendah dapat menyebabkan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas mudah patah. Patahnya basis gigitiruan dapat terjadi saat pemakaian di dalam ataupun di luar mulut. Patah yang terjadi di dalam mulut misalnya disebabkan oleh karena fatigue atau tekanan kunyah yang tidak merata. Sedangkan patah yang terjadi di luar mulut misalnya disebabkan oleh jatuh secara tiba- tiba dan terbentur di permukaan yang keras.4-6

Pendekatan yang dilakukan untuk meningkatkan sifat mekanis bahan resin akrilik polimerisasi panas agar lebih tahan terhadap fraktur diantaranya dengan menambahkan bahan penguat dapat berupa kimia, logam dan serat.4 Beberapa hasil penelitian menemukan bahwa salah satu cara untuk meningkatkan kekuatan impak dan transversal dari bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yaitu dengan mencampurkan serat penguat pada basis gigitiruan tersebut. Beberapa serat yang dapat ditambahkan ke dalam resin akrilik adalah serat karbon, serat aramid, serat nilon, serat kaca, serat polipropilen, serat poliester dan serat polietilen.4-8

(18)

memiliki kekuatan yang relatif rendah bila dibandingkan dengan serat penguat lain.12 Berdasarkan bentuknya, serat kaca dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu batang, anyaman, dan potongan kecil.6,8

Goguta L. dkk, (2006) dalam penelitiannya menyatakan bahwa terjadi peningkatan kekuatan impak pada resin akrilik polimerisasi panas yang ditambah serat kaca bentuk batang dan anyaman.13 Mahalistiyani R (2006) dalam penelitiannya menyatakan bahwa terjadi peningkatan kekuatan transversal pada resin akrilik polimerisasi panas yang ditambah serat kaca dibanding kelompok resin akrilik polimerisasi panas yang tidak ditambah serat kaca.14 Unalan F. dkk, (2010) dalam penelitiannya menyatakan peningkatan kekuatan transversal yang paling signifikan pada resin akrilik polimerisasi panas terjadi pada resin akrilik polimerisasi panas yang ditambah dengan serat kaca bentuk potongan kecil.12 Penelitian yang dilakukan oleh Watri D (2010) pada resin akrilik polimerisasi panas yang ditambah serat kaca bentuk potongan kecil dengan konsentrasi 1%, 1,5%, dan 2% menyatakan bahwa peningkatan kekuatan impak dan transversal yang seimbang diperoleh dari resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca 1%. Sedangkan penambahan serat kaca dengan konsentrasi 2% dapat menyebabkan penurunan kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.15 Jaber MA (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa terjadi peningkatan kekuatan impak pada kelompok resin akrilik polimerisasi panas yang ditambah serat kaca potongan kecil ukuran 6 mm dengan konsentrasi 0,7% dibandingan dengan kelompok resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat kaca.16 Sitorus Z dan Dahar E (2012) dalam penelitiannya yang menggunakan resin akrilik polimerisasi panas yang ditambah serat kaca potongan kecil ukuran 4 mm, 6 mm, dan 8 mm mendapatkan adanya peningkatan kekuatan impak yang signifikan apabila dibandingkan dengan kelompok resin akrilik polimerisasi panas yang tidak ditambah serat kaca. Kekuatan impak terbesar didapatkan pada kelompok resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca berukuran 8 mm.8

(19)

yang lurus dan panjang serta gaya intramolekul yang sangat kuat sehingga sifat mekanis serat ini cukup tinggi sehingga dapat meningkatkan kekuatan impak dan transversal basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. 5,17 Serat polipropilen memiliki beberapa kelebihan, diantaranya lebih ringan dibanding serat kaca, tidak rapuh, tahan terhadap air, tahan abrasi, bahan kimia, biokompatibel, dan memiliki kekuatan yang lebih tinggi dibanding serat kaca karena memiliki ikatan intramolekul yang sangat kuat dan derajat kristalisasi yang tinggi.5,14 Biokompatibilitas serat polipropilen juga sudah terbukti. Serat polipropilen banyak digunakan dalam operasi untuk penutupan luka abdominal dan telah digunakan pada bedah maksilofasial untuk rekonstruksi dinding orbital.5 Selain itu, serat polipropilen juga digunakan untuk katup jantung buatan.18 Kumar S. (2005) melakukan penelitian kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas yang ditambahkan serat polipropilen dengan konsentrasi 1% dan 2%. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa tidak terdapat peningkatan kekuatan transversal yang signifikan pada kelompok resin akrilik polimerisasi panas yang ditambah serat polipropilen dengan konsentrasi 1% dibandingkan kelompok tanpa penambahan serat polipropilen, sedangkan terjadi penurunan kekuatan transversal pada kelompok resin akrilik polimerisasi panas yang ditambah serat polipropilen dengan konsentrasi 2%.6 Penelitian yang dilakukan Mowade, dkk (2012) yang menggunakan resin akrilik polimerisasi panas yang ditambah serat polipropilen potongan kecil mendapatkan adanya peningkatan kekuatan impak.5

(20)

gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas sehingga akan diharapkan terjadi peningkatan sifat mekanis bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas, yaitu peningkatan kekuatan impak dan kekuatan transversalnya.

1.2 Permasalahan

(21)

1.3 Rumusan Masalah

1. Berapa besar kekuatan impak dan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat, dengan penambahan serat kaca, dan penambahan serat polipropilen.

2. Apakah ada pengaruh penambahan serat kaca 0,7% terhadap kekuatan impak dan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.

3. Apakah ada pengaruh penambahan serat polipropilen 0,7% terhadap kekuatan impak dan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kekuatan impak dan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat, dengan penambahan serat kaca, dan penambahan serat polipropilen.

2. Untuk mengetahui pengaruh penambahan serat kaca 0,7% terhadap kekuatan impak dan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.

3. Untuk mengetahui pengaruh penambahan serat polipropilen 0,7% terhadap kekuatan impak dan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

a. Sebagai bahan masukan tentang kekuatan impak dan transversal dari resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca dan serat polipropilen.

b. Sebagai bahan masukan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai bahan penguat serat kaca dan serat polipropilen.

(22)

1.5.2 Manfaat Praktis

(23)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Basis Gigitiruan 2.1.1 Pengertian

Basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak dan merupakan tempat melekatnya anasir gigitiruan.1 Basis gigitiruan memperoleh dukungan dari mukosa rongga mulut pada daerah yang tidak bergigi. Basis gigitiruan berfungsi untuk tempat melekatnya anasir gigitiruan yang akan mengembalikan fungsi pengunyahan.2 Berbagai macam bahan telah digunakan dalam pembuatan basis gigitiruan seperti kayu, tulang, ivory, keramik, logam, dan berbagai polimer telah diaplikasikan untuk basis gigitiruan. Perkembangan yang pesat dalam basis gigitiruan menyebabkan terjadinya peralihan dari penggunaan bahan alami menjadi resin sintetis dalam pembuatan basis gigitiruan.

2.1.2 Persyaratan

Bahan basis gigitiruan harus memenuhi persyaratan agar layak digunakan. Syarat- syarat bahan basis gigitiruan yang ideal adalah: 3,19

1. Tidak toksik dan tidak mengiritasi

2. Memiliki permukaan halus, keras, dan kilat

3. Memiliki estetis yang baik. Basis gigitiruan sebaiknya transparan, mudah diberi warna dan memiliki warna yang permanen

4. Tidak larut dalam saliva dan tidak mengabsorbsi saliva

5. Memiliki termal konduksi yang baik dan penghantar termal yang baik 6. Mudah direparasi bila patah

7. Tidak mudah abrasi sehingga basis gigitiruan tetap memiliki bentuk yang baik walaupun telah dipakai dalam jangka waktu yang lama

(24)

9. Mudah dibersihkan baik secara mekanis ataupun kemis 10. Harga terjangkau

2.1.3 Bahan Basis Gigitiruan

Bahan yang digunakan dalam pembuatan basis gigitiruan terbagi atas dua yaitu logam dan non logam.1

2.1.3.1 Logam

Pada umumnya logam yang digunakan sebagai bahan basis gigitiruan adalah campuran dari dua jenis logam atau lebih. Logam yang dihasilkan dari pencampuran ini disebut dengan aloi. Aloi yang sering digunakan adalah kobalt, logam emas, aluminium dan stainless steel .1,19

Basis logam ini memiliki keuntungan dan kerugian. Adapun keuntungannya adalah sangat kaku, memiliki konduktivitas termal yang tinggi. Basis ini dapat menyerap substansi panas dan meningkatkan persepsi termal sehingga pasien masih bisa merasakan temperatur makanan, memiliki bentuk yang stabil, resisten terhadap abrasi, memiliki poreus yang lebih sedikit daripada resin, akumulasi makanan, plak, dan kalkulus lebih sedikit, dan mudah dibersihkan. Kekurangan basis gigitiruan logam adalah basis ini lebih sulit beradaptasi dengan jaringan lunak apabila dibandingkan dengan resin, basis sulit direparasi atau reline apabila basis patah, dan kurang estetis.20

2.1.3.2 Non Logam

Bahan basis non logam umumnya terbuat dari bahan polimer. Berdasarkan reaksi termalnya, basis gigitiruan non logam dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu termoplastik dan termoset.

(25)

Sebaliknya, apabila temperatur diturunkan, akan terbentuk ikatan kembali dan polimer akan mengeras. Proses ini terjadi secara reversible. Bahan termoplastik biasanya larut dalam pelarut organik. Contoh termoplastik adalah polivinil klorida dan nilon termoplastik.3,21

Polimer termoset akan mengeras secara permanen ketika dipanaskan dan tidak akan melunak kembali jika dipanaskan dengan suhu yang sama selama proses perubahan kimianya. Bahan ini mempunyai agen cross-linked, oleh karena itu tidak dapat larut dalam pelarut organik. Polimer termoset biasanya memiliki ketahanan terhadap abrasi terbaik dan memiliki dimensi yang sangat stabil dibandingkan dengan polimer termoplastik. Contoh termoset adalah resin akrilik (cross-linked

polimetilmetakrilat).3,21

2.1.4 Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik

Tahun 1937 Wright W menemukan polimetilmetakrilat yang disebut juga resin akrilik.19 Resin akrilik dengan cepat menggantikan bahan basis gigitiruan sebelumnya yang terbuat dari vulkanit, fenol formaldehida, vinil, dan porselen. Sejak pertengahan tahun 1940, resin akrilik sudah banyak digunakan dalam kedokteran gigi untuk berbagai keperluan, di antaranya pelapis estetik, splinting, bahan pembuat anasir gigitiruan, piranti ortodontik, bahan reparasi dan bahan basis gigitiruan.8

Resin akrilik memiliki beberapa kelebihan, yaitu estetik, mudah dimanipulasi, densitas yang rendah, stabilitas dimensi yang baik, tidak berbau, tidak berasa, tidak beracun, tidak mengabsorbsi saliva, mudah untuk direparasi dan dibersihkan, serta harga yang murah.1

Berdasarkan polimerisasinya, resin akrilik dibagi atas 3, yaitu:

1. Resin akrilik polimerisasi sinar yaitu resin akrilik yang diaktivasi oleh sinar tampak dengan panjang gelombang 400-500 nm. Resin akrilik polimerisasi sinar terdiri atas matriks uretan dimetakrilat dan mengandung sedikit silika koloid. Resin akrilik polimerisasi sinar biasanya digunakan sebagai reline

(26)

2. Resin akrilik swapolimerisasi yaitu resin akrilik yang mengandung amin tersier atau dimetil-p-toluidin sebagai akselerator kimia untuk mempercepat proses polimerisasi. Bahan ini memiliki kekuatan dan stabilitas warna yang kurang jika dibandingkan dengan resin akrilik polimerisasi panas. Resin akrilik swapolimerisasi biasanya digunakan untuk basis gigitiruan sementara, crown atau bridge sementara, serta reline dan rebase basis gigitiruan.3,21

3. Resin akrilik polimerisasi panas yaitu resin akrilik yang menggunakan proses pemanasan untuk proses polimerisasi. Resin akrilik polimerisasi panas memiliki kekuatan yang paling besar, sehingga resin ini banyak digunakan dalam pembuatan hampir semua basis gigitiruan.3,21

2.2 Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Resin akrilik polimerisasi panas merupakan polimer yang paling banyak digunakan sebagai bahan basis gigitiruan untuk pembuatan basis gigitiruan saat ini karena memiliki estetis yang baik, ekonomis, mudah dimanipulasi, dan memiliki sifat fisis dan mekanis yang cukup baik.3,22 Proses polimerisasi resin ini adalah dengan pengaplikasian panas. Energi termal yang dibutuhkan untuk proses polimerisasinya adalah dengan menggunakan pemanasan air di dalam waterbath dan atau dapat juga dengan menggunakan pemanasan gelombang mikro (microwave).2,23

2.2.1 Komposisi

Resin akrilik polimerisasi panas tersedia dalam bentuk bubuk dan cairan. Komponen yang terkandung dalam bubuk dan cairan resin akrilik polimerisasi panas adalah:21,22,24

a. Bubuk

Polimer: partikel- partikel berbentuk beads berisi polimetilmetakrilat Inisiator: benzoil peroksida 0,5% - 1,5%

Pigmen: garam kadmium atau pigmen organik

(27)

b. Cairan

Monomer: metilmetakrilat

Inhibitor: Hidrokuinon 0,003 – 0,1%

Cross- linking agent: glikol dimetakrilat

2.2.2 Manipulasi

Resin akrilik polimerisasi panas diproses dalam sebuah kuvet dengan menggunakan teknik compression molding. Hal- hal yang harus diperhatikan saat melakukan manipulasi resin akrilik polimerisasi panas antara lain:

a. Perbandingan polimer dan monomer

Pencampuran bubuk dan cairan menggunakan perbandingan volume 3:1 atau perbandingan berat 2:1.2

b. Pencampuran

Pada saat pencampuran, bubuk ditambahkan ke dalam cairan secara perlahan sampai seluruh bubuk terbasahi oleh cairan. Setelah bubuk dan cairan dicampurkan hingga homogen, terdapat beberapa tahapan yang terjadi, yaitu: 2,21

1. Wet sand stage/ sandy stage: polimer secara bertahap bercampur dengan monomer seperti pasir basah.

2. Sticky stage: pada tahap ini monomer sudah berpenetrasi dengan polimer. Monomer melarutkan polimer dan membentuk massa yang lengket dan berserabut ketika ditarik.

3. Dough stage: massa berbentuk seperti adonan dan halus. Massa bersifat homogen dan tidak melekat pada dinding wadah. Pada tahap ini massa dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam mold.

4. Rubbery stage: tidak terdapat monomer lagi, baik oleh karena penguapan ataupun oleh penetrasi yang lebih lanjut dari polimer. Massa menjadi lebih kohesif dan rubber-like. Pada tahap ini, massa tidak plastis lagi dan tidak dapat dimasukkan ke dalam mould.

(28)

c. Pengisian

Setelah adonan mencapai dough stage, adonan dimasukkan ke dalam mold. Kemudian, pres hidrolik dilakukan sebanyak dua kali agar mold terisi dengan padat. Pada pres pertama, tekanan yang diberikan sebesar 1000 psi, resin yang berlebih dibuang. Setelah itu, pres kedua diberikan tekanan 2200 psi, kemudian kuvet dikunci. Selanjutnya, kuvet dibiarkan pada suhu kamar selama 30-60 menit.23

d. Kuring

Kuvet dipanaskan menggunakan waterbath pada suhu 70oC selama 90 menit dan dilanjutkan dengan suhu 100oC selama 30 menit.25

2.2.3 Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan resin akrilik polimerisasi panas adalah sebagai berikut: 1. Estetis baik

2. Mudah digunakan dan diperbaiki 3. Mudah dipoles

4. Harga relatif murah

5. Stabil dalam lingkungan rongga mulut 6. Tidak larut dalam cairan rongga mulut 7. Perubahan dimensi kecil

8. Menggunakan peralatan sederhana3,21,26

Kekurangan resin akrilik polimerisasi panas adalah sebagai berikut: 1. Kekuatan transversal (fleksural) yang rendah

2. Kekuatan impak (resistensi terhadap benturan) yang rendah dibandingkan dengan logam

3. Konduktivitas termal yang rendah

4. Monomer bebas dapat lepas dari gigitiruan dan mengiritasi jaringan mulut 5. Tidak tahan abrasi

(29)

7. Working time yang lama apabila dibandingkan dengan resin akrilik polimerisasi sinar dan resin akrilik swapolimerisasi.3,21,26,27

2.2.4 Sifat Resin Akrilik Polimerisasi Panas 2.2.4.1 Sifat Fisis

Sifat fisis resin akrilik polimerisasi panas adalah stabilitas dimensi, konduktivitas termal, koefisien termal ekspansi, densitas, dan stabilitas warna. Stabilitas dimensi adalah kemampuan suatu benda untuk mempertahankan bentuknya, baik saat pemrosesan maupun setelah pemrosesan. Penyusutan yang terjadi pada resin akrilik polimerisasi panas adalah 0,43%. Konduktivitas termal diperlukan pada bahan basis gigitiruan agar dapat menahan reaksi stimulus panas dan dingin yang berasal dari makanan dan minuman. Koefisien termal ekspansi adalah jumlah energi yang diserap oleh suatu benda ketika dipanaskan. Besarnya koefisien termal resin akrilik polimerisasi panas adalah 80 ppm/oC. Besarnya densitas resin akrilik polimerisasi panas adalah 1,16-1,18 g/cm. Stabilitas warna dapat ditentukan dengan pengukuran colour stability test. Resin akrilik polimerisasi panas disinari dengan sinar ultraviolet selama 24 jam. Hasil yang diperoleh hanya boleh menunjukkan sedikit perubahan warna dibandingkan dengan resin akrilik yang belum dilakukan penyinaran.2,3,19-21

2.2.4.2 Sifat Kemis

(30)

2.2.4.3 Sifat Biologis

Sifat biologis adalah sifat suatu bahan yang tampak secara biologis. Bahan basis gigitiruan harus biokompatibel, artinya tidak bersifat toksik, tidak bersifat iritan, tidak karsinogenik, dan tidak berpotensi menimbulkan alergi. Resin akrilik polimerisasi panas merupakan bahan yang biokompatibel, tetapi monomer sisa yang berlebihan dapat menyebabkan reaksi alergi. Besarnya monomer sisa pada resin akrilik polimerisasi panas sebesar 1-3% ketika dilakukan proses kuring dalam waktu kurang dari 1 jam dalam air mendidih. Jumlah monomer sisa akan berkurang hingga 0,4% atau bahkan lebih sedikit apabila dilakukan proses kuring pada suhu 70oC dan dipanaskan dengan air mendidih selama 3 jam.3,19,24

2.2.4.4 Sifat Mekanis

Sifat mekanis adalah respon terukur, baik elastis (reversible/ dapat kembali ke bentuk semula bila tekanan dilepaskan) maupun plastis (irreversible/ tidak dapat kembali ke bentuk semula) dari bahan bila terkena gaya atau distribusi tekanan. Beberapa sifat mekanis yang dimiliki oleh resin akrilik polimerisasi panas adalah kekuatan impak dan kekuatan transversal. Resin akrilik polimerisasi panas dengan sifat mekanis yang rendah akan mengakibatkan retak dan patah.2,19

Permukaan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dapat terjadi retak karena adanya daya tarik yang menyebabkan terpisahnya rantai molekul- molekul polimer. Terkadang muncul retakan berbentuk garis yang kecil pada permukaan basis gigitiruan resin akrilik. Kekuatan tarik merupakan kekuatan yang paling sering berperan dalam pembentukan retakan pada basis gigitiruan resin akrilik. Kekuatan ini jugalah yang menyebabkan terpisahnya rantai- rantai molekul secara mekanik pada resin akrilik.2,19

(31)

2.2.5 Kekuatan Impak

Kekuatan impak adalah ukuran energi yang diterima pada sebuah benda ketika benda tersebut patah akibat suatu benturan yang terjadi secara tiba- tiba. Kekuatan impak yang diperlukan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas berdasarkan standar ISO 1567:1999 adalah 2 x 10-3 J/mm2.19 Alat uji yang digunakan untuk mengukur kekuatan impak bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas adalah Izod dan Charpy. Teknik untuk mengukur kekuatan impak pada kedua alat ini berbeda. Pada alat uji Izod, sampel dijepit vertikal pada salah satu ujungnya. Sedangkan pada alat uji Charpy, kedua ujung sampel dijepit dan diletakkan secara horizontal.2,3,21

Sampel dengan ukuran tertentu yang akan diukur kekuatan impaknya diletakkan pada alat penguji kekuatan impak dengan lengan pemukul yang dapat diayun dengan pendulum di ujungnya. Pemukul tersebut kemudian diayunkan ke arah sampel dan membentur sampel hingga patah. Hasil pengurangan amplitudo ayunan pemukul tersebut diukur dan energi yang dibutuhkan untuk mematahkan sampel tersebut dapat diukur. 2,3,21

Rumus kekuatan impak yaitu:

Kekuatan Impak =

Keterangan: E = Energi (Joule)

b = Lebar batang uji (mm) d = Tebal batang uji (mm)

2.2.6 Kekuatan Transversal

(32)

secara beraturan dan berhenti ketika batang uji patah. Hasil yang diperoleh akan dimasukkan dalam rumus kekuatan transversal.3,4,12 Kekuatan transversal merupakan salah satu parameter fisik untuk mengetahui gambaran tentang ketahanan gigitiruan dalam menerima beban saat terjadi pengunyahan.14 Kekuatan transversal diukur menggunakan Torsee’s Electronic System Universal Testing Machine. Pengukuran kekuatan transversal dilakukan dengan memberi nomor pada kedua ujung sampel, kemudian sampel diletakkan sedemikian rupa sehingga alat akan menekan sampel hingga patah. Kekuatan transversal yang diperlukan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas berdasarkan ISO 1567: 1999 adalah 662 kg/cm2.19

Rumus kekuatan transversal yaitu:

3 PL S =

2WT2

Keterangan:

S = Kekuatan transversal (kg/cm2) P = Jarak pendukung (cm)

L = Beban (kg)

W= Lebar batang uji (cm) T = Tebal batang uji (cm)

2.3 Bahan Penguat

(33)

2.3.1 Kimia

Pendekatan pertama yang dilakukan untuk meningkatkan kekuatan pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas adalah dengan menambahkan cross- linking agent berupa polietilen-glikol-dimetakrilat ke dalam monomernya. Penambahan agen cross-linking ini dapat menambah elastisitas serta meningkatkan sifat mekanis dari resin akrilik polimerisasi panas dengan cara meningkatkan ikatan kovalen antar monomer sehingga secara mikroskopik akan berpengaruh pada kekuatan resin akrilik polimerisasi panas pada saat dicampur ke dalam polimer. Namun, modifikasi kimia pada resin akrilik polimerisasi panas jarang digunakan karena jika dipakai dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan fatigue akibat elastisitas yang berlebihan. Selain itu, harga resin akrilik polimerisasi panas yang dimodifikasi kimia ini lebih mahal dibandingkan dengan resin akrilik polimerisasi panas konvensional. Modifikasi bahan kimia lain yang dapat digunakan sebagai penguat adalah rubber particles dan filler kimia berupa butadiene styrene rubber

yang bertindak sebagai shock absorber untuk menahan stress sehingga dapat meningkatkan kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas.8,11,13,21

2.3.2 Logam

Peningkatan kekuatan impak dan transversal juga dapat dicapai dengan penambahan logam pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. Bentuk logam yang dapat ditambah ke dalam resin akrilik polimerisasi panas adalah bentuk kawat, plat, dan anyaman. Bahan penguat logam ini jarang digunakan karena memiliki beberapa kelemahan, seperti buruknya adhesi antara logam dan resin akrilik, estetik yang buruk, mudah terjadi korosi, dan harga yang relatif mahal.8,11

2.3.3 Serat

(34)

2.3.3.1 Serat Alami

Serat alami dapat berasal dari hewan, tumbuhan, dan mineral. Contoh serat alami yang berasal dari tumbuhan adalah rami. Contoh serat yang berasal dari hewan adalah sutera. Contoh serat yang berasal dari mineral adalah asbestos.29

2.3.3.2 Serat Sintetis

Serat sintetis dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama yaitu serat yang bahan bakunya berasal dari alam namun kemudian mengalami proses polimerisasi lanjutan. Contohnya adalah asetat. Kelompok kedua yaitu serat yang bahan bakunya dari proses polimerisasi. Contohnya adalah nilon, rayon, polietilen, dan polipropilen. Kelompok ketiga yaitu serat yang berbahan dasar anorganik. Contohnya adalah serat karbon dan serat kaca.29,30

2.4 Serat Kaca 2.4.1 Pengertian

Serat kaca merupakan material yang terbuat dari serabut- serabut yang sangat halus dari kaca. Serat kaca adalah serat yang dapat ditambahkan ke dalam resin akrilik untuk menambah sifat fisis dan mekanis resin akrilik. Bahan ini sering digunakan karena tahan terhadap bahan kimia , kekuatan dan fleksibilitas yang baik, ringan, dan mudah dimanipulasi.8,15

2.4.2 Kompisisi

Serat kaca mengandung komposisi sebagai berikut:9 1. SiO2 = 53-55%

2. Al2O3 = 14-16%

3. CaO = 20-24% 4. B2O3 = 6-9%

5. K2O = 0,2%

(35)

Komposisi utama serat kaca adalah silikon dioksida (SiO2) yang memiliki sifat

kaku sehingga dapat berfungsi sebagai penguat dan digolongkan ke dalam serat penguat yang dominan karena memiliki sifat mekanis yang baik, tahan terhadap bahan kimia dan memiliki titik leleh yang tinggi.5,10

2.4.3 Manipulasi

Prasad H, dkk (2011) dalam penelitiannya menggunakan monomer sebagai bahan preimpregnasi serat kaca yang ditambahkan ke dalam resin akrilik polimerisasi panas menunjukkan adanya peningkatan kekuatan impak pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.31 Tetapi, penggunaan monomer yang hanya berfungsi untuk membasahi serat kaca belum dapat meningkatkan kekuatan mekanis resin akrilik polimerisasi panas secara maksimal. Serat kaca memiliki sifat hidrofobik dan sangat sulit menyerap cairan serta memiliki energi permukaan yang rendah. Hal- hal inilah yang menyebabkan serat kaca sulit menyerap monomer sehingga ketika serat kaca ditambahkan ke dalam resin akrilik polimerisasi panas, tidak terjadi adhesi yang baik antara permukaan serat kaca dengan matriks polimer. Untuk meningkatkan adhesinya, dapat ditambahkan silane coupling agent pada serat kaca. Silane coupling agent yang umum digunakan pada serat kaca adalah methacryloxypropyl-trimethoxysilane. Silane coupling agent dapat meningkatkan energi permukaan pada serat kaca dengan cara berperan sebagai gugus karbon perantara untuk mengikat permukaan serat kaca dengan matriks polimer sehingga adhesi yang terbentuk antara permukaan serat kaca dengan serat matriks polimer menjadi lebih kuat dan pada akhirnya dapat meningkatkan kekuatan impak dan transversal pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas secara maksimal.31,32

2.4.4 Bentuk Serat Kaca

(36)

2.4.4.1 Batang

Serat kaca berbentuk batang terbuat dari serat kaca continuous unidirectional

yang terdiri atas 1.000-200.000 serabut serat kaca yang diameternya adalah 3-25 µm.33 Serat kaca berbentuk batang dapat ditambahkan kedalam resin akrilik polimerisasi panas sebagai penguat karena posisi serat yang perpendikular dan menyebar sepanjang basis gigitiruan sehingga dapat meningkatkan kekuatan basis gigitiruan. Penelitian yang dilakukan oleh Rahamneh A. dkk, (2009) pada resin akrilik polimerisasi panas yang ditambah serat kaca bentuk batang menunjukkan peningkatan kekuatan impak yang lebih besar dibandingkan serat kaca bentuk anyaman.34 Vojvodic D. dkk (2009) pada penelitiannya menyatakan adanya peningkatan kekuatan transversal pada resin akrilik polimerisasi panas yang ditambah serat kaca bentuk batang.35 Penggunaan serat berbentuk batang sebagai penguat mempunyai kerugian yaitu ikatan adhesi antara serat kaca terhadap bahan basis gigitiruan tidak kuat karena terlihat adanya celah antara serat kaca dengan resin akrilik yang dibuktikan secara mikroskopik.36

(37)

2.4.4.2 Anyaman

Serat kaca bentuk anyaman dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. Peningkatan kekuatan bahan basis yang diperkuat serat kaca bentuk anyaman bukan disebabkan oleh kekuatan dari serat kaca itu sendiri saja, tetapi berasal dari besarnya kuantitas dan diameter dari bentuk anyamannya. Kim S.H. dkk (2004) dalam penelitiannya menyatakan adanya peningkatan kekuatan impak pada resin akrilik yang ditambah dengan serat kaca bentuk anyaman dibandingkan dengan kelompok kontrol.37 Vojdani M. dkk (2006) menyatakan adanya peningkatan kekuatan transversal pada resin akrilik polimerisasi panas yang ditambahkan dengan serat kaca bentuk anyaman dibandingkan dengan kelompok kontrol.11 Serat kaca bentuk anyaman memiliki kekurangan yaitu penempatan ke dalam mold sulit dan kemampuan pembasahan oleh monomer resin akrilik yang buruk serta serat ini dapat keluar dari permukaan basis gigitiruan resin akrilik dan menyebabkan iritasi pada jaringan mukosa oral.38

2.4.4.3 Potongan Kecil

Penggunaan serat kaca potongan kecil telah banyak dilakukan dalam beberapa penelitian. Serat kaca bentuk potongan kecil lebih mudah dimanipulasi dan dicampur ke dalam adonan resin akrilik polimerisasi panas dibandingkan dengan bentuk batang dan anyaman. Selain itu, serat kaca memiliki ikatan adhesi yang baik dengan matriks polimer. Hal ini dikarenakan serat kaca bentuk potongan kecil lebih mudah menyerap monomer resin akrilik polimerisasi panas. Serat kaca potongan kecil juga dapat

(38)

tersebar secara merata dalam bahan basis gigitiruan.5 Berdasarkan penelitian- penelitian sebelumnya, ukuran serat kaca potongan kecil yang ditambahkan ke dalam resin akrilik polimerisasi panas sebagai penguat adalah 2 mm, 3 mm, 4 mm, 6 mm, dan 8 mm.8,15

Sitorus Z dan Dahar E (2012) dalam penelitiannya yang menggunakan resin akrilik polimerisasi panas yang ditambah serat kaca potongan kecil ukuran 4 mm, 6 mm, dan 8 mm menyatakan bahwa terjadi peningkatan kekuatan impak yang signifikan apabila dibandingkan dengan kelompok resin akrilik polimerisasi panas yang tidak ditambahkan serat kaca. Kekuatan impak terbesar didapat pada serat kaca potongan kecil ukuran 8 mm, tetapi, pada penelitian tersebut, kelompok dengan penambahan serat kaca ukuran 6 mm menunjukkan kekuatan fisik yang paling optimal apabila dibandingkan dengan kelompok lainnya.8 Penelitian yang dilakukan oleh Tacir I. dkk (2006) menyatakan terjadi peningkatan kekuatan transversal pada resin akrilik polimerisasi panas yang ditambah serat kaca potongan kecil ukuran 5 mm.39

(39)

2.4.5 Mekanisme Peningkatan Kekuatan Impak dan Transversal dengan Penambahan Serat Kaca

Kunci utama peningkatan sifat mekanis bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas adalah ketika beban yang diterima basis gigitiruan resin akrilik polimerisas panas berhasil disalurkan kepada serat kaca. Beban dapat disalurkan dengan baik dengan adanya adhesi yang baik pula antara permukaan serat kaca dengan matriks polimer bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. Dengan berhasilnya beban disalurkan, akan terjadi peningkatan kekuatan impak dan transversal sehingga basis gigitiruan tidak mudah patah.5,9,10

Serat kaca memiliki beberapa komposisi yang mempengaruhi kekuatan mekanisnya. Silikon dioksida (Si2O3) merupakan komposisi tertinggi pada serat kaca

dan memiliki kekuatan yang tinggi. Kekuatan yang tinggi pada silikon dioksida dikarenakan senyawa ini terbentuk melalui ikatan kovalen yang kuat dan memiliki struktur kimia yang isotropik. Si2O3 dalam serat kaca inilah yang menjadikan serat

kaca menjadi kuat dan mampu menerima beban yang disalurkan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. Selain Si2O3, komposisi lain serat kaca

adalah boron trioksida (B2O3) yang dapat menurunkan sifat CaO yang tidak tahan

terhadap air dan asam. Ketika CaO berkontak dengan air, ion O- pada CaO digantikan oleh ion H+ atau OH- pada air. Jika hal ini terjadi, ikatan kovalen pada serat kaca akan melemah dan dapat menurunkan kekuatan serat kaca. Ketika konsentrasi CaO menurun, konsentrasi B2O3 akan meningkat sehingga menghasilkan stabilitas

(40)

2.5 Serat Polipropilen 2.5.1 Pengertian

Serat polipropilen adalah bahan termoplastik, merupakan polimer hidrokarbon yang berstruktur linear. Serat polipropilen pertama kali disintesa oleh G. Natta pada tahun 1954. Serat polipropilen banyak digunakan sebagai katup jantung buatan.18 Serat polipropilen juga dapat ditambahkan ke dalam bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas sebagai bahan penguat. Serat polipropilen memiliki beberapa kelebihan diantaranya memiliki gaya intramolekul yang kuat, kekuatan mekanis yang tinggi, titik lebur yang tinggi, tahan terhadap bahan kimia, tahan abrasi, elastis, tidak rapuh, estetis, dan penyerapan air yang rendah.6,17,40,41 Penyerapan air serat polipropilen adalah 0,3% setelah direndam dalam air selama 24 jam, sedangkan jumlah air yang diserap pada keadaan udara yang lembab adalah hampir nol.41 Serat polipropilen merupakan serat yang paling ringan di antara semua jenis serat. Gaya berat serat polipropilen adalah 0.90 – 0.91 gm/cm3. Serat polipropilen mempunyai permukaan yang lebih lembut dan lebih halus.6,17,40,41

2.5.2 Komposisi

Serat polipropilen merupakan bahan termoplastik golongan poliolefin dengan rumus kimia C3H6.42 Serat polipropilen terbuat dari gas propene yang diperoleh dari

penggabungan gas oil, minyak nafta, ethana, dan propana. Dalam proses polimerisasinya, serat polipropilen dapat ditambahkan dua macam katalis untuk menambah kekuatannya, yaitu katalis Zieggler- Natta yang didapat dari interaksi titanium klorida dan golongan aluminium alkil seperti trietil aluminium dan katalis

metallocenes yang berasal dari zirconium.17

(41)

2.5.3 Manipulasi

Mowade, dkk (2012) dalam penelitiannya menggunakan monomer sebagai bahan preimpregnasi serat polipropilen yang ditambahkan ke dalam resin akrilik polimerisasi panas menunjukkan adanya peningkatan kekuatan impak pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. Tetapi, penggunaan monomer yang hanya berfungsi untuk membasahi serat polipropilen belum dapat meningkatkan kekuatan mekanis resin akrilik polimerisasi panas secara maksimal. Serat polipropilen memiliki sifat hidrofobik dan sangat sulit menyerap cairan serta memiliki energi permukaan yang rendah. Selain itu, serat polipropilen memiliki ikatan intramolekul yang kuat. Hal- hal inilah yang menyebabkan serat polipropilen sulit menyerap monomer sehingga ketika serat polipropilen ditambahkan ke dalam resin akrilik polimerisasi panas, tidak terjadi adhesi yang baik antara permukaan serat kaca dengan matriks polimer. Untuk meningkatkan adhesinya, dapat ditambahkan plasma pada serat polipropilen. Plasma yang digunakan pada serat polipropilen merupakan gas terionisasi yang mengadung ion dan elektron. Plasma yang umum digunakan pada serat polipropilen adalah oksigen, argon, dan helium. Plasma dapat meningkatkan energi permukaan pada serat polipropilen dengan cara mengaktifkan gugus- gugus kimia pada permukaan serat, dengan demikian permukaan serat menjadi polar dan lebih kompatibel dengan material lain yang akan beradhesi dengannya. Plasma menjadikan adhesi yang terbentuk antara permukaan serat polipropilen dengan serat matriks polimer lebih kuat dan pada akhirnya dapat meningkatkan kekuatan impak dan transversal pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas secara maksimal.5

2.5.4 Bentuk Potongan Kecil

(42)

Kumar S. (2005) terhadap resin akrilik polimerisasi panas yang ditambah serat polipropilen potongan kecil ukuran 6 mm dengan konsentrasi 1% dan 2%. Penurunan kekuatan transversal terjadi pada konsentrasi 2%, sedangkan pada konsentrasi 1% tidak ditemukan peningkatan kekuatan transversal yang signifikan.6

Gambar 5. Serat polipropilen bentuk potongan kecil

2.5.5 Mekanisme Peningkatan Kekuatan Impak dan Transversal

dengan Penambahan Serat Polipropilen

(43)
(44)

2.6 Kerangka Teori

RA Polimerisasi Sinar RA Swapolimerisasi RA Polimerisasi Panas

Komposisi Manipulasi Kelebihan Kekurangan Sifat

(45)

2.7 Kerangka Konsep

Resin akrilik polimerisasi panas

Sifat mekanis rendah

Sifat mekanis meningkat Kekuatan impak dan transversal meningkat

Serat penguat

Serat kaca 0,7% 6 mm

Silikon dioksida Boron trioksida

Serat polipropilen 0,7% 6 mm

(46)

2.8 Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh penambahan serat kaca terhadap kekuatan impak dan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas

(47)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris.

2.4 Sampel dan Besar Sampel Penelitian

3.2.1 Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini adalah resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat, resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca 0,7% dan dengan penambahan serat polipropilen 0,7%. Ukuran model induk dari logam yang akan digunakan adalah sebagai berikut:

1. Uji kekuatan impak dengan ukuran 80mm x 10 mm x 4 mm (International Standards Organization No 806 104 377514).38

Gambar 6. Ukuran batang uji kekuatan impak

2. Uji kekuatan transversal dengan ukuran 65 mm x 10 mm x 2,5 mm (International Standards Organization No 1567).4,38

Gambar 7. Ukuran batang uji kekuatan transversal 10 mm

65 mm

2,5 mm 10 mm

80 mm

(48)

3.2.2 Besar sampel penelitian

Pada penelitian ini besar sampel minimal diestimasi berdasarkan rumus sebagai berikut:

(t – 1) (r –1) ≥ 15

Keterangan:

t = Jumlah perlakuan r = Jumlah ulangan

Dalam penelitian ini akan digunakan t = 3 karena jumlah perlakuan sebanyak tiga perlakuan, yaitu resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat, resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca 0,7% dan dengan penambahan serat polipropilen 0,7%. Jumlah ( r ) tiap kelompok sampel dapat ditentukan sebagai berikut:

(t – 1) (r – 1) ≥ 15 (3 – 1) (r – 1) ≥ 15 2 (r – 1) ≥ 15 2r – 2 ≥ 15 2r ≥ 17 r ≥ 17/2 r ≥ 8,5, r = 10

Jumlah sampel untuk masing- masing kelompok adalah 10. Maka total sampel yang digunakan untuk enam kelompok adalah 60 sampel.

3.3 Variabel dan Defenisi Operasional Penelitian 3.3.1 Klasifikasi Variabel

3.3.1.1 Variabel Bebas

1. Resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat

2. Resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca 0,7%

(49)

3.3.1.2 Variabel terikat

1. Kekuatan impak basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas 2. Kekuatan transversal basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas

3.3.1.3 Variabel Terkendali

6. Jenis resin akrilik polimerisasi panas

7. Perbandingan bubuk dan cairan resin akrilik polimerisasi panas 8. Bentuk, ukuran, dan konsentrasi serat kaca

9. Bentuk, ukuran, dan konsentrasi serat polipropilen 10. Teknik penambahan serat kaca dan serat polipropilen 12. Waktu dan suhu perendaman sampel

13. Jumlah volume monomer untuk perendaman serat 14. Waktu perendaman serat dalam monomer

3.3.1.4 Variabel Tidak Terkendali

1. Teknik compression moulding

3.3.2 Defenisi Operasional

Tabel 1. Defenisi Operasional Variabel Bebas

Variabel Bebas Defenisi Operasional Skala

Ukur

Alat Ukur

Serat kaca Bahan anorganik yang terbuat dari serabut kaca yang sangat halus yang dapat ditambahkan ke dalam bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas sebagai bahan penguat. Serat kaca yang

(50)

digunakan pada penelitian ini berbentuk potongan kecil dengan konsentrasi 0,7% dan diproduksi oleh Juneng, Taiwan Glass. Serat polipropilen Bahan termoplastik yang terbuat dari

polimerisasi gas propene yang diperoleh dari penggabungan gas oil, minyak nafta, ethana, dan propana yang dapat ditambahkan ke dalam bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas sebagai penguat. Serat polipropilen yang digunakan pada penelitian ini berbentuk potongan kecil dengan konsentrasi 0,7% dan diproduksi oleh Sika.

- -

Tabel 2. Defenisi Operasional Variabel Terikat

Variabel Terikat Definisi Operasional Skala

Ukur Alat Ukur

Kekuatan Impak Kekuatan yang diperlukan untuk mematahkan suatu bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan gaya benturan. Satuan kekuatan impak adalah J/mm2

Kekuatan yang diperoleh oleh suatu bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang terdukung pada kedua ujungnya dan kemudian diberi beban secara benturan pada titik tengahnya. Satuan kekuatan transversal adalah kg/cm2

Tabel 3. Defenisi Operasional Variabel Terkendali

Variabel yang dilakukan dalam mangkuk karet yang diaduk dengan spatula dan pengadukan dilakukan atas vibrator

(51)

dengan perbandingan 300 gr gips keras :

Tekanan yang dibutuhkan untuk proses pengepresan kuvet, yaitu 1000 psi untuk

Proses kuring dilakukan dengan pemanasan air menggunakan waterbath

yang dimulai dari suhu 70 oC selama 90 akrilik polimerisasi panas diproduksi QC 20, UK

- -

Perbandingan monomer dan polimer

Perbandingan polimer : monomer yang digunakan adalah 2 : 1 = 3 gr : 1,5 ml untuk 1 buah sampel. Total berat polimer dan monomer adalah 4,5 gr.

Serat kaca berbentuk potongan kecil dengan ukuran 6 mm. Serat kaca 0,7% ditimbang sebanyak 0,032 gr untuk 1 buah sampel, yaitu setara dengan 0,7% dari total berat polimer dan monomer . maka perbandingan serat kaca : polimer : monomer = 0,032 gr : 3 gr : 1,5 ml.

Serat polipropilen berbentuk potongan kecil dengan ukuran 6 mm. serat polipropilen 0,7% ditimbang sebanyak 0,032 gr untuk 1 buah sampel, yaitu

Serat kaca maupun serat polipropilen direndam terlebih dahulu ke dalam monomer sebanyak 10 ml selama 10

(52)

menit dalam suatu wadah kemudian ditiriskan, dimasukkan ke dalam polimer. Setelah itu, monomer ditambahkan ke dalam campuran polimer dan serat, lalu

Volume monomer untuk merendam serat kaca dan serat polipropilen adalah sebanyak 10 ml

- Sendok

takar

Waktu

perendaman serat

Waktu yang dibutuhkan unyuk perendaman serat kaca dan serat polipropilen yaitu selama 10 menit

- Stopwatch

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian 3.4.1 Tempat Pembuatan Sampel

1. Unit UJI Laboratorium Dental FKG USU 2. Laboratorium Prostodonsia FKG USU

3.4.2 Tempat Pengujian Sampel

Laboratorium Penelitian FMIPA USU

3.4.3 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Februari dan Maret 2014

3.5 Alat dan Bahan Penelitian 3.5.1 Alat Penelitian

1. Model induk dari logam ukuran 80 mm x 10 mm x 4 mm dan 65 mm x 10 mm x 2,5 mm masing- masing sebanyak 3 buah, karena 1 kuvet berisi 3 buah model induk.

2. Kuvet besar untuk menanam model induk (Smic, China) 3. Rubber bowl dan spatula

(53)

5. Alat pengaduk resin akrilik dan pot pengaduk 6. Gelas ukur

7. Masker 8. Sarung tangan

9. Timbangan digital (Sartorius AG Gontingen, Germany) 10. Vibrator (Pulsar 2 Filli Manfredi, Italia)

11. Pres Hidrolik (OL 57 Manfredi, Italia) 12. Unit kuring (Filli Manfredi, Italia) 13. Bur fraser

14. Mandril 15. Penggaris besi 16. Semen spatel 17. Stopwatch

18. Sendok takar

19. Kertas pasir waterproof (Atlas) no. 600

20. Charpy tester (Amslerotto Walpret Werke GMBH, Germany)

21. Universal testing machine (Torsee’s Electronic System Universal Testing Machine, Japan)

3.5.2 Bahan Penelitian

1. Resin akrilik polimerisasi panas (QC 20, UK)

2. Serat kaca bentuk potongan kecil berukuran 6 mm (Juneng, Taiwan Glass) 3. Serat polipropilen bentuk potongan kecil berukuran 6 mm (Sika Fibre) 4. Plastik selopan

5. Vaseline

6. Gips keras

(54)

3.6 Cara Penelitian

Model induk dibuat dari logam stainless steel dengan ukuran 80 mm x 10 mm x 4 mm untuk uji kekuatan impak dan 65 mm x 10 mm x 2,5 mm untuk uji kekuatan transversal.

3.6.1 Pembuatan Lempeng Uji 3.6.1.1 Pembuatan Mold

1. Gips keras dicampur dengan perbandingan 300 gr gips keras : 90 ml air untuk pengisian satu kuvet bawah.

2. Adonan gips keras diaduk dalam rubber bowl dengan spatula selama 15 detik.

3. Adonan gips keras dimasukkan ke dalam kuvet bawah yang telah disiapkan di atas vibrator.

4. Model induk yang digunakan untuk kelompok uji impak berukuran 80 mm x 10 mm x 4 mm dan untuk kelompok uji transversal berukuran 65 mm x 10 mm x 2,5 mm. Model induk tersebut dibenamkan pada kuvet bawah sampai setinggi permukaan adonan gips keras, satu kuvet berisi 3 buah model induk.

5. Setelah mengeras, lalu gips keras dirapikan dan didiamkan selama 60 menit. 6. Permukaan gips keras diolesi vaseline dan kuvet atas disatukan dengan kuvet bawah dan diisi adonan gips keras dengan perbandingan 300 gr gips keras : 90 ml air di atas vibrator. Setelah adonan gips keras pada kuvet mengeras, kuvet dibuka dan model induk dikeluarkan dari kuvet.

(55)

Gambar 8. Vibrator (Pulsar 2 Filli Manfredi, Italia)

3.6.1.2 Pengisian Akrilik Pada Mold

a. Resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat

1. Polimer dicampurkan ke dalam monomer yang telah disiapkan di dalam pot akrilik dengan perbandingan 3 gr polimer : 1,5 ml monomer, lalu diaduk perlahan- lahan dengan menggunakan semen spatel.

2. Setelah adonan mencapai fase dough kemudian adonan dimasukkan ke dalam mold.

3. Resin akrilik polimerisasi panas ditutup dengan menggunakan plastik selopan kemudian kuvet atas dipasangkan, kuvet ditekan perlahan- lahan dengan pres hidrolik mencapai 1000 psi, lalu kuvet dibuka. Akrilik yang berlebih dipotong dengan lekron.

4. Kuvet atas ditutup kembali, kemudian dilakukan penekanan pres kembali dengan tekanan 2200 psi.

5. Baut kuvet dipasang untuk mempertahankan kuvet atas dan kuvet bawah agar beradaptasi dengan baik kemudian dibiarkan selama 15 menit.

b. Resin akrilik polimerisasi panas yang ditambah serat kaca 0,7% dan serat polipropilen 0,7%

(56)

polimer = 0,032 gr : 3 gr. Setelah itu dilakukan pencampuran 1,5 ml monomer ke dalam polimer dan serat, lalu diaduk perlahan dengan semen spatel dalam pot akrilik.

2. Setelah adonan mencapai dough stage, kemudian adonan dimasukkan ke dalam mold.

3. Resin akrilik polimerisasi panas yang ditambah serat ditutup dengan plastik selopan kemudian kuvet atas dipasangkan, kuvet ditekan perlahan dengan pres hidrolik mencapai 1000 psi, lalu kuvet dibuka. Akrilik yang berlebih dipotong dengan lekron.

4. Kuvet ditutup kembali, kemudian dilakukan penekanan pres kembali dengan tekanan 2200 psi.

5. Baut kuvet dipasang untuk mempertahankan kuvet atas dan kuvet bawah agar beradaptasi dengan baik kemudian dibiarkan selama 15 menit.

Gambar 9. Mold yang tercetak pada kuvet bawah

3.6.1.3 Kuring

Proses kuring dilakukan menggunakan waterbath. Pengotrolan waktu dan suhu dilakukan selama kuring sebagai berikut:

1. Pada tahap I kuvet dimasukkan pada suhu 70oC dan dibiarkan selama 90 menit.

(57)

3. setelah itu dibiarkan hingga mencapai suhu kamar.

3.6.1.4 Penyelesaian

Sampel dikeluarkan dari kuvet, lalu akrilik yang berlebihan dibuang dan dirapikan dengan bur fraser dan bagian yang masih kasar dihaluskan dengan kertas pasir waterproof no.600.

Gambar 10. Waterbath (Filli Manfredi,

Italia)

(58)

3.6.2 Pengukuran Kekuatan Impak

Pengukuran kekuatan impak dengan alat penguji kekuatan impak (Amslerotto Walpret Werke GMBH, Germany). Sampel diberi nomor pada kedua ujungnya dan ditempatkan dengan posisi horizontal bertumpu pada kedua ujung alat penguji kemudian lengan pemukul pada alat penguji dikunci. Setelah itu, kunci lengan pemukul dilepaskan dan lengan pemukul membentur sampel hingga patah. Energi yang tertera pada alat penguji dibaca dan dicatat lalu dilakukan perhitungan kekuatan impak. Satuan yang digunakan pada alat ini adalah J/mm2.

3.6.3 Pengukuran Kekuatan Transversal

Pengukuran kekuatan transversal dilakukan dengan menggunakan alat Torsee’s

Electronic System Universal Testing Machine, Japan. Alat ini memiliki kelajuan tekan 1/10 mm per detik. Jarak antara kedua penyangga adalah 50 mm. sampel diberi nomor pada kedua ujungnya dan ditempatkan sedemikian rupa sehingga alat akan menekan sampel tersebut hingga patah. Energi yang tertera pada alat penguji dibaca dan dicatat lalu dilakukan perhitungan kekuatan transversal. Satuan yang digunakan pada alat ini adalah kg/cm2.

(B) (A)

(59)

3.7 Kerangka Operasional

Model induk dari logam

Penanaman dalam kuvet

Mold

RAPP tanpa serat RAPP + serat kaca 0,7% RAPP + serat polipropilen 0,7%

Serat kaca potongan kecil

Serat polipropilen potongan kecil ukuran 6 mm direndam ke dalam

monomer selama 10 menit

kemudian ditiriskan lalu

dimasukkan ke dalam polimer. Setelah itu monomer ditambahkan ke dalam campuran polimer dan serat polipropilen, lalu diaduk perlahan hingga homogen. Adonan didiamkan hingga dough stage.

Pengisian akrilik pada mold

Kuvet ditekan dengan pres hidrolik

Kuring dengan pemanasan air menggunakan waterbath (suhu 70oC

selama 90 menit kemudian 100oC seama 30 menit)

Penyelesaian akhir

Sampel direndam dalam akuades selama 48 jam

(60)

3.8 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan beberapa uji statistik sebagai berikut:

1. Analisis Univarian untuk mengetahui nilai rata- rata dan standar deviasi masing- masing kelompok.

(61)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Kekuatan Impak dan Transversal Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas tanpa Penambahan Serat, dengan Penambahan Serat Kaca, dan Serat Polipropilen

Kekuatan impak bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dinyatakan dengan satuan J/mm2. Kekuatan impak terkecil resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat adalah sebesar 5,00 x 10-3 J/mm2, sedangkan kekuatan terbesar adalah sebesar 8,25 x 10-3 J/mm2, serta rerata dan SD adalah 6,45 J/mm2 dan 1,18 J/mm2. Kekuatan impak terkecil resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca adalah sebesar 7,00 x 10-3 J/mm2, sedangkan kekuatan terbesar adalah 11,5 x 10-3 J/mm2, serta rerata dan SD adalah 8,70 J/mm2 dan 1,48 J/mm2. Kekuatan impak terkecil resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat polipropilen adalah sebesar 7,00 x 10-3 J/mm2, sedangkan kekuatan terbesar adalah 9,25 x 10-3 J/mm2, serta rerata dan SD adalah 8,10 J/mm2 dan 0,84 J/mm2 (Tabel 4).

Tabel 4. Kekuatan impak bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat, dengan penambahan serat kaca, dan penambahan serat polipropilen.

No. Kekuatan Impak (x10-3 J/mm2)

Tanpa Serat Serat Kaca 0,7% 6 mm Serat Polipropilen 0,7% 6 mm

(62)

Kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dinyatakan dengan satuan kg/cm2. Kekuatan transversal terkecil resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat adalah sebesar 781,20 kg/cm2, sedangkan kekuatan terbesar adalah 901,20 kg/cm2, serta rerata dan SD adalah 832,20 kg/cm2 dan 37,16 kg/cm2. Kekuatan transversal terkecil resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca adalah sebesar 862,80 kg/cm2, sedangkan nilai terbesar adalah 1075,20 kg/cm2, serta rerata dan SD adalah 936,72 kg/cm2 dan 65,06 kg/cm2. Kekuatan transversal terkecil resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat polipropilen adalah sebesar 883,20 kg/cm2, sedangkan kekuatan terbesar adalah 974,40 kg/cm2, serta rerata dan SD adalah 916,32 kg/cm2 dan 34,44 kg/cm2 (Tabel 5).

Tabel 5. Kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat, dengan penambahan serat kaca, dan penambahan serat polipropilen

No.

Kekuatan Transversal (Kg/cm2)

Tanpa Serat Serat Kaca 0,7% 6 mm Serat Polipropilen 0,7% 6 mm

(63)

4.2 Pengaruh Penambahan Serat Kaca 0,7% terhadap Kekuatan Impak dan Transversal Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Pengaruh penambahan serat kaca 0,7% pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas terhadap kekuatan impak dianalisis dengan uji t-independen. Sebelum dilakukan pengujian t-independen, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji Saphiro-Wilk untuk mengetahui bahwa data kelompok tanpa penambahan serat dan dengan penambahan serat kaca 0,7% adalah normal. Hasil uji normalitas kelompok tanpa penambahan serat diperoleh nilai 0,919 dengan tingkat signifikansi p = 0,346 (p > 0,05) menunjukkan data terdistribusi normal. Hasil uji normalitas kelompok dengan penambahan serat kaca 0,7% diperoleh nilai 0,932 dengan tingkat signifikansi p = 0,473 (p > 0,05) menunjukkan data terdistribusi normal.

Pada Tabel 6 dari hasil uji t-independen, diperoleh signifikansi p = 0,001 (p < 0,05) menunjukkan ada pengaruh penambahan serat kaca 0,7% terhadap kekuatan impak bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.

Tabel 6. Hasil uji t-independen pada kekuatan impak bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat dan dengan penambahan serat kaca 0,7%

Kelompok Kekuatan Impak p

n X ± SD (x10-3 J/mm2) Tanpa Penambahan Serat 10 6,45 ± 1,18

0,001* Penambahan Serat Kaca 10 8,70 ± 1,48

Keterangan: * Signifikan

(64)

Hasil uji normalitas kelompok tanpa penambahan serat diperoleh nilai 0,972 dengan tingkat signifikansi p = 0,905 (p > 0,05) menunjukkan data terdistribusi normal. Hasil uji normalitas kelompok dengan penambahan serat kaca 0,7% diperoleh nilai 0,867 dengan tingkat signifikansi p = 0,092 (p > 0,05) menunjukkan data terdistribusi normal.

Pada Tabel 7 dari hasil uji t-independen, diperoleh signifikansi p = 0,0001 (p < 0,05) menunjukkan ada pengaruh penambahan serat kaca 0,7% terhadap kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.

Tabel 7. Hasil uji t-independen pada kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat dan dengan penambahan serat kaca 0,7%

Kelompok Kekuatan Transversal p

n X ± SD (kg/cm2) Tanpa Penambahan Serat 10 832,20 ± 37,16

0,0001* Penambahan Serat Kaca 10 936,72 ± 65,06

Keterangan: * Signifikan

4.3 Pengaruh Penambahan Serat Polipropilen 0,7% Terhadap Kekuatan Impak dan Transversal Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas

(65)

Pada Tabel 8 dari hasil uji T-independen, diperoleh signifikansi p = 0,002 (p < 0,05) menunjukkan ada pengaruh penambahan serat polipropilen 0,7% terhadap kekuatan impak bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.

Tabel 8. Hasil uji t-independen pada kekuatan impak bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat dan dengan penambahan serat polipropilen 0,7%

Kelompok Kekuatan Impak p

n X ± SD (x10-3 J/mm2) Tanpa Penambahan Serat 10 6,45 ± 1,18

0,002* Penambahan Serat Polipropilen 10 8,10 ± 0,84

Keterangan: * Signifikan

Pengaruh penambahan serat polipropilen 0,7% terhadap kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dianalisis dengan uji t-independen. Sebelum dilakukan uji t-independen, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji Saphiro-Wilk untuk mengetahui bahwa data kelompok tanpa penambahan serat dan dengan penambahan serat polipropilen 0,7% adalah normal. Hasil uji normalitas kelompok tanpa penambahan serat diperoleh nilai 0,972 dengan tingkat signifikansi p = 0,905 (p > 0,05) menunjukkan data terdistribusi normal. Hasil uji normalitas kelompok dengan penambahan serat polipropilen 0,7% diperoleh nilai 0,943 dengan tingkat signifikansi p = 0,592 (p > 0,05) menunjukkan data terdistribusi normal.

Gambar

Gambar
Gambar 2. Serat Kaca bentuk anyaman
Gambar 3.  Serat kaca bentuk potongan                      kecil
Gambar 6. Ukuran batang uji kekuatan impak
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nilai ini lebih besar apabila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh dogan, dkk, hal ini mungkin disebabkan karena tidak adanya perendaman serat dalam

Pada penelitian ini telah dibuat basis gigi tiruan dengan menggunakan resin akrilik polimerisasi panas dan resin akrilik swapolimerisasi dengan penambahan variasi serat

5.2.5 Perbedaan Kekuatan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi Panas dengan Ketebalan yang Sama dengan dan tanpa Penambahan Serat Kaca. Pada tabel 5 memperlihatkan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa nilai rerata kekuatan im- pak resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat kaca adalah 4,70 x 10 -3 J/mm 2

Kesimpulan dari penelitian ini terdapat penurunan yang bermakna pada kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas yang ditambah serat kaca 1% setelah direndam dalam kopi

Dari uraian diatas timbul permasalahan apakah ada perubahan kekuatan transversal plat resin akrilik polimerisasi panas yang ditambahkan serat kaca 1%

Output uji ANOVA satu arah kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas yang ditambah serat kaca 1% dan direndam dalam kopi robusta selama 1, 3, 5 dan 7

terhadap kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh lama perendaman serat kaca