• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemerolehan Bunyi Ujaran Bahasa Indonesia Anak Usia Dua Tahun: Analisis Fonologi Generatif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pemerolehan Bunyi Ujaran Bahasa Indonesia Anak Usia Dua Tahun: Analisis Fonologi Generatif"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Kajian Linguistik, Agustus 2014, 108-123 Tahun ke-12, No2 Copyright ©2014, Program Studi Linguistik FIB USu, ISSN 1693-4660

PEMEROLEHAN BUNYI UJARAN BAHASA INDONESIA ANAK USIA DUA TAHUN: ANALISIS FONOLOGI GENERATIF

Rahmawati rahmawati 165@gmail.com Gustianingsih, T. Syarfina FIB Universitas Sumatera Utara

Abstract

This study chose the title Phonological Acquisition Indonesian Children Aged Two: Analysis of Phonology Generative. The theory used in this study in the theory of language acquisition of the idea by Chomsky (1957) and the theory of Generative Phonology by Schane (1992). Indonesian is used in everyday communication as a national language. The study used a descriptive method with the help of linguistic field methods, literature and the analysis is supported by IP A phonetic writing, and data collection techniques are tapping technique, consider ably involved, recording, and recording. The results of this study found that Indonesian children aged two years to obtain segments of phonemic vowel {a], {iJ, {a], {e], {uj, and {oj, while not peifect consonantal sound of the children aged two years . Consonantal sounds are difficult to pronounce by children aged two years is {h],

£D,

{r], and {t]o Then there is a change of phonological Indonesian children aged two years, namely, pelesapan consonant sound {h], {r], and

--- -

ttl,

as widl as-

the

replacement oIiheconsonan{UJ

Cind[rJ.

Jfldonesian

-phonological acquisition year olds in generative -phonological rules changes are characteristic, pelesapan rules, rules consonant replacement, fusion rules and the rules of palatalization glides.

Keywords: language acquisition of children two years old, generative phonology

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi manusia yang paling hebat dan paling menakjubkan. Satu hal yang perIu diketahui bahwa pemerolehan bahasa sangat banyak ditentukan oleh interaksi rumit aspek-aspek kematangan biologis, kognitif, dan sosial. Menurut Chomsky (dalam Woolfolk dkk, 1984) anak yang dilahirkan ke dunia telah memiliki kapasitas berbahasa. Seperti halnya dalam bidang ilmu lain, ada faktor peranan yang cukup menonjol, mempengaruhi perkembangan anak pada fisik, psikis, kesehatan, sosial, interaksi dan termasuklah di dalamnya bahasa. Mereka 「・ャセ。イ@ makna kata dan bahasa sesuai dengan apa yang mereka dengar, liliat dan hayati dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan bahasa anak terbentuk oleh lingkungan yang berbeda-beda.

(2)

Rahmawati

pemerolehan sintaksis dan semantik. Ketiga-tiganya dipisahkan hanya untuk. memudahkan pengkajian pemerolehan

bahasa

itu, jadi bukan karena ketiga komponen bahasa itu diperoleh atau berkembang (tumbuh) secara terpisah. Pengkajian pemerolehan fonologi anak usia dua tabun merupakan bagian dari Psikolinguistik Perkembangan (Developmental Psycholinguistics) yang sangat penting dikaji karena orang-orang di sekitar anak akan mengetabui perkembangan bunyi ujaran baik bunyi vokal maupun konsonan dari usia dua tabun. Perkembangan fonologi anak usia dua tabun tidaklah sarna dengan perkembangan fonologi orang dewasa.

Pada usia anak dua tabun, pemerolehan bahasa meliputi ucapan yang dihasilkan oleh bunyi-bunyi dan pilihan ォ。セ@ bentukan, dan kalimat-kalimat yang dibuat dengan meniru orang dewasa. Akan tetapi masih ditemui kerumitan, keteraturan dan keterbatasan bunyi bahasa. Biasanya seorang anak itu mulai belajar berbahasa dengan baik. Dalarn pemerolehan bahasa khususnya pada anak usia dua tabun dapat dilihat dari berbagai segi salah satunya adalah fonologi. Pemerolehan fonologi pada anak usia dua tabun dapat dilihat pada saat ia berbicara.

Perkembangan kebahasaan anak khususnya bunyi ujaran beIjalan sesuai dengan jadwal biologisnya. Banyak orang yang mengaitkan hal ini dengan jumlah umur yang dimiliki oleh seseorang. Rujukan kepada jumlah tabun dan bulan memang lebih mudah digunakan untuk menentukan perkembangan motoris anak.

Perkembangan bunyi ujaran anak-anak disertai oleh pertukaran bunyi ujaran, pelesapan perubahan bahkan mungkin teIjadi bentuk metatesis pada bunyi ujaran anak. Disamping perkembangan bunyi ujaran anak ini yang dilihat, penelitian ini juga ingin melihat perkembangan psikis anak, terutama perkembangan kognitifuya. Keterpaduan perkembangan bunyi ujaran dan perkembangan kognitif ini adalah suatu hal yang harns bisa dideskripsikan dalarn sebuah penelitian. Ini juga alasan ketertarika.., penulis melakukan penelitian ini.

2. Rumusan Masalah

Yang menjadi masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pemerolehan bunyi ujaran anak usia dua tabun khususnya bunyi vokal, konsonan

dan

semivokal dalarn bahasa Indonesia?

2. Bagaimana pola dan perubahan fonologi yang terjadi dalam bahasa anak usia dua tabun?

3. Bagaimana kaidah fonologi generatifbahasa Indonesia anak usia dua tabun?

KAJIAN PUSTAKA

Chomsky melihat adanya dua aliran pendekatan terhadap masalah pemerolehan empiris sebagai suatu kasus pemerolehan pengetabuan. Pendekatan empiris atau environment mempunyai asumsi bahwa struktur LAD atau PPB terbatas hanya pada mekanisme-mekanisme prosesan yang dangkal (permal proscessing mechanism). Mekanisme proses data didasarkan kepada prinsip-prinsip induktif sederhana - misalnya prinsip asosiasi dan prinsip generalisasi yang terbatas. Diasumsikan bahwa pengalaman-pengalaman mula-mula dianalisis sepenuhnya oleh mekanisme-mekanisme prosesan yang dangkaJ itu, dan kemudian dengan menerapkan prinsip-prinsip induktif sederhana terhadap hasil anal isis pengalaman itu seseorang memperoleh pengetahuan dan konsep-konsep (Chomsky, 1999: 34)

Chomsky (1999: 340) mengajukan konstruk mekanisme abstrak yang dinamakan Language Acquisition Device (LAD); yang diteIjemahkan di sini menjadi Piranti Pemerolehan Bahasa (PPB). PPB ini menerima korpus dari lingkungan dalam bentuk

109

(3)

Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 2, Agustus 2014 kalimat-kalimat. Meskipun kalimat merupakan manifestasi dari kompetensi seseorang, tetapi seringkali berbentuk kalimat-kalimat yang raneu. PPB yang dimiliki anak dapat menyerap esensi yang benar yang kemudian dikembangkan menjadi wujud bahasa yang baik. Caranya proses itu terjadi, waktu dan rineian-rineian lainnya memang sebahagian dipengaruhi oleh: lingkungan, tetapi proses pemerolehan itu sendiri pada esensinyaa inner directed "bawaan langsung dari lahir" (Dardjowidjojo, 2000: 19,Gustianingsih, 2005: 10).

Teori fonologi generatif yang dikemukakan oleh Sehane (1973: 49-61) yang membagi proses-proses fonologi menjadi asimilasi, struktur kata, pelemahan dan penguatan, serta netralisasi. Proses fonologis merupakan morfem-morfem yang bergabung untuk membentuk kata, segmen-segmen dari morfem yang berdekatan berjejeran dan kadang-kadang mengalami perubahan. Perubahan juga terjadi dalarn lingkungan yang bukan berupa pertemuan dua mOrfem misalnya posisi awal kata dan

akhir kata, atau hubungan antara segmen dengan vokal bertekanan. Schane (1973: 49-61) mengelompokkan proses-proses fonologi menjadi empat macam yakni:

a) Asimilasi, yaitu suatu peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi bunyi yang lain sebagai akibat dari bunyi yang ada di lingkungannya sehingga bunyi itu

menjadi sarna atau mempunyai eiri -ciri yang sarna dengan bunyi yang mempengaruhinya.

b) struktur suku kata. Proses struktur kata mempengaruhi distribusi secara relasional

konsonan dan vokal, yaitu dalam hubungan satu sarna lain da]arn kata. Proses ini terjadi karena perubahan distribusi ruas dalarn sebuah mOrfem, baik vokal maupun konsonan.

c) Pelemahan dan penguatan. Perubahan struktur suku kata yang disebabkan oleh ruas-ruas-yang lemah ataukuatdalamkata atau morfemdapatdisebut sebagai proses pelemahan dan penguatan.

d) Netralisasi. Menurut Sehane (1973), netralisasi merupakan suatu proses penghilangan perbedaan fonologis dalam lingkungan tertentu

METODE PENELITIAN

1. Sumber Data Penelitian

Sumber data dalarn penelitian ini adalah tuturan anak-anak usia dua tabun di Medan. Selanjutnya disebut sebagai subjek penelitian ini adalah dua orang anak perempuan dan satu orang anak laki-laki. Anak perempuan berusia dua tabun lima bulan bernarna Khansa Aqila Siregar lahir di Medan pada tanggal23 September 2011, anak dari

Bapak Zulkifli Siregar MT dan ibu Erma Bahagia Pakpahan MM. Dua tabun enam bulan bernarna Wan Almira Syakira lahir di Medan pada tanggal 15 Agustus 2011, anak dari Bapak Wan Azmi M.AP dan Ibu Dr. Emi Memori Pakpahan. Anak laki-Iaki lainnya yang berusia dua tabun empat bulan bemarna Muhammad Haikallahir 25 juli 2011, anak dari Bapak Ridwan dan Ibu Syarifah.

2. Teknik Pengumpulan Data

(4)

Rahmawati

metode cakap; dan tekniknya dapat di dibedakan atas dua tahap pemakaiannya yaitu teknik dasar dan teknik lanjutan.

1. Teknik dasar metode simak adalah teknik sadap.

2. Teknik Lanjutan I: teknik simak libat cakap maksudnya si peneliti terlibat langsung dalam dialog dan memperhatikan penggunaaan bahasa mitra wicaranya serta ikut serta dalam pembicaraan mitra wicaranya itu.

3. Teknik Lanjutan II: teknik rekam digunakan untuk mendapatkan data untuk mendapatkan data yang akurat melalui tuturan kanak-kanak ketika anak mengadakan percakapan dengan keluarga, dan lingkungan sekitamya Data yang berupa percakapan direkam dan dicatat.

4. Teknik Lanjut

N:

teknik catat.

3. Teknik AnaHsis Data

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode padan sering pula disebut metode identitas ialah metode yang dipakai untuk mengkaji atau menentukan identitas satuan lingual penentu dengan memakai alat penentu yang berada di luar bahasa. terlepas dari bahasa, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto 1993). Peneliti menggunakan metode fonetis artikulatoris (articulatory phonetic [identity] method), alat penentunya organ wicara atau alat ucap pembentuk bunyi bahasa.

Untuk menganalisis data, penulis menggunakan metode agih. Metode agih adalah metode analisis data yang berupa penghubung antar fenomena dalam bahasa itu sendiri (Sudaryanto 1993: 15). Kemudian untuk menganalisis jenis bunyi ujaran yang digunakan adalah teknik lesap, teknik ganti, teknik perluasan, dan teknik sisip.

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

1. Pemeroleban Bnnyi Ujaran Anak Usia Dna Tabun

Berdasarkan teori pemerolehan bahasa Chomsky (1999: 340) bahasa anak dilahirkan dengan kapasitas pemerolehan dan penggunaan bahasa yang biasa disebut dengan LAD (Language Acquisition Device) atau PPB (piranti Pemerolehan bahasa). Selama pemerolehan bahasa pertama anak adalah kompetensi anak akan bunyi vokal [a], [i], {セ}L@ [£], [u], dan [0] diujarkan dengan sempurna seperti orang dewasa. Bila ditinjau dari keuniversalan fonologi Chomsky yang terjadi pada anak cenderung mudah bunyi vokal terlebih dahulu diperoleh oleh anak dibandingkan bunyi konsonan. Bunyi konsonantal yang sulit diucapkan oJeh WAS, KAS, dan MH adalah bunyi konsonan [h],

[t],

[r], dan [t] yang belum diperoleh dengan sempurna

2. Perubahan Fonologi Bahasa Indonesia Anak Usia Dua Tabun a. Pelesapan Bunyi Konsonan [b)

Bunyi fonologi tiga orang anak usia dua tahun yang berbeda pada kata-kata sebagai berikut:

KATA [ayah] [belah]

WAS [ayah] [belAh]

111

KAS [aya]

[belA]

(5)

Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 2, Agustus 2014

[hap us] [bapus] [apus] [apus]

[hutan] [hutan]

[UtAn]

[utAIl]

[hidup] [hidup] [idup] [idup]

[hidug] [hidug] [idug] [idfig]

[hati] [hati] [ati] [ati]

[lidah] [lidah] elidA] [lidA]

[Iudah] [ludAh] [ludA] [ludA]

[Iihat] [Iiliat] [liat] [liat]

[jahit] [jahit] [jaYit] [jaYit]

[jatuh] [jatuh] [jatu] [jatu]

[jauh] [jauh] [jauJ] [jauJ]

[pobon] [pohon] [poon] [poon]

[putih] [putih] [puti] [puti]

[tabun] [tabun] [taun] [taun]

Berdasarkan teori pemeroleban bahasa Cbomsky 1999 bahasa anak dilahirkan dengan kapasitas pemeroleban dan penggunaan bahasa yang biasa disebut dengan

LAD

(Language Acquisition Device) atau PBS (piranti Pemerolehan Bahasa). Selama pemerolehan bahasa pertama anak seperti pada data di atas adalah: kompetensi anak akan bunyi ujaran vokal [a, i, U, セL@ £, 0] tercermin dalam performansi kata [ayab], [beJah], [hapus], [hutan], [hidup], [hidug], [bati] , [lihat], [Iudah], [jahit], [jauh], [jatuh], [tabun], [putih], dan [pohon], untuk ketiga anak di atas (WAS, KAS, dan MH). Kompetensi anak akan bunyi ujaran konsonatal

[Y],

dan [h] pada kata [ayah], [b],

[I],

dan [h] pada kata [belah], [h], [p], dan. [s] pada kata [hapus], kata [h], [t], dan en] pada kata [hutan], [h], Cd], dan [p] pada kata [hidup], [h], [d], dan [g] pada kata [hidUlJ], [h] dan [t] pada kata [bati],

[I],

[h], dan [t]pada kata[lihat], [I], Cd], dan [hJpadakata [Iudah],[j], [h], dan [t]pada

kata [jahit], [j], dan [h] pada kata [jauh], [j], [t], dan [h] pada kata [jatuh], [t], [h] dan en] pada kata kata [tahun], [p], [t], dan [h] pada kata [putih], [p], [h], dan [n], pada kata [pohon]. Dalam performansi kata-kata tersebut hanya saja baru WAS yang dapat mengujarkan kata [ayah], [belah], [hapus], [hutan], [hidup], [hidUlJ], [hati], [lihat] , [Iudah], [jahit], [jauh], [jatuh], [tabun], [putih], dan [pohon] dengan sempuma seperti bahasa orang dewasa, sedangkan KAS dan MH menghilangkanlmelesapkan bunyi konsonan [b] pada awal, tengah, dan akhir kata.

Berdasarkan teori generatif bentuk ini termasuk dalam proses fonologis yang disebut aferesis, sinkope, dan apokope. Aferesis adalah pelesapan fonem pada awal kata, sinkope adalah pelesapan fonem tengah kata, dan apokope adalah pelesapan fonem akhir kata. PeJesapan bunyi adalah biJangnya bunyi atau fonem pada awal, tengah dan akhir sebuah kata tanpa mengubah makna.

b. Pelesapan Buuyi Konsonan [r]

Pada fonologi tiga orang anak yang berbeda terdapat pada kata

Itertawa/, Itertutup/,

Iterbuka/, Ikerlap/, dan Ikerlip/.

WAS : [tetawa], [tetutup], [tebuka], [kelap], [kelip] KAS : [tetawa], [tetutup], [tebuka], [kelap], [kelip] MH : [tetawa], [tetutup], [tebukaJ, [kelap], [kelip]

(6)

Rohmawati

pemerolehan bahasa pertaIna anak seperti pada data di atas adalab: kompetensi anak akan bunyi ujaran vokal [a, i, U, セL@ t, 0] tercermin dalam performansi kata [tertawa] untuk ketiga anak di atas WAS, KAS, dan MH. Kompetensi anak akan bunyi ujaran konsonantal [t] dan [w] pada kata [tertawa] WAS, KAS, dan MH belum sempurna mengucapkan kata tersebut dan melesapkan bunyi konsonan [r] disebabkan mereka masih berusia dua tahun dan belum mampu mengucapkan bunyi konsonan [rl. Berdasarkan teori generatif bentuk ini termasuk dalam proses fonologis yang disebut sinkope. Sinkope adalab pelesapan fonem pada tengah kata tanpa mengubab makna.

c. Pelesapan Konsonan [t]

Pada fonologi tiga orang anak yang berbeda terdapat pada kata ItoUkatl, Itingkatl WAS : [toukat], [tigkat]

KAS : [togkat], [tigkat] MH : [ ogkat], [igkat]

Berdasarkan teori pemerolehan bahasa Chomsky 1999 bahasa anak dilahirkan dengan kapasitas pemerolehan dan penggunaan bahasa yang biasa disebut dengan LAD (Language Acquisition Device) atau PBB (piranti Pemerolehan Bahasa). SeJama pemerolehan babasa pertaIna anak seperti pada data di atas adalab: kompetensi anak akan bunyi ujaran vokal [a, セ@ u, セL@ t, 0] tercermin dalam performansi kata [tog kat] untuk ketiga anak di atas (WAS, KAS, dan MH). Kompetensi anak

akan

bunyi ujaran konsonataI [t], [g] dan [k] pada kata [togkat], [tigkat]. Pada kata [togkat], [tigkat] hanya WAS dan KAS yang dapat mengujarkan dengan sempurna, sedangkan MH menghilangkanlmelesapkan bunyi konsonan [t] pada awal kata. Berdasarkan teori generatif bentuk ini termasuk dalam proses fonologis yang disebut aferesis. Meresis adalah pelesapan fonem pada awal kata tanpa mengubah makna.

d. Penggantian Konsonan [t]

Pada fonologi tiga orang anak yang berbeda terdapat pada kata Ifoto/, lfilml. WAS : [poto], [pilm]

KAS : [poto], [pilm] MH : [ poto], [pilm]

Berdasarkan teori Jakobson 1971 bahwa anak akan memeroleh kontras (oposisi) di antar stop bibir (bilabial) dengan stop gigi (dental) lebih dahulu

daripada

kontras-kontras di antara bilabial dengan velar atau di antara dental dengan velar. Seterusnya beliau mengatakan babwa konsonan stop (hentian)

akan

lebih dabulu diperoleh daripada frikatif

dan

afrikat dan yang paling akhir diperoleh, ialah bunyi-bunyi likuid, seperti [I] dan [r],

dan

bunyi-bunyi luncuran (glide), seperti [y] dan [w]. Pada dasarnya umumnya anak-anak lebih dabulu membunyikan [p], [b] [d], dan [t] sebelum membunyikan [r] atau [s]. Oleh karena itu sering teIjadi

[fJ

ditukar menjadi [pl.

Berdasarkan data di atas juga, dapat dikatakatan bahwa bunyi Ifoto/, lfilml diujarkan oleh WAS, KAS dan MH belum sempurna. Melainkan kata Ifotol berubab menjadi [poto], dan IfilmI berubah menjadi [pilm]. Dalam hal ini bunyi [f] di awal kata berganti menjadi bunyi [pl. Berdasarkan teori generatifbentuk ini termasuk dalam kaidah penggantian konsonan.

(7)

Kajian Linguistik, Tahun Ke-l2, No 2, Agustus 2014

e. Penggantian Konsonan

Irl

Pada fonologi tiga orang anak yang berbeda terdapat

pada

kata sebagai berikut:

KATA [bakar] [bam] [beberapa] [buruk [diri] [garam] [garuk] [kering] [kiri] [lebar] [lempar] [matahari] [merah] [mereka] [paras] [pasir] [perut] [pintar] [pusar] [rumah] [rumput] [sering] {エ・イ「セァ}@ [tidur] [warna] WAS [bakal] [balu] [bebelapa] [buluk] [dili] [galam] [galuk] [keling] [kili] [lebal] [Jempal] [matahali] [melah] [meleka] [palas] [pasil] [pelut] [pintaIl [pusal] [lumah] [lumput] [seling] {エセNャ「。ョァ}@ [tidul] [walna] KAS [bakal] [balu] [bebelapa] [buluk] [diJi] [galam] [galuk] [keling] [kili] [lebal] [Iempal] [mataali] [melah] [meleka] [palas] [pasil] [pelut] [pintaIl [pusal] [lumah] [lumput] [seling] [telbang] [tidul] [walna] MH [bakal] [balu] (bebelapa] [buluk] [dili] [galam] [gal uk] [keling] [kili] [lebal] [1empal] [mataali] [melah] [meleka] [palas] [pasil] [pelut] [pintal] [pusal] [lumah] [Iumput] [seling] [telbang] [tidul] [walna] Berdasarkan data di atas bahwa WAS, KAS, dan MH sudah memperoleh bunyi vokal [a, i, e dan u] sedang pada bunyi konsonan [r] mereka belum bisa memperolelmya. Dapat dikatakan bahwa WAS, KAS dan MH belum sempurna mengatakan kata-kata yang terdapat bunyi konsonan [r]. Karena bunyi konsonan [r] belum dikuasai oleh merekan, oleh karena itu WAS, KAS dan MH mengganti bunyi konsonan [r] ini dengan bunyi yang lain. Penggantian ini bergeser dari satu bunyi ke bunyi yang lain selaras dengan kemampuan fisiologisnya. Penggantian ini mengikuti pola umum, yakni kedekatan fonetik (phonetic Proximity): suatu bunyi diganti oleh bunyi yang lain secara fonetis berdekatan. Dengan dasar ini maka polanya adalah konsonan getar alveolar diganti dengan konsonan lateral- [r]

>

[I]. Berdasarkan toori generatifbentuk ini termasuk dalam proses fonologis yang disebut dengan kaidah penggantian konsonan.

f. Penggantian Konsonan Irl

Pada fonologi tiga orang anak yang berbeda terdapat pada kata Igarukl, lturun/, Itarikl,/teri/.

(8)

Rahmawati

Berdasarkan data dia atas bahwa WAS, KAS, dan MH sudab memperoleh bunyi vokal [a, i dan u], dan konsonan [ g, t, n, dan k] sedangkan bunyi konsonan [r] mereka belum memperolehnya. Pemerolehan fonologi secara umum dalam penelitian

Echa

mengikuti urutan pemerolehan yang sifatnya universal. Vokal yang dikuasai terlebih dabulu adalah vokal yang konstraktif [a]. Setelah itu vokaI-vokal lain menyusul. Demikian pula dalam hal konsonan, konsonan hambat dikuasai sebelum frikatif, dan frikatif dikuasai sebelum afrikat. Bunyi nasal dimulai dari nasal bilabial em], diikuti oleb nasal velar en]. Bunyi lateral [I] telah dikuasai sedangkan bunyi getar [r] belum. Bahkan dalam satu kelompok yang sarna, yakni kelompok bambat, urutannya juga universal: bilabial dikuasai sebelum alveolar, dan alveolar sebelum velar. Dardjowidjojo dalam peneilitian Echa mengatakan ketidakmampuan Echa mengucapkan fonem getar [r] jelas disebabkan belum mampu untuk menempelkan ujung Iidah pada dinding alveolar dan mematuk-matukkannya berkali-kali, karena itulah Echa mengganti bunyi getar [r] menjadi bunyi [1].

Dalam teori Chomsky mengatakan bahwa anak menguasai bunyi apa pun yang secara fisiologis dimungkinkan merupakan hal yang kodrati dan dalam program genetik pada anak tentunya ada urutan pemeroJeban yang sesuai dengan kodrat bunyi-bunyi tersebut. Kemampuan auk itu berubah-ubah dari waktu ke waktu sebingga bagi Ecba baru pada usia 4:9 tabun dia mengalami perubahan dari

tidak

bisa mengucapkan [r] menjadi bisa mengucapkan bunyi tersebut. Oleb karena itu anak usia dua tabun (WAS, KAS, dan MH) masih sulit mengucapkan bunyi konsonan [r]. Secara universal bunyi [r] diujarkan setelah usia dua tabun. Sehingga bunyi [r] selalu diganti menjadi bunyi [I] dan [y]. Berdasarkan teori generatif bentuk ini termasuk dalam kaidah penggantian konsonan.

g. Kaidab Perpaduan

Pada fonologi tiga orang anak yang berbeda terdapat pada kata /sungay/, [kalaw], dan [danaw].

WAS : [SUlJt], [kaIJ], [dan;)] KAS : [sugt], [kalJ], [dan;)] MIl : [sug£], [kat;)], [dan;)]

Ditinjau dari keuniversaIan fonologi Chomsky, bunyi semivokal raw] yang terdapat dalam bahasa anak usia dua tahun ini cenderung

tidak

mudah, karena masih terjadi perubahan dari ray] menjadi [t], dari [au] menjadi [0] seperti pada kata [kalaw] menjadi [kal;)], [danaw] menjadi [dan;)], dan [sUlJay] menjadi [SUlJt]. Pada kata tersebut WAS, KAS dan MH mengucapkan kata [sungay] menjadi [SUlJt]' Pada bunyi 'ay' WAS, KAS dan MH merubah menjadi segmen 't'. Segmen 'e' terbentuk dengan lidah dalam keadaan rendah, pada bagian depan muIut, udara keluar melalui bidung, dan bentuk bibir tidak bundar. Kemudian pada kata [kalaw] dan [danaw], WAS, KAS dan MH belum sempuma mengatakannya dan merubah gugus segmen menjadi satu segmen seperti bunyi 'aw' menjadi ';)'. Segmen ';)' terbentuk dengan posisi lidah rendah, pada bagian belakang mulut, udara keluar melalui hidung dan bentuk bibir bundar. Berdasarkan teori generatif bentuk ini termasuk dalam proses fonologi yang disebut dengan kaidab perpaduan. Kaidah perpaduan adalah kaidah perubahan gugus segmen menjadi satu segmen yang disebut juga monoftongisasi.

h. Kaidah Palatalisasi Semivokal

Pada fonologi tiga orang anak yang berbeda terdapat pada kata [baik], [busuk], [gosok], [jahit], [lain], [main], [suami], [tua], [tiup].

115

(9)

Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 2, Agustus 2014 WAS : [baYik], [busYuk], [gosYok], [laYin], [maYin], [suWami], [tuWa]

KAS : [baYik], [busYuk], [gosYok], [laYin], [maYin], [suWami], [tuWa], [tiYup] MH :[baYik], [busYuk], [jaYit], [gosYok], [laYin], [maYin], [suWami], [tuWa], [tiYup]

Ditinjau dari keuniversalan fonologi Chomsky bunyi yang teJjadi pada anak eenderung mudah. Sesuai pada data diatas WAS, KAS dan MH sudah memperoleh bunyi vokaJ dengan baik begitu juga pada bunyi konsonan. Pada data tersebut WAS, KAS dan MH menyebutkan kata-kata tersebut dengan semivokal 'y' dan 'w'. Dalam hal ini teJjadi teori generatif yaitu perpaduan segmen vokal dan semivokal menjadi vokal ganda atau disebut dengan proses diftongisasi.

3. Proses-Proses Fonologi Bahasa Indonesia Anak Usia Dua Tabun

a.

Asimilasi

Asimilasi terjadi apabiJa em suatu segmen menyerupai em segmen yang memengaruhinya. Beberapa variasi segmen vokal muneul akibat peristiwa asimilasi. Taksonomi asimilasi baku melibatkan arah; pengaruh asimilasi dapat ke arah kiri atau ke arab kanan (Lass, 1991: 195). Pengaruh yang bergerak ke arab kiri disebut dengan asimilasi regresif, sedangkan pengarug asimilasi yang bergerak ke arab kanan disebut asimilasi progresif

1. Asimilasi Regresif

Segmcn vokal yang terpengaruh oleh konsonan nasal di belakangnya menjadikan setiap vokal mengalami perubahan em menjadi vokal ョ。ウ。セ@ seperti di bawah ini:

Ibadan/ lidung/

Imainl

IpJOg/

. -

_ .

[badan] 'panas' [idfuJ] 'hidung' [main] 'main' [pJt:Jg] 'potong'

Data di atas menunjukkan babwa segmen [a] mengalami perubaban ciri menjadi segmen nasal [a] akibat pengaruh konsonan en] pada silabel ultima. Penasalanjuga teJjadi pada segmen [J] menjadi [J] dalam silabel ultima akibat pengaruh konsonan [IJ]. Pada vokal [I] mengalami perubahan ciri menjadi nasal

[I]

pada silabel ultima dan antepenultima.

2. Asimilasi Progresif

Konsonan nasal yang berada sebelum vokal pada satu silabel menjadi konsonan tersebut mengalami perubaban ciri, seperti contoh berikut ini:

Inaluril [naluRi] 'naluri'

/tamuJ [tamii] 'tamu'

(10)

Rahmawati

b. Proses Struktor Silabel

Proses struktur silabel adalah proses perubahan susunan segmen dalam suku kata

(y usuf, 1998: 125). Struktur silabel dalam Bahasa Indonesia anak usia dua tahun dapat berubah karena pengaruh segmen. Perubahan tersebut berupa proses perpaduan vokal dan konsonan (kontraksi), perubahan tempat (metatesis), haplologi, pelesapan, dan penyisipan segmen.

Perubahan bunyi akibat peristiwa kontraksi segmen dengan konsonan tennasuk dalam proses struktur silabel. Contohnya, *[sU1]ay] 'sungai' menjadi [sugr] 'sungai, *[kalaro] 'kalau' menjadi [kal:::>] 'kalau', dan *[danaro] 'danau' mergadi [dan:::>] 'danau'. Dalam hal ini tetjadi perpaduan segmen vokal dan semivokaI menjadi vokal ganda atau disebut dengan proses diftongisasi.

c. Netralisasi

Netralisasi pada bahasa anak usia dua tahun mengalami penghilangan fungsi pembeda suatu fonem akibat pengaruh lingkungan. Contoh: bunyi fbi pada kata [sebab] dan [jawab] dibunyikan Ipl menjadi [sebap] dan [jawap]. Kemudian pada bunyi It! pada kata [babat] dibunyikan Idl menjadi [babad].

d. Pelemahan Bunyi

Pelemahan bunyi adalah proses perubahan bunyi yang disebabkan melemahnya hunyi yang lebih kuat. Proses pelemahan bunyi dalam Bahasa Indonesia anak usia dua tabun disebabkan oIeh pengenduran Iidah saat mengucapkan vokal tinggi pada silabel tertutup. Segmen [i, i] yang berada pada silabel terbuka diucapkan dengan penegangan lidah. Contohnya terdapat pada kata [lidah] 'lidah'; [nipis] 'tipis'.

4. Kaidah FODOJOgi Segmen Bahasa Indonesia Anak Usia Dua Tabun

Kaidah fonologis adalah penetapan persyaratan untuk tetjadinya proses fonologi dengan menggunakan notasi fonnal (Schane, 1992: 65). Notasi itu harus cocok untuk mengungkapkan jenis-jenis proses yang tetjadi dalam fonologi. Perubahan bunyi yang tetjadi pada Bahasa Indonesia anak usia dua tabun dalam suatu siIabel dapat dituliskan dalam bentuk kaidah. Melalui kaidah, akan diketahui segmen bunyi mana saja yang berubah, bagaimana, dan dalam kondisi apa segmen bunyi tersebut berubah. Dengan kata lain, melalui kaidah-kaidah itu berbagai generalisasi gejala fonologis dapat digambarkan secara ringkas dan eftsien.

a. Kaidah Perubahan Ciri

Kaidah perubahan ciri adalah kaidah yang menyatakan perubahan ciri suatu segmen bunyi akibat pengaruh segmen bunyi yang lain. Dalam Bahasa Indonesia anak usia dua tahun kaidah perubahan bunyi tetjadi pada nasalisasi. Nasalisasi adalah perubahan ciri segmen yang tidak bercirikan nasal menjadi segmen yang bercirikan nasal akibat pengaruh konsonan nasaL Segmen vokal yang berada sebelum atau sesudah konsonan nasal pada satu silabel mengakibatkan segmen vokal tersebut bercirikan nasal. Perubahan segmen [a, :::>, J] yang tidak mengandung ciri nasal menjadi segmen nasal, seperti contoh dibawah ini.

/panas/ /tanah/ /pJt:::>IJ/

[panas] 'panas' [tanah] 'tanah' [pJt;)g] 'potong'

(11)

Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 2, Agustus 2014 Perubahan bunyi di atas merupakan asimilasi regresif yang dapat dikaidahkan sebagai berikut.

Cara membaca kaidah di atas adalah vokal yang tidak bercirikan nasal menjadi vokal yang mengandung ciri nasa) jika muncul sebelum konsonan nasal dalam satu

silabel.

b.

Kaidah Pelesapan Bunyi [h]

Anak usia dua tabun cenderung melesapkan konsonan /hi di awal kata dan ada beberapa kata yang mengalami pelesapan pada tengah kata dan akhir kata. Pelesapan konsonan /hi terjadi diawali oleh vokal. Berikut adalah kata-kata yang mengalami peJesapan konsonan /hi, bam di awal, di tengah, maupun di akhir kata.

Kaidah pelesapan yang terjadi dalam bahasa anak usia dua tabun adalah sebagai berikut:

Ihapus/ [apus]

Ihatil [ati]

/lihatJ [liat]

Ihutanl [utan]

/tahunl [taun]

Ihidup/ [idupJ

Ihidulj/ [iduljJ

lhitulJ/ [itul]]

/jahit/ [jait]

Berdasarkan data di atas dapat dirumuskan kaidah formulasinya sebagai berikut:

c.

Kaidah Pelesapan Konsonan [r)

Pelesapan bunyi konsonan [r] pada kata /tertawal, /tertutup/, Ikerlap/, Ikerlipl menjadi [tetawa], [tetutupJ, [kelapJ, [kelipJ.

Berdasarkan data di atas dapat dirumuskan kaidah formulasinya sebagai berikut:

[r] ... 0

d.

Kaidah Pelesapan Konsonan

[t]

PeJesapan bunyi konsonan [t] pada kata /tOljkat/, /tingkat/ menjadi [Ol]kat], [ingkat]. Kaidah fonologinya sebagai berikut:

(12)

Rahmawati

e.

Kaidah Penggantian Konsonan

[t]

Bunyi konsonan

[f]

mengalami perubahan atau penggantian meqjadi konsonan [p]

pada awal kata. Terdapat pada kata

Ifoto/,

lfilml menjadi kata [poto], [pilm]. Dari data di

atas dirumuskan kaidah formulasinya sebagai berikut

[f] ...

[P]

f.

Kaidah Penggantian Konsonan [r]

Bunyi konsonan [r] mengalami perubahan atau penggantian menjadi konsonan [I]

pada awal, tengah dan akhir kata. Untuk lebih jelasnya Iagi dapat diperhatikan pada

data

berikut ini:

Ibakarl

セ@

[bakal]

Ibaru/ -4

[baIu]

/beberapal

....,

[bebelapa]

Igaraml

....,

[galam]

Igaruk/

....,

[galuk]

Ilebarl

...

[Iebal]

Ilemparl

- ;

[lempaJ]

Imataharil

....

[matahali]

Imerahl

....,

[melah]

Iparas/

....

[palas]

Ipintarl

....,

[pintaIl

Ipusarl

....,

[pusal]

Iwarnal

セ@

[walna]

Idiri/

....

[dili]

/kering/

....,

[keling]

/kiril

...

[kili]

Ipasirl

-4

[pasil]

Isering/

...

[seling]

Iburuk/

セ@

[buIuk]

/perut/

- ;

[peIut]

lrumahl

- ;

[Iumah]

/rumput/

....,

[Iumput]

Itidurl

...

[tidul]

Imerekal

...,

[meleka]

(13)

Kajian Linguisti!, Tahun Ke-12, No 2, Agustus 2014

/terbang/ [teJbang]

Sehingga kaidahnya [r]...j [I]

g. Kaidah Pengganti Konsonan [r)

Bunyi konsonan [r] mengalami perubahan atau penggantian menjadi konsonan [y] pada tengah kata. Untuk lebih jelasnya lagi dapat diperhatikan pada kata /garuk/, /tumn/, /tarik/,

Iteril

menjadi kata [gayuk], [tuyun], [tayik], [teli]. Kaidah formulasinya sebagai berikut:

[r] .... [y]

h. Kaidah Perpaduan

Kaidah perpaduan adalah kaidah perubahan gugus segmen menjadi satu segmen. Beberapa gugus segmen bahasa anak usia dna tahun sering diucapkan menjadi satu segmen. Vokal rangkap layl dan lawl diucapkan menjadi It] dan [J] pada posisi akhir kata. Yaitu:

*

[sugay] * [kalaw] *fdanawl Rahmawati

[sugt] 'sungai [kal:::>] 'kalau' [dan:::>] 'danau'.

Perubahansegmen di· atas dinotasikan dalam kaidah berikut:

r

v

l

+rendah

+

tengah

J (

k

J

c:::::>

fr:ndah

] / - - #

lr

semivokal

-tenga

Cara membaca kaidah di atas adalah vokal rendah dan tengah [a] yang berada sebelum semivokal [y atau w] berubah menjadi vokal rendah depan It] atau rendah belakang [J]jika muncul pada posisi akhir sebelumjeda

i. Kaidah Palatalisasi Semivokal

PalataIisasi adaJah suatu proses yang teJjadi karen a mengalami perubahan bunyi vokal karen a penambahan bunyi konsonan. Untuk lebih jelasnya, dapat diperhatikan pada kata berikut ini:

a. [baik] b. [busuk] c. [jahit] d. [gosok] e. [lain]

f. [main] g. [suami]

h. [tua]

i. [tiup]

(14)

Rahmawati

Dari data di atas dapat membentuk kaidah fonnulasi sebagai berikut:

9

=

lZセZセ@

J / [ ::

jMMMKsゥュ「セ@

+tmggl buJat

-bulat

Kaidah di atas menyatakan bahwa semivokal [y] atau [w] [-kon, -sil, +tin, -bull ditambahkan di antara vokaI yang mendahuJui vokaJ [u] atau [01. Berdasarkan data yang

ada, ternyata kecenderungan ini berJaku pada semua data pertamanya adaJah vokaJ tinggi

dan vokal sedang.

SIMPULAN DAN SARAN

1.

Simpulan

Berclasarkan hasil dan pembahasan data di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa anak usia tabun dalam penelitian ini WAS, KAS, dan MH sudah memperoJeh bunyi vokal [a], [i], {セ}L@ [€], [u], dan [0] dengan sempurna, sedangkan bunyi konsonan belum diperoleh dengan sempurna. Bila ditinjau dari keuniversalan fonologi Chomsky yang terjadi pada anak cenderung mudah bunyi vokaJ terJebih dabuJu diperoJeh oJeh anak dibandingkan bunyi konsonan. Bunyi konsonantaJ yang sulit diucapkan oJeh anak usia tabun WAS, KAS, dan MH terdapat pada bunyi konsonan [h], [t], [r], dan [t].

Perubahan fonoJogi bahasa Indonesia anak usia dua tabun yaitu, peJesapan bunyi konsonan [h], peJesapan bunyi konsonan [r], peJesapan bunyi konsonan [t], penggantian konsonan [£], penggantian konsonan [r], kaidah perpaduan, dan kaidab palatalisasi semivokal. Dan mengalami proses-proses fonologi bahasa Indonesia anak usia dua tabun daJam proses asimiJasi, asimiJasi progresif, proses struktur siJabeI, netralisasi, dan pelemahan bunyi.

Kaidah fonologis bahasa Indonesia anak usia dua tabun adaJah sebagai berikut: kaidab perubahan ciri, kaidah peJesapan konsonan, kaidah, penggantian konsonan, dan kaidah perpaduan, kaidah palatalisasi semivokal.

2. Saran

PerJu adanya perhatian khusus daJam pemerolehan bunyi ujaran Bahasa Indonesia anak usia dua tabun. Penggunaan istilah bahasa ibu perlu dilakukan dengan hati-hati, sebab banyak kasus terjadi, tewrutama di kota besar yang multilingual. Bahasa Indonesia Anak Usia Dua Tahun banyak memiIiki fenomenan yang menarik untuk diteJiti, seperti konsonan Bahasa Indonesia Anak Usia Dua Tahun jika diteliti dengan menerapkan teori Fonologi Generatif. Oleh karena itu kelanjutan penelitian Bahasa Indonesia Anak Usia Dua Tahun perJu diJakukan peneJitian yang Jain, dalam kajian morfologi, sintaktis, semantik, dan pragmatik.

121

(15)

Kajian Linguist;k, Tahun Ke-12, No 2, Agustus 2014

DAFTAR PUSTAKA

Cairn, H.S and C.E. Cairns. (1976). Psycholinguistic: A Cognitive View of Language. New York: Holt, Rinehart and Winston

Cairns Helen S. Dan Charles E.Cairns. (1976). Psycholinguistic A Cognitive View

Of

Language. New York: Holt Rinehart and Winston

Chaer, Abdul. (2003). Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta Chomsky, N. (1957). Syntactic Structure (Struktur Sintaksis) The Hague: Mouton. Chomsky, N. (1965). Aspects of the Theory of Syntax (Aspek-aspek dari teori sintaksis).

Cambridge, Mass: MIT Press.

Chomsky, N. (1972). Language and Mind (bahasa dan pikiran). New York: Holt, Rinehart & Winston.

Chomsky, N. (1999). "On Nature, Use, and Acquisition of Language". Dalam Ritchie &

Bhatia, (1999).

Comrie, Bernard. (1989). Language Universals and Linguistic Typology. Oxford: Basil Blackwell Ltd.

Daulay, Syahnan. (2010). Pemerolehan dan Pembelajaran Bahasa. Bandung: Citapustaka Media Perintis

Dardjowidjojo, Soenjono; Atmajaya. (2000). &ha (Kisah Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia). Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia

Dardjowidjojo, Soenjono. 2005. Psikolinguistik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Ferguson, C.A. and C.B. Farwell. (1975). "Words and Sounds iii Early Language Acquisition". Language. 5l.2:419-439

Greenberg, Joseph H. (1963). Universals of Language. Cambridge, Mass: MIT Press Gustianingsih. (2002). Pemerolehan Kalimat Majemuk Bahasa Indonesia pada Anak

Usia Taman Kanak-Kanak Medan. Tesis: Pascasrujana USU

Hyman. (1975). Phonology: Theory and Analysis (Fonologi: teori dan analisis). New York: Holt, Rinehart & Witson

Jakobson. (1971). Studies on Child Language and Aphasia. The Hague Mouton Publishers.

Kridalaksana, Harimurti. (1982). Kamus Linguistik Jakarta: Gramedia

Lass, Roger. (1991). Fonologi: Sebuah Pengantar untuk Konsep-konsep Dasar. terj. Warsono, dkk. Semarang: IKIP Semarang Press

Maksan, Marjusman. (1993). Psikolinguistik Padang: IKIP Padang Press.

Mangantar Simanjuntak. (1987). Pengantar Psikolinguistik Modern. Hulu Kelang, Selangor: Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka

Nababan & Subyakto, Utari. (1992). Psikolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

(16)

Rahmawati

Pastika, I Wayan. (1993). Teor; Transformasi Generatif dalam Penelitian Fonolog; dan Sintaksis; Suatu Tinjauan Teoretis: Laporan Penelitian. Penelitian Program Studi Magister Linguistik, Fakultas Pascasmjana, Unud.

Piaget, J. (1959). The Child's Conception of Space. London: Routledge & Kegan Paul. Schane, Sanford A. (1992). Fonologi Generatif. Summer Institute of Linguistics Jakarta Schultz, D. & Schultz, S. E. (2006). Psychology & Work Today. (9th ed). New Jersey:

Pearson Education, Inc.

Simanjuntak, Mangantar. (1987). Pengantar Psikolinguistik Modern. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka

Simanjuntak, Mangantar. (2009). Pengantar Neuropsikolinguistik Medan: Universitas Sumatera Utara Press

Slobin, Dan Isaac. (1979). Psycolinguistics. Glennville, III.: Scott, Foresman and Company.

Sudruyanto. (1993). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana.

Tarigan, Henry Guntur. (1985). Learning Systems and Error Analysis. Dalam Gilbert AJ. (1977). Perspectives: A New Preedom. Stockie, IHinois: National Textbook Co. Verhaar, J.W.M. (1977). Pengantar Linguistik, Jilid 1. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Woolfolk & McCune-Nicolich . (1984). Educational Psycology for Teachers: Over-view of Piaget's Theory of Cognitive Development.

Referensi

Dokumen terkait

Pemborong bertanggung jawab atas keamanan seluruh pekerjaan termasuk bahan-bahan bangunan dan perlengkapan instalasi di tapak, hingga kontrak selesai dan diterima

RINCIAN JUMLAH PEROLEHAN SUARA SAH SETIAP PARTAI POLITIK DAN CALON ANGGOTA DPRD PROVINSI SERTA PERINGKAT SUARA SAH CALON ANGGOTA DPRD PROVINSI DALAM PEMILU TAHUN 2014... BAMBANG

apabila yang bersangkutan mengundurkan diri dan masa penawarannya masih berlaku dengan alasan yang tidak dapat diterima secara obyektif oleh Panitia Pengadaan Barang

[r]

In the IH4DS thread of OWS-2, the owsBase.xsd XML Schema, previously defined and used in WCS 1.0, was edited and then used by multiple specific OWSs, including WCS (draft

Alhamdulillahi robbilalamin, segala syukur atas rahmat dan ridho Allah SWT yang telah mempermudahkan hamba-Nya dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul Peran

Seliubungan dengan itu, Le~iibaga Penelitian Universitas Negeri Padang bekerjasama dengan Pimpinan Universitas, telah ~ne~nfasilitasi peneliti untuk melaksanakan

 Kemarin, 25 September 2018, pemerintah berhasil menyerap Rp 20 triliun dana dari investor dalam lelang Surat Utang Negara (SUN) kemarin dengan tingkat penawaran yang