• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PENGELOLAAN GULMA TERHADAP KELIMPAHAN DAN KERAGAMAN NEMATODA TANAH PADA PERTANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DI LABORATORIUM LAPANGAN TERPADU FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PENGELOLAAN GULMA TERHADAP KELIMPAHAN DAN KERAGAMAN NEMATODA TANAH PADA PERTANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DI LABORATORIUM LAPANGAN TERPADU FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PENGELOLAAN GULMA TERHADAP KELIMPAHAN DAN KERAGAMAN NEMATODA TANAH

PADA PERTANAMAN JAGUNG (Zea maysL.) DI LABORATORIUM LAPANGAN TERPADU FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

WIKAMA’RIFATUL FITRIYAH

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ii

ABSTRAK

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PENGELOLAAN GULMA TERHADAP KELIMPAHAN DAN KERAGAMAN NEMATODA TANAH

PADA PERTANAMAN JAGUNG (Zea maysL.) DI LABORATORIUM LAPANGAN TERPADU FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG Oleh

Wika Ma’rifatul Fitriyah

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh sistem olah tanah dan pengelolaan gulma serta interaksinya terhadap kelimpahan dan keragaman nematoda tanah pada pertanaman jagung. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Lapangan Terpadu Universitas Lampung dari bulan Januari sampai dengan Juli 2014. Satuan Percobaan berupa petak 4 m x 4 m disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK) faktorial (2x2) dengan faktor pertama sistem olah tanah dan faktor kedua pengelolaan gulma dengan empat ulangan

(3)

iii

menggunakan larutan Golden X dengan komposisi 90:8:2 bagian. Nematoda tanah diidentifikasi sampai dengan tingkat genus berdasarkan ciri morfologinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan 52 genus nematoda tanah yang berasosiasi dengan pertanaman jagung yang terbagi dalam lima kelompok makan yaitu nematoda parasit tumbuhan, nematoda pemakan bakteri, nematoda

omnivora, nematoda pemakan jamur dan nematoda predator. Berdasarkan proporsinya genusHelicotylenchusdanRhabditisselalu tinggi sedangkan genus Aphelenchustinggi ketika tanaman jagung berumur 10 hst dan genusMeloidogyne tinggi ketika tanaman jagung berumur 98 hst. Sistem olah tanah tidak nyata mempengaruhi keragaman nematoda tanah, namun nyata berpengaruh terhadap kelimpahan nematoda pemakan bakteri ketika tanaman jagung berumur 10 hst dan 98 hst. Sistem olah tanah nyata berpengaruh terhadap kelimpahan seluruh

nematoda, nematoda parasit tumbuhan, dan nematoda omnivora ketika tanaman jagung berumur 98 hst. Pengelolaan gulma dan interaksinya dengan sistem olah tanah tidak nyata mempengaruhi keragaman dan kelimpahan kelompok makan komunitas nematoda tanah ketika tanaman jagung berumur 10 hst maupun 98 hst.

(4)

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PENGELOLAAN GULMA TERHADAP KELIMPAHAN DAN KERAGAMAN NEMATODA TANAH

PADA PERTANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DI LABORATORIUM LAPANGAN TERPADU FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

Oleh

WIKA MA’RIFATUL FITRIYAH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur pikir pengaruh sistem olah tanah dan pengelolaan gulma terhadap kelimpahan dan keragaman nematoda tanah pada

pertanaman jagung. ... 8 2. Tata letak petak percobaan. ... 20 3. Tata letak pengambilan sampel tanah pengambilan pertama (A),

tata letak pengambilan sampel tanah pengambilan kedua (B). ... 23 4. Komposisi kelompok makan komunitas nematoda tanah pada

pertanaman jagung berumur 10 hst dan 98 hst. ... 33 5. Beberapa nematoda yang ditemukan pada lahan pertanaman jagung

Rhabditis(A),Mononchus(B),Criconemoides(C),Helicotylenchus

(D),Hoplolaimus(E), danTylenchus(F). ... 51 6. Beberapa nematoda yang ditemukan pada lahan pertanaman jagung

Xhipinemabagian anterior (A),Xhipinemabagian posterior (B), Longidorusbagian anterior (C), danLongidorusbagian posterior

(6)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL. ... xv

DAFTAR GAMBAR. ... xviii

I. PENDAHULUAN. ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah. ... 1

1.2. Tujuan Penelitian. ... 4

1.3. Kerangka Pemikiran. ... 5

1.4. Hipotesis. ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA. ... 10

2.1. Tanaman Jagung. ... 10

2.1.1 Sejarah Singkat Tanaman Jagung. ... 10

2.1.2 Morfologi Tanaman Jagung. ... 11

2.1.3 Syarat Tumbuh. ... 12

2.2. Sistem Olah Tanah. ... 12

2.3. Nematoda. ... 13

2.3.1 Morfologi. ... 14

2.3.2 Habitat. ... 14

2.3.3 Sistem Reproduksi. ... 15

2.4. Herbisida. ... 16

III. BAHAN DAN METODE. ... 18

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 18

(7)

xiv

3.3. Metode Penelitian ... 19

3.4. Pelaksanaan Penelitian... 21

3.4.1 Persiapan Lahan ... 21

3.4.2 Penanaman Jagung ... 21

3.4.3 Pemupukan, Pemeliharaan Tanaman dan Panen ... 22

3.4.4 Pengambilan Sampel Tanah ... 23

3.4.5 Metode Ekstraksi dan Fiksasi Nematoda Tanah. ... 24

3.4.6 Perhitungan Populasi dan Identifikasi Nematoda Tanah. .. 25

3.5. Analisis Data. ... 26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. ... 28

4.1. Keragaman Nematoda. ... 28

4.2. Kelimpahan Nematoda. ... 37

V. KESIMPULAN DAN SARAN. ... 44

5.1. Kesimpulan. ... .. 44

5.2. Saran. ... 45

DAFTAR PUSTAKA. ... . 46

(8)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kombinasi perlakuan penelitian dan keterangannya. ... 19 2. Genus nematoda, kelompok makan, dan proporsi (%) nematoda

tanah yang ditemukan pada lahan tanaman jagung. ... 29 3. Nilai F Hitung analisis ragam kelimpahan nematoda tanah pada

sistem olah tanah dan pengelolaan gulma pada pertanaman jagung.

... 38 4. Pengaruh olah tanah terhadap kelimpahan kelompok makan

Nematoda tanah pada pertanaman jagung berumur 98 hst dengan

perlakuan pengolahan tanah yang bebeda. ... 40 5. Genus nematoda yang ditemukan pada pertanaman jagung ketika

berumur 10 hst. ... 53 6. Genus nematoda yang ditemukan pada pertanaman jagung ketika

berumur 98 hst. ... 56 7. Komposisi komunitas nematoda pada pertanaman jagung berumur

10 hst dan 98 hst. ... 58 8. Sidik ragam jumlah genus nematoda pada pertanaman jagung

ketika berumur 10 hst. ... 58 9. Sidik ragam Indeks Keragaman Shannon pada nematoda ketika

jagung berumur 10 hst. ... 58 10. Sidik ragam Indeks Keragaman Simpson’s pada nematoda ketika

jagung berumur 10 hst. ... 59 11. Sidik ragam jumlah genus nematoda pada pertanaman jagung

ketika berumur 98 hst. ... 59 12. Sidik ragam Indeks Keragaman Shannon pada nematoda ketika

(9)

xvi

13. Sidik ragam Indeks Keragaman Simpson’s pada nematoda ketika

jagung berumur 98 hst. ... 60 14. Sidik ragam populasi seluruh nematoda pada pertanaman jagung

ketika berumur 10 hst. ... 60 15. Sidik ragam populasi seluruh nematoda pada pertanaman jagung

ketika berumur 98 hst. ... 61 16. Sidik ragam populasi seluruh nematoda yang ditransformasi

dengan (√x+1) pada pertanamanjagung ketika berumur 98 hst. ... 61 17. Sidik ragam populasi nematoda parasit tumbuhan pada pertanaman

jagung ketika berumur 10 hst. ... 62 18. Sidik ragam populasi nematoda parasit tumbuhan yang

ditransformasi dengan (√x+1) pada pertanaman jagung ketika

berumur 10 hst. ... 62 19. Sidik ragam populasi nematoda parasit tumbuhan pada pertanaman

jagung ketika berumur 98 hst. ... 62 20. Sidik ragam populasi nematoda parasit tumbuhan yang

ditransformasi dengan (√x+1) pada pertanaman jagung ketika

berumur 98 hst. ... 63 21. Sidik ragam populasi nematoda pemakan bakteri pada pertanaman

jagung ketika berumur 10 hst. ... 63 22. Sidik ragam populasi nematoda pemakan bakteri yang

ditransformasi dengan (√x+1) pada pertanaman jagung ketika

berumur 10 hst. ... 64 23. Sidik ragam populasi nematoda pemakan bakteri pada pertanaman

jagung ketika berumur 98 hst. ... 64 24. Sidik ragam populasi nematoda omnivora pada pertanaman jagung

ketika berumur 10 hst. ... 65 25. Sidik ragam populasi nematoda omnivora yang ditransformasi

dengan (√x+1) pada pertanaman jagung ketika berumur 10 hst. ... 65 26. Sidik ragam populasi nematoda omnivora pada pertanaman jagung

ketika berumur 98 hst. ... 66 27. Sidik ragam populasi nematoda omnivora yang ditransformasi

(10)

xvii

28. Sidik ragam populasi nematoda pemakan jamur pada pertanaman

jagung ketika berumur 10 hst. ... 67 29. Sidik ragam populasi nematoda pemakan jamur pada pertanaman

jagung ketika berumur 98 hst. ... 67 30. Sidik ragam populasi nematoda predator pada pertanaman

jagung ketika berumur 10 hst. ... 68 31. Sidik ragam populasi nematoda predator pada pertanaman

jagung ketika berumur 98 hst. ... 68 32. Sidik ragam populasi nematoda predator yang ditransformasi

dengan (√x+1) pada pertanaman jagung ketika berumur 98 hst. ... 68 33. Data Berat Sampel Tanah 300 ml dan kadar airnya yang diambil

(11)
(12)
(13)

MOTO

“Sesungguhnya bersama kesulitan pasti ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).”

(QS Al-Insyirah: 5-8)

“Allah akan meninggikan orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah

Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Mujadillah: 11)

“Barang siapa keluar untuk mencari ilmu maka dia berada di jalan Allah.” (HR.Turmudzi)

“Barang siapa menginginkan kebahagiaan di dunia maka haruslah dengan ilmu, barang siapa yang menginginkan kebahagiaan di akhirat haruslah dengan ilmu,

dan barang siapa yang menginginkan kebahagiaan pada keduanya maka haruslah dengan ilmu.”

(14)
(15)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah..Alhamdulillah..Alhamdulillahirobbil’alamin..

Sujud syukurku bersimpuh kepada-Mu Tuhan Yang Maha Kuasa atas takdir-Mu telah kau jadikan aku manusia yang senantiasa berpikir, berilmu, beriman dan bersabar dalam menjalani kehidupan ini. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal bagiku untuk meraih cita-cita besarku.

Sebagai tanda bakti, hormat, dan terima kasih yang tiada terhingga

kupersembahkan karya kecil ini untuk keluargaku tercinta terutama untuk ayahku (Junaidi) dan ibundaku tersayang (Siti Aminah) yang selalu melimpahkan kasih sayang yang tak terhingga, doa, dukungan dan selalu memberikan yang terbaik untukku, namun tiada mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan, serta adikku tercinta (Elis Syahidah) yang selalu mewarnai hariku dan mengajariku indahnya persaudaraan.

Terima kasih kepada para sahabat setia dan seperjuanganku (Tika Mutiasari, Susi Susanti, Dwi Risca Septiani, Widiana Ekawati, Senja Akhlirinhua, Tiya Oviana, Tri Purnamasari, Sri Mulyani, Nurrul Aslichah), dan semua sahabat-sahabatku yang melukis hariku dengan warna crayonnya yang indah selama penulis masih kuliah. Serta untuk seseorang yang masih dalam misteri yang dijanjikan Ilahi yang siapapun itu, terimakasih telah menjadi baik dan bertahan di sana.

Untuk ribuan tujuan yang harus dicapai, untuk jutaan impian yang akan dikejar, untuk sebuah harapan, agar hidup jauh lebih bermakna. Aku akan terus belajar, berusaha, dan berdoa untuk menggapainya.

Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi orang banyak. Amin.

(16)
(17)

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulisbernama lengkap Wika Ma’rifatul Fitriyah, lahir di Desa Uman Agung, Kecamatan Bandar Mataram, Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 02 April 1992. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, putri dari pasangan Bapak Junaidi dan Ibu Siti Aminah.

Penulis menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-kanak Al-Mubarok Seputih Mataram pada tahun 1998. Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Sendang Agung Seputih Mataram selesai pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Bandar Mataram selesai pada tahun 2007, dan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Metro selesai pada tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri).

(18)

viii

2012-2014. Penulis pernah bergabung dalam program Upaya Khusus

(19)

xi

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan Rahmat, Karunia dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh proses penelitian

yang dituangkan dalam karya ilmiah (Skripsi) dengan judul “Pengaruh Sistem

Olah Tanah dan Pengelolaan Gulma Terhadap Kelimpahan dan Keragaman Nematoda Tanah Pada Pertanaman Jagung (Zea maysL.) di Laboratorium Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung”.

Melalui tulisan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik dalam melakukan penulisan skripsi maupun dalam melaksanakan penelitian, yaitu kepada :

1. Tim peneliti kerjasama FP Unila-Yokohama National University Jepang yang telah memfasilitasi penelitian ini.

2. Dr. Ir. I Gede Swibawa, M.S., selaku Pembimbing I, yang selalu sabar membimbing, dan telah banyak memberikan motivasi, masukan serta petunjuk dalam penyelesaian penelitian dan penulisan skripsi ini.

3. Ir. Solikhin, M.P., selaku Pembimbing II, yang selalu memberikan saran, masukan dan nasehat kepada penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan. 4. Prof. Dr. Ir. F.X. Susilo, M.Sc., selaku penguji atas kritik, saran, dan nasehat

(20)

xii

5. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

6. Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

7. Prof. Dr. Ir. Purnomo, M.S., selaku dosen pembimbing akademik dan Ketua Bidang Proteksi Tanaman atas bimbingan, dukungan, saran, nasihat, dan motivasinya kepada penulis.

8. Seluruh Dosen Program Studi Agroteknologi atas bantuan, bimbingan dan ilmu pengetahuan yang telah diberikan selama penulis menjadi mahasiswa. 9. Keluargaku (bapak, ibu, dan adik tercinta) atas doa, kasih sayang, kesabaran

dan dukungan kepada penulis untuk menggapai cita-cita.

10. Keluarga besar GUMPALAN FP Unila dan teman-teman Agroteknologi yang telah mendukung dan membantu penulis.

Semoga Allah SWT dapat membalas semua bantuan, bimbingan, do’a dan nasihat yang telah diberikan kepada penulis, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, Januari 2016

(21)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

kedua setelah beras. Sebagai salah satu sumber bahan pangan, jagung menjadi

komoditas utama setelah beras. Bahkan, di beberapa daerah di Indonesia, jagung

dijadikan sebagai bahan pangan utama (Purwono dan Hartono, 2011). Selain

sebagai bahan pangan jagung juga ditanam sebagai pakan ternak, diambil

minyaknya, dibuat tepung dan digunakan sebagai bahan baku industri lainnya.

Dalam bidang kesehatan jagung yang telah direkayasa genetiknya digunakan

sebagai penghasil bahan farmasi (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Produksi jagung di Indonesia masih rendah dan mengalami fase fluktuatif. Data

Badan Pusat Statistik (2014), menunjukkan bahwa produksi jagung di Indonesia

pada tahun 2010 sebesar 18,3 juta ton. Pada tahun 2011 produksi komoditi ini

mengalami penurunan menjadi 17,6 juta ton, tetapi mengalami peningkatan

kembali pada tahun 2012 yaitu menjadi 19,3 juta ton, dan pada tahun 2013

mengalami penurunan menjadi 18,5 juta ton. Dilihat dari data tersebut produksi

jagung di Indonesia tidak sebanding dengan kebutuhan jagung dalam negeri.

Menurut Anonim (2012) kebutuhan jagung di dalam negeri pada tahun 2012

(22)

2

permintaan pasar yang tinggi. Akibatnya, pemerintah melakukan impor untuk

memenuhi kebutuhan jagung nasional.

Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi jagung adalah penerapan sistem

olah tanah. Sistem olah tanah yang masih banyak diterapkan dalam budidaya

jagung di Indonesia adalah olah tanah intensif (OTI). OTImerupakan sistem pengolahan tanah dengan cara membolak balikkan tanah dengan alat-alat

pertanian. OTIdimaksudkan untuk menciptakan media tanam yang gembur agar baik untuk pertumbuhan tanaman. Akan tetapi, ditinjau dari segi konservasi tanah

dan air tindakan ini perlu dikaji lebih mendalam.

Pengolahan tanah harus diupayakan tanpa menyebabkan kerusakan terhadap lingkungan maupun menurunkan kualitas sumber daya lahan, dan diarahkan pada perbaikan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Salah satu upaya tersebut yaitu penerapan olah tanah konservasi (OTK). OTK merupakan teknologi pengelolaan lahan yang memperhatikan kaidah konservasi tanah dan air dengan cara

memanipulasi gulma dan residu tanaman sedemikian rupa sebagai mulsa untuk menjamin pertumbuhan tanaman budidaya dan produktivitas optimal (Utomo, 2012). Menurut Rachman dkk. (2004), beberapa kelebihan penerapan OTK yaitu dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, diantaranya

meningkatkan kandungan bahan organik tanah, meningkatkan ketersediaan air di dalam tanah, meningkatkan porositas tanah, mengurangi erosi tanah dan

(23)

3

Di dalam tanah, biota tanah memainkan peran penting dalam ekosistem, terutama

terkait dengan aliran energi dan siklus unsur hara (Handayanto dan Hairiah,

2007). Salah satu biota tanah ini adalah nematoda tanah. Peran nematoda tanah sangat penting terutama dalam jaring-jaring makanan mikro di dalam tanah.

Menurut Handayanto dan Hairiah (2007), beberapa peran ekologi nematoda tanah

di dalam tanah yaitu membantu proses siklus hara, penyebaran mikroba, sumber

makanan bagi predator dan penekanan penyakit tanaman. Berdasarkan peran

tersebut, nematoda tanah dapat dijadikan sebagai indikator kualitas tanah karena

diversitasnya tinggi dan partisipasinya dalam berbagai fungsi dalam rantai

makanan tanah (soil food web). Nematoda tanah merupakan indikator yang

bermanfaat, biota ini dapat dijadikan sebagai gambaran perubahan dalam

lingkungan tanah karena populasi nematoda yang relatif stabil dalam menghadapi

perubahan temperatur dan kelembaban di dalam tanah.

Selain sistem olah tanah, penggunaan herbisida juga perlu diperhatikan dalam

budidaya tanaman jagung. Herbisida yang digunakan sebagai pengendali populasi

gulma menjadi salah satu faktor dalam peningkatan hasil pertanian. Penggunaan

herbisida untuk mengendalikan gulma dinilai lebih praktis dan ekonomis.

Beberapa herbisida mampu mengendalikan gulma sejak pertumbuhan awal

sehingga populasi gulma dapat ditekan. Namun dalam jangka panjang,

pengelolaan gulma menggunakan herbisida juga diketahui membawa dampak

negatif bagi tanaman dan lingkungan. Menurut Metusala (2006dalam

Listyobudi, 2011) penggunaan herbisida sejenis secara terus-menerus dalam

waktu yang lama dapat menyebabkan resistensi gulma, kerusakan struktur tanah,

(24)

4

Penggunaan herbisida yang mematikan seluruh tubuh gulma perlu mendapat

perhatian. Keberadaan gulma dapat berarti penting karena eksudat akar gulma

menjadi sumber energi berbagai jenis mikroba tanah yang dimakan nematoda

hidup bebas di dalam tanah.

Sampai saat ini informasi mengenai pengaruh penerapan teknologi konservasi

(OTK) dan pengelolaan gulma dengan cara pembabatan terhadap komunitas

nematoda tanah pada pertanaman jagung belum banyak dipublikasikan sehingga

masih sangat relevan untuk diteliti. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

dampak dari sistem olah tanah dan pengelolaan gulma terhadap komunitas

nematoda tanah pada pertanaman jagung.

1.2 Tujuanpenelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui jenis-jenis nematoda tanah pada pertanaman jagung (Zea mays

L.),

2. Mempelajari pengaruh sistem olah tanah terhadap kelimpahan dan keragaman

nematoda tanah pada pertanaman jagung (Zea maysL.),

3. Mempelajari pengaruh pengelolaan gulma terhadap kelimpahan dan

keragaman nematoda tanah pada pertanaman jagung (Zea maysL.),

4. Mempelajari pengaruh interaksi antara sistem olah tanah dan pengelolaan

gulma terhadap kelimpahan dan keragaman nematoda tanah pada pertanaman

(25)

5

1.3 KerangkaPemikiran

Pengolahan tanah adalah suatu tindakan atau perlakuan terhadap tanah untuk

menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Teknologi

pengolahan tanah yang masih banyak diterapkan dalam penyiapan lahan adalah

teknologi olah tanah intensif (OTI). OTI adalah suatu kegiatan pengolahan tanah

dengan tujuan menggemburkan tanah, memperbaiki daerah perakaran, aerasi

tanah, infiltrasi, dan mengendalikan pertumbuhan gulma. Penerapan sistem OTI

mempengaruhi perubahan sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Menurut Utomo

(2012), penerapan OTI dalam jangka panjang membawa dampak buruk terhadap

lingkungan, salah satunya adalah degradasi lahan (kerusakan tanah) yang

mempengaruhi kelimpahan dan keragaman biota tanah seperti komunitas

nematoda tanah.

Komunitas nematoda tanah terdiri dari dua kelompok besar yaitu nematoda hidup

bebas dan nematoda parasit tumbuhan, yang masing-masing kelompok berperan

penting di dalam tanah. Nematoda hidup bebas meliputi nematodapemakan bakteri, pemakan jamur, omnivora dan predator. Nematoda hidup bebas bersifat menguntungkan yaitu salah satunya berperan dalam proses perombakan bahan organik menjadi unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Sedangkan nematoda parasit tumbuhan bersifat merugikan. Nematoda parasit tumbuhan menginfeksi langsung akar tanaman. Akar tanaman yang terinfeksi akan rusak sehingga penyaluran unsur hara dan air yang dibutuhkan tanaman dari akar ke tanaman menjadi terhambat. Aktivitas nematoda di dalam tanah dipengaruhi oleh perubahan-perubahan kondisi tanah, yaitu perubahan sifat fisika dan sifat kimia

(26)

6

Salah satu jenis pestisida adalah herbisida. Herbisida merupakan suatu bahan atau senyawa kimia yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan gulma. Penggunaan herbisida dalam jangka panjang dapat menyebabkan

perubahan sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Herbisida bersifat anorganik

sehingga tidak mudah terdegradasi. Menurut Arsyad (2010,dalamBanuwa,

2013) herbisida yang diaplikasikan secara kontinyu akan menyebabkan residu Fe,

Al, Zn dan lain-lain yang bersifat sangat asam yang dapat membunuh organisme

di dalam tanah. Residu logam berat yang ditinggalkan herbisida di dalam tanah

mungkin juga mempengaruhi aktivitas nematoda tanah.

Sistem olah tanah minimum (OTM) dan pengelolaan gulma dengan pembabatan

diperkirakan dapat meningkatkan aktivitas biota tanah dan keragaman nematoda

tanah baik nematoda hidup bebas maupun nematoda parasit tumbuhan. Sistem

OTM merupakan sistem pengolahan tanah yang dilakukan seminimal mungkin

agar kerusakan terhadap tanah lebih rendah. Menurut Freckman dan Ettema

(1993) pada tanah yang diolah minimum atau yang kurang terusik keragaman

nematoda lebih tinggi dibandingkan dengan OTI. Tanah yang diolah minimum

beserta keberadaan gulma dapat menjaga stabilitas iklim mikro di dalam tanah,

stabilitas kadar air tanah dan menjadi sumber nutrisi untuk biota tanah.

Vegetasi gulma pada sistem OTM mempengaruhi nematoda tanah melalui dua

mekanisme. Mekanisme pertama yaitu tutupan gulma mempengaruhi stabilitas

iklim mikro di dalam tanah, dan mekanisme kedua yaitu akar gulma berperan

(27)

7

Vegetasi gulma sebagai tutupan tanah yang dapat menjaga stabilitas iklim mikro

di dalam tanah dibutuhkan oleh nematoda tanah. Menurut Swibawa dan Oktarino

(2010) apabila tingkat kerapatan tutupan tanah rendah atau tidak ada maka

intensitas cahaya yang sampai ke tanah lebih banyak sehingga terjadi peningkatan

suhu dan penurunan kadar air tanah. Peningkatan suhu dan penurunan kadar air

tanah berpengaruh terhadap kelangsungan hidup nematoda tanah. Menurut

Sastrosuwignyo (1990), hilangnya kadar air tanah secara bertahap di dalam tanah

yang sedang mengering akan menekan kehidupan nematoda tanah yang harus

tetap mempertahankan cairan tubuhnya. Aktivitas nematoda tanah tergantung

pada pori-pori tanah dan lapisan tipis air dalam jumlah yang cukup. Menurut

Swibawa dan Oktarino (2010) kadar air tanah optimal yang dibutuhkan untuk

nematoda tanah di dalam tanah sekitar 70 % dari kapasitas lapang karena

nematoda tanah merupakan hewan aerob yang membutuhkan O2dalam

aktivitasnya (Lavelle dan Spain, 2001dalamSwibawa dan Oktarino, 2010).

Di dalam tanah akar gulma berperan dalamsoil food web. Daerah di sekitar akar

(rhizosfer) sangat kaya akan nutrisi bagi mikroba tanah. Nutrisi tersebut

diantaranya berupa asam amino,gula, asam organik, asam lemak, enzimdan lain-lain (Soemarno, 2010). Dengan adanya berbagai senyawa yang menstimulir pertumbuhan mikroba, menyebabkan jumlah mikroba di lingkunganrhizosfer sangat tinggi.

Pada umumnya daerahrhizosferlebih banyak dihuni oleh bakteri daripada jamur

atau aktinomisetes dengan rasio bakteri dibandingkan jamur antara 10-20

(Handayanto dan Hairiah, 2007). Keberadaan bakteri sebagai sumber nutrisi bagi

(28)

8

gulma menjadi nutrisi bagi nematoda pemakan jamur. Akar gulma dimakan

langsung oleh nematoda parasit tumbuhan. Dropkin (1991dalamSitompul 2003)

menyatakan bahwa rumput-rumputan dapat berperan sebagai inang alternatif bagi

nematoda parasit tumbuhan sepertiHelicotylenchussp.

Dengan demikian komunitas nematoda tanah pada sistem OTM dan pengelolaan

gulma dengan pembabatan diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan dengan

OTI. Adapun alur pikir pengaruh sistem olah tanah dan pengelolaan gulma

terhadap kelimpahan dan keragaman nematoda tanah pada pertanaman jagung

dapat dilihat pada Gambar 1.

(29)

9

1.4 Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu:

1. Sistem OTM dapat meningkatkan kelimpahan dan keragaman nematoda

tanah pada pertanaman jagung (Zea maysL.),

2. Pengelolaan gulma tanpa menggunakan herbisida dapat meningkatkan

kelimpahan dan keragaman nematoda tanah pada pertanaman jagung (Zea

maysL.),

3. Interaksi antara sistem OTM dan pengelolaan gulma tanpa menggunakan

herbisida dapat meningkatkan kelimpahan dan keragaman nematoda tanah

(30)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TanamanJagung

2.1.1 Sejarah Singkat Tanaman Jagung

Tanaman jagung (Zea maysL.) merupakan salah satu tanaman pangan biji-bijian yang berasal dari Amerika. Jagung tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika. Di Indonesia, daerah-daerah penghasil utama tanaman jagung adalah Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Madura, Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Maluku (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Secara umum tanaman jagung dalam tata nama atau sistematika (Taksonomi) tumbuh-tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta Superdivision : Spermatophyta Division : Magnoliophyta Class : Liliopsida Subclass : Commelinidae Order : Cyperales Family : Poaceae Genus :ZeaL.

(31)

11

2.1.2 Morfologi Tanaman Jagung

Tanaman jagung terbagi menjadi beberapa bagian utama, yaitu akar, batang, daun, bunga dan buah (tongkol). Jagung mempunyai tiga macam akar serabut, yaitu (a) akar seminal, (b) akar adventif, dan (c) akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio. Akar adventif adalah akar yang berkembang dari buku di ujung mesokotil. Akar kait atau penyangga adalah akar adventif yang muncul pada dua atau lebih buku di atas permukaan tanah (Subekti dkk., 2013). Batang jagung tegak, tidak bercabang, terdiri atas beberapa ruas dan buku ruas. Pada buku ruas muncul tunas yang berkembang menjadi tongkol. Tinggi tanaman jagung pada umumnya berkisar antara 60–300 cm, tergantung dari varietas (Purwono dan Hartono, 2011). Daun jagung

memanjang, mempunyai ciri bangun pita (ligulatus), ujung daun runcing (acutus), tepi daun rata (integer). Diantara pelepah dan helai daun terdapat ligula (Subekti dkk., 2013). Menurut Purwono dan Hartono (2011), fungsi ligula adalah

(32)

12

2.1.3 Syarat Tumbuh

Jagung merupakan tanaman yang dapat tumbuh di daerah tropik maupun sub tropik dan tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang intensif. Jagung dapat tumbuh di lahan kering, sawah dan pasang surut. pH tanah yang dibutuhkan antara 5,6–7,5. Suhu yang ideal bagi tanaman jagung antara 27–32˚C dan apabila suhu > 32˚C pertumbuhan jagung terhambat. Pada lahan yang tidak beririgasi, curah hujan yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman jagung adalah 85– 200 mm/bulan yang merata selama masa pertumbuhan. Kemiringan tanah untuk tanaman jagung < 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan > 8 % kurang sesuai untuk penanaman jagung (Purwono dan Hartono, 2011).

2.2 SistemOlah Tanah

Dalam budidaya tanaman tindakan pengolahan tanah selalu diperlukan. Pengolahan tanah meliputi berbagai kegiatan fisik dan mekanik tanah yang bertujuan untuk membuat media perakaran tanaman lebih baik. Dalam menghasilkan teknologi pengolahan tanah yang efisien, berbagai macam alat mesin pertanian untuk mengolah tanah terus dikembangkan (Rachman dkk., 2004).

(33)

13

bermulsa (OTIB), 2) olah tanah minimum (OTM) dan 3) tanpa olah tanah (TOT) (Utomo, 1990dalamUtomo dkk., 2012).

Pada OTIB pengolahan tanah dilakukan seperti pada OTI yaitu tanah dibajak minimal dua kali lalu permukaan tanah diratakan. Permukaan lahan pada OTIB menggunakan mulsa sisa tanaman bertujuan untuk konservasi tanah dan air (Utomo dkk., 2012). Sistem OTM adalah teknik konservasi tanah yaitu gangguan mekanis terhadap tanah diupayakan sesedikit mungkin. Dengan cara ini kerusakan struktur tanah dapat dihindari sehingga aliran permukaan dan erosi berkurang. Pengolahan tanah minimum cukup efektif dalam mengendalikan erosi. OTM dapat dilakukan pada tanah-tanah yang berpasir dan rentan terhadap erosi.

2.3 Nematoda

Nematoda merupakan biota tanah yang mempunyai ciri khas yaitu berbentuk gilik memanjang seperti cacing, tidak bersegmen dan ukuran panjang antara 0,5–4 mm dengan lebar 50 µm–250 µm (Jenkins and Taylor, 1967). Nematoda sangat aktif pada pori-pori tanah yang cukup besar, dan biasanya hampir dijumpai pada tanah bertekstur kasar yang lembab (Handayanto dan Hairiah, 2007). Filum nematoda merupakan kelompok besar kedua setelah serangga apabila didasarkan atas keanekaragaman jenisnya.

Baik ahli zoologi maupun nematologi sepakat bahwa nematoda menempati kingdom hewan. Tidak ada aturan yang menentukan kelompok tertentu

(34)

14

terpisah, Nemata atau Nematoda. Namun, beberapa ahli lainnya menempatkan nematoda kedalam kelas Nematoda atau dimasukkan ke dalam filum

Nemathelminthes atau Aschelminthes (Jenkins dan Taylor, 1967).

Nematoda di dalam tanah dijumpai sebagai parasit tumbuhan maupun nematoda hidup bebas. Nematoda parasit tumbuhan adalah nematoda pemakan akar tumbuhan. Menurut Yeateset al. (1993) nematoda hidup bebas dapat

dikelompokkan menjadi empat kelompok utama atas dasar makanannya yaitu (a) pemakan bakteri (Bacterial-feeders), (b) pemakan jamur (Fungal- feeders), (c) sebagai predator (Predatory nematodes) dan (d) omnivora. Menurut Luc dkk. (1995), nematoda parasitik (nematoda parasit tumbuhan) dibagi menjadi tiga kelompok utama yaitu (a) tylench, (b) longidorid, dan (c) trichodorid.

2.3.1 Morfologi

Tubuh nematoda tidak bersegmen. Beberapa spesies terlihat seperti mempunyai segmen, tetapi segmen ini hanya terbatas pada kutikulanya. Bentuk tubuh nematoda simetri bilateral. Dinding tubuh nematoda terdiri atas kutikula,

hipoderm, dan otot tubuh. Pergantian kulit nematoda sampai dewasa berlangsung sampai dengan empat kali (Sastrosuwignyo, 1990).

2.3.2 Habitat

Menurut Jenkins dan Taylor (1967), pada dasarnya nematoda adalah hewan air karena nematoda dapat ditemukan di hampir semua habitat lembab. Nematoda dapat ditemukan di danau, sungai, lautan, dan tanah. Nematoda bersifat

(35)

15

tanah atas (top soil), nematoda juga dapat ditemukan sampai kedalaman lebih dari 2 m.

Nematoda pada umumnya tidak mampu hidup dalam waktu yang lama pada suhu dibawah 10oC namun beberapa dapat hidup pada suhu tanah 50oC apabila

nematoda cukup waktu untuk mempersiapkan masuk ke dalam kondisi anhidrobiosis. Nematoda parasit tumbuhan memerlukan sedikit air untuk memudahkan gerakan dan semua spesies nematoda bagian besar atau kecil dari hidupnya berada di dalam tanah, kandungan air tanah merupakan faktor ekologi yang utama (Luc dkk., 1995).

2.3.3 Sistem Reproduksi

Nematoda pada umumnya biseksual yaitu jenis kelamin jatan dan betina terpisah. Nematoda jantan biasanya lebih kecil ukurannya dibandingkan dengan nematoda betina. Ciri spesifik nematoda jantan ditandai dengan adanya alat kopulasi yaitu sirip ekor, spikula, papilla genital dan struktur perkembangan kopulasi lainnya. (Sastrosuwignyo, 1990).

(36)

16

2.4 Herbisida

Herbisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan pertumbuhan tumbuhan pengganggu (gulma) tanpa mengganggu tanaman pokok (Sukman dan Yakup, 1995). Herbisida masuk ke dalam tubuh tumbuhan melalui cara difusi, osmose, imbibisi dan lain-lain. Absorbsi atau penyerapan herbisida kedalam tumbuhan melalui akar, batang dan daun (Moenandir, 1990).

Menurut Asthon dan Crafts (1981dalamSukman dan Yakup, 1995) herbisida digolongkan berdasarkan sifat kimia, berdasarkan sifat selektifitas, dan

berdasarkan cara pengendalian. Penggolongan herbisida ini bertujuan untuk mempermudah pengenalan suatu jenis herbisida dari berbagai macam jenis herbisida. Menurut Sukman dan Yakup (1995), berdasarkan cara kerja herbisida terbagi menjadi dua yaitu herbisida kontak dan herbisida sistemik. Herbisida kontak merusak bagian tumbuhan terkena langsung teraplikasi herbisida. Herbisida kontak terdiri dari herbisida kotak selektif yang cara kerjanya hanya membunuh satu atau beberapa spesies gulma dan hebisida kontak non selektif yang dapat membunuh semua jenis gulma yang terkena aplikasi herbisida. Herbisida sistemik meresap ke dalam jaringan tumbuhan dan ditranslokasikan ke seluruh bagian gulma sehingga gulma tersebut mengalami kematian total.

Selektivitas herbisida adalah kemampuan herbisida untuk menghambat

pertumbuhan normal dari beberapa gulma dan tidak mengganggu pertumbuhan tanaman pokok. Herbisida menghambat proses photosintesis, respirasi,

perkecambahan gulma dan pertumbuhan gulma. Selektivitas herbisida

(37)

17

Perlakuan aplikasi herbisida berulang kali mengakibatkan resistensi tumbuhan (gulma) terhadap herbisida. Residu herbisida yang tersisa dalam tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan selanjutnya (Moenandir, 1990).

Menurut Sukman dan Yakup (1995) beberapa macam sifat herbisida dan

pengaruhnya terhadap lingkungan diantaranya toksisitas herbisida, sifat herbisida di dalam tumbuhan dan sifat herbisida di dalam tanah. Toksisitas merupakan respon yang ditimbulkan tampak pada tumbuhan, tanah dan jasad sasaran yang lain akibat dari aplikasi herbisida. Toksisitas herbisida terhadap suatu tumbuhan tergantung pada dosis herbisida, sifat fisik dan fisika herbisida yang diaplikasikan. Sifat herbisida di dalam tumbuhan dapat mematikan tumbuhan yang terkena aplikasi herbisidaapabila jumlah molekul sampai pada titik “side of action” dalam jumlah yang cukup mematikan (Kishimoto, 1981dalamSukman dan Yakup, 1995).

Sifat herbisida di dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya proses dekomposisi oleh mikroorganisme, jumlah herbisida yang terabsorpsi oleh koloid tanah, pencucian, dekomposisi dan volatility. Faktor-faktor tersebut yang menentukan lamanya herbisida berada di dalam tanah. Dekomposisi herbisida oleh mikroorganisme tanah dipengaruhi oleh mineral nutrien, temperatur, pH, air, dan oksigen. Jika aerasi jelek, tanahnya kering dan dingin maka proses

(38)

18

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempatdan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian jangka panjang kerjasama Universitas Lampung dengan Yokohama National University Japan (UNILA-YNU) yang percobaannya dilaksanakan di Kebun Percobaan Lapangan Terpadu dan ekstraksi nematoda dilakukan di Laboratorium Hama dan Penyakit

Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian berlangsung dari bulan Januari sampai dengan Juli 2014.

3.2 Bahan dan Alat

(39)

19

3.3 Metode Penelitian

Satuan percobaan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial (2 x 2). Faktor pertama adalah pengolahan tanah meliputi dua taraf, yaitu olah tanah intensif (OTI) dan olah tanah minimun (OTM). Faktor kedua adalah pengelolaan gulma meliputi dua taraf, yaitu pengelolaan gulma dengan pembabatan (tanpa herbisida) dan pengelolaan gulma dengan herbisida. Kombinasi perlakuan tersebut disajikan dalam Tabel 1 (Lumbanraja, 2013; Komunikasi Pribadi).

Tabel 1. Kombinasi perlakuan penelitian dan keterangannya

No Kombinasi Perlakuan Keterangan

1 P1 = OTI + Pengelolaan gulma dengan dibabat

Tanah diolah sempurna dengan menggunakan cangkul dan pengelolaan gulma dilakukan dengan cara dibabat (pemangkasan)

2 P2 = OTI + Pengelolaan gulma dengan herbisida

Tanah diolah sempurna dengan menggunakan cangkul dan pengelolaan gulma dilakukan dengan cara aplikasi herbisida yang berbahan aktif glifosat dan 2,4 D dengan konsentrasi 100 ml/160 l air dengan dosis 1 l/ha.

3 P3 = OTM + Pengelolaan gulma dengan herbisida

Tanah diolah seperlunya saja (minimum) yaitu denganmembuat lubang tanam benih jagung menggunakan tugaldan pengelolaan gulma dilakukan dengan cara aplikasi herbisida yang berbahan aktif glifosat dan 2,4 D dengan

konsentrasi 100 ml/160 l air dengan dosis 1 l/ha.

4 P4 = OTM + Pengelolaan gulma dengan dibabat

Tanah diolah seperlunya saja (minimum) yaitu denganmembuat lubang tanam benih jagung menggunakan tugaldan pengelolaan gulma dilakukan dengan cara dibabat (pemangkasan) Keterangan: - OTI = olah tanah intensif ; OTM = olah tanah minimum

(40)

20

4 m

Keterangan :

Gambar 1. Tata letak petak percobaan.

D

P1=OTI + Pengelolaan gulma dengan dibabat

P2=OTI + Pengelolaan gulma dengan herbisida

P3=OTM + Pengelolaan gulma dengan herbisida

P4=OTM + Pengelolaan gulma dengan dibabat

(41)

21

3.4 PelaksanaanPenelitian 3.4.1 Persiapan Lahan

Persiapan lahan dilakukan oleh Petugas Kebun Percobaan Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tanggal 27 Desember 2013 dengan membagi lahan menjadi 16 petak percobaan. Lahan dibagi menjadi 4 blok dan diberi simbol A, B, C, dan D. Tiap blok dibagi menjadi 4 petak satuan percobaan dengan ukuran tiap petak 4 m x 4 m antar petak percobaan dibuat pembatas dari semen. Sesuai dengan letak perlakuan yang dicobakan,pada petak percobaan dilakukan olah tanah minimum (OTM) dan olah tanah intensif (OTI). Pada petak

OTM dilakukan pengolahan tanah seperlunya saja, yaitu berupa lubang tanam

benih jagung menggunakan tugal, sedangkan pada petak OTI dilakukan

pengolahan tanah secara penuh sampai kedalaman 20 cm menggunakan cangkul

(Lumbanraja, 2013; Komunikasi Pribadi).

3.4.2 Penanaman Jagung

(42)

22

3.4.3 Pemupukan, Pemeliharaan Tanaman dan Panen

Pemupukan, pemeliharaan tanaman dan panen dilakukan oleh Petugas Kebun Percobaan Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Pemberian pupuk dasar dilakukan sebelum penanaman yaitu pupuk kompos dengan dosis 10 ton/ha pada tanggal 10 Januari 2014. Pemberian pupuk ini bersamaan dengan pemberian pupuk anorganik dengan dosis Urea 300 kg/ha, TSP 100 kg/ha, KCl 200 kg/ha. Pemberian pupuk urea dilakukan dua kali, yaitu setengah dosis urea (150 kg/ha) ketika tanaman berumur 11 hst (10 Januari 2014) dan setengah dosis urea ketika tanaman 48 hst (16 Februari 2014). Pupuk SP36 dan KCl diberikan bersamaan pada saat aplikasi pupuk urea pertama.

(43)

23

3.4.4 Pengambilan Sampel Tanah

Pengambilan sampel tanah dilakukan pada tanggal 09 Januari 2014 (ketika

tanaman jagung berumur 10 hst) dan pada tanggal 07 April 2014 (ketika tanaman berumur 98 hst yaitu 10 hari menjelang panen). Kegiatan diawali dengan

pengambilan sampel tanah dengan metode sampling secara acaksistematik mengikuti arah kedua diagonal petak satuan percobaan. Dari setiap petak satuan

percobaan sampel tanah diambil pada 5 titik sub sampel menurut arah kedua diagonal petak dengan menggunakan tembilang. Sampel tanah diambil sampai kedalaman±20 cm dan kemudian dikomposit. Masing-masing sub sampel dari setiap titik pengambilan sampel dimasukkan ke dalam kantong plastik menjadi sampel komposit ± 500 gr kemudian diberi label. Sampel tanah yang didapat kemudian diangkut ke Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung untuk diproses. Adapun tata letak titik pengambilan sampel pada setiap petak satuan percobaan dapat dilihat pada Gambar 3.

(A) (B)

(44)

24

3.4.5 Metode Ekstraksi dan Fiksasi Nematoda Tanah

Metode ekstraksi nematoda tanah yang digunakan yaitu metode penyaringan bertingkat (saringan 1 mm, 53 µm, 38 µm) dan sentrifugasi dengan larutan gula. Larutan gula disiapkan dengan cara melarutkan 500 gr gula dalam air sampai dengan volume larutan menjadi 1000 ml (500 gr gula dalam 1 l larutan) (Gafur dan Swibawa, 2004).

(45)

25

menghilangkan larutan gula dan kemudian suspensi nematoda pada saringan 38 µm dimasukkan ke dalam botol suspensi dan diberi label (Gafur dan Swibawa, 2004).

Fiksasi dilakukan untuk mengawetkan nematoda hasil ekstraksi. Suspensi nematoda didiamkan selama 1 malam agar nematoda mengendap kemudian dijadikan 10 ml dengan cara pengambilan suspensi nematoda di dalam botol menggunakan pipet tetes. Nematoda dimatikan dengan cara memanaskan botol suspensi hingga mencapai suhu 70oC, kemudian didiamkan sampai dingin, setelah dingin suspensi dimasukkan ke dalam botol sentri. Suspensi nematoda didiamkan kembali selama 1 malam, kemudian dijadikan 3 ml dengan cara memipet secara hati-hati dari bagian teratas. Ke dalam tabung tersebut

ditambahkan larutan Golden X (formalin 1,15 ml, glycerin 0,28 ml, aquades 8,6 ml) sehingga suspensi menjadi 10 ml, kemudian dikocok, dipindahkan ke dalam botul suspensi 20 ml dan diberi label.

3.4.6 Perhitungan Populasi dan Identifikasi Nematoda Tanah

Dalam perhitungan nematoda tanah, kelimpahan nematoda tanah dihitung dengan cara mengambil suspensi dengan menggunakan pipet tetes sebanyak ± 3 ml dari 10 ml kemudian dituang ke dalam cawan petri bergaris, perhitungan dilakukan berulang 3 x sampai seluruh suspensi habis. Nematoda tanah dihitung di bawah mikroskop stereo pada perbesaran 40 kali dengan bantuanhand counter.

Identifikasi nematoda tanah sampai tingkat genus dilakukan terhadap 100

(46)

26

Golden X dan selanjutnya ditutup dengancover glass. Nematoda tanah yang didapat kemudian diamati morfologinya di bawah mikroskop majemuk dengan perbesaran 100-400 x, kemudian dicocokkan dengan bantuan buku identifikasi bergambar Mai dan Lyon (1975), Goodey (1963) dan Smart dan Nguyen (1988) kemudian dikonfirmasi kepada Bapak Dr. Ir. I Gede Swibawa, M.S. selaku pembimbing utama. Identifikasi dilakukan sampai tingkat takson genus. Berdasarkan nama genusnya, nematoda tanah yang diamati kemudian

dikelompokkan ke dalam nematoda hidup bebas dan nematoda parasit tumbuhan. Nematoda hidup bebas dikelompokkan kembali ke dalam beberapa kelompok utama atas dasar makanannya yaitu (a) pemakan bakteri (bacterial-feeders), (b) pemakan jamur (fungal- feeders), (c) predator (predatory nematodes) dan (d) omnivora (Yeates dkk., 1993).

3.5 AnalisisData

Data yang diperoleh adalah kelimpahan nematoda yaitu jumlah individu seluruh nematoda dan kelimpahan relatif setiap genus yaitu jumlah individu genus nematoda dari 100 nematoda yang diidentifikasi. Keragaman nematoda diukur dengan indeks keragaman Shannon dan indeks keragamanSimpson’s (Huangdan Cares, 2004).

Rumus Indeks Keragaman Shannon sebagai berikut: H’ =-∑ pi ln pi

Keterangan:

H’ = Indeks keragaman Shannon

(47)

27

Rumus Indeks Keragaman Simpson’s sebagai berikut:

Ds = 1 -∑ (pi)2 Keterangan:

Ds = Indeks keragaman Simpson’s

pi = Kelimpahan relatif dari genus ke i

Keragaman dan kelimpahan nematoda setiap kelompok makan yang diperoleh kemudian dianalisis ragam dengan menggunakan uji F (α = 0,05). Uji lanjut BNT

(48)

44

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Ditemukan 52 genus nematoda tanah yang berasosiasi dengan tanaman jagung yang terbagi dalam lima kelompok makan yaitu nematoda parasit tumbuhan, nematoda pemakan bakteri, nematoda omnivora, nematoda pemakan jamur dan nematoda predator. Dalam komunitas nematoda tanah, genusHelicotylenchusdanRhabditisselalu tinggi, genusAphelenchustinggi ketika tanaman jagung berumur 10 hst dan genusMeloidogynetinggi ketika tanaman jagung berumur 98 hst.

2. Sistem olah tanah tidak berpengaruh terhadap keragaman nematoda tanah, namun berpengaruh terhadap kelimpahan nematoda pemakan bakteri ketika jagung berumur 10 hst dan 98 hst, dan berpengaruh terhadap kelimpahan seluruh nematoda, nematoda parasit tumbuhan, dan nematoda omnivora ketika tanaman jagung berumur 98 hst.

3. Kelimpahan dan keragaman nematoda tanah pada pertanaman jagung tidak dipengaruhi oleh perlakuan pengelolaan gulma.

4. Interaksi antara sistem olah tanah dan pengelolaan gulma tidak berpengaruh terhadap kelimpahan dan keragaman nematoda tanah pada pertanaman

(49)

45

5.2 Saran

(50)

46

PUSTAKA ACUAN

Adnan. 2007. Nematoda parasit pada tanaman sorgum. Dalam Prosiding Seminar Ilmiah dan PertemuanTahunan PEI dan PFI XVIII Komda Sul-Sel. Balai Penelitian Tanaman Serealian, Maros. Sulawesi Selatan. Hlm 150-155. Anonim. 2012. Upaya meningkatkan produksi dan pemasaran luar negeri. Dalam

Redaksi: Warta Ekspor Edisi Mei 2012, hlm 1-20. Ditjen PEN RI. Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2014. Data produktivitas jagung indonesia. (on line).

http://webbeta. bps.go.id/tnmn_pgn.php?kat=3&id_subyek=53&notab=0. Diakses tanggal 23 Mei 2014.

Baliadi, Y. 2008. Identifikasi karakter morfologi nematoda sista pada tanaman jagung (Heterodera zeae) di Indonesia.Berk. Penel. Hayati14 : 1–5. Banuwa, I. S. 2013.Erosi. Kencana. Jakarta.

Bongers, T., R. Alkemade, dan G. W. Yeates. 1991. Interpretation of disturbance-induced maturity decrease in marine namtode assemblages by means of the maturity index.Marine Ecology Progress Series76 : 135-142. Freckman, D. W. dan C. H. Ettema. 1993. Assesing nematode communities in

agroecosystems of varying human intervention.Agriculture Ecosystem and Environment45 : 239-261.

Gafur, A. dan I G. Swibawa. 2004. Methods in Nematodes and Soil Microbe Research for Belowground Biodiversity AssessmentinF.X Susilo, A. Gafur, M. Utomo, R. Evizal, S. Murwani, I G. Swibawa (eds.),

Conservation and Sustainable Management of Below-Ground Biodiversity in Indonesia, Universitas Lampung.

Goodey, J. B. 1963.Soil and Freshwater Nematodes.Methuen CO. LTD. London.

(51)

47

Huang, S. P. dan J. E. Cares. 2004. Methodology for Soil Nematode Diversity EvaluationinCares, J. E. Nematode Taxonomy Training. National Museums of Kenya. Kenya, December 6-12, 2004. Hlm 1-7.

Jenkins, W. R. dan D. P. Taylor. 1967.Plant Nematology. Reinhold Publishing Corporation. New York.

Listyobudi, V. R. 2011. Perlakuan Herbisida pada Sistem Tanpa Olah Tanah Terhadap Pertumbuhan, Hasil dan Kualitas Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharataSturt.). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional Veteran. Yogyakarta.

Luc, M., D. J Hunt, dan J. E. Machon. 1995.Morfologi, Anatomi dan Biologi Nematoda Parasitik Tumbuhan–Sinopsis. Dalam M. Luc, R.A Sikora, dan J.Bridge (Editor). Nematoda Parasitik Tumbuhan di Pertanian Subtropik dan Tropik. Diterjemahkan oleh Supratoyo. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Hlm 1-49.

Mai, W. F., dan H. H. Lyon. 1975.Pictorial Key to Genera of Plant Parasitic Nematodes.Comstock Publishing Associates, Cornell University Press. Moenandir, J. 1990.Fisiologi Herbisida. CV Rajawali. Jakarta.

Ngawit, I K. dan V. F. A. Budianto. 2011. Uji kemempanan beberapa jenis herbisida terhadap gulma pada tanaman kacang tanah dan dampaknya terhadap pertumbuhan dan aktivitas bakteri rhizobium di dalam tanah. Crop Agro 4(2): 27-36.

Novita, E., N. Nurhadi dan R. Widiana. 2013. Pengaruh herbisida paraquat

terhadap fekunditas dan daya tetas telur cacing tanah (Lumbricus rubellus). Jurnal Mahasiswa Pendidikan Biologi 2(2) : 1-6.

Nurjannah, U. 2003. Pengaruh dosis herbisida glifosat dan 2,4-D terhadap

pergeseran gulma dan tanaman kedelai tanpa olah tanah.Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia 5(1): 27-33.

Purwono dan R. Hartono. 2011.Bertanam Jagung Unggul.Penebar Swadaya. Jakarta.

Rachman, A., U. Kurnia, dan A. Dariah. 2004.Teknologi Konservasi Tanah pada Lahan Kering Berlereng.Pusat Penelitian dan Penelitian Tanah dan Agroklimat (Puslitbangtanak). Jawa Barat.

Sagita, L., B. Siswanto, dan K. Hairiah. 2014. Studi keragaman dan kerapatan nematoda pada berbagai sistem penggunaan lahan di Sub Das Konto. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan I(1): 53-63.

(52)

48

Sitompul, Y. F. 2003. Nematoda Parasit pada Gulma Padi Sawah di Desa Karyasari, Kecamatan Rengas Dengklok, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. hlm 1-48.

Smart, G. C. dan K. B. Ngunyen. 1988.Illustrated Key for The Identification of Common Nematodes in Florida.University of Florida. Florida.

Soemarno. 2010. Ekologi Tanah. Bahan kajian MK. Manajemen Agroekosistem FPUB. (on line).http://marno.lecture.ub.ac.id/files/. Diakses pada 31 Maret 2014.

Subekti, N. A., Syafruddin, R. Effendi, dan S. Sunarti. 2013. Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia. (on-line).http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/empat.pdf/. Diakses tanggal 06 Juni 2014.

Sukman, Y. dan Yakup. 1995.Gulma dan Teknik Pengendaliannya. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Swarup, G. dan C. Sosa-Moss. 1995.Nematoda Parasitik pada Serealia. Dalam M. Luc, R.A Sikora, dan J.Bridge (Editor). Nematoda Parasitik Tumbuhan di Pertanian Subtropik dan Tropik. Diterjemahkan oleh Supratoyo. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Hlm 138-175.

Swibawa, I G. 2001. Keanekaragaaman nematoda dalam tanah pada berbagai tipe tataguna lahan di ASB-BENCHMARK area Way Kanan.Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika1 (2): 54-59.

Swibawa, I G. 2010. Komunitas nematoda tanah pada lahan jagung setelah 23 tahun penerapan sistem budidaya tanpa olah tanah secara terus-menerus. Dalam Prosiding Seminar Nasional Keragaman Hayati Tanah–I : Pengelolaan Keragaman Hayati Tanah untuk Menunjang Keberlanjutan Produksi Pertanian Tropika. 2010. Universitas Lampung. Bandar Lampung, 29-30 Juni 2010. Hlm 147-161.

Swibawa, I G. dan H. Oktarino. 2010. Pengaruh kadar air tanah terkontrol terhadap kelimpahan nematoda parasit tumbuhan. Dalam Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi–III : Peran Strategis Sains dan Teknologi Dalam Mencapai Kemandirian Bangsa. Universitas Lampung. Bandar Lampung, 18-19 Oktober 2010. Hlm 213–219.

Tim Karya Tani Mandiri. 2010.Pedoman Bertanam Jagung. Nuansa Aulia. Bandung.

USDA. 2014. Classification ofZea mays L. (on line).

(53)

49

Utomo, M. 2012.Tanpa Olah Tanah: Teknologi pengelolaan pertanian lahan kering. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung. Utomo, M., H. Buchari, dan I. S. Banuwa. 2012.Olah Tanah Konservasi:

teknologi mitigasi gas rumah kaca pertanian tanaman pangan. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Yeates, G. W., T. Bonger, R. G. M. De Goe, D. W. Freckman dan S. S.

Georgieva. 1993. Feeding habits in soil nematode families and genera-an outline for soil ecologists.Journal of Nematology25(3): 315-331.

Gambar

Gambar 1. Alur pikir pengaruh sistem olah tanah dan pengelolaan gulma terhadapkelimpahan dan keragaman nematoda tanah pada pertanaman jagung(Swibawa, 2013; Komunikasi Pribadi).
Tabel 1. Kombinasi perlakuan penelitian dan keterangannya
Gambar 1. Tata letak petak percobaan.
Gambar 3.

Referensi

Dokumen terkait

Data hasil pengamatan dan hasil belajar pada penelitian dari siklus pertama sampai dengan siklus ke-3 , yaitu pengamatan proses belajar, pengamatan kerja

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan dari penelitian mengenai Pengaruh Kepemimpinan dan Etos

Pola hubungan antara variabel respon (Persentase Penduduk Miskin) dengan variabel prediktor dalam penelitian ini, menunjukkan pola hubungan yang tidak jelas,

Data yang telah diperoleh tersebut dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi linear berganda untuk mengetahui pengaruh curah hujan dan hari hujan bulanan yang mempengaruhi

Produk kosmetik merek Avon ini memberikan banyak variasi warna, sehingga konsumen dapat dengan mudah untuk memilih warna yang sesuai dengan keinginannya.. Produk kosmetik Avon

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konflik kerja dan stres kerja terhadap kepuasan kerja pegawai pada Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan sikap rasa ingin tahu dan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri 3 kertayasa pada mata pelajaran IPA materi Cahaya dan Sifat-sifatnya