KEY SUCCES FAKTOR KINERJA DENGAN BALANCED SCORECARD METHOD
(Survey pada Aparatur dan Pasien di RSUD Wonosari Kabupaten Gunungkidul)
KEY SUCCES OF PERFORMANCE FACTOR WITH BALANCED SCORECARD METHOD
(Survey on Apparatus and Patients in Wonosari Regional Public Hospital of Gunungkidul Regency)
Oleh
INTAN RESTI AULIA 20130420059
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
i
KEY SUCCES OF PERFORMANCE FACTOR WITH BALANCED SCORECARD METHOD
(Survey on Apparatus and Patients Wonosari Regional Public Hospital of Gunungkidul Regency)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh
INTAN RESTI AULIA 20130420059
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
ii
(Survey pada Aparatur dan Pasien RSUD Wonosari Kabupaten Gunungkidul)
KEY SUCCES OF PERFORMANCE FACTOR WITH BALANCED SCORECARD METHOD
(Survey on Apparatus and Patients Wonosari Regional Public Hospital of Gunungkidul Regency)
Diajukan Oleh
INTAN RESTI AULIA 20130420059
Telah disetujui oleh:
Pembimbing
Dr. Bambang Jatmiko, SE., M.Si Tanggal, 31 Januari 2017
NIK: 19650106201210143092
iii Gunungkidul)
KEY SUCCES OF PERFORMANCE FACTOR WITH BALANCED SCORECARD METHOD
(Survey on Apparatus and Patients Wonosari Regional Public Hospital of Gunungkidul Regency)
Diajukan oleh
INTAN RESTI AULIA 20130420059
Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan di depan
Dewan Penguji Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Tanggal 18 Februari 2017
Yang terdiri dari
Dr. Suryo Pratolo, M.Si., Ak., CA Ketua Tim Penguji
Dr. Bambang Jatmiko, SE., M.Si Anggota Tim Penguji
Hafiez Sofyani, S.E., M.Sc Anggota Tim Penguji
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Dr. Nano Prawoto, S.E., M.Si NIK. 19660604199202 143 016
iv
Nomor Mahasiswa : 20130420059
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “KEY SUCCES FAKTOR KINERJA DENGAN BALANCED SCORECARD METHOD (Survey pada Aparatur dan Pasien RSUD Wonosari Kabupaten Gunungkidul)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, ...Februari 2017
Materai, 6.000,-
Intan Resti Aulia
v
sesungguhnya Allah lah yang akan melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-
Nya.”
(QS. Ath-Thalaq: 3)
“Jika kamu bersungguh
-
sungguh, kesungguhan itu untuk kebaikanmu sendiri.”
(QS. Al-Ankabut: 6)
“Hai orang
-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalatmu sebagai penolongmu, sesungguhnya
Allah beserta orang-
orang yang sabar.” (QS. Al
-Baqarah: 153)
~~~~~~
Setiap waktu dalam kehidupan anda dapat menjadi permulaan dari sebuah perkara besar.
(Leo Buscagila)
Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi satu kegagalan ke kegagalan
vi
Untuk Ayah dan Ibu
yang selalu mendoakan dengan sepenuh hati kepada anaknya
Ratna Nur Pratiwi
vii
Penelitian ini bertujuan untuk menguji besarnya korelasi perspektif pertumbuhan dan pembelajaran terhadap perspektif proses bisnis internal, besarnya korelasi perspektif pertumbuhan dan pembelajaran terhadap perspektif pelanggan, besarnya korelasi perspektif pertumbuhan dan pembelajaran terhadap perspektif keuangan, besarnya korelasi perspektif proses bisnis internal terhadap perspektif pelanggan, besarnya korelasi perspektif proses bisnis internal terhadap perspektif keuangan, besarnya korelasi perspektif pelanggan terhadap perspektif keuangan studi pada RSUD Wonosari Kabupaten Gunungkidul. Variabel yang akan diuji adalah perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah menggunakan model Korelasi dengan bantuan statistical
software SPSS.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perspektif pertumbuhan dan pembelajran berhubungan positif signifikan terhadap perspekif proses bisnis internal, perspektif pertumbuhan dan pembelajaran berhubungan positif signifikan terhadap perspektif pelanggan, perspektif pertumbuhan dan pembelajaran berhubungan positif signifikan terhadap perspektif keuangan, perspektif proses bisnis internal berhubungan positif signifikan terhadap perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal berhubungan positif signifikan terhadap perspektif keuangan, perspektif pelanggan berhubungan positif signifikan terhadap perspektif keuangan.
viii
This study aims to examine the correlation growth and learning perspective to internal business process perspective, the correlation growth and learning perspective to customer perspective, the correlation growth and learning perspective to financial perspective, the correlaion internal business process perspective to customer perspective, the correlation internal business process perspective to financial perspective, the correlation customer perspective to financial perspective study at Wonosari Regional Public Hospital in Gunugkidul
regency. The variables tested are the financial perspective, the customer
perspective, the internal business process perspective, the growth and learning
perspective. The method used in this study was correlation model using SPSS
statistical software.
The result of this study shows that growth and learning perspective has significant positive to internal business process perspective, growth and learning perspective has significant positive to customer perspective, growth and learning perspective has significant positive to financial perspective, internal business
process perspective has significant positive to customer perspective, internal
business process perspective has significant positive to financial perspective, customer perspective has significant positive to financial perspective.
ix
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, karunia
dan rahmat dalam penulisan skripsi dengan judul “Key Succes Faktor Kinerja
dengan Balanced Scorecard Method”
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis mengambil topik ini dengan harapan dapat memberikan masukan bagi organisasi dan dapat memberikan ide pengembangan bagi peneliti selanjutnya.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:
1. Bapak Dr. Nano Prawoto, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan petunjuk, bimbingan dan kemudahan selama penulis menyelesaikan studi.
2. Ibu Dr. Ietje Nazarudin, S.E., M.Si. selaku Kepala Prodi Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Bapak Dr. Bambang Jatmiko, S.E., M.Si. yang dengan penuh kesabaran telah
memberikan masukan dan bimbingan selama proses penyelesaian skripsi ini.
4. Ayah dan Ibu serta Adikku yang senantiasa memberikan dorongan dan
perhatian kepada penulis hingga dapat menyelesaikan studi.
5. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, kemudahan dan
semangat dalam proses penyelesaian tugas akhir (skripsi) ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, kritik, saran dan pengembangan penelitian selanjutnya sangat diperlukan untuk kedalaman karya tulis dengan topik ini.
Yogyakarta, ...Februari 2017
x
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
INTISARI ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Batasan Masalah... 9
C. Rumusan Masalah ... 9
D. Tujuan Penelitian ... 10
E. Manfaat Penelitian ... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13
A. Landasan Teori ... 13
1. Teori Organisasi ... 13
2. Teori Motivasi ... 18
3. Pengertian Kinerja ... 22
3.1Pengertian Pengukuran Kinerja... 23
3.1.1 Elemen Pokok Pengukuran Kinerja ... 24
3.1.2 Aspek-aspek Pengukuran Kinerja... 25
3.1.3 Tujuan dan Manfaat Pengukuran Kinerja ... 26
3.2Pengertian Balanced Scorecard ... 27
3.2.1 Perspektif dalam Balanced Scorecard ... 29
3.2.2 Pengukuran Kinerja dengan Balanced Scorecard ... 33
xi
BAB III METODE PENELITIAN... 50
A. Subyek Penelitian ... 50
B. Teknik Pengambilan Sampel... 50
C. Jenis Data ... 52
D. Teknik Pengumpulan Data ... 52
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 53
F. Uji Kualitas Instrumen ... 58
G. Uji Hipotesis dan Analisis Data ... 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 62
B. Uji Kualitas Instrumen ... 102
C. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) ... 106
D. Pembahasan (Interpretasi) ... 109
BAB V SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 118
A. Simpulan ... 118
B. Implikasi ... 119
C. Saran ... 120
D. Keterbatasan Penelitian ... 120 DAFTAR PUSTAKA
xii
3.2 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi...60
4.1 Karakteristik Responden Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin…...62
4.2 Karakteristik Responden Karyawan Berdasarkan Jenis Kelamin…...63
4.3 Karakteristik Responden Karyawan Berdasarkan Usia...63
4.4 Karakteristik Responden Pasien Berdasarkan Usia...64
4.5 Karakteristik RespondenPasien Berdasarkan Pendidikan...64
4.6 Karakteristik RespondenPasien Berdasarkan Pendidikan...65
4.7 ALOS...66
4.8 BOR...66
4.9 TOI...67
4.10 BTO...67
4.11 GDR...68
4.12 NDR...68
4.13 Peralatan operasional rumah sakit sudah baik...69
4.14 Kenyamanan dan kebersihan ruang pemeriksaan...70
4.15 Kejelasan papan petunjuk/informasi pelayanan...70
4.16 Kecepatan dan kemudahan prosedur pelayanan...71
4.17 Keakuratan administrasi/pencatatan pasien...71
4.18 Ketepatan jadwal pelayanan dijalankan (waktu buka pendaftaran, Kedatangan dokter)...72
4.19 Petugas segera memberikan bantuan bila ada kesulitan pada pasien...73
4.20 Tanggapan positip terhadap keluhan pasien...73
4.21 Kejelasan penyampaian informasi kepada pasien...74
xiii
4.25 Pemberian informasi kepada pasien apabila ada hal baru dalam pelayanan
Kesehatan...76
4.26 Ketersediaan dan kecukupan waktu bagi pasien/keluarga pasien untuk Berkonsultasi...77
4.27 Pelayanan kepada semua pasien tanpa memandang status sosial dan lain Lain...78
4.28 Peralatan kerja dalam kondisi baik dan layak pakai...78
4.29 Peralatan tersedia dalam jumlah yang memadai...79
4.30 Alat tulis kantor yang dibutuhkan tersedia dan dalam kondisi baik...80
4.31 Dilakukan pengecekan dan perbaikan investasi kantor...80
4.32 Tersedia prasarana sesuai kebutuhan dan dalam kondisi baik (ruang rawat inap, UGD, Ruang lab, ruang operasi,dll)...81
4.33 Komputerisasi telah berjalan dengan baik dalam menunjang efisiensi dan efektifitas bekerja...82
4.34 Data dan informasi yang dibutuhkan dalam mendukung pekerjaan dapat diperoleh dengan mudah dan lengkap...82
4.35 Gedung/ruang (rawat jalan, rawat inap, rawat gawat darurat, gedung administrasi dan ruang lain) dalam kondisi baik dan dalam keadaan bersih...83
4.36 Prasarana RSUD (seperti air, listrik, sistem informasi dan komunikasi, dan lain-lain) berfungsi dengan baik...84
4.37 Dilakukan pengecekan dan perbaikan sarana prasarana RSUD...84
xiv
4.41 Pegawai yang bekerja di RSUD Wonosari memiliki kemampuan sesuai
Kebutuhan...87
4.42 Semua pegawai di RSUD Wonosari mempunyai keterampilan yang kompeten sesuai bidang pekerjaan...88
4.43 Tingkat kesalahan pegawai dalam pekerjaannya rendah...88
4.44 Terdapat diklat-diklat bagi pegawai RSUD untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai kebutuhan tugas...89
4.45 Adanya kesempatan bagi pegawai untuk melanjutkan pendidikan...90
4.46 Lingkungan kerja kondusif untuk belajar pekerjaan yang baru...90
4.47 Adanya pengarahan tugas pokok dan fungsi dari pimpinan...91
4.48 Pimpinan memberikan pengarahan yang jelas sebelum melaksanakan Tugas...92
4.49 Pimpinan memberikan pengetahuan kepada bawahannya mengenai tingkah laku/moral yang positif...92
4.50 Pimpinan memberikan pekerjaan sesuai dengan kemampuan staff/pegawai...93
4.51 Adanya kesempatan untuk mengembangkan bakat dan prakarsa...94
4.52 RSUD ini memberikan remunerasi/tunjangan kepada pegawai sesuai dengan tingkat tanggung jawab dan profesionalisme...94
4.53 Promosi berjalan baik sesuai dengan kebutuhan...95
4.54 Pimpinan memberikan motivasi kepada bawahan dalam bekerja...96
4.55 Keterbukaan dalam menyampaikan pendapat baik kepada pimpinan maupun rekan sekerja...96
xv
4.59 Kerja sama dengan tim maupun antar bagian di RSUD dalam
menyelesaikan pekerjaan berjalan dengan baik...99
4.60 Uji Statistik Deskriptif...,...100
4.61 Uji Validitas...101
4.62 Uji Reliabilitas...103
4.63 Uji Normalias…...104
4.64 Hasil Uji Linieritas Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran terhadap Perspektif Proses Bisnis Internal, Perspektif Pelanggan, dan Perspektif Keuangan…...105
4.65 Hasil Uji Linieritas Perspektif Proses Bisnis Internal terhadap Perspektif Pelanggan, dan Perspektif Keuangan...106
4.66 Hasil Uji Linieritas Perspektif Pelanggan terhadap Perspektif Keuangan...107
xvi
1.1 Indikator Pelayanan RSUD Wonosari Tahun 2015...7
2.1 Hierarki Kebutuhan Maslow...19
2.2 Hubungan Keempat Perspektif Balanced Scorecard pada Organisasi
Nirlaba...34
2.3 Model Penelitian...49
vii INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji besarnya korelasi perspektif pertumbuhan dan pembelajaran terhadap perspektif proses bisnis internal, besarnya korelasi perspektif pertumbuhan dan pembelajaran terhadap perspektif pelanggan, besarnya korelasi perspektif pertumbuhan dan pembelajaran terhadap perspektif keuangan, besarnya korelasi perspektif proses bisnis internal terhadap perspektif pelanggan, besarnya korelasi perspektif proses bisnis internal terhadap perspektif keuangan, besarnya korelasi perspektif pelanggan terhadap perspektif keuangan studi pada RSUD Wonosari Kabupaten Gunungkidul. Variabel yang akan diuji adalah perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model Korelasi dengan
bantuan statistical software SPSS.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perspektif pertumbuhan dan pembelajran berhubungan positif signifikan terhadap perspekif proses bisnis internal, perspektif pertumbuhan dan pembelajaran berhubungan positif signifikan terhadap perspektif pelanggan, perspektif pertumbuhan dan pembelajaran berhubungan positif signifikan terhadap perspektif keuangan, perspektif proses bisnis internal berhubungan positif signifikan terhadap perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal berhubungan positif signifikan terhadap perspektif keuangan, perspektif pelanggan berhubungan positif signifikan terhadap perspektif keuangan.
viii ABSTRACT
This study aims to examine the correlation growth and learning perspective to internal business process perspective, the correlation growth and learning perspective to customer perspective, the correlation growth and learning perspective to financial perspective, the correlaion internal business process perspective to customer perspective, the correlation internal business process perspective to financial perspective, the correlation customer perspective to financial perspective study at Wonosari Regional Public Hospital in Gunugkidul
regency. The variables tested are the financial perspective, the customer
perspective, the internal business process perspective, the growth and learning
perspective. The method used in this study was correlation model using SPSS
statistical software.
The result of this study shows that growth and learning perspective has significant positive to internal business process perspective, growth and learning perspective has significant positive to customer perspective, growth and learning perspective has significant positive to financial perspective, internal business
process perspective has significant positive to customer perspective, internal
business process perspective has significant positive to financial perspective, customer perspective has significant positive to financial perspective.
1
BAB 1
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
147/MENKES/PER/I/2010 menyatakan bahwa Rumah Sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna dan menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan
gawat darurat. Sedangkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.983/Men.Kes/SK/XI/1992 menyatakan bahwa Rumah Sakit adalah salah
satu organisasi sektor publik yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa
kesehatan yang mempunyai tugas melaksanakan suatu upaya kesehatan
secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan atau
mementingkan upaya penyembuhan dan pemulihan yang telah dilaksanakan
secara serasi dan terpadu oleh pihak rumah sakit dalam upaya peningkatan dan
pencegahan penyakit serta upaya perbaikan.
Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an yang dapat dijadikan rujukan
dalam pengukuran kinerja adalah Surat At-Taubah ayat 105:
Dan katakanlah “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat
akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang
nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”
Dalam ayat ini menjelaskan dalam kita melakukan pekerjaan
ingatlah Allah SWT yang selalu melihat dan menilai kita tentang
pekerjaan kita dan juga Rasul dan orang-orang mukmin lainnya maka kita
harus melakukan pekerjaan sebaik mungkin dan bermanfaat bagi
masyarakat, karena dengan melakukan pekerjaaan dengan sebaik mungkin
akan mendapatkan penilaian kerja yang baik maka akan mendapatkan hasil
yang baik pula.
Pengukuran kinerja yang hanya ditekankan pada aspek finansial
saja sudah dirasa tidak lagi memadai. Suatu organisasi diharuskan
melakukan pengukuran kinerja tidak hanya pada aspek finansial saja juga
dalam aspek non finansial, hal ini dimaksudkan untuk dapat mencapai
tujuan organisasi secara efektiv. Untuk mencapainya suatu tujuan
organisasi maka harus adanya sistem manajemen yang baik dalam suatu
organisasi tersebut agar dapat berkembang dan bersaing dengan baik.
Organisasi sektor publik berhubungan langsung dengan pelayanan
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Masyarakat dalam organisasi
sektor publik merupakan pelanggan yang wajib untuk diberi pelayanan
terbaik sehingga untuk mencapai kepuasan pelanggan, sangat perlu adanya
pola pikir yang ditanamkan kepada para pengelola organisasi sektor publik
tentang bagaimana meningkatkan kepuasan pelanggan. Dengan telah
peningkatan kepuasan masyarakat hal ini belum menunjukkan
keberhasilan organisasi sektor publik.
Untuk melihat keberhasilan organisasi sektor publik maka harus
diidentifikasi secara menyeluruh terutama dilihat dari keberhasilan
memenuhi kebutuhan masyarakat. Pendekatan pengukuran kinerja
organisasi sektor publik dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan sehingga
dapat untuk menilai kinerja akuntabilitas publik dengan sebenarnya.
Balanced Scorecard dapat digunakan dalam berbagai cara untuk
mendeteksi ketercapaian organisasi sektor publik dalam melayani
masyarakat.
Balanced Scorecard merupakan pendekatan baru terhadap
manajamen yang dikembangkan oleh Robert Kaplan dan David Norton
pada taun 1990-an. Balanced Scorecard adalah salah satu sistem
manajemen yang dapat diterapkan dalam suatu organisasi. Menurut
Kaplan dan Norton, Balanced Scorecard merupakan sistem prespektif
yang memberikan informasi kepada manajer mengenai pandangan bisnis
secara cepat dan komprehensif. Termasuk prespektif keuangan yang
memaparkan hasil dari tindakan yang sudah diambil. Melengkapi
prespektif keuangan dengan prespektif operasional pada kepuasan
pelanggan, prespektif internal dan inovasi organisasi dan perbaikan
kegiatan operasional merupakan tindakan yang mendorong kinerja
Balanced Scorecard merupakan sistem manajemen, pengukuran,
dan pengendalian secara tepat, cepat, dan komprehensif yang dapat
memberikan pemahaman kepada manajer tentang kinerja suatu organisasi.
Ada empat asspek-aspek yang diukur dalam metode balanced scorecard
yaitu perspektif keuangan, perspektif proses bisnis internal, perspekektif
pelanggan, dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Dalam
balanced scorecard keempat perspektif tersebut merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan dan merupakan indikator pengukuran kinerja
yang saling melengkapi dan saling memiliki hubungan sebab akibat.
Mahmudi (2010:15), mengemukakan bahwa Balanced Scorecard
sangat cocok untuk organisasi nirlaba dikarenakan tidak hanya melihat
dari aspek-aspek kuantitatif dan finansial melainkan juga melihat dari
aspek-aspek kualitatif dan nonfinansial. Hal ini sangat selaras dengan
prinsip organisasi nirlaba yaitu tidak menempatkan laba sebagai ukuran
kinerja utama, melainkan pelayanan yang bersifat kualitatif dan
nonkeuangan.
Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dalam prakteknya,
Rumah Sakit tidak mengutamakan mengambil keuntungan sehingga
Rumah Sakit harus mengutamakan prinsip efisiensi anggaran yang
optimal. Oleh karena itu, perlu adanya suatu pengukuran kinerja yang
tepat untuk melakukan pengukuran kinerja baik dari aspek keuangan
maupun non keuangan.
Di Indonesia masih banyak Rumah Sakit yang tidak
memperhatikan pelayanannya, sehingga para pelanggan atau pasien lebih
memilih berobat di luar negeri karena masih kurangnya pelayanan Rumah
Sakit di Tanah Air. Kurangnya peralatan medis yang dimiliki dan
kurangnya komunikasi dokter dengan pasien dan keluarganya untuk
menjelaskan masalah penyakit adalah salah satu faktor penyebab utama
pasien memilih berobat ke luar negeri. Di Medan pelayanan medis yang
diberikan Rumah Sakit masih buruk. Kepala Dinas Kesehatan kota Medan,
Usma Polita Nasution mengatakan, dari 90 rumah sakit swasta 25%
diantaranya belum memenuhi standar pelayanan minimal. Hal ini
menyebabkan kurang optimalnya pelayanan medis yang diberikan,
sehingga banyak masyarakat yang berobat keluar negeri. Sekitar 400-500
orang warga Medan berobat keluar negeri setiap bulannya (Sindo, 12
Desember 2014). Selain itu di Surabaya, banyak pasien yang berobat ke
sebuah rumah sakit di Surabaya pelayanan yang diberikan tidak sesuai
harapan pasien. Dimana mereka dilayani dengan wajah judes dan bahkan
ada pasien yang mendaftar ditinggal telephon para pelayan yang
menunggu. (Sindo, 28 Maret 2016).
Dilihat dari kurangnya pelayanan Rumah Sakit di Indonesia maka
pengukuran kinerja terhadap Rumah Sakit sangatlah penting dan wajib
agar dapat memeberikan informasi kepada manajer Rumah Sakit tentang
kinerja yang ada dalam Rumah Sakit tersebut. Jika masih ada kinerja yang
belum optimal maka harus lebih ditingkatkan kinerja tersebut dan jika
sudah ada kinerja yang sudah optimal maka harus dipertahankan. Sehingga
pelayanan di Rumah Sakit menjadi lebih baik lagi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Aditama dan Kiswara
(2013) mengenai analisis kinerja komprehensif dengan balanced
scorecard pada PT. Kereta Api Indonesia menunjukkan bahwa pada
Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran perusahaan mempunyai suatu
strategi untuk meningkatkan produktivitas dan komitmen personel.
Sebagai akibat dari peningkatan produktivitas dan komitmen personel
akan meningkat pula kualitas proses layanan pelangga dengan demikian
kepercayaan pelanggan dan kepuasan pelanggan akan meningkat pula
yang terlihat dari perspektif pelanggan dan pada akhirnya akan
berpengaruh pada perspektif keuangan yang ditunjukkan dengan
peningkatan pendapatan penjualan. Jadi dari masing-masing perspekif
memiliki peran dan hubungan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Perspektif keuangan sangat dipengaruhi oleh tiga perspektif lainnya yaitu
persepktif pertumbuhan dan pembelajaran, perspektif proses bisnis
internal, dan perspektif pelanggan.
Penelitian yang dilakukan oleh Perlman (2013) tentang causal
relationships in the balanced scorecard: a path analysis approach bahwa
mempelajari hubungan kausal antara ukuran kinerja yang spesifik sesuai
dengan empat perspektif balanced scorecard. Peneliti mengamati bahwa
organisasi belajar secara substansial dalam peningkatan proses internal di
tahun yang sama. Pertumbuhan organisasi, yang diwujudkan dalam
pengembangan dan produksi produk-produk inovatif dan berteknologi
canggih, berhubungan dengan peningkatan penjualan ditahun berikutnya.
Pelayanan pelanggan akan meningkatkan laba ditahun yang sama.
RSUD Wonosari, Kabupaten Gunungkidul adalah tujuan peneliti
untuk melakukan penelitian tentang pengukuran kinerja dalam rumah sakit
tersebut menggunakan metode Balanced Scorecard dengan melihat dari
empat perspektif dari Balanced Scorecard yaitu Perspektif Keunagan,
Perspektif Pelanggan, Perspektif Proses Bisnis Internal, dan Perspektif
Pertumbuhan dan Pembelajaran karena dilihat dari kondisi rumah sakit
tersebut bahwa pelayanan di RSUD Wonosari masih harus banyak
dilakukan perbaikan. Hal ini dikarenakan masih kurangnya fasilitas yang
dimiliki Rumah Sakit seperti jumlah kamar, tenaga medis, dokter spesialis,
dan peralatan yang dimiliki. Masih ada petugas yang merangkap dalam
memberikan pelayanan yang seharusnya dalam tiap ruangan minimal ada
satu petugas dan masih kurangnya dokter spesialis yang standarnya satu
layanan terdapat tiga dokter spesialis, dari empat layanan utama yakni
penyakit dalam, obsgyn, anak, saraf dan bedah, baru poli anak yang
Gambar 1.1
Indikator Pelayanan RSUD Wonosari Kabupaten Gunngkidul Tahun 2015
Sumber: www.sirs.buk.depkes.go.id
Pada gambar 1.1 kinerja RSUD Wonosari tahun 2015
menunjukkan bahwa tingkat efektivitas yang dicapai oleh RSUD
Wonosari yaitu Bed Occupancy Ratio (BOR) sebesar 83% bahwa tingkat
pemanfaatan tempat tidur RSUD Wonosari sudah ideal dikarenakan nilai
parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85%. Average Length of Stay
adalah 4 hari maka rata-rata lama rawat pasien di RSUD Wonosari belum
ideal karena nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari. Turn Over Interval
(TOI) sebeasar 0,81 hari bahwa rata-rata tempat tidur tidak ditempati dari
telah terisi ke saat terisi berikutnya sudah ideal karena nilai ideal TOI 1-3
hari. Net Death Rate (NDR) RSUD Wonosari sebesar 17% jadi nilai
pasien meninggal 48 jam setelah dirawat untuk setiap 1000 penderita
keluar adalah 17 maka hal ini ideal karena nilai NDR yang ideal adalah
kurang dari 25 per 1000 penderita keluar. Gross Death Rate (GDR) RSUD
Wonosari sebesar 34% bahwa angka kematian umum untuk setiap 1000
penderita adalah 34 hal ini adalah ideal karena nilai GDR yang ideal
adalah tidak lebih dari 45 per 1000 penderita keluar.
0 100
BOR ALOS TOI NDR GDR
Indikator Pelayanan RSUD Wonosari
Berdasarkan dari permasalahan di atas maka penulis dapat menarik
kesimpulan bahwa untuk melakukan penelitian tentang pengukuran kinerja
rumah sakit menggunakan Balanced Scorecard Method pada RSUD
Wonosari Kabupaten Gunungkidul. Penelitian ini untuk melihat tingkat
kinerja dari RSUD Wonosari dengan empat perspektif Balanced
Scorecard. Sehingga dapat memberikan gambaran bagi manajer tentang
tingkat kinerja yang telah dicapai dan juga dapat memberikan masukan
pada perspektif mana yang harus di evaluasi. Selain itu penelitian ini untuk
mengetahui korelasi dari keempat perspektif Balanced Scorecard. Peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian untuk melihat suatu kesuksesan
kinerja di dalam rumah sakit dengan mengambil judul penelitian “KEY
SUCCES FAKTOR KINERJA DENGAN BALANCED SCORECARD METHOD (Survey pada aparatur dan pasien di RSUD Wonosari Kabupaten Gunngkidul)”.
B. Batasan Masalah
Penelitian ini dilakukan oleh peneliti dengan dibatasi oleh beberapa
hal dimana peneitian ini menggunakan metode Balanced Scorecard, yang
berfokus pada keempat perspektif Balanced Scorecard yaitu perspektif
keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka masalah yang akan
dibahas dalam penelitian ini antara lain:
1. Seberapa besar korelasi Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
terhadap Prespektif Proses Bisnis Internal?
2. Seberapa besar korelasi Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
terhadap Perspektif Pelanggan?
3. Seberapa besar korelasi Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
terhadap Perspektif Keuangan?
4. Seberapa besar korelasi Perspektif Proses Bisnis Internal terhadap
Perspektif Pelanggan?
5. Seberapa besar korelasi Perspektif Proses Bisnis Internal terhadap
Perspektif Keuangan?
6. Seberapa besar korelasi Perspektif Pelanggan terhadap Perspektif
Keuangan?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin
dicapai dari penlitian ini adalah:
1. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris seberapa besar
korelasi Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran terhadap
2. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris seberapa besar
korelasi Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran terhadap
Perspektif Pelanggan.
3. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris seberapa besar
korelasi Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran terhadap
Perspektif Keuangan.
4. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris seberapa besar
korelasi Perspektif Proses Bisnis Internal terhadap Perspektif
Pelanggan.
5. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris seberapa besar
korelasi Perspektif Proses Bisnis Internal terhadap Perspektif
Keuangan.
6. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris seberapa besar
korelasi Perspektif Pelanggan terhadap Perspektif Keuangan.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memeberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi ilmu
pengetahuan khususnya bagi akuntansi umum, hasil penelitian ini
diharapkan menambah kepustakaan yang bersifat empiris mengenai
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada
pihak-pihak yang membutuhkan, antara lain:
a. Bagi RSUD Wonosari
Penelitian ini bermanfaat sebagai alternatif pengkuran kinerja
yang lebih komprehensif dalam menilai kinerja.
b. Bagi Perguruan Tinggi
Memeberikan informasi kepada Perguruan Tinggi tengtang
konsep pengukuran kinerja Rumah Sakit menggunakan metode
Balanced Scorecard.
c. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan untuk menambah ilmu pengetahuan dan
pengalaman serta untuk menerapkan teori-teori perkuliahan ke
dalam dunia kerja dan memeberi gambaran nyata tentang dunia
kerja khsusnya pengukuran kinerja dengan pendekatan
menggunakan metode Balanced Scorecard.
d. Bagi Masyarakat
Memeberikan informasi kepada masyarakat tentang bagaimana
kinerja Rumah Sakit yang di ukur menggunakan metode Balanced
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori
1. Teori Organisasi
Menurut Robbins (2006:4) organisasi merupakan unit sosial yang
sengaja dikelola, terdiri atas dua orang atau lebih, yang berfungsi
secara relatif terus menerus untuk mencapai satu sasaran atau
serangkaian sasaran bersama.
Sedangkan teori organisasi menurut Robbins (2006:7) adalah ilmu
yang mempelajari desain dan struktur organisasi. Teori organisasi
menunjuk aspek-aspek deskriptif maupun perspektif dari ilmu tersebut.
Terori organisasi menjelaskan bagaimana organisasi di konstruksi
guna meningkatkan keefektifan organisasi.
Teori Organisasi dalam Robbins (2006:37) dibagi menjadi 4 tipe,
antara lain:
1) Tipe 1
Teori tipe 1 juga dikenal sebagai aliran klasik yang
dikembangkan pada tahun 1900-1930, dalam teori ini yang
dikembangkan adalah prinsip atau model universal yang dapat
dilagunakan kedalam semua keadaan. Teori ini melihat
organisasi sebagai sistem tertutup untuk mencapai tujuan
Dalam teori ini Fayol dalam Robbins (2006:39)
mengemukakan emapat belas prinsip organisasi antara lain:
1. Pembagian Kerja. spesialisasi menambaha hasil kerja
dengan cara membuat para pekerja lebih efisien.
2. Wewenang. Manajer harus dapat memberi perintah.
Supaya efektif, wewenang manajer harus sama dengan
tanggung jawabnya.
3. Disiplin. Para pegawai harus menaati dang
menghormati peraturan yang ada dalam organisasi.
4. Kesatuan Komando. Setiap pegawai hanya menerima
perintah dari seorang atasan.
5. Kesatuan Arah. Setiap kelompok aktivitas organisasi
yang mempunyai tujuan yang sama harus dipimpin olrh
seorang manajer dengan menggunakan sebuah rencana.
6. Mendahulukan Kepentingan Umum Di Atas
Kepentingan Individu. Kepentingan seorang pegawai
tidak boleh mendahulukan kepentingan oragnisasi
secara keseluruhan.
7. Remunerasi. Para pekerja harus digaji sesuai dengan
jasa yang mereka berikan.
8. Sentralisasi. Sejauh mana para pegawai terlibat dalam
9. Rantai Skalar. Garis skalar dari manajemen puncak
hingga yang tingkatan yang paling rendah merupakan
rantai skalar. Komunikasi yang baik harus mengikuti
dalam rantai ini.tetapi jika ada hambatan maka
komunikasi silang dapat diperbolehkan jika disetujui
oleh semua pihak dan atasan diberitahu.
10.Tata Tertib. Orang dan bahan harus ditempatkan pada
tempat dan waku yang tepat.
11.Keadilan. Para manajer harus berlaku baik dan jujur
terhadap bawahan.
12.Stabilisasi Masa Kerja Para Pegawai. Perputaran
pegawai yang tinggi adalah tidak efisien. Manajemen
harus menyediakan perencanaan personalia yang
terstruktur.
13. Inisiatif. Para pegawai yang diizinkan menciptakan dan
melaksanakan rencana-rencana berusaha keras.
14.Esprit de Crops. Mendorong tim spirit akan
membangun keselarasan dan persatuan di dalam
organisasi.
2) Teori Tipe 2
Teori tipe dua merupakan pengakuan mengenai sifat sosial
dari organisasi. Teori ini juga disebut sebagai teori hubungan
sesuatu yang terdiri dari tugas-tugas mauoun manusia. Teori
tipe 2 beroperasi dibawah asumsi sistem tertutup namun
menekankan hubungan informal dan motivasi-motivasi non
ekonomis yang beroperasi di dalam organisasi.
McGregror dalam Robbins (2006:43) mngwmukakan ada
dua pandaangan tentang manusia antara lain:
1. Teori X (Negatif). Dalam terori ini ada empat asumsi
yang dianut oleh para manajer:
a. Para pegawai pada dasarnya tidak menyukai
pekerjaan dan, jika mungkin, berusaha
menghindarinya.
b. Karena pegawai tidak menyukai pekerjaan, maka
mereka harus dipaksa, dikendalikan, atau diancam
dengan hukuman untuk mencapai tujuan-tujuan
yang diinginkan.
c. Para pegawai akan mengelakkan tanggung jawab
dan mencari pengarahan yang formal.
d. Kebanyakan pegawai menempatkan rasa aman di
atas faktor lain yang berhubungan dengan pekerjaan
dan hanya akan memperhatikan sedikit ambisi.
a. Para pegawai dapat melihat pekerjaan sebagai
sesuatu yang biasa seperti halnya istirahat atau
bermain.
b. Manusia akan menentukan arahnya sendiri dan
mengendalikan diri jika mereka merasa terikat
kepada tujuan-tujuan.
c. Rata-rata orang dapat belajar untuk menerima,
bahkan mencari tanggung jawab.
d. Kreativitas merupakan kemampuan untuk membuat
keputusan-keputusan yang baik tersebar luas pada
seluruh populasi dan tidak selalu merupakan hak
dari mereka yang menduduki fungsi manajerial.
3) Teori Tipe 3
Teori ini dikembangkan pada tahun 1960-an sampai awal
tahun 1970-an. Dalam teori ini organisasi dipandang sebagai
alat mencapai tujuan. Teori ini berkonsentrasi pada sasaran,
teknologi, dan kepastian lingkungan sebagai variabel-variabel
kontigensi utama yang menentukan struktur yang tepat yang
seharusnya berlaku bagi organisasi. Ketika struktur sesuai
dengan variabel-variabel kontigensi akan membantu
pencapaian tujuan organisasi. Sabaliknya, penerapan struktur
4) Teori Tipe 4
Perspektif sosial digunakan kembali dalam teori ini, namun
dalam kerangka kerja sistem terbuka. Teori ini berpandangan
bahwa struktur bukanlah merupakan usaha yang rasional dari
para manajer untuk menciptakan struktur yang paling efektif,
tetapi merupakan hasil dari suatu pertarungan politis diantara
koalisi-koalisi di dalam organisasi untuk memperoleh kontrol.
Berdasarkan teori-teori diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
setiap organisasi harus mempunyai standar susunan organisasi dan
standar kerja agar dapat mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan secara efektif dan maksimal.
2. Teori Motivasi
Robbins dan Judge (2008:222) mendifinisikan motivasi sebagai
suatu proses yang menghasilkan intensitas, arah, dan ketekunan
seorang individu untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut Rivai (2008:458) terdapat beberapa teori motivasi,
diantaranya:
1) Hierarki Teori Kebutuhan (Hierarchical of Needs Theory)
Menurut Abraham Maslow bahwa pada setiap diri manusia
itu terdiri atas lima kebutuhan yaitu: kebutuhan secara
fisiologis, rasa aman, sosial, penghargaan dan aktualisasi diri.
makan, minum dan perlindungan fisik, seksual, sebagai
kebutuhan terendah. Rasa aman meliputi: kebutuhan rasa
aman, kebutuhan perlindungan dari ancaman, bahaya
pertentangan dan lingkungan hidup. Kepemilikan sosial
meliputi: kebutuhan merasa memiliki, kebutuhan untuk
diterima dalam kelompok, berinteraksi dan kebutuhan untuk
mencintai dan dicintai. Penghargaan diri meliputi: kebutuhan
akan harga diri, kebutuhan dihormati dan dihargai orang lain.
Aktualisasi diri meliputi: kebutuhan untuk menggunakan
kemampuan, skill, potensi, kebutuhan untuk berpendapat
dengan mengemukakan ide-ide, memberikan penilaian
terhadap sesuatu.
Gambar 2.1
Hierarki Kebutuhan Maslow
Sumber: Rivai (2008:458)
Kebutuhan Fisiologis Rasa Aman Kepimilikan Sosial
Penghargaan Diri Aktualisasi
Semakin ke atas kebutuhan seseorang semakin sedikit
jumlah atau kuantitas manusia yang memiliki kriteria
kebutuhannya.
2) Teori Kebutuhan McClelland’s (McClelland’s Theory of
Needs) McClelland theory of needsmemfokuskan kepada tiga
hal, yaitu:
a. Kebutuhan dalam mencapai kesuksesan: kemampuan
untuk mencapai hubungan kepada standar perusahaan
yang telah ditentukan juga perjuangan karyawan untuk
menuju keberhasilan.
b. Kebutuhan dalam kekuasaan atau otoritas kerja: kebutuhan
untuk membuat orang berperilaku dalam keadaan yang
wajar dan bijaksana didalam tugasnya masing-masing.
c. Kebutuhan untuk berafiliasi: hasrat untuk bersahabat dan
mengenal lebih dekat rekan kerja.
3) Teori X dan Y
Douglas McGregor mengajukan dua pandangan yang
berbeda tentang manusia, negatif dengan tanda label x dan
positif dengan tanda label y. Teori X (negatif) merumuskan
asumsi seperti:
a. Karyawan sebenarnya tidak suka bekerja dan jika ada
kesempatan dia akan menghindari atau
b. Semenjak karyawan tidak suka atau tidak menyukai
pekerjaannya, mereka harus diatur dan dikontrol bahkan
mungkin ditakuti untuk menerima sanksi hukum jika
tidak bekerja dengan sungguhsungguh.
Teori Y (positif) memiliki asumsi seperti:
a. Manusia akan melatih tujuan pribadi dan pengontrolan
diri sendiri jika mereka melakukan komitmen.
b. Kemampuan untuk melakukan keputusan yang cerdas
dan inovatif.
4) ERG Theory
Teori ini dikemukakan oleh Clayton Alderfer, yang
sebetulnya tidak jauh berbeda dengan teori dari Abraham
Maslow. Teori ini mengatakan bahwa ada tiga kelompok
kebutuhan manusia, yaitu:
a. Existence berhubungan dengan kebutuhan untuk
mempertahankan keberadaan seseorang dalam
hidupnya. Dikaitkan dengan penggolongan dari
Maslow, ini berkaitan dengan kebutuhan fisik dan
keamanan.
b. Relatedness berhubungan dengan kebutuhan untuk
berinteraksi dengan orang lain. Dikaitkan dengan
penggolongan kebutuhan dari Maslow, ini meliputi
c. Growth berhubungan dengan kebutuhan pengembangan
diri, yang identik dengan kebutuhan self-actualization
yang dikemukakan oleh Maslow.
Motivasi sangatlah penting dalam organisasi untuk menggerakkan
produktifitas pegawai agar mampu melaksanakan tugas-tugas yang
menjadi tanggung jawabnya secara baik. Jika suatu organisasi
mengabaikan pentingnya motivasi terhadap pegawai, maka kondisi
organisasi tersebut tidak dinamis untuk mewujudkan tujuan organisasi.
Di dalam bekerja, setiap karyawan memerlukan berbagai macam
kebutuhan didalam memotivasi dirinya untuk mencapai tujuan
individu dalam perusahan atau organisasi.
3. Pengertian Kinerja
Menurut Mahsun (2013:25) bahwa kinerja adalah gambaran
pencapaian suatu pelaksanaan kegiatan, program maupun kebijakan
dalam mewujudkan sasaraan, tujuan, misi, dan visi organisasi dalam
strategic planning suatu organisasi. Sedangkan menurut Mahmudi
(2005:6), kinerja adalah hasil kerja itu sendiri (outcomes of work),
dikarenakan hasil kerja memiliki hubungan yang sangat kuat dengan
tujuan-tujuan, strategi organisasi, kepuasan pelanggan, dan kontribusi
ekonomi.
Menurut Wibowo (2011:7) kinerja berasal dari kata performance.
Akan tetapi, sebenarnya kinerja memiliki makna yang luas bukan
hanya hasil kerja saja melainkan termasuk bagaimana proses untuk
mencapai hasil kerja itu sendiri.
Chaizi Nasucha dalam Sinambela (2012:186) mendefinisikan
kinerja organisasi sebagai efektifitas suatu organisasi secara
menyeluruh untuk memenuhi kebutuhan yang telah ditetapkan oleh
organisasi itu sendiri yang dicapai melalui usaha-usaha yang sistematik
dan meningkatkan kemampuan organisasi secara terus-menerus untuk
mencapai hasil yang efektif.
3.1 Pengertian Pengukuran Kinerja
Menurut Robertson dalam Mahmudi (2010) menyatakan bahwa
pengukuran kinerja adalah proses penilaian kinerja terhadap tujuan dan
sasaran organisasi atau perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya,
yang meliputi efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan
barang dan jasa, kualitas barang dan jasa (seberapa baik barang dan
jasa diserahkan kepada pelanggan dan sampai, tingkat kepuasan
pelanggan), hasil kerja dibandingkan dengan apa yang diharapkan
perusahaan atau organisasi, dan keefektifan kinerja dalam mencapai
tujuan organisasi atau perusahaan.
Menurut Mardiasmo (2009:121), pengukuran kinerja sektor publik
dilaksanakan berdasarkan tiga tujuan yaitu untuk memperbaiki kinerja
pembuatan keputusan, dan mewujudkan pertanggung jawaban publik
dan memperbaiki komunitas kelembagaan.
3.1.1 Elemen Pokok Pengukuran Kinerja
Ada beberapa elemen pokok pengukuran kinerja, antara lain
(Mahsun, 2013:26):
1) Menetapkan Tujuan, Sasaran dan Strategi Organisasi
Tujuan, sasaran, dan startegi organisasi ditetapkan
berdasarkan visi dan misi organisassi.
2) Merumuskan Indikator dan Ukuran Kinerja
Pentingnya merumuskan indikator dan ukuran kinerja
karena untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan, sasaran,
dan strategi. Indikator kinerja dapat berbentuk faktor-faktor
keberhasilan utama dan indikator kinerja kunci.
3) Mengukur Tingkat Ketercapaian Tujuan dan Sasaran-Sasaran
Organisasi.
Mengukur tingkat ketercapaian tujuan, sasaran, dan
srategi adalah membandingkan hasil aktual dengan indikator
dan ukuran kinerja yang telah ditetapkan.
4) Evaluasi Kinerja
Evaluasi kinerja memberikan gambaran kepada
pengguna informasi tentang tingkat kinerja yang telah berhasil
pengukuran tertentu. Informasi capaian kinerja dapat dijadikan
bebearapa bentuk :
a) Feedback
Hasil dari pengukuran capaian kinerja dijadikan
monitor bagi manajemen untuk mengevaluasi kinerja pada
periode berikutnya. Dan dijadikan sebagai landasan untuk
memberikan reward dan hukuman yang objektif pada suatu
organisasi.
b) Penilaian Kemajuan Organisasi
Pegukuran kinerja yang dilakukan setiap periode
sangat bermanfaat untuk menilai kemajuan yaang telah
dicapai organisasi.
c) Meningkatkan Kualitas Pengambilan Keputusan dan
Akuntabilitas
Pengukuran kinerja menghasilakn informasi yang
sangat bermanfaat bagi manajemen dan stakehoders dalam
pengambilan keputusan.
3.1.2 Aspek-aspek Pengukuran Kinerja Sektor Publik
Pengukran kinerja organisasi sektor publik meliputi aspek-aspek
1) Kelompok masukan (input) adalah segala sesuatu yang
dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat belajar untuk
menghasilkan keluaran.
2) Kelompok proes (process) adalah ukuran kegiatan, baik dari
segi kecepatan, ketepatan, maupun tingkat akurasi pelaksanaan
kegiatan tersebut.
3) Kelompok keluaran (output) adalah sesuatu yang diarapkan
langsug dapat dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berwujud
(tangible) mapun tidak berwujud (intangible).
4) Kelompok hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang
mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka
menengah yang mempunyai efek langsung.
5) Kelompok manfaat (benefit) adalah sesuatu yang terkait
dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan.
6) Kelompok dampak (impact) adalah pengaruh yang ditimbulkan
baik positif maupun negatif.
3.1.3 Tujuan dan Manfaat Pengukuran Kinerja
Menurut Mardiasmo (2009:122), terdapat empat tujuan pengukuran
kinerja antara lain:
2) Mengukur kinerja finansial dan nonfinansial secara berimbang
sehingga dapat mengetahui tingkat perkembangan pencapaian
strategi yang telah ditetapkan.
3) Mengakomodasi pemahaman manajer tingkat menengah dan
memberikan motivasi agar mencapai good congruence.
4) Alat untuk mencapai kepuasan dengan pendekatan individu
dan kemampuan kolektif yang rasional.
Manfaat pengukuran kinerja menurut Mardiasmo (2009: 122)
sebagai berikut:
1) Memberikan pemhaman tentang ukuran yang digunakan untuk
mengukur kinerja manajemen.
2) Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah
ditetapkan.
3) Sebagai monitor untuk mengevaluasi pencapaian kinerja dan
membandingkannya dengan target kinerja ayang telah
ditetapkan dan melakukan koreksi untuk memperbaiki kinerja.
4) Sebagai dasar untuk memberikan reeward dan hukuman yang
objektif atas prestasi dalam kinerja yang dicapai yang telah
diukur berdasarkan sistem pengukuran kinerja yang telah
disepakati.
5) Sebagai alat komunikasi antara atasan dan bawahan.
6) Mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah tercapai.
3.2 Pengertian Balanced Scorecard
Menurut Kaplan dan Norton (2000:9), balanced scorecard
merupakan sistem manajemen yang mengimplementasikan strategi,
mengukur kinerja tidak hanya melihat dari aspek finansial tetapi juga
melibatkan dari aspek-aspek nonfinansial, dan mengomunikasikan
stratetegi, visi, kinerja yang diharapkan. Suatu organisasi dapat
menggunakan pengukuran kinerja dengan metode balanced scorecard
untuk menghasilkan proses manajemen penting, antara lain:
1) Memformulasikan dan menerjemahkan visi dan srategi
organisasi.
a) Straetgi adalah titik tolak atau referensi bagi keseluruhan
proses manajemen.
b) Shared vision adalah fondasi bagi pembelajaran strategis
2) Komunikasi dan hubungan tujuan-tujuan dan tolok ukur
strategi.
a) Seluruh sasaran organisasi harus selaras dari manajer
tingkat atas hingga individu tingkat paling bawah.
b) Pendidikan dan komunikasi terbuka tentang strategi
menjadi basis pemberdayaan pegawai
c) Sistem kompensasi harus berhubungan dengan strategi
3) Merencanakan, menyusun target-target, dan menyelaraskan
inisiatif-inisiatif strategis.
b) Inisiatif strategis diidentifikasi dengan jelas.
c) Investasi harus berdasarkan strategi.
d) Anggaran tahunan termasuk ke dalam perencanaan jangka
panjang.
4) Meningkatkan umpan balik dan pembelajaran strategis.
a) Feedback system digunakan untuk menguji hipotesis atas
dasar strategi.
b) Dibentuk tim problem solving.
c) Pengembangan strategi dilakukan secara
berkesinambungan.
3.2.1 Perspektif dalam Balanced Scorecard
Ada empat asspek-aspek yang diukur dalam metode balanced
scorecard antara lain (Kaplan dan Norton, 2000:22):
1) Prespektif Keuangan
Pengukuran kinerja keuangan mempertimbangkan
adanya tahapan dari siklus kehidupan bisnis yaitu: growth,
sustain, dan harvest. Tiap tahapan memiliki sasaran yang
berbeda sehingga penekanan pengukurannyapun berbeda juga.
a) Growth adalah tahapan awal siklus kehidupan perusahaan dimana perusahaan memiliki produk atau jasa yang secara
signifikan memiliki potensi pertumbuhan terbaik. Dalam
mengembangkan suatu produk atau jasa dan fasilitas
produksi, menambah kemampuan operasi, mengembangkan
sistem, infrastruktur, dan jaringan distribusi yang akan
mendukung hubungan global, serta membina dan
mengembangkan hubungan dengan pelanggan.
b) Sustain adalah tahapan kedua dimana perusahaan masih
melakukan investasi dan reinvestasi dengan
mengisyaratkan tingkat pengembalian terbaik. Perusahaan
mencoba mempertahankan pangsa pasar yang ada, bahkan
mengembangkannya jika mungkin. Investasi yang
dilakukan umumnya diarahkan untuk menghilangkan
kemacetan, mengembangkan kapasitass, dan meningkatkan
perbaikan operasional secara konsisten. Sasaran keuangan
diarahkan pada besarnya tingkat oengembalian atas
investasi yang dilakukan.
c) Harvest adalah tahapan ketiga dimana perusahaan benar-benar memanen atau menuai hasil investasi di tahap-tahap
sebelumnya. Tidak ada lagi investasi besar, baik ekspansi
maupun pengambangan kemampuan baru, kecuali
pengeluaran untuk pemeliharaan dan perbaikan fasilitas.
Sasaran keuangan utama yang digunakan sebagai tolok
ukur adalah memaksimumkan arus kas masuk dan
2) Prespektif Pelanggan
Prespektif pelanggan memiliki dua kelompok pengukuran
yaitu:
a) Kelompok Inti
Kelompok inti memiliki beberapa komponen pengukuran
yaitu:
i) Pangsa Pasar, mencerminkan bagian yang dikuasai
perusahaan atas keseluruhan pasar yang ada. Yang
meliputi jumlah pelanggan, jumlah penjualan, dan
volume unit penjualan.
ii) Akuisisi Pelanggan, mengukur tingkat keberhasilan
perusahaan dalam menarik pelanggan baru atau
memenangkan bisnis baru.
iii) Retensi Pelanggan, mengukur tingkat keberhasilan
perusahaan dalam mempertahankan hubungan dengan
pelanggan.
iv) Tingkat Kepuasan Pelanggan, mengukur tingkat
kepuasan pelanggan dengan kriteria kinerja spesifik
dalam proporsi nilai.
v) Profitabilitas Pelanggan, mengukur laba bersih
pelanggan setelah dikurangi biaya yang khusus
b) Proporsi Nilai Pelanggan
Proporsi nilai pelanggan merupakan pemicu kinerja
yang terdapat pada kelompok inti yang didasarkan pada
beberapa atribut sebagai berikut:
i) Atribut produk atau jasa, antara lain fungsi dari produk
atau jasa, harga, dan kualitas.
ii) Hubungan dengan pelanggan, merupakan perasaan
pelanggan terhadap proses pembelian produk yang
ditawarkan oleh perusahaan.
iii) Citra dan reputasi, merupakan faktor yang sangat
memperngaruhi pelanggan atau masyarakat untuk
membeli produk-produk dari suatu perusahaan atau
berhubungan dengan perusahaan.
3) Prespektif Proses Bisnis Internal
Kaplan dan Norton membagi proses bisnis internal dalam
beberapa tahapan antara lain:
a) Proses Inovasi
Unit bisnis menggali pemahaman tentang kebutuhan laten
dari pelanggan dan menciptakan produk dan jasa yang
mereka butuhkan.
Proses untuk membuat dan menyampaikan produk atau
jasa. Pengukuran kinerja dalam proses operasi terkait
waktu, kualitas, dan biaya.
c) Proses Pelayanan Purna Jual
Merupakan jasa pelayanan pada pelanggan setelah
penjualan produk atau jasa tersebut dilakukan.
4) Prespektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Dalam prespektif pembelajaran dan pertumbuhan
peruahaan melihat tolok ukur, antara lain:
a) Kepuasan Karyawan
Perencanaan dan upaya implementasi pelatihan ulang
pegawai yang menjamin kecerdasan dan kreativitasnya
dapat dikombinasikan untuk mencapai tujuan organisasi.
b) Kemampuan Sistem Informasi
Kemampuan sitem informasi yang memadai, kebutuhan
seluruh tingkatan manajer dan pegawai atas informasi yang
akurat dan tepat waktu dapat dipenuhi dengan
sebaik-baiknya.
c) Motivasi, Pemberdayaan, dan Keselarasan
Hal ini penting untuk menjamin adanya proses yang
berkesinambungan terhadap upaya pemberian motivasi dan
3.2.2 Pengukuran Kinerja dengan Balanced Scorecard
Menurut Kapalan dan Norton (2000:20), pengukuran kinerja sangat
penting bagi organisasi atau perusahaan, dikarenakan pengukuran
kinerja digunakan untuk menlai kinerja perusahaan atau organisasi dan
dijadikan dasar unttuk menetapkan sistem reeward bagi perusahaan
atau organisasi. Pengukuran kinerja dengan menggunakan metode
balanced scorecard mempunyai cakupan yang cukup luas,
dikarenakan tidak hanya melihat dari sisi finansial melainkan juga
melihat dari sisi nonfinansial.
3.2.3 Balanced Scorecard untuk Sektor Publik
Organisasi privat sudah banyak mendapatkan manfaat dari
penerapan metode Balanced Scorecard, yaitu meningkatnya
akuntabilitas, peningkatan alokasi sumber daya, peningkatan kinerja
keuangan, dan pelaksanaan strategi. Tidak hanya organisasi privat
yang mendapatkan manfaat tersebut organisasi nirlaba yang sistem
manajemennya menerapkan Balanced Scorecard juga mendapatkan
Gambar 2.2
Hubungan Keempat Prespektif Balanced Scorecards pada Organisasi Nirlaba
Sumber: Niven (2008:32)
Organisasi sektor publik tidak mudah untuk mencapai tujuan
dari Balanced Scorecard. Dikarenakan organisasi sektor publik tidak
memiliki kontrol yang penuh terhadap misi yang ditetapkan. Bagi
organisasi sektor publik strategi merupakan inti dari Balanced
Scorecard. Seringkali organisasi sektor publik dan nirlaba menghadapi
kesulitan dalam mengelola strategi yang jelas dan ringkas. Ketika
organisasi membangung strategi, maka Balanced Scorecard akan
menjadi instrumen untuk mengimplementasi strategi yang efektif
3.3 Definisi Rumah Sakit
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat. (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
147/MENKES/PER/I/2010).
Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan
pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. (Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
147/MENKES/PER/I/2010).
3.3.1 Tujuan Rumah Sakit
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit Pasal 3 pengaturan penyelenggaraan
Rumah Sakit bertujuan:
1) Mempermudah akses masyarakat dalam memperoleh
pelayanan kesehatan.
2) Memeberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien,
masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia
di rumah sakit.
3) Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan
4) Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat,
sumber daya manusia rumah sakit, dan Rumah Sakit.
3.3.2 Fungsi Rumah Sakit
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit Pasal 4 bahwa Rumah Sakit mempunyai
tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna.
Fungsi Rumah Sakit berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Pasal 5 yaitu:
1) Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan
kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
2) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga
sesuai kebutuhan medis.
3) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya
manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam
pemberian pelayanan kesehatan.
4) Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta
penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka
peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika
B.Hipotesis
1. Korelasi Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran terhadap Perspektif Proses Bisnis Internal
Menurut Kaplan dan Norton (1996), perspektif pertumbuhan
dan pembelajaran sangat penting dalam pencapaian hasil dari ketiga
perspektif lainnya yaitu perspektif proses bisnis internal, perspektif
pelanggan, dan perspetif keuangan dengan cara suatu organisasi
memperhatikan karyawannya, memantau kesejahteraan karyawan, dan
meningkatkan pengetahuan karyawan agar kemampuan karyawan
meningkat sehingga mempermudah pencapaian hasil ketiga perspektif
lainnya dan tujuan organisasi.
Dalam Balanced Scorecard keempat perspektif yaitu perspektif
keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan
perspektif pertumbuhan dan pembelajaran memiliki hubungan sebab
akibat antara satu sama lain antar perspektif dikarenakan keempat
perspektif tersebut merupakan satu kesatuan indikator pengukuran
kinerja dari Balanced Scorecard.
Penelitian mengenai hubungan antara perspektif pertumbuhan
dan pembelajaran terhadap perspektif proses bisnis internal pernah
diteliti oleh Novirani (2013) tentang analisis perspektif pelanggan
dengan sasaran strategis dengan pendekatan balanced scorecard
menyatakan bahwa sasaran startegis peningkatan produktivitas tenaga
menunjuang penurunan waktu pengisisan gas pada perspektif proses
bisnis internal.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Aditama dan Kiswara
(2013) mengenai analisis kinerja komprehensif dengan balanced
scorecard pada PT. Kereta Api Indonesia bahwa untuk hasil penelitian
menunjukkan akibat dari peningkatan produktivitas dan komitmen
personel pada perspektif pertumbuhan pembelajaran akan meningkat
kualitas proses layanan pelanggan yang termasuk kedalam perspektif
proses bisnis internal. Jadi dari masing-masing perspekif memiliki
peran dan hubungan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Penelitian yang dilakukan Emami dan Doolen (2015)
mengenani healthcare performance measurement: identification of
metrics for the learning and growth balanced scorecard menyatakan
bahwa sumber daya manusia yang termasuk ke dalam perspektif
pertumbuhan dan pembelajaran memiliki dampak terhadap performa
dari rumah sakit yang digolongkan ke dalam perspektif proses bisnis
internal.
Berdasarkan penelitian sebelumnya peneliti terdorong untuk
meneliti kembali apakah perspektif pertumbuhan dan pembelajaran
berpengaruh terhadap perspektif proses bisnis internal. Dengan
demikian maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian sebagai
H1: Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran berhubungan positif
signifikan terhadap Perspektif Proses Bisnis Internal.
2. Korelasi Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran terhadap Perspektif Pelanggan
Menurut Kaplan dan Norton (1996), perspektif pertumbuhan
dan pembelajaran sangat penting dalam pencapaian hasil dari ketiga
perspektif lainnya yaitu perspektif proses bisnis internal, perspektif
pelanggan, dan perspetif keuangan dengan cara suatu organisasi
memperhatikan karyawannya, memantau kesejahteraan karyawan, dan
meningkatkan pengetahuan karyawan agar kemampuan karyawan
meningkat sehingga mempermudah pencapaian hasil ketiga perspektif
lainnya dan tujuan organisasi.
Dalam Balanced Scorecard keempat perspektif yaitu perspektif
keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan
perspektif pertumbuhan dan pembelajaran memiliki hubungan sebab
akibat antara satu sama lain antar perspektif dikarenakan keempat
perspektif tersebut merupakan satu kesatuan indikator pengukuran
kinerja dari Balanced Scorecard.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Aditama dan Kiswara
(2013) mengenai analisis kinerja komprehensif dengan balanced
scorecard pada PT. Kereta Api Indonesia menunjukkan bahwa akibat