• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efisiensi Dan Produktivitas Pemanenan Hutan Tanaman Jati Di Kph Saradan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efisiensi Dan Produktivitas Pemanenan Hutan Tanaman Jati Di Kph Saradan"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

EFISIENSI DAN PRODUKTIVITAS PEMANENAN HUTAN

TANAMAN JATI DI KPH SARADAN

SEPTI MUFLIKHATUL BAROKAH

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Efisiensi dan Produktivitas Pemanenan Hutan Tanaman Jati di KPH Saradan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2016

Septi Muflikhatul Barokah

(4)

RINGKASAN

SEPTI MUFLIKHATUL BAROKAH. Efisiensi dan Produktivitas Pemanenan Hutan Tanaman Jati di KPH Saradan. Dibimbing oleh JUANG RATA MATANGARAN dan GUNAWAN SANTOSA.

Proses pemanenan jati di petak tebang merupakan salah satu aspek penting karena dalam proses ini kualitas kayu ditentukan. Kualitas kayu mempengaruhi harga kayu jati yaitu semakin baik kualitasnya maka semakin tinggi harganya. Perhutani sebagai perusahaan yang diberi wewenang mengelola hutan bertanggung jawab mengelola secara efisien. Efisien yaitu mampu menjalankan tugas dengan tepat dan efektif. Prakteknya terdapat dugaan inefisiensi pada pemanenan jati sehingga menimbulkan kerugian bagi Perhutani. Penyebab terjadinya inefisiensi tersebut belum diketahui sehingga perlu adanya kajian di lapangan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan inefisiensi melalui analisis efisiensi, produktivitas dan biaya pemanenan jati.

Produkitivitas pemanenan jati dianalisis menggunakan metode time study.

Biaya pemanenan dihitung menggunakan analisis biaya untuk mengetahui biaya mesin per jam. Standar biaya yang berlaku di Perhutani dibandingkan dengan biaya hasil perhitungan alat untuk mengetahui efisiensi biaya. Biaya alat yang dihitung yaitu biaya alat penebangan dan penyaradan meliputi chainsaw dan

traktor. Analisis efisiensi diukur berdasarkan perbandingan kegiatan di lapangan dan prosedur pemanenan jati yang berlaku di Perhutani.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa delay personal akibat istirahat

minum, makan, mengobrol, merokok merupakan delay yang paling banyak terjadi

pada siklus penebangan. Produktivitas rata-rata aktual masing-masing siklus kerja penebangan, pembagian batang, penyaradan, pemuatan, pengangkutan dan pembongkaran berturut-turut adalah 16.056 m3/jam; 3.176 m3/jam; 4.793 m3/jam; 2.988 m3/jam; 64.064 m3/jam dan 25.408 m3/jam. Total biaya kegiatan pemanenan berdasarkan standar upah yaitu Rp 180 207/m3, sedangkan hasil perhitungan jika chainsaw dan traktor merupakan milik Perhutani yaitu Rp 148

123/m3. Hal tersebut menunjukan bahwa biaya lebih murah Rp 32 084/m3, jika alat dimiliki oleh Perhutani. Beberapa kegiatan di lapangan ditemukan tidak sesuai prosedur yang berlaku di Perhutani. Penyebabnya antara lain kedisiplinan dan pengawasan yang kurang. Pengawasan secara intensif terhadap mandor dan operator perlu dilakukan di lapangan agar kegiatan dapat terkontrol dan berjalan dengan baik.

(5)

SUMMARY

SEPTI MUFLIKHATUL BAROKAH. Efficiency and Productivity of Harvesting Teak Forest Plantation in Saradan Forest District. Supervised by JUANG RATA

MATANGARAN and GUNAWAN SANTOSA.

The process of teak harvesting at the site is one of the important aspects that determines the quality of teak. The quality of teak affects the price, the better quality the higher price. Perum Perhutani is a company that authorized to manage the forest efficiently. Efficient means capable of performing their duties appropriately and affectively. There was an indication of inefficiency on teak harvesting process that caused the loss in Perum Perhutani. The cause of inefficiency was not known yet, so the study at the field was required. The objective of this study was to analyze the cause of inefficiency by analysis of efficiency, productivity, and cost of harvesting.

Productivity was analyzed using time study method. Harvesting costs was calculated using cost analysis to determine the cost of the machine per hour. Standard fees in Perum Perhutani was compared with the calculated cost to determine the cost efficiency. Cost calculation that calculated was the cost of felling and skidding tools namely chainsaws and tractors. Efficiency was analyzed based on the comparison of the site harvesting activity and its procedures in Perum Perhutani.

The results of this study showed that personal delay due to break drinking, eating, chatting, smoking is the most common delay on a cutting cycle. The average productivity actual of working cycle of felling, bucking, skidding, loading, hauling, and unloading were 16.056 m3/h; 3.176 m3/h; 4.793 m3/h; 2.988 m3/h; 64.064 m3/h dan 25.408 m3/h, respectively. The total cost of the harvesting activities by the standard was IDR 180 207 / m3, while the result of the calculation

if the chainsaw and tractor are owned by Perum Perhutani was IDR 148 123 /m3. The result showed that cost reduction was IDR 32 084/m3 if the chainsaw and tractor were owned by Perum Perhutani. Some of the activities in the field found no suitable procedures applicable in Perhutani. The reason, among others, os lack of discipline and supervision. Intensive monitoring of the foreman and the operator needs to be done in the field so that the activities can be controlled.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Pengelolaan Hutan

EFISIENSI DAN PRODUKTIVITAS PEMANENAN HUTAN

TANAMAN JATI DI KPH SARADAN

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2016 ini ialah pemanenan hutan, dengan judul Efisiensi dan Produktivitas Pemanenan Hutan Tanaman Jati di KPH Saradan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Juang R. Matangaran dan Bapak Dr Ir Gunawan Santosa selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Amas Wijaya, S.Hut, MM beserta staf kantor KPH Saradan, Bapak Agus Siswoyo beserta staf BKPH Wilangan Utara dan Bapak Lamianto selaku ketua regu beserta mandor tebang yang telah membantu selama pengumpulan data. Terima kasih juga saya sampaikan kepada Sarah Andini sebagai rekan selama penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2016

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup Penelitian 4

METODE

Waktu dan Tempat 4

Alat dan Bahan 5

Prosedur 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Waktu Kerja Pemanenan 16

Produktivitas Pemanenan 21

Analisis Biaya Pemanenan 23

Efisiensi Pemanenan 24

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan 30

Saran 30

DAFTAR PUSTAKA 31

LAMPIRAN 35

(12)

DAFTAR TABEL

1 Berbagai penelitian produktivitas dan biaya pemanenan dengan metode

time study 2

2 Deskripsi elemen kerja dan pengamatan waktu pemanenan hutan pada

setiap siklus kerja 8

3 Variabel yang diukur pada setiap siklus kerja 12

4 Alat yang digunakan pada setiap siklus kerja 13

5 ANOVA model 17

6 Waktu, volume dan produktivitas rata-rata kegiatan pemanenan di KPH

Saradan 22

7 Analisis biaya pada kegiatan penebangan menggunakan chainsaw 23

8 Analisis biaya pada kegiatan penyaradan menggunakan traktor 23 9 Total biaya pemanenan hutan tanaman jati di anak petak 6A KPH

Saradan 24

10 Inefisiensi pemanenan hutan di KPH Saradan 26

DAFTAR GAMBAR

1 Bagan alir penelitian 6

2 Siklus kerja pemanenan hutan tanaman jati di KPH Saradan: (a) penebangan dengan chainsaw, (b) pembagian batang dengan chainsaw,

(c) penyaradan dengan traktor pertanian, (d) pemuatan manual, (e) pengangkutan menggunakan truk, (f) pembongkaran manual. 7

3 Waktu pada siklus penebangan 16

4 Penundaan waktu (delay) pada siklus penebangan 16

5 Waktu penebangan pada berbagai diameter 17

6 Waktu pada siklus pembagian batang 18

7 Penundaan waktu (delay) waktu pada siklus pembagian batang 18

8 Waktu pada siklus penyaradan 19

9 Penundaann waktu (delay)pada siklus penyaradan 19

10 Waktu produktif penyaradan pada berbagai jarak sarad 20

11 Waktu pada siklus pemuatan 20

12 Waktu pada siklus pembongkaran 21

DAFTAR LAMPIRAN

1 Analisis biaya alat Chainsaw 36

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan tanaman jati di Indonesia tersebar di Pulau Jawa, Madura, Muna, Sulawesi Tenggara, Bali dan Nusa Tenggara, paling banyak tersebar di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sebagian besar hutan jati dikelola oleh Perum Perhutani (Perusahaan Umum Kehutanan Negara ) (Pandey dan Brown 2000; ITTO 2006; Purnomo et al. 2009). Perum Perhutani adalah Badan Usaha Milik

Negara (BUMN) yang diberi tugas untuk melakukan pengelolaan hutan di hutan negara yang berada di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan Banten. Hutan yang dikelola yaitu hutan negara kecuali hutan konservasi berdasarkan prinsip pengelolaan hutan lestari dan prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Perum Perhutani 2012). Luas kawasan hutan produksi yang dikelola oleh Perhutani seluruhnya adalah 2 445 006 ha. Berdasarkan kelas perusahaannya, kelas perusahaan jati adalah yang terbesar seluas 1 238 371 ha atau sekitar 50.65% dari total kawasan hutan produksi (Perum Perhutani 2014).

Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) adalah bagian wilayah pengelolaan hutan dalam wilayah kerja unit Perhutani. KPH Saradan termasuk dalam wilayah kerja divisi regional II Jawa Timur. Berdasarkan wilayah hutan secara administratif KPH Saradan meliputi 4 Kabupaten yaitu Madiun, Bojonegoro, Ngawi dan Nganjuk. Luas wilayah kawasan KPH Saradan adalah 37 936.6 ha. Seluruh wilayah KPH Saradan termasuk kedalam kelas perusahaan jati atau sekitar 3.06% dari luas total kelas perusahaan jati Perhutani. Oleh karena itu, KPH Saradan merupakan salah satu KPH yang memiliki produk utama kayu jati (Perum Perhutani 2012).

Jati (Tectona grandis L.f) merupakan tanaman yang termasuk kedalam

kelas Verbenacea. Jati merupakan salah satu kayu komersil utama di dunia yang terkenal karena warna, serat halus dan daya tahannya yang baik (Pandey dan Brown 2000). Kayu jati juga telah lama dikenal di pasar internasional dan memiliki reputasi yang sangat baik dalam hal kualitas kayunya (Keogh 2009). Kayu jati merupakan kayu kelas satu karena kekuatan, keawetan dan keindahannya.

Pemanenan jati atau proses produksi di petak tebang merupakan salah satu aspek penting, karena dalam proses ini kualitas kayu ditentukan dan harga kayu tergantung pada kualitas kayunya. Perhutani sebagai perusahaan yang diberi wewenang mengelola hutan bertanggungjawab untuk melaksanakannya dengan efisien. Efisien yaitu mampu menjalankan tugas dengan tepat dan efektif. Prakteknya terdapat dugaan inefisiensi pada pemanenan jati sehingga menimbulkan kerugian bagi Perhutani. Penyebab terjadinya inefisiensi tersebut belum diketahui sehingga perlu adanya kajian di lapangan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan inefisiensi.

Informasi produktivitas, biaya dan penerapan sistem pemanenan merupakan komponen penting evaluasi perencanaan manajemen hutan dan untuk rehabilitasi hutan (Behjou et al. 2008). Time study digunakan untuk melakukan pengamatan

waktu setiap elemen dan mengetahui produktivitas pemanenan. Time study

(14)

2

atau pengukuran waktu, klasifikasi dan analisis data dalam rangka peningkatan efisiensi kerja (Bjӧrheden dan Thompson 1995). Analisis biaya pemanenan dilakukan untuk mengetahui biaya pemanenan.

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan inefisiensi yang terjadi di Perhutani dengan mengukur produktivitas, biaya dan menganalisis efisiensinya. Penelitian tentang produktivitas dan biaya pemanenan telah banyak dilakukan (Tabel 1) namun analisis bagaimana efisiensi kegiatannya belum dilakukan. Selain itu, belum ada publikasi tentang penebangan, penyaradan, pembagian batang, pemuatan, pengangkutan dan pembongkaran di KPH Saradan. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memperbaiki sistem pemanenan serta sebagai acuan untuk memperbaiki perencanaan pemanenan selanjutnya.

Tabel 1 Berbagai penelitian produktivitas dan biaya pemanenan dengan metode

time study

Jenis kegiatan Sumber Alat Produktivitas

(m3/jam) (Rp/mBiaya 3)

Sulistiyanto (2001) Chainsaw 12.132 2 098

Pembagian

batang Mousavi (2009) Chainsaw 39.500 2 508

Sulistiyanto (2001) Chainsaw 11.672 2 180

Penyaradan Mousavi (2009) Wheeled

skidder

11.110 118 140

Behjou et al. (2008) Wheeled

skidder

20.51 83 292

Retno (2001) Pikul 0.128 10 000

Sulistiyanto (2001) Skidder CAT

525

6.758 39 380

Pemuatan Mousavi (2009) Loader 34.000 19 008

Sulistiyanto (2001) Knucle boom 86.900 2 375

Pengangkutan Mousavi (2009) Dump-truck 3.710 112.2

Retno (2001) Truk 7.147 30 000

Sulistiyanto (2001) Truk 23.739 6 936

Pembongkaran Mousavi (2009) 69.000 8 184

Retno (2001) (muat

dan bongkar) Tenaga manusia 0.525 -

(15)

3 Perumusan Masalah

Perum Perhutani dikenal sebagai pemasok kayu jati untuk industri skala besar maupun industri kecil. Namun akhir-akhir ini, penjualan kayu jati dinilai menurun karena adanya persaingan dari kayu rakyat yang lebih diminati oleh pembeli. Selain masalah persaingan penjualan, terdapat pula permasalahan antara lain yaitu permintaan pasar yang dinamis, aliran penjualan kayu, penentuan mutu dan kualitas kayu. Menurut Fahutan IPB (2015) hal tersebut terjadi karena terdapat indikasi inefisiensi pada proses pemasaran kayu, penjualan kayu, dan proses pemanenan di petak tebang. Belum diketahui faktor-faktor yang menyebabkan inefisiensi tersebut maka perlu adanya kajian pada permasalahan tersebut. Fokus penelitian ini hanya pada identifikasi dan analisis inefisiensi yang terjadi pada proses pemanenan di petak tebang.

Pasokan kayu jati Perhutani tidak terlepas dari kegiatan pemanenannya di petak tebang. Kegiatan pemanenan terutama penebangan dan pembagian batang akan sangat menentukan kualitas kayu karena kualitas kayu menentukan harga kayu. Semakin bagus mutu dan kualitas kayu maka harga semakin tinggi. Nilai ekonomi kayu ditentukan pada tahap pembagian batang. Kesalahan dalam pembagian batang akan berakibat pada berkurangnya nilai kayu (Budiaman dan Prabowo 2008). Penelitian Setiyaningrum (2000) melaporkan bahwa kesalahan potong yang meliputi adanya penurunan kelas panjang dan kelebihan spilasi yang menyebabkan kenaikan kelas panjang pada sortimen jati di KPH Ciamis yaitu 63% dari jumlah contoh pada penelitian tersebut. Widiyantini (1999) menyatakan terjadi penilaian berbeda dalam penentuan dan penetapan mutu kayu antara mandor tebang dan penguji di TPK. Oleh sebab itu pada tahap penebangan dan pembagian ini harus dilakukan dengan benar. Selain itu identifikasi dan analisis inefisiensi pun dilakukan pada kegiatan penyaradan, pemuatan, pengangkutan dan pembongkaran.

Selain teknis pemanenannya pada penelitian ini juga menganalisis produktivitas dan biayanya. Berdasarkan produktivitasnya maka dapat diperoleh biaya pemanenan setiap m3. Berdasarkan biaya tersebut dapat diidentifikasi efisiensinya dibandingkan dengan biaya yang telah diterapkan di Perhutani. KPH satu dengan yang lainnya memiliki perbedaan sesuai dengan karakteristik masing-masing baik dari teknik pemanenan, kondisi lapangan, maupun sumberdaya manusianya. Berdasarkan hal tersebut maka output yang dihasilkan pun berbeda, termasuk produktivitas dan biaya pemanenannya. Di setiap KPH pun memungkinkan terjadi inefisiensi yang disebabkan oleh faktor-faktor yang berbeda. Produktivitas dan biaya pemanenan serta penyebab terjadinya inefisiensi di KPH Saradan belum dapat diidentifikasi. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan maka dirumuskan beberapa pertanyaan untuk penelitian sebagai berikut:

(16)

4

Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis produktivitas pemanenan kayu jati di KPH Saradan. 2. Menganalisis biaya pemanenan kayu jati di KPH Saradan.

3. Menganalisis inefisiensi yang terjadi pada setiap elemen kegiatan pemanenan kayu.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu memberikan informasi kepada Perhutani terutama KPH Saradan mengenai permasalahan dan inefisiensi yang terjadi pada kegiatan pemanenan kayu jati.

Ruang Lingkup Penelitian

Kajian teknis efisiensi dalam penelitian ini adalah kegiatan tebangan yang terdiri siklus kerja penebangan, pembagian batang, penyaradan, pemuatan, pengangkutan dan pembongkaran. Kegiatan persiapan pemanenan digunakan pada perhitungan biaya pemanenan secara keseluruhan.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Juli 2016 di KPH Saradan Perum Perhutani. Berdasarkan buku Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH) tahun 2012 KPH Saradan terletak antara 7°22’ dan 7°42’ LS, dan antara 4°45’ dan 5°01’ BT. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Persentase kemiringan lereng KPH Sardan berkisar antara 0%–25%. Kisaran ketinggian wilayah hutan KPH Saradan antara 125 mdpl sampai dengan 650 mdpl. Berdasarkan data yang diambil dari 4 stasiun pengamatan yang ada di sekitar KPH Saradan, curah hujan pada 10 tahun terakhir antara 1,896–2,137 mm/tahun dengan hujan rata-rata 2.018 mm/tahun. Suhu udara minimum rata-rata sebesar 23°C sedangkan suhu maksimum rata-rata sebesar 37°C (Perum Perhutani 2012).

(17)

5 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain yaitu pita meter, phi band, tabel isi kayu bundar jati, alat tulis, tally sheet, Global Positioning System

(GPS), kamera, kalkulator. Objek penelitian antara lain yaitu tanaman jati, sortimen jati.

Prosedur

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan secara langsung di lapangan meliputi data waktu, biaya dan efisiensi. Data sekunder meliputi keadaan umum dan tarif upah KPH Saradan. Bagan alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Pengamatan waktu

Pengamatan waktu menggunakan metode time study dilakukan pada setiap

(18)

6

Mulai

Jumlah data =30hyytjj

Siklus kerja: 1. Penebangan 2. Pembagian batang 3. Penyaradan 4. Pemuatan 5. Pengangkutan 6. Pembongkaran

Penelitian waktu Analisis biaya

Data

waktu produksi Data

Cukup

Tidak cukup

Analisis efisiensi

Produktivitas

Analisis operasional kegiatan di lapangan

Gambar 1 Bagan alir penelitian

(19)

7

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

Gambar 2 Siklus kerja pemanenan hutan tanaman jati di KPH Saradan: (a) penebangan dengan chainsaw, (b) pembagian batang dengan chainsaw,

(20)

8

Klasifikasi elemen kerja pada setiap siklus pemanenan kayu jati dapat dilihat pada Tabel 2. Pengamatan waktu tidak hanya mengukur waktu dan produksi tetapi mengidentifikasi tipe waktu menurut masing-masing elemen. Total waktu aktual merupakan waktu produktif dan waktu tidak produktif. Waktu kerja produktif antara lain yaitu waktu kerja utama dan waktu kerja bantu. Elemen kerja dengan waktu utama yaitu kegiatan utama pada siklus kerja tersebut, sedangkan elemen kerja yang termasuk waktu kerja bantu yaitu elemen-elemen kerja yang dibutuhkan untuk membantu elemen kerja utama. Waktu kerja tidak produktif merupakan waktu gangguan proses produktif yang didefinisikan penundaan waktu (delay) personal, delay mekanik, dan delay operasional (Fath

2001). Delay personal merupakan penundaan waktu karena istirahat contohnya

yaitu makan, minum, merokok, buang air besar, memainkan telepon seluler, mengobrol. Delay mekanik merupakan penundaan waktu yang berhubungan

dengan perbaikan dan pemeliharaan alat pemanenan yang digunakan seperti mengikir mata rantai. Delay operasional merupakan penundaan waktu yang

berkaitan dengan penundaan proses operasi siklus pemanenan seperti mengisi bahan bakar, pergantian operator.

Tabel 2 Deskripsi elemen kerja dan pengamatan waktu pemanenan hutan pada setiap siklus kerja

Siklus kerja dan elemen

kerja Tipe Waktu* Waktu dimulai Waktu berakhir

PENEBANGAN

Elemen kerja produktif WP

1 Berjalan menuju pohon WA Operator

meninggalkan pohon sebelumnya

Operator mencapai pohon yang akan ditebang

2 Membersihkan area sekitar

pohon WA Akhir elemen sebelumnya Area sekitar pohon bersih

3 Menyalakan chainsaw WA Akhir elemen

sebelumnya Mesin menyala chainsaw

4 Membuat takik rebah dan

takik balas WU Akhir elemen sebelumnya Tajuk pohon menyentuh tanah

5 Memotong pangkal

batang/banir WA Akhir elemen sebelumnya Cabang dan ujung batang bersih dan

sudah dipotong

Elemen kerja tidak produktif

WTP

1 Delay mekanik WM Akhir elemen

sebelumnya Perbaikan atau pemeliharaan selesai

2 Delay personal WI Akhir elemen

sebelumnya Pekerjaan dilanjutkan kembali

3 Delay operasional WO Akhir elemen

sebelumnya Gangguan teknis atau personal

(21)

9 Tabel 2 Deskripsi elemen kerja dan pengamatan waktu pada setiap siklus

pemanenan hutan (lanjutan)

Siklus kerja Tipe

Waktu* Waktu dimulai Waktu berakhir

PEMBAGIAN BATANG

Elemen kerja produktif WP

1 Kepras banir dan cabang WA Akhir elemen

sebelumnya Batang bersih dari banir dan cabang 2 Menentukan panjang dan

menandai sortimen dengan teer

WA Akhir elemen

sebelumnya Penandan dan penentuan status selesai

3 Memotong batang WU Akhir elemen

sebelumnya Pemotongan selesai

4 Membersihkan kulit WA Akhir elemen

sebelumnya Batang bersih dari kulit pada bagian bontos ujung untuk mengukur diameter

5 Mengecat WA Akhir elemen

sebelumnya Semua sortimen selesai dicat

6 Mengukur diameter WA Akhir elemen

sebelumnya Semua sortimen selasai diukur diameternya 7 Menandai dengan

slaghammer

WA Akhir elemen

sebelumnya Semua sortimen telah ditandai dengan slaghammer

8 Administrasi (TUHH) WA Akhir elemen

sebelumnya Hasil sortimen yang diperoleh telah dicatat.

Elemen kerja tidak produktif

WTP

1 Delay mekanik WM Akhir elemen

sebelumnya Perbaikan atau pemeliharaan selesai

2 Delay personal WI Akhir elemen

sebelumnya Pekerjaan dilanjutkan kembali

3 Delay operasional WO Akhir elemen

sebelumnya Gangguan teknis atau sakit

PENYARADAN

Elemen kerja produktif WP

1 Traktor menuju batang

(tanpa muatan) WA Traktor bergerak menuju batang Operator mencapai batang

2 Mengaitkan pada seling WA Akhir elemen

sebelumnya

Seling terpasang

3 Penyaradan ke TPn WU Akhir elemen

sebelumnya Sampai di TPn

4 Melepas seling WA Seling dilepas dari

(22)

10

Tabel 2 Deskripsi elemen kerja dan pengamatan waktu pada setiap siklus pemanenan hutan (lanjutan)

Siklus kerja Tipe

Waktu* Waktu dimulai Waktu berakhir

Elemen kerja tidak produktif

1 Delay mekanik WM Akhir elemen

sebelumnya Perbaikan atau pemeliharaan selesai

2 Delay personal WI Akhir elemen

sebelumnya Pekerjaan dilanjutkan kembali

3 Delay operasional WO Akhir elemen

sebelumnya Gangguan teknis atau sakit

PEMUATAN

Elemen kerja produktif WP

1 Memikul kayu ke atas truk WU Kayu siap dimuat Semua kayu telah

berada di truk

2 Administrasi DKB WA Akhir elemen

sebelumnya Kayu yang dimuat selesai dicatat

Elemen kerja tidak produktif

1 Delay mekanik WM Akhir elemen

sebelumnya Perbaikan atau pemeliharaan selesai

2 Delay personal WI Akhir elemen

sebelumnya Pekerjaan dilanjutkan kembali

3 Delay operasional WO Akhir elemen

sebelumnya Gangguan teknis atau sakit

PENGANGKUTAN Elemen kerja produktif

1 Pengangkutan dari TPn ke

TPK WU Akhir elemen sebelumnya Truk sampai di TPK

Elemen kerja tidak produktif

1 Delay mekanik WM Akhir elemen

sebelumnya Perbaikan atau pemeliharaan selesai

2 Delay personal WI Akhir elemen

sebelumnya Pekerjaan dilanjutkan kembali

3 Delay operasional WO Akhir elemen

sebelumnya Gangguan teknis atau sakit

PEMBONGKARAN Elemen kerja produktif

1 Pembongkaran AI dan AII WU Akhir elemen

sebelumnya Sortimen AI dan AII selesai

diturunkan dari truk

2 Menuju kapling AIII WA Akhir elemen

(23)

11 Tabel 2 Deskripsi elemen kerja dan pengamatan waktu pada setiap siklus

pemanenan hutan (lanjutan)

Siklus kerja Tipe

Waktu* Waktu dimulai Waktu berakhir

3 Pembongkaran AIII WU Akhir elemen

sebelumnya Sortimen AIII selesai diturunkan dari truk

Elemen kerja tidak produktif

WTP

1 Delay mekanik WM Akhir elemen

sebelumnya Pemeliharaan atau perbaikan selesai

2 Delay personal WI Akhir elemen

sebelumnya Pekerjaan dilanjutkan kembali

3 Delay operasional WO Akhir elemen

sebelumnya Gangguan teknis atau sakit

*WP = Waktu kerja produktif, WTP = Waktu kerja tidak produktif, WU = Waktu utama,

WA = waktu bantu, WI = Waktu personal, WM = Waktu mekanik, WO = Waktu operasional.

Sumber: Fath (2001)

Jumlah contoh pengamatan

Kegiatan pemanenan terdiri atas penebangan, pembagian batang, penyaradan, pemuatan, pengangkutan, dan pembongkaran. Masing-masing proses kegiatan pemanenan dilakukan pengukuran waktu sebanyak 30 siklus kerja. Setiap siklus kerja tersebut dianalisis elemen kerjanya kemudian diukur waktunya. Pengujian kecukupan jumlah siklus kerja mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menghitung rata-rata waktu pada setiap elemen kerja

x= �

Keterangan: x = Rata-rata waktu setiap elemen kerja

Σt = Jumlah waktu setiap siklus kerja K = Jumlah siklus kerja

2. Menghitung standar deviasi

σ = √� � −x ² Keterangan: σ = Standar deviasi

Xi = Waktu pengamatan ke-i

x = Rata-rata waktu pengamatan

n = Jumlah pengamatan waktu yang telah dilakukan

3. Menguji kecukupan data (ILO 1979)

n’ = [ / √ .��² − �� ²

(24)

12

Keterangan: n’ = Jumlah pengamatan waktu siklus kerja yang seharusnya

k = Tingkat kepercayaan 95%2 s = Derajat ketelitian (0.05)

n = Jumlah pengamatan waktu siklus kerja yang telah dilakukan

X = Waktu elemen kerja dengan standar deviasi terkecil

Kesimpulan dari perhitungan yang diperoleh yaitu:

a. Apabila n’≤n, maka jumlah siklus kerja yang diamati cukup b. Apabila n’>n, maka jumlah siklus kerja yang diamati belum cukup Pengukuran variabel siklus kerja dan produktivitas

Setiap siklus pemanenan kayu jati dilakukan pengukuran variabel yang berbeda-beda. Secara umum setiap siklus dilakukan pengukuran volume kayu. Data volume kayu sebelum penebangan diperoleh dari dokumen daftar klem. Volume hasil penebangan dan pembagian batang diperoleh dari dokumen DK 316. Perhutani melakukan pengukuran volume sortimen kayu bundar jati berdasarkan SNI 7535.3: 2011 yaitu menggunakan tabel isi kayu bundar jati.

Volume hasil penyaradan diperoleh dari dokumen DK 303. Volume hasil pemuatan, pengangkutan dan pembongkaran dalam pemanenan kayu Perhutani diperoleh dari dokumen DK 304 dan DK 304b. Jarak datar antara pohon satu dengan pohon lainnya, penyaradan dan pengangkutan diukur menggunakan GPS Variabel yang diukur dalam pengamatan setiap siklus pemanenan dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan data penggunaan waktu dan volume maka produktivitas dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

Produktivitas (m³/jam)= 3/

a a saus

Tabel 3 Variabel yang diukur pada setiap siklus kerja

Siklus kerja Variabel

Penebangan Jarak antara pohon (km)

Volume sortimen (m3) Pembagian batang Volume sortimen (m3)

Penyaradan Jarak sarad (km)

Volume sortimen (m³) Jumlah sortimen (batang)

Pemuatan Volume sortimen (m³)

Jumlah sortimen (batang)

Pengangkutan Jarak angkut (km)

Volume sortimen (m³)

Jumlah sortimen per trip (batang) Kecepatan truk (km/jam)

Pembongkaran Volume sortimen (m³)

(25)

13 Tabel 4 menunjukkan alat yang digunakan dan jumlah pekerja dalam pemanenan hutan jati di KPH Saradan. Pada siklus kerja penebangan dan pembagian batang alat yang digunakan yaitu chainsaw Stihl 70. Pada siklus

penyaradan dilakukan dengan menggunakan traktor pertanian Massey Fergusson Xtra 455. Pemuatan dan pembongkaran dilakukan secara manual dengan tenaga manusia. Pada kegiatan pengangkutan alat yang digunakan yaitu truk. Alat

chainsaw, traktor dan truk yang digunakan yaitu milik operator yang disewa

perhutani secara borongan.

Tabel 4 Alat yang digunakan pada setiap siklus kerja

Siklus kerja Alat yang digunakan Jumlah pekerja

Penebangan Chainsaw 2

Pembagian batang Chainsaw 6

Penyaradan Traktor pertanian 2

Pemuatan Tenaga manusia 4

Pengangkutan Truk 1

Pembongkaran Tenaga manusia 4

Pengukuran efisiensi pemanenan hutan jati

Analisis efisiensi dalam penelitian ini yaitu dengan mengidentifikasi dan menganalisis kegiatan di lapangan dan membandingkan dengan petunjuk teknis pemanenan hutan jati di Perhutani. Standar yang digunakan dalam kegiatan persiapan penebangan hingga evaluasi pasca penebangan yaitu buku prosedur kerja tebang habis jati PK-SMPHT.05-007 tahun 2011.

Standar yang digunakan dalam pembagian batang yaitu keputusan direksi Perum Perhutani nomor 138/KPTS/DIR/2004 tentang pembagian batang kayu bundar jati tahun. Pembagian batang mengklasifikasikan hasil tebangan menjadi sortimen yang berbeda-beda. Pengamatan dilakukan terkait dengan ketepatannya dalam memotong serta menentukan status dan kualitas sortimen kayu.

Standar penatausahaan kayu hasil pemanenan berdasarkan keputusan direksi Perum perhutani nomor 3169/KPTS/DIR/2014 tentang prosedur kerja penatausahaan kayu hasil pemanenan yang berasal dari wilayah pengelolaan Perum Perhutani dengan revisi Dirut Perum Perhutani nomor 360/075.2/PSDH-Prod/Dir/2015 tanggal 19 Mei 2015.

Biaya pemanenan hutan jati

Analisis biaya setiap proses pemanenan disesuaikan dengan sistem pemanenan yang dilakukan oleh Perhutani. Biaya persiapan pemanenan yang meliputi teres, klem, her klem, dan cutting test dilihat berdasarkan standar tarif

yang berlaku di Perhutani. Standar biaya yang berlaku di Perhutani dibandingkan dengan biaya hasil perhitungan alat untuk mengetahui efisiensi biaya. Biaya alat yang dihitung yaitu biaya alat penebangan dan penyaradan yaitu chainsaw dan

traktor. Biaya penebangan dan penyaradan jati dihitung berdasarkan analisis biaya mengacu pada Nugroho (2002) sebagai berikut:

1. Biaya mesin

Penebangan di Perhutani dengan menggunakan chainsaw dan pengangkutan

(26)

14

Biaya tetap

Biaya tetap yaitu meliputi depresiasi atau penyusutan, bunga modal, investasi dan asuransi.

Biaya tetap (TFC) = I + D +T

Biaya tetap (jam) = Biaya tetap/produksi mesin per jam Investasi

Bunga modal terikat dalam peralatan pemanenan yang membebankan biaya bagi perusahaan. Rumus bunga modal yaitu sebagai berikut

A =

−� +

+ R

I = A x i

Penyusutan adalah pengurangan nilai aset tetap atau modal sebagai akibat dari penggunaan, kerusakan, pelapukan. Rumus penyusutan suatu barang adalah sebagai berikut:

D= −�

Keterangan: D = Deprecation/penyusutan (Rp) Asuransi

Asuransi merupakan suatu bentuk pengurangan resiko terutama dalam kemungkinan kerugian. Rumusnya yaitu sebagai berikut:

T = (D+I) x 10%

Keterangan: T = Asuransi (Rp) Biaya variabel

Biaya variabel meliputi biaya pemeliharaan dan perbaikan, barang aus yang diganti secara periodik seperti ban, bahan bakar minyak, dan oli.

Biaya variabel (TVC) = MR + BBM + CC + TC Biaya pemeliharaan dan perbaikan

Biaya pemeliharaan dan perbaikan yaitu biaya menjaga alat pemanenan agar tetap dalam keadaan baik atau biaya pemulihan alat agar alat dapat digunakan kembali. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

MR = −�

�� � � � �

x f

Keterangan: MR = biaya pemeliharaan f = faktor perbaikan Biaya bahan bakar minyak

(27)

15 Biaya rantai

Biaya rantai yaitu biaya ganti rantai yang digunakan pada chainsaw.

Rumusnya adalah sebagai berikut: CC = �� siklus kerja yang menggunakan biaya ban yaitu penyaradan menggunakan ban. Rumusnya adalah sebagai berikut:

TC = �� � � +

Upah operator merupakan standar upah harian operator. Rumus perhitungan upah masing-masing operator adalah sebagai berikut:

Up = Np x Sp

Keterangan: Up = Upah pekerja (Rp/jam) Np = Jumlah pekerja

Sp = Standar upah pekerja (Rp/jam) Biaya usaha

Biaya usaha merupakan penjumlahan biaya mesin dan upah operator. Biaya usaha dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Biaya usaha (Rp/jam) = biaya mesin + upah pekerja Biaya mesin

Biaya mesin merupakan penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel dalam setiap siklus kerja. Rumusnya adalah sebagai berikut:

Biaya mesin = biaya tetap + biaya variabel Biaya total

Biaya total merupakan perbandingan biaya usaha dengan produktivitas kegiatan setiap siklus kerja. Rumusnya adalah sebagai berikut:

Biaya total (Rp/m3) = B aya a a

Rp a

(28)

16

HASIL DAN PEMBAHASAN Waktu Kerja Pemanenan

Penebangan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata waktu yang diperlukan untuk melakukan satu siklus kerja penebangan tanpa delay adalah 362 detik.

Berdasarkan hasil tersebut, dengan waktu penebangan rata-rata 362 detik maka dalam satu jam sekitar 10 pohon dapat ditebang. Penggunaan waktu paling banyak pada penebangan yaitu pada elemen membuat takik rebah dan takik balas yaitu sebesar 34% dari total waktu aktual. Distribusi penggunaan waktu aktual siklus penebangan dapat dilihat pada Gambar 3. Penundaan waktu (delay) yaitu sebesar

32% dari total waktu aktual. Waktu tidak produktif atau penundaan waktu (delay)

paling banyak yaitu delay personal sebesar 51% dari total waktu delay (Gambar 4).

Menurut ILO (1969) kelonggaran melepaskan lelah yaitu 12% dari waktu total atau 20% untuk pekerjaan yang berat. Hal ini menunjukan bahwa delay pada

siklus penebangan melebihi batas waktu kelonggaran melepaskan lelah.

Gambar 3 Waktu pada siklus penebangan

Gambar 4 Penundaan waktu (delay) pada siklus penebangan

Berjalan menuju pohon

(29)

17 Variabel yang signifikan mempengaruhi waktu penebangan adalah diameter. Koefisien korelasi (R2) tersebut adalah 52.17%. Tabel ANOVA dapat dilihat pada Tabel 5 dengan tingkat keakuratan sebesar 95%. Gambar 5 menggambarkan hubungan penggunaan waktu penebangan (tanpa delay) pada berbagai diameter.

Penggunaan waktu penebangan meningkat dengan meningkatnya diameter. Lortz et al. (1997) melaporkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas penebangan antara lain waktu penebangan per pohon yaitu DBH, jarak antar pohon dan intensitas pemanenan. Faktor yang paling mempengaruhi penggunaan waktu pada penebangan yaitu diameter dan jarak antar pohon (Wang et al. 2004).

Sama dengan penelitian Mousavi (2009) meningkatnya besar diameter, meningkatkan pula penggunaan waktu penebangan.

Gambar 5 Waktu penebangan pada berbagai diameter jati Tabel 5. ANOVA model

Source df Sum of Squares Mean Square F Sig.

Regression 1 417.02 417.02 88.34 0.000

Residual 81 382.38 4.72

Total 82 799.40

Pembagian Batang

Waktu rata-rata yang diperlukan untuk melakukan satu siklus pembagian batang adalah 1854 detik. Pengukuran waktu pembagian batang yaitu dari memotong hingga sortimen siap diangkut. Pembagian batang di Perhutani dilakukan dengan menggunakan sistem sortimen pendek. Setiap sortimen memiliki klasifikasi sortimen, mutu dan status sesuai dengan peraturan pembagian batang kayu bundar jati tahun 2004 berdasarkan SK direksi No. 138/KPTS/DIR/2004. Oleh sebab itu kegiatan pembagian batang memerlukan

(30)

18

waktu yang cukup lama. Gambar 6 menunjukan waktu pada siklus pembagian batang setiap elemen kerja. Waktu paling banyak yaitu pada elemen memotong batang yaitu sebesar 19% dari total waktu aktual. Waktu terkecil yaitu delay

sebesar 2% dari total waktu aktual. Delay pada pembagian batang yaitu delay

personal, mekanik dan operasional. Delay personal sebesar 50% dari total waktu delay. Banyaknya delay personal pada siklus pembagian batang disebabkan

karena operator chainsaw yang mengobrol dan istirahat. Persentase delay pada

siklus ini dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 6 Waktu pada siklus pembagian batang

Gambar 7 Penundaan waktu (delay) waktu pada siklus pembagian batang

Penyaradan

Gambar 8 menunjukan waktu setiap elemen pada siklus kerja penyaradan. Waktu paling banyak pada siklus penyaradan yaitu elemen penyaradan ke TPn sebesar 47% dari total waktu produktif penyaradan. Penundaan waktu (delay)

sebesar 4% dari waktu total penyaradan. Waktu istirahat (minum, merokok) dan operator mengobrol termasuk dalam delay personal yang paling sering dilakukan.

Jika terjadi delay mekanik pada traktor maka kegiatan penyaradan dihentikan atau

tidak ada. Pada penelitian ini delay mekanik tidak ada yang masuk dalam siklus

(31)

19 penyaradan sehingga penundaan waktu akibat delay mekanik tidak ada.

Penundaan waktu pada siklus penyaradan dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 8 Waktu pada siklus penyaradan

Gambar 9 Penundaann waktu (delay)pada siklus penyaradan

Gambar 10 menunjukkan regresi linear antara jarak sarad dan waktu produktif penyaradan. Grafik tersebut menunjukkan 56.43% tingkat keragaman waktu produktif dapat dijelaskan oleh jarak sarad, sisanya dipengaruhi faktor lain. Menurut Lotfalian et al. (2011); Behjou et al. (2008); Nikooy et al. (2013)

penyaradan dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain jarak sarad, volume kayu, jumlah batang dan kemiringan lereng. Pada penelitian-penelitian tersebut alat sarad yang digunakan yaitu alat sarad dengan merk Timberjack yang memang digunakan untuk penyaradan kayu. Gilanipoor et al. (2012) melaporkan

penyaradan menggunakan traktor pertanian dipengaruhi kemiringan lereng dan jarak sarad. Semakin meningkatnya kemiringan lereng dan jarak sarad waktu semakin lama waktu penyaradan. Pada penelitian ini penyaradan dilakukan dengan traktor pertanian merk Massey Ferguson Xtra 455 dengan kemiringan lereng hampir sama yaitu 0–10%. Jumlah batang yang disarad setiap siklus penyaradan sama yaitu satu batang dan dengan volume rata-rata 1.148 m3/siklus sehingga yang paling berpengaruh yaitu jarak sarad.

(32)

20

Gambar 10 Waktu produktif penyaradan pada berbagai jarak sarad

Pemuatan

Gambar 11 menunjukkan waktu setiap elemen pada siklus pemuatan. Pemuatan dengan sistem manual tenaga manusia sehingga memerlukan waktu banyak yaitu 65% dari total waktu aktual. Delay pada siklus pemuatan yaitu

sebesar 29% dari total waktu aktual. Delay ini lebih banyak disebabkan karena

menunggu proses pembagian batang selesai. Pemuatan rata-rata dilakukan oleh 4 orang pekerja.

Gambar 11 Waktu pada siklus pemuatan Pengangkutan

Waktu rata-rata setiap siklus kerja pengangkutan yaitu 355 detik atau sekitar 6 menit. Jumlah contoh siklus pengangkutan yaitu 30 siklus. Elemen pada siklus ini hanya satu yaitu pengangkutan TPn ke TPK. Jarak dari TPn ke TPK sekitar 2 km sehingga tidak merlukan waktu banyak. Tidak ada penundaan waktu atau gangguan pada siklus pengangkutan dari TPn ke TPK karena jarak dan waktu tempuh yang sedikit.

(33)

21 Pembongkaran

Pada Gambar 12 menunjukkan waktu pada siklus kerja pembongkaran. Waktu paling banyak yaitu pada elemen pembongkaran AIII yaitu sebesar 38% dari waktu kerja aktual. Elemen pembongkaran AI & AII dan truk menuju kapling III berturut-turut yaitu 34%, 28% dari total waktu aktual. Dalam siklus kerja pembongkaran tidak terjadi delay karena setelah truk tiba di TPK langung

dilakukan pembongkaran kayu.

Gambar 12 Waktu pada siklus pembongkaran Produktivitas Pemanenan

Menurut peraturan tebang habis hutan jati tahun 2011 Perhutani, kegiatan penebangan dilakukan dengan dilanjutkan kegiatan pembagian batang. Namun, di lokasi penelitian ini setelah kegiatan penebangan dilanjutkan dengan kegiatan penyaradan. Kemudian kegiatan pembagian batang dilakukan di TPn setelah kayu tersebut disarad. Oleh sebab itu produktivitas penebangan dan pembagian batang dibuat terpisah. Pembayaran kepada operator chainsaw dilakukan dengan sistem

kubikasi.

Pada Tabel 6 menunjukkan bahwa waktu, volume dan produktivitas pemanenan rata-rata. Produktivitas yang dihitung adalah penebangan, pembagian batang, penyaradan, pengangkutan, dan pembongkaran. Produktivitas rata-rata penebangan untuk waktu produktif (tanpa delay) yaitu 20.085 m3/jam, sedangkan

produktivitas rata-rata penebangan untuk waktu aktual yaitu 16.056 m3/jam. Hasil tersebut menunjukkan penundaan waktu akibat gangguan menurunkan produktivitas penebangan sebesar 11.15%.

Produktivitas rata-rata pembagian batang untuk waktu produktif dan waktu aktual tidak berbeda jauh yaitu 3.247 m³/jam dan 3.176 m³/jam. Selisih produktivitas rata-rata waktu produktif dan waktu aktual 0.071 m³/jam. Penurunan produktivitas yang disebabkan karena delay tidak signifikan. Kegiatan pembagian

batang dilakukan oleh satu regu yang terdiri atas enam orang pekerja.

Penyaradan di KPH Saradan dalam penelitian ini dilakukan menggunakan traktor pertanian dengan merk Massey Ferguson Xtra 455. Penyaradan di hutan tanaman biasanya menggunakan traktor pertanian, rubber-tired skidder, atau forwarder (Sessions 2007). Produktivitas rata-rata penyaradan waktu produktif

(34)

22

menurunkan produktivitas penyaradan sebesar 2.2%. Volume rata-rata hasil penyaradan yaitu 1.148 m3.

Produktivitas rata-rata pemuatan untuk waktu produktif dan waktu aktual yaitu 3.808 m³/jam dan 2.988 m³/jam dengan volume rata-rata yaitu 6.294 m³. Penundaan waktu akibat gangguan menurunkan produktivitas pemuatan sebesar 12%. Kegiatan pemuatan dilakukan oleh empat orang pekerja.

Pada siklus pengangkutan produktivitas rata-rata waktu produktif dan waktu aktual sama yaitu sebesar 64.064 m3/jam. Hal tersebut terjadi karena pada siklus ini penundaan waktu (delay) tidak ada. Pengangkutan dari TPn ke TPK

menempuh jarak sekitar dua km dengan waktu tempuh rata-rata 355 detik. Jarak tempuh yang relatif dekat sehingga siklus pengangkutan ini tidak ada gangguan. Kegiatan pengangkutan dilakukan oleh satu orang.

Produktivitas rata-rata pembongkaran yaitu sebesar 25.408 m3/jam. Pada kegiatan pembongkaran tidak ada waktu delay sehingga produktivitas rata-rata

waktu produktif dan waktu aktual sama. Volume rata-rata siklus pembongkaran yaitu 6.294 m3. Kegiatan pembongkaran dilakukan oleh empat orang pekerja yang sama dengan kegiatan pemuatan.

Tabel 6 Waktu, volume dan produktivitas rata-rata kegiatan pemanenan di KPH Saradan

Nama Kegiatan Waktu rata-rata (detik/siklus) Volume rata-rata (m3/siklus) Produktivitas (m3/jam)

WP WA WP WA WP WA

*WP = Waktu Produktif, WA = Waktu aktual

Penelitian dilaksanakan pada musim hujan sehingga hasil penelitian ini merupakan aplikasi dari kegiatan pemanenan pada musim hujan. Kegiatan pemanenan pada musim hujan sering terhambat, terlebih kegiatan penyaradan. Penyaradan ini tergantung dari kondisi tanah karena dilakukan menggunakan traktor. Jumlah tenaga kerja pemanenan di KPH Saradan mencukupi namun terkadang pembagian pekerjaan pada pembagian batang tidak jelas sehingga menyebabkan pekerjaan dilakukan lebih lama. Operator dan helper penebangan memiliki keahlian yang sama dan memiliki pengalaman sekitar 15 tahun. Kondisi alat penebangan relatif sudah tua dengan masa pakai lima tahun, kerusakan sering terjadi pada rantai. Kerusakan yang ditemui dilapangan yaitu rantai putus. Volume taksiran produksi pada pada anak petak 6A yaitu 89.84% sedangkan volume realisasi produksi pada saat penelitian berlangsung adalah 84.81%. Volume taksiran produksi sebagai acuan produksi untuk blok tersebut sehingga sebesar 5.33% produksi masih dapat ditingkatkan.

(35)

23 kerja. Nurminen et al. (2006) juga melaporkan delay dan produktivitas

dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain yaitu kondisi tegakan, ketrampilan pekerja, teknik kerja, dan karakteristik mesin atau alat yang digunakan. Baretto et al. (1998) menyatakan bahwa perencanaan yang tepat pada kegiatan penebangan

akan meningkatkan produktivitas sebesar 15% dibandingkan dengan penebangan tanpa perencanaan.

Analisis Biaya Pemanenan

Tabel 7 menunjukkan biaya penebangan dan pembagian batang berdasarkan komponen biaya yaitu sebesar Rp 14 515/m3. Biaya usaha yaitu sebesar Rp 35 248/jam. Biaya usaha ini merupakan hasil perhitungan dengan upah operator berjumlah 2 orang.

Tabel 7 Analisis biaya pada kegiatan penebangan menggunakan chainsaw

Komponen biaya Chainsaw

Biaya tetap (Rp/jam) 1 180.41

Biaya variabel (Rp/jam) 14 068.25

Biaya mesin (Rp/jam) 15 248.67

Biaya usaha (Rp/jam) 35 248.67

Biaya penebangan dan pembagian batang (Rp/m³) 14 515.71 Tabel 8 menunjukkan biaya penyaradan yaitu Rp 48 499.74/m3. Biaya usaha pada pada penyaradan ini yaitu sebesar Rp 242 933.57/jam. Biaya usaha ini merupakan hasil perhitungan dengan upah operator berjumlah 2 orang.

Tabel 8 Analisis biaya pada kegiatan penyaradan menggunakan traktor

Komponen biaya Traktor

Biaya tetap (Rp/jam) 115 090.54

Biaya variabel (Rp/jam) 87 843.02

Biaya mesin (Rp/jam) 202 933.57

Biaya usaha (Rp/jam) 242 933.57

Biaya penyaradan (Rp/m³) 48 499.74

Tarif upah merupakan tarif yang telah ditetapkan oleh Perhutani atau pada penebangan dan pengangkutan disebut sistem kontrak/borongan. Tarif hitung merupakan perhitungan tarif penebangan dan penyaradan jika kepemilikan alat milik Perhutani. Operasi pemanenan oleh kontraktor dilaksanakan atas kesepakatan Perhutani dengan kontraktor. Menurut Nugroho (2002) pada kasus di Indonesia, FAO dan Dephut RI tahun 1990 melaporkan bahwa biaya pemanenan pada sistem kontrak dapat lebih murah hingga 22%. Namun murahnya sistem kontrak di Indonesia lebih disebabkan karena tidak ada pertanggung jawaban terhadap aspek lingkungan.

(36)

24

di petak tebang berdasarkan tarif upah dan alat milik operator yaitu Rp 180 207.54/m3. Berdasarkan hasil analisis biaya jika chainsaw dan traktor dihitung kepemilikannya milik Perhutani biaya persiapan sampai pemanenan yaitu Rp 148 122.99 /m3. Selisih biaya tersebut yaitu sebesar Rp 32 084.55/m3 atau 17.8% lebih rendah bila kepemilikan chainsaw milik Perhutani. Perbedaan tersebut karena

berdasarkan analisis biaya chainsaw lebih rendah Rp 15 584/m3 dibandingkan

denganbiaya borongan. Selain itu berdasarkan analisis biaya traktor juga lebih murah Rp 16 500.26/m3 dibandingkan dengan biaya borongan traktor. Biaya paling tinggi yaitu pada kegiatan pengangkutan sebesar 37.73% dari total biaya pemanenan.

Target perolehan kayu dari tebangan jati di KPH Saradan tahun 2016 yaitu 2567.897 m3. Berdasarkan tarif upah biaya yang akan dikeluarkan yaitu sebesar Rp 462 754 401.75. Bila kepemilikan alat milik Perhutani atau berdasarkan tarif hitung maka biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 380 364 581.58. Selisih biaya tersebut yaitu sebesar Rp 82 389 820.

Tabel 9 Total biaya pemanenan hutan tanaman jati di anak petak 6A KPH Saradan Nama kegiatan Standar Biaya (Rp/mPerhitungan* 3)

Peneresan 2 289.04 2 289.04

Pembagian blok 819.37 819.37

Klem 343.36 343.36

Her klem 9.90 9.90

Pembikinan plang tebangan 196.52 196.52

Pembikinan plang larangan 149.35 149.35

Air minum 1 300.00 1 300.00

Penebangan dan pembagian batang 30 100.00 14 515.71**

Penyaradan 65 000.00 48 499.74**

Pengangkutan 68 000.00 68 000.00

Pemuatan dan pembongkaran 12 000.00 12 000.00

Total biaya 180 207.54 148 122.99

*Biaya perhitungan merupakan hasil perhitungan dari alat chainsaw dan traktor pertanian menggunakan analisis biaya, sedangkan kegiatan lainnya berdasarkan tarif upah.

**Hasil analisis biaya menggunakan chainsaw untuk kegiatan penebangan dan pembagian batang serta traktor untuk kegiatan penyaradan.

Efisiensi Pemanenan

(37)

25 standarisasi metode, 6) mengkombinasikan kegiatan dan 7) optimasi seluruh sistem operasi dibandingkan operasi tunggal (Pfeiffer 1967). Menurut Sessions (2007) perbedaan efisiensi perusahaan satu dengan lainnya yaitu dalam hal kualitas organisasi, pengawasan dan pelatihan kerja. Menurut Fath (2001) efisiensi pemanenan merupakan evaluasi berdasarkan indikator operasional, organisasional, energi dan finansial. Jika mengacu pada kajian tersebut teknis efisiensi pemanenan penelitian ini didasarkan pada indikator operasional pemanenan.

Tabel 10 menunjukan inefisiensi yang terjadi di KPH Saradan. Beberapa temuan pada hasil peneltian ini menunjukkan inefisiensi terjadi pada pemanenan jati di KPH Saradan antara lain disebabkan karena: 1) kurangnya ketrampilan operator dan mandor, 2) kurangnya pengawasan dan kontrol, 3) kurangnya kedisiplinan para operator dan mandor, 4) kurangnya insentif bagi para operator dan mandor.

Faktor-faktor yang menyebabkan inefisiensi terjadi yaitu: 1) Pelatihan bagi para operator dan mandor masih kurang, 2) tidak adanya evaluasi pasca kegiatan menyebabkan kurangnya kontrol kegiatan yang tidak dilakukan dengan benar, 3) tidak adanya ketegasan dari atasan mengenai kedisiplinan para operator dan mandor di lapangan, 4) faktor kebutuhan ekonomi keluarga.

Pada tabel kegiatan no 1 yaitu kegiatan teresan tidak dilakukan dengan baik sehingga akan pohon masih hidup dan berdaun. Pohon seperti ini menghambat pemanenan karena memakan waktu lebih lama karena cabang-cabang harus dipotong terlebih dahulu kemudian disarad. Apabila waktu pemanenannya lebih lama, produktivitas menurun dan biaya pemanenan dapat meningkat. Pada tabel kegiatan no 2 dan 3 kegiatan pemanenan tanpa didampingi oleh mandor sehingga operator chainsaw mengambil keputusan sendiri dalam membagi batang untuk

(38)

26

Tabel 10 Inefisiensi pemanenan hutan di KPH Saradan

Kegiatan Deskripsi Pedoman Perhutani

Pada anak petak 6A blok II dan blok III ditemukan kegiatan peneresan tidak dilakukan dengan benar sehingga pohon masih berdaun. Jumlah pohon jati masih berdaun sebanyak 22 pohon dengan luasan 7 ha dan jumlah pohon

seluruhnya yaitu 243 pohon atau setara dengan 9.4% teresan tidak benar dari jumlah pohon total. Penyebab peneresan tidak sempurna yaitu pemotongan batang kurang dalam dan pengawasan kurang. Akibatnya menghambat kegiatan penyaradan sehingga memerlukan waktu lebih lama untuk menyarad pohon ini.

Pada pedoman

penyelenggaraan tebang habis hutan jati tahun 2011 dijelaskan bahwa

chainsawman dan helper

tanpa mandor tebang. Pohon dengan diameter besar dipotong menjadi 2 untuk memudahkan habis hutan jati tahun 2011 dijelaskan bahwa mandor tebang menunjuk pohon yang akan

(39)

27

Kegiatan Deskripsi Pedoman Perhutani

Pada saat kegiatan penyaradan dilakukan terdapat kendala yaitu batang sulit ditarik, kemudian operator

chainsaw memotong batang

atas perintah operator bundar jati tahun 2004 penentuan batas sortimen AIII, AII dan AI dan batas diameter sesuai kelas harga sampai dengan AI yang dapat dipungut sebagai kayu

Kayu diameter 11 cm dengan panjang 90 cm tidak dimanfaatkan Perhutani, bundar jati tahun 2004, kayu diameter 10 – 19 dengan panjang 0.7 – 4 m termasuk dalam kayu bundar kecil (AI).

5.Penandaan batang Penandaan pada batang sebelum pembagian batang tidak sesuai dengan

prosedur.

Pada Pedoman

pembagian batang kayu bundar jati tahun 2004 dijelaskan bahwa penandaan tanda batas pembagian batang harus dengan teer berupa tiga garis dengan jarak 2 cm, garis ditengah

merupakan letak potongan. 3. Penyaradan

(40)

28

Kegiatan Deskripsi Pedoman Perhutani

6. Membandingkan Phi-band Perbedaan phiband milik Perhutani dan milik Lab. Pemanfaatan. Phi band lebih kecil tetapi Perhutani tetap rugi. Menurut

informasi dari Asper standar penggantian phi band yaitu setelah penggunaan 1500 tingkat kemelaran AI Rp 6 549 320 ; tingkat kemelaran AII Rp 6 922 411; tingkat kemelaran AIII Rp 10 237 189.

7. Pengukuran kayu Panjang spilasi bervariasi, gambar atas memiliki panjang spilasi sebesar 5 cm sedangkan gambar dibawah panjang spilasi 10 cm. Berdasarkan sampel yang sebanyak 61,29% spilasi > 4cm.

Pada Pedoman

pembagian batang kayu bundar jati tahun 2004 dijelaskan bahwa penandaan tanda batas pembagian batang harus dengan teer berupa tiga garis dengan jarak 2 cm, garis ditengah

merupakan letak

(41)

29

Kegiatan Deskripsi Pedoman Perhutani

8. Pencurian kayu

Pada saat tidak ada Asper, Mantri dan ketua regu tebang, operator melakukan pemotongan kayu selebar ± 20 cm pada bagian pangkal. Kayu dengan nomor pohon 177 memiliki keliling 207 cm dan berkualitas baik tanpa gerowong. status kayu bundar vinir (Vi), Hara (H) dan lokal industri (IN) untuk sortimen AIII ukuran panjang minimal yaitu 70 cm.

9. Pemotongan miring

Pemotongan tidak tegak lurus sering terjadi pada sortimen berasal dari cabang.

Pada pedoman

pembagian batang kayu bundar jati tahun 2004 potongan pada kedua bontos harus siku dan rata.

(42)

30

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Produktivitas rata-rata pemanenan waktu aktual yang meliputi penebangan, pembagian batang, penyaradan, pemuatan, pengangkutan dan pembongkaran berturut-turut yaitu 16.056 m3/jam, 3.176 m3/jam, 4.793 m3/jam, 2.988 m3/jam, 64.064 m3/jam, 25.408 m3/jam. Total biaya kegiatan klem dan teres, kegiatan tebangan dan pengangkutan berdasarkan tarif upah yaitu Rp 180 207/m3, sedangkan jika biaya chainsaw dan traktor dihitung dengan asumsi alat milik

Perhutani yaitu Rp 148 123/m3. Berdasarkan hasil analisis biaya tersebut menyatakan bahwa alat chainsaw dan traktor jika dimiliki oleh Perhutani lebih

efisien. Beberapa kegiatan di lapangan ditemukan tidak sesuai prosedur yang berlaku di Perhutani. Hasil tersebut menyatakan bahwa perlu adanya evaluasi pemanenan hutan jati kegiatan di lapangan atau pada peraturan atau pedoman yang berlaku.

Saran

(43)

31

DAFTAR PUSTAKA

Barnes RM. 1968. Motion and Time Study: Design and Measurement of Work:

New York (USA): John Wiley & Sons, Inc.

Behjou FK, Majnounian B, Namiranian M, Dvorak J. 2008. Time sttudy and skidding capacity of the wheeled skidder Timberjack 450C in Caspian forests. J For Sci. 54(4): 183–188.

Behjou FK, Majnounian B, Dvorak J, Namiranian M, Saeed A, Feghhi J. 2009. Productivity and cost of manual felling with a chainsaw in Caspian Forest. J For Sci. 55 (2): 96–100.

Bjӧrheden R dan Thompson MA. 1995. An international nomenclature for forest work study. Caring for the Forest: Research in Changing World. XX World Congress; 1995 Agust 6-12; Tampere, Finland. Tampere (FI): IUFRO. hlm

191–215.

Budiaman A, Prabowo RH. 2008. Simulasi pembagian batang sistem kayu pendek pada pembagian batang kayu serat jenis mangium. J Manajemen Hutan Tropika. 14(2): 61–65.

Fath H. 2001. Commercial timber harvesting in natural forests of Mozambique.

Forest Harvesting Case-Study. Rome (IT): FAO.

Gilanipoor N, Najafi A, Alvaezin SMH. 2012. Productivity and cost of farm tractor skidding. Journal of forest science. 58 (1): 21–26.

Holmes TP, Blate GM, Zweede, Pereira JrR, Barreto P, Boltz F, Bauch R. 2002. Financial and ecological indicators of reduced impact logging performance in the eastern Amazon. Journal Forest ecology and Management. 163: 93–

110.

[ILO] International Labour Office. 1969. Penelitian Kerja dan Pengukuran Kerja.

Wetik JL, penerjemah; Sadiman J, Nugroho, Azis S, editor. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Introduction to Work study. Revised

Edition.

[ILO] International Labour Office. 1979. Intoduction to Work Study (Third Edition). Switzerland: Impression couleurs weber.

[ITTO] International Tropical Timber Organization. 2006. Development of value-adding processes for short-rotation, small-diameter community teak plantations in Java and Eastern Indonesia.

Keogh RM. 2009. The future of teak and the high-grade tropical hardwood sector.

Planted Forests and Tress Working Paper Series. Rome (IT): FAO.

Lortz D, McCoy W, Stokes B, Klepac J. 1997. Manual felling time and productivity in Southern Pine Forest. Forest Product Journal. 47 (10): 59–

63.

Lotfalian M, Zadeh EH, Hosseini. 2011. Calculating the correction factor of skidding distance based on forest road network. J For Sci. 57(11): 467–471.

Mahendra MG. 2003. Pengukuran waktu standar dan prestasi kerja penebangan jati (Tectona grandis) di Perum Perhutani Unit III Jawa Barat [skripsi].

Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(44)

32

Nikooy M, Esmailnezhad A, Naghdi R. 2013. Productivity and cost analysis of skidding with timberjack 450C in Forest plantations in Shafaroud watershed, Iran. Journal of Forest Science. 59 (7): 261–266.

Nugroho B. 2002. Analisis Biaya Proyek Kehutanan. Bogor (ID): Yayasan

Penerbit Fakultas Kehutanan (YPFK).

Nurminen T, Korpunen H dan Uusitalo J. 2006. Time consumption analysis of the mechanized cut-to-length harvesting system. Silva Fennica.,40(2), 335–363.

Pandey D dan Brown C. 2000. Teak: a global overview. An International journal of forestry and forest industries. 51(201): 3–13.

[Perum Perhutani] Perusahaan Umum Kehutanan Negara. 2004. Pedoman Pembagian Batang Kayu Bundar Jati Tahun 2004. Tidak diterbitkan.

[Perum Perhutani] Perusahaan Umum Kehutanan Negara. 2010. Peraturan Pemerintah Republik indonesia Nomor 72 Tahun 2010 tentang Perusahaan Umum (Perum) Kehutanan Negara. Madiun (ID): Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.

[Perum Perhutani] Perusahaan Umum Kehutanan Negara.2011. Prosedur Kerja Tebang Habis Jati Tahun 2011. Tidak diterbitkan.

[Perum Perhutani] Perusahaan Umum Kehutanan Negara.2012. Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH) Kelas Perusahaan Jati Kesatuan Pemangkuan Hutan Saradan. Tidak diterbitkan.

[Perum Perhutani] Perusahaan Umum Kehutanan Negara. 2014. Buku Statistik Perum Perhutani Tahun 2009-2013. Jakarta (ID): Perhutani.

Pfeiffer K. 1967. Analysis of methods of studying operational efficiency in forestri [tesis]. New York (USA): The University of British Columbia. Purnomo H, Guizol P, Muhtaman DR. 2008. Governing the teak furniture

business: a global value chain system dynamic modelling approach. J Environmental Modelling & Software. 24: 1391-1401.

Rapati CRr. 2001. Analisis tingkat kesalahan pengukuran kayu bundar jenis jati (Tectona grandis) akibat kemelaran phi band di TPK Cikaraha, KPH Sumedang, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Retno I. 2001. Evaluasi elemen dan prestasi kerja pemanenan di hutan jati (studi kasus pemanenan kayu jati BKPH Sadang KPH Purwakarta Perum Perum Perhutani Unit III Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sessions J. 2007. Harvesting Operations in the Tropics. Berlin (DE): Springer.

Setyaningrum EC. 2000. Kerugian material akibat kesalahan potong pada kegiatan pembagian batang kayu jati (Tectona grandis) studi kasus di BKPH Banjar

Utara, BKPH Banjar Selatan, BKPH Pengandaran KPH Ciamis Perum Perhutani Unit III Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sinungan M. 1987. Produktivitas: Apa dan Bagaimana. Jakarta: PT. Bina Aksara.

Sulistiyanto B .2001. Prestasi kerja dan biaya pemanenan pada hutan tanaman industri studi kasus di HPHTI PT Tanjung redep Hutani, Barau Kalimantan Timur [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(45)
(46)
(47)

35

(48)

36

Lampiran 1 Analisis biaya alat Chainsaw

Jenis alat Stihl 070

Harga beli (Rp) 5000000.00

Harga bekas (Rp) 0

Masa pakai (Jam/Tahun) 5.00

Jam kerja alat 1491.00

Tingkat suku bunga (%) 20.00

Investasi per tahun (Rp/jam) 2012.07

Bunga modal (Rp/jam) 402.41

Depreciation (Rp/jam) 670.69

Asuransi (Rp/jam) 107.31

Biaya Tetap (Rp/jam) 1180.42

Biaya pemeliharaan dan perbaikan (Rp/jam) 2211.11

Jumlah pekerja (Orang) 2.00

Jam kerja (Jam/hari) 8.00

Upah pekerja (Rp/jam) 20000.00

Bahan bakar (Rp/jam) 9357.14

Pelumas (Rp/jam) 2500.00

Biaya Variabel (Rp/jam) 14068.25

Biaya mesin (Rp/jam) 15248.67

Biaya usaha (Rp/jam) 35248.67

Lampiran 2 Analisis biaya alat Traktor

Jenis alat Massey Ferguson Xtra 455

Harga beli (Rp) 600000000.00

Harga bekas (Rp) 300000000.00

Masa pakai (Tahun) 5.00

Jam kerja alat (Jam/tahun) 1491.00

Tingkat suku bunga (%) 20.00

Investasi per tahun (Rp/jam) 321931.59

Bunga modal (Rp/jam) 64386.32

Depreciation (Rp/jam) 40241.45

Asuransi (Rp/jam) 10462.78

Biaya Tetap (Rp/jam) 115090.54

Biaya Perbaikan danpemeliharaan (Rp/jam) 20120.72

Biaya ban (Rp/jam) 41659.80

Jumlah pekerja (orang) 2.00

Upah pekerja (Rp/jam) 40000.00

Bahan bakar dan pelumas (Rp/jam) 26062.50

Biaya Variabel (Rp/jam) 87843.02

Biaya mesin (Rp/jam) 202933.57

(49)

37 RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cilacap, Jawa Tengah pada tanggal 9 September 1991, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Suratman dan Eny Hidayati. Penulis pernah menempuh pendidikan di SDN Cilempuyang 02 (1997–2003). Selanjutnya, penulis melanjutkan sekolah di SMP 1 Majenang (2003–2006), dan SMA 1 Majenang (2006–2009). Selanjutnya, penulis diterima kuliah di IPB melalui jalur undangan seleksi mahasiswa IPB (USMI) pada tahun 2009 dan lulus sebagai sarjana kehutanan dari Departemen Manajemen Hutan IPB pada tahun 2013. Kemudian penulis melanjutkan sekolah Pascasarjana IPB pada tahun 2014 di Program Studi Ilmu Pengelolaan Hutan, IPB dengan beasiswa Fresh Graduate

dari DIKTI.

Penulis memperoleh gelar Magister Sains (M.Si) Program Studi Ilmu Pengelolaan Hutan IPB dengan menyelesaikan tesis yang berjudul Efisiensi dan Produktivitas Pemanenan Hutan Tanaman Jati di KPH Saradan dibawah bimbingan Prof Dr Ir Juang R. Matangaran, MS dan Dr Ir Gunawan Santosa, MS.

Gambar

Tabel 1 Berbagai penelitian produktivitas dan biaya pemanenan dengan metode
Gambar 1 Bagan alir penelitian
Gambar 2 Siklus kerja pemanenan hutan tanaman jati di KPH Saradan: (a)
Tabel 2 Deskripsi elemen kerja dan pengamatan waktu pemanenan hutan pada
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bahaya penghirupan Berdasarkan data yang tersedia, kriteria klasifikasi tidak terpenuhi. Informasi lebih lanjut Complete toxicity data are not available for this

Tabel 8 menunjukkan hasil analisis statistik des- kriptif atas content analysis laporan tahunan untuk item kinerja komunitas sosial, yang menggambarkan tentang hubungan perusahaan

Hasil pengukuran dibuat bervareasi sehingga didapat paparan seperti pada kolom (1), selanjutnya pada keluaran amplifier (masukan PLC T100MD Series) diukur

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Gaya

Kalimat yang tepat untuk melengkapi bagian yang rumpang di akhir dialog tersebut adalah….!. (Menghampiri Aksan) Jangan sedih, itu bukan

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa makna komunikasi nonverbal yang ada pada pagelara seni tari kecak di kebudayaan Bali antara lain terdapat makna nonverbal pada

P : Apakah ada hal yang berubah di diri anak anda sejak ia memilih menjadi seorang fans JKT48. IL : Ya saya sih nggak bisa pantau langsung, tapi belum ada tanda-tanda hal

Bagi masyarakat, agar tetap melestarikan tradisi tilik wong loro ini, karena dukungan yang diberikan kepada pasien dapat berpengaruh terhadap motivasi sembuh. pasien,