RIWAYAT HIDUP
A. Riwayat Pribadi
1. Nama : Hamdan Sukry Syahputra Siregar
2. Tempat Tanggal Lahir : Medan, 10 April 1990
3. Alamat : Jln. Bromo Gg. Jermal No.47 Medan
4. Jenis Kelamin : Laki-Laki
5. Agama : Islam
6. Anak Ke : 5 dari 5 Bersaudara
7. Email : putraplsunimed@gmail.com
B. Data Orang Tua
Nama Orang Tua
1. Ayah : Alm. Hot Adam Siregar
2. Ibu : Almh. Tetty Harahap
Pekerjaan Orang Tua
1. Ayah : -
2. Ibu : -
3. Alamat Orang Tua : Jln. Bromo Gg. Jermal No.47 Medan
C. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan SD : SD Al-Ittihadiyah Medan
( Tahun 1996-2002)
2. Pendidikan SMP : Mts. Al-Ittihadiyah Medan
( Tahun 2002- 2005)
3. Pendidikan SMA : SMA. N 10 Medan
( Tahun 2005-2008)
4. Pendidikan Perg. Tinggi : Universitas Negeri Medan
i
ABSTRAK
Hamdan Sukry Syahputra Siregar, Nim 1103371015. Persepsi Masyarakat Tentang Kekerasan Anak Dalam Keluarga Di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai. FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN, PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 2017.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah masyarakat di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai masih belum memahami apa sebenarnya yang dimaksud suatu perilaku/tindakan yang dikatakan sebagai kekerasan anak dalam keluarga. Kekerasan anak tersebut akan ditinjau dari kekerasan secara fisik, kekerasan secara psikis, kekerasan secara seksual, dan kekeerasan secara sosial. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang kekerasan anak dalam keluarga di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai, Kota Medan.
Menurut Andez (2006:1) Kekerasan terhadap anak adalah semua bentuk kekerasan yang dilakukan oleh mereka yang seharusnya bertanggung jawab atas anak atau mereka yang memiliki kuasa atas anak tersebut, yang seharusnya dapat dipercaya, misalnya orang tua, keluarga dekat, guru dan pendamping.
Jenis penelitian digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskrtiftif kuantitatif, dengan jumlah sampel 224, dengan tehnik pengumpulan data menggunakan angket tertutup. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan cara frekuensi variable dengan rumus: P = x 100%
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan. Selama proses
penyelesaian skripsi ini banyak kendala yang dihadapi penulis, namun semuanya
teratasi berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
penulis sampaikan ucapan terima kasih terkhusus kepada kedua orang tua tercinta
atas semangat, doa serta dukungan moral maupun moril mulai dari awal
perkuliahan sampai selesainya dan kepada dosen pembimbing skripsi yang telah
banyak memberikan arahan serta masukan dalam setiap tahap penyelesaian
skripsi.
Penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Pada akhir kata penulis sangat berharap skripsi ini dapat
bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya terutama sebagai bahan masukan
bagi berbagai pihak yang terkait dengan permasalahan yang diangkat menjadi
judul skripsi ini.
Medan, Februari 2017
Hamdan Sukry S. Siregar
iii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa
berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Persepsi Masyarakat Tentang Kekerasan Anak Dalam
Keluarga Di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan denai”, dan tak lupa penulis
mengucapkan sholawat kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah
membawa umat Islam ke Jalan yang di Ridhoi Allah SWT.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana pendidikan pada program Strata-1 di Jurusan Pendidikan Luar Sekolah,
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Medan. Penulis menyadari pada
penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu dengan rasa hormat, ketulusan dan kerendahan hati, penulis ingin
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof.Dr.Syawal Gultom,M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan
2. Bapak Dr.Nasrun, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UNIMED
3. Bapak Prof.Dr.Yusnadi, MS selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr.Aman
Simaremare, MS selaku Wakil Dekan Bidang Keuangan dan Kepegawaian,
Drs.Edidon Hutasuhut, M.Pd selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.
4. Ibu Dra.Rosdiana, M.Pd, Bapak Dr.Sudirman, SE, M.Pd selaku Ketua dan
Sekretaris Jurusan Pendidikan Luar Sekolah.
5. Ibu Dra.Rosdiana, M.Pd, selaku dosen pembimbing akademik sekaligus
pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan, dan saran yang membangun dalam mengarahkan Penulis dalam
iv
6. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si , Dr.Sudirman, SE dan Ibu Anifah. S. Sos,
M.Pd selaku dosen penguji yang telah memberikan bimbingan serta
saran-saran yang membangun kepada penulis.
7. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Universitas Negeri Medan
yang telah memberikan pendidikan, pengalaman dan ilmu pengetahuan selama
mengikuti perkuliahan.
8. Kak Surya Indrawati, M.Pd dan para staff pegawai jurusan PLS yang telah
banyak membantu penulis demi kelancaran administrasi surat-menyurat
selama penyusunan skripsi ini.
9. Untuk seluruh staf dan pegawai Tata Usaha Fakultas Ilmu Pendidikan yang
telah membantu penulis dalam proses kelancaran administrasi.
10.Bapak Kasradi Hasibuan S.Sos selaku Lurah Binjai yang telah memberikan
izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
11.Bapak Drs. Ali Jambi, MM, H. Partaonan Rukun. S. Pd, serta Kak Emmy
Febriyanti selaku Kepala Dinas, Sekretaris dan Kasubbag Umum Dinas
Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Padang Lawas yang telah
memberikan keluangan waktu dan ijin bagi penulis untuk menyelesaikan
skripsi.
12.Secara teristimewa dengan penuh Cinta dan sayang penulis ucapkan untuk
orang tua penulis ayahanda Alm. Hot Adam Siregar dan Ibunda almh.Tetty
Harahap yang telah memupuk rasa semangat perjuangan semenjak usia dini.
13.Secara teristimewa dengan penuh cinta dan sayang penulis ucapkan kepada
Kakak Penulis Herlina Siregar beserta suami M. Effendi Pohan, serta Kakak
Husnun Maisyarah Siregar beserta Suami Ahmad Suparlin Hasibuan yang tak
henti-hentinya memberikan kasih sayangnya, doa, motivasi, serta dukungan
kepada penulis.
14.Untuk Amangboru Darwin Hasibuan, berserta istri dan keluarga besar yang
selalu menuntun dan memberi nasehat kepada penulis untuk terus berjuang
dalam pilihan hidup yang dijalani.
15.Sepupu dan sahabat yang luar biasa, Ahmad Sofyan Harahap, Ratih Hesti
v
Dedi, Desi Kunata Solin S.Pd, Istiana, Khairuddin Harahap M.Pd yang telah
memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.
16.Kepada seluruh keluarga besar Alm. Hot Adam Siregar dan Almh. Tetty
Harahap.
17.Untuk seluruh rekan-rekan CPNS Angkatan 2013 Kabupaten Padang Lawas
yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.
18.Untuk Organisasi tercinta, Para Senioran dan teman-teman di Himpunan
Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Ilmu Pendidikan yang menjadi inspirasi
bagi penulis.
19.Untuk teman-teman seperjuangan PLS Ekstensi dan Reguler 2010, dan
seluruh senioran yang selalu memberikan semangat kepada penulis Ira,
Fatmawati, Desi, Teguh, Mangatas, Rizki, Junjung, Yusuf, Dion, Ernita, Rika,
Reni, Agus, Maruba, Safri, dan yang lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu.
20.Untuk rekan-rekan seperjuangan ketika sidang Dhita, Friska, Fitria, Martha,
Yanti dan untuk adik-adik stanbuk yang telah memberi bantuan dan semangat
kepada penulis Putri Anita Sembiring, Siti Khadijah, Rini Cyntia, Oktaviani
Dalimunthe, Meri Sidauruk, Fitri Mariani, Icun Manullang, Muhcim adi dan
yang lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Penulis
mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya sehingga
akhirnya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan dan
penerapan di lapangan serta bisa dikembangkan lebih lanjut.
Medan, Februari 2017 Penulis,
Hamdan Sukry S. Siregar
Tabel 1 Kisi-Kisi Angket ... 29
Tabel 2 Jumlah Penduduk di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai ... 32
Tabel 3 Yang dimaksud dengan kekerasan terhadap anak dalam keluarga adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa
sakit, jatuh sakit ayau luka berat yang dialami anak ... 33
Tabel 4 Jika anak melakukan kesalahan, orangtua berhak
melakukan hukuman fisik sebagai efek jera. ... 34
Tabel 5 Hukuman secara fisik solusi untuk mendisiplinkan anak. ... 35
Tabel 6 Melukai, menganiaya anak merupakan contoh kekerasan
terhadap anak.. ... 36
Tabel 7 Pemukulan, Penganiayaan yang dilakukan orangtua
terhadap anak disebabkan oleh rendahnya ekonomi keluarga ... 37
Tabel 8 Penyiksaan yang dilakukan orangtua terhadap anak
karena kurangnya pengetahuan orang tua tentang ilmu agama. ... 38
Tabel 9 Yang dimaksud kekerasan anak dalam keluarga adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan hilangnya rasa percaya diri,hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau
penderitaan psikis berat pada anak... 39
Tabel 10 Perkataan yang membuat anak tersinggung, ketakutan, tidak berdaya seperti menghina, membentak,berkata kasar secara terus terusan merupakan kekerasan
anak dalam keluarga... 40
Tabel 11 Memaksa anak untuk menguasai ilmu pengetahuan yang
tidak di sukai anak merupakan tindak kekerasan kepada anak ... 41
Tabel 12 Kekerasan terhadap anak dikarenakan oleh latar belakang
orangtua yang juga pernah mengalami kekerasan semasa kecil ... 42
Tabel 13 Membiarkan anak melihat gambar pornografi merupakan
kekerasan secara seksual dan dapat merusak mental anak ... 43
Tabel 14 Memaksa anak untuk melayani kebutuhan seksual
termasuk kekerasan pada anak ... 44
Tabel 15 Pemaksaan hubungan seksual terhadap anak dalam-
viii
lingkungan keluarga dengan orang lain untuk tujuan komersial dan atau tujuan tertentu termasuk kekerasan
pada anak ... 45
Tabel 16 Pelecehan adalah perbuatan yang dilakukan dengan cara
kata-kata dan tindakan kasar ... 46
Tabel 17 Pelecehan seksual adalah melakukan tindakan yang kasar
melalui sentuhan sampai berujung pemerkosaan ... 47
Tabel 18 Sengaja membiarkan anak terlantar tanpa diberi nafkah
merupakan salah satu contoh kekerasan terhadap anak ... 49
Tabel 19 Tidak memberikan anak pendidikan yang layak merupakan
contoh kekerasan anak secara sosial ... 50
Tabel 20 Kekerasan dalam keluarga adalah masalah internal (pribadi), orang lain tidak berhak campur tangan dalam mengatasi
kekerasan yang terjadi ... 51
Tabel 21 Kekerasan dalam rumah tangga adalah hal yang
tidak pantas diceritakan kepada orang lain ... 52
Tabel 22 Suami sebagai kepala keluarga berhak mendidik istri dan
anak dengan menggunakan tindak kekerasan ... 53
Tabel 23 penyebab terjdinya tindakan kekerasan pada anak
disebabkan oleh faktor lingkungan yang buruk ... 54
Tabel 24 Dengan berlakunya UU No. 35 tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak dapat menjamin hilangnya tindak
kekerasan pada anak... 55
Tabel 25 Dengan mengadakan sosialisasi UU No. 35 tahun 2014 Kepada masyarakat merupakan salah satu
upaya untuk mencegah tindak kekerasan terhadap anak ... 56
Tabel 26 Jika saya mengalami kekerasan dalam rumah tangga,saya
memilih untuk diam karena tidak ingin orang lain mengetahui ... 57
Tabel 27 Pemerintah wajib menyelenggarakan pelayanan
perlindungan terhadap korban kekerasan dalam keluarga ... 58
Tabel 28 Dukungan atau bantuan dari orang lain dapat
mengurangi beban pada seseorang yang mengalami kekerasan ... 59 Tabel 29 Dukungan atau bantuan untuk korban kekerasan
dalam rumah tangga cukup dari keluarga saja ... 60
Tabel 30 Dukungan atau bantuan dari tetangga, tokoh masyarakat setempat, tidak diperlukan karena
dianggap ikut campur masalah keluarga ... 61
Tabel 31 Dukungan atau bantuan dapat diperoleh dari tenaga dan
lembaga bantuan hukum ... 62
Tabel 32 Kepolisian, advokat, dan pengadilan wajib memberikan perlindungan dan pelayanan bagi
korban kekerasan dalam keluarga ... 63
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada setiap pasangan. Tak
salah jika pasangan yang telah berumah tangga belum merasa sempurna jika
belum dikaruniai seorang anak. Dan anak dianggap sebagai urat nadi bagi orang
tua dalam menyambung garis keturunan. Oleh karena itu, anak sebenarnya adalah
amanah yang diberikan Tuhan kepada setiap pasangan (suami-istri), maka
hendaklah anak dididik dengan penuh cinta dan kasih sayang, sehingga dalam
proses perkembangannya menjadi dewasa anak telah dibekali dengan aqidah dan
akhlak yang baik, mentali dan fisik yang kuat, sehingga mampu menghadapi
perkembangan zaman yang semakin maju.
Akhir-akhir ini begitu banyak disajikan berita mengenai tindakan
kekerasan terhadap anak yang terjadi di dalam lingkungan keluarga, baik melalui
media cetak dan elektronik. Dan berita ini selalu menjadi sorotan penting dalam
masyarakat. Jika diperhatikan ini berbanding terbalik dengan prinsip bahwa
keluarga merupakan wadah pertama seorang anak dalam memperoleh pendidikan
secara informal, karena keluarga merupakan wadah sebagai dasar dalam
pembentukan mental anak, sehingga sangat diharapkan keluarga mampu
menjalanka fungsinya dalam menjaga, memelihara dan mendidik serta
2
sebagai tempat mengadu setiap masalah yang dihadapinya malah mendatangkan
ketakutan bagi si anak sendiri.
Kekerasan anak selama ini sering diakaitkan dengan kekerasan kasat
mata, seperti kekerasan fisik dan seksual. Padahal, kekerasan psikis dan sosial
juga membawa dampak buruk dan permanen anak. Contohnya berita yang di
terbitkan tabloid Nova (18 November 2006) tentang seorang ayah kandung yang
memukuli anaknya hingga babak belur Sahrizal 6 Tahun di Pangkalan Brandan
Medan hanya disebabkan si anak bermain di rumah tetangganya.
Jumlah anak korban kekerasan terus meningkat dari tahun ke tahun, sesuai
data yang di umumkan Komnas Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dalam situs
resminya www.kpai.go.id kekerasan pada anak selalu meningkat setiap tahun.
Hasil pemantauan KPAI dari 2011 sampai 2014, terjadi peningkatan yang
sifnifikan. “Tahun 2011 terjadi 2178 kasus kekerasan, 2012 ada 3512 kasus, 2013
ada 4311 kasus, 2014 ada 5066 kasus.
Hal senada juga disampaikan Wakil Ketua (KPAI) Komisi Perlindungan
Anak Indonesia, Maria Advianti menyatakan, “5 kasus tertinggi dengan jumlah
kasus per bidang dari 2011 hingga april 2015. Pertama, anak berhadapan dengan
hukum hingga april 2015 tercatat 6006 kasus. Selanjutnya, kasus pengasuhan
3160 kasus, pendidikan 1764 kasus, kesehatan dan napza 1366 kasus serta
pornografi dan cybercrime 1032 kasus".
Selain itu, sambungnya, anak bisa menjadi korban ataupun pelaku
3
di lingkungan sekolah dan di lingkungan masyarakat. Hasil monitoring dan
evaluasi KPAI tahun 2012 di 9 provinsi menunjukkan bahwa 91 persen anak
menjadi korban kekerasan di lingkungan keluarga, 87.6 persen di lingkungan
sekolah dan 17.9 persen di lingkungan masyarakat. (www.kpai.go.id diakses pada
tanggal 20 Desember 2015).
Sedangkan untuk Kota Medan sendiri merupakan kab/kota di Provinsi
Sumatera Utara yang mengalami kasus kekerassan anak tertinggi. Fakta ini
bersumber dari Koordinator Divisi Anak dan Perempuan Yayasan Pusaka
Indonesia, Mitra Lubis SH yang penulis ambil dari media Online
http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2015. Mitra mengatakan “secara
keseluruhan tindak kekerasan di Sumatera Utara sepanjang tahun 2014 sebanyak
193 korban. Dari data tersebut, 93 diantaranya merupakan korban pencabulan.
"Selain pencabulan, kasus lainnya juga terjadi seperti penganiayaan sebanyak 48
korban, pemerkosaan 14 korban, pembunuhan 15 korban, penelantaran 3 korban.
Jika dirata-ratakan dari bulan Januari - Desember setiap bulannya 16 korban
terjadi kekerasan anak," paparnya.
Medan menjadi kota tertinggi terjadinya kasus kekerasan selama tahun
2014. "Kota Medan merupakan korban terbesar mencapai 61 orang, 34 kasus
diantaranya merupakan korban pencabulan dan penganiayaan. Disusul Deli
Serdang 38 korban dan langkat 18 korban. Dia menyebutkan, kasus tindak
kekerasan anak di Indonesia justru lebih banyak dilakukan oleh orang terdekat
anak, yakni yang dilakukan tetangga sebanyak 36 korban, orang tua 23 korban
4
tidak kecolongan dalam mengawasi anaknya," kata Mitra.
Sedangkan rentang usia korban, Mitra menjelaskan, berkisar antara 4 tahun - 18
tahun. Namun yang paling dominan menjadi korban adalah mereka yang berusia
13 - 18 tahun atau sebanyak 136 korban selama tahun 2014.
Akibat kondisi ini, banyak dampak negatif yang ditanggung anak sebagai korban
kekerasan. Bahkan harus ditanggung seumur hidupnya. "Kekerasan membuat
anak tidak percaya diri, juga menjadi pemurung. Lebih parahnya, korban
kekerasan bisa menjadi pelaku kekerasan," katanya.
Dari data yang dipaparkan KPAI dan Koordinator Divisi Anak dan
Perempuan Yayasan Pusaka Indonesia tersebut terbukti bahwa tindakan kekerasan
yang di alami anak dari tahun ke tahun semakin memprihatinkan. Perilaku
kekeerasan terhadap ini juga pernah terjadi di kelurahan Binjai, seperti di kutip
dari berita satu.com bahwa seorang remaja membuang bayi yang baru
dilahirkannya kedalam tong sampah. Diketahui pelaku beralamat di Kelurahan
Binjai.
Mengingat anak merupakan penerus cita-cita bangsa seharusnya anak
mendapat perlakuan yang baik, kasih sayang, perhatian dan perlindungan dalam
proses tumbuh kembangnya. Perlakuan ini menjadi syarat agar anak tumbuh dan
berkembang menjadi individu yang dapat bertanggung jawab, mandiri dan
memiliki mental yang kuat. Tetapi hal-hal tersebut sering terabaikan, ironisnya
tindakan kekerasan tersebut terjadi di dalam lingkungan keluarga yang semestinya
5
dapat berupa tindakan semena-mena yang di luar batas, yang mengakibatkan
rusaknya mental anak dan mengalami luka fisik (child abuse).
Menurut Terry. E Lawson dalam Jalu (2006 : 2) mengatakan kekerasan
pada anak (child abuse) di klasifikasikan dalam empat macam, yaitu:
1. Emosional Abuse, terjadi apabila setelah orang tua mengetahui
keinginan anaknya tetapi orang tua tersebut tidak memberikan apa yang
diinginkan anaknya. Maka anak akan mengingat kekerasan emosional
yang dirasakannya. 2. Verbal Abuse, terjadi akibat bentakan atau makian
orang tua anak. 3. Physical Abuse, terjadi pada saat anak menerima
pukulan dari orang tua (kekerasan fisik). Kekerasn ini akan terus diingat
oleh anak apalagi bila kekerasan tersebut meninggalkan bekas. 3. Sexual
abuse, terjadi pada saat anak menerima kekerasan sexual seperti tindakan
pemerkosaan.
Berbagai tindakan kekerasan fisik, penelantaran dan exploitasi masih
terus dialami oleh anak-anak. Menurut Andez (2006 : 1) kekerasan anak (diakses
pada 20 desember 2015) eksploitasi adalah perlakuan yang salah, dengan
mengamil keutungan atas diri orang lain, untuk kepentingan pribadi. Misalnya
menyuruh anak bekerja untuk membayar hutang orang tuanya atau menyuruh
anak melakukan pekerjaan ilegal seperti melibatkan anak dalam prostitusi untuk
kepentingan orang lain. Hal ini sangat bertentangan dengan UU No. 35 Tahun
6
Penderitaan psikologi akibat berbagai sikap dan tindakan
sewenang-wenang orang tua membuat mereka menjadi anak-anak yang bermasalah sehingga
mengganggu proses pertumbuhan mereka. Hal ini tidak terlepas dari semakin
kompleksnya masalah yang dihadapi anak zaman sekarang, ditambah lagi
faktor-faktor lain misalnya tayangan televisi yang menyajikan tayangan kekerasan di
layar kaca. Sebagaimana diketahui bahwa pada proses perkembangan diri seorang
anak masih dominan untuk meniru apa yang disaksikan atau di alaminya.
Dalam masyarakat seolah-olah timbul anggapan bahwa anak adalah
pribadi yang kecil dan lemah yang sepenuhnya di bawah kekuasaan orang dewasa,
sehingga orang tua merasa berhak melakukan apa saja anaknya. Kondisi ini
semakin berkembang sehingga anak sama sekali tidak boleh membantah,
mengkritik atau lainnya. Pandangan ini membuka peluang dilakukannya berbagai
penindasan dan perlakuan salah anak.
Dalam kondisi yang seperti ini tentu hak seorang anak terabaikan.
Menurut UNICEF bahwa materi hukum mengenai hak-hak anak dalam konvensi
hak anak, dapat dikelompokkan dalam empat katagori, yaitu:
1. Hak anak dalam kelangsungan hidup (Survival Right) yaitu hak yang
meliputi hak untuk melestarikan dan mempertahankan hidup dan hak
untuk memperoleh standart kesehatan yang tinggi dan perwatan yag
sebaik-baiknya. 2. Hak untuk perlindungan (protection) yatu hak-hak yang
meliputi hak perlindungan dari diskriminasi, tindak kekerasan dan
7
tumbuh kembang ( development right) yaitu hak-hak yang meliputi segala
bentuk pendidikan dan hak untuk mencapai standart hidup yang layak bagi
perkembangan fisik, mental spiritual, moral dan sosial anak. 4. Hak untuk
berpartisipasi (partisipation right) yaitu hak-hak yang meliputi hak anak
untuk menyatakan pendapat dalam segala hal yang mempengaruhi anak.
Berdasarkan observasi di lapangan yang dilakukan di Kelurahan Binjai
Kecamatan Medan Denai Kota Medan masyarakat masih belum memahami apa
sebenarnya yang dimaksud suatu perilaku/tindakan yang dikatakan sebagai
kekerasan anak. Oleh karena itu, penulis bersemangat untuk meneliti dan
mengkaji bagaimana pendapat masyarakat tentang kekerasan anak dalam
keluarga. Oleh sebab itu penulis mengambil judul : “Persepsi Masyarakat Tentang
Kekerasan Anak Dalam Keluarga di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai
Kota Medan”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Faktor-faktor dan Bentuk-bentuk kekerasan anak ( Seperti: Kekerasan
seksual, penyiksaan/pemukulan, menganiaya, menghina, dan lain
sebagainya).
b. Dampak dari kekerasan anak ( Seperti: trauma, gangguan
emosional, cacat fisik dan lain sebagainya).
8 anak dalam keluarga.
d. Persepsi masyarakat tentang kekerasan anak dalam keluarga yang
beragam.
e. Karakteristik kekerasan anak dalam keluarga.
f. Penyebab sulitnya kekerasan anak terungkap keruang publik.
g. Tingginya angka kekerasan anak yang setiap tahun meningkat.
h. Rendahnya kepedulian masyarakat tentang kekerasan anak
terutama dalam lingkungan keluarga.
C. Pembatasan Masalah
Dengan keterbatasan dan menghindari luasnya pembahasan maka penulis
membuat beberapa batasan untuk mengarahkan hasil penelitian. Adapun
pembatasan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah persepsi
masyarakat tentang kekerasan anak dalam keluarga di Kelurahan Binjai
Kecamatan Medan Denai.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana persepsi masyarakat tentang kekerasan anak
9 E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian yang ingin di
capai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang
kekerasan anak dalam keluarga.
F. Manfaat Penelitian
Dalam setiap aktifitas penelitian diharapkan menghadirkan manfaat yang
berarti bagi peneliti. Demikian juga penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi orang lain yaitu:
1. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan
bagi Pihak Kelurahan Binjai, masyarakat dan aparat penegak hukum sebagai
bahan acuan dalam mengambil langkah-langkah aktif untuk menjegah
semakin maraknya perilaku tindakan kekerasan anak.
2. Manfaat Teoritis
a. Sebagai salah satu usaha peneliti dalam mengembangkan Ilmu
Pengetahuan khususnya pada lingkup Jurusan Pendidikan Luar Sekolah
yang fokus pada masalah-masalah yang ada di masyarakat.
b. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan solusi dan bermanfaat
dalam upaya mengurangi tindakan kekerasan anak dalam keluarga.
c. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti lain jika melakukan
68
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan pembahasan pada bab sebelumnya, sebagai
bagian akhir dari pada keseluruhan proses penulisan ini dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
a. Yang dimaksud dengan kekerasan terhadap anak secara fisik adalah
segala tindakan penyiksaan, pemukulan dan penganiyaan anak dengan
atau tanpa menggunakan benda yang menimbulkan luka fisik atau
kematian pada anak.
b. Yang dimaksud dengan kekerasan terhadap anak secara psikis adalah
segala tindakan yang meliputi menghardik, menyampaikan kata-kata
kasar atau kotor, memperlihatkan gambar porno kepada anak yang
menyebabkan terganggunya mental anak berupa ketakutan, pendiam,
dan emosi tidak stabil.
c. Yang dimaksud dengan kekerasan terhadap anak secara Seksual adalah
segala tindakan berupa perlakuan yang kasar melalui sentuhan sampai
berujung pemerkosaan, pemaksaan melakukan hubungan seksual
terhadap anak untuk tujuan komersial, serta menunjukkan atau
membiarkan anak melihat gambar pornografi.
d. Yang dimaksud dengan kekerasan terhadap anak secara Sosial adalah
69
berupa: anak diasingkan dalam keluarga, tidak diberikan pendidikan
yang layak, pemaksaan anak untuk bekerja.
e. Faktor yang menyebabkan terjadinya tindak kekerasan terhadap anak
baik secara fisik, psikis, seksual dan sosial yang dilakukan oleh orang
tua yaitu diakibatkan kurangnya pengetahuan orang tua tentang ilmu
agama, rendahnya ekonomi keluarga,latar belakang orang tua yang
juga menjadi korban kekerasan di masa kecil, dan faktor lingkungan
sekitar yang buruk.
f. Salah satu upaya pencegahan terjadinya kekerasan terhadap anak
menurut responden yaitu dengan berlaku dan disosialisasikannya UU
No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak.
g. Dukungan dan bantuan kepada korban kekerasan dapat diterima tidak
hanya melalui keluarga tetapi juga dari tetangga, tokoh masyarakat
setempat, tenaga kesehatan, pekerja social, pembimbing rohani, dan
lembaga bantuan hukum.
B. Saran
Dalam menyampaikan masukan guna menyambung maksud dan
tujuan dari hasil penelitian dan pengamatan peserta analisis dapatlah
disarankan hal-hal sebagai berikut :
1. Orang tua diharapkan lebih sering berkomunikasi dengan
70
keseharianya, baik berbagai hal yang dialami anak di lingkungan
sekolah maupun di lingkungan masyarakat sekitarnya. Terjalinnya
komunikasi yang baik antara anak dan orang tua diharapkan terbentuk
hubungan batin yang kuat antara anak dan orang tua sehingga apabila
terjadi benturan keinginan dapat diselesaikan dengan komunikasi
positif, sehingga kekerasan anak dalam keluarga dapatt dihindarkan.
2. Orang tua diharapkan memiliki self control atau pengendalian diri
yang baik, yaitu apabila anak melakukan kesalahan ataupun perilaku
anak menyimpang dari keinginan orang tua, agar tidak langsung
membentak atau memukul anak, tetapi memberikan teguran dan
pengarahan dengan tetap menjaga emosi.
3. Orang tua diharapkan dapat menjadi tauladan yang baik bagi anak,
karena proses pendidikan yang pertama sekali di peroleh anak dan
berlangsung terus-menerus adalah pada lingkungan keluarga atau
informal education.
4. Tanamkan sejak dini pendidikan agama pada anak. Agama
mengajarkan moral pada anak agar berbuat baik, hal ini dimaksudkan
agar anak tersebut tidak menjadi pelaku kekerasan itu sendiri. Sesekali
bicaralah secara terbuka pada anak dan berikan dorongan pada anak
agar bicara apa adanya/berterus terang. Hal ini dimaksudkan agar
orang tua bisa mengenal anaknya dengan baik dan memberikan
bimbingan dan nasihat kepada anak, guna mempersipakan diri anak
71
5. Masyarakat diharapkan lebih peka terhadap tanda-tanda terjadinya
kekerasan anak, dan masyarakat juga harus memiliki pengetahuan
terkait perilaku kekerasan terhadap anak, sehingga timbul kesadaran
untuk mencegah dan melaporkan tindak kekerasan terhadap anak.
Bentuk pencegahan yang dilakukan adalah peningkatan pengawasan
dan penjagaan agar anak tidak memperoleh kekerasan oleh orang di
lingkungan sekitarnya baik di sekolah maupun di lingkungan
masyarakat.
6. Melaporkan kecurigaan terhadap adanya kekerasan terhadap anak
kepada pimpinan masyarakat seperti kepala lingkungan, Tokoh
masyarakat atau agama dan bisa langsung melaporkan kepada pihak
berwajib maupun kepada Komisi Perlindungan Anak Indonesia
(KPAI) untuk mencegah agar angka tindakan kekerasan anak tidak
semakin meningkat.
7. Pemerintah wajib melakukan sosialisasi dalam hal ini diwakili Kelurahan
Binjai dan program edukasi kepada semua golongan masyarakat mengenai
pencegahan kejahatan terhadap anak dan tindakan-tindakan serta hukuman
bagi pelaku. Sosialisasi akan dilakukan secara masif dan berkelanjutan.
Pemerintah wajib memberikan perhatian pada rehabilitasi anak yang
menjadi korban, terutama pendampingan secara psikologis sehingga
72
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Al-’Akk, Syekh Khalin Bin Abdul Rahman. 2006. Cara Islam Mendidik Anak, Yogyakarta: Ad-Dawa’.
Arikunto, Suharsini. 2005. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Atmasasmita, Ramli. 1997. Perlindungan Anak Indonesia. Bandung. Mandar Maju.
Effendi, Sofian. 1987. Metode Penelitian Survei. Yogyakarta. LP3ES.
Huraerah, Abu. 2005. Kekerasan Terhadap Anak. Bandung. Nuansa
Irwanto. 2001. Tindak Kekerasan Mengintai Anak-Anak. Surabaya: Lutfansah Mediantara.
Istadi, Irawati. 2005. Agar Hadiah daan Hukuman Effektif. Bekasi. Pustaka Inti.
Kisbiyah, Yayah. 2000. Melawan Kekerasan Tanpa Kekerasn. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sjarkawi. 2006. Pembentukan Kepribadian Anak (Peran Moral, Intelektual,
Emosional Dan Social Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri).
Jakarta: Bumi Aksara.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta.
73
Sobur, Alex. 1991. Anak Masa Depan. Bandung. Angkasa.
Sudjana. 1989. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Tjatta, Awaluddin. 2004. 10 Kesalahan Orang Tua dan Guru dalam Mendidik
Anak dan Solusinya. Bogor. An-Najah
Undang-Undang Republik Indonesia No.35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak.
---1995. Kamus Besar Bahas Indonesia (edisi kedua). Jakarta. Balai Pustaka.
Sumber Internet
Adjie, Shintoko. 2006. Sekilas Tentang Perlindungan Anak,
http://belajarpsikologi.com/sekilastentangperlindungananak. (Di Akses Pada Desember 2015).
Green. Defenisi Kekerasan Terhadap Anak. http://iingreen.web.id. (Di Akses Pada Desember 2015).
Indonesia, Unicef. Perlindungan Anak. www.google.com (http// www. Suararakyat.com). (Di Akses Pada Desember 2015).
Komisi Perlindungan Anak Indonesia. Data Kekerasan Terhadap Anak. http://www.kpai.go.id. (Di Akses Pada Desember 2015).
Lesmana, Andi. 2012. Defenisi anak.