PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA PADA MATERI POKOK SUHU
DAN KALOR DI KELAS X SEMESTER II SMA NEGERI 1 S I L A H I S A B U N G A N T . P 2 0 1 5 / 2 0 1 6
Oleh:
Ade Joyo Sastro Simanjorang NIM 4122121001
Program Studi Pendidikan Fisika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ii
[Type text]
RIWAYAT HIDUP
Penulis yang bernama lengkap Ade Joyo Sastro Simanjorang dilahirkan di
Silalahi (Kec. Silahisabungan, Kab. Dairi) pada tanggal 17 Maret 1994. Ayah
bernama B. Simanjorang dan Ibu bernama D. Sidabutar. Penulis merupakan anak
kedelapan dari delapan bersaudara. Pada tahun 2000 penulis masuk SD Negeri
030342 Silalahi, dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006, Penulis
melanjutkan ke SMP Negeri 1 Silahisabungan, dan lulus tahun 2009. Pada 2009,
Penulis melanjutkan sekolah ke SMA Negeri 1 Silahisabungan, dan lulus pada
tahun 2012. Pada tahun 2012, penulis di terima di program studi pendidikan
iii
PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SUHU
DAN KALOR DI KELAS X SEMESTER II SMA NEGERI 1 SILAHISABUNGAN T.P 2015/2016
ADE JOYO SASTRO SIMANJORANG ( NIM : 4122121001)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model problem based learning (PBL) terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok suhu dan kalor di kelas X semester II SMA Negeri 1 Silahisabungan T.P. 2015 / 2016. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan desain two group Pre-test dan Pos-test, Pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster random sampling dengan mengambil dua kelas dari tiga kelas yaitu kelas XMIA-1 sebagai kelas eksperimen yang berjumlah 31 orang dan kelas XMIA-2 sebagai kelas kontrol yang berjumlah 34 orang. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan Instrumen berupa Essay test sebanyak 9 soal.
Tes hasil belajar di validkan oleh validator dan juga telah di validitas ramalan pada siswa kelas XI IPA di SMA Negeri 2 Kabanjahe Kabupaten Karo. Lembar penilaian observasi untuk mengukur sikap dan keterampilan. Berdasarkan hasil penelitian di kelas eksperimen diperoleh rata-rata sikap dan keterampilan masing-masing dalam kategori baik sedangkan di kelas kontrol rata-rata persentase perkembangan sikap termasuk dalam kategori baik.
Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan uji beda (uji-t) diperoleh ada pengaruh yang signifikan penerapan model problem based learning terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok suhu dan kalor di kelas X semester II SMA Negeri 1 Silahisabungan T.P. 2015/2016.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunia-Nya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik,
skripsi berjudul “Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Suhu Dan Kalor Di Kelas X Semester II SMA
Negeri 1 Silahisabungan T.P 2015/2016”, disusun untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di jurusan fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada bapak
Alkhafi Maas Siregar, M.Si, sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal sampai dengan
selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga di sampaikan kepada
ibu Dra. Ida Wahyuni, M.Pd, bapak Purwanto, S.Si, M.Pd dan bapak Drs. Juru
Bahasa Sinuraya, M.Pd, selaku dosen pembanding yang telah memberikan
masukan dan saran-saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan
terima kasih juga penulis sampaikan kepada bapak Purwanto, S.Si, M.Pd selaku
dosen pembimbing Akademik dan, Alkhafi Maas Siregar, M.Si selaku ketua
jurusan Fisika dan bapak Drs. Juru Bahasa Sinuraya, M.Pd selaku ketua prodi
pendidikan Fisika, juga kepada seluruh bapak dan ibu dosen beserta staf dan
pegawai jurusan fisika FMIPA UNIMED yang telah banyak membantu penulis.
Ucapan terima kasih di sampaikan juga kepada Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd,
selaku dekan FMIPA Unimed. Terima kasih juga kepada ibu Ria Natalia
Pakpahan selaku guru bidang studi fisika yang telah banyak membantu dan
membimbing penulis selama penelitian dan bapak Drs. Sadiman Sigiro, M.Si
selaku kepala sekolah SMA Negeri 1 Silahisabungan atas ijin penelitian yang
diberikan.
Teristimewa penulis sampaikan terima kasih kepada Ayahanda Bulat
Simanjorang dan Ibunda Delphi Sidabutar yang selalu memberikan dorongan,
doa, semangat dan dana kepada saya selama menyelesaikan studi di Unimed, juga
v
kasih kepada teman terbaik saya Benny F.J sinaga, Joko Enuari Harefa, Erisal
Siburian, S.Pd, Sondang E Hutapea, S.Pd, Mustika Pasaribu, S.Pd, Veronicawaty
Sinaga, S.Pd, Melisa Simarmata, S.Pd yang selalu memberi semangat serta
masukan kepada saya mulai dari penyusunan sampai dengan selesainya skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga kepada semua teman saya di pendidikan fisika kelas Dik
C 2012 khususnya Eka Murtiningsih, S.Pd yang telah banyak membantu dan
memberikan dorongan sampai skripsi ini selesai. Untuk abang-abangan juga saya
ucapkan terima kasih khususnya bang Iwan Hutagalung, S.Si, Randi Sidabariba,
S.Si yang selalu membantu dan selalu sama-sama dalam pengerjaan skripsi ini
sampai ujian sidang meja hijau. Yang teristimewa untuk adek saya Rini F zega,
Nadia Natasya Perangin-angin dan Nova Srydevi Simanjorang yang telah
memberikan semangat dan dorongan kepada saya sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik. Terima kasih juga untuk teman-teman yang tidak
sempat disebutkan namanya.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi
ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari isi maupun tata
bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi
sempurnanya skripsi ini. Kiranya isi skripsi ini memperkaya khasanah ilmu
pendidikan kita.
Medan, 2016
Penulis
vi
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Indentifikasi Masalah 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10
2.1. Kerangka Teoritis 10
2.1.1 Pengertian Belajar 10
2.1.2 Hasil Belajar (Aspek pengetahuan, Sikap, Keterampilan 11
2.1.3 Model Problem based learning (PBL) 16
2.1.4 Model Pembelajaran Konvensional (Pembelajaran Langsung) 22
2.1.5 Materi Pembelajaran 23
2.2 Kerangka Konseptual 38
2.3 Hipotesis Penelitian 39
BAB III METODE PENELITIAN 40
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 40
3.6.3 Validitas Ramalan 46
3.7 Teknik Analisis Data 49
3.7.1 Uji Normalitas 49
3.7.2 Uji Homogenitas 50
3.7.3 Uji kesamaan rata-rata pretest dua pihak 51
vii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 54
4.1 Hasil Penelitian 54
4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian 54
4.1.2 Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 54 4.1.3 Persyaratan Pengujian Hipotesis Data Pretes 56
4.1.3.1 Uji Normalitas Data Pretes 56
4.1.3.2 Uji Homogenitas Data Pretes 56
4.1.3.3 Uji Kesamaan Rata-Rata Pretes 57
4.1.4 Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 57 4.1.5 Persyaratan Pengujian Hipotesis Data Postes 59
4.1.5.1 Uji Normalitas Data Postes 59
4.1.5.2 Uji Homogenitas Data Postes 59
4.1.5.3 Uji Kesamaan Rata-Rata Postes 60
4.1.6 Observasi 61
4.1.6.1 Penilaian Sikap 61
4.1.6.2 Penilaian Ketrampilan 62
4.1.7 Pembahasan Hasil Penelitian 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 69
5.1 Kesimpulan 69
5.2 Saran 69
viii
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 2.1. Skala Berbagai Termometer 24
Gambar 2.2. Pemuaian Panjang 25
Gambar 2.3. Pemuaian Luas 26
Gambar 2.4. Pemuaian Volume 27
Gambar 2.5. Grafik antara tekanan dan volume gas pada suhu konstan 29
Gambar 2.6. Kalor Berbentuk energi yang berpindah 31
Gambar 2.7. Peristiwa Perubahan Wujud 34
Gambar 2.8. Perpindahan kalor secara konvensi 37
Gambar 3.1. Skema Rancangan Penelitian 44
Gambar 4.1. Diagram batang data pretes kelas eksperimen dan kontrol 55
Gambar 4.2. Diagram batang data postes kelas eksperimen dan kontrol 58
Gambar 4.3. Diagram batang rata-rata persentase penilaian sikap 61
ix
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 2.1. Dimensi Proses pengetahuan 12
Tabel 2.2. Sintaks Problem based learning (PBL) 19
Tabel 2.3. Beberapa hasil penelitian terdahulu 21
Tabel 2.4. Konversi Skala Termometer 24
Tabel 2.5. Koefisien Pemuaian Berbagai Zat 26
Tabel 2.6. Sifat – Sifat Wujud Zat 33
Tabel 2.7. Perubahan Wujud Zat 34
Tabel 3.1. Two group pretest - postest design 41
Tabel 3.2. Spesifikasi Tes Hasil Belajar 45
Tabel 3.3. Kategori Ketuntasan Penugasan Materi Pelajaran 46
Tabel 4.1. Tabel data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol 55
Tabel 4.2. Tabel uji normalitas data pretes 56
Tabel 4.3. Tabel uji homogenitas data pretes 56
Tabel 4.4. Tabel ringkasan perhitungan uji t pretes 57
Tabel 4.5. Tabel data postes kelas eksperimen dan kelas kontrol 58
Tabel 4.6. Tabel uji normalitas data postes 59
Tabel 4.7. Table uji homogenitas data postes 59
Tabel 4.8. Tabel ringkasan perhitungan uji t postes 60
Tabel 4.9. Tabel penilaian sikap kelas eksperimen dan kelas control 61
x
DAFTAR LAMPIRAN
halaman Lampiran 1 RPP Kelas Eksperimen Dan Kontrol 73
Lampiran 2 Lembar Kerja siswa (LKS) 128
Lampiran 3 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian 138
Lampiran 4 Tes Hasil Belajar 146
Lampiran 5 Validitas Perangkat Instrumen oleh Validator 149
Lampiran 6 Tabel Validitas Tes 156
Lampiran 7 Perhitungan Validitas Tes 159
Lampiran 8 Tabel Reliabilitas Tes 161
Lampiran 9 Perhitungan Reliabilitas Tes 164
Lampiran 10 Tabel Tingkat Kesukaran Tes 166
Lampiran 11 Perhitungan Tingkat Kesukaran Tes 168
Lampiran 12 Tabel Daya Beda Tes 169
Lampiran 13 Perhitungan Daya Beda Tes 172
Lampiran 14 Distribusi Hasil Pretes Kelas Eksperimen 174
Lampiran 15 Distribusi Hasil Postes Kelas Eksperimen 175
Lampiran 16 Distribusi Hasil Pretes Kelas Kontrol 176
Lampiran 17 Distribusi Hasil Postes Kelas Kontrol 177 Lampiran 18 Perhitungan Rata-Rata, Varians, dan Standar Deviasi 178
Lampiran 19 Perhitungan Uji Normalitas 180
Lampiran 20 Perhitungan Uji Homogenitas 184
Lampiran 21 Perhitungan Uji Hipotesis 187
Lampiran 22 Dokumentasi Penelitian 193
Lampiran 23 Lembar Penilaian Sikap Siswa 198
Lampiran 24 Lembar Penilaian Keterampilan Siswa Kelas Eksperimen 214
Lampiran 25 Daftar Nilai Kritis Untuk Uji Liliefors 222
Lampiran 26 Tabel Wilayah Luas di Dawah Kurva Normal 0 Ke z 223
Lampiran 27 Daftar Nilai presentil Untuk Distribusi F 224 Lampiran 28 Daftar Nilai presentil Untuk Distribusi t 226
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan bagian integral dari pembangunan. Proses pendidikan
tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan
dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas dan
pembangunan sektor ekonomi yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan dan
berlangsung dengan berbarengan. Berbicara tentang proses pendidikan sudah tentu
tidak dapat dipisahkan dengan semua upaya yang harus dilakukan untuk
mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas, manusia yang berkualitas
itu dilihat dari segi pendidikan, telah terkandung secara jelas dalam tujuan pendidikan
nasional ( Hamalik, 1994).
Pendidikan saat ini seharusnya membentuk siswa yang dapat menghadapi era
globalisasi, masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi informasi, konvergensi
ilmu dan teknologi, ekonomi berbasis pengetahuan, kebangkitan industri kreatif dan
budaya, pergeseran kekuatan ekonomi dunia, serta pengaruh dan imbas teknologi
berbasis sains. Siswa harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang memadai serta
menguasai teknologi informasi dalam kancah globalisasi dan persainagn dalam kerja.
Ketrampilan berpikir kreatif dan inovatif dibutuhkan dalam upaya mengembangkan
ilmu, teknologi dan seni.
Siswa harus dibekali dengan kemampuan untuk belajar sepanjang hayat,
belajar dari aneka sumber, belajar bekerja sama, beradaptasi dan menyelesaikan
masalah. Oleh sebab itu paradigma pembelajaran harus diubah karena pembelajaran
tradisional yang fokus pada penguasaan materi tidak dapat digunakan untuk
2
pembelajaran harus bergeser menjadi perancang pembelajaran agar siswa aktif
mencari pengetahuan baru dan fasilitator atau mediator untuk belajar.
Bangsa yang hebat adalah bangsa yang memiliki kualitas sumber daya
manusia yang cerdas dan memiliki daya saing yang tinggi. Pendidikan merupakan
salah satu elemen yang sangat penting dalam mendukung pemerintah untuk
mewujudkan cita-cita tersebut. Hal ini dapat kita lihat dari realitas yang berkembang
sekarang ini bahwa pendidikan seseorang sangat berpengaruh terhadap daya pikir dan
tingkat kesejahteraan seseorang.
Pendidikan merupakan pilar atau sentral utama berdirinya suatu negara atau
bangsa yang mana kualitas sumber daya manusia suatu negara akan lebih maju dan
eksis di mata dunia. Keberhasilan pembangunan suatu negara ditentukan oleh
keberadaan sumber daya manusia yang berkualitas yang dihasilkan antara lain juga
melewati pendidikan yang berkualitas. Tetapi di Indonesia ini masih banyak
masyarakat yang terlantar mendapat pendidikan. Dinas pendidikan menengah tinggi
mencatat bahwa angka putus sekolah mencapai 8.233 anak, berdasarkan hasil
observasi langsung seperti dijalanan, terminal bus kota serta pusat-pusat pertokoan
(Amri, 2013).
Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) yaitu
masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini tampak dari rata – rata hasil belajar
peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya
merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvesional dan tidak
menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya
belajar itu. Dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran hingga kini
masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk
berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berfikirnya. Pada
pembelajaran ini suasana kelas cenderung Teacher Centered sehingga siswa menjadi
3
memerlukan alat dan bahan praktik, cukup menjelaskan konsep – konsep yang ada
pada buku ajar atau referensi lain (Trianto, 2009).
Kenyataan ini sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan peneliti di SMA
Negeri 1 Silahisabungan pada desember 2015 dengan memberikan instrumen berupa
angket dan tes kemampuan berpikir kepada 30 siswa. Dari hasil tes kemaampuan
berpikir peneliti membagikan instrument berupa soal sebanyak 10 dalam bentuk
essay test. Dari hasil tersebut diperoleh hanya terdapat 12 orang (40%) yang
mencapai nilai yang bagus atau sesuai dengan kriteria keetuntasaan minimal (KKM)
yaitu 70 dan selebihnya ada 18 orang (60%) hanya mencapai nilai dibawah KKM.
siswa beranggapan bahwa pelajaran fisika itu sulit (50%), dengan alasan terlalu
banyak penggunaan rumus yang membingungkan untuk diselesaikan, selain itu
jarangnya siswa membaca buku panduan fisika menjadi alasan tersendiri siswa
menganggap fisika itu sulit. Di dalam proses pembelajaran siswa jarang sekali
bertanya dan mengungkapkan pendapat mereka kepada guru, sebesar 80% siswa
mengatakan demikian. Mereka cenderung acuh kepada guru di dalam kelas, dan
jarang sekali mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang sedang
dipelajari. Hal itu disebabkan karena mereka kurang mengerti dengan materi yang
diajarkan dan juga takut untuk bertanya dan mengajukan pendapat kepada guru.
Kurangnya sarana dan prasaarana menjadi alasan tersendiri untuk guru tidak
melakukan praktikum. Pada umumnya siswa menginginkan pembelajaran dengan
penggunaan metode demonstari atau praktikum karena rasa ingin tahu siswa besar
dan juga ingin melakukan pembuktian konsep dan fakta materi fisika. Sedangkan
selama ini pembelajaran yang dilakukan guru di dalam kelas hanya memberikan
materi dan membahas soal-soal sehingga kurangnya keterlibatan siswa secara aktif
dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa sebesar 20%
yang sering bertanya dan merespon kegiatan guru. Berdasarkan hasil wawancara
dengan guru fisika di sekolah tersebut respon/minat siswa terhadap mata pelajaran
4
siswa, hanya sebagian kecil siswa yang lulus Ujian Tengah Semester T.A. 2015/2016
dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 70 atau 2,66 (B-) dalam kurikulum
2013.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama praktek kerja lapangan di SMA
Negeri 2 Kabanjahe di sekolah tersebut menggunakan model pembelajaran yang tidak
bervariasi selama proses pembelajaran. Guru hanya menyampaikan materi dan
penugasan yang mana membuat guru aktif dan siswa menjadi pasif, meskipun
sekolah tersebut telah menggunakan kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik
namun guru selalu memakai pola pengajaran yang sama sehingga timbul rasa malas
dan jenuh pada diri siswa. Selain itu juga disebabkan oleh faktor dimana siswa
beranggapan bahwa pelajaran fisika itu sulit karena banyak akan rumus-rumus yang
membingungkan untuk di selesaikan dan guru juga tidak pernah bercerita bagaimana
hubungan fisika dalam kehidupan sehari – hari sehingga siswa tidak menyukai
pelajaran fisika. Selain itu, selama melakukan proses pembelajaran guru tidak pernah
menuntut siswa agar dapat mengerti materi yang telah disampaikan dan lanjut ke
materi berikutnya.
Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut sangat diperlukan
perubahan pendekatan, metode, dan model pembelajaran yang sedemikian rupa
sehingga menimbulkan minat dan ketertarikan siswa untuk belajar dalam arti yang
sesungguhnya. Dimana untuk dapat menciptakan pembelajaran yang efektif, seorang
guru diharapkan untuk memahami kategori pengetahuan, yaitu fakta yang mana guru
melakukan percobaan pada materi pelajaran sehingga dapat dibuktikan, konsep
dimana guru hanya menjelaskan materi pelajaran tanpa melakukan praktikum,
prosedur dimana guru menyampaikan materi dengan adanya prosedur yang jelas, dan
metakognitif dimana guru dapat berfikir secara umum tentang materi yang diajarkan.
Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang ditempuh oleh guru dan
siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran merupakan
aktivitas guru dalam memilih kegiatan pembelajaran. Dalam mengajar guru harus
5
antara lain pendekatan yang berpusat pada guru dan berpusat pada siswa (Istarani,
2011). Tapi pada implementasi Kurikulum 2013, dikenal satu pendekatan lagi yang
seharusnya diterapkan di sekolah-sekolah, yaitu pendekatan saintifik. Adapun
pendekatan saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang menuntut siswa agar aktif
dan berfikir kritis serta kreatif dalam pembelajaran karena pendekatan ilmiah dalam
pembelajaran semua mata pelajaran meliputi menggali informasi melalui proses
mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.
Selanjutnya metode adalah cara-cara penyajian bahan pelajaran yang akan
digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran baik secara individual
atau pun kelompok. Beberapa contoh metode pembelajaran antara lain metode
ceramah, diskusi, penugasan, Tanya jawab, dan eksperimen.
Dan yang terakhir yaitu model pembelajaran, model diartikan sebagai
kerangka konseptual yang digunakan guru sebagai pedoman acuan untuk melakukan
suatu kegiatan. Joyce (1992) mengemukakan, model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan
perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-uku, film, computer,
kurikulum, dan lain-lain (Trianto, 2009).
Berdasarkan uraian masalah diatas, perlu diterapkan suatu model
pembelajaran yang sesuai dan mampu meningkatkan hasil belajar fisika siswa. Salah
satu alternatif model pembelajaran yang memungkinkan diterapkan adalah model
Problem Based Learning (PBL). Model PBL merupakan pendekatan yang efektif
untuk pengajaran proses berfikir kritis (Trianto, 2009). Model pembelajaran PBL ini
melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang
berorientasi pada masalah autentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang
6
Menurut Arends (2008), model PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran di
mana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk
menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan
berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Selain
itu Finkle dan Torp (dalam Shoimin, 2014), menyatakan bahwa Problem Based
Learning (PBL) merupakan pengembangan kurikulum dan sistem pengajaran yang
mengembangkan secara simultan strategi pemecahan masalah dan dasar-dasar
pengetahuan dan keterampilan dengan menempatkan para peserta didik dalam peran
aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari yang tidak terstruktur dengan baik.
Model pembelajaran berbasis masalah juga merupakan salah satu model
pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang melibatkan
siswa untuk menyelesaikan suatu masalah melalui tahap – tahap metode ilmiah.
Model PBL ini memiliki kelebihan untuk mendorong siswa agar memiliki
kemampuan memecahkan masalah dalam situasi nyata dimana masalah – masalah
pada PBL berhubungan dengan kehidupan sehari – hari dan dapat membantu
mengatasi kesulitan siswa dalam pemecahan masalah , yaitu mengarahkan dan
menolong siswa dalam menanamkan pengetahuan baru melalui penyajian
masalah-masalah yang memerlukan berpikir tingkat tinggi. Melalui masalah-masalah-masalah-masalah yang
disajikan, model PBL juga dapat membantu siswa mengingat dan menghubungkan
pengetahuan lama dengan materi yang baru dipelajari sehingga dapat ditemukan
konsep yang sebenarnya.
Penerapan Model pembelajaran PBL ini sudah pernah diteliti oleh beberapa
peneliti sebelumnya seperti Elviarni dan Harzaini (2011) dengan judul “Penaruh
penggunaan model PBL secara kooperatif terhadap hasil belajar fisika siswa di
SMK-Tr Raksana Medan” dengan hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh
penerapan model PBL terhadap peningkatan hasil belajar siswa SMK-Tr Raksana
Medan. Selain itu dapat pula disimpulkan bahwa penerapan model PBL lebih baik
7
dengan nilai thitung 67,12> ttabel 1,697. Penelitian tersebut terbukti dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Karena itu penelitian ini penting untuk dilakukan agar terjadi perubahan yang
baik dalam proses pembelajaran dan berguna untuk guru jika nantinya menerapkan
model pembelajaran yang sama.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka yang menjadi
identifikasi dalam penelitian ini adalah :
1. Pembelajaran yang digunakan masih berpusat pada guru (teacher center).
2. Kurangnya sarana dan prasarana laboratorium.
3. Kurangnya minat siswa dalam pelajaran fisika.
4. Keaktifan siswa dalam pelajaran fisika masih rendah.
5. Rendahnya hasil belajar fisika siwa.
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka penulis membatasi masalah ini
yaitu :
1. Model pembelajaran yang digunakan adala model Problem Based Learning
(PBL).
2. Materi yang digunakan dalam penelitian adalah Suhu dan Kalor.
3. Subjek yang diteliti adalah siswa kelas X semester II SMA Negeri 1
8
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah :
1. Bagaimana hasil belajar siswa dengan menggunakan model Problem Based
Learning (PBL) pada materi pokok Suhu dan Kalor di kelas X semester II
SMA Negeri 1 Silahisabungan T.P 2015/2016 ?
2. Bagaimana hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran
konvensional pada materi pokok Suhu dan Kalor di kelas X semester II SMA
Negeri 1 Silahisabungan T.P 2015/2016?
3. Bagaimana pengaruh model Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil
belajar siswa pada materi pokok Suhu dan Kalor di kelas X semester II SMA
Negeri 1 Silahisabungan T.P 2015/2016?
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan model Problem
Based Learning (PBL) pada materi pokok Suhu dan Kalor di kelas X semester
II SMA Negeri 1 Silahisabungan T.P 2015/2016.
2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran
konvensional pada materi pokok Suhu dan Kalor di kelas X semester II SMA
Negeri 1 Silahisabungan T.P 2015/2016.
3. Untuk mengetahui pengaruh model Problem Based Learning (PBL) terhadap
hasil belajar siswa pada materi pokok Suhu dan Kalor di kelas X semester II
9
1.6 Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini selesai dilaksanakan maka manfaat yang diharapkan dari
penelitian ini adalah :
1. Menambah pengetahuan dan memperluas wawasan penulis tentang model
Problem based learning yang dapat digunakan nantinya dalam mengajar.
2. Bahan referensi yang dapat digunakan untuk melakukan penelitian lanjutan
bagi peneliti selanjutnya.
3. Sebagai bahan informasi bagi guru fisika untuk memilih model pembelajaran
yang lebih baik dan tepat dalam proses belajar mengajar.
1.7 Definisi Operasional
1. Model Pembelajaran adalah pola yang digunakan untuk penyusunan
kurikulum, pengaturan materi dan memberi petunjuk kepada guru di kela.
Dengan kata lain, model pembelajaran ialah pola yang dipergunakan sebagai
pedoman dalam perencanaan pembelajaran di kelas (Supriyono, 2009).
2. Model pembelajaran Problem Based Learning adalah model pembelajaran
dimana diharapkan pada suatu kondisi bermasalah untuk itu ia harus
menemukan sejumlah strategi untuk dapat memecahkan masalah tersebut
(Ramayulis, 2005).
3. Hasil belajar adalah terbentuknya konsep yaitu kategori yang kita berikan
padaa stimulus yang ada di lingkungan yang menyediakan skema yang
terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus-stimulus baru dan menentukan
69 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari hasil analisa data dan
pengujian hipotesis maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hasil belajar siswa dengan menggunakan model problem based learning
(PBL) pada materi pokok suhu dan kalor di kelas X semester II SMA
Negeri 1 Silahisabungan T.P 2015/2016 termasuk kategori B karena diatas
nilai KKM yaitu sebesar 73,13.
2. Hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional
(model pembelajaran langsung) pada materi pokok suhu dan kalor di kelas
X semester SMA Negeri 1 Silahisabungan T.P 2015/2016 termasuk
kategori C karena tidak mencapai nilai KKM yaitu sebesar 69.
3.
Ada Pengaruh akibat perbedaan model problem based learning (PBL)dengan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar siswa pada
materi pokok suhu dan kalor di kelas X SMA Negeri 1 Silahisabungan T.P
2015/2016 dengan thitung >ttabel yaitu 2,01 > 1,67 pada taraf siginifikan
α = 0,05.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan dalam penelitian ini, maka peneliti
mempunyai beberapa saran, yaitu:
1. Pada penelitian ini peneliti masih mengalami kekurangan yaitu pada alat
sehingga waktu yang digunakan untuk praktikum masih kurang. Pada
peneliti selanjutnya yang akan meneliti dengan materi yang sama
sebaiknya mengecek alat dan bahan terlebih dahulu sehingga bisa
70
2. Pada proses pembelajaran berlangsung disarankan kepada peneliti
selanjutnya yang ingin meneliti dengan model dan materi yang sama agar
lebih dapat memberikan masalah yang lebih menarik sehingga siswa dapat
lebih aktif dalam proses belajar.
3. Pada proses pembelajaran yaitu pada saat pembagian kelompok untuk
pelaksanaan praktikum sebaiknya peneliti selanjutnya lebih meratakan
berdasarkan nilai siswa, sehingga tidak ada kelompok yang pandai semua
dan kurang pandai semua.
4. Kepada peneliti selanjutnya hendaknya membuat perencanaan yang lebih
baik dalam pengorganisasian kelompok, sebaiknya jumlah siswa dalam
setiap kelompok cukup 3-4 orang saja agar semua aktif dalam melakukan
71
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, F. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Berbasis Eksperimen Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi pokok Listrik Dinamis Di Kelas X SMA Negeri 4 Tebing Tinggi T.P 2012/2013. Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.
Amri, S. (2013). Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Jakarta : PT Prestasi Pustakaraya
Anderson, L.W., Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for learning Theaching and assesing, A revision of bloom’s, Taxonomy of education objective, Addition Wesly, New York.
Arends, R.I. (2008). Learning to teach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Djamarah, Z. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta
Gultom, S. (2014). Penilaian hasil proses belajar mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Elviarni, Harzaini, O.( 2011). Pengaruh penggunaan metode PBL secara koperatif terhadap hasil belajar fisika siswa di smk-TR Raksana Medan, Jurnal pendidikan, Medan.
Hamalik, O. (2013). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Istarani. (2011). 58 model pembelajaran inovatif. Medan: Media persada
Joyce, B., Weil, M., dan Calhoun, E. (2009). Models Of Teaching. Yogyakarta: Percetakan Pustaka Belajar
Purwanto. (2008). Evaluasi Hasil Belajar. Pustaka Pelajar, Surakarta.
Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta, Bandung.
Shoimin, A. (2014). 68 Model pembelajaran inovatif dalam kurikulum 2013. AR-RUZZ Media, Yogyakarta.
Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Supiyanto. (2007). Fisika Untuk SMA kelas X. Phibeta, Jakarta.
Surya, Y. (1996). Olimpiade Fisika SMU Kelas 2. Primatika, Jakarta.
72
Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.