• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Faktor Predisposisi, Pemungkin, dan Kebutuhan Terhadap Pemanfaatan Puskesmas 24 Jam Di Kecamatan Pamatang Silimahuta Kabupaten Simalungun Tahun 2014”,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Faktor Predisposisi, Pemungkin, dan Kebutuhan Terhadap Pemanfaatan Puskesmas 24 Jam Di Kecamatan Pamatang Silimahuta Kabupaten Simalungun Tahun 2014”,"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

HOTMAIDA.S SINAGA NIM. 111021132

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, PEMUNGKIN DAN KEBUTUHAN TERHADAP PEMANFAATAN PUSKESMAS 24 JAM DI KECAMATAN

PAMATANG SILIMAHUTA KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

HOTMAIDA.S SINAGA NIM. 111021132

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

Simalungun sejak tahun 2011 diberlakukan kebijakan puskesmas 24 jam, namun sejak diberlakukannya kebijakan tersebut pemanfaatan puskesmas oleh penduduk masih sekitar 38,50% tidak jauh berbeda dengan sebelum diberlakukannya puskesmas 24 jam dengan target indikator kinerja sebesar 40%.

Jenis penelitian ini menggunakan tipe explanatory yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh faktor predisposisi, pemungkin dan kebutuhan terhadap pemanfaatan puskesmas 24 jam di Kecamatan Pamatang Silimahuta Kabupaten Simalungun Tahun 2014. Populasi adalah seluruh kepala keluarga yang berada di Desa Tigaraja, Desa Naga Saribu dan Desa Saribu Jandi. Sampel berjumlah 90 orang diambil dengan teknik simple random sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik berganda pada α=0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap pemanfaatan puskesmas 24 jam adalah variabel sikap, variabel informasi, dan variabel kondisi kesehatan. Variabel pekerjaan, pendapatan, pengetahuan, dan keterjangkauan tidak memiliki pengaruh terhadap pemanfaatan puskesmas 24 jam di Kecamatan Pamatang Silimahuta Kabupaten Simalungun.

Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun untuk memberikan informasi kepada masyarakat sehingga terjadi peningkatan pengetahuan masyarakat tentang adanya pelayanan puskesmas 24 jam. Diharapkan kepada tenaga kesehatan Puskesmas Pamatang Silimahuta memberi informasi tentang program puskesmas 24 jam dan benar-benar menerapkan puskesmas 24 jam dengan adanya tenaga kesehatan yang berjaga selama 24 jam di puskesmas, supaya minat masyarakat memanfaatkan puskesmas 24 jam semakin meningkat.

(5)

for providing the first level of health service. In Simalungun District, the policy to activate puskesmas in 24 hours was made in 2011, but since then the use of puskesmas by people has only covered 38.50%; it is not far from the condition before the policy was made with the target of work performance was 40%.

The research used explanatory type which was aimed to explain the influence of the factors of predisposition, possibility, and need on the use of 24-hour puskesmas in Pamatang Silimahuta Subdistrict, Simalungun District, in 2014. The population was all families who lived at Tigaraja village, Naga Saribu village, and Saribu Jandi village. The samples consisted of 90 respondents, taken by using simple random sampling technique. The data were gathered by using questionnaires and analyzed by

using multiple logistic regression tests at α = 0.05.

The result of the research showed that the variables which influenced the use of 24-hour puskesmas were the variable of attitude, the variable of information, and the variable of health condition. The variables of occupation, income, knowledge, and accessibility did not have any influence on the use of 24-hour puskesmas in Pamatang Silimahuta Subdistrict, Simalungun District.

It is recommended that the Health Service of Simalungun District provide information to people in order to increase their knowledge about the existence of 24-hour puskesmas service. It is also recommended that health care providers at Pamatang Silimahuta Puskesmas provide information about and implement the 24-hour puskesmas program by standing on guard for 24 hours so that people’s interest in using 24-hour puskesmas increases.

(6)

Nama : Hotmaida Sarmauli Sinaga Tempat/Tanggal lahir : Tiga Raja, 29 Januari 1987 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Anak ke : 6 dari 7 bersaudara

Nama Ayah : D. Sinaga

Nama Ibu : P. br. Simarmata

Alamat : Tiga Raja, Kecamatan Pamatang Silimahuta Kabupaten Simalungun

Pendidikan

Tahun 1993-1999 : Tamat SD Negeri 2 Nagasaribu

Tahun 1999-2002 : Tamat SLTP Swasta Bunda Mulia Saribudolok Tahun 2002-2005 : Tamat SMU Negeri 1 Saribudolok

Tahun 2006-2009 : D-III Keperawatan STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2011-2014 : Mengikuti Perkuliahan di Fakultas Kesehatan

(7)

melimpahkan segala berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Faktor Predisposisi, Pemungkin, dan Kebutuhan Terhadap Pemanfaatan Puskesmas 24 Jam Di Kecamatan Pamatang Silimahuta Kabupaten Simalungun Tahun 2014”, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak, terutama kepada Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku dosen Pembimbing I dan dr. Rusmalawati, M.Kes selaku dosen Pembimbing II yang selalu memberikan masukan dan bimbingannya dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(8)

dukungan dan bimbingan selama penulis menjalani pendidikan.

4. Asfriyati, SKM, M.Kes selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan banyak bimbingan dan nasehat selama penulis mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

5. Para Dosen dan staf di lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat khususnya Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.

6. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun beserta seluruh Stafnya yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Kecamatan Pamatang Silimahuta.

7. Kepala Puskesmas Pamatang Silimahuta beserta seluruh stafnya yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian di Kecamatan Pamatang Silimahuta. Terkhusus kepada kakanda Henri Ginting, AMkes yang telah memberikan kemudahan untuk mendapatkan survey pendahuluan dan memberikan masukan.

(9)

10.Teristimewa kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda D.Sinaga dan Ibunda P.Br Simarmata serta keluarga besar saya yang selalu memberikan doa, kasih sayang serta dukungan baik moril maupun materil.

11.Teman-teman angkatan 2011 (Ekstensi) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Terkhusus kepada teman-teman dan kakak-kakak Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

12.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu dan memberikan semangat serta doa kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari para pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan bagi para pembaca.

Medan, Juni 2014 Penulis

(10)

ABSTRAK ... ii

(11)

3.5.2 Variabel Independen ... 30

4.2.1 Deskripsi Karakteristik Responden ... 38

4.2.2 Deskripsi Faktor Predisposisi... 39

4.2.2.1 Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 40

4.2.2.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 40

4.2.2.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Pengetahuan ... 40

4.2.2.4 Deskripsi Responden Berdasarkan Sikap ... 42

4.2.3 Faktor Pemungkin ... 45

4.2.3.1 Deskripsi Responden Berdasarkan Pendapatan ... 45

4.2.3.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Informasi ... 45

4.2.3.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Keterjangkauan ... 47

4.2.4 Faktor Kebutuhan ... 49

4.2.4.1 Deskripsi Responden Berdasarkan Kondisi Kesehatan ... 49

4.2.5 Pemanfaatan Puskesmas 24 Jam ... 51

4.3 Analisis Bivariat ... 52

4.4 Analisis Multivariat ... 59

BAB V PEMBAHASAN ... 61

5.1 Variabel yang Memengaruhi Pemanfaatan Puskesmas 24 Jam ... 61

5.1.1 Variabel Sikap ... 61

5.1.2 Variabel Informasi ... 63

(12)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 69 6.1 Kesimpulan ... 69 6.2 Saran ... 70 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1. Lembar Kuesioner Penelitian 2. Hasil Uji Statisktik

3. Daftar Nama Kepala Keluarga Penduduk Kecamatan Pamatang Silimahuta 4. Peta Kecamatan Silimahuta

(13)

Tabel 3.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Metode Proposional Simple Random Sampling di Kecamatan

Pamatang Silimahuta Tahun 2014 ... 29 Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Kecamatan Pamatang Silimahuta

Kabupaten Simalungun Berdasarkan Jenis Kelamin ... 37 Tabel 4.2 Jenis Sarana Kesehatan di Kecamatan Pamatang Silimahuta

Kabupaten Simalungun ... 38 Tabel 4.3 Jenis Tenaga Kesehatan di Kecamatan Pamatang

Silimahuta Kabupaten Simalungun ... 38 Tabel 4.4 Distribusi Kategori Responden berdasarkan Umur, Jumlah

Anggota Keluarga dan Status Perkawinan ... 39 Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di

Kecamatan Pamatang Silimahuta ... 40 Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pekerjaan

di Kecamatan Pamatang Silimahuta ... 40 Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan

di Kecamatan Pamatang Silimahuta ... 41 Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan

di Kecamatan Pamatang Silimahuta ... 42 Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap di Kecamatan

Pamatang Silimahuta ... 43 Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap

di Kecamatan Pamatang Silimahuta ... 44 Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pendapatan

(14)

Tabel 4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Keterjangkauan

di Kecamatan Pamatang Silimahuta ... 48 Tabel 4.15 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Keterjangkauan

di Kecamatan Pamatang Silimahuta ... 49 Tabel 4.16 Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Kesehatan

di Kecamatan Pamatang Silimahuta ... 50 Tabel 4.17 Disribusi Responden Berdasarkan Kategori Kondisi

Kesehatan di Kecamatan Pamatang Silimahuta ... 51 Tabel 4.18 Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Puskesmas

24 Jam di Kecamatan Pamatang Silimahuta ... 51 Tabel 4.19 Hubungan Pendidikan dengan Pemanfaatan Puskesmas

24 Jam di Kecamatan Pamatang Silimahuta Tahun 2014 ... 53 Tabel 4.20 Hubungan Pekerjaan dengan Pemanfaatan Puskesmas

24 Jam di Kecamatan Pamatang Silimahuta Tahun 2014 ... 53 Tabel 4.21 Hubungan Pendapatan dengan Pemanfaatan Puskesmas

24 Jam di Kecamatan Pamatang Silimahuta Tahun 2014 ... 54 Tabel 4.22 Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfaatan Puskesmas

24 Jam di Kecamatan Pamatang Silimahuta Tahun 2014 ... 55 Tabel 4.23 Hubungan Sikap dengan Pemanfaatan Puskesmas 24 Jam

di Kecamatan Pamatang Silimahuta Tahun 2014 ... 56 Tabel 4.24 Hubungan Informasi dengan Pemanfaatan Puskesmas

24 Jam di Kecamatan Pamatang Silimahuta Tahun 2014 ... 57 Tabel 4.25 Hubungan Keterjangkauan dengan Pemanfaatan Puskesmas

(15)
(16)
(17)

Simalungun sejak tahun 2011 diberlakukan kebijakan puskesmas 24 jam, namun sejak diberlakukannya kebijakan tersebut pemanfaatan puskesmas oleh penduduk masih sekitar 38,50% tidak jauh berbeda dengan sebelum diberlakukannya puskesmas 24 jam dengan target indikator kinerja sebesar 40%.

Jenis penelitian ini menggunakan tipe explanatory yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh faktor predisposisi, pemungkin dan kebutuhan terhadap pemanfaatan puskesmas 24 jam di Kecamatan Pamatang Silimahuta Kabupaten Simalungun Tahun 2014. Populasi adalah seluruh kepala keluarga yang berada di Desa Tigaraja, Desa Naga Saribu dan Desa Saribu Jandi. Sampel berjumlah 90 orang diambil dengan teknik simple random sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik berganda pada α=0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap pemanfaatan puskesmas 24 jam adalah variabel sikap, variabel informasi, dan variabel kondisi kesehatan. Variabel pekerjaan, pendapatan, pengetahuan, dan keterjangkauan tidak memiliki pengaruh terhadap pemanfaatan puskesmas 24 jam di Kecamatan Pamatang Silimahuta Kabupaten Simalungun.

Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun untuk memberikan informasi kepada masyarakat sehingga terjadi peningkatan pengetahuan masyarakat tentang adanya pelayanan puskesmas 24 jam. Diharapkan kepada tenaga kesehatan Puskesmas Pamatang Silimahuta memberi informasi tentang program puskesmas 24 jam dan benar-benar menerapkan puskesmas 24 jam dengan adanya tenaga kesehatan yang berjaga selama 24 jam di puskesmas, supaya minat masyarakat memanfaatkan puskesmas 24 jam semakin meningkat.

(18)

for providing the first level of health service. In Simalungun District, the policy to activate puskesmas in 24 hours was made in 2011, but since then the use of puskesmas by people has only covered 38.50%; it is not far from the condition before the policy was made with the target of work performance was 40%.

The research used explanatory type which was aimed to explain the influence of the factors of predisposition, possibility, and need on the use of 24-hour puskesmas in Pamatang Silimahuta Subdistrict, Simalungun District, in 2014. The population was all families who lived at Tigaraja village, Naga Saribu village, and Saribu Jandi village. The samples consisted of 90 respondents, taken by using simple random sampling technique. The data were gathered by using questionnaires and analyzed by

using multiple logistic regression tests at α = 0.05.

The result of the research showed that the variables which influenced the use of 24-hour puskesmas were the variable of attitude, the variable of information, and the variable of health condition. The variables of occupation, income, knowledge, and accessibility did not have any influence on the use of 24-hour puskesmas in Pamatang Silimahuta Subdistrict, Simalungun District.

It is recommended that the Health Service of Simalungun District provide information to people in order to increase their knowledge about the existence of 24-hour puskesmas service. It is also recommended that health care providers at Pamatang Silimahuta Puskesmas provide information about and implement the 24-hour puskesmas program by standing on guard for 24 hours so that people’s interest in using 24-hour puskesmas increases.

(19)

Pusat Kesehatan Masyarakat atau yang biasa disebut dengan Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sebagai penyelenggara pembangunan kesehatan, puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan per orangan, dan upaya kesehatan masyarakat, yang ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah sarana pelayanan kesehatan dasar yang amat penting di Indonesia.

Pada saat ini puskesmas telah didirikan hampir di seluruh pelosok tanah air. Untuk menjangkau wilayah kerjanya puskesmas diperkuat dengan puskesmas pembantu, puskesmas keliling dan untuk daerah yang jauh dari sarana pelayanan rujukan, puskesmas dilengkapi dengan fasilitas rawat inap. Jumlah puskesmas di Indonesia yang tercatat sampai dengan akhir tahun 2010 sebanyak 9.005 unit dengan rincian jumlah puskesmas perawatan 2.920 unit dan puskesmas non perawatan sebanyak 6.085 unit (Profil Kesehatan Indonesia, 2010).

(20)

puskesmas. Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk Sumatera Utara yakni 13.215.401 jiwa, maka satu puskesmas melayani 23.255 jiwa, bila dibandingkan dengan standar nasional, satu puskesmas melayani 30.000 jiwa, berarti Pemerintah Provinsi Sumatera Utara telah mampu menyediakan sarana kesehatan khususnya puskesmas mencapai standar nasional tersebut (Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2012).

Meskipun sarana pelayanan kesehatan dasar telah terdapat di semua kecamatan dan ditunjang oleh beberapa puskesmas pembantu namun upaya peningkatan belum dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat. Diperkirakan hanya sekitar 30% penduduk yang memanfaatkan pelayanan puskesmas dan puskesmas pembantu (Depkes RI, 2010).

Di Kabupaten Simalungun, kondisi ini tidak jauh berbeda. Pemanfaatan puskesmas sebagai pusat layanan kesehatan dasar masyarakat masih minim. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No. 32 tahun 2004 yang memberikan wewenang otonomi daerah, Bupati Kabupaten Simalungun menyikapi dengan mengeluarkan Peraturan Daerah No.188.45/4206-Diskes/2011 tentang pemberlakuan layanan puskesmas 24 jam dan mulai efektif diberlakukan sejak tanggal 8 September 2011 untuk seluruh pelayanan kesehatan dasar yang berlaku bagi semua penduduk Kabupaten Simalungun.

(21)

kesehatan pada masyarakat, mempermudah akses pelayanan kesehatan di luar jam kerja puskesmas.

Kebijakan ini diambil berdasarkan pertimbangan karena memperhatikan kondisi bahwa sebagian besar masyarakat golongan ekonomi tidak mampu atau kewalahan saat diserang penyakit tetapi tidak punya uang untuk berobat ke rumah sakit, apalagi rumah sakit swasta pada tengah malam.

Namun sejak diberlakukannya kebijakan ini, peningkatan kunjungan puskesmas dan pemanfaatan puskesmas oleh penduduk masih sekitar 38,50% tidak jauh berbeda dengan sebelum diberlakukannya puskesmas 24 jam, target indikator kinerja yaitu 40% (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun, 2011).

(22)

Menurut Anderson (Notoatmodjo, 2007), komponen yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah : (1) faktor predisposisi (predisposing, seperti demografi, struktur sosial dan keyakinan), (2) faktor pemungkin (enabling, seperti sumber daya keluarga, sumber daya komunitas/masyarakat), dan (3) komponen tingkatan kesakitan (Illnes level, seperti tingkat rasa sakit). Depkes RI (2009) menyatakan bahwa rendahnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan dapat disebabkan oleh (1) jarak yang jauh, (2) tidak tahu adanya suatu kemampuan fasilitas, (3) biaya yang tidak terjangkau, dan (4) tradisi yang menghambat pemanfaatan fasilitas.

Hasil penelitian Heniwati (2008), mengungkapkan bahwa variabel pekerjaan, jarak tempuh dan kualitas pelayanan berpengaruh terhadap pemanfaatan puskesmas sedangkan variabel umur, pendidikan dan jumlah petugas tidak memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan. Menurut Thadeus dan Maine (1990), bahwa faktor yang memengaruhi pengambilan keputusan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan meliputi individu, kemudahan pelayanan dan kualitas pelayanan. Nilai pemanfaatan puskesmas sangat ditentukan oleh peran serta masyarakat dan kegiatan sumber daya manusia.

(23)

mengarah kepada faktor ekonomi dan faktor yang berhubungan dengan konumen,interaksi konsumen dengan provider.

Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 31 kecamatan, 345 desa/nagori dan 22 kelurahan. Kabupaten tersebut memiliki puskesmas sebanyak 34 unit yang terdiri 25 puskesmas rawat jalan (buka 24 jam), dan 9 puskesmas perawatan (rawat inap). Kecamatan Pamatang Silimahuta adalah salah satu dari 31 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Simalungun, Kecamatan Pamatang Silimahuta memiliki satu puskesmas yaitu Puskesmas Pamatang Silimahuta. Puskesmas ini memiliki 8 desa sebagai wilayah kerja yang terdiri dari Desa Tigaraja, Mardinding, Nagasaribu, Sinar Naga Mariah, Ujung Saribu, Ujung Mariah, Siboras dan Saribu Jandi. Jumlah penduduk seluruh wilayah kerja Puskesmas Pamatang Silimahuta adalah 10334 jiwa, jumlah kepala keluarga sebanyak 2851 (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun, 2011).

(24)

Tabel 1.1. Daftar Kunjungan Pasien yang Berobat di Puskesmas Pamatang Silimahuta September 2011 sampai dengan Juni 2013

Tahun/ Bulan Askes Umum Jamkesmas

Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam

Sumber : Profil Puskesmas Pamatang Silimahuta, 2011

Hasil survei pendahuluan yang penulis lakukan di Kecamatan Pamatang Silimahuta ini puskesmas buka 24 jam masih belum dimanfaatkan secara optimal, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yakni, faktor geografis, seperti jarak atau lokasi puskesmas kurang strategis dengan pemukiman masyarakat, di mana terdapat beberapa desa yang letaknya relatif jauh dari lokasi puskesmas sampai mencapai >10km, sehingga masyarakat berpikir lebih baik berobat ke praktek bidan yang berada di desanya sendiri dari pada berobat ke puskesmas. Mata pencaharian masyarakat di Kecamatan Pamatang Silimahuta ini mayoritas adalah bertani dan sebahagian besar status ekonominya masih rendah sehingga masih banyak masyarakat yg berpendidikan rendah yaitu SD dan SLTP.

(25)

km ke lokasi puskesmas beberapa ibu mengatakan terlalu jauh berobat ke pukesmas karena transportasi susah dan biaya transportasi untuk mencapai lokasi puskesmas sekitar Rp.10.000 sampai Rp.15.000 dirasa terlalu memberatkan masyarakat karena lebih besar dari pada biaya berobat ke alternatif lain seperti mantri, bidan, Balai Pengobatan Swasta. Namun, masih ada sebagian ibu yang berobat ke puskesmas dalam kondisi kesehatan persalinan dan 2 orang ibu mengatakan mereka berobat jika penyakitnya parah seperti TB paru.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Puskesmas Pamatang Silimahuta untuk menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan puskesmas buka 24 jam, dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Kecamatan Pamatang Silimahuta, Kabupaten Simalungun.

1.6 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian adalah apakah ada pengaruh faktor pendidikan, pekerjaan, pengetahuan sikap, pendapatan, informasi, keterjangkauan dan kondisi kesehatan terhadap pemanfaatan puskesmas 24 jam di Kecamatan Pamatang Silimahuta, Kabupaten Simalungun.

1.7 Tujuan Penelitian

(26)

sikap, pendapatan, informasi, keterjangkauan dan kondisi kesehatan terhadap pemanfaatan puskesmas buka 24 jam pada masyarakat di Kecamatan Pamatang Silimahuta, Kabupaten Simalungun.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan puskesmas buka 24 jam di wilayah kerjanya.

2. Sebagai bahan informasi kepada Kepala Puskesmas dalam proses pembuatan kebijakan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan puskesmas di Kecamatam Pamatang Silimahuta.

3. Sebagai bahan informasi kepada masyarakat setempat mengenai manfaat puskesmas buka 24 jam dalam membantu peningkatan derajat kesehatan mereka.

(27)

2.1.1 Sejarah Puskesmas

Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak pemerintahan Belanda pada abad ke-16 yaitu adanya upaya pemberantasan penyakit cacar dan cholera yang sangat ditakuti oleh masyarakat. Pada tahun 1968 diterapkan konsep puskesmas yang dilangsungkan dalam Rapat Kerja Nasional di Jakarta, yang membicarakan tentang upaya mengorganisasi sistem pelayanan kesehatan di tanah air, karena pelayanan kesehatan pada saat itu dirasakan kurang menguntungkan dan dari kegiatan-kegiatan seperti Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA), Balai Pengobatan (BP), Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) dan sebagainya masih berjalan sendiri-sendiri dan tidak saling berhubungan.

(28)

dikenal sampai sekarang (hhtp:/PelangiIndonesia,Sejarah perkembangan puskesmas di Indonesia no.04, 2005, diakses tgl 7 Agustus 2013).

2.1.2 Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelayanan teknis dinas kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. (Depkes, 2004). Merujuk dari defenisi puskesmas tersebut, dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Unit Pelaksana Teknis

Sebagai unit pelayanan teknis dinas Kabupaten/Kota, puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinas kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.

2. Pembangunan Kesehatan

Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. 3. Pertanggungjawaban Penyelenggaraan

(29)

upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan kemampuannya.

4. Wilayah Kerja

Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan. Tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa, kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggung jawab langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Disamping itu dikenal pula Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling.Puskesmas Pembantu adalah unit pelayanan kesehatan sederhana yang merupakan bagian integral dari Puskesmas keliling yaitu unit pelayanan kesehatan keliling berupa kenderaan bermotor roda empat atau perahu motor, dilengkapi peralatan kesehatan, peralatan komunikasi serta sejumlah tenaga yang berasal dari puskesmas (Depkes, 2004).

2.1.3 Konsep Dasar Puskesmas 2.1.3.1 Visi Puskesmas

(30)

perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama yakni: 1. Lingkungan sehat

2. Perilaku sehat

3. Cakupan pelayanan kesehatan bermutu 4. Derajat kesehatan penduduk kecamatan

Rumusan visi untuk masing-masing puskesmas harus mengacu pada visi pembangunan kesehatan puskesmas di atas yakni terwujudnya Kecamatan Sehat, yang harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah kecamatan setampat (Depkes, 2004).

2.1.3.2 Misi Puskesmas

Misi Pembangunan Kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah: 1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.

2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya.

3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.

(31)

2.1.3.3 Tujuan Puskesmas

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes, 2004).

2.1.4 Kedudukan Puskesmas

Kedudukan puskesmas dibedakan menurut keterkaitannya dengan Sistem Kesehatan Nasional, Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota dan Sistem Pemerintah Daerah.

1. Sistem Kesehatan Nasional (SKN)

Kedudukan puskesmas dalam Sistem Kesehatan Nasional adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan per orangan dan upaya kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.

2. Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota

(32)

3. Sistem Pemerintahan Daerah

Kedudukan puskesmas dalam Sistem Pemerintah Daerah adalah sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang merupakan unit struktural pemerintah daerah kabupaten/kota bidang kesehatan di tingkat kecamatan.

4. Antar Sarana Pelayanan Kesehatan Strata Pertama

Di wilayah kerja puskesmas terdapat berbagai organisasi pelayanan kesehatan strata pertama yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan swasta seperti praktek dokter, praktek dokter gigi, praktek bidan, poliklinik dan balai kesehatan masyarakat.Kedudukan puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan kesehatan starata pertama ini adalah sebagai mitra. Di wilayah kerja puskesmas terdapat pula berbagai bentuk upaya kesehatan-kesehatan berbasis dan bersumberdaya masyarakat seperti Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa dan Pos UKK. Kedudukan puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan kesehatan berbasis dan bersumberdaya masyarakat adalah sebagai Pembina (Depkes, 2004).

2.1.5 Fungsi Puskesmas

1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

(33)

pembangunan di luar bidang kesehatan yang mendukung terciptanya lingkungan dan perilaku sehat.

2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Dalam Pembangunan Kesehatan Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat, puskesmas ikut memberdayakan masyarakat, sehingga masyarakat tahu, mau dan mampu menjaga dan mengatasi masalah kesehatan secara mandiri. Wujud pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan adalah tumbuh kembangnya upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat, kemitraan dengan LSM dan pelbagai potensi masyarakat lainnya.

Sebagai pusat pemberdayaan keluarga, puskesmas diharapkan bisa secara proaktif menjangkau keluarga, sehingga bisa menjaga keluarga sehat tetap sehat dan keluarga sakit menjadi sehat. Wujudnya adalah pelaksanaan Puskesmas Peduli Keluarga yang tingkat keberhasilannya dapat dilihat dari makin banyaknya keluarga sehat di wilayah kerja puskesmas.

3. Pusat Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

(34)

Upaya pelayanan yang diselenggarakan meliputi:

1. Pelayanan kesehatan masyarakat yang lebih mengutamakan pelayanan promotif dan preventif, dengan pendekatan kelompok masyarakat, serta sebagian besar diselenggarakan bersama masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas.

2. Pelayanan medik dasar yang lebih mengutamakan pelayanan kuratif dan rehabilitatif dengan pendekatan individu dan keluarga pada umumnya melalui upaya rawat jalan dan rujukan.

Pada kondisi tertentu bila memungkinkan dapat dipertimbangkan puskesmas memberikan pelayanan rawat inap sebagai rujukan anatar sebelum dirujuk ke Rumah Sakit (Depkes, 2004).

2.1.6 Upaya Puskesmas

Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas yakni terwujudnya Kecamatan Sehat Indonesia Sehat, puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan per orangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari Sistem Kesehatan Nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama.Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi 2 (dua) yakni:

1. Upaya Kesehatan Wajib

(35)

untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah:

a. Upaya Promosi kesehatan b. Upaya Kesehatan lingkungan

c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak,termasuk Keluarga Berencana d. Upaya Perbaikan gizi masyarakat

e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan penyakit menular f. Upaya Pengobatan

2. Upaya Kesehatan Pengembangan

Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada yakni: a. Upaya Kesehatan Sekolah

b. Upaya Kesehatan Olah Raga

c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat d. Upaya Kesehatan Kerja

e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut f. Upaya Kesehatan Jiwa

(36)

i. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional

Upaya laboratorium medis dan laboratorium kesehatan masyarakat serta upaya pencatatan pelaporan tidak termasuk pilihan karena ketiga upaya ini merupakan pelayanan penunjang dari setiap upaya wajib dan upaya pengembangan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apaila upaya kesehatan wajib di pukesmas telah terlaksana secara optimal dalam arti target cakupan erta peningkatan mutu pelayanan tercapai (Depkes, 2004).

2.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Menurut Dever (dalam Betty Sirait, 2013), ada beberapa faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan yaitu: 1) faktor sosiokultural meliputi teknologi pemanfaatan pelayanan kesehatan dan norma/nilai yang ada dimasyarakat, 2) faktor organisasi meliputi, ketersediaaan sumber daya, akses geografi, sosial dapat diterima mengarah pada faktor psikologis, sosial dan faktor budaya, sedangkan terjangkau mengarah kepada faktor ekonomi, 3) faktor yang berhubungan dengan konsumen, interaksi konsumen dengan provider, 4) faktor yang berhubungan dengan produsen, mencakup karakteristik dari provider dan faktor ekonomi.

(37)

didasari atas kepercayaan atau keyakinan akan kemajuan sarana tersebut (Sarwono, 2004).

Menurut pendapat Wirick yang dikutip oleh Sopar (2009) terdapat 4 (empat) faktor-faktor yang memengaruhi permintaan pelayanan kesehatan yaitu :

1. Kebutuhan, seseorang yang menderita suatu penyakit akan mencari pelayanan atau pemeriksaan medis.

2. Kesadaran akan kebutuhan tersebut, seseorang harus tahu dan memahami bahwa ia membutuhkan pelayanan medis.

3. Kemampuan finansial harus tersedia untuk memperoleh pelayanan yang dibutuhkan

4. Tersedia fasilitas dan sarana pelayanan

Berbagai karakteristik masyarakat memengaruhi pembayaran Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat, diantaranya adalah karakteristik demografi.

Faktor umur merupakan dasar penggunaan kesehatan yang utama, umur tidak hanya berhubungan dengan tingkat pelayanan melainkan juga jenis pelayanan dan penerimaan pelayanan.

Faktor jenis kelamin juga merupakan faktor lain yang memengaruhi penerimaan pelayanan, tuntutannya terhadap sistem pemeliharaan kesehatan termasuk diantaranya masalah dokter, obat dan fasilitas pelayanan kesehatan.

(38)

melainkan juga berhubungan dengan permintaan pelayanan kesehatan dan jenis pelayanan yang diterima.

Menurut Anderson (1968) dalam Notoatmodjo (2007), bahwa beberapa faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah:

(39)

mempunyai sifat menuntut terhadap sistem perawatan kesehatan di masa mendatang.

Variabel-variabel struktur sosial mencerminkan lokasi (status) individu dalam masyarakat sebagaimana diukur melalui karakteristik seperti pendidikan, pekerjaan kepala keluarga, bagaimana gaya hidup individu, kondisi fisik serta lingkungan sosial dan pola perilaku yang akan menghubungkan dengan pemanfaatan layanan kesehatan. Karakteristik demografis dan struktur sosial juga terkait dengan sub komponen ketiga kondisi yang memengaruhi sikap atau keyakinan mengenai perawatan kesehatan, dokter, dan penyakit. Apa yang seorang individu pikir tentang kesehatan pada hakekatnya bisa memengaruhi kesehatan dan perilaku kesakitan. Seperti halnya variabel-variabel lain yang memengaruhi, keyakinan kesehatan tidak dianggap menjadi suatu alasan langsung terhadap pemanfaatan layanan namun betul-betul bisa berakibat pada perbedaan dalam kecenderungan ke arah pemanfaatan layanan kesehatan. Misalnya, keluarga yang sangat yakin dalam hal kemanjuran pengobatan dokter mereka akan mencari dokter seketika dan memanfaatkan lebih banyak layanan daripada keluarga yang kurang yakin dalam hasil pengobatan tersebut.

(40)

bertindak menurut nilai atau memenuhi kebutuhan terkait layanan kesehatan pemanfaatannya dianggap sebagai faktor pemungkin.

(41)

atau melombai nilai-nilai masyarakat yang memengaruhi perilaku individu yang tinggal di masyarakat tersebut.

3. Komponen tingkatan kesakitan (illness level), ada faktor memengaruhi dan pemungkin, individu atau keluarganya harus merasa kesakitan ataupun kemungkinan kejadiannya dalam hal pemanfaatan layanan kesehatan akan terjadi. Tingkatan kesakitan memperlihatkan penyebab paling langsung pemanfaatan layanan kesehatan.

Secara skematis konsep pemanfaatan pelayanan kesehatan menurut Anderson (1974) digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Skema Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Faktor pemungkin Kebutuhan Faktor predisposisi

keluarga, Agama, Evaluasi:

(42)

2.3 Minat

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) karangan WJS, minat diartikan sebagai perhatian, kesukaan (kecenderungan hati) kepada sesuatu. Minat merupakan suatu rasa suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal dan aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan di luar diri, semakin kuat atau semakin dekat hubungan tersebut maka semakin besar minat.

Beberapa kondisi yang memengaruhi minat: 1. Status ekonomi.

Apabila status ekonomi membaik, orang cenderung memperluas minat mereka untuk mencakup hal semula belum mampu mereka laksanakan. Sebaliknya kalau status ekonomi mengalami kemunduran karena tanggung jawab keluarga atau usaha yang kurang maju, maka cenderung untuk mempersempit minat mereka. 2. Pendidikan

(43)

3. Tempat tinggal

Dimana orang tinggal banyak dipengaruhi oleh keinginan yang biasa mereka penuhi pada kehidupan sebelumnya masih dapat dilakukan atau tidak (hhtp://Psikologi.or.id, Minat- Gede Juliarsa, diakses tgl 5 April 2014).

2.4 Kerangka Konsep

Berdasarkan konsep skematis yang dikemukanan oleh Anderson (1974) yang telah dijelaskan di atas, maka kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Faktor Predisposisi :

1. Pendidikan 2. Pekerjaan 3. Pengetahuan 4. Sikap

Pemanfaatan Puskesmas Faktor Pemungkin :

1. Pendapatan 2. Informasi 3. Keterjangkauan

Kebutuhan :

(44)

2.5 Hipotesis Penelitian

(45)

Penelitian ini menggunakan metode surveyexplanatory yang bertujuan untuk menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan puskesmas buka 24 jam di Puskesmas Pamatang Silimahuta, Kabupaten Simalungun.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Tiga Raja, Desa Nagasaribu dan Desa Saribu Jandi wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pamatang Silimahuta, Kabupaten Simalungun. Pemilihan lokasi ini berdasarkan pertimbangan yaitu data dari laporan Puskesmas Pamatang Silimahuta pemanfaatan pelayanan puskesmas buka 24 jam oleh masyarakat masih relatif rendah. Waktu penelitian diperkirakan berlangsung pada bulan Maret 2014.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

(46)

3.3.2 Sampel

Sampel yang akan digunakan dalam penelitian diambil secara Multistage Area Sampling. Menurut Mudrajad K (2003), sampel daerah multitahap (Multistage Area Sampling) adalah prosedur pengambilan sampel yang melibatkan penggunaan kombinasi teknik sampel probabilitas.

Teknik sampel daerah multitahap ini digunakan melalui 2 tahap yaitu tahap pertama terlebih dahulu memilih daerah pedesaan (kecamatan) pada masing-masing kabupaten. Pada tahap kedua dalam masing-masing daerah dipilih orang-orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga. Untuk tahap pertama dengan cara

purposive sampling, yaitu dari 1 wilayah kerja Puskesmas Pamatang Silimahuta yang ada di wilayah Kabupaten Simalungun, dipilih 3 desa yang akan menjadi sampel daerah. Berdasarkan pertimbangan bahwa ke 3 desa di Puskesmas Pamatang Silimahuta ini merupakan desa yang terdekat dengan puskesmas, yang sedang dan desa yang paling jauh dengan puskesmas.

(47)

Sampel diambil dengan menggunakan rumus Slovin yaitu:

n = 90 orang

Dimana N : jumlah populasi n : jumlah sampel

e : taraf kesalahan (standart error 10%).

Hasil perhitungan diatas didapatkan bahwa jumlah sampel yaitu 90. Dalam penelitian ini, penulis memilih sampel yaitu kepala keluarga karena dianggap sebagai orang yang mengambil keputusan dalam pemanfaatan puskesmas buka 24 jam.

Penentuan besar sampel tiap desa di Puskesmas Pamatang Silimahuta Kecamatan Pamatang Silimahuta dengan metode Proposional Random Sampling

dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Metode Proposional Simple Random Sampling di Kecamatan Pamatang Silimahuta Tahun 2014

No Desa Jumlah KK Perhitungan Sampel

1 Tigaraja 307 30

2 Nagasaribu 196 20

3 Saribu jandi 408 40

Total 90

Pengambilan sampel terpilih dari setiap desa dilakukan dengan metode simple

random sampling yaitu mengambil secara acak dengan menggunakan undian sampai

(48)

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh melalui wawancara kepada responden dengan berpedoman pada kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan maupun dokumen-dokumen resmi dari Puskesmas Pamatang Silimahuta.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.2 Variabel Dependen

Pemanfaatan puskesmas adalah minat responden untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan puskesmas buka 24 jam.

3.5.1 Variabel Independen

1. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah dicapai oleh responden berdasarkan ijazah terakhir yaitu: tamat SD, tamat SLTP`, tamat SMA dan tamat DIII/S-1.

2. Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan responden maupun kepala keluarga secara tetap untuk menghasilkan uang.

(49)

4. Sikap adalah pendapat atau pandangan responden terhadap pemanfaatan program pelayanan kesehatan puskesmas buka 24 jam.

5. Pendapatan adalah jumlah penghasilan keluarga maupun kepala keluarga yang dihitung dalam satu bulan. Pendapatan dibagi 2 kategori berdasarkan upah minimum yaitu <UMR dan >UMR

6. Informasi adalah asal atau sumber keterangan-keterangan yang diperoleh responden tentang program pelayanan kesehatan puskesmas buka 24 jam baik melalui tenaga kesehatan di puskesmas, keluarga, teman, tetangga dan perangkat desa lainnya.

7. Keterjangkauan adalah biaya transportasi dan jarak pemukiman responden dengan lokasi puskesmas.

8. Kondisi kesehatan adalah keadaan kesehatan anggota keluarga yang membutuhkan pelayanan puskesmas.

3.6 Metode Pengukuran 3.6.1 Variabel Dependen

Pengukuran variabel dependen dalam penelitian ini adalah mengukur variabel pemanfaatan pelayanan puskesmas buka 24 jam adalah sebagai berikut:

Pengukuran pemanfaatan puskesmas buka 24 jam didasarkan pada skala nominal dengan kategori :

(50)

3.6.2 Variabel Independen

Pengukuran variabel independen yang meliputi pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, pendapatan, informasi, keterjangkauan dan kondisi kesehatan adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan

Pengukuran variabel umur didasarkan pada skala ordinal dengan kategori : a. Rendah, jika responden tidak/ tamat SD

b. Sedang, jika responden tamat SLTP dan SLTA c. Tinggi, jika responden tamat DIII/ S1

2. Pekerjaan

Pengukuran variabel umur didasarkan pada skala nominal dengan kategori : a. Bekerja

b. Tidak bekerja 3. Pengetahuan

Pengukuran variabel pengetahuan didasarkan pada skala interval dengan memberikan jawaban kuesioner yang telah diberi bobot, di mana pengetahuan diukur melalui 5 pernyataan dengan menggunakan skala Guttman. Dimana jawaban yang didapat merupakan jawaban tegas (Sugiyono, 2010). Total skor adalah 10, selanjutnya dikategorikan menjadi 3 yaitu:

(51)

c. Baik, apabila jawaban responden memiliki skor 9-10 4. Sikap

Pengukuran variabel sikap didasarkan pada skala interval dengan memberikan jawaban kuesioner yang telah diberi bobot. Variabel sikap terdiri dari 5 pertanyaan dengan menggunakan skala Guttman. Dimana jawaban yang didapat merupakan jawaban tegas (Sugiyono, 2010). Total skor adalah 10, selanjutnya di kategorikan menjadi 2 yaitu:

a. Jawaban ya diberi nilai 2 b. Jawaban tidak diberi nilai 1

Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu : a) Baik, apabila jawaban responden ya >75% atau memiliki skor 8-10 b) Tidak baik, apabila jawaban responden tidak <75% atau memiliki skor <8 5. Pendapatan

Pengukuran variabel pendapatan didasarkan pada skala ordinal dengan kategori: a. < UMR

b. ≥ UMR 6. Informasi

(52)

a. Jawaban pernah, diberi nilai 2 b. Jawaban tidak pernah, diberi nilai 1

Dari seluruh pertanyaan didapatkan total nilai terbesar adalah 11. Berdasarkan Sudjana dalam Lawolo (2011), informasi diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu: a. Informasi cukup, apabila nilai yang diperoleh >50% dari nilai tertinggi

seluruh pertanyaan dengan total nilai 11, yaitu > 6

b. Informasi Kurang, apabila nilai yang diperoleh ≤50% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 11, yaitu ≤ 6

7. Keterjangkauan

Pengukuran variabel ini didasarkan pada skala ordinal dengan memberikan jawaban kuesioner yang telah diberi bobot, dimana variabel keterjangkauan diukur melalui 4 pertanyaan dengan menggunakan skala Guttman. Dimana jawaban yang didapat merupakan jawaban tegas (Sugiyono, 2010). Total skor adalah 8, selanjutnya di kategorikan menjadi 2 yaitu:

a. Jawaban ya diberi nilai 2 b. Jawaban tidak diberi nilai 1

Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu : a. Mudah, apabila jawaban responden ya >75% atau memiliki skor 7-8 b. Sulit, apabila jawaban responden ya <75% atau memiliki skor <7 9. Kondisi Kesehatan

(53)

melalui 4 pertanyaan dengan menggunakan skala Guttman. Dimana jawaban yang didapat merupakan jawaban tegas (Sugiyono, 2010). Total skor adalah 8, selanjutnya dikategorikan menjadi 2 yaitu:

a. Jawaban ya diberi nilai 2 b. Jawaban tidak diberi nilai 1

Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu : a) Baik, apabila jawaban responden ya >75% atau memiliki skor 7-8 b) Tidak baik, apabila jawaban responden tidak <75% atau skor <7

3.7 Metode Analisis Data

1. Analisis univariat yaitu analisis yang menggambarkan secara tunggal variabel-variabel penelitian baik variabel-variabel dependen maupun variabel-variabel independen dalam bentuk distribusi frekuensi.

2. Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Chi-Squere

untuk melihat ada/tidaknya hubungan yang bermakna antara variabel independen (pekerjaan, pendidikan, pendapatan, pengetahuan, sikap, informasi, keterjangkauan dan kondisi kesehatan) dengan variabel dependen (pemanfaatan puskesmas), pada tingkat kepercayaan 0,05.

(54)

Analisis multivariat yang digunakan adalah dengan analisis regresi logistik berganda, dengan persamaan ;

Logit P(x) = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 +...+ bnXn Keterangan :

P = Probabilitas b1,2,3,,n = Nilai Beta

(55)

Puskesmas Pamatang Silimahuta merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang terdapat di wilayah Kecamatan Pamatang Silimahuta. Kecamatan ini memiliki 8 wilayah desa yakni Desa Tigaraja, Desa Mardinding, Desa Nagasaribu, Desa Sinar Nagamariah, Desa Ujung Saribu, Desa Ujung Maria, Desa Siboras dan Desa Saribu Jandi. Luas wilayah 68,20 KM. Jumlah penduduk di kecamatan ini berjumlah 10.486 jiwa dengan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 4750 KK. Berdasarkan jenis kelamin, sebanyak 6.093 jiwa penduduk berjenis kelamin laki-laki dan sebanyak 4.393 jiwa penduduk berjenis kelamin perempuan. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Kecamatan Pamatang Silimahuta Kabupaten Simalungun Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) (%)

1. Laki-laki 6.093 58

2. Perempuan 4.393 42

Jumlah 10.486 100

(56)

Tabel 4.2 Jenis Sarana Kesehatan di Kecamatan Pamatang Silimahuta Kabupaten Simalungun

No Sarana Kesehatan Jumlah (Unit)

1. Puskesmas 1

2. Puskesmas Pembantu (Pustu) 2

3. Balai Pengobatan Swasta 5

Jumlah 8

Berdasarkan jenis tenaga kesehatan yang terdapat di Kecamatan Silimahuta, terdapat 5 bidan yang membuka praktek pengobatan swasta. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.3 Jenis Tenaga Kesehatan di Kecamatan Pamatang Silimahuta Kabupaten Simalungun

No Tenaga Kesehatan Jumlah (Jiwa)

1. Dokter Umum 1

2. Bidan 15

3. Gizi 1

4. Perawat Gigi 2

5. Kesling 2

6. Perawat 7

Jumlah 28

4.2 Analisis Univariat

Analisis Univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel bebas dan variabel terikat, dalam penelitian ini meliputi: pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, pendapatan, informasi, keterjangkauan, dan kondisi kesehatan terhadap pemanfaatan puskesmas 24 jam.

4.2.1 Deskripsi Karakteristik Responden

(57)

Berdasarkan hasil pengumpulan data di lapangan, diperoleh gambaran karakteristik responden secara umum menurut kelompok umur, jumlah anggota keluarga dan status perkawinan. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Distribusi Kategori Responden berdasarkan Umur, Jumlah Anggota Keluarga dan Status Perkawinan

No Karakteristik Responden Jumlah

f %

1. Umur

21-39 tahun (Usia dewasa awal) 55 61,1

40-60 tahun (Usia dewasa madya) 24 26,7

> 60 tahun (Usia dewasa akhir/lanjut) 11 12,2

Jumlah 90 100

2. Status Perkawinan

Menikah 84 93,3

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan umur, sebagian besar responden berada dalam kategori usia 21-39 tahun yaitu sebanyak 55 responden (61,1%) dan paling sedikit berada dalam kategori < 60 tahun yaitu sebanyak 11 responden (12,2%). Berdasarkan kategori status perkawinan, responden berada dalam kategori menikah yaitu 84 responden (93,3%) dan yang paling sedikit berada dalam kategori belum menikah yaitu 2 responden (2,2%).

4.2.2 Deskripsi Faktor Predisposisi

(58)

4.2.2.1 Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 44 responden (48,4%) berpendidikan SD, sebanyak 25 responden (27,8%) berpendidikan SLTP, sebanyak 14 responden (15,6%) berpendidikan SLTA dan sebanyak 7 responden (7,8%) berpendidikan Akademi/Perguruan Tinggi. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Kecamatan Pamatang Silimahuta

No Pendidikan F (%)

4.2.2.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 83 responden (92,2%) memiliki pekerjaan (petani, pedagang, wiraswasta, dll) dan sebanyak 7 responden (7,8%) tidak memiliki pekerjaan. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pekerjaan di Kecamatan Pamatang Silimahuta

No Pekerjaan f (%)

1. Bekerja 83 92,2

2. Tidak bekerja 7 7,8

Jumlah 90 100

4.2.2.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Pengetahuan

(59)

(14,4%) tidak mengetahui keberadaan letak puskesmas, sebanyak 58 responden (64,4%) tidak mengetahui adanya program pelayanan kesehatan puskesmas buka 24 jam sedangkan 32 responden (35,6%) sudah mengetahui adanya program pelayanan kesehatan puskesmas buka 24 jam.

Sebanyak 74 responden (82,2%) tidak mengetahui sejak kapan diberlakukannya program pelayanan kesehatan puskesmas 24 jam sedangkan 16 responden (17,8%) sudah mengetahui sejak kapan diberlakukannya program pelayanan kesehatan puskesmas 24 jam. Sebanyak 65 responden (72,2%) tidak pernah mendapat penjelasan langsung dari tenaga kesehatan bahwa di desa ini telah ada puskesmas yang buka 24 jam sedangkan 25 responden (27,8%) pernah mendapat penjelasan langsung dari tenaga kesehatan bahwa di desa ini telah ada puskesmas yang buka 24 jam. Sebanyak 57 responden (63,3%) tidak mengetahui jenis pelayanan yang tersedia di puskesmas 24 jam sedangkan 33 responden (36,7%) mengetahui jenis pelayanan yang tersedia di puskesmas 24 jam. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan di Kecamatan Pamatang Silimahuta

No Pernyataan F (%)

1. Letak puskesmas berada 1. Tahu

(60)

Table 4.7 (Lanjutan)

No Pernyataan F (%)

3. Sejak kapan diberlakukannya program pelayanan puskesmas buka 24 jam

1. Tidak tahu

4. Tenaga kesehatan menjelaskan langsung bahwa adanya puskesmas buka 24 jam

1. Tidak Tahu

5. Jenis pelayanan yang tersedia di puskesmas 1. Tidak Tahu

Berdasarkan uraian di atas, dilakukan pengkategorian berdasarkan jawaban responden yang hasilnya sebanyak 49 responden (54,4%) berada pada kategori pengetahuan buruk, sebanyak 20 responden (22,2%) berada pada kategori sedang dan 21 responden (23,3%) berada pada kategori pengetahuan baik. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan di Kecamatan Pamatang Silimahuta

No Pengetahuan F (%)

4.2.2.4 Deskripsi Responden Berdasarkan Sikap

(61)

(63,3%) sedangkan 33 responden (36,7%) tidak setuju dengan adanya program pelayanan kesehatan puskesmas buka 24 jam. Sebanyak 46 responden (51,1%) menyatakan bahwa program puskesmas buka 24 jam tidak memberikan manfaat sedangkan 44 responden (48,9%) menyatakan bahwa program puskesmas buka 24 jam memberikan manfaat.

Sebanyak 52 responden (57,8%) menyatakan bahwa sejak diterapkannya program puskesmas buka 24 jam tidak membantu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan sedangkan 38 responden (42,2%) menyatakan bahwa sejak diterapkannya program puskesmas buka 24 jam membantu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Sebanyak 51 responden (56,7%) setuju bahwa program puskesmas 24 jam ini dilakukan seterusnya sedangkan 39 responden (43,3%) tidak setuju bahwa program puskesmas 24 jam ini dilakukan seterusnya. Sebanyak 57 responden (63,3%) menyatakan bahwa program puskesmas 24 jam tidak mempermudah responden dalam mendapatkan pelayanan kesehatan kapan saja responden butuhkan sedangkan 33 responden (36,7%) menyatakan bahwa program puskesmas 24 jam mempermudah responden dalam mendapatkan pelayanan kesehatan kapan saja responden butuhkan. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap di Kecamatan Pamatang Silimahuta

No Pernyataan F (%)

1. Setuju adanya program puskesmas buka 24 jam a. Tidak

b. Ya

57 33

63,3 36,7

(62)

Tabel 4.9 (Lanjutan)

No Pernyataan F (%)

2. Program puskesmas buka 24 jam memberikan manfaat a. Tidak mendapatkan yankes kapan saja dibutuhkan

a. Tidak

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa setelah dilakukan pengkategorian berdasarkan jawaban responden, sebanyak 50 responden (55,6%) berada pada kategori sikap yang tidak baik terhadap pemanfaatan puskesmas buka 24 jam dan sebanyak 40 responden (44,4%) berada pada kategori baik puskesmas buka 24 jam. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap di Kecamatan Pamatang Silimahuta

No Sikap f (%)

1. Tidak baik 50 55,6

2. Baik 40 4,4

(63)

4.2.3 Faktor Pemungkin

4.2.3.1 Deskripsi Responden Berdasarkan Pendapatan

Berdasarkan pendapatan keluarga diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 72 responden (80,0%) memiliki penghasilan di bawah UMK (<Rp1.700.000,-/bulan) dan sebanyak 15 responden (16,7%) memiliki penghasilan di atas atau sama dengan UMK (≥Rp1.700.000,-/bulan) dan sebanyak 3 responden

(3,3%) belum memiliki penghasilan. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.11. Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pendapatan

di Kecamatan Pamatang Silimahuta

No Sikap f (%)

1. < UMK (Rp. 1.700.000,-/bulan) 72 80,0

2. ≥ UMK (Rp. 1.700.000,-/bulan) 15 16,7

3. 0 3 3,3

Jumlah 90 100

4.2.3.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Informasi

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa 63 responden (70,0%) pernah mendengar informasi tentang program pelayanan puskesmas 24 jam sedangkan 27 responden (30,0%) tidak pernah mendengar tentang program pelayanan puskesmas 24 jam. Sebanyak 46 responden (51,1%) tidak pernah bercerita tentang puskesmas buka 24 jam kepada anggota keluarganya sedangkan 44 responden (48,9%) pernah bercerita tentang puskesmas buka 24 jam kepada anggota keluarganya.

(64)

responden (44,4%) pernah mendengar dari tetangga atau salah satu anggota masyarakat di desa ini tentang puskesmas 24 jam. Sebanyak 90 responden tidak pernah mendengar informasi dari pemerintah daerah tentang program puskesmas buka 24 jam. Sebanyak 61 responden (67,8%) menyatakan tidak pernah mendapat informasi bahwa perangkat desa berperan dalam menyelenggarakan program puskesmas buka 24 jam, sedangkan 29 responden (32,2%) menyatakan pernah mendapat informasi bahwa perangkat desa berperan dalam menyelenggarakan program puskesmas buka 24 jam. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Informasi di Kecamatan Pamatang Silimahuta

No Pernyataan F (%)

1. Pernah mendengar informasi tentang program puskesmas buka 24 jam

a. Ya

2. Anggota keluarga pernah bercerita tentang puskesmas buka 24 jam

3. Pernah mendengar dari tetangga atau masyarakat sekitar tentang puskesmas buka 24 jam

a. Tidak

4. Pernah mendengar informasi dari pemerintah daerah tentang puskesmas buka 24 jam

(65)

Tabel 4.12 (Lanjutan)

No Pernyataan F (%)

5. Perangkat desa berperan dalam penyelenggaraan program puskesmas buka 24 jam

a. Tidak b. Ya

61 29

67,8 32,2

Jumlah 90 100

Berdasarkan uraian di atas, dilakukan pengkategorian berdasarkan jawaban responden yang hasilnya sebanyak 50 responden (55,6%) berada pada kategori kurang mendapatkan informasi tentang program pelayanan puskesmas buka 24 jam dan sebanyak 40 responden (44,4%) berada pada kategori cukup mendapatkan informasi tentang program pelayanan puskesmas buka 24 jam. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Informasi di Kecamatan Pamatang Silimahuta

No Informasi f (%)

1. Kurang 50 55,6

2. Cukup 40 4,4

Jumlah 90 100

4.2.3.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Keterjangkauan

(66)

tinggal responden sedangkan 19 responden (21,1%) menyatakan letak puskesmas tidak jauh dari tempat tinggalnya.

Sebanyak 63 responden (70,0%) menyatakan kesulitan ke puskesmas dikarenakan masalah transportasi saat membutuhkan pelayanan kesehatan di puskesmas buka 24 jam sedangkan 27 responden (30,0%) menyatakan tidak kesulitan ke puskesmas dikarenakan masalah transportasi saat membutuhkan pelayanan kesehatan di puskesmas buka 24 jam. Sebanyak 80 responden (88,9%) menyatakan tidak membutuhkan biaya yang mahal untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di puskesmas buka 24 jam sedangkan 10 responden (88,9%) menyatakan membutuhkan biaya yang mahal untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di puskesmas buka 24 jam. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Keterjangkauan di Kecamatan Pamatang Silimahuta

No Pernyataan F (%)

1. Letak puskesmas sudah strategis dan mudah dijangkau Dari tempat pemukiman masyarakat

1. Tidak

(67)

Tabel 4.14 (Lanjutan)

No Pernyataan F (%)

4. Mendapatkan pelayanan kesehatan di puskesmas butuh biaya yang mahal

Berdasarkan uraian di atas, setelah dilakukan pengkategorian berdasarkan jawaban responden tentang keterjangkauan puskesmas buka 24 jam, sebanyak 72 responden (80,0%) berada pada kategori sulit untuk menjangkau puskesmas 24 jam tersebut, sedangkan sebanyak 18 responden (20,0%) berada pada kategori mudah menjangkau puskesmas 24 jam tersebut. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.15.

Tabel 4.15 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Keterjangkauan di Kecamatan Pamatang Silimahuta

No Sikap f (%)

1. Sulit 72 80,0

2. Mudah 18 20,0

Jumlah 90 100

4.2.4 Faktor Kebutuhan

4.2.4.1 Deskripsi Responden Berdasarkan Kondisi Kesehatan

(68)

puskesmas untuk mendapatkan pertolongan pertama sedangkan 4 responden (4,4%) akan membawa anggota keluarganya yang mengalami kondisi kesehatan yang darurat pada malam hari ke puskesmas untuk mendapatkan pertolongan pertama.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa sebanyak 63 responden (70,0%) tidak berminat memanfaatkan puskesmas buka 24 jam ketika kondisi kesehatannya parah sedangkan 27 responden (30,0%) akan memanfaatkan puskesmas buka 24 jam ketika kondisi kesehatannya parah. Sebanyak 50 responden (55,6%) tidak berminat memanfaatkan pelayanan puskesmas buka 24 jam di saat mempunyai gejala-gejala penyakit sedangkan 40 responden (44,4%) akan memanfaatkan pelayanan puskesmas buka 24 jam di saat mempunyai gejala-gejala penyakit. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.16.

Tabel 4.16 Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Kesehatan di Kecamatan Pamatang Silimahuta

No Pernyataan F (%)

1. Memanfaatkan puskesmas buka 24 jam untuk mendapatkan pengobatan

(69)

Tabel 4.14 (Lanjutan)

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa setelah dilakukan pengkategorian berdasarkan jawaban responden tentang kondisi kesehatan, sebanyak 65 responden (72,2%) berada pada kategori tidak baik sedangkan sebanyak 25 responden (27,8%) berada pada kategori baik. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.17.

Tabel 4.17 Disribusi Responden Berdasarkan Kategori Kondisi Kesehatan di Kecamatan Pamatang Silimahuta

No Sikap f (%)

1. Tidak baik 65 72,2

2. Baik 25 27,8

Jumlah 90 100

4.2.5 Pemanfaatan Puskesmas 24 jam

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, menunjukkan bahwa sebanyak 57 responden (63,3%) berminat untuk memanfaatkan puskesmas 24 jam sedangkan 33 responden (36,7%) tidak berminat untuk memanfaatkan puskesmas 24 jam. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.18.

Tabel 4.18 Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Puskesmas 24 Jam di Kecamatan Pamatang Silimahuta

No Kategori Pemanfaatan Puskesmas 24 jam F (%)

(70)

4.3 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara variabel bebas (meliputi pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, pendapatan, informasi, keterjangkauan, dan kondisi kesehatan) dengan variabel terikat (pemanfaatan puskesmas 24 jam). Untuk mengetahui kemaknaannya dilakukan analisis bivariat dengan uji chi square. Dikatakan ada hubungan yang bermakna secara statistik jika diperoleh nilai ρ<0,05. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan hasil sebagai berikut :

1. Pada variabel pendidikan dapat dilihat bahwa dari 43 responden yang berpendidikan rendah (tamat SD) sebanyak 12 (27,9%) responden berminat untuk memanfaatkan puskesmas 24 jam dan 31 (72,1%) responden tidak berminat untuk memanfaatkan puskesmas 24 jam, sedangkan dari 38 responden yang berpendidikan sedang (tamat SLTP dan SLTA) sebanyak 17 (44,7%) responden berminat untuk memanfaatkan puskesmas 24 jam dan 21 (55,3%) responden tidak berminat untuk memanfaatkan puskesmas 24 jam, sedangkan dari 9 responden yang berpendidikan tinggi (tamat Akademi/Universitas) sebanyak 4 (44,4%) responden berminat untuk memanfaatkan puskesmas 24 jam dan 5 (55,6%) responden tidak berminat untuk memanfaatkan puskesmas 24 jam. Berdasarkan analisis statistik dengan uji chi-square diperoleh nilai ρ=0,257

(ρ>0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan

(71)

Tabel 4.19 Hubungan Pendidikan dengan Pemanfaatan Puskesmas 24 Jam di Kecamatan Pamatang Silimahuta Tahun 2014

Pendidikan

Pemanfaatan Puskesmas 24 Jam

Total ρ Value Berminat Tidak Berminat

N % N % n % 0,257 memanfaatkan puskesmas 24 jam dan 2 (28,6%) responden tidak berminat untuk memanfaatkan puskesmas 24 jam. Berdasarkan analisis statistik dengan uji chi-square diperoleh nilai ρ=0,047 (ρ<0,05) yang berarti ada hubungan yang

bermakna antara pekerjaan dengan pemanfaatan puskesmas 24 jam. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.20.

Tabel 4.20 Hubungan Pekerjaan dengan Pemanfaatan Puskesmas 24 Jam di Kecamatan Pamatang Silimahuta Tahun 2014

Pekerjaan

Pemanfaatan Puskesmas 24 Jam

Total ρ Value Berminat Tidak Berminat

N % N % n % 0,047

Bekerja 28 33,7 55 66,3 83 100

Tidak bekerja 5 71,4 2 28,6 7 100

Gambar

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Kecamatan Pamatang Silimahuta
Tabel 4.3 Jenis Tenaga Kesehatan di Kecamatan Pamatang Silimahuta
Tabel 4.4 Distribusi Kategori Responden berdasarkan Umur, Jumlah Anggota
+7

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu bentuk upaya penyelenggaraan upaya kesehatan dilaksanakan melalui pelayanan kesehatan Puskesmas, karena Puskesmas merupakan pusat pembangunan masyarakat

Kepada tenaga kesehatan khususnya bidan di wilayah kerja Puskesmas Simpang Limun Kota Medan agar lebih aktif melakukan penyuluhan kepada masyarakat untuk

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja dan

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya

Kedudukan puskesmas dalam Sistem Kesehatan Nasional adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan per

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja dan

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas  pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

Dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan Pemerintah bertanggung jawab terhadap : a Merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina dan mengawasi penyelenggara upaya kesehatan yang