• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENIPUAN IKLAN PERUMAHAN YANG MERUGIKAN KONSUMEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENIPUAN IKLAN PERUMAHAN YANG MERUGIKAN KONSUMEN"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENIPUAN IKLAN PERUMAHAN YANG MERUGIKAN KONSUMEN

Oleh ERIES ROSADI

Tindak pidana penipuan iklan perumahan yang merugikan konsumen merupakan kegiatan promosi yang tidak bertanggung jawab melalui iklan perumahan yang tidak memuat infomasi yang benar mengenai produk, bersifat ekstrageratif, sehingga konsumen menjadi terbujuk dengan akibat dirugikan. Fenomena tersebut dilakukan oleh developer tertentu dalam persaingan usaha yang tidak sehat, iklan dapat menjadi sarana yang menyesatkan konsumen, lalu berpikiran pendek dengan cara mengorbankan konsumen. Permasalahan penelitian ini adalah: “apa saja pengaduan konsumen kepada pengembang perumahan dan bagaimanakah penyelesaian kasus penipuan iklan perumahan yang merugikan konsumen?”. Tujuan penelitian ini adalah mengemukakan penyelesaian kasus penipuan iklan Perumahan Jaya Permai dan mengetahui cara apa sajakah penyelesaian kasus penipuan iklan perumahan dan siapa yang dituntut serta tertuntut.

Pendekatan masalah dalam penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Pendekatan yuridis normatif dimaksudkan sebagai upaya memahami persoalan dengan tetap berada atau bersandarkan pada lapangan atau kajian ilmu hukum, sedangkan pendekatan yuridis empiris dimaksudkan untuk memperoleh kejelasan dan pemahaman dari permasalahan dalam penelitian berdasarkan realitas yang ada.

▸ Baca selengkapnya: iklan yang telah kadaluarsa senilai rp400.000

(2)

kurangnya sosialiasi khususnya pada masyarakat ekonomi menengah yang sangat membutuhkan tempat tinggal; dan faktor penegak hukum, yaitu kurangnya sosialiasi perlindungan hukum bagi masyarakat dengan pengetahuan perumahan dan ekonomi menengah.

(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan akan perumahan bagi masyarakat Indonesia merupakan kebutuhana yang amat mendasar dan merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditawar-tawar. Rumah adalah salah satu target utama yang dikejar seseorang untuk dimiliki, apalagi bagi yang sudah berkeluarga. Bahkan dalam masyarakat kita dewasa ini, konsep rumah bukan sekedar bangunan fisik tempat berteduh, tempat berkumpul bersama keluarga, tetapi telah pula menjelma menjadi simbol status, rumah adalah simbol kelengkapan hidup. Namun justru untuk memenuhi suatu kebutuhan inilah banyak orang harus berjuang keras. Bukan hanya harganya yang semakin lama semakin mahal, tetapi juga karena di dalam membeli rumah menjadi suatu hal yang sangat rawan. Akibat usaha para pengembang yang memberi keuntungan secara tidak wajar.

Adapun penyebab terjadinya kasus dalam iklan perumahan dikarenakan: 1. Belum adanya peraturan perundang-undangan yang secara khusus

(4)

2. Kurang transparansi mengenai antara lain: siapa yang mengatur hal-hal yang berkaitan dengan cara-cara mempromosikan dan memasarkan sebuah proyek perumahan, siapa yang mengawasi iklan-iklan yang dikeluarkan oleh pengembang dan kurangya transparansi tata administrasi antara pengembang perumahan dan pemerintah serta antara pengembang dan dan konsumen atau calon pembeli rumahnya.

3. Adanya kedudukan yang tidak seimbang antara pengembang sebagai produsen dan calon pembeli rumahnya.

4. Kurangnya kesadaran dari pihak pengembang perumahan atau pengembang kawasan juga pihak konsumen tentang hak dan kewajiban mereka. Pada hakekatnya seluruh anggota masyarakat adalah konsumen dari barang dan jasa yang di sediakan pengusaha. Para konsumen merupakan pihak yang sangat mentukan dalam pembinaan modal yang diperlukan oleh pengusaha untuk mengembangkan usahanya yang pada giliranya menggerakan roda perekonomian. Oleh karena peranan konsumen tersebut, maka perlidungan hukum bagi konsumen harus dilaksanakan dengan sebenar-benarnya.

(5)

3

lantai. Pembangunan kawasan perumahan dan pemukiman tidak lupa memperhatikan lingkungan melalui rancangan tata lingkungan. Hal ini ditujukan untuk menciptakan suasana lingkungan yang bersih, sehat dan asli sehingga penghuni, perumahan merasa nyaman dan tenang. Dengan adanya spesifikasi bahan bangunan serta desain yang dirancang dengan baik maka akan dapat mempengaruhi minat konsumen yang ingin membeli perumahan tersebut. Untuk mempublikasikan dan menarik konsumen, developer umumnya mengenalkan dan mempromosikan rumah melalui periklanan,

public relation, dan direct marketing menggunakan media koran, pamflet, spanduk, brosur, dan lainnya.

Kasus iklan perumahan dirasakan oleh warga Perumahan Jaya Permai yang termuat di Harian Umum Trans Sumatera tanggal 12-09-2000. Berdasarkan surat pembaca tersebut, warga merasa dikecewakan dengan rumah Tipe 76 senilai Rp 100 juta ternyata kondisi bangunannya tidak sesuai standar. Bahan yang digunakan untuk pintu, plafon, maupun jendela ternyata sangat murah dan tidak layak. Selain itu juga, warga Perumahan Jaya Permai mengeluhkan air bersih mengalir hanya pada jam-jam tertentu dan tidak layak untuk dimasak atau diminum dan menyebabkan perabota menguning serta berkarat. Sementara saluran air (got) tidak berfungsi sebagai layaknya sehingga menyebabkan timbulnya banyak nyamuk.

(6)

1. Hukum acara yang berlaku dan di selenggarakan di pengadilan-pengadilan saat ini, kurang mendukung penaggulangan sengketa konsumen terutama sengketa “konsumen kecil” atau “konsumen kelompok” baik dari sudut

biaya, acara, dan pembutian,serta waktu yang diperllukan.

2. Terdapat sifat-sifat kusus tertentu dari sengketa konsumen yang tidak terakomodasi dalam hukum positif kita, sedang yurisprudensi tidak atau belum memeberikan pegangan-pengangan yang diperlukan.

3. Pada dasarnya konsumen Indonesia adalah seluruh penduduk Indonesia. Ini berarti kepentingan atas suatu perlindungan hukum bagi konsumen, merupakan kepentingan dan seluruh lapisan masyarakat Indonesia

Ada beberapa permasalahan pokok bila kita menarik pengalaman di tanah air dalam usaha perlidungan konsumen, yaitu:

1. Kurangnya peraturan perundang-undangan yang melindungi konsumen. 2. Tidak lengkap dan lemahnya lembaga (pengawasan dan peradilan) dan

mekanisme perlindungan konsumen;

3. Lengkapnya informasi produk bagi konsumen. 4. Usaha-usaha perdangan yang tidak jujur.

5. Sikap mental feodalistis pejabat yang berwenang, sikap pengusaha yang ingin mengeduk keuntungan yang sebesar-besarnya dan sikap pasrah dari bagian terbesar konsumen.

(7)

5

Salah satu hak konsumen adalah untuk mendapatkan produk dan kwalitas dan kuantitanya sesuai dengan beban financial yang diberikan kepada pengusaha. Persoalanya kemudian adalah pengusaha kerap tergelincir dalam suasana persaingan yang tidak wajar. Pengusaha tertentu dalam keadaan seperti itu, lalu berpikiran pendek dengan cara mengorbankan konsumen. Misalnya kegiatan promosi yang tidak bertanggung jawab melalui iklan yang tidak memuat infomasi yang benar mengenai produk, bersifat ekstrageratif, sehingga konsumen menjadi terbujuk dengan akibat dirugikan. Padahal jika berjalan sesuai ketentuan, iklan merupakan media positif bagi konsumen yang ingin mendapatkan informasi tentang barang yang diinginkannya. Hal tersebut sangat membantu konsumen yang mengerti perbandingan antara produk yang satu dengan yang lain. Keadaan tersebut hanya dapat terjadi dalam alam persaingan yang sehat, sebaliknya dalam persaingan yang tidak sehat, iklan dapat menjadi sarana yang menyesatkan konsumen.

B. Permasalahan

Untuk mengantisipasi adanya masalah-masalah sehubungan dengan adanya sengketa dalam iklan perumahan, yang dalam hal ini memiliki kaitan yang erat dengan upaya perlindungan hukum bagi konsumen, berikut adalah beberapa pokok permasalahan:

1. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap penipuan iklan perumahan yang merugikan konsumen?

(8)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:

1. Mengemukakan penyelesaian kasus penipuan iklan Perumahan Jaya Permai.

2. Mengetahui cara apa sajakah penyelesaian kasus penipuan iklan perumahan dan siapa yang dituntut serta tertuntut.

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual 1. Kerangka Teoritis

Kerangka teori adalah abstraksi dari hasil pemikiran atau kerangka acuan yang dijadikan sebagai dasar yang sesuai untuk melakukan penelitian (Soekanto, 2001).

Berdasarkan definisi di atas maka kerangka teoritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tentang kebijakan yang dikemukakan Sudarto (1999), di mana kebijakan kriminal dapat diartikan dalam tiga bagian, yaitu:

a) Kebijakan dalam arti sempit, adalah keseluruhan asas dan metode yang menjadi dasar dari reaksi terhadap pelanggaran hukum yang berupa pidana.

(9)

7

c) Kebijakan dalam arti paling luas, adalah keseluruhan kebijakan yang dilakukan melalui perundang-undangan dan badan-badan resmi, yang bertujuan untuk menegakkan norma-norma sentral pada masyarakat. Penelitian ini relevan dengan pengertian kebijakan dalam arti luas sebagaimana disebutkan di atas, karena kebijakan Kepolisian Daerah Lampung dalam pencegahan penipuan iklan perumahan oleh perusahaan dapat dikategorikan dalam kebijakan kriminal, yaitu fungsi dari aparatur penegak hukum.

Teori kebijakan kriminal lain yang mendukung penelitian ini adalah teori kebijakan kriminal dengan sarana penal dan non penal yang dikemukakan oleh Badra Nawawi Arief (2002), yang meliputi:

a) Kebijakan Penal

Kebijakan penal menitik beratkan pada sifat represif (penumpasan atau pemberantasan) setelah suatu tindak pidana terjadi. Dua masalah sentral dalam kebijakan kriminal dengan menggunakan sarana penal (hukum pidana) adalah masalah penentuan perbuatan apa yang seharusnya dijadikan tindak pidana dan sanksi apa yang sebaiknya digunakan atau dikenakan kepada si pelanggar.

(10)

menangani dua masalah di atas harus dilakukan dengan pendekatan yang berorientasi pada kebijakan (policy oriented approach). Dengan kata lain, kebijakan penal merupakan rangkaian kegiatan penindakan yang ditujukan ke arah pengungkapan semua kasus kejahatan yang telah terjadi, yang disebut sebagai ancaman paksa lainnya yang disahkan menurut Undang-Undang.

Kebijakan Penal penelitian ini menjelaskan proses penyelesaian secara kekeluargaan atau negoisasi antara PT Karyaindra Griyasentosa sebagai pengembang dengan warga Perumahan Jaya Permai Bandar Lampung.

b) Kebijakan Non Penal

Kebijakan non penal menitik beratkan pada sifat preventif (pencegahan, penangkalan atau pengendalian) sebelum suatu tindak pidana terjadi. Dengan mengingat bahwa upaya penanggulangan kejahatan dengan sarana non penal lebih bersifat tindakan pencegahan maka sasaran utamanya adalah menangani faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan baik secara langsung atau tidak langsung.

Suatu pidana dapat disebut sebagai alat pencegah yang ekonomis (economical deterrents) apabila memenuhi syarat sebagai berikut: 1) Pidana itu sungguh-sungguh mencegah

(11)

9

3) Tidak ada pidana lain yang dapat mencegah secara efektif dengan bahaya atau kerugian yang lebih kecil.

Pencegahan dan penanggulangan kejahatan dengan sarana penal (penal policy) pada operasionalnya dapat dilakukan dengan melalui tahapan yaitu formulasi (kebijakan legislatif), aplikasi (kebijakan yudikatif) dan eksekusi (kebijakan eksekutif/administratif).

Pendekatan penal dan non penal dalam kebijakan kriminal tersebut sesuai dengan permasalahan penelitian ini, yaitu YLKI Kota Bandar Lampung menggunakan kebijakan dengan pendekatan penal jika terdapat perusahaan yang melakukan pelanggaran penipuan iklan perumahan yang merugikan konsumen. Selain itu diterapkan pendekatan non penal untuk mencegah terjadinya pelanggaran penipuan iklan perumahan yang merugikan konsumen.

Selanjutnya teori lain yang mendukung penelitian ini adalah teori tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum oleh Soekanto (2001), yaitu:

a) Substansi hukum, merupakan hasil aktual (output) yang sekaligus merupakan dasar bagi bekerjanya sistem hukum dalam kenyataan.

(12)

arti sempit yaitu kepolisian, kejaksaan, penasehat hukum dan pengadilan serta aparat pelaksana pidana.

c) Sarana dan prasarana, menunjuk pada adanya ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai dalam menunjang pelaksanaan penegakan hukum.

d) Kebudayaan, merupakan sumber dari aktivitas penegakan hukum, dapat diartikan sebagai pemahaman dan budaya berkembang di masyarakat.

Masyarakat, merupakan sekumpulan manusia yang terikat oleh hukum yang berlaku dan terdiri dari berbagai latar belakang yang berbeda-beda, seperti perbedaan nilai dan budaya, bahasa, adat-istiadat, kondisi sosial dan ekonomi.

Kebijakan Non Penal penelitian ini menjelaskan proses penyelesaian kasus iklan perumahan dengan negoisasi antara PT Karyaindra Griyasentosa sebagai pengembang dengan Yayasan Lembaga Konsumen (YLKI) Lampung yang menerima pengaduan warga Perumahan Jaya Permai Bandar Lampung tanpa melaporkan kepada pihak Kepolisian.

2. Kerangka Konseptual

(13)

11

Berdasarkan definisi di atas maka peneliti akan melakukan analisis pokok-pokok bahasan dalam penelitian ini serta memberikan batasan pengertian yang berhubungan dengan judul skripsi ini, yaitu: “Analisis Perlindungan

Hukum Terhadap Penipuan Iklan Perumahan yang Merugikan Konsumen. Adapun konsep-konsep yang diterima dan dipakai dalam penelitian ini adalah:

a. Kosumen

Menurut AZ. Nasution, S.H., “Kosumen adalah setiap orang yang

mendapatkan barang dan jasa digunakan untuk untuk tujuan terrentu”. Menurut Rhenald Kasali,”Konsumen adalah orang yang memakai barang”. Hukum konsumen,”Menurut AZ. Nasution adalah

keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur hubungan dan masalah penyediaan dan penggunaan produk barang dan/ atau jasa, antara penyedia dan penggunaannya dalam kehidupan bermsyarakat”.

b. Iklan

1) Menurut YLKI, “Iklan adalah alat informasi dalam media apapun guna meningkatkan usaha dan merupakan janji yang mengikat semua pihak berkaitan dengan pengumumannya”.

2) Menurut Rhenald Kasali, “Iklan adalah pesan yang menawarkan suatu produk yang ditawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat”.

3) Menurut BPHN, Iklan didefinisikan 2 pengertian:

- Meningkatkan usaha dengan cara menawarkan atau berbagai

(14)

- Merupakan alat informasi untuk meningkatkan usaha dengan berbagai cara apapun”.

c. Hukum Perlindungan Konsumen

Seorang ahli Perlindungan Konsumen AZ. Nasution mengemukakan definisi Perlindungan Konsumen adalah keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan dan masalah penyedian, dan penggunaan produk konsumen antara penyedia dan penggunannya, dalam kehidupan bermasyarakat.”

1) Konsumen menurut pasal 1 butir 2 UUPK No. 8 tahun 1999 adalah orang pemakai barang dan/ atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, oranglain, maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

2) Iklan dalam tata krama dan tata cara periklanan adalah segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan melalui suatu media, dibiayai oleh pemrakarsa yang terkenal, serta ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat.

E. Sitematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

I PENDAHULUAN

(15)

13

II TINJAUAN PUSTAKA

Membahas khusus mengenai perihal periklanan di Indonesia duraikan mengenai pengertian dan sejarah iklan yang dibagi menjadi pengertian iklan dan periklanan di Indonesia, tujuan dan manfaat iklan, serta media iklan yang di bagi menjadi media cetak, media elektronika, media luar ruang dan media lini bawah, membahas mengenai perihal perlindungan konsumen iklan perumahan yang mengemukakan tinjauan tentang perlindungan konsumen yang diuraikan pengertian konsumen, perlindungan bagi konsumen, hak dan kewajiban konsumen, konsumen perumahan lemah secara hokum, serta anatomi perjanjian pengikatan jual beli (PPJB) serta membahas mengenai iklan yang menyesatkan konsumen.

III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi metode yang digunakan dalam penelitian, meliputi pendekatan masalah, data dan sumber data, informan (responden) penelitian, prosedur pengumpulan dan pengolahan data serta analisis data.

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(16)

V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan yang didapatkan setelah melakukan analisis dan pembahasan atas data yang telah diperoleh selama penelitian, selain itu juga diberikan berbagai saran yang sesuai dengan hasil dan pembahasan.

(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Perlindungan Konsumen 1. Pengertian Konsumen

(18)

Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Pengertian konsumen tersebut adalah setiap orang yang mendapatkan batang dan/atau jasa tertentu dengan harga maksimum $ 15000 atau jasa tersebut digunakan untuk keperluan pribadi, kelurga atau rumah tangga (normally used for personal. Family or household purpose). Undang-Undang Perlindungan konsumen di India memeberi batasan mengenai pengertian konsumen yaitu setiap pembeli barang dan/atau jasa yang telah disepakati bersama termasuk harga dan syarat-syarat pembayarannya atau setiap pengguna selain pembeli tersebut dan tidak untuk diperjual belikan kemballi atau untuk keperluan komersil.

Pengerrtian konsumen dalam ilmu perlindungan konsumen dapat terbagi menjadi tiga bagian besar, yaitu :

a. Konsumen dalam arti umum

Adalah pemakai, pengguna dan/ atau pemanfaat barang dan / atau jasa untuk tujuan tertentu.

b. Konsumen Antara

Adalah pemakai, pengguna dan / atau pemanfaat barang dan / atau jasa untuk diproduksi menjadi barang dan / atau jasa lain atau untuk diperdagangkan kembali dengan tujuan komersil.

c. Konsumen Akhir

(19)

17

memanfaatkan barang dan/ atau jasa tersebut untuk memenuhi kepentingan diri sendiri, keluarga orang lain maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Dari sekian banyak pengertian konsumen sebagai berikut diatur dalam peraturan perundang-undangan:

Di dalam Undang-Undangan No. 5 tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan tidak sehat Pasal ayat (15), konsumaen adalah “setiap pemakai dan/ atau pengguna barang dan/

atau jasa untuk kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”.

2. Perlindungan bagi Konsumen

(20)

dirugikan oleh pelaku usaha penyedia kebutuhan konsumen tersebut. Sistem peradilan yang cenderung bertele-tele serta memakan biaya yang relative mahal ini turut menyamarkan apa-apa yang menjadi hak konsumen dan apa-apa yang menjadi kewajiban pelaku usaha yang menyebabkan masyarakat atau mengetahaui secara jelas apa yang menjadi haknya dan apa yan gmenjadi kewajiban pelaku usaha yang menjadi kewajiban pelaku pengusaha. Perlindungan Konsumen di Indonesia telah mendapatkan jaminan dalam hukum positif Indonesia yaitu adanya kepastian hukum terhadap segala perrolehan kebutuhan konsumen yang bermula dari “benih hidup dalam rahim ibu sampai tempat pemakaman, dari segala kebutuhan diantaranya.”Dari penjelasan diatas terlihat bahwa

konsumen Indonesia telah mendapatkan perlindungan hukum dari Negara Indonesia sejak ia masih berada dalmam rahim ibunya hingga ia menghembuskan nafas terakhir yang dikebumikan diperistirahatan terakhir. Pengertian Perlindungan Konsumen itu sendiri menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen No. 8 tahun 1999 Pasal 1 butir 1 “Segala

upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepda konsumen. ”Perlindungan bagi konsumen perumahan jelas terikat pada pasal 3 huruf c, d, e dan f Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Perlindungan bagi konsumen meliputi :

Pasal 3 meningkatkan pemberdayaankonsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen :

c. meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan,

(21)

19

d. menciptakan system Perlindungan Konsumen yang mengandung unsur le[astian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendaparkan informasi.

e. menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya Perlindungan Konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha.

f. Meningkatkan kualitsas barang dan/ atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan/ jasa, kesehatan, kenyamanan , keamanan, dan keselamatan konsumen.

Undang-Undang Dasar 1945 Amandeman kedua tahun 2000 menjelaskan tentang Perlindungan Konsumen, hal ini tercantum di dalam Pasal 28, ayat:

Pasal 28 D ayat (1) “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta pelakuan yang sama dihadapan hukum”

Pasal 28 11 ayat (1) “Setiaporang berhak hidup sejahterah lahir dan batin,

bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik baik serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.”

3. Hak dan Kewajiban Konsumen

a. Sejarah singkat mengenai Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Kehadiran Undang-Undang Perlindungan Konsumen telah dinantikan oleh seluruh masyarakat Indonesia. “Namun hal ini baru dapat

(22)

diseluruh wilayah Indonesia. Dengan adanya Undang-Undang Perlindungan Konsumen ini telah memebrikan harapan baru bagi konsumen Indonesia. “Secara umum Undang-Undang Perlindungan

Konsumen telah memberikan hak-hak konsumen secara universal. Di dalam mewujudkan hadirnya Undang-Undang Perlindungan Kondumen ini, telah memakam waktu, tenaga dan pikiran yang banyak dari berbagai pihak yang berkepentingan sepeti, pemerintah, lembaga-lembaga swadaya masyarak atserta Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia bersama-sama Perguruan-perguruan Tinggi di Indonesia. Sebelum terbentuknya Undang-Undang Perlindungan Konsumen banyak diadakan kegiatan-kegiatan. Beberapa kegiatan yang mendukung terwujudnya Undang-Undang Perlidungan Konsumen adalah sebagai berikut :

1) Seminar pusat studi Hukum Dagang, FHUI tentang masalh perlindungan konsumen (15-16 Desember 1975).

2) Badan Pembinaan Hukum Nasional, Departemen Kehakiman RI penelitian tentang Perlindungan Konsumen di Indonesia (Proyek tahun 1979-1980).

3) BPHN – Departemen Kehakiman, Naskah Akademis Peraturan Perundang-undangan tentang Perlindungan Konsumen (Proyek tahun 1979-1981).

(23)

21

5) Departemen Perdangan RI bekerjasama dengan FHUI, RUU tentang Perlindungan Konsumen (tahun 1982).

6) Dapartemen Perindustrian dan Perdangan RI bekerjasama dengan pusat Penelitian Sains dan Teknologi, lembaga penelitian UI,RUU tentang Perdangan (tahun 1997).

7) DPR RI, RUU usul ini inisiatif DPR tentang UU PK, Desember 1998.

(24)

b. Hak dan Kewajiban Konsumen Hak Konsumen

Konsumen sebagai pihak yang seharusnya didahulukan seperti kata pepatah “Pembeli adalah raja” Tetapi tidak jarang pada prateknya yang

menjadi raja adalah pelaku usaha dalam hal ini pihak penjual yang dengan seenaknya mempermainkan harga hanya karena barang tersebut sedang atau memang dibutuhkan oleh konsumen walaupun sebenarnya harganya tidak semahal yan g ia pasng. Hal ini dapat terjadi karena dalam suatu transaksi yang memegang kendali utama adalah pelaku usaha yang menyebabkan konsumen tidak dapat berkutik lagi. Mengenai hak konsumen tercantum dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen pasal 4, bagian meliputi :

1) Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/ atau jasa.

2) Hak untuk memilih barang dan/ atau jasa serta mendapatkan barang dan / atau jasa.

3) Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/ atau jasa.

4) Hak untuk didengar pendapat dan keluhan atas barang dan /atau jasa.

(25)

23

7) Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.

8) Hak untuk mendapatkan konpensasi ganti rugi dan / atau pengganti, apabila barang dan/ atau jasa yang diterima sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.

9) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Hak-hak konsumen tersebut dalam prateknya tidak diterapkan baik karena keengganan ataupun karena ketidaktahuan memanfaatkannya. Untuk menggalang potensi yang potensial, sebenarnya sangat diperlukan suatu lembaga konsumen. Lembaga konsumen adalah sebuah gerakan masyarakat yang terorganisir memperjuangkan hak dan kekuatan pembeli dalam hubungannya dengan pelaku usaha.

Hak-hak konsumen tersebut dalam prateknya tidak diterapkan baik karena keengganan ataupun ketidaktauan memanfaatkannya. Untuk menggalang potensi yang potensial, sebenarnya sangat diperlukan suatu lembaga konsumen. Lembaga konsumen adalah sebuah gerakan masyarakat yang terorganisir untuk memperjuangkan hak dan kekuatan pembeli dalam hubungannya dalam pelaku usaha.

Kewajiban Konsumen

(26)

Kewajiban-kewajiban tersebut antara lain adalah :

1) Membaca atau mengukuti pentunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/ atau jasa, demi keamanan dan keselamatan.

2) Beritikad baik dalam melakukan transaksi pmberian barang dan/ atau jasa.

3) Membayar sesuai dengan nilai tukar barang yang disepakati.

4) Mengikuti upaya penyelesaian hukkum sengketa perlindungan konsumen secara patut.

(27)

25

atau rusun yang siap digunakan atau sitempati meningkat. Meskipun rumah atau rumah susun (rusun) belum jadi, bahkan belum dibangun atau masih dalam tahap perencanaan, akibat pemasaran rumah atau rusun yang begitu gencar, sering terdengar konsumen berlomba menghubungi para pengembang (developer) untuk membeli rumah atau rumah susun (rusun). Pada umumnya, pemasaran rumah dan rusun mengunakan sarana iklan atau brosur sebagai sarana mengkonsumsikan produk-produk yang dibuat dan/atau dipasarkan pengemabang/pengusaha kepada konsumennya. Begitu tendensiusnya pemasaran, tidak jarang informasi yang disampaikan itu ternyata menyesatkan (miscoding information) atau tidak benar, padahal konsumen sudah terlanjur menandatangani Perjanjian Pengikatan Jual beli Beli (PPJB) dengan pengembang, atau bahkan sudah akad kredit dengan bank pemberi kredit pemilikan rumah atau satuan rumah susun (rusun). Untuk kepraktisan dari segi hubungan hukum antara pengembang dengan konsumen, pihak yang lebih kuat kedudukannya (pengembang) menciptakan formulir-formulir standar yang mengikat (standart form contracts). Dalam praktek perlindungan konsumen, formulir-formulir itu sidebut sebagai kotrak standar. Resoludi Perserikatan Bangsa-Bangsa Nomor 39/248 tentang Perlindungan Konsumen menamakanya sebagai eno side standar contract. Pengunaan istilah kontrak (contact) di sini bukan istilah “kontrak

(28)

membedakanya dengan “sewa rumah”. Kontrak di sini dirumuskan

sebagai berikut :

A contract is made where parties have reacached agreement. Or

where they are deemed to have reached agreement, and the law

recognizes rights and obligations arising from the agreement”.

Sedangkan standar disini memiliki pengertian yaitu: Buku secara sederhana dapat dikatakan bahwa kontrak standar adalah perjanjian atau persetujuan yang dibuat para pihak mengenai sesuatu hal yang telah ditentukan secara baku (standar) serta dituangkan secara tertulis. Di dalam kontrak standar itu sering dimuat klausa-klausa pengecualian

(exemtion clouse), misalkan: meniadakan tanggung jawab pengembang dalam hal terlambat menyerahkan bangunan, sebaliknya bila konsumen terlambat membayar angsuran uang muka, dikenakan penalty atau denda: membebaskan pengembang dari klaim atas kondisi/kualitas bangunan yang melampaui batas waktu 100 (seratus) hari sejak serah terima bangunan fisik rumah atau sarusun; dan sebagainya. Dalam kondisi perekonomian yang tidak menguntungkan semua pihak, dimana pihak bank, pengembang dan konsumen (debitur) sama-sama mengalami kerugian, ada kecenderungan pihak bank memebebankan semua resiko pelaksanaan KPR kepada konsumen. “Pada kasus penyelenggaraan KPR, pihak bank tidak konsisten pada

perjanjian awal yang mensyaratkan bahwa pembayaran cicilan rumah maksimum 30% dari pendapatan debitur,” kata Sudayatno. Kepada

(29)

27

Indonesia (YLKI). Sebab menurutnya, ketika suku bunga KPR naik menjadi 30%-40%, seperti saat ini, berarti besarnya angsuran debitur mencapai 70% dari penghasilanya. Hal itu tidak sesuai dengan perhitungan yang diberikan saat akad kredit disetujui. Kondisi tersebut dinilai sudah tidak rasional, karena penghaislan debitur sebagian besar hanya digunakan untuk mengngsur rumah. Padahal, debitur juga mengalokasikan penghasilannya untuk mencicil angsuran pembelian mobil, konsumsi dan pendidikan anak-anak, sementara pemasukannya relative tetap. Pada kondisi ini konsumen jelas berada pada posisi yang dirugikan. Padahal pula, dalam perjanjian awal bank mencantumkan pula ketentuan bahwa besarnya suku bunga angsuran KPR sama dengan suku bunga pasar. Dengan dalih tersebut maka sekarang ini bank menaikkan angsuran bulanan debitur berdasarkan perjanjian yang ada. Menurut Sudaryantmo sejak awal perjanjian, yakni pada saat akad-akad kredit, pihak konsumen selalu dalam bargaining position. “Seharusnya pemberlakuan suku bunga pasar terhadap angsuran KPR

ada batasannya, yaitu kemampuan debitur,”teganya. Jika perjanjian

tersebut dibuat oleh bank, untuk bisa dipasarkan seharusnya terlebih dahulu ada pemeriksaan semacam lembaga yang dapat menilai seberapa jauh perjanjian tersebut adil dan seimbang. “Kalau tidak seimabang, pihak yang kuat seperti bank akan mengeploitasi yang lemah, dalam hal ini konsumen,” paparnya. Latar belakang usul

(30)

suatu bentuk perjanjian hanya bisa diterapkan jika pihak-pihak yang terkait perjanjian kedudukanya sama kuat. Jika pihak-pihak yang terkait kedudukanya timpang, untuk melindungi kepentingan pihak yang lemah, konsumen misalnya, harus ada campur tangan Negara, misalnya dalam bentuk perjanjian standar. Dalam proses pembentukan lembaga sejenis,YLKI sebenarnya sejak lama mengajukan data-data factual. Dimulai ketika ada permasalahan pada perjanjian pengikatan jual beli rumah, serta masalah perbankan dan asuransi. Akar permasalahan kasus ini sebenarnya adalah konsumen sudah dalam posisi lemah ketika mengaplikasikan perjanjian. Jadi langkah sistematik untuk melindungi konsumen antara lain harus dilakukan melalui pembentukan lembaga yang mengawasi substansi dari perjanjian yang kuat dengan data faktual.

B. Pengertian Iklan

Bila kita mendengar istilah iklan, ada banyak penafsiran yang menimbulkan kesimpang siuran pengertian, misalnya dengan istilah reklamedan advertising. Sebenarnya istilah-istilah tersebut mempunyai pengertian dan tujuan yang sama. Menurut Masyarakat Periklanan Indonesia mendefenisikan iklan yaitu segala bentuk pesan tentang suatu produk ang disampaikan lewat media, ditujukan pada sebagian atau seluruh masyarakat.

(31)

29

pendapat publik, memenangkan dukungan publik untuk berfikir atau bertindak sesuai dengan keingnan si pemasang iklan.

Dari beberapa pengertian di atas, periklanan dapat disimpulkan sebagai suatu cara untuk memberitahukan kepada khalayak ramai sebagai calon konsumen mengenai barang dan jasa yang ditawarkan, serta mendorong konsumen untuk membeli barang atau jasa yang ditawarkan.

Selanjutnya menurut Tams Jayakusumah dalam Syamsu Rizal (1993:18), periklanan memiliki beberapa jenis, yaitu:

1. Jenis Price Advertising, yaitu suatu penawaran barang atau jasa dimana yang ditonjolkan adalah mengenai segi harga yang menarik.

2. Jenis Quality Advertising, pada jenis ini diusahakan memberikan kesan

pada mutu atau kualitas dari jenis barang yang di iklankan.

3. Jenis Brand Advertising, jenis ini merupakan jenis yang berusaha memberikan kesan tentang brand atau merek atau yang menonjol dari segi merek kepada pembacanya baik yang dilakukan dengan cara melihat atau mendengar.

4. Jenis Product Advertising, jenis ini merupakan suatu penawaran barang dan jasa, dimana yang ditonjolkan adalah dari segi produknya dengan mengemukakan faedah manfaat pemakaian produk jasa tertentu.

1. Fungsi Iklan

Iklan dapat menambah kegunaan informasi pada suatu penawaran produk. Fungsi iklan itu sendiri menurut Basu Swastha (1996: 246) antara lain: a. Memberikan informasi

(32)

kepada konsumen sehingga kegunaannya dapar jelas diketahui oleh konsumen.

b. Membujuk atau mempengaruhi

Dalam hal ini periklanan juga bersifat membujuk konsumen atau calon konsumen.iklan seperti ini biasanya dapat menimbulkan pandangan yang positif kepada masyarakat.

c. Menciptakan kesan

Dalam hal ini iklan dapat memberikan kesan tertentu terhadap barang tersebut, juga dapat menciptakan kesan kepada mayarakat untuk melakukan pembelian secara rasional dan ekonomis.

d. Memuaskan keinginan

Dalam hal ini periklanan merupakan suatu alat yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan itu sendiri berupa pertukaran yang salaing menguntungkan

e. Periklanan merupakan alat komunikasi

Dengan adanya iklan maka komunikasi dua arah antara konsumen dan pedagang dapat terpenuhi dalam cara yang efektif dan efisien sehingga jika mengadakan pertukaran yang saling memuaskan.

2. Macam-macam Periklanan

Berdasarkan letak geografisnya macam-macam periklanan menurut Basu swastha (1996: 249), adalah:

a. Periklanan nasional, yaitu periklanan yang biasa disponsori oleh pemproduksi dengan distribusi secara nasional.

b. Periklanan regional, yaitu periklanan terbatas pada daerah tertentu dari suatu negara.

c. Periklanan lokal, yaitu periklanan yang dilakukan oleh pengecer, sebab penjualannya dilakukan dalam pasar lokal saja.

Sementara itu berdasarkan atas sifat pasarnya, macama-macam periklanan: a. Pengiklanan pada pelanggan (customer advertising), yaitu, periklanan

yang ditujukan untuk konsumen.

b. Pengiklanan pada pedagang, yaitu periklanan yang ditujukan kepada pedagang perantara terutama pengecer.

c. Pengiklanan pada industri, yaitu periklanan yangditujukan untuk pemakai barang industri.

3. Tujuan Periklanan

Menurut Kasali (1992:159) tujuan suatu iklan biasanya dibangun atas: a. Aspek perilaku

(33)

31

b. Sikap yang diharapkan

Hal ini menyangkut sikap atau keistimewaan produk. Misalnya IBM, yang tidak menonjolkan penjualan komputer, melainkan sistem dan pelayanannya.

c. Kesadaran

Dalam pengembangan produk-produk baru di pasaran, merebut kesadaran calon pembeli adalah tugas utama periklanan.

d. Posisioning membentuk citra

Suatu citra bias kaya makna atau sederhana saja, citra dapat berjalan stabil, konsisten dari waktu ke waktu, diperkaya oleh jutaan pengalaman dan banyak jalan pikiran asosiatif, atau sebaliknya bias berubah-ubah dan dinamis. Citra disa diterima secara homogen, sama pada setiap orang, atau sebaliknya setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda-beda.

Sedangkan tujuan iklan adalah untuk membantu penjualan suatu barang atau jasa melalui berbagai media dan mengadakan atau memperluas pasaran barang, baik tujuan jangka panjang maupun jangka pendek.

Sementara itu menurut John Craword dalam Astrid S. Susanto (1997), komunikasi iklan bertujuan untuk:

a. Menyadarkan komunikan dan memberikan informasi kepadanya tentang suatu barang, jasa atau ide.

b. Menimbulkan dalam diri komunikan suatu perasaan suka akan barang, jasa atau ide yang disajikan untuk memberikan preferensi kepadanya. c. Meyakinkan kepada komunikan akan kebenarannya menggerakkannya

untuk berusaha memiliki barang atau jasa menggunakan jasa yang dianjurkan

(34)

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah dalam penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Pendekatan yuridis normatif dimaksudkan sebagai upaya memahami persoalan dengan tetap berada atau bersandarkan pada lapangan atau kajian ilmu hukum, sedangkan pendekatan yuridis empiris dimaksudkan untuk memperoleh kejelasan dan pemahaman dari permasalahan dalam penelitian berdasarkan realitas yang ada.

B. Data dan Sumber Data

Data merupakan sekumpulan informasi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan suatu penelitian yang berasal dari berbagai sumber. Berdasarkan sumbernya data terdiri dari data primer dan data sekunder (Soekanto, 2001). Adapun penjelasan mengenai data yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Data Primer

(35)

33

perlindungan hukum bagi konsumen tindak pidana penipuan iklan perumahan yang merugikan konsumen.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data tambahan yang diperoleh dari berbagai bahan hukum yang berhubungan dengan penelitian ini, yang terdiri dari:

a. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer dalam penelitian ini bersumber dari: 1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

2) Undang-Undang no 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen. 3) Sumber hukum primer lain yang mendukung penelitian.

b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder dalam penelitian ini bersumber dari bahan-bahan hukum yang dapat membantu pemahaman dalam menganalisa serta memahami permasalahan, seperti teori atau pendapat para ahli dalam buku-buku hukum, dokumen atau makalah yang terkait dengan penelitian.

C. Penentuan Populasi dan Sampel

(36)

ini biasanya ditandai dengan kemampuan memberikan informasi mengenai sesuatu yang ditanya peneliti. Selain itu responden mempunyai waktu dan kesempatan untuk dimintai informasi.

Berdasarkan pertimbangan tersebut maka responden dalam penelitian ini adalah Kepala YLKI Kota Bandar Lampung.

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data 1. Prosedur Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan studi pustaka, yaitu melakukan serangkaian kegiatan seperti membaca, menelaah dan mengutip dari buku-buku literatur serta melakukan pengkajian terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pokok bahasan dan studi lapangan, yaitu dengan melakukan wawancara terhadap informan penelitian. Studi lapangan (field research) yang dilakukan melalui wawancara (interview) adalah sebagai usaha mengumpulkan data dengan cara mengajukan tanya jawab dengan informan penelitian (Moleong, 2005: 6)

2. Prosedur Pengolahan Data

Setelah melakukan pengumpulan data, selanjutnya dilakukan pengolahan data sehingga data yang diperoleh dapat mempermudah permasalahan yang diteliti. Adapun pengolahan data yang dimaksud meliputi tahapan sebagai berikut:

(37)

35

b. Klarifikasi Data. Penempatan data menurut kelompok-kelompok yang telah ditetapkan dalam rangka memperoleh data yang benar-benar diperlukan dan akurat untuk kepentingan penelitian.

c. Penyusunan Data. Penempatan data yang saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan yang bulat dan terpadu pada subpokok bahasan sesuai sistematika yang ditetapkan untuk mempermudah interpretasi data.

E. Analisis Data

(38)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah para subyek hukum yang terkait dengan penyelesaian kasus terhadap penipuan iklan perumahan yang merugikan konsumen di Kota Bandar Lampung yang meliputi perwakilan warga perumahan Jaya Permai Bandar Lampung, Manajemen PT Karyaindra Griyasentosa sebagai pengembang, dan Direktur Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Lampung.

1. Responden Perwakilan Warga Perumahan Jaya Permai Nama : Dony Irawan

Umur : 43 Tahun Jenis Kelamin : Laki-Laki

Pendidikan : Sarjana Ekonomi

Jabatan : Perwakilan Warga Perumahan Jaya Permai Status : Pegawai Negeri Sipil

2. Responden Manajemen PT Karyaindra Griyasentosa Nama : Lily Bintoro

(39)

37

Pendidikan : Sarjana Teknik

Jabatan : Direktur PT Karyaindra Griyasentosa Bandar Lampung Status : Swasta

3. Responden LSM YLKI Kota Bandar Lampung Nama : Galnefi

Umur : 32 Tahun Jenis Kelamin : Laki-Laki Pendidikan : Sarjana Hukum

Jabatan : Sekretaris YLKI Lampung Status : Swasta

B. Perlindungan Hukum terhadap Penipuan Iklan Perumahan yang Merugikan Konsumen

1. Penyelesaian Kasus terhadap Penipuan Iklan Perumahan yang Merugikan Konsumen

Pengertian iklan yang terdapat di dalam Ensiklopedia Indonesia adalah pesan-pesan yang disampaikan oleh perorangan, kelompok perusahaan atau badan-badan pemerintah, dalam suatu harian, penerbitan berkala atau barang cetakan yang diedarkan secara luas (seperti buku telpon, buku-buku pameran, dan sebagainya), atas dasar kontrak pembayaran.

(40)

pada media cetak terdapat di dalam Pasal 13 ayat (6) Undang-Undang No. 11 Tahun 1977 yang berbunyi:

Media periklanan merupakan salah satu unsur penunjang yang penting dalam pengembangan usaha pers. Ketentuan-ketentuan mengenai media periklanan akan dialur oleh pemerintah setelah mendengar pertimbangan Dewan Pers.

Penjelasan pasal tersebut menyatakan bahwa:

Peranan iklan makin penting sebagai pendukung dari segi kelembagaan, pengembangan, pembinaan dan sekaligus pengawasan. Pengaturannya akan dilakukan oleh Pemerintah setelah mendengar pertimbangan Dewan Pers dengan mempertimbangkan kemanfaatan seluruh dana nasional yang bersumber dari periklanan untuk kepentingan pengembangan media massa nasional termasuk pers secara merata.

Media cetak menurut Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No. 11 Tahun 1966 adalah :

1. Surat kabar harian, yang di dalam Pasal I ayat (7) disebutkan bahwa surat kabar harian ialah penerbitan setiap baris atau sekurang-kurangnya enam kali dalam seminggu.

2. Penerbitan berkala, yang pengertiannya dalam Pasal 1 ayat (18) adalah penerbitan lainnya yang diterbitkan dalam jangka waktu tertentu, sekurang-kurangnya tiga bulan sekali. Contoh: majalah.

(41)

39

Intansi pemerintah, badan umum dan swasta lainnya yang usahanya mcliputi segala perwujudan kehidupan masyarakat Indonesia dalam tata pergaulan dunia. Misalnya, surat kabar (herkala) yang didirikan atas inisiatif dan yang dibiayai oleh Pemerintah

4. Buletin

Media yang dikategorikan ke dalam media cetak seperti surat kabar dan majalah.

Penafsiran tentang iklan yang palsu, menyesatkan atau menipu di dalam tata krama dan tata cara periklanan Indonesia terlihat pada pernyataan adalah iklan harus jujur, bertanggung jawab dan tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku sebagai berikut :

a. Jujur, iklan tidak boleh menyesatkan, antara lain dengan memberikan keterangan yang tidak benar, mengelabuhi dan memberikan janji yang melebihkan.

a) Tidak bertentangan dengan hukum, iklan harus meaaatuhi undang-undang danperaturan pemerintah yang berlaku.

(42)

kasus-kasus silih berganti. Soal penjualan rumah fiktif belum selesai, sudah disusul masalah pengaduan dan ketidakpuasan konsumen atas fasilitas yang diperolehnya, dan seterusnya. Serangkaian kasus tersebut secara kronologis dan lebih detail dibagi menjadi tiga tahap, jadi sebelum memutuskan membeli rumah, konsumen memperhatikan hal-hal berikut :

1. Pada Tahap Pratransaksi :

a. Cari informasi sebanyak mungkin tentang rumah yang akan dibeli b. Bersikap aktif dalam menerima informasi dari iklan/brosur/ pameran

perumahan. Artinya, pencarian informasi yang tidak dicantumkan iklan tersebut jika perlu buktikan kebenaran klaim iklan tersebut. c. Simpan iklan/brosur rumah tersebut. Apabila dikemudian hari

developer ingkar janji, Anda punya bukti untuk: menuntut realisasi janji-janji developer tersebut.

d. Periksa kelengkapan dokumen administrasi perizinan rumah, seperti, SIPPT (Surat Izin Penunjukan Penggunaan bangunan (IMB), karena :

- Adanya SIPPT memberikan kepastian bagi konsumen bahwa lokasi yang dijanjikan developer sesuai dengan RUTR (Rencana Umum Tata Ruang) Pemda setcmpat.

(43)

41

- Adanya IMB memberikan kepastian hagi konsumen bahwa belum dibangunnya rumah, semata-mata karana alasan pendanaan, bukan karena aspek administrasi.

e. Jangan melakukan pembayaran uang muka atau cicilan sebelum mendatangani PPJB rumah.

2. Pada Tahap Transaksi

a. Sebelum menandatangani PPJB rumah, yakinkan bahwa konsumen memahami betul materi perjanjian tersebut.

b. Bila materi PPJB rumah kuran g jelas konsultasikan dengan ahli hukum.

3. Pada Tahap Purnatransaksi

a. Sebelum menandatangani berita acara serah terima rumah, periksa dengan teliti bahwa rumah yang akan anda terima, sesuai dengan apa yang diatur dalam PPJB rumah. b. Apabila pembayaran/ cicilan rumah Anda

lunas. Minta sertifikat pecahan sebagai bukti kepemilikan alasan tanah dan rumah kepada developer.

(44)

membingungkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa betapa unik dan peliknya masalah perumahan. Selain itu juga terdapat kenyataan mengenai kenakalan pengembang yang seringkali terjadi dalam pembangunan perumahan. Malangnya korbannya adalah masyarakat kelas menengah bawah yang amat membutuhkan rumah.

2. Pelaksanaan Perlindungan Hukum terhadap Penipuan Iklan Perumahan yang Merugikan Konsumen

Pelaksanaan perlindungan hukum terhadap penipuan iklan perumahan yang merugikan konsumen dalam penelitian ini dikelompokkan pada proses pelaksanaan penyelesaian kasus secara musyawarah yaitu proses penyelesaian secara kekeluargaan atau negoisasi antara PT Karyaindra Griyasentosa sebagai pengembang dengan warga Perumahan Jaya Permai Bandar Lampung dan proses penyelesaian kasus iklan perumahan dengan negoisasi antara PT Karyaindra Griyasentosa sebagai pengembang dengan Yayasan Lembaga Konsumen (YLKI) Lampung yang menerima pengaduan warga Perumahan Jaya Permai Bandar Lampung tanpa melaporkan kepada pihak Kepolisian.

a. Pelaksanaan Penyelesaian terhadap Penipuan iklan Perumahan yang Merugikan Konsumen Melalui Musyawarah

(45)

43

tetapi manajemen PT Karyaindra Griyasentosa sebagai pengembang Perumahan Jaya Permai Bandar Lampung tidak merespon keluhan tersebut.

Menurut keterangan perwakilan warga Perumahan Jaya Permai Bandar Lampung, Dony Irawan menerangkan bahwa warga telah mengirimkan keluhan tersebut secara tertulis kepada manajemen PT Karyaindra Griyasentosa tetapi tidak mendapat respon dan tidak terdapat tindakan untuk memperbaiki pengaduan dari warga yang menyebabkan warga menyampaikan keluhan melalui surat kabar. PT Karyaindra Griyasentosa merespon pengaduan di surat pembaca tersebut dengan mengirimkan surat kepada warga yang berisi tentang akan disegerakannya perbaikan keluhan-keluhan warga tersebut.

Berdasarkan uraian di atas maka jelaslah bahwa pelaksanaan tugas dilakukan oleh pengembang diarahkan pada upaya perbaikan fasilitas perumahan dan pelayanan pada warga. Upaya tersebut terus dilaksanakan secara berkesinambungan oleh pengembang dengan program-program sesuai dengan skala prioritas yang telah ditetapkan sebelumnya.

(46)

bukti-bukti yang kuat untuk menentukan apakah termasuk sebagai tindak pidana atau bukan. Dalam survey ini, rangkaian tindakan bertujuan untuk mencari dan menemukan fasilitas yang tidak sesuai, guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan perbaikan. Rangkaian survey hanya dimaksudkan untuk mengontrol kondisi fasilitas dan kondisi fisik dari perumahan tersebut. Tujuan pokok tindakan pengontrolan secara periodik adalah memberikan pelayanan kepada konsumen. Dengan demikian, pengembang dituntut untuk bekerja secara obyektif, tidak sewenang-wenang, dan profesional.

Tindak lanjut dari pengaduan warga Perumahan Jaya Permai dengan PT Karyaindra Griyasentosa adalah diadakannya pertemuan secara kekeluargaan dan PT Karyaindra Griyasentosa sebagai pengembang memperbaiki fasilitas-fasilitas yang rusak tersebut.

b. Pelaksanaan Perlindungan Hukum terhadap Penipuan Iklan Perumahan yang Merugikan Konsumen melalui YLKI

Setelah PT Karyaindra Griyasentosa mengirimkan surat kepada warga yang berisi tentang akan disegerakannya perbaikan keluhan-keluahan tetapi tidak terdapat realisasinya, warga Perumahan Jaya Permai megadukan permasalahan tersebut kepada YLKI Lampung dengan mengirimkan surat pada tanggal 13 September 2000.

(47)

45

Berdasarkan keterangan Sekretaris YLKI Lampung, Galnefi, diketahui bahwa keluahan warga tersebut tidak sampai dilaporakan kepada Kepolisian karena hasil pertemuan dengan perwakilan warga Perumahan Jaya Permai, Dony Irawan menerangkan bahwa telah diadakan pertemuan secara kekeluargaan dengan PT Karyaindra Griyasentosa, musyawarah tersebut menghasilkan kesepakatan bahwa PT Karyaindra Griyasentosa akan keluhan warga dengan memperbaiki fasilitas-fasilitas yang rusak tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, kesepakatan musyawarah merupakan hasil negoisasi dari ketidakpuasan konsumen yang ditunjukkan oleh pengaduan warga Perumahan Jaya Permai melalui surat kabar dan YLKI. PT Karyaindra Griyasentosa Bandar Lampung sebagai pengembang sebelumnya menyangkal laporan keluhan warga tersebut dengan mengirimkan surat kepada YLKI yang berisi sanggahan terhadap tuduhan warga dan berusaha menjelaskan bahwa perusahaan telah menunaikan kewajibannya sebagai pengembang.

C. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Penipuan Iklan Perumahan yang Merugikan Konsumen

(48)

1. Faktor Perusahaan Pengembang

Menurut Keterangan YLKI diketahui bahwa pengembang yang merugikan konsumen merupakan faktor penentu dalam meningkatnya tindak pidana penipuan iklan perumahan. Kasus penipuan iklan oleh pengembang dalam pembanguaan rumah dapat dikelompokkan menjadi dua:

a. Pengembang membangun rumah tidak sesuai dengan apa yang dijanjikan. Misalnya lokasi atau kondisi bangunan dan fasilitas lingkungan (fasum dan faros) tidak sesuai dengan janji.

b. Pengembang dapat dikualifikasikan telah ingkar janji atau wanprestasi atau dapat dianggap menipu yang dikategorikan melakukan perbuatan mclawan hukum (pasal 1365 KUHP) dalam hal demikian konsumen (pembeli rumah) dapat mempersoalkannya secara perdata.

c. Pengembang lari setelah menerima uang muka. Perbuatan demikian dapat dijerat hukum pidana, karena dapat diklasifikasikan dalam penipuan atau dapat pula sebagai penggelapan. Apabila dalam melakukan aksinya pengembang memalsukan surat -surat, misalnya izin lokasi, IMB, surat keanggotaan REI , dan lainnya, maka dapat diklasifikasikan sebagai tindak pidana penipuan surat sebagaimana diatur dalam pasal 263-266 KUHP.

2. Faktor Masyarakat

(49)

47

yang layak sesuai harganya dan kurangnya sosialiasi khususnya pada masyarakat ekonomi menengah yang sangat membutuhkan tempat tinggal. Dalam membeli rumah seharusnya konsumen harus kritis ketika berhadapan dengan iklan perumahan. Kritis ketika berhadapan dengan PPJB rumah dan apa yang dijanjikan developer tidak kunjung tiba.

Brosur-brosur yang dikeluarkan pengembang di Indonesia, khususnya di Bandar Lampung, yang berusaha untuk mendapatkan konsumen sebanyakbanyaknya hampir semuanya berisi keringanan-keringanan, kemudahan- kemudahan, bonus-bonus dan berbagai fasilitas yang menggiurkan. Padahal, jika terjadi jual beli antara konsumen dengan pengembang, kesemuanya belum tentu menjadi kenyataan. Ada yang menjadi kenyataan sebagian atau seluruhnya tetapi lama terwujud.

3. Faktor Penegak Hukum

Menurut keterangan Sekretaris YLKI Lampung, Galnefi diketahui bahwa penegak hukum menjadi faktor terjadinya penipuan iklan perumahan yang merugikan konsumen, karena kurangnya sosialiasi mengenai perlindungan hukum kepada konsumen pada umumnya, dan perlindungan hukum penipuan iklan perumahan yang merugikan konsumen pada khususnya bagi kelompok masyarakat dengan pengetahuan perumahan dan ekonomi menengah.

(50)

mendekati khalayak sasaran dengan menarik perhatian mereka. Dengan berbagai cara, mulai dari menampilkan paras sang model yang cantik dan sensual sampai kata-kata manis yang cerdik dan penuh siasat atau bahkan muslihat. Mulai dari tata warna yang kontras, atau bahkan malah norak mencolok mata sampai suara dan gelak genit wanita belia serta musik atau efek suara yang tidak jarang terdengar cukup aneh di telinga normal.

Dalam kasus penipuan iklan perumahan, konsumen dapat mengadukan keluhannya ke YLKI atau LBH. Sedangkan tindak lanjut dari kasus pidana tentang penipuan iklan perumahan tersebut konsumen dapat mengadukannya ke POLRI untuk ditindaklanjuti sesuai hukum pada Pasal 378 KUHP. Untuk menguatkan laporan konsumen tersebut, sebaiknya konsumen didampingi atau mendapat rekomendasi dari YLKI sebagai LSM perlindungan konsumen. POLRI sebagai pengayom masyarakat seyogyanya merespon laporan masyarakat tersebut dengan cepat dan tanggap berdasarkan asas praduga tak bersalah.

(51)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Pelaksanaan perlindungan hukum terhadap penipuan iklan perumahan yang merugikan konsumen dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan mulai dari tingkat pengembang, masyarakat dan penegak hukum. Pelaksanaan perlindungan hukum terhadap penipuan iklan perumahan yang merugikan konsumen di tingkat penegak hukum dilakukan dengan melaksanakan penyelidikan atas laporan warga tentang adanya dugaan tindak pidana penipuan iklan perumahan yang merugikan konsumen oleh pengembang, setelah jelas dan cukup bukti bahwa laporan masyarakat tersebut benar, maka selanjutnya dilaksanakan penyidikan sesuai Undang-Undang Perlindungan Konsumen.

(52)

khususnya pada masyarakat ekonomi menengah yang sangat membutuhkan tempat tinggal; dan faktor penegak hukum, yaitu kurangnya sosialiasi perlindungan hukum bagi masyarakat dengan pengetahuan perumahan dan ekonomi menengah.

B. Saran

Saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kepada aparat penegak hukum dan lembaga swadaya masyarakat yang intens menangani masalah perlindungan hukum kepada konsumen hendaknya semakin meningkatkan sosialiasi dalam rangka menyebar luaskan pengetahuan dan kesadaran bagi masyarakat, dengan latar belakang pendidikan dan ekonomi menengah, tentang pentingnya perlindungan hukum kepada konsumen.

2. Kepada masyarakat luas pada umumnya, hendaknya semakin meningkatkan kontrol jika membeli rumah, hal ini penting dilakukan guna mengantisipasi potensi terjadinya tindak pidana penipuan iklan perumahan yang merugikan konsumen.

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pembinaan Hukum Nasional. 2002. Simposium Aspek-aspek Hukum Masalah Perlindungan Konsumen. Bina Cipta. Jakarta.

Kasali, Rhenald. 1992. Manajemen Periklanan. Pustaka Utama Garfiti. Jakarta. ---. 1992. Manajemen Periklanan Konsep dan Aplikasinya di

Indonesia. Pustaka Utama Grafiti. Jakarta.

Komisi Periklanan Indonesia. 1996. Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia yang disempurnakan. Dewan Pers Indonesia. Jakarta.

Nasution, AZ. 2002. Hukum Perlindungan Suatu Pengantar. Diadit Media. Jakarta.

---. 2002. Konsumen dan Hukum: Tinjauan Sosial, Ekonomi dan Hukum pada Perlindungan Konsumen. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Russel J. Thomas dan W. Ronald Lane. 2005. Tata Cara Periklanan Kleppner.

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1998. Ilmu Jiwa Anak. Toha Putra. Semarang

Assegaf, Djafar. 1991. Jurnalistik Masa Kini, Prakek Kewartawanan. Ghalia Indonesia. Jakarta

Affif, Faisal. 1991. Psikologi Penjualan. Angkasa. Bandung.

Bandura, 1983. Psikologi Remaja. PT. Rajagrafindo Persada. Bandung.

Cangara, Hafied. 2002. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT. Rajagrafindo Persada. Bandung.

Daradjat, Zakiah. 1996. Pembinaan Remaja, NV. Bulan Bintang. Jakarta. Effendi, Onong Uchjana. 2001. Teori Komunikasi Massa. PT. Citra Aditya Bakti.

Bandung.

Gerungan, W.A. 1988. Psikologi Sosial. PT. Gresco. Bandung.

Gunarsah, Singgih D. dan Y. Singgih D. 1990. Psikologi Remaja. BPK Gunung Mulia. Jakarta.

Jefkins, Franks. 1997. Periklanan. Erlangga. Jakarta.

Kasali, Rhenald. 1992. Manajemen Periklanan Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Pustaka Utama Grafiti. Jakarta.

Kotler, Philip. 1997. Marketing Jilid Kedua. Erlangga. Jakarta.

Masri, A. W. 1978. Sikap Manusia dan Perubahannya. Ghalia Indonesia. Jakarta Pattis, S. William. 1993. Karier Bisnis dalam Periklanan. Prahara Prize.

Semarang.

(55)

Susanto, Astrid. S. 1997. Komunikasi dalam Teori dan Praktek. Bina Cipta. Bandung.

Sutisna, 2001. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Swastha, Basu. 1996. Azas-Azas Marketing. Liberty. Yogyakarta.

Sumber Lain:

Handayani, Pmi Pon. 2004. Efek Iklan Televisi Dengan Daya Tarik Budaya Tradisional Jawa Terhadap Minat Beli Khalayak. (Studi Kasus Efek Iklan Oskadon SP dengan Daya Tarik Atribut Budaya Tradisional Jawa

Terhadap Minat Beli Khalayak pada Masyarakat di Jl. RE. Martadinata RW 015 Kel. Tanjung Priok Jakarta Utara. Skripsi. FISIP Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Rizal, Syamsul. 1993. Hubungan Pesan Iklan Media Cetak dengan Pola Hidup Konsumtif Ibu Rumah Tangga. Skripsi. FISIP Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Safitri, Dwi Yani. 2003. Hubungan Antara Faktor-Faktor Penampilan Iklan Telepon Genggam NOKIA dengan Perhatian Pembaca Pelanggan Tabloid Bintang Indonesia dalam Menimbulkan Minat Membeli (Studi di

Kelurahan Rawa Laut. Skripsi. FISIP Universitas Lampung. Bandar Lampung.

(56)

ANALISIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENIPUAN IKLAN PERUMAHAN YANG MERUGIKAN KONSUMEN

Oleh: ERIES ROSADI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(57)

Judul Skripsi : ANALISIS PERLINDUNGAN HUKUM

TERHADAP PENIPUAN IKLAN PERUMAHAN YANG MERUGIKAN KONSUMEN

Nama Mahasiswa : ERIES ROSADI No. Pokok Mahasiswa : 0542011113 Bagian : Hukum Pidana Fakultas : Hukum

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Gunawan Jatmiko, S.H.,M.H. NIP. 196204061989031003

Tri Andrisman, S.H., M.H. NIP. 19611231 198903 1 023

2. Ketua Bagian Hukum Pidana,

(58)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Gunawan Jatmiko, S.H., M.H. ………

Sekretaris/Anggota : Tri Andrisman, S.H., M.H. ………

Penguji Utama : Safruddin, S.H., M.H. ………

2. Dekan Fakultas Hukum

Hi. Adius Semenguk, S.H., M.H. NIP. 195609011981031003

(59)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 9 november 1987, sebagai anak Anak ke 2 dari 5 bersaudara, buah hati pasangan Bapak H. CH.B. Syarofie (Alm) , S.E. dan Hj. Herlina.

(60)

MOTTO





….

Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka

merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri...

(Q.S. Ar-Ra’d: 11)*

Jangan pernah takut dengan resiko, karena resiko merupakan bagian dari

kehidupan, melangkahlah ke depan apapun itu resikonya dan ingat apapun itu

semua bisa karena terbiasa

(Eries Rosadi)

Whenever u think about life’s problems, take a step back

and think about what life would be way out problems

(Jhon Mayer)

____________________

(61)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

Mama dan Papa tercinta, yang selalu menanti keberhasilanku

Kakakku Rizqi Fitriyadi, S.E. dan adik-adikku Rika Yulendasari, Nurulia

Desitasari serta Muhammad Ridho Akbar

Teman-teman seperjuangan

Almamaterku

(62)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, sebab hanya dengan kehendaknya semata, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: ”Analisis Perlindungan Hukum Terhadap Penipuan Iklan Perumahan yang Merugikan Konsumen”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Hukum pada Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Hi. Adius Semenguk, S.H, M.H, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Ibu Diah Gustiniati, SH, MH., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung.

3. Bapak Tri Andrisman, SH, MH., selaku Sekretaris Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung.

(63)

5. Bapak Tri Andrisman, S.H., M.H, selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan sumbangan pemikiran sehingga selesainya skripsi ini.

6. Bapak Safruddin, S.H., M.H., selaku Dosen Pembahas I yang telah memberi masukan dan saran kepada penulis dalam menyempurnakan skripsi ini.

7. Ibu Rini Fathonah, S.H., M.H, selaku Dosen Pembahas II yang telah memberi saran dan kritik kepada penulis dalam menyempurnakan skripsi ini.

8. Bapak Galnefi selaku Sekretraris YLKI Kota Bandar Lampung yang telah berkenan menjadi responden, memberikan data dan informasi yang penulis butuhkan selama penelitian.

9. Ibu Arniyah dan Kyai Apri, Mba Sri, Mba Yani, Mba Dian, Mba Eva, dan Mba Rita yang selalu membimbingku dalam menyelesaikan pendidikan S1 di FH Unila.

10.Si Biru a.k.a. BE 6823 BD, yang setia menemani, mengantarku kemanapun aku mau.

11.Sahabat-sahabatku terkasih, Ipda. Pol Gilang Perdana S, A.Md. I.K., Andhika Mahardika, S.Kom., Putra Nata Sasmita, S.H., Rafli Satria Yudha, dan Dian Maulana terima kasih atas support kalian semoga persahabatan kitra terus terjaga.

12.Kartika Hendraswari, A.Md., yang selalu menjadi inspiratorku dalam mengerti arti hidup (u’r the one and only).

(64)

bersamaku, pada periode masing-masing ( ;)) piss ) maaf kalo ada salah. 15.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Semoga kebaikan yang telah diberikan akan mendapatkan pahala di sisi Allah SWT, dan akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Amin

Bandar Lampung, Februari 2010 Penulis,

(65)

DAFTAR ISI

I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual ... 6

1. Kerangka Teoritis ... 6

2. Kerangka Konseptual ... 10

E. Sistematika Penulisan ... 12

DAFTAR PUSTAKA II TINJAUAN PUSTAKA ... 15

A. Tinjauan Tentang Perlindungan Konsumen ... 15

B. Pengertian Iklan ... 28

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 34

1. Prosedur Pengumpulan Data ... 34

2. Prosedur Pengolahan Data ... 35

E. Analisis Data ... 35

(66)

A. Karakteristik Responden ... 36

B. Perlindungan Hukum terhadap Penipuan Iklan Perumahan yang Merugikan Konsumen ... 37

1. Penyelesaian Kasus terhadap Penipuan Iklan Perumahan yang Merugikan Konsumen ... 37

2. Pelaksanaan Perlindungan Hukum terhadap Penipuan Iklan Perumahan yang Merugikan Konsumen ... 42

C. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Penipuan Iklan Perumahan yang Merugikan Konsumen ... 45

1. Faktor Perusahaan Pengembang ... 46

2. Faktor Masyarakat ... 46

3. Faktor Penegak Hukum ... 47

DAFTAR PUSTAKA V PENUTUP ... 48

A. Kesimpulan ... 48

B. Saran ... 49 DAFTAR PUSTAKA

(67)

ANALISIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENIPUAN IKLAN PERUMAHAN YANG MERUGIKAN KONSUMEN

SKRIPSI

Disusun Oleh : ERIES ROSADI NPM. 0542011113

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

Referensi

Dokumen terkait

dari konseli yang harus dinyatakan dalam perilaku tentang apa yang harus dikerjakan dan diinginkan oleh konseli. Tanggung jawab dan perilaku nyata yang harus

Berdasarkan uraian diatas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah sikap masyarakat pengguna jasa layanan transportasi udara di Surabaya pasca pemberitaan

Sementara itu, makna religius adalah penghayatan dan implementasi ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. 31 Teori akan tak ada gunanya tanpa adanya suatu praktek,

Seseorang yang dipanggil sebagai saksi wajib untuk memenuhi panggilan (Pasal 112 ayat (2) KUHAP), sedangkan ancaman pidana untuk saksi yang tidak memenuhi

dan derajat diferensiasi yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan narasi.Analisis bivariat berupa uji statistik dengan menggunakan Chi-square test

Jadi dapat disimpulkan bahwa kuesioner yang digunakan untuk mengukur variabel gaya kepemimpinan (X1), komunikasi organisasi (X2) dan kinerja karyawan (Y) adalah

Berdasarkan hasil penelitian Daya hambat ekstrak etanol limbah tomat ( Lycopersicum esculentum Mill) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara

Pada dimensi generality, pem- belajaran Socrates Kontekstual yang telah dilakukan dapat memunculkan indikator self-efficacy berpikir kritis matematis yaitu indikator berpedo-