SKRIPSI
PENGARUH KEBIJAKAN DEVIDEN DAN RETURN ON EQUITY
TERHADAP HARGA SAHAM PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR
OLEH
NOVIA REZKY RIANDA SIREGAR
090503166
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul :
“Pengaruh Kebijakan Deviden dan Return On Equity Terhadap Harga Saham
Pada Perusahaan Manufaktur” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul
dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain
dalam konteks penulisan skripsi level program S-1 Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Semua sumber data informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan
jelas, benar apa adanya. Apabila kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya
bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, 25 Maret 2013 Yang Membuat Pernyataan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, anugerah, kekuatan dan kesehatan bagi saya sehingga saya dapat
menyelesaikan skripsi ini. Tanpa ridho dan rahmat-Nya mustahil bagi saya untuk
dapat menyiapkan tugas akhir ini.
Skripsi ini saya persembahkan untuk keluarga tercinta yang selalu
mendukung dan mendoakan saya. Untuk kedua orangtua saya yang sangat saya
cintai, Drs. H. Yusri Ramadhan Siregar, MAP dan Hj. Donney Rezeki Harahap
yang telah memberikan kasih sayang tulus, doa dan dukungan dalam setiap
langkah saya menyelesaikan skripsi ini. Kepada abang dan adik saya, Syahreza
Rianda Siregar, S.Sos dan Kartika Putri Rianda Siregar yang senantiasa memberi
masukan dan saran guna memperlancar penulisan skripsi ini serta terus memberi
saya semangat. Saya sangat berterima kasih dan bersyukur memiliki keluarga
yang sangat memotivasi saya.
Saya juga ucapkan terima kasih untuk teman-teman kesayangan saya
Dewi, Dita, Sasa, Ira dan Bajora. Untuk teman-teman stambuk ’09 S1 Akuntansi
yang khususnya Syifa, Tara, Ica, Nisa, Dodo, Dolly, Haris, Wando dan Yudis
yang sudah sangat mendukung saya dalam mengerjakan skripsi ini.
Adapun skripsi ini berjudul “Pengaruh Kebijakan Deviden dan Return
On Equity Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur”, yang
ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas Sumatera
Utara.
Pada kesempatan ini, tidak lupa saya mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah memberikan bimbingan, nasihat,
dan bantuan selama proses penyusunan skripsi ini.
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M. Ec. Ac, Ak, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, selaku Ketua Departemen
Akuntansi dan Bapak Drs.Hotmal Ja’far, MM, Ak, selaku Sekretaris
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, MSi, Ak, selaku Ketua Program Studi S-1
Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak, selaku Sekretaris Program
Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dra. Nurzaimah, MM, Ak, selaku Dosen Pembimbing dan Bapak Drs.
Firman Syarif, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembaca yang telah banyak
membantu dan memberikan pengarahan kepada penulis dari awal hingga
selesainya skripsi ini.
5. Ibu Dra. Naleni Indra, Msi, Ak, selaku dosen wali yang telah membantu
penulis dalam konsultasi akademik selama perkuliahan.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah
membimbing saya selama menuntut ilmu di fakultas ini serta seluruh staf
Penulis menyadari banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini, untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Medan, 25 Maret 2013 Penulis
ABSTRAK
PENGARUH KEBIJAKAN DEVIDEN DAN RETURN ON EQUITY TERHADAP HARGA SAHAM PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Kebiijakan Deviden dan Return On Equity berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap harga saham. Penelitian ini menggunakan data sekunder, dengan mengambil sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 15 perusahaan.
Penelitian ini dilakukan untuk periode 2008-2011. Data diperoleh dari Indonesian Stock Exchange Fact Book tahun 2010-2012 dari situs www.idx.co.id. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan metode analisis data yang terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda dengan uji t dan uji F.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial Kebijakan Deviden atau Deviden Payout Ratio (DPR) dan Return On Equity (ROE) memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Sedangkan secara simultan, kedua variabel Kebijakan deviden atau
Deviden Payout Ratio (DPR) dan Return On Equity (ROE) bersama-sama
memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
ABSTRACT
THE EFFECT OF DIVIDEND PAYOUT RATIO (DPR) AND RETURN ON EQUITY (ROE) ON STOCK PRICE IN MANUFACTURING COMPANY
The purpose of this study was to determine whether the Deviden Payout Ratio and Return On Equity partially or simultaneously affect the stock price. This study uses secondary data, by taking a sample of manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange as many as 15 companies.
The research was conducted for the period 2008-2011. Data obtained from the Indonesian Stock Exchange Fact Book in 2010-2012 from the site www.idx.co.id. The data collected were analyzed with the data analysis to prior classical assumption test before testing the hypothesis. Testing the hypothesis in this study using multiple linear regression t test and F test
The results showed that partially Dividend Payout Ratio (DPR) and Return On Equity (ROE) has a significant influence on the share price manufacturing companies listed on the Stock Exchange. While simultaneously, the second variable Dividend Payout Ratio (DPR) and Return On Equity (ROE) together have a significant effect on stock prices of manufacturing companies listed on the Stock Exchange
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... v
ABSTRACT ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dividen ... 6
2.1.1 Pengertian Dividen ... 6
2.1.2 Dividen Sebagai Sinyal (Dividend Signalling Theory) ... 14
2.2 Return On Equity ... 16
2.3 Harga Saham ... 19
2.4 Penelitian Terdahulu ... 29
2.5 Kerangka Konseptual ... 30
2.6 Hipotesis ... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 33
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 33
3.3 Batasan Operasional ... 34
3.4 Definisi Operasional ... 34
3.5 Skala Pengukuran Variabel ... 35
3.6 Jenis Data ... 35
3.7 Metode Pengumpulan Data ... 35
3.8 Populasi dan Sampel Penelitian ... 36
3.9 Teknik Analisis ... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian ... 50
4.2 Hasil Penelitian ... 55
4.2.1 Statistik Deskriptif ... 55
4.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 55
1. Uji Normalitas ... 55
2. Uji Multikolinieritas ... 58
3. Uji Autokorelasi ... 59
4.2.3 Uji Hipotesis ... 61
1. Koefisien Determinasi ... 61
2. Uji-t ... 63
3. Uji-F ... 64
4.3 Pembahasan Hasil Analisis ... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 67
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 68
5.3 Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 71
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 34
Tabel 3.2 Daftar Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI ... 37
Tabel 3.3 Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur ... 40
Tabel 4.1 Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur ... 51
Tabel 4.2 Dividend Payout Ratio ... 52
Tabel 4.3 Return On Equity ... 53
Tabel 4.4 Harga Saham ... 54
Tabel 4.5 Descriptive Statistics ... 55
Tabel 4.6 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ... 58
Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinieritas ... 58
Tabel 4.8 Hasil Uji Autokorelasi ... 59
Tabel 4.9 Hasil Uji Glejser ... 60
Tabel 4.10 Hasil Uji Hipotesis ... 61
Tabel 4.11 Hasil Uji-t ... 63
Tabel 4.12 Hasil Uji F statistik (1) ... 64
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
Lampiran 1 Daftar Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI ... 73
Lampiran 2 Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur ... 76
Lampiran 3 Dividend Payout Ratio ... 77
Lampiran 4 Return On Equity ... 78
Lampiran 5 Harga Saham ... 79
Lampiran 6 Descriptive Statistics ... 80
Lampiran 7 Hasil Uji Normalitas ... 80
Lampiran 8 Hasil Uji Multikolinieritas ... 82
Lampiran 9 Hasil Uji Autokorelasi ... 82
Lampiran 10 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 83
Lampiran 11 Koefisien Determinasi ... 83
Lampiran 12 Hasil Uji-t ... 84
ABSTRAK
PENGARUH KEBIJAKAN DEVIDEN DAN RETURN ON EQUITY TERHADAP HARGA SAHAM PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Kebiijakan Deviden dan Return On Equity berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap harga saham. Penelitian ini menggunakan data sekunder, dengan mengambil sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 15 perusahaan.
Penelitian ini dilakukan untuk periode 2008-2011. Data diperoleh dari Indonesian Stock Exchange Fact Book tahun 2010-2012 dari situs www.idx.co.id. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan metode analisis data yang terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda dengan uji t dan uji F.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial Kebijakan Deviden atau Deviden Payout Ratio (DPR) dan Return On Equity (ROE) memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Sedangkan secara simultan, kedua variabel Kebijakan deviden atau
Deviden Payout Ratio (DPR) dan Return On Equity (ROE) bersama-sama
memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
ABSTRACT
THE EFFECT OF DIVIDEND PAYOUT RATIO (DPR) AND RETURN ON EQUITY (ROE) ON STOCK PRICE IN MANUFACTURING COMPANY
The purpose of this study was to determine whether the Deviden Payout Ratio and Return On Equity partially or simultaneously affect the stock price. This study uses secondary data, by taking a sample of manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange as many as 15 companies.
The research was conducted for the period 2008-2011. Data obtained from the Indonesian Stock Exchange Fact Book in 2010-2012 from the site www.idx.co.id. The data collected were analyzed with the data analysis to prior classical assumption test before testing the hypothesis. Testing the hypothesis in this study using multiple linear regression t test and F test
The results showed that partially Dividend Payout Ratio (DPR) and Return On Equity (ROE) has a significant influence on the share price manufacturing companies listed on the Stock Exchange. While simultaneously, the second variable Dividend Payout Ratio (DPR) and Return On Equity (ROE) together have a significant effect on stock prices of manufacturing companies listed on the Stock Exchange
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Umumnya para investor mempunyai tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraannya yaitu dengan mengharapkan pendapatan dalam bentuk dividen
maupun capital gain. Di lain pihak perusahaan juga mengharapkan adanya
pertumbuhan secara terus menerus untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya, sekaligus juga harus memberikan kesejahteraan yang lebih besar
kepada para pemegang sahamnya. Hal ini akan terjadi karena kebijakan dividen
adalah sangat penting untuk memenuhi harapan para pemegang saham terhadap
dividen, dan sisi lain juga tidak harus menghambat pertumbuhan perusahaan.
Para investor yang tidak bersedia me ngambil resiko mempunyai pandangan
bahwa semakin tinggi tingkat resiko suatu perusahaan, akan semakin tinggi juga
tingkat keuntungan yang diharapkan sebagai hasil atau imbalan terhadap resiko
tersebut. Selanjutnya dividen yang diterima pada saat ini akan mempunyai nilai
yang lebih tinggi daripada capital gain yang akan diterima di masa yang akan
datang. Dengan demikian investor yang tidak bersedia berspekulasi akan lebih
menyukai dividen dari pada capital gain.
Dividen adalah proporsi laba atau keuntungan yang dibagikan kepada
pemegang saham dalam jumlah yang sebanding dengan jumlah saham yang
dimiliki. Terdapat dua macam bentuk dividen yaitu dividen kas dan dividen
saham sekali dalam setahun, kebijakan pembagian dividen tergantung pada
keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Kebijakan dividen suatu perusahaan akan melibatkan dua pihak yang
berkepentingan, kepentingan bagi para pemegang saham dengan dividennya, dan
kepentingan perusahaan dengan laba ditahannya, disamping itu juga kepentingan
bondholder yang dapat mempengaruhi besarnya dividen yang dibayarkan.
Dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham tergantung kepada kebijakan
masing-masing perusahaan sehingga memerlukan pertimbangan yang lebih serius
dari manajemen perusahaan. Kebijakan dividen pada hakikatnya adalah
menentukan posisi keuntungan yang akan dibagikan kepada para pemegang
saham, dan yang akan ditahan sebagai bagian dari laba yang ditahan.
Sedangkan capital gain adalah selisih antara nilai jual dengan nilai beli
saham bila investor menjual saham tersebut, capital gain diperoleh dengan cara
selisih untung dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang
lalu. Perusahaan memba gikan dividen dan capital gain tergantung dari laba yang
diperoleh perusahaan. Jika laba yang diperoleh perusahaan tersebut besar maka
dividen yang akan dibagikan akan tinggi dan sebaliknya juga apabila laba yang
diperoleh perusahaan kecil maka dividen yang akan dibagikan pun kecil. Hal
tersebut kemungkinan besar akan mempengaruhi harga saham dan volume
perdagangan saham serta serta menimbulkan reaksi pasar.
Harga saham merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan
perusahaan dan sangatlah dipengaruhi oleh kekuatan pasar itu sendiri, harga
pasang surut tergantung oleh banyaknya penawaran dan permintaan atas saham
tersebut serta beberapa faktor lain yang mempengaruhinya.
Harga Saham menentukan adanya permintaan dan penawaran (demand and
supply) terhadap jumlah lembaran saham, jika harga saham dinilai terlalu mahal
(overvalued) atau terlalu rendah (undervalued) dengan kata lain salah harga
(mispriced) oleh para investor maka permintaan terhadap saham tersebut akan
turun dan kepemilikan saham menjadi terbatas bagi investor tertentu saja.
Turunnya permintaan saham tersebut akan mengakibatkan harga saham bergerak
turun menuju ke harga saham baru yang dinilai wajar oleh pasar, harga saham
yang baru tersebut kemungkinan besar akan menarik kembali minat para investor
untuk membelinya (trading).
Harga saham selalu mengalami perubahan setiap harinya bahkan setiap
detik harga saham dapat berubah. Oleh karena itu, investor harus mampu
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham. Harga suatu
saham dapat ditentukan menurut hukum permintaan dan penawaran (kekuatan
tawar-menawar). Semakin banyak orang yang membeli suatu saham, maka harga
saham tersebut cenderung akan bergerak naik.
Demikian juga sebaliknya, semakin banyak orang yang menjual saham
suatu perusahaan, maka harga saham tersebut cenderung akan bergerak turun.
Faktor -faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari
internal maupun eksternal. Adapun faktor internalnya antara lain adalah laba
perusahaan, pertumbuhan aktiva tahunan, likuiditas, nilai kekayaan total dan
dampaknya, pergerakan suku bunga, fluktuasi nilai tukar mata uang, rumor dan
sentimen pasar serta penggabungan usaha (Business Combination).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penulisan
skripsi dengan judul “Pengaruh Kebijakan Deviden dan Return on Equity
terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah kebijakan Deviden berpengaruh terhadap Harga Saham pada
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI ?
2. Apakah Return on Equity berpengaruh terhadap Harga Saham pada
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI ?
3. Apakah kebijakan Deviden dan Return on Equity bersama-sama
mempengaruhi Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar
di BEI ?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui adanya pengaruh kebijakan Deviden terhadap
Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI.
2. Untuk mengetahui adanya pengaruh Return on Equity terhadap
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan memberikan kesempatan untuk
menerapkan teori yang telah didapatkan di bangku kuliah dan
menambah wawasan penulis dalam bidang keuangan khususnya
dalam penilaian pengaruh kebijakan Deviden dan Return on
Equity terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur.
2. Bagi Perusahaan Manufaktur
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk perbaikan
peningkatan kualitas kinerja perusahaan manufaktur.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk
penelitian lanjutan dan memberikan sumbangan yang positif
untuk memperluas wawasan mengenai kebijakan deviden dan
kondisi ekuitas serta pengaruhnya terhadap harga saham
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dividen
2.1.1 Pengertian Dividen
Dividen adalah nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak
dikurangi dengan laba ditahan (retained earnings) yang disimpan sebagai
cadangan bagi perusahaan (Ang, 1997). Perusahaan yang menjual
sahamnya kepada masyarakat akan menerbitkan laporan keuangan. Dalam
laporan keuangan, tertulis beberapa keuntungan perusahaan pada tahun
bersangkutan, kemudian dalam rapat umum pemegang saham (RUPS)
akan diputuskan besarnya dividen yang akan diterima oleh para pemegang
saham.
Berdasarkan periode satu tahun buku maka dividen dapat dibagi atas
dua jenis; dividen interm dan dividen final. Dividen interim adalah
sebagian dari dividen tunai yang dibayarkan berdasarkan laba bersih yang
diperoleh pada tahun berjalan. Dividen interim dibayarkan setelah laporan
tengan tahunan diterbitkan dan perusahaan mendapatkan keuntungan yang
cukup serta tidak mempunyai rencana untuk melakukan ekspansi usaha
yang membutuhkan modal tambahan dari laba perusahaan. Dividen
interim baru akan diumumkan setelah mendapatkan persetujuan dari Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS). Biasanya dividen interim dibayarkan
oleh perusahaan yang sudah mapan (matured), sehingga sebagian atau
kepada pemegang saham. Dividen final adalah dividen yang dibagikan
setelah tutup tahun buku dilakukan. Setelah tahun buku perusahaan
ditutup, manajemen dapat mengetahui total laba bersih akuntansi yang
diperoleh selama satu tahun pembukuan. Laba bersih akuntansi yang
digunakan sebagai dasar penghitungan dividen tunai adalah yang tertera
pada laporan rugi-laba yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik.
Dalam melakukan perdagangan saham perusahaan akan memperoleh
laba bersih. Laba bersih (net earnings) ini sering disebut sebagai: “Laba
yang tersedia bagi pemegang saham biasa” (earnings available to common
stockholders) disingkat EAC. Laba bersih tersebut akan dikenakan pajak
sehingga menjadi laba bersih sesudah pajak (earinings after tax atau
EAT). Manajemen mempunyai dua alternatif perlakuan terhadap EAT ini
yaitu:
1. Dibagikan kepada para pemegang saham perusahaan dalam bentuk
dividen.
2. Diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai laba ditahan
(retained earning) untuk membiayai operasi selanjutnya.
Apabila manajemen memilih alternatif pertama artinya manajemen
harus membuat keputusan tentang besarnnya EAT yang dibagikan sebagai
dividen. Pembuatan keputusan tentang dividen ini disebut kebijkan
dividen.
Bambang Riyanto (2001: 281) mendefinisikan kebijakan dividen
pendapatan (earning) antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan
kepada para pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan di
dalam perusahaan (laba ditahan).
Menurut Sundjaja dan Barlian (2003: 390) kebijakan dividen adalah
rencana tindakan yang harus diikuti dalam membuat keputusan dividen.
Menurut Wetson dan Brigham (1990: 198) kebijakan dividen adalah
keputusan untuk membagikan laba atau menahannya guna diinvestasikan
kembali di dalam perusahaan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan
dividen adalah kebijakan pembagian pendapatan yang harus diikuti dalam
membuat keputusan dividen (dibagikan/ditahan).
Menurut Lukas Setia Atmaja (2003: 285) rasio antara dividen dan
laba bersih sering disebut sebagai Dividend Payout Rasio (DPR), yang
persamaannya adalah DPR = Total Dividend/ Net Income. Karena
kelebihan laba bersih di atas dividen itu menjadi laba ditahan maka
keputusan DPR inclusive keputusan mengenai laba ditahan. Sepintas, para
pemegang saham akan merasa senang apabila bagian dari laba bersih yang
dibagikan sebagai dividen ini semakin besar. Akan tetapi, apabila DPR ini
semakin besar, berarti laba ditahan semakin menciut, padahal pendanaan
dengan menggunakan laba ditahan (internal financing) ini mempunyai
cost of capital yang paling kecil dibandingkan dengan metode pendanaan
kebijakan (dividend policy) yang optimal, terutama disesuaikan dengan
konsep tujuan memaksimumkan nilai perusahaan.
Ditinjau dari memaksimumkan rentabilitas modal sendiri, maka
kebijakan dividen perlu memperhatikan rentabilitas aktiva dan tingkat
bunga. Dikatakan demikian, Karen apabila kebijakan menetapkan bahwa
laba ditahan semakin besar berarti perusahaan ini menggunakan metode
pendanaan dengan menambah modal sendiri, yakni pendanaan internal.
Kebijakan dividen merupakan salah satu sumber konflik antara
manajemen dan principal karena dividen dapat merupakan suatu sinyal
yang diberikan perusahaan kepada investor. Dividen yang dibayarkan
secara tunai maupun konversi dengan saham mencerminkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dan prospek yang baik di masa yang
akan datang.
Kebijakan dividen menentukan pembagian laba antara pembayaran
kepada pemegang saham dan investasi kembali perusahaan. Kebijakan
dividen melibatkan keputusan apakah akan membagikan laba atau
menahannya untuk diinvestasikan kembali didalam perusahaan. Dalam
pembagian dividen perusahaan mempertimbangkan proporsi pembagian
antara pembayaran kepada pemegang saham dan reinvestasi dalam
perusahaan. Di satu sisi, laba ditahan (retained earnings) merupakan
perusahaan, tetapi di sisi lain dividen merupakan aliran kas (atau asset)
yang dibagikan pada pemegang saham.
Dalam membagikan dividen, perusahaan harus memperhatikan
beberapa faktor, antara lain:
1. Dividend Payout Ratio industri di mana perusahaan itu berada.
Artinya, perusahaan tidak boleh mengabaikan kebijakan dividen
perusahan lain.
2. Kesempatan investasi. Kebijakan dividen perusahaan jangan sampai
mengorbankan proyek yang dapat meningkatkan value pemegang
saham di masa yang akan datang. Semakin besar kesempatan
investasi maka dividen yang bisa dibagikan akan semakin sedikit.
3. Profitabilitas dan Likuiditas. Kebijakan dividen perusahaan sebaiknya
memperhitungkan profitabilitas dan likuiditas perusahaan. Aliran kas
atau profitabilitas yang baik bisa membayar dividen atau
meningkatkan dividen. Alasan lain pembagian dividen adalah untuk
menghindari akuisisi oleh perusahaan lain.
4. Akses ke pasar keuangan. Jika perusahaan mempunyai akses ke pasar
keuangan yang baik, perusahaan bisa membayar dividen lebih tinggi.
Akses yang baik bisa membantu perusahaan memenuhi kebutuhan
likuiditasnya.
5. Pertumbuhan pendapatan perusahaan. Jika pendapatan perusahaan
dinaikkan. Sebab dengan adanya tambahan pendapatan maka dividen
dan laba ditahan juga bertambah.
6. Stabilitas pendapatan. Jika pendapatan perusahaan relatif stabil, aliran
kas di masa mendatang bisa diperkirakan dengan lebih akurat.
Perusahaan semacam itu bisa membayar dividen yang lebih tinggi.
Hal yang sebaliknya terjadi untuk perusahaan yang mempunyai
pendapatan yang tidak stabil. Ketidakstabilan aliran kas di masa
mendatang membatasi kemampuan perusahaan membayar dividen
yang tinggi.
7. Prefensi pemegang saham dan keleluasaan untuk menyimpang dari
maksimisasi kemakmuran.
8. Ketersediaan dan biaya alternatif sumber dana. Apabila biaya modal
tinggi, maka penggunaan laba ditahan akan semakin menarik.
9. Pembatasan-pembatasan yang diberikan kreditur. Kadang-kadang
para kreditur bisa memberikan batasan mengenai jumlah pembayaran
dividen yang boleh dilakukan perusahaan. Tindakan itu biasanya
dilakukan agar perusahaan mampu mengarahkan usahanya dalam
pelunasan hutang.
10.Harapan mengenai kondisi bisnis pada umumnya. Pada waktu inflasi
mungkin laba cenderung naik sehingga manajemen dapat menaikkan
pembayaran dividen. Dengan demikian, dalam keadaan inflasi,
pendanaan melalui pinjaman akan lebih menarik, bandingkan dengan
Berdasarkan bentuk dividen yang dibayarkan, dividen dapat
dibedakan atas 2 jenis yaitu : (Ang, 1997)
1. Dividen Tunai (cash dividend)
Dividen tunai merupakan dividen yang dibayarkan dalam bentuk
tunai. Nilai suatu dividen sesuai dengan nilai tunai yang diberikan.
Tujuan emiten untuk memberikan dividen dalam bentuk tunai adalah
untuk memacu kinerja saham di bursa efek, yang juga merupakan
return kepada para pemegang saham.
2. Dividen Saham (stock dividend)
Dividen saham merupakan dividen yang dibayarkan dalam bentuk
saham dengan proporsi tertentu. Dividen yang diberikan dalam bentuk
saham, di samping tujuan yang sama dengan dividen tunai juga
bertujuan untuk meningkatkan likuiditas perdagangan saham di bursa
efek. Di samping itu pemberian dividen dalam bentuk saham kadang
-kadang juga diberikan karena memperhatikan likuiditas keuangan
perusahaan. Direksi menilai bahwa likuiditas keuangan perusahaan
tidak memungkinkan pembayaran dividen dalam bentuk tunai
sehingga diputuskan dibayarkan dalam bentuk saham baru (dividen
saham).
Pada waktu pengumuman dividen ada beberapa jenis tanggal yang
1. Tanggal pengumuman (announcement date)
Tanggal pengumuman dividen merupakan tanggal resmi pengumuman
oleh emiten tentang bentuk dan besarnya serta jadwal pembayaran
dividen yang akan dilakukan.
2. Tanggal cum- dividend (cum - dividend date)
Tanggal cum - dividend merupakan tanggal hari terakhir perdagangan
saham yang masih melekat hak untuk mendapatkan dividen baik
dividen tunai maupun dividen saham.
3. Tanggal ex- dividend (ex- dividend date)
Tanggal dimana perdagangan saham tersebut sudah tidak melekat lagi
hak untuk memperoleh dividen.
4. Tanggal pencatatan dalam daftar pemegang saham (date of record)
Tanggal dimana seorang harus terdaftar sebagai pemegang saham
perusahaan publik atau emiten, sehingga ia mempunyai hak
memperoleh dividen yang diperuntukkan bagi pemegang saham.
5. Tanggal pembayaran (payment date)
Tanggal pembayaran adalah tanggal dimana dividen dibayarkan
kepada investor.
Berikut ini tata cara pembagian dividen secara tunai:
1.
Menemtukan tanggal dan jam pendaftaran pemegang sahamyang berhak menerima pembagian dividen tunai kepada
2.
Menentukan tanggal dan jam pembagian dividen tunaikepada pemegang saham yang namanya tercatat dalam
Daftar Pemegang Saham Perseroan.
3.
Menentukan tarif dan perhitungan pajak.4.
Menentukan tarif dan perhitungan pajak bagi pemegangsaham apabila yang bersangkutan merupakan wajib pajak
luar negeri.
2.1.2 Deviden sebagai Sinyal (Dividend Signaling Theory)
Ada beberapa teori yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk
menerangkan bahwa dividen yang dibayarkan digunakan sebagai isyarat
mengenai prospek perusahaan di masa yang akan datang. Dalam penelitian
ini, digunakan dividend signaling theory sebagai kerangka teorinya, karena
teori ini relevan dengan tujuan penelitian, yaitu untuk membuktikan bahwa
pengumuman pembayaran dividen mengandung informasi.
“Signalling theory is based on the assumption that information is not
equally available to all parties at the same time, and that information
asymmetry is the rule. Information assymmetries can result in very low
valuations or a suboptimum investment policy. Signalling theory states that
corporate financial decisions are signals sent by the company’s managers to
investors in order to shake up these assymmetries. These signals are the
cornerstone of financial communications policy.”
Dividend signaling theory berdasarkan pada asumsi bahwa dividen
diperlukan untuk memberikan informasi positif dari manajer yang
mempunyai informasi yang lengkap tentang kondisi perusahaan yang
sebenarnya kepada investor yang miskin akan informasi tentang kondisi
perusahaan yang sebenarnya. Fenomena seperti ini terjadi karena adanya
asymetric information antara manajer dengan investor.
Manajer mempunyai informasi yang lengkap tentang arus kas
perusahaan, akan memilih untuk menciptakan isyarat yang jelas mengenai
masa depan perusahaan apabila mereka mempunyai dorongan yang tepat
untuk melakukannya, kenaikan dividen yang dibayarkan dapat
menimbulkan isyarat yang jelas kepada pasar bahwa prospek perusahaan
telah mengalami kemajuan.
Pada publikasi dividen, yang tampak ada informasi kenaikan dan
penurunan dividen dapat dipandang sebagai isyarat positif atau negatif oleh
investor. Publikasi dividen yang menyatakan bahwa perusahaan
memutuskan untuk membayar dividen yang lebih tinggi dari tahun
sebelumnya ditafsirkan oleh pasar sebagai sinyal positif, sebab publikasi ini
menaikkan ekspektasi investor tentang pendapatan masa depan perusahaan.
Sebaliknya, publikasi dividen yang menyatakan pembagian lebih rendah
dari tahun sebelumnya dianggap sebagai isyarat negatif, sebab investor
menduga bahwa emiten tersebut mengalami penurunan pendapatan di masa
adanya perubahan harga saham. Perubahan harga saham ini, umumnya
dinyatakan dengan ukuran abnormal return.
2.2 Return on Equity
Return on Assets (ROA) merupakan rasio keuangan perusahaan yang
berhubungan dengan profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan keuntungan atau laba pada tingkat pendapatan, aset dan modal
saham tertentu (Hanafi dan Halim, 2003:27). Dengan mengetahui ROA, kita dapat
menilai apakah perusahaan telah efisien dalam menggunakan aktivanya dalam
kegiatan operasi untuk menghasilkan keuntungan.
Laba bersih (net income) merupakan ukuran pokok keseluruhan keberhasilan
perusahaan. Laba dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mendapat
pinjaman dan pendanaan ekuitas, posisi likuiditas perusahaan dan kemampuan
perusahaan untuk berubah. Jumlah keuntungan (laba) yang diperoleh secara
teratur serta kecenderungan atau trend keuntungan yang meningkat merupakan
suatu faktor yang sangat penting yang perlu mendapat perhatian penganalisa di
dalam menilai profitabilitas suatu perusahaan. Profitabilitas atau rentabilitas
digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam suatu perusahaan
dengan memperbandingkan antara laba dengan modal yang digunakan dalam
operasi, oleh karena itu keuntungan yang besar tidak menjamin atau bukan
manajemen atau pihak-pihak yang lain, rentabilitas yang tinggi lebih penting
daripada keuntungan yang besar.
Return on Equity (ROE) membandingkan laba bersih setelah pajak dengan
ekuitas. Rasio ini menunjukkan kemampuan untuk menghasilkan laba berdasarkan
ekuitas pemegang saham. Return on Equity(ROE) digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen dalam mengelola modal yang tersedia untuk memperoleh
net income.
Menurut Brigham dan Daves (2004:240), “Ultimately, the most important,
or ‘bottom line’, accounting ratio is the ratio of net income to common equity,
which measures the return on common equity (ROE). Stockholders invest to get a
return on their money, and thus ratio tells how well they are doing in an
accounting sense”. Rasio keuangan yang paling penting adalah rasio yang
membandingkan laba bersih dengan ekuitas pemegang saham, yang disebut
dengan tingkat pengembalian atas ekuitas. Pemegang saham berinvestasi untuk
mendapatkankeuntungan atas dana yang diinvestasikannya, dan rasio tingkat
pengembalian atas ekuitas atau Return on Equity(ROE) mengindikasikan seberapa
baik perusahaan dapat memberikan keuntungan bagi para pemegang saham secara
akuntansi.
The Return on Equity (ROE) ratio measures the averages return on firm’s
capital contributions from its owners (for a corporation, that means the
contributions of common stockholders). It indicates how many dollars of income
were produced for each dollar invested the common stockholders (Gallagher dan
manajemen perusahaan karena dari modal yang dikelola dapat menghasilkan
pendapatan yang optimal.
Rumus : ROE = x 100 %
Keunggulan ROA (Return On Asset) :
1. ROA merupakan pengukuran yang komprehensif dimana seluruhnya
mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dari rasio ini.
2. ROA mudah dihitung, dipahami, dan sangat berarti dalam nilai absolut.
3. ROA merupakan denominator yang dapat diterapkan pada setiap unit
organisasi yang bertanggung jawab terhadap profitabilitas dan unit usaha.
Kelemahan ROA (Return On Asset) :
1. Pengukuran kinerja dengan menggunakan ROA membuat manajer divisi
memiliki kecenderungan untuk melewatkan project-project yang
menurunkan divisional ROA, meskipun sebenarnya
proyek-proyek tersebut dapat meningkatkan tingkat keuntungan perusahaan ecara
keseluruhan.
2. Manajemen juga cenderung untuk berfokus pada tujuan jangka pendek dan
bukan tujuan jangka panjang.
3. Sebuah project dalam ROA dapat meningkatkan tujuan jangka pendek,
tetapi project tersebut mempunyai konsekuensi negatif dalam jangka
panjang. Yang berupa pemutusan beberapa tenaga penjualan, pengurangan
budget pemasaran, dan pengguaaan bahan baku yang relatif murah
2.3 Harga Saham
Saham merupakan salah satu instrumen yang diperdagangkan di pasar
modal. Menurut Rahardjo (2006) saham adalah surat berharga yang merupakan
instrumen bukti kepemilikan atau penyertaan dari individu atau instansi dalam
suatu perusahaan. Menurut Mishkin (2001:4) saham adalah suatu sekuritas yang
memiliki klaim terhadap pendapatan dan asset sebuah perusahaan. Sekuritas
sendiri dapat diartikan sebagai klaim atas pendapatan masa depan seorang
peminjam yang dijual oleh peminjam kepada yang meminjamkan, atau sering juga
disebut instrumen keuangan.
Dalam prakteknya Darmadji dan Hendi (2001:6) menjelaskan jenis-jenis
saham, antara lain :
1. Ditinjau dari cara peralihannya saham dibedakan menjadi saham atas
unjuk dan saham atas nama.
a. Saham atas unjuk (bearer stock). Diatas sertifikat saham atas unjuk
tidak dituliskan nama pemiliknya. Dengan pemilikan saham ini,
seorang pemilik sangat mudah untuk mengalihkan atau
memindahkannya kepada orang lain karena sifatnya mirip dengan
uang.
b. Saham atas nama (registered stock). Diatas sertifikat saham ini ditulis
nama pemiliknya. Cara pemindahannya harus memenuhi prosedur
dicatat dalam buku perusahaan yang khusus memuat daftar nama
pemegang saham.
2. Ditinjau dari segi manfaatnya, saham dapat digolongkan menjadi saham
biasa dan saham preferen.
a. Saham biasa (common stock). Saham biasa selalu muncul dalam setiap
struktur modal saham perseroan terbatas. Besar kecilnya deviden yang
diterima tidak tetap, tergantung pada keputusan RUPS.
b. Saham preferen (preferred stock). Saham preferen merupakan
gabungan pendanaan antara hutang/obligasi dan saham biasa. Dalam
praktek terdapat beraneka ragam jenis saham preferen diantaranya
adalah:
1) Cumulative Preferred Stock. Saham preferen jenis ini
memberikan hak pada pemiliknya atas pembagian deviden
yang sifatnya kumulatif dalam suatu persentase atau jumlah
tertentu dalam arti bahwa jika pada tahun tertentu deviden yang
dibayarkan tidak mencukupi atau tidak dibayar sama sekali,
maka akan diperhitungkan pada tahun-tahun berikutnya.
2) Non Cumulative Preferred Stock. Pemegang saham jenis ini
mendapat prioritas dalam pembagian deviden sampai pada
suatu persentase atau jumlah tertentu, tapi tidak bersifat
kumulatif. Dengan demikian apabila pada suatu tahun tertentu
tidak dibayar sama sekali, maka hal ini tidak dapat
diperhitungkan pada tahun berikutnya.
3) Participating Preferred Stock. Pemilik saham jenis ini
disamping memperoleh deviden tetap seperti yang telah
ditentukan, juga memperoleh ekstra deviden apabila
perusahaan dapat mencapai sasaran yang ditetapkan.
4) Convertible Preferred Stock (saham istimewa). Pemegang
saham istimewa mempunyai hak lebih tinggi dibanding
pemegang saham lainnya. Hak lebih itu terutama dalam
penunjukkan direksi perusahaan.
3. Ditinjau berdasarkan kinerja saham, saham dapat digolongkan menjadi :
a. Blue Chip Stock
Yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi
sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan
konsisten dalam membayar deviden.
b. Income Stock
Merupakan saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan
membayar deviden lebih tinggi dari rata-rata deviden yang dibayarkan
pada tahun sebelumnya.
c. Growth Stock
Saham ini merupakan saham-saham dari emiten yang memiliki
pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis
d. Speculative Stock
Adalah saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten
memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai
kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang meskipun
belum pasti.
e. Counter Cyclical Stock
Saham ini merupakan saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi
ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum.
Saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan
dalam suatu perusahaan, selembar saham adalah selembar kertas yang
menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemiliknya (berapapun
porsinya/jumlahnya) dari suatu perusahaan yang menerbitkan kertas (saham)
tersebut. Selembar saham mempunyai nilai atau harga.
Menurut Ang (1997 : 6), nilai suatu saham berdasarkan fungsinya dapat
dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Par Value (Nilai Nominal)
Par value atau disebut juga stated value atau face value atau dalam bahasa
Indonesia disebut sebagai nilai nominal. Nilai nominal suatu saham adalah
nilai yang tercantum pada saham yang bersangkutan. Nilai ini tidak
digunakan untuk mengukur sesuatu.
2. Base Price (Harga Dasar)
Harga dasar suatu saham sangat erat kaitannya dengan harga pasar suatu
dasar suatu saham baru merupakan harga perdananya. Harga dasar ini
dapat berubah sesuai tindakan yang dilakukan emiten.
3. Market Price (Harga Pasar)
Harga pasar merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena harga
pasar merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung.
Apabila pasar bursa efek sudah tutup, maka harga pasar adalah harga
penutupannya (closing price). Jadi harga pasar inilah yang menyatakan
naik turunnya suatu saham.
Faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham menurut Weston
dan Brigham (1993:26-27) adalah proyeksi laba per lembar saham saat diperoleh
laba, tingkat resiko dari proyeksi laba, proporsi utang perusahaan terhadap
ekuitas, serta kebijakan pembagian deviden. Faktor lainnya yang dapat
mempengaruhi pergerakan harga saham adalah kendala eksternal seperti kegiatan
perekonomian pada umumnya, pajak dan keadaan bursa saham. Faktor-faktor lain
yaitu kondisi perusahaan, kendala-kendala eksternal serta kekuatan penawaran
dan permintaan saham di pasar juga dapat mempengaruhi fluktuasi harga saham.
Harga saham adalah nilai suatu saham yang mencerminkan kekayaan
perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut, dimana perubahan atau
fluktuasinya sangat ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran yang
terjadi di pasar bursa (pasar sekunder). Semakin banyak investor yang ingin
membeli atau menyimpan saham, harganya semakin naik. Sebaliknya semakin
banyak investor yang ingin menjual atau melepaskan suatu saham, maka harganya
maka semakin banyak keuntungan yang dinikmati oleh pemegang saham,
sehingga harga saham kemungkinan akan naik.
Investor harus benar-benar menyadari bahwa di samping akan memperoleh
keuntungan tidak menutup kemungkinan mereka akan mengalami kerugian.
Keuntungan atau kerugian tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan investor
menganalisis keadaan harga saham. Analisis saham merupakan salah satu tahap
dalam proses investasi yang berarti melakukan analisis terhadap individual atau
sekelompok sekuritas. Analisis yang sering digunakan untuk menilai suatu saham
yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.
1. Analisis Fundamental
Analisis fundamental menekankan bahwa faktor-faktor fundamental
mempengaruhi harga saham karena menitik beratkan pada analisis rasio
keuangan. Melalui analisis rasio keuangan dapat diperoleh informasi atau
gambaran tentang kondisi keuangan perusahaan dan hasil operasional
yang telah dicapai oleh perusahaan tersebut.
Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa
yang akan datang dengan (Husnan, 1996:315) :
a. Mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi
harga saham di masa yang akan datang.
b. Menerapkan hubungan faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh
taksiran harga saham.
Analisis fundamental merupakan analisis historis atas kekuatan
Data yang digunakan adalah data historis, yaitu data tersebut didapat dari
peristiwa yang telah terjadi dan mencerminkan keadaan keuangan yang
telah lewat dan bukan mencerminkan keadaan keuangan yang sebenarnya
pada saat analisis (Husnan, 2001:303). Dalam company analysis para
investor akan mempelajari laporan keuangan perusahaan dengan
menggunakan analisis rasio keuangan, mengidentifikasi kecenderungan
atau pertumbuhan yang mungkin ada, mengevaluasi efisisensi operasional
dan memahami sifat dasar dan karakteristik operasional dari perusahaan
tersebut.
Analisis fundamental merupakan analisis yang berhubungan dengan
kondisi keuangan perusahaan. Dengan analisis fundamental diharapkan
calon investor akan mengetahui bagaimana operasional dari perusahaan
yang nantinya akan menjadi milik investor apakah sehat atau tidak
ataukah menguntungkan atau tidak dan sebagainya (Anoraga dan Pakarti,
2001 : 108).
2. Analisis Teknikal
Analisis teknikal merupakan suatu teknik yang menggunakan data
atau catatan pasar untuk mengakses permintaan dan penawaran suatu
saham, volume perdagangan, indeks harga saham baik individual maupun
gabungan, serta faktor-faktor lain yang bersifat teknis (Husnan,
2001:338). Model analisis teknikal menekankan pada perilaku pasar
modal dimasa datang berdasarkan kebiasaan dimasa lalu. Kenaikan dan
memprediksi harga saham pada periode berikutnya. Trend harga saham
menjadi tolok ukur untuk memprediksi harga saham periode berikutnya.
Sasaran yang ingin dicapai dari analisis teknikal adalah ketepatan
waktu dalam memprediksi pergerakan harga jangka pendek suatu saham,
oleh karena itu informasi yang berasal dari faktor-faktor teknis sangat
penting bagi pemodal untuk menentukan kapan suatu saham harus dibeli
atau harus dijual.
Berikut adalah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan harga
saham:
1. Harapan investor terhadap tingkat pendapatan deviden di masa yang
akan datang. Apabila tingkat pendapatan dan deviden stabil, maka harga
saham juga akan cenderung stabil. Sebaliknya jika tingkat pendapatan
dan deviden berfluktuasi karena faktor internal, maka harga saham
tersebut cenderung berfluktuasi juga.
2. Tingkat pendapatan perusahaan. Apabila tingkat pendapatan perusahaan
besar, maka akan semakin meningkat pula harga saham karena para
investor bersikap optimis.
3. Kondisi perekonomian. Kondisi perekonomian di masa yang akan
datang selalu dipengaruhi oleh kondisi perekonomian saat ini. Apabila
kondisi perekonomian saat ini stabil, maka para investor juga akan
optimis terhadap kondisi perekonomian yang akan datang, sehingga
Karena harga saham yang terjadi di pasar modal selalu berfluktuasi dari
waktu ke waktu. Maka fluktuasi harga saham tersebut akan ditentukan oleh
kekuatan penawaran dan permintaan. Jika jumlah penawaran lebih besar dari
jumlah permintaan, pada umumnya kurs harga saham akan turun. Sebaliknya jika
jumlah permintaan lebih besar dari jumlah penawaran terhadap suatu efek maka
harga saham cendrung akan naik.
Faktor- faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari
internal dan eksternal perusahaan. Hal - hal penting yang merupakan faktor makro
atau pasar yang dapat menyebabkan fluktuasi harga saham adalah tingkat inflasi
dan suku bunga, kebijakan keuangan dan fiskal, situasi perekonomian dan situasi
bisnis internasional. Sedangkan faktor mikro perusahaan yang dapat menyebabkan
fluktuasi harga saham adalah pendapatan perusahaan, deviden yang dibagikan,
arus kas perusahaan, perubahan mendasar dalam pe rusahaan dan perubahan
dalam perilaku investasi misalnya merubah investasinya dari saham menjadi
obligasi.
Selain itu juga faktor- faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham
adalah:
1) Faktor Internal yaitu :
a) Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penj ualan seperti
pengiklanan, rincian kontak, perubahan harga, penarikan produk
baru, laporan produksi, laporan keamanan produk, dan laporan
b) Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti
pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang.
c) Pengumuman badan direksi manajemen (management board of
director announcements) seperti perubahan dan pergantian
direktur, manajemen, dan stuktur organisasi.
d) Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan
marger, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian
dan diakuisisi.
e) Pengumuman investasi (investment announcements), seperti
melakukan ekspansi pabrik, pengembangan riset dan penutupan
usaha lainnya.
f) Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti
negoisasi baru, kontak baru, pemogokan dan lainnya.
g) Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba
sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, earning
per share (EPS), deviden per share (DPS), price earning ratio, net
profit margin, return on aseets (ROA), dan lain- lain.
2. Faktor Eksternal yaitu:
a) Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga
tabungan dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai
b) Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntunan
karyawan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan
tuntunan perusahaan terhadap manajernya.
c) Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti
laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga
saham perdagangan, pembatasan/penundaaan trading.
d) Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya
pergerakan harga saham di bursa efek suatu negara.
e) Berbagai isu baik dari dalam dan luar negeri.
2.4 Penelitian Terdahulu
1. Sasongko dan Wulandari (2003) melakukan penelitian tentang pengaruh
rasio-rasio keuangan terhadap harga saham pada industri manufaktur di
BEI periode 2001-2002. Variabel independen yang diteliti yaitu return
on assets (ROA), earning per share (EPS), return on sales (ROS) dan
basic earning power (BEP). Untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari
variabel-variabel tersebut digunakan t-test. Hasil penelitian menunjukkan
hanya EPS yang berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan ROA,
ROS, dan BEP tidak berpengaruh terhadap harga saham.
2. Halim (2007) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham
dari perusahaan-perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek
2004-2006. Harga saham merupakan variabel dependen. Variabel
independennya meliputi Return on Equity, debt to equity ratio, earning
per share, dan net profit margin. Hasil penelitian menunjukkan ROE dan
EPS memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham
perusahaan manufaktur, sedangkan rasio NPM dan DER tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur.
3. Satria (2008) menguji pengaruh rasio keuangan likuiditas, solvabilitas
dan pasar terhadap harga saham perusahaan manufaktur di BEJ.
Penelitian ini mengambil sampel 70 perusahaan manufaktur yang
terdaftar tahun 2003-2005 di BEJ. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Current Ratio (CAR), Total Debt to Total Asset
(DTA), Total Asset Turnover (TATO), Inventory Turnover (ITO), Return
on Equity(ROE), Net Profit Margin (NPM), Price Earning Ratio (PER)
sebagai variabel independen dan harga saham sebagai variabel dependen.
Berdasarkan pengujian dengan regresi linear dan regresi berganda
diperoleh kesimpulan bahwa semua variabel independen baik secara
simultan mempengaruhi harga saham. Namun secara parsial, hanya
variabel CR, NPM dan ROE yang berpengaruh secara signifikan
terhadap harga saham, sedangkan variabel DTA, TATO, ITO dan PER
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.
2.5 Kerangka Konseptual
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
1. Kebijakan deviden dianggap mempengaruhi harga saham. Suatu
kenaikan deviden dapat dianggap sebagai suatu sinyal positif bagi
investor bahwa perusahaan tersebut memiliki penghasilan yang baik di
masa mendatang.
2. Return on Equity dianggap mempengaruhi harga saham. Peningkatan
ROE dianggap suatu tanda bahwa kekuatan equity para pemegang saham
dalam keadaan baik. Sehingga perusahaan dianggap akan mengalami
kenaikan pendapatan di masa mendatang.
2.6 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap perumusan masalah,
dimana tingkat kebenarannya masih perlu diuji secara empiris.
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penulis membuat hipotesis
sebagai berikut:
H1 : Kebijakan Deviden berpengaruh positif terhadap harga saham
secara parsial.
H2 : Return on Equity berpengaruh positif terhadap harga saham secara
H3 : Kebijakan Deviden dan Return on Equity bersama-sama
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian
deskriptif meliputi pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau menjawab
pertanyaan mengenai status terakhir dari subjek penelitian. Sementara penelitian
kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan
fenomena serta hubungan-hubungannya.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini adalah pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (tidak secara langsung di lapangan karena data diperoleh
dari internet). Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode tidak langsung (indirect method), yakni dengan
menggunakan data sekunder.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan melakukan
pencatatan langsung dari berbagai bahan kepustakaan seperti jurnal, artikel,
laporan, serta dengan mengkopi data dan mengunduh langsung dari website
2. Waktu Penelitian
Tabel 3.1
Tabel Jadwal Penelitian
Tahapan
Penelitian
November Desember Januari Februari Maret
Penyelesaian
Proposal
Pengumpulan
Data
Penulisan
Laporan
Penyelesaian
Laporan
3.3 Batasan Operasional
Batasan operasional penelitian ini adalah di Indonesia dengan menganalisis
adanya pengaruh Kebijakan Deviden dan Return on Equity terhadap Harga Saham
pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI.
3.4 Definisi Operasional
1. Kebijakan Deviden adalah kemampuan perusahaan untuk melakukan
2. Return on Equity adalah membandingkan laba bersih setelah pajak
dengan ekuitas. Rasio ini menunjukkan kemampuan untuk menghasilkan
laba berdasarkan ekuitas pemegang saham.
3. Harga Saham adalah harga yang menunjukkan nilai dari saham tersebut.
3.5 Skala Pengukuran Variabel
1. Kebijakan Devidendinyatakan dalam rasio.
2. Return on Equity dinyatakan dalam rasio.
3. Harga Saham dinyatakan dalam harga saham pada saat t.
3.6 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam
bentuk data time series yang bersifat kuantitatif yaitu data Kebijakan Deviden
dalam bentuk Dividend Payout Ratio (DPR) dan Return on Equity (ROE)
berpengaruh Harga Saham pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI
yang berbentuk angka-angka selama kurun waktu 4 tahun (Januari 2008 –
Desember 2011).
3.7 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
metode tidak langsung (indirect method), yakni dengan menggunakan data
sekunder.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan melakukan
laporan, serta dengan mengkopi data dan mengunduh langsung dari website
sumber data yang bersangkutan.
3.8 Populasi dan Sampel penelitian
Menurut Sugiyono (2006), Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu
yang akan diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan. Populasi yang dijadikan objek penelitian ini adalah beberapa
perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dilihat dari
data laporan keuangan selama periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2011.
Jumlah perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI sebanyak 135 perusahaan.
Kriteria penentuan sampel dalam penelitian ini adalah:
1. Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
tahun 2008, 2009, 2010, 2011
2. Perusahaan yang tidak delisting dari BEI selama periode pengamatan
(tahun 2008-2011)
3. Perusahaan sampel mengeluarkan publikasi resmi dan memiliki data
data yang lengkap yang dibutuhkan dalam penelitian.
Berikut daftar perusahaan manufaktur yang terdaftar di Perusahaan
manufaktur (industri pengolahan) di BEI meliputi sektor industri dasar dan kimia ,
Tabel 3.2
Daftar Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI
No Nama Perusahaan Kode Kriteria penentuan
Sampel
7. Keramika Indonesia Assosiasi Tbk KIAS
8. Mulia Industrindo Tbk MLIA
29. Ekadharma International Tbk EKAD
30. Eterindo Wahanatama Tbk ETWA
31. Intan Wijaya International Tbk INCI
32. Sorini Agro Asia Corporindo Tbk SOBI
33. Indo Acitama Tbk SRSN
34. Chandra Asri Petrochemical TPIA
35. Unggul Indah Cahaya Tbk UNIC
41. Champion Pasific Indonesia Tbk IGAR
42. Indopoly Swakarsa Industry Tbk IPOL
43. Sekawan Intipratama Tbk SIAP
44. Siwani Makmur Tbk SIMA
46. Yana Prima Hasta Persada Tbk YPAS
47. Charoen Pokphand Indonesia Tbk CPIN
48. Japfa Comfeed Indonesia Tbk JPFA
57. Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk
KBRI
58. Surabaya Agung Industri Pulp & Kertas Tbk
66. Indomobil Sukses International Tbk IMAS
67. Indospring Tbk INDS
73. Polychem Indonesia Tbk ADM
G
81. Karwell Indonesia Tbk KAR
W
87. Sunson Textile Manufacturer Tbk SSTM
88. Nusantara Inti Corpora Tbk UNIT
89. Unitex Tbk UNTX
90. Primarindo Asia Infrastructure Tbk BIMA
91. Surya Intrindo Makmur Tbk SIMM
92. Sumi Indo Kabel Tbk IKBI
93. Jembo Cable Company Tbk JECC
95. Kabelindo Murni Tbk KBLM 96. Supreme Cable Manufacturing and
Commerce Tbk
109 Nippon Indosari Corporindo Tbk ROTI
110 Sekar Laut Tbk SKLT
111 Siantar Top Tbk STTP
112 Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk
ULTJ
113 Gudang Garam Tbk GGRM Sampel 7
114 Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk HMSP
115 Bentoel International Investama Tbk RMBA
116 Darya Varia Laboratoria Tbk DVLA
122 Schering Plough Indonesia Tbk SCPI
123 Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk SQBI
124 Tempo Scan Pasific Tbk TSPC
129 Kedawung Setia Industrial Tbk KDSI
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 60
pengamatan yang terdiri dari 4time series (2008-2011) dan 15 cross section
(perusahaan manufaktur).
Sesuai dengan jenis data yang diperlukan yaitu data sekunder dan sampel
yang digunakan maka metode pengumpulan data kebijakan Deviden (DPR), ROE,
dan Harga Saham dalam penelitian ini digunakan dengan teknik dokumentasi
laporan keuangan perbankan setiap tahunnya yang dikeluarkan oleh Bursa Efek
Indonesia (BEI).
Tabel 3.3
Daftar Sampel PerusahaanManufaktur
No Nama Perusahaan Manufaktur 1
PT Aqua Golden Missisippi Tbk 2
PT Astra Internasional Tbk 3
PT Astra Otoparts Tbk 4
PT Sepatu Bata Tbk 5
PT Gudang Garam Tbk 6
PT HM Sampoerna Tbk 7
PT Indofood Sukses Makmur Tbk 8
PT Kimia Farma Tbk 9
PT Merck Tbk 10
PT Mayora Indah Tbk 11
PT Multi Bintang Indonesia Tbk 12
PT Trias Sentosa Tbk 13
PT Unilever Indonesia Tbk 14
PT Mandom Tbk 15
PT Lautan Luas Tbk
3.9 Teknik Analisis
Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel – variabel bebas terhadap
variabel terikat digunakan model ekonometrika dengan meregresikan variabel –
variabel yang ada dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS).
Fungsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Y = f (X1, X2,X3, X4) ...(1)
Kemudian fungsi tersebut ditransformasikan kedalam model persamaan
regresi linear berganda (multiple reggression) sebagai berikut:
Y = α + β1X1 +β2X2 +µ ...(2)
Secara sistematis bentuk hipotesanya adalah sebagai berikut:
, artinya jika kenaikan pada X1 (kebijakan deviden), maka Y(harga
saham) mengalami penurunan, ceteris paribus.
, artinya jika kenaikan pada X2 (ROE), maka Y(harga saham)
mengalami penurunan, ceteris paribus.
3.9.1 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Menurut Erlina (2008:102), tujuan uji normalitas adalah ingin
residual memiliki distribusi normal. Pengujian ini diperlukan karena
untuk melakukan uji T dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal. Uji normalitas bertujuan untuk menguji
apakah variabel independen dan variabel dependen berdistribusi normal
(Ghozali, 2005:110). Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi
data normal atau mendekati normal.
Untuk melihat normalitas data dapat dilakukan dengan melihat
histogram atau pola distribusi data normal. Normalitas dapat dideteksi
dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik
atau dengan melihat histogram dari nilai residualnya. Jika data menyebar
disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik
histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas.
Alat analisis yang digunakan dalam uji ini adalah uji Kolmogorov
– Smimov satu arah atau analisis grafis. Asumsi dalam OLS adalah nilai
rata-rata dari faktor pengganggu (µi) adalah nol. Untuk menguji apakah
normal atau tidaknya faktor pengganggu, maka perlu dilakukan uji
normalitas dengan menggunakan Jarque–Berra Test (J-B test).
Kriterianya:
a. Apabila nilai x2 tabel (0,05) nilai Jarque–Berra normality test
statistic, maka µi berdistribusi normal.
2. Multikolinieritas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi mempunyai korelasi antar variabel independen. Menurut Umar
(2003:132) multikolinearitas adalah ada tidaknya korelasi yang
sempurna atau korelasi yang tidak sempurna tetapi relatif tinggi pada
variabel-variabel bebasnya.
Menurut Ghozali (2005:91), untuk mendeteksi ada tidaknya
multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut:
a) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi
empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel –
variabel independennya banyak yang tidak signifikan
mempengaruhi variabel dependen.
b) Menganalisis matrik korelasi variabel – variabel
independen. Jika antar variabel independen ada korelasi
yang cukup tinggi (umumnya diatas 0,90), maka hal ini
merupakan indikasi adanya multikolinearitas. Tidak adanya
korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti
bebas dari multikolinearitas. Multikolinearitas dapat
disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih
variabel independen.
c) Multikolinearitas dapat juga dilihat dari nilai tolerance dan
lawannya yaitu variance inflation factor (VIF). Kedua
dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam
pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi
variabel dependen (terikat) dan diregres terhadap variabel
independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas
variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh
variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang
rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena
VIF=1/Tolerance). Nilai cut off yang umum dipakai untuk
menunjukan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance
< 0.10 atau sama dengan nilai VIF > 10.
3. Autokorelasi
Pengujian Autokorelasi menurut Ghozali (2005:95) bertujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi
penganggu antara kesalahan penganggu pada periode t dengan
kesalahan penganggu pada periode t-1. Autokorelasi menunjukkan
adanya korelasi di antara data pengamatan yang tersusun baik seperti
data cross sectional dan/atau time series. Autokorelasi menunjukkan
adanya kesalahan penganggu (residual) tidak bebas dari satu
pengamatan ke pengamatan lain. Jika terjadi autokorelasi dalam model
regresi berarti koefisien korelasi yang diperoleh menjadi tidak akurat,
sehingga model regresi yang baik adalah model yang bebas dari
Autokorelasi terjadi bila error term (µ) dari waktu yang berbeda
berkorelasi. Model regresi linier klasik mengasumsikan bahwa faktor
pengganggu yang berhubungan dengan observasi tidak dipengaruhi
oleh faktor pengganggu pada pengamatan lainnya.
E(uiuj) = 0 i≠j
Ada beberapa cara untuk mengetahui keberadaan autokorelasi yaitu:
a. Dengan menggunakan atau memplot grafik
b. Dengan uji Durbin-Watson (D-W Test)
Uji D-W dirumuskan sebagai berikut:
D hitung ∑ –
∑
Dengan hipotesis sebagai berikut:
H0 = ρ = 0 (tidak ada autokorelasi)
Ha = ρ≠ 0 (ada autokorelasi)
Untuk menguji masalah autokorelasi ini, kita harus menentukan
besarnya nilai kritis dari du dan d1. Berdasarkan jumlah dari variabel
independen, jika hipotesis nol menyatakan bahwa tidak terjadi
autokorelasi, maka:
1. Jika DW < dt, maka H0 ditolak, berarti suatu persamaan regresi
mengalami autokorelasi.
2. Jika du< DW < 4 – du, maka H0 diterima, berarti suatu persamaan
regresi tidak mengalami autokorelasi.
3. Jika d1 ≤ DW ≤ du atau 4 – du ≤ DW ≤ 4 – d1, berarti pengujian