DAFTAR PUSTAKA A. BUKU
Masriani, Yulies Tiena, 2004, PENGANTAR HUKUM INDONESIA, Sinar Grafika, Jakarta
Untung, H.Budi, 2012, Hukum dan Etika Bisnis, C.V ANDI OFFSET, Yogyakarta
Mulhadi, 2014, HUKUM PERUSAHAAN Bentuk-Bentuk Badan Usaha di Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor
Sutedi, Adrian, 2015, BUKU PINTAR HUKUM PERSEROAN TERBATAS, Raih Asa Sukses (Penebar Swadaya Grup), Jakarta
Anggusti, Martono, 2010, TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN, Books Terrace & Library, Bandung
Adjie, Habib, 2008, Status Badan Hukum, Prinsip-Prinsip dan Tanggung Jawab Sosial Perseroan Terbatas, Mandar Maju, Surabaya
Simanjuntak, Cornelius dan Mulia, Natalie, 2009, Organ Perseroan Terbatas, Sinar Grafika, Jakarta
Azizah, 2016, Hukum Perseroan Terbatas, Setara Press, Malang
Ginting, Jamin, 2007, Hukum Perseroan Terbatas, Citra aditya Bakti, Jakarta
Hartono, Sri Redzeki, 2000, KAPITA SELEKTA HUKUM PERUSAHAAN, Mandar Maju, Semarang
Untung, Hendrik Budi, 2008, CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, Sinar Grafika, Jakarta
Tunggal, Amin Widjaja, 2007, Corporate Social Responsibility (CSR), Harvarindo, Jakarta
Bertens, K., 1999, Pengantar Etika Bisnis, Kanisius, Jakarta
Rudito, Bambang & Famiola, Melia, 2007, etika bisnis dan tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia, Rekayasa Sains Bandung, Bandung
Keraf, A.Sonny, 1998, ETIKA BISNIS TUNTUTAN DAN RELEVANSINYA, Kanisisus, Yogyakarta
Adrian Sutedi, 2015, BUKU PINTAR HUKUM PERSEROAN TERBATAS, Raih Asa Sukses (Penerbit Swadaya Grup), Jakarta
Nadapdap, Binoto, 2016, HUKUM PERSEROAN TERBATAS Berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007, Edisi Revisi, Jala Permata Aksara, Jakarta
B. Peraturan Perundang-Undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHP)
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak Dan Gas Bumi
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perseroan Terbatas
Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05/MBU/2007 Tahun 2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Badan Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan sebagaimana terakhir diubah dengan Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-08/MBU/2013 Tahun 2013 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Millik Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan
C. Sumber Lain
Mulhadi, Diktat, HUKUM PERUSAHAAN Bentuk-Bentuk Badan Usaha di Indonesia, 2014
download.portalgaruda.org/article=346721&val=6466&title=KEWAJIBAN HUKUM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE SOCIAL RESPONSISBILITY) DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA
BAB III
PERAN PERUSAHAAN DALAM PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
A. Manfaat Pelaksanaan Corporate Social Responsibility Yang Dilaksanakan Oleh Perusahaan
Perusahaan yang menjalankan CSR ada beberapa manfaat atau keuntungan yang dapat dirasakan. Mengingat bahwa CSR sangat penting bagi kelangsungan perusahaan, masyarakat, serta lingkungan.
Manfaat CSR bagi perusahaan antara lain:83
Selain itu, manfaat CSR bagi perusahaan ialah:
a. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek perusahaan. b. Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial.
c. Mereduksi risiko bisnis perusahaan.
d. Melebarkan akses sumber daya bagi operasional usaha. e. Membuka peluang pasar yang lebih luas.
f. Mereduksi biaya, misalnya terkait dampak pembuangan limbah. g. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders.
h. Memperbaiki hubungan dengan regulator.
i. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan. j. Peluang mendapatkan penghargaan.
84
83 Suhandari M. Putri, Schema CSR, Kompas, 4 Agustus 2007. Dikutip dari Hendrik Budi Untung, Corporate Social Responsibility, Jakarta, Sinar Grafika, 2008, hal. 6-7.
1. Meningkatkan Citra Perusahaan
Dengan melakukan kegiatan CSR, konsumen dapat lebih mengenal perusahaan sebagai perusahaan yang selalu melakukan kegiatan yang baik bagi masyarakat. 2. Memperkuat “Brand” Perusahaan
Melalui kegiatan memberikan product knowledge kepada konsumen dengan cara membagikan produk secara gratis, dapat menimbulkan kesadaran konsumen akan keberadaan produk perusahaan sehingga dapat meningkatkan posisi brand perusahaan.
3. Mengembangkan Kerja Sama dengan Para Pemangku Kepentingan
Dalam melaksanakan kegiatan CSR, perusahaan tentunya tidak mampu mengerjakan sendiri, jadi harus dibantu dengan para pemangku kepentingan, seperti pemerintah daerah, masyarakat, dan universitas lokal. Maka perusahaan dapat membuka relasi yang baik dengan para pemangku kepentingan tersebut.
4. Membedakan Perusahaan dengan Pesaingnya
Jika CSR dilaksanakan sendiri oleh perusahaan, perusahaan mempunyai kesempatan menonjolkan keunggulan komparatifnya sehingga dapat membedakannya dengan pesaing yang menawarkan produk atau jasa yang sama.
5. Menghasilkan Inovasi dan Pembelajaran untuk Meningkatkan Pengaruh Perusahaan Memilih kegiatan CSR yang sesuai dengan kegiatan utama perusahaan memerlukan kreativitas. Merencanakan CSR secara konsisten dan berkala dapat memicu inovasi dalam perusahaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan peran dan posisi perusahaan dalam bisnis global.
Selain manfaat CSR bagi perusahaan, CSR juga bermanfaat bagi masyarakat, berikut adalah manfaat CSR bagi masyarakat: meningkatnya kesejahteraan masyarakat sekitar dan kelestarian lingkungan. Adanya beasiswa untuk anak tidak mampu di daerah tersebut. Meningkatnya pemeliharaan fasilitas umum. Adanya pembangunan
desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut berada.85
Indonesia Business Links menerangkan manfaat CSR bagi masyarakat dalam tiga tahapan, yaitu:86
Pelaksanaan CSR juga memberikan manfaat bagi pemerintah. Melalui CSR akan tercipta hubungan antara pemerintah dan perusahaan dalam mengatasi berbagai masalah sosial, seperti kemiskinan, rendahnya kualitas pendidikan, minimnya akses kesehatan dan lain sebagainya. Tugas pemerintah untuk menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya menjadi lebih ringan dengan adanya partisipasi pihak swasta
(perusahaan) melalui kegiatan CSR. CSR yang dapat berperan dalam mengatasi 1. Jangka Pendek
Dalam jangka pendek, aktivitas CSR dapat memberikan dua manfaat utama. Pertama, meningkatkan interaksi antar kelompok-kelompok masyarakat. Kedua, tersedianya layanan-layanan sosial/publikyang selama ini sulit diperoleh kelompok masyarakat tertentu. Layanan-layanan ini dapat berbentuk layanan kesehatan dan pendidikan bagi masyarakat miskin.
2. Jangka Menengah
Dalam jangka menengah, manfaat yang tercipta adalah meningkatkan kemampuan atau kapasitas masyarakat untuk bekerjasama. Ini terwujud melalui program CSR yang berupa kegiatan berkelompok seperti pengembangan koperasi, penyedia dana bergulir dan lain sebagainya. Manfaat jangka menengah lainnya adalah terciptanya jejaring yang dibutuhkan oleh kelompok-kelompok masyarakat untuk
mengembangkan aktivitas ekonominya maupun untuk meningkatkan kondisi kehidupannya.
3. Jangka Panjang
Dalam jangka panjang, aktivitas CSR tertentu dapat memberi manfaat berupa meningkatnya modal sosial dan kerekatan sosial pada masyarakat.
permasalahan-permasalahan sosial adalah CSR yang bersifat communuity development seperti pemberian beasiswa, pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin, pembangunan sarana kesehatan dan lain sebagainya.87
Ke enam, mencegah lebih baik daripada mengobati. Bila bisnis enggan untuk memecahkan masalah-masalah sosial sekarang, maka amasalah-masalah sosial yang tak terpecahkan itu pada suatu ketika akan meledak dalam promosi yang akan merugikan bisnis secara fatal. Misalnya, adalah masalah kesejahteraan sosial dengan mudah akan Apabila perusahaan menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungannya ada
beberapa manfaat atau keuntungan yang dapat dipetik. Adapun argumentasinya adalah sebagai berikut:
Pertama, kepentingan jangka panjang. Bila perusahaan peka terhadap kebutuhan masyarakat, dan berupaya untuk memenuhinya dalam jangka panjang, ia akan meghasilkan sebuah masyarakat yang lebih menguntungkan bagi perusahaan. Sebuah masyarakat yang mempunyai fasilitas pendidikan yang baik, akan menghasilkan lulusan-lulusan yang baik untuk direkrut ke dalam perusahaan. Sebuah masyarakat yang makmur akan berdaya beli lebih tinggi. Sebuah perusahaan yang aman, akan membuat perusahaan beoperasi lebih optimum.
Kedua, citra sosial (image). Berkaitan dengan keuntungan ekonois jangka panjang, maka dapat pula disebutkan keuntungan yang lain. Perusahaan dengan tanggung jawab sosial yang tinggi juga akan mempunyai citra yang tinggi di pandangan masyarakat. Tenaga-tenaga yang terbaik dengan bangga akan bekerja bagi perusahaan yang bersangkutan. Dengan senang hati, masyarakat akan bersedia menjadi langgangan atau rekanan.
Ketiga, kelangsungan hidup. Sebuah perusahaan yang mempunyai citra yang baik di mata masyarakat akan dihargai oleh masyarakat. Penghargaan ini amat sangat besar pengaruhnya bagi kelangsungan hidup perusahaan. Sebab pada hakikatnya, sebuah perusahaan akan dapat berjalan apabila ia memenuhi dan menjawab kebutuhan masyarakat. Sekali masyarakat memutuskan bahwa ia tidak membutuhkan perusahaan itu, maka perusahaan itu tak akan dapat hidup apalagi berkembang.
Ke empat, menghindari regulasi. Apabila perusahaan telah memenuhi tanggung jawab sosialnya dengan baik, maka pemerintah tentu tidak akan perlu memaksakan peraturan apa-apa mengenai ini. Itu berarti perusahaan akan dapat mempertahankan kebebasan dan otonomi di dalam mengambil keputusan. Semakin tanggung jawab sosial terpenuhi semakin terjamin otonominya perusahaan. Sebaliknya semakin tanggung jawab sosial dihindari, semakin banyak peraturan yang membatasi.
Ke lima, sumber-sumber khusus. Bisnis dianggap mempunyai sumber-sumber khusus yang tidak dimiliki oleh lembaga-lembaga lain. misalnya, keterampilan
manajemen, kemampuan inovatif, orientasi kepada produk-tivitas, dan tentu saja kemampuan dana.
berakumulasi dan menghasilkan ledakan sosial yang merugikan semua pihak, termasuk atau khusunya dunia bisnis.
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah sebuah keharusan. Bisnis sekarang ini telah merupakan sebuah
kekuatan/kekuasaan sosial yang luar biasa besarnya. Dan sungguh amat wajar, bila kekuatan sosial yang besar harus dibarengi oleh tanggung jawab sosial dan lingkungan yang besar pula.88
Menurut Indonesia Business Links, ada empat manfaat CSR bagi hubungan antara perusahaan dan masyarakat. Pertama, sebagai ijin sosial untuk beroperasinya perusahaan. Kedua, tumbuhnya modal sosial dan kerekatan sosial antara perusahaan dan masyarakat. Ketiga, tumbuhnya hubungan usaha di antara kedua pihak. Keempat, keberlanjutan usaha yang lebih tinggi.89
Selain manfaat CSR diatas, terdapat juga argumen yang mendukung perlunya keterlibatan sosial perusahaan, antara lain:90
88 Kesadarn baru manusia kini muncul bukan hanya melalui usaha-usaha valuasi maupun monetisasi lingkungan tetapi yang lebih darstis: mengintegrasikan ekonomi ke dalam lingkungan. Itulah paradigm baru, wacana berpikir baru yang melihat lingkungan bukan sebagai factor ekonomi, tetapi justeru sebaliknya, ekonomi dalam wacana lingkungan hidup. Di kalangan swasta, khususnya sektor bisnis dan industri, kesadaran untuk membangun dan menghormati etik lingkungan hidup ini muncul dari berbagai gerakan. Sebagai contoh, kita mengenal konsep 4R (Reduce, Reuses, Recycle, Recovery). Ini merupakan usaha kalngan bisnis terutama kegiatan industry yang berkaitan langsung dengan pemakaian sumber-sumber alam untuk mengurangi, menggunakan kembali, mendaur ulang, dan memulihkan bahan-bahan baku mereka. Lihat Eka Budianta, Eksekutif Bijak Lingkungan, (Jakarta: Puspa Swara dan Dana Mitra Lingkungan) hal. 5. Dikutip dari Binoto Nadapdap, HUKUM PERSEROAN TERBATAS Berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007, Edisi Revisi, Jala Permata Aksara, Jakarta, 2016, hal. 168-169.
89 http://deeruangbebas.blogspot.co.id/2010/12/corporate-social-responsibility-csr.html?m=1 90 A. Sonny Keraf, Ibid, hal. 129-134.
a. Kebutuhan dan Harapan Masyarakat yang Semakin Berubah
Apakah hal ini akan mengganggu konsentrasi sebagaimana dikatakan di atas? Ada benarnya, tetapitidak sepenuhnya benar karena keterlibatan sosial dapat diarahkan dan dijalankan sesuai dengan kegiatan bisnis pokok perusahaan tersebut. Jadi, keterlibatan sosial kendati benar dapat mengacaukan perhatian perusahaan tidak sepebuhnya benar akan melemahkan kinerja suatu perusahaan. Justru sebaliknya, itu dapat meningkatkan kinerja perusahaan tersebut.
b. Terbatasnya Sumber Daya Alam
Argumen ini didasarkan pada kenyataan bahwa bumi kita ini mempunyai sumber daya alam yang terbatas. Bisnis justru berlangsung dalam kenyataan ini, dengan berupaya memanfaatkan secara bertanggung jawab dan bijaksana sumber daya alam yang terbatas itu demi memenuhi kabutuhan manusia. Maka, bisnis diharapkan untuk tidak hanya mengeksploitasi sumber daya alam yang terbatas itu demi keuntungan ekonomis, melainkan juga ikut melakukan kegiatan sosial tertentu yang terutama bertujuan untuk memelihara sumber daya alam. Ini juga pada akhirnya akan berguna bagi perusahaan tersebut karena perusahaan tertentu akan sulit bertahan kalau sumber daya alam yang terbatas itu habis dieksploitasi tanpa dijaga kelestariannya.
Ini berarti, kendati ada benarnya bahwa keterlibatan sosial sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan dapat melemahkan efisiensi, namun tidak
sepenuhnya benar demikian. Justru keterlibatan dan kepedulian perusahaan tersebut, khusunya pada kelestarian sumber daya alam yang ada, akan mendorong penggunaan sumber daya alam yang terbatas itu secara efisien.
c. Lingkungan Sosial yang Lebih Baik
Bisnis berlangsung dalam suatu lingkungan yang mendukung kelangsungan dan keberhasilan bisnis itu untuk masa yang panjang. Ini punya implikasi etis bahwa bisnis mempunyai kewajiban dan tanggung jawab moral dan sosial untuk memperbaiki lingkungan sosialnya kea rah yang lebih baik. Semakin baiknya lingkungan sosial dengan sendirinya akan ikut memperbaiki iklim bisnis yang ada. Dengan semakin baiknya kondisi lapangan kerja, kekerasan sosial akibat pengangguran bisa dikurangi atau diatasi.
Dengan memperhatikan prasarana sosial di sekitarnya, kondisi bisnis pun ikut diperbaiki. Dengan membantu memperbaiki keadaan sosial dan ekonomi masyarakat sekitar, jurang kaya miskin akan sedikit diperkecil dan dengan demikian masyarakat sekitar akan lebih menerima kehadiran perusahaan tersebut. Dengan member pelatihan dan menampung tenaga kerja dari masyarakat sekitar, pada akhirnya tingkat kehidupan ekonomi ikut diperbaiki. Sejalan dengan itu, daya beli masyarakat juga diperbaiki yang pada akhirnya akan mampu menyerap produk perusahaan tersebut. Ini pada gilirannya akan
menguntungkan perusahaan tersebut.
d. Perimbangan Tanggung Jawab dan Kekuasaan
Karena itu, tanggung jawab sosial sangat dibutuhkan untuk bisa mengibangi dan sekaligus mengontrol kekuasaan bisnis yang besar itu. Asumsinya, kekuasaan yang terlalu besar dari bisnis, jika tidak diimbangi dan dikontrol dengan tanggung jawab sosial, akan menyebabkan bisnis menjadi kekuatan yang merusak masyarakat.
Ide ini muncul dalam perbandingan dengan kekuasaan negara. Dengan menjadi satu-satunya lembaga yang memiliki kekuasaan absolut - yaitu kekuasaan sipil paling tinggi – ada bahaya bahwa negara dapat bertindak sewenang-wenang sampai merugikan kepentingan masyarakat atau rakyat. Karena itu, secara moral kekuasaan negara harus dibatasi dan dikendalikan, terutama melalui tanggung jawab moral dan sosial negara atas kehidupan seluruh warga masyarakat. Bahkan negara bertanggung jawab untuk melindungi hak dan kepentingan semua warga tanpa terkecuali. Demikian pula bisnis, yang dalam berbagai kegiatan sosial demi kepentingan masyarakat. Kalau tidak, perusahaan-perusahaan modern yang sangat besar, dan sesungguhnya juga perusahaan-perusahaan kecil dan menengah, dapat bertindak sesukanya sampai merugikan masyarakat.
Dalam kaitannya dengan itu, sesungguhnya tanggung jawab sosial dan moral dapat berfungsi pula untuk mencegah campur tangan pemerintah dalam kegiatan bisnis suatu perusahaan. Asumsinya, kalau suatu perusahaan melakukan kegiatan bisnis sampai merugikan hak dan kepentingan pihak lain (atau masyarakat secara
keseluruhan), pemerintah, yang punya tugas utama melindungi hak dan kepentingan setiap warga, akan bertindak. Itu berarti mau tidak mau pemerintah akan menindak perusahaan tersebut, antara lain dengan mencabut izin usaha perusahaan tersebut, atau paling kurang membatasi ruang gerak kegiatan bisnis perusahaan tersebut. Padahal, kebebasan berbisnis adalah hal yang paling didambakan setiap perusahaan.
e. Bisnis Mempunyai Sumber-Sumber Daya yang Berguna
Argumen ini mau mengatakan bahwa bisnis atau perusahaan sesungguhnya mempunyai sumber daya yang sangat potensial dan berguna bagi masyarakat. Perusahaan tidak hanya punya dana, melainkan juga tenaga profesional dalam segala bidang yang dapat dimanfaatkan atau dapat disumbangkan bagi kepentingan kemajuan masyarakat. Tidak benar bahwa mereka hanya profesional dalam mencari keuntungan ekonomis. Mereka juga profesional dalam mengelola, mengorganisasi, dan menjalankan kegiatan-kegiatan tertentu yang bertujuan untuk memajukan masyarakat. Pengalaman mereka dalam memecahkan berbagai persoalan bisnis akan sangat berguna untuk memecahkan berbagai persoalan sosial yang dihadapi masyarakat. Itu tidak hanya disumbangkan secara individual, melainkan juga dalam konteks perusahaan secara keseluruhan.
f. Keuntungan Jangka Panjang
tercipta suatu citra yang sangat positif di mata masyarakat mengenai perusahaan itu. Dengan peduli pada kepentingan masyarakat dan semua pihak terkait, yang mungkin dalam jangka pendek merugikan secara financial, dalam jangka panjang akan sangat menguntungkan bagi perusahaan tersebut.
Karena itu, bahkan kalaupun biaya jangka pendek suatu tanggung jawab atau keterlibatan sosial sangat tinggi, namun jika dalam jangka panjang justru
menguntungkan perusahaan itu, tanggung jawab sosial tersebut sangat dianjurkan. Biaya tersebut dapat dianggap sebagai sebagai investasi jangka panjang. Pendidikan karyawan, kelestarian lingkungan, perbaikan prasarana umum, penyuluhan, pelatihan, dan perbaikan kesehatan lingkungan mungkin memerlukan biaya yang besar, tetapi dalam jangka panjang akan sangat menguntungkan perusahaan tersebut karena kegiatan-kegiatan panjang itu ikut menciptakan iklim sosial politik yang kondusif bagi kelangsungan bisnis perusahaan tersebut. Kegiatan-kegiatan itu ikut menciptakan stabilitas sosial dan politik yang sangat didambakan bagi bisnis perusahaan tersebut.
Biaya untuk kegiatan-kegiatan sosial tersebut tidak mesti dikenakan pada harga produk yang ditawarkan ke pasar. Banyak perusahaan justru menyisihkan sebagian keuntungannya untuk kegiatan-kegiatan sosial ini. Jadi, tidak sepenuhnya benar bahwa tanggung jawab sosial, khususnya keterlibatan perusahaan dalam kegiatan sosial, pada akhirnya akan memberatkan masyarakat dan akan melemahkan daya saing perusahaan tersebut. Banyak perusahaan bahkan telah menyisihkan porsi tertentu dari keuntungan tahunannya untuk kegiatan sosial seperti itu sebagai semacam tanda terima kasih atau balas jasa atas kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan tersebnut beserta kegiatan bisnisnya. Ini pada akhirnya juga akan menjalin relasi dan ikatan batin tertentu antara perusahaan dan masyarakat.
Dengan kata lain, konsep tanggung jawab sosial secara keseluruhan
sesunggguhnya sejalan dengan paham ekonomi yang semakin berkembang dewasa ini, yang tidak hanya menekankan faktor-faktor ekonomi demi keuntungan ekonomi jangka pendek, melainkan juga faktor-faktor sosial demi keuntungan ekonomi jangka panjang. Tidak dapat disangkal bahwa bisnis hanya bisa bertahan kalau kepentingan semua pihak terkait diperhatikan.
kepedulian mereka akan hak dan kepentingan orang lain dan masyarakat pada umumnya.
Kontribusi CSR adalah kontribusi berkesinambungan terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan, yaitu bekerja sama dengan karyawan, keluarga mereka, komunitas lokal, dan masyarakat luas untuk memperbaiki kualitas hidup dengan cara-cara yang dapat diterima oleh bisnis dan juga pembangunan itu sendiri adalah nilai dasar CSR.91 Apabila manajemen perusahaan memilih strategi proaktif atau akomodatif dalam tanggung jawab sosialnya (bukan strategi defensif maupun reaktif), maka mereka akan melakukannya karena ingin memberikan manfaat kepada masyarakat dan stakeholder, bukan karena mengharapkan keuntungan financial yang lebih baik.92
Dalam Undang-Undang tentang Minyak dan Gas Bumi, Pasal tentang sanksi atau ketentuan pidana malah sama sekali tidak berkorelasi dengan pasal-pasal yang berisi Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), melainkan sanksi tersebut ditujukan untuk pasal-pasal lain dalam UU tersebut. Misalnya, pasal 40 ayat (2), ayat (3) dan (5) yang jelas-jelas identik dengan pasal sanksi bilamana terjadi pelanggaran terhadap Pasal 40 tersebut.
B. Akibat Hukum Terhadap Perusahaan Yang Tidak Melaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR)
93
Mengenai sanksi atas perusahaan yang tidak melakukan kewajibannya, berdasarkan Pasal 34 ayat (1) UU No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dapat dikenai sanksi administratif berupa peringatan tertulis, pembatasan kegiatan usaha, pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal. Pasal 74 ayat (3) UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas juga mengatur: “Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”. Rumusan ini menimbulkan ketidakpastian hukum karena tidak secara jelas menunjuk peraturan perundang-undangan dan sanksi apa yang akan dikenakan terhadap Perseroan yang tidak melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Kebingungan bertambah, selain bingung karena adanya
pembatasan Perseroan yang wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan, tidak jelas bagaimana mekanisme pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan yang harus dilakukan oleh Perseroan, berapa kontribusi yang harus dianggarkan Perseroan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial, dan tidak jelas pula sanksi apa yang di kenakan jika tidak melaksanakan.94
91 Hendrik Budi Untung, Ibid, hal. 35. 92 Amin Widjaja Tunggal, Ibid, hal. 60.
93 http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/hukum-perdata/847-persoalan-hukum-seputar- tanggung-jawab-sosial-dan-lingkungan-perseroan-dalam-perundang-undangan-ekonomi-indonesia.html
BAB IV
ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DI LINGKUNGAN PT.GERGAS UTAMA KEBUN GERGAS
A. Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) di PT.Gergas Utama Kebun Gergas Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilaksanakan oleh perusahaan memperlihatkan komitmen moralnya untuk tidak melakukan kegiatan-kegiatan bisnis tertentu yang dapat merugikan masyarakat luas di sekitar perusahaan tersebut. Dengan pelaksanaan CSR membuat hubungan baik antara perusahaan dengan masyarakat, sehinggan perusahaan dapat diterima baik oleh masyarakat. Pelaksanaan CSR harus memperhatikan lingkungan, keberadaan perusahaan yang mencari
keuntungan harus sejalan dengan pengelolaaan lingkungan yang baik.
PT.Gergas Utama Kebun Gergas sebagai Badan Usaha Milik Swasta juga melaksanakan kegiatan CSR sebagai bentuk tanggung jawabnya terhadap kegiatan bisnis yang dijalankannya.95
PT.Gergas Utama Kebun Gergas melaksanakan CSR dalam hal sosial kemanusiaan, yang meliputi pemberian bantuan untuk perehapan masjid dengan memberikan bantuan keramik dan kayu, melakukan perbaikan infrastruktur jalan yang meliputi pengerasan dan pelebaran jalan, memberikan fasilitas mck juga menyediakan air bersih kepada masyarakat sekitar perusahaan, memberikan dana bantuan kepada masyarakat yang kurang mampu, serta menyediakan barang-barang sembako bagi karyawan yang dapat dicicil dengan gajih karyawan tersebut, tidak hanya itu PT.Gergas Utama Kebun Gergas juga sangat memperhatikan lingkungan perusahaan dalam kegiatan bisnisnya itu membuat instalasi pengelolaan limbah yang sangat dijaga agar tidak mencemari lingkungan sekitar.
Kegiatan CSR yang dilaksanakan hendaknya bukan menjadi sebuah paksaan, tetapi perusahaan juga harus merasa bahwa tanggung jawab itu perlu dilakukan guna kepentingan bersama.
96
Pelaksanaan CSR di PT.Gergas Utama Kebun Gergas berjalan dengan lancar dan tidak ada mengalami hambatan, ketika masyarakat meminta bantuan kepada pihak
perusahaan maka Direksi menyetujuinya dan kemudian memberikan bantuan kepada Penulis melihat langsung bagaimana PT. Gergas Utama Kebun Gergas melakukan pengelolaan limbah dengan menyediakan instlasi pengelolaan limbah yang sangat terjaga dan terawat, sehingga limbah yang ada tidak mecemari lingkungan. Dengan dijalankannya CSR ini, perusahaan tersebut telah menyadari betapa pentingnya CSR bagi kelangsungan perusahaan. Tidak hanya itu, masyarakat juga tidak khawatir bahwa perusahaan akan memperburuk lingkungan dan meresahkan masyarakat, tetapi masyarakat merasa diuntungkan dengan adanya perusahaan yang melaksanakan CSR.
95 Hasil wawancara dengan Bapak Dedi Safuan, S.E selaku Manager pada PT.Gergas Utama Kebun Gergas, pada tanggal 7 Maret 2017.
masyarakat.97
PT.Gergas Utama Kebun Gergas tidak menganggarkan CSR dalam perusahaan, tetapi ketika masyarakat membutuhkan bantuan kepada perusahaan maka pihak perusahaan memberikan bantuan yang telah disetujui terlebih dahulu oleh direksi.
Disini perusahaan terlihat tidak menolak ketika masyarakat meminta bantuan kepada pihak perusahaan berkaitan dengan tanggung jawabnya sebagai pelaku bisnis yang mau memperhatikan keinginan masyarakat berdasarkan kepatutan dan kewajaran.
98
Kontribusi CSR adalah kontribusi berkesinambungan terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan, yaitu bekerja sama dengan karyawan, keluarga mereka, komunitas lokal, dan masyarakat luas untuk memperbaiki kualitas hidup dengan cara-cara yang dapat diterima oleh bisnis dan juga pembangunan itu sendiri adalah nilai dasar CSR.
PT.Gergas Utama Kebun Gergas tetap melaksanakan CSR sebagai tanggung jawabnya selaku perusahaan walaupun tidak dianggarkan dalam perusahaan.
B. Peran Serta Karyawan dan Masyarakat dalam Melaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR) di PT.Gergas Utama Kebun Gergas
99
Dalam melaksanakan CSR bukan hanya pihak manajemen saja yang melakukan, tetapi ada peran karyawan dalam pelaksanaannya.100
Tujuan CSR adalah untuk memperdayakan masyarakat, bukan memperdayai masyarakat. Pemberdayaan bertujuan mengkreasikan masyarakat mandiri, kalau berbicara tentang Corporate Social Responsibility, terdapat banyak definisi. Kata sosial sering diinterpretasikan dengan kedermawanan. Padahal CSR terkait dengan
sustainability dan acceptability, artinya diterima dan berkelanjutan untuk berusaha di suatu tempat,dan Anda ingin usaha Anda berkelanjutan dalam jangka panjang.
Penulis melihat langsung bagaimana karyawan ikut ambil alih dalam hal karyawanlah yang turut serta dalam pengelolaan limbah, karyawan juga ikut mendistribusikan air bersih kepada masyarakat, dalam perbaikan infrastruktur jalan juga karyawan banyak terlibat di dalamnya, karyawan membantu proses pelaksanaan CSR yang dilakukan oleh perusahaan.
101
97 Hasil wawancara dengan Bapak Dedi Safuan, S.E selaku Manager pada PT.Gergas Utama Kebun Gergas, pada tanggal 7 Maret 2017.
98 Hasil wawancara dengan Bapak Dedi Safuan, S.E selaku Manager pada PT.Gergas Utama Kebun Gergas, pada tanggal 7 Maret 2017.
99 Hendrik budi untung, op. Cit, hal. 35.
100 Hasil wawancara dengan Dedi safuan, S.E, selaku Manager. Pada tanggal 7 Maret 2017. 101 Hendrik Budi Untung, op. Cit, hal. 10.
Dalam hal peran serta masyarakat dalam pelaksanaan CSR, disini masyarakat juga berperan aktif didalamnya, sebagai contoh ketika perusahaan akan melakukan perbaikan infrastruktur jalan, disini masyarakat turut membantu proses perbaikan infrastruktur jalan tersebut. Perusahaan yang menyediakan alat berat untuk pelebaran jalan dan pengerasan jalan, karyawan dan masyarakat ikut bergotong royong demi tercapainya kegiatan CSR dengan baik.102
Regulasi yang berimbang antara aktor-aktor CSR, salah satunya adalah masyarakat, sangat penting ditegaskan dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:103
5. Dalam perkembangan perusahaan memerlukan situasi yang kondusif, sehingga perusahaan dapat memusatkan perhatiannya pada pertumbuhan perusahaan 1. Peran masyarakat terutama komunitas lokal sangat menentukan dalam upaya
perusahaan memperoleh rasa aman dan kelancaran dalam berusaha. Peran serta masyarakat setempat merupakan salah satu kunci sukses dalam penerapan program CSR. Bentuk peran serta masyarakat yang diharapkan dalam pelaksanaan program CSR antara lain adalah memberikan informasi, saran dan masukan atau pendapat untuk menentukan program CSR yang akan dilakukan. Disamping itu, adanya partisipasi aktif dari komunitas dalam setaip pelaksanaan program CSR juga sangat diperlukan. Komunitas lokal adalah warga yang bermukim di sekitar asset
perusahaan. Mereka harus dipandang sebagai satu kesatuan dengan perusahaan yang dapat memberikan manfaat timbal balik.
2. Perusahaan akan berjalan dengan baik apabila didukung oleh masyarakat, terutama masyarakat setempat, yang juga akan menerima manfaat dari keberadaan
perusahaan tersebut secara lambat laun, karena perusahaan mempunyai tingkat tumbuh seperti tanaman yang baru ditanam, memerlukan perhatian dan waktu perawatan hingga dapat hidup sendiri.
3. Masyarakat harus mempunyai pengertian mengenai arti sebenarnya dari CSR,
sehingga apabila adanya program CSR yang dilakukan oleh perusahaan, tepat sasaran dan dana yang dikucurkan oleh perusahaan untuk program CSR juga benar-benar bermanfaaat bagi perkembangan masyarakat sekitar perusahaan yang dalam jangka panjang akan menjadi mitra usaha perusahaan.
4. Upaya menciptakan hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antara perusahaan dengan masyarkat harus diupayakan secara timbal balik, bukan hanya
menyerahkannya pada perusahaan. Untuk itu, pada sisi masyarakat diperlukan sikap yang menghargai dan bekerja sama dengan perusahaan, antara lain:
a. Mengerti akan tahapan-tahapan kemapanandan kondisi perusahaan. b. Mendahulukan kepentingan perusahaan daripada pribadi.
c. Memberikan informasi atas masalah yang dapat merugikan perusahaan. d. Bersedia ikut aktif dalam dalam program-program perusahaan dalam training
peningkatan kemampuan diri.
tersebut, sehingga tujuan investasi dalam mencapai laba yang sebesar-besarnya dan dapat dipertangggungjawabkan kepada shareholders dan stakeholders akan tercapai dalam waktu yang telah direncanakan.
Hubungan yang baik serta peran serta antara perusahaan, karyawan, dan masyarakat mencerminkan bagaimana pelaksanaan CSR yang dilakukan ini banyak melibatkan pihak demi tercapainya keinginan bersama.
C. Manfaat Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) Bagi Masyarakat Dan Lingkungan Yang Dilaksanakan Oleh PT.Gergas Utama Kebun Gergas
Tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam perseroan terbatas adalah
komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendriri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya. Hal ini dimaksudkan untuk mendukung terjalinnya hubungan perseroan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.104 Masyarakat sangat merasakan manfaat dari pelaksanaan CSR yang dilakukan oleh PT.Gergas Utama Kebun Gergas, dengan adanya pelaksanaan CSR tersebut masyarakat terbantu dalam hal perbaikan infrastruktur jalan dan bantuan masjid, tidak hanya itu masyarakat yang kurang mampu juga merasakan bantuan dari perusahaan, perusahaan juga menyediakan air bersih bagi masyarakat. Jadi masyarakat mendapat manfaat dari pelaksanaan CSR yang dilakukan oleh PT. Gergas Utama Kebun Gergas.105
Manfaat pelaksanaan CSR yang dilakukan oleh PT.Gergas Utama Kebun Gergas juga bermanfaat untuk menjaga kelestarian lingkungan, dimana perusahaan memperhatikan instalasi pengelolaan limbah agar tidak mencemari lingkungan. Instalasi pengelolaan limbah sendiri dibuat jauh dari kawasan pemukiman penduduk, sehingga tidak mengganggu aktivitas penduduk.
106
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. PT.Gergas Utama Kebun Gergas sebagai Badan Usaha Milik Swasta juga melaksanakan kegiatan CSR sebagai bentuk tanggung jawabnya terhadap kegiatan bisnis yang dijalankannya. PT.Gergas Utama Kebun Gergas melaksanakan CSR dalam hal sosial kemanusiaan, yang meliputi pemberian bantuan untuk perehapan masjid dengan memberikan bantuan keramik dan kayu, melakukan perbaikan infrastruktur jalan yang meliputi pengerasan dan pelebaran jalan, memberikan fasilitas mck juga menyediakan air bersih kepada masyarakat sekitar perusahaan, memberikan dana bantuan kepada masyarakat yang kurang mampu, serta menyediakan barang-barang sembako bagi karyawan yang dapat dicicil dengan gajih karyawan tersebut, tidak hanya itu PT.Gergas Utama Kebun Gergas juga sangat memperhatikan lingkungan perusahaan dalam kegiatan bisnisnya itu membuat instalasi pengelolaan limbah yang sangat dijaga agar tidak mencemari lingkungan sekitar.
2. Dalam melaksanakan CSR bukan hanya pihak manajemen saja yang melakukan, tetapi ada peran karyawan dalam pelaksanaannya. Masyarakat juga mempunyai peran penting dalam pelaksanaan CSR.
3. CSR sendiri yang dijalankan oleh PT.Gergas Utama Kebun Gergas sangat memberikan manfaat bagi masyarakat yang merasa terbantu dengan adanya perusahaan tersebut, juga lingkungan tetap terjaga walaupun adanya keberadaan perusahaan, tetapi perusahaan memperhatikan lingkungan agar tidak tercemar.
B. SARAN
1. Pelaksanaan CSR di PT.Gegas Utama Kebun Gergas seharusnya mempunyai program, bukan hanya ketika masyarakat meminta bantuan baru perusahaan memberikan bantuannya. CSR di PT.Gergas Utama Kebun Gergas haruslah masuk kedalam anggaran perusahaan, jadi perusahaan memang telah menyediakan anggaran untuk kepentingan CSR.
2. Dengan adanya peran serta karyawan dan masyarakat dalam pelaksanaan CSR oleh PT. Gergas Utama Kebun Gergas seharusnya karyawan dan masyarakat tidak merasa terbebani oleh adanya pelaksanaan CSR tersebut, tetapi karyawan dan masyarakat justru lebih berperan serta dalam pelaksanaan CSR tersebut.
BAB II
TINJAUAN UMUM MENGENAI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
A. Sejarah Perkembangan Corporate Social Responsibility (CSR)
Pada dasarnya, CSR bukanlah merupakan hal baru. Sebelum istilah CSR digunakan, CSR sudah sama tuanya dengan perdagangan dan bisnis itu sendiri. Pemerintah telah lama memperhatikan perusahaan-perusahaan yang hanya mencari untung sebesar-besarnya, namun merugikan langganan dan masyarakat sekitarnya.48 Tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan materi yang baru diatur dalam ketentuan Undang-Undang Perseroan Terbatas ini. Latar belakang dimasukkannya ketentuan tersebut adalah sebagai bentuk pertanggungjawaban sosial perseroan terhadap lingkungan dan keadaan masyarakat di sekitar tempat usaha perseroan. ketentuan ini tidak bersifat menyeluruh. Akan tetapi, ketentuan ini memiliki batasan dan keadaan-keadaan tertentu yang peraturan pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Selain itu, ketentuan ini juga bertujuan untuk tetap menciptakan hubungan perseroan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.49
CSR dalam sejarah modern dikenal sejak Howard R. Bowen menerbitkan bukunya berjudul Social Responsibilities of The Businessman. Buku terlaris di era 1950-1960-an ini menggagas prinsip-prinsip tanggung jawab sosial perusahaan, sehingga Bowen dinobatkan sebagai Bapak CSR. Ide dasar yang dikemukakan Bowen adalah mengenai “kewajiban perusahaan menjalankan usahanya, sejalan dengan nilai-nilai dan tujuan yang hendak dicapai masyarakat di tempat perusahaan tersebut beroperasi”.50 Sejak saat itu banyak refrensi ilmiah lain yang diterbitkan di berbagai negara yang mengacu pada prinsip-prinsip tanggung jawab dunia usaha kepada masyarakat yang telah dijabarkan oleh Bowen.51
Dalam dekade 1960-an pemikiran Bomen terus dikembangkan oleh berbagai ahli sosiologi bisnis lainnya seperti Keith Davis yang memperkenalkan konsep Iron Law of Social Responsibility. Keith mengungkapkan bahwa penekanan tanggung jawab sosial perusahaan memiliki koneksi positif dengan ukuran atau besarnya perusahaan. Studi ilmiah yang dilakukan Keith menemukan bahwa semakin tinggi dampak suatu
perusahaan terhadap masyarakat sekitarnya, maka semakin tinggi pula bobot tanggung jawab yang harus dipertahankan perusahaan itu pada masyarakat. Dalam periode 1970-1980, definisi CSR lebih diperluas lagi oleh Archi Carrol yang sebelumnya telah merilis bukunya tentang perlunya dunia usaha meningkatkan kualitas hidup masyarakat agar
48 Azizah, Ibid, hal. 102.
49 Jamin Ginting, Hukum Perseroan Terbatas, Citra Aditya Bakti, Jakarta, 2007, hal. 93. 50 Azizah, op. Cit, hal. 37.
menjadi penunjang eksistensi perusahaan.52
Selanjutnya pada tahun 1990-an, cara cara pandang pun berubah dimana CSR suatu perusahaan tidak hanya diarahkan untuk turut mencapai sasaran-sasaran bisnis perusahaan, tapi perseroan tersebut juga harus menyokong kegiatan-kegiatan dengan memanfaatkan keahlian dalam bidang pemasaran (marketing expertise), bantuan teksin perseroan (technical assistance), dan sukarelawan dari kalangan pegawai.
Adanya perbaikan kualitas hidup masyarakat yang dilakukan oleh perusahaan maka akan berdampak baik pula bagi perusahaan tersebut.
53
Ketenaran istilah CSR semakin menjadi ketika buku Cannibals With Forks : The Triple Bottom Line in 21st Century Business (1998) terbit dipasaran. Buku ini adalah karangan John Elkington. Didalam buku ini ia mengembangkan tiga komponen penting sustainable development, yakni economic growth, environmental protection, dan social equity, yang digagas the World Comission on Environment and Development (WCED). Dalam Brundtland Report (1987), Elkington mengemas CSR ke dalam tiga fokus yang sengaja ia singkat menjadi 3P yaitu singkatan dari profit, planet dan people.54
Di dalam bukunya itu ia menjelaskan bahwa perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (profit). Melainkan pula memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people). Menurut Elkington, sebuah perusahaan tidak akan pernah menjadi besar jika lingkungannya rusak, maka tidak akan terjadi arus komunikasi dan transportasi yang bagus untuk kelancaran usaha perusahaan.55
Di wilayah Asia, konsep CSR berkembang sejak tahun 1998, tetapi pada waktu tersebut belum terdapat suatu pengertian maupun pemahaman yang baik tentang konsep CSR.
56
Jauh sebelum UUPT mewajibklan CSR, perusahaan-perusahaan di Indonesia sudah melaksanakan CSR. Hanya saja pelaksanaannya lebih merupakan tuntutan dalam menjalankan bisnis daripada kewajiban hukum yang dipaksakan.57
Meskipun setiap negara (termasuk Indonesia) sudah mengatur agar tercipta hubungan yang serasi antara kebutuhan pokok manusia untuk memperoleh kesempatan kerja dengan upah yang layak, selalu terbentur pada keadaan yang sebaliknya. Akhirnya undang-undang dan peraturan-peraturan yang mengatur tentang kesempatan kerja dan kebutuhan akan tenaga kerja serta tersedianya tenaga kerja semakin “kurang bermanfaat”. Mengingat falsafah negara dan bangsa Indonesia adalah atas dasar Pancasila, tentu saja setiap kegiatan yang akhirnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan sebagian besar anggota
53 Martono Anggusti, Ibid, hal. Ix.
56
masyarakat haruslah didasarkan atas adanya asas keseimbangan yaitu adanya keseimbangan antara kepentingan-kepentingan yang terkait.58
Di Indonesia, istilah CSR dikenal pada tahun 1980-an. Namun semakin popular digunakan sejak tahun 1990-an. Sama seperti sejarah munculnya CSR di dunia dimana istilah CSR muncul ketika kegiatan CSR sebenarnya telah terjadi. Di Indonesia, kegiatan CSR ini sebenarnya sudah dilakukan perusahaan bertahun-tahun lamanya. Namun pada saat itu kegiatan CSR Indonesia dikenal dengan nama CSA (Corporate Social Activity) atau “aktivitas sosial perusahaan”. Kegiatan CSA ini dapat dikatakan sama dengan CSR karena konsep dan pola piker yang digunakan hampir sama. Layaknya CSR, CSA ini juga berusaha merepresentasikan bentuk “peran serta” dan “kepedulian” perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan. Misalnya, bantuan bencana alam, pembagian Tunjangan Hari Raya (THR), beasiswa, dll. Melalui konsep investasi sosial perusahaan “seat belt”, yang dibangun pada tahun 2000-an. Sejak tahun 2003 Departemen Sosial tercatat sebagai lembaga pemerintah yang selalu aktif dalam mengembangkan konsep CSR dan melakukan advokasi kepada berbagai perusahaan nasional. Dalam hal ini Departemen Sosial merupakan pelaku awal kegiatan CSR di Indonesia. Selang beberapa waktu setelah itu, pemerintah mengimbau kepada pemilik perusahaan untuk
memperhatikan lingkungan sekitarnya. Namun, ini hanya sebatas imbauan karena belum ada peraturan yang mengikat. Sejatinya pemerintah menegaskan bahwa yang perlu diperhatikan perusahaan bukan hanya sebatas stakeholders atau para pemegang saham. Melainkan stakeholders, yakni pihak-pihak yang berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan. Stakeholders dapat mencakup karyawan dan keluarganya, pelanggan, pemasok, masyarakat sekitar perusahaan, lembaga-lembaga swadaya masyarakat, lingkungan, media massa dan pemerintah. Setelah tahun 2007 tepatnya Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang kewajiban Perseroan Terbatas keluar, hampir semua perusahaan Indonesia telah melakukan program CSR, meski lagi-lagi kegiatan itu masih berlangsung pada tahap cari popularitas dan keterikatan peraturan pemerintah. Misalnya, masih banyak perusahaan yang jika memberikan bantuan maka sang penerima bantuan harus menempel poster perusahaan ditempatnya sebagai tanda bahwa ia telah menerima bantuan dari perusahaan tersebut. Jika sebuah perusahaan membantu masyarakat secara ikhlas maka penempelan poster-poster itu terasa berlebihan.59
58 Sri Redzeki Hartono, KAPITA SELEKTA HUKUM PERUSAHAAN, Mandar Maju, Semarang, 2000, hal. 104.
Dalam Undang-Undang ini diatur mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (Corporate Social Responsibility/CSR) yang bertujuan mewujudkan pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat bagi Perseroan itu sendiri, komunitas setempat, dan masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu, ditentukan bahwa Perseroan yang kegiatan usahanya di bidang atau berkaitan dengan sumber daya alam, wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Sekarang sudah banyak perusahaan yang menerapkan program-program CSR. Mulai dari perusahaan yang terpaksa menjalankan program tanggung jawab sosial-nya karena peraturan yang ada, sampai kepada perusahaan yang benar-benar serius dalam menjalankan program CSR dengan mendirikan yayasan khusus untuk melaksanakan program-program CSR mereka.60
Corporate Social Responsibility adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial, dan lingkungan. B. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)
61
Definisi CSR sangat menentukan pendekatan audit program CSR. Sayangnya, belum ada definisi CSR yang secara universal diterima oleh berbagai lembaga. Beberapa definisi CSR menurut berbagai organisasi62
60 Martono Anggusti, op. Cit, hal. xiv.
61 Suhandari M.Putri, Schema CSR, Kompas, 4 Agustus 2007. Dikutip dari Hendrik Budi Untung, CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hal. 1.
:
1. World Business Council for Sustainable development:
Komitmen berkesinambungan dari kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan member kontribusi bagi pembangunan ekonomi, seraya meningkatkan kualitas kehidupan karyawan dan keluarganya, serta komunitas lokal dan masyarakat luas pada umumnya.
2. International Finance Corporation:
Komitmen dunia bisnis untuk memberi kontribusi terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan melalui kerjasama dengan karyawan, keluarga mereka, komunitas lokal dan masyarakat luas untuk meningkatkan kehidupan mereka melalui cara-cara yang baik bagi bisnis maupun pembangunan.
3. Institute of Chartered Accountants, England and Wales:
Jaminan bahwa organisasi-organisasi pengelola bisnis mampu member dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan, seraya memaksimalkan nilai bagi para pemegang saham (shareholders) mereka.
4. Canadian Government:
Kegiatan usaha yang meningkatkan ekonomi, lingkungan dan sosial ke dalam nilai, budaya, pengambilan keputusan, strategi, dan operasi perusahaan yang dilakukan secara transparan dan bertanggung jawab untuk menciptakan masyarakat yang sehat dan berkembang.
5. European Commission:
Sebuah konsep dengan mana perusahaan mengintegrasikan perhatian terhadap sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksinya dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan. 6. CSR Asia:
Komitmen perusahaan untuk beroperasi secara berkelanjutan berdasarkan prinsip ekonomi, sosial dan lingkungan, seraya menyeimbangkan beragam kepentingan para stakeholders.
Tanggung jawab sosial adalah kewajiban perusahaan untuk merumuskan kebijakan, mengambil keputusan, dan melaksanakan tindakan yang memberikan manfaat kepada masyarakat.63 Yang dimaksudkan disini dengan tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab moral perusahaan terhadap masyarakat. Tanggung jawab moral perusahaan tentu bisa diarahkan kepada banyak hal: kepada dirinya sendiri, kepada para karyawan, kepada perusahaan lain, dan seterusnya. Jika kita berbicara tentang tanggung jawab sosial, yang disoroti adalah tanggung jawab moral terhadap masyarakat di mana perusahaan menjalankan kegiatannya, entah masyarakat dalam arti sempit seperti lingkungan di sekitar sebuah pabrik atau masyarakat luas.64 Tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawabnya terhadap masyarakat di luar tanggung jawab ekonomis. Jika kita berbicara tentang tanggung jawab sosial perusahaan, kita memaksudkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan perusahaan demi suatu tujuan sosial dengan tidak memperhitungkan untung atau rugi ekonomis.65
Secara umum Corporate Social Responsibility merupakan peningkatan kualitas kehidupan mempunyai arti adanya kemampuan manusia sebagai individu anggota komunitas untuk dapat menanggapi keadaan sosial yang ada, dan dapat menikmati serta memanfaatkan lingkungan hidup termasuk perubahan-perubahan yang ada sekaligus memelihara. Atau dengan kata lain merupakan cara perusahaan mengatur proses usaha untuk memproduksi dampak positif pada komunitas. Atau dapat dikatakan sebagai proses penting dalam pengaturan biaya yang dikeluarkan dan keuntungan kegiatan bisnis dari stakeholders baik secara internal (pekerja, shareholders, dan penanam modal) maupun eksternal (kelembagaan pengaturan umum, anggota-anggota komunitas, kelompok komunitas sipil dan perusahaan lain).66
Beberapa konsep tentang corporate social responsibility dapat dijelaskan dengan menurut pendapat-pendapat dari beberapa ahli yang didasari oleh beberapa penelitian terhadap kegiatan perusahaan. Salah satu konsep menyebutkan tentang corporate social responsibility adalah komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan
63 Amin Widjaja Tunggal, Corporate Social Responsibility (CSR), Harvarindo, Jakarta, 2007, hal. 1.
64 K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis, Kanisius, Jakarta, 1999, hal. 292. 65 Ibid, hal. 296-297.
komunitas secara lebih luas menjadi inti dari CSR, dijelaskan bahwa anggota komunitas yang lebih luas termasuk di dalamnya adalah karyawan perusahaan, anggota keluarga karyawan serta komunitas yang menjadi lingkungan sosial dari perusahaan itu sendiri.67
Menurut The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) dinyatakan bahwa Corporate Social Responsibility adalah komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para
karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komunitas-komunitas secara keseluruhan, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan. Dari pernyataan ini, terlihat adanya usaha untuk ikut terlibat dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan sehingga dengan demikian kemandirian sebuah komunitas menjadi tolak ukur
keberhasilan sebuah usaha.
Dengan dijalankannya CSR ini diharapkan agar berdampak baik pada perusahaan dan lingkungan serta masyarakat sekitar.
68
Tanggung jawab sosial menunjukkan kepedulian
perusahaan terhadap kepentingan pihak-pihak lain secara lebih luas daripada sekedar terhadap kepentingan perusahaan belaka. Dengan konsep tanggung jawab sosial perusahaan mau dikatakan bahwa kendati secara moral adalah baik bahwa perusahaan mengejar keuntungan, tidak dengan sendirinya perusahaan dibenarkan untuk mencapai keuntungan itu dengan mengorbankan kepentingan pihak-pihak lain. Artinya,
keuntungan dalam bisnis tidak mesti dicapai dengan mengorbankan kepentingan pihak lain, termasuk kepentingan masyarakat luas. Bahkan jangan hanya karena demi keuntungan, perusahaan bersikap arogan tidak peduli pada kepentingan pihak-pihak lain. Sebaliknya, kendati secara moral dibenarkan bahwa perusahaan memang punya tujuan utama mengejar keuntungan, keuntungan itu harus dicapai dengan tetap mengindahkan kepentingan banyak orang lain.69
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak Dan Gas Bumi, “Kegiatan usaha hulu yang dilaksanakan oleh Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap berdasarkan Kontrak Kerja Sama dengan Badan Pelaksana wajib memuat ketentuan-ketentuan mengenai pengembangan masyarakat sekitarnya dan jaminan hak-hak masyarakat adat (Pasal 11 ayat (3) huruf p UU 22/2001). Selain itu dalam Pasal 40 ayat (5) UU 22/2001 juga dikatakan bahwa Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap yang melaksanakan kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi (kegiatan usaha hulu dan kegiatan usaha hilir) ikut bertanggung jawab dalam mengembangkan lingkungan dan masyarakat setempat. C. Pengaturan Hukum Mengenai Corporate Social Responsibility (CSR)
Terdapat beberapa pengaturan hukum mengenai CSR yang terdapat di dalam Undang-Undang maupun Peraturan Pemerintah. Diantaranya yaitu:
70
67 Ibid, hal. 209. 68 loc. Cit.
69 A. Sonny Keraf, ETIKA BISNIS TUNTUTAN DAN RELEVANSINYA, Kanisisus, Yogyakarta, 1998, hal. 122.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, dalam Pasal 15 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal ditegaskan amanat bahwa, setiap penanaman modal berkewajiban menerapkan prinsip tata kelola
perusahaan yang baik dan melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan, untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang,dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.71 Selain itu dalam Pasal 16 UU 25/2007 juga diatur bahwa setiap penanam modal bertanggung jawab untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup. Ini juga merupakan bagian dari Tanggung Jawab Sosial Lingkungan.72
71 Hendrik Budi Untung, Ibid, hal. 22.
72 http://hukumonline.com/klinik/detail/It52716870e6a0f/aturan-aturan-hukum-corporate-social-responsibility
Berdasarkan Pasal 34 UU 25/2007, penanaman modal dapat dikenakan sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pembatasan kegiatan usaha;
c. pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; atau d pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.
Selain dikenai sanksi administratif, penanam modal juga dapat dikenai sanksi lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Pasal 34 ayat (3) UU 25/2007). Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, menurut Pasal 1 angka 3 UUPT, Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya. Didalam Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas disebutkan bahwa: (1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.
(2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, berdasarkan Pasal 68 UU 32/2009, setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban:
b. menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup; dan
c. menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas tidak berdiri sendiri, Undang-Undang tersebut didukung dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perseroan Terbatas. Dalam Pasal 4 PP 47/2012, dikatakan bahwa Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dilaksanakan oleh Direksi berdasarkan rencana kerja tahunan perseroan setelah mendapat
persetujuan Dewan Komisaris atau Rapat Umum Pemegang Saham (‘RUPS”) sesuai dengan anggaran dasar perseroan. rencana kerja tahunan perseroan tersebut memuat rencana kegiatan dan anggaran yang dibutuhkan untuk pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Lingkungan. Pelaksanaan tanggung Jawab Sosial Lingkungan tersebut dimuat dalam laporan tahunan perseroan dan dipertanggungjawabkan kepada RUPS (Pasal 6 PP 47/2012).
Selain itu terdapat juga Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05/MBU/2007 Tahun 2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Badan Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan sebagaimana terakhir diubah dengan Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-08/MBU/2013 Tahun 2013 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Millik Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan. Dalam peraturan ini diatur mengenai kewajiban Perusahaan Perseroan (“Persero”), Perusahaan Umum (“Perum”), dan Perusahaan Perseroan Terbuka (“Persero Terbuka”).
Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Menteri BUMN 5/2007, Persero dan Perum wajib melaksanakan Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina
Lingkungan. Sedangkan Persero Terbuka dapat melaksanakan Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan dengan berpedoman pada Peraturan Menteri BUMN 5/2007 yang ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS.
Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana BUMN (Pasal 1 anggka 6 Peraturan Menteri BUMN 5/2007). Sedangkan Program Bina Lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan dana BUMN (Pasal 1 angka 7 Peraturan Menteri BUMN 5/2007).73
Tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) pada dasarnya juga terkait dengan budaya perusahaan (corporate culture) yang ada yang dipengaruhi oleh etika perusahaan yang bersangkutan. Budaya perusahaan terbentuk D. Bentuk-Bentuk Corporate Social Responsibility
dari para individu sebagai anggota perusahaan yang bersangkutan dan biasanya dibentuk oleh sistem dalam perusahaan. Sistem perusahaan khususnya alur dominasi para pemimpin memegang peranan penting dalam pembentukan budaya perusahaan, pemimpin perusahaan dengan motivasi yang kuat dalam etikanya yang mengarah pada kemanusiaan akian dapat memberikan nuansa budaya perusahaan secara
keseluruhan.74
Pada dasarnya bentuk tanggung jawab sosial perusahaan dapat beraneka ragam dari yang besifat charity sampai pada kegiatan yang bersifat pengembangan komunitas, dari yang bernuansa abstrak sampai pada bentuk yang konkrit. Akan tetapi dari keseluruhan kegiatan tersebut, pada dasarnya tidak terkait dengan produk dari yang dihasilkan oleh perusahaan, seperti sebuah reklame tetapi tidak berisi produk dari si pembuat reklame. Kegiatan program yang dilakukan oleh perusahaan dalam konteks tanggung jawab sosialnya dapat dikategorisasi dalam tiga bentuk.75
74 Bambang Rudito & Melia Famiola, Ibid, hal. 210. 75 op. Cit, hal. 210-212.
1. Public relations
Usaha untuk menanamkan persepsi positif kepada komunitas tentang kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan. Biasanya berbentuk kampanye yang tidak terkait sama sekali dengan produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Bentuk ini lebih ditekankan pada penanaman persepsi tentang perusahaan dengan si perusahaan membuat suatu kegiatan sosial tertentu dan khusus sehingga tertanam dalam image komunitas bahwa perusahaan tersebut banyak melakukan kegiatan sosial sampai anggota komunitas tidak mengetahui produk apa yang dihasilkan oleh perusahaan, akan tetapi tertanam di benak anggota komunitas bahwa perusahaan yang bersangkutan selalu menyisihkan sebagian keuntungannya untuk kegiatan sosial.
Kegiatan atau usaha ini lebih mengarah pada menjalin hubungan baik antara perusahaan dengan komunitas, khususnya menanamkan sebuah persepsi yang baik tentang perusahaan terhadap komunitas. Pekerjaan untuk model public relations ini lebih banyak menjadi tugas dari unit kerja hubungan komunitas dalam sebuah perusahaan.
Contoh dalam konteks public relations adalah program “cause related marketing” yang dijalankan oleh sebuah perusahaan pakaian. Disini ditampilkan gambar-gambar tawanan yang dijatuhi hukuman mati, disertai dengan kampanye anti hukuman mati bagi umat manusia di seluruh dunia. Upaya menentang hukuman mati ini tidak ada kaitannya atau hubungannya sama sekali dengan kebijakan korporasi atau produk-produk yang
diproduksi oleh perusahaan yang bersangkutan. Kampanye ini semata-mata ditujukan untuk membuat komunitas mengasosiasikan perusahaan tersebut dengan sebuah perasaan emosional yang bertujuan baik, dan berusaha untuk menanamkan bahwa usaha dari perusahaan yang bersangkutan sebagian keuntungannyauntuk membela kepentingan usaha menghindarkan hukuman mati.
Usaha yang dilakukan oleh perusahaan guna menangkis anggapan negatif komunitas luas yang sudah tertanam terhadap kegiatan perusahaan terhadap
karyawannya, dan biasanya untuk melawan ‘serangan’ negatif dari anggapan komunitas atau komunitas yang sudah terlanjur berkembang. Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan sasaran yang berbeda dengan anggapan yang telah berkembang atau bertolak belakang dengan persepsi-persepsi yang ada di komunitas pada umumnya. Prinsipnya hamper sama dengan bentuk kegiatan public relations, akan tetapi berbeda pada proses kejadiannya.
Pada public relations, pada dasarnya menjalin hubungan yang belum ada, sedangkan pada strategy defensif mengarah pada proses melawan kejadian yang pernah dialami, artinya anggapan komunitas terhadap perusahaan sudah ada sebelumnya dan anggapan ini biasanya bernada negatif yang pada umumnya bicara tentang aktivitas dari
perusahaan yang bersangkutan yang negatif terhadap sesuatu hal. Usaha CSR yang dilakukannya adalah untuk merubah anggapan yang berkembang sebelumnya dengan menggantinya dengan yang baru sebagai suatu anggapan baru yang bersifat positif. Sehingga usaha dari perusahaan yang melakukan kegiatan CSR dari bentuk ini adalah seakan merupakan perlawanan terhadap pandangan orang luar terhadap perusahaan yang bersangkutan. Perlawanan ini tentunya harus ditunjang dengan modal yang tidak sedikit, hal ini berkaitan dengan usaha membersihkan nama baik yang telah beredar secara meluas di dalam kehidupan komunitas, sedangkan untuk mengganti secara menyeluruh seperti mengganti logo tidak memungkinkan dan bahkan menjadi kerugian yang besar.
Contoh kajian PriceWaterhouse Coopers tentang program CSR, ditemukan bahwa sejumlah perusahaan menjalankan CSR karena ingin menghindari konsekuensi negati dari publisitas yang buruk. Contohnya adalah kasus sebuah perusahaan yang merespon pemberitaan tentang perusahaan tersebut yang melanggar hak-hak pekerjanya dengan melakukan kegiatan sosial lainnya untuk meredam pemberitaan tersebut.
3. Keinginan tulus untuk melakukan kegiatan yang baik yang benar-benar berasal dari visi perusahaan itu
Melakukan program untuk kebutuhan komunitas atau komunitas sekitar perusahaan atau kegiatan perusahaan yang berbeda dari hasil dari perusahaan itu sendiri. Kegiatan perusahaan dalam konteks ini adalah sama sekali tidak mengambil suatu keuntungan secar materil tetapi berusaha untuk menanamkan kesan baik terhadap komunitas atau komunitas berkaitan dengan kegiatan perusahaan. Biasanya bentuk keinginan tulus suatu perusahaan dalam kegiatan tanggung jawab sosialnya adalah berkaitan erat dengan kebudayaan perusahaan yang berlaku (corporate culture). Kegiatan CSR dari perusahaan yang bersangkutan didorong oleh kebudayaan yang berlaku di perusahaan, sehingga secara otomatis dalam kegiatan CSR perusahaan yang bersangkutan sudah tersirat etika dari perusahaan tersebut.
minuman kopi membayar petani kopi dengan harga yang layak serta membangun infrastruktur pendidikan dan kesehatan pada komunitas petani-petani itu; Langkah sebuah perusahaan komputer yang membangun sistem komunikasi yang unggul, dapat diandalkan, dan terjangkau kepada komunitas yang digabungkan dengan kontribusi terhadap proyek-proyek komunitas; atau program dari perusahaan rokok untuk membangun klinik-klinik kesehatan di pedesaan.
Pelaksanaan CSR yang dilakukan oleh Perusahaan memiliki banyak bentuk, tetapi dari keseluruhan bentuk, hanya ada dua pelaksanaan CSR yang dominan, yaitu meletakkan CSR sebagai kegiatan yang menyatu dengan inti bisnis (core bisnis/inline) dan melakukan CSR diluar inti bisnis atau yang sering disebut charity, karikatif, philanthropy dan lain-lain. CSR yang diletakkan dalam inti bisnis, merupakan suatu kumpulan kebijakan, praktek dan program yang secara komperhensif terintegrasi dalam operasi sehari-hari dengan demikian dampak sosial dan lingkungan ikut
dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan. Dalam hal ini paling tepat, CSR dijadikan sebagai manajemen resiko, manajemen resiko ini dapat dilakukan apabila perusahaan mampu mendapatkan informasi yang akurat terkait kepentingan stakeholder.76
Menurut Goyder, Corporate Social Responsibility (CSR) terbagi menjadi dua bentuk, yaitu :77
Menurut Budimanta, bentuk program CSR memiliki dua orientasi yaitu:
1. Membentuk tindakan atas program yang diberikan terhadap komunitas dan nilai yang menjadi acuan dalam Corporate Social Responsibility (CSR). Pembagian ini
merupakan tindakan terhadap luar perusahaan atau kaitannya terhadap lingkungan di luar perusahaan, seperti komunitas dan lingkungan alam.
2. Mengarah ke tipe ideal yang berupa nilai dalam perusahaan yang dipakai untuk menerapkan atau mewujudkan tindakan-tindakan yang sesuai dengan keadaan sosial terhadap komunitas sekitarnya. Interpretasi yang benar dari CSR adalah ekspresi dari tujuan perusahaan dan nilai-nilai dalam seluruh hubungan yang dibangun. Nilai-nilai yang ada diartikan berbeda dengan norma yang ada dalam perusahaan.
78
76 Anonim, menuju praktek CSR, makalah disampaikan oleh Aris Bintoro dalam seminar “kewajiban bagi bisnis mempraktekkan CSR pasca Undang-Undang PT” yang diadakan oleh BWI, Hotel Sahid Raya Solo, 29 September 2007. Dikutip dari
https://breath4justice.wordpress.com/2011/04/17/bentukimplementasi-csr-corporate-social-responsibility/
77 download.portalgaruda.org/article=346721&val=6466&title= KEWAJIBAN HUKUM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE SOCIAL RESPONSISBILITY) DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA
78 download.portalgaruda.org/article=346721&val=6466&title= KEWAJIBAN HUKUM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE SOCIAL RESPONSISBILITY) DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA
2. Eksternal, yaitu CSR yang mengarah pada tipe ideal yang berupa nilai dalam perusahaan yang dipakai untuk menerapkan atau mewujudkan tindakan-tindakan yang sesuai keadaan sosial terhadap komunitas sekitarnya.
Kotler dan Lee menyebutkan enam kategori kegiatan CSR, yaitu : cause promotions, cause related marketing, corporate social marketing, corporate
philanthropy, community volunteering, dan socially responsible business practice (Dwi Kartini. 2009:63)79
1. Cause Promotions (Promosi Kegiatan Sosial) adalah perusahaan menyediakan dana atau sumber daya lainnya yang dimiliki perusahaan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kegiatan sosial untuk mendukung pengumpulan dana, partisipasi dari masyarakat atau perekrutan tenaga sukarela untuk suatu kegiatan tertentu.
2. Cause Related Marketing (Pemasaran Terkait Dengan Kegiatan Sosial). Dalam kegiatan ini, perusahaan memiliki komitmen untuk menyumbangkan persentase tertentu dari penghasilannya untuk suatu kegiatan sosial berdasarkan besarnya penjualan produk. Kegiatan ini biasanya didasarkan kepada penjualan tertentu, untuk jangka waktu tertentu.
3. Corporate Social Marketing (Pemasaran Kemasyarakatan Korporat), dalam kegiatan ini, perusahaan mengembangkan dan melaksanakan kampanye untuk mengubah perilaku masyarakat dengan tujuan meningkatkan kesehatan dan keselamatan publik, menjaga kelestarian lingkungan hidup serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
4. Corporate Philanthropy (Kegiatan Filantropi Perusahaan), dalam kegiatan ini
perusahaan memberikan sumbangan langsung dalam bentuk derma untuk kalangan masyarakat tertentu. Sumbangan tersebut biasanya berbentuk pemberian uang secara tunai, bingkisan/paket bantuan atau pelayanan secara cuma-cuma.
5. Community Volunteering (Pekerja Sosial Kemasyarakatan Secara Sukarela), dalam hal ini, perusahaan mendukung dan mendorong karyawan, rekan pedagang eceran atau para pemegang franchise agar menyisihkan waktu mereka secara sukarela guna membantu organisasi-organisasi masyarakat lokal maupun masyarakat yang menjadi sasaran program.
6. Socially Responsible Business Practice (Praktik Bisnis Yang Memiliki Tanggung Jawab Sosial), dalam kegiatan ini, perusahaan melakukan kegiatan bisnis melampaui aktivitas bisnis yang diwajibkan oleh hukum serta melaksanakan investasi yang mendukung kegiatan sosial dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan komunitas dan memelihara lingkungan hidup.
Bentuk-bentuk program CSR yang dilakukan pada tiap-tiap perusahaan biasanya berbeda-beda, disesuaikan dengan lingkungan termasuk alam dan komuniti dan juga tergantung dengan kepentingan stakeholdernya.
Program pengembangan masyarakat di Indonesia dapat dibagi tiga kategori, yaitu:80
Program-program yang berkaitan dengan memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat untukmenunjang kemandiriannya, seperti pembentukan usaha industry kecil lainnya yang secara alami anggota masyarakat sudah mempunyai pranata pendukungnya dan perusahaan memberikan akses kepada pranata sosial a. Community Realition
Kegiatan-kegiatan yang menyangkut pengembangan kesepahaman melalui komunikasi dan informasi kepada para pihak yang terkait. Dalam kategori ini, program lebih cenderung mengarah pada bentuk-bentuk kedermawanan (charity) perusahaan. b. Community Service
Pelayanan perusahaan untuk memenuhi kepentingan masyarakat atau kepentingan umum. Inti dari kategori ini adalah memberikan kebutuhan yang ada di masyarakat dan pemecahan masalah dilakukan oleh masyarakat sendiri sedangkan perusahaan hanyalah sebagai fasilitator dari pemecahan masalah tersebut.
c. Community Empowering
81
Dalam perkembangan etika bisnis yang lebih mutakhir, muncul gagasan yang lebih komprehensif mengenai lingkup tanggung jawab sosial perusahaan ini. Paling kurang sampai sekarang ada empat bidang yang dianggap dan diterima sebagai termasuk dalam apa yang disebut sebagai tanggung jawab sosial perusahaan:
yang ada tersebut agar dapat berlanjut. Dalam kategori ini, sasaran utama adalah kemandirian komunitas.
82
Pertama, keterlibatan perusahaan dalam kegiatan-kegiatan sosial yang berguna bagi kepentingan masyarakat luas. Sebagai salah satu bentuk dan wujud tanggung jawab sosial perusahaan, perusahaan diharapkan untuk terlibat dalam berbagai kegiatan yang terutama dimaksudkan untuk membantu memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Jadi, tanggung jawab sosial dan moral perusahaan disini terutama terwujud dalam bentuk ikut melakukan kegiatan tertentu yang berguna bagi masyarakat.
Keterlibatan perusahaan dalam kegiatan-kegiatan sosial ini secara tradisional dianggap sebagai wujud paling pokok, bahkan satu-satunya, dari apa yang disebut sebagai tanggung jawab sosial perusahaan. Perusahaan dalam hal ini diharapkan untuk tidak hanya melakukan kegiatan bisnis demi mencari keuntungan, melainkan juga ikut
memikirkan kebaikan, kemajuan, dan kesejahteraan masyarakat, dengan ikut melakukan berbagai kegiatan sosial yang berguna bagi masyarakat. Kegiatan sosial tersebut sangat
80 Adrian Sutedi, BUKU PINTAR HUKUM PERSEROAN TERBATAS, Raih Asa Sukses (Penebar Swadaya Grup), Jakarta, 2015, hal. 64-65.
81 Pranata Sosial adalah suatu system tata kelakuan dalam hubungan yang berpusat pada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi berbagai kebutuhyan khusus dalam masyarakat.
beragam, misalnya menyumbangkan dana untuk membangun rumah ibadat,
membangun prasarana dan fasilitas sosial dalam masyarakat (listrik, air, jalan, tempat rekreasi, dan sebagainya), melakukan penghijauan, menjaga sungai dari pencemaran atau ikut membersihkan sungai dari polusi, melakukan pelatihan cuma-cuma bagi pemuda yang tinggal di sekitar suatu perusahaan, memberikan beasiswa kepada anak dari keluarga yang kurang mampu ekonominya, dan seterusnya.
Diantara semua wujud keterlibatan sosial perusahaan tersebut, salah satu yang paling banyak mendapat sorotan adalah keterlibatan sosial perusahaan dalam ikut memecahkan masalah ketimpangan sosial dan ekonomi. Ada kesadaran yang semakin besar baik dari masyarakat maupun dari para pelaku bisnis bahwa perusahaan ikut bertanggung jawab menegakkan keadilan sosial, khususnya keadilan distributif. Caranya adalah dengan melakukan berbagai kegiatan sosial yang pada akhirnya ikut menciptakan keadaan sosial dan ekonomi yang lebih seimbang, yang lebih adil. Misalnya, dengan menjalin kerja sama kemitraan antara pengusaha besar dan kecil, dengan membina koperasi di lingkungan perusahaan tersebut, dengan menyerap produksi perusahaan-perusahaan kecil yang dimiliki masyarakat kecil, dan seterusnya. Semuanya ini pada akhirnya ikut menciptakan kondisi sosial dan ekonomi yang lebih adil, kendati tidak harus berarti merata.
Ada beberapa alasan yang dapat dijadikan dasar bagi keterlibatan perusahaaan dalam berbagai kegiatan sosial tersebut. Pertama, karena perusahaan dan seluruh karyawannya adalah bagian integral dari masyarakat setempat. Karena itu, wajar bahwa mereka pun harus ikut bertanggung jawab atas kemajuan dan kebaikan masyarakat tersebut. Keterlibatan sosial lalu merupakan wujud nyata dari tanggung jawab sosial dan kepedulian perusahaan sebagai bagian integral dari masyarak