• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN TERAPI THOUGHT STOPPING UNTUK MENGURANGI KECEMASAN TERHADAP KEMATIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN TERAPI THOUGHT STOPPING UNTUK MENGURANGI KECEMASAN TERHADAP KEMATIAN"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN TERAPI

THOUGHT STOPPING UNTUK MENGURANGI KECEMASAN

TERHADAP KEMATIAN

Untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai derajat Sarjana S-2

Program Studi Profesi Psikologi

Diajukan oleh : Sairah NIM 09820027

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

Teknik Relaksasi Otot Progresif dan Terapi Thought Stopping untuk Mengurangi Kecemasan terhadap Kematian

Yang diajukan oleh :

Sairah Nim : 09820027

Telah disetujui

Tanggal, 27 Januari 2012

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Diah Karmiyati Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si, Psi

Direktur Ketua Program

Program Pascasarjana Magister

(3)

TESIS

disusun oleh:

Sairah

NIM 09820027

Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji

pada tanggal,

27 Januari 2012

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Ketua : Dr. Diah Karmiyati, Psi

Sekretaris :Dra. Cahyaning S., M.Si, Psi

Penguji I : Yudi Suharsono M.Psi

(4)

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya Nama : Sairah

NIM : 09820027

Program Studi : Magister Profesi Psikologi

Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa :

1. Tesis dengan judul TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN TERAPI THOUGHT

STOPPING UNTUK MENGURANGI KECEMASAN TERHADAP KEMATIAN

Adalah hasil karya saya dan dalam naskah Tesis ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akedemik di suatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, baik sebagian ataupun keseluruhan, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

2. Apabila ternyata di dalam naskah Tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur PLAGIASI, saya bersedia Tesis ini DIGUGURKAN dan GELAR AKADEMIK YANG TELAH SAYA PEROLEH DIBATALKAN, serta diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. 3. Tesis ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan HAK BEBAS ROYALTI NON

EKSLUSIF.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Malang, 27 Januari 2012 Yang menyatakan

(5)

Ucapan Terimakasih

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan. Kemudahan dan kelancaran yang diberikan selama penyusunan penelitian ini merupakan

anugerah yang tak terkira bagi penulis.

Pada kesempatan kali ini, tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih yang setulusnya atas terselesaikannya tugas akhir kepada :

1. Yudi Suharsono, M.Psi, selaku ketua Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberi masukan mengenai proses dalam melakukan Tesis, terima kasih atas masukannya sehingga penulis bisa menyelesaikan dengan baik.

2. Dr. Diah Karmiyati, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, memberi petunjuk dan saran sehingga tesis ini dapat tersusun dengan baik dan terima kasih atas kesabarannya.

3. Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si, selaku dosen pembimbing II yang telah banyak membantu dalam kegiatan penulisan tesis dan atas bimbingan serta pengarahan kepada penulis sehingga dapat membuka fikiran dan wawasan penulis dalam penyusunan tesis hingga selesai.

4. Kedua orang tua ku mama dan almarhum abi tercinta terima kasih yang tidak terhingga atas segala pengorbanan luar biasa yang telah beliau lakukan buat ku yang mungkin tidak akan pernah sangup ku balas…kini semua selesai dan semoga setelah ini aku bisa

memberikan sedikit senyum dan kebangaan untuk kalian serta bisa mewujudkan impian

kita.

(6)

6. Suamiku tercinta yang selalu menemani hari-hariku, yang membuatku selalu semangat mengerjakan tesis terima kasih buat semua pengorbanan, kesabaran, pengertian,

semangat serta dukungan yang begitu besar terhadap kuliahku.

7. Teman-teman “Mapro 09’ yang selalu menjadi motivasi dan tempat mengeluarkan semua perasaan baik dari awal kita bertemu, saat mengerjakan tugas, ketika PKL bahkan saat melakukan Tesis.

(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH... v

INTISARI ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GRAFIK ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... ... 12

A. Kecemasan ... 12

(8)

C. Relaksasi Otot Progresif ... 30

E. Teknik Relaksasi Otot Progresif dan Terapi Thought Stopping untuk Mengurangi Kecemasan terhadap Kematian ... 46

(9)

F. Tempat dan Waktu Penelitian ... 55

I. Metode Penilaian dan Pengukuran ... 62

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Waktu Penelitian ... 56

Tabel 3.2 Rancangan Terapi Kecemasan terhadap Kematian ... 63

Tabel 4.1 Tingkat Kecemasan terhadap Kematian Subjek (Praterapi) ... 69

Tabel 4.2 Identifikasi Pemikiran Negatif (Praterapi) ... 70

Tabel 4.3 Tingkat Kecemasan Subjek Mulai dari Praterapi Hingga Follow Up ... 76

(11)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Skor Kecemasan (SUDS) Ketika Praterapi Hingga Follow Up ... 77

Grafik 4.2 Frekuensi Munculnya Pemikiran Negatif Subjek Praterapi

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran A

1. Modul Pelaksanaan Teknik Relaksasi Otot Progresif dan terapi Thought

Stopping untuk Mengurangi Kecemasan terhadap Kematian... 90

2. Ketentuan dan Norma Penelitian ...... 113

3. Lembar Persetujuan Subjek ...... 114

Lampiran B 1. Daftar Riwayat Hidup ... 115

2. Pedoman Wawancara Asesmen ... 117

3. Pedoman Wawancara Asesmen Selama Terapi ... 118

4. Pedoman Wawancara Pasca Terapi ... 119

5. Pedoman Wawancara Follow Up ... 120

6. Instruksi Latihan Relaksasi Progresif ... 121

Lampiran C 1. Tabel Kegiatan Pelaksanaan Terapi ... 129

2. Klasifikasi Kecemasan terhadap Kematian ... 130

3. Kecemasan terhadap Kematian (Pengukuran tahap Praterapi)... 133

4. Tabel Pemikiran Negatif ... 134

5. Frekuensi Munculnya Pikiran Negatif dimulai dari Fase Praterapi hingga Follow up... 142

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Imam. (2008). Pasrah Terhadap Penyakit Yang Dideritanya (online).http://imamaffandi.wordpress.com/2008/02/07/kecemasan-dalam – menghadapi-kematian-pada-lansia-yang-menderita-penyakit-kronis/, (diakses pada tanggal 17 November 2011)

Anxiety Centre, (2003). Gejala Kecemasan (online), http://www.dkk-bpp.com/idex2.php?option=com_content&do_pdf+1&id+296, (diakses pada tanggal 17 November 2011)

Agustarika, B. (2009). Pengaruh Terapi Thought Stopping Terhadap Ansietas Klien dengan Gangguan Fisik di RSUD Kabupaten Sorong. Thesis tidak diterbitkan. Jakarta: Universitas Indonesia

Asaduddin, Abu Saifulhaq, (2003). Menjemput Kematian (online), http//www.dudung.net/artikel-islami/menjemput-kematian-html, (diakses pada tanggal 17 November 2011)

Daradjat, Z. (1990). Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung

Edelmann, Robert, J.(1992). Anxiety Theory, Research, And Intervension In Clinical And Health Psychology.University Of Surrey.UK: John Wiley & Son’s Ltd.

Emmelkamp, Vedell & Kamphuis,.(2007).Handbook of evidence-based psychotherapi s: a guide for research and practice.Edited by C.Freeman& M.Power.USA : John Wiley & Son,Ltd.

Goliszek, A. (2005). Manajemen stres. Jakarta : PT Bhuana ilmu popular

(14)

Kazdin,A.E.,(1998). Research design in clinical psychology.Washington DC : America Psychological Association

Klinik Servo. (2008). Takut mati (online). http://klinikservo.wordpress.com/2008/08/28/takut-mati/, (diakses pada tanggal 17 November 2011)

Maramis, W.F. (2004). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Surabaya: Airlangga University Press

Martin, G., & Pear, J.,(2007). Behavior modification what it and how do it. eight edition. New Jersey : Pearson Prentice Hall

Mulyadi, Redi. (2003). Kenalilah Rasa Cemas yang Tidak Rasional, (online), http://filsafat.ugm.ac.id/downloads.pdf, (diakses pada tanggal 17 November 2011)

National Safety Council. (2004). Manajemen stres. Jakarta : Penerbit buku kedokteran

Nevid, J. S., Rathus, S.A.,(2005). Psikologi abnormal (Terjemahan). Jakarta: Erlangga

Niven, N. (2002). Psikologi kesehatan pengantar untuk perawat & professional kesehatan lain. Jakarta : Penerbit buku kedokteran

Oemarjoedi, A.K,.(2003). Pendekatan cognitive behavior dalam psikoterapi. Jakarta : Penerbit Creative Media

Rahayu, T & Ardani,TA,.(2004).Observasi & wawancara. Jawa Timur : Bayumedia Publishing

Santrock.(2002). Life-Span Development “Perkembangan Masa Hidup”, Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga

Semiun, Yustinus. (2006). Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kanisius

(15)

Steketee, G & Neziroglu, F. (2003). Assessment of obsessive-compulsive disorder and spectrum disorder. Brief treatment and crisis intervention.Vol. 3 No.2, 169-185

Subandi, M.A. (2002). Psikoterapi pendekatan konvensional dan kontemporer. Yogyakarta : Pustaka pelajar

Sundberg, N.D , Winebarger, A.A & Taplin, J.R (2007) Evolving, theory, practice, and research. New Jersey : Prentice Hall

Thaha, Idris. (2008). Takut Mati (online) http://www.e-psikologi.com//0900.htm, (diakses pada tanggal 17 November 2011)

Trull, T.J., & Phares, J.E.,(2001). Clinical psychology concepts, methods,and profession. sixth edition. USA : Wadsworth Thompson Learning

Wikipedia, tanpa tahun, Tahap Perkembangan Kohlberg (online), http://id.wikipedia.org/wiki/tahap_perkembangan_moral_Kohlberg, (diakses pada tanggal 17 November 2011)

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara umum manusia ingin hidup panjang dengan berbagai upaya yang dilakukan, proses hidup yang dialami manusia yang cukup panjang ini telah

menghasilkan kesadaran pada diri setiap manusia akan datangnya kematian sebagai tahap terakhir kehidupannya di dunia ini. Namun demikian, meski telah muncul kesadaran

tentang kepastian datangnya kematian ini, persepsi tentang kematian dapat berbeda pada setiap orang atau kelompok orang.

Ada beberapa tahap yang menurut Kubler dan Ross (1998) akan dilalui oleh

seseorang ketika menghadapi kematian: pengingkaran, kemarahan dan rasa sakit hati, upaya menawar, depresi, dan pada akhirnya penerimaan. Tahap-tahap ini tak kurang

menunjukkan kepada kita bagaimana kematian dipandang sebagai sebuah “keniscayaan yang tidak adil” bagi manusia, sesuatu yang lebih dekat kepada kedukaan, dan bukan

yang layak dirayakan selepas perjalanan.

Bagaimanapun, menimbang kematian pada hakikatnya adalah menimbang kehidupan itu sendiri. Menerima kematian adalah memahami bahwa hidup adalah sebuah

pengembaraan yang tidak untuk diukur tetapi untuk dilalui, dan akan berakhir selesai di suatu tempat: dengan kelegaan atau kehampaan.

(17)

mulai berpikir lebih jauh mengenai berapa banyak waktu yang tersisa dalam hidup mereka (Santrock, 2002).

Kecemasan adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi (Nevid, 2002). Pada dasarnya kecemasan adalah respon yang tepat terhadap ancaman, tetapi kecemasan akan

menjadi suatu yang abnormal jika tingkatannya tidak lagi sesuai. Kecemasan menurut Freud adalah suatu perasaan afektif yang tidak menyenangkan yang disertai dengan

sensasi fisik yang memperingatkan orang terhadap bahaya yang akan datang. Keadaan yang tidak menyenangkan itu sering kabur dan sulit menunjuk dengan tepat, tetapi kecemasan itu sendiri selalu dirasakan. Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang

melindungi ego karena kecemasan memberi sinyal kepada kita bahwa ada bahaya dan kalau tidak dilakukan tindakan yang tepat maka bahaya itu akan meningkat sampai ego

dikalahkan (dalam Semiun, 2006).

Kecemasan terhadap kematian adalah kecemasan yang muncul disaat orang memikirkan akan menghadapi kematian, memiliki pengalaman/situasi di mana dia dalam

keadaan hampir mati, membaca atau mendapat pengetahuan tentang kematian yang kemudian menimbulkan ketakutan (Rattan, 2005). Menurut Kastenbaum (2002) ada

beberapa ciri-ciri yang menunjukkan bahwa seseorang tengah mengalami kecemasan terhadap kematian, antara lain yaitu: insomnia, tampak tidak semangat, badan banyak

mengeluarkan keringat, ketegangan otot, menjauh dari lingkungan sosial, dan lain-lain.

(18)

subjek namun berhasil menunjukkan beberapa poin yang menarik yaitu: 1) Sebagian besar subjek melaporkan bahwa mereka mengalami kecemasan terhadap kematian mulai

dari level rendah hingga menengah. 2) Wanita cenderung melaporkan bahwa mereka merasakan kecemasan terhadap kematian pada level yang lebih tinggi. 3) Tidak ada peningkatan yang konsisten pada kecemasan terhadap kematian dengan diikuti

meningkatnya usia orang dewasa. Jika demikian maka orang-orang lebih tua secara keseluruhan terlihat memiliki kecemasan terhadap kematian yang lebih rendah. 4)

Orang-orang dengan gangguan mental dan emosional cenderung memiliki level kecemasan terhadap kematian yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan populasi umum. 5) Kecemasan terhadap kematian juga dapat menmbus sesaat ke level yang lebih tinggi pada

orang-orang yang pernah memiliki situasi traumatik menyangkut kematian, dan hal ini akan terbawa atau menjadi lebih parah saat usia tuanya (Kastenbaum, 2002).

Adapun kasus yang ditemukan peneliti, dari hasil asesmen awal subjek mengeluhkan kondisi yang dirasakan sangat mengganggu setahun terakhir ini. Subjek adalah seorang perempuan berusia 52 tahun yang suaminya meninggal pada tahun 2010 karena serangan

jantung. Saat kejadian tersebut subjek bersama anak pertamanya saja. Subjek melihat sendiri proses sakaratul maut yang dialami oleh suaminya yang sebelumnya subjek tidak

pernah mengalami menghadapi seseorang yang akan meninggal. Kemudian selang 2 bulan kemudian, subjek mulai merasakan adanya debaran jantung yang kencang dan

kegelisahan dalam dirinya diikuti dengan sakit kepala. Subjek merasa ketakutan sehingga membuatnya tidak bisa beraktivitas sehari-hari sendirian. Subjek susah untuk memulai tidur, bahkan susah untuk kembali tidur ketika terbangun dan yang dirasakan adalah

(19)

mengontrol dirinya ketika itu yang ia rasakan adanya ketakutan dan kecemasan yang luar biasa.

Menurut subjek hal ini biasa terjadi hampir setiap hari sehingga menggangu aktivitas sehari-harinya dengan reaksi gelisah dan gugup. Begitu juga ketika anaknya ingin berangkat kuliah, ia merasa kecemasan yang luar biasa ketika

anak-anaknya pergi meninggalkannya. Subjek berpikir jika anak-anak-anaknya tidak berada dekat dengan dirinya akan terjadi kematian pada subjek. Subjek juga berpikir jika dirinya dan

anak-anaknya berada di luar rumah akan terjadi kecelakaan yang berujung kepada kematian. Subjek memiliki ketakutan yang berlebihan jika sewaktu-waktu dia menghadapi sakaratul maut. Menurut subjek ketika dia teringat peristiwa kematian

suaminya pasti akan membuat tubuhnya bereaksi dengan cepat, seperti nafas terasa sesak, jantung berdetak cepat, keringat dingin, kepala sakit, perut mual, dan adanya

ketakutan tiba-tiba meninggal. Semenjak gejala-gejala tersebut muncul, subjek sudah memeriksakan diri ke dokter. Tetapi hasil pemeriksaan dokter tidak menunjukkan

gangguan fisik pada subjek. Saat ini subjek hanya berada didalam rumah sepanjang hari dan menghindar dari keramaian.

Kecemasan bukanlah sesuatu yang diwariskan dari orang tua atau diturunkan secara

genetis, melainkan kecemasan adalah gejala yang kita bentuk sendiri secara sadar atau tidak sehingga kemunculannya tidak dapat dihindari pada setiap orang, dan juga tidak

(20)

Telah banyak saran, metode, bahkan pengobatan medis yang ditawarkan dan disebarluaskan untuk membantu mengurangi kecemasan. Pengobatan dengan medikasi (

menggunakan obat-obatan) pada dasarnya sangat membantu mengurangi kecemasan, namun demikian data dilapangan selama ini menunjukkan bahwa hasil yang didapat dari obat-obatan ini bersifat tidak tahan lama dan cenderung memunculkan kembali

kecemasan setelah terapi obat usai. Maka disimpulkan akan lebih baik jika menggunakan terapi atau treatment lain yang lebih natural (mengacu pada unsur psikologis) daripada

obat-obatan karena diharapkan tidak akan memunculkan kecemasan yang lebih parah dikemudian hari setelah treatment usai.

Dalam mengatasi gangguan kecemasan, Nevid (2005) menyebutkan beberapa

terapi. Beberapa terapi tersebut antara lain terapi psikoanalisis, terapi humanistik, dan salah satu terapi yang paling sering digunakan untuk mengatasi gangguan kecemasan

adalah terapi kombinasi antara terapi kognitif-perilaku. Penerapan terapi kognitif-perilaku diharapkan dapat membantu subjek dalam mengatasi permasalahan yang dialami. Lebih

lanjut lagi terapi kognitif-perilaku diharapkan dapat subjek lakukan sendiri sebagai metode self help pasca treatment.

Beberapa penelitian yang menggunakan terapi thought stopping adalah yang

dilakukan oleh Agustarika (2009) yaitu dengan melatih klien dengan gangguan fisik di RSUD Kabupaten Sorong untuk memutuskan pikiran yang mengganggu dengan

mengatakan “stop”yang dilakukan dalam tiga sesi selama 3-5 hari untuk setiap klien.

Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan ansietas secara bermakna pada klien yang mendapatkan terapi Thought Stopping \ yang meliputi respon fisiologis, kognitif,

(21)

2009) yang menyatakan bahwa tindakan konfrontasi terhadap pikiran yang mengganggu dalam terapi Thought Stopping sangat membantu secara nyata menurunkan ansiatas.

Dari gambaran kasus di atas, terlihat simtom yang muncul pada subjek berupa simtom kognitif dan perilaku kecemasan terhadap kematian. Individu yang mengalami gangguan seperti ini bisa dikatakan mengalami ketakutan yang berlebihan dan sifatnya

tidak rasional. Adanya ketakutan tersebut juga merupakan pemikiran tidak rasional dalam diri individu. Kecemasan atau anxietas ini mengganggu aktivitas dalam kehidupan dari

diri individu tersebut, salah satunya terganggunya fungsi sosial dalam diri individu. Kecemasan yang berlebihan ini juga menghambat diri seseorang untuk menjalin hubungan akrab antar individu maupun kelompoknya. Kondisi seperti ini mengganggu

stabilitas kehidupan pribadi dan sosial subjek, sehingga kondisi seperti ini dibutuhkan suatu penanganan untuk membantu subjek mengatasi atau mengurangi simtom

kecemasan dan adanya ketakutan tidak rasional yang dialaminya. Karena jika tidak segera diatasi, akan dikhawatirkan membawa dampak negatif pada subjek dan mengganggu

kehidupan subjek.

Pada kasus ini, penderita selalu merasakan kecemasan pada kondisi yang tidak mampu dikontrolnya, sehingga akan membuat reaksi kecemasan muncul. Respon yang

ditimbulkan oleh kecemasan dapat dimanifestasikan oleh aktivitas saraf otonom (simpatis dan parasimpatis). Respon simpatis akan menyebabkan pelepasan epineprin, adanya

peningkatan epineprin mengakibatkan denyut jantung cepat, pernafasan cepat dan dangkal, tekanan pada arteri meningkat. Kecemasan juga berdampak negatif pada fisiologi tubuh manusia antara lain dampak pada kardiovaskuler, sistem respirasi, gastro

(22)

afektif. Sampai kepada dampak terhadap sistem respirasi dan kardiovaskuler yang dapat menyebabkan kesulitan bernafas, nafas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada dan

peningkatan tekanan darah (Stuart dan Sundeen, 1995).

Jika dilihat secara umum, relaksasi merupakan keterampilan coping yang aktif jika digunakan untuk mengajar individu kapan dan bagaimana menerapkan relaksasi di bawah

kondisi yang menimbulkan kecemasan. Goldfriend dan Trier (dalam Subandi, 2002) menunjukkan efektifitas latihan relaksasi yang disajikan sebagai self control coping skill.

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa subjek yang diberi latihan relaksasi yang disajikan sebagai active coping skill secara signifikan menunjukkan pengurangan kecemasan yang lebih besar daripada subjek yang diberi latihan relaksasi yang disajikan

sebagai prosedur otomatis untuk mengurangi kecemasan.

Burn melaporkan beberapa keuntungan yang diperoleh dari latihan relaksasi dimana

salah satunya adalah untuk mengurangi tingkat kecemasan. Ada beberapa bukti bahwa individu dengan tingkat kecemasan yang tinggi dapat menunjukkan efek fisiologis positif

melalui latihan relaksasi. Selain itu juga, relaksasi dapat mengurangi kemungkinan gangguan yang berhubungan dengan stress, dan mengontrol anticipatory anxiety sebelum situasi yang menimbulkan kecemasan, seperti pada pertemuan penting, wawancara dan

sebagainya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa relaksasi dapat mengurangi kecemasan pada waktu wawancara bagi pasien psikiatri (Deffenbacher dan Snyder dalam

Subandi, 2002).

Ada bemacam-macam bentuk relaksasi. Antara lain relaksasi otot progresif, pernapasan diagfrahma, imagery training, biofeedback dan hypnosis. Relaksasi otot

(23)

dikarenakan relaksasi otot progresif merupakan jenis relaksasi termurah, tidak terdapat efek samping, mudah untuk dilakukan secara mandiri (Subandi, 2002). Selain itu

relaksasi otot progresif didukung secara empiris dapat direspon ketegangan tingkat tinggi, seperti insomnia, mengurangi ketegangan sakit kepala, pengobatan tambahan pada kanker dan manajemen penyakit kronis (McCallie, 2006). Alasan ini juga yang menjadi

pertimbangan peneliti menggunakan relaksasi otot progresif sebagai teknik mengurangi kecemasan dalam penelitian ini.

Selain kecemasan yang muncul, adanya ketakutan dalam diri individu merupakan suatu bentuk pikiran yang tidak rasional sehingga diperlukan terapi Thought stopping untuk mengurangi atau menghentikan pemikiran-pemikiran negatif tentang kematian.

Thought stopping (penghentian pikiran) merupakan salah satu contoh dari teknik psikoterapi kognitif behavior yang dapat digunakan untuk membantu klien mengubah

proses berpikir (Tang dan DeRubeis, 1999). Dalam pelaksanaannya, terapi ini menggunakan berbagai variasi dalam membantu seseorang yang sedang mencoba dan

menghentikan pikiran yang tidak menyenangkan dengan penuh pertimbangan. Terapi Thought Stopping dilakukan dengan memutuskan pikiran atau obsesi yang mengancam. Klien diinstruksikan mengatakan “stop” ketika pikiran dan perasaan yang “mengancam”

muncul dan memberi isyarat pada klien untuk menggantikan pikiran tersebut dengan memilih alternatif pikiran yang positif. Terapi penghentian pikiran ini dapat dilakukan

(24)

Mengingat adanya keterkaitan antara kecemasan dan relaksasi sangat erat serta terapi Thought Stopping dapat mengurangi kecemasan maka peneliti tertarik untuk mengangkat masalah tersebut untuk diteliti lebih lanjut dan peneliti mengambil judul “

Teknik Relaksasi Otot Progresif dan Terapi Thought stopping untuk Mengurangi

kecemasan terhadap kematian”.

B. Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah teknik relaksasi otot progresif dan terapi thought stopping dapat menurunkan atau mengurangi kecemasan terhadap kematian.

C.Tujuan Penelitian

Sejalan dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai

dalam penelitian ini adalah mengetahui sejauh apakah teknik relaksasi otot progresif dan terapi thought stopping dapat menurunkan atau mengurangi kecemasan terhadap kematian.

D.Manfaat Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian dari diharapkan mampu memberikan manfaat

sebagai berikut : 1. Manfaat teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu

(25)

a. Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada subjek, agar subjek mampu mengatasi kecemasannya, juga untuk membantu subjek dalam

mengatasi ketakutan terhadap kematian yang dirasakanya.

b. Diharapkan penelitian ini merupakan salah satu alternatif intervensi yang bisa digunakan dalam kasus yang sama.

c. Diharapkan terapi yang disajikan untuk mereduksi kecemasan dapat bermanfaat sebagai contoh pembelajaran.

Referensi

Dokumen terkait

tetapi, fokus utama dalam manajemen penatalaksaan hipertensi bukan hanya dari segi klinis namun juga diharapkan terjadinya perubahan dalam pengetahuan pasien dan keluarganya

Untuk mencapai tujuan ini penting untuk membentuk suatu strategi dalam mengidentifikasi elemen-elemen dasar yang membentuk gejala dan untuk mengembangkan seperangkat kategori

Typhus abdominalis atau demam typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan

Nilai korelasi Spearman Rang yaitu sebesar 0.291 dengan nilai signifikan 0.022, hal ini menunjukkan bahwa nilai p< 0.05 artinya bahwa terdapat hubungan

foreign language, mastering all of the thousands of vocabulary is indeed very difficult

Infrastruktur dan Energi Meningkatnya mobilitas barang antarwilayah Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya 1 Meningkatnya mobilitas

Hasil analisis regresi di atas diperkuat dengan analisis distribusi frekuensi tanggapan responden yang telah dilakukan sebelumnya, tanggapan responden pada variabel

Petro Prabu, yang mengolah data pembayaran gas dengan menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0 dan database Mysql , yang terdiri dari form data pelanggan, form input