• Tidak ada hasil yang ditemukan

MOTIVASI ORANG TUA MEMBERIKAN FASILITAS SMARTPHONE PADA ANAK USIA 5 – 12 TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MOTIVASI ORANG TUA MEMBERIKAN FASILITAS SMARTPHONE PADA ANAK USIA 5 – 12 TAHUN"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

MOTIVASI ORANG TUA MEMBERIKAN FASILITAS

SMARTPHONE

PADA ANAK

USIA

5

12 TAHUN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Salah

Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

ARGO DWI LISTYANTO

NIM: 07810032

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)
(3)
(4)

iii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Argo Dwi Listyanto

Nim : 07810032

Fakultas / Jurusan : Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang Menyatakan bahwa skripsi/karya ilmiah yang berjudul :

Motivasi Orang Tua Memberikan Fasilitas Smartphone Pada Anak Usia 5-12 Tahun

1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya. 2. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan

hak bebas Royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Mengetahui Malang,16 Juli 2014

Ketua Program Studi Yang Menyatakan

Yuni Nurhamida S. Psi, M.Si Argo Dwi Listyanto Materai

(5)
(6)

v DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN... vii

Abstrak... 1

Latar Belakang……… 2

Pengertian Motivasi………... 5

Pengertian Orang Tua……….. 6

Anak Usia 5-12 Tahun………. 7

Motivasi Orang Tua untuk ”Memberikan” Fasilitas Smartphone Pada Anak……… 7

Metode Penelitian……… 8

Subyek Penelitian……… 8

Metode Pengumpulan Data………. 8

Prosedur Penelitian……….. 9

Metode Analisa Data……… 10

Hasil Penelitian………. 10

Deskripsi Data... 10

Diskusi... 12

Simpulan dan Implikasi... 15

(7)

vi DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 Indeks Validitas Alat Ukur Penelitian... 9 Tabel 2 Distribusi Responden Orang Tua Berdasarkan

Jenis Kelamin... 10 Tabel 3 Distribusi Responden Orang Tua Berdasarkan

Pekerjaan... 11 Tabel 4 Distribusi Responden Orang Tua Berdasarkan

Pendapatan………. 11

Tabel 5 Distribusi Orang Tua yang Memberikan Fasilitas

(8)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Skala Try Out 2. Hasil Uji Realibilitas 3. Hasil Uji Validitas 4. Skala Penelitian

(9)

1

Motivasi Orang Tua Memberikan Fasilitas

Smartphone

Pada Anak

Usia 5-12 Tahun

Argo Dwi Listyanto

Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang [email protected]

Motivasi merupakan penggerak atau pendorong sebuah kebutuhan seseorang menuju suatu perbuatan atau tujuan tertentu. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui motivasi apa yang dimiliki orang tua untuk memberikan fasilitas smartphone kepada anaknya yang berusia 5-12 tahun. Penelitian ini menggunakan teknik analisa data z-score dengan menggunakan skala Likert dengan jumlah responden sebanyak 75 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan instrumen yang digunakan ialah skala motivasi. Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data dapat diketahui bahwa motivasi orang tua memberikan fasilitas smartphone pada anak usia 5-12 tahun ada beberapa hal kebutuhan yang meliputi kebutuhan rasa aman, aktualisasi diri, fisiologikal, harga diri dan sosial. Namun motivasi orang tua yang sebenarnya yang paling besar dalam memberikan smartphone pada anaknya ialah kebutuhan rasa aman terhadap anaknya dengan persentase sebesar 37,3%.

Kata Kunci: Motivasi

Motivation is stimulus or drive a certain person’s needs towards an action or certain

purpose. This research is quantitative descriptive research which intend to know what motivation which parents has to give smartphone facility to their children which still on 5-12 years. This research using z-score analysis data techniques with using Likert scale with amount of 75 respondents. Techniques sampling used purposive sampling with instrument that used are motivation scale. As the result and data analysis can be known that parents’s motivation to give smartphone facility to their children on 5-12 years are there a few needs that include safety needs, self actualization, physiological, esteem needs, and social. But the biggest truly motivation of parents on giving smartphone to their children are secure needs towards their children within percentage of 37,3%.

(10)

2

Di era digital saat ini perkembangan teknologi komunikasi telah melalui perkembangan yang sangat pesat. Terbukti dengan banyaknya bermunculan perangkat telekomunikasi dengan teknologi high class. Kemunculan teknologi telekomunikasi yang high class ini juga di dorong oleh kebutuhan manusia untuk menghadapi rumitnya berbagai masalah yang dihadapi dan diselesaikan dalam waktu cepat dan singkat.

Dari sekian banyaknya alat telekomunikasi yang kita ketahui, mungkin teleponlah yang paling banyak menguasai kehidupan masyarakat saat ini, terutama telepon genggam. Mulai dari kalangan petani, mahasiswa, pejabat dan lainnya menggunakan telepon genggam. Disamping hemat, mudah dan murah juga dapat memperkecil resiko bagi pemakainya. Terlebih lagi saat ini masyarakat kita dikejutkan dengan hadirnya smartphone atau telepon pintar. Smartphone ini merupakan telepon genggam yang mempunyai kemampuan tingkat tinggi, terkadang dengan fungsi yang menyerupai komputer atau laptop. Tentunya banyak sekali fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh smartphone sehingga saat ini banyak sekali peminatnya. Menurut Barker (2010) menyatakan bahwa smartphone adalah telepon yang menyatukan kemampuan-kemampuan terdepan; ini merupakan bentuk kemampuan dari Wireless

Mobile Device (WMD) yang dapat berfungsi seperti sebuah komputer dengan

menawarkan fitur-fitur seperti personal digital assistant (PDA), akses internet,

email, dan Global Positioning System (GPS). Smartphone juga memiliki

fungsi-fungsi lainnya seperti kamera, video, MP3 players, sama seperti telepon biasa. Dengan kata lain, smartphone dapat dikategorikan sebagai mini-komputer yang memiliki banyak fungsi dan penggunanya dapat menggunakannya kapanpun dan dimanapun. Dan seperti yang ditulis oleh Kamus Oxford Online (2013) mengatakan bahwa Smartphone adalah telepon yang memiliki kemampuan seperti komputer, biasanya memiliki layar yang besar dan sistem operasinya mampu menjalankan tujuan aplikasi-aplikasi yang umum. Jadi bila ditarik benang merahnya smartphone merupakan telepon pintar yang diciptakan untuk memudahkan segala keperluan bagi si penggunanya.

(11)

3

smartphone hanya sebagai mainan, seperti yang dikutip di artikel centroone (2014) Dalam sebuah penelitian, perangkat ini sering berfungsi sebagai mainan. Keberadaannya bahkan bisa mengganti boneka beruang saat tidur malam. Seperti dikutip dari Mashable di dalam artikel centroone (2014), bukan boneka beruang atau mainan lain yang sering menemani anak sekarang tidur malam. Kebanyakan diantara mereka memilih membawa smartphone ke tempat tidur. Fenomena kecanduan smartphone pada anak telah mendapat sorotan sejak lama dan dibahas dalam USA TODAY. Dalam sebuah kasus, seorang gadis 11 tahun di Korea bahkan tak bisa lepas dari smartphonenya. Ia gemar menulis pesan untuk teman-temannya dan memberi makan hamster digitalnya.

Selain digunakan sebagai mainan, smartphone juga menjadi penyebab utama kecelakaan pada anak-anak saat di jalan, seperti yang ditulis di artikel memobee (2013) Sebuah laporan mengungkapkan, ledakan penggunaan smartphone sedang disalahkan untuk kenaikan yang mengkhawatirkan dalam jumlah anak yang tewas dan terluka di jalan-jalan Inggris. Anak-anak yang menyeberang jalan akan terganggu akibat sibuk dengan ponsel mereka masing-masing. Seperti mengirim pesan, browsing internet, bermain game, memposting tweet, atau menulis status di Facebook sehingga tidak memperhatikan jalanan. Statistik baru yang mengkhawatirkan mengungkapkan bahwa kecelakaan serius di jalan yang melibatkan anak-anak muda pada umur sepuluh tahun - khususnya di kalangan perempuan. Laporan itu mengatakan fenomena smartphone adalah faktornya. "Ada korelasi yang jelas antara penggunaan teknologi dan waktu kecelakaan serius dengan anak-anak - terutama pada saat meninggalkan sekolah untuk hari itu." Orang tua memberikan ponsel kepada anak-anak mereka pada usia muda yang sering dibelikan untuk alasan keamanan pribadi tetapi dalam beberapa kasus anak-anak mereka yang telah merengek ingin dibelikan ponsel untuk bersaing dengan teman mereka, kata para ahli. Hampir setengah dari anak-anak berusia sepuluh memiliki smartphone, dan hampir tiga perempat pada umur 12 tahun. Umur 11 tahun dinilai sebagai umur yang rentan memiliki ponsel smartphone dan terjadi berbagai kecelakaan akibatnya.

(12)

4

belakang, yang menghasilkan dopamin, yaitu hormon yang menghasilkan perasaan nyaman atau rileks pada seseorang. Bila sejak dini anak sudah terpapar oleh pornografi, rekamannya akan sulit dihapus dari ingatan dan pikiran untuk jangka waktu yang lama. Bila tidak diantisipasi, anak bisa kecanduan karena pengaruh hormon dopamin yang dihasilkan ketika anak menikmati pornografi. Akibatnya, sistem pada bagian otak depan mengalami kekacauan dan tubuh jadi tak lagi memiliki kontrol diri.

Hasil riset neuroscience lainnya dari Donald Hilton Jr, ahli bedah otak dan dokter terkemuka dari Texas seperti yang dikutip oleh Kompas.com (2011), menemukan bahwa pornografi sesungguhnya adalah penyakit, karena dapat mengubah struktur dan fungsi otak, dengan kata lain merusak otak di lima bagian. Kecanduan pornografi ini menurutnya lebih berat ketimbang kecanduan kokain. Penelitian dari American Academic of Child Psychology juga memaparkan kemungkinan buruknya smartphone, yakni hilangnya kreativitas di usia muda karena dalam pengerjaan tugas-tugas yang sifatnya akademis, anak-anak cenderung mengandalkan mesin pencari dalam internet yang memungkinkan mereka melakukan copy-paste. Smartphone memang memiliki banyak kelebihan. Dunia bagai dalam genggaman tangan. Selain bertelepon, anak-anak bisa mencari apa pun dengan bantuan situs pencari seperti Google atau Yahoo!. Anak juga dimungkinkan selalu terhubung dengan jejaring sosial seperti Facebook, Friendster, Twitter, Kaskus, dan sebagainya. Fasilitas-fasilitas ini, di satu sisi menyimpan potensi menyebarkan aneka informasi yang belum layak diakses oleh anak. Misalnya saja, anak mencari situs-situs dewasa lewat Google atau Yahoo!. Atau setiap hari sibuk berjejaring sosial yang membuatnya lupa keluarga dan lupa belajar. Belum lagi di jejaring sosial ini sudah banyak terdengar anak-anak menjadi korban pelecehan orang dewasa, baik secara emosional maupun fisik (anak dibawa kabur oleh kenalannya di dunia maya).

Sayangnya, tak sedikit orangtua yang justru memberikan smartphone kepada anak-anaknya yang masih terbilang polos. Alasannya, agar orangtua dapat berkomunikasi kapanpun dengan anak, ingin anaknya ikut tren dan percaya diri dalam bergaul, atau sekadar menuruti rengekannya. Fenomena yang kemudian terjadi, anak tampak begitu lekat dengan smartphone-nya. Ia baru merasa aman dan eksis bila selalu terhubung dengan orang lain. Kalau tidak, ia khawatir dirinya dikucilkan, sehingga anak selalu membawa kemanapun smartphone-nya. Ia lebih mementingkan berkomunikasi dengan orang "nun jauh" di sana ketimbang dengan orang-orang di sekelilingnya.

(13)

5

Motivasi

Pengertian umum motivasi menurut Panji Anoraga (2009), motivasi dikatakan sebagai kebutuhan yang mendorong perbuatan ke arah suatu tujuan tertentu. Setiap manusia pada hakikatnya mempunyai sejumlah kebutuhan yang pada saat-saat tertentu menuntut pemuasan, di mana hal-hal yang dapat memberikan pemuasan pada suatu kebutuhan adalah menjadi tujuan dari kebutuhan tersebut. Prinsip yang umum berlaku bagi kebutuhan manusia adalah, setelah kebutuhan itu terpuaskan, maka setelah beberapa waktu kemudian, muncul kembali dan memungut pemuasan lagi.

Batasan mengenai motivasi sebagai “The process by which behavior is energized and

directed” (suatu proses, di mana tingkah laku tersebut dipupuk dan diarahkan), para

ahli psikologi memberikan kesamaan antara motif dengan needs (dorongan, kebutuhan). Dari batasan di atas, dapat dsimpulkan, bahwa motif adalah yang melatar belakangi individu untuk berbuat mencapai tujuan tertentu.

Sedangkan pengertian mengenai motivasi adalah pemberian atau penimbulan motif. Atau dapat pula diartikan hal atau keadaan menjadi motif.

Kebutuhan-kebutuhan manusia pada umumnya dapat dibagi menjadi dua golongan:

a. Kebutuhan primer, yang pada umumnya merupakan kebutuhan faal, seperti lapar, haus, seks, tidur, suhu yang menyenangkan dan lain sebagainya. Semua ini adalah kebutuhan-kebutuhan faal yang merupakan syarat kelangsungan hidup seseorang. Kebutuhan-kebutuhan semacam ini timbul dengan sendirinya atau sudah ada sejak seseorang lahir, sehingga disebut kebutuhan primer.

b. Kebutuhan Sekunder, yang timbul dari interaksi antara orang dengan lingkungannya seperti kebutuhan untuk bersaing, bergaul, bercinta, ekspresi diri, harga diri dan sebagainya. Kebutuhan sekunder inilah yang paling banyak berperan dalam motivasi seseorang.

Adapun ciri-ciri motif individu adalah sebagai berikut : a. Motif adalah majemuk

Dalam suatu perbuatan sebenarnya tidak hanya mempunyai suatu tujuan tetapi beberapa tujuan yang berlangsung secara bersama-sama.

b. Motif dapat berubah-rubah

Motif bagi seseorang seringkali mengalami perubahan. Hal ini disebabkan keinginan manusia selalu berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan atau kepentingannya.

c. Motif berbeda-beda bagi individu

Dua orang yang melakukan pekerjaan yang sama, ternyata memiliki motif yang berbeda.

d. Beberapa motif tidak disadari oleh individu

(14)

6

Menurut Prof. PF. Drucker (Munandar, 2001), motivasi berperan sebagai pendorong kemauan dan keinginan seseorang. Dan inilah motivasi dasar yang mereka usahakan sendiri untuk menggabungkan dirinya dengan organisasi untuk turut berperan dengan baik.

Adapun teori Tata Tingkat-Kebutuhan dari Maslow (Munandar, 2001) yang berpendapat bahwa kondisi manusia berada dalam kondisi mengejar yang berkesinambungan. Jika satu kebutuhan dipenuhi, langsung kebutuhan tersebut diganti oleh kebutuhan lain. Proses berkeinginan secara nonstop memotivasi kita sejak lahir sampai meninggal. Maslow selanjutnya mengajukan bahwa ada lima kelompok kebutuhan, yaitu:

1. Kebutuhan fisiologikal (faali). Kebutuhan yang timbul berdasarkan kondisi fisiologikal badan kita, seperti kebutuhan untuk makanan dan minuman, kebutuhan akan udara segar (Oksigen).

2. Kebutuhan rasa aman. Kebutuhan ini masih sangat dekat dengan kebutuhan fisiologis.

3. Kebutuhan sosial. Kebutuhan ini mencakup memberi dan menerima persahabatan, cinta kasih, rasa memiliki (belonging).

4. Kebutuhan harga diri (esteem needs). Kebutuhan harga diri meliputi dua jenis:

a. Yang mencakup faktor-faktor internal, seperti kebutuhan harga diri, kepercayaan-diri, otonomi dan kompetensi;

b. Yang mencakup faktor-faktor eksternal kebutuhan yang menyangkut reputasi seperti mencakup kebutuhan untuk dikenali dan diakui (recognition), dan status.

5. Kebutuhan aktualisasi-diri. Kebutuhan untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan kemampuan yang dirasakan dimiliki. Kebutuhan ini mencakup kebutuhan untuk menjadi kreatif, kebutuhan untuk dapat merealisasikan potensinya secara penuh. Kebutuhan ini menekankan kebebasan dalam melaksanakan tugas pekerjaannya.

Orang Tua

Mengenai pengertian orang tua dalam kamus besar bahasa Indonesia seperti yang ditulis oleh Zaldy (2010) disebutkan “Orang tua artinya ayah dan ibu” . Sedangkan menurut Miami yang dikutip Kartini Kartono (Zaldy, 2010) dikemukakan “Orang tua adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya. Kemudian seorang ahli Psikologi Ny. Singgih D Gunarsa (Zaldy, 2010) dalam bukunya

psikologi untuk keluarga mengatakan, “Orang tua adalah dua individu yang berbeda

memasuki hidup bersama dengan membawa pandangan, pendapat dan kebiasaan-kebiasaan sehari-hari.

(15)

7

Disamping itu juga harus mampu mengembangkan potensi yang ada pada diri anak, memberi teladan dan mampu mengembangkan pertumbuhan pribadi dengan penuh tanggung jawab dan penuh kasih sayang.

Anak Usia 5-12 Tahun

Sebenarnya anak TK menginjak kisaran usia 5-6 tahun dan sedangkan anak SD menginjak kisaran usia 6-12 tahun. Mengenai keterampilan motorik kasar, seorang anak prasekolah tidak lagi berusaha keras hanya untuk berdiri tegak dan berjalan berkeliling. Ketika anak-anak dapat melangkahkan kakinya secara lebih yakin dan bertindak dengan tujuan tertentu, dengan sendirinya anak-anak akan melakukan aktivitas berkeliling di lingkungannya (Edward & Sarwark, 2005; Gallahue & Ozmun, 2006) yang di kutip oleh Santrock (2012). Seperti yang ditulis di buku Life-Span Development oleh Santrock (2012) menjelaskan bahwa ketika berusia 3 tahun, anak-anak gemar melakukan gerakan-gerakan sederhana, seperti melompat serta berlari ke depan dan ke belakang; semua ini dilakukan untuk sekadar menyenangkan hati ketika menampilkan aktivitas ini. Pada usia 4 tahun, anak-anak masih menikmati berbagai aktivitas sejenis, namun kini mereka menjadi lebih berani. Kemudian ketika usia 5 tahun, anak-anak mengembangkan jiwa petualang yang lebih besar bagi dibandingkan ketika mereka berusia 4 tahun.

Mengenai keterampilan motorik halus, Santrock (2012) menjelaskan bahwa di usia 3 tahun, kadang-kadang anak-anak sudah mampu memungut obyek-obyek yang paling kecil dengan menggunakan ibu jari dan telunjuknya, meskipun agak canggung. Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak sudah memperlihatkan yang bersifat substansial dan ia juga menjadi lebih cermat. Ketika menginjak usia 5 tahun, koordinasi motorik halus anak-anak telah memperlihatkan kemajuan yang lebih jauh lagi. Tangan, lengan, dan tubuh, semuanya bergerak bersama di bawah komando mata. Lalu seperti yang di tulis oleh Ratih di kompas.com (2013) Fase berikutnya adalah usia 6 tahun, yaitu usia anak mulai melakukan pendidikan formal. Pada usia ini sudah ada aturan yang jelas, yaitu belajar di dalam kelas dan tidak lagi banyak main-main walaupun masih ada sisi bermainnya.

Motivasi Orang Tua untuk ”Memberikan” Fasilitas Smartphone Pada Anak

(16)

8

METODE PENELITIAN

Subjek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak usia dini terutama pendidikan TK - SD. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik Purpossive Sampling, merupakan teknik non probability sampling yang memilih orang-orang yang terseleksi oleh peneliti berdasarkan ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh sampel tersebut yang dipandang mempunyai sangkut paut dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Singgih dan Fandy, 2000). Sampel yang digunakan adalah orang tua yang memberikan fasilitas smartphone kepada anaknya yang masih usia dini, total sampel yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 75 orang. Penelitian dilaksanakan di Kota Malang.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala. Skala yang digunakan adalah skala motivasi teori tata tingkat-kebutuhan dari Maslow. Skala tersebut dirancang berdasar metode skala dari Likert dengan empat kategori pilihan, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Subjek diminta menyatakan tanggapannya terhadap pernyataan-pernyataan dalam skala dengan memilih satu dari empat kategori tersebut. Skoring didasarkan pada pilihan tersebut dan pengelompokkan item skala, apakah favourable atau unfavourable. Untuk item-item favourable, pilihan SS mendapat skor 4, S mendapat skor 3, TS mendapat skor 2 dan STS mendapat skor 1. Sebaliknya untuk item-item unfavourable, pilihan SS mendapat skor 1, S mendapat skor 2, TS mendapat skor 3 dan STS mendapat skor 4.

(17)

9

Tabel 1. Indeks Validitas Alat Ukur Penelitian

Alat Ukur Jumlah

Berdasarkan tabel 1 diperoleh hasil dari 38 item skala motivasi yang diujikan ada 31 item yang valid setelah dilakukan pengujian statistik menggunakan program SPSS versi 13,00. Indeks dari pengujian skala berkisar 0,368 yang terendah dan 0,741 yang tertinggi.

Reliabilitas adalah ketepatan atau tingkat presisi suatu alat ukuran atau alat pengukur. Uji reliabilitas digunakan untuk menguji sejauh mana instrumen tersebut dapat diberikan hasil yang relatif sama bisa dilakukan pengukuran kembali terhadap subyek yang sama. Dalam penelitian ini, reliabilitas diukur dengan metode konsistensi internal dengan teknik Reliabilitas Alpha (Azwar 2000).

Indeks reliabilitas alat ukur Penelitian menggunakan alat ukur skala motivasi dengan Alpha 0,895, dapat disimpulkan bahwa instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah reliable, yang dibuktikan nilai Cronbach Alpha diperoleh hasil sebesar 0,895 lebih dari 0,6 atau 60% (Azwar, 2000). Hal ini membuktikan bahwa instrumen yang digunakan dala penelitian ini memiliki validitas dan reliabilitas yang cukup memadai.

Prosedur penelitian

(18)

10

Tahap pelaksanaan yaitu meliputi: a) Skala Motivasi telah dikatakan valid diberikan kepada subyek, dalam hal ini orang tua yang memberikan fasilitas smartphone kepada anaknya yang berusia 5-12 tahun baik Laki-laki maupun perempuan. b) Memberikan skala motivasi yang telah divalidasi kepada orang tua yang memberikan fasilitas smartphone kepada anaknya yang berjumlah 75 orang secara door to door (rumah ke rumah). c) Di lakukan selama 7 hari mulai tanggal 20-27 Maret 2014 pada daerah kelurahan Merjosari Malang.

Hal-hal yang menghambat si peneliti dalam pengambilan data ialah; tidak diberikannya izin dari pihak sekolah pada saat si peneliti ingin mengambil data try out, cuaca malang yang sering hujan menghambat peneliti untuk mengambil data, belum lagi subyek adalah orang tua yang pasti punya waktu untuk bekerja sehingga peneliti harus mencari waktu untuk bisa bertemu dan mengambil data dengan memberikan skala.

Adapun hal-hal yang mendukung si peneliti dalam pengambilan data yaitu meliputi; mendapatkan izin dari pihak sekolah lain pada saat si peneliti ingin mengambil data try out, mendapatkan informasi yang mendukung dari pihak lingkungan setempat untuk mengambil data, dan dari pihak RT setempat juga mendukung si peneliti untuk pengambilan data dari orang tua setempat.

Metode Analisa Data

Setelah data diperoleh maka peneliti melakukan analisa data dengan menggunakan teknik Deskriptif kuantitatif.

HASIL PENELITIAN

Deskripsi Data

Dari kuesioner yang disebarkan kepada 75 responden dapat diperoleh gambaran jenis kelamin responden yang sebagaimana dijelaskan pada bagian berikut ini :

Tabel 2 Distribusi Responden Orang Tua Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Responden Prosentase Laki-laki

(19)

11

kepala rumah tangga yang menjadi responden penelitian dan kelompok responden tersebut menjadi pengambil keputusan dalam pembelian smartphone.

Tabel 3 Distribusi Responden Orang Tua Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah Responden Prosentase Wiraswasta

Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui gambaran mengenai pekerjaan para responden, dimana sebanyak 27 responden atau 36% memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta, sebanyak 12 responden atau 16% bekerja sebagai karyawan swasta dan sebanyak 36 responden 48% bekerja sebagai PNS. Hasil tersebut menunjukkan bahwa jenis pekerjaan mempengaruhi jumlah pendapatan yang dimiliki oleh responden sehingga menentukan kemampuan dalam keputusan pembelian produk yang dilakukan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dengan semakin tingginya pendapatan responden maka kemampuan daya beli yang dimiliki oleh responden juga tinggi.

Tabel 4 Distribusi Responden Orang Tua Berdasarkan Pendapatan

Pendapatan Jumlah Responden Prosentase < 1 juta

(20)

12

Tabel 5 Distribusi Orang Tua yang Memberikan Fasilitas Smartphone Pada

Anak Berdasarkan Alasan Terpenting

Alasan Terpenting Jumlah Prosentase

Kebutuhan Rasa Aman dalam memberikan fasilitas smartphone pada anaknya berdasarkan alasan terpenting pertama ialah kebutuhan rasa aman yaitu sebanyak 28 orang tua atau 37,3% yang menempatkan sebagai alasan terpenting dalam memberikan fasilitas smartphone pada anaknya. Kemudian 22 orang tua atau 29,3% dari responden yang menempatkan kebutuhan aktualisasi diri sebagai alasan terpenting kedua. Selanjutnya dari 13 orang tua atau 17,3% responden menempatkan kebutuhan fisiologikal (faali) sebagai alasan terpenting ketiga setelah kebutuhan aktualisasi diri. Kemudian diikuti 6 orang tua atau 8% responden yang menempatkan kebutuhan harga diri sebagai alasan terpenting keempat dan 6 orang tua atau 8% responden yang menempatkan kebutuhan sosial sebagai alasan terakhir.

DISKUSI

(21)

13

Selanjutnya alasan terpenting kedua orang tua dalam memberikan fasilitas smartphone kepada anaknya yaitu kebutuhan aktualisasi diri yaitu sebanyak 22 responden atau 29,3%. Hasil analisis menunjukkan bahwa selama ini para orang tua dalam memberikan fasilitas smartphone pada anak berusia 5-12 tahun dikarenakan untuk mengembangkan kreatifitas anak dan untuk membantu anak dalam menciptakan ide-ide baru baik itu untuk menyelesaikan tugas dari sekolah maupun untuk hanya sekedar mengembangkan potensi yang dimiliki sang anak. Kebutuhan aktualiasi diri pada orang tua menunjukkan kemampuan orang tua untuk memberikan dukungan atas keberadaan anaknya sehingga proses aktulisasi diri orangtua dapat tercermin dari kondisi anakknya. Menurut Munandar (2001) menunjukkan bahwa kebutuhan aktualisasi-diri merupakan kebutuhan untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan kemampuan yang dirasakan dimiliki. Kebutuhan ini mencakup kebutuhan untuk menjadi kreatif, kebutuhan untuk dapat merealisasikan potensinya secara penuh. Kebutuhan ini menekankan kebebasan dalam melaksanakan tugas pekerjaannya.

Selanjutnya orang tua menempatkan alasan terpenting ketiga yaitu kebutuhan fisiologikal (faali) yaitu sebanyak 13 responden atau 17,3%. Hasil analisis menunjukkan bahwa selama ini dalam memberikan fasilitas smartphone pada anak berusia 5-12 tahun orang tua memiliki kebutuhan dalam upaya untuk pemenuhan kebutuhan akan kelancaran komunikasi dengan anak. Orang tua juga mempertimbangkan pentingnya keberadaan smartphone untuk peningkatan pengetahuan anak dan kebutuhan untuk mendapatkan smartphone berkualitas untuk anak. Selanjutnya untuk pemenuhan kebutuhan akan smartphone yang memiliki fitur yang lengkap untuk memberikan hiburan kepada anak. Upaya orang tua tersebut menjadikan pertimbangan dalam upaya untuk memberikan dukungan fisiologikal (faali) dari orang tua untuk memanfaatkan secara maksimal peranan smartphone untuk kebutuhan komunikasi pada anak dan kebutuhan pemenuhan teknologi pada anak agar anak mengenal dan belajar bagaimana menggunakan teknologi pada usia muda.

(22)

14

Kemudian orang tua menempatkan alasan terpenting urutan keempat dalam memberikan fasilitas smartphone pada anaknya ialah kebutuhan harga diri yaitu sebanyak 6 responden atau 8% . Kenyataan tersebut dapat membuktikan bahwa selama ini para orang tua dalam memberikan fasilitas smartphone pada anak berusia 5-12 tahun yaitu memenuhi kebutuhan untuk meningkatkan harga diri, kebutuhan meningkatkan status sosial dan pemenuhan kebutuhan akan meningkatkan kepercayaan diri. Upaya ini menunjukkan bahwa orang tua selalu berupaya untuk meningkatkan dukungan terkait dengan diakui keberadaannya di masyarakat terkait melalui pemberian fasilitas smartphone pada anak. Munandar (2001) menyatakan bahwa kebutuhan harga diri (esteem needs), meliputi faktor internal, seperti kebutuhan harga diri, kepercayaan-diri, otonomi dan kompetensi dan yang mencakup faktor-faktor eksternal kebutuhan yang menyangkut reputasi seperti mencakup kebutuhan untuk dikenali dan diakui (recognition), dan status. Pemenuhan kebutuhan ini sesuai dengan upaya orang tua dalam rangka pemenuhan harga diri.

Kemudian orang tua menempatkan alasan terpenting yang terakhir dalam memberikan fasilitas smartphone pada anak yaitu kebutuhan sosial yaitu sebanyak 6 responden atau 8%. Para orang tua dalam memberikan fasilitas smartphone pada berusia 5-12 tahun lebih dikarenakan adanya upaya orang tua untuk memberikan fasilitas smartphone agar anak mudah bergaul dengan teman-temannya walaupun diluar aktifitas sekolah, adanya upaya orang tua untuk mengawasi anak pada saat anaknya bergaul dengan temannya dan agar orang tua bisa mendapatkan kabar tentang sekolah ataupun kabar tentang anaknya. Kenyataan ini menunjukkan bahwa orang tua selalu memberikan kebebasan kapada anak untuk melakukan sosialisasi dengan kondisi atau lingkungan dimana anak berada dan fasilitas smartphone sebagai pendukung atas upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut.

Pergaulan bagi anak adalah sangat penting agar si anak mampu berkomunikasi dengan teman-temannya hal ini juga dibutuhkan untuk perkembangan si anak ketika dewasa kelak nanti. Menurut Munandar (2001) Kebutuhan sosial ini mencakup memberi dan menerima persahabatan, cinta kasih, rasa memiliki (belonging). Setiap orang ingin menjadi anggota kelompok sosial, ingin mempunyai teman, kekasih. Kebutuhan sosial erat kaitannya dengan kebutuhan dalam melakukan hubungan dengan individu yang lain,sehingga penggunaan smartphone menjadi pendorong untuk meningkatkan kualitas hubungan dengan sesama. Orang tua dalam memberikan fasilitas smartphone kepada anak lebih dikarenakan adanya rasa cinta kasih,bentuk cinta kasih tersebut yaitu dengan memberikan fasilitas yang anak butuhkan dimana salah satunya yaitu smartphone. Fungsi utama dari smartphone bagi orang tua yaitu sebagai penghubung ketika orang tua berperan sebagai teman bagi anaknya, dimana seorang anak akan lebih bersifat terbuka ketika melakukan komunikasi melalui smartphone dengan orang tuanya.

(23)

15

dan kreatifitas si anak. Dengan semakin berprestasi si anak maka orang tua juga akan merasa bangga bila anaknya tumbuh cerdas. Orang tua sekarang akan tetap memberikan smartphone kepada anaknya berdasarkan semakin majunya teknologi komunikasi saat ini sehingga membuat keberadaan smartphone adalah mutlak perlu seperti kebutuhan fisiologikal (faali). Kemudian dengan memberikan smartphone kepada anak maka orang tua juga semakin dipandang oleh orang disekitar dorongan inilah yang memperkuat orang tua untuk memberikan fasilitas smartphone kepada anaknya yaitu dorongan kebutuhan harga diri. Dan dorongan yang terakhir yang membuat orang tua memberikan smartphone pada anaknya ialah kebutuhan sosial. Kebutuhan ini adalah salah satu wujud kasih sayang orang tua kepada anaknya. Dengan memberikan smartphone, orang tua tetap bisa menghubungi si anak pada saat si anak berada di sekolah maupun di tempat lain yang jaraknya jauh dari orang tua, orang tua pun juga bisa berkomunikasi dengan mudah dengan anaknya pada saat bekerja. Hal-hal inilah yang mendorong orang tua untuk memberikan fasilitas smartphone pada anak berusia 5-12 tahun.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

Simpulan

Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa motivasi orang tua yang memberikan fasilitas smartphone pada anak berdasarkan alasan terpenting ialah pemenuhan kebutuhan rasa aman sebesar 37,3%, kebutuhan aktualisiasi diri sebesar 29,3%, kebutuhan fisiologikal (faali) sebesar 17,3%, kebutuhan harga diri sebesar 8% dan diikuti kebutuhan sosial sebesar 8%.

Implikasi

1. Bagi orang tua

a. Orang tua harus berupaya untuk mengendalikan pemakaian smartphone bagi anak, dikarenakan dengan pemakaian yang secara terus menerus maka akan memberikan dampak yang kurang baik terhadap perkembangan dan tanggungjawab seorang anak.

b. Diharapkan orang tua harus memberikan arahan kepada anak sehingga tidak secara terus menerus menggunakan dan memiliki tangung jawab atas tugas yang harus diselesaikan.

c. Orang tua harus tetap menanamkan moral agama pada anak agar bisa menyaring dampak negatif dari pengaruh global yang diberikan smartphone. Sehingga anak tetap berperilaku baik dan benar.

d. Orang tua harus memberikan pemahaman kepada anaknya agar tidak menggunakan smartphone terlalu sering karena dapat merusak mata si anak akibat radiasi yang dipancarkan oleh smartphone.

(24)

16

pemahaman pada anak untuk mencintai, merawat, dan melindungi alam dan yang ada di sekitarnya.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

(25)

17

Daftar Pustaka

Adi Cahyo (2012). Anak Pun Kini Mulai Kecanduan Smartphone. Retrieved Januari 18, 2014, from http://www.centroone.com/lifestyle/2012/12/1a/anak-pun-kini-mulai-kecanduan-smartphone/

Amanda (2013). Fenomena Smartphone di Kalangan Masyarakat Modern. Retrieved Januari 18, 2014, from http://amanda2609.blogspot.com/2013/05/fenomena-smartphone-di-kalangan.html

Azwar, S. (2004). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Backer, Elisa. (2010).Using Smartphone and Facebook in A Major Assessment: The Student Experience. E-Journal. Australia: University of Ballarat.

Drucker, Peter F. (1983). Management Tasks, Responsibilities and Practice. Saduran PPM. Jakarta: Gramedia

Kompas.com (2011). Pengaruh Gadget Pada Otak Anak. Retrieved Januari 18, 2014, from

http://female.kompas.com/read/2011/01/06/14083113/Pengaruh.Gadget.pada.O tak.Anak

Memobee.com (2013). Smartphone Adalah Penyebab Utama Terjadi Kecelakaan Pada Anak-anak Saat di Jalan. Retrieved Januari 18, 2014, from

http://www.memobee.com/smartphone-adalah-penyebab-utama-terjadi-kecelakaan-pada-anak-anak-saat-di-jalan-8227-news.html

Munandar, A.S. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI-Press

Oxford Dictionary. (2005). Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English.-7th Edition. New York: Oxford University Press.

Oxford Dictionary. (2013). Definition of Smartphone in English. http://oxforddictionaries.com/definition/english/smartphone?q=smartphone.ht ml (diakses tanggal 16 Desember 2013).

Panji Anoraga, S.E., M.M. (2009). Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta Ratih Zulhaqi (2013). Ingat Efeknya…Biarkan Anak Tumbuh Sesuai Usianya!

Retrieved Januari 21, 2014, from

http://edukasi.kompas.com/read/2013/10/14/1618542/Ingat.Efeknya.Biarkan.A nak.Tumbuh.Sesuai.Usianya.

Santrock, J. W (2002). Life-Span Development Edisi 5. Jakarta: Erlangga

(26)

18

Wikipedia Ensiklopedia Bebas. (2013). Telepon Cerdas. http://id.wikipedia.org/wiki/Telepon_cerdas.html (diakses tanggal 16 Desember 2013)

Gambar

Tabel 1. Indeks Validitas Alat Ukur Penelitian
Tabel 2 Distribusi Responden Orang Tua Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 3 Distribusi Responden Orang Tua Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 5 Distribusi Orang Tua yang Memberikan Fasilitas Smartphone Pada Anak Berdasarkan Alasan Terpenting

Referensi

Dokumen terkait

melaksanakan penelitian.. Kontribusi Lingkungan Belajar, Fasilitas Belajar, Dan Tingkat Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Motivasi Berprestasi Dan Dampaknya Pada Hasil

Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan motivasi orang tua dalam menyekolahkan anaknya di SMP Insan Cendikia Kelas 1 Tahun

12 Jumlah 50 100 Dari tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa ada 30 orang tua (60%) yang menyatakan motivasi menyekolahkan anaknya pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri

dilakukan terhadap 18 orang tua siswa menunjukkan tiga motivasi yang diungkapkan orang tua dalam menyekolahkan anaknya di KB Aisyiyah 30 Surabaya, yaitu: (1)

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) motivasi orang tua menyekolahkan di MTs Aswaja Tengaran, (a) orang tua menginginkan anaknya bisa disiplin dalam beribadah,

c) Jka dlhat dar seg usa, tngkat penddkan, jens pekerjaan suam, dan jumlah pendapatan responden, orang tua memlk motvas yang tngg dalam mentpkan

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti tentang pemberian motivasi orang tua dalam menggosok gigi pada anak usia prasekolah dengan timbulnya

dari 91 responden dapat diketahui bahwa pola asuh orang tua yang positif dengan perkembangan anak yang sesuai sebanyak 72 orang 79,13%, pola asuh orang tua yang positif dengan