• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKNA TELEPON GENGGAM BAGI PELAJAR (Studi Deskriptif pada Pelajar di SMA Negeri 1 Tapen)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MAKNA TELEPON GENGGAM BAGI PELAJAR (Studi Deskriptif pada Pelajar di SMA Negeri 1 Tapen)"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Permasalahan

Perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia jauh tertinggal dalam hal kemajuan teknologi dibandingkan negara maju. Era informasi yang berkembang sekarang ini telah mendorong negara maju dan negara berkembang terus menerus melakukan penemuan-penemuan baru di bidang teknologi, termasuk teknologi komunikasi informasi. Kemajuan teknologi komunikasi informasi di negara India dan Cina yang luar biasa terjadi karena sumber daya manusia yang mampu mengembangkan dan mengendalikan teknologi tersebut. Dibandingkan kedua negara tersebut, Indonesia tertinggal jauh, baik pada perangkat lunak, keras, juga akibat terbatasnya sumber daya manusia yang mampu mengembangkan teknologi. Di Indonesia tradisi pendidikan, pengembangan, termasuk penelitian di bidang ilmu pengetahuan belum begitu mendarah daging sehingga tradisi-tradisi penemuan-penemuan baru di segala bidang kurang berkembang.

Teknologi muncul sebagai cara manusia untuk memenuhi beraneka ragam kebutuhan hidupnya. Teknologi adalah salah satu upaya yang dilakukan oleh manusia untuk mempermudah pencapaian kebutuhan tersebut. Dengan teknologi apa yang dikerjakan oleh manusia akan menjadi lebih mudah. Definisi teknologi menurut J.J Honigmann dalam buku The world of man bahwa teknologi itu mengenali “ ...segala tindakan baku dengan apa manusia dalam merubah alam, termasuk badannya sendiri atau badan orang lain”, dengan demikian teknologi adalah mengenai cara manusia membuat, memakai, dan memelihara seluruh peralatannya, bahkan mengenai manusia bertindak dalam keseluruhan hidupnya (Koentjaraningrat, 2000:343).

(2)

maka teknologi menjadi berkembang. Masyarakat akan selalu menciptakan teknologi-teknologi baru sebagai respon adaptif guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang ada di dalamnya. Aneka kebutuhan-kebutuhan itu dapat dilihat dari unsur-unsur pokok dari kebudayaan yang meliputi peralatan dan perlengkapan hidup, sistem mata pencaharian dan sistem ekonomi, sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan dan sistem kepercayaan (Koentjaraningrat, 2000: 203-204).

Teknologi dalam hal komunikasi boleh dikatakan merupakan salah satu unsur kebudayaan yang perkembangannya sangat cepat. Bahasa merupakan alat perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi dalam interaksi sosial. Agar dapat berlangsung kehidupan yang serasi dalam kelompok manusia, maka manusia perlu untuk saling berinteraksi. Ada kalanya manusia terhalang oleh suatu hal yang tidak memungkinkan untuk berkomunikasi secara langsung sehingga memerlukan perantara berupa alat, sehingga munculah alat komunikasi. Alat komunikasi memudahkan manusia dalam berhubungan dengan orang lain, khususnya ketika terpisahkan oleh jarak wilayah yang berjauhan.

Pada zaman dahulu kebanyakan orang masih berkomunikasi secara face to face karena sedikitnya anggota dalam suatu masyarakat. Namun seiring dengan pertumbuhan penduduk dan penyebaran wilayah atau migrasi yang dilakukan oleh manusia sehingga tidak memugkinkan seseorang untuk berbicara secara langsung.

Face to face adalah komunikasi yang mensyaratkan adanya pertemuan langsung antar individu yang berinteraksi. Hal ini tentunya menjadi sulit dilakukan ketika individu mulai mengadakan interaksi dengan orang di luar kelompok atau daerahnya.

(3)

komunikasi yang digunakan oleh masyarakat, walaupun pada akhirnya kentongan juga ditinggalkan karena sudah tidak bisa memenuhi kebutuhan manusia akan alat komunikasi yang semakin berkembang.

Perkembangan teknologi merupakan salah satu penggerak utama terjadinya transformasi budaya menuju budaya baru. Di Indonesia, masuknya penetrasi teknologi yang sangat gencar di semua aspek kehidupan masyarakat mengakibatkan peningkatan pemakainya. Data terbaru dari Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI) menunjukkan bahwa jumlah pelanggan seluler di Indonesia telah mencapai lebih dari 240 juta pelanggan pada akhir tahun 2011 lalu, naik 60 juta pelanggan dibanding tahun 2010. Angka ini mendekati jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 258 juta penduduk pada Desember 2010. Perkembangan jumlah pelanggan seluler di Indonesia bisa dibilang cukup fantastis (Nugraha, 2012). Apabila mengamati budaya teknologi, termasuk teknologi komunikasi informasi masyarakat kita masih dalam taraf pemakai, penikmat dan pembeli hasil-hasil teknologi. Akibatnya jumlah pemakai barang dan jasa teknologi dan komunikasi informasi besar, tetapi kita tidak memiliki produk unggulan apapun. Walaupun pasar yang ada di Indonesia sangat besar, tetapi ketiadaan tenaga ahli di bidang tersebut mengakibatkan pasar di Indonesia dibanjiri oleh produk-produk luar negeri.

Perkembangan alat komunikasi yang juga berupa informasi berjalan setahap demi setahap. Dimulai dengan munculnya radio yang hanya bisa menyampaikan pesan suara, kemudian diikuti televisi yang selain bisa menyampaikan suara juga bisa menampilkan gambar sehingga disebut audio visual. Tetapi radio dan televisi memiliki kekurangan yaitu hanya bisa melakukan komunikasi satu arah. Untuk menutupi kekurangan tersebut lalu diciptakanlah telepon. Dengan telepon orang bisa melakukan komunikasi dua arah secara tidak langsung sehingga lebih mempermudah jalannya proses komunikasi.

(4)

menikmati telepon. Selain itu, masyarakat perkotaan lebih bayak memerlukan fasilitas telepon dalam kehidupannya daripada masyarakat pedesaan.

Kelemahan telepon lainnya adalah tidak bisa dibawa berpindah-pindah karena sifatnya telepon tetap, hanya bisa digunakan di satu tempat saja. Orang lain masih saja kesulitan menghubungi kita jika kita tidak berada di tempat tersebut. Masyarakat dengan tingkat mobilitas yang cukup tinggi tentu saja masih merasa kurang terpenuhi kebutuhan pemenuhan komunikasinya. Penggunaan telepon rumah yang tidak bisa bebas dan tidak punya ruang privasi yang cukup banyak. Biaya penggunaan telepon rumah yang berupa tagihan bulanan menyebabkan pemakai tidak bisa mengatur pengeluaran secara pasti juga menjadi kelemahan lainnya. Telepon rumah dalam penggunaannya memang memperlancar kita dalam berkomunikasi di dalam rumah tetapi masih harus bersinggungan dengan anggota keluarga yang lain dalam hal pemakaiannya. Kita tidak bisa berlama-lama dalam melakukan komunikasi karena biaya yang digunakan masih merupakan tanggungan keuangan keluarga. Persoalan inilah sehingga memunculkan kebutuhan akan alat komunikasi yang bersifat lebih personal.

Produk unggulan teknologi komunikasi informasi yang membanjiri pasaran di Indonesia saat ini adalah telepon genggam (handphone) atau disingkat HP dan sering pula disebut telepon seluler (ponsel). Reklame produk ini setiap hari dimuat di surat kabar, majalah televisi serta tayangan bioskop baik yang dikemas sebagai iklan, hadiah, produk berhadiah maupun sebagai alat kebutuhan sehari-hari. Pemakai produk ini menyebar pada semua tingkatan umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan. Mereka menggunakan alat itu dengan berbagai fungsi dan tujuan. Telepon genggam tidak hanya sebagai alat komunikasi, tetapi karena fasilitas yang dimilikinya, benda itu berfungsi sebagai penyimpan data, internet, perbankan, game, musik, kesehatan, pengirim pesan pendek (Short Message Service atau SMS) dan lain-lainnya. Bahkan telepon genggam sudah menjadi mode atau bagian dari gaya hidup sehingga benda itu dianggap sebagai barang pribadi yang tidak setiap orang boleh meminjamnya.

(5)

yang sederhana sampai yang modern selalu ditampilkan untuk memudahkan masyarakat melakukan interaksi sosial. Beberapa puluh tahun yang lalu, kita hanya mengenal telepon rumah saja kemudian muncul lagi alat komunikasi menjadi pager dan beberapa tahun kemudian muncullah alat komunikasi telepon selular/telepon genggam atau lebih populer disebut handphone.

Kehadiran telepon genggam dalam kehidupan kita merupakan suatu lompatan besar dalam sejarah komunikasi manusia. Keberadaan teknologi seluler ini sangat diminati bagi masyarakat dunia karena adanya telepon genggam ini akan memudahkan dan melancarkan sistem komunikasi. Sebelum membahas tentang teknologi seluler lebih luas, saya definisikan terlebih dahulu mengenai teknologi seluler. Teknologi seluler adalah teknologi komunikasi yang paling modern dan paling menjanjikan baik dari segi kualitas, efisiensi dan ekonomi. Salah satu kelebihan utama telepon genggam adalah dapat memberikan keleluasaan bagi penggunanya untuk berkomunikasi dimanapun dan kapanpun bahkan sambil melakukan aktivitas lain sekalipun.

Telepon genggam merupakan alat komunikasi yang diciptakan untuk mempermudah seseorang dalam berkomunikasi dimana saja tanpa dibatasi oleh jarak dan waktu bahkan sambil bergerak sekalipun. Telepon genggam adalah sebuah teknologi yang jauh lebih fleksibel daripada telepon rumah karena ia tanpa kabel dan bisa dibawa kemana-mana. Selain memungkinkan seseorang bisa berkomunikasi secara personal tanpa harus melibatkan orang lain karena telepon genggam dibawa secara personal selama 24 jam penuh sehingga pesan yang disampaikan langsung menuju kepada orang yang bersangkutan. Telepon genggam bisa mengatasi persoalan yang muncul dalam penggunaan telepon rumah seperti masalah privasi, biaya, mobilitas, dan lain-lain.

(6)

Permintaan terhadap telepon genggam beserta segala aksesorisnya bertambah. Hal inilah yang menyebabkan toko telepon genggammenjamur di mana-mana.

Telepon genggam sudah menjadi kebutuhan pokok dalam memperlancar komunikasi seseorang dengan orang lain. Sekarang ini bisa dipastikan hampir setiap orang memiliki telepon genggam, seseorang yang tidak memiliki telepon genggamakan merasa kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi aktivitas yang akan dilakukan. Telepon genggam menjadi alat komunikasi yang mereka butuhkan dalam berbagai hal untuk mempermudah komunikasi di dalam hidup seseorang. Pada awalnya, keberadaan telepon genggam masih tergolong barang yang mewah karena harganya yang sangat mahal dan tidak semua orang bisa memilikinya. Pengguna telepon genggamdi Indonesia sekarang ini yang konon sudah mencapai dua ratus juta pengguna (Widjojo, 2009) . Mungkin bisa saja dikatakan seseorang tidak bisa hidup tanpa telepon genggam walaupun sehari saja. Di era yang serba canggih seperti saat ini, rasanya ada yang kurang seandainya kita tidak punya telepon genggamkarena benda yang satu ini menyebabkan banyak ketergantungan.

Saat ini, komunikasi bergerak atau mobile communication menjadi tren atau gaya hidup yang semakin digemari. Bahkan di banyak negara seperti Indonesia, Jepang dan Finlandia, pelanggan telepon genggam jauh lebih banyak dari pelanggan telepon rumah (Tamim, 2007). Hal ini dikarenakan selain mudah dibawa kemana-mana telepon genggam juga bisa dimiliki oleh setiap individu yang membutuhkannya.

Di Indonesia, penetrasi teknologi telepon genggam sangat gencar dan digemari di semua aspek kehidupan masyarakat. Hal ini mengakibatkan peningkatan pemakainya. Baik dari kalangan masyarakat atas, menengah atau masyarakat bawah semua membutuhkan telepon genggam. Seolah-olah telepon genggam merupakan suatu kebutuhan pokok bagi setiap individu yang kegunaannya berbeda-beda. Ada yang digunakan untuk bekerja, having fun dan ada juga yang digunakan sebagai alat untuk memperlancar komunikasi dengan keluarga.

(7)

hambatan karena manusia dan teknologi yang dimilikinya akan memudahkan semua kebutuhan hidupnya. Kehidupan masyarakat kota yang makin maju juga menghendaki pemenuhan kebutuhan akan sesuatu yang bersifat cepat, efisien enak, nyaman dan gaya. Jumlah pemakai telepon genggam terus meningkat sesuai dengan meningkatnya iklan yang merebak di masyarakat. Telepon genggam sebagai benda budaya telah berubah menjadi sebuah image budaya bagi pemiliknya. Melalui iklan dan promosi besar-besaran, yang didalamnya terdapat konsumsi tanda atau aspek simbolik, benda-benda menjadi sumber kepuasan utama yang diperoleh pemakainya. Oleh karena itu, sebetulnya selalu ada pesan atau tanda dari pemakai telepon genggam kepada orang lain tempat ia ingin menunjukkan sebuah gengsi atau status sosial tertentu dari pemakainya.

Sementara itu, semua kebutuhan manusia terutama budaya materi, dalam budaya massa akan ditempeli merek dagang atau logo oleh produsennya. Merek dagang atau logo merupakan kondensasi modal budaya sebagai properti citra (Lury, 1998:156). Oleh karena itu, sangat mungkin untuk melihat suatu kesinambungan dalam cara-cara bagaimana individu membuat pemaknaan sosial melalui pemanfaatan benda-benda materi dalam masyarakat (Lury, 1998:20).

Dalam kehidupan sehari-hari seringkali pemakai telepon genggam tidak mengenal tempat, waktu dan suasana. Bahkan, dering telepon seringkali menjengkelkan, membuat serba salah bahkan memalukan. Dering telepon genggam yang diubah dengan lagu-lagu pop seringkali terdengar di tempat yang tidak pantas misalnya di kelas, ruang seminar, ruang rapat, tempat ibadah dan pemakaman. Pemakainya sering tidak mengindahkan etika dan norma cara pemakaian telepon ini. Oleh karena itu, benda kecil ini berubah menjadi barang yang menggangu privasi dan ketentraman. Dengan demikian perlu diterapkan etika penggunaan barang ini sebagai norma sosial.

(8)

genggam maupun sim cardnya. Untuk mendapatkan telepon genggam minimal harus mempunyai uang 2 juta untuk tipe yang terbaru sedangkan untuk sim cardnya bisa diperoleh dengan harga 500 ribuan. Tetapi sekarang ini seseorang tidak perlu mengeluarkan uang yang terlalu banyak untuk mendapatkan sebuah telepon genggam dengan mempunyai uang 150 ribu saja sudah bisa membawa telepon genggam beserta sim cardnya. Proses indutrialisasi dan produksi massal yang dilakukan oleh produsen telepon genggam menyebabkan harga telepon genggam semakin murah. Selain itu banyaknya tipe-tipe telepon genggam menjadi keluar tiap bulannya menyebabkan tipe-tipe lama harganya lama kelamaan menjadi menurun. Belum lagi, segala hal yang merupakan piranti sebuah telepon genggam seperti sim card ikut-ikutan menurunkan harga, bahkan perusahaan provider berlomba-lomba menekan tarif pulsa sampai seminimal mungkin. Para provider yang satu dengan yang lain seperti tidak ada yang mau kalah dalam hal memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggannya. Semua provider berusaha memberikan penawaran-penawaran menarik yang diperoleh jika menggunakan produknya, sehingga hal ini tentu saja semakin memberikan keuntungan kepada pemakai telepon genggam.

Pada awal munculnya telepon genggam hanyalah alat komunikasi pengganti telepon, yang memiliki keunggulan dari segi mobilitas (praktis dan mudah dibawa kemana-mana), kemudian muncul layanan SMS yang memungkinkan seseorang untuk mengirim pesan teks, lalu MMS yaitu layanan yang memungkinkan seseorang untuk mengirim pesan dalam bentuk gambar, kemudian GPRS yang memungkinkan penggunanya untuk mengakses internet lewat HP, dan yang terakhir adalah 3G.

(9)

Telepon genggam merupakan sebuah media komunikasi yang digunakan untuk menghubungkan individu-individu agar dapat berkomunikasi tanpa bertemu secara langsung. Telepon genggam merupakan barang yang sangat efisien karena dengan telepon genggam akan mempermudah semua aktivitas yang dilakukan.

Para produsen telepon genggam pun ingin memperluas pasar dengan membuat iklan-iklan yang menarik minat konsumen untuk membeli telepon genggam produksinya. Keberadaan iklan di media cetak maupun elektronik seperti televisi dan radio yang menggambarkan bahwa telepon genggam merupakan sebuah media komunikasi yang gaul atau trendy, identik dengan anak muda jaman sekarang, ditambah dengan fitur-fitur menarik seperti musik, kamera dan video, membuat remaja tergiur untuk memiliki telepon genggam.

Sebenarnya telepon genggam diperuntukkan bagi mereka yang sudah bekerja atau sudah mempunyai penghasilan sendiri untuk membantu memperlancar hubungan komunikasi. Seperti pendapat Betsy (2008), mengungkapkan bahwa telepon genggam sebenarnya multi fungsi dan bermanfaat bagi kehidupan, digunakan untuk konsultasi seorang pelajar kepada gurunya, digunakan untuk mencari informasi lewat mobile internet, digunakan untuk mengabadikan gambar seorang pedagang sebelum memperlihatkan barang yang sebenarnya dan kegunaan positif lainnya.

(10)

Tabel 1 : Konsumen Telepon Genggam di Indonesia Berdasarkan Umur

Sumber data sekunder : http://www.teknojurnal.com/2011/03/03/perkembangan-pasar-handphone-di-indonesia-dari-tahun-2005-hingga-2010/

Sudah jelas terlihat bahwa golongan anak muda meningkati urutan teratas dan bahkan jumlah pengguna dari umur tersebut meningkat hampir 3 kali lipat pada tahun 2010 sejak tahun 2005. Yang cukup mencengangkan pun adalah pengguna telepon genggam golongan umur 10 - 14 tahun juga semakin banyak di tahun 2010 lalu. Sedangkan untuk golongan umur di atas 50 tahun tidak ada perkembangan signifikan, hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh golongan orang tua yang kurang terbuka terhadap teknologi dan lebih menyukai cara-cara lama.

(11)

bahkan saat tidur pun telepon genggam itu masih berada dalam dekapan atau genggaman mereka.

Fenomena ini menjadi semakin menarik karena pelajar yang seharusnya berkewajiban belajar dan menuntut ilmu di sekolah, tidak memerlukan telepon genggam jika dilihat dari fungsi dan kegunaannya. Pihak sekolah pun melarang penggunaan telepon genggam di lingkungan sekolah karena dianggap mengganggu aktifitas belajar mengajar, terutama sekolah-sekolah yang merupakan sekolah unggulan. Karena telepon genggam di sekolah sering digunakan untuk hal-hal yang negatif contohnya seperti penggunaan telepon genggam untuk bertukar jawaban pada saat ujian, untuk mengakses internet mengunduh gambar-gambar porno, selain itu telepon genggam juga menyebabkan pemborosan karena menghabiskan uang jajan mereka untuk membeli pulsa, serta menggangu aktivitas dan konsentrasi belajar. Peneliti pun tertarik untuk mengetahui makna telepon genggam bagi mereka.

Dari hal-hal tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul : “MAKNA TELEPON GENGGAM BAGI PELAJAR” (Studi Deskriptif pada Pelajar di SMA Negeri 1 Tapen).

1.2Rumusan Permasalahan

Berangkat dari fenomena sosial pelajar SMA Negeri 1 Tapen, banyak yang sudah memiliki telepon genggam padahal dilihat dari fungsinya, mereka belum benar-benar membutuhkan telepon genggam. Fenomena ini menjadi semakin menarik karena pelajar yang seharusnya berkewajiban belajar dan menuntut ilmu di sekolah, tidak memerlukan telepon genggam jika dilihat dari fungsi dan kegunaannya.

(12)

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian adalah : Bagaimanakah proses terbentuknya makna telepon genggam bagi pelajar di SMA Negeri 1 Tapen?

1.3Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan dan agar penelitian ini menjadi lebih terarah secara jelas maka perlu ditetapkan tujuan sebagai berikut : Ingin mengetahui dan mendeskripsikan tentang makna telepon genggam bagi pelajar khususnya pelajar SMA Negeri 1 Tapen.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini antara lain : a) Manfaat teoritis

Dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam sosiologi dan sebagai pijakan dasar bagi penelitian sejenis. b) Manfaat praktis

1. Dapat dijadikan refleksi sikap untuk penentuan kebijakan. Terutama yang berkaitan dengan masalah-masalah yang ditimbulkan oleh pelajar, sehingga para orang tua dapat lebih memperhatikan kegiatan yang dilakukan anak-anaknya, serta diharapkan dukungan dari pihak akademis dalam mengeluarkan kebijakannya dan solusi yang terbaik sehingga bisa lebih mengarah pada kepentingan pelajar.

(13)

MAKNA TELEPON GENGGAM BAGI PELAJAR

(Studi Deskriptif pada Pelajar di SMA Negeri 1 Tapen)

TESIS

Usulan Penelitian untuk Tesis Sarjana S-2 Program Studi Magister Sosiologi

Diajukan oleh: Sujatmiko NIM 09250091

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(14)

TESIS

Dipersiapkan dan disusun oleh:

SUJATMIKO Nim: 09250091

Telah dipertahankan di depan Dewan penguji Pada tanggal 21 Januari 2012

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Ketua : Dr. Vina Salviana DS, M.Si

Sekretaris : Dra. Frida Kusumastuti, M.Si

Penguji I : Prof. Dr. Syamsul Arifin, M.Si

(15)

MAKNA TELEPON GENGGAM BAGI PELAJAR

(Studi Deskriptif pada Pelajar di SMA Negeri 1 Tapen)

Yang diajukan oleh:

Sujatmiko Nim: 09250091

Telah Disetujui Tanggal, 21 Januari 2012

Pembimbing Utama

Dr. Vina Salviana DS, M.Si

Pembimbing Pendamping

Dra. Frida Kusumastuti, M.Si

Direktur,

Program Pascasarjana

Dr. (Fal) Latipun, M.Kes

Ketua Program Studi Magister

(16)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Nama : Sujatmiko

NIM : 09250091

Program Studi : Magister Sosiologi

Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa :

1. Tesis dengan judul “MAKNA TELEPON GENGGAM BAGI PELAJAR” (Studi Deskriptif pada Pelajar di SMA Negeri 1 Tapen) adalah hasil karya saya dan dalam naskah Tesis ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, baik sebagian ataupun keseluruhan, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

2. Apabila ternyata di dalam naskah Tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur PLAGIASI, saya bersedia TESIS ini DIGUGURKAN dan GELAR AKADEMIK YANG TELAH SAYA PEROLEH DIBATALKAN, serta diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

3. Tesis ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan HAK BEBAS ROYALTY NON EKSKLUSIF.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Malang, 21 Januari 2012 Yang menyatakan

(17)

MOTTO

SESUNGGUHNYA

(18)

PERSEMBAHAN

Orang tuaku, Bapak Supadianto dan Ibu Boniyem yang selalu memberiku

semangat dalam menjalani hidup ini.

Istriku tercinta, Fitratul Imaniyah, S.Pd yang selalu membantu dan mendorong

untuk menyelesaikan tesis ini.

Anakku tercinta, Atiiqah Az Zahraa yang selalu memberiku inspirasi dan

(19)

KATA PENGANTAR

Pertama, saya ucapkan Alhamdulillah kepada Allah SWT karena berkat curahan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan salah satu tugas yang menantang sebagai mahasiswa Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang. Tantangan tersebut adalah menulis Tesis ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya juga disampaikan kepada semua yang baik secara langsung maupun tidak langsung membantu, mendukung dan mendorong penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

Tujuan penulisan tesis ini tidak lain sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar strata 2 (S-2) program Magister Sosiologi pada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang.

Saya menyadari bahwa terselesaikannya tesis ini bukan semata karena kemampuan saya, tetapi karena bantuan dan dorongan dari orang lain, oleh karena itu perkenankanlah saya menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Muhadjir Effendy, M.AP., Rektor Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Dr. (Fal) Latipun, M.Kes., Direktur Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Dr. Vina Salviana DS., M.Si., Ketua Program Magister Sosiologi Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang sekaligus pembimbing utama yang telah banyak memberikan koreksi dan petunjuk dalam penulisan tesis.

4. Dra. Frida Kusumastuti, M.Si., Pembimbing Pendamping yang telah banyak memberikan koreksi, dorongan dan bimbingan dalam penulisan tesis.

(20)

6. Dr. H. A. Habib, MA, Penguji yang telah memberikan saran, kritik dan masukan dalam rangka penyempurnaan tesis ini.

7. Segenap dosen Program Magister Sosiologi Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang beserta segenap Tata Usaha Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang.

8. Segenap Mahasiswa Program Magister Sosiologi Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang yang telah berbaik hati memberikan spirit kepada saya, sehingga saya merasa terdorong segera menyelesaikan tugas penulisan tesis ini.

Harapan saya semoga tesis ini dapat memberikan pengetahuan kepada para pembaca umumnya dan mahasiswa Magister Sosiologi khususnya. Saya sadar bahwa tesis ini jauh dari sempurna oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat diharapkan demi kesempurnaan tesis ini, sebab saya yakin orang lain (pembaca) dapat mengetahui kekurangan yang ada dalam tesis ini.

Demikian harapan saya, dan kepada Allah SWT jualah saya berserah diri.

Malang, 21 Januari 2012

(21)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………... i

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI ……….. ii

HALAMAN PENGESAHAN ………. iii

SURAT PERNYATAAN ………... Iv MOTTO ……….. V KATA PENGANTAR ……… Vi PERSEMBAHAN ………... viii

ABSTRAK ……….. Ix DAFTAR ISI ………... Xi DAFTAR TABEL ………... xiii

DAFTAR GRAFIK ………. Xiv BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan ………... 1

1.2 Rumusan Permasalahan ………. 11

1.3 Tujuan Penelitian ………... 12

1.4 Manfaat Penelitian ………. 12

BAB II : TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Kerangka Pikiran ………... 13

2.2 Teori-teori yang Digunakan ………. 14

2.2.1 Konsumsi ………. 14

2.2.2 Budaya Konsumen ……….. 16

2.2.3 Masyarakat Konsumsi ………. 17

2.2.4 Gaya Hidup ………. 18

2.2.5 Tanda dan Identitas ………. 24

2.3 Penelitian Terdahulu ………. 26

2.3.1 Aspek Simbolisme pada Telepon Genggam ………... 26

(22)

2.3.3 Pengaruh HP terhadap Perilaku Siswa ……… 30

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Perspektif Penelitian ………... 33

3.2 Lokasi Penelitian ………... 34

3.3 Teknik Pengumpulan Data ……… 35

3.4 Unit Analisis, Kriteria dan Teknik Penetapan Jumlah Informan ……….. 39

3.5 Strategi Pengumpulan Data ………... 39

3.6 Teknik Analisis Data ………. 42

3.7 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ………... 43

BAB IV : PENYAJIAN HASIL PENELITIAN 4.1 Data Lokasi Penelitian ……….. 45

4.1.1 Kabupaten Bondowoso ………... 45

BAB V : PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 5.1 Telepon Genggam dan Nilai Guna ……… 59

5.2 Nilai Simbolik (Gaya Hidup) ……… 68

5.3 Identitas dalam Telepon Genggam ……… 77

BAB VI : KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ……… 81

6.2 Implikasi ……… 82

6.3 Saran ……….. 83

DAFTAR PUSTAKA ………. 84

(23)

DAFTAR GRAFIK

(24)

DAFTAR TABEL

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

A Yasraf Piliang (2002) Aspek-aspek Seni Visual Indonesia, Yogyakarta: Yayasan Seni Cemeti.

Albertus Widjojo (2009) Uang mengalir gara-gara handphone, diakses 31 Oktober 2011 dari http://www.forumiklan.com.

Alvina Betsy (2008) Perang Tarif Operator Ponsel, Masyarakat Untung, diakses 31 Oktober 2011 dari http://apulsa.wordpress.com/2008/03/27/perang-tarif-operator-ponsel-masyarakat-untung/.

Anton Widyanto (2009) Sepatu, Batik and Mass Consumption, diakses 31 Oktober 2011 dari http://learningforum. blogspot.com/2009/01/sepatu-batik-dan-mass-consumption.html.

Arief Furchan (1992) Pengantar Metoda Penelitian Kualitatif: Suatu Pendekatan Fenomenologis Terhadap Ilmu-ilmu Sosial, Surabaya: Usaha Nasional. Atik Triratnawati (2003). Aspek Simbolisme Handphone, Yogyakarta: Jurnal

Humaniora.

Bagus Takwin (2006) Resistensi Gaya hidup: Teori dan Realitas, Yogyakarta: Jalasutra.

Baikoeni Elfitra (2008) Telaah Kritis Konsumerisme Masyarakat ditengah Ancaman Meluasnya Kemiskinan, diakses 31 Oktober 2011 dari http://Elfitra.multipy.com.

Barnard, Malcom (1996) Fashion Sebagai Komunikasi, Yogyakarta: Jalasutra. Baudrillard, Jean P (2004) Masyarakat Konsumsi, Yogyakarta: Kreasi Wacana. Berger, Arthur Asa (2005) Tanda-tanda dalam Kebudayaan Kontemporer, Suatu

Pengantar Semiotika, Yogyakarta: Tiara Wacana.

Bre Redana (1997) Ectasy Gaya Hidup: Kebudayaan Pop Dalam Masyarakat Komoditas Indonesia.Bandung: Mizan.

Burhan Bungin (2003) Analisis Data Penelitian Kualitatif, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

(26)

Chaney, David (1996) Lifestyles Sebuah Pengantar Komprehensif, Yogyakarta: Jalasutra.

Dedy Mulyana (2006) Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Donny Gahral Adian (2006) Resistensi Gaya hidup: Teori dan Realitas, Yogyakarta: Jalasutra.

Firman Nugraha (2012) Jumlah Pelanggan Seluler di Indonesia Hampir Mendekati Jumlah Penduduk Indonesia, diakses 31 Januari 2012 dari http://www.teknojurnal.com/2012/01/18/jumlah-pelanggan-seluler-di-indonesia-hampir-mendekati-jumlah-penduduk-indonesia

______________ (2011) Perkembangan Pasar Handphone di Indonesia Dari Tahun 2005 Hingga 2010, diakses 31 Januari 2012 dari : http://www.teknojurnal.com/2011/03/03/perkembangan-pasar-handphone-di-indonesia-dari-tahun-2005-hingga-2010/

Featherstone, Mike (2001) Posmodernisme dan Budaya Konsumen, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hamidi (2005) Metode Penelitian Kualitatif, Malang: UMM Press.

Husnul Arifin (2009) Koneksi Internet Menggunakan HP. Yogyakarta: Mediakom.

Jacob T. & Etty Indriati (2001) Tahun-tahun yang Sulit: Mari Mencintai Indonesia, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Jonru (2008) Gaya Hidup: Buku vs Handphone, diakses 31 Oktober 2011 dari http://www.jonru.net/gaya-hidupbuku- vs-handphone.

Jasmine Nirmala F (2007) Aspek Interaksionisme Simbolik pada Handphone. Universitas Muhammadiyah Surakarta

Kamanto Sunarto (2000) Pengantar Sosiologi, Jakarta: FE UI.

Koentjaraningrat (1985) Beberapa Pokok Antropologi Sosial, Yogyakarta: Dian Rakyat.

______________ (2000) Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: PT. Rineka Cipta. Kris Budiman (2002) Di Depan Kotak Ajaib: Menonton Telvisi Sebagai Praktik

Konsumsi,Yogyakarta: Galang Press.

(27)

Margaret M. Poloma (2000) Sosiologi Kontemporer, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Miles, Matthew & Huberman, A. Michael (1992) Analisis Data Kualitatif, Jakarta: UI Press.

Moloeng, Lexy J (2005) Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Muhammad Tamim (2007) Belajar dengan Memanfaatkan Ponsel, diakses 31 Oktober 2011 dari http://mtamim.wordpress.com/2007/07/10/141/.

Nurani Soyomukti (2008) Dari Demonstrasi hingga Seks Bebas: Mahasiswa di Era Kapitalisme dan Hedonisme, Bandung: Garasi.

Ritzer, George (2003) Teori Sosial Postmodern, Yogyakarta: Kreasi Wacana. Soerjono Soekanto (1980) Seri Pengenalan Sosiologi 2: George Simmel, Jakarta:

Rajawali Pers.

Soeprapto Riyadi (2001) Interaksionisme Simbolik, Perspektif Sosiologi Modern, Yogyakata: Pustaka Pelajar.

Spradley, James P (2007) Metode Etnografi, Yogyakarta: Tiara Wacana.

Sugiyono (2005) Metode Penellitian Kuantitatif Kualitatif, Bandung: CV. Alfabeta.

Susanto A.B (2001) Potret-Potret Gaya Hidup Metropolis, Jakarta: Gramedia. Sutopo, H.B (2002) Metodologi Penelitian Kualitatif, Surakarta : UNS Press. Sutrisna (2006) Canggih: Pengetahuan Sosial Ekonomi, Klaten: Gema Nusa. Warnia Nengsih Sikumbang (2009) Menu Perubahan Baru Era Komputasi tanpa

Batas dalam kehidupan Culural masyarakat, diakses 31 Oktober 2011 dari http:// www.riauinfo. com/ main/ news. hp?c=13&id =8799.

Non Buku

Http://id.wikipedia.org/wiki/Konsumsi. Diakses pada tanggal 31 Oktober 2011

Gambar

Tabel 1 :  Konsumen Telepon Genggam di Indonesia Berdasarkan Umur

Referensi

Dokumen terkait

Kurangnya pengontrolan dan tidak adanya evaluasi maka hal ini disimpulkan bahwa belum sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit yang ditetapkan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di tiga area di kawasan Gunung Ungaran dapat disimpulkan bahwa, di Gunung Ungaran area yang memiliki keanekaragaman

Tesis berjudul “KAJIAN KINERJA PERANSERTA PETANI PEMAKAI AIR DALAM UPAYA PENINGKATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI NOKAN RAMA AGUNG KABUPATEN BENGKULU UTARA ”

Hasil analisis LQ diperoleh bahwa perikanan darat merupakan komoditi unggulan di Kabupaten Muna, dengan arah pengembangan komiditi rumput laut dan budidaya

Hasil observasi, siswa di SMA MAN Model 1 Manado sudah banyak menggunakan telepon genggam dalam situasi belajar atau istirahat, dalam situasi belajar banyak

[r]

yang dilakukan oleh (Teja, Cipta, & C-, 2018) dari hasil penelitian tersebut optimasi dengan menggunakan Particle Swarm Optimization (PSO) dapat mengatasi

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka akan dilakukan penelitian dengan judul Pengaruh Kesadaran Merek, Kepercayaan Merek, dan Persepsi