EKSISTENSI KESENIAN KUDA LUMPING
(Studi Pada Komunitas Kuda Lumping Bawono Langgeng di Dsn. Dawung,Ds. Pagerwojo, Kec. Kesamben Kab. Blitar)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Malang
Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Sosial
Disusun Oleh :
Prisma Hastian
201210310311028
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Prisma Hastian
Tempat, Tanggal Lahir : Blitar, 8 Mei 1994
NIN : 20121031031102
Jurusan : Sosiologi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Menyatakan bahwa Karya Ilmiah/Skripsi saya yang berjudul Eksistensi
Kesenian Kuda Lumping (Studi Pada Komunitas Kuda Lumping Bawono Langgeng
di Dusun Dawung, Desa Pagerwojo, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar) bukan
merupakan karya tulis orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam
bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Apabila
pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi akademis sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Malang, 27 April 2016
Yang Menyatakan,
vi LEMBAR PERSEMBAHAN
Syukur alkhamdulillah penulis curahkan kepada Allah SWT, dengan
Rahmat-Nya yang telah mengabulkan segala do’a, sehingga memberikan jalan dan kelancaran kepada penulis dalam menyelesaikan penyusunan tugas skripsi ini.
Penulis persembahkan hasil karya ini untuk orang-orang yang tidak pernah berhenti
memberikan supportnya, baik secara moril maupun materil.
Terimakasih kepada :
Kedua orang tua tercinta. Bapak Harsi dan Ibu Rina yang telah memberikan doa,
semangat dan membimbing serta menghantarkan penulis sampai pada titik ini.
Tanpa mereka, penulis bukan siapa-siapa dan tidak berarti apapun
Untuk adikku tercinta, Prisca Siona yang selalu menjadi obat dan penghibur
dikala kakaknya merasa lelah dan penat karena berbagai kesibukan
Untuk Nenekku terkasih. Mbah Mesilah, Alm. Djokasemo, Alm. Kakung Suyud
dan Alm. Mbah Uti Sumilah. Doa dan harapan bagi cucumu ini, akan selalu
teringat dan menjadi motovasi sampai kapanpun
Untuk seluruh keluarga besar di Blitar, Srengat dan Padang, terimakasih atas
doanya
Untuk Jivita Dwi Cahyani, terimakasih telah menjadi orang terdekat yang setia
menemani dan memberi motivasi
Untuk para sahabat-sahabatku, keluarga besar Jekate Utas, Anak Buah Samsuri
(ABS), Pesmaba Agus Salim, P2KK Ibnu Khaldun, KKN 122 dan keluarga
Cemara Puspa Indah
Terimakasih untuk teman-teman Sosiologi 2012
Terimakasih untuk teman-teman organisasi HMJ
Terimakasih untuk LP3A, khususnya Mbak Dwi dan Lika
Terimakasih untuk para penggemar dan follower
Terimakasih untuk semua yang telah berjasa menemani, memotivasi, membantu
MOTTO HIDUP
Be Your Self and Do The Besat!!!!!
(Jadilah Dirimu Sendiri dan Lakukanlah yang Terbaik)
viii KATA PENGANTAR
Segala Puji dan syukur alkhamdulillah atas kehadirat Allah SWT, atas segala
kebesaran dan kemurahan-Nya yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi yang berjudul “Eksistensi
Kesenian Kuda Lumping (Studi Pada Komunitas Kuda lumping Bawono Langgeng
di Dusun Dawung, Desa Pagerwojo, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar)” tepat waktu sebagai salah satu persyaratan untuk menempuh gelar Sarjana (SI) Sosiologi.
Skripsi ini merupakan program akademik di Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang. Skripsi tersebut
diprogram oleh mahasiswa semester untuk digunakan sebagai salah satu syarat
kelulusan dan mendapatkan gelar sarjana Sosiologi. Skripsi memiliki berbagai
manfaat yang bisa diambil oleh mahasiswa atau pembaca lainnya, karena skripsi juga
bisa menjadi bahan referensi. Melalui skripsi tersebut, penulis dapat
mengimplementasikan ilmu yang diperoleh melalui kuliah kepada masyarakat atau
saat melakukan penelitian di lapangan.
Penulisan skripsi ini, tentunya masih banyak kekurangan dan masih jauh dari
kata sempurna, baik dari sisi materi atau isi, sistematika penulisan, redaksional, dan
bahasa yang digunakan. Hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan yang
dimiliki oleh penulis. Proses penyusunan laporan skripsi ini, penulis banyak
mendapatkan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, peneliti
ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada :
1. Drs. Fauzan, M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang
2. Dr. Asep Nurjaman, M.Si selaku Dekan FISIP UMM
4. Prof. Dr. Jabal Tarik Ibrahim, M.Si selaku dosen pembimbing I yang dengan
sabar dan sifat kebapakan dalam membimbing penulis. Beliau dengan sabar
memberikan masukan dan saran setiap kali bimbingan. Sungguh beruntung bagi
penulis
5. Luluk Dwi Kumalasari, M.Si selaku dosen pembimbing II yang selalu bersedia
menyempatkan waktunya untuk mempbimbing mahasiswa khususnya penulis
sendiri. Sebagai pembimbing II, perannya sangat luar biasa dalam membimbing,
mengarahkan dan mnyarankan penulis dari awal penentuan judul sampai di titik
akhir ini
6. Dr. Wahyudi Winaryo, M.Si selaku dosen wali yang selalu menjadi orang tua
yang setia menghibur dan asyik jika diajak berbincang. Beliau juga menjadi salah
satu dosen yang selalu memberikan motivasi kepada penulis
7. Dra. Tutik Sulistyowati, M.Si selaku dosen Sosiologi yang sudah penulis anggap
sebagai keluarga sendiri, karena berasal dari daerah yang sama dan selalu
menjadi salah satu dosen yang tidak pernah lelah menasehati dan mengarahkan
anak didiknya supaya lebih baik
8. Serta kepada orang tua, kakek-nenek, keluarga, sahabat-sahabat, dan semuanya
yang telah memberikan semangat kepada penulis
9. Semoga segala amal kebaikan yang telah tercurahkan, senantiasa diketahui,
dicatat dan dibalas dengan pahala yang setimpal dari Allah SWT. Pada akhirnya
penulis berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi setiap pembacanya.
Malang, 27 April 2016
x DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ... iii
BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... iv
LEMBAR PERNYATAAN ... v
2. Kesenian Kuda Lumping ... 7
2.1Kesenian ... 7
2.2Kuda Lumping ... 8
1. Pendekatan Penelitian ... 9
2. Lokasi Penelitian ... 11
3. Subyek Penelitian... 11
4. Teknik Penentuan Informan ... 11
5. Sumber Data... 12
6. Teknik Pengumpulan Data ... 13
7. Teknik Analisa Data ... 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 18
2.1 Kajian Pustaka ... 18
2.1.1 Penelitian terdahulu ... 18
2.1.2 Tinjauan Pustaka ... 23
1. Bentuk Pertunjukan Kesenian Kuda Lumping ... 23
2. Fungsi Kesenian Kuda Lumping ... 28
3. Ancaman dan Upaya Mempertahankan/Pelestarian... 30
4. Eksistensi Kesenian Kuda Lumping ... 33
5. Komunitas dan Nilai-Nilai dalam Kesenian Kuda Lumping ... 34
6. Kesenian Tradisional Kuda Lumping ... 37
2.2 Landasan Teori (Funsionalisme Struktural) ... 40
BAB III DESKRIPSI LOKASI ... 45
3.1 Gambaran Umum ... 45
3.2 Keadaan Demografi Kabupaten Blitar ... 46
3.3 Administrasi Pemerintahan ... 48
3.4 Letak Geografis ... 48
3.5 Kondisi Iklim dan Tofografi ... 50
3.6 Visi dan Misi Kabupaten Blitar Tahun 2016-2021 ... 50
3.7 Deskripsi Desa Pagewojo ... 54
xii
3.7.2 Demografi ... 55
3.7.3 Letak Geografis ... 57
3.7.4 Pendidikan ... 59
3.7.5 Kesehatan ... 60
3.7.6 Keadaan Sosial ... 61
3.7.7 Keadaan Ekonomi ... 63
3.7.8 Kondisi Pemerintahan Desa ... 64
3.8 Fungsi dalam Penggunaan Kesenian Kuda Lumping Bawono Langgeng . 68 3.9 Sejarah Kesenian Kuda Lumping Bawono Langgeng ... 74
3.10 Perjalanan Seni Komunitas Kuda Lumping Bawono Langgeng... 79
3.11 Struktur Komunitas Kuda Lumping Bawono Langgeng ... 84
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA ... 87
4.1 Penyajian Data ... 87
4.2 Gambaran Informan ... 88
4.3 Analisa Data ... 90
4.3.1 Kesenian Kuda Lumping di Blitar ... 90
4.3.2 Kesenian Kuda Lumping di Desa Pagerwojo ... 92
4.4 Peran Subyek di dalam Komunitas Kuda Lumping Bawono Langgeng ... 94
4.5 Ancaman Terhadap Eksistensi Kesenian Kuda Lumping BL ... 107
4.5.1 Faktor Internal ... 108
4.5.2 Faktor Eksternal ... 110
4.6 Upaya Komunitas Bawono Langgeng ... 113
4.6.2 Melakukan Promosi ... 119
4.6.3 Regenerasi Anggota ... 119
4.6.4 Membangun Jaringan Sosial ... 121
4.7 Eksistensi Dikaji Menggunakan Teori Struktural Fungsional (Parsons) ... 126
4.8 Eksistensi Kesenian KL Dikaji Menggunakan Konsep AGIL ... 128
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 136
5.1 Kesimpulan ... 136
5.2 Saran ... 137
xiv DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data Jumlah Penduduk-per Kecamatan ... 46
Tabel 2. Data Pejabat Kepala Desa Pagerwojo ... 55
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia Tahun 2013... 56
Tabel 4. Tamatan Sekolah Masyarakat Tahun 2013 ... 59
Tabel 5. Data Mata Pencaharian dan Jumlahnya Tahun 2013 ... 63
Tabel 6. Nama Pejabat Pemerintah Desa Pagerwojo ... 64
Tabel 7. Nama Badan Permusyawaratan Desa Pagerwojo ... 65
Tabel 8. Nama-nama LPMD Desa Pagerwojo ... 65
Tabel 9. Pengurus Karangtaruna Desa Pagerwojo ... 66
Tabel 10. TimPenggerak PKK Desa Pagerwojo ... 67
Tabel 11. Data Key-informan ... 89
Tabel 12. Data informan ... 89
Tabel 13 . Pertunjukan kuda lumping ... 118
Tabel 14. Anggota muda di komunitas Bawono Langgeng ... 120
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Pemerintah Kabupaten Blitar ... 53
Gambar 2. Peta Georgrafis Desa Pagerwojo ... 58
Gambar 3. Wawancara dengan Ibu Surati... 72
Gambar 4. Wawancara dengan ketua komunitas Bawono Langgeng ... 75
Gambar 5. Foto bersama dengan ketua Komunitas Bawono Langgeng ... 78
Gambar 6. Struktur Komunitas Bawono Langgeng ... 86
Gambar 7. Pertunjukan Tari atau Jaranan Tulungagungan ... 98
Gambar 8. Salah satu properti kuda lumping Bawono Langgeng ... 98
Gambar 9. Salah seorang penari kuda lumping Bawono Langgeng ... 99
Gambar 10. Properti Celengan yang menyerupai hewan babi hutan ... 99
Gambar 11. Foto Barongan Bawono Langgeng ... 100
Gambar 12. Foto persiapan menjelang pertunjukan ... 103
Gambar 13. Pemain musik pada pertunjukan kuda lumping ... 104
Gambar 14. Alat musik tradisional pengiring pertunjukan kuda lumping ... 105
Gambar 15. Foto wawancara dengan perangkat desa Pagerwojo ... 123
xx DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku :
Basrowi. 2005. Pengantar Sosiologi. Bogor: Ghalia Indonesia
Dick Hartoko. 1983. Manusia Dan Seni. Yogyakarta: Kanisius
I Gede Pitana, Putu G. Gayatri. 2005.Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Andi Offset
Indra Yunita Setyorini.Kesenian Kuda Lumping Ditinjau Dari Perspektif
Norma-Norma Masyarakat.Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,
Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan. Universitas Negeri Malang
Lexy J Moleong, 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi Aksara
Nasution, 1988. Metode Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito
Nazir, 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Parson, Tsalcott. 1951. The Social System. Glencoe,I11.: Free Press
Poloma, Margaret. 2010. Sosiologi Kontemporer. Jakarta : Rajawali Pers
Pujileksono Sugeng. 2009. Pengantar Antropologi. Malang : UMM Press
Puspitawati, Herien. 2009. Teori struktural fungsional dan aplikasinya
dalamkehidupan keluarga. Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen,
Fakultas Ekologi Manusia, IPB Bogor
Ritzer, George. Dan Goodman, Douglas J. 2008. Teori sosiologi, dari teori sosiologi klasik sampai perkembangan mutakhir teori sosial modern. Yogyakarta: Kreasi Wacana
Ritzer, george Douglas J. Goodman. 2012. Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Kencana
Soetrisman, dkk. 2003. Direktori Seni Tradisi Jawa Tengah. Dewan Kesenian Jawa Tengah
Soekamto , Soerjono. 2013. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Sugiyono. 2008.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kkualitatif. Bandung : Alfabeta
Toby, Jackson, 1977. Parsons Theory of Societal Evolution. Halaman 1-23 dalam Tsalcott Parsons (Ed), The Evolution of Societies Englewood Cliffs, N.J. : rentice-Hall, Inc
Y. Eni Lestari Rahayu dkk.Deskripsi Tari Anggrek Puro, Yogyakarta: Departemen Pendidikan da Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Proyek Pembinaan Kesenian Propinsi Daerah Istemewa Yogyakarta, 1994/1995
Skripsi :
Khutniah Nainul. 2013. Upaya Mempertahankan Eksistensi Tari Kridha Jati di Sanggar Hayu Budaya Kelurahan Pengkol Kec. Jepara, Kab. Jepara.
Jurusan Pendidikan Seni Drama, Tari dan Musik Fak. Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Sulistiyanto Agus. 2012. Nilai-Nilai dalam Kesenian Kuda Lumping Turonggo Seto di Desa Medayu, Kec. Suruh, Kab. Semarang. Jurusan Tarbiyah Prodi Pendidikan Agama Islam Negeri Salatiga. Semarang.
Zulviana T. Rahayu. 2014. Eksisten Kesenian Kuda Lumping di Daerah Alang Lawas Jotong Parak Lubang Kenagarian Tanjung Gadang Kec. Lareh Sago Halaban.Program Studi Pendidikan Sendratasik FBS Universitas Negeri Padang. Padang.
Roni Listiawan. 2009. Makna Estetika Kesenian Kuda Lumping.Jurusan Aqidah dan Filsafat Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.Yogyakarta.
Internet :
http://kaghoo.blogspot.co.id/2011/11/teori-sistem.html. Diakses pada 16 Februari 2016,Pukul23.00 WIB
http://senitarikudalumping.blogspot.co.id/2015/07/perkembangan-seni-tari-kuda-lumping.html. Diakses pada 11 Februari 2016, Pukul 13.00 WIB
http://spiritqolbi.blogspot.com/2013/01/kesenian-jaranan.html. Diakses pada 27 Februari 2016, Pukul 14.00 WIB
http://m.liputan6.com/citizen6/read/822783/silakupang-dari-pemalang-kesenian-rakyat-di-tepi-zaman. Diakses pada 28 Februari 2016, Pukul 10.00 WIB
http://www.timesindonesia.co.id/baca/117792/20160212/215136/jaranan-dor-seni-kuda-lumping-tanpa-gemerlap-dan-make-up/. Diakses pada 28 Februari 2016, Pukul 10.00 WIB.
http://citizen6.liputan6.com/read/2156339/8-warisan-budaya-indonesia-yang-pernah-diklaim-malaysia. Diakses pada 28 Februari 2016, Pukul 10.00 WIB.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kajian tentang globalisasi memang tidak pernah sepi dibahas dalam setiap
kesempatan diskusi.Persoalannya yang kompleks, membuatnya identik, bahkan
menjadi frasa yang melengkapi istilah modernisasi.Semua bangsa dan masyarakat di
dunia ini senantiasa terlibat dalam proses modernisasi, meskipun kecepatan dan arah
perubahannya berbeda-beda antar masyarakat satu dengan masyarakat yang
lainya.1Perkembangan yang begitu cepat pada era globalisasi ini, memudahkan
semua budaya-budaya yang ada di dunia masuk ke setiap negara lainnya termasuk
Indonesia. Menurut Koentjaraningrat, budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang
hidup dalam alam pikiran sebagian besar masyarakat mengenai hal-hal yang mereka
anggap amat mulia. Sistem nilai yang ada di dalam suatu masyarakat dijadikan
orientasi dan rujukan dalam bertindak.2
Remaja Indonesia saat ini mulai kesulitan untuk memaknai pentingnya arti
warisan budaya, khususnya kesenian tradisional yang kita miliki. Memaknai sesuatu
tersebut lebih penting dari pada kita hanya berbicara atau berkampanye tentang
bagaimana menjaga kesenian tersebut. Seringkali masyarakat Indonesia juga
terlambat dalam bertindak, ketika apa yang kita miliki mulai diklaim oleh bangsa
lain, kita baru menyadari arti penting warisan budaya atau kesenian yang harus
benar-benar dijaga seutuhnya. Perbedaan pandangan yang terdapat pada mind atau
pikiran setiap individu dalam memaknai arti pentingnya warisan budaya, membuat
semakin pudarnya sikap remaja dalam memaknai arti penting sebuah aset bangsa.
1
Basrowi. 2005. Pengantar Sosiologi. Bogor: Ghalia Indonesia. Hlm. 170 2
Remaja atau generasi muda yang diharapkan dapat meneruskan atau menjaga
suatu kekayaan negara, lambat laun mulai melupakannya. Terdapat suatu pemikiran
yang sering kita dengar bahwa apa yang kita miliki ini merupakan suatu yang sudah
tertinggal atau hal yang “jadul” untuk dipelajari khususnya para remaja Indonesia. Inilah suatu masalah yang harus dihadapi bangsa Indonesia, yaitu terjadi disfungsi
peran pemuda dalam melestarikan dan menjaga kebudayaan Indonesia.
Ancaman-ancaman terhadap lenyapnya budaya tradisional tidak akan terjadi
apabila di setiap daerah terdapat suatu komunitas ataupun kelompok yang masih
mempertahankan dan mempelajari budaya tersebut. Inilah yang tengah dilakukan
oleh komunitas kesenian “Kuda Lumping Bawono Langgeng” yang berada di Dusun Dawung, Desa Pagerwojo, Kec. Kesamben, Kab. Blitar. Komunitas ini mencoba
mempertahankan budaya tradisional, khususnya kesenian tari tradisional kuda
lumping.
Tahun 1992 di Desa Pagerwojo terdapat dua komunitas kesenian kuda
lumping yang telah berdiri lebih dahulu jika dibandingkan dengan komunitas
Bawono Langgeng. Komunitas ini juga mengusung semangat melestarikan kesenian
tradisional kuda lumping, dengan lahirnya komunitas Bawono Langgeng, maka
menambah kekayaan komunitas kesenian yang dimiliki oleh Desa Pagerwojo.Ketiga
komunitas ini bersaing dengan sehat untuk menunjukkan eksistensi mereka dalam
melestarikan kesenian tradisional kuda lumping. Namun menjadi permasalahan
ketika komunitas yang telah berdiri lebih tua justru berguguran dan memilih bubar,
hal tersebut diakibatkan oleh berbagai hal, seperti faktor internal dan eksternal
komunitas.Sehingga, kini hanya menyisakan satu komunitas Bawono Langgeng yang
sampai sekarang masih eksis dalam melestarikan kesenian kuda lumping di Desa
3
Komunitas kesenian ini, beranggotakan para seniman muda sampai tua, yang
memiliki kepedulian terhadap kesenian tradisional, khususnya kesenian kuda
lumping. Menjaga kelestarian dan memajukan serta mewariskan kesenian tradisional
khususnya kuda lumping ini kepada generasi muda adalah harapan dari komunitas
ini. Oleh karenanya, pendekatan seni yang dilakukan menggunakan media
tradisional dan dikolaborasikan denganmedia modern, khusunya pada gamelan dan
koreografi atau gerakan tarinya. Hal tersebut merupakan salah satu cara agar
kesenian ini tidak dimaknai sebagai kesenian yang ketinggalan zaman dan mampu
beradaptasi dengan unsur lain yang lebih modern.
Komunitas kesenian kuda lumping Bawono Langgeng menjadi salah satu
kelompok seni yang ikut terdampak atas berjalannya waktu dan pergeseran budaya,
sehingga mengakibatkan komunitas ini sering mengalami vakum atau menghentikan
berbagai aktivitas seninya.Bawono Langgeng merupakan satu-satunya komunitas
yang tersisa di Desa Pagerwojo, bukan tidak mungkin jika suatu saat nanti komunitas
ini juga berpotensi bubar. Oleh sebab itu, komunitas ini berupaya tetap eksis
meskipun dengan berbagai ancaman yang datang seperti perkembangan teknologi
dan pilihan hiburan di masyarakat yang jauh lebih bervariasi.
Tahun 2013, komunitas ini hidup dan menitih perjalanan seninya
kembali.Sebelumnya peneliti telah berkesempatan untuk berbincang langsung
dengan pimpinan dari komunitas keseniankuda lumping Bawono Langgeng
ini.Peneliti menanyakan alasan mengapa komunitas seni ini dihidupkan kembali.Dan
berikut petikan jawaban dari Bapak Mesdi (Pimpinan Komunitas).
“Ya begitulah Mas, Kesenian kuda lumping ini sengaja dihidupkan kembali
atas prakarsa dari berbagai pecinta seni Mas, termasuk aktor-aktor lama, ya Mbah-mbah mu itu,ya dorongan dari masyarakat serta dukungan dari pemerintah Desa setempat.Ya,harapannya,kehadiran kesenian ini membawa
dibandingkan dengan sebelumnya Mas.Dalam tampilan yang baru ini, sengaja ditambahkan nuansa yang lebih modern dan visi yang lebih jelas Mas.Yakni, berkomitmen menjaga dan melestarikan eksistensi kesenian “Kuda Lumping Bawono Langgeng” terus menjadikannya sarana rekreasi bagi masyarakat.”
Petikan wawancara tersebut, menggambarkan kepedulian dan rasa cinta yang
besar terhadap kesenian tradisional. Ada unsur rekreasi atau hiburan bagi
masyarakat, merupakan hal baru dalam komunitas ini, karena sebelumnya, hal ini
tidak pernah ada dalam komunitas kesenian tradisional kuda lumping Bawono
Langgeng.Rekreasi atau pariwisata adalah fenomena kemasyarakatan, yang
menyangkut manusia, masyarakat, kelompok, organisasi, kebudayaan dan
sebagainya, yang merupakan obyek kajian sosiologi.3Melihat unsur sistem yang ada
begitu kompleks, maka visi yang dibuat oleh komunitas ini tentunya juga didukung
oleh masyarakat dan pemerintah desa setempat.Sehingga sistem yang terbangun
selama ini mampu menjalankan fungsi dan mengakomodir tujuan dari komunitas ini
dengan cukup baik.
Komunitas kesenian kuda lumping Bawono Langgeng merupakan sistem
yang ada dalam sistem sosial masyarakat.Sistem tersebut didalamnya terdapat
struktur dan fungsi masing-masing, sama halnya dengan yang ada pada sistem sosial
yang lebih luas, namun diantara keduanya memilki tujuan yang berbeda.Komunitas
seni memilki tujuan yang jauh lebih spesifik sedangkan sistem sosial masyarakat
tentunya memiliki tujuan dan fungsi yang lebih luas dan kompleks.
Komunitas seni ini telah bersinergi dan menjalin kerjasama yang baik dengan
masyarakat dan pemerintah DesaPagerwojo. Pada awal didirikan kembali, komunitas
seni ini gencar melakukan promosi dan menggelar pementasan di berbagai tempat,
3
5
hal tersebut sebagai upaya komunitas untuk mengenalkan kesenian kuda lumping ini
kepada masyarakat luas agar tetap eksis dan menjadikannya sebagai sarana rekreasi
yang bisa dinikmati oleh masyarakat lokal maupun luar daerah.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti ingin mengetahui bagaimana eksistensi
kesenian kuda lumping di Dusun Dawung, Desa Pagerwojo, Kecamatan Kesamben,
Kabupaten Blitar dan bagaimana upaya komunitas dalam melestarikan dan
mempertahankan eksistensi kesenian kuda lumping tersebut. Fenomena ini akan
dikaji, dideskripsikan dan dianalisis secara sosiologis. Pada dasarnya teori sosiologi
memang tidak bisa dilepaskan dari nilai yang terkandung dalam kehidupan
masyarakat secara nyata. Dengan demikian diharapkan nantinya akan memunculkan
sebuah wacana atau konsep maupun teori baru yang dapat memberikan solusi,
kontribusi dan saran dari analisis yang sudah dilakukan oleh peneliti mengenai
fenomena yang telah diangkat.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan gambaran tersebut, rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini
adalahBagaimana eksistensi kesenian Kuda Lumping Bawono Langgeng di Dusun
Dawung?
1.3Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian
ini adalah untuk mendekripsikan eksistensi kesenian Kuda Lumping Bawono
Langgeng di Dusun Dawung.(Upaya komunitas Bawono Langgeng dalam
1.4ManfaatPenelitian
1. Secara Teoritis
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pengembangan
ilmu pengetahuan terutama dalam bidang Sosiologi, khususnya mengenai teori
fungsionalisme struktural dan implementasinya melalui konsep atau fungsi AGIL
yang dilihat dari perpektif komunitas kesenian Bawono Langgeng sebagai sistem
dalam melestarikan dan mempertahankan eksistensi kesenian kuda lumping.
2. Secara Praktis
a. Dapat menambah referensi bagi peneliti dan mahasiswa yang akan
meneliti dengan tema yang sama.
b. Mampu mengidentifikasi dan menganalisa masalah–masalah yang selama ini sering terjadi dan menyebabkan kesenian kuda lumping Bawono
Langgeng ini sering vakum.
c. Mampu memberikan solusi dan saran kepada Komunitas Kesenian kuda
lumping Bawono Langgeng agar tetap eksis dan tetap mempertahankan
nilai-nilai dalam kesenian kuda lumping sebagai kesenian tradisional.
1.5Definisi Konsep
1. Eksistensi
Menurut Martinus Eksistensi adalah hal, hasil tindakan, keadaan, kehidupan
semua yang ada.Eksistensi yang dimaksud adalah keberadaan sesuatu yang ada
dalam kehidupan.Unsur dari eksistensi tersebut meliputi lahir, berkembang dan
mati.4 Sedangkan menurut Save M. Dagun, kata eksistensi berasal dari kata latin
4
Khutniah Nainul. 2013. Upaya Mempertahankan Eksistensi Tari Kridha Jati di Sanggar Hayu
7
existere yang artinya muncul, ada, timbul, memiliki keberadaan aktual. Existere
disusun dari ex yang artinya keluar dan sistere yang artinya tampil atau muncul.
Terdapat beberapa pengertian tentang eksistensi yang dijelaskan menjadi 4
pengertian.Pertama, eksistensi adalah apa yang ada.Kedua, eksistensi adalah apa
yang memiliki aktualitas.Ketiga, eksistensi adalah segala sesuatu yang dialami dan
menekankan bahwa sesuatu itu ada. Keempat, eksistensi adalah
kesempurnaan.5Pengertian yang dimaksud dalam judul penulisan ini adalah sebuah
usaha yang dilakukan oleh sebuah komunitas seni dalam memperoleh kedudukan
yang benar-benar tetap ada. Dan keberadaan atau posisinyasebagai wujud upaya
dalam mempertahankan apa yang menjadi harapan dari sebuah komunitas
keseniankuda lumping Bawono Langgeng.
2. Kesenian Kuda Lumping
2.1 Kesenian
Kesenian berasal dari kata dasar seni (art) yang berarti penggunaan imajinasi
dan kreatifitas manusia dalam menerangkan, memahami dan menikmati kehidupan.
Kesenian merupakan salah satu cara manusia memandang dunianya. Pandangan
dunia dapat diartikan sebagai konsepsi yang eksplisit, suatu masyarakat atau individu
tentang batas-batas serta tata kerja dunia seseorang.6 Kesenian merupakan hasil
karya manusia. Dari sudut pandang yang lain, cara kesenian sebagai ekspresi hasrat
manusia akan keindahan, maka terdapat beberapa ruang lingkup kesenian yang
bersifat universal. Koentjaraningrat membagi kesenian dalam dua lapangan besar,
yaitu (1) seni rupa, atau kesenian yangdinikmati oleh manusia dengan mata, dan (2)
5
Ibid. Hlm. 7 6
seni suara, atau kesenian yang dinikmati manusia dengan telinga. Seni yang
merupakan gabungan dari seni rupa dan seni suara adalah seni tari.7
Kesenian adalah manifestasi keindahan manusia yang diungkapkan melalui
penciptaan suatu karya seni. Seni lahir bersama dengan kelahiran manusia.
Keduanya erat berhubungan dan tidak bisa dipisahkan. Dimana ada manusia disitu
ada kesenian. Faktanya, kesenian merupakan bagian dari kehidupan manusia yang
tidak terpisahkan,karena kesenian sebagai pembentuk peradaban manusia, kesenian
sebagai kebutuhan hidup, kesenian untuk kebahagiaan. Secara historis
perkembangan zaman boleh saja mengalami perubahan yang dahsyat namun, peran
kesenian tidak akan pernah berubah dalam tatanan kehidupan manusia. Sebab,
melalui media kesenian, makna harkat menjadi citra manusia berbudaya semakin
jelas dan nyata.8
2.2 Kuda Lumping
Kuda lumping merupakan properti kesenian tari yang berbentuk kuda,
biasanya terbuat dari bambu yang dianyam, dicat serta dihiasi dengan kain sehingga
menyerupai kuda. Kesenian Kuda Lumping ini juga identik dengan hal mistis,
dimana para pemain atau penari kuda lumping bisa kesurupan, karena kemasukan
roh, maka tindakan pemain bisa diluar kendali seperti memakan beling, mengupas
kelapa tanpa alat bantu, sehingga permainan kuda lumping selalu dikendalikan oleh
seorang pawang yang bisa menyembuhkan para pemain yang kerasukan tersebut.9
Kuda lumping juga disebut jaran kepang atau jathilan.Kesenian ini
merupakan tarian tradisional Jawa yang menampilkan sekelompok prajurit tengah
7
Ibid. Hlm. 103 8
Sulismadi dan Ahmad Sofani. 2011.Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.Malang : UMM Press. Hlm. 90
9
9
menunggang kuda. Tarian ini menggunakan kuda yang terbuat dari bambu atau
bahan lainnya yang di anyam dan dipotong menyerupai bentuk kuda, dengan dihiasi
rambut tiruan dari tali plastik atau sejenisnya yang di gelung atau di kepang.
Anyaman kuda ini dihias dengan cat dan kain beraneka warna. Tarian kuda lumping
biasanya menampilkan adegan prajurit berkuda yang menari dengan atraktif, akan
tetapi beberapa penampilan kuda lumping juga menyuguhkan atraksi kesurupan,
kekebalan, dan kekuatan magis, seperti atraksi memakan beling dan kekebalan tubuh
terhadap deraan pecut (cambuk) atau benda-benda tajam lainnya.
Kesenian kuda lumping menggambarkan kisah seorang pasukan pemuda
cantik bergelar Jathil penunggang kuda putih berambut emas, berekor emas, serta
memiliki sayap emas yang membantu pertempuran kerajaan bantarangin melawan
pasukan penunggang babi hutan dari kerajaan lodaya pada serial legenda reog abad
ke 8.
Terlepas dari asal usul dan nilai historisnya, kesenian tari kuda lumping
merefleksikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran sebuah pasukan berkuda
atau kavaleri. Hal ini terlihat dari gerakan-gerakan ritmis, dinamis, dan agresif,
melalui kibasan anyaman bambu, menirukan gerakan layaknya seekor kuda di
tengah peperangan.
1.6 Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif,
karena dalam penelitian ini berusaha menelaah fenomena sosial khususnya fenomena
tentang eksistensi kesenian Kuda Lumping. Selain itu penelitian kualitatif sebagai
orang-orang dan perilaku yang diamati.10 Penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah
mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha
memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya.11
Metode yang digunakan dalam penulisan dan penelitian ini menggunakan
metode kualitatif deskriptif.Metode kualitatif deskriptif adalah suatu proses
penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki
suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada penelitian ini, peneliti membuat
suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terperinci dari pandangan
informan, dan melakukan studi pada situasi yang alami. Metodologi kualitatif
merupakan prosedur yang menghasilkan data desktiptif berupa kata-kata tertulis
maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif
digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang tersembunyi,
untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan
kebenaran data dan meneliti sejarah perkembangan.12
Deskriptif kualitatif merupakan motode dalam meneliti status sekelompok
manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas
peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk
membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta yang ada.13Oleh sebab itu, peneliti ingin mengkaji fenomena eksistensi
kesenian kuda lumpingdengan fokus studi pada komunitas kesenian Kuda Lumping
di Dusun Dawung, Desa Pagerwojo, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar.
10
Moleong, 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hlm. 3
11
Nasution, 1988. Metode Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Hlm. 5 12
Moleong, 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hlm. 3
13
11
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat di mana peneliti melihat keadaan yang
sebenarnya dari objek yang diteliti. Yaitu, berada di Dsn. Dawung, Desa Pegerwojo,
Kec. Kesamben, Kab. Blitar. Alasan peneliti memilih lokasi penelitian tersebut
karena peneliti melihat bahwa komunitas kesenian kuda lumping ini cukup unik,
komunitas ini menjadi satu-satunya komunitas kesenian tradisional kuda lumping
yang sampai sekarang tetap eksis di Desa Pagerwojo.
3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian yang digunakan peneliti adalah anggota dari komunitas
kesenian Kuda Lumping Bawono Langgeng yang memahami sebuah fenomena
sosial tentang eksistensi kesenian kuda lumping serta secara langsung terlibat dalam
penyelenggaran dan aktivitas kesenian ini. Diantaranya, Ketua Komunitas, pengurus
dan anggota. Serta beberapa informan yang terdiri dari pemerintah DesaPagerwojo
dan juga masyarakat setempat, dengan jumlahinforman atau narasumber sebanyak 10
orang.
4. Teknik Penentuan Informan
Penelitian ini menggunakan teknik purposive untuk menentukan
informan.Teknik purposive yaitu teknik penentuan informan dengan pertimbangan
tertentu. Teknik ini bisa diartikan sebagai suatu proses penentuan informan dengan
menentukan terlebih dahulu jumlah informan yang hendak diambil, kemudian
pemilihan informan dilakukan dengan berdasarkan tujuan-tujuan dan karakteristik
tertentu, asalkan tidak menyimpang dari ciri-ciri informan yang ditetapkan.14Dalam
penentuan informan, peneliti membaginya kedalam 2 bagian.Yakni, key informan
14
atau informan kunci, yakni orang yang dianggap paling memahami kondisi
komunitas, atau obyek yang diteliti dan juga informan yang menurut peneliti mampu
mendukung kelengkapan data yang dibutuhkan.
Dengan demikian karakter atau ciri – ciri keyinforman yang digunakan peneliti untuk memperoleh data yang peneliti butuhkan adalah sebagai berikut :
1. Ketua Komunitas Kesenian Kuda Lumping Bawono Langgeng
2. Pelaku seni dan sekaligus pengurus komunitas kesenian kuda lumping yang
berjumlah 2 orang
3. Anggota yang termasuk penari dan pemusik yang berjumlah 2 orang
Serta untuk mendukung kelengkapan data yang dibutuhkan oleh peneliti, maka
peneliti juga mewawancarai :
1. PemerintahDesaPegerwojo (Kepala Urusan Peerintahan)
2. Masyarakat setempat yang biasanya ikut mendukung acara pagelaran kesenian
kuda lumping Bawono Langgeng yang berjumlah 2 orang
5. Sumber Data
a. Data Primer
Data Primer merupakan data penelitian yang diperoleh secara langsung dari
sumber asli (tidak melalui perantara). Data primer dapat diperoleh dari sumber yang
asli dan dikumpulkan secara khusus untuk menjawab penelitian. Data Primer didapat
dengan melakukan observasi dan wawancara pada komunitas kesenian kuda lumping
Bawono Langgeng secara langsung.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti
13
buku, skripsi, jurnal, dan media internet. Data sekunder juga berupa foto-foto yang
dihasilkan sendiri dengan kamera. Foto-foto tersebut terkait dengan aktifitas
komunitas kesenian kuda lumping. Yakni, latihan rutin yang selama ini telah
terjadwal, wawancara dengan informan, dan pementasan kuda lumping.
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Observasi
Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya
mengukur sikap dari informan (wawancara) namun juga dapat digunakan untuk
merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini digunakan
bila penelitian ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja,
gejala-gejala alam dll.
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini ialah mengamati lokasi
penelitian, aktivitas bekerja, komunikasi dan perilaku antar anggota komunitas, dan
juga masyarakat yang datang untuk melihat atau menonton sesi latihan atau waktu
pementasan kesenian kuda lumping.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (Interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu15. Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam
15
suatu topik tertentu.16 Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya
atau pewawancara dengan si penjawab atau informan dengan menggunakan alat
yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).
Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini ialah mewawancarai ketua
komunitas kesenian kuda lumping Bawono Langgeng, pengurus, dan anggota.Serta
untuk mendukung kelengkapan data, maka peneliti juga akan mewawancarai
aparatur Desa dan masyarakat setempat. Wawancara yang dilakukan oleh peneliti
difokuskan pada pembahasan, untuk mendukung hasil yang sesuai dengan rumusan
masalah yang telah dibuat.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dokumentasi yang berbentuk tulisan misalnya cacatan harian, sejarah kehidupan
(life histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk
gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam
penelitian kualitatif.
Dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini ialah mendokumentasikan
momen seperti saat peneliti melakukan wawancara dengan informan, aktivitas
komunitas kesenian kuda lumping Bawono Langgeng, draft atau catatan – catatan penting selama bekerja di lapangan, serta data-data dari komunitas yang mendukung
penyusunan laporan penelitian.
16
15
Pengumpulan Data Penyajian Data
Penarikan Kesimpulan dan
verifikasi data Reduksi Data
7. Teknik Analisa Data
Proses analisa data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari
berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam
catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan lain
sebagainya17. Teknik analisa data dalam penelitian dilakukan dengan model
interaktif, yaitu dimulai dari lapangan atau fakta empiris yang diperoleh dengan cara
terjun ke lapangan. Teknik analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi melalui cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan
kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, mengklasifikasikan
hal-hal penting yang di pelajari, serta membuat kesimpulan yang mudah dipahami
oleh peneliti ataupun pembaca.
Komponen dalam analisis data (interactive model).18
17
Ibid. Hlm. 190 18
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data diperoleh melalui observasi pada komunitas kesenian
kuda lumping Bawono Langgeng yang menggambarkan adanya upaya dalam
mempertahankan eksistensi kesenian Kuda Lumping sebagai kesenian
tradisional. Data ini berupa data sekunder yang berupa foto-foto serta
pengamatan terhadap aktifitas komunitas kesenian Kuda Lumping ini.
2. Reduksi Data
Pada tahap ini dilakukan pemilihan tentang relevansi atau tidaknya data
dengan tujuan penelitian. Pada tahap ini, analisis data dilakukan dengan
mengumpulkan data dari wawancara dan dokumentasi yang merupakan hasil
turun lapangan. Data masih berupa bahan mentah yang harus diringkas,
disusun lebih sistematis serta ditonjolkan pokok – pokok yang penting sehingga lebih mudah dikendalikan. Peneliti menggolongkan hasil penelitian
sesuai sub permasalahan yang sudah dijabarkan pada rumusan masalah.
Penjabaran tersebut dikelompokkan sesuai dengan fokus penelitian yang
terdapat pada rumusan masalah, yakni tentang bagaimana eksistensi kesenian
kuda lumping dengan fokus studi pada komunitas Bawono Langgeng.
3. Penyajian Data
Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti dengan cara hasil dari reduksi data yang
telah dilakukan. Pada tahap ini juga peneliti berupaya mengklasifikasikan dan
menyajikan data sesuai dengan pokok permasalahan yang diawali dengan
pengkodean pada setiap subpokok permasalahan secara mendetail. Peneliti
17
wawancara, observasi maupun dokumentasi terhadap komunitas kesenian
kuda lumping Bawono Langgeng. Sesuai dengan tanda-tanda yang telah
dibuat sejak awal untuk memudahkan proses pengklasifikasian data.
4. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Data
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang
sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau
gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap
sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau
interaktif, hipotesis atau teori.19 Penarikan kesimpulan dilakukan dengan cara
membandingkan kesesuaian pernyataan dari subyek penelitian dengan makna
yang terkandung dengan konsep – konsep dasar dalam penelitian tersebut. Verivikasi Data dimaksudkan agar penilaian tentang kesesuaian data dengan
maksud yang terkandung dalam konsep – konsep dasar dalam penelitian tersebut lebih tepat dan obyektif. Oleh sebab itu, data dari lapangan harus
disesuaikan atau diverivikasi dengan konsep dasar penelitian atau rumusan
masalah yang telah ditentukan. Atau dengan kata lain, Kesimpulan yang ada
dapat menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan sejak awal.
19