• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PEMERINTAHAN KELURAHAN DALAM PENGELOLAAN BANTUAN STIMULAN MELALUI PROGRAM BEDAH RUMAH DI KOTA BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PEMERINTAHAN KELURAHAN DALAM PENGELOLAAN BANTUAN STIMULAN MELALUI PROGRAM BEDAH RUMAH DI KOTA BANDAR LAMPUNG"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Berdasarkan Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 06 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya, pemerintah melalui Kementerian Perumahan Rakyat menggulirkan Bantuan Hibah Dana yang diberi nama Bantuan Stimulan Masyarakat Berpenghasilan Rendah. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Bandar Lampung melalui Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan menjalankan program bedah rumah dengan mengeluarkan Peraturan Walikota Nomor 17 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Kegiatan Pengendalian dan Monitoring Bedah Rumah Kota Bandar Lampung. Permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah peran Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan dalam pengelolaan bantuan stimulan melalui program bedah rumah di Kota Bandar Lampung? (2) Faktor-faktor apakah yang menjadi penghambat Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan dalam pengelolaan bantuan stimulan melalui program bedah rumah di Kota Bandar Lampung?

(2)

Disarankan Pemerintah Kota Bandar Lampung melakukan pengawasan pengelolaan bantuan stimulan, dan juga harus membuat program bantuan lain yang dapat membantu Masyarakat Berpenghasilan Rendah atau Masyarakat Kurang Mampu sehingga warga masyarakat yang belum atau tidak mendapatkan bantuan bedah rumah tetap mendapatkan bantuan.

(3)

ROLE OF COMMUNITY AND GOVERNMENT AGENCY VILLAGE IN Guidelines Stimulants Help Housing Organization, the government through the Ministry of Housing rolling Grant Assistance Fund named Stimulants Help Low Income Communities. Therefore, the Government of Bandar Lampung through Community Empowerment Board and the Village Government run surgical programs with Mayor issued Regulation No. 72 Year 2010 on Duties, Functions and Working Procedures Community Empowerment Board of Bandar Lampung. Problems in this study were: (1) How is the role of Community Empowerment Board and Village Government in the management of stimulant assistance through surgical program in Bandar Lampung? (2) What factors inhibiting the Community Empowerment Board and Village Government in the management of surgical stimulus assistance through the house in Bandar Lampung?

This legal research using normative and empirical legal research. Source of data in this study are primary data and secondary data.

Based on this study it: (1) In carrying out the stimulant assistance through the house renovation program Community Empowerment Board and Village Government Bandar Lampung role as team identification, verification, monitoring, coordination, and reporting team. (2) Factors inhibiting the Community Empowerment Board and Village Government in the city of Bandar Lampung surgical program is the land where the house belonging to the prospective beneficiaries stand is not a land of their own, many people complain that not received surgical aid, the misuse of funds surgical assistance.

Suggested Government Bandar Lampung stimulant aid management oversight, and also have to make other assistance programs that can help low-income people or society Underprivileged so that citizens who have not or do not get help surgical still get help.

(4)

PERAN BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

DAN PEMERINTAHAN KELURAHAN DALAM

PENGELOLAAN BANTUAN STIMULAN

MELALUI PROGRAM BEDAH RUMAH

DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

AGUS SUTEJO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Agus Sutejo dilahirkan di Bandar Lampung 01 Agustus 1992, yang merupakan anak kelima dari lima bersaudara pasangan Bapak Samuji dan Ibu Seni Wati.

Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 01 Sukamenanti Kelurahan Sukamenanti Kecamatan Kedaton Bandar Lampung pada Tahun 2004, penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 22 Bandar Lampung pada Tahun 2007 dan Sekolah Menengah Atas Bina Mulya Bandar Lampung pada Tahun 2010.

(8)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan hidayahNYA, maka dengan ketulusan dan kerendahan hati serta setiap perjuangan, do’a dan jerih payahku, aku persembahkan sebuah karya ini kepada :

BAPAK DAN IBU

yang selalu kuhormati, kubanggakan, kusayangi, dan kucintai sebagai rasa baktiku kepada kalian

Terima kasih untuk setiap pengorbanan kesabaran, kasih sayang yang tulus serta do’a demi keberhasilanku selama ini

Untuk para kakak-kakakku yang selalu kubanggakan dan senantiasa menemani saat-saat aku membutuhkan bantuan.

Seluruh keluarga besarku yang selalu memberikan motivasi dan dukungan dalam bentuk apapun

Teman-teman seperjuangan selama masa kuliah yang telah banyak membantu selama masa kuliah

Para dosen pembimbingku, terima kasih untuk bantuan dan dukungannya dalam pembuatan skripsi ini.

(9)

MOTO

“Demi Masa, sesungguhnya manusia dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh dan saling berwasiat dengan kebenaran dan saling berwasiat dengan

kesabaran”

(Al-Qur’an Surat Al’Ashr ayat 1-3)

“Diantara kebahagiaan seorang muslim ialah mempunyai tetangga yang shalih, rumah yang luas, dan kendaraan yang meriangkan”

(10)

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan pertolonganNYA penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang penulis alami dalam proses pengerjaan, namun penulis berhasil menyelesaikan dengan baik. Skripsi ini sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung dengan judul : PERAN BADAN

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PEMERINTAHAN

KELURAHAN DALAM PENGELOLAAN BANTUAN STIMULAN MELALUI PROGRAM BEDAH RUMAH DI KOTA BANDAR LAMPUNG.

Penulis menyadari selesainya skripsi ini tidak terlepas dari partisipasi, bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung.

(11)

5. Bapak Elman Eddy Patra, S.H., M.H., selaku Pembahas Pertama yang telah memberikan masukan guna perbaikan skripsi ini.

6. Ibu Marlia Eka Putri, S.H., M.H., selaku Pembahas Kedua yang telah banyak memberikan kritikan, koreksi dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini. 7. Bapak Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum., selaku Pembimbing Akademik

selama penulis menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung. 8. Bapak Ramlan Amron, S.H., M.H., selaku sekertaris Badan Pemberdayaan

Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan Kota Bandar Lampung, Bapak Martoni Sani selaku Kasubbag. Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Bandar Lampung, Maryadi, S.H., M.H., selaku Subbidang Pemberdayaan Sarana dan Prasarana Masyarakat Kelurahan Bandar Lampung yang telah meluangkan waktu untuk melakukan wawancara demi penelitian skripsi ini.

9. Para Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang tidak bisa disebutkan satu persatu, atas bimbingan dan pengajarannya selama penulis menjadi mahasiswa serta seluruh staf dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah membantu penulis dalam proses akademik dan kemahasiswaan atas bantuan selama penyusunan skripsi.

10. Kedua orang tuaku yang selalu menjadi inspirasi memberikan dukungan baik materil maupun pemikiran serta selalu mendukung tingkah laku dan tindakanku.

(12)

12. Sahabat-sahabat seperjuanganku: Aldi Setiawan, Beni Yulianto, Deswandi Ahda, Satrio Nurhadi yang selalu menemani dan memberikan motivasi serta semangat. Guys, you are totally awesome girls! I believe, we will be successful in our future.

13. Teman-temanku Arifin, Amin Waliyudin, Aminullah, Bramantya Aribowo, Mardotilah terimakasih atas motivasi dan semangat bersama-sama dalam menyelesaikan skripsi.

14. Seseorang yang selalu memberikan semangat yang luar biasa dalam bentuk apapun yaitu kekasihku, terima kasih telah meluangkan waktu dan fikiran.

Sincerely,I’m lucky to have you.

15. Keluarga besar FOSSI dan lain-lain serta teman-teman FH Unila 2011 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungan, doa dan semangat yang diberikan untukku.

Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi agama, masyarakat, bangsa dan negara, para mahasiswa, akademisi, serta pihak-pihak lain yang membutuhkan terutama bagi penulis. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.

Bandar Lampung, 22 April 2015

Penulis,

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

BAB I. PENDAHULUAN ...1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 7

1.3.Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ... 7

1.3.1. Tujuan Penelitian ... 7

1.3.2. Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...9

2.1.Tinjauan Mengenai Peran ... 9

2.2.Tinjauan Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman ... 10

2.2.1. Pengertian Perumahan dan Kawasan Permukiman ... 10

2.2.2. Tinjauan Tentang Asas Dalam Perumahan dan Kawasan Permukiman ... 12

2.2.3. Tujuan dan Manfaat Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman ... 16

2.2.4. Dasar Hukum Adanya Perumahan dan Kawasan Permukiman ... 17

2.2.5. Tugas dan Wewenang Pemerintah Dalam Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman ... 22

2.2.6. Pembangunan Perumahan Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) ... 27

2.2.7. Prinsip-Prinsip Program Kegiatan Bedah Rumah ... 31

BAB III. METODE PENELITIAN ...34

3.1.Pendekatan Masalah ... 34

3.2.Sumber Data ... 35

3.3.Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 38

3.3.1.Metode Pengumpulan Data ... 38

3.3.2.Metode Pengolahan Data ... 39

3.4. Analisis Data ... 40

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...41

4.1.Gambaran Umum Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan Kota Bandar Lampung (BPMPK) ... 41

(14)

4.2.1. Persiapan Pelaksanaan Program Bedah Rumah di Kota Bandar

Lampung ...45

4.2.2. Penyaluran Dana Bantuan Program Bedah Rumah di Kota Bandar Lampung ...56

4.2.3. Pelaporan Hasil Kegiatan Program Bedah Rumah di Kota Bandar Lampung ...64

4.3. Faktor-Faktor Yang Menjadi Penghambat Badan Pemberdayaan Masyarakat Dan Pemerintahan Kelurahan (BPMPK) Dalam Pengelolaan Bantuan Stimulan Melalui Program Bedah Rumah di Kota Bandar Lampung ... 74

BAB V. PENUTUP ...77

5.1.Kesimpulan ... 77

5.2.Saran ... 78

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 BAB XA tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 28 H dijelaskan bahwa tempat tinggal dan lingkungan yang layak adalah hak bagi setiap orang. Karena setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Undang-Undang Nomor 01 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman menyebutkan bahwa rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.

Saat ini jumlah masyarakat berpenghasilan rendah di Indonesia masih cukup besar, yang menyebabkan banyak tempat tinggal warga yang masuk kategori Rumah Tidak Layak Huni (RTLH). Berdasarkan Pendataan yang dilakukan jumlah rumah tidak layak huni di Indonesia mencapai 2,3 juta rumah. Keadaannya rusak ringan hingga berat. Untuk daerah daerah di Indonesia jumlah rumah tidak layak huni sebarannya merata.1

1

(16)

2

Hal ini disebabkan karena adanya faktor ledakan penduduk, baru dalam beberapa dasawarsa yang terakhir ini menimbulkan masalah-masalah yang diusahakan penyelesaiannya, masalah-masalah tersebut diantaranya adalah adanya masyarakat berpenghasilan rendah dan adanya pemukiman kumuh serta rumah tidak layak huni dibeberapa daerah, untuk itu perlu adanya penyelesaian, antara lain dengan mempergunakan sarana hukum.

Faktor lain adalah faktor keterjangkauan daya beli masyarakat, dalam hal ini pemerintah seharusnya mampu ikut memecahkan masalah keterjangkauan daya beli masyarakat untuk memiliki rumah yang layak huni.

Dari segi pemerintahan, pemerintah dianggap dan dipandang tidak cakap dan tidak peduli dalam menangani pelayanan terhadap masyarakat. Sementara pada dampak sosial, dimana sebagian masyarakat kumuh adalah masyarakat berpenghasilan rendah dengan kemampuan ekonomi menengah kebawah dan dianggap sebagai sumber ketidakteraturan dan ketidakpatuhan terhadap norma-norma sosial, dan dari segi sosial dari pemukiman kumuh cenderung terjadinya perilaku menyimpang ini juga diperkuat oleh pola kehidupan kota yang acapkali bertentangan dengan nilai-nilai moral dan norma-norma sosial dalam masyarakat.2

Berdasarkan Pasal 13, Undang-Undang Nomor 01 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman pemerintah Pusat berperan melaksanakan pembinaan, dan mempunyai tugas diantaranya adalah memfasilitasi penyediaan perumahan dan pemukiman bagi masyarakat, terutama bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Selain pemerintah pusat, pemerintah

2

Nani Soewondo, “Hukum dan Kependudukan di Indonesia”, Bandung : Offset Angkasa, 1982,

(17)

kabupaten/kota dalam melaksanakan pembinaan juga mempunyai tugas diantaranya adalah melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota, melaksanakan peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan pemukiman pada tingkat kabupaten/kota, mengalokasikan dana dan/atau biaya pembangunan untuk mendukung terwujudnya perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah. Dapat diartikan Masyarakat Berekonomi Rendah (MKM) adalah masyarakat dengan penghasilan rata-rata Rp. 1.000.000-Rp. 1.500.000 per bulan.3

Berdasarkan Pasal 1, Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 06 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya, masyarakat berpenghasilan rendah yang selanjutnya disingkat Masyarakat Berpenghasilan Rendah adalah masyarakat yang mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu mendapat dukungan pemerintah untuk memperoleh rumah layak huni.

Bertambahnya penduduk, sedangkan lahan yang tersedia sangat terbatas, maka pembangunan rumah dan perbaikan rumah memerlukan biaya yang cukup besar. Pembanguan rumah atau perbaikan rumah tidak dapat dilakukan oleh setiap orang karena keterbatasan ekonomi, sehingga tidak semua orang, khususnya warga yang berekonomi lemah, mampu memperbaiki rumahnya.

Untuk mengatasi permasalahan rumah masyarakat berpenghasilan rendah tersebut Pemerintah melalui Kementerian Perumahan Rakyat melakukan perbaikan rumah melalui program rumah swadaya. Kementerian Perumahan Rakyat menggulirkan

3

(18)

4

Program pro Rakyat berupa Bantuan Hibah Dana yang diberi nama Bantuan Stimulan Untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah. Program ini bertujuan, untuk membantu masyarakat kurang mampu. Masyarakat yang mendapatkan program ini adalah masyarakat yang tingkat ekonominya rendah.

Daerah provinsi/kabupaten kota yang akan mendapatkan dana bantuan program bedah rumah dari Kementerian Perumahan Rakyat harus menyediakan dana pendamping yang didapat dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah, dana pendamping tersebut dimaksudkan untuk mengetahui keseriusan pemerintah daerah dalam program bedah rumah serta mendukung upaya pemerintah pusat terhadap program bedah rumah. Program bantuan bedah rumah adalah program yang digagas oleh pemerintah pusat sebagai program pemberdayaan masyarakat.

Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan Kota Bandar Lampung Zainul Bahri menjelaskan, untuk mendapatkan bantuan ini, kandidat rumah yang akan diperbaiki harus diusulkan oleh lurah setempat, lalu tim dari Pemkot Bandar Lampung akan melakukan survei ke rumah yang diusulkan tersebut. Kegiatan peningkatan kualitas perumahan ini menggunakan sejumlah dana, untuk program bantuan bedah rumah didanai sepenuhnya dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kota Bandar Lampung melalui Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan dan Kelurahan.4

Menurut Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan (BPMPK) Kota Bandar Lampung Drs. Zainul Bahri, program bedah rumah yang

4

(19)

dimulai sejak tahun 2011 ini terus mengalami peningkatan sehingga diharapkan pengentasan kemiskinan di Kota Bandar Lampung dapat semakin cepat tercapai.

Pada tahun 2011 dianggarkan dana sebesarRp 1 Milyar untuk 200 unit rumah tidak layak huni, di tahun 2012 dianggarkan Rp 2,25 Milyar untuk 150 unit rumah tidak layak huni, dan di tahun 2013 serta di tahun 2014 dianggarkan Rp 3 Milyar untuk 200 unit rumah tidak layak huni, sehingga total sudah 750 unit rumah tidak layak huni telah mendapatkan bantuan dengan total anggaran sebesar Rp 9,25 Milyar.

Disampaikan pula bahwa melalui program bedah rumah ini diharapkan tujuan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan di bidang sosial dan budaya serta upaya mendorong swadaya masyarakat untuk dapat berperan aktif dalam pembangunan dan peningkatan kesejahteraan dapat dicapai.5

Harapannya kedepan Kota Bandar Lampung, tidak ada lagi warga yang mempunyai rumah tidak layak huni. Pihak Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan menjelaskan bahwa, meskipun program bedah rumah terdapat faktor penghambat tetapi, pihak Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan mempunyai solusi untuk menangani faktor penghambat tersebut. Diharapkan Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan dan Kelurahan (BPMPK) selaku leading sektor program ini untuk dapat melakukan

5

(20)

6

verifikasi secara tepat, akurat, dan cermat agar penggunaan dana bantuan ini dapat bermanfaat.6

Sehubungan dengan itu upaya pembangunan perumahan dan pemukiman terus ditingkatkan untuk menyediakan perumahan dengan jumlah yang makin meningkat, dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat terutama golongan yang berpenghasilan rendah dan dengan tetap memperhatikan persyaratan, minimum bagi perumahan dan permukiman yang layak, sehat, aman dan serasi.7 Berdasarkan Pasal 3, Undang-Undang Nomor 01 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman di sebutkan, Perumahan dan kawasan permukiman juga diselenggarakan untuk mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran penduduk yang proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian dan kawasan permukiman sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan, terutama bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah, selain itu juga untuk menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman serasi, teratur, terencana, terpadu, dan berkelanjutan.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Peran Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan Dalam Pengelolaan Bantuan Stimulan Melalui Program Bedah Rumah Di Kota Bandar Lampung

Andi Hamzah, “Dasar-Dasar Hukum Perumahan”, Jakarta : PT. Rineka Cipta, Cetakan kedua

(21)

1.2 Perumusan Masalah dan Ruang Lingkup

1.2.1 Permasalahan

Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimanakah Peran Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan dan Kelurahan Dalam Pengelolaan Bantuan Stimulan Melalui Program Bedah Rumah di Kota Bandar Lampung?

b. Faktor-Faktor Apakah Yang Menjadi Penghambat Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan dan Kelurahan Dalam Pengelolaan Bantuan Stimulan Melalui Program Bedah Rumah di Kota Bandar Lampung?

1.2.2 Ruang Lingkup

Ruang Lingkup penelitian ini meliputi lingkup bidang ilmu dan lingkup pembahasan. Lingkup bidang ilmu berkenaan dengan Hukum Perumahan. Lingkup pembahasan Peran Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan dan Kelurahan Dalam Pengelolaan bantuan Stimulan Melalui Program bedah Rumah Di Kota Bandar Lampung.

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

(22)

8

a. Untuk mengetahui secara jelas bagaimana peran Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan dan Kelurahan dalam pengelolaan bantuan Stimulan melalui program bedah rumah di Kota bandar Lampung.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penghambat Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan dan Kelurahan dalam pengelolaan bantuan Stimulan melalui program bedah rumah di Kota Bandar lampung.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan wawasan pemahaman dibidang Hukum Perumahan dalam hal mengenai peran Badan Pemberdayaan masyarakat Pemerintahan dan Kelurahan dalam pengelolaan bantuan Stimulan melalui program bedah rumah di Kota Bandar Lampung.

b. Kegunaan Praktis

(23)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Mengenai Peran

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun informal. Peran didasarkan pada preskripsi (ketentuan) dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan-harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut.

Peran pemerintah dalam kancah perekonomian modern, dapat dipilih dan ditelaah menjadi empat macam kelompok peran, yaitu:

1. Peran Alokatif, yaitu: peran pemerintah dalam mengalokasikan sumber daya ekonomi yang ada agar pemanfaatannya bisa optimal dan mendukung efisiensi produksi.

2. Peran Distributif, yaitu: peran pemerintah dalam mendistribusikan sumber daya, kesempatan dan hasil-hasil ekonomi secara adil dan wajar.

(24)

10

4. Peran Dinamisatif, yaitu: peran pemerintah dalam menggerakkan proses pembangunan ekonomi agar lebih cepat tumbuh, berkembang, dan maju.1

2.2 Tinjauan Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

2.2.1 Pengertian Perumahan dan Kawasan Permukiman

Berdasarkan Ketentuan Umum Pasal 1 Undang-Undang Nomor 01 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman disebutkan bahwa:

Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.

Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian-bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun pedesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.

Kawasan Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman,

1Dumairy, “

(25)

pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan.

Rumah sebagai bangunan merupakan bagian dari suatu permukiman yang utuh, dan tidak semata-mata merupakan tempat bernaung untuk melindungi diri dari segala bahaya, gangguan, dan pengaruh fisik belaka, melainkan juga merupakan tempat tinggal, tempat beristirahat setelah menjalani perjuangan hidup sehari-hari.2

Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.3 Permukiman adalah suatu tempat bermukim manusia untuk menunjukkan suatu tujuan tertentu. Apabila dikaji dari segi makna, permukiman berasal dari terjemahan kata settlements yang mengandung pengertian suatu proses bermukim. Permukiman memiliki 2 (dua) arti yang berbeda:

1. Isi, yaitu menunjuk pada manusia sebagai penghuni maupun masyarakat di

Suparno Sastra M. Dan Endi Marlina, “Perencanaan dan Pengembangan Perumahan”, Jakarta:

Rajawali Press, 2006, hlm 29. 4

(26)

12

2.2.2 Tinjauan Tentang Asas Dalam Perumahan dan Kawasan Permukiman

a. Pengertian Asas

Asas merupakan sebuah aturan dasar atau merupakan prinsip hukum yang masih bersifat abstrak. Dapat pula dikatakan bahwa asas hukum merupakan dasar yang melatarbelakangi suatu peraturan yang bersifat kongrit dan bagaimana hukum itu dapat dilaksanakan.

b. Macam-Macam Asas

1. Asas Desentralisasi adalah penyerahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengurusi urusan rumah tangganya sendiri berdasarkan prakarsa dan aspirasi dari rakyatnya dalam kerangka Negara kesatuan Republik Indonesia.

2. Asas Dekonsentrasi adalah asas yang diartikan sebagai pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat atau kepala wilayah atau kepala instansi vertikal tingkat yang lebih tinggi kepada pejabat-pejabat di daerah.

3. Asas Otonomi daerah dan Tugas Pembantuan adalah pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten dan daerah kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.5

(27)

c. Asas Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman

Berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, perumahan dan kawasan permukiman diselenggarakan dengan berasaskan pada :

a. Kesejahteraan

b. Keadilan dan pemerataan c. Kenasionalan

d. Keefesienan dan kemanfaatan e. Keterjangkauan dan kemudahan f. Kemandirian dan kebersamaan g. Kemitraan

h. Keserasian dan keseimbangan i. Keterpaduan

j. Kesehatan

k. Kelestarian dan keberlanjutan, dan

l. Keselamatan, keamanan, ketertiban, dan keteraturan

Berdasarkan Pasal 12 Undang-Undang Nomor 01 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan permukiman dijelaskan bahwa asas perumahan dan kawasan permukiman, meliputi:

(28)

14

2. Asas keadilan dan pemerataan adalah memberikan landasan agar hasil pembangunan dibidang perumahan dan kawasan pemukiman dapat dinikmati secara proporsional dan merata bagi seluruh rakyat.

3. Asas kenasionalan adalah memberikan landasan agar hak kepemilikan tanah hanya berlaku untuk warga negara Indonesia.

4. Asas keefisienan dan kemanfaatan adalah memberikan landasan agar penyelenggaraan perumahan dan kawasan pemukiman dilakukan dengan memaksimalkan potensi yang dimiliki berupa sumber daya tanah, teknologi rancang bangun, dan industri bahan bangunan yang sehat untuk memberikan keuntungan dan menfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat.

5. Asas keterjangkauan dan kemudahan adalah agar hasil pembangunan dibidang perumahan dan kawasan pemukiman dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

(29)

7. Asas kemitraan adalah memberikan landasan agar penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman dilakukan oleh pemerintah dan pemerintah daerah dengan melibatkan peran pelaku usaha dan masyarakat, dengan prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan yang dilakukan, baik langsung maupun tidak langsung.

8. Asas keserasian dan keseimbangan adalah agar pembangunan dilakukan dengan mewujudkan keserasian antara struktur ruang dan pola ruang.

9. Asas keterpaduan adalah memberikan landasan agar penyelenggaraan perumahan dan kawasan pemukiman dilaksanakan dengan memadukan kebijakan dalam perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, dan pengendalian, baik intra maupun antarinstansi serta sektor terkait dalam kesatuan yang bulat dan utuh, saling menunjang, dan saling mengisi.

10. Asas kesehatan adalah memberikan landasan agar pembangunan perumahan dan kawasan pemukiman memenuhi standar rumah sehat, syarat kesehatan lingkungan, dan perilaku hidup sehat.

(30)

16

12. Asas keselamatan, keamanan, ketertiban, dan keteraturan adalah memberikan landasan agar penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman memperhatikan masalah keselamatan dan keamanan bangunan beserta infrastrukturnya, keselamatan dan keamanan lingkungan dari berbagai ancaman yang membahayakan penghuninya, ketertiban administrasi, dan keteraturan dalam pemanfaatan perumahan dan kawasan permukiman.

2.2.3. Tujuan dan Manfaat Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman

a. Tujuan Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman

Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, perumahan dan kawasan permukiman diselenggarakan dengan tujuan:

a. Memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaran perumahan dan kawasan permukiman.

(31)

c. Meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi pembangunan perumahan dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan, baik di kawasan perkotaan maupun kawasan pedesaan.

d. Memberdayakan para pemangku kepentingan bidang pembangunan perumahan dan kawasan permukiman.

e. Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya, dan.

f. Menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, dan terancana, terpadu, dan berkelanjutan.

Berdasarkan Pasal 3 Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 72 Tahun 2010 Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan Kota bandar Lampung Mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang Pemberdayaan Masyarakat, dan Pemerintahan Kelurahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta Perundang-undangan yang berlaku.

(32)

18

Pemerintahan Kelurahan Kota Bandar Lampung akan merumuskan kembali mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari tahap verivikasi, pelaksanaan, hingga monitoring dan evaluasi. Melalui proses pembangunan partisifatip dan kemandirian masyarakat dapat ditumbuh kembangkan, terutama bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah/Masyarakat Kurang Mampu, sehingga mereka bukan sebagai obyek melainkan subyek upaya penanggulangan kemiskinan.

Berdasarkan Peraturan Walikota Kota Bandar Lampung Nomor 17 Tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Kegiatan Pengandalian dan Monitoring Bedah Rumah Kota Bandar Lampung BAB II, dijelaskan bahwa kegiatan bedah rumah di Kota Bandar lampung tahun 2014 berorientasi pada perencanaan yang komprehensif mulai dari proses penetapan Perencanaan, Usulan, Identifikasi dan Verifikasi terhadap Masyarakat Berpenghasilan Rendah/Masyarakat Kurang mampu di Kota Bandar Lampung, dengan strategi kebijakan pencapaian tujuan yang dituangkan dalam bentuk Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis kegiatan Pengendalian dan Monitoring Bedah Rumah Tahun 2015 dengan harapan mendapatkan peningkatan tempat tinggal yang layak huni dan sehat.

b. Manfaat Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman

Manfaat Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman, meliputi:

(33)

dasar manusia, sekaligus untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup, memberi arah pada pertumbuhan wilayah, memperluas lapangan kerja serta menggerakkan kegiatan ekonomi dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat.6

2.2.4 Dasar Hukum Adanya Perumahan dan Kawasan Permukiman

Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 BAB XA tentang Hak Asasi Manusia Pasal 28H di sebutkan bahwa, setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

Berdasarkan Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 01 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman disebutkan bahwa, setiap orang berhak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, yang merupakan kebutuhan dasar manusia, dan yang mempunyai peran yang sangat strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa sebagai salah satu upaya membangun manusia Indonesia seutuhnya, berjati diri, mandiri dan produktif.

Berdasarkan Pasal 19 Undang-Undang Nomor 01 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman disebutkan bahwa:

6

(34)

20

1. Penyelenggaraan rumah dan perumahan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia bagi peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat.

2. Penyelenggaraan rumah dan perumahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau setiap orang untuk menjamin hak setiap warga negara untuk menempati, menikmati, dan/atau memiliki rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman serasi, dan teratur.

Berdasarkan Pasal 20 Undang-Undang Nomor 01 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman disebutkan bahwa:

1. Penyelenggaraan perumahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 meliputi: a. Perencanaan Perumahan. b. Pembangunan Perumahan. c. Pengendalian Perumahan.

d. Pengendalian Perumahan. 2. Perumahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup rumah atau

perumahan beserta prasarana, sarana, dan utilitas umum. 3. Rumah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibedakan menurut jenis dan

bentuknya.

(35)

1. Jenis rumah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) dibedakan berdasarkan pelaku pembangunan dan penghunian yang meliputi:

a. Rumah komersial. b. Rumah umum. c. Rumah Swadaya. d. Rumah khusus. e. Rumah negara.

Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 06 Tahun 2013 dijelaskan maksud, tujuan, dan lingkup bantuan stimulan rumah swadaya adalah:

1. Maksud bantuan stimulan perumahan swadaya adalah untuk mendorong masyarakat berpenghasilan rendah membangun sendiri rumah yang tidak layak huni dan/atau lingkungan yang sehat serta aman.

2. Tujuan bantuan stimulan perumahan swadaya adalah terbangun rumah yang tidak layak huni dan/atau lingkungan yang sehat serta aman oleh masyarakat berpenghasilan rendah.

3. Lingkup bantuan stimulan perumahan swadaya: a. Pembangunan Baru atau Perbaikan Total. b. Peningkatan Kualitas, dan/atau, c. Pembangunan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum

(36)

22

Berdasarkan Pasal 19 Undang-Undang Nomor 01 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman disebutkan bahwa, penyelenggaraan rumah dan perumahan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia bagi peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat.

Pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya bertanggung jawab dalam perencanaan pengembangan lingkungan hunian perkotaan dan pedesaan, danpembangunan kembali lingkungan hunian perkotaan dan pedesaan.

Pembanguanan kawasan pemukiman harus mematuhi rencana dan izin pembangunan lingkungan hunian dan kegiatan pendukung.7

Pembangunan Perumahan meliputi: a. Pembangunan rumah dan prasarana, sarana, dan utilitas umum, dan/atau, b. Peningkatan kualitas perumahan.

Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 01 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman disebutkan bahwa, perumahan dan kawasan permukiman diselenggarakan untuk mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran penduduk yang proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian dan kawasan pemukiman sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan keseimbangan, terutama bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah.

7

(37)

Berdasarkan penjelasan umum Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman disebutkan bahwa, pemerintah perlu lebih berperan dalam menyediakan dan memberikan kemudahan dan bantuan perumahan dan kawasan permukiman bagi masyarakat melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman yang berbasis kawasan serta keswadayaan masyarakat sehingga merupakan satu kesatuan fungsional dalam wujud tata ruang fisik, kehidupan ekonomi, dan sosial budaya yang mampu menjamin kelestarian lingkungan hidup sejalan dengan semangat demokrasi, otonomi daerah, dan keterbukaan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Pasal 12 Undang-Undang Nomor 01 Tahun 2011 tentang perumahan dan Kawasan Permukiman, menyatakan bahwa:

1. Pemerintah dalam melaksanakan pembinaan penyelenggaraan perumahan dan kawasan pemukiman mempunyai tugas dan wewenang

2. Tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota

Pemerintah kabupaten/kota berdasarkan Pasal 15 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman dalam melaksanakan pembinaan mempunyai tugas:

(38)

24

b. Menyusun dan melaksanakan kebijakan daerah dengan berpedoman pada strategi nasional dan provinsi tentang pendayagunaan dan pemenfaatan hasil rekayasa teknologi dibidang perumahan dan kawasan permukiman.

c. Menyusun rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

d. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap pelaksanaan kebijakan kabupaten/kota dalam penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.

e. Melaksanakan pemanfaatan teknologi dan rancang bangun yang ramah lingkungan serta pemanfaatan industri bahan bangunan yang mengutamakan sumber daya dalam negeri dan kearifan lokal yang aman bagi kesehatan.

f. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program dibidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

g. Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota.

h. Melaksanakan peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

(39)

j. Melaksanakan kebijakan dan strategi daerah provinsi dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan nasional.

k. Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kawasan permukiman.

l. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi dibidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

m. Mengalokasikan dana dan/atau biaya pembangunan untuk mendukung terwujudnya perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah.

n. Memfasilitasi penyediaan perumahan dan permukiman bagi masyarakat, terutama bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah.

o. Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba, dan,

p. Memberikan pendampingan bagi orang perseorangan yang melakukan pembangunan rumah swadaya.

Pemerintah kabupaten/kota berdasarkan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 01 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman dalam melaksanakan pembinaan mempunyai wewenang:

(40)

26

b. Menysun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

c. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

d. Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

e. Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah.

f. Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah pada tingkat kabupaten/kota.

g. Memfasilitasi kerja sama pada tingkat kabupaten/kota antara pemerintah kabupaten/kota dan badan hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman.

h. Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota, dan,

(41)

2.2.6 Pembangunan Perumahan Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah Berdasarkan Pasal 1, Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 06 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya di sebutkan bahwa, masyarakat berpenghasilan rendah yang selanjutnya disingkat Masyarakat Berpenghasilan Rendah adalah masyarakat yang mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu mendapatkan dukungan pemerintah untuk memperoleh rumah yang layak huni.

Berdasarkan Pasal 54 Undang-Undang Nomor 01 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman disebutkan bahwa, kemudahan pembangunan dan perolehan rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah, antara lain:

1. Pemerintah wajib memenuhi kebutuhan rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah.

(42)

28

3. Kemudahan dan/atau bantuan pembangunan dan perolehan rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa:

a. Subsidi perolehan rumah.

b. Stimulan Rumah Swadaya.

c. Insentif perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang perpajakan.

d. Perizinan.

e. Asuransi dan penjaminan.

f. Penyediaan tanah.

g. Sertifikasi tanah, dan/atau.

h. Prasarana, sarana, dan utilitas umum.

a. Pengertian Rumah Swadaya

Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 01 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman disebutkan bahwa, Rumah Swadaya adalah rumah yang dibangun atas prakarsa dan upaya masyarakat.

(43)

Berdasarkan Pasal 1 ayat 1, Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 06 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya disebutkan bahwa, bantuan stimulan perumahan swadaya yang selanjutnya disingkat BSPS adalah fasilitas pemerintah berupa bantuan sosial kepada masyarakat berpenghasilan rendah.

Berdasarkan Pasal 2 ayat 1 peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 06 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya, tujuan bantuan stimulan perumahan swadaya adalah terbangun rumah yang layak huni dan/atau lingkungan yang sehat serta aman oleh Masyarakat Berpenghasilan Rendah.

Berdasarkan Pasal 4 Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 06 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya disebutkan bahwa, penerima bantuan stimulan perumahan swadaya harus memenuhi kriteria, sebagai berikut:

a. Warga negara Indonesia.

b. Masyarakat Berpenghasilan Rendah dengan penghasilan di bawah upah minimum provinsi rata-rata nasional atau masyarakat miskin sesuai dengan data dari Kementerian Sosial.

c. Sudah berkeluarga.

(44)

30

e. Belum memiliki rumah atau memiliki rumah tetapi tidak layak huni.

f. Belum pernah mendapat bantuan stimulan perumahan dari Kementerian Perumahan Rakyat.

g. Didahulukan yang telah memiliki rencana membangun atau meningkatkan kualitas rumah yang dibuktikan dengan:

1. Memiliki tabungan bahan bangunan.

2. Telah memulai membangun rumah sebelum mendapatkan bantuan stimulan.

3. Memiliki aset lain yang dapat dijadikan dana tambahan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS).

4. Memiliki tabungan uang yang dapat dijadikan dana tambahan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya.

5. Bersungguh-sungguh mengikuti program bantuan stimulan perumahan swadaya.

6. Dapat bekerja secara kelompok.

(45)

1. Dana bantuan stimulan perumahan swadaya bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan Belanja Daerah provinsi, atau Anggaran Pendapatan Belanja Daerah kabupaten/kota.

2. Dana bantuan stimulan perumahan swadaya yang bersumber dari APBN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disediakan dalam DIPA satuan kerja di lingkungan Kementerian Perumahan Rakyat.

3. Pagu dana dalam DIPA sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan batas tertinggi pendanaan yang disediakan untuk pelaksanaan kegiatan dalam satu tahun anggaran.

2.2.7 Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Kegiatan Bedah Rumah di Kota Bandar Lampung

Berdasarkan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 17 Tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Kegiatan Pengendalian dan Monitoring Bedah Rumah Kota Bandar Lampung, BAB II Petunjuk Pelaksanaan di sebutkan bahwa, petunjuk teknis pelaksanaan bedah rumah, meliputi:

(46)

32

b. Mengembangkan kapasitas masyarakat setempat dengan memberikan pemahaman, peningkatan kemampuan/keterampilan masyarakat dalam melaksanakan pembangunan rumah yang layak huni/lebih baik.

c. Pada saat pelaksanaan pekerjaan fisik bedah rumah, masyarakat memutuskan sendiri untuk pelaksanaannya, dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pekerjaan fisik bedah rumah didasarkan pada aspirasi dan keputusan masyarakat sendiri.

2. Melaksanakan bedah rumah yang sesuai sebagaimana rumah yang lebih baik/layak huni.

3. Masyarakat menjamin agar prinsip pelaksanaan pekerjaan fisik sesuai dengan prinsip efektif, efisien, transparansi, dan akuntabilitas.

Sasaran Penerima Bantuan, Sasaran Lokasi, meliputi:

a. Sasaran Penerima Bantuan

Dana Bantuan langsung Masyarakat (BLM) Bedah Rumah diprioritaskan/diperuntukan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah Masyarakat Kurang Mampu di Kota Bandar Lampung.

(47)

Sasaran Lokasi Program Peningkatan Kualitas Perumahan Kegiatan Bedah Rumah adalah Kecamatan/Kelurahan di Kota Bandar Lampung.

c. Kriteria Rumah Masyarakat Berpenghasilan Rendah/Masyarakat Kurang Mampu Penerima Bantuan:

1. Penerima Bantuan adalah penduduk asli Kota Bandar Lampung yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk dan Kartu Keluarga.

2. Rumah dan tanah adalah hak milik sendiri yang dibuktikan dengan surat keterangan kepemilikan dari pejabat yang berwenang atau dari lurah setempat.

3. Belum pernah menerima bantuan bedah rumah/serupa dari pemerintah.

4. Masyarakat Berpenghasilan Rendah/Masyarakat Kurang mampu.

(48)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua macam pendekatan, yaitu pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris.

a. Pendekatan yuridis normatif yaitu pendekatan normatif atau pendekatan kepustakaan adalah metode atau cara yang dipergunakan didalam penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang ada. Norma hukum yang berlaku itu berupa norma hukum positif tertulis bentukan lembaga perundang-undangan, kodifikasi, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah dan seterusnya dan norma hukum tertulis buatan pihak–pihak yang berkepentingan.

(49)

3.2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.

a. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh atau yang dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru. Data primer merupakan data yang diperoleh dari studi lapangan yang tentunya berkaitan dengan pokok penulisan. Teknik peneliti untuk mengumpulkan data primer adalah dengan cara penelitian, wawancara, dan diskusi terfokus. Pihak yang akan di wawancarai merupakan narasumber, meliputi:

1. Pihak Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kota Bandar Lampung:

a. Kepala Bidang Pengembangan Potensi Kelurahan dan Ketua Pelaksana Program Bedah Rumah : Bapak Martoni Sani.

b. Sekertaris Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan Kota Bandar Lampung: Bapak Ramlan Amron.

c. Staf Pelaksana Program Bedah Rumah: Bapak Maryadi.

2. Pihak Kecamatan dan Kelurahan Kota Bandar Lampung:

(50)

36

b. Kepala Kecamatan Teluk Betung Utara: Bapak Alqomar Nurdin. Staf Kelurahan Golak Galik: Bapak Zainuddin Roni.

c. Kepala Kecamatan Teluk Betung Barat: Bapak Zainuddin. Staf Kelurahan Sukarame II: Bapak Faizal Risa.

d. Kepala Kecamatan Tanjung Karang Barat: Ibu. Nurzuraidawati. Staf Kelurahan Sukajawa: Bapak Sofian.

e. Kepala Kecamatan Tanjung Karang Timur: Bapak Rahmat Hidayat. Staf Kelurahan Tanjung Agung: Bapak Helmi.

3. Pihak Warga Masing-Masing Kecamatan Penerima Bantuan Bedah Rumah Kota Bandar Lampung:

a. Bapak Nakwan yang bertempat tinggal di Jalan Sumur Putri, RT. 001, LK. II, Kelurahan Sumur Putri, Kecamatan Teluk Betung Selatan, Kota Bandar Lampung.

b. Bapak Yadi Arifianto bertempat tinggal di Jalan Cut Mutia, Gg Sriwijaya 1, Nomor 36, Kelurahan Golak-Galik, Kecamatan Teluk Betung Utara, Kota Bandar Lampung.

c. Bapak Junaidi bertempat tinggal di Jalan Sukarame, RT. 04, LK 01, Kelurahan Sukarame, Kecamatan Teluk Betung Barat, Kota Bandar Lampung.

(51)

e. Bapak Helmi bertempat tinggal di Jalan Cendrawasih, Gg. Terapi, RT. III, LK. III, Kelurahan Tanjung Agung, Kecamatan Tanjung Karang Timur, Kota Bandar Lampung.

b. Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada, dengan mempelajari buku-buku, dokumen-dokumen, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang ada kaitannya dengan permasalahan yang sedang dibahas. Data sekunder terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, dan tersier.

1. Bahan hukum primer yaitu data yang diambil dari sumber aslinya yang berupa undang-undang yang memiliki otoritas tinggi yang bersifat mengikat untuk penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat.

Bahan hukum primer antara lain meliputi:

a. Undang-Undang Dasar 1945 BAB XA tentang Hak Asasi Manusia Pasal 28 H.

b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

(52)

38

d. Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 72 Tahun 2010 tentang Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan dan Kelurahan.

e. Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 17 Tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Kegiatan Pengendalian dan Monitoring Bedah Rumah Kota Bandar Lampung.

2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu merupakan bahan hukum yang memberikan keterangan terhadap bahan hukum primer dan diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya atau dengan kata lain dikumpulkan oleh pihak lain, berupa buku jurnal hukum, dokumen-dokumen resmi, penelitian yang berwujud laporan dan buku-buku hukum.

3. Bahan Hukum tersier

Bahan Hukum yang merupakan petunjuk ataupun penjelasan terhadap bahan primer dan bahan sekunder meliputi Kamus Hukum, dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.

3.3 Metode Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

3.3.1. Metode Pengumpulan Data

Peneliti dalam pengumpulan data menggunakan cara-cara sebagai berikut:

(53)

Dilakukan dengan cara menelaah, membaca buku, mempelajari, mencatat, dan mengutip buku-buku, peraturan perundang-undangan yang ada kaitannya dengan hal yang dibahas.

b. Studi lapangan

Dilakukan dengan cara turun langsung ke lokasi penelitianuntuk mendapatkan data primer dan dilaksanakan dengan cara wawancara. Wawancara terbuka melalui pembicara langsung dan lisan dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang disiapkan secara garis besar yang akan berkembang pada waktu wawancara berlangsung.

3.3.2 Pengolahan Data

Setelah data terkumpul dengan baik melalui studi kepustakaan dan studi lapangan kemudian data diolah dengan cara mengelompokkan kembali data, setelah itu diidentifikasi sesuai dengan pokok bahasan. Setelah mendapat data yang diperoleh, maka penulis melakukan kegiatan-kegiatan antara lain:

a. Editing, yaitu data yang diperoleh diolah dengan cara pemilahan data dengan cermat dan selektif sehingga diperoleh data yang relevan dengan pokok masalah.

b. Evaluasi, yaitu menentukan nilai terhadap data-data yang telah terkumpul.

(54)

40

d. Sistematika Data, yaitu proses penyusunan data menurut sistem yang telah ditetapkan.

e. Penyusunan Data, yaitu melakukan penyusunan data secara sistematis sesuai dengan jenis dan pkok bahasan dengan maksud memudahkan dalam menganalisa data tersebut.

3.4 Analisis Data

(55)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan bantuan stimulan melalui program bedah rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah, Kota Bandar Lampung dilaksanakan untuk mewujudkan perumahan bagi warga yang tidak mampu sehingga memiliki rumah yang layak huni, sehat dan nyaman. Program tersebut dilaksanakan oleh pemerintah Kota Bandar Lampung melalui Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan Kota Bandar Lampung. Dalam melaksanakan bantuan stimulan melalui program bedah rumah tersebut Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan Kota Bandar Lampung berperan sebagai tim identifikasi, verifikasi, monitoring, koordinasi, dan tim pelaporan. Peran tersebut di laksanakan agar pelaksanaan bantuan stimulan melalui program bedah rumah di Kota Bandar Lampung dapat berjalan dengan lancar dan tepat sasaran.

(56)

78

Rendah Kota Bandar Lampung adalah tanah dimana rumah milik calon penerima bantuan berdiri bukan merupakan tanah milik sendiri, calon penerima bantuan bedah rumah hanya mengontrak di rumah tersebut, terjadinya penyalahgunaan pemakaian dana bantaun bedah rumah.

5.2 Saran

Sesuai dengan kesimpulan diatas, peneliti menyarankan:

1. Sebaiknya Pemerintah Kota Bandar Lampung harus membuat program bantuan lain yang dapat membantu Masyarakat Berpenghasilan Rendah atau Masyarakat Kurang Mampu dalam bentuk bantuan dana santunan sehingga warga masyarakat yang belum atau tidak mendapatkan bantuan bedah rumah tetap mendapatkan bantuan.

2. Sebaiknya pada saat sosialisasi bantuan bedah rumah pihak Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan Kota Bandar Lampung dapat memberikan penjelasan atau pemahaman kepada warga bahwa bantuan bedah rumah diberikan secara bergantian sehingga warga yang belum atau tidak mendapatkan bantuan bedah rumah tidak melakukan protes.

(57)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Blaang, C. Djemabut. 1986. Perumahan dan Pemukiman. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Erlangga, Jakarta.

Hamzah, Andi. 1990. Dasar-Dasar Hukum Perumahan. PT. Rineka Cipta, Cetakan Pertama, Jakarta.

Hamzah, Andi. 1992. Dasar-Dasar Hukum Perumahan. PT. Rineka Cipta, Cetakan kedua, Jakarta.

Mustafa, Bechsan. 1985. Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara. Penerbit Alumni, Bandung.

Nurmayani. 2009. Hukum Administrasi Daerah. Universitas Lampung, Bandar Lampung

Rahardjo, Satjipto. 1996. Ilmu Hukum. Alumni, Bandung.

Ridwan, H. R. 2011. Hukum Administrasi Negara Edisi Revisi. Rajawali Press, Jakarta.

Soewondo, Nani.1982. Hukum dan Kependudukan di Indonesia. Offset Angkasa, Bandung.

Suparno Sastra M. dan Endi Marlina. 2006. Perencanaan dan Pengembangan Perumahan. Rajawali Press, Jakarta.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

(58)

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman.

3. Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 06 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya.

4. Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 72 Tahun 2010 tentang Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan Kota Bandar Lampung.

5. Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 17 Tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Kegiatan Pengendalian dan Monitoring Bedah Rumah Kota Bandar Lampung.

SUMBER LAIN

http://lampung.antarnews.com/-rumah-ini-segera-dibedah, diakses tanggal 08 Oktober 2014.

http://academia.edu/Peran_Pemerintah_Dalam_Pembangunan_Perumahan_Swada ya, diakses tanggal 13 Oktober 2014.

http://m.antaralampung.com/pemkot-beri-bantuan-pembangunan-rumah, diakses tanggal 14 Oktober 2014.

http://m.republika.co.id/berita/nasional/umum/-2,3-juta-unit rumah di-indonesia-tak-layak-huni, diakses tanggal 25 November 2014.

https://www.google.co.id/BPMPK+kota+bandar+lampung+bedah+rumah+2014, diakses tanggal 12 Desember 2014.

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat produksi harus menurun pada bulan Juni 2021 seiring dengan melemahnya peningkatan bisnis baru di tengah gelombang kedua Covid-19 yang mengancam ekonomi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karyawan memiliki psychology well being yang tergolong baik, employee engagement tergolong cenderung baik dan terdapat perbedaan employee

bersama yang dilakukan oleh penulis dan rekan-rekannya. Pada penelitian ini mutu beton dibuat bervariasi dengan jumlah sampel sebanyak 10 sampai 12 buah tiap mutunya, namun

Shalom, Saya Indra, saat ini di pendoa ISS, sedikit kesaksian dari saya bahwa yang menjadi pergumulan saya dan istri adalah karena usaha bangkrut dan terbelit hutang sehingga

Dari hal tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah penerapan model pembelajaran cooperative tipe TQ (Team Quiz) dapat meningkatkan

Penelitian ini untuk mengetahui perbedaan dua kelompok populasi yaitu pengunjung menggunakan media sosial (55 responden) dan pengunjung menggunakan media

Bantuan Sosial Program Gebrak Pakumis adalah bantuan stimulan dari Pemerintah Daerah berupa pemberian sejumlah uang yang diberikan kepada masyarakat berpenghasilan

Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) adalah bantuan pemerintah berupa stimulan bagi masyarakat berpenghasilan rendah untuk meningkatkan keswadayaan dalam pembangunan