• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PBL (PROBLEM BASED LEARNING) TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TERTULIS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Pengudi Luhur, B

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PBL (PROBLEM BASED LEARNING) TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TERTULIS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Pengudi Luhur, B"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

ii ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PBL (PROBLEM BASED LEARNING) TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI

TERTULIS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN

LINGKUNGAN

(Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Pengudi Luhur, Bandar Lampung Tahun Pelajaran 20142015)

Oleh

CHINTIA MONALIA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran PBL terhadap keterampilan berkomunikasi tertulis dan hasil belajar siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan desain pretest -posttest kelompok tak ekuivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas VII A dan VII C berjumlah 21 siswa yang dipilih secara purposive sampling. Data penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa rata-rata nilai keterampilan berkomunikasi tertulis siswa yang diperoleh dari tugas paper dan dianalisis melalui lembar observasi keterampilan tertulis, serta data kuantitatif

diperoleh dari rata-rata nilai pretest, posttest dan N-gain, kemudian dianalisis secara statistik menggunakan uji-t.

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata keterampilan berkomunikasi tertulis siswa

(2)

iii

memperoleh nilai 86,9 dengan kriteria “Sangat Baik”, siswa dapat menuliskan

tanggapan/komentarnya berdasarkan wacana yang terdapat dalam paper.

Keterampilan menuliskantanggapan/komentar secara kritis dan logis memperoleh

nilai 77,38 dengan kriteria “Baik”, siswa dapat menuliskan

komentar/tanggapannya secara kritis dan logis terhadap wacana dalam paper. Keterampilan menuliskan solusi yang tepat memperoleh nilai 84,56 dengan

kriteria “Baik”, siswa dapat menuliskan solusi yang harus dilakukan oleh

masyarakat untuk mengatasi pencemaran tanah dengan tepat. Keterampilan

menuliskan kesimpulan yang logis memperoleh nilai 82,14 dengan kriteria

“Baik”, siswa dapat menuliskan keterkaitan antara tanggapan/komentar dan solusi

mengenai peran manusia dalam mengatasi pencemaran tanah. Keterampilan menulis siswa juga diikuti dengan pengejaan, tata bahasa, dan kerapihan tulisan memperoleh nilai 75 dengan kriteria “Baik”, siswa dapat menuliskan

tanggapan/komentar, solusi, dan kesimpulan menggunakan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

Keterampilan berkomunikasi yang baik ternyata diikuti oleh peningkatan hasil belajar. Hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas

kontrol dengan rata-rata nilai pretest 53,33, nilai posttest 90 dan N-gain 78,75. Serta rata-rata indikator kognitif C2 15,50; C3 18,17; dan C4 11,02. Dengan

demikian penggunaan model pembelajaran PBL berpengaruh signifikan dalam meningkatkan keterampilan berkomunikasi tertulis dan hasil belajar siswa.

(3)

PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN

(Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Pengudi Luhur, Bandar Lampung Tahun Pelajaran 20142015)

Oleh

CHINTIA MONALIA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 9 Januari 1993, merupakan anak kedua dari tiga

bersaudara, anak dari pasangan Bapak Yuza Bahril Fikri dengan Ibu Diana Sari. Penulis beralamat di Perumahan Tanjung Raya Permai Blok A No. 34, Tanjung Seneng

Bandar Lampung. Nomer telepon 082306669691.

Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1998 di TK Taruna Jaya Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 1999. Tahun 1999 penulis bersekolah di

SD Al-Azhar Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2005. Tahun 2005 diterima di SMP Negeri 12 Bandar Lampung yang diselesaikan tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis diterima di SMA Negeri 5 Bandar Lampung dan selesai pada

tahun 2011. Tahun 2011 penulis diterima di Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi

Pendidikan Biologi melalui jalur Ujian Mandiri (UM).

Pada tahun 2014, penulis melaksanakan program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Wonosobo dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Kabupaten

(8)

Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi robbil ‘alamin, segala puji untuk Mu ya Rabb atas segala kemudahan, limpahan rahmad, rezeki, dan karunia yang Engkau berikan selama ini. Teriring doa,

rasa syukur dan segala kerendahan hati.

Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya ini untuk orang-orang yang akan selalu berharga dalam hidupku:

Ayah (Yuza Bahril Fikrie) dan Ibu (Diana Sari)

Sosok ayah yang baik hati, peduli, pengertian dan bertanggung jawab serta motivasiku untuk terus majuTerimakasih untuk doa, ilmu, cinta dan kasih sayang yang

tiada terhingga untukku.

Kakak (Erick Yudista, S.H.)

Terimakasih untuk segala cinta, kasih sayang, motivasi, nasihat, dan segala bentuk dukungan yang kakak berikan untukku.

Adik (Ayu Marshella Sabina)

Terimakasih untuk segala cinta, motivasi, canda tawa, dan segala bentuk dukungan yang adik berikan untukku, semoga kita bisa membahagikan orang tua kita.

Sahabat-sahabatku tercinta seperjuangan Pendidikan

Biologi 2011

Terimakasih untuk persahabatan, kekeluargaan, dan canda tawa kita selama ini semoga persahabatan kita kelakkan abadi sepanjang masa.

Para Pendidikku (Guru dan Dosen)

Terimakasih atas bimbingan yang diberikan padaku hingga aku dapat melihat dunia dengan ilmu.

(9)

Moto

“Janganlah engkau berjalan dimuka bumi dengan sombong,

sesungguhnya engkau tiada dapat menembus bumi dan tak’kan

sampai engkau setinggi gunung ”

(Qs. Al-

Isra’: 37

)

Tuntutlah ilmu dan belajarlah (untuk ilmu) ketenangan dan

kehormatan diri, dan bersikaplah rendah hati kepada orang yang

mengajar kamu”

(HR. Al-Thabrani)

Don’t aim for success if you want it; just do what you love and

believe in, and it will come naturally”

(David Frost)

“Sukses itu datang di tempat dan waktu yang tepat”

(Dr.Tri Jalmo, M.Si)

”Work hard in silence let success make the noise”

(10)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’alamin, Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala

rahmat dan nikmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu

syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap keterampilan berkomunikasi tertulis dan hasil belajar siswa (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Pengudi Luhur, Bandar Lampung Tahun

Pelajaran 2014/2015 Pada Materi Pokok Peran Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan)”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan

dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung; 3. Berti Yolida, S.Pd, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi,

Pembimbing II sekaligus Pembimbing Akademik yang telah memberikan

bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai

4. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Pembimbing 1 yang telah memberikan bimbingan

(11)

5. Drs. Arwin Achmad M.Si., selaku Pembahas atas saran-saran perbaikan dan

motivasi yang sangat berharga;

6. A. C Mursidi selaku kepala sekolah dan Nurlia, S.Pd selaku guru mitra SMP

Pengudi Luhur Bandar Lampung yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian serta motivasi yang berharga, serta seluruh dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas VIIA dan VIIc SMP Pengudi Luhur Bandar Lampung

atas kerjasama yang baik selama penelitian berlangsung;

7. Rekan-rekan Pendidikan Biologi 2011, kakak dan adik tingkat Pendidikan

Biologi FKIP UNILA atas persahabatan dan keceriaannya;

8. Sahabat-sahabat terbaikku ( Yuda Agi Pratama, Karyanti, Herlida Oktarina,

Indah Surya Pertiwi, Winda Riana, Tyas Kharimah T, Yudhitya Lita, Fadhila Khairani, Zhakia El Shinta, Qurrota Aina, Rizki Afrizal Sandi, Ardi Nova Irawan) terimakasih untuk semangat, dukungan, bantuan dan kebersamaan

kita selama ini dalam susah dan senang;

9. Rekan-rekan KKN dan PPL terbaikku (Yunita Fitriyanti, Sevi Karviyani, Tiara Indriani, Sulistiana, dan Dwi Satria Yuda) terimakasih atas semangat

dan dukungannya;

10.Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Juli 2015

Penulis

(12)

DAFTAR ISI

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 50

B. Pembahasan ... 53

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 63

B. Saran ... 63

(13)

1. Silabus ... 70

2. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran ... 72

3. Lembar Observasi Keterampilan Tertulis ... 83

4. Lembar Kerja Siswa ... 84

5. Kunci Jawaban LKS ... 90

6. Rubrik LKS ... 94

7. Kisi-kisi Pretes Postes ... 99

8. Soal Pretes dan Postes ... 102

9. Kunci Jawaban Pretes Postes ... 105

10. Rubrik Pretes Postes ... 106

11. Paper Keterampilan Berkomunikasi Tertulis ... 111

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Sintak pembelajaran kooperatif ... 14

2. Sintak pembelajaran PBL ... 20

3. Lembar observasi keterampilan tertulis ... 45

4. Indikator keterampilan tertulis siswa ... 45

5. Kriteria tingkat keterampilan berkomunikasi tertulis ... 49

6. Keterampilan berkomunikasi tertulis siswa ... 50

7. Hasil uji normalitas nilai pretes, postes, dan N-Gain pada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 51

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat ... 11

2. Desain pretest posttest kelompok tak ekuivalen ... 37

3. Tanggapan/komentar siswa dalam paper... 54

4. Solusi siswa dalam paper... 55

5. Kesimpulan siswa dalam paper ... 56

6. Pengejaan, tata bahasa, dan kerapihan dalam paper ... 57

7. Jawaban indikator C2 eksperimen ... 59

8. Jawaban indikator C3 eksperimen ... 60

9. Jawaban indikator C3 kontrol ... 60

(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi sangatlah penting bagi keberlangsungan hidup, hubungan, pekerjaan dan kesuksesan seseorang. Tanpa komunikasi kehidupan

akan mati. Karena pentingnya komunikasi maka hampir 99% manusia menghabiskan aktivitasnya dengan komunikasi. Dalam proses

pembelajaran, komunikasi bukan sekedar penting atau tidak, tetapi

komunikasi yang bagaimana (how to) yang memberikan pengaruh baik dan efektif (Ramly, 2014: 1). Secara umum komunikasi yang efektif

adalah komunikasi yang mampu menyampaikan ide dan gagasan atau makna yang ingin dikomunikasi dengan nilai yang sama antara si

pemberi dan penerima pesan (Ramly, 2014: 2).

Pada proses pembelajaran yang berlangsung, biasanya komunikasi menjadi bermasalah karena perbedaan dalam menginterpretasikan pesan pada komunikasi yang terjadi. Proses inilah yang kemudian

(17)

Ditinjau dari sifatnya kemampuan komunikasi dibedakan menjadi

kemampuan berkomunikasi tertulis dan lisan (Rohaeni, 2013: 23). Menulis merupakan suatu aktivitas komunikasi yang menggunakan

bahasa sebagai medianya. Wujudnya berupa tulisan yang terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan semua kelengkapannya, seperti ejaan dan tanda baca sebagai proses penyampaian gagasan atau

pesan yang dapat dilihat dan disepakati bersama oleh penulis dan pembaca (Effendy, 2012: 3).

Kemampuan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli

bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal ini disebabkan kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan

unsur di luar bahasa itu sendiri yang menjadi isi tulisan

(Iskandarwassid dan Sunendar, 2011: 248). Menurut Trigan (2008: 4) bahwa keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis,

tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak serta teratur.

Banyak sekali manfaat yang didapat dari menulis yaitu berusaha belajar, berpikir, dan bernalar tentang sesuatu misalnya menjaring

informasi, menghubung-hubungkan, dan menarik simpulan sebagai sumber topik yang akan ditulis sehingga dapat dengan mudah menyusun gagasan secara tertib dan sistematis (Effendy, 2012: 5).

Namun pada kenyataannya bahwa keterampilan tertulis masyarakat masih sangat rendah. Hal itu dibuktikan oleh sedikitnya karya ilmiah

(18)

dengan negara maju lain di dunia atau bahkan di Asia Tenggara.

Berdasarkan data Indonesian Scientific Journal Database (ISJD) terdata sekitar 13.047 karya ilmiah di Indonesia yang berkategori

masih aktif, sangat tertinggal jauh dari Malaysia yang sudah 55.211 dan Thailand 58.931 (Firdaus, 2012: 4). Hal tersebut disebabkan karena masih kurangnya kesadaran akan pentingnya menulis dan

kurangnya pendidikan menulis sejak dini bagi peserta didik.

Hasil wawancara dengan guru yang telah dilakukan di SMP Pengudi Luhur, bahwa keterampilan berkomunikasi siswa masih sangat rendah

khususnya komunikasi tertulis. Hal tersebut dibuktikan dengan lemahnya siswa dalam menuliskan gagasan, pendapat, atau jawaban

atas tugas yang diberikan oleh guru. Diketahui bahwa guru masih menggunakan metode ceramah dan diskusi. Metode ceramah tidak pernah melatih siswa untuk menyampaikan gagasan atau ide mengenai

permasalahan nyata yang terjadi di lingkungan dalam bentuk

persentasi ataupun laporan tertulis. Secara tidak langsung hal tersebut

berdampak terhadap keterampilan berkomunikasi siswa.

Selain penggunaan metode pembelajaran yang tidak sesuai, guru lebih senang memberikan latihan soal-soal kepada siswanya dengan alasan

agar siswa dapat memahami sendiri isi materi, namun hal tersebut juga tidak membuahkan hasil yang begitu besar dikarenakan siswa dalam

(19)

kepada siswa tersebut tidak juga meningkatkan keterampilan

berkomunikasi tertulis siswa dalam menjawab atau memcahkan suatu masalah. Karena siswa dalam menjawab soal atau pertanyaan bukan

hasil pemikiran sendiri. Keadaan tersebut diduga berpengaruh terhadap hasil belajar pada aspek kognitif siswa.

Hasil ulangan siswa kelas VII SMP Pengudi Luhur Bandar Lampung

tahun ajaran 2013/2014, diketahui bahwa rata-rata ketuntasan hasil belajar siswa pada materi peran manusia dalam mengelola lingkingan hanya 38% dengan rata-rata nilai 57,19. Nilai rata-rata tersebut belum

memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan

pada sekolah ini yaitu ≥ 65, . Hasil ulangan tersebut masih rendah

jika dibandingkan dengan kriteria ketuntasan belajar yitu 100% siswa memperoleh ≥ 65, .

Berdasarkan penjelasan tersebut maka dibutuhkan solusi untuk menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih efektif. Salah satu

model pembelajaran yang memungkinkan dapat menjadikan pembelajaran efektif dan dapat meningkatkan keterampilan

berkomunikasi tertulis dan hasil belajar siswa adalah model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL), karena dengan model pembelajaran tersebut dapat melibatkan siswa secara langsung dalam

permasalahan nyata yang terjadi disekitar mereka, serta dapat memicu siswa menjadi terampil dalam memecahkan suatu permasalahan.

(20)

siswa dapat melaporkan hasil pemikirannya secara tertib dan

sistematis. Ditegaskan oleh Delisle (dalam Abidin, 2014: 162), keunggulan PBL adalah berhubungan dengan situasi kehidupan nyata

sehingga pembelajaran menjadi bermakna, mendorong siswa secara aktif dalam memecahkan suatu permasalahan yang kemudian melaporkan hasil pemecahan masalah tersebut berupa laporan, dan

memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih apa yang akan dipelajari dan bagaimana mempelajarinya.

Penelitian Prima dan Kaniawati (2014: 4) menunjukkan keberhasilan

menggunakan model PBL terhadap peningkatan keterampilan

berkomunikasi tertulis, kelas eksperimen mengalami peningkatan dengan

kategori lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Penelitian Putera (2012: 10) menunjukkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) meningkatkan hasil belajar siswa dengan

menampilkan konteks nyata sebagai awal dari proses pembelajaran membuat siswa cenderung berminat mempelajari biologi dan didorong oleh motivasi sehingga hasil belajarnya dapat meningkat

dibandingkan dengan model pembelajaran secara langsung yang menekankan kegiatan pembelajaran berpusat pada guru. Selain itu

penelitian yang dilakukan oleh Rukmana (2013: 44), menunjukkan hasil belajar siswa mengalami peningkatan setelah diterapkan

(21)

Berdasarkan latar belakang tersebut maka telah dilakukan penelitian

yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap Keterampilan Berkomunikasi Tertulis dan Hasil Beajar Siswa pada materi Peran Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, rumusan masalah secara umum dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran PBL terhadap

keterampilan komunikasi tertulis siswa pada materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan?

2. Apakah penggunaan model pembelajaran PBL berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa pada materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan

penelitian ini untuk mengetahui:

1. Pengaruh model pembelajaran PBL terhadap keterampilan

berkomunikasi tertulis siswa pada materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan

2. Pengaruh model pembelajaran PBL terhadap hasil belajar siswa

(22)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti, menambah pengetahuan dan pengalaman dalam

pembelajaran biologi dengan menggunakan model pembelajaran PBL

2. Bagi guru, dapat memberikan alternatif dalam memilih dan

menerapkan model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi tertulis dan hasil belajar siswa dalam

pembelajaran Peran Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan 3. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman belajar yang berbeda

dalam mempelajarai materi pokok Peran Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan

4. Bagi sekolah, memberikan sumbang pemikiran untuk meningkatkan

pembelajaran biologi di sekolah melalui model PBL

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari kesalahan penafsiran, maka perlu dikemukakan ruang lingkup penelitian sebagai berikut:

1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah PBL. Adapun langkah kegiatan pembelajarannya adalah : (a) mengorientasikan siswa pada masalah; (b) mengorganisasikan

(23)

karya; dan (e) mengevaluasi dan menganalisis hasil pemecahan

masalah (Amri, 2013: 13).

2. Keterampilan berkomunikasi tertulis yang diamati dalam penelitian

ini mencakup lima indikator yakni: (1) tanggapan/ komentar bersesuaian dengan permasalahan; (2) tanggapan/ komentar dinyatakan secara kritis dan logis; (3) Solusi yang tepat; (4)

kesimpulan yang logis; (5) pengejaan, tata bahasa, dan kerapihan tulisan (Anonim, 2013: 1).

3. Peningkatan hasil belajar yang diamati pada penelitian ini diukur berdasarkan nilai yang diperoleh dari hasil pretest, postes, dan N-gain.

4. Materi pokok yang diteliti yaitu Peran Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan (KD 7.4 mengaplikasikan peran manusia dalam

pengelolaan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan)

5. Sampel penelitian adalah kelas VII C yang berjumlah 21 siswa

sebagai kelas eksperimen dan kelas VII A yang berjumlah 21 siswa sebagai kelas kontrol di SMP Pengudi Luhur Bandar lampung

semester genap tahun pelajaran 2014/2015.

F. Kerangka Pikir

Biologi bukan merupakan suatu proses pemindahan pengetahuan

(24)

membutuhkan konsep-konsep sains. Dalam pembelajaran Biologi

siswa harus aktif mencari tahu dengan membentuk pengetahuannya, dan guru hanya sebagai fasilitator yang membantu dan membimbing

siswa agar proses pencarian itu berjalan dengan baik.

Dalam upaya meningkatkan peningkatan keterampilan berkomunikasi tertulis dan hasil belajar siswa pada materi Peran Manusia dalam

Pengelolaan Lingkungan, siswa perlu didorong untuk secara aktif melakukan proses kegiatan belajar dengan memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Diharapkan dengan

pembelajaran seperti ini keterampilan berkomunikasi tertulis serta hasil belajar siswa dapat meningkat. Salah satu faktor yang dapat

menyebabkan berhasil atau tidaknya suatu proses pembelajaran adalah Model pembelajaran.

Keterampilan berkomunikasi tertulis dan hasil belajar siswa harus

selalu ditingkatkan, salah satunya dengan menggunakan model dalam proses pembelajaran. Salah satu model yang diduga dapat

meningkatkan keterampilan berkomunikasi tertulis dan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran PBL. Model pembelajaran PBL ini siswa dapat menganalisis atau memecahkan suatu masalah yang

berkaitan dengan materi Peran Manusia dalam Pengelolaan

Lingkungan, agar keterampilan berkomunikasi tertulis dan hasil belajar

(25)

Pada model PBL tahap pertama yaitu Orientasi siswa pada masalah,

pada tahap ini siswa diberikan masalah oleh guru yang harus diberikan solusi atau pemecahan masalahnya. Tahap kedua yaitu

Mengorganisasikan siswa untuk belajar, pada tahap ini siswa dilatih dalam menganalisis suatu masalah kemudian memberikan pemecahan masalahnya. Pada tahapan ketiga siswa mengumpulkan informasi untuk

mendapatkan pemecahan masalah, kemudian di tahapan keempat siswa menyajikan hasil karyanya berupa laporan yang dipersentasikan. Di

tahap keempat ini siswa mulai terlatih dalam menuliskan gagasan, pendapat, atau tanggapan mengenai pemecahan masalah atau solusi

yang harus dilakukan. Dalam tulisan tersebut siswa dapat

menginformasikan atau membuat laporan yang akan dibaca oleh teman-temannya, sehingga secara tidak langsung hal ini mengasah

keterampilan berkomunikasi tertulis yang akan berdampak terhadap peningkatan hasil belajar siswa.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan

variabel terikat. Variabel bebasnya adalah pengaruh model

pembelajaran PBL, sedangkan variabel terikatnya adalah peningkatan

keterampilan berkomunikasi tertulis dan hasil belajar siswa. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dapat ditujukan pada tabel di

(26)

Keterangan: X : Model PBL

Y1 : Peningkatan keterampilan berkomunikasi tertulis

Y2 :Peningkatan hasil belajar siswa

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

G. Hipotesis

“Dengan menerapkan model PBL dapat mempengaruhi keterampilan

berkomunikasi tertulis dan hasil belajar sisa kelas VII SMP Pengudi Luhur Bandar Lampung dalam pembelajaran materi pokok Peran

Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan”. X

Y1

(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran terdapat beberapa jenis salah satunya adalah

pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat

sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen (Rusman,2012: 202). Model pembelajaran kooperatif seperti yang

dinyatakan Amri dan Ahmadi (2010: 90) merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem

kerja/belajar kelompok yang terstruktur.

Terdapat tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran

kooperatif menurut Nur (2005: 3) adalah sebagai berikut: (1) Penghargaan kelompok; pembelajaran kooperatif menggunakan

tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapi kriteria yang telah ditentukan oleh penampilan individu sebagai anggota kelompok

(28)

saling membantu, dan saling peduli, (2) Pertanggungjawaban individu;

keberhasilan kelompok tergantung dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota

kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya

pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan seiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugastugas lainnya tanpa bantuan teman

sekelompoknya, dan (3) Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan; pembelajaran kooperatif metode skoring yang mencakup

nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode skoring ini

baik yang berprestasi rendah, sedang atau tinggi sama-sama

memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik pada kelompoknya.

Menurut Abidin (2014: 242), Pembelajaran kooperatif (kelompok)

mempunyai bebarapa ciri umum, diantaranya sebagai berikut: 1. Tujuan kelompok

Tujuan kelompk ialah tujuan yang akan dicapai melalui proses

kerja sama dalam menguasain sesuatu konsep yang dipelajari. Tujuan ini dicapai melalui usaha bersama semua anggota

kelompok. Dengan demikian, setiap anggota mempunyai peranan tertentu yang jelas dalam usaha kelompok mencapai tujuan yang

ditetapkan. 2. Interaksi sosial

(29)

kelopok. Interaksi ini dimaksdukan agar setiap anggota kelompok

dapat berhubungan, saling membantu, toleran, dan berkomunikasi secara efektif dan etis.

3. Ketergantungan positif

Keberhasilan kelompok bergantung kepada keberhasilan individu sebagai anggota kelompok. Setiap anggota mempunyai tanggung

jawab untuk mencapai keberhasilan kelompok. Prinsip ini dikenal sebagai ketergantungan positif. Untuk mencapai keberhasilan

dalam prinsip ini, perlu ada pembagian tugas kepada semua

anggota kelompok sehingga mereka akan berpartisipasi secara aktif

terhadap kelompoknya.

Menurut Amri (2013: 8), pembelajaran kooperatif memiliki sintaks/langkah-langkah sebagai berikut:

Tabel 1. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif

Langkah-langkah Peran Guru

1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memberi motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif

2. Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan cara demonstrasi atau lewat bahan bacaan

3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

4. Membimbing

kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas-tugas

5. Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari dan juga terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok 6. Memberikan

penghargaan

(30)

B. Model Problem Based Learning (PBL)

Model PBL merupakan model pembelajaran yang menyediakan pengalaman otentik yang mendorong siswa untuk belajar aktif, mengonstruksi pengatahuan, dan mengintegrasikan konteks belajar di

sekolah dan belajar di kehidupan nyata secara alamiah. Model ini menempatkan situasi bermasalah sebagai pusat pembelajaran, menarik,

dan mempertahankan minat siswa, yang keduanya digunakan agar siswa mampu mengungkapkan pendapatnya tentang sesuatu secara multi perspektif. Dalam praktiknya, siswa terlibat secara langsung

dalam memcahkan masalah, mengidentifikasi akar masalah dan kondisi yang diperlukan untuk menghasilkan solusi yang baik,

mengejar makna dan pemahaman, dan menjadi pembelajar mandiri (Abidin, 2014: 160).

Menurut penelitian Putera (2012: 9) dengan model PBL, siswa dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui

pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep dalam biologi dengan pemasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari

serta memberikan kesempatan untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka. Siswa terlatih untuk mengemban suatu tanggung jawab, mempertajam keahlian berpikir dalam tingkatan yang lebih

tinggi melalui identifikasi masalah, analisis masalah, dan menciptakan solusi. Melatih siswa melakukan evaluasi diri terhadap

(31)

perbaikan-perbaikan terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukannya

sehingga dengan demikian siswa tidak akan melakukan kesalahan yang sama dengan sebelumnya. Hal ini akan mampu meningkatkan

hasil belajar siswa.

Lloyd-Jones, Margeston dan Bligh (dalam Barret, 2015:14)

menyatakan bahwa tiga unsur yang menonjol dalam pembelajaran PBL

yaitu adanya pemicu masalah, identifikasi isu-isu oleh siswa dan penggunaan pengatahuan untuk memajukan pemahaman terhadap masalah.

Model PBL menawarkan kebebasan kepada siswa dalam proses pembelajaran. Melalui model PBL siswa diharapkan terlibat dalam proses pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk mengidentifikasi

permasalahan, mengumpulkan data dan menggunakan data tersebut untuk pemecahan masalah. Model PBL sering kali merupakan aktifitas individu siswa, namun tidak jarang juga merupakan aktifitas kelompok

siswa. Bila pembelajaran dilakukan sekelompok siswa, maka proses kontruksi pengetahuan dilakukan secara bersama (Trianto, 2009: 5).

Adapun ciri-ciri PBL menurut Hosnan (2014: 230) adalah:

a. Pengajuan masalah atau pertanyaan

pengaturan pembelajaran berkisar pada masalah atau pertanyaan

(32)

masalah yang diajukan itu haruslah memenuhi kriteria autentik,

jelas, mudah dipahami, luas, dan bermanfaat. b. Keterkaitan dengan berbagai masalah disiplin ilmu

masalah yang diajukan dalam pembelajaran berbasis masalah hendaknya mengaitkan atau melibatkan berbagai disiplin ilmu. c. Penyelidikan yang autentik

penyelidikan yang diperlukan dalam pembelajaran berbasis

masalah bersifat autentik. Selain itu penyelidikan diperlukan untuk

mencari penyelesaian masalah yang bersifat nyata. Siswa menganalisis dan merumuskan masalah, mengembangkan dan

meramalkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen, menarik kesimpulan, dan

menggambarkan hasil akhir.

d. Menghasilkan dan memamerkan hasil/karya

pada pembelajaran berbasis masalah, siswa bertugas menyusun hasil penelitiannya dalam bentuk karya dan memamerkan hasil

karyanya. Artinya, hasil penyelesaian masalah siswa ditampilkan atau dibuatkan laporan.

e. Kolaborasi

pada pembelajaran masalah, tugas-tugas belajar berupa masalah harus diselesaikan bersama-sama antarsiswa dengan siswa, baik

(33)

Menurut Pannen, Mustafa dan Sekarwinahayu (2005: 88) model PBL

memiliki 5 asumsi utama yaitu:

1. Permasalahan sebagai pemandu.

Permasalahan menjadi acuan yang harus menjadi perhatian siswa. Bacaan yang diberikan sejalan dengan permasalahan. Siswa ditugaskan untuk membaca dengan selalu mengacu pada

permasalahan. Permasalahan menjadi kerangka pikir dalam mengerjakan tugas.

2. Permasalahan sebagai kesatuan.

Permasalahan diberikan kepada siswa setelah tugas-tugas dan penjelasan diberikan. Tujuannnya memberikan kesempatan pada

siswa untuk menerapkan pengetahuan yang sudah diperolehnya dalam pemecahan masalah.

3. Permasalahan sebagai contoh.

Permasalahan merupakan salah satu contoh dan bagian dari bahan pelajaran siswa. Permasalahan digunakan untuk menggambarkan

teori, konsep, atau prinsip dan dibahas dalam diskusi kelompok. 4. Permasalahan sebagai sarana yang memfasilitasi terjadinya proses.

Permasalahan menjadi alat untuk melatih siswa dalam bernalar dan berpikir kritis.

5. Permasalahan sebagai stimulus dalam aktifitas belajar.

Fokusnya pada pengembangan keterampilan pemecahan masalah dari kasus-kasus serupa. Keterampilan tidak diajarkan oleh guru,

(34)

aktifitas pemecahan masalah. Keterampilan dimaksudkan meliputi

keterampilan fisik. Keterampilan data dan menganalisis data yang berkaitan dengan permasalahan, dan keterampilan meta kognitif.

Menurut Duch, dkk (dalam Abidin, 2014: 160), model PBL

diorientasikan agar siswa mampu, (1) Berpikir kritis, menganalisis, serta memecahkan masalah kehidupan yang kompleks; (2)

Menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan berbagai sumber belajar; (3) Bekerja secara kooperatif dalam tim; (4)

Mendemonstrasikan keterampilan berkomunikasi secara efektif baik

komunikasi lisan ataupun tulisan; (5) Menggunakan materi pelajaran dan keterampilan intelektual yang diperoleh selama proses

pembelajaran sebagai bekal belajar sepanjang hayat.

Menurut Kunandar (2009: 356), tujan dari PBL adalah membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada peserta didik;

membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir, pemcehan masalah, dan keterampilan intelektual; belajar tentang

berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam

pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pembelajar yang mandiri

(35)

Tabel 2. Langkah-langkah Pembelajaran berdasarkan Masalah (PBL)

Tahap Tingkah laku guru

Tahap- 1 Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat aktif dan kreatif dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya

Tahap- 2

Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Guru membantu siswa untuk

mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut

Guru mendorong siswa untuk

mengumpulkan informasi yang sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk

mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

Tahap- 4

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa untuk

merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model serta membantu mereka untuk memberi tugas dengan temannya Tahap- 5

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap

penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan

Sumber: (Amri, 2013: 13).

PBL dikembangkan dengan harapan memberikan dampak intruksional

berupa (1) penigkatan kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran, (2) pengembangan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah otentik, dan (3) peningkatan kemampuan siswa dalam berpikir

kritis, kreatif, dan inovatif. Dampak penyertanya adalah dalam hal (1) mengembangkan karakter siswa antara lain disiplin, cermat, kerja

keras, tanggung jawab, toleran, santun, berani, dann kritis, serta etis, dan (2) membentuk kecakapan hidup dalam diri siswa, (3)

(36)

dalam berkomunikasi, berargumenmtasi, dan berkolaborasi/kerja sama

(Abidin, 2014: 166)

Menurut Delisle (dalam Abidin, 2014: 162), beberapa keunggulan PBL adalah PBL berhubungan dengan situasi kehidupan nyata

sehingga pembelajaran menjadi bermakna, PBL mendorong siswa secara aktif, PBL mendorong lahirnya berbagai pendekatan belajar

secara interdisipliner, PBL memberikan kesempatan kepada siswa untuk memlilih apa yang akan dipelajari dan bagaimana

mempelajarinya, PBL mendorong terciptanya pembelajaran

kolaboratif, dan PBL diyakini mampu meningkatkan kualitas pendidkan.

Adapun kelemahan PBL adalah sebagai berikut: (a) apabila siswa

mengalami kegagalan atau kurang percaya diri dengan minat yang rendah maka siswa enggan untuk mencoba lagi; (b) PBL

membutuhkan waktu yang cukup untuk persiapan; dan (c) pemahaman

yang kurang tentang mengapa masalah-masalah yang dipecahkan maka siswa kurang termotivasi untuk belajar (Sanjaya, 2008: 221).

C. Keterampilan Berkomunikasi Tertulis

Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar dan

vital dalam kehidupan manusia. Kata komunikasi berasal dari bahasa

latin “communis” yang berarti bersama. Sedangkan menurut kamus,

(37)

berbagai informasi atau pengetahuan, memberi gagasan atau bertukar

pemikiran, informasi, atau yang sejenisnya dengan tulisan atau ucapan (Hutagalung, 2007: 65). Sedangkan menurut Amri (2013: 127),

komunikasi adalah pertukaran informasi antara dua orang atau lebih sehingga informasi yang diperoleh bisa dimengerti atau dipahami.

Anonim (2013: 2) mengemukakan bahwa mengajarkan berkomunikasi

merupakan hal yang penting di dunia pendidikan, yang tertulis di dalam jurnal yaitu mengajarkan komunikasi menurut ahli merupakan hal yang pentinguntuk mempersiapkan siswa berkomunikasi lebih

baik dengan teman sebaya dan akademis, merumuskan pertanyaan untuk belajar. Hal ini tidak terpisahkan untuk mempersiapkan mereka

ke lingkungan yang profesional dan mengembangkan keterampilan berkomunikasi sebagai lulusan yang siap di dunia pekerjaan.

Salah satu dari keterampilan yang dikembangkan dalam diri siswa adalah keterampilan berkomunikasi (Firman, 2000). Keterampilan

komunikasi merupakan keterampilan untuk menyampaikan hasil penemuannya kepada orang lain baik secara lisan maupun tulisan

dapat berupa penyusunan laporan, pembuatan paper, penyusunan karangan, pembuatan gambar, tabel, diagram, grafik (Semiawan, 1992: 20). Keterampilan berkomunikasi secara tertulis merupakan

(38)

Komunikasi adalah proses berbagi makna melalui prilaku verbal dan

non verbal. Segala prilaku dapat disebut komunikasi jika melibatkan dua orang atau lebih (Mulyana, 2008: 3). Sedangkan

Dimyati dan Mudjiono (2010: 143) mengatakan komunikasi dapat diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara

visual. Hal ini didasarkan bahwa semua orang mempunyai kebutuhan untuk mengemukakan ide, perasaan dan kebutuhan

orang lain pada diri kita.

Menurut Effendy (2006: 64), komunikasi dalam bentuk diskusi dalam proses belajar mengajar berlangsung amat efektif, baik antara pengajar

dengan pelajar maupun diantara pelajar sendiri sebab mekanismenya memungkinkan si pelajar terbiasa menggunakan pendapat secara

argumentative dan mengkaji dirinya, apakah yang diketahuinya itu benar atau tidak. Dengan lain perkataan, pentingnya komunikasi dalam bentuk diskusi dalam proses belajar mengajar itu disebabkan oleh dua

hal: a) Materi yang didiskusikan meningkatkan intelektualitas; b) Komunikasi dalam diskusi bersifat intracommunication dan intercommunication.

Salah satu unsur komunikasi menurut Wisnuwardhani dan Mashoedi (2012: 38-90) adalah konteks. Konteks dalam komunikasi adalah

lingkungan dimana komunikasi terjadi. Lingkungan itu dapat berupa lingkungtan fisik, seperti ruang kelas, ruang rapat dan ruang tunggu

(39)

orang-orang yang berkomunikasi disana. Pengirim dan penerima pesan

merupakan unsur komunikasi berikutnya yang sangat penting dalam kominukasi. Adanya keinginan dari pengirim untuk menyampaikan

pesan kepada seseorang (dalam hal ini penerima) memungkinkan terjadinya komunikasi. Lebih lanjut unsur berikutnya adalah pesan yang akan disampaikan. Pesan dapat berupa pesan verbal atau

nonverbal. Pesan yang merupakan tanggapan dari penerima kepada pengirim disebut umpan balik (feedback). Saluran merupakan unsur komunikasi, yaitu berupa media yang digunakan dalam komunikasi. Masing-masing media yang digunakan tentunya akan menimbulkan

efek yang berbeda pada penerima antara lain efek dapat berupa penambahan informasi baru bagi seseorang (aspek kognitif), menimbulkan perasaan suka atau tidak suka (aspek afektif), atau

membuat seseorang mampu melakukan kegiatan tertentu (aspek psikomotor).

Ditunjau dari sifatnya kemampuan komunikasi dibedakan menjadi kemampuan berkomunikasi tertulis dan komunikasi lisan (Rohaeni, 2013: 23).

a. Kemampuan komunikasi tertulis

Kemampuan komunikasi tertulis merupakan bagian dari

(40)

b. Kemampuan komunikasi lisan

Kemampuan komunikasi lisan merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki setiap orang. Untuk komunikasi lisan, kemampuan

mendengarkan dan menyampaikan gagasan secara lisan perlu dikembangkan. Kemampuan mendengarkan akan membuat orang mampu memahami isi pembicaraan orang lain, sementara lawan

bicara merasa diperhatikan dan dihargai.

Menurut Tarigan (1987: 97) Komunikasi tertulis cendrung lebih unggul dalam isi pikiran maupun struktur kalimat, lebih formal dalam

gaya bahasa, dan jauh lebih teratur dalam pengertian ide-ide. Sang penulis biasanya telah memikiri dalam-dalam setiap kalimat sebelum

dia menulis naskahnya, dia sering memeriksa memperbaiki kalimat-kalimatnya beberapa kali sebelum dia menyelesaikan tulisannya.

Keterampilan tertulis sebagai salah satu dari empat keterampilan berbahasa, mempunyai peranan yang penting di dalam kehidupan

manusia. Menulis tulisan juga merupakan media untuk melestarikan dan menyebarluaskan informasi dan ilmu pengathuan (Nurjamal, dkk,

2011: 4). Menulis merupakan kemampuan seseorang mengungkapkan ide-ide, pikiran, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman-pengalaman hidupnya dalam bahasa tulis yang jelas,runtun, gagasan, ekspresif,

(41)

Menulis adalah menyampaikan ide atau gagasan dan pesan dengan

menggunakan lambang grafik atau tulisan. Tulisan adalah suatu sistem komunikasi manusia yang menggunakan tanda-tanda yang dapat

dibaca atau dilihat dengan nyata. Sedangkan Tarigan (1996 : 1), menyatakan: “ Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipakai

seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran

tersebut”. Dengan demikian dapat disimpulkan, menulis merupakan

kemampuan seseorang dalam melukiskan lambang-lambang grafik

untuk menyampaikan ide atau gagasan yang dapat dimengerti oleh orang lain. Terampil menyusun kata-kata dalam kalimat yang runtut dan jelas (Arundati, 2010: 14).

Keterampilan tertulis untuk membangun makna dan berekspresi sebagai salah satu kompetensi multiliterasi merupkan keterampilan untuk menghasilkan gagasan kritis kreatif atas pengatahuan yang

sudah dimiliki. Menulis untuk membangun makna berarti bahwa kegiatan menulis yang dilakukan tidak hanya sekdar berfungsi sebagai

sarana menyalurkan ide orang lain melainkan sarana untuk

menyalurkan ide siswa sendiri sehingga pemahamannya atas sesuatu hal akan semakin meningkat. Lebih jauh melalui kegiatan menulis ini,

siswa akan mampu mengkomunikasikan ide-ide tersebut pada orang lain sehingga akan terbina pula kemampuannya dalam berkomunikasi

(42)

Menurut Nurjamal, dkk (2011: 10), penulis pasti memiliki tujuan

tertentu dengan tulisannya. Dengan mengacu pada tujuan yang hendak dikemukakan penulis melalui tulisannya, fungsi tulisan dapat

diidentifikasi antara lain sebagai alat untuk : (1) menginformasikan sesuatu kepada pembaca, (2) meyakinkan pembaca, (3) mengajak pembaca, (4) menghibur pembaca, (5) melarang atau memerintah

pembaca, (6) mendukung pendapat orang lain, dan (7) menolak atau menyanggah pendapat orang lain.

Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari aktifitas menulis, seperti yang dijabarkan oleh Komaidi (2011: 9) yaitu pertama, kalau kita ingin menulis pasti menimbulkan rasa ingin tahu (curiosity) dan melatih kepekaan dalam melihat realitas sekitar. Kepekaan dalam melihat suatu realitas lingkungan itulah yang kadang tidak dimiliki

oleh seorang yang bukan penulis. Kedua, dengan kegiatan menulis mendorong kita untuk mencari referensi seperti buku, majalah, koran, jurnal, dan sejenisnya. Dengan membaca referensi-referensi tersebut

tentu kita akan semakin bertambah wawasan dan pengatahuan kita tentang apa yang akan kita tulis. Ketiga, dengan aktifitas menulis, kita terlatih untuk menyusun pikiran dengan argument kita secara runtut, sistematis, dan logis,. Dengan keteraturan tersebut membantu kita untuk menyampaikan pendapat atau pemikiran kita pada orang lain.

(43)

Menurut Nurjamal, dkk (2011: 12), suatu tulisan dapat dikatakan

terbentuk secara sistematis antara lain apabila:

1. Terdapat relevansi yang baik antara judul dengan bagian

pendahuluan, bagian isi, dan bagian penutup tulisan

2. Terdapat relevansi yang baik antara bagian awal/ pendahuluan denganbagian isi dengan bagian akhir/ penutup tulisan, atau

sebaliknya.

3. Terdapat relevansi antara kalimat/ klausa yang satu denhan

kalimat/ kluasa yang lain dalam tiap alinea; dan

4. Terdapat relevansi yang pas antara isi tulisan dengan tujuannya.

Tarigan (2008:7) menyimpulkan bahwa terdapat empat ciri tulisan

yang baik sebagai berikut: (1) Jelas. Pembaca dapat membaca teks dengan cara tetap dan pembaca tidak boleh bingung dan harus

mampu menangkap maknanya tanpa harus membaca ulang dari awal untuk menemukan makna yang dikatakan oleh penulis; (2) Kesatuan dan Organisasi. Pembaca dapat mengikutinya dengan

mudah karena bagian-bagiannya saling behubungan dan runtut; (3) Ekonomis.penulis tidak akan menggunakan kata atau bahasa yang

berlebihan sehingga waktu yang digunakan pembaca tidak terbuang percuma; (4) Pemakaian bahasa dapat diterima. Penulis menggunakan

(44)

D. Hasil Belajar Ranah Kognitif

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 3), Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar,

sedangkan dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar.

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Hasil pembelajaran dapat dibedakan atas:

pengetahuan, keterampilan intelektual, keterampilan motorik dan

sikap. Sedangkan Bloom (dalam Sudijono, 2005: 49) berpendapat bahwa taksonomi (pengelompokan) tujuan pendidikan harus senantiasa

mengacu pada 3 jenis domain (daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik, yaitu: (1) ranah proses berfikir (cognitive domain), (2) ranah nilai sikap (affective domain), dan (3) ranah keterampilan motorik (psikomotor). Sehingga secara keseluruhan peserta didik dapat memahami, menghayati dan mengamalkan

pelajaran yang telah diberikan.

Hasil belajar siswa merupakan suatu hal yang berkaitan dengan

kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu materi yang

disampaikan. Dengan kata lain, hasil belajar merupakan bukti adanya proses belajar-mengajar antara guru dan siswa. Hasil belajar yang bisa

(45)

kognitif. Gagne (dalam Dimyati dan Mujiono, 2002:10) menyatakan

kelima hasil belajar tersebut merupakan kapabilitas siswa. Kapabilitas siswa tersebut berupa:

1. Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Pemilihan informasi verbal memungkinkan individu berperan

dalam kehidupan.

2. Keterampilan intelektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk

berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelek ini terdiri dari

diskriminasi jamak, konsep konkret dan definisi, dan prinsip. 3. Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan

mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini

meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

4. Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian

gerak jasmani dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).

(46)

dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang yang dimaksud

adalah : (1) pengatahuan/hafalan/ingatan (knowledge), (2) pemahaman (comprehension), (3) penerapan (application), (4) analisis (analysis), (5) sintesis (synthesis), dan (6) penilaian (evaluation) (Sudijono, 2001: 50).

Hasil belajar dari aspek kognitif mempunyai hirarki atau tingkatan

dalam pencapaiannya. Adapun tingkat-tingkat yang dimaksud adalah: (1) informasi non verbal, (2) informasi fakta dan pengetahuan verbal,

(3) konsep dan prinsip, dan (4) pemecahan masalah dan kreatifitas. Informasi non verbal dikenal cara penginderaan terhadap objek-objek dan peristiwa-peristiwa secara langsung. Informasi fakta dan

pengetahuan verbal dikenal mendengarkan orang lain dan dengan jalan membaca. Semuanya itu penting untuk memperoleh konsep-konsep.

Selanjutnya, konsep-konsep itu penting untuk membentuk prinsip-prinsip. Kemudian prinsip-prinsip itu penting di dalam pemecahan

masalah atau di dalam kreativitas (Slameto, 1991: 131).

Tinggi rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Djamarah (2008: 176-177) menjelaskan bahwa terdapat beberapa

faktor yang mempengaruhi proses serta hasil belajar. Faktor utamanya adalah faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar yang mempengaruhi proses serta hasil belajar meliputi lingkungan serta instrumental.

Lingkungan yang dimaksud disini adalah lingkungan alami serta lingkungan sosial budaya. Faktor instrumental antara lain kurikulum,

(47)

dalam yang mempengaruhi proses dan hasil belajar antara lain

fisiologis dan psikologis. Faktor fisiologis meliputi kondisi fisiologis dan kondisi pancaindra. Sedangkan faktor psikologis antara lain minat,

kecerdasan, bakat, motivasi serta kemampuan kognitif.

Kualitas hasil pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil danberkualitas

apabila seluruhnya atau setidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secra aktif, baik fisik, mental, maupun social dalam proses pembelajaran, disamping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi,

semangat belajar yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil

apabila terjadi perubahan prilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidaknya sebagian besar (75%). Lebih lanjut, proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila masukan

merata, menghasilkan output yang banyak dan bermutu tinggi, serta sesuai dengan kebutuhan, perkembangan, masyarakat dan

pembangunan (Mulyasa, 2008: 218).

Menurut Arikunto (2008: 253) beberapa tes yang dilakukan guru untuk menilai keberhasilan siswa, diantaranya: uji blok, ulangan harian, tes lisan saat pembelajaran berlangsung, tes mid semester dan tes akhir

semester. Hasil dari tes tersebut berupa nilai yang digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan proses pembelajaran yang terjadi. Tes ini

(48)

kegiatan belajar akan berakhir dengan hasil belajar. Bahan mentah

hasil belajar terwujud dalam lembar jawaban soal ulangan dan karya atau benda. Bagi guru, hasil belajar siswa di kelasnya berguna untuk

melakukan perbaikan tindak mengajar atau evaluasi. Bagi siswa, hasil belajar tersebut berguna untuk memperbaiki cara-cara belajar lebih

lanjut.

Menurut Sudijono (2001: 73-74) tes hasil belajar, yang sering dikenal dengan istilah tes pencapaian (achievment test), yakni tes yang biasa digunakan untuk mengungkap tingkat pencapaian atau prestasi belajar. Tes hasil belajar atau tes prestasi belajar dapat didefinisikan sebagai cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang dapat ditempuh)

dalam rangka pengukuran dan hasil belajar, yang berbentuk tugas dan serangkaian tugas (baik berupa pertanyaan-pertanyaan atau soal-soal)

yang harus dijawab, atau perintah-perintah yang harus dikerjakan sehingga (berdasarkan data yang diperoleh dari kegiatan pengukuran itu) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau

prestasi belajar.

Tes hasil belajar yang dapat dilakukan dengan tes tertulis berupa

pretest dan postest. Pada umumnya pelaksanaan proses pembelajaran dimulai dengan pretest. Pretest ini memiliki banyak kegunaan dalam menjajagi pembelajaran yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu,

pretest memegang pranan yang cukup penting dalam proses

(49)

1) Untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar, karena

dengan pretest maka pikiran mereka akan terfokus pada soal-soal yang harus mereka jawab/ kerjakan.

2) Untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta didik sehubungan dengan proses pembelajaran yang dilakukan. Hal ini daoat

dilakukan dengan membandingkan hasil pretest dan postest.

3) Untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki peserta didik mengenain bahan ajaran yang akan dijadikan topik dalam proses

pembelajaran.

4) Untuk mengetahui dari mana seharusnya proses pembelajaran

dimulai, tujuan-tujuan mana yang telah dikuasai peserta didik, dan tujuan-tujuan mana yang perlu mendapat penekanan dan perhatian

khusus (Mulyasa, 2008: 217).

Sedangkan pada pelaksanaan pembelajaran diakhiri dengan postest. Sama halnya dengan pretest, postest juga memiliki banyak kegunaan, terutama dalam melihat keberhasilan pembelajaran. Fungsi postest menurut Mulyasa (2008: 218-219) antara lain dapat dikemukakan

sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi dasar yang telah ditentukan, baik secara individu maupun kelompok. Hal ini dapat diketahui dengan

(50)

2) Untuk mengetahui kompetensi dasar dan tujuan yang dapat

dikuasai oleh peserta didik, serta kompetensi dasar dan tujuan yang belum dikuasainya. Sehubungan dengan kompetensi dasar dan

tujuan yang belum dikuasai ini, apabila sebagian besar belum menguasainya maka perlu dilakukan pembelajaran kembali (remedial teaching).

3) Untik mengetahui peserta didik yang perlu mengikuti kegiatan remedial dan yang perlu mengikuti kegiatan pengayaan, serta untuk mengetahui tingkat kesulitan dalam mengerjakan modul (kesulitan belajar).

4) Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan terhadap komponen-komponen pembelajaran (modul) dan proses

pembelajaran yang telah dilaksanakan, baik terhadap perencanaan,

(51)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan pada semester Genap Tahun Pelajaran

2014/2015, yaitu pada bulan Maret bertempat di SMP Pengudi Luhur Bandar Lampung.

B. Populasi dan Sampel penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester genap

SMP Pengudi Luhur Bandar Lampung tahun ajaran 2014/2015. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VII C yang berjumlah 21 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas VII A yang berjumlah 21

siswa sebagai kelas kontrol. Pengambilan sampel dipilih dengan teknik purposive sampling, dapat dilihat pada Gambar 2 (Sukardi, 2008: 64).

C. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan eksperimental semu (quasi eksperiment) dengan desain pretest-postest kelompok non ekuivalen. Baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Kelas eksperimen diberi perlakuan

(52)

kemudian dibandingkan. Kemudian setelah selesai pembelajaran

berlangsung, siswa diberikakan tugas paper untuk mengetahui kterampilan berkomunikasi tertulis siswa

Struktur desain penelitian ini sebagai berikut:

Keterangan :

I = Kelas eksperimen II = Kelas kontrol O1 = Pretest

O2 = Postest

O3 = Paper

X = Perlakuan menggunakan model PBL C = Perlakuan menggunakan metode diskusi

Gambar 2. Desain pretest-postest kelompok non ekuivalen

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu prapenelitian dan pelaksanaan

penelitian. Adapun langkah-langkah tahap tersebut sebagai berikut:

1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah sebagai berikut: a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan (observasi) ke SMP

Pengudi Luhur Bandar Lampung, tempat diadakannya

penelitian.

(53)

b. Mengadakan observasi dan wawancara di SMP Pengudi Luhur

Bandar Lampung untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang menjadi subjek penelitian.

c. Melakukan sampling untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol.

d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus,

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa untuk setiap pertemuan.

e. Membuat instrumen penelitian yaitu soal pretest, postest, dan paper yang berisikan tanggapan/komentar, solusi, dan

kesimpulan.

2. Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan menggunakan model

pembelajaran PBL untuk kelas eksperimen dan metode diskusi untuk kelas kontrol. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut.

2.1Kelas Eksperimen (Pembelajaran dengan model pembelajaran PBL)

a. Kegiatan Awal

1. Siswa mengerjakan pretest dalam bentuk uraian untuk materi pokok peran manusia dalam pengelolaan lingkungan.

2. Apersepsi:

(54)

banyak sampah menumpuk. Kemudian guru memberikan pertanyaan “Apakah dampak yang

ditimbulkan dari pemandangan yang terlihat pada

gambar? Apakah yang kalian lakukan jika hal tersebut terjadi disekitar kalian?”

b) Pertemuan 2 : Guru menggali pengetahuan awal siswa

dengan menyajikan gambar orang-orang yang sedang melakukan penanaman pohon. Kemudian guru memberikan pertanyaan. “Apakah manfaat dari

penanaman pohon tersebut?”

3. Motivasi :

a) Pertemuan 1 : Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui peran manusia dalam pengelolaan

lingkungan untuk mengatasi pencemaran lingkungan sehingga kita dapat berusaha untuk menjaga

lingkungan di sekitar kita.

b) Pertemuan 2 : Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui peran manusia dalam pengelolaan

lingkungan untuk mengatasi kerusakan lingkungan

b. Kegiatan Inti

1. Siswa duduk dalam kelompok, setiap kelompok terdiri

(55)

2. Guru menunjukan atau memperlihatkan gambar-gambar

yang berhubungan dengan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan

3. Siswa dibagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berisi permasalahan kepada setiap kelompok dan didiskusikan bersama dengan anggota kelompoknya masing-masing

(Orientasi siswa terhadap amsalah)

4. Guru meminta siswa untuk berdiskusi mengerjakan LKS

5. Siswa dibimbing dalam menemukan jawaban dari permasalahan yang ada dalam LKS dan dibantu dalam

menyimpulkan hasil diskusi yang tertera dalam LKS (Mengorganisasikan siswa untuk belajar, Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok,

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya) 6. Siswa mengumpulkan LKS yang telah dikerjakan. 7. Perwakilan dari salah satu kelompok maju

mempresentasikan hasil pengamatannya, kelompok lainya memperhatikan untuk memberikan tanggapan atau

pertanyaan.

c. Kegiatan Penutup

1. Memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya

mengenai hal-hal yang belum dipahami ketika guru memberikan konfirmasi (Mengevaluasi proses

(56)

2. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan

mengenai materi yang telah dibahas. 3. Siswa mengerjakan postest

4. Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

2.2 Kelas Kontrol (Pembelajaran dengan metode diskusi) a. Kegiatan Awal

1. Siswa mengerjakan pretest dalam bentuk uraian untuk materi pokok peran manusia dalam pengelolaan

lingkungan. 2. Apersepsi

a) Pertemuan 1 : Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan menyajikan gambar sungai yang kotor dan banyak sampah menumpuk. Kemudian guru memberikan pertanyaan “Apakah dampak

yang ditmbulkan dari sungai yang tercemar

sampah? Apakah yang kalian lakukan jika masalah

tersebut terjadi di lingkungan sekitar kalian?” b) Pertemuan 2 : Guru menggali pengetahuan awal

siswa dengan menyajikan gambar orang-orang yang sedang menanam pohon. Kemudian guru memberikan pertanyaan. “Apakah manfaat dari

(57)

3. Motivasi

a) Pertemuan 1 : Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui peran manusia dalam

pengelolaan untuk mengatasi pencemaran lingkungan

b) Pertemuan 2 : Dengan mempelajari materi ini kita

dapat mengetahui peran manusia dalam pengelolaan lingkungan dalam mnegatasi

kerusakan lingkungan

b. Kegiatan Inti

1. Siswa duduk dalam kelompok, setiap kelompok terdiri dari empat yang memiliki kemampuan dan jernis kelamin berbeda (heterogen)

2. Setiap kelompok memperoleh LKS yang harus dikerjakan bersama.

3. Siswa berdiskusi, bekerja sama untuk mengobservasi,

mengklasifikasi, menginterpretasi data yang ada dalam LKS serta mencari informasi yang sesuai untuk

menjawab soal dalam LKS dengan sumber buku pelajaran biologi

4. Siswa mengumpulkan LKS yang sudah dikerjakan.

(58)

c. Kegiatan Penutup

1. Guru memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami ketika guru

memberikan konfirmasi.

2. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan mengenai materi yang telah dibahas.

3. Siswa mengerjakan postest

4. Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang

rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya

E. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data 1. Jenis Data

a. Data Kuantitatif

Data kuantitatif dalam penelitian ini diperoleh dari peningkatan hasil belajar yang berasal dari pretest dan postest hasil belajar siswa pada materi pokok peran manusia dalam pengelolaan

lingkungan. Kemudian dihitung selisih antara nilai pretest dengan postest dalam bentuk N-gain.

b.Data Kualitatif

Data kualitatif berupa data keterampilan berkomunikasi tertulis

(59)

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut:

a. Pretest dan Postest

Data penguasaan berupa nilai pretest dan postest. Nilai pretest yang diambil pada pertemuan pertama setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai postest diambil diakhir pembelajaran pada pertemuan kedua setiap kelas baik eksperimen maupun kontrol. Bentuk soal yang diberikan adalah

berupa soal uraian.

b. Lembar Observasi Keterampilan Tertulis

Lembar observasi keterampilan berkomuniaksi tertulis siswa

berisi semua aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran berakhir yaitu pada saat siswa mengumpulkan tugas yang diberikan berupa paper. Indikator yang diamati yaitu: (1) tanggapan/ komentar bersesuaian dengan

permasalahan; (2) tanggapan/ komentar dinyatakan secara kritis dan logis; (3) solusi yang tepat; (4) kesimpulan yang logis; (5)

(60)

Tabel 3. Lembar Observasi Kemampuan Komunikasi Tertulis

Catatan:Berilah skor pada setiap item sesuai dengan aspek penilaian (Darojah, 2011: 48).

Tabel 4. Keterangan aspek penilaian keterampilan menulis siswa

Aspek Skor Deskripsi

a) Tanggapan/

komentar

bersesuaian dengan masalah

1 Tanggapan/ komentar tidak

bersesuaian dengan masalah

2 Tanggapan/ komentar kurang

bersesuaian dengan masalah

3 Tanggapan/ komentar bersesuaian

dengan masalah

4 Tanggapan/ komentar sangat

bersesuaian dengan masalah

b) Taggapan/komentar

dinyatakan secara kritis dan logis

1 Taggapan/komentar dinyatakan tidak

kritis dan logis

2 Taggapan/komentar dinyatakan

kurang kritis dan logis

3 Taggapan/komentar dinyatakan kritis

dan logis

4 Taggapan/komentar dinyatakan

sangat kritis dan logis

c) Solusi yang tepat 1 Memberikan solusi yang tidak tepat

2 Memberikan solusi yang kurang tepat

3 Memberikan solusi yang tepat

4 Memberikan solusi yang sangat tepat

d) Kesimpulan yang

logis

1 Kesimpulan tidak logis

2 Kesimpulan kurang logis

3 Kesimpulan logis

4 Kesimpulan sangat logis

e) Pengejaan, tata

bahasa, dan kerapihan tulisan

1 Pengejaan, tata bahasa, dan kerapihan

tulisan tidak baik

2 Pengejaan, tata bahasa, dan kerapihan

tulisan kurang baik

3 Pengejaan, tata bahasa, dan kerapihan

tulisan baik

4 Pengejaan, tata bahasa, dan kerapihan

(61)

F. Teknik Analisis data 1. Data Kuantitatif

Nilai pretest, postest, dan Gain pada kelas eksperimen dan kontrol dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSS versi 17. yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa uji normalitas data, uji kesamaan dua varians, dan pengujian hipotesis.

Teknik penskoran nilai pretest dan postest yaitu:

Keterangan :

S = nilai yang diharapkan (dicari)

R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar

N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008: 112).

Untuk mendapatkan N- Gain pada setiap pertemuan, menggunakan formula Hake (dalam Loranz, 2008: 3) sebagai berikut:

N-

X100

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan program SPSS versi 17.

1. Hipotesis

H0 = Sampel berdistribusi normal

(62)

2. Kriteria Pengujian

Terima H0 jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak H0

untuk harga yang lainnya (Pratisto, 2004: 5).

b. Uji Kesamaan Dua Varians

Masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varians dengan menggunakan

program SPSS versi 17. 1. Hipotesis

H0 = Kedua sampel mempunyai varians sama

H1 = Kedua sampel mempunyai varians berbeda

2. Kriteria Pengujian

Dengan kriteria uji yaitu jika Fhitung < Ftabel atau

probabilitasnya > 0,05 maka H0 diterima, jika Fhitung >

Ftabel atau probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak (Pratisto,

2004: 71).

c. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis data yang berdistribusi normal digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua

rata-rata dengan menggunakan program SPSS 17, namun untuk data yang tidak berdistribusi normal pengujian hipotesis di lakukan dengan uji Mann-Whitney U.

1) Uji Kesamaan Dua Rata-rata a. Hipotesis

(63)

H1 = Rata-rata Gain kedua sampel tidak sama

b. Kriteria Pengujian

Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima.

Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho

ditolak (Pratisto, 2004: 13).

2) Uji Perbedaan Dua Rata-rata a. Hipotesis

H0 = rata-rata Gain pada kelas eksperimen lebih

rendah atau sama dengan kelas kontrol.

H1 = rata-rata Gain pada kelas eksperimen lebih tinggi

dari kelas kontrol. b. Kriteria Pengujian

Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima.

Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak (Pratisto, 2004:10).

3) Uji Mann-Whitney U

Jika salah satu atau kedua kelas tidak berdistribusi normal, maka dilakukan uji hipotesis dengan uji U

a. Hipotesis

H0 = Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol sama

H1 = Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kelas

Gambar

Tabel Halaman
Gambar Halaman
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
Tabel 1. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan keterampilan generik sains siswa yang diajar dengan menggunakan model problem based learning (PBL) dan project

Telah dilakukan penelitian yang berjudul penerepan model Problem Based Learning (PBL) berbasis eksperimen pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan kelas XI SMA Negeri 2

ABSTRAK PENINGKATAN KETERAMPILAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATERI BANGUN DATAR UNTUK SISWA KELAS IVA SD KANISIUS DEMANGAN BARU 1 MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

Bagaimanakah perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa kelas eksperimen yang dibelajarkan dengan model Problem Based Learning (PBL) dengan siswa kelas kontrolMAN 3 Aceh

Problem Based Learning (PBL) pada dasarnya dirancang untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir.. dan keterampilan menyelesaikan masalah, mempelajari peran-peran orang

kelayakan buku ajar berbasis Problem-based learning (PBL) pada materi sistem pencernaan manusia untuk melatihkakn berpikir kritis siswa SMP secara empiris

Berdasarkan data hasil penelitian (Tabel 1) diketahui bahwa rata-rata keterampilan berkomunikasi tertulis siswa pada kelas eksperimen dengan mengguna- kan model

Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning PBL secara daring Terhadap Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Pada Materi Sistem Reproduksi SKRIPSI Diajukan untuk