• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TERTULIS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Kartika II-2 Bandar Lampung Sem

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TERTULIS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Kartika II-2 Bandar Lampung Sem"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TERTULIS

DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN

(Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Kartika II-2 T.P 2014/2015 pada Materi Pokok Peran Manusia dalam Pengelolaan

Lingkungan)

Oleh KARYANTI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TERTULIS

DAN HASIL BELAJAR SISWAPADA MATERI PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN

(Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Kartika II-2 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015 pada Materi

Pokok Peran Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan)

Oleh KARYANTI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran PBL

terhadap keterampilan berkomunikasi tertulis dan hasil belajar siswa. Penelitian

ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan desain pretest-posttest

kelompok tak ekuivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas VII B dan VII C

berjumlah 44 siswa yang dipilih secara purposive sampling. Data penelitian ini

berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa rata-rata nilai

keterampilan berkomunikasi tertulis siswa yang diperoleh dari tugas paper dan

dianalisis secara deskriptif. Data kuantitatif diperoleh dari rata-rata nilai pretest,

posttest dan gain, kemudian dianalisis secara statistik menggunakan uji-t dan uji

U pada taraf kepercayaan 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata siswa kelas eksperimen memiliki

(3)

Keterampilan siswa memberikan tanggapan/komentar pada paper memiliki

kriteria “baik” (82,39 ± 0,46) siswa mampu menuliskan tanggapan yang

bersesuaian dengan masalah. Keterampilan memberikan tanggapan/komentar

secara kritis dan logis memiliki kriteria “baik” (75,57 ± 0,26) siswa mampu

menuliskan tanggapan yang dinyatakan secara kritis dan logis pada paper.

Keterampilan memberikan solusi yang tepat memiliki kriteria “baik” (82,39 ±

0,51) siswa mampu menuliskan solusi yang tepat untuk mengurangi pencemaran

dan kerusakan yang ada dalam wacana. Keterampilan memberikan kesimpulan

yang logis memiliki kriteria “baik” (76,14 ± 0,37) siswa mampu menuliskan

kesimpulan yang logis serta berkaitan dengan tanggapan dan solusi, serta

pengejaan, tata bahasa, dan kerapihan tulisan memiliki kriteria “baik” (76,70 ±

0,45) yaitu dengan berbahasa yang baik dan benar sesuai dengan Ejaan Yang

Disempurnakan (EYD). Keterampilan berkomunikasi yang baik ternyata diikuti

oleh peningkatan hasil belajar siswa.

Peningkatan hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan

dengan kelas kontrol, dengan rata-rata nilai gain (74,55 ± 9,57). Serta rata-rata

indikator kognitif C2 (16,13± 6,66), C3 (22,84± 9,44), dan C4 (8,34± 6,97).

Dengan demikian, model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

berpengaruh dalam meningkatkan keterampilan berkomunikasi tertulis dan hasil

belajar siswa.

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pringsewu pada tanggal 15 januari

1993, anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan

bahagia Bapak Prayitno dengan Ibu Ponirah. Nomor

telepon (082176594423) Alamat rumah (Jl. Hayam

Wuruk/Putri Balau Gg.Mangga V No.91 Kedamaian

Bandar Lampung).

Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri 2 Kedamaian yang

diselesaikan pada tahun 2005. Tahun 2005 diterima di SMP Kartika II-2 Bandar

Lampung yang diselesaikan pada tahun 2008. Tahun 2008 diterima SMA Negeri 1

Bandar Lampung yang diselesaikan tahun 2011 dan pada tahun yang sama penulis

diterima di Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan

Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Biologi.

Penulis melaksanakan Kegiatan Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi

(KKN-KT) tahun 2014 di desa Pantau Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung

Barat, dan melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negri 2

Pantau Lampung Barat. Tahun 2015 peneliti melakukan penelitian di SMP

(8)

Dengan menyebut nama Alloh yang Maha pengasih lagi Maha penyayang

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi robbil ‘alamin,

segala puji untuk Mu ya Rabb atas segala

kemudahan, limpahan rahmad dan karunia yang Engkau berikan selama ini.

Teriring doa, rasa syukur dan segala kerendahan hati.

Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya ini untuk

orang-orang yang akan selalu berharga dalam hidupku:

Ayahanda Prayitno dan ibunda Ponirah

Sosok mulia yang telah membesarkanku mendidik serta mendoakanku dengan

penuh kasih sayang yang tercurah tanpa batas, I Love U

Adikku tercinta Nurma Yunita

Terimakasih untuk segala cinta dan dukungan yang diberikan untukku

(9)

MOTO

Dan sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan.

Sesudah kesulitan ada kemudahan.

(QS; Al-Insyirah. 5-6)

“Lakukanlah yang justru kamu takuti, karena yang kamu

takuti itu adalah hal yang akan membuat kamu berhasil”

(10)

xi

SANWACANA

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana

Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA

FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Problem

Based Learning (PBL) terhadap Keterampilan Berkomunikasi Tertulis dan

Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Peran Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan

dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung;

3. Berti Yolida, S.Pd, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi,

Pembimbing Akademik dan Pembimbing II yang telah memberikan saran,

bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;

4. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan

dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;

5. Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembahas atas saran-saran perbaikan dan

(11)

6. Bapak dan ibu dosen pengajar, atas segala bantuan dan ilmu yang telah

diberikan.

7. Bapak Drs. Mujeni, MM., selaku kepala SMP Kartika II-2 Bandar Lampung,

dan Ibu Umi Kalsum, S.Si, MP., selaku guru mitra, serta semua pihak di SMP

Kartika II-2 Bandar Lampung, yang telah membimbing dan memberikan

saran-saran untuk keberhasilan penelitian ini.

8. Keluarga kecilku di kampus, Chintia Monalia, Herlinda Oktarina, Winda

Riana, Indah Surya Pertiwi, Zhakia El Shinta, Fadhilah Khairani, Qurota Aina,

Tyas Kharimah, Lita Yudhitya, terimakasih atas kebersamaan, keceriaan,

dukungan, semangat dan persaudaraan yang telah kita jalani selama ini,

semoga Alloh kekalkan persaudaraan kita. Amien.

9. Rekan-rekanku di Pendidikan Biologi, teman se-angkatan 2011, yang tidak

bisa disebutkan satu persatu, terima kasih untuk motivasi, dan bantuannya

dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

10.Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Amien.

Bandar Lampung, 30 Juni 2015 Penulis,

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Sintaks Pembelajaran PBL ... 17

2. Lembar obsevasi kemampuan keterampilan berkomunikasi tertulis ... 34

3. Indikator keterampilan komunikasi tertulis siswa ... 34

4. Kriteria tingkat keterampilan tertulis siswa ... 39

5. Keterampilan berkomunikasi tertulis siswa ... 40

6. Hasil uji normalitas, homogenitas, uji kesamaan dan perbedaan dua rata – rata nilai pretest, posttest dan N-gain oleh siswa pada kelas

eksperimen dan kontrol ... 41

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat ... 9

2. Desain penelitian pretest dan posttest ... 27

3. Tulisan siswa dalam menuliskan tanggapan/komentar. ... 44

4. Tulisan siswa dalam menuliskan solusi ... 45

5. Tulisan siswa dalam menuliskan kesimpulan ... 46

6. Tulisan siswa dalam pengejaan, tata bahasa, dan kerapihan dalam paper ... 47

7. Jawaban siswa pada soal indikator C2 ... 49

8. Jawaban siswa pada soal indikator C3 ... 50

9. Jawaban siswa pada soal indikator C4 ... 51

(14)

DAFTAR ISI

B. Keterampilan Berkomunikasi Tertulis ... 18

C.Hasil Belajar ... 22

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian Latar Belakang Masalah ... 40

(15)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan ... 53

B. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 55

LAMPIRAN 1. Silabus ... 59

2. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran ... 63

3. Lembar Kerja Siswa ... 74

4. Kunci Jawaban LKS ... 80

5. Rubrik LKS ... 84

6. Kisi-kisi pretest posttest ... 90

7. Soal pretest dan posttest ... 93

8. Kunci Jawaban pretest posttest ... 96

9. Rubrik pretest posttest ... 97

10. Lembar Observasi Keterampilan Tertulis ... 102

11. Paper Keterampilan Berkomunikasi Tertulis ... 103

(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari memegang peranan yang penting, karena

setiap saat semua orang atau kelompok melakukan interaksi. Bila tak ada komunikasi

maka yang akan terjadi dalam kehidupan adalah ketidakharmonisan maupun

ketidakcocokkan. Selain itu, Cangara (2007: 59) mengatakan bahwa jika fungsi

komunikasi dilihat dari aspek kesehatan, ternyata kalangan dokter jiwa menilai bahwa

orang yang kurang berkomunikasi dengan masyarakat mudah terkena ganggguan jiwa

(depresi) dan kanker sehingga memiliki kecenderungan cepat meninggal dibanding

dengan orang yang senang berkomunikasi. Disinilah pentingnya membangun

komunikasi yang secara harfiah, komunikasi dapat diartikan sebagai kesamaan makna

dalam menyampaikan suatu pesan.

Hal ini pun bisa terjadi dalam dunia pendidikan, dalam proses pembelajaran

komunikasi akan menjadi penentu keberhasilan seorang guru dalam mengajar. Dalam

proses belajar-mengajar, komunikasi bukan sekedar penting atau tidak, tetapi

komunikasi yang bagaimana yang memberikan pengaruh baik, bukan hanya pada

efektivitas pengajaran, kemampuan anak didik untuk mengerti tetapi komunikasi

yang akan berdampak baik pada sikap, perilaku, mental dan cara berpikir di masa

(17)

2

keterampilan proses sains yang sangat dibutuhkan dalam pembelajaran biologi adalah

keterampilan berkomunikasi. Berkomunikasi dibagi menjadi dua yaitu berkomunikasi

secara langsung dan berkomunikasi secara tidak langsung. Berkomunikasi secara

langsung meliputi bertanya, menjawab, dan mendengarkan, sedangkan berkomunikasi

tidak langsung adalah tulis. Keterampilan tertulis sangat dibutuhkan dalam

penyampaian informasi terutama dalam pembelajaran Biologi, sehingga untuk

menghasilkan tulisan yang baik, setiap penulis harus memiliki tiga keterampilan

dasar dalam menulis, yaitu keterampilan berbahasa, keterampilan penyajian, dan

keterampilan perwajahan (Semi, 1990: 2).

Namun pada kenyataannya, komunikasi tertulis di dunia pendidikan masih sangat

rendah. Hal ini dibuktikan dengan sedikitnya karya ilmiah indonesia yang diterima di

ranah international. CIA Word Factbook 2004 mencatat bahwa Indonesia menempati

urutan keempat dengan predikat kepadatan penduduk di dunia. Logikanya, Indonesia

dapat memproduksi karya ilmiah lebih banyak dibandingkan dengan negara yang

jumlah penduduknya lebih sedikit. Namun, hal itu ternyata tidak berlaku di negara

kita ini, Malaysia yang jumlah penduduknya lebih sedikit dari Indonesia ternyata

mampu menerbitkan karya ilmiah lebih banyak dari Indonesia. Jumlah karya ilmiah

Indonesia hanya sekitar sepertujuh dari jumlah karya ilmiah Malaysia (Priangan,

2014: 1).

Hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran IPA di SMP Kartika II-2

Bandar Lampung, diketahui bahwa keterampilan berkomunikasi tertulis dan hasil

(18)

siswa dalam menuangkan ide, menuliskan gagasan, pendapat, atau jawaban atas tugas

yang diberikan oleh guru. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran yang belum

optimal, guru masih menggunakan metode ceramah, penggunaan metode ceramah

akan membuat siswa bersikap pasif karena siswa hanya menyimak dan mendengarkan

informasi yang diberikan oleh guru sehingga membuat siswa kurang terlatih untuk

menyampaikan gagasan atau ide mengenai permasalahan nyata yang terjadi di

lingkungan dalam bentuk laporan tertulis. Selain itu juga, guru lebih senang

memberikan latihan-latihan soal kepada siswa dengan alasan agar siswa dapat lebih

memahami materi, namun pada kenyataanya siswa dalam menjawab soal hanya

memindahkan jawaban dari buku cetak saja dan juga jawaban tidak sepenuhnya hasil

pekerjaan sendiri melainkan melihat pekerjaan teman bahkan mencontek secara

keseluruhan.

Pada materi pokok peran manusia dalam pengelolaan lingkungan khususnya, selama

ini guru juga belum menggunakan model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk

aktif mengembangkan pengetahuannya secara mandiri, siswa kurang dilatih dalam

pemecahan masalah terkait pengelolaan pencemaran lingkungan. Karena siswa tidak

dilibatkan secara langsung dalam penemuan konsep melalui permasalah pencemaran

yang terjadi di sekitar lingkungan, sehingga siswa tidak terbiasa belajar dengan

diawali permasalahan-permasalahan, menyebabkan siswa kesulitan dalam

menyampaikan gagasan atau ide untuk pemecahan masalahnya, hal ini akan

berdampak pada rendahnya keterampilan berkomunikasi tertulis dan juga hasil belajar

siswa. Hal ini dibuktikan dengan hasil ulangan siswa kelas VII SMP Kartika II-2

(19)

4

belajar siswa pada materi peran manusia dalam mengelola lingkungan hanya 34%

dengan rata-rata nilai 59. Nilai rata-rata tersebut belum memenuhi Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan pada sekolah ini yaitu 70.

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, diduga bahwa salah satu

penyebab adanya kesulitan siswa dalam mengembangkan keterampilan komunikasi

tertulis dan memahami konsep biologi adalah pemilihan dan penggunaan model dan

metode pembelajaran yang kurang tepat. Oleh sebab itu, perlu model pembelajaran

yang dapat mengembangkan keterampilan berkomunikasi siswa. Salah satu model

pembelajaran yang diduga dapat meningkatkanketerampilan komunikasi tertulis

siswa adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

PBL adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata (autentik) yang tidak

terstuktur (ill structured) dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi peserta didik

untuk mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah dan berfikir kritis serta

sekaligus membangun pengetahuan baru (Hosnan, 2014: 298).Ditinjau secara umum,

model PBL terdiri dari menyajikan masalah kepada siswa situasi masalah yang

autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk

melakukan penyelidikan dan inkuiri, salah satu ciri khusus dari model PBL adalah

penyelidikan autentik, siswa harus melakukan penyelidikan autentik untuk mencari

penyelesaian nyata terhadap masalah nyata (Trianto, 2007: 69). Melalui masalah

dunia nyata tersebut, siswa akan tertantang untuk melakukan aktivitas pemecahan

masalah sehingga dapat melatih keterampilan berkomunikasi tertulis siswa yang

(20)

pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas akan lebih dominan dilakukan oleh

siswa sehingga dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi tertulis dan hasil

belajar.

Beberapa penelitian yang menunjukkan keberhasilan penggunaan model PBL

terhadap peningkatan keterampilan berkomunikasi tertulis dan hasil belajar siswa.

Hasil penelitian Prima dan Kaniawati (2014: 4) menunjukkan bahwa setelah

penerapan model PBL keterampilan berkomunikasi kelas eksperimen mengalami

peningkatan dengan kategori tinggi. Penelitian Wulandari (2013: 186) menunjukkan

bahwa setelah penerapan model PBL hasil belajar siswa yang diajar dengan model

PBL lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan metode

pembelajaran demonstrasi. Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan

penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning

(PBL) terhadap Keterampilan Berkomunikasi Tertulis dan Hasil Belajar Siswa Pada

Materi Pokok Peran Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, rumusan masalah secara

umum dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pengaruh penggunaan model pembelajaran PBL terhadap

keterampilan berkomunikasi tertulis pada materi pokok peran manusia dalam

(21)

6

2. Apakah penggunaan model pembelajaran PBL berpengaruh signifikan terhadap

hasil belajar siswa pada materi pokok peran manusia dalam pengelolaan

lingkungan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini untuk

mengetahui:

1. Pengaruh model pembelajaran PBL terhadap keterampilan berkomunikasi tertulis

siswa pada materi pokok peran manusia dalam pengelolaan lingkungan.

2. Pengaruh model pembelajaran PBL terhadap hasil belajar siswa pada materi

pokok peran manusia dalam pengelolaan lingkungan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti, menambah pengetahuan dan pengalaman dalam pembelajaran

biologi dengan menggunakan model pembelajaran PBL

2. Bagi guru, dapat memberikan alternatif dalam memilih dan menerapkan model

pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi tertulis

dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran materi pokok peran manusia dalam

pengelolaan lingkungan.

3. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman belajar yang berbeda dalam

mempelajari materi pokok peran manusia dalam pengelolaan lingkungan.

4. Bagi sekolah, memberikan sumbang pemikiran untuk meningkatkan pembelajaran

(22)

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari kesalahan penafsiran, maka perlu dikemukakan ruang lingkup

penelitian sebagai berikut:

1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah PBL. Prosedur

pembelajaran berbasis masalah yakni: (1) mengorientasikan siswa pada masalah;

(2) mengorganisasikan siswa untuk belajar; (3) membimbing penyelidikan/inquiri

individu maupun kelompok; (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya; dan

(5) mengevaluasi dan menganalisis hasil pemecahan masalah (Amri, 2013: 13).

2. Keterampilan berkomunikasi tertulis yang diamati dalam penelitian ini mencakup

lima indikator yakni: (1) tanggapan/ komentar bersesuaian dengan permasalahan;

(2) tanggapan/ komentar dinyatakan secara kritis dan logis; (3) Solusi yang tepat;

(4) kesimpulan yang logis; (5) pengejaan, tata bahasa, dan kerapihan tulisan

(Anonim, 2013: 2)

3. Peningkatan hasil belajar yang diamati pada penelitian ini diukur berdasarkan nilai

yang diperoleh dari hasil pretest, posttest, dan N-Gain

4. Materi pokok yang diteliti yaitu Peran Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan

(KD 7.4 mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan untuk mengatasi

pencemaran dan kerusakan lingkungan)

5. Sampel penelitian adalah kelas VII B yang berjumlah 44 siswa sebagai kelas

eksperimen dan kelas VII C yang berjumlah 44 siswa sebagai kelas kontrol di SMP

(23)

8

F. Kerangka Pikir

Pembelajaran biologi merupakan salah satu mata pelajaran yang berhubungan dengan

ilmu pengetahuan alam. Sebagian besar siswa beranggapan bahwa biologi merupakan

pelajaran yang cukup sulit dipahami, banyak hal yang masih dianggap abstrak untuk

mereka pahami. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya penggunaan model

pembelajaran yang tepat. Guru masih sering menggunakan metode konvensional,

siswa lebih banyak mengandalkan informasi yang datang dari guru. Sedangkan

dalam pembelajaran Biologi siswa harus aktif mencari tahu dengan membentuk

pengetahuannya, dan guru hanya sebagai fasilitator yang membantu dan membimbing

siswa agar proses pencarian itu berjalan dengan baik.

Upaya meningkatkan keterampilan berkomunikasi tertulis dan hasil belajar siswa

pada materi pokok peran manusia dalam pengelolaan lingkungan, siswa perlu

didorong untuk secara aktif melakukan kegiatan agar dapat memecahkan

masalah-masalah yang berkaitan dengan materi pelajaran sehingga siswa dapat terlibat secara

aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu model yang diduga dapat meningkatkan

keterampilan berkomunikasi tertulis dan hasil belajar siswa adalah model PBL. Pada

model PBL tahap pertama yaitu Orientasi siswa pada masalah, pada tahap ini siswa

diberikan masalah oleh guru yang harus diberikan solusi atau pemecahan masalahnya.

Tahap kedua yaitu mengorganisasikan siswa untuk belajar, pada tahap ini siswa

dilatih dalam menganalisis suatu masalah kemudian memberikan pemecahan

masalahnya. Pada tahapan ketiga siswa mengumpulkan informasi untuk mendapatkan

(24)

Di tahap keempat ini siswa mulai terlatih dalam menuliskan gagasan, pendapat, atau

tanggapan mengenai pemecahan masalah atau solusi yang harus dilakukan. Dalam

tulisan tersebut siswa dapat menginformasikan atau membuat laporan yang akan

dibaca oleh teman-temannya, sehingga secara tidak langsung hal ini mengasah

keterampilan berkomunikasi tertulis yang berdampak terhadap peningkatan hasil

belajar siswa.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel

terikat. Dimana variabel bebasnya adalah pengaruh model pembelajaran PBL,

sedangkan variabel terikatnya adalah peningkatan keterampilan berkomunikasi

tertulis dan hasil belajar siswa.

Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dapat ditujukan pada tabel

dibawah ini:

Keterangan :

X = Model Problem Based Learning (PBL) Y1 = Keterampilan Berkomunikasi Tertulis Y2 = Hasil Belajar

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. X

Y1

(25)

10

G. Hipotesis

“Dengan menerapkan model PBL dapat mempengaruhi keterampilan berkomunikasi

(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Problem Based Learning (PBL)

PBL pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1970-an di Universitas Mc

Master Fakultas Kedokteran Kanada, sebagai satu upaya menemukan solusi

dalam diagnosis dengan membuat pertanyaan-pertanyaan sesuai situasi yang

ada (Rusman, 2014: 242). PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang

menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk

belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah,

serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi

pembelajaran (Kunandar, 2009: 354). Hal ini sependapat dengan Hosnan

(2014: 298) bahwa model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan

nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari siswa untuk melatih dan

meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah serta

mendapatkan pengetahuan konsep-konsep penting, tugas guru harus

memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai keterampilan

mengarahkan diri.

Suryani dan Agung (2012: 112-113) mengatakan bahwa secara umum

penerapan model pembelajaran berbasis masalah dimulai dengan adanya

(27)

12

berasal dari peserta didik atau dari pendidik. Peserta didik akan memusatkan

pembelajaran di sekitar masalah tersebut, dengan arti lain, peserta didik

belajar teori dan metode ilmiah agar dapat memecahkan masalah yang

menjadi pusat perhatiannya. Pemecahan masalah dalam PBL harus sesuai

dengan langkah-langkah metode ilmiah. Dengan demikian peserta didik

belajar memecahkan masalah secara sistematis dan terencana.

Adapun ciri-ciri PBL menurut Hosnan (2014: 296) adalah :

a. Pengajuan masalah atau pertanyaan

pengaturan pembelajaran berkisar pada masalah atau pertanyaan yang

penting bagi siswa maupun masyarakat. Pertanyaan dan masalah yang

diajukan itu haruslah memenuhi kriteria autentik, jelas, mudah dipahami,

luas, dan bermanfaat.

b. Keterkaitan dengan berbagai masalah disiplin ilmu

masalah yang diajukan dalam pembelajaran berbasis masalah hendaknya

mengaitkan atau melibatkan berbagai disiplin ilmu.

c. Penyelidikan yang autentik

penyelidikan yang diperlukan dalam pembelajaran berbasis masalah

bersifat autentik. Selain itu penyelidikan diperlukan untuk mencari

penyelesaian masalah yang bersifat nyata. Siswa menganalisis dan

merumuskan masalah, mengembangkan dan meramalkan hipotesis,

mengumpulkan dan menganalisi informasi, melaksanakan eksperimen,

menarik kesimpulan, dan menggambarkan hasil akhir.

d. Menghasilkan dan memamerkan hasil/karya

(28)

penelitiannya dalam bentuk karya dan memamerkan hasil karyanya.

Artinya, hasil penyelesaian masalah siswa ditampilkan atau dibuatkan

laporan.

e. Kolaborasi

pada pembelajaran masalah, tugas-tugas belajar berupa masalah harus

diselesaikan bersama-sama antarsiswa dengan siswa, baik dalam kelompok

kecil maupun besar, dan bersama-sama antarsiswa dengan guru.

Menurut Hosnan ( 2014: 299) tujuan utama PBL bukanlah penyampaian

sejumlah besar pengetahuan kepada peserta didik, melainkan pada

pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan

masalah dan sekaligus mengembangkan kemampuan peserta didik untuk

secara aktif membangun pengetahuan sendiri. PBL juga dimaksudkan untuk

mengembangkan kemandirian belajar dan keterampilan sosial peserta didik.

Hal ini sependapat dengan Kunandar (2009: 356), bahwa tujan dari PBL

adalah : (a) Membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya

kepada peserta didik. (b) Membantu peserta didik mengembangkan

kemampuan berpikir, pemcehan masalah, dan keterampilan intelektual. (c)

Belajar tentang berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam

pengalaman nyata atau simulasi. (d) Menjadi pembelajar yang mandiri dan

otonom.

Model PBL memiliki berbagai potensi manfaat bagi siswa antara lain (1)

siswa akan menjadi lebih ingat dan meningkatkan pemahamannya atas materi

(29)

14

mendorong siswa untuk berfikir, (4) siswa akan membangun kerja tim,

kepemimpinan, dan keterampilan social, (5) dapat membangun kecakapan

belajar (life-long learning skills), dan (6) memotivasi siswa (Amir, 2013:

27-29).

Pembelajaran dengan model PBL dapat memfasilitasi siswa untuk turut

dalam pembelajaran sehingga pengalaman belajar siswa bertambah. Model

PBL dapat membantu siswa mencapai tujuan belajar. Hasil belajar bukan

hanya berupa penguasaan pengetahuan, tetapi juga kecakapan dan

keterampilan dalam melihat, menganalisis dan memecahkan masalah,

membuat rencana dan pembagian kerja. Dengan demikian aktivitas dan

produk yang dihasilkan dari aktivitas belajar ini mendapatkan penilaian

(Sukmadinata, 2007: 179).

Dalam pelaksanaannya, PBL tentunya memiliki keunggulan dan kelemahan.

Menurut Sudrajat (2011: 2) pembelajaran berdasarkan masalah (Problem

Based Learning) memiliki beberapa keunggulan, diantaranya: (1) siswa lebih

memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri yang menemukan

konsep tersebut; (2) melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan

menuntut keterampilan berpikir siswa yang lebih tinggi; (3) pengetahuan

tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki siswa sehingga pembelajaran

lebih bermakna; (4) siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab

masalah-masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan

nyata, hal ini dapat meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa terhadap

(30)

mampu memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain, menanamkan

sikap sosial yang positif diantara siswa; dan (6) pengkondisian siswa dalam

belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap pembelajar dan temannya

sehingga pencapaian ketuntasan belajar siswa dapat diharapkan. Selain itu,

pembelajaran berdasarkan masalah (PBL) diyakini pula dapat

menumbuhkan-kembangkan kemampuan kreatifitas siswa, baik secara individual maupun

secara kelompok karena hampir di setiap langkah menuntut adanya keaktifan

siswa.

Sedangkan kelemahan PBL antara lain: (1) Pembelajaran tidak dapat

diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada bagian guru berperan aktif

dalam menyajikan materi. PBL lebih cocok untuk pembelajaran yang

menuntut kemampuan tertentu yang kaitannya dengan pemecahan masalah.

(2) dalam suatu kelas yang memiki tingkat keragaman siswa yang tinggi akan

terjadi kesulitan dalam pembagian tugas. (3) PBL kurang cocok untuk

diterapkan di sekolah dasar karena masalah kemampuan bekerja dalam

kelompok. PBL sangat cocok untuk mahasiswa perguruan tinggi atau paling

tidak sekolah menengah. (4) PBL biasanya membutuhkan waktu yang tidak

sedikit sehingga dikhawatirkan tidak dapat menjangkau seluruh konten yang

diharapkan walapun PBL berfokus pada masalah bukan konten materi. (5)

membutuhkan kemampuan guru yang mampu mendorong kerja siswa dalam

kelompok secara efektif, artinya guru harus memilki kemampuan memotivasi

siswa dengan baik. (6) adakalanya sumber yang dibutuhkan tidak tersedia

(31)

16

Menurut Pannen, Mustafa dan Sekarwinarhayu (2005: 88) model PBL

memiliki 5 asumsi utama yaitu:

1. Permasalahan sebagai pemandu.

Permasalahan menjadi acuan yang harus menjadi perhatian siswa. Bacaan

yang diberikan sejalan dengan permasalahan. Siswa ditugaskan untuk

membaca dengan selalu mengacu pada permasalahan. Permasalahan

menjadi kerangka pikir dalam mengerjakan tugas.

2. Permasalahan sebagai kesatuan.

Permasalahan diberikan kepada siswa setelah tugas-tugas dan penjelasan

diberikan. Tujuannnya memberikan kesempatan pada siswa untuk

menerapkan pengetahuan yang sudah diperolehnya dalam pemecahan

masalah.

3. Permasalahan sebagai contoh.

Permasalahan merupakan salah satu contoh dan bagian dari bahan

pelajaran siswa. Permasalahan digunakan untuk menggambarkan teori,

konsep, atau prinsip dan dibahas dalam diskusi kelompok.

4. Permasalahan sebagai sarana yang memfasilitasi terjadinya proses.

Permasalahan menjadi alat untuk melatih siswa dalam bernalar dan

berpikir kritis.

5. Permasalahan sebagai stimulus dalam aktifitas belajar.

Fokusnya pada pengembangan keterampilan pemecahan masalah dari

kasus-kasus serupa. Keterampilan tidak diajarkan oleh guru, tetapi

ditemukan dan dikembangkan sendiri oleh siswa melalui aktifitas

(32)

fisik. Keterampilan data dan menganalisis data yang berkaitan dengan

permasalahan, dan keterampilan meta kognitif.

Suryani dan Agung (2012: 112) menyatakan bahwa ada beberapa cara

menerapkan pembelajaran berbasis masalah (PBM) dalam pembelajaran.

Secara umum penerapan model ini dimulai dengan adanya masalah yang

harus dipecahkan oleh peserta didik. Masalah tersebut dapat berasal dari

peserta didik atau dari pendidik. Peserta didik akan memusatkan

pembelajaran di sekitar masalah tersebutu, dengan arti lain, peserta didik

belajar teori dan metode ilmiah agar dapat memecahkan masalah yang

menjadi pusat perhatiannya.

Hosnan (2014: 300) menjelaskan bahwa penerapan model pembelajaran

berbasis masalah terdiri atas lima langkah utama yang dimulai dengan guru

memperkenalkan siswa dengan situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian

dan analisis hasil kerja siswa, 5 tahap utama dalam model PBL yaitu:

Tabel 1. Sintak Pembelajaran berdasarkan Masalah (PBL)

Tahap Tingkah laku guru Tahap- 1

Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,

menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah antar disiplin Tahap- 2

Mengorganisasi siswa untuk belajar

Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut

Tahap- 3

Membimbing penyelidikan individual maupun

kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

Tahap- 4

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa untuk merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model serta membantu mereka untuk memberi tugas dengan temannya

(33)

18

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan

Sumber: (Amri, 2013: 13).

Lloyd-jones, Margeston and Bligh (dalam Barret, 2005: 14) menyatakan

bahwa tiga unsur yang menonjol dalam pembelajaran dengan model PBL

yaitu adanya pemicu masalah, identifikasi isu-isu oleh siswa dan penggunaan

pengetahuan untuk memajukan pemahaman terhadap masalah. Penelitian

yang dilakukan Sariadi, Ketut dan Syahruddin (2014: 11) bahwa dengan

penggunaan model PBL dalam pembelajaran IPA di kelas dapat

menghadirkan situasi nyata di dalam kelas, yang digunakannya sebuah

masalah sebagai stimulus dalam pembelajaran, dan menuntut siswa untuk

memecahkan masalah tersebut secara sistematis menurut prosedur ilmiah,

yang dilakukan secara berkelompok. Dengan model pembelajaran berbasis

masalah, siswa dengan bekerja secara kelompok dapat mengkonstruksi

pengetahuan, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna, sehingga hasil

belajar siswa menjadi meningkat. Jadi penggunaan model PBL dalam

pembelajaran IPA, dapat meningkatkan prestasi belajar IPA.

B. Keterampilan Bekomunikasi (Tertulis)

Menurut Sanjaya (2014: 79) Secara umum komunikasi dapat diartikan

sebagai suatu proses penyampaian pesan dari sumber ke penerima dengan

maksud untuk memengaruhi penerima pesan. Menurut Amri (2013: 127)

komunikasi adalah pertukaran informasi antara dua orang atau lebih sehingga

informasi yang diperoleh bisa dimengerti atau dipahami. Sedangkan menurut

(34)

menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan

dalam bentuk suara, visual, atau suara visual. Hal ini didasarkan bahwa

semua orang mempunyai kebutuhan untuk mengemukakan ide, perasaan dan

kebutuhan orang lain pada diri kita.

Ditunjau dari sifatnya kemampuan komunikasi dibedakan menjadi

kemampuan berkomunikasi tertulis dan komunikasi lisan. Menurut Dalman

(2014: 1) Komunikasi yang dilakukan secara lisan bearti seseorang itu dapat

langsung menyampaikan pesan kepada lawan bicaranya sehingga pesan

sampai kepada yang dituju, sedangkan secara tulisan lebih cenderung

terstruktur dan teratur karena pesan yang akan disampaikan kepada penerima

pesan dan waktunya pun cenderung lebih lama, namun isi pesan dapat

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat luas

Tarigan (2008: 3) Mengatakan bahwa menulis merupakan keterampilan

berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung,

tidak secara tatap muka dengan orang lain. Nurjamal dan Sumirat (2011: 4)

mengatakan keterampilan tertulis sebagai salah satu dari empat keterampilan

berbahasa, mempunyai peranan yang penting di dalam kehidupan manusia.

Menulis tulisan juga merupakan media untuk melestarikan dan

menyebarluaskan informasi dan ilmu pengetahuan. Sedangkan menurut

Marwoto, Suyatmi, dan Suyitno (1987: 12) menulis merupakan kemampuan

seseorang mengungkapkan ide-ide, pikiran, pengetahuan, ilmu, dan

pengalaman-pengalaman hidupnya dalam bahasa tulis yang jelas, runtun,

(35)

20

Dalman (2014: 12) mengatakan bahwa proses menulis merupakan

serangkaian aktivitas yang terjadi. Dalam kenyataannya, pengungkapan suatu

tujuan dalam sebuah tulisan tidak dapat secara ketat, melainkan sering

bersinggungan dengan tujuan-tujuan yang lain. Akan tetapi, biasanya dapat

diusahakan ada satu tujuan yang domain dalam sebuah tulisan yang memberi

nama keseluruhan tulisan atau karangan tersebut. Ditinjau dari sudut

kepentingan pengarang, menulis memiliki beberapa tujuan, yaitu sebagai

berikut.

a. Tujuan Penugasan

Pada umumnya para pelajar, menulis sebuah karangan dengan tujuan

untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh guru atau sebuah lembaga.

Bentuk tulisan ini biasanya berupa makalah, laporan, ataupun karangan

bebas.

b. Tujuan Estetis

Para sastrawan pada umumnya menulis dengan tujuan untuk menciptakan

sebuah keindahan (estetis) dalam sebuah puisi, cerpen, maupun novel.

c. Tujuan Penerangan

Surat kabar maupun majalah merupakan salah satu media yang berisi

tulisan dengan tujuan penerangan. Tujuan utama penulis membuat tulisan

adalah untuk memberi informasi kepada pembaca.

d. Tujuan Pernyataan diri

Bentuk tulisan ini misalnya surat perjanjian maupun surat pernyataan.

Jadi, penulisan surat, baik surat pernyataan maupun surat perjanjian

(36)

e. Tujuan Kreatif

Menulis sebenarnya selalu berhubungan dengan proses kreatif, terutama

dalam menulis karya sastra, baik itu berbentuk puisi maupun prosa.

f. Tujuan Konsumtif

Ada kalanya sebuah tulisan diselesaikan untuk dijual dan dikonsumsi oleh

pembaca

Menurut Tarigan (2008: 97) komunikasi tulis cendrung lebih unggul dalam isi

pikiran maupun struktur kalimat, lebih formal dalam gaya bahasa, dan jauh

lebih teratur dalam pengertian ide-ide. Sang penulis biasanya telah memikiri

dalam-dalam setiap kalimat sebelum dia menulis naskahnya, dia sering

memeriksa memperbaiki kalimat-kalimatnya beberapa kali sebelum dia

menyelesaikan tulisannya. Dalman (2014: 6) mengemukakan bahwa menulis

memiliki banyak manfaat yang dapat dipetik dalam kehidupan ini,

diantaranya yakni: (1) peningkatan kecerdasan; (2) pengembangan daya

inisiatif dan kreativitas; (3) penumbuhan keberanian; dan (4) pendorongan

kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.

Anonim (2013: 2) mengemukakan bahwa mengajarkan berkomunikasi

merupakan hal yang penting di dunia pendidikan, yang tertulis di dalam

jurnal yaitu mengajarkan komunikasi menurut ahli merupakan hal yang

penting untuk mempersiapkan siswa berkomunikasi lebih baik dengan teman

sebaya dan akademis, merumuskan pertanyaan untuk belajar. Hal ini tidak

(37)

22

dan mengembangkan keterampilan berkomunikasi sebagai lulusan yang siap

di dunia pekerjaan.

C. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak

mengajar. Dari sisi guru tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi

belajar, sedangkan dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses

belajar (Dimyati dan Mujiono, 2002: 3). Hasil belajar siswa pada hakikatnya

adalah perubahan tingkah laku yang telah terjadi melalui proses

pembelajaran. Perubahan tingkah laku tersebut berupa kemampuan

-kemapuan siswa setelah aktifitas belajar yang menjadi hasil perolehan belajar.

Dengan demikian hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada individu

setelah mengalami pembelajaran (Sudjana, 2005: 3).

Selain itu hasil belajar merupakan suatu puncak proses pembelajaran. Suatu

proses belajar mengajar dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi

tujuan dari proses belajar mengajar tersebut. Hasil belajar dapat diketahui

dengan adanya evaluasi hasil belajar. Seperti yang diungkapkan oleh Davies

(dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002: 201) evaluasi hasil belajar adalah

sebagai kegiatan yang berupaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa

dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Evaluasi hasil belajar memiliki

sasaran berupa ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan. Ranah tujuan

pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa secara umum dapat

diklasifikasikan menjadi tiga, yakni: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah

(38)

Menurut Gagne (dalam Dimyati dan Mujiono, 2002: 10) berakhirnya suatu

proses pembelajaran, maka siswa memperoleh hasil belajar. Hasil belajar

siswa merupakan suatu hal yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam

menyerap atau memahami suatu materi yang disampaikan. Dengan kata lain,

hasil belajar merupakan bukti adanya proses pembelajaran antara guru dan

siswa. Hasil belajar yang bisa diperoleh siswa setelah pembelajaran dapat

berupa informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap,

dan siasat kognitif. Kelima hasil belajar tersebut merupakan kapabilitas

siswa. Kapabilitas siswa tersebut berupa:

1. Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan

dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Pemilihan informasi

verbal memungkinkan individu berperanan dalam kehidupan.

2. Keterampilan intelektualadalah kecakapan yang berfungsi untuk

berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep

dan lambang. Keterampilan intelek ini terdiri dari diskriminasi jamak,

konsep konkret dan definisi, dan prinsip.

3. Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan

aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan

konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

4. Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak

jasmani dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5. Sikapadalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan

(39)

24

Slameto (1991: 131) mengatakan bahwa hasil belajar dari aspek kognitif

mempunyai hirarki atau tingkatan dalam pencapaiannya. Adapun

tingkat-tingkat yang dimaksud adalah: (1) informasi non verbal, (2) informasi fakta

dan pengetahuan verbal, (3) konsep dan prinsip, dan (4) pemecahan masalah

dan kreatifitas. Informasi non verbal dikenal cara penginderaan terhadap

objek-objek dan peristiwa-peristiwa secara langsung. Informasi fakta dan

pengetahuan verbal dikenal mendengarkan orang lain dan dengan jalan

membaca. Semuanya itu penting untuk memperoleh konsep-konsep.

Selanjutnya, konsep-konsep itu penting untuk membentuk prinsip-prinsip.

Kemudian prinsip-prinsip itu penting di dalam pemecahan masalah atau di

dalam kreativitas.

Berdasarkan rumusan Bloom (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002: 23-28)

aspek kognitif terdiri dari 6 jenis perilaku sebagai berikut :

1. Remember, mencakup ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan

tersimpan dalam ingatan.

2. Understand, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna hal yang

dipelajari.

3. Apply, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk

menghadapi masalah yang nyata dan baru.

4. Analyze, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam

bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.

5. Evaluate, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa

hal berdasarkan kriteria tertentu.

(40)

Menurut Arikunto (2008: 253) beberapa tes yang dilakukan guru untuk

menilai keberhasilan siswa, diantaranya: uji blok, ulangan harian, tes lisan

saat pembelajaran berlangsung, tes mid semester dan tes akhir semester. Hasil

dari tes tersebut berupa nilai yang digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan

proses pembelajaran yang terjadi. Tes ini dibuat oleh guru berkaitan dengan

materi yang telah diajarkan. Setiap kegiatan belajar akan berakhir dengan

hasil belajar. Bahan mentah hasil belajar terwujud dalam lembar jawaban soal

ulangan dan karya atau benda. Bagi guru, hasil belajar siswa di kelasnya

berguna untuk melakukan perbaikan tindak mengajar atau evaluasi. Bagi

siswa, hasil belajar tersebut berguna untuk memperbaiki cara-cara belajar

lebih lanjut.

Selain diukur dalam bentuk nilai, hasil belajar juga dapat diamati dan diukur

dari perubaha tingkah laku diri siswa. Sesuai dengan pendapat Hamalik

(2004: 155) bahwa hasil belajar yaitu perubahan tingkah laku diri siswa, yang

dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan

keterampilan. Perubahan tersebut diartikan terjadinya pengembangan yang

lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu

menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan. Hasil belajar siswa pada

hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sehingga dengan belajar seseorang

(41)

26

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015,

yaitu pada bulan Maret bertempat di SMP Kartika II-2 Bandar Lampung.

B. Populasi dan Sampel penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester genap SMP

Kartika II-2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari

empat kelas. Dari seluruh populasi yang ada diambil dua kelas sebagai

sampel penelitian dengan cara purposive sampling (gambar 2) (Sukardi,

2008: 64). Terpilih kelas VII B dengan jumlah siswa 44 sebagai kelas kontrol

dan kelas VII C dengan jumlah siswa 44 siswa sebagai kelas eksperimen.

C. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest dan posttest

kelompok non ekuivalen. Baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Kelas

eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan model PBL, sedangkan

kelas kontrol dengan menggunakan metode diskusi. Kedua kelas diberi

pretest dan posttest yang sama kemudian hasil pretest dan posttest pada kedua

(42)

Struktur desain penelitian ini adalah sebagai berikut:

X = Perlakuan menggunakan model PBL C = Perlakuan menggunakan metode diskusi

Gambar 2. Desain penelitian pretest-posttest kelompok non ekuivalen

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu prapenelitian dan pelaksanaan

penelitian. Adapun langkah-langkah tahap tersebut adalah sebagai berikut:

1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah sebagai berikut:

a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan (observasi) ke SMP Kartika

II-2 Bandar Lampung, tempat diadakannya penelitian.

b. Mengadakan observasi dan wawancara di SMP Kartika II-2 Bandar

Lampung untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang

menjadi subjek penelitian.

c. Melakukan sampling untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

d.Mengambil data yang digunakan sebagai acuan dalam pembuatan

(43)

28

e. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa untuk setiap

pertemuan.

f. Membuat instrumen penelitian yaitu soal pretest, posttest, dan paper

yang berisikan tanggapan/komentar, solusi, dan kesimpulan.

2. Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan menggunakan model

pembelajaran PBL untuk kelas eksperimen dan metode diskusi untuk kelas

kontrol. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan dengan

langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut.

2.1 Kelas Eksperimen (Pembelajaran dengan model pembelajaran PBL)

A. Kegiatan Awal

1. Siswa mengerjakan soal pretest dalam bentuk uraian untuk materi

pokok pencemaran dan kerusakan lingkungan.

2. Apersepsi:

a. Pertemuan 1 : Guru menggali pengetahuan awal siswa

dengan menyajikan gambar sungai yang kotor dan banyak

sampah menumpuk. Kemudian guru memberikan pertanyaan

“Apakah dampak yang ditimbulkan dari pemandangan yang

terlihat pada gambar? Apakah yang kalian lakukan jika hal

tersebut terjadi disekitar kalian?”

b. Pertemuan 2 : Guru menggali pengetahuan awal siswa

(44)

melakukan penanaman pohon. Kemudian guru memberikan

pertanyaan. “Apakah manfaat dari penanaman pohon

tersebut?”

3. Motivasi :

a. Pertemuan 1 : Dengan mempelajari materi ini kita dapat

mengetahui upaya manusia dalam pengelolaan lingkungan

untuk mengatasi pencemaran lingkungan sehingga kita dapat

berusaha untuk menjaga lingkungan di sekitar kita.

b. Pertemuan 2 : Dengan mempelajari materi ini kita dapat

mengetahui upaya manusia dalam pengelolaan lingkungan

untuk mengatasi kerusakan lingkungan

B. Kegiatan Inti

1. Siswa duduk dalam kelompok yang sudah dibagikan secara acak,

setiap kelompok terdiri dari enam sampai tujuh orang yang

memiliki kemampuan dan jenis kelamin berbeda (heterogen)

2. Guru menunjukkan atau memperlihatkan gambar-gambar yang

berhubungan dengan peran manusia dalam pengelolaan

lingkungan

3. Siswa dibagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berisi

permasalahan kepada setiap kelompok dan didiskusikan bersama

dengan anggota kelompoknya masing-masing (Orientasi siswa

terhadap masalah)

(45)

30

5. Siswa dibimbing dalam menemukan jawaban dari permasalahan

yang ada dalam LKS dan dibantu dalam menyimpulkan hasil

diskusi yang tertera dalam LKS (Mengorganisasikan siswa untuk

belajar, Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok,

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya)

6. Siswa mengumpulkan LKS yang telah dikerjakan.

7. Perwakilan dari salah satu kelompok maju mempresentasikan

hasil pengamatannya, kelompok lainnya memperhatikan untuk

memberikan tanggapan atau pertanyaan.

C. Kegiatan Penutup

1. Memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai

hal-hal yang belum dipahami ketika guru memberikan konfirmasi

(Mengevaluasi proses pemecahan masalah)

2. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan mengenai materi

yang telah dibahas.

3. Siswa mengerjakan soal posttest

4. Guru menyampaikan tentang rencana pembelajaran pada

pertemuan berikutnya..

2.2 Kelas Kontrol (Pembelajaran dengan metode diskusi) A. Kegiatan Awal

1. Siswa mengerjakan soal pretest dalam bentuk uraian untuk

materi pokok pencemaran lingkungan.

(46)

a. Pertemuan 1 : Guru menggali pengetahuan awal siswa

dengan menyajikan gambar sungai yang kotor dan

banyak sampah menumpuk. Kemudian guru

memberikan pertanyaan “Apakah dampak yang

ditmbulkan dari sungai yang tercemar sampah? Apakah

yang kalian lakukan jika masalah tersebut terjadi di

lingkungan sekitar kalian?”

b. Pertemuan 2 : Guru menggali pengetahuan awal siswa

dengan menyajikan gambar orang-orang yang sedang

menanam pohon. Kemudian guru memberikan

pertanyaan. “Apakah manfaat dari menanam pohon?”

3. Motivasi

a. Pertemuan 1 : Dengan mempelajari materi ini kita dapat

mengetahui upaya manusia dalam pengelolaan untuk

mengatasi pencemaran lingkungan

b. Pertemuan 2 : Dengan mempelajari materi ini kita dapat

mengetahui upaya manusia dalam pengelolaan

lingkungan dalam mengatasi kerusakan lingkungan

B. Kegiatan Inti

1. Siswa duduk dalam kelompok yang sudah dibagikan secara

acak, setiap kelompok terdiri dari enam sampai tujuh orang

yang memiliki kemampuan dan jenis kelamin berbeda

(47)

32

2. Setiap kelompok memperoleh LKS yang harus dikerjakan

bersama.

3. Siswa berdiskusi, bekerja sama untuk mengobservasi,

mengklasifikasi, menginterpretasi data yang ada dalam LKS

serta mencari informasi yang sesuai untuk menjawab soal

dalam LKS dengan sumber buku pelajaran biologi

4. Siswa mengumpulkan LKS yang sudah dikerjakan.

5. Siswa mempresentasikan hasil diskusinya di depan siswa

lainnya.

6. Siswa memperoleh evaluasi dari guru mengenai hasil

diskusi LKS yang telah dikerjakan.

C. Kegiatan Penutup

1. Memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai

hal-hal yang belum dipahami ketika guru memberikan

konfirmasi.

2. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan mengenai

materi yang telah dibahas.

3. Siswa mengerjakan soal posttest.

4. Guru menyampaikan tentang rencana pembelajaran pada

pertemuan berikutnya

E. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data 1. Jenis Data

(48)

Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar

yang berasal dari pretest dan postest hasil belajar siswa pada materi

pokok peran manusia dalam pengelolaan untuk mengatasi pencemaran

dan kerusakan lingkungan. Kemudian dihitung selisih antara nilai

pretest dengan posttest dalam bentuk N-gain.

b. Data Kualitatif

Data kualitatif berupa data keterampilan tertulis yang diperoleh dari

hasil observasi melalui tugas karangan (paper) yang diberikan kepada

siswa tentang materi pokok peran manusia dalam pengelolaan untuk

mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan dengan model PBL

setelah proses pembelajaran berlangsung.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut:

a. Pretest dan Posttest

Data penugasan berupa nilai pretestdanpostest. Nilai pretest yang

diambil pada pertemuan pertama setiap kelas, baik eksperimen maupun

kontrol, sedangkan nilai posttest diambil di akhir pembelajaran pada

pertemuan kedua setiap kelas baik eksperimen maupun kontrol. Bentuk

soal yang diberikan adalah berupa soal uraian sejumlah 4 soal.

b. Lembar Observasi Keterampilan Tertulis

Lembar observasi keterampilan tertulis siswa berisi semua aspek kegiatan

yang diamati pada saat proses pembelajaran berakhir yaitu pada saat siswa

(49)

34

tanggapan/ komentar bersesuaian dengan permasalahan; (2) tanggapan/

komentar dinyatakan secara kritis dan logis; (3) solusi yang tepat; (4)

kesimpulan yang logis; (5) pengejaan, tata bahasa, dan kerapihan tulisan.

Setiap paper akan diamati point keterampilan tertulisnya yang dilakukan

dengan cara memberi skor nilai pada lembar observasi sesuai dengan

indikator yang telah ditentukan.

Tabel 2 Lembar Observasi Kemampuan Komunikasi Tertulis Siswa

No Nama Siswa Aspek yang di amati

Catatan: Berilah skor pada setiap item sesuai dengan aspek penilaian. Sumber: Darojah (2011: 48)

Tabel 3. Keterangan aspek penilaian keterampilan komunikasi tertulis siswa

Aspek Skor Deskripsi

a) Tanggapan/ komentar

bersesuaian dengan masalah

1 Tanggapan/ komentar tidak

bersesuaian dengan masalah

2 Tanggapan/ komentar kurang

bersesuaian dengan masalah

3 Tanggapan/ komentar bersesuaian

dengan masalah

4 Tanggapan/ komentar sangat

bersesuaian dengan masalah

b) Taggapan/komentar

dinyatakan secara kritis dan logis

1 Taggapan/komentar dinyatakan tidak

kritis dan logis

2 Taggapan/komentar dinyatakan

kurang kritis dan logis

3 Taggapan/komentar dinyatakan kritis

dan logis

4 Taggapan/komentar dinyatakan

(50)

c) Solusi yang tepat 1 Memberikan solusi yang tidak tepat

2 Memberikan solusi yang kurang tepat

3 Memberikan solusi yang tepat

4 Memberikan solusi yang sangat tepat

d) Kesimpulan yang logis 1 Kesimpulan tidak logis

2 Kesimpulan kurang logis

3 Kesimpulan logis

4 Kesimpulan sangat logis

e) Pengejaan, tata bahasa, dan kerapihan tulisan

1 Pengejaan, tata bahasa, dan kerapihan

tulisan tidak baik

2 Pengejaan, tata bahasa, dan kerapihan

tulisan kurang baik

3 Pengejaan, tata bahasa, dan kerapihan

tulisan baik

4 Pengejaan, tata bahasa, dan kerapihan

tulisan sangat baik

Sumber: (Anonim, 2013: 2)

G. Teknik Analisis data 1. Data Kuantitatif

Nilai pretest, posttest, dan Gain pada kelas eksperimen dan kontrol

dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSS versi 17, yang

sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa:

Teknik penskoran nilai pretest dan posttest yaitu :

Keterangan :

S = nilai yang diharapkan (dicari)

R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar

N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008: 112).

Untuk mendapatkan N- Gain pada setiap pertemuan, menggunakan

formula Hake (dalam Loranz, 2008:3) sebagai berikut:

(51)

36

Y = nilai tes akhir Z = skor maksimum

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan

program SPSS versi 17.

1. Hipotesis

H0 = Sampel berdistribusi normal

H1 = Sampel tidak berdistribusi normal

2. Kriteria Pengujian

Terima H0 jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak H0 untuk

harga yang lainnya (Pratisto, 2004: 5).

b. Uji Kesamaan Dua Varians

Masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji

kesamaan dua varians dengan menggunakan program SPSS versi 17.

1. Hipotesis

H0 = Kedua sampel mempunyai varians sama

H1 = Kedua sampel mempunyai varians berbeda

2. Kriteria Pengujian

Dengan kriteria uji yaitu jika Fhitung < Ftabel atau probabilitasnya >

0,05 maka H0 diterima, jika Fhitung > Ftabel atau probabilitasnya <

0,05 maka H0 ditolak (Pratisto, 2004:71).

c. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis data yang berdistribusi normal digunakan uji

(52)

menggunakan program SPSS 17, namun untuk data yang tidak

berdistribusi normal pengujian hipotesis di lakukan dengan uji

Mann-Whitney U.

1) Uji Kesamaan Dua Rata-rata

a) Hipotesis

H0 = Rata-rata Gain kedua sampel sama

H1 = Rata-rata Gain kedua sampel tidak sama

b) Kriteria Pengujian

Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima.

Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak (Pratisto, 2004: 13).

2) Uji Perbedaan Dua Rata-rata

a) Hipotesis

H0 = rata-rata Gain pada kelompok eksperimen lebih rendah

atau sama dengan kelompok kontrol.

H1 = rata-rata Gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi

dari kelompok kontrol.

b) Kriteria Pengujian

Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima.

Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak

(Pratisto, 2004: 10).

d. Uji Mann-Whitney U

Jika salah satu atau kedua kelas tidak berdistribusi normal, maka

(53)

38

1) Hipotesis

H0 = Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

sama

H1 = Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak

sama

2) Kriteria Uji

H0 ditolak jika sig < 0,05 Dalam hal lainnya H0 diterima

2. Data Kualitatif

a. Keterampilan berkomunikasi tertulis siswa

Data keterampilan berkomunikasi tertulis siswa diambil setelah proses

pembelajaran berlangsung yang diambil melalui tugas paper. Data

tersebut dianalisis dengan menggunakan indeks keterampilan

berkomunikasi tertulis siswa. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

1) Menghitung rata–rata skor keterampilan berkomunikasi tertulis

siswa menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

NA = Skor keterampilan berkomunikasi tertulis siswa siswa per aspek

R = Jumlah skor yang diperoleh

SM = Jumlah skor maksimum (Iqma, 2009: 88).

2) Menafsirkan atau menentukan kategori Indeks Keterampilan

berkomunikasi tertulis siswa sesuai klasifikasi pada Tabel 4.

(54)

Tabel 4. Kriteria tingkat keterampilan tertulis siswa

Sumber: Iqma (2009: 80).

Skor Kriteria

85 – 100 75 - 84 66 - 74 55 - 65 < 55

(55)

53

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut.

1. Penggunaan model pembelajaran PBL berpengaruh terhadap keterampilan

berkomunikasi tertulis siswa pada materi Peran Manusia dalam

Pengelolaan Lingkungan dengan berkriteria “Baik”.

2. Penggunaan model pembelajaranPBLberpengaruh signifikan terhadap

hasil belajar siswa pada materi Peran Manusia dalam Pengelolaan

Lingkungan.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut.

1. Bagi siswa, untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran sebaiknya setiap

siswa mendapatkan buku penunjang agar semua siswa memiliki tanggung

jawab terhadap tugasnya dan aktif dalam proses pembelajaran

2. Bagi guru, dapat menerapkan model pembelajaran PBL untuk menjadikan

kegiatan pembelajaran lebih aktif, menarik, dan meningkatkan

(56)

3. Guru diharapkan lebih cermat dan tepat dalam mempertimbangkan waktu

dalam setiap sintaks pembelajaran PBL, karena penerapan model

pembelajaran PBL membutuhkan waktu yang cukup lama dan disarankan

agar pembentukan kelompok dilakukan pada waktu sebelum jam

dimulainya proses pembelajaran, agar lebih mengefisienkan waktu.

4. Bagi sekolah, dengan menerapkan model pembelajaran PBL dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

5. Bagi penelitian selanjutnya yang akan menggunakan model PBL, sebelum

melakukan penelitian menggunakan model pembelajaran PBL di kelas,

sebaiknya diterapkan terlebih dahulu model tersebut sebelum pengambilan

data agar siswa sudah mengetahui langkah-langkah pada model ini

(57)

55

DAFTAR PUSTAKA

.

Anonim. 2013. Comunication Skills. Online (Jurnal). Diakses dari

http://www.deakin.edu.au/currentstudents/services/careers/mycoursemycareer/sciet h/enginering/communication.php. (Rabu, 10 Februari 2015: 22.15 WIB) 14 hlm

Amir, M. T. 2013. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning : Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. 136 hlm

Amri, S. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Prestasi Pustakaraya. Jakarta. 282 hlm

Arikunto, S. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Kependidikan. Bina Aksara. Jakarta. 228 hlm

Baret, T. 2005. Handbook of Enquiry & Problem Based Learning. Online (Jurnal). Diakses dari http://www.aishe.org/readings/2005-2/chapter2.pdf. (Selasa, 10 Februari 2015: 20:00 WIB) 9 hlm

Cangara, H. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 207 hlm

Dalman, H. 2014. Keterampilan Menulis. Raja Grafindo Persada. Jakarta.314 hlm

Darojah, R.U. 2011. Peningkatan Kemampuan Berbicara Melaporkan Dengan Media Film Animasi Siswa Kelas VIII SMPN 12 Yogyakarta (Skripsi). Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. 172 hlm

Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta 298 hlm

Hamalik, O. 2004. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Bumi Aksara. Jakarta. 325 hlm

Hosnan, M. 2014. Pembelajaran Saitifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Ghalia Indonesia. Bogor. 486 hlm

(58)

Keterampilan_Menulis_Teks_Berita_Menggunakan_Model_Think_Pair_Share dengan_Media_Komik_Bermuatan_Cinta_Lingkungan_pada_Peserta_Didik (Rabu, 4 Februari 2015: 15.40 WIB). 170 hlm

Juju, M. 2013. Category Archives: global warming. Online (Gambar). Diakses dari https://jujubandung.wordpress.com/category/global-warming/page/2/. (Rabu, 4 Februari 2015: 15.40 WIB). 15 hlm

Kunandar. 2009. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 321 hlm

Lidinillah, D.A.M. 2009. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). Online [jurnal] http://file.upi.edu/Direktori/KDTASIKMALAYA/DIND

IN_ABDUL_MUIZ_LIDINILLAH_%28KD-TASIKMALAYA%29-19790113 2005011003/132313548%20-%20dindin%20abdul%20muiz%20lidinillah/Problem %20Based%20Learning.pdf. Diakses pada tanggal 23 Desember 2014. Pukul 22.51 WIB. 8 hlm

Loranz, D. 2008. Gain Score. Google.

http://www.tmcc.edu./vp/acstu/assesment/downloads/documents/reports/archives/di scipline/0708/SLOAPHYSDisiciplineRep0708.pdf. (kamis, 11 Desember 2014: 19.44). 7 hlm

Manuel, F. Pencemaran Air, Udara dan Tanah. Online (Gambar). Diakses dari http://makalahtugasku.blogspot.com/2013/10/artikel-pencemaran-air-udara-dan-tanah.html. (Rabu, 4 Februari 2015: 15.40 WIB). 7 hlm

Marwoto. Suyatmi dan Suyitno. 1987. Komposisi Praktis. Handinita. Yogyakarta. 220 hlm

Nurjamal, D dan W, Sumirat. 2011. Terampil Berbahasa. Alfabeta. Bandung. 268 hlm

Pannen, P.D., Mustafa, dan M. Sekarwinahayu. 2005. Konstruktivisme dalam pembelajaran. PAU. PPAI. Direktorat jenderal pendidikan tinggi.

DEPDIKNAS.Jakarta. 397 hlm

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 17. Bumi Aksara. Jakarta. 254 hlm

Gambar

Tabel 1. Sintak Pembelajaran berdasarkan Masalah (PBL)
Gambar 2. Desain penelitian pretest-posttest kelompok non ekuivalen
Tabel 2 Lembar Observasi Kemampuan Komunikasi Tertulis Siswa
Tabel 4. Kriteria tingkat keterampilan tertulis siswa

Referensi

Dokumen terkait

Sinetron ini masuk dalam kategori drama yang berasal dari India yang disiarkan oleh stasiun televisi swasta di Indonesia (ANTV). Sejak

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republic Indonesia Nomor 4 Tahun 2006 Tentang Oraganisasi Dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan

Menurut Grice (1991:309), percakapan akan mengarah pada usaha penyamaan unsur-unsur pada transaksi kerja sama yang semula berbeda dengan jalan: (1) menyamakan tujuan

5.1.1 Penggunaan media realia dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, hal ini sesuai dengan pengamatan observer

The problem faced by teacher of SMP N 2 Simo Boyolali in teaching reading to the second year students are that the student feels bored in learning English, because they have

Adapun hasil akhir yang diharapkan ( ultimate objectives ) dengan terumuskannya kebijakan pengembangan wilayah pesisir ini adalah sumber daya alam pesisir yang berkelanjutan,

Secara umum indikasi klinis terapi oksigen diberikan pada pasien yang menderita ketidakadekuatan oksigenasi jaringan yang terjadi akibat sumbatan jalan nafas,

Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang ada di institusi pendidikan khususnya menegenai fisioterapi tentang penatalaksanaan terapi alat SWD (Short wave