• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMISAHAN KOMPONEN PADAT DAN KOMPONEN CAIR DIGESTATE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMISAHAN KOMPONEN PADAT DAN KOMPONEN CAIR DIGESTATE"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh

Rizki Ramadhani Siregar ABSTRAK

Limbah ternak sapi dapat dimanfaatkan untuk memproduksi biogas yang dapat digunakan sebagai energi alternatif dan dapat mengurangi efek rumah kaca. Hasil samping buangan digester biogas (digestate) ini berwujud lumpur yang

menyulitkan dalam pengemasan dan pengangkutan sehingga perlu dipisahkan menjadi bagian padat dan bagian cair. Penelitian ini bertujuan memisahkan komponen padat dan cair digestate.

Penelitian dilakukan di Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan, Jurusan Teknik Pertanian, UNILA. Pengujian dilakukan menggunakan metode pengendapan, penyaringan (filtrasi), dan pemerasan (pressing). Parameter yang diamati meliputi total solid dari digestate, fraksi padat dan cair setelah pemisahan, dan kinerja alat pemisah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa digestate memiliki kandungan total solid

9,77% dan air 90,23%. Komponen padat memiliki kandungan N 0,02%, P 2,89 ppm dan K 466,01 ppm, sedangkan komponen cair mengandung N 0,38%, P 161,65 ppm dan K 937,51 ppm. Penelitian juga mengungkapkan bahwa metode pengendapan dan penyaringan tidak efektif dan tidak efisien dalam pemisahan komponen padat dan cair digestate. Pemisahan digestate menggunakan metode pengendapan memerlukan waktu yang sangat lama. Pengendapan selama 6 bulan dapat mengendapkan 5,15% dari total solid 9,7%. Pemisahan menggunakan filtrasi tidak berhasil dilakukan karena filter segera tersumbat. Metode pemisahan mekanis menggunakan alat pres mampu memisahkan komponen padat dan cair

digestate secara efektif. Komponen padat dan cair digestate berhasil dipisahkan dengan perbandingan 64,7% : 33,8% (cair : padat) dengan persentase kehilangan 1,5%.

(2)

by

Rizki Ramadhani Siregar ABSTRACT

Cattle manure can be used to produce biogas which can be utilized as an alternative energy and to reduce the greenhouse effect. Byproduct of biogas digester effluent (digestate) form slurry mud which made it so difficult for packaging and transport that needs to be separated into a solid part and the liquid portion. This study aimed at separating the solid and liquid components of digestate.

The study was conducted at the Water and Land Resources Engineering Lab, Department of Agriculture Engineering, the University of Lampung. Experiment was carried out using three methods, namely precipitation (sedimentation),

filtration, and mechanical pressing. Parameters to be observed included total solid, solid and liquid fractions after separation, and performance of the separator.

Results showed that digestate has a total solid content of 9.77% and 90.23% water. Solid component contained 0.02% N, P 2.89 ppm, and K 466.01 ppm; while the liquid component contained 0.38% N, P and K 937.51 161.65 ppm ppm. The study also revealed that the sedimentation and filtration methods were

ineffective for separation of solid and liquid components of digestate. Digestate separation using precipitation method requires a very long time. Precipitation for 6 months precipitated 5,15% out of the 9.7% total solid. Separation using a filtration was not successful because the filter is clogged soon. Mechanical separation method using a press was capable of separating solid and liquid digestate components effectively. Solid components and liquid digestate successfully separated with a ratio of 64.7%: 33.8% (liquid: solid) with the percentage loss of 1.5%.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padang Sidimpuan pada tanggal 6 Mei 1989, putra ke-3 dari

empat bersaudara pasangan Bapak Ahmad Tawab Siregar B.Sc., dengan Ibu Sri

Harningsih Sardi.

Sekolah Dasar (SD) ditempuh di SD Negeri 142457 Batunadua Padang

Sidimpuan, Sumatera Utara, lulus tahun 2001; Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

(SLTP) di SLTP Negeri 2 Padang Sidimpuan Sumatera Utara, lulus tahun 2004,

dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Kisaran Asahan Sumatera

Utara, lulus tahun 2007 dan pada tahun yang sama penulis diterima sebagai

mahasiswa di Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung

melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama masa studi

penulis juga aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian

(HIMATEKTAN) periode 2008−2009 dan organisasi Raga Pecinta Alam

(RAGAPALA) sampai sekarang.

Pada tahun 2010 penulis melakukan kegiatan Praktik Umum selama 40 hari di

Balai Pengolahan Sumber Daya Air kota Bandung dengan judul “Mempelajari

Sistem Irigasi Permukaan Daerah Irigasi Ciheulang di Balai Pengelolaan Sumber

(8)

Ku persembahkan karya kecil ini sebagai wujud bakti, cinta,

kasih, dan sayangku kepada:

Bapak dan Ibu

Abang dan adik

Seluruh keluarga besarku

Serta almamater tercinta

(9)

pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

(QS. Al-Mujadalah:11)

َن

َرََدََ

اَد يََ

َعدَََهَِ

بََهَاَم

َنَن

َرََدََ

َخَرَة َ

َعدَهَِ

َبَهَاَم

َنَن

اَرََرََدََ

َعدَهَِ

َبَهَام

Barangsiapa yang menginginkan (kebahagian) hidup di dunia maka hendaklah ia berilmu, dan barangsiapa yang

menginginkan (kebahagian) hidup di akhirat maka hendaklah ia berilmu, dan barangsiapa yang menghendaki

kedua-keduanya maka hendaklah ia berilmu.

"Jika seseorang bepergian dengan tujuan mencari ilmu, maka Allah akan menjadikan perjalanannya seperti

perjalanan menuju surga" - Nabi Muhammad SAW -

Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar.

-Umar Bin Khattab-

Bagi orang berilmu yang ingin meraih kebahagiaan di dunia maupun di akhirat, maka kuncinya hendaklah ia mengamalkan

ilmunya kepada orang-orang. (Syaikh Abdul Qodir Jailani).

Kecerdasan nampak seperti sesuatu yang membuat manusia hidup tanpa pendidikan, sedang pendidikan membuat manusia

hidup tanpa menggunakan kecerdasannya. -Albert Edward W-

Kecerdasan dan karakter adalah tujuan sejati pendidikan. - Martin Luther King Jr-

"Tidak penting seberapa lambat Anda berjalan, selama Anda tidak berhenti"

(10)

-Confucius-PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan atas berkat rahmat Allah SWT skripsi ini dapat

diselesaikan.

Skripsi ini berjudul “ Pemisahan Komponen Padat dan Cair Digestate” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada

jurusan Teknik Pertanian Fakutas Pertanian Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Ir. Oktafri, M.Si., selaku pembimbing utama dan pembimbing akademik, atas

bimbingan, saran, kritik, dan perhatian dalam proses penyelesaian skripsi ini

serta selama masa kuliah penulis.

2. Dr. Ir. Agus Haryanto, M.P., selaku pembimbing kedua, selaku penggagas ide

penelitian ini, dan selaku Ketua Jurusan Teknik Pertanian atas bimbingan,

perhatian, motivasi yang telah diberikan kepada penulis.

3. Dr. Ir. Sigit Prabawa, M.Si., selaku penguji utama, serta pembimbing yang

selalu meluangkan waktu untuk penulis.

4. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung.

5. Ibu dan Bapak, abang-abang dan adikku yang telah mengingatkan untuk terus

(11)

6. Bapak Saimin Manud yang telah memberikan waktu, bahan penelitian, dan

kesediaannya dalam membantu pelaksanaan penelitian ini.

7. Teman-teman angkatan 2007 yang telah memberikan semangat, pengalaman,

dan kebersamaannya selama ini.

8. Kakak tingkat dan adik tingkat yang telah memberikan bantuan, pelajaran,

dan suasana kebesamaan selama ini.

Penulis berharap semoga Allah membalas semua kebaikan mereka terhadap

penulis dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi kita semua, aamiin.

Bandarlampung, November 2014

Penulis

R izki R amadhani Siregar

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xii1

DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined.i

DAFTAR GAMBAR ... xError! Bookmark not defined.ii

I. PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined.

B. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

C. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

D. Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.

II. TINJAUAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

A. Biogas dan Digester Biogas... Error! Bookmark not defined.

B. Digestate ... Error! Bookmark not defined. a. Definisi ... Error! Bookmark not defined.

b. Karakteristik ... Error! Bookmark not defined.

c. Potensi ... Error! Bookmark not defined.

d. Permasalahan Digestate ... Error! Bookmark not defined. C. Pemisahan dengan Metode Pengendapan ... Error! Bookmark not

(13)

D. Pemisahan dengan Metode Penyaringan/Filtrasi Error! Bookmark not

defined.

E. Pemisahan dengan Metode Pemerasan/Pressing... Error! Bookmark not defined.

III. METODOLOGI PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Waktu dan Tempat ... Error! Bookmark not defined.

B. Bahan dan Alat ... Error! Bookmark not defined.

C. Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

a. Persiapan Alat dan Bahan ... Error! Bookmark not defined.

b. Rancangan Alat ... Error! Bookmark not defined.

c. Desain Fungsional ... Error! Bookmark not defined.

d. Pelaksanaan Pengujian ... Error! Bookmark not defined.

e. Pengamatan ... Error! Bookmark not defined.

f. Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Karakteristik Digestate ... Error! Bookmark not defined. B. Pemisahan Digestate ... Error! Bookmark not defined. a. Metode Pengendapan ... Error! Bookmark not defined.

b. Metode Penyaringan/Filtrasi ... Error! Bookmark not defined.

c. Metode Pemerasan/Pressing ... Error! Bookmark not defined. C. Kandungan Hara Digestate... Error! Bookmark not defined.

a. Digestate Cair... Error! Bookmark not defined. b. Digestate Padat... Error! Bookmark not defined. D. Kriteria Hasil Pemisahan ... Error! Bookmark not defined.

(14)

a. Drum Pengendapan ... Error! Bookmark not defined.

b. Saringan Bertingkat ... Error! Bookmark not defined.

c. Alat Pemeras/Pressing ... Error! Bookmark not defined.

F. Nilai Ekonomis Digestate... Error! Bookmark not defined. G. Analisis Biaya ... Error! Bookmark not defined.

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.

B. Saran ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Teks Halaman

1. Area pertanian organik dengan sertifikasi PAMOR .. Error! Bookmark not

defined.

2. Kandungan digestates feses ternak analisis berbasis basah Error! Bookmark not defined.

3. Kandungan digestates feses ternak analisis berbasis kering ... Error! Bookmark not defined.

4. Kandungan hara beberapa pupuk kandang (dalam %) . Error! Bookmark not

defined.

5. Kandungan NPK digestate dalam bentuk padat dan cair .... Error! Bookmark not defined.

Lampiran

6. Analisis biaya produksi pengolahan digestate. ... Error! Bookmark not defined.

7. Analisis kandungan Total soliddigestate pada empat fraksi. ... Error! Bookmark not defined.

8. Pengujian alat pemeras/pressing digestate. .... Error! Bookmark not defined. 9. Penjadwalan kegiatan produksi pupuk organik digestate. .. Error! Bookmark not defined.

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Teks Halaman

1. Tahap pembentukan biogas ... Error! Bookmark not defined.

2. Digester biogas ... Error! Bookmark not defined.

3. Manfaat Digestate ... Error! Bookmark not defined. 4. Diagram alir penelitian ... Error! Bookmark not defined.

5. Rancangan drum pengendapan ... Error! Bookmark not defined.

6. Rancangan saringan bertingkat digestate ... Error! Bookmark not defined. 7. Saringan bertingkat digestate ... Error! Bookmark not defined. 8. Rancangan alat pemeras digestate ... Error! Bookmark not defined. 9. Empat fraksi pengendapan digestate ... Error! Bookmark not defined. 10. Grafik total solid digestate ... Error! Bookmark not defined. 11. Grafik total solid digestate setelah 6 bulan .. Error! Bookmark not defined. 12. Alat pemeras digestate ... Error! Bookmark not defined.

Lampiran

13. Pengadukan digestate pada metode pengendapan .... Error! Bookmark not defined.

14. Penyaringan digestate dengan saringan bertingkat .... Error! Bookmark not defined.

(17)

17. Pemerasan digestate ... Error! Bookmark not defined. 18. Digestate cair hasil pressing ... Error! Bookmark not defined.

19. Digestate padat hasil pressing ... Error! Bookmark not defined.

(18)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertanian organik di masa sekarang ini mulai digemari dan digalakkan di

Indonesia. Berdasarkan definisinya, pertanian organik merupakan pertanian yang

menggunakan pupuk dan pestisida organik. Pada tahun 2011 luas area pertanian

organik tersertifikat adalah 90.135,30 hektar dari jumlah area keseluruhan

225.062,65 hektar (Tabel 1). PAMOR adalah Penjaminan Mutu Organis

Indonesia, sebuah penjaminan partisipatif yang dikembangkan oleh Aliansi

Organis Indonesia (Statistik Pertanian Organik Indonesia, 2011, dalam

Mayrowani, 2012).

Tabel 1. Area pertanian organik dengan sertifikasi PAMOR

No. Tipe Area Organik Luas (Ha)

1. Area tersertifikat 90.135,30

2. Area dalam proses sertifikasi 3,80

3. Area dengan sertifikat PAMOR 5,89

4. Area tanpa sertifikat 134.717,66

Jumlah 225.062,65

(19)

Kekhawatiran masyarakat akan akibat buruk penggunaan bahan kimia menjadi

alasan utama pertanian organik semakin digemari. Banyak penelitian yang

mengungkapkan bahwa kandungan sayur dan buah hasil pertanian kimia

menimbulkan banyak masalah pada bidang kesehatan konsumen hasil pertanian,

bahkan Ratchel Carson secara dini sudah memperingatkan bahaya yang

ditimbulkan akibat penggunaan pestisida yang berlebihan. Penulis buku Silent Spring tersebut, yang merupakan salah satu ahli biologi kelautan mengungkapkan bahwa pestisida sebagai salah satu paket pertanian modern memiliki dampak yang

bersifat toksik bagi organisme lain dan mengganggu ekologi tanaman (Suwantoro,

2008). Kerusakan lingkungan dengan menggunakan pupuk dan pestisida kimia

juga membawa dampak yang sangat merugikan bagi para petani. Hal ini akan

berbanding terbalik jika penggunaan pupuk dan pestisida kimia diganti dengan

pupuk dan pestisida organik.

Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik yang

berasal dari tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi

tanaman. Sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal

dari tanaman dan/atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk

padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat

fisik, kimia, dan biologi tanah.

Pupuk organik dikenal dengan nama pupuk kandang, dan yang paling sering

ditemui adalah pupuk kandang kotoran ternak seperti sapi, ayam, kambing, dan

(20)

Limbah kotoran ternak sapi dapat dimanfaatkan sebagai biogas untuk menyalakan

kompor, lampu, dan sebagainya. Pemanfaatan energi biogas dengan digester

biogas memiliki banyak keuntungan, yaitu mengurangi efek gas rumah kaca,

mengurangi bau yang tidak sedap, mencegah penyebaran penyakit, menghasilkan

panas dan daya (mekanis/listrik) serta hasil samping berupa pupuk padat dan

pupuk cair (Hozairi dkk., 2012).

Bahan keluaran dari digester biogas (digestate) mempunyai sifat seperti kompos, akan tetapi berwujud seperti lumpur sehingga menyulitkan dalam pengemasan dan

pengangkutan, untuk memudahkan pengemasan sludge perlu dipisahkan menjadi bagian padatan dan cairan(Wahyuni dan Jamil, 2008).

Pemisahan pupuk cair dan padat juga dilakukan untuk mempermudah dalam

pemakaian di lahan pertanian, selain itu pemisahan ini juga bertujuan untuk

meningkatkan nilai ekonomis pupuk tersebut karena lebih mudah dalam

pengemasan dan penyimpanan. Jika sudah terpisah dalam kemasan tentu akan

lebih menarik saat dipasarkan.

Metode pengendapan, metode penyaringan serta metode pemerasan merupakan

cara untuk memisahkan cairan dan padatan digestate yang sederhana

dibandingkan dengan pemisahan digestate yang pernah dilakukan sebelumnya, yaitu dengan sentrifusi, sehingga mudah diaplikasikan oleh para peternak sapi

skala rumah tangga. Harapannya agar setiap peternak mampu menyediakan

pupuk organik. Pembuangan kotoran sapi dari digester biogas mengandung air

yang cukup banyak karena pada saat memasukkan kotoran sapi ke dalam digester

(21)

Digestate yang sudah terpisah akan menjadi daya tarik tersendiri bagi para petani untuk memanfaatannya sebagi pupuk di lahan pertanian mereka, baik itu dalam

bentuk padatan maupun cairan. Pupuk hasil digestate ini juga bisa menambah pengahasilan bagi para peternak sapi selain dari produk utamanya, biasanya

mereka hanya mengandalkan daging sapi saja. Potensi nilai ekonomis ini

seharusnya dimanfaatkan semaksimal mungkin agar menarik minat masyarakat

luas tentang digestate yang dulunya dikenal sebagai limbah dari limbah peternakan.

Untuk mendapatkan pupuk organik padat dan cair hasil pembuangan digester

biogas perlu dilakukan kajian dalam hal pemisahan pupuk cair dan padat. Oleh

karena itu penelitian ini dilakukan untuk dapat menjadi pertimbangan di masa

yang akan datang.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi tujuan sebagai berikut:

1. Memisahkan komponen cair dan komponen padat dari pembuangan

digester biogas kotoran sapi (digestate) dengan metode pengendapan, penyaringan/filtrasi, dan pemerasan (pressing).

2. Menentukan metode yang paling tepat di antara ketiga metode tersebut.

C. Manfaat Penelitian

(22)

1. Didapatkannya pupuk cair dan pupuk padat dari pembuangan digester

biogas kotoran ternak sapi.

2. Termanfaatkannya pembuangan digester biogas kotoran sapi sebagai

pupuk organik.

3. Mempermudah proses menghasilkan produk pupuk organik yang bisa

dipasarkan.

4. Solusi para peternak sapi untuk mengelola limbah ternak bernilai

ekonomis.

D. Hipotesis

Digestate bisa dipisahkan dengan menggunakan metode pengendapan, penyaringan, dan pemerasan/pressing.

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Biogas dan Digester Biogas

Biogas merupakan gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi

dari bahan-bahan organik seperti kotoran manusia, hewan, limbah domestik

(rumah tangga), sampah biodegradable, atau setiap limbah organik yang

biodegradable dalam kondisi anaerobik. Kandungan utama dalam biogas adalah metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2) (Wikipedia, 2014).

Pembentukan biogas dilakukan oleh mikroba pada situasi anaerob, yang meliputi

tiga tahap, yaitu tahap hidrolisis, tahap pengasaman, dan tahap metanogenik.

Pada tahap hidrolisis terjadi pelarutan bahan-bahan organik mudah larut dan

pencernaan bahan organik yang komplek menjadi sederhana, perubahan struktur

bentuk primer menjadi bentuk monomer. Pada tahap pengasaman komponen

monomer (gula sederhana) yang terbentuk pada tahap hidrolisis akan menjadi

bahan makanan bagi bakteri pembentuk asam. Produk akhir dari gula-gula

sederhana pada tahap ini akan menghasilkan asam asetat, propionat, format,

laktat, alkohol, dan sedikit butirat, gas karbondioksida, hydrogen, dan amoniak.

Tahap metanogenik adalah tahap/proses pembentukan gas metan. Sebagai

ilustrasi dapat dilihat salah satu contoh bagan perombakan serat kasar (selulosa)

hingga terbentuk biogas (Gambar 1).

(24)

(Sumber: FAO, 1978, dalam Sutarno dan Feris, 2007)

Gambar 1. Tahap pembentukan biogas

Kotoran dari 2 ekor ternak sapi atau 6 ekor ternak babi menghasilkan kurang lebih

2 m3 biogas per hari, kesetaraan 1 m3 biogas dengan sumber energi lain yaitu

sama dengan 0,46 kg LPG atau 0,62 liter minyak tanah atau 3,5 kg kayu bakar

(Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, 2009).

Komponen utama biogas adalah CH4 (metana) ± 60 %, CO2 (karbon dioksida) ±

38 %, dan (N2, O2, H2, & H2S) ± 2 %. Biogas yang dihasilkan dari digester

dialirkan melalui pipa ke penampungan dan ke kompor biogas. Selain biogas,

(25)

Gambar 2. Digester biogas (Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, 2009)

Digester biogas adalah suatu alat pengolah bahan buangan/limbah organik

menjadi biogas. Biogas merupakan sumber energi terbarukan yang menggantikan

bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batubara.

Untuk mengasilkan biogas dari sebuah digester, cara pengoperasian unit

pengolahan (digester) biogas skala rumah tangga tidak berbeda jauh dengan unit

digester lainnya. Langkah-langkah dalam pengoperasian digester adalah sebagai

berikut:

1. Buat campuran kotoran ternak dan air dengan perbandingan 1 : 1 (bahan

biogas)

2. Masukkan bahan biogas ke dalam digester melalui lubang pengisian (inlet) sebanyak 2000 liter, selanjutnya akan berlangsung proses produksi biogas

di dalam digester.

3. Setelah kurang lebih 10 hari biogas yang terbentuk di dalam digester

sudah cukup banyak. Pada sistem pengolahan biogas yang menggunakan

(26)

karena adanya biogas yang dihasilkan. Biogas sudah dapat digunakan

sebagai bahan bakar, kompor biogas dapat dioperasikan.

4. Pengisian bahan biogas selanjutnya dapat dilakukan setiap hari, yaitu

sebanyak kurang lebih 20 liter setiap pagi dan sore hari. Sisa pengolahan

bahan biogas berupa lumpur/sludge secara otomatis akan keluar dari lubang pengeluaran (outlet) setiap kali dilakukan pengisian bahan biogas. Sisa hasil pengolahan bahan biogas tersebut dapat digunakan sebagai

pupuk kandang/pupuk organik, baik dalam keadaan basah (cair) maupun

kering (padat) (Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, 2009).

B. Digestate

a. Definisi

Digestate adalah limbah dari pembuangan digester biogas yang berbentuk lumpur/sludge. Digestate sering disebut juga dengan bio-slurry. Berdasarkan jenis fase terdispersi dan medium pendispersinya, digestate termasuk dalam koloid dengan nama sol (gel). Satu kelompok dengan sol belerang, sol emas, cat, tinta, kanji, lotion, putih telur, air lumpur, semir cair, dan lem cair. Digestate

sering disebut dengan sludge atau lumpur dikarenakan bentuknya yang bersifat lumpur dan sulit dipisahkan.

(27)

b. Karakteristik

Terdapat dua jenis digestate, yaitu cair dan padat. Digestate cair memiliki pH 7,9–8,3 dan tingkat kelembaban 90–93%. Digestate cair berwarna coklat/hijau gelap, tidak mengeluarkan gelembung (bubble), tidak berbau, dan tidak

mengundang lalat. Jika digunakan langsung pada lahan, digestate cair memiliki kandungan nitrogen efektif 100%. Jika dikeringkan dalam keadaan ternaungi dari

sinar matahari langsung, kandungan nitrogen efektif 85%. Digestate yang dikeringkan dengan sinar matahari langsung hanya mengandung nitrogen efektif

sebesar 65%.

Digestate padat berwarna coklat gelap dengan ukuran yang tidak seragam, tidak berbau, dan tidak mengundang lalat ataupun hama serangga seperti rayap.

Teksturnya lengket dan tidak mengkristal serta memiliki kapasitas menahan air

lebih baik. Secara fisik, biologi dan kimiawi, digestate padat lebih baik dibandingkan dengan pupuk kandang (Anonim, 2011).

Hasil samping dari perlakuan digester dapat dimanfaatkan sebagai pupuk atau

pengondisi tanah untuk aplikasi pertanian atau sebagai bahan konstruksi seperti

agregat, ubin, atau balok yang permeable terhadap air untuk aplikasi teknik sipil. Perkembangan yang cepat akan daur ulang dan pemanfaatan hasil samping dari

perlakuan lumpur limbah diperkirakan akan berlanjut pada masa yang akan dating

(Anonim, 2011).

(28)

adanya pemisahan komponen padat dan komponen cair agar lebih praktis dalam

pengemasan dan penyimpanannya.

Menurut Williams dan Sandra (2011), digestate memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Bervariasi sesuai dengan bahan masukan dan kondisi tindakan.

2. Bahan kering rendah (biasanya antara 1–8% padatan).

3. Kadar air yang tinggi (92−99% cairan).

4. Materi tercerna misalnya lignin dan puing-puing sel.

5. Memiliki nutrisi anorganik (amonium-N dan P).

6. Mungkin mengandung unsur-unsur yang berbahaya misalnya logam berat.

7. Dapat dipisahkan menjadi serat dan fraksi cair.

8. Digolongkan sebagai limbah atau non-limbah.

c. Potensi

Unsur hara yang ada dalam pupuk organik cair sebagian dapat langsung diserap

tanaman dan cepat terurai. Menurut Suzuki dkk., dalam penelitiannya di Vietnam

tahun 2001 (dalam Wahyuni dan Jamil, 2008), digestate yang berasal dari biogas sangat baik untuk dijadikan pupuk karena mengandung berbagai mineral yang

dibutuhkan oleh tumbuhan seperti Fospor (P), Magnesium (Mg), Kalsium (Ca),

Kalium (K), Tembaga (Cu), dan Seng (Zn).

(29)

Kandungan N, P, dan K dari lumpur yang dihasilkan dari biogas lebih meningkat

jika dibandingkan dari kotoran ternak yang langsung digunakan sebagai pupuk,

karena lumpur (slurry) dari biogas telah mengalami proses fermentasi. Kandungan unsur hara pupuk organik padat dari limbah biogas dengan bahan

baku feses sapi, sebagai berikut: N 1,106%; P 0,2%; dan K 0,04% (Winarto,

2010). Sedangkan menurut Hidayati dkk. (2008) dalam Seminar Nasional

Teknologi Peternakan dan Veteriner, kandungan N-total, P2O5 dan K2O pada

lumpur dari substrat feses sapi perah berturut-turut sebagai berikut N (0,82%),

P2O5 (0,20%) dan K2O (0,82%) (Anonim, 2011).

Digestate cair maupun padat dikelompokkan sebagai pupuk organik karena seluruh bahan penyusunnya berasal dari bahan organik yaitu kotoran ternak dan

telah berfermentasi. Ini menjadikan digestate sangat baik untuk menyuburkan lahan dan meningkatkan produksi tanaman budidaya. Kandungan rata-rata

nitrogen digestate dalam bentuk cair lebih tinggi daripada dalam bentuk padat. Perbandingan antara nutrisi pada digestate menunjukkan kandungan nitrogen cenderung lebih tinggi dibandingan fosfor dan kalium, kecuali pada digestate babi dalam bentuk padatan (Anonim, 2011).

Biogas sendiri memiliki nilai ekonomis yang bila dibandingkan dengan gas LPG

mampu menghemat biaya pembelian gas dalam kehidupan masyarakat. Namun,

(30)

Analisis digestate yang dilakukan oleh program BIRU (biogas rumah) pada tahun 2011 menunjukkan kandungan C-organik, N-total, C/N, P2O5, dan K2O (Tabel 2

dan Tabel 3).

Tabel 1. Kandungan digestates feses ternak analisis berbasis basah

No. Jenis digestate

Tabel 2. Kandungan digestates feses ternak analisis berbasis kering

No. Jenis digestate

Analisis berbasis basah merupakan analisis yang ditujukan untuk mengetahui

kandungan nutrisi dalam bentuk cair, sedangkan analisis berbasis kering yaitu

analisis yang ditujukan untuk mengetahui kandungan nutrisi dalam bentuk

(31)

C/N yaitu perbandingan antara kandungan karbon (C) organik dengan nitrogen

(N) total.

Kandungan lain dari digestate adalah asam amino, asam lemak, asam organik, asam humat, vitamin B-12, hormon auksin, sitokinin, antibiotik, nutrisi mikro

seperti besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), mangan (Mn) dan molybdenum (Mo)

(Sumber: Anonim, 2011).

Kandungan dari digestate ini sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai pupuk dan aktivator, pestisida, bahan pangan, dan media tanam/budi daya

(Gambar 3).

Gambar 3. Manfaat Digestate (Anonim, 2011)

Menurut Wiliams dan Sandra (2011), potensi pasar untuk digestate adalah sebagai berikut:

1. Aplikasi lahan misalnya pupuk.

2. Conditioner tanah.

Pupuk&Aktivator Pestisida Bahan Pakan Media Budidaya

(32)

3. Dikonversi ke kompos.

4. Media tumbuh tanaman.

5. Proyek regenerasi tanah.

6. Bahan bangunan (dipres menjadi blok).

7. Dikeringkan dan dibuat untuk digunakan sebagai bahan bakar padat atau

pupuk kering.

d. Permasalahan Digestate

Jumlah digestate yang dikeluarkan per ekor sapi adalah 0,08 m3/ekor/hari, dengan jumlah kotoran basah 0,034 m3. Sisa kotoran padat yang terkumpul di dalam bak

pengendapan setelah agak kering dapat dijadikan kompos (Rachmawati dkk.,

2008).

Digestate (lumpur sisa pembuatan biogas) sudah mempunyai sifat seperti kompos, tetapi karena bentuknya lumpur akan menyulitkan dalam pengemasan dan

pengangkutan. Dalam hal ini, sebaiknya digestate dipisahkan menjadi bagian padatan dan cairan. Bagian padatan disebut pupuk organik padat dan bagian

cairan disebut pupuk organik cair (Siregar, 2009).

Permasalahan yang terjadi di peternakan warga biasanya tidak dimanfatkannya

sludge pembuangan digester biogas (digestate) sebagai pupuk organik, yang mana umumnya langsung dibiarkan mengalir ke saluran pembuangan menuju tempat

penampungan akhir. Menurut Peraturan Pemerintah RI No 82 tahun 2001 yang

dimaksud dengan air limbah adalah sisa dari suatu hasil usaha dan/atau kegiatan

(33)

dari digester biogas yang perlu dikelola lebih lanjut agar tidak mencemari

lingkungan di sekitarnya.

Pemisahan dengan Metode Pengendapan

Dalam proses sedimentasi hanya partikel-partikel yang lebih berat dari air yang

dapat terpisah, misalnya lumpur. Sedimentasi adalah proses pemisahan partikel

dari fluidanya (air) yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi atau centrifugal (Rushton

et al, 1996 dalam Setiawan dan Bayu, 2010).

Faktor-faktor penting yang mempengaruhi proses sedimentasi antara lain adalah

ukuran partikel padat, densitas partikel padat, dan kekentalan fluida. Faktor lain

yang mempengaruhinya yaitu bentuk partikel padat dan orientasinya, distorsi

partikel padat yang bisa berubah bentuk, persinggungan atau benturan antar

partikel padat untuk yang berkonsentrasi tinggi, kedekatan partikel padat terhadap

dinding kolam sedimentasi, dan arus konveksi likuida. Bhargava dan Rajagopal

(1990) mendapatkan kolerasi antara kurva pemisahan (pengendapan) total dengan

distribusi ukuran partikel dan berat jenis partikel padat (Haryati, 2010).

C. Pemisahan dengan Metode Penyaringan/Filtrasi

Filtrasi adalah operasi pemisahan campuran heterogen antara fluida dengan

partikel-partikel padatan oleh media filter yang meloloskan fluida tetapi menahan

partikel-partikel padatan, dengan cara melewatkan fluida melalui suatu media

penyaring atau septum yang dapat menahan padatan. Fluida mengalir melalui

media filter karena adanya perbedaan tekanan pada media tersebut. Oleh karena

(34)

yang beroperasi pada tekanan yang lebih tinggi dari tekanan atmosfer di sebelah

hulu filter yang disebabkan oleh adanya gravitasi atau disebut filtrasi gravitasi,

dan yang beroperasi dengan tekanan atmosfer di sebelah hulu dan vakum di

sebelah hilir atau disebut dengan filtrasi sistem vakum (Pinalia, 2011).

Filtrasi adalah suatu prose pemisahan zat padat dari fluida (cair maupun gas) yang

membawanya menggunakan suatu media berpori atau bahan berpori lain untuk

menghilangkan sebanyak mungkin zat padat halus yang tersuspensi dan koloid.

Pada prosesnya air merembes dan melewati media filter sehingga akan

terakumulasi pada permukaan filter dan terkumpul sepanjang kedalaman media

yang dilewatinya. Filter juga mempunyai kemampuan untuk memisahkan

partikulat semua ukuran termasuk di dalamnya algae, virus, dan koloid-koloid

tanah (Selintung dan Syahrir, 2012).

D. Pemisahan dengan Metode Pemerasan/Pressing

Teknik pemerasan dapat digunakan untuk mengekstrak suatu senyawa organik

yang berbentuk cairan atau padatan dari bahan yang berbentuk padatan. Metode

pemerasan mempunyai keunggulan yaitu tidak meninggalkan residu pelarut dalam

bahan yang diekstrak dan sangat cocok diterapkan pada industry makanan

(Damayanti, 2013)

(35)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan bulan September 2014 di

Laboratorium Daya, Alat, dan Mesin Pertanian (DAMP) dan Laboratorium

Teknik Sumber Daya Air dan Lahan (TSDAL) Jurusan Teknik Pertanian Fakultas

Pertanian Universitas Lampung Bandarlampung.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kotoran sapi hasil pembuangan

digester biogas(digestate). Alat yang digunakan untuk metode pengendapan yaitu lima buah drum plastik 120 liter, pipa paralon ukuran 0,75 inch, tongkat

pengaduk, 4 buah cawan, oven, desikator, timbangan, dan gayung. Untuk metode

penyaringan yaitu ember, 3 buah potongan paralon 4 inch, dan 3 buah saringan dengan mesh berbeda. Untuk metode pemerasan (pressing) digunakan besi siku, besi pipa, besi behel, besi plat, las listrik, gerinda, besi cuter, baut, dan mur yang kemudian dirancang menjadi sebuah alat press.

C. Metode Penelitian

a. Persiapan Alat dan Bahan

(36)

Drum Pengendapan Saringan Bertingkat

Gambar 1. Diagram alir penelitian

Alat Press

Permasalahan Mulai

Tinjauan Literatur

Penyediaan Alat Pengumpulan

digestate

Perancangan Alat

Pengambilan Data

Pencatatan dan Analisis Data

(37)

Penelitian ini dimulai dengan mengumpulkan digestate sebagai bahan penelitian yang akan diproses menjadi pupuk padat dan cair, kemudian mempersiapkan

bahan-bahan material alat untuk dirancang sebagai drum pengendapan, saringan

bertingkat, dan alat pemeras digestate. Bahan material dirancang menjadi sebuah alat pemeras digestate. Desain alat pemeras ditentukan dengan fungsi paling efektif dalam hal keberhasilan alat serta efesiensi.

b. Rancangan Alat

Perancangan alat pengendapan ini menggunakan drum plastik yang dirangkai

sedemikian rupa yang mampu mengendapkan komponen padat dan mengalirkan

komponen cair hingga pada drum III, yang berarti drum I dan drum II memiliki

dua fase komponen padat dan komponen cair, dan drum III memiliki komponen

cair yang sempurna.

Gambar 2. Rancangan drum pengendapan

Pada penyaringan bertingkat, rancangan alat disusun sebanyak 3 saringan dengan

meshscreen yang berbeda, yaitu mesh 60, mesh 80, dan mesh 100. Harapannya, Drum I

Drum II

(38)

cairan yang keluar pada ember penampungan lebih bersih dari komponen padat

digestate.

Gambar 3. Rancangan saringan bertingkat digestate

Screen saringan dipasang pada setiap ujung bawah paralon, dan disambung pada ujung atas paralon lainnya sampai semua paralon tersambung bertingkat. Selain

menggunakan paralon sebagai alat penyaring digestate ini, dirancang juga alat penyaring menggunakan ember cat bekas (Gambar 7).

(39)

Rancangan alat pemeras digestate didesain menggunakan tenaga manusia untuk memeras bahan yang akan diperas dan dapat memisahkan komponen padat dan

komponen cair yang akan menjadi bahan pupuk organik (Gambar 8).

Gambar 5. Rancangan alat pemeras digestate

Rancangan alat pemeras ini memiliki dimensi rangka 1 m x 0,45 m, bak tempat

meletakkan bahan yang akan diperas 0,45 m x 0,5 m. Tinggi bak dengan kaki

adalah 0,20 m dan diantara keduanya diberi plat untuk mengalirkan komponen

cair ke wadah pengemasan. Plat penekan menyatu dengan tongkat handle dengan panjang 50 cm dan lebar 45 cm, dan panjang handle adalah 130 cm. Di bagian atas plat penekan diberi engsel yang berfungsi untuk menyesuaikan letak plat

dengan permukaan atas bahan yang akan diperas, tujuannya untuk mengurangi

kehilangan gaya tekanan karena tidak meratanya plat dengan permukaan bahan.

(40)

c. Desain Fungsional

Desain fungsional pada drum pengendapan yaitu:

- Drum I berfungsi sebagai tempat pengendapan digestate.

- Drum II berfungsi sebagai tempat pengendapan digestate lanjutan. - Drum III berfungsi sebagai tempat komponen cair digestate.

- Pipa paralon berfungsi untuk mengalirkan komponen cair dari drum I ke

drum II dan dari drum II ke drum III.

Desain fungsional pada alat penyaringan yaitu:

- Ember/paralon berfungsi sebagai tempat pengumpanan digestate yang akan disaring yang disusun bertingkat.

- Screen berfungsi sebagai penyaring digestate.

- Pipa pvc (pada ember penyaringan) berfungsi sebagai tempat screen

dipasang.

Desain fungsional pada alat pressing yaitu:

- Rangka berfungsi sebagai kaki untuk menopang semua komponen alat.

- Rak pemeras sebagai tempat meletakkan bahan yang akan diperas.

- Tongkat handle sebagai pemberi tekanan pada plat penekan. - Plat penekan berfungsi untuk menekan bahan.

- Corong keluaran berfungsi untuk mengalirkan komponen cair ke dalam

wadah yang telah disediakan.

d. Pelaksanaan Pengujian

Pengujian dilakukan untuk mengetahui unjuk kerja alat. Bertujuan untuk

(41)

penyaringan/filtrasi, dan pemerasan/pressing. Keberhasilan sedimentasi komponen padat yang mengendap dengan metode pengendapan, penyaringan

komponen padat yang tersaring serta komponen cair yang lolos dari screen

saringan, serta keberhasilan komponen cair yang tidak mengandung padatan yang

dialirkan dengan metode pemerasan.

e. Pengamatan

Pada metode pengendapan, pengamatan dilakukan pada drum pengendapan

dengan menghitung total solid yang mengapung pada permukaan digestate, dengan demikian akan diketahui penurunan total solid yang terdapat di permukaan

digestate.

Pada metode penyaringan, pengamatan dilakukan pada keberhasilan lolosnya

komponen cair dari screen dengan mesh yang berbeda, dan hasil cairan yang sedikit mengandung padatan digestate.

Pada metode pemerasan/pressing, pengamatan dilakukan pada hasil perasan

digestate yang meliputi jumlah komponen padat dan cair yang terpisah, kapasitas alat dalam memeras digestate, dan analisis biaya alat.

1. Jumlah komponen cair dan padat digestate

Hasil pemisahan ini akan diukur dan dihitung persentase komponen padat dan

komponen cairnya, kemudian pada komponen padat akan dihitung berapa

persentase komponen cair yang masih tersisa.

(42)

Dilakukan percobaan pengendapan, penyaringan dan pemerasan/pressing digestate dengan volume yang berbeda untuk menentukan kapasitas ideal alat yang paling efektif dan efisien.

3. Analisis Biaya

Analisis biaya dilakukan untuk mengetahui komponen yang akan dihitung untuk

memberikan informasi tentang nilai ekonomi teknik dari alat dan produktivitas

alat dalam menghasilkan keuntungan pembuatan pupuk organik digestate.

Komponen biaya tetap alat yang dihitung hanyalah biaya penyusutan, dihitung

menggunakan metode garis lurus dengan rumus sebagai berikut:

P – S

Untuk biaya tidak tetap alat, meliputi biaya perbaikan/perawatan dan biaya

operator alat. Biaya pemeliharaan/perawatan dihitung dengan persamaan sebagai

berikut:

1.2 P - S

PPa = x x Wt ….……… (2) 100 100 Jam

PPa = Biaya perbaikan dan pemeliharaan pertahun (Rp/tahun) P = Harga pembelian alat (Rp)

S = Nilai akhir alat, 10% dari harga pembelian awal (Rp) Wt = Jam kerja pertahun (jam/tahun)

(43)

Selatan, maka Upah operator (Uop) berdasarkan UMR Lampung Selatan pada

tahun 2014 yaitu Rp. 1.402.500/bulan atau sebesar Rp. 54.000,-/hari, untuk biaya

operator bisa dihitung dengan persamaan berikut:

BO = Wt x Uop …..………. (3) BO = Biaya Operator (Rp/tahun)

Wt = Jam kerja pertahun (jam/tahun) Uop = Upah operator/jam (Rp/jam)

Biaya total dihitung dengan persamaan :

B = BT + BTT ………..… (4) B = Biaya Total (Rp/tahun)

BT = Biaya Tetap pertahun (Rp/tahun) BTT = Biaya Tidak Tetap pertahun (Rp/tahun)

Sumber bahan baku digestate ini yaitu dari peternak yang memanfaatkan digester biogas, dengan asumsi bahan didapatkan seharga Rp. 0 atau dengan kata lain tidak

dibeli. Setelah dipisahkan antara pupuk padat dan cari, pupuk organik akan

dikemas dalam botol air mineral dan plastik. Biaya pengemasan produk yang

diperlukan sebesar Rp. 10.000 setiap pengemasan untuk pembelian plastik

kapasitas 5 kg, sedangkan untuk botol plastik didapatkan dengan biaya Rp 0

karena hanya menggunakan botol air mineral bekas.

f. Analisis Data

Data-data hasil pengamatan dan perhitungan yang diperoleh selanjutnya dianalisis

serta disajikan dalam bentuk hasil dan pembahasan.

(44)

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Digestate memiliki fraksi padat (Total solid) 9, 77 %, dan fraksi cair (total liquid) 90, 23%.

2. Metode pengendapan dan penyaringan tidak efektif dan tidak efisien dalam

pemisahan komponen padat dan cair digestate.

3. Metode yang paling efektif dan efisien dari ketiga metode yang dilakukan

adalah dengan cara pemerasan (pressing).

4. Komponen padat dan cair digestate yang berhasil dipisahkan memiliki persentase 64,7% : 33,8% dengan persentase kehilangan 1,5%.

B. Saran

1. Digestate bisa diolah menjadi pupuk organik padat dan cair, oleh sebab itu penanganan yang lebih lanjut diperlukan untuk meningkatkan nilai ekonomi

digestate.

2. Rancangan alat pemeras pada penelitian ini masih memiliki kekurangan,

diperlukan penyempurnaan alat agar lebih efektif dan efisien.

(45)

Anonim. 2011. Tentang Bio-Slurry. National Biogas Rumah (BIRU). 27 April 2014 http://www.biru.or.id/index.php/digestate/.

Damayanti, C. 2013. Ekstraksi Senyawa Organik. 19 Desember 2014

http://chotnidadamayanti.blogspot.com/2013/12/ekstraksi-senyawa-organik.html.

Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian. 2009. Pemanfaatan Limbah dan Kotoran Ternak Menjadi Energi Biogas. Hal. 1–4. Seri Bioenergi Perdesaan. . Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian.

Departemen Pertanian.

Haryati, S. 2010. Studi Pengaruh Waktu Pengendapan dan Konsentrasi Awal Partikel Padat Limbah dari Outlet Flokulator Terhadap efisiensi Pengendpan Limbah pada Sistem Utilitas PUSRI-III. Jurnal Purifikasi, Vol 11. No. 1 : 61–70.

Hidayati, Y. A., E. T. Marline. A. K. Tb. Benito, dan E Harlie. 2008. Analisis Kandungan N, P dan K pada Lumpur Hasil Ikutan Gasbio (Sludge) yang Terbuat dari Feses Sapi Perah. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Bandung. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. XIII, No.6 : 299-303 Hozairi, Bakir dan Buhari. 2012. Pemanfaatan Kotoran Hewan Menjadi Energi

Biogas untuk Mendukung Pertumbuhan UMKM di Kabupaten Pamekasan.

Prosiding InSINas 2012 : EN93–EN98. Lembaga Penelitian dan

Pengabdian Kepada Masyarakat - Universitas Islam Madura. Pamekasan Madura.

Mayrowani, H. 2012. Pengembangan Pertanian Organik di Indonesia. Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol. 30 No. 2 : 91– 108.

(46)

Selintung, M., dan S. Syahrir. 2012. Studi Pengolahan Air Melalui Media Filter Pasir Kuarsa (Studi Kasus Sungai Malimpung). Prosiding Hasil Penelitian Fakultas Teknik Vol. 6 : 1-10

Setiawan A., dan H. N. Bayu. 2010. Karakteristik Proses Klarifikasi dalam Sistem Nitrifikasi Denitrifikasi untuk Pengolahan Limbah Cair dengan Kandungan N-NH3 Tinggi. Skripsi. Jurusan Teknik Kimia. Fakultas

Teknik Universitas Diponegoro. Semarang.

Siregar, Y. K. S. 2009. Analisis Kelayakan Pengusaha Sapi Perah dan Pemanfaatan Limbah untuk Menghasilkan Biogas dan Pupuk Kompos. Skripsi. Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Suriadikarta, D. A., dan D. Setyorini. 2005. Baku Mutu Pupuk Organik dalam Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. (Editor R.D.M. Simanungkalit, D. A. Suriardikarta, R. Saraswati, D. Setyorini, W. Hartatik). Balai Bsar

Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor : 231-244

Sutarno dan F. Feris. 2007. Analisis Prestasi Produksi Biogas (CH4) dari

Polythilene Biodigester Berbahan Baku Limbah Ternak Sapi. LOGIKA Vol. 4 No. 1 : 31–37

Suwantoro, A. A. 2008. Analisis Pengembangan Pertanian Organik di

Kabupaten Magelang. Tesis. Program Magister Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana. Universitas Diponegoro. Semarang

Syamsuddin, A., R. Mappangaja, dan A. Natsir. 2011. Analisis Manfaat Program Biogas Asal Ternak Bersama Masyarakat (BATAMAS) Kota Palopo. Hal. 1-18. Palopo.

(47)

Williams, J dan E. Sandra. 2011. Digestates: Characteristics, Inaugural Processing and Utilisation. Hal. 1–33. Bio-Methane Regions Event Training the Trainers. University of Glamorgan. South Wale. Winarto, F. 2010. Penambahan Tepung Darah dalam Pembuatan Pupuk

Organik Padat Limbah Biogas dari Feses Sapi dan Sampah Organik Terhadap Kandungan N, P dan K. Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Andalas. Padang.

Gambar

Tabel 1.  Area pertanian organik dengan sertifikasi PAMOR
Gambar 1. Tahap pembentukan biogas
Gambar 2.  Digester biogas (Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, 2009)
Tabel 1.  Kandungan digestates feses ternak analisis berbasis basah
+6

Referensi

Dokumen terkait

Terapi Gizi Medis : adalah pelayanan gizi khusus untuk peyembuhan penyakit baik akut maupun kronis atau kondisi luka- luka, serta merupakan suatu penilaian terhadap kondisi

Observasi yang ditemukan pada klien dengan perilaku menarik diri akan ditemukan (data objektif), yaitu apatis, ekspresi sedih, afeks tumpul, menghindari dari orang

  !varium berjumlah sepasang, merupakan organ yang kompak, dan terletak didalam rongga pelvi, saluran reproduksi, pada monotremata oviduk uviduk hanya sebelah kiri

392 °F (200 °C) • Mempertahankan suhu splice (waktu tunda yang dapat diatur) • Mendinginkan hingga suhu dingin (suhu yang aman untuk melepaskan sabuk) • Suhu dan waktu

Calon mahasiswa tahun akademik 2016/2017 yang lulus seleksi melalui jalur seleksi SNMPTN diputuskan dengan Surat Keputusan Rektor Nomor 746/UN19/KM/2016 yang

Selain itu dengan studi ini diharapkan mendapat suatu gambaran kondisi bangunan baik segi teknik, fungsi, lingkungan, dan perkiraan biaya yang dibutuhkan untuk memelihara

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 23 April 2016 di ruang Anggrek, Mawar dan Dahlia RSUD Muntilan Kabupaten Magelang dari hasil wawancara

Meurut hasil wawancara dengan kepala bagian hubungan masyarakat Tirtawening Kota Bandung didapatkan data, aparatur PDAM telah melakukan tugas pelaksanaan dengan