BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KELAS X SEMESTER GENAP 2014/2015
SMA NEGERI 1 MERAPI TIMUR KABUPATEN LAHAT
SUMSEL Oleh: Mega Lestari
Perubahan zaman menuntut perubahan pada pendidikan. Begitupun dalam suatu pembelajaran dibutuhkan model pembelajaran yang tepat untuk pembelajaran khususnya Pembelajaran Sejarah. Dalam hal ini peneliti menggunakan model Discovery learning untuk mengembangkan Pembelajaran Sejarah. Alat ukur keberhasilan suatu pembelajaran ialah dilihat dari hasil belajar. Dalam hasil belajar yang dinilai ialah aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh penerapan Model Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa dan seberapa besar taraf signifikan Pengaruh penerapan Model Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah Kelas X SMA Negeri 1 Merapi Timur Semester Genap 2014/2015 Kabupaten Lahat Sumatera Selatan. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Ada atau tidaknya pengaruh dan seberapa besar taraf signifikan Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap Hasil Kognitif Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah Kelas X SMA Negeri 1 Merapi Timur Semester Genap 2014/2015 Kabupaten Lahat Sumatera Selatan
Penelitian menggunakan metode penelitianquasi eksperimen dengan desain penelitian one group pretest posttest design.Populasi dalam penelitian ini ialah adalah siswa kelas X terdiri dari empat kelas yakni X.1, X.2, X.3, dan X.4. Sampel yang digunakan ialah X.1 dengan teknik pengambilan sampel secara acak (Random Sampling). Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif dengan teknik pengumpulan data dengan menggunakan tes, dokumentasi dan observasi.
Berdasarkan hasil hipotesis I uji t Harga t0, 975 dengan dk = 54 dari daftar distribusi
student adalah 2,01. Kriteria pengujian terima H0jika t hitung antara -2,01 dan 2,01 dan
tolak H0jika mempunya harga lain. Dari perhitung didapat t = 7,12 maka nilai t tidak
berada di daerah penerimaan. Jadi H0 ditolak. Maka H1 diterima. Uji hipotesis II
menggunakan rumus korelasi product moment didapat hasil perhitungan korelasi sebesar 0,71. Berdasarkan tabel interpretasi Sofyan Siregar (2013:337) berada pada kategori kuat. Jadi dalam hal ini tolak H0terima H1.
SMA NEGERI 1 MERAPI TIMUR KABUPATEN LAHAT
SUMSEL
Oleh
MEGA LESTARI
(S k r i p s i)
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
Peneliti merupakan anak pertama dari tiga bersaudara putri pertama
Bapak Ahmad Syarbini dan Ibu Fatma. Peneliti dilahirkan pada
tanggal 1 Mei 1993 di Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Pendidikan
peneliti dimulai dari Taman Kanak-kanak Idhata Tanjung Enim,
dilanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri 1 Merapi Timur, Lahat
Sumatera Selatan dan tamat belajar pada tahun 2005.
Peneliti melanjutkan pendidikan kejenjang sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1
Merapi Timur, Sumatera Selatan dan selesai pada tahun 2008 dan dilanjutkan kejenjang
sekolah menengah atas di SMA Negeri 4 Lahat dan tamat belajar pada tahun 2011.
Pada tahun 2011 penulis diterima di Universitas Lampung, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, di Program Studi Pendidikan
Sejarah. Pada Semester VI penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa
Banjar Negeri Gunung Alip, Tanggamus Lampung dan menjalani Program Pengalaman
Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Gunung Alip Tanggamus Lampung. Selama
melaksanakan perkuliahan di Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Lampung
peneliti pernah menjabat sebagai staf divisi danus di HIMAPIS, staf divisi kerohanian di
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala hidayah dan karunia-Nya. Shalawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. dengan kerendahan hati dan rasa syukur,
kupersembahkan sebuah karya kecil ini sebagai tanda cinta dan sayangku kepada :
Bapak ku A. Syarbini dan Ibuku Fatma yang telah membesarkan dengan penuh cinta dan kasih sayang, memperjuangkan segalanya hanya untuk kesuksesan ku. Terima kasih untuk segalanya, terima kasih untuk setiap tetesan keringat yang tidak pernah terhitung banyaknya, terimakasih untuk tetesan air mata dan doa yang selalui mengiringi setiap langkah
kecilku.
Terima kasih pada saudariku : Nur aini dan Rahma
Terimakasih atas doa, semangat, dan kasih sayang yang selalu diberikan. Bapak Ibu dosen, Bapak/Ibu guru, sahabat, dan teman-teman yang telah mengukir sebuah sejarah dalam kehidupanku, serta almamater yang aku
Moto
Hidup itu seperti sepeda, untuk tetap seimbang teruslah bergerak...
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran Sejarah Kelas X SMA Negeri 1 Merapi Timur Semester
Genap 2014/2015 Kabupaten Lahat Sumatera Selatan ”. Penulisan skripsi ini
sebagai syarat untuk menyelesaikan studi tingkat Sarjana Pendidikan pada
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya
kepada:
1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., Dekan FKIP Universitas
Lampung.
2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., Wakil Dekan Bidang Akademik dan
Kerjasama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si., Wakil Dekan Bidang Keuangan
Umum dan Kepegawaian Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Lampung.
5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Drs. Syaiful. M, M.Si sebagai pembahas dalam skripsi ini yang telah
memberikan bimbingan, sumbangan pikiran, kritik, dan saran selama
perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi.
7. Bapak Drs. Maskun, M.H., Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah,
Pembeimbing Akademik dan Pembimbing I dalam skripsi ini yang telah sabar
membimbing dan memberi masukan serta saran yang sangat bermanfaat
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
8. Ibu Yustina Sri Ekwandari, S.Pd., M.Hum., Dosen Pembimbing II yang telah
menyediakan waktu, tenaga, untuk mengarahkan, membimbing dan
memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini serta
selalu membuat penulis merasa semangat, percaya diri dan mampu
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
9. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Sejarah di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yaitu Bapak Drs. Ali Imron, M.Hum., Bapak Drs. Iskandar Syah,
M.H., Bapak Drs. Wakidi, M. Hum, Bapak Drs. Tantowi, M.Si., Dr. R.M
Sinaga, M.Hum., Bapak Basri, S.Pd, M.Pd., Bapak Suparman Arif, S.Pd,
M.Pd., dan Bapak Cheri Saputra, S.Pd, M.Pd., yang telah memberikan bekal
memberikan waktu untuk peneliti dalam melakukan penelitian serta
membantu peneliti dalam memberikan data-data penunjang dalam penelitian
skripsi ini.
11. Bapak Romsul Fayat, S.Pd sebagai guru mitra peneliti yang telah membantu
dalam penelitian saya di SMA Negeri 1 Merapi Timur.
12. Sahabatku Debi Gusmalisa dan Winda Anggraini yang selalu memberikan
dukungan.
13. Teman-teman angkatan 2011 kelas ganjil maupun genap yang telah
melewatkan waktu bersama.
14. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih.
Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala
di sisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat.
Bandar Lampung, 2015
Peneliti,
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 7
1.3. Pembatasan Masalah ... 8
1.4. Rumusan Masalah ... 8
1.5. Tujuan Penelitian ... 8
1.6. Kegunaan Penelitian ... 9
1.7. Ruang Lingkup Penelitian ... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka ... 11
2.1.1 Konsep Pengaruh ... 11
2.1.2 Konsep Model Discovery Learning ... 12
2.1.3 Konsep Hasil Belajar ... 15
2.1.4 Pengertian Pembelajaran Sejarah ... 21
2.2. Penelitian yang Relevan ... 22
2.3. Kerangka Pikir ... 23
2.4. Paradigma ... 24
2.5. Hipotesis ... 25
III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian dan Metode Penelitian yang Digunakan ... 26
3.2 Desain Penelitian...……….…………. ... 26
3.3 Populasi dan Sampel ……….………. . 28
3.3.1 Populasi ... 28
3.3.2 Teknik Pemilihan Sampel ... 29
3.3.3 Sampel... 30
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 30
3.4.1 Variabel Penelitian ... 30
3.4.2 Definisi Operasional Variabel ... 31
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 32
3.5.1 Tes ... 32
3.5.2 Dokumentasi ... 33
3.5.3 Observasi ... 33
3.6 Langkah-langkah Penelitian ... 34
3.10.2 Uji Reabilitas………..………. .. 48
3.10.3 Tingkat Kesukaran ... 49
3.10.4 Daya pembeda ... 50
3.10Teknik Analisis Data ... 50
IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 54
4.2Hasil Penelitian ... 60
4.2.1 Hasil Belajar kognitif ... 67
4.2.2 Analisis Data ... 69
4.3Pembahasan ... 81
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan ... 86
5.2Saran ... 87
DAFTAR PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal terpenting Perkembangan dunia karena dengan
pendidikan mampu memajukan peradaban manusia. Artinya bahwa
pendidikan merupakan komponen yang sangat penting bagi perkembangan
kehidupan manusia. Pendidikan adalah khas dan alat manusia. Tidak ada
makhluk lain yang membutuhkan pendidikan ( Made Pidarta, 2009: 1).
Pendidikan menurut Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 ialah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperluakan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negera.
Pembelajaran Sejarah merupakan salah satu muatan dalam pendidikan
Indonesia. Aman (2011:7) mengemukakan bahwa Pembelajaran Sejarah
dianggap sebagai pelajaran yang membosankan karena seolah-olah
cenderung hapalan. Bahkan kebanyakan siswa menganggap bahwa
Pelajaran Sejarah tidak membawa manfaat karena kajiannya adalah masa
pembangunan bangsa. Oleh karena itu, Pelajaran Sejarah hanya dianggap
sebagai pelajaran pelengkap, apalagi mata pelajaran tidak tidak di UN- kan.
Ditambah lagi dengan kebijakan pemerintah yang semakin menyempitakan
gerak langkah Pembelajaran Sejarah yakni dengan semakin kecilnya porsi
jam Pelajaran Sejarah disekolah tidak mengherankan jika prestasi belajar
sejarah siswa juga cenderung kurang memuaskan.
Sikap apatis terhadap Pelajaran Sejarah tentu diakibatkan oleh faktor intern
dan ekstern. Faktor intern meliputi sikap siswa terhadap pelajaran yang
kurang postif begitu juga dengan minat dan motivasi yang cenderung
rendah. Selain itu faktor ekstern yakni terkait dengan penyajian materi
Pelajaran Sejarah yang cenderung rentetan fakta yang membosankan,
metode dan model pembelajaran yang kurang sesuai dengan subtansi materi
Pelajaran Sejarah, kurangnya sarana pembelajaran yang mendukung dan hal
itu berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa Pembelajaran Sejarah.
Peneliti memfokuskan pada penggunaan model pembelajaran yang kurang
sesuai dengan subtansi materi sejarah. Dari permasalahan yang telah
diutarakan untuk itu dibutuhkan model pembelajaran yang tepat dalam
Pembelajaran Sejarah untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam hal
ini, ModelDiscovery Learning menjadi model pilihan yang dapat digunakan
dalam Pembelajaran Sejarah. Bruner mengungkapkan dalam Agus N Cahyo
(2013:116) kelebihan menggunakan ModelDiscovery Learningialah,
1. Adanya suatu kenaikan dalam potensi intektual. 2. Ganjaran intrinsik lebih ditekankan daripada ektrinsik
4. Murid lebih senang mengingat-ingat materi.
Dengan demikian dapat dsimpulkan bahwa penerapan Model Discovery
Learningmembawa kebaikan bagi siswa itu sendiri dan dapat meningkatkan
hasil belajar karena dengan Model Discovery Learning mampu
meningkatkan potensi intektual siswa. Selain itu, siswa lebih senang
mengingat-ingat materi . Dengan begitu, akan meningkatakan hasil belajar.
Dengan penerapan Model Discovery Learning yang mengacu pada
keaktifan peserta didik dalam memahami materi membuat Pembelajaran
Sejarah lebih hidup dan dinamis diharapkan meningkatkan hasil belajar
siswa. Siswa tidak hanya menerima materi yang diberikan guru yang hanya
sederetan fakta saja, akan tetapi bisa mengembangkan pembelajaran
menjadi sebuah penemuan konsep yang akan memudahkan peserta didik
dalam mempelajari Pembelajaran Sejarah.
Menurut Agus N Cahyo dalam bukunya Panduan Aplikasi Teori-Teori
Belajar Mengajar Teraktual dan Terpopuler, “Pembelajaran Discovery
Learning ialah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses
kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca
sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri” (Agus N
Cahyo, 2013:101).
Discovery Learning merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan cara
peserta didik sendiri mencari konsep dalam pembelajaran sehingga peserta
didik yang harus berperan aktif. Peran peserta didik dalam model
pembelajaran. Peran guru hanya membimbing dan memfasilitasi siswa agar
aktif.
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki hambatan dalam
perkembangan dunia pendidikan. Perkembangan dan kemajuan pendidikan
tidak merata, misalnya perkembangan pendidikan di wilayah perkotaan akan
berbeda dengan wilayah pedesaan. Sebagai sentral di wilayah perkotaan,
informasi guna kemajauan pendidikan mudah berkembang. Lain halnya
dengan di desa, untuk itulah peneliti akan menerapkan Model Discovery
Learning di SMA Negeri 1 Merapi Timur Desa Sirah Pulau Kecamatan
Merapi Timur Kabupaten Lahat Sumatera Selatan. Dengan demikian, di
wilayah pedesaan pun mendapatkan informasi untuk pengembangan
Pembelajaran Sejarah.
Keberhasilan suatu pembelajaran ditandai meningkatnya prestasi belajar
siswa. Prestasi belajar siswa sangat erat kaitannya dengan hasil belajar.
Hasil belajar merupakan tolak ukur dalam pembelajaran. Ketika hasil
belajar siswa meningkat peluang prestasi belajar meningkat juga sangat
tinggi. Menurut Roestiyah dalam bukunya yang berjudul Strategi Belajar
Mengajar menyatakan bahwa: “Keberhasilan sebuah model mengajar itu
dapat terlihat dari pencapaian aktivitas dan prestasi belajar siswa di dalam
kelas, yaitu terlihat pada tinggi atau tidaknya prestasi belajar siswa setelah
Dalam hasil belajar yang dinilai ialah aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik. Menurut Daryanto (2014:54) proses pembelajaran menyentuh
tiga ranah yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan. Aspek kognitif yaitu
ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Tujuannya untuk mengetahui
kemampuan intelektual siswa. Aspek afektif adalah ranah yang berkaitan
dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti
perasaan, minat sikap, emosi dan nilai, sedangkan aspek psikomotorik ialah
ranah yang berkaitan dengan skill (kemampuan) setelah siswa menerima
pengalaman belajar tertentu.
Berdasarkan hasil wawancara pra penelitian dengan guru Mata Pelajaran
Sejarah yang dilakukan di SMA Negeri 1 Merapi Timur diketahui bahwa
hasil belajar kognitif siswa mata pelajaran siswa masih rendah. Hal ini
terlihat dari hasil tes mata Pelajaran Sejarah siswa kelas X.1
Tabel 1.1 Nilai tes Mata Pelajaran Sejarah
No Nama Siswa Nilai
1 Ardi A 65
2 Ardian Nopriansyah 69
3 Ayu Seviani 61
4 Cecep Supriadi 66
5 Cendy Pratama 64
6 Desti Heriyani 60
7 Dina Krisna 68
8 Dina Ristika 66
9 Eva Susanti 67
10 Fajri Okta 64
11 Fitria Permata sari 63
12 Harwindo 76
13 Heri Sunardi 64
14 Herli Pradita 70
15 Indah Tirsa Alnita 65
17 Jeli Rahma Wati 76
18 Karmansyah 63
19 Lara Okfa 63
20 Marsiwan 70
21 Mifta Khoirunnisa 75
22 Raka Alfarizi 67
23 Reska Astuti 67
24 Tri Damayanti 60
25 Yoga Agung Prandowo 64
26 Yogi Pirnando 60
27 Yulia 62
28 Yusuf Rizal Ibrahim 65 Sumber : Guru Mata Pelajaran Sejarah 2015
Dari data di atas, hanya 3 (tiga) orang siswa yang lulus dengan standar
KKM 75.
Selain itu rendahnya minat belajar pada Mata Pelajaran Sejarah terlihat dari
obervasi awal pra penelitian, pembelajaran di kelas cenderung pasif, terlihat
kurang ketertarikan siswa pada Mata Pelajaran Sejarah, banyak diantara
siswa kurang memperhatikan penjelasan sewaktu guru mengajar. Hal ini
menunjukkan rendahnya afektif siswa pada Mata Pelajaran Sejarah. Siswa
tidak memiliki minat belajar sehingga kurangnya ketertarikan memahami
materi Pembelajaran Sejarah.
Penilaian hasil belajar psikomotorik terlihat padaskill(kemampuan) setelah
siswa menerima pengalaman belajar tertentu. Pada Mata Pelajaran Sejarah,
penilaian hasil belajar psimotorik siswa dapat dilihat dari produk yang
dihasilkan dari implementasi Pembelajaran Sejarah. Dalam hal ini
pemberian tugas oleh guru Mata Pelajaran Sejarah di SMAN 1 Merapi
Mata Pelajaran Sejarah SMA Negeri 1 Merapi Timur diketahui bahwa
kemampuan siswa dalam membuat portofolio masih rendah.
Berdasarkan uraian di atas, maka ditarik kesimpulan bahwa rendahnya hasil
belajar pada mata pelajaran di atas meliputi hasil belajar kognitif, hasil
belajar afektif, dan hasil belajar psikomotorik.
Dari latar belakang di atas, peneliti akan mengadakan penelitian dengan
judul “Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa
pada Mata Pelajaran Sejarah Kelas X Semester Genap 2014/2015 SMA
Negeri 1 Merapi Timur Kabupaten Lahat Sumatera Selatan”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan Latar belakang di atas, masalah dalam penelitian ini dapat di
identifikasikan sebagai berikut :
1. Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Kognitif
Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah Kelas X SMA Negeri 1 Merapi
Timur Semester Genap 2014/2015 Kabupaten Lahat Sumatera Selatan
2. Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Afektif
Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah Kelas X SMA Negeri 1 Merapi
Timur Semester Genap 2014/2015 Kabupaten Lahat Sumatera Selatan
3. Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar
Psikomotorik Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah Kelas X SMA Negeri
1 Merapi Timur Semester Genap 2014/2015 Kabupaten Lahat
1.3 Pembatasan Masalah
Agar masalah dalam penelitian ini tidak terlalu luas, maka penulis
membatasi masalah pada, “Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap
Hasil Kognitif Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah Kelas X SMA
Negeri 1 Merapi Timur Semester Genap 2014/2015 Kabupaten Lahat
Sumatera Selatan”
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah dalam penelitian
ini dirumuskan sebagai berikut
1. Apakah ada pengaruh penerapan Model Discovery Learning terhadap
Hasil Belajar Kognitif Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah Kelas X
Selatan Semester Genap 2014/2015 SMA Negeri 1 Merapi Timur
Kecamatan Merapi Timur Kabupaten Lahat Sumatera Selatan?
2. Seberapa Besar Taraf Signifikansi Pengaruh penerapan Model
Discovery Learning Terhadap Hasil Kognitif Belajar Siswa pada Mata
Pelajaran Sejarah Kelas X SMA Negeri 1 Merapi Timur Semester
Genap 2014/2015 Kabupaten Lahat Sumatera Selatan ?”
1.5 Tujuan penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
1. Ada atau tidaknya pengaruh penerapan Model Discovery Learning
terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah
Kelas X Selatan Semester Genap 2014/2015 SMA Negeri 1 Merapi
2. Besarnya Taraf Signifikan Pengaruh penerapan Model Discovery
Learning Terhadap Hasil Kognitif Belajar Siswa pada Mata Pelajaran
Sejarah Kelas X SMA Negeri 1 Merapi Timur Semester Genap
2014/2015 Kabupaten Lahat Sumatera Selatan
1.6 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang
membutuhkan. Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan bagi
pengembangan Pembelajaran Sejarah dengan menggunakan model
pembelajaranDiscovery Learning.
2. Secara praktis
1. Bagi guru : Memberikan informasi model yang dapat
digunakan dalam pengembangan Pembelajaran Sejarah
2. Bagi siswa : Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
merekontruksi sendiri dalam menentukan konsep dalam belajar
dan memberikan suasana baru dalam proses pembelajaran
3. Bagi sekolah : Memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi
sekolah dalam pengembangan Pembelajaran Sejarah
4. Bagi peneliti : Memberikan pengalaman yang berharga bagi
peneliti untuk mengetahui Pengaruh Model Discovery Learning
terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa pada Mata Pelajaran
Sejarah Kelas X di SMA Negeri 1 Merapi Timur Kecamatan
1.7 Ruang Lingkup Penelitian
1. Ruang Lingkup Ilmu
Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah Ilmu Pendidikan,
khususnya Pendidikan Sejarah.
2. Ruang Lingkup Subjek
Subjek penelitian ini adalah Siswa Kelas X pada Mata Pelajaran Sejarah
SMA Negeri 1 Merapi Timur Semester Genap 2014/2015 Kecamatan
Merapi Timur Kabupaten Lahat Sumatera Selatan
3. Ruang Lingkup Objek
Objek penelitian ini adalah Pengaruh Model Discovery Learning
terhadap Hasil Belajar Kognitif
4. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Merapi Timur Kecamatan
Merapi Timur Kabupaten Lahat Sumatera Selatan
5. Waktu Penelitian
REFERENSI
Made Pidarta. 2009. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak
Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta. Halaman 1
Aman. 2011. Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah. Yogjakarta : Ombak. Halaman 56
Agus N Cahyo. 2013. Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual dan Terpopuler. Yogjakarta : Diva Press. Halaman 101
Ibid. Halaman 116
Roestiyah. 1986.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Halaman 37
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Konsep Pengaruh
Pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:849) adalah daya
yang ada dan timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk
watak, kepercayaan atau perbuataan seseorang. Surakhmad (1982:7)
menyatakan bahwa pengaruh adalah kekuatan yang muncul dari suatu
benda atau orang dan juga gejala dalam yang dapat memberikan perubahan
terhadap apa-apa yang ada di sekelilingnya. Dari pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa pengaruh merupakan suatu perubahan yang terjadi
akibat kekuatan yang muncul dari sutu benda atau orang dan juga gejala
yang ada disekelilingnya
Slameto (2003;2) menyatakan bahwa perubahan adalah suatu proses usaha
yang dilakukan individu untuk memperoleh sesuatu yang baru sehingga
dapat memperoleh hasil yang diinginkan.
Perubahan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah perubahan
model, strategi, dan pendekatan yang digunakan oleh seorang guru dalam
kegiatan pembelajaran. Ketepatan model, strategi, dan pendekatan yang
digunakan oleh guru akan memberi pengaruh terhadap hasil belajar peserta
2.1.2. Konsep ModelDiscovery Learning
Agus N Cahyo (2013:101) mengemukakan, “Discovery Learning ialah
suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental
melalui tukar pendapat, dengan diskusi, membaca sendiri dan mencoba
sendiri, agar anak dapat belajar sendiri”.
Menurut Sund dalam Roestiyah (2008:20)Discoveryadalah proses mental
dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip.
Menurut Roestiyah (2008:20) dalam bukunya strategi belajar dan
mengajar mengungkapkan kelebihan ModelDiscovery Learning:
1. Teknik ini mampu membantu siswa siswa untuk mengembangkan; memperbanyak kesiapan; serta penguasaan keterampilan dan proses kognitif/pengenalan siswa
2. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/individual sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut
3. Dapat membangkitkan kegairahan belajar siswa
4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya masing-masing
5. Mampu mengarahkan cara belajar siswa, sehingga lebih memilki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat
6. Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri 7. Strategi itu berpusat pada siswa tidak pada guru.
Selain memiliki kelebihan, Model Discovery juga memiliki kelemahan.
Berikut kelemahan Model Discovery Learning menurut Ausebel dalam
Agus N Cahyo (2013:118), “kurangnya kemampuan siswa dalam
mengikuti Model Discovery Learning yang justru membutuhkan
penguasaan informasi yang lebih cepat dan tidak diberikan dalam bentuk
Menurut Asri Budiningsih (2008:43), “Cara yang baik untuk belajar
adalah memahami konsep, arti dan hubungan melalui proses intuitif untuk
akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Discovery Learning)”. Bruner
dalam Asri Budiningsih juga mengemukakan (2008:42), “Pembentukan
konsep dan pemahaman konsep merupakan dua kegiatan mengkategorikan
yang berbeda menuntut proses berfikir yang berbeda pula”. Bruner dalam
Asri (2008:43) mengemukakan ada 5 unsur dalam memahami konsep
yaitu;
1. Nama
2. Contoh-contoh baik yang positif maupun yang negatif 3. Karakteristik baik yang pokok maupun tidak
4. Rantangan karakteristik 5. Kaidah
Tujuan pembelajaran dalam Model Discovery Learning menurut Bell
dalam Agus N Cahyo (213:104) adalah :
1. Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran.
2. Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola dalam situasi konkret maupun abstrak dan juga siswa banyak meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang diberikan.
3. Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan menggunakan tanya jawa untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan
4. Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi serta mendengar dan menggtunakan ide-ide orang lain.
5. Terdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna
Menurut Agus N Cahyo (2013:111), dalam Model Discovery Learning
bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, siswa dituntut untuk
melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan,
mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan
bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan.
Dalam rangka menerapkan suatu model pembelajaran, setiap model
memiliki tahap-tahapan. Berikut tahapan penerapan Model Discovery
Learningmenurut Syah dalam Agus N Cahyo (2013:249),
a. Stimulation
Pada tahapan ini, guru memberikan rangsangan kepada peserta didik
sehingga timbul kebingungan. Pada tahap ini guru bertanya dengan
mengajukan persoalan atau menyuruh anak didik membaca atau
mendengarkan uraian yang membuat permasalahan. Stimulasi pada
tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang
dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengekplorasi
bahan. Dalam hal ini, Bruner memberikan Stimulation menggunakan
teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yang mendorong
ekplorasi.
b. Problem Statment
Pada tahap selanjutnya guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengindentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah
yang relevan dengan bahan pelajaran. Kemudian salah satunya dipilih
c. Data Collagection
Dalam tahapan ini, siswa diberi kesempatan mengumpulkan data yang
menunjang hipotesis yang dibuat oleh siswa dari berbagai macam
sumber.
d. Data Processing
Merupakan kegiatan pengolahan data dan informasi yang telah
diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi dan
sebagainya. Tujuan dari tahapan ini ialah pembentukan konsep dan
generalisasi.
e. Verification
Menurut Burner, Verification bertujuan agar proses belajar akan
berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau
pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam
kehidupannya.
f. Generalization
Pada tahapan Generalization merupakan tahap penarikan kesimpulan
yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian
atau masalah yang sama, tentu saja memperhatikan hasil verifikasi.
2.1.3. Konsep Hasil belajar
Dalam proses belajar ada tiga aspek yang dilihat. Menurut Sudjana (2006)
belajar dapat dilihat dari tiga sudut pandang
Dalam belajar, hasil belajar merupakan salah satu komponen yang sangat
penting. Suryosubroto (1997:2) mengatakan bahwa, “Hasil belajar adalah
penilaian tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang dipelajari di
sekolah yang menyangkut pengetahuan dan keterampilan yang dinyatakan
sesudah penilaian”. Bloom dalam Asep Jikad dan Abdul Haris (2008:14)
mengatakan bahwa, hasil belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Winkel (1999:134) menyatakan: ”Ada tiga ranah hasil belajar yaitu
kogni-tif, afekkogni-tif, dan psikomotorik”. Menurut Oemar Hamalik (2009:79) hasil
belajar kognitif menitikberatkan pada proses intelektual. Bloom
mengemukakan dalam Oemar Hamalik (2009:80) jenjang-jenjang tujuan
kognitif adalah sebagai berikut :
1. Pengetahuan (C1) merupakan pengingat bahan-bahan yang telah dipelajari mulai dari fakta samapi ke teori yang menyangkut informasi yang bermanfaat.
2. Pemahaman (C2) adalah abilitet untuk menguasai pengertian. Pemahaman tampak pada ahli bahan dari satu bentuk ke bentuk lainnya, penafsiran, dan memperkirakan
3. Penerapan (C3) adalah abilitet untuk menggunakan bahan yang telah dipelajari ke dalam situasi baru yang nyata
4. Ananlisis (C4) adalah abilitet untuk merinci bahan menjadi bagian-bagian supaya strukturorganisasinya muda di pahami, meliputi identifikasi bagian-bagian, mengkaji hubungan antara bagian-bagian, mengenali prinsip-prinsip organisasi.
5. Sintesis (C5) adalah abilitet mengkombinasikan bagian-bagian menjadi suatu keseluruhan baru yang menitikberatkan pada tingkah laku kreatif dengan cara memformulasikan pola dan struktur baru
6. Evalusi (C6) adalah abilitet untuk mempertimbangkan nilai bahan untuk maksud tertentu berdasarkan kriteria internal dan kriteria eksternal.
Berikut Indikator hasil belajar kognitif :
Aspek kognitif C1 : a). Terminologi Kemampuan yang paling dasar adalah
diketahuinya tetap berdiri sendiri tanpa dihubungkan dengan fakta atau
gejala lainnya. c). Universal dan abstraksi, pengetahuan akan bagan-bagan
dan pola-pola utama yang dipakai untuk mengorganisasikan
fenomen-fenomen. Suke Silverius (1991: 41-42). Aspek kognitif C2 : a).
Menerjemahkan (Translation) Pengalihan konsep yang dirumuskan
dengan kata-kata ke dalam gambar grafik dapat dimasukkan dalam
kategori menerjemahkan. b). Menginterpretasi (Interpretation)
Menginterpretasi adalah kemampuan untuk mengenal dan memahami ide
utama suatu komunikasi. c). Mengekstrapolasi (Ekstrapolation)
Kemampuan untuk membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat
memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun
masalahnya. Menurut Suke Silverius (1991 : 43-44). Aspek kognitif C3 :
Kemampuan untuk menyeleksi atau memilih suatu abstraksi tertentu
(konsep, hukum, dalil, aturan, gagasan, cara) secara tepat untuk diterapkan
dalam suatu situasi baru dan menerapkannya secara benar. (Suharsimi
Arikunto, 2001: 119). Aspek kognitif C4 : a). Analisis unsur Kemampuan
untuk merumuskan asumsi-asumsi dan mengidentifikasi unsur-unsur
penting dan dapat membedakan antara fakta dan nilai. b). Analisis
hubungan Kemampuan untuk mengenal unsur-unsur dan pola
hubungannya. c). Analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi. Kemampuan
untuk menganalisis pokok-pokok yang melandasi tatanan suatu organisasi,
misalnya : menentukan falsafah pengarang dari isi buku yang ditulisnya.
(1991: 46). Aspek kognitif C5 : a). Tulisan Membuat kesimpulan dari
suatu rencana atau mekanisme kerja. c). Hubungan abstraksi
menghubungkan konsep-konsep yang sudah ada. Suke Silverius (1991:
47-48). Aspek kognitif 6 : Pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang
mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan,
metode materiil, dll. Nana Sudjana (1991: 28)
Menurut Bruner dalam Asri Budiningsih (2008:40), perkembangan
kognitif manusia ialah sebagai berikut
1. Perkembangan intelektual ditandai dengan adanya kemajuan dalam menanggapi suatu rangsangan
2. Peningkatan pengetahuan tergantung pada perkembangan sistem penyimpanan informasi scara realis
3. Perkembangan intelektual meliputi perkembangan kemampuan berbicara pada diri sendiri atau pada orang lain melalui kata-kata atau lambang tentangapa yang telah dilakukan dan apa yang akan dilakukan
4. Interaksi secara sistematis antara pembimbing, guru atau orang tua dengan anak diperlukan bagi perkembangan kognitifnya 5. Bahasa adalah kunci perkembangan kognitif, karena bahasa
merupakan alat komunikasi antara manusia. Untuk memahami konsep-konsep yang ada diperlukan bahasa.
Selain melihat kemampuan kognitif dari Taksonomi Bloom,
perkembangan kognitif bisa juga dilihat dari perilaku siswa selama
mengikuti pelajaran yang diungkap Bruner di atas. Jika siswa sudah masuk
dalam kategori yang disebutkan Bruner maka dapat dikatakan bahwa
Tabel 2.1 Contoh Daftar Kata Kerja Operasional ranah kognitif Taksonomi Bloom
Pengetahuan (C1) Pemahaman (C2) Penerapan (C3) Analisis (C4) Sintesis (C5) Penilaian (C6)
Mengutip Memperkirakan Menugaskan Menganalisis Mengabstraksi Membandingkan
Menyebutkan Menjelaskan Mengurutkan Mengaudit Mengatur Menyimpulkan
Menjelaskan Mengkategorikan Menentukan Memecahkan Menganimasi Menilai
Menggambar Mencirikan Menerapkan Menegaskan Mengumpulkan Mengarahkan
Membilang Merinci Menyesuaikan Mendeteksi Mengkategorikan Mengkritik
Mengidentiflkasi Mengasosiasikan Mengkalkulasi Mendiagnosis Mengkode Menimbang
Mendaftar Membandingkan Memodifikasi Menyeleksi Mengkombinasikan Memutuskan
Menunjukkan Menghitung Mengklasifikasi Memerinci Menyusun Memisahkan
Memberi label Mengkontrasikan Menghitung Menominasikan Mengarang Memprediksi
Memberi indek Mengubah Membangun Mendiagramkan Membangun Memperjelas
Memasangkan Mempertahankan Mengurutkan Mengkorelasikan Menanggulangi Menugaskan
Menamai Menguraikan Membiasakan Merasionalkan Menghubungkan Menafsirkan
Menandai Menjalin Mencegah Menguji Menciptakan Mempertahankan
Membaca Membedakan Menentukan Mencerahkan Mengkreasikan Memerinci
Menyatakan Mendiskusikan Menggambarkan Menjelajah Mengoreksi Mengukur
Menghafal Menggali Menggunakan Membagankan Merancang Merangkum
Meniru Mencontohkan Menilai Menyimpulkan Merencanakan Membuktikan
Mencatat Menerangkan Melatih Menemukan Mendikte Memvalidasi
Mengulang Mengemukakan Menggali Menelaah Meningkatkan Mengetes
Mereproduksi Mempolakan Mengemukakan Memaksimalkan Memperjelas Mendukung
Meninjau Memperluas Mengadaptasi Memerintahkan Memfasilitasi Memilih
Menyatakan Meramalkan Mengoperasikan Mengaitkan Merumuskan
Mempelajari Merangkum Mempersoalkan Memilih Menggeneralisasi
Mentabulasi Menjabarkan Mengkonsepkan Mengukur Menggabungkan
Memberi kode Melaksanakan Melatih Memadukan
Menelusuri Meramalkan Mentransfer Membatasi
Menulis Memproduksi Mereparasi
Memproses Merekonstruksi
Mengaitkan Menampilkan
Mensuimulasikan Menyiapkan
Memecahkan Memproduksi
Melakukan Merangkum
Mentabulasi
2.1.4. Pengertian Pembelajaran Sejarah
Menurut Deni Darmawan dan Permasih dalam Kurikulum dan
Pembelajaran (2012:132) mengatakan, “Pembelajaran merupakan
akumulasi dari konsep mengajar (teaching) dan konsep belajar
(Learning)”. Aman (2011:56), Pembelajaran Sejarah merupakan cabang
ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan
serta peranan masyarakat dimasa lampu berdasarkan motode dan
metodelogi tertentu.
Menurut Peraturan Mendiknas No. 22 tahun 2006 Standar Isi untuk satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah dalam Aman (2011: 58) menyebutkan
bahwa Mata Pelajaran Sejarah memiliki 5 tujuan yaitu
1. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini dan masa depan.
2. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta secara benar dengan didasarkan pada pendekakan ilmiah dna metodelogi keilmuan.
3. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau
4. Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang
5. Menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik nasional maupun internasional.
Denis Gunning dalam Aman (2005:73) mengemukakan tujuan
Pembelajaran Sejarah ialah mengajarkan konsep, mengajarkan
Berikut tujuan pembelajaran sejarah adalah :
1. Mendorong siswaberpikir kritis-analitis dalam memanfaatkan pengetahuan tentang masa lampau untuk memahami kehidupan masa kini dan yang akan datang
2. Memahami bahwasejarah merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari
3. Mengembangkan kemampuan intelektual dan keterampilan untuk memahami proses perubahan dan keberlanjutan masyarakat
(Pusat Kurikulum, 2002).
Dari pendapat di atas, tujuan Pembelajaran Sejarah ialah mengajarkan
pembelajaran sejarah untuk memahami arti pentingnya sejarah dengan
tidak hanya menghapal akan tetapi lebih memahami konsep secara
keseluruhan sehingga materi yang didapat tidak hanya dalam bentuk fakta
sejarah (pengetahuan) akan tetapi dapat menimbulkan rasa penghargaan
dan jiwa nasionalisme.
2.2. Penelitian yang Relevan
1. Judul Skripsi “Efektivitas Penggunaan Metode Discovery Learning
Terhadap Hasil Belajar Kelas X SMK Diponegoro Yogyakarta”.
Peneliti adalah Akhmad Afendi mahasiswa Program Studi
Pendidikan Matematika UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Akhmad Afendi Pembelajaran dengan
Metode Discovery Learning lebih efektif dari pada pembelajaran
dengan metode konvensional terhadap hasil belajar matematika
2. Judul skripsi “Penerapan Model Pembelajaran Discovery Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPS di Sekolah Dasar” Peneliti adalah
Ina Azariya Yupita mahasiswa PGSD FIP Universitas Negeri
Surabaya. Menurut penelitian oleh Ina Azariya Yupita
1. Penerapan model pembelajaran Discovery dapat meningkatkan
aktivitas guru dalam pembelajaran IPS di kelas IV SDN
Surabaya.
2. Penerapan model pembelajaran Discovery dapat meningkatkan
aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS di kelas IV SDN
Surabaya.
3. Hasil belajar siswa kelas IV SDN Surabaya pada pembelajaran
IPS dengan menerapkan model pembelajaran Discovery
meningkat secara signifikan
2.3. Kerangka Pikir
Umu Sekaran mengatakan (1992:91), kerangka pikir adalah model
konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor
yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Pembelajaran
adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal”, Asri (2008:11).
Dalam hal ini, pembelajaran merupakan desain yang diciptakan oleh guru
guna mengoptimalkan proses bealajar siswa.
Pembelajaran Sejarah merupakan salah satu muatan pembelajaran
disekolah. Dalam hal ini peneliti akan mengadakan penelitian terhadap
pembelajaran. Pembelajaran dengan Model Discovery Learning siswa
dituntut untuk lebih aktif. Guru hanya berperan sebagai fasilitator.
Dengan demikian, siswa diberikan kesempatan untuk mengeksplore
suatu materi pembelajaran secara optimal. Dari pembelajaran sejarah
dengan Model Discovery Learningakan dilihat hasil belajar sebagai alat
ukur peningkatan pengaruh Model Discovery Learning. Hasil belajar
yang dilihat peneliti ialah hasil belajar kognitif. Dalam hasil belajar
kognitif terdapat enam jenjang taksonomi yang dikemukan oleh Bloom
yaitu ranah C1 (pengetahuan), C2 (pemahaman), C3 (penerapan), C4
(ananlisis), C5 (sintesis) dan C6 (evaluasi).
2.4. Paradigma
Keterangan :
= Garis Kegiatan = Garis Pengaruh Pembelajaran Sejarah
ModelDiscovery Learning
2.5. Hipotesis
Dalam penelitian, perlu merumuskan hopotesis. Menurut Sugiyono (2013:
64) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam
bentuk kalimat pertanyaan. Berikut Hipotesis I
H0= Tidak Ada Pengaruh Penerapan ModelDiscovery LearningTerhadap
Hasil Kognitif Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah Kelas X
SMA Negeri 1 Merapi Timur Semester Genap 2014/2015
Kabupaten Lahat Sumatera Selatan
H1= Ada Pengaruh Penerapan Model Discovery LearningTerhadap Hasil
Kognitif Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah Kelas X SMA
Negeri 1 Merapi Timur Semester Genap 2014/2015 Kabupaten
Lahat Sumatera Selatan
Hipotesis II
H0 = Besarnya Taraf Signifikan pengaruh Penerapan Model Discovery
Learning Lemah Terhadap Hasil Belajar Kognitif Belajar Siswa
pada Mata Pelajaran Sejarah Kelas X SMA Negeri 1 Merapi
Timur Semester Genap 2014/2015 Kabupaten Lahat Sumatera
Selatan
H1 = Besarnya Taraf Signifikan pengaruh Penerapan Model Discovery
Learning Kuat Terhadap Hasil Belajar Kognitif Belajar Siswa pada
Mata Pelajaran Sejarah Kelas X SMA Negeri 1 Merapi Timur
REFERENSI
Alwi Hasan, dkk. 2005.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Departemen Pendidikan
Winarno Surakhmad. 1982.Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik. Bandung: Transito. Halaman 7
Slameto. 2003.Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta. Halaman 2
Agus N Cahyo. 2013. Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar. Jogjakarta: Diva Press. Halaman 103
Roestiyah. 2008.Strategi Belajar dan Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. hlm 20
Roestiyah.Ibid. Halaman 20
Agus N Cahyo.Op Cit. Halaman 118
Asri Budiningsih. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 43
Ibid. Halaman 42
Ibid. Halaman 43
Agus N Cahyo.Op Cit. Halaman 104
Agus N Cahyo.Op Cit. Halaman 111
Agus N Cahyo.Op Cit. Halaman 249
Nana Sudjana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
B.Suryosubroto. 1997.Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka
Cipta. Halaman. 2
Asep Jihad & Abdul Haris. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta:Multi Press. Halaman 14
W. S Winkel. 1999.Psikologi Pengajaran. Jakarta:Gramedia. Halaman 134
Oemar Hamalik. 2009. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Halaman 79
Suke Silverius. 1991. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta: PT. Grasindo. Halaman 41-42
Ibid. halaman 43-44
Suharsimi Arikunto. 2001.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Halaman 119
Suke Silverius.Op Cit. Halaman 46
Suke Silverius.Op Cit. Halaman 47-48
Nana Sudjana. 1991.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. Halaman 28
Purwanto.Op Cit. Halaman 51
Asri Budiningsih.Op Cit. Halaman 40
Tim pengembangan MKDP. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers
Aman. 2011. Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah. Yogjakarta : Ombak. Halaman 56
Ibid. halaman 58
Ibid. Halaman 73
Umu, Sarakan .1992.Business Reseach.Jakarta: Kencana.Halaman 91
III.
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian yang digunakan
Suatu penelitian dibutuhkan sebuah metode penelitian. Seperti halnya yang
diungkapkan Nana Syaodih Sumadinata (2007:52), metode penelitian
adalah cara atau kegiatan pelaksaan penelitian yang didasari oleh
asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan
dan isu-isu yang dihadapi.
Dalam penelitian Pengaruh Model Discovery Learning terhadap Hasil
Belajar Kognitif Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah Kelas X di SMA
Negeri 1 Merapi Timur Kecamatan Merapi Timur Kabupaten Lahat
Sumatera Selatan, peneliti menggunakan metode penelitian quasi
eksperimen
3.2. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan suatu kuasi eksperimen.Desain yang digunakan
dalam penelitian ini adalah one group pretest posttest design seperti pada
tabel berikut ini
Tabel 3.1. Desain Penelitian
Kelas Perlakuan
X.1 O1 X O2
Keterangan:
X.1 : kelas eksperimen
X : Model Discovery Learning
O1 :pretest
O2 :posttest
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pretest untuk mengetahui
kemampuan awal dan memberikan posttest untuk mengukur kemampuan
akhir dengan memberikan masing-masing 20 soal pilihan ganda. Materi
yang digunakan untuk soal pretestmerupakan materi yang telah dipelajari
sebelum penerapan Model Discovery learning yakni mengenai tentang
proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu-Budha di
Indonesia. Kemudian setelah diketahui kemampuan awal, siswa diberikan
perlakuan dengan model pembelajaran Discovery Learning selama 4x
pertemuan dengan mempelajari materi Peradaban awal masyarakat di
dunia yang berpengaruh terhadap peradaban Indonesia dengan sub bab
peradaban kuno Asia-Afrika. Setelah diberikan perlakuan, untuk
mengukur kemampuan akhir peneliti melakukan posttest. Materi yang
digunakan pada saat posttest ialah materi yang telah telah dipelajari
dengan menggunakan Model Discovery Learning yakni materi tentang
peradaban kuno asia-Afrika dengan bobot soal disetarakan dengan soal
pretest sehingga soal pretest dan posttest dapat mengukur kemampuan
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Menurut Hadari Nawawi dalam Margono (2010: 118), populasi adalah
keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda,
hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes atau peristiwa-peristiwa
sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu didalam suatu
penelitian. Sugiyono mengatakan bahwa (2013: 80), populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di SMA Negeri
1 Merapi Timur Tahun Pelajaran 2014/2015, seperti pada tabel berikut ini.
Tabel 3.2 Populasi Anggota Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Merapi Timur
No Kelas
Siswa Jumlah
Total
L P
1 X.1 12 16 28
2 X.2 12 17 29
3 X.3 20 12 32
4 X.3 17 16 33
Jumlah 61 61 122
Dari data di atas, Populasi penelitian kelas X adalah kelas X.1, X.2, X.3
dan X.4.
3.3.2. TeknikSampling
Penelitian yang dilakukan peneliti ialah penerapan Model Discovery
Learning pada Mata Pelajaran Sejarah. Dari data sampel yang telah
dikemukakan teknik sampling yang digunakan peneliti menggunakan
Random Sampling, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti
dengan guru Mata Pelajaran Sejarah kelas X SMA Negeri 1 Merapi Timur
bahwa kemampuan siswa kelas X.1, X.2, X.3 dan X.4 adalah sama.
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:138), teknik random sampling ini
memberikan hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh
kesempatan untuk dipilih menjadi sampel. Jadi teknik Sampling yang
digunakan adalahRandom Sampling.
Penarikan sampel pada penelitian ini adalah dengan cara mengundi kelas
X SMA Negeri 1 Merapi Timur untuk menentukan kelas mana yang akan
diterapkan Model Discovery Learning. Tahapan pengundian anggota
sampel dilakukan bersama guru Mata Pelajaran Sejarah SMA Negeri 1
Merapi Timur dengan memasukkan nama kelas X yaitu X.1, X.2, X.3 dan
X.4. Setelah semua kelas ditulis pada kertas kemudian dimasukkan ke
dalam gelas undian. Nama kelas yang keluar dari undian yang akan
menjadi sampel penelitian dan sampel pada penelitian ini adalah kelas X.1
sebagai objek penelitian yang mendapatkan perlakuan atau kelompok
3.3.3. Sampel
Menurut Sugiyono (2013: 81), sampel merupakan bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel dalam penelitian
ini ialah kelas X.1.
Tabel 3.3 Anggota Sampel
No. Kelas Jumlah Siswa
Jumlah KET
Laki-laki Perempuan
1. X.1 12 16 28 orang Eksperimen
Sumber : Tata Usaha SMA Negeri 1 Merapi Timur Tahun Pelajaran 2014/2015
3.4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.4.1. Variabel Penelitian
Dalam suatu penelitian, ada variabel yang menjadi acuan sebuah penelitian
tersebut. Menurut Sudaryanto (2003:15), dalam penelitian kuantitatif
berarti akan berhadapan dengan istilah yang dinamakan variabel.
Suharsimi Arikunto (2006:118) mengemukakan variabel merupakan objek
penelitian atau apa saja yang menjadi titik perhatian dalam suatu
penelitian.
Dalam penelitian ini dengan judul Pengaruh Model Discovery Learning
Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah Kelas
X SMA Negeri 1 Merapi Timur Semester Genap 2014/2015 Kabupaten
Lahat Sumatera Selatan, Model Discovery Learning merupakan variabel
bebas (X) dan hasil belajar kognitif siswa variabel terikat (Y). Variabel
variabel terikat (Y). Jadi dalam hal ini dapat disimpul X akan
mempengaruhi Y.
3.4.2. Definisi Operasional Variabel
Menurut Latipun (2002 : 42), definisi operasional variabel bebas maupun
variabel terikat akan membantu peneliti untuk mengarahkan dan
memberikan batasan bagi operasionalisasi suatu eksperimen. Perumusan
definisi operasional tersebut sebagai berikut :
a. Model Discovery Learning merupakan variabel bebas dalam
penelitian. PembelajaranDiscovery Learning ialah suatu pembelajaran
yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar
pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri,
agar anak dapat belajar sendiri” (Agus N Cahyo, 2013:101). Dalam
model ini siswa dituntut agar lebih aktif dan peranan guru hanya
sebagai fasilitator dan motivasi
b. Hasil belajar kognitif dalam penelitian merupakan variabel terikat dari
penerapan Model Discovery Learning . Hasil belajar kognitif yaitu
kemampuan ingatan yang disebut C1, kamampuan pemahaman disebut
C2, kemampuan penerapan disebut C3, kemampuan Analisis yang
disebut C4, Sintesis yang disebut C5, Evaluasi yang disebut C6.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
3.5.1. Tes
Berdasarkan desain penelitian, maka teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Sudaryano mengemukakan
(2012:101) tes digunakan untuk mengukur sejauh mana seorang siswa
telah menguasai pelajaran yang disampaikan terutama meliputi aspek
pengetahuan dan keterampilan. Menurut Sumarna dalam Sudaryano
(2012:102) hal yang hendak di ukur adalah tingkat penguasaan peserta
didik terhadap bahan pelajaran yang telah diajarkan. Adapun
langkah-langkah dalam menyusun instrumen tes ialah sebagai berikut,
1. Menentukan tujuan tes
2. Menentukan acuan dan skor pada masing-masing butir soal
3. Menentukan kisi-kisi
4. Menentukan materi tes
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Peradaban Kuno Asia
Afrika. Teknik tes ini dibagi menjadi dua macam, yaitu pretest dan
posttest. pretest adalah tes yang dilakukan sebelum siswa mendapat
perlakuan sehingga peneliti mengetahui kemampuan hasil belajar kognitif
siswa sebelum penerapan Model Discovery Larning sedangkan posttest
adalah tes yang digunakan setelah mendapatkan perlakuan. Dengan
demikian, peneliti dapat melihat pengaruh penerapan Model Discovery
Learning terhadap hasil belajar kognitif siswa. Tes yang digunakan untuk
mengetahui hasil belajar kognitif siswa meliputi aspek C1, aspek C2,
objektif sebanyak 20 butir soal dengan lima alternatif jawaban. Tujuan
Taksonomi Bloom ialah untuk memberikatan tingkatan kesulitas dalam
masing-masing ranah. Suharsimi Arikunto (2006:116) mengemukakan,
taksonomi disusun menjadi suatu tingkatan yang menunjukkan tingkat
kesukaran. Dalam hal ini, semakin tinggi tingkatan, maka semakin tinggi
pula tingkat kesukaran. Dengan skor yang diberikan tiap tingkatan
memiliki perbedaan. Semakin sukar soal berdasarkan Taksonomi Bloom
maka skornya juga semakin meningkat.
3.5.2. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi menurut Husaini Usman
dan Purnomo Setiady Akbar (2009: 69) adalah pengambilan data yang
diperoleh melalui dokumen-dokumen. Dalam penelitian ini teknik
dokumentasi digunakan peneliti untuk melihat populasi dan sampel yang
digunakan dengan melihat hasil dokumentasi sekolah.
3.5.3. Observasi
Menurut Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2013: 145), observasi merupakan
suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai
proses biologis dan psikologis. Teknik pengumpulan data dengan
observasi digunakan bila penelitian berhubungan dengan tingkah laku
manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden tidak terlalu
besar. Dalam hal ini, teknik observasi digunakan untuk mengamati
3.6. Langkah-Langkah Penelitian
1. Penelitian pendahuluan terhadap sekolah yang akan dijadikan subjek
penelitian
2. Menentukan populasi dan sampel dari subjek penelitian
3. Membuat intrumen penelitian
4. Validitas instrumen
5. Menerapkan instrumen
6. Melakukan evaluasi dari penerapan
7. Melakukan kesimpulan dari hasil penelitian
8. Membuktikan hipotesis
3.7. Langkah-Langkah Pelaksanaan Pembelajaran
1. Kegiatan pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan guru menanyakan kehadiran peserta didik,
memberikan motivasi dan apresiasi serta menyampaikan tujuan
pembelajaran dan pemberianpretestpada pertemuan pertama
2. Kegiatan inti
Berikut tahapan penerapan model Discovery Learning menurut Syah
dalam Agus N Cahyo (2013:249) :
a. Stimulation
Pada tahapan ini, guru memberikan rangsangan kepada peserta
didik sehingga timbul kebingungan. Pada tahap ini guru bertanya
dengan mengajukan persoalan atau menyuruh anak didik membaca
atau mendengarkan uraian yang membuat permasalahan. Stimulasi
belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam
mengekplorasi bahan. Dalam hal ini, Bruner memberikan
Stimulation menggunakan teknik bertanya yaitu dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan
siswa pada kondisi internal yang mendorong ekplorasi.
b. Problem Statment
Pada tahap selanjutnya guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengindentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda
masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah
satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis.
c. Data Collagection
Dalam tahapan ini, siswa diberi kesempatan mengumpulkan data
yang menunjang hipotesis yang dibuat oleh siswa dari berbagai
macam sumber.
d. Data Processing
Merupakan kegiatan pengolahan data dan informasi yang telah
diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi dan
sebagainya. Tujuan dari tahapan ini ialah pembentukan konsep dan
generalisasi.
e. Verification
Menurut Burner, Verification bertujuan agar proses belajar akan
berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan
pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam
kehidupannya.
f. Generalization
Pada tahapan generalization merupakan tahap penarikan
kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk
semua kejadian atau masalah yang sama, tentu saja memperhatikan
hasil verifikasi.
3. Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir ialah penarikan kesimpulan dari pelajaran yang telah
1. Guru membuka pembelajaran, siswa memberi salam, dilanjutkan dengan do’a. Menanyakankabar hari itu kepada peserta didik serta tentang kesiapan belajar, menanyakan kehadiran peserta didik.
2. Guru memberikan motivasi dan apersepsi kemampuan kepada siswa. hari itu kepada peserta didik serta tentang kesiapan belajar, menanyakan kehadiran peserta didik.
3. Guru memberikan permasalahan kepada siswa
bagaiamana peradaban Indonesia bisa terbentuk melalui tanya jawab serta menyampaikan tujuan pembelajaran
4. Guru menjelaskan secara singkat cara belajar dengan modelDiscovery Learningkepada siswa dan membagi siswa kedalam kelompok heterogen.
5. Guru membagikan LKK dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin permasalahan yang terdapat dalam LKK
6. Guru mengajak siswa ke ruang perpustakaan,
memberikan kesempatan kepada siswa mencari sumber yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan yang telah dikemukakan.
7. Siswa melakukan diskusi dengan teman kelompok mengenai materi yang telah dikemukakan.
8. Setelah melakukan diskusi kelompok siswa
mempresentasikan hasil diskusi dan forum tanya jawab untuk mengathui kebenaran dari materi seputar permasalah yang dikemukakan dan pada akhir diskusi penyampaian konsep materi bahasan dari tiap-tiap kelompok.
9. Guru menarik kesimpulan dari pembelajaran yang dapat dijadikan prinsip umum.
10. Guru mnegkondisikan siswa untuk pertemuan selanjutnya
11. Guru menutup pembelajaran dengan mengucap salam
Langkah-Langkah Pembelajaran TahapanDiscovery Learning
3.8. Instrument Penelitian
Margono (2010:155) mengungkapakan bahwa instrumen penelitian adalah
alah pengumpul data yang harus dirancang sehingga menghasilkan data
empiris. Instrumen dalam penelitian ini pengamatan hasil belajar kognitif
siswa adalah tes pilihan ganda.
Langkah-langkah membuat instrumen tes yaitu;
a. Tujuan tes
Tujuan tes yang dilakukan peneliti yaitu untuk mengukur
kemampuan kognitif siswa Untuk mengukur kemampuan kognitif
siswa, peneliti menggunakan pretest dan posttest. Pretest dilakukan
untuk mengetahui kemampuan awal siswa mengenai materi yang
telah diajarkan sebelum peneran model Discovery Learning
sedangkan posttest untuk mengetahui kemampuan akhir siswa
mengenai materi yang telah diajarkan setelah penerapan model
Discovery Learning. Jadi peneliti dapat melihat pengaruh hasil
belajar kognitif siswa dengan model sebelum penerapan model
Discovery Learning dan setelah penerapan model Discovery
Learning
b. Acuan dan skor tes
Tes yang digunakan peneliti berdasarkan Taksonomi Bloom
menggunakan enam aspek yaitu C1, C2, C3, C4, C5 dan C6. Berikut
penskoran butir soal berdasarkan aspek kognitif, C1 dengan skor 2,
C2 dengan skor 3, C3 dengan skor 4, C4 dengan skor 6. C5 dengan
c. Kisi-kisi
Dalam menentukan soal, peneliti merumuskan kisi-kisi soal untuk
menunjukkan proporsi dan jumlah angka mutlak dari setiap aspek
butir soal yang membentuk suatu perangkat tes. Berikut kisi-kisi soal
pretest,
Tabel 3.4 kisi-kisi soalpretestuntuk mengukur kemampuan kognitif No Kompetensi
Dasar
Materi Tes Tingkatan taksonomi Nomor soal
Sumber : olah data oleh peneliti tahun 2015
Sedangkan kisi-kisi soal posttest untuk mengukur kemampuan
kognitif adalah sebagai berikut,
Tabel3.5 kisi-kisi soalposttestuntuk mengukur kemampuan kognitif
No Kompetensi
d. Materi tes
Materi yang digunakan dalam pretest meliputi materi yang telah
diajarkan oleh guru mata pelajaran sebelum penerapan model
Discovery Learning yaitu teori tentang proses masuk dan
berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia.
sedangkan posttest yakni tes yang dilakukan untuk mengukur
kemampuan kognitif siswa setelah penerapan model Discovery
Learning. Materi posttest ialah mengidentifikasi Peradaban awal
masyarakat di dunia yang berpengaruh terhadap peradaban
Indonesia.
Tabel 3.6 Soalpretestdanposttest
Soal Pretest Soal Posttest Aspek
1. Perhatikan data berikut ini, 1. Prasasti kedukan bukit 2. Prasasti telaga batu 3. Prasasti talang tuo 4. Prasasti yupa
Dari data di atas, berikut yang menunjukkan
1. Perhatikan data berikut ini 1. Tembok besar cina 2. Kuil
3. Istana 4. Arca
Dari data di atas, berikut yang menunjukkan
3. Dikenalnya aksara pada masa kerajaan hindu-budha
3. Dikenalnya aksara pada masa peradaban lembah
Menemu-di Indonesia sehingga
4. Pengaruh letak geografis kerajaan Kutai terhadap
e. Perikanan dan pariwisata
4. Pengaruh letak geografis peradaban lembah sungai
5. Tembok besar Cina merupakan perwujudan
6. Persamaan utama antara kerajaan Kutai dan kerajaan Sriwijaya adalah ...
a. Sistem pemerintahan demokrasi
b. Dibangun oleh tokoh-tokoh agama
c. Tumbuh didaerah lembah sungai
d. Semua peninggalan telah punah
e. Hancur karena bencana alam
6. Persamaan utama antara peradaban sungai indus dan peradaban sungai gangga ialah
a. Sistem pemerintahan demokrasi
mataram kuno dinasti
8. Perhatikan data berikut, 1. Dewa Shiwa
8. Perhatikan data berikut, 1. Dewa osiris peradaban lembah nil adalah
9. Dilihat dari peninggalan kebudayaan kerajaan kutai tentang prasasti yupa dapat ditarik kesimpulan bahwa... a. Kerajaan kutai telah
mengenal aksara b. Kerajaan kutai berada
ditepi sungai mahakam c. Kerajaan kutai
merupakan kerajaan yang bercorak budha d. Kerajaan kutai telah ada
pada masa Sebelum Masehi
e. Semua benar
9. Dilihat dari peninggalan kebudayaan peradaban lembah sungai eufrat dan tigris tentang lempengan terracotta dapat ditarik kesimpulan bahwa... a. Peradaban sungai
Eufrat dan tigris belum mengenal aksara
b. Peradaban sungai Eufrat dan tigris berada dilembah sungai
c. Peradaban sungai Eufrat dan tigris bercorak
monotheisme
puncak kejayaan... a. Aksara tolak ukur
kemajuan ilmu pengetahuan
b. Aksara manjadi acuan awal terbentuknya
a. Aksara tolak ukur kemajuan ilmu kerajaan hindu budha di Indonesia berpengaruh pada kehidupan sosial budaya masyarakat ? karena... a. Posisi yang strategis
memungkinkan untuk
c. Letak geogafis sangat mendominasi pengaruh a. Posisi yang stategis
memungkinkan untuk terjadi pertemuan antar kebudayaan b. Letak geografis
mempengaruhi sudut pandang suatu kebudayaan
c. Letak geogafis sangat mendominasi
pengaruh dalam bidang perekonomian d. Letak geografis
mempengaruhi sistem