• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Daya Terima dan Kandungan Zat Polifenol pada Minuman Serbuk Biji Salak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Daya Terima dan Kandungan Zat Polifenol pada Minuman Serbuk Biji Salak"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

Nomor panelis :

Petunjuk

Cicipilah sampel minuman serbuk biji salak, anda diminta untuk

meminum air putih lebih dahulu. Berikan penilaian pribadi anda terhadap warna,

aroma, rasa dan kekentalan dari minuman yang disajikan, berdasarkan tingkat

kesukaan anda dengan skor nilai pada kolom jawaban yang tersedia.

Anda dipersilahkan untuk mengisi penilaian dan komentar anda pada

kolom yang tersedia dibawah ini sesuai dengan skor nilai berdasarkan tingkat

kesukaan saudara.

1. Sangat suka/ menarik : 4 2. Suka/menarik : 3 3. Kurang suka/ menarik : 2 4. Tidak suka/menarik : 1

SAMPEL

PENILAIAN UJI ORGANOLEPTIK WARNA AROMA RASA KEKENTALAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Lampiran 5.

Data Panelis Uji Daya Terima Minuman Serbuk Biji salak

(7)

Lampiran 6.

Dokumentasi Penelitian

Gambar : Salak Padangsidempuan varietas putih

(8)

Gambar : Biji terpilih dan setelah dicuci

(9)

Gambar : Perebusan Biji Salak

(10)

Gambar :Biji salak di oven

(11)

Gambar :Biji salak ditumbuk

(12)

Gambar : Serbuk biji salak disaring

(13)

Gambar : Salah satu produsen produk serbuk biji salak

(14)
(15)
(16)

(17)

Ariel, Nico., Ardila, Kusumo., 2012. Kandungan Gizi Biji Salak (Salacca Edulis) Ditelaah dari Berbagai Metode Pelunakan Biji, Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.

Ashari, S., 2006. Meningkatkan Keunggulan Bebuahan Tropis Indonesia, Yogyakarta: Penerbit Andi.

Badan Pusat Statistik., 2010. Kota Padang Sidimpuan, Badan Pusat Statistik Kota Padang Sidimpuan.

Bangun, A.P., 2005. Jus Buah dan Sayuran Untuk Mengatasi Kanker, Jakarta : AgroMedia Pustaka.

Bintang, Maria., 2010. Biokimia Teknik Penelitian, Jakarta: Penerbit Erlangga.

Dewinta, P. S., 2010. Pengaruh Penambahan Tepung Daun Ubi Jalar Terhadap Daya Terima Kue Klepon. Skripsi Jurusan Gizi Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi/UKM Kab. Tapsel Sumatera Utara., 2008. Standarisasi dan Proses Produksi Buah Salak. Kab. Tapanuli Selatan.

Fatkhiyah, Nurul., 2013. Analisa Pewarna Pada Minuman Dengan Menggunakan Kamera Digital, Jember : Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember. Diakses 10 Januari 2016.

Fesenden, R. J dan J.S Fesenden., 1986. Kimia Organik, Jakarta: Penerbit Erlangga. Diterjemahkan oleh A.H Pudjaatmaka.

Hamid, et all., Antioxidant : Its Medicinal and Pharmacological Application. African Jurnal : Of Pure and Applied Chemistry vol.4 (8), pp. 142-151. Diakses 21 September 2015.

Harbone, J.B., 1987. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modren Menganalisis Tumbuhan. Edisi Pertama, Bandung: Institut Teknologi Bandung. Hal, 102, 147.

(18)

Hidayat, Nur, dkk., 2006. Tortilla. Surabaya: Trubus Agrisarana.

Jacob, R.A., and Burry., 1996. Oxidative Damage and Defense. Food Chem, 84, 23-28.

Jeong, S.M., S.Y. Kim., S.C. Jo., K.C. Nam,., D. U Ahn., dan S.C. Lee., 2004. Effect of Heat Treatment on the Antioxidant Activity of Extracts from Citrus Pells. J. Agric. Food Chem 52 : 3389-3393.

Kartika dan Bambang., 1998. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan, Yogyakarta : UGM

Kementrian Pertanian Republik Indonesia, 2013. Basis Data Statistik Pertanian, Diambil dari http://aplikasi .deptan.go.id/bdsp. diakses pada 31 Agustus 2015.

Manitto, P., 1992. Biosintesis Produk Alami. Cetakan Pertama. Terjemahan Koensoemardiyah dan Sudarto, New York: Ellis Horwood Limited.

Moehyi, S., 1992. Penyelengaraan Makanan Institut dan Jasa Boga, Jakarta: Bhrantara.

Mogea, J.P., 1991. Palm Utilization and Conservation, Indonesia. Di dalam : Jhonsons, D., editor Palms For Human Needs In Asia, Netherlands : A.A, Balkema. Hal 37-73.

Nadila, Fadia., 2014. Antihypertensive Potential Of Chayote Fruit Extract For Hypertension Treatment, Lampung : Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Diakses 21 januari 2016.

Nazaruddin., Kristiawati, Regina., 1992. 18 varietas salak : budidaya, prospek bisnis, pemasaran, Jakarta: Penebar Swadaya.

Nurhadi, B. dan Nurhasanah, S., 2010. Sifat Fisik Bahan Pangan. Bandung: Widya Padjadjaran

Novriani, Erida., 2014. Karakterisasi dan Skrining Fitokimia Serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol dan Jus Buah Salak (Salacca Sumatrana Becc) dengan Metode Dpph, Medan: Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Diakses 30 September 2015.

Permana, A.W., 2010. Kulit Buah Manggis Dapat Menjadi Minuman Instan Kaya Antioksidan, Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Volume 32 Nomor 2 Tahun 2010 [ISSN 0216-4427].

(19)

Risnasari, I., 2001. Pemanfaatan Tanin Sebagai Bahan Pengawet Kayu. Skripsi, Medan: Universitas Sumatera Utara.

Robinson, T., 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Terjemahan Prof. Dr. Kosasih Padmawinata. Bandung : ITB.

Rohdiana, D., 2001. Aktivitas Daya Tangkap Radikal Polifenol Dalam daun Teh. Majalah Jurnal Indonesia, 12 (1), 53-58.

Setyaningsih, D., Apriyanto, A., dan Sari, M. P., 2010. Analisis Sensori untuk Industri Pangan dan Agro. Bogor : IPB Press.

Soekanto, ST., 2000. Penilaian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian, Jakarta: Bhrantara Karya Aksara.

Soetomo., 2001. Teknik Bertanam Salak, Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Supriyadi, Suhadi., M, Suzuki., K, Yoshida., T. Muto., A, Fujita., dan N, Wanatabe., 2002. Changes in the Volatile Compounds and in the Chemical and Physical Properties of Snake Fruit (Salacca Edulis Reinw), Pondoh during Maturation. J Agric Food Chem :50 (26): 7627-7633.

Susianti, Epi., 2014. Pemamfaatan Biji Cempedak (Artocarpus Chempeden) dan Tepung Biji Durian (Durio Ziberthinus Murr) dalam Pembuatan bakso Ikan, Medan: Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Diakses 28 September 2015.

Viranda, P.M., 2009. Pengujian Kandungan Fenol Total Tomat (Lycopersicum esculentum) secara In Vitro, Jakarta: Skripsi Sarjana Kedokteran, Universitas Indonesia. Diakses 10 Januari 2016.

Widuri, Hesti., Mawardi, Dedi., 2013. Komponen Gizi dan Bahan Makanan untuk Kesehatan, Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Widyaningrum, W., 2011. Kitab Tanaman Obat Nusantara, Yogyakarta: Penerbit Medpress. Hal 453.

Winarno, F.G., 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia

______ ., 1997., Kimia Pangan. Pusat Pengembangan Teknologi Pangan. Institut Pertanian Bogor

______ ., 2002. Pangan Bagi Kesehatan dan Vitalitas. Bogor : M-Brio Press.

Winarti, S., 2006. Minuman Sehat, Surabaya: Trubus Agrasiana. Hal 5,11.

(20)
(21)

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yaitu untuk mengetahui daya terima

konsumen terhadap minuman serbuk biji salak dan uji zat polifenol menggunakan

metode kualitatif untuk mengidentifikasi polifenol golongan flavonoida dan tanin,

dan metode kuantitatif dengan metode Folin-Ciocalteu.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Pembuatan minuman serbuk biji salak dilakukan di Laboratorium Gizi

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (FKM-USU). Uji

organoleptik dilakukan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Sumatera Utara

(FKM-USU). Pengujian zat polifenol dilakukan di Laboratorium Fitokimia Fakultas

Farmasi Universitas Sumatera Utara.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai Januari 2016.

3.3 Pembuatan Serbuk Biji Salak 3.3.1 Alat

Alat yang dipakai dalam pembuatan serbuk biji salak adalah pisau,

(22)

3.3.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam pembuatan serbuk biji salak adalah 1 kg biji

salak dengan varietas salak Padang Sidempuan putih yang dapat menghasilkan

100 gram serbuk, diketahui melalui beberapa percobaan yang telah dilakukan

sebelumnya dimana dengan ±3 kg salak dapat diperoleh ±250 gram serbuk biji

salak.

3.3.3 Prosedur Kerja

Adapun diagram alir dalam pembuatan serbuk dari biji salak adalah :

(23)

3.4 Pembuatan Minuman Serbuk Biji Salak 3.4.1 Alat

Alat yang dipakai dalam pembuatan minuman serbuk biji salak adalah

gelas, sendok, kompor, wadah memasak air.

3.4.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam pembuatan minuman serbuk biji salak

adalah serbuk biji salak, gula pasir putih, air.

3.4.3 Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja pembuatan minuman serbuk biji salak adalah :

1. Panaskan air hingga mendidih

2. Masukkan 2 sendok makan serbuk biji salak yang atau ± 20 gram ke dalam

gelas

3. Tambahkan satu sendok makan gula pasir atau ± 12 gram ke dalam gelas

4. Masukkan air mendidih ± 200 cc ke dalam gelas tersebut, aduk dengan

sendok hingga larut.

5. Minuman serbuk biji salak siap disajikan.

3.5 Analisis Kandungan Polifenol Pada Serbuk Biji Salak 3.5.1 Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif kandungan polifenol serbuk biji salak untuk mengidentifikasi Flavonoida dan Tanin.

Bahan-bahan kimia dalam Percobaan ini bahan-bahan yang akan

(24)

glasial, I2 padatan, kloroform, NH3, H2SO4 pekat, anhidrida asam asetat, etanol,

HC1 pekat, bubuk magnesium dan FeCl3.

3.5.1.2 Identifikasi Flavonoid

1. Bahan percobaan adalah serbuk biji salak 2. Larutan Percobaan

Ditimbang 0,5 g serbuk biji salak ditambahkan 10 ml sediaan berbentuk

cairan, dengan 10 ml methanol P, menggunakan alat dingin balik selama 10 menit.

Saring panas melalui kertas saring kecil berlipat, encerkan filtrate dengan 10 ml

air. Setelah dingin tambahkan 5 ml eter minyak tanah P, kocok hati-hati, diamkan.

Ambil lapisan methanol, uapkan pada suhu 40˚ dibawah tekanan. Sisa dilarutkan dalam 5 ml etil asetat P, saring.

3. Prosedur Percobaan I

Uapkan hingga kering 1 ml larutan percobaan, sisa dilarutkan dalam 1 ml

sampai 2 ml etanol (96%) P, tambahkan 0,5 g serbuk seng P dan 2 ml asam

klorida 2 N, diamkan selama 1 menit. Tambahkan 10 tetes asam klorida pekat P,

jika dalam waktu 2 sampai 5 menit terjadi warna merah intensif, menunjukkan

adanya flavonoid (glikosida-3-flavonol).

4. Prosedur Percobaan II

Uapkan hingga kering 1 ml larutan percobaan, sisa dilarutkan dalam 1 ml

methanol (96%) P, tambahkan 0,1 g serbuk magnesium P dan 10 tetes asam

klorida pekat P, jika terjadi warna merah jingga sampai merah ungu, menunjukkan

adanya flavonoid. Jika terjadi warna kuning jingga, menunjukkan adanya flavon,

(25)

3.5.1.2 Identifikasi Tanin

1. Bahan percobaan adalah serbuk biji salak 2. Prosedur Identifikasi Tanin

Ditimbang 0,5 g bahan dimaserasi dengan aquades 10 ml selama 15 menit.

Kemudian disaring, filtrat diencerkan dengan aquades sampai hampir tidak

berwarna. Diambil 2 ml filtrate, ditambahkan 2 tetes larutan 10%.

Perhatikan warna yang terjadi, warna biru atau hijau menunujukkan adanya tanin.

Warna biru menunjukkan adanya 3 buah gugus hidroksil pada inti aromatis tanin.

Warna hijau menunjukkan adanya 2 buah gugus hidroksil pada inti aromatis tanin.

3.5.2 Analisis Kuantitatif

Penetapan fenol total dilakukan dengan metode folin-ciocealteau.

1. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah evaporator

vakum,seperangkat alat gelas,spektrofotometer UV-VIS, labu takar 10 ml, pipet

tetes, pipet ukur, beakerglass 50 ml, beakerglass 100 ml, pengaduk kaca,

kuvet.

Bahan tumbuhan yang digunakan adalah biji salak yang telah dijadikan

serbuk. Bahan kimia yang digunakan terdiri dari akuades, metanol, n-heksan, etil

asetat, pereaksi alkaloid, FeCl3 3%, asam asetat glacial, HCl pekat, serbuk Mg,

NaOH, H2SO4 pekat, kloroform, dietil eter, kloroform amonikal, analisis total

(26)

2. Prinsip Kerja

Senyawa fenol bereaksi dengan pereaksi fosfomolibdat-fosfotungstat

(larutan FC) akan memberi warna kuning dan dengan penambahan alkali akan

menghasilkan warna biru. Intensitas warma biru diukur serapannya pada panjang

765 nm. Intensitas absorpsi cahaya pada panjang gelombang tersebut sebanding

dengan konsentrasi fenol. Kandungan fenol total dalam bahan dibandingkan

terhadap standar asam galat (AG).

3. Prosedur Kerja

500 µL residu yang telah dilarutkan dalam 5 ml methanol 50%

dimasukkan dalam tabung reaksi. Selanjutnya ditambahkan 0,5 mL. larutan

Folin-Ciocalteau yang telah diencerkan 10 kali. Setelah campuran dibiarkan 2 menit

kemudian ditambahkan 2 mL larutan sodium karbonat 7,5%. Segera tambahkan

akuades sampai volume 10 mL. Larutan diinkubasi pada 45˚ C selama 15 menit atau 1 jam pada suhu kamar. Selanjutnya diukur serapannya pada panjang

gelombang 765 nm.

4. Pembuatan Standar Asam Galat

Larutan stok asam galat mengandung 1000 µg/mL dalam methanol.

Kemudian larutan stok diencerkan untuk mendapatkan larutan kerja dengan kadar

10 µg/mL. Kemudian dibuat serangkaian larutan standar dengan kadar 0 : 0,25 :

(27)

3.6 Defenisi Operasional Variabel

1. Biji salak adalah bagian dari salak yang berjumlah 1-3 butir dengan warna

coklat hingga kehitaman bertekstur keras dengan panjang 2-3 cm.

2. Minuman serbuk biji salak merupakan campuran ± 20 gram serbuk biji

salak yang ditambahkan dengan ± 12 gram gula pasir dan dilarutkan

dengan ± 200 cc air mendidih.

3. Uji daya terima adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui

tingkat daya terima konsumen dengan mempergunakan skala hedonik.

3.7 Prosedur Uji Daya Terima Minuman Serbuk Biji Salak 3.7.1 Panelis

Penilaian kesukaan diperlukan alat instrumen, alat yang digunakan terdiri dari orang/kelompok orang yang disebut panel, orang yang bertugas sebagai panel

disebut panelis.

Panelis yang digunakan adalah anak Fakultas Kesehatan Masyarakat USU,

yaitu sebanyak 30 orang.

Cara Organoleptik terhadap serbuk biji salak adalah sebagai berikut:

1. Setiap sampel minuman serbuk biji salak diberi kode dalam wadah yang

bersih agar sampel mudah diamati oleh panelis.

2. Pada panelis disajikan sampel dan formulir uji organoleptik yang telah

disediakan sebagai alat penilaian untuk diisi sesuai pendapat

(28)

3.7.2 Langkah- langkah Pada Uji Daya Terima

1. Mempersilahkan panelis untuk duduk di ruangan yang telah disediakan.

2. Membagikan sampel dengan kode sesuai dalam kemasan, formulir

penilaian dan alat tulis. Sampel yang diberikan yaitu minuman serbuk biji

salak untuk uji organoleptik rasa, warna, aroma dan tekstur.

3. Memberikan penjelasan singkat kepada panelis tentang cara memulai dan

cara pengisian formulir.

4. Memberikan kesempatan kepada panelis untuk memulai dan menuliskan

penilaian pada lembar fomulir penilaian.

5. Mengumpulkan formulir yang telah diisi oleh panelis.

6. Kemudian formulir penilaian dianalisis deskriptif persentase.

3.8 Metode Pengukuran

Uji hedonik adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui tingkat

daya terima konsumen dengan mempergunakan skala hedonik, ada empat

titik acuan yaitu sebagai berikut:

1. Sangat suka/menarik : 4

2. Suka/menarik : 3

3. Kurang suka/menarik : 2

4. Tidak suka/menarik : 1

Berdasarkan tingkatan tersebut dapat diketahui skor yang paling rendah

(29)

Tingkat penerimaan konseumen dapat diketahui melalui tabel 3.8 berikut :

Tabel 3.8 Tingkat Penerimaan Konsumen

Organoleptik Skala Hedonik Skala Numerik

Warna Sangat menarik 4

Tekstur/kekentalan Sangat suka 4

Suka 3

Kurang suka 2

Tidak suka 1

3.9 Metode Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan dari uji daya terima terhadap minuman

serbuk biji salak diolah secara manual, kemudian di analisis dengan menggunakan

analisis deskriptif persentase.

Skor nilai untuk mendapatkan persentase di rumuskan sebagai berikut :

Keterangan :

% = Skor persentase

n = Jumlah skor yang diperoleh

(30)

Untuk mengubah data skor persentase menjadi nilai kesukaan konsumen,

analisisnya sama dengan analisis kualitatif dengan nilai yang berbeda, yaitu

sebagai berikut :

Nilai tertinggi = 4 (suka)

Nilai terendah = 1 (tidak suka)

Jumlah kriteria yang ditentukan = 4

Jumlah panelis = 30 orang

a. Skor maximum = jumlah panelis x nilai tertinggi

= 30 x 4 = 120

b. Skor minimum = jumlah panelis x nilai terendah

= 30 x 1 = 30

c. Persentase maximum = x 100%

= x 100% = 100%

d. Persentase minimum = x 100%

= x 100% = 25%

e. Rentangan = persentase maximum - persentase minimum

= 100% - 25% = 75%

f. Interval persentase = rentangan : jumlah kriteria

(31)

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka dapat dibuat interval

persentase dan kriteria kesukaan sebagai berikut.

Tabel 3.4. Interval Persentase dan Kriteria Kesukaan

Persentase (%) Kriteria Kesukaan

81,25 – 100,00 Sangat suka

62,50 – 81,24 Suka

43,75 – 62,49 Kurang suka

(32)

4.1 Karakteristik Biji Salak

Dalam penelitian pembuatan serbuk biji salak ini bahan yang digunakan

yaitu biji salak yang diambil dari buah salak dengan varietas salak

Padangsidempuan putih yang didapat dari limbah industri rumah tangga

pengolahan berbagai jenis salak. Gambar biji salak dapat dilihat pada Gambar 4.1

dan Karakteristik biji salak dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini:

Gambar 4.1 Biji Salak Tabel 4.1. Karakteristik Biji Salak

Karakteristik Biji Salak

Warna Coklat kehitaman

Aroma Khas salak

(33)

4.2 Karakteristik Serbuk Biji Salak dan Minuman Serbuk Biji Salak

Dari hasil penelitian, serbuk biji salak dan minuman serbuk biji salak yang

dihasilkan memiliki karakteristik yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dilihat

pada Gambar 4.2 dan Tabel 4.2 berikut ini:

Gambar 4.2 Serbuk Biji Salak Gambar 4.2 Minuman Serbuk Biji Salak

Pada Gambar 4.2 merupakan serbuk biji salak yang sudah diolah melalui

berbagai proses sehingga dapat dikomsumsi menjadi minuman instan dan pada

Gambar 4.2 merupakan minuman serbuk biji salak yang sudah diseduh dengan

melarutkan serbuk biji salak dengan air panas dan ditambahkan gula sesuai selera

panelis kemudian disajikan pada panelis untuk uji daya terima.

Tabel 4.2 Karakteristik Serbuk Biji Salak dan Minuman Serbuk Biji Salak Karakteristik Serbuk Biji salak Minuman Serbuk Biji Salak

Warna Coklat Coklat Kehitaman

Aroma Khas Kopi Khas Kopi

Rasa Pahit Pahit dan manis

Tekstur Butir-butiran

Halus

(34)

4.3 Uji Organoleptik Warna Minuman Serbuk Biji Salak

Hasil uji organoleptik warna minuman serbuk biji salak dengan skala

hedonik dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini:

Tabel 4.3 Hasil Uji Organoleptik Warna Minuman Serbuk Biji Salak

Kriteria Panelis %

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa total skor tertinggi dalam uji

organoleptik terhadap warna minuman serbuk biji salak adalah 63,3% dengan

kriteria menarik.

4.4 Uji Organoleptik Aroma Minuman Serbuk Biji Salak

Hasil uji organoleptik aroma minuman serbuk biji salak dengan skala

hedonik dapat dilihat pada Tabel 4.4 di bawah ini:

Tabel 4.4 Hasil Organoleptik Aroma Minuman Serbuk Biji Salak

Kriteria Panelis %

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa total skor tertinggi dalam uji

organoleptik terhadap aroma minuman serbuk biji salak adalah 63,3% dengan

(35)

4.5 Uji Organoleptik Rasa Minuman Serbuk Biji Salak

Hasil uji organoleptik rasa minuman serbuk biji salak dengan skala

hedonik dapat dilihat pada Tabel 4.5 di bawah ini.

Tabel 4.5 Hasil Uji Organoleptik Warna Minuman Serbuk Biji Salak

Kriteria Panelis %

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa total skor tertinggi dalam uji

organoleptik terhadap rasa minuman serbuk biji salak adalah 60% dengan kriteria

kesukaan adalah suka.

4.6 Uji Organoleptik Tekstur/Kekentalan Minuman Serbuk Biji Salak

Hasil uji organoleptik tekstur/kekentalan minuman serbuk biji salak

dengan skala hedonik dapat dilihat pada Tabel 4.6 di bawah ini:

Tabel 4.6 Hasil Organoleptik Tekstur/Kekentalan Minuman Serbuk Biji Salak

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa total skor tertinggi dalam uji

organoleptik terhadap kekentalan minuman serbuk biji salak adalah 66,7% dengan

(36)

4.7 Kandungan Zat Polifenol Pada Serbuk Biji Salak

Hasil analisis pemeriksaan skrining fitokimia pada serbuk biji salak dapat

dilihat pada tabel 4.7 dibawah ini

Tabel 4.7. Hasil Analisis Kandungan Polifenol pada Serbuk Biji Salak

Jenis Bahan Pemeriksaan Hasil Rujukan Metode

Serbuk Biji Salak Flavonoid (+) Mg + HCl warna kuning jingga

MMI Jilid VI

Serbuk Biji Salak Tanin (+) Hijau Muda MMI Jilid VI Serbuk Biji Salak Fenol Total 0,1851 mg/100 g Metode

Follin-Ciocealteau

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa untuk analisis kualitatif

bahwa serbuk biji salak mengandung polifenol golongan flavonoid dengan

indikator warna kuning jingga menunjukkan adanya flavon, kalkon dan auron.

Serbuk biji salak mengandung polifenol golongan tanin dengan indikator warna

hijau muda menunjukkan adanya 2 buah gugus hidroksil pada inti aromatis tanin.

Kadar fenol total yang dapat ditemukan pada serbuk biji salak adalah 0,1851 mg

/100 g, lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan senyawa fenol total pada

(37)

Karakteristik serbuk biji salak berwarna coklat tua, beraroma khas kopi

rasanya khas kopi, dan teksturnya renyah berupa butiran-butiran halus.

5.2 Daya Terima Panelis Terhadap Warna Minuman Serbuk Biji Salak

Warna merupakan atribut fisik yang dinilai terlebih dahulu dalam

penentuan mutu makanan dan terkadang bisa dijadikan ukuran untuk menentukan

cita rasa, tekstur, nilai gizi dan sifat mikrobiologis (Nurhadi, 2010). Warna

makanan yang menarik dapat mempengaruhi dan membangkitkan selera makan

konsumen, bahkan warna dapat menjadi petunjuk bagi kualitas makanan yang

dihasilkan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa total skor tertinggi dalam uji

organoleptik terhadap warna minuman serbuk biji salak adalah adalah 63,3%

dengan kriteria menarik. Warna pada serbuk biji salak ditentukan oleh waktu yang

dipakai dalam proses sangrai, semakin lama sangrai dilakukan maka akan semakin

hitam serbuk yang dihasilkan.

Menurut Winarno (1992) warna pada bahan pangan dapat berasal dari

pigmen alami bahan pangan itu sendiri, reaksi karamelisasi, reaksi maillard, reaksi

senyawa organik dengan udara, dan penambahan zat warna, baik alami maupun

sintetik. Menurut Nurhadi (2010) karakteristik warna bahan pangan sangat

berhubungan dengan kualitas bahan tersebut. Perubahan warna yang terjadi pada

(38)

Suatu bahan pangan yang disajikan akan terlebih dahulu dinilai dari segi

warna. Meskipun kandungan gizinya baik namun jika warnanya tidak menarik

dilihat dan memberikan kesan telah menyimpang dari warna yang seharusnya,

maka konsumen akan memberikan penilaian yang tidak baik (Winarno, 2002).

5.3 Daya Terima Panelis Terhadap Aroma Minuman Serbuk Biji Salak

Aroma merupakan sifat sensori yang paling sulit untuk diklasifikasikan

dan dijelaskan, karena ragamnya yang begitu besar dan karena terdapat banyak

sekali jenis bebauan yang dapat dikenali oleh panca indera penciuman yaitu

sekitar 17.000 senyawa volatile (senyawa kimia yang berperan memberikan rasa

bau, memberikan kesan awal dan meguap dengan cepat) dengan tingkat kepekaan

yang lebih tinggi dibanding indera pencicipan (10.000 kali) (Setyaningsih, 2010).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa total skor tertinggi dalam uji

`organoleptik terhadap aroma pada minuman serbuk biji salak adalah 63,3%

dengan kriteria kesukaan adalah suka, aroma yang terdapat pada minuman serbuk

biji salak berasal dari proses sangrai yang dilakukan sebelum dihaluskan menjadi

serbuk.

Menurut Kartika (1988) yang dikutip oleh Dewinta (2010), aroma yaitu

bau yang sukar diukur sehingga biasanya menimbulkan pendapat yang berlainan

dalam menilai kualitas aromanya. Perbedaan pendapat disebabkan setiap orang

memiliki perbedaan penciuman, meskipun mereka dapat membedakan aroma

namun setiap orang mempunyai kesukaan yang berlainan.

Indera pencium sangat sensitif terhadap bau dan kecepatan timbulnya bau

lebih kurang 0,8 detik. Kepekaan indera penciuman diperkirakan berkurang 1%

(39)

berkurang oleh adanya senyawa-senyawa tertentu seperti misalnya formaldehida.

Kelelahan daya penciuman terhadap bau dapat terjadi dengan cepat (Winarno,

1997).

5.4 Daya Terima Panelis Terhadap Rasa Minuman Serbuk Biji Salak

Rasa adalah suatu sensasi yang muncul dan disebabkan oleh komponen

kimia yang volatil atau non volatil yang berasal dari alam ataupun sintetis dan

timbul pada saat makan atau minum. Komponen volatil adalah komponen yang

memberikan rasa bau, memberikan kesan awal dan menguap dengan cepat.

Komponen non volatil memberikan sensasi pada rasa manis, pahit, asam dan asin

(Heath, 1981).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa total skor tertinggi dalam uji

organoleptik terhadap rasa pada minuman serbuk biji salak adalah 60% dengan

kriteria kesukaan adalah suka.

Rasa dalam minuman serbuk biji salak merupakan kombinasi antara cita

rasa dan aroma yang memenuhi selera panelis. Minuman serbuk biji salak yang

dihasilkan memiliki rasa pahit dan manis, rasa manis didapatkan karena

penambahan gula sesuai selera panelis.

Rasa adalah kombinasi antara indra perasa dan indera pencium, tetapi

lebih banyak melibatkan panca indera perasa yaitu lidah. Rasa sangat

mempengaruhi kesukaan konsumen terhadap makanan, bahkan dapat dikatakan

merupakan faktor penentu utama.

Menurut Setyaningsih (2010) pada kenyataanya, manusia selalu

memberikan respon yang berbeda-beda terhadap rangsangan yang sama.

(40)

perbedaan sensasi yang diterima, karena perbedaan tingkat sensitivitas organ

penginderaanya atau karena kurangnya pengetahuan terhadap rasa tertentu.

5.5 Daya Terima Panelis Terhadap Tekstur/Kekentalan Minuman Serbuk Biji Salak

Tekstur bersifat kompleks dan terkait dengan struktur bahan yang terdiri

dari tiga elemen yaitu mekanik (kekerasan, kekenyalan), geometrik (berpasir,

beremah), dan mouthfeel (berminyak, berair) (Setyaningsih, 2010).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa total skor tertinggi dalam uji

organoleptik terhadap kekentalan minuman serbuk biji salak adalah 66,7%

dengan kriteria kesukaan adalah suka. Kekentalan pada minuman serbuk biji salak

dipengaruhi oleh takaran yang telah ditetapkan yaitu perbandingan antara

banyaknya serbuk biji salak dan air yang ditambahkan dengan gula.

Pada proses pengsangraian biji suhu dan lama waktu dapat memengaruhi

tekstur dari biji yang dihasilkan. Menurut Winarno (1997) yang dikutip oleh

Keliat (2013) tekstur dan konsentrasi suatu bahan akan mempengaruhi cita rasa

yang ditimbulkan oleh bahan tersebut. Dari penelitian-penelitian yang dilakukan

diperoleh pula bahwa perubahan tekstur bahan dapat mengubah rasa dan bau yang

timbul karena dapat memengaruhi kecepatan timbulnya ransangan terhadap sel

(41)

5.6 Kandungan Polifenol Pada Minuman Serbuk Biji Salak

Berdasarkan hasil Laboratorium Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas

Sumatera Utara dapat diketahui bahwa :

5.6.1 Identifikasi Flavonoid

Hasil Laboratorium identifikasi senyawa fenol golongan flavonoid dari

analisis sampel serbuk biji salak mengandung flavonoid dengan indikator warna

yang dihasilkan kuning jingga. Identifikasi warna kuning jingga menunjukkan

dalam serbuk biji salak menunujukkan adanya flavon, kalkon dan auron.

Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut etanol. Pemanasan

dilakukan karena sebagaian besar golongan flavonoid dapat larut dalarn air panas.

Menurut Robinson (1995), warna kuning jingga yang dihasilkan menandakan

adanya flavonoid akibat dari reduksi oleh asam klorida pekat dan magnesium.

Flavonoid selain sebagai antioksidan juga memiliki efek perlindungan

trehadap fungsi endotel dan menghambat agregasi platelet, sehingga menurunkan

resiko penyakit jantung koroner, penyakit kardiovaskuler. Flavonoid memiliki

efek hipotensi dengan mekanisme menghambat aktivitas ACE (Angiotensin I

converting enzyme), serta sebagai diuretik (Nadila, 2014).

Flavonoid dapat menghambat ACE, diketahui ACE memegang peran

dalam pembentukan angiotensin II yang merupakan salah satu penyebab

hipertensi, sehingga minuman serbuk biji salak ini dapat bermanfaat bagi

(42)

5.6.2 Identifikasi Tanin

Hasil Laboratorium identifikasi senyawa fenol golongan tanin sampel

serbuk biji salak mengandung tanin dengan indikator warna yang dihasilkan hijau

muda. Golongan hijau muda menunjukkan adanya 2 buah gugus hidroksil pada

inti aromatis tanin.

Tanin dibagi menjadi dua golongan dan masing-masing golongan

memberikan reaksi warna yang berbeda terhadap FeCI3 1 %. Golongan tannin

hidrolisis akan menghasilkan warna biru kehitaman dan tannin kondensasi akan

menghasilkan warna hijau kehitaman. Pada saat penambahannya diperkirakan

FeC13 bereaksi dengan salah satu gugus hidroksil yang ada pada senyawa tannin.

Hasil reaksi itulah yang akhirnya menimbulkan warna. Pereaksi FeCI3 digunakan

secara luas untuk mengidentifikasi senyawa fenol termasuk tannin. Oleh sebab itu

dapat terjadi kemungkinan bahwa hasil positif juga dapat diberikan oleh senyawa

fenolik lain dalam sampel.

Manfaat golongan senyawa tanin bagi kesehatan yaitu selain sebagai

antioksidan yang menangkap radikal hidroksil juga dapat mencegah aksi

diabetogenik. Pada tubuh tanin juga sebagai senyawa antidiabetes yang melapisi

dinding usus sehingga menghambat absorbsi glukosa. Sehingga selain fungsi

sebagai minuman instan juga memiliki manfaat bagi kesehatan tubuh dan

(43)

5.6.3 Kandungan Fenol Total

Evaluasi kandungan polifenol pada serbuk biji salak dengan pelarut air

dilakukan dengan menghitung jumlah kandungan total dari senyawa fenol.

Kandungan total fenolik yang diperoleh dari penelitian dengan menggunakan

serbuk biji salak diperoleh 0,185 mg/100 g. Kandungan fenolik pada serbuk biji

salak dengan varietas salak Padangsidempuan putih lebih tinggi sedikit

dibandingkan dengan salak dari Jawa Tengah dilihat dari penelitian sebelumnya

yaitu senyawa fenolik totalnya 0,176 mg/100 g sampel.

Komposisi minuman serbuk biji salak yang telah dilakukan uji daya

terimanya terhadap panelis yaitu ±20 gram serbuk biji salak dicampurkan dengan

air ±200 cc dengan penambahan gula ±15 gram. Dalam 100 gram sampel

mengandung 0,1851 mg sehingga dalam satu gelas minuman serbuk biji salak

mengandung senyawa fenol total 0,037 mg.

Polifenol ini merupakan bagian dari fitokimia yang tidak dibutuhkan untuk

fungsi normal tubuh, tetapi memiliki efek menguntungkan bagi kesehatan

memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit. Berbeda dengan zat gizi,

bukanlah suatu kebutuhan bagi metabolisme normal, dan apabila zat ini tidak

dikomsumsi oleh tubuh tidak akan mengakibatkan penyakit defesiensi dalam

jangka waktu normal.

Kebutuhan tubuh terhadap polifenol per hari adalah 5-10 mg sehingga

dengan satu kali mengkomsumsi minuman serbuk biji salak telah

menyumbangkan 0,037 mg atau 0,74% dari kebutuhan harian tubuh terhadap

polipenol. Sehingga minuman serbuk biji salak ini tidak dapat dijadikan sumber

(44)

harian karena kita dapat memenuhinya dari sumber makanan atau minuman lain

yang mengandung polifenol.

Senyawa fenol bisa berfungsi sebagai antioksidan karena kemampuannya

meniadakan radikal-radikal bebas dan radikal peroksida sehingga efektif

dalam menghambat oksidasi lipida. Sehingga selain sebagai minuman praktis

(45)

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan

sebagai berikut :

1. Pada umumnya minuman serbuk biji salak yang disajikan disukai panelis

dilihat dari segi aroma,warna, rasa dan tekstur/kekentalan.

2. Serbuk biji salak mengandung senyawa polifenol golongan flavonoid dan

tanin.

3. Minuman serbuk biji salak tidak dapat dijadikan sumber polifenol yang baik

tetapi dapat membantu memenuhi kebutuhan polifenol per hari.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan, maka saran yang dapat diberikan adalah

sebagai berikut :

1. Agar minuman serbuk biji salak ini lebih dipromosikan kepada masyarakat

karena memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan terkait senyawa lain yang terkandung

(46)

2.1 Salak

Tanaman salak memiliki nama ilmiah Salacca edulis. Salak merupakan

tanaman asli Indonesia. Oleh karena itu, bila kita bertanam salak berarti kita

melestarikan dan meningkatkan produksi negeri sendiri. Tanaman salak termasuk

golongan tanaman berumah dua, artinya jenis tanaman yang membentuk bunga

jantan pada tanaman terpisah dari bunga betinanya. Dengan kata lain, setiap

tanaman memiliki satu jenis bunga atau disebut tanaman berkelamin satu

(Soetomo, 2001).

Salak merupakan tumbuhan yang dapat tumbuh didataran rendah sampai

lebih dari 800 meter diatas permukaan laut. Salak menyukai tanah yang subur,

gembur dan lembab. Derajat keasaman yang cocok untuk budidaya salak adalah

4,5-7,5. Salak menyukai sinar matahari yang cukup tetapi tidak langsung. Cahaya

optimal 70% dengan suhu harian rata-rata 20˚ - 30˚ C (Yeni, 2013)

Tumbuhan salak berupa palma berbentuk perdu atau hampir tidak

berbatang, berduri banyak tumbuh menjadi rumpun yang rapat dan kuat. Batang

menjalar di bawah atau di atas tanah, membentuk rimpang dan bulat, sering

bercabang, diameter 10-15 cm. Daun majemuk menyirip, panjang 3-7 m, tangkai

daun, pelepah dan anak daun berduri panjang, tipis dan banyak, warna duri coklat.

Anak daun berbentuk lanset dengan ujung meruncing, berukuran sampai 8 x 85

(47)

bunga terletak dalam tongkol majemuk yang muncul di ketiak daun, bertangkai,

mula-mula tertutup oleh seludang, yang belakangan mengering dan mengurai

menjadi serupa serabut. Tongkol bunga jantan 50-100 cm panjangnya antara 7-15

cm, dengan banyak bunga kemerahan terletak di ketiak sisik-sisik yang tersusun

rapat. Tongkol bunga betina 20-30 cm, bertangkai panjang. Buah tipe batu

berbentuk segitiga agak bulat atau bulat telur terbalik runcing di pangkalnya dan

membulat di ujungnya, panjang 2,5-10 cm, terbungkus oleh sisik-sisik berwarna

kuning coklat sampai coklat merah mengkilap yang tersusun seperti genting,

kuning krem sampai keputihan, berasa manis, asam, atau sepat. Biji 1-3 butir,

coklat hingga kehitaman, keras 2-3 cm panjangnya (Widyaningrum, 2011).

Biji salak termasuk dalam biji yang mengalami dormansi sekunder, yakni

proses penghentian pertumbuhan oleh keadaan lingkungan yang terjadi pada saat

biji telah matang. Biji salak dapat mengalami dormansi sekunder selama sebulan

setengah. Struktur morfologi salak seperti pada gambar 2.1

Gambar 2.1 Struktur Morfologi salak

Marga Salacca terdiri dari 22 jenis dan 4 varietas yang tersebar mulai

Birma, Thailand, Filipina, dan Indonesia. Jenis salak yang terdapat di Indonesia

(48)

terdapat di Sumatra, S. affinis var borneensis, S. dransfieldiana, S. vermicularis

(Mogea, 1991).

Salak Padangsidempuan adalah buah yang cukup dikenal di Sumatera

bahkan di Jawa. Rasanya yang manis, kelat (antara asam dan manis), asam dan

legit membuatnya berbeda dengan salak pondoh dan jenis lain. Pertanian salak di

Tapanuli Selatan terdapat di Kec. Padangsidempuan Barat, Padangsidempuan

Timur, Batangtoru dan Siais (Kaputra dan Harahap, 2004).

Seleksi tanaman jantan dan betina dapat dilakukan saat tanaman berumur

4-5 tahun jika bibit diperoleh dari biji. Jika bibitnya diperoleh dari anakan (tunas),

maka tidak perlu seleksi karena otomatis yang dihasilkan adalah tanaman yang

sesuai dengan pohon asal. Bibit salak yang berasal dari biji biasanya hanya

40% betina dari yang ditanam, sehingga petani sering kecewa. Sedangkan

proses pertumbuhan bibit dari tunas adalah cukup rumit. Tanaman jantan akan

menghasilkan bunga jantan, sedangkan tanaman betina akan menghasilkan bunga

betina. Tanaman salak yang ditanam dari biji akan berbunga setelah berumur 4

tahun, dan sebaliknya, tanaman salak akan berbunga 2–3 tahun jika ditanam dari

tunasnya (Kaputra dan Harahap, 2004).

2.1.1 Sistematika Tumbuhan

Menurut Soetomo (2001), sistematika tumbuhan salak adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Monocotyledoneae

(49)

Suku : Arecaceae

Marga : Salacca

2.1.2 Kandungan Kimia dan Kandungan Gizi Buah Salak

Menurut Widuri (2013), buah salak merupakan sumber mineral yaitu

terdiri dari kalsium 28 mg, fosfor 18 mg dan zat besi 4,2 mg dari 100 g bagian

yang dapat dimakan.

Komposisi buah salak dapat dilihat pada Tabel 2.2:

Tabel 2.2 Komposisi Kimia Buah Salak dalam 100 gr Bahan

Komponen Jumlah

2.1.3 Khasiat dan Manfaat Buah Salak

Daging buah salak berkhasiat sebagai antioksidan, menjaga kesehatan

mata, antidiabetes, menurunkan kolesterol, dan antidiare. Dapat juga digunakan

sebagai makanan dan minuman olahan seperti manisan, keripik, dodol, sirup,

kurma salak dan minuman serbuk biji salak. Minuman serbuk biji salak berkhasiat

(50)

2.1.4 Kandungan Kimia dan Kandungan Gizi Biji Salak

Penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui kandungan gizi biji

salak menunjukkan hasil yang cukup baik. Hasil penelitian yang dilaksanakan

oleh Kusumo (2012) di Laboratorium Kimia, Fakultas Sains dan Matematika

Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah, menunjukkan

komposisi biji salak dapat dilihat pada Tabel 2.3:

Tabel 2.3 Komposisi Kimia Biji Salak.

Kandungan Kimia Jumlah (%)

Menurut Bangun (2005), antioksidan adalah zat yang dapat melindungi

sel-sel terhadap terhadap efek radikal bebas. Radikal bebas adalah molekul yang

diproduksi ketika tubuh mendapatkan makanan yang rusak atau paparan

lingkungan yang tidak sehat seperti asap tembakau dan radiasi.

Ada dua cara dalam mendapatkan antioksidan, yaitu : dari luar tubuh

(eksogen) dengan cara melalui makanan dan minuman yang mengandung vitamin

C, E, atau betakaroten, polifenol dan lain sebagainya, dan dari dalam tubuh

(endogen), yakni dengan enzim superoksida dismutase (SOD), glutation

peroksidase (GSH Px), perxidasi, dan katalase yang diproduksi oleh tubuh.

(51)

Tabel 2.4 Kebutuhan Tubuh Terhadap Antioksidan per Hari .

Golongan Senyawa Jenis Senyawa Kebutuhan per Hari

Polifenol Polifenol 5-10 mg

Alfatokoferol 100-400 mg

Asam fenolat 200 mg

Bioflavonoid Bioflavonoid 100 mg

Flavonoid 23 mg

Flavonol 23 mg

Vitamin C Asam Askorbat 75 mg (perempuan)

Vitamin E Tokoferol 90 mg (laki-laki)

Karotenoid Betakaroten 30 IUS

Alfakaroten 50 mg

Epigalatekin 30-50 mg

Katekin Epigaltekin 30-50 mg

Resveratrol Transresveratrol 20-50 mg

Asam Folat Asam Folat 400 mg

Sumber : Bangun, 2005.

2.3 Minuman Serbuk Biji Salak

Pembuatan minuman dari serbuk biji salak pada awalnya disebabkan

karena banyaknya limbah biji salak yang kurang dimanfaatkan sehingga

terciptalah suatu ide untuk membuat minuman dari serbuk biji salak.

Produksi minuman serbuk biji salak hampir sama seperti membuat kopi.

Biji salak yang digunakan pun bukan sembarang biji salak. Biji salak yang akan

diolah merupakan biji salak yang masih bagus dan telah kering. Sebelum diolah

menjadi serbuk, biji salak dipotong menjadi empat bagian kemudian direbus ±2

jam dengan tujuan agar biji salak menjadi lebih lunak dan bisa diiris tipis-tipis

selanjutnya dikeringkan dengan proses penjemuran ±8 hari dibawah sinar

matahari atau menggunakan oven dengan suhu 90˚ . Biji-biji salak digongseng ±

30 menit menggunakan kuali hingga warna biji salak menghitam legam.

Ketika semua biji sudah menghitam, maka proses selanjutnya adalah

(52)

biasanya dilakukan selama satu jam hingga menjadi bubuk. Proses selanjutnya

adalah memblender dan mengayak biji salak sehingga tekturnya menjadi lebih

halus.

Hasilnya sangat mirip seperti bubuk kopi biasa, tanpa campuran apapun.

Serbuk biji salak ini rasanya mirip dengan biji kopi dari jenis arabica atau robusta,

namun cita rasanya lebih lembut. Biji salak dan serbuk biji salak yang telah

diproses seperti pada gambar 2.4.

(53)

2.3.3 Skema Pembuatan Serbuk Biji Salak

Skema 2.5 Pembuatan Serbuk Biji Salak 2.4 Senyawa Fenol dan Polifenol

Tumbuhan yang hidup disekitar kita memiliki kandungan kimia yang unik.

Bahan kimia yang dimaksud biasanya digunakan manusia untuk memenuhi

kebutuhannya dalam bidang farmasi. Salah satu kelompok senyawa yang banyak

memberikan manfaat bagi manusia adalah polifenol. Senyawa yang termasuk ke

dalam polifenol ini adalah semua senyawa yang memiliki struktur dasar berupa

(54)

dengan gugus -OH. Gugus -OH yang terkandung merupakan aktivator yang kuat

dalam reaksi subtitusi aromatik elektrofilik (Fessenden, 1982).

Istilah senyawa fenol meliputi aneka ragam senyawa yang berasal dari

tumbuhan, yang mempunyai ciri sama yaitu cincin aromatik yang mengandung

satu atau dua penyulih hidroksil. Senyawa fenol cenderung mudah larut dalam air

karena umumnya mereka seringkali berikatan dengan gula sebagai glikosida

(Harborne, 1987).

Istilah flavonoida diberikan untuk senyawa-senyawa fenol yang berasal

dari kata flavon, yaitu nama salah satu jenis flavonoida yang terbesar jumlahnya

dalam tumbuhan. Polifenol berperan dalam memberi warna pada suatu tumbuhan

seperti warna daun saat musim gugur. Senyawa fenol biasa terkandung pada jenis

sayuran, buah-buahan dan tanaman. Senyawa fenol diproduksi oleh tanaman

melalui jalur sikimat dan metabolism fenil propanoid (Apak et al, 2007).

Beberapa senyawa fenol diketahui fungsinya misalnya llignin sebagai

pembentuk dinding sel dan antosianin sebagai pigmen. Semua senyawa fenol

merupakan senyawa aromatik sehingga menunjukkan serapan kuat terhadap

sprektum UV. Fenol dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu fenol sederhana dan

polifenol. Contoh fenol sederhana : orsinol, 4-metilresolsinol, 2-metilresolsinol,

resolsinol, katekol, hidroquinon, pirogalol, floroglusinol. Contoh polifenol adalah

lignin, melanin dan tanin (Harborne, 1987; Apak et al, 2007).

Saat ini, minat penelitian terhadap senyawa fenolik meningkat karena

(55)

kelompok yang paling banyak dalam tanaman pangan, dengan lebih dari

8000 struktur fenolik dikenal saat ini (Harborne, 1993).

Senyawa fenol sebagai antioksidan dalam tubuh dapat dibedakan

berdasarkan sumber perolehannya ada 2 macam, yaitu antioksidan alami dan

antioksidan buatan (sintetik). Antioksidan sintetik telah sepenuhnya diuji reaksi

toksisitasnya, antioksidan alami ditemukan pada sebagian besar tanaman,

mikroorganisme, jamur dan jaringan binatang. Sebagian antioksidan alami adalah

komponen fenolik dan komponen fenolik yang paling penting dari antioksidan

alami adalah flavonoid dan asam fenol (Dalimartha dan Soedibyo, 1999).

2.4.1 Struktur Fenol dan Polifenol

Struktur dasar dari fenol dan polifenol dilihat pada gambar 2.6:

fenol polifenol

Gambar 2.6 Struktur kimia fenol dan polifenol

(56)

2.4.2 Senyawa Fenol pada Biji Salak 2.4.2.1 Flavonoid

Flavonoid adalah senyawa C15 yang semuanya memiliki struktur

C6-C3-C6. Flavonoida dibagi menjadi tiga kelas besar berdasarkan struktur umumnya.

Pada masing-masing kelas, dua benzene terikat bersama dengan kelompok tiga

karbon. Pengaturan dari kelompok C3 ini menentukan bagaimana senyawa

dikalsifikasikan (Vermerris, 2006).

a. Chalcones

Chalcones dapat dihydrochalones memiliki rantai C3 linear yang

menghubungkan kedua rantai. Rantai C3 chalcones mengandung ikatan rangkap.

Sementara rantai C3 dihydrochalcones tersaturasi.

Chalcones seperti butein adalah pigmen kuning pada bunga, sebagai contoh

dihydrochalcone adalah phloridzin (phloretin-2-O-D-glucoside), komponen

senyawa yang ditemukan pada daun apel, dan yang dilaporkan memiliki aktivitas

anti tumor.

b. Aurones

Aurones dibentuk dengan siklisasi chalcones, kelompok meta-hidroksil

bereaksi dengan α-karbon untuk membentuk 5 anggota heterosiklik aurones juga

merupakan pigmen kuning pada bunga.

c. Flavonoid

Flavonoid khas, seperti flavonone memiliki enam anggota heterosiklik.

(57)

cincin A disisi kiri. Beberapa jenis flavonoid adalah flavonon, flavonol,

leukoanthosianidin, flavon, antosianidin, deoksiantosianidin, dan antosianin.

2.4.2.2 Tanin

Tanin merupakan senyawa organik yang terdiri dari campuran senyawa

polifenol kompleks, dibangun dari elemen C, H, dan O serta sering membentuk

molekul besar dengan berat molekul lebih besar dari 2000 (Risnasari, 2001).

Senyawa-senyawa tanin termasuk suatu golongan senyawa yang berasal

dari tumbuhan yang sejak dahulu kala digunakan untuk merubah kulit hewan

menjadi kedap air, dan awet. Istilah tanin diperkenalkan oleh Seguil pada tahun

1796. Pada waktu itu belum diketahui bahwa tanin tersusun dari campuran

bermacam-macam senyawa, bukan hanya satu golongan senyawa saja.

Senyawa-senyawa tanin dapat diartikan sebagai suatu Senyawa-senyawa-Senyawa-senyawa alami dengan

bobot molekul antara 500 dan 3000, serta mempunyai sejumlah gugus hidroksi

fenolik dan membentuk ikatan silang yang stabil dengan protein dan biopolimer

lain, misalnya selulosa dan pectin (Manitto, 1992).

Tanin disebut juga asam tanat dan asam galotanat. Tanin dapat tidak

berwarna sampai berwarna kuning atau coklat. Asam tanat yang dapat dibeli di

pasaran mempunyai BM 1701 dan kemungkinan besar terdiri dari sembilan

molekul asam galat dan sebuah molekul glukosa. Beberapa ahli pangan

berpendapat bahwa tanin.

Tanin memiliki peranan biologis yang kompleks. Hal ini dikarenakan sifat

tanin yang sangat kompleks mulai dari pengendap protein hingga pengkhelat

logam. Maka dari itu efek yang disebabkan tanin tidak dapat diprediksi. Tanin

(58)

2.4.3 Fungsi Polifenol

Pada tumbuhan, flavonoid memiliki banyak fungsi, termasuk proteksi

terhadap radiasi UV-B, daya tahan terhadap serangan pathogen, penarik serangga

untuk penyerbukan, dan sebagai sinyal untuk inisiasi hubungan simbiosis.

Flavonoid memiliki manfaat bagi kesehatan karena kapasitas antioksidannya,

yang berfungsi menunda atau mencegah proses oksidasi makromolekul dengan

cara menghambat tahap inisiasi dan propagatif pada reaksi randai oksidatif.

Aktivitas/fungsi ini didukung kemampuannya, untuk menginduksi sistem enzim

protektif manusia dan oleh berbagai studi epidemiologi yang menunjukkan efek

protektif terhadap penuaan, penyakit kardiovaskular, kanker serta penyakit

neurodegeneratif seperti Parkinson dan Alzheimer. Selain sebagai antioksidan

juga memiliki fungsi biologis, seperti antialergi, antiviral, dan faktor vasodilatasi

(Viranda, 2009).

2.4 Metode Pengujian Polifenol

Metode yang digunakan untuk menguji polifenol pada serbuk biji salak

adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif berhubungan

dengan identifikasi zat-zat yang ada dalam suatu sampel sehingga

kandungannya akan mudah untuk dikenali, zat kimia polifenol yang akan

diskrining adalah golongan flavonoida dan tanin karena merupakan kelompok

senyawa fenol yang terbesar yang ditemukan dialam merupakan zat warna merah,

ungu, biru dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam

(59)

suatu zat terkandung di dalam suatu sampel yaitu berapa banyak zat polifenol

yang terkandung pada serbuk biji salak (Fatkhiyah, 2013).

Analisis kualitatif polifenol berfungsi untuk mengidentifikasi flavonoida

dan tanin. Flavonoida merupakan salah satu dari sekian banyak senyawa metabolit

sekunder yang dihasilkan oleh tanaman, yang bias dijumpai di daun,kayu, akar,

kulit, tepung sari, bunga dan biji. Secara kimia, flavonoid mengandung cincin

aromatik tersusun dari 15 atom karbon dengan inti dasar. Beberapa flavonoid.

Skrining flavonoida dilakukan dengan 0,5 g serbuk yang diperiksa dengan sisa

kering 10 ml sediaan berbentuk cairan dengan 10 ml methanol P, menggunakan

alat dingin balik selama 10 menit kemudian lakukan penguapan, sisa penguapan

larutkan dengan etanol (96%) tambahkan 0,1 gr serbuk magnesium P dan 10 tetes

asam klorida pekat P. Apabila terjadi perubahan warna merah jingga, merah ungu,

dan warna kuning jingga menunjukan adanya flavonoid (MMI jilid VI, 1995).

Tanin merupakan senyawa fenol yang memiliki berat molekul besar yang

terdiri dari gugus hidroksi dan beberapa gugus yang bersangkutan, seperti

karboksil untuk membentuk kompleks kuat yang efektif dengan protein dan

beberapa makromolekul. Tanin terdiri dari dua jenis yaitu tanin terkondensasi dan

tanin terhidrolisis. Kedua jenis tanin ini terdapat dalam tumbuhan, tetapi yang

paling dominan terdapat dalam tumbuhan adalah tanin terkondensasi. Skrining

tanin dilakukan dengan 0,5 gr serbuk dimaserasi dengan aquades 10 ml selama 15

menit kemudian disaring dan diteteskan 10%, perhatikan perubahan warna,

(60)

Analisis kuantitatif untuk menetapkan kadar zat polifenol dapat dilakukan

dengan dua cara yaitu dengan menggunakan metode Folin-Ciocalteau, yang

merupakan metode yang paling umum digunakan untuk menetukan fenol total.

Hasil yang didapatkan estimasi kandungan fenol total. Alternative lainnya adalah

dengan teknik identifikasi karakterisasi masing-masing senyawa fenol hasil yang

didapatkan adalah jenis-jenis fenol yang dikandung, kuantitas masing-masing dan

kadar totalnya. Metode yang dipakai untuk menetukan kadar fenol total adalah

metode Folin-Ciocalteu karena lebih sederhana pengerjaannya (Viranda, 2009).

Metode Ciocalteau dilakukan dengan menggunakan reagen

Folin-Ciocalteau 10% dan absorbansi sampel diukur pada 750 nm menggunakan

spektrofotmeterUV-Vis. Kandungan total Fenol dinyatakan sebagai mg/100 g

ekuivalen asam galat (Jeong, 2004).

2.5 Daya Terima

Daya terima atau preferensi makanan dapat didefinisikan sebagai

tingkat kesukaan atau ketidaksukaan individu terhadap suatu jenis makanan.

Diduga tingkat kesukaan ini sangat beragam pada setiap individu, sehingga akan

berpengaruh terhadap konsumsi pangan (Suhardjo, 1989).

Menurut Mulyaningrum (2007) dalam Wirakusumah (1990) kesukaan

terhadap makanan didasari oleh sensorik, sosial, psikologi, agama, emosi,

budaya, kesehatan, ekonomi, cara persiapan dan pemasakan makanan, serta

faktor-faktor terkait lainnya. Penilaian seseorang terhadap kualitas makanan

berbeda-beda tergantung selera dan kesenangannya. Perbedaan suku pengalaman,

(61)

jenis makanan, sehingga standar kualitas makanan sulit untuk ditetapkan.

Walaupun demikian ada beberapa aspek yang dapat dinilai yaitu persepsi

terhadap 2 cita rasa makanan, nilai gizi dan higiene atau kebersihan makanan

tersebut.

1. Penampilan dan cita rasa makanan

Menurut Moehyi (1992) cita rasa makanan mencakup 2 aspek utama

yaitu penampilan makanan sewaktu dihidangkan dan rasa makanan pada

saat dimakan. Warna makanan memegang peranan utama dalam penampilan

makanan karena merupakan rangsangan pertama pada indera mata. Warna

makanan yang menarik dan tampak alamiah dapat meningkatkan cita rasa.

2. Konsistensi atau tekstur makanan

Konsistensi atau tekstur makanan juga merupakan komponen yang

turut menentukan cita rasa makanan karena sensitifitas indera cita rasa

dipengaruhi oleh konsistensi makanan. Makanan yang berkonsistensi padat atau

kental akan memberikan rangsangan lebih lambat terhadap indera kita.

3. Rasa makanan

Rasa makanan merupakan faktor kedua yang menentukan cita rasa

makanan setelah penampilan makanan itu sendiri. Apabila penampilan

makanan yang disajikan merangsang saraf melalui indera penglihatan sehingga

mampu membangkitkan selera untuk mencicipi makanan itu, maka pada tahap

selanjutnya rasa makanan itu akan ditentukan oleh rangsangan terhadap

(62)

4. Aroma makanan

Aroma yang disebarkan oleh makanan merupakan daya tarik yang

sangat kuat dan mampu merangsang indera penciuman sehingga

membangkitkan selera. Timbulnya aroma makanan disebabkan oleh terbentuknya

senyawa yang mudah menguap itu dapat sebagai akibat atau reaksi karena

pekerjaan enzim atau dapat juga terbentuk tanpa bantuan reaksi enzim.

Daya terima dengan penilaian organoleptik saling berkaitan, dimana

penilaian organoleptik disebut juga penilaian indera atau penilaian sensorik

yang merupakan penilaian yang sangat umum digunakan. Metode penilaian ini

banyak digunakan karena dapat dilaksanakan dengan cepat dan langsung. Dalam

beberapa hal penilaian dengan indera bahkan memeliki ketelitian yang lebih

baik dibandingkan dengan alat ukur yang paling sensitif. Penerapan penilaian

organoleptik pada prakteknya disebut uji organoleptik yang dilakukan dengan

prosedur tertentu. Uji ini akan menghasikan data yang penganalisisan

selanjutnya menggunakan metode statistika (Soekarto, 2000).

Indera yang berperan dalam uji organoleptik adalah indera

penglihatan, penciuman, pencicipan, peraba dan pendengaran. Panel diperlukan

untuk melaksanakan penilaian organoleptik dalam penilaian mutu atau sifat-sifat

sensorik suatu komoditi, penel bertindak sebagi instrumen atau alat. Panel ini

terdiri atas orang atau kelompok yang bertugas menilai sifat dari suatu

komoditi. Orang yang menjadi anggota penel disebut panelis.

Penerapan penilaian organoleptik di lakukan dengan uji hedonik atau uji

(63)

diminta mengungkapkan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya

ketidaksukaan, disamping itu mereka juga mengemukakan tingkat

kesukaan/ketidaksukaan.

Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik, misalnya amat

sangat suka, sangat suka, suka, agak suka, netral, agak tidak suka, tidak

suka, sangat tidak suka dan amat sangat tidak suka (Rahayu, 2001).

Pada uji hedonik panelis diminta untuk menggungkapkan tanggapan

pribadinya tentang kesukaan atau ketidaksukaan terhadap suatu produk baik

itu dilihat dari aroma, warna, rasa dan tekstur. Skala hedonik dapat direntangkan

atau diciutkan sesuai yang diinginkan peneliti (Rahayu, 2001).

2.6 Panelis

Dalam penilaian organoleptik dikenal tujuh macam panel, yaitu panel

perseorangan, panel terbatas, panel terlatih, panel agak terlatih, panel

konsumen dan panel anak-anak. Perbedaan ketujuh panel tersebut

didasarkan pada keahlian dalam melakukan penilaian organoleptik.

1. Panel Perseorangan

Panel perseorangan adalah orang yang sangat ahli dengan kepekaan

spesifik yang sangat tinggi yang diperoleh karena bakat atau latihan-latihan

yang sangat intensif. Panel perseorangan sangat mengenal sifat, peranan dan

cara pengolahan bahan yang akan dinilai dan menguasai metode-metode

analisis organoleptik dengan sangat baik. Keuntungan menggunakan panelis

(64)

perseorangan biasanya digunakan untuk mendeteksi penyimpangan yang

tidak terlalu banyak dan mengenali penyebabnya.

2. Panel Terbatas

Panel terbatas terdiri dari 3-5 orang yang mempunyai kepekaan tinggi

sehingga bias lebih dapat dihindari. Panelis ini mengenal dengan baik

faktor-faktor dalam penilaian organoleptik dan mengetahui cara pengolahan dan

pengaruh bahan baku terhadap hasil akhir.

3. Panel Terlatih

Panel terlatih terdiri dari 15-25 orang yang mempunyai kepekaan

cukup baik. Untuk menjadi panelis terlatih perlu didahului dengan seleksi dan

latihan-latihan. Panelis ini dapat menilai beberapa rangsangan sehingga tidak

terlampau spesifik.

4. Panel Agak Terlatih

Panel agak terlatih terdiri dari 15-25 orang yang sebelumya dilatih untuk

mengetahui sifat-sifat tertentu. Panel agak terlatih dapat dipilih dari kalangan

terbatas dengan menguji datanya terlebih dahulu. Sedangkan data yang sangat

menyimpang boleh tidak digunakan dalam keputusannya.

5. Panel Tidak Terlatih

Panel tidak terlatih terdiri dari 25 orang awam yang dapat dipilih

berdasarkan jenis suku-suku bangsa, tingkat sosial dan pendidikan. Panel tidak

terlatih hanya diperbolehkan menilai sifat-sifat organoleptik yang sederhana

seperti sifat kesukaan, tetapi tidak boleh digunakan dalam uji pembedaan. Panel

tidak terlatih biasanya terdiri dari orang dewasa dengan komposisi panelis pria

(65)

6. Panel Konsumen

Panel konsumen terdiri dari 30 hingga 100 orang yang tergantung pada

target pemasaran komoditi. Panel ini mempunyai sifat yang sangat umum dan

dapat ditentukan berdasarkan perorangan atau kelompok tertentu.

7. Panel Anak-anak

Panel yang khas adalah panel yang menggunakan anak-anak berusia 3-10

tahun. Biasanya anak-anak digunakan sebagai panelis dalam penilaian

produk-produk pangan yang disukai anak-anak seperti permen, es krim dan sebagainya.

Cara penggunaan panelis anak-anak harus bertahap, yaitu dengan pemberitahuan

atau dengan bermain bersama, kemudian dipanggil untuk diminta responnya

(66)

2.7 Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan kerangka konsep dalam

penelitian ini adalah :

Skema 2.7 Kerangka Konsep Penelitian Keterangan : .

Pembuatan serbuk biji salak ini dilakukan untuk melihat uji daya terimanya meliputi aroma, warna, rasa, tekstur dan juga untuk menentukan kadar polifenolnya.

Pembuatan Serbuk Biji Salak

(67)

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara agraris yang memiliki ragam jenis buah.

Keanekaragaman ini dapat dibedakan berdasarkan rasanya yang manis, asam,

sepat, maupun pahit, bentuknya yang bulat maupun lonjong, ukurannya yang kecil

maupun besar, tekstur kulit luarnya yang mulus, berlekuk, maupun berduri,

bahkan warnanya yang hijau, kuning, maupun merah (Nazaruddin, 1994).

Salak merupakan salah satu komoditas buah asli dari Indonesia. Menurut

Kementerian Pertanian Republik Indonesia (2013), produksi salak di Indonesia 3

tahun terakhir 2010, 2011, 2012 berturut-turut mencapai 749.876, 1.082.115, dan

1.035.406 ton per tahun.

Ada beberapa jenis salak yaitu salak pondoh, salak suwaru, salak bali dan

salak padangsidempuan (Nazaruddin, 1992). Varietas salak Padangsidempuan

cukup banyak, dilihat pada karakter buah (bentuk, aroma, rasa serta warna kulit

buah) atau lokasi dimana salak ditanam atau dibudidayakan.

Buah salak tersusun dalam tandan terletak di atas punggung pelepah daun

atau di ketiak pelepah daun. Bentuk buah bervariasi tergantung pada jenis salak.

Biji salak berkeping satu, dalam buah salak umunya terdapat 1-3 biji, ketika masih

muda biji salak berwarna putih, kemudian menjadi coklat muda dan akhirnya

berwarna coklat tua dan keras.

Saat ini terdapat 3 varietas salak sesuai keputusan Menteri Pertanian yaitu

(68)

Padangsidempuan Putih (SK.No.764/Kpts/TP.240/6/99), dan salak Sibakua

(SK.No.427/Kpts/ TP.240/7 2002) (BPS, 2013).

Menurut Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara (2008), produksi salak

yang paling tinggi dari seluruh Kabupaten/Kota di daerah Sumatera Utara, yaitu

di daerah Tapanuli Selatan yaitu mencapai 229.781 ton per tahun dan juga di

daerah kota Padangsidempuan yaitu mencapai 16. 029 ton per tahun.

Saat ini, masyarakat khususnya di Kota Padangsidempuan dan Tapanuli

Selatan telah memproduksi olahan daging buah salak seperti dodol salak, keripik

salak, kurma salak, sirup salak dan bahkan mengkomsumsi jus salak yang

dimaksudkan untuk mengobati penyakit diabetes dan menurunkan kolesterol.

Sebagian besar produsen tersebut berbentuk industri rumah tangga dan

menawarkan olahan salak sebagai oleh-oleh khas dari suatu daerah.

Banyaknya industri olahan salak tentunya memberikan suatu dampak yang

tidak dapat dihindarkan yaitu bertambahnya limbah buah salak yang terdiri atas

kulit dan biji salak. Limbah salak yang bersifat kasar dan keras cukup

menyulitkan untuk dapat diolah menjadi suatu bahan yang dapat dimakan.

Bagian yang dapat dimakan dari buah salak hanya berkisar antara 56-65%.

Sehingga limbah salak dapat mencapai 36-44% dari jumlah salak yang diolah atau

dikomsumsi. Biji salak memiliki porsi 10-14% dari bobot total buah salak

(Supriyadi et al, 2002).

Berdasarkan perbandingan jumlah tersebut, biji salak memiliki potensi

yang lebih besar untuk dimanfaatkan daripada kulit salak. Salah satu upaya untuk

memperpanjang umur simpan dan nilai kegunaan biji salak yaitu dengan

(69)

Pengolahan biji salak menjadi serbuk instan diharapkan dapat memudahkan

masyarakat dalam mengkomsumsi dan memanfaatkan biji salak.

Pengolahan biji salak menjadi serbuk telah dilakukan beberapa industri

rumah tangga, dengan cara pengolahan tradisional kemudian dikemas dan

dipasarkan di beberapa daerah. Namun masih banyak masyarakat yang kurang

mengetahui minuman serbuk ini dan masih jarang penelitian selanjutnya tentang

kandungan kimia yang terdapat pada biji salak.

Pemanfatan biji salak sebagai serbuk minuman instan didasarkan pada

tingginya aktivitas masyarakat yang didorong oleh semakin tingginya kebutuhan

masyarakat sehingga menyebabkan pola komsumsi masyarakat berubah,

perubahan pola gaya hidup juga menjadi faktor pemicu terjadinya perubahan pola

komsumsi sehingga mendorong masyarakat beralih ke makanan dan minuman

cepat saji atau instan. Menurut Permana (2010), minuman serbuk adalah produk

pangan berbentuk butiran-butiran (serbuk) yang dalam pengunaannya mudah larut

dalam air dingin atau air panas.

Zat kimia yang hanya bisa didapatkan dari tumbuhan disebut dengan

fitokimia. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya oleh Kusumo (2012) di Jawa

Tengah tentang kandungan biji salak, salah satu jenis fitokimia yang ada pada biji

salak yaitu senyawa polifenol. Sehingga selain dari segi pemanfaatan limbah,

dapat diketahui senyawa polifenol berfungsi sangat baik dan berguna untuk

Gambar

Gambar : Biji Salak
Gambar : Biji terpilih dan setelah dicuci
Gambar : Perebusan Biji Salak
Gambar :Biji salak diblender
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rencana Kerja Kecamatan Silaut Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 merupakan agenda tahunan Kecamatan Silaut yang akan dilaksanakan pada Tahun 2015 dalam kerangka Rencana

Dilihat dari hal diatas maka penulis berusaha memanfaatkan dan menyajikan suatu aplikasi yang dapat digunakan untuk menonaktifkan program baik program residen maupun bukan

Merupakan kegiatan pembinaan kepada Pemerintahan Nagari dalam rangka pengelolaan keuangan nagari di Ranah Ampek Hulu Tapan dengan jumlah pagu anggaran yang tersedia

Pada dasarnya perbedaan antara printer yang bersifat non dedicated dan dedicated remote antara lain, untuk non dedicated print server berada di server, tipe

 Sheet / Worksheet merupakan lembar kerja yang secara default t erdiri dari 3 sheet s dan ini bisa dit ambahkan dan bisa juga dihapus sesuai dengan kebut uhan jadi dalam sat

Kelompok Kerja Pengadaan Jasa Konsultansi Pekerjaan Jalan dan Jembatan Provinsi Jawa Tengah pada Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah Dana APBD Tahun Anggaran

[r]

Panitia pengadaan barang/Jasa pada Kanreg III Badan Kepegawaian Negara akan melaksanakan Pelelangan Sederhana dengan pascakualifikasi (Pelelangan Ulang 3) untuk