• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLIKASI FAKTOR EKONOMI MAKRO, STRUKTUR MODAL, DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010-2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLIKASI FAKTOR EKONOMI MAKRO, STRUKTUR MODAL, DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010-2013"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

ii ABSTRACT

IMPLICATIONS OF MACRO ECONOMIC FACTORS, CAPITAL STRUCTURE AND VALUE OF FINANCIAL PERFORMANCE

AUTOMOTIVE COMPANIES LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE IN 2010-2013

By

MUHAMMAD FRANANDA SENTOSA

This study aimed to analyze the macroeconomic factors, capital structure, and affect its financial performance corporate values, to obtain empirical evidence and find clarity about the application of macro-economic factors that consists of variable interest rates, inflation, exchange rate and internal factors variable capital structure and performance finance to the value of the company either partially or simultaneously. The population in this study is the automotive company which is listed on the Indonesia Stock Exchange in 2011-2013. Samples were taken by purposive sampling method, in order to obtain a sample of 12 companies. Data analysis method used is multiple linear regression model.

The results showed that partially macroeconomic factors such as interest rates, inflation, exchange rate and internal factors such as capital structure (DER) not significant effect on the value of the company, while the internal factors such as financial performance (ROE) significantly affects the value of the company. Simultaneously, macroeconomic factors, capital structure, and financial performance is analyzed significant effect on the value of the company.

(2)

i

ABSTRAK

IMPLIKASI FAKTOR EKONOMI MAKRO, STRUKTUR MODAL, DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010-2013

Oleh

MUHAMMAD FRANANDA SENTOSA

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor ekonomi makro, struktur modal, dan kinerja keuangan yang mempengaruh nilai perusahaan, untuk memperoleh bukti secara empiris dan menemukan kejelasan tentang penerapan faktor ekonomi makro yang terdiri dari variabel suku bunga, inflasi, kurs dan faktor internal variabel struktur modal serta kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan baik secara parsial maupun simultan. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2013. Sampel penelitian diambil dengan metode purposive sampling, sehingga diperoleh sampel sebanyak 12 perusahaan. Metode analisis data yang digunakan adalah dengan model regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial faktor ekonomi makro berupa suku bunga, inflasi, kurs dan faktor internal berupa struktur modal (DER) berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan faktor internal berupa kinerja keuangan (ROE) berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Secara simultan faktor ekonomi makro, struktur modal, dan kinerja keuangan yang dianalisis berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

(3)

KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN OTOMOTIF DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010-2013

Oleh

Muhammad Frananda Sentosa

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA ADMINISTRASI BISNIS

Pada

Jurusan Ilmu Adiministrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Lampung

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

Implikasi Faktor Ekonomi Makro, Struktur Modal Dan Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia pada Tahun 2010-2013.

Disusun Oleh

MUHAMMAD FRANANDA SENTOSA

ILMU ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

vii

2.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan ... 15

2.2.2 Menentukan Nilai Perusahaan... 17

2.3 Ekonomi Makro ... 18

2.5.2 Penggolongan Inflasi ... 21

2.5.3 Teori Inflasi ... 23

2.5.4 Dampak Inflasi ... 23

2.6 Nilai Tukar/Kurs ... 24

2.6.1 Pengertian Nilai Tukar/Kurs ... 24

2.6.2 Sistem Kurs ... 25

(6)

viii

2.7.3 Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal ... 33

2.7.4 Metode Pemilihan Struktur Modal ... 35

2.8 Kinerja Keuangan... 36

2.8.1 Pengertian Kinerja Keuangan ... 36

2.8.2 Rasio Keuangan ... 37

3.5.1 Hubungan Suku Bunga BI dengan Nilai Perusahaan ... 50

3.5.2 Hubungan Inflasi dengan Nilai Perusahaan ... 50

3.5.3 Hubungan Nilai Tukar/Kurs dengan Nilai Perusahaan ... 51

3.5.4 Hubungan Struktur Modal dengan Nilai Perusahaan ... 51

3.5.5 Hubungan Kinerja Keuangan dengan Nilai Perusahaan ... 52

3.6 Definisi Operasional Variabel ... 52

3.6.1 Variabel Dependen ... 52

3.6.2.5 Kinerja Keuangan... 55

3.7 Teknik Analisis Data ... 56

3.7.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 56

3.7.2 Analisis Berganda Model Panel Data ... 57

(7)

ix

3.8.3 Uji Parsial (Uji t) ... 65

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 67

4.1.1 PT. Astra Internasional Tbk (Persero) ... 67

4.1.2 PT. Astra Otoparts Tbk. (Perusahaan) ... 68

4.1.3 PT. Indo Kordsa Tbk (Persero) ... 69

4.1.4 PT. Goodyear Indonesia Tbk (Perusahaan) ... 70

4.1.5 PT. Gajah Tunggal Tbk (Perusahaan) ... 71

4.1.6 PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk (Perusahaan) ... 72

4.1.7 PT. Indospring Tbk (Perusahaan) ... 73

4.1.8 PT. Multi Prima Sejahtera Tbk (Perusahaan) ... 74

4.1.9 PT. Multistrada Arah Sarana Tbk (Perusahaan) ... 75

4.1.10 PT. Nipress Tbk (Perusahaan)... 75

4.1.11 PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk (Perusahaan)... 76

4.1.12 PT. Selamat Sempurna Tbk (Perusahaan) ... 77

4.2 Analisis Statistik Deskriptif ... 78

4.3 Analisis Regresi Model Panel Data... 79

4.3.1 Uji Chow ... 80

4.3.2 Uji Hausman ... 81

4.3.3 Interpretasi Model Regresi Berganda... 82

4.4 Hasil Pengujian Hipotesis ... 85

4.4.1 Koefisien Determinasi (R2) ... 85

4.4.2 Uji Statistik F (Uji Statistik Simultan) ... 86

4.4.3 Uji Statistik t (Uji Signifikansi Parsial) ... 87

4.5 Pembahasan ... 89

4.5.1 Pengaruh Semua Variabel X terhadap Y Secara Simultan ... 89

4.5.2 Pengaruh Suku Bunga Terhadap Nilai Perusahaan ... 91

4.5.3 Pengaruh Inflasi Terhadap Nilai Perusahaan ... 93

4.5.4 Pengaruh Kurs Terhadap Nilai Perusahaan... 95

4.5.5 Pengaruh Struktur Modal Terhadap Nilai Perusahaan ... 96

4.5.6 Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan ... 98

(8)

x

5.2 Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA

(9)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Data suku bunga, inflasi, kurs, striktur modal dan kinerja keuangan di BEI

Tahun 2011-2013 ... 6

2.1 Penelitian Terdahulu ... 41

3.1 Sampel Penelitian ... 49

3.2 Definisi Operasional Variabel ... 56

3.3 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ... 64

4.1 Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 78

4.2 Hasil Analisis Pool Least Square ... 80

4.3 Uji Chow ... 81

4.4 Uji Hausman ... 82

4.5 Hasil Uji Regresi Berganda Model Fixed Effect ... 83

4.6 Hasil Uji Determinasi (R2) ... 85

4.7 Hasil Perhitungan Uji Statistik F... 86

(10)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran ... 43

(11)
(12)
(13)

“Harga Kebaikan Manusia Adalah Diukur Menurut Apa Yang Telah Dilaksanakan/Diperbuatnya.”

(Ali Bin Abi Thalib)

“Learn From Yesterday, Live From Today And Hope For Tomorrow .”

(Albert Einstein)

“Manusia Itu Selalu Ingin Tempat Yang Khusus ! Bahkan Untuk Tinjanya.”

(Pidi Baiq, 1972-2098)

“Bukan Tuhan Yang Kau Cari , Tapi Jawaban, Mengapa Kau Bodoh Mencari Yang Sudah Bersamamu.”

(14)
(15)

Dengan Mengucapkan Puji Syukur Kehadirat Allah SWT Kupersembahkan Karyaku Ini Kepada:

Kedua Orang Tuaku

“ Ruslan Sentosa dan Lusiana Rahman” Yang Selalu Memberikan Dukungan, Motivasi Dan Berdoa Untuk Kesuksesanku,

Ketiga Saudari dan Saudaraku yang Telah Memberikan Kasih Sayang, Perhatian dan Dukungan Untuk

Keberhasilanku,

Dosen Pembimbing dan Penguji yang Berjasa

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Muhammad Frananda Sentosa dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 6 Juni 1992, merupakan anak kedua dari empat (4) bersaudara pasangan Bapak Ruslan Sentosa dan Ibu Lusiana Rahman.

Penulis memulai jenjang pendidikan di TK Pembina Bandar Lampung selesai pada tahun 1998. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 2 Teladan Bandar Lampung pada tahun 2004. Kemudian, penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 4 Bandar Lampung yang selesai pada tahun 2007. Penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 4 Bandar Lampung dan selesai pada tahun 2010.

(17)

SANWACANA

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayat-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Implikasi Faktor Ekonomi Makro, Struktur Modal, dan Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Otomotif di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Administrasi Bisnis di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. H. Agus Hadiawan, M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. A. Efendi, M.M. selaku pembantu dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

3. Bapak Prof. Dr. Yulianto, M.S. selaku pembantu dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Pairul Syah, M.H. selaku pembantu dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

(18)

6. Ibu Mediya Destalia, S.A.B., M.A.B. selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah sabar dalam memberikan masukan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Bapak Deddy Aprilani, S.A.N, M.A. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan masukan serta arahan dalam penyusunan skripsi ini. 8. Seluruh dosen dan staf Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis (Ibu Merta) yang

tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuan, ilmu dan nasihatnya.

9. Kedua orang tua kandungku tercinta, Ibunda Lusiana Rahman, terimakasih telah melahirkan, membesarkan, dan memberikan kasih sayangnya, tak henti-hentinya doa aku panjatkan untuk ibu, juga Ayahanda Ruslan Sentoa terimakasih atas doa dan kasih sayangnya semoga kelak mampu membahagiakan keluarga.

10.Kakak kandungku tercinta Amalia Rusmaliana Sentosa, serta kedua adikku Apriani Oktaviana Sentosa dan M. Andika Sentosa yang selalu memberi doa, dukungan baik materil maupun moril selama ini, sehingga menjadi motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.Keluarga besarku, Nyai Way Halim, Kakek dan Nenek ku samping rumah, Ivi, Tito, Kak Noven.

(19)

13.Sahabat-sahabat Bujang sekaligus Clan CoC. Umen Beras, Ronok (Surono), Jupri (Kepin Beton), Rafi (Ir. Soekarno), Mawan (DOM), Danis, Adin (Gigolo Beriman), Niko (Ponari), Adi Jisung (T*L**G), Yayi (Yayilah), Damar (Croro Mumet), Heral (Heral), Vito (Cak) . Terimakasih atas segala kenangan semasa kuliah. Terimakasih karena tidak bosan-bosannya memberikan dukungan dan bantuannya selama ini. Semoga kita menjadi orang yang sukses dan bermanfaat untuk semua orang. Semoga persahabatan kita selalu ada di hati. Dan semoga Clan kita bisa level 10!!!

14.Sahabatku seru (!) nisambul, hotma, vivi, ivone, linda, damar, baya, ronok, vito, heral, jupri, danis, yayi, niko, rafi. Terimakasih atas bantuan dan motivasinya. Terimakasih atas segala cerita yang sudah kita ukir bersama semasa kuliah.

15.Niluh Maysaswitadewi. Terimakasih atas dukungan, bantuan dan kasih sayangnya. Semoga kita menjadi orang yang sukses dan bermanfaat bagi semua orang.

16.Nasi Goreng Cak Adi, Warung si Kembar Anda Andi beserta Aa’ nya, Angga Lenjeh, Tomi akbar, Oyopq

17.Rekan-rekan BPKAD Kota Bandar Lampung. Mbah Bejo, Nurhakim, Tommy, Bang Karim, Bang, Duty, Pak Edward, Mba Lena, Bang Sanda, Mba Dina, Bu Leni, Mimi, Teteh, Bu May dll.

(20)

19.Keluarga KKN Desa Sukamarga, Kecamatan Bengkunat Belimbing, Kabupaten Pesisir Barat, Ronok (lagi), Mas Yasin, Yudi Gundam, Zeva, Yunus, Yulius, Tika, Yunita, Wida. Terimakasih untuk 40 hari yang indah, penuh perjuangan, bermakna dan berharga.

20.Keluarga Besar Universitas Lampung yang telah membantu saya selama saya belajar di Universitas Lampung.

21.Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, terimakasih atas bantuannya.

Semoga Allah SWT berkenan memberikan imbalan pahala yang setimpal dan semoga ilmu yang telah penulis peroleh bermanfaat adanya, Amin.

Bandar Lampung, 1 Juli 2015 Penulis,

(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri otomotif merupakan salah satu jenis bisnis yang berkembang pesat di

Indonesia. Makin banyaknya kuantitas perusahaan otomotif merupakan salah satu

bukti, bahwa industri otomotif telah menarik banyak pihak. Hal ini didasari oleh

fakta bahwa kekuatan ekonomi Indonesia selama ini sesungguhnya ditopang oleh

sisi domestik kita yang memiliki daya beli tinggi dan untuk menghadapi

peningkatan permintaan masyarakat akan alat transportasi. Para pabrikan mobil di

Indonesia berlomba-lomba untuk meningkatkan produksi dan kualitas barang yang

dihasilkannya. Kemudian dengan terus bertambahnya jumlah kendaraan (mobil dan

motor) sebagai bukti dari meningkatnya angka penjualan kendaraan di Indonesia.

Memaksimalkan nilai perusahaan adalah tujuan utama dari `manajemen keuangan

yang dapat diwujudkan apabila perusahaan memiliki kinerja keuangan dan struktur

modal yang baik. Faktor ekonomi makro adalah faktor eksternal yang dapat

mempengaruhi kinerja keuangan, struktur modal dan nilai perusahaan. Tidak

stabilnya kondisi ekonomi makro akan berdampak buruk pada nilai perusahaan

secara umum. Rendahnya kinerja keuangan dan penentuan struktur modal yang

buruk yang tercermin dalam laporan keuangan membuat para investor mengurangi

(22)

permintaan saham akan mengakibatkan harga saham ikut turun dan hal ini

menunjukkan nilai perusahaan yang rendah.

Nilai perusahaan dapat diukur melalui Tobin’s Q. Dalam Tobin’s Q, nilai

perusahaan dinilai melalui perbandingan harga saham dengan total aset. Harga

saham menunjukan kinerja manajemen perusahaan serta penilaian sentral dari

seluruh pelaku pasar. Dengan memasukkan seluruh aset perusahaan berarti

perusahaan tidak hanya terfokus pada satu tipe investor saja yaitu investor dalam

bentuk saham namun juga untuk kreditur karena sumber pembiayaan operasional

perusahaan bukan hanya dari ekuitasnya saja tetapi juga dari pinjaman yang

diberikan oleh kreditur (Sukamulja, 2004 dalamHariani, 2012)

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi naik turunnya nilai perusahaan, salah

satunya faktor eksternal, kondisi ekonomi makro. Pergerakan faktor ekonomi

makro dapat digunakan untuk memprediksi pergerakan harga saham, tetapi setiap

peneliti menggunakan faktor ekonomi makro yang berbeda-beda karena belum ada

konsensus faktor ekonomi makro mana yang berpengaruh terhadap harga saham

(Wulandari, 2010 dalam Dwipartha, 2013). Di sini penulis akan menggunakan

(23)

Tingkat suku bunga yang tinggi tentu sangat memberatkan operasi perusahaan yang

ingin melakukan investasi baru, terutama bagi perusahaan yang memiliki rasio

pinjaman yang tinggi, karena terancam tidak mampu melunasi hutang-hutangnya,

sehingga berdampak pada jatuhnya nilai perusahaan. Suku bunga merupakan faktor

penting dalam perekonomian suatu negara karena suku bunga mampu

mempengaruhi perekonomian secara umum. Tingkat suku bunga mempunyai

pengaruh yang sangat kuat terhadap pasar modal (Herawati, 2002). Suku bunga BI

merupakan instrumen keuangan yang diterbitkan Bank Indonesia (BI) untuk

mengontrol peredaran uang di masyarakat dengan menggunakan acuan suku bunga

BI (Rismawati, 2010 dalam Widharta, 2013). Suku bunga BI merupakan tingkat

suku bunga yang ditetapkan oleh BI sebagai patokan bagi suku bunga pinjaman

maupun simpanan bagi bank dan atau lembaga-lembaga keuangan di seluruh

Indonesia. Suku bunga merupakan salah satu variabel yang dapat mempengaruhi

harga saham. Perubahan tingkat suku bunga selanjutnya akan mempengaruhi

keinginan seseorang untuk melakukan suatu investasi, karena secara umum

perubahan suku bunga BI dapat mempengaruhi suku bunga deposito dan suku

bunga kredit di masyarakat (Amin, 2012).

Selanjutnya inflasi, merupakan proses dari kenaikan harga-harga umum

barang-barang secara terus menerus (Nopirin, 2011). Laju inflasi yang tinggi akan

mendorong kenaikan harga bahan baku dan meningkatkan berbagai biaya operasi

perusahaan, menyebabkan harga jual barang meningkat dan menurunkan daya beli

masyarakat. Hal ini berdampak pada turunnya penjualan perusahaan, sehingga

keuntungan dan nilai perusahaan mengalami penurunan. Inflasi di Indonesia pada

(24)

dukung berdasarkan hasil survei oleh Bank Indonesia terhadap perkiraan ekonomi

tahunan yang meliputi pertumbuhan ekonomi, nilai tukar, pertumbuhan ekspor dan

impor, defisit PDB dan lain-lainnya. Namun pada tahun 2010 inflasi mengalami

penurunan (deflasi). Pada tahun 2011 kembali lagi inflasi mengalami penurunan

yaitu 3,79, yang biasa disebut down turn ( recassion ). Pada tahun 2012 angka

inflasi mengalami kenaikan sedikit yaitu 4,30 biasa disebut up turn. (slideshare,

2013)

Nilai tukar (kurs) tidak diragukan lagi adalah merupakan salah satu variabel

ekonomi makro yang memiliki peran sangat penting dalam perekonomian suatu

negara. Krisis sektor keuangan di Indonesia misalnya, yang dimulai pada bulan

agustus 1997 lalu dimana krisis ini ditandai dengan terjadinya krisis nilai tukar,

merupakan suatu fenomena yang dapat dijadikan contoh yang konkrit bagaimna

krisis pada sektor financial dapat menjadi pemicu krisis ekonomi. Sukirno (2012)

menyatakan kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukkan harga atau

nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Dapat

juga didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyak

rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing.

Di sisi lain faktor eksternal, kondisi faktor internal juga dapat mempengaruhi nilai

perusahaan. Faktor internal dalam mempengaruhi kemampuan perusahaan industri

otomotif dalam meningkatkan nilai perusahaan dapat dilihat dari kinerja

keuangannya. Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor yang

dipertimbangkan oleh para investor dalam berinvestasi. Kinerja keuangan

(25)

berdasarkan analisis terhadap rasio keuangan. Profitabilitas merupakan salah satu

ukuran kinerja keuangan yang sering digunakan. Bagi pemegang saham dan calon

investor, kinerja perusahaan akan dilihat dari segi profitabilitas karena kestabilan

harga saham sangat tergantung dengan tingkat keuntungan yang diperoleh dan

besar dividen yang dibagikan di masa depan. Hal ini mencerminkan nilai

perusahaan yang dipengaruhi oleh kinerja keuangan (Azwar dan Karuniyati, 2008).

Profitabilitas memfokuskan perusahaan untuk menghasilkan laba yang dapat diukur

dengan Return on Equity (ROE). ROE menggambarkan sejauh mana kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba yang dapat diperoleh pemegang saham. Rasio

ini dapat dihitung dengan membagi laba bersih dengan jumlah ekuitas perusahaan

(Widharta, 2013)

Selain kinerja perusahaan, struktur modal adalah faktor internal yang dapat

mempengaruhi nilai perusahaan. Riyanto (1995) menyatakan bahwa keputusan

pembelanjaan dalam suatu perusahaan dianggap benar apabila mampu

meningkatkan nilai perusahaan dan menurunkan biaya modal, demikian pula dalam

struktur modal suatu perusahaan. Struktur modal yang optimal ialah yang

memaksimalkan nilai perusahaan sekaligus juga meminimalkan biaya modal

rata-ratanya (Weston dan Brigham, 1986). Struktur modal adalah pembiayaan permanen

yang terdiri dari hutang jangka panjang dan modal pemegang saham (Weston dan

Copeland, 1991 dalam Nurhayati, 2009). Setiap keputusan pendanaan

mengharuskan manajer keuangan untuk dapat mempertimbangkan manfaat dan

biaya dari sumber-sumber dana yang akan dipilih. Struktur modal dalam penelitian

ini diukur menggunakan DER (debt to equity ratio) (Hanafi, Mamduh dan Abdul

(26)

Tabel 1.1. Rata-rata pertumbuhan tingkat suku bunga, laju inflasi, kurs, struktur modal, kinerja keuangan pada pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI tahun 2010 sampai 2012

Variabel 2010 2011 2012 2013

Suku Bunga BI (%) 6,500 6,583 5,605 7,5%

Inflasi (%) 5,1 5,4 4,30 8,4%

Kurs (US$) Rp. 9879,55 Rp. 9336,65 Rp.10.077,57 Rp.10.934,35

Struktur Modal 1,47 1,12 0,96 0,83

Kinerja Keuangan/ROE (%) 22,97 179,63 15,74 8,91

Sumber: www.bi.go.id, www.idx.co.id, ICMD 2010 sampai 2013 (data diolah).

Dalam tabel 1.1. Suku bunga BI mengalami kenaikan dari tahun 2010 sampai 2011

dari 6,500% menjadi 6,583% dan turun di tahun 2012 sebesar 5,605%, ditahun 2013

naik menjadi 7,5%. Untuk laju inflasi tahun 2010 cukup tinggi yakni sebesar 5,1%,

di tahun 2011 naik menjadi 5,4%, dan mengalami penurunan di tahun 2012 sebesar

4,30%, untuk tahun 2013 inflasi mengalami kenaikan menjadi 8,4%. Pun sama

untuk kurs tahun 2011 mengalami penurunan dibanding 2010 dari Rp. 9879,55

turun ke level Rp. 9336,65 dan kembali naik di tahun 2012 dan 2013 ke level Rp.

10.077,57 dan Rp.10934,35. Kinerja keuangan digambarkan dalam bentuk Return

on Equity (ROE) dan struktur modal digambarkan dalam bentuk Debt to Equity

Ratio (DER). Untuk ROE tahun 2011 mengalami peningkatan yang signifikan dari

22,97% menjadi 179,63%, turun 15,74% pada tahun 2012 dan kembali turun

menjadi 8,91% di tahun 2013. Sedangkan struktur modal mengalami penurunan

dari tahun 2010 sampai 2013 dari 1,47 turun menjadi 1,12, turun menjadi 0,96, dan

turun lagi menjadi 0,83.

Menurut penelitian Dwipartha (2013), faktor ekonomi makro berpengaruh positif

dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan sektor manufaktur, serta kinerja

(27)

manufaktur. Menurut Nurhayati (2009), struktur modal berpengaruh signifikan

terhadap nilai perusahaan, sehingga penentuan struktur modal perusahaan yang

baik dapat meningkatkan nilai perusahaan yang akan mempengaruhi tingkat

kepercayaan pasar terhadap prospek perusahan. Menurut Sari (2013), tingkat inflasi

dan tingkat suku bunga tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Menurut Dewi

dan Wirajaya (2013), struktur modal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

nilai perusahaan, profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai

perusahaan.

Dari data di atas terlihat bahwa kenaikan dan penurunan suku bunga BI, inflasi,

kurs, struktur modal, dan kinerja keuangan mengalami perubahan yang berbeda tiap

tahunnya, sedangkan dari hasil penelitian terdahulu diatas tentang pengaruh tingkat

suku bunga BI, inflasi, kurs, struktur modal, dan kinerja keuangan terhadap nilai

perusahaan cenderung berbeda antara peneliti satu dengan peneliti yang lainnya.

Dengan adanya permasalahan tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul :

“Implikasi Faktor Ekonomi Makro, Struktur Modal Dan Kinerja Keuangan

Terhadap Nilai Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(28)

1.2. Rumusan Masalah

Sesuai dengan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian iniadalah:

Secara parsial :

1. Apakah suku bunga berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan

otomotif yang terdaftar di BEI periode 2010-2013 ?

2. Apakah laju inflasi berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan

otomotif yang terdaftar di BEI periode 2010-2013 ?

3. Apakah kurs berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan otomotif

yang terdaftar di BEI periode 2010-2013 ?

4. Apakah struktur modal berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan

otomotif yang terdaftar di BEI periode 2010-2013 ?

5. Apakah kinerja keuangan berpengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI periode 2010-2013 ?

Secara simultan :

6. Apakah suku bunga, laju inflasi, kurs, struktur modal, dan kinerja

keuangan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI periode 2010-2013 ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah di uraikan di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh suku bunga BI terhadap nilai perusahaan

(29)

2. Untuk mengetahui pengaruh laju inflasi terhadap nilai perusahaan

otomotif yang terdaftar di BEI periode 2010-2013.

3. Untuk mengetahui pengaruh nilai tukar terhadap nilai perusahaan

otomotif yang terdaftar di BEI periode 2010-2013.

4. Untuk mengetahui pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan

otomotif yang terdaftar di BEI periode 2010-2013.

5. Untuk mengetahui pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan

otomotif yang terdaftar di BEI periode 2010-2013.

6. Untuk mengetahui pengaruh nilai tukar, laju inflasi, suku bunga BI,

struktur modal, dan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan otomotif

yang terdaftar di BEI periode 2010-2013.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi manajemen perusahaan

Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil

kebijakan menyangkut pendananaan perusahaan dan sebagai alat untuk

mengukur kemajuan perusahaan.

2. Bagi investor

Dapat digunakan untuk membantu dalam pengambilan keputusan

berinvestasi di pasar modal sebagai bahan evaluasi.

3. Bagi kalangan akademis

Sebagai bahan referensi yang dapat digunakan untuk melengkapi dan

menambah informasi pada penelitian-penelitianserupa pada masa yang

(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Trade-off Theory

Teori struktur modal MM mendapat tanggapan dan kritik dari berbagai pihak.

Kritik paling relevan adalah mengenai biaya kesulitan keuangan (financial

distress) akibat meningkatnya hutang. Perusahaan yang terus menambah hutang

akan membayar bunga yang semakin besar dan kemungkinan penurunan laba

bersih semakin besar. Hal ini dapat membawa perusahaan pada kondisi kesulitan

keuangan yang akibatnya dapat menimbulkan biaya kesulitan keuangan dan

berpotensi menuju kebangkrutan sehingga pada akhirnya menimbulkan biaya

kebangkrutan.

Kritik tersebut dikemukakan antara lain oleh Stiglitz (1969) dan Rubinstein

(1973) dalam Najmudin (2011) yang menyatakan bahwa investor tidak mungkin

meminjam dan meminjamkan dengan tingkat bunga yang sama. Jika perusahaan

akan bangkrut, maka akan membayar bunga lebih tinggi dan investor yang

menggunakan sekuritas hutang yang dikeluarkan perusahaan sebagai jaminan

harus membayar bunga lebih tinggi. Artinya kenaikan hutang untuk mencapai

(31)

penghematan pajak atas peningkatan hutang atau biaya kebangkrutan yang akan

terjadi.

Asumsi lain yang dikemukakan oleh MM adalah tidak adanya biaya kebangkrutan

(bankruptcy costs). Padahal dalam praktiknya, perusahaan yang berada dalam

kebangkrutan harus mengeluarkan biaya yang cukup besar, termasuk juga

ancaman kebangkrutan (threat of bankruptcy). Masalah-masalah yang terkait

dengan kebangkrutan lebih mungkin timbul apabila perusahaan memiliki banyak

hutang dalam struktur modalnya. Dengan demikian, biaya kebangkrutan dapat

menyebabkan perusahaan menahan diri dari penggunaan hutan yang berlebihan.

Pengaruh penghematan pajak dan biaya kebangkrutan yang timbul dari

penggunaan hutang mendorong pengembangan apa yang disebut sebagai trade off

theory of leverage. Teori trade-off menyatakan bahwa perusahaan berusaha

menyeimbangkan antara keuntungan dari berkurangnya pajak karena adanya

bunga hutang dengan biaya kesulitan keuangan karena proporsi hutang

(Najmudin, 2011).

2.1.2 Signaling Theory

Teori signaling menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik dengan

sengaja akan memberikan sinyal pada pasar, dengan demikian pasar diharapkan

dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk

(Hartono,2005).Agar sinyal tersebut baik maka harus dapat ditangkap pasar dan

dipresepsikan baik serta tidak mudah ditiru oleh perusahaan yang memliki

(32)

Perusahaan yang melakukan publikasi laporan keuangan auditanakan memberikan

informasi kepada pasar dan diharapkan pasar dapat merespon informasi sebagai

suatu sinyal yang baik atau buruk.Sinyal yang diberikan pasar kepada publik akan

mempengaruhi pasar sahamkhususnyaharga saham perusahaan.

Jika sinyal perusahaan menginformasikan kabar baik pada pasar, maka dapat

meningkatkan harga saham sebaliknya, jika sinyal perusahaan menginformasikan

kabar buruk maka harga saham perusahaan akan mengalami penurunan.

Dengan demikian, semakin panjang jangka waktu audit laporan keuangan

menyebabkan pergerakan harga saham tidak stabil, sehingga investor

mengartikannya sebagai audit delay karena perusahaan tidak segera

mempublikasikan laporan keuangan, yang kemudian berdampak pada penurunan

hargasahamperusahaannya.

2.1.3 Arbitrage Pricing Theory (APT)

Pembahasan tentang tingkat keuntungan sekuritas dapat dikelompokan dalam dua

teori yaitu Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan Arbitrage Pricing

Theory(APT) (Husnan, 2005). Capital Asset Pricing Model(CAPM)

menggambarkan hubungan tingkat return dan risiko secara sederhana dan hanya

menggunakan satu variabel (variabel beta) untuk menggambarkan risiko.

Sedangkan Arbitrage Pricing Theory(APT) menggunakan sekian banyak variabel

pengukur risiko untuk melihat hubungan return dan risiko atau dengan kata lain

APT tidak menjelaskan faktor-faktor apa yang mempengaruhi pricing(Tandelilin,

2001). Bower, Bower, dan Logue (1984 dalam Husnan, 2005) menyimpulkan

(33)

dengan CAPM, dan memberikan hasil yang lebih baik. Sampai saat ini banyak

penelitian yang menggunakan pendekatan APT, karena secararasional dan

jugateoritis bahwa perkembangan harga sangat dipengaruhi oleh permintaan dan

penawaran saham. Permintaan dan penawaran saham sangat dipengaruhi oleh

ekspektasi investor (Weston dan Copeland, 1995). Selanjutnya harapan

ataukeberanian seorang investor untuk menawar harga saham sangat ditentukan

olehkondisi pasar, kondisi ekonomi dannilai perusahaan itu sendiri (Sartono,

2001).

Arbitrage Pricing Theory(APT) adalah teori yang dirumuskan oleh Ross (1976

dalam Suad Husnan, 2005). APT pada dasarnya menggunakan pemikiran yang

menyatakan bahwa dua kesempatan investasi yang mempunyai karakteristik yang

identik sama tidaklah bisa dijual dengan harga yang berbeda. APT

mengasumsikan bahwa tingkat keuntungan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor

dalam perekonomian dan dalam industri.Korelasi diantara faktor keuntungan

sekuritas terjadi karena sekuritas-sekuritas tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor

yang sama (Husnan, 2005). Kondisi dalam perekonomian mencakup kondisi

dalam industri perusahaan, maupun industri keuangan. Hal ini didasarkan pada

pengertian industri sebagai suatu kegiatan usaha yang memiliki ciri yang sama.

Gehr (1975), Roll dan Ross (1980), Reinganum (1981), Chen (1983), serta

Dhrymes, Friend dan Guiltekin (1984) menyimpulkan bahwa paling sedikit ada

tiga atau empat faktor pokok yang sangat penting dalam pembahasan tingkat

pengembalian surat berharga (Weston dan Copeland, 1995). Hal ini sudah cukup

(34)

penelitian berdasarkan variabel atau faktor-faktor yang diduga mempengaruhi

sebuah sekuritas. Faktor-faktor itu dapat dilihat dari kinerja fundamental

perusahaan, kinerja saham di pasar, ataupun keadaan pasar dan perekonomian.

2.2 Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi akan

diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham. Semakin tinggi harga

saham semakin tinggi pula nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi

keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan

kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Kekayaan pemegang saham dan

perusahaan dipresentasikan oleh harga pasar dari saham yang merupakan

cerminan dari keputusan investasi, pendanaan (financing), dan manajemen asset.

Nilai perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya. Harga pasar dari saham

perusahaan yang terbentuk antara pembeli dan penjual disaat terjadi transaksi

disebut nilai pasar perusahaan, karena harga pasar saham dianggap cerminan dari

nilai aset perusahaan sesungguhnya. Nilai perusahaan yang dibentuk melalui

indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi.

Adanya peluang investasi dapat memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan

perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga dapat meningkatkan nilai

perusahaan. (Fama, 1978 dalam Susanti, 2010).

Jadi, tujuan perusahaan adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Yang

dimaksud dengan nilai perusahaan adalah kekayaan perusahaan yang

(35)

perusahaan, semakin besar kemakmuran yang akan diterima oleh pemilik

perusahaan. Nilai perusahaan dapat tercermin dari harga saham perusahaan.

2.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan

1. PER (Price Earning Ratio) PER yaitu rasio yang mengukur seberapa besar

perbandingan antara harga saham perusahaan dengan keuntungan yang

diperoleh para pemegang saham(Usman, 2001 dalam Bahagia, 2008).

Menurut Susanti (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi PER adalah :

a. Tingkat pertumbuhan laba

b. Dividend Payout Ratio

c. Tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemodal.

Menurut Basuki Yusuf, 2005 dalam (Bahagia, 2008), hubungan faktor-faktor

tersebut terhadap PER dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Semakin tinggi Pertumbuhan laba semakin tinggi PER nya, dengan kata lain

hubungan antara pertumbuhan laba dengan PER nya bersifat positif. Hal ini

dikarenakan bahwa prospek perusahaan dimasa yang akan datang dilihat

dari pertumbuhan laba, dengan laba perusahaan yang tinggi menunjukkan

kemampuan perusahaan dalam mengelola biaya yang dikeluarkan secara

efisien. Laba bersih yang tinggi menunjukkan earning per share yang tinggi,

yang berarti perusahaan mempunyai tingkat profitabilitas yang baik, dengan

tingkat profitabilitas yang tinggi dapat meningkatkan kepercayaan pemodal

untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut, sehingga saham-saham dari

(36)

tinggi akan memiliki PER yang tinggi pula, karena saham-saham akan lebih

diminati di bursa sehingga kecenderungan harganya meningkat lebih besar.

b. Semakin tinggi Dividend Payout Ratio (DPR), semakin tinggi PER nya.

DPR memiliki hubungan positif dengan PER, dimana DPR menentukan

besarnya dividen yang diterima oleh pemilik saham dan besarnya dividen ini

secara positif dapat mempengaruhi harga saham terutama pada pasar modal

didominasi yang mempunyai strategi mangejar dividen sebagai target utama,

maka semakin tinggi dividen semakin tinggi PER.

c. Semakin tinggi required rate of return (r) semakin rendah PER, r merupakan

tingkat keuntungan yang dianggap layak bagi investasi saham, atau disebut

juga sebagai tingkat keuntungan yang disyaratkan. Jika keuntungan yang

diperoleh dari investasi tersebut ternyata lebih kecil dari tingkat keuntungan

yang disyaratkan, berarti hal ini menunjukkan investasi tersebut kurang

menarik, sehingga dapat menyebabkan turunnya harga saham tersebut dan

sebaliknya. Dengan begitu r memiliki hubungan yang negatif dengan PER,

semakin tinggi tingkat keuntungan yang diisyaratkan semakin rendah nilai

PER nya.

PER adalah fungsi dari perubahan kemampuan laba yang diharapkan di masa

yang akan datang. Semakin besar PER, maka semakin besar pula kemungkinan

perusahaan untuk tumbuh sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.

2. PBV (Price Book Value)

Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen

(37)

(Brigham, 1999). Nilai buku per lembar saham sebagai rasio untuk

membandingkan harga pasar sebuah saham dengan nilai buku (book value)

sebenarnya (Arifin, 2002).Sementara Syamsudin (2007) menjelaskan bahwa

pengertian Price Book Value adalah rasio yang menggambarkan seberapa besar

pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Semakin tinggi PBV,

maka menunjukkan semakin besar kepercayaan pasar terhadap prospek

perusahaan tersebut. Untuk perusahaan yang berjalan baik, umumnya rasio ini

mencapai diatas satu, yang menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar

dari nilai bukunya (Jogiyanto, 2003). Rasio PBV dihitung dengan membagi

nilai pasar dari saham dibagi dengan nilai buku dari ekuitas saat ini.

2.2.2 Menentukan Nilai Perusahaan

Salah satu cara yang digunakan dalam menilai nilai perusahaan adalah dengan

menggunakan Tobin’s Q. Rasio ini dikembangkan oleh Profesor James Tobin

pada tahun 1967. Jika Tobin’s Q diatas satu, ini menunjukkan bahwa investasi

dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi daripada

pengeluaran investasi, hal ini akan merangsang investasi baru. Jika Tobin’s Q

dibawah satu, investasi dalam aktiva tidaklah menarik. Jadi Tobin’s Q merupakan

ukuran yang lebih teliti tentang seberapa efektif manajemen memanfaatkan

sumber-sumber daya ekonomis dalam kekuasaannya (Herawati, 2008).

Rasio ini dinilai bisa memberikan informasi paling baik, karena dalam Tobin’s Q

memasukkan semua unsur utang dan modal saham perusahaan, tidak hanya saham

(38)

aset perusahaan. Dengan memasukkan seluruh aset perusahaan berarti perusahaan

tidak hanya terfokus pada satu tipe investor saja yaitu investor dalam bentuk

saham namun juga untuk kreditur karena sumber pembiayaan operasional

perusahaan bukan hanya dari ekuitasnya saja tetapi juga dari pinjaman yang

diberikan oleh kreditur (Sukamulja, 2004 dalamHariani, 2012).

Jadi semakin besar nilai Tobin’s Q menunjukkan bahwa perusahaan memiliki

prospek pertumbuhan yang baik. Hal ini dapat terjadi karena semakin besar nilai

pasar aset perusahaan dibandingkan dengan nilai buku aset perusahaan maka

semakin besar kerelaan investor untuk mengeluarkan pengorbanan yang lebih

untuk memiliki perusahaan tersebut (Sukamulja, 2004 dalamHariani, 2012).

2.3 Ekonomi Makro

Perekonomian suatu negara pasti berdampak secara keseluruhan bagi masyarakat.

Secara langsung kestabilan perekonomian negara akan mempengaruhi kondisi

ekonomi secara makro serta mikro. Itulah sebab mengapa ekonomi makro sangat

penting dan selalu menjadi perhatian para pelaku ekonomi.Menurut Samuelson

dan Nordhaus (2001) ilmu makroekonomi merupakkan kajian mengenai perilaku

perekonomian secara keseluruhan. Ilmu ini mengamati kekuatan-kekuatan yang

mempengaruhi banyak perusahaan, konsumen, dan pekerja pada waktu yang

sama.Samuelson dan Nardhaus (2001) menyatakan terdapat dua tema yang

meliputi pemangatan dalam ilmu makroekonomi: (1) fluktuasi jangka pendek

dalam output, lapangan kerja, dan harga-harga yang kita debut dengan siklus

bisnis dan (2) trend-trend jangka panjang dalam output dan standar kehidupan

(39)

Jadi, ekonomi makro dapat digunakan untuk menganalisis cara terbaik

mempengaruhi target-target nilai perusahaan. Ekonomi makro, mengkajidan

mempelajari variabel-variabel ekonomi secara keseluruhan. Variabel-variabel

ekonomi makro yang berdampak atas nilai suatu perusahaan antara lain: suku

bunga BI, laju inflasi, dan nilai tukar mata uang suatu negara terhadap negara lain.

2.4 Suku Bunga BI

2.4.1 Pengertian Suku Bunga BI

Menurut Lipsey dkk (1997) suku bunga adalah harga yang harus dibayarkan

untuk meminjam uang selama periode waktu tertentu dan dinyatakan dalam

persentase uang yang dipinjam. Menurut Wardane (2003) dalam Fitriana (2011),

tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan uang (ditentukan

dalam pasar uang). Perubahan tingkat bunga selanjutnya akan mempengaruhi

keinginan untuk mengadakan investasi, misalnya pada surat berharga, dimana

harga dapat naik atau turun tergantung pada tingkat bunga (bila tingkat bunga naik

maka nilai surat berharga turun dan sebaliknya), sehingga ada kemungkinan

pemegang surat berharga akan menderita capital loss atau capital gain. Menurut

Bank Indonesia (2006) dalam (Fitriana, 2011) BI rate secara sederhana

merupakan indikasi suku bunga jangka pendek yang di inginkan oleh Bank

Indonesia dalam upaya mencapai target inflasi.

Jadi, suku bunga adalah salah satu faktor ekonomi makro yang berpengaruh

terhadap nilai perusahaan. Tingkat suku bunga yang tinggi tentu sangat

(40)

bagi perusahaan yang memiliki rasio pinjaman yang tinggi, karena terancam tidak

mampu melunasi hutang-hutangnya, sehingga berdampak pada jatuhnya nilai

perusahaan.

2.4.2 Dampak Suku Bunga BI

Menurut Darwawi (2006) tingkat suku bunga BI merupakan salah satu indikator

moneter yang mempunyai dampak dalam berbagai kegiatan perekonomian

sebagai berikut:

1. Tingkat suku bunga akan mempengaruhi keputusan melakukan investasi

yang pada akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan perekonomian.

2. Tingkat suku bungan juga akan mempengaruhi pengambilan keputusan

pemilik modal apakan akan berinvestasi pada real assets atau pada

financial assets.

3. Tingkat suku bunga mempengaruhi kelangsungan usaha terutama pada

bank dan lembaga keuangan lainnya.

4. Tingkat suku bunga akan mempengaruhi jumlah peredaran uang.

2.5 Inflasi

2.5.1 Pengertian Inflasi

Inflasi (inflation) adalah suatu gejala dimana tingkat harga umum mengalami

kenaikan secara terus menerus (Nanga, 2005). Menurut Samuelson (1992) dalam

Fitriana (2011) Inflasi merupakan variabel ekonomi makro yang dapat merugikan

suatu perusahaan. Pada dasarnya inflasi yang tinggi tidak disukai oleh pelaku

(41)

buruk terhadap harga dan pendapatan. Menurut Winardi (1995) inflasi adalah

suatu periode di mana kekuatan membeli kesatuan moneter turun. Inflasi dapat

timbul bila jumlah uang deposito dalam peradaran lebih banyak dibandingkan

dengan jumlah barang atau jasa yang ditawarkan.

Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus

menerus. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata

uang secara terus-menerus. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi

rendahnya tingkat harga artinya tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu

menunjukkan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikan harga

berlangsung secara terus menerus dan saling mempengaruhi. Indikator yang

sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen

(IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari

paket barang jasa yang dikonsumsi masyarakat.

Jadi, inflasi dapat berpengaruh langsung terhadap nilai perusahaan. Inflasi sendiri

mempunyai arti yaitu jumlah uang yang beredar di masyarakat lebih banyak

dibandingkan jumlah barang atau jasa yang ditawarkan. Inflasi yang besar dapat

mengakibatkan harga-harga menjadi naik, dan tentunya berdampak langsung

terhadap kelangsungan perusahaan.

2.5.2 Penggolongan Inflasi

Inflasi dibedakan menjadi dua, yaitu: inflasi Inti (Core Inflation), yaitu inflasi

yang disebabkan oleh gangguan dari sisi permintaan dan dapat dipengaruhi oleh

(42)

oleh gangguan dari sisi penawaran dan berada di luar kendali otoritas moneter

(Didik, 2000 dalam Fitriana, 2011).

Namun menurut Iskandar (2009) inflasi berdasarkan sebabnya meliputi; Demand

Full Inflation yaitu inflasi yang timbul karena adanya permintaan keseluruhan

yang tinggi di satu pihak, dipihak lain kondisi produksi telah mencapai

kesepakatan kerja penuh (full employment), akibatnya adalah sesuai dengan

hukum permintaan, bila permintaan naik sementara penawaran tetap maka harga

akan naik. Cost Push Inflation yaitu inflasi yang disebabkan turunnya produksi

karena naiknya biaya produksi (naiknya biaya produksi dapat terjadi karena tidak

efisiennya perusahaan, nilai kurs mata uang negara yang bersangkutan

jatuh/menurun, kenaikan bahan baku industri, adanya tuntutan kenaikan upah dari

serikat buruh yang kuat dan sebagainya).

Sedangkan inflasi berdasarkan asalnya meliputi; inflasi yang berasal dari dalam

negeri (domestic inflation) yaitu inflasi yang timbul karena terjadinya defisit

dalam pembiayaan dan belanja negara. Inflasi yang berasal dari luar negeri

(impoted inflation), karena negara-negara yang menjadi mitra dagang suatu negara

mengalami inflasi yang tinggi, dapat diketahui bahwa harga-harga barang dan

juga ongkos produktif relatif mahal, sehingga bila terpaksa negara lain harus

mengimpor barang tersebut maka harga jualnya didalam negeri tentu saja

(43)

2.5.3 Teori Inflasi

Menurut Iskandar (2009) teori yang membahas tentang inflasi, yaitu:

1. Teori Kuantitas

Teori ini dikenal dikenal teori kaum monetaris (monetaris models) yang

menekankan kepada peranan jumlah uang yang beredar dan harapan ekspektasi

masyarakat mengenai kenaikan harga terhadap timbuknya inflasi.

2. Teori Keynes

Teori ini menyatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat hidup di luar

batas kemampuan ekonominya.

3. Teori Struktural

Teori ini mngatakan bahwa inflasi bukan semata-mata dikarenakan faktor

moneter, tetapi juga oleh fenomena struktural. Hal ini terjadi umumnya di

negara-negara sedang berkembang yang umumnya masih bercorak agrans

ataupun mengenai hal yang berhubungan dengan luar negeri, misalnya lerm of

fraoe, utang luar negeri dan kurs valuta asing dapat menimbulkan fluktuasi

harga di pasar domestik.

2.5.4 Dampak Inflasi

Menurut Iskandar (2009) ada beberapa dampak baik negatif maupun positif dari

inflasi sebagai berikut:

1. Dampak positif dari inflasi:

Bagi pengusaha barang-barang mewah (High End) yang mana barangnya

(44)

Masyarakat akan semakin selektif dalam mengonsumsi, produksi akan

diusahakan seefisien dan konsumtifisme dapat ditekan.

Tingkat pengangguran cenderung akan menurun karena masyarakat akan

bergerak untuk melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau

membuka usaha.

2. Dampak negatif dari inflasi:

Bila inflasi berkepanjangan maka produsen banyak yang bangkrut karen

produknya relatif akan semakin mahal sehingga tidak ada yang mampu

membeli.

Kerugian akan dialami para kreditur, bila bunga pinjaman yang diberikan

lebih rendah dari inflasi.

Inflasi bisa menyebabkan kenaikan produksi. Biasanya dalam keadaan

inflasi kenaikan harga barang akan mendahului kenaikan gaji.

2.6. Nilai Tukar/Kurs

2.6.1. Pengertian Nilai Tukar/Kurs

Menurut Salvatore (1997) dalam Fitriana (2009) Nilai tukar adalah harga suatu

mata uang terhadap mata uang lainnya atau nilai dari suatu mata uang terhadap

nilai mata uang lainnya. Perdagangan terbuka perlu kesepakatan mengenai harga

suatu produk yang disesuaikan dengan mata uang masing-masing negara.Istilah

nilai tukar mata uang ini disebut kurs. Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing

menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai

(45)

yang dibutuhkan, yaitu banyak rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu

unit mata uang asing (Sukirno, 2008).

Jadi, nilai tukar merupakan faktor eksternal yang juga dapat mempengaruhi nilai

perusahaan. Nilai tukar/kurs dapat diartikan sebagai nilai mata uang suatu negara

terhadap mata uang negara lain. Bagi perusahaan dimana kondisi mata uang

dalam negeri melemah terhadap mata uang asing akanmenjadi dampak yang

negatif. Beban operasional maupun beban produksi otomatis meningkat seiring

pelemahan nilai mata uang dalam negeri. Hal ini akan berpengaruh langsung

terhadap nilai perusahaan.

2.6.2 Sistem Kurs

Menurut Kelana (1994) pada umumnya ada dua sistem kurs yang berlaku yaitu

kurs tetap (fixed exchange rate) dan kurs fleksibel (floating exchange rate).

1. Kurs Tetap. Pada sistem kurs tetap, bank sentral menetapkan harga valuta

asing (valas) dan tetap bersedia membeli dan menjual valas pada harga ini.

Jika sekarang terjadi perubahan permintaan pada salah satu mata uang, maka

pemerintah (dalam hal ini bank sentral) akan langsung melakukan intervensi

dengan cara menambahkan penawaran dari mata uang yang permintaan

meningkat sehingga keseimbangan dapat tetap terpelihara. Perubahan nilai

tukar ini dikatakan sebagai devaluasi (jika nilai suatu mata uang resmi

diturunkan) atau revaluasi (jika nilai tukar suatu mata uang resmi dinaikkan).

2. Kurs Fleksibel. Berbeda dengan jenis kurs sebelumnya.Kurs fleksibel

(46)

proses tawar menawar valuta dan bukan ditentukan secara resmi oleh

pemerintah.

Menurut Oktaria (2011) dalam Dewi (2014) berdasarkan sistem moneter

internasional, terdapat tiga macam sistem dalam penetapan kurs valuta asing yaitu

sebagai berikut:

1. Fixed exchange rate system, merupakan sistem kurs tetap atau sering

disebut kurs berdasarkan sistem Bretton Woods yang beroperasi atas dasar

standar pertukaran emas.

2. Floating exchange rate system, sistem kurs yang mengambang yang

ditetapkan melalui mekanisme kekuatan permintaan dan penawaran pada

bursa valuta asing. Ada dua bentuk sistem kurs mengambang yaitu (1)

pertama kurs variabel murni dimana penentuan kurs terjadi melalui

kekuatan permintaan dan penawaran valuta asing di pasar tanpa intervensi

pemerintah. (2) kedua adalah sistem kurs mengambang terkendali.

Perbedaan dengan kurs variabel murni adalah sistem kurs terkendali

dipengaruhi oleh intervensi pemerintah melalui kebijakan moneter,

kebijakan fiskal, dan perdagangan luar negeri.

3. Pegged exchange rate system, adalah sistem nilai tukar yang menetapkan

dengan mengaitkan mata uang asing suatu negara dengan nilai tukar satu

(47)

2.6.3 Deflasi dan Revalusai Dalam Kurs

Menurut Hamdy (2008) kurs mata uang suatu negara dapat mengalami deflasi dan

revaluasi. Deflasi adalah naiknya nilai tukar mata uang negara lain apabila

dipertukarkan dengan mata uang domestik, atau dapat di definisikan sebagai

tindakan pemerintah untuk menurunkan nilai mata uang asing terhadap nilai mata

uang domestik uang bertujuan untuk:

1. Mendorong ekspor dan mengurangi impor

2. Mendorong penggunaan produk dalam negeri.

3. BOP yang equilibrium, diharapkan kurs valas dapat menjadi relatif stabil.

Revaluasi adalah turunnya nilai mata uang negara lain apabila dipertukarkan

dengan mata uang domestik. Dapat diartikan nilai mata uang domestik meguat

terhadap nilai mata uang asing.Revaluasi diartikan sebagai suatu tindakan

pemerintah untuk meningkatkan mata uang domestik terhadap mata uang asing

yang dilakukan karena perekonomian sudah mencukupi atau mendekati full

employedatau kecenderungan terjadi inflasi. Kebijakan ini dalam jangka pendek

bertujuan untuk mengurangi agregrat demand dan inflasi (Hamdy, 2008).

2.7 Struktur Modal

2.7.1 Pengertian Struktur Modal

Struktur modal merupakan salah satu keputusan keuangan yang kompleks karena

berhubungan dengan variabel keputusan keuangan lainnya (Nurhayati, 2009).

Untuk mencapai tujuan perusahaan dalam memaksimalkan kekayaan pemilik,

manajer keuangan harus dapat menilai struktur modal perusahaan dan memahami

(48)

modal perusahaan yang buruk dapat menimbulkan biaya modal yang tinggi,

sehingga menurunkan NBS (Nilai Bersih Sekarang) proyek yang akhirnya hanya

dapat menerima sedikit proyek. Keputusan keuangan yang efektif dapat

merendahkan biaya modal, menghasilkan NBS yang tinggi, dapat menerima lebih

banyak proyek, yang akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan (Sundjaja,

Ridwan S, 2003).

Kebijakan mengenai struktur modal melibatkan kombinasi (trade off) antara risiko

dan hasil pengembalian yang diharapkan. Apabila terjadi keseimbangan antara

risiko dan hasil pengembalian dalam struktur modal, maka struktur modal

perusahaan tersebut dikatakan dalam keadaan optimal.

Hal ini seperti dikatakan Van Horne (1998) dalam Nurhayati (2009) bahwa:

“Berkenaan dengan pemilihan struktur modal, tujuannya adalah untuk

mencapai suatu keseimbangan dalam resiko dengan hasil pengembalian

yang diharapkan, yang akan memaksimalkan harga sham perusahaan”,

Jadi, struktur modal merupakan kemampuan perusahaan dalam menjamin utang

perusahaan dengan modal yang dikeluarkan. Kemampuan struktur modal

perusahaan yang baik dengan tingkat risiko yang rendah tentu akan menjamin

kelangsungan perusahaan. Dengan demikian dapat dikatakan struktur modal yang

optimal akan meningkatkan nilai perusahaan yang merupakan tujuan dari setiap

(49)

2.7.2 Jenis-Jenis Modal

Terminologi modal, menunjukkan modal jangka panjang pada suatu perusahaan.

Modal jangka panjang meliputi semua komponen sisi pasiva pada neraca

perusahaan kecuali hutang lancar. Modal terdiri dari modal hutang dan modal

(sendiri) ekuitas. Husnan (1998) menyatakan bahwa karakteristik tiap-tiap

komponen permodalan adalah:

1. Modal Sendiri

Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan, dimana

jangka waktunya tidak terbatas. Sumber modal sendiri dapat berasal dari dalam

perusahaan yang berbentuk laba ditahan dan cadangan penyusutan aktiva.

Sumber dana modal sendiri perusahan yang berasal dari dalamperusahaan

adalah sebagai berikut:

a. Laba ditahan

Adalah bentuk laba yang didapat dari penyisihan deviden bagi pemegang

saham, dimana tidak semua deviden dibagikan oleh pemegang saham. Laba

ditahan disediakan sebagai sumber penambahan modal untuk membiayai

operasi perusahaan.

b. Cadangan penyusutan aktiva

Penyusutan dimaksudkan sebagai cadangan dan digunakan untuk membiayai

perusahaan, misalnya untuk membeli barang-barang modal baru, bila barang

modal lama tidak digunakan lagi.

Sedangkan sumber dana modal sendiri yang berasal dari luar perusahaan adalah

(50)

a. Saham biasa (common stock)

Saham yang menunjukkan bukti kepemilikan yang diterbitkan oleh

perusahaan.

b. Saham preferen (prefen stock)

Kombinasi antara bentuk hutang dana modal sendiri. Pemegang saham

preferen berhak atas deviden yang tetap bersamanya, berapapun keuntungan

yang dihasilkan oleh prusahaan. Karena sifat ini (yaitu memberikan beban

financial tetap), saham preferen juga diklasifikasikan sebagai bentuk hutang.

Tiap-tiap perusahaan harus memiliki sejumlah minimum modal yang

diperlukan untuk menjamin kelangsungan hidupnya.

2. Hutang atau Modal Asing

Menurut Riyanto (1995) dalam Nurhayati (2009) modal asing adalah modal

yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam

perusahaan yang bersangkutan, Modal tersebut merupakan hutang yang pada

saatnya harus dibayar kembali. Berdasarkan dimensi waktu, Riyanto membagi

modal asingmenjadi 3, yaitu:

a. Hutang jangka pendek (short-term debt)

Adalah jenis hutang dengan jangka waktu pengembalian kurang dari satu

tahun. Hutang ini terdiri dari:

1. Kredit rekening koran

Kredit rekening koran adalah kredit yang diberikan kepada perusahaan

dengan batas tertentu, dimana perusahaan tidak mengambil sekaligus

melainkan hanya sebagian-sebagian sesuai dengan kebutuhan dan bunga

(51)

2. Kredit dari penjual

Penjualan produk dilakukan secara kredit.

3. Kredit dari pembeli

Kredit yang diberikan perusahaan sebagai pembeli, pemasok dari barang

mentah atau lainnya. Pembeli membayar harga yang dibelinya terlebih

dahulu dan setelah beberapa waktu barulah pembeli menerima barang

yang dibelinya.

4. Kredit wesel

Kredit ini terjadi bila perusahaan mengeluarkan surat pengakuan hutang

yang berisi kesanggupan untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada

pihak tertentu dan setelah ditandatangani surat tersebut dapat dijual atau

diuangkan pada bank.

b. Hutang jangka menengah (middle-term debt)

Hutang jangka menengah adalah jenis hutang yang harus dibayar kembali

dalam jangka waktu 3-10 tahun. Jenis hutang ini digunakan untuk memenuhi

kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi dengan kredit jangka pendek maupun

kredit jangka panjang. Hutang jangka menengah terdiri dari:

1. Term loan

Term loan merupakan kredit usaha dengan umur lebih dari 1 tahun tetapi

kurang dari 10 tahun yang diberikan oleh bank lembaga, perusahaan

asuransi, dan suppliers. Pembayaran kembali dilakukan dengan angsuran

(52)

2. Leasing

Leasing merupakan persetujuan atas kontrak dimana pemilik dari aktiva

menginginkan pihak lain untuk menggunakan jasa dari aktiva tersebut

selama periode tertentu. Leasing terbagi menjadi 3 macam, yaitu:

a. Sale and lease back

b. Service leasing

c. Financial lease

c. Hutang jangka panjang (long-term debt)

Hutang jangka panjang merupakan hutang yang jangka waktu

pengembaliannya lebih dari 10 tahun. Hutang ini biasanya digunakan oleh

perusahaan apabila ingin mengadakan perluasan atau moderenisasi

perusahaan. Jenis hutang jangka panjang terdiri dari:

1. Obligasi

Surat tanda hutang dan umumnya tidak dijamin.

2. Pinjaman hipotik (mortgage)

Merupakan pinjaman jangka panjang dimana kreditur diberi hak berupa

hipotik terhadap barang tak bergerak. Bila debitur tidak dapat memenuhi

kewajibannya maka barang tersebut dapat dijual dan hasilnya digunakan

untuk menutupi tagihannya.

3. Kredit investasi

Jenis pendanaan yang disediakan oleh perbankan dan masih banyak

(53)

2.7.3 Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal

Brigham dan Houston (2002), menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi keputusan-keputusan struktur modal perusahaan adalah:

a. Tingkat pertumbuhan

Jika hal-hal lain dianggap sama, perusahaan yang tumbuh dengan cepat harus

lebih banyak mengendalikan diri pada model eksternal. Lebih jauh, biaya emisi

yang terkait dalam penjualan saham biasa melebihi biaya yang akan terjadi

ketika menjual utang, yang selanjutnya mendorong perusahaan yang tumbuh

dengan pesat untuk lebih mengendalikan diri pada utang. Namun pada waktu

yang sama, perusahaan-perusahaan ini sering kali menghadapi ketidakpastian

yang lebih besar, yang cenderung mengurangi keinginan mereka untuk

menggunakan utang.

b. Stabilitas penjualan

Sebuah perusahaan yang penjualannya relatif stabil dapat dengan aman

mengambil lebih banyak utang dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi

daripada perusahaan dengan penjualan yang tidak stabil.

c. Struktur aktiva

Perusahaan yang aktivanyacocok sebagai jaminan atas pinjaman cenderung

lebih banyak menggunakan utang. Aktiva untuk tujuan umum yang dapat

digunakan oleh banyak bisnis dapat menjadi jaminan yang baik, dan sebaliknya

pada aktiva untuk tujuan khusus.

d. Sikap manajemen

Sikap manajemen yang berpengaruh terhadap pemilihan pembiayaan

(54)

e. Sikap pemberi pinjaman dan agen pemberi peringkat

Tanpa memperhatkan sikap manajemen, sikap para pemberi pinjaman

mempengaruhi struktur modal perusahaan. Perusahaan akan membicarakan

struktur modalnya dengan segala nasihat dari pemberi pinjaman. Tetapi jika

perusahaan menggunakan pembiayaan eksternal yang melebihi standar

industrinya, pemberi pinjaman mungkin tidak akan memberikan tambahan

pinjaman.

f. Leverage operasi

Jika hal-hal yang lain dianggap sama, perusahaan dengan leverage operasi yang

lebih sedikit memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menerapkan leverage

keuangan karena perusahaan tersebut akan memiliki risiko bisnis yang lebih

kecil.

g. Profitabilitas

Perusahaan yang memiliki tingkat pengembalian atas investasi yang sangat

tinggi menggunakan utang yang relatif sedikit.

h. Pajak

Bunga adalah beban yang dapat menjadi pengurang pajak, dan pengurang pajak

adalah hal yang sangat berharga bagi perusahaan dengan tarif pajak yang

tinggi. Oleh karena itu, semakin tinggi tarif pajak sebuah perusahaan, semakin

besar manfaat yang diperoleh dari hutang.

i. Pengendalian

Dampak utang versus saham pada posisi pengendalian manajemen dapat

mempengaruhi struktur modal. Pertimbangan pengendalian dapat mengarah

(55)

dapat melindungi manajemen akan bervariasi dari situasi yang satu ke situasi

yang lainnya.

j. Kondisi pasar

Kondisi dari pasar saham dan obligasi yang mengalami perubahan dalam baik

jangka panjang maupun jangka pendek dapat memberikan arti yang penting

pada struktur modal sebuah perusahaan yang optimal.

k. Fleksibilitas keuangan

Tujuan menjaga fleksibilitas keuangan, yang dilihat dari sudut pandang

operasional adalah menjaga kapasitas pinjaman cadangan yang memadai.

Menentukan kapasitas pinjaman cadangan yang memadai adalah suatu hal yang

bersifat pertimbangan, tetapi jelas akan tergantung pada faktor-faktor berikut,

yaitu peramalan perusahaan akan kebutuhan dana, memprediksikan kondisi

pasar modal, keyakinan manajemen atas peramalannya, dan konsekuensi dari

kekurangan modal.

2.7.4 Metode Pemilihan Struktur Modal

Pemilihan struktur modal yang tepat dipengaruhi oleh faktor-faktor keuangan

maupun faktor manajeman. Pemilihan struktur modal berdasarkan pertimbangan

manajemen adalah bersifat subyektif dan sulit diukur karena masing-masing

perusahaan memiliki pertimbangan sendiri. Pemilihan struktur modal berdasarkan

pertimbangan keuangan dapat digunakan untuk melihat apakah struktur modal

suatu perusahaan sudah baik atau belum karena berdasarkan analisis keuangan

akan dapat dilihat pengaruh struktur modal terhadap fluktuasi laba dan biaya

(56)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan struktur modal adalah dampaknya

terhadap nilai perusahaan. Struktur modal yang baik tercrmin dari biaya modal

yang rendah (minimum) dan nilai perusahaan yang tinggi (maksimum), karena hal

tersebut menandai risiko dan hasil pengembalian yang diharapkan perusahaan.

2.8 Kinerja Keuangan

2.8.1 Pengertian Kinerja Keuangan

Kinerja Keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur

keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba (Sucipto, 2003 dalam

Anggraeni, 2009). Untuk mengetahui pencapaian kinerja perusahaan itu

diperlukannya sebuah pengukuran sebagai salah satu upaya untuk mengetahui

sejauh mana keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi mencapai tujuan yang

telah ditetapkan.

Jadi, kinerja keuangan merupakan faktor internal perusahaan yang sangat

berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan

menggambarkan bagaimana kondisi perusahaan di masa itu. Bagi investor, kinerja

perusahaan akan dilihat dari segi profitabilitas karena kestabilan harga saham

sangat tergantung pada tingkat keuntungan yang diperoleh. Harga saham

merupakan refleksi pasar terhadap laba perusahaan. Nilai perusahaan dapat

tercermin dari harga saham perusahaan.

Kinerja keuangan mempunyai arti yang penting bagi pengambilan keputusan baik

bagi pihak intern maupun ekstern perusahaan. Laporan keungan merupakan alat

yang dijadikan acuan penilaian untuk meramalkan kondisi keuangan, operasi dan

(57)

(2007) ukuran kinerja meliputi rasio-rasio berikut :

a. Rasio Likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban jangka pendeknya atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban keuangannya pada saat ditagih.

b. Rasio Aktivitas mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan aset dengan

melihat tingkat aktivitas aset.

c. Rasio Solvabilitas mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan memenuhi

kewajiban-kewajiban jangka panjangnya.

d. Rasio Profitabilitas mengukur seberapa kemampuan perusahaan menghasilkan

laba (Profit).

e. Rasio Pasar mengukur perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai

pasar.

2.8.2 Rasio Keuangan

Rasio Keuangan sebagai pengukuran kinerja keuangan dalam laporan keuangan

perusahaan dapat digunakan sebagai salah satu dasar untuk memprediksi laba

bersih dan deviden pada masa yang akan datang. Cara yang digunakan untuk

mendukung prediksi tersebut adalah dengan menganalisis laporan keuangan

perusahaan. Analisis tersebut mengombinasikan hubungan antara komponen

keuangan yang satu dengan komponen keuangan yang lain. Pada umumnya,

hubungan tersebut dilihat dari rasio antara komponen-komponen keuangan yang

satu dengan yang lain. Dalam konteks manajemen keuangan, analisis tersebut

dikenal dengan analisis rasio keuangan. Analisis rasio ini berguna untuk

Gambar

Tabel 1.1. Rata-rata pertumbuhan tingkat suku bunga, laju inflasi, kurs, struktur modal, kinerja keuangan pada pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI tahun 2010 sampai 2012
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.2. Model Konsep
+2

Referensi

Dokumen terkait

Secara kesimpulan, penyucian lembu bertitik tolak daripada prinsip ahimsa yang kemudiannya digunakan sebagai asas dalam menolak ritual korban dan penyembelihan lembu

Dampak dari pernikahan usia dini yang terjadi di Desa Melati II Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai tersebut terjadi pada beberapa pasangan suami

Diperolehhasil penelitian bahwa siswa yang memiliki kemampuan pemahaman konsep kategori baik memiliki frekuensi terbanyak yaitu 12 siswa (43%).Persentase rata-rata kemunculan

4. Te{adi peningkatan kesadaran gender secara berangsur-angsur pada kaum laki-laki maupun petempuan yang memberi suasana kondusif bagi perempuan untuk dapat betkiptah

Biasanya praktikan yang telah mengikuti ujian praktikum ingin mengetahui nilai ujian mereka, berdasarkan hal ini penulis ingin membuat suatu aplikasi pengecekan nilai ujian

Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya pada Biro- Biro dan Pusat-Pusat di Sekretariat Jenderal Kecuali Pusat K3 Kementerian Tenaga Kerja dan

Untuk itu penulis membuat sebuah program aplikasi Permainan kata permenit yang dapat menguji kemampuan seseorang dalam menuliskan kata-kata untuk membentuk suatu kalimat selama 1

If we wanted every tmux session to start in the same default folder, or automatically open a split window, we could bake that right in to our default configuration, simply by using