• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Fasilitas Publik Di Kabupaten Karo Di Era Otonomi Daerah (Sektor Pendidikan Dasar 9 Tahun)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Fasilitas Publik Di Kabupaten Karo Di Era Otonomi Daerah (Sektor Pendidikan Dasar 9 Tahun)"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP FASILITAS PUBLIK DI KABUPATEN KARO DI ERA OTONOMI DAERAH

(SEKTOR PENDIDIKAN DASAR 9 TAHUN)

OLEH

PEBRIANI KRISTINA SEMBIRING 080501116

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAK

ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP FASILITAS PUBLIK DI KABUPATEN KARO DI ERA OTONOMI DAERAH

(SEKTOR PENDIDIKAN DASAR 9 TAHUN)

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi masyarakat terhadap fasilitas publik yang tersedia di Kabupaten Karo (sebelum dan sesudah otonomi daerah dilaksanakan) yang terdiri dari: biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk fasilitas pendidikan sebelum dan setelah otonomi daerah dilaksanakan, kondisi fisik fasilitas pendidikan sebelum dan setelah otonomi daerah dilaksanakan, kondisi fisik fasilitas pendidikan sebelum dan setelah otonomi daerah dilaksanakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana persepsi masyarakat terhadap fasilitas publik yang tersedia di Kabupaten Karo (sebelum dan sesudah otonomi daerah dilaksanakan).

Pengumpulan data primer dilakukan melalui kuesioner yang disebarkan kepada masyarakat Kabupaten Karo yang berumur ±35 tahun, wawancara dengan masyarakat, dan mengamati atau observasi keadaan fasilitas pendidikan secara langsung, dan pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil data yang dipublikasikan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara dan Biro Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karo. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriftif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah otonomi daerah dilaksanakan pengeluaran masyarakat untuk mendapatkan fasilitas pendidikan semakin menurun, kondisi fisik fasilitas pendidikan semakin membaik, dan tenaga pendidik semakin disiplin dan professional dalam mengajar.

(3)

ABSTRACT

ANALYSIS OF PUBLIC PERCEPTION OF PUBLIC FACILITIES AT KARO REGENCY

IN THE REGIONAL AUTONOMY( BASIC EDUCATION SECTOR 9 YEARS) Formulation of the problem in this study is how the public perception of the public facilities are available in the Karo district (before and after decentralization implemented) which consists of: the costs to society of education facilities before and after regional autonomy implemented, the physical condition of educational facilities before and after regional autonomy implemented, the physical condition of educational facilities before and after regional autonomy implemented. The purpose of this study is to investigate and analyze how people's perception of the public facilities are available in the Karo Regency (before and after decentralization implemented).

Primary data collection through questionnaires distributed to the Karo people aged ±35 years, interviews with people, and observing or observed directly the state of educational facilities, and secondary data collection is done by taking the data published by the Central Bureau of Statistics (BPS) North Sumatra and Central Bureau of Statistics (BPS) Karo. The analytical method used is descriptive method.

The results showed that after regional autonomy implemented public expenditure for education facilities decline, physical condition is getting better educational facilities, and educators more discipline and professionals in the teaching.

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yesus atas rahmat dan anugerah yang Ia berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana ekonomi Departemen Ekonomi Pembangunan pada Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini berjudul “Analisis Persepsi Masyarakat terhadap Fasilitas Pendidikan di Kabupaten Karo di Era Otonomi daerah (Sektor Pendidikan 9 tahun)”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah member bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Orang tua tercinta penulis, Ketket Sembiring dan Niar Br Tarigan, dan juga saudara penulis yang telah memberikan motivasi dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Aryo Pratomo SE, M.Ec., selaku Ketua Departemen S1 Ekonomi Pembangunan dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution SE, M.Si selaku Sekretaris Departemen S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

(5)

Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Drs. Murbanto Sinaga, MA selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan banyak masukan dan penjelasan dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak Kasyful Mahalli, SE, MSi. selaku dosen pembaca yang turut menyumbangkan saran dan pikiran kepada penulis.

7. Serta seluruh rekan – rekan seperjuangan di Departemen Ekonomi Pembangunan 2008 yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

Penulis sangat mengharapkan skripsi ini memberikan banyak manfaat bagi para pembaca. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis perlukan, sehingga untuk penulisan karya – karya ilmiah yang akan datang dapat menjadi lebih baik lagi.

Medan, 12 Juni 2012 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Otonomi Daerah ... 8

2.1.1. Pengertian Otonomi Daerah ... 8

2.2. Persepsi Masyarakat ... 11

2.2.1. Pengertian Persepsi Masyarakat ... 11

2.3. Teori Perkembangan Pengeluaran Pemerintah ... 12

2.3.1. Teori Rostow dan Musgrave ... 13

2.3.2. Hukum Wagner ... 14

2.3.3. Teori Peacok dan Wisema ... 14

2.4. Fasilitas Publik ... 14

2.4.1. Pengertian Fasilitas Publik ... 14

2.4.2. Teori Bowen ... 14

2.4.3. Teori Samuelson ... 16

2.4.4. Teori Pigou ... 17

2.5. Fasilitas Pendidikan ... 18

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian… ... 22

3.2 Ruang Lingkup Penelitian ... 22

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 22

3.4 Populasi dan Sampel ... 23

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 24

3.5.1. Instrumen Penelitian ... 24

3.6 Metode Analisis Data ... 27

3.6.1. Analisis Deskriptif ... 27

(7)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Kondisi Fasilitas Pendidikan Kabupaten Karo ... 29

4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 30

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 31

4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jawaban ... 31

4.5 Analisis Persepsi Masyarakat Kabupaten Karo tentang Fasilitas Pendidikan ... 32

4.5.1. Analisis persepsi masyarakat Kabupaten Karo tentang biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk fasilitas pendidikan sebelum otonomi daerah dilaksanakan ... 32

4.5.2. Analisis persepsi masyarakat Kabupaten Karo tentang biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk fasilitas pendidikan setelah otonomi daerah dilaksanakan ... 34

4.5.3. Analisis perbandingan persepsi masyarakat sebelum dan setelah otonomi daerah dilaksanakan ... 37

4.5.4. Analisis persepsi masyarakat Kabupaten Karo tentang kondisi fisik fasilitas pendidikan sebelum otonomi daerah dilaksanakan ... 37

4.5.5. Analisis persepsi masyarakat Kabupaten Karo tentang kondisi fisik fasilitas pendidikan setelah otonomi daerah dilaksanakan ... 40

4.5.6. Analisis perbandingan persepsi masyarakat sebelum dan setelah otonomi daerah dilaksanakan ... 43

4.5.7. Analisis persepsi masyarakat Kabupaten Karo tentang tenaga pendidik sebelum otonomi daerah dilaksanakan ... 44

4.5.8. Analisis persepsi masyarakat Kabupaten Karo tentang tenaga pendidik setelah otonomi daerah dilaksanakan ... 47

4.5.9. Analisis perbandingan persepsi masyarakat sebelum dan setelah otonomi daerah dilaksanakan ... 51

4.6 Hasil Pengujian Valididas dan Realibilitas ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 53

(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 PersentaseIndikator Pendidikan kabupaten Karo ... 4 1.2 Perkembangan Pengeluaran Pembangunan Kabupaten Karo

Tahun 1990-2010 ... 6 4.1 Data jumlah sekolah, ruangan, murid beserta guru yang tersedia

di Kabupaten Karo tahun 1997 – 2010 ... 29 4.2 Daftar Frekuensi berdasarkan Usia ... 30 4.3 Daftar Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan ... 31 4.4 Persentase Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Variabel

Biaya yang Harus Dikeluarkan Sebelum Otonomi Daerah... 32 4.5 Persentase Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Variabel

Biaya yang Harus Dikeluarkan Setelah Otonomi Daerah ... 34 4.6 Perbandingan persepsi masyarakat Sebelum dan Sesudah

Otonomi Daerah Dilaksanakan ... 37 4.7 Persentase Jawaban Responden Tentang Variabel Kondisi Fisik

Fasilitas Pendidikan Sebelum Otonomi Daerah Dilaksanakan ... 37 4.8 Persentase Jawaban Responden tentang kondisi fisik fasilitas

Pendidikan Setelah Otonomi Daerah Dilaksanakan ... 40 4.9 Perbandingan persepsi masyarakat sebelum dan sesudah otonomi

daerah dilaksanakan ... 43 4.10 Persentase Jawaban Responden tentang tenaga pendidik sebelum

otonomi daerah dilaksanakan ... 44 4.11 Persentase Jawaban Responden tentang tenaga pendidik setelah

otonomi daerah dilaksanakan ... 47 4.12 Perbandingan persepsi masyarakat sebelum dan sesudah otonomi

(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

1. Harga dan Jumlah Barang Publik ... 15 2. Penyediaan dan Pembiayaan Barang Publik yang Optimal oleh

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul

1. Kuesioner Penelitian

2. Jawaban Responden Mengenai Biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk fasilitas pendidikan sebelum otonomi daerah dilaksanakan

3. Jawaban Responden Mengenai Biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk fasilitas pendidikan Setelah otonomi daerah dilaksanakan

4. Jawaban Responden Mengenai Kondisi Fisik Sebelum Otonomi Daerah Dilaksanakan

5. Jawaban Responden Mengenai Kondisi Fisik Setelah Otonomi Daerah Dilaksanakan

6. Jawaban Responden Mengenai Tenaga Pendidik Sebelum Otonomi Daerah Dilaksanakan

(11)

ABSTRAK

ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP FASILITAS PUBLIK DI KABUPATEN KARO DI ERA OTONOMI DAERAH

(SEKTOR PENDIDIKAN DASAR 9 TAHUN)

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi masyarakat terhadap fasilitas publik yang tersedia di Kabupaten Karo (sebelum dan sesudah otonomi daerah dilaksanakan) yang terdiri dari: biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk fasilitas pendidikan sebelum dan setelah otonomi daerah dilaksanakan, kondisi fisik fasilitas pendidikan sebelum dan setelah otonomi daerah dilaksanakan, kondisi fisik fasilitas pendidikan sebelum dan setelah otonomi daerah dilaksanakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana persepsi masyarakat terhadap fasilitas publik yang tersedia di Kabupaten Karo (sebelum dan sesudah otonomi daerah dilaksanakan).

Pengumpulan data primer dilakukan melalui kuesioner yang disebarkan kepada masyarakat Kabupaten Karo yang berumur ±35 tahun, wawancara dengan masyarakat, dan mengamati atau observasi keadaan fasilitas pendidikan secara langsung, dan pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil data yang dipublikasikan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara dan Biro Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karo. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriftif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah otonomi daerah dilaksanakan pengeluaran masyarakat untuk mendapatkan fasilitas pendidikan semakin menurun, kondisi fisik fasilitas pendidikan semakin membaik, dan tenaga pendidik semakin disiplin dan professional dalam mengajar.

(12)

ABSTRACT

ANALYSIS OF PUBLIC PERCEPTION OF PUBLIC FACILITIES AT KARO REGENCY

IN THE REGIONAL AUTONOMY( BASIC EDUCATION SECTOR 9 YEARS) Formulation of the problem in this study is how the public perception of the public facilities are available in the Karo district (before and after decentralization implemented) which consists of: the costs to society of education facilities before and after regional autonomy implemented, the physical condition of educational facilities before and after regional autonomy implemented, the physical condition of educational facilities before and after regional autonomy implemented. The purpose of this study is to investigate and analyze how people's perception of the public facilities are available in the Karo Regency (before and after decentralization implemented).

Primary data collection through questionnaires distributed to the Karo people aged ±35 years, interviews with people, and observing or observed directly the state of educational facilities, and secondary data collection is done by taking the data published by the Central Bureau of Statistics (BPS) North Sumatra and Central Bureau of Statistics (BPS) Karo. The analytical method used is descriptive method.

The results showed that after regional autonomy implemented public expenditure for education facilities decline, physical condition is getting better educational facilities, and educators more discipline and professionals in the teaching.

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG

Kebijakan otonomi daerah mulai dilaksanakan secara penuh pada Januari 2001. Hal ini berdasarkan dikeluarkannya Undang – Undang No. 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah dan Undang – Undang No. 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan daerah dan pusat. Menurut Widjaya ( 2001 : 76 )

otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat, sesuai dengan peraturan perundang – undangan. Otonomi adalah penyerahan urusan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang bersifat operasional dalam rangka system birokrasi pemerintahan. Tujuan otonom adalah mencapai efesiensi dan efektifitas dalam pelayanan kepada masyarakat.

Hal ini berarti dengan adanya kebijakan otonomi daerah maka pemerintah daerah otonom dapat lebih cepat dalam merespon tuntutan masyarakat daerah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki untuk melakukan pembangunan di daerah mereka masing – masing. Karena kewenangan membuat kebijakan (peraturan daerah) sepenuhnya menjadi wewenang daerah otonom, maka dengan berlakunya otonomi daerah berarti tanggung jawab pemerintah daerah dalam melaksanakan pemerintahannya semakin besar, namun pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan akan dapat berjalan lebih cepat dan lebih berkualitas karena bagaimanapun pemerintah daerah lebih mengetahui potensi maupun permasalahan daerahnya.

(14)

sumber – sumber daya yang dimilikinya dianggap akan mampu dalam penyelenggaraan perekonomiannya. Keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah sangat tergantung pada kemampuan keuangan daerah, pengalokasian anggaran secara tepat, sumber daya manusia yang dimiliki daerah, serta kemampuan daerah untuk mengembangkan segenap potensi yang ada di daerah tersebut.

Dengan diberlakukannya otonomi daerah maka diharapkan kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut akan meningkat karena tujuan dari otonomi itu sendiri antara lain mengembangkan potensi daerah dalam berbagai bidang, meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, menumbuhkan kemandirian daerah dan meningkatkan daya saing dalam rangka mencapai pertumbuhan. Salah satu sektor publik yang perlu disediakan pemerintah daerah yaitu sektor pendidikan.

Pendidikan merupakan barang semi publik. Barang dan jasa jenis ini umumnya digunakan secara bersama-sama, namun sipengguna harus membayar dan mereka yang tidak dapat/mau membayar dapat dengan mudah dicegah dari kemungkinan menikmati barang tersebut. Semakin sulit atau mahal mencegah seseorang konsumen potensial dari pemanfaatannya semakin serupa barang tersebut dangan ciri barang publik. Pendidikan adalah salah satu faktor yang mendukung penciptaan sumber – sumber daya manusia yang unggul dan mampu bersaing dalam rangka pembangunan daerah maupun negara.

(15)

kabupaten dan daerah kota yang didesentralisasikan oleh pemerintah pusat. Dan pada pasal 31 ayat 4 dinyatakan bahwa negara memprioritaskan sekurang – kurangnya 20 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah”. Hal ini berarti bahwa pemerintah daerah dapat menetapkan besarnya biaya sektor pendidikan.

Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Pelayanan publik dapat berupa penyediaan fasilitas publik yang dapat dilihat dari perkembangan jumlah anggaran pengeluaran pembangunan pemerintah daerah. Pengeluaran pembangunan merupakan pengeluaran daerah yang digunakan untuk membangun proyek pemerintah yang berbentuk fisik dan non fisik seperti fasilitas publik. Tentunya dengan tersedianya fasilitas publik yang layak untuk dinikmati masyarakat akan semakin meningkatkan kepercayaan publik dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah maupun nasional. Menurut teori Pigou masyarakat akan turut serta atau bersedia membayar pajak (salah satu pendapatan terbesar daerah yang digunakan untuk melakukan pembangunan di daerah) yang seharusnya jika pemerintah mampu memberikan layanan atau fasilitas publik yang layak bagi masyarakat

(16)

untuk meningkatkan SDM tersebut adalah pendidikan karena pendidikan merupakan bagian penting dalam proses pembangunan nasional. Peningkatan pendidikan akan membuka peluang masyarakat dalam menghasilkan generasi yang memiliki SDM yang tinggi untuk membantu mengembangkan potensi yang dimiliki daerah tersebut.

Tabel 1.1

Persentase indikator pendidikan Kabupaten Karo

Uraian 2007 2008 2009 2010

Angka melek huruf

Laki – laki 99,07 99,07 98,46 98,69

Perempuan 96,35 96,35 97,68 98,69

Rata – rata lama sekolah

8,9 8,9 9,09 9,10

Angka partisipasi sekolah

7 – 12 98,2 98,28 99,36 99,14

13 – 15 95,31 96,01 92,62 97,28

16 - 18 69,5 69,14 79,39 70,46

Sumber : Karo Dalam Angka 2010

(17)

terlalu signifikan. Angka IPM Kabupaten Karo meningkat dari 73,5 pada tahun 2008 menjadi 74,84 persen, pada tahun 2009, dan meningkat menjadi 75,34 persen pada tahun 2010. Peningkatan jumlah pelajar setiap tahunnya seharusnya menjadi perhatian pemerintah untuk menyediakan lebih banyak fasilitas pendidikan agar semua pelajar bisa menikmati fasilitas tersebut tanpa terkecuali.

Anggaran pendidikan merupakan sumber dana bagi pengembangan pendidikan. Menurut UU Nomor 10 Tahun 2010

anggaran pendidikan adalah alokasi anggaran pada fungsi pendidikan yang dianggarkan melalui kementerian negara/lembaga, alokasi anggaran pendidikan melalui transfer ke daerah, dan alokasi anggaran pendidikan melalui pengeluaran pembiayaan, termasuk gaji pendidik, tetapi tidak termasuk anggaran pendidikan kedinasan, untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan yang menjadi tanggung jawab Pemerintah. Persentase anggaran pendidikan adalah perbandingan alokasi anggaran pendidikan terhadap total anggaran belanja negara.

(18)

Tabel 1.2 Perkembangan pengeluaran Pembangunan Kabupaten Karo tahun 1990 - 2010

Sumber : data BPS SUMUT

Dari tabel diatas bisa dilihat perkembangan pengeluaran untuk belanja pembangunan tiap tahun terus meningkat. Peningkatan belanja pembangunan diatas menimbulkan asumsi bahwa fasilitas publik khususnya fasilitas pendidikan yang tersedia setiap tahunnya juga semakin meningkat.

Berdasarkan uraian diatas, penulis mencoba menganalisa bagaimana persepsi masyarakat Karo terhadap fasilitas publik khususnya fasilitas pendidikan dasar yang tersedia dengan membandingkan sebelum dan sesudah otonomi daerah diberlakukan. Penulis menuangkannya dalam penulisan skripsi yang berjudul “ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP FASILITAS PUBLIK DI KABUPATEN KARO DI ERA OTONOMI DAERAH (SEKTOR PENDIDIKAN DASAR 9 TAHUN) “.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap fasilitas publik yang tersedia di Kabupaten Karo (sebelum dan sesudah otonomi daerah dilaksanakan).

Tahun Jumlah Tahun Jumlah

(19)

1.3. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat terhadap fasilitas publik yang tersedia di Kabupaten Karo (sebelum dan sesudah otonomi daerah dilaksanakan).

1.4. MANFAAT PENELITIAN

1. Sebagai bahan studi dan literatur bagi mahasiswa ataupun peneliti yang ingin melakukan penelitian sejenis selanjutnya.

(20)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1. Otonomi Daerah

2.1.1. Pengertian Otonomi Daerah

Otonomi daerah dapat diartikan sebagai kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut aspirasi masyarakat untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Wikipedia 2012). Otonomi daerah diberlakukan oleh Pemerintah Pusat pada tanggal 1 Januari 2001 dan menarik perhatian sejumlah golongan masyarakat yang mempertanyakan apakah mampu secara otomatis akan terjadi perubahan paradigma yang mendasar dan bersifat struktural. Karena permasalahannya sistem yang dilaksanakan diseluruh provinsi, kabupaten, dan kota di Indonesia adalah sistem sentralisasi atau pengontrolan dari pusat yang dominan di dalam perencanaan maupun implementasi pembangunan Indonesia ( Kuncoro dalam Mudrajad Kuncoro, 2004 ).

Menurut UU No. 32 Tahun 2004, prinsip otonomi daerah adalah sebagai berikut :

• Otonomi yang seluas – luasnya adalah daerah yang diberikan

(21)

daerahnya demi memberikan pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat.

• Otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk menangani urusan

pemerintah dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang dan kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh dan hidup serta berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah tersebut. • Otonomi yang bertanggung jawab adalah otonom yang dalam

penyelenggaraannya harus benar – benar sejalan dengan maksut pemberian otonom yang ada, yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang merupakan bagian utama tujuan nasional.

Menurut UU Nomor 32 tahun 2004 pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Disamping itu melalui otonomi luas, daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(22)

tanggung jawab dalam mengatur penerimaan dan pengeluaran maka desentralisasi tidak akan berjalan efektif. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia ( UU no. 32 pasal 1 ayat 7 tahun 2004 ).

Desentralisasi fiskal dapat juga diartikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban yang diberikan pusat kepada suatu daerah untuk mengurus perekonomian dan pemerintahan daerahnya sendiri dalam rangka meningkatkan kesejahteraan perekonomian daerah, demokrasi daerah, dan peningkatan pelayanan terhadap masyarakat sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Desentralisasi fiskal juga merupakan proses distribusi anggaran dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi kepada pemerintahan yang lebih rendah untuk mendukung fungsi atau tugas pemerintahan yang dilimpahkan.

(23)

2.2. Persepsi Masyarakat

2.2.1. Pengertian Persepsi Masyarakat

Persepsi diartikan sebagai pendapat, pandangan, atau gambaran seseorang atau kelompok manusia manusia terhadap sesuatu. Pengertian persepsi dari kamus psikologi adalah berasal dari bahasa Inggris, perception yang artinya : persepsi, penglihatan, tanggapan; adalah proses seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera - indera yang dimilikinya; atau pengetahuan lingkungan yang diperoleh melalui interpretasi data indera (Kartono dan Gulo, 1987:343). Persepsi adalah sebuah proses saat individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Perilaku individu seringkali didasarkan pada persepsi mereka tentang kenyataan, bukan pada kenyataan itu sendiri. Faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain harapan pengalaman masa lalu, dan keadaan psikologis yang mana menciptakan kumpulan perseptual (Wikipedia, 2012 )

Gibson dalam Suwarto (dalam Boedojo, 1986) mendefinisikan persepsi sebagai proses kognitif yang digunakan oleh seseorang untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya. Menurut Wirawan (1991 : 37) persepsi adalah proses pemahaman terhadap apa yang terjadi di lingkungan. Persepsi masyarakat adalah suatu proses dimana sekelompok manusia yang hidup dan tinggal bersama dalam wilayah tertentu dan memberikan penilaian, pemahaman atau tanggapan terhadap hal – hal atau peristiwa yang terjadi di lingkungannya.

(24)

(psychological reactance) dari Jack Bhrem dan teori disonansi kognitif dari Festinger (Bell et al, 1978:55) (dalam Boedojo, 1986). Dalam teori reaksi psikologik dikatakan bahwa manusia cenderung ingin mempunyai kebebasan untuk memilih atau menentukan sendiri alternatif-alternatifnya dalam berpikir, membuat keputusan, dan bertindak. Oleh karena itu, ia cenderung tidak mau terikat pada satu pola pikir, keputusan, atau tindakan tertentu. W. Mc Guire dalam Boedojo (1986 : 11) mendefinisikan sikap adalah respon manusia yang menempatkan objek yang dipikirkan (objects of thought) ke dalam suatu dimensi pertimbangan (dimension of judgements). Objek yang dipikirkan adalah segala sesuatu (benda, orang, hal, isu) yang bisa dinilai oleh manusia. Dimensi pertimbangan adalah semua skala positif - negatif seperti dari baik ke buruk, dari jelek ke bagus, dari haram ke halal, dari sah ke tidak sah, dan dari enak ke tidak enak.

(25)

2.3. Teori Perkembangan Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah terdiri dari pengeluaran pembangunan dan pengeluaran rutin. Pengeluaran pembangunan yaitu Pengeluaran pembangunan yaitu pengeluaran yang digunakan untuk membiayai pembangunan di bidang ekonomi, sosial dan umum dan yang bersifat menambah modal masyarakat dalam bentuk pembangunan baik prasarana fisik maupun non fisik yang dilaksanakan dalam periode tertentu sedangkan pengeluaran rutin yaitu Pengeluaran rutin yaitu pengeluaran yang digunakan untuk pemeliharaan dan penyelenggaraan pemerintah yang meliputi belanja pegawai, belanja barang, pembayaran bunga utang, subsidi dan pengeluaran rutin lainnya.

2.3.1. Teori Rostow dan Musgrave

(26)

2.3.2. Hukum Wagner

Menurut Wagner dalam suatu perekonomian semakin meningkat pendapatan per kapita suatu negara maka jumlah pengeluaran pemerintah pun akan semakin meningkat.

2.3.3. Teori Peacok dan Wiseman

Pemerintah senantiasa berusaha memperbesar pengeluaran namun disisi lain msyarakat tidak suka membayar pajak yang lebih besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah tersebut. Dalam keadaan normal kenaikan GNP menyebaabkan kenaikan pendapatan pemerintah dan begitu juga pengeluaran pemerintah juga akan semakin besar.

2.4. Fasilitas Publik

2.4.1. Pengertian Fasilitas Publik

Fasilitas merupakan sarana dan prasarana atau barang yang dapat digunakan untuk melancarkan pelaksanaan suatu fungsi yang memudahkan individu maupun masyarakat dalam melaksanakan kegiatannya. Fasilitas publik disebut juga barang publik merupakan prasarana yang disediakan pemerintah untuk kepentingan publik. Fasilitas publik disediakan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan barang publik yang cenderung jarang disediakan oleh pihak swasta

2.4.2. Teori Bowen

(27)

tersebut. Menurut Bowen, jumlah barang publik yang dikonsumsikan oleh individu A sama dengan jumlah barang publik yang dikonsumsikan oleh individu B (Guritno,1999). Teori Bowen dapat dijelaskan dengan kurva berikut :

Gambar 1 Harga dan Jumlah Barang Publik

Pada gambar diatas kurva DA menunjukkan permintaan individu A terhadap barang publik dan kurva DB menunjukkan permintaan individu B terhadap barang publik. DA+B merupakan jumlah permintaan A ditambah permintaan B. Jumlah barang yang disediakan pemerintah yaitu 0QA+B . Individu A dan B akan menikmati barang publik yang tersedia tersebut dalam jumlah yang sama tetapi kepuasan yang diterima masing – masing individu berbeda. Individu A hanya bersedia membayar barang publik tersebut sebesar PA karena dia tidak terlalu memerlukan barang publik tersebut, sedangkan individu B bersedia membayar sebesar PB karena dia sangat membutuhkan barang publik tersebut.

harga

PA+B

PA

PB

0

DA+B

S

DB

DA

Jumlah barang pemerintah

(28)

Maka menurut Bowen perbedaan antara barang swasta dan barang publik yaitu :

Barang swasta Barang publik

Harga P = PA = PB P = PA + PB

Jumlah barang X = XA = XB G = GA = GB Keterangan :

P : harga barang

X : jumlah barang swasta yang dihasilkan G : jumlah barang publik yang dihasilkan A,B : individu A dan B

2.4.3. Teori Samuelson

Samuelson menyatakan bahwa adanya barang publik yang mempunyai dua karakteristik non-exclusionary dan non-rivalry (Guritno,1999). Non Rival (Non Rivalry) adalah barang yang dapat dikonsumsi bersamaan pada waktu yang sama, tanpa saling meniadakan manfaat. Non Eksklusif (Non Exclusive) adalah jika seseorang tidak perlu membayar untuk menikmati manfaat barang publik. Suatu barang dikatakan barang publik bukan karena dilihat dari wujudnya melainkan sifat dari barang tersebut ketika dikonsumsi.

(29)

2.4.4. Teori Pigou

Pigou berpendapat bahwa barang publik harus disediakan sampai suatu tingkat dimana kepuasan marginal akan barang publik sama dengan ketidakpuasan marginal akan pajak yang dipungut untuk membiayai program – program pemerintah atau untuk menyediakan barang publik. Publik akan merasa puas dan bersedia membayar pajak lebih taat jika pemerintah mampu menyediakan barang publik bagi masyrakat secara memadai. Namun pengutipan pajak yang semakin tinggi akan membuat masyarakat tidak puas terhadap barang publik yang disediakan pemerintah.

Gambar 2. Penyediaan dan pembiayaan barang publik yang optimal oleh Pigou Pada gambar kurva diatas kurva kepuasan marginal akan barang publik di tunjukkan oleh kurva U. kurva U terlihat semakin mengalami penurunan menunjukkan semakin banyak barang publik yang yang disediakan pemerintah

Kepuasan barang publik

Ketidakpuasan barang publik

A

B

C

G

H

H

D E F

Budget pemerintah Batas kepuasan akan

barang pemerintah

P

(30)

namun kepuasan marginal masyarakat semakin menurun karena di lain pihak untuk menambah fasilitas publik maka pemerintah mambutuhkan anggaran yang lebih banyak lagi maka pemerintah akan meningkatkan penerimaan pajak. Semakin banyak pajak yang di pungut maka semakin besar rasa ketidakpuasan masyarakat.

2.5. Fasilitas Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar serta terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk menumbuhkan keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (UU Sisdiknas Tahun 2003). Tujuan pendidikan dasar adalah mengajarkan kecakapan dasar, seperti membaca, menulis, dan berhitung yang merupakan penunjang utama pengajaran pada jenjang pendidikan selanjutnya. Dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 pasal 14 disebutkan bahwa jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Fasilitas pendidikan merupakan segala sesuatu yang memberikan kemudahan dalam penyelenggaran pendidikan yakni meliputi sarana dan prasarana dalam mendukung proses pendidikan. Menurut Misbach

(31)

media yang tepat, dan laboratorium yang lengkap. Sehubungan dengan hal tersebut maka pengadaan sarana dan prasarana sekolah perlu diperhatikan agar siswa merasa diperhatikan dan dapat belajar dengan tenang.

Standar yang digunakan untuk fasilitas satuan pendidikan adalah berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2007. Standar ini mencakup sarana dan prasarana untuk SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA. Ketentuan yang diatur dalam standar ini meliputi satuan : satuan pendidikan, luasan lahan, bangunan gedung, prasarana dan sarana yang harus dimiliki fasilitas pendidikan beserta ketentuannya. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pasal 1 ayat 8 standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat olah raga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi dan informasi.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15 tahun 2010 tentang standar pelayanan minimal pendidikan dasar di kabupaten/kota dijelaskan bahwa :

a) Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SD/MI tidak melebihi 32 orang, dan untuk SMP/MTs tidak melebih 36 orang. Untuk setiap rombongan belajar tersedia 1 (satu) ruang kelas yang dilengkap dengan meja dan kursi yang cukup untuk peserta didik dan guru, serta papan tulis. (Bab II Pasal 2 ayat 2a)

(32)

dan minimal satu set peralatan praktek IPA untuk demonstrasi dan eksperimen peserta didik. (Bab II Pasal 2 ayat 3a)

c) Di setiap SD/MI tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap 32 peserta didik dan 6 (enam) orang guru untuk setiap satuan pendidikan dan untuk daerah khusus 4 (empat) orang guru setiap satuan pendidikan. (Bab II Pasal 2 ayat 5a)

d) Di setiap SMP/MTs tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap mata pelajaran dan untuk daerah khusus tersedia satu orang guru untuk setiap rumpun mata pelajaran. (Bab II Pasal 2 ayat 6a)

e) Di setiap SD/MI tersedia 2 (dua) orang guru yang memenuhi kualifikasi akademi S1 atau D-lV dan 2 (dua) orang guru yang telah memilik sertifikat pendidikan. (Bab II Pasal 2 ayat 7a)

f) Disetiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-lV sebanya 70% dan separuh diantaranya (35% dari keseluruhan guru) telah memiliki sertifikat pendidik, untuk daerah khusus masing – masing sebanyak 40% dan 20 %. (Bab II Pasal 2 ayat 8a)

g) Di setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-lV dan telah memiliki sertifikat pendidik masing - masing satu orang untuk mata pelajaran Matematikal, IPA, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris. (Bab II Pasal 2 ayat 9a)

(33)

Indonesia, Matematika lPA, dan IPS dengan perbandingan satu set untuk setiap peserta didik. (Bab II Pasal 2 ayat 1b)

i) Setiap SMP/MTs menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah mencakup semua mata pelajaran dengan perbandingan satu set untuk setiap perserta didik. (Bab II Pasal 2 ayat 2b)

j) Setiap guru tetap bekerja 37,5 jam per minggu di satuan pendidikan, termasuk merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbinga tau melatihp esertad idik, dan melaksanakan tugas tambahan. (Bab II Pasal 2 ayat 5b)

k) Satuan pendidikan menyelenggarakan proses pembelajaran selama 34 minggu per tahun dengan kegiatan tatap muka sebagai berikut :

(a) Kelas I – II : 18 jam per minggu (b) Kelas III : 24 jam per minggu (c) Kelas IV – VI : 27 jam per minggu (d) Kelas VII – IX : 27 jam per minggu

(Bab II Pasal 2 ayat 6b)

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang dilakukan dalam mengumpulkan informasi guna memecahkan masalah dari penelitian

3.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian untuk mengumpulkan data primer penelitian ini yaitu di Kabupaten Karo pada lima dari 17 Kecamatan yaitu Kecamatan Juhar, Kecamatan Merek, Kecamatan Berastagi, Kecamatan Simpang Empat, dan Kabanjahe.

3.2.Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dilakukan di Daerah Kabupaten Karo dengan menganalisa data – data fasilitas publik khususnya fasilitas pendidikan yang tersedia di kabupaten tersebut dan menganalisa persepsi masyarakat Kabupaten Karo terhadap fasilitas publik yang tersedia tersebut.

Dalam penelitian ini sarana publik yang diteliti dibatasi yaitu fasilitas pendidikan antara lain ; sekolah dasar dan sekolah menengah pertama.

3.3.Jenis Dan Sumber Data

(35)

3.4.Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah masyarakat di Kabupaten Karo yang berumur ≥ 35 tahun, tinggal di Kabupaten K aro. Jumlah penduduk Kabupaten Karo berdasarkan lima kecamatan yang akan diteliti menurut data BPS tahun 2010 yaitu 126.890 jiwa. Jumlah sampel yang akan diteliti yaitu 100 orang. Hal ini berdasarkan rumus Slovin (Umar,2000). Perhitungannya adalah sebagai berikut :

� =�/(1 +��²

n = 126.890/ ( 1 + 126.890* 0,1² )

n = 99,99 = 100 responden dimana : n = jumlah sampel

N = jumlah seluruh anggota populasi E = error toleransi

Pada penelitian ini dalam pengambilan sampel atau responden peneliti menggunakan teknik probability sampling. Untuk menentukan sampel mana yang akan dijadikan sumber data maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan dengan rincian sebagai berikut :

No Kecamatan Populasi Sampel

1 Juhar 13244 20

2 Berastagi 42541 20

3 Merek 18054 20

4 Simpang Empat 19015 20

5 Kabanjahe 63326 20

Sumber : Badan Pusat Statistik Berastagi

(36)

yang diteliti atau sumber data sangat luas. Dari 17 kecamatan penulis mengambil lima kecamatan yang dipilih secara random.

3.5.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam skripsi ini adalah : • Teknik pengumpulan data primer adalah dengan :

a) Kuisioner, yaitu suatu cara pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden yaitu masyarakat yang berdomisili di Kabupaten Karo dan berumur ≥35 tahun.

b) Wawancara atau mengadakan tanya jawab dengan masyarakat Karo berkaitan dengan persepsi masyarakat mengenai fasilitas publik yang tersedia di Kabupaten tersebut.

c) Observasi yaitu mengadakan pengamatan langsung terhadap beberapa objek yang diteliti yaitu melihat secara langsung beberapa fasilitas publik yang tersedia di Kabupaten Karo

• Teknik pengumpulan data untuk data sekunder dalam skripsi ini adalah

dengan menggunakan teknik dokumentasi atau bahan tertulis yang didapat dari berbagai sumber seperti data BPS, internet, perpustakaan dll.

3.5.1. Instrumen Penelitian

(37)

menggunakan fasilitas publik khususnya fasilitas pendidikan dasar di Kabupaten Karo sebelum dan sesudah dilaksanakannya otonomi daerah. Dengan tujuan melihat perbandingan persepsi responden terhadap fasilitas pendidikan sebelum dan sesudah diberlakukannya otonomi daerah, maka responden diminta untuk memberikan penilaiannya terhadap fasilitas pendidikan sebelum dan sesudah diberlakukannya otonomi daerah.

Pengukuran persepsi tersebut dilakukan dengan menggunakan skala likert, yaitu pengolahan data untuk menghitung masing – masing indikator ( sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, sangat tidak setuju ). Variabel yang akan di uji yaitu :

1. Biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk fasilitas pendidikan sebelum otonomi daerah dilaksanakan.

2. Biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk fasilitas pendidikan setelah otonomi daerah dilaksanakan.

3. Kondisi fisik fasilitas pendidikan sebelum otonomi daerah dilaksanakan.

4. Kondisi fisik fasilitas pendidikan setelah otonomi daerah dilaksanakan.

5. Tenaga pendidik sebelum otonomi daerah dilaksanakan. 6. Tenaga pendidik setelah otonomi daerah dilaksanakan.

(38)

menggunakan alat bantu aplikasi SPSS 17 dan program Microsoft Excel untuk mentabulasikan data

1. Uji Validitas

Suatu skala pengukuran disebut valid bila melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur. Bila skala pengukuran tidak valid maka tidak bermanfaat bagi peneliti karena tidak mengukur atau melakukan apa yang seharusnya dilakukan (Kuncoro, 2009). Jika nilai koefisien korelasinya lebih dari 0,3 maka butir pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid. Tinggi rendahnya validitas instrument menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksut. Dalam uji validitas ini, digunakan rumus korelasi product moment Pearson, yaitu dengan mengkorelasikan skor butir pada kuesioner dengan skor butir totalnya. . Rumusnya adalah sebagi berikut :

�yx = � ∑ ���� −

(∑ ��)(∑ ��)

{� ∑ �2− (∑ ��)2�� ∑ �2−(∑ �)2 }

Keterangan : r : koefisien korelasi

n : jumlah responden yang diuji Xi : skor responden i pada variabel X Yi : skor responden i pada variabel Y

Item instrument dianggap valid jika r hitung > r tabel. Sebaliknya jika r hitung < r table, item instrument dianggap tidak valid.

(39)

Reabilitas menunjukkan konsistensi dan stabilitas dari suatu skor ( skala pengukuran ). Reabilitas mencakup dua hal utama yaitu stabilitas ukuran dan konsistensi internal ukuran (Sekaran, 2007: 205-7, dikutip dalam Kuncoro, 2009 ). Stabilitas ukuran menunjukkan kemampuan sebuah ukuran tetap stabil atau tidak rentan terhadap perubahan situasi.

Rumus utuk mengukurnya adalah sebagai berikut :

� = � �

� −1� �1−

∑ ��2

��2 �

Keterangan :

α = koefisien reliabilitas alpha

k = jumlah item

σ j = varians responden untuk item I

σ x = jumlah varians skor total

Item instrumen dianggap reliable jika r hitung > r table. Sebaliknya jika r hitung > r table, item instrument dianggap tidak reliabel.

3.6.Metode Analisis Data

3.6.1. Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif yaitu dengan cara menganalisis data yang sudah dikumpulkan, dikelompokkan yang kemudian dianalaisis dan diinterpretasikan sehingga diperoleh gambaran mengenai bagaimana persepsi masyarakat Kabupaten Karo terhadap fasilitas publik yang tersedia di Kabupaten Karo. Menurut Kuncoro (2009:192)

(40)

tersebut mencoba untuk menggambarkan pola – pola yang konsisten dalam data, sehingga hasilnya dapat dipelajari dan ditafsirkan secara singkat dan penuh makna.

3.7.Definisi Operasional

• Otonomi daerah merupakan penyerahan sebagian hak dan kewajiban

oleh pemerintahan pusat kepada daerah Kabupaten Karo dalam menjalankan pemerintahan daerahnya

• Fasilitas pendidikan merupakan sarana dan prasarana pendidikan yang

secara umum dapat dinikmati masyarakat Kabupaten Karo khususnya responden.

• Pengeluaran pembangunan adalah sejumlah anggaran yang

dikeluarkan oleh pemerintah untuk membiayai kegiatan – kegiatan pemerintah Kabupaten Karo dalam rangka pelayanan publik.

• Persepsi yaitu pandangan responden terhadap fasilitas pendidikan

(41)

BAB IV

HASIL PEMBAHASAN

4.1. Analisis Kondisi Fasilitas Pendidikan Kabupaten Karo

[image:41.595.143.578.334.610.2]

Dibawah ini ditunjukkan perkembangan jumlah sekolah, ruang kelas, guru, beserta murid Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Karo tahun 1997 - 2010

Tabel 4.1 Data jumlah sekolah, ruangan, murid beserta guru yang tersedia di Kabupaten Karo tahun 1997 – 2010

Tahun

Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Ruang

kelas Guru Murid Sekolah

Ruang

kelas Guru Murid

1997 279 1754 2369 36943 52 1186 18078

1998 310 2219 2702 45106 55 541 1379 12503

1999 280 2054 2815 37594 53 488 1527 17394

2000 283 2022 1680 36820 53 534 1345 16803

2001 282 1862 2543 36820 53 610 1385 17380

2002 282 1768 2428 38853 53 457 1313 16193

2003 280 58

2004 275 1757 2415 37335 55 449 1428 15208

2005 256 1604 2455 38526 59 556 1532 17073

2006 256 1843 2468 39972 59 529 1468 17061

2007 256 2034 2828 46802 59 562 1574 17584

2008 256 2088 3130 47034 60 579 1574 18234

2009 256 1905 2832 44759 64 576 1643 18779

2010 257 1798 2709 41041 64 654 1623 19061

Sumber ; BPS Kabupaten Karo dan BPS Sumatera Utara

(42)

di Kabupaten Karo untuk tahun ajaran 2010/2011 seorang guru rata - rata mengajar 16 murid SD. Semakin tinggi jenjang pendidikan maka beban seorang guru semakin sedikit, dimana jenjang pendidikan SLTP rata - rata seorang guru hanya mengajar 12 murid. Daya tampung kelas terhadap banyaknya murid haruslah seimbang agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik. Kemampuan daya tampung ruang kelas untuk jenjang SD di Kabupaten Karo mencapai 27 murid dan pada jenjang pendidikan SMP daya tampung ruang kelas mencapai 39 murid.

4.2.Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

[image:42.595.163.516.395.504.2]

Karakteristik jenis pekerjaan responden dapat dilihat dari tabel 4.2 berikut: Tabel 4.2 Karakteristik Responden Menurut Usia

No Umur Frekuensi Persentase (%)

1 35 – 40 tahun 40 40

2 41 – 46 tahun 34 34

3 47 – 52 tahun 21 21

4 53 tahun keatas 5 5

Total 100 100

Sumber : Hasil Penelitian (Data Primer) 2012

(43)

4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

[image:43.595.140.521.173.291.2]

Karakteristik jenis pekerjaan responden dapat dilihat dari tabel 4.2 berikut: Tabel 4.3 Daftar Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

1 Petani 34 34

2 Wiraswasta 15 15

3 Karyawan swasta 5 5

4 PNS 35 35

5 Dll 11 11

Total 100 100

Sumber : Hasil Penelitian (Data Primer) 2012

Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa yang memiliki pekerjaan sebagai petani sebanyak 34 orang (34%), wiraswasta sebanyak 15 orang (15%), karyawan swasta sebanyak 5 orang (5%), PNS sebanyak 35 orang (35%), dan pekerjaan lain - lain sebanyak 11 orang (11%). Berdasarkan data diatas maka dapat dinyatakan bahwa sebagian besar responden memiliki pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil dan petani.

4.4.Karakteristik Responden Berdasarkan Jawaban

Ada 5 (lima) nilai jawaban yang terdapat dalam kuesioner yaitu : a. Jawaban sangat tidak setuju mendapat nilai 1

b. Jawaban tidak setuju mendapat nilai 2 c. Jawaban ragu-ragu mendapat nilai 3 d. Jawaban setuju mendapat nilai 4

(44)

4.5. Analisis Persepsi Masyarakat Kabupaten Karo tentang Fasilitas

Pendidikan

Berikut akan disajikan tabel – tabel yang menunjukkan persentase jawaban 100 orang responden terhadap pernyataan masyarakat Kabupaten Karo terhadap fasilitas pendidikan.

[image:44.595.112.515.336.486.2]

4.5.1. Analisis persepsi masyarakat Kabupaten Karo tentang biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk fasilitas pendidikan sebelum otonomi daerah dilaksanakan.

Tabel 4.4 Persentase Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Variabel Persepsi Biaya yang Harus Dikeluarkan ALTERNATIF

PENELITIAN/ PERNYATAAN

JAWABAN RESPONDEN

5 (SS) 4 (S) 3 (N) 2 (TS) 1 (STS) TOTAL

F F F F F F %

1 7 75 18 0 0 100 100

2 3 78 19 0 0 100 100

3 4 63 33 0 0 100 100

4 2 80 18 0 0 100 100

5 2 79 19 0 0 100 100

Sumber : Hasil Penelitian (Data primer) 2012 Keterangan dari Tabel 4.4 :

(45)

pendidikan dasar relatif murah pada waktu sebelum dilaksanakannya otonomi daerah.

b) Distribusi frekuensi SPP yang dibebankan kepada murid murah dan terjangkau masyarakat.

Dari data tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa 19 orang (19%) menyatakan netral, 78 orang (78%) menyatakan setuju, dan tiga orang (3%) menyatakan sangat setuju. Dari jawaban responden tersebut sebagian besar atau 78% responden menjawab setuju dapat disimpulkan bahwa SPP tingkat pendidikan dasar relatif murah dan terjangkau pada waktu sebelum dilaksanakannya otonomi daerah.

c) Distribusi frekuensi buku panduan belajar yang harus dimiliki murid harganya murah

Dari data tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa 33 orang (33%) menyatakan netral, 63 orang (63%) menyatakan setuju, dan empat orang (4%) menyatakan sangat setuju. Dari jawaban responden tersebut sebagian besar atau 63% responden menjawab setuju dapat disimpulkan bahwa harga buku panduan belajar yang harus dimiliki murid tingkat pendidikan dasar relatif murah dan terjangkau pada waktu sebelum dilaksanakannya otonomi daerah.

d) Distribusi frekuensi biaya lain – lain seperti pembelian seragam sekolah, OSIS, dll. tidak memberatkan orang tua

(46)

orang menyatakan sangat setuju. Dari jawaban responden tersebut sebagian besar atau 80% responden menjawab setuju dapat disimpulkan bahwa biaya lain – lain seperti pembelian seragam sekolah, OSIS, dll. tingkat pendidikan dasar tidak memberatkan orang tua pada waktu sebelum dilaksanakannya otonomi daerah.

e) Distribusi frekuensi tidak ada kutipan – kutipan liar yang membebani murid

Dari data tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa 18 orang (18%) menyatakan netral, 79 orang (79%) menyatakan setuju, dan (2%) dua orang menyatakan sangat setuju. Dari jawaban responden tersebut dimana sebagian besar atau 79% responden menjawab setuju, disimpulkan bahwa kutipan – kutipan liar yang memberatkan murid sangat kecil kemungkinan terjadi sebelum dilaksanakannya otonomi daerah

[image:46.595.111.518.581.724.2]

4.5.2. Analisis persepsi masyarakat Kabupaten Karo tentang biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk fasilitas pendidikan setelah otonomi daerah dilaksanakan.

Tabel 4.5 Persentase Jawaban Responden ALTERNATIF

PENELITIAN/ PERNYATAAN

JAWABAN RESPONDEN 5

(SS)

4 (S) 3 (N) 2 (TS) 1 (STS) TOTAL

F F F F F F %

1 36 62 2 0 0 100 100

2 37 60 3 0 0 100 100

3 45 46 9 0 0 100 100

4 34 50 16 0 0 100 100

5 32 62 16 0 0 100 100

(47)

Keterangan dari Tabel 4.5:

a) Distribusi frekuensi biaya administrasi memasuki sekolah murah.

Dari data tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa dua orang (2%) menyatakan netral, 62 orang (62%) menyatakan setuju, dan 36 orang (36%) menyatakan sangat setuju. Dari jawaban responden tersebut dimana sebagian besar atau 62 % menjawab setuju dapat disimpulkan bahwa biaya administrasi memasuki sekolah tingkat pendidikan dasar relatif murah pada waktu setelah dilaksanakannya otonomi daerah.

b) Distribusi frekuensi SPP yang dibebankan kepada murid murah dan terjangkau masyarakat.

Dari data tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa tiga orang (3%) menyatakan netral, 60 orang (60%) menyatakan setuju, dan orang 37 (37%) menyatakan sangat setuju. Dari jawaban responden tersebut dimana sebagian besar atau 60% menjawab setuju dapat disimpulkan bahwa SPP tingkat pendidikan dasar relatif murah dan terjangkau pada waktu setelah dilaksanakannya otonomi daerah.

c) Distribusi frekuensi buku panduan belajar yang harus dimiliki murid harganya murah.

(48)

tingkat pendidikan dasar relatif murah dan terjangkau pada waktu setelah dilaksanakannya otonomi daerah.

d) Distribusi frekuensi biaya lain – lain seperti pembelian seragam sekolah, OSIS, dll. tidak memberatkan orang tua.

Dari data tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa 16 orang (16%) menyatakan netral, 50 orang (50%) menyatakan setuju, tidak memberatkan orang tua, dan 34 orang (34%) menyatakan sangat setuju. tidak memberatkan orang tua. Dari data jawaban responden yang sebagian besar atau 50% menjawab setuju dapat disimpulkan bahwa biaya lain – lain seperti pembelian seragam sekolah, OSIS, dll. tingkat pendidikan dasar tidak memberatkan orang tua pada waktu setelah dilaksanakannya otonomi daerah.

e) Distribusi frekuensi tidak ada kutipan – kutipan liar yang membebani murid.

(49)
[image:49.595.140.520.167.299.2]

4.5.3. Analisis perbandingan persepsi masyarakat sebelum dan setelah otonomi daerah dilaksanakan

Tabel 4.6 Perbandingan persepsi masyarakat sebelum dan sesudah otonomi daerah dilaksanakan Sebelum otonomi daerah Setelah otonomi daerah Total X Rata - rata

X

1-5 Total X

1-5

Rata - rata X 1-5

1-5

Mean 19.1200 3.824 21.4800 4.296

Median 20 4 20 4

Modus 20 4 20 4

Sumber : Hasil Penelitian (Data primer) 2012

Dari data tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa nilai rata – rata mean-nya meningkat 0.47 atau 11 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran

masyarakat untuk mendapatkan fasilitas pendidikan menurun setelah otononomi daerah dilaksanakan.

4.5.4. Analisis persepsi masyarakat Kabupaten Karo tentang kondisi fisik fasilitas pendidikan sebelum otonomi daerah dilaksanakan.

Tabel 4.7 Persentase Jawaban Responden ALTERNATIF

PENELITIAN/ PERNYATAAN

JAWABAN RESPONDEN

5 (SS) 4 (S) 3 (N) 2 (TS) 1 (STS) TOTAL

F F F F F F %

6 6 70 16 8 0 100 100

7 7 70 17 6 0 100 100

8 6 55 27 12 0 100 100

9 6 75 15 4 0 100 100

10 5 73 21 1 0 100 100

11 1 87 5 7 0 100 100

[image:49.595.111.518.476.629.2]
(50)

Keterangan dari Tabel 4.7 :

a) Distribusi frekuensi gedung tempat belajar mengajar dalam kondisi terawat

Dari data tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa delapan orang (8%) menyatakan tidak setuju, 16 orang (16%) menyatakan netral 70 orang (70%) menyatakan setuju, dan enam orang (6%) menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan bahwa gedung tempat belajar mengajar dalam kondisi terawat. Dari data jawaban responden yang sebagian besar atau 70% menjawab setuju dapat disimpulkan bahwa gedung tempat belajar mengajar dalam kondisi terawat sebelum dilaksanakannya otonomi daerah

b) Distribusi frekuensi bangku, meja dan perlengkapan belajar - mengajar dalam kondisi layak pakai.

Dari data tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa enam orang (6%) menyatakan tidak setuju, 17 orang (17%) menyatakan netral 70 orang (70%) menyatakan setuju, dan tujuh orang (7%) menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan bahwa bangku, meja, dan perlengkapan belajar – mengajar dalam kondisi layak pakai. Dari jawaban responden diatas yang sebagian besar atau 70% menjawab setuju dapat disimpulkan bahwa bangku, meja, dan perlengkapan belajar – mengajar dalam kondisi layak pakai sebelum dilaksanakannya otonomi daerah.

(51)

Dari data tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa 12 orang (12%) menyatakan tidak setuju, 27 orang (27%) menyatakan netral, 55 orang (55%) menyatakan setuju, dan enam orang (6%) menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan bahwa perpustakaan menyediakan buku – buku yang membantu murid belajar. Dari jawaban responden diatas yang sebagian besar atau 55% menjawab setuju dapat disimpulkan bahwa perpustakaan menyediakan buku – buku yang membantu murid belajar sebelum dilaksanakannya otonomi daerah.

d) Distribusi frekuensi perpustakaan menyediakan media belajar lainnya yang membantu murid belajar

Dari data tabel diatas dapat dilihat bahwa empat orang (4%) menyatakan tidak setuju, 15 orang (15%) menyatakan netral, 75 orang (75%) menyatakan setuju, dan enam orang (6%) menyatakan setuju terhadap pernyataan perpustakaan menyediakan media belajar lainnya yang membantu murid belajar. Dari jawaban responden diatas yang sebagian besar atau 75% menjawab setuju dapat disimpulkan bahwa perpustakaan menyediakan media belajar lainnya yang membantu murid belajar sebelum dilaksanakannya otonomi daerah.

e) Distribusi frekuensi kebersihan dan keindahan kondisi sekolah terjaga dengan baik

(52)

baik. Dari jawaban responden diatas yang sebagian besar atau 72% menjawab setuju dapat disimpulkan bahwa kebersihan dan keindahan kondisi sekolah terjaga dengan baik sebelum dilaksanakannya otonomi daerah.

f) Distribusi frekuensi terdapat fasilitas pendukung seperti : lapangan, toilet, parkir, taman dll.

Dari data tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa tujuh orang (7%) menyatakan tidak setuju, lima orang (5%) menyatakan netral, dan 87 orang (87%) menyatakan setuju, dan satu orang (1%) menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan bahwa terdapat fasilitas pendukung seperti : lapangan, toilet, parkir, taman, dll. Dari jawaban responden diatas yang sebagian besar atau 87% menjawab setuju dapat disimpulkan bahwa terdapat fasilitas pendudkung seperti: lapangan, toilet, parker, taman, dll sebelum dilaksanakannya otonomi daerah.

[image:52.595.112.515.554.694.2]

4.5.5. Analisis persepsi masyarakat Kabupaten Karo tentang kondisi fisik fasilitas pendidikan setelah otonomi daerah dilaksanakan.

Tabel 4.8 Persentase Jawaban Responden ALTERNATIF

PENELITIAN/ PERNYATAAN

JAWABAN RESPONDEN

5 (SS) 4 (S) 3 (N) 2 (TS) 1 (STS) TOTAL

F F F F F F %

6 36 62 2 0 0 100 100

7 37 60 3 0 0 100 100

8 45 46 9 0 0 100 100

9 34 50 16 0 0 100 100

10 38 55 7 0 0 100 100

11 23 72 5 0 0 100 100

(53)

Keterangan dari Tabel 4.8 :

a) Distribusi frekuensi gedung tempat belajar mengajar dalam kondisi terawat

Dari data tabel 4.8 diatas dapat dilihat bahwa dua orang (2%) menyatakan netral, 62 orang (62%) menyatakan setuju, dan 36 orang (36%) menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan bahwa gedung tempat belajar mengajar dalam kondisi terawat. Dari jawaban responden diatas yang sebagian besar atau 62% menjawab setuju dapat disimpulkan bahwa gedung tempat belajar mengajar dalam kondisi terawat setelah dilaksanakannya otonomi daerah. b) Distribusi frekuensi bangku, meja dan perlengkapan belajar, mengajar

dalam kondisi layak pakai.

Dari data tabel 4.8 diatas dapat dilihat bahwa tiga orang (3%) menyatakan netral, 60 orang (60%) menyatakan setuju, dan 37 orang (37%) menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan bahwa bangku, meja, dan perlengkapan belajar mengajar dalam kondisi layak pakai. Dari jawaban responden diatas yang sebagian besar atau 60% menjawab setuju dapat disimpulkan bahwa bangku, meja, dan perlengkapan belajar mengajar dalam kondisi layak pakai setelah dilaksanakannya otonomi daerah.

c) Distribusi frekuensi perpustakaan menyediakan buku – buku yang membantu murid belajar

(54)

menyediakan buku – buku yang membantu murid belajar. Dari jawaban responden diatas yang sebagian besar atau 46% menyatakan setuju dan 45% menjawab sangat setuju dapat disimpulkan bahwa perpustakaan sekolah menyediakan buku – buku yang membantu murid belajar setelah dilaksanakannya otonomi daerah.

d) Distribusi frekuensi perpustakaan menyediakan media belajar lainnya yang membantu murid belajar

Dari data tabel 4.8 diatas dapat dilihat bahwa 16 orang (16%) menyatakan netral, 50 orang (50%) menyatakan setuju, dan 34 orang (34%) menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan bahwa perpustakaan menyediakan media belajar lainnya yang membantu murid belajar. Dari jawaban responden diatas yang sebagian besar atau 50% responden menjawab setuju dapat disimpulkan bahwa perpustakaan menyediakan media belajar lainnya yang membantu murid dalam belajar setelah dilaksanakannya otonomi daerah.

e) Distribusi frekuensi kebersihan dan keindahan kondisi sekolah terjaga dengan baik

(55)

f) Distribusi frekuensi terdapat fasilitas pendukung seperti : lapangan, toilet, parkir, taman dll

Dari data tabel 4.8 diatas dapat dilihat bahwa lima orang (5%) menyatakan netral, 72 orang (72%) menyatakan setuju, dan 23 orang (23%) menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan bahwa terdapat fasilitas pendukung seperti: lapangan, toilet, parkir, taman, dll. Dari jawaban responden diatas yang sebagian besar atau 72% menjawab setuju dapat disimpulkan bahwa terdapat fasilitas pendukung seperti, lapangan, toilet, parker, taman, dll. setelah dilaksanakannya otonomi daerah.

[image:55.595.143.517.420.546.2]

4.5.6. Analisis perbandingan persepsi masyarakat sebelum dan setelah otonomi daerah dilaksanakan

Tabel 4.9 Perbandingan persepsi masyarakat sebelum dan sesudah otonomi daerah dilaksanakan

Sebelum otonomi daerah Setelah otonomi daerah Total X Rata - rata

X

6-11 Total X

6-11

Rata - rata X 6-11

6-11

Mean 22.54 3.757 25.71 4.285

Median 24 4 24 4

Modus 24 4 24 4

Sumber : Hasil Penelitian (Data primer) 2012

(56)
[image:56.595.114.514.172.355.2]

4.5.7. Analisis persepsi masyarakat Kabupaten Karo tentang tenaga pendidik sebelum otonomi daerah dilaksanakan

Tabel 4.10 Persentase Jawaban Responden ALTERNATIF

PENELITIAN/ PERNYATAAN

JAWABAN RESPONDEN

5 (SS) 4 (S) 3 (N) 2 (TS) 1 (STS) TOTAL

F F F F F F %

12 4 73 15 8 0 100 100

13 0 80 20 0 0 100 100

14 0 67 33 0 0 100 100

15 0 83 17 0 0 100 100

16 0 78 22 0 0 100 100

17 2 69 27 2 0 100 100

18 2 28 67 3 0 100 100

19 10 15 71 4 0 100 100

Sumber : Hasil Penelitian (Data primer) 2012 Keterangan dari Tabel 4.10 :

a) Distribusi frekuensi tersedia cukup tenaga pendidik yang mengajar murid sesuai mata pelajaran

Dari data tabel 4.10 diatas dapat dilihat bahwa delapan orang (8%) menyatakan tidak setuju, 15 orang (15%) menyatakan netral 73 orang (73%) menyatakan setuju, dan empat orang (4%) menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan bahwa tersedia cukup tenaga pendidik yang mengajar murid sesuai mata pelajaran. Dari jawaban responden diatas yang sebagian besar atau 73% menjawab setuju dapat disimpulkan bahwa tersedia cukup tenaga pendidik yang mengajar murit sesuai dengan mata pelajaran sebelum dilaksanakannya otonomi daerah.

b) Distribusi frekuensi pendidik disiplin dalam mengajar

(57)

mengajar, 80 orang (80%) menyatakan setuju terhadap pernyataan bahwa pendidik disiplin dalam mengajar. Dari jawaban responden diatas yang sebagian besar atau 80% menjawab setuju dapat disimpulkan bahwa pendidik disiplin dalam mengajar sebelum dilaksanakannya otonomi daerah.

c) Distribusi frekuensi tenaga pendidik berkompeten dalam mengajar

Dari data tabel 4.10 diatas dapat dilihat bahwa 33 orang (33%) menyatakan netral dan 67 orang (67%) menyatakan setuju terhadap pernyataan bahwa tenaga pendidik berkompeten dalam mengajar. Dari jawaban responden diatas yang sebagian besar atau 67% menjawab setuju dapat disimpulkan bahwa tenaga pendidik berkompeten dalam mengajar sebelum dilaksanakannya otonomi daerah.

d) Distribusi frekuensi tenaga pendidik menguasai materi ajar

Dari data tabel 4.10 diatas dapat dilihat bahwa 17 orang (17%) menyatakan netral dan 83 orang (83%) menyatakan setuju terhadap pernyataan bahwa tenaga pendidik menguasai materi ajar. Dari jawaban responden diatas yang sebagian besar atau 83% menjawab setuju dapat disimpulkan bahwa tenaga pendidik menguasai materi ajar sebelum dilaksanakannya otonomi daerah.

e) Distribusi frekuensi tenaga pendidik memberi materi sesuai dengan kurikulum

(58)

Dari jawaban responden yang sebagian besar atau 83% responden menjawab setuju dapat disimpulkan bahwa tenaga pendidik memberi materi materi pelajaran sesuai dengan kurikulum sebelum dilaksanakannya otonomi daerah. f) Distribusi frekuensi pihak sekolah memberikan hak murid seperti dana

BOS, beasiswa, dan subsidi lainnya secara transparan

Dari data tabel 4.10 diatas dapat dilihat bahwa dua orang (2%) menyatakan tidak setuju, 27 orang (27%) menyatakan netral, dan 69 orang (69%) menyatakan setuju, dan dua orang (2%) menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan bahwa pihak sekolah memberikan hak murid seperti dana BOS, beasiswa, dan subsidi lainnya secara transparan. Dari jawaban responden diatas yang sebagian besar atau 69% menjawab setuju dapat disimpulkan bahwa pihak sekolah memberikan hak murid seperti dana BOS, beasiswa, dan subsidi lainnya secara transparan sebelum dilaksanakannya otonomi daerah.

g) Distribusi frekuensi pihak sekolah mengajak orangtua berpatisipasi dalam mendukung peningkatan prestasi murid

(59)

berpartisipasi dalam mendukung peningkatan prestasi murid sebelum dilaksanakannya otonomi daerah.

h) Distribusi frekuensi pihak sekolah menyediakan wadah yang mendukung bakat dan prestasi murid

Dari data tabel 4.10 diatas dapat dilihat bahwa 10 orang (10%) menyatakan tidak setuju, 15 orang (15%) menyatakan setuju, dan 71 orang (71%) menyatakan setuju, dan empat orang (4%) menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan bahwa pihak sekolah menyediakan wadah yang mendukung bakat dan prestasi murid. Dari jawaban responden diatas yang sebagian besar atau 71% menjawab setuju dapat disimpulkan bahwa pihak sekolah mendukung bakat dan prestasi murid sebelum dilaksanakannya otonomi daerah.

[image:59.595.117.513.474.648.2]

4.5.8. Analisis persepsi masyarakat Kabupaten Karo tentang tenaga pendidik setelah otonomi daerah dilaksanakan.

Tabel 4.11 Persentase Jawaban Responden ALTERNATIF

PENELITIAN/ PERNYATAAN

JAWABAN RESPONDEN

5 (SS) 4 (S) 3 (N) 2 (TS) 1 (STS) TOTAL

F F F F F F %

12 44 54 2 0 0 100 100

13 36 58 6 0 0 100 100

14 42 39 19 0 0 100 100

15 35 49 16 0 0 100 100

16 33 61 6 0 0 100 100

17 46 43 11 0 0 100 100

18 40 55 5 0 0 100 100

19 18 78 4 0 0 100 100

(60)

Keterangan dari Tabel 4.11 :

a) Distribusi frekuensi tersedia cukup tenaga pendidik yang mengajar murid sesuai mata pelajaran

Dari data tabel 4.11 diatas dapat dilihat bahwa dua orang (2%) menyatakan netral, 54 orang (54%) menyatakan setuju, dan 44 orang (44%) menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan bahwa tersedia cukup tenaga pendidik yang mengajar murid sesuai mata pelajaran. Dari jawaban responden diatas yang sebagian besar atau 54% menjawab setuju dapat disimpulkan bahwa setelah dilaksanakannya otonomi daerah.

b) Distribusi frekuensi pendidik disiplin dalam mengajar

Dari data tabel 4.11 diatas dapat dilihat bahwa enam orang (6%) menyatakan netral, 58 orang (58%) menyatakan setuju , dan 36 orang (36%) menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan bahwa pendidik disiplin dalam mengajar. Dari jawaban responden diatas yang sebagian besar atau 58% menjawab setuju dapat disimpulkan bahwa pendidik disiplin dalam mengajar setelah dilaksanakannya otonomi daerah.

c) Distribusi frekuensi tenaga pendidik berkompeten dalam mengajar

(61)

menyatakan sangat setuju dapat disimpulkan bahwa tenaga pendidik berkompeten dalam mengajar setelah dilaksanakannya otonomi daerah.

d) Distribusi frekuensi tenaga pendidik menguasai materi ajar

Dari data tabel 4.11 diatas dapat dilihat bahwa 16 orang (16%) menyatakan netral, 49 orang (49%) menyatakan setuju, dan 35 orang (35%) menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan bahwa tenaga pendidik menguasai materi ajar. Dari jawaban responden diatas yang sebagian besar atau 49% menjawab setuju dapat disimpulkan bahwa tenaga pendidik menguasai materi ajar setelah dilaksanakannya otonomi daerah.

e) Distribusi frekuensi tenaga pendidik memberi materi sesuai dengan kurikulum

Dari data tabel 4.11 diatas dapat dilihat bahwa enam orang (6%) menyatakan netral, 61 orang (61%) menyatakan setuju, dan 33 orang (33%) menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan bahwa tenaga pendidik memberi materi sesuai dengan kurikulum. Dari jawaban responden diatas yang sebagian besar atau 61% menjawab setuju dapat disimpulkan bahwa tenaga pendidik memberi materi sesuai dengan kurikulum setelah dilaksanakannya otonomi daerah.

f) Distribusi frekuensi pihak sekolah memberikan hak murid seperti dana BOS, beasiswa, dan subsidi lainnya secara transparan

(62)

memberikan hak murid seperti dana BOS, beasiswa, dan subsidi lainnya secara transparan. Dari jawaban responden diatas yang sebagian besar atau 46% menjawab sangat setuju dapat disimpulkan bahwa pihak sekolah memberikan hak murid seperti dana BOS, beasiswa, dan subsidi lainnya secara transparan setelah dilaksanakannya otonomi daerah.

g) Distribusi frekuensi pihak sekolah mengajak orangtua berpatisipasi dalam mendukung peningkatan prestasi murid

Dari data tabel 4.11 diatas dapat dilihat bahwa lima orang (5%) menyatakan netral, 55 orang (55%) menyatakan setuju, dan 40 orang (40%) menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan bahwa pihak sekolah mengajak orang tua berpartisipasi dalam mendukung peningkatan prestasi murid. Dari jawaban responden diatas yang sebagian besar atau 55% menjawab setuju dapat dis

Gambar

Tabel 1.1 Persentase indikator pendidikan Kabupaten Karo
Tabel 1.2 Perkembangan pengeluaran Pembangunan  Kabupaten Karo tahun 1990 - 2010
Gambar 1 Harga dan Jumlah Barang Publik
Gambar 2. Penyediaan dan pembiayaan barang publik yang optimal oleh Pigou
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan literature untuk STIE Perbanas Surabaya yang kelak sebagai acuan jika ada peneliti lainyang membahas mengenai

Dari penelitian ini dapat ditunjukan bahwa (1) Variabel kemudahan penggunaan persepsian tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak menyampaikan

Seluruh dosen dan staf karyawan Departemen Fisika, khususnya Program Studi S-1 Teknobiomedik, Universitas Airlangga serta semua pihak yang telah senantiasa memberikan ilmunya

Ketika hematokrit naik ke 60 atau 70%, yang sering terjadi di polisitemia, viskositas darah dapat menjadi besar seperti 10 kali dari air, dan aliran melalui pembuluh darah

Aspek keamanan dalam pertukaran informasi menjadi sangat penting karena suatu komunikasi data jarak jauh belum tentu memiliki jalur transmisi yang aman. Informasi berupa citra

Obyektif iklan Gamelan United adalah untuk membangun citra gamelan sebagai instrumen musik yang dapat menjadi media berekspresi generasi muda berusaha dicapai

menunjukkan bahwa antara subjek normal dan kegemukan terdapat perbedaan yang signifikan pada asupan energi, protein, dan lemak (p&lt;0,05), namun tidak terdapat perbedaan

[r]