• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KONSELING REMAJA STRATEGI SIMBOLIS TEKNIK RITUAL TERHADAP KESTABILAN EMOSI REMAJA DI MAN KISARAN T.A 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KONSELING REMAJA STRATEGI SIMBOLIS TEKNIK RITUAL TERHADAP KESTABILAN EMOSI REMAJA DI MAN KISARAN T.A 2014/2015."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KONSELING REMAJA STRATEGI SIMBOLIS

TEKNIK RITUAL TERHADAP KESTABILAN EMOSI

REMAJA DI MAN KISARAN

T.A 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai PersyaratanMemperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan PadaJurusan

Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

OLEH:

RULZY RIYAN HIDAYAT

NIM. 1113151037

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kestabilan Emosi ... 13

(7)

a. Defenisi Konseling Remaja ... 15

b. Langkah-langkah dan Teknik Konseling ... 15

c. Tujuan Konseling ... 25

d. Perubahan-perubahan Pada Remaja ... 26

e. Tugas-tugas Perkembangan Masa Remaja ... 27

2.1.3 Strategi Simbolis ... 28

a. Pentingnya Strategi Simbolis ... 28

b. Tujuan Menggunakan Strategi Simbolis ... 29

2.1.4 Teknik Ritual ... 34

a. Penggunaan Ritual ... 34

b. Penggunaan Ritual Dalam Konseling ... 36

2.2 Kerangka Berpikir ... 37

2.3 Hipotesis ... 39

BAB III : METODE PENELITIAN ... 40

3.1 Jenis Penelitian ... 40

3.2 Subjek Penelitian ... 40

3.3 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 41

(8)

4.2 Jadwal Penelitian ... 54

4.3 Persiapan Penelitian ... 54

4.4 Uji persyaratan Analisis ... 55

4.5 Deskripsi Hasil Penelitian ... 59

4.6 Hipotesis ... 62

4.7 Pembahasan Penelitian ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN HASIL ... 66

5.1 Kesimpulan ... 66

5.2 Saran-saran ... 66

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

TABEL 3.1 Desain Penelitian Eksperimen ... 42

TABEL 3.2 Pemberian Skor Angket Berdasarkan Skala Likert ... 47

TABEL 3.3 Kisi-kisi Angket Kestabilan Emosi ... 48

TABEL 4.1 Kisi-kisi Angket Kestabilan Emosi Setelah Validitas ... 57

TABEL 4.2 Hasil Pre-Test ... 60

TABEL 4.3 Hasil Post-Test ... 61

TABEL 4.4 Hasil Perbandingan ... 62

TABEL 5 Uji Validitas ... 75

TABEL 6 Perhitunga Validitas ... 77

TABEL 7 Varians Butir Angket Kestabilan Emosi Remaja ... 82

TABEL 8 Data Pre-Test ... 89

TABEL 9 Data Post-Test ... 92

TABEL 10 Tabulasi Data Penelitian ... 95

TABEL 11 Perhitungan kategori Kestabilan Emosi Remaja ... 96

TABEL 12 Uji Jenjang Bertanda Wilcoxon ... 98

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

GAMBAR 4.1 Uji Coba Instrument Angket ... 56

GAMBAR 4.2 Pemberian Angket Pre-Test ... 60

GAMBAR 4.3 Pemberian Angket Pos-Test ... 61

(11)

1 BABB1B

PENDAHULUANB

1.1 LatarBBelakangBMasalahB

Masa remaja cenderung diartikan oleh banyak orang sebagai usia bermasalah.

Hal tersebut dikarenakan pada masa remaja banyak terjadi perubahan-perubahan yang

terjadi dalam dirinya seorang remaja sehingga sering menimbulkan suatu hal yang

tidak seimbang antara perubahan yang dialaminya terhadap lingkungan tempat remaja

berada. Masa remaja diartikan juga sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak

menuju masa dewasa, pada masa ini banyak terjadi perubahan baik fisik maupun

psikis sehingga berpengaruh terhadap prilaku seorang remaja.

Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan

periode sebelum dan sesudahnya, salah satunya adalah sebagai periode perubahan.

Beberapa perubahan yang hampir bersifat universal, diantaranya adalah meningginya

emosi, perubahan tubuh, minat, pola perilaku, peran dan menginginkan atau menuntut

kebebasan (Hurlock, 1999:207).

Perubahan-perubahan yang terjadi pada remaja salah satunya adalah

perubahan emosi. Perubahan ini menimbulkan ketegangan emosi yang yang tidak

menentu dan meledak-ledak. Oleh karena itu masa remaja dianggap sebagai periode

badai dan tekanan, yaitu ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan

fisik dan kelenjar yang merupakan satu satu faktor yang menyebabkan emosi yang

(12)

2

Seseorang individu dalam merespon sesuatu lebih banyak diarahkan oleh

penalaran dan pertimbangan-pertimbangan objektif. Akan tetapi pada saat saat

tertentu di dalam kehidupannya, dorongan emosional banyak campur tangan dan

mempengaruhi pemikiran-pemikiran dan tingkah lakunya (Sunarto & Hartono, 2008:

148-149)

Menurut Gesell dkk. dalam Hurlock (1999: 21H), ‘remaja empat belas tahun

sering kali mudah marah, mudah dirangsang, dan emosinya cendrung meledak-ledak,

tidak berusaha mengendalikan perasaannya. Sebaliknya, remaja enam belas tahun

mengatakan bahwa mereka tidak punya keprihatinan, mudah terangsang dan

cenderung meledak-ledak, penghayatan terhadap situmulus yang berasal dari suatu

lingkungan cenderung berlebihan dan reaksi yang ditunjukkannya pun cenderung

berlebihan.

Dalam menghadapi perubahan emosi tersebut tidak jarang menimbulkan suatu

masalah tersendiri bagi sebagian remaja yang tidak dapat melewati masa badai dan

tekanan, remaja ingin menghadapi masalah tersebut secara mandiri dan terkadang

cenderung menolak bantuan orang lain yang lebih matang secara emosional seperti

orangtua dan guru.

Ketidakmampuan remaja melewati masalahnya menurut yang mereka yakini

menyebabkan remaja mendapati penyelesaian yang dilakukannya tidak sesuai

harapan akhirnya menemukan kegagalan. Karena pada pada saat itu remaja

memandang kehidupan melalui kaca mata berwarna merah jambu, ia melihat dirinya

berdasarkan apa yang dia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, sehingga

(13)

3

Remaja yang tidak memiliki kestabilan emosi cenderung mengarah kepada

gejolak emosi yang bisa menampilkan perilaku menyimpang atau aneh-aneh. Perilaku

menyimpang itu bisa terlihat dari penampilan diri, gaya berbicara dan cara berpakaian

(memakai celana dan baju sobek-sobek, anggota badan tertentu ditato, rambut dipunk

atau digobel dan dicat warna-warni), berkata kasar (tidak sopan/santun), senang

mengkonsumsi minuman keras dan bahkan melakukan tindakan kriminal. Serta

semakin tidak tercapai apa yang diinginkan maka ia akan semakin marah, akan

mudah sakit hati dan kecewa.

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti di lapangan sewaktu mengikuti

Program Pengalaman Lapangan Terpadu (PPLT) 2014 di MAN Kisaran yang dimulai

pada tanggal 25 Agustus - 17 Nopember 2014, Masalah kestabilan emosi yang ada di

Madrasah/Sekolah tersebut antara lain adalah perkelahian yang disebabkan saling

mengejek antar sesama siswa atau antara kakak kelas dengan adik kelas, tidak bisa

menerima nasehat atau teguran dari guru setelah melakukan kesalahan tidak bisa

diajak bekerja sama dalam kelompok belajar dan membuat kegaduhan dalam kelas,

peneliti pernah juga mendapati dari salah satu siswa kelas XI yang tidak bisa menjaga

kestabilan emosinya tepatnya pada 4 September 2014 dengan deskripsi masalah yang

dialami siswa adalah masalah pribadi-sosial, klien yang tak pernah bisa mengkontrol

emosi marahnya secara baik sehingga ia sering menyulut kemarahan orang lain dan

menimbulkan pertengkaran dan ketidaktentramaan di kelas atau lingkungan tempat ia

berada. Seperti masalah kelompok di kelasnya terhadap salah satu Mahasiswa/guru

Program Pengalaman Lapangan Terpadu (PPLT) mata pelajaran Kimia, siswa

(14)

4

lalu menendang pintu kemudian pergi meninggalkan kelas disaat pelajaran sedang

berlangsung.

Menurut peneliti perilaku yang terjadi pada remaja seperti di atas dapat

dihindari dan diminimalisir jika remaja tersebut mampu mengelola dan mengenali

segala sesuatu yang datang ke dalam dirinya sehingga emosi yang dikeluarkan dapat

diarahkan kearah yang lebih baik atau perilaku yang positif. Karena pada dasarnya

masalah yang dialami remaja merupakan pengaruh yang muncul akibat

perkembangan yang dialaminya sehingga mereka mudah sekali menerima gangguan

pikiran, perasaan maupun gangguan perilaku. Remaja bisa dengan mudahnya

mengalami stres, kesedihan, kecemasan, kesepian, keraguan pada diri yang membuat

mereka bereaksi sesuai apa yang mereka anggap baik bagi diri mereka dan tidak

terlalu memikirkan respon orang lain terhadap tindakan yang dilakukannya secara

berlebihan dan terkadang tidak realistis.

Masa remaja sangat potensial dan dapat berkembang ke arah yang positif atau

negatif, oleh sebab itu remaja membutuhkan suatu interaksi, pengetahuan,

pemahaman dan pembelajaran tentang kestabilan emosi baik dalam bentuk

pendidikan, bimbingan maupun pendampingan sangat diperlukan untuk mengarahkan

perkembangan emosional remaja tersebut ke arah yang lebih baik terhadap dirinya

dan bermanfaat untuk orang di sekitarnya. Emosi yang stabil itu sendiri adalah

kemampuan individu untuk mengenali emosi diri sendiri dan mengenali emosi orang

lain serta mengekspresikannya secara baik dalam hubungan sosial.

Dalam rangka upaya pengembangan kestabilan emosi remaja ini salah satu

(15)

5

dikatakan sebuah proses pemberian bantuan kepada seorang remaja dari seorang

konselor dengan menggunakan pendekatan khusus. Konselor di sekolah secara

ekslusif bekerja dan berinteraksi dengan remaja atau siswa. Namun, terkadang sulit

menghadapi siswa yang berada pada masa remaja dengan berbagai

perkembangannya, semuanya itu dapat menjadi terasa menyenangkan, menantang,

dan efektif, jika beberapa prinsip dasar dapat dipahami dengan benar dan dihormati.

Prinsip dan praktik yang diperlukan dalam melakukan konseling remaja tidaklah

rumit atau sulit. Guna membantu remaja secera efektif, perlu mengetahui

karakteristik tahap kehidupan yang sedang dialami dan proses-proses perkembangan

yang terlibat dalam fase remaja. Menerapkan suatu pendekatan konseling secara

khusus didesain untuk mensejajarkan proses perkembangan mereka dan

mempertimbangkan proses komunikasi normal yang digunakan remaja. Dengan

melakukan ini, akan terjadi suatu sinkronisme antara konseling dan pengalaman para

remaja sendiri. Hal ini akan memungkinkan konselor bekerja sama secara tepat

dengan remaja untuk mencapai hubungan kerja yang saling menguntungkan (Kathryn

Geldard dan David Geldard, 2011: 4)

Sebagai konselor yang ingin menjadi efektif dalam membantu remaja

berubah, perlu sekali mengetahui cara remaja dalam menentang dan menimbang

kembali konstruk mereka satu sama lain. Dengan ini konselor berada dalam

lingkungan yang paling baik untuk membantu memfaslitasi perubahan. Strategi

Simbolis khususnya dapat bermanfaat dalam kasus dimana persoalan yang

menyulitkan remaja sangat membuat mereka stress dan tertutup, sehingga tidak dapat

(16)

6

mampu membagi masalah yang menyulitkan mereka mengungkapkan apa persoalan

yang mereka hadapi dan dapat menjadi suatu eksplorasi luapan perasaan baik verbal

maupun non verbal. Kemudian teknik ritual juga sangat membantu dalam menjaga

kestabilan dan menimalisirkan ketidakstabilan emosi pada remaja yang sedang berada

dalam masa peralihan, karena peralihan ini melibatkan sebuah pergerakan dari

menjadi sesuatu menjadi sesuatu yang berbeda dan hal ini disimbolkan dalam ritual.

Penggunaan ritual dalam konseling dapat diciptakan untuk mencapai katarsis dan

membuat remaja mampu melangkah di sepanjang perjalan perkembangan mereka

(Kathryn Geldard dan David Geldard, 2011: 267-276).

Berdasarkan uraian di atas, peniliti menganggap perlu melakukan penelitian

dengan judul “PengaruhB KonselingB RemajaB MelaluiB StrategiB SimbolisB TeknikB

RitualBTerhadapBKestabilanBEmosiBRemajaBDiBMANBKisaranBT.AB2014/2015.BB

B

1.2 IdentifikasiBMasalahB

Permasalahan merupakan hal yang paling utama dan diiringi dengan cara

bagaimana pemecahannya. Namun sebelum hal itu dilakukan terlebih dahulu

dilakukan identifikasi masalah. Agar tidak terjadi kesalahpahaman pengertian tentang

masalah yang akan diteliti maka perlu diidentifikasi masalah terkait judul:

1. Remaja mudah mengalami gangguan, berupa gangguan pikiran, perasaan

maupun gangguan perilaku.

2. Meluapkan emosi terhadap benda atau merusak segala sesuatu yang ada di

(17)

7

H. Ketidakmampuan remaja memahami dan mengelola emosinya.

4. Dalam hal menemukan dan menunjukkan jati dirinya, remaja (siswa) ingin

mandiri dan adakalanya menolak bantuan dari orang lain yang dianggap

lebih matang secara emosional.

1.3BBatasanBMasalah

Adapun pembatasan masalah dalam penelitian agar lebih terarah adalah

“Penggunaan Konseling Remaja Melalui Strategi Simbolis Teknik Ritual Terhadap

Kestabilan Emosi Remaja”. Siswa yang dijadikan subjek penelitian dibatasi hanya

pada siswa kelas XI IPS H MAN Kisaran.

1.4BRumusanBMasalahB

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan masalah

yang akan diteliti agar penelitian yang dilakukan mengarah pada tujuan yang ingin

dicapai yaitu, “Adakah Pengaruh Konseling Remaja Melalui Strategi Simbolis

Teknik Ritual Terhadap Kestabilan Emosi Remaja Di MAN Kisaran T.A 2014/2015”.

1.5 TujuanBPenelitian

Berdasarkan Rumusan penelitian di atas maka yang menjadi tujuan penelititan

penulis adalah “Untuk Mengetahui Pengaruh Konseling Remaja Melalui Strategi

Simbolis Teknik Ritual Terhadap Kestabilan Emosi Remaja”.

B

(18)

8 1.6 ManfaatBPenelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian yang penulis ajukan maka penelitian ini

diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat menambah wawasan

dan keilmuan yang berkaitan dengan pemberian konseling remaja strategi simbolis

dengan teknik ritual terhadap kestabilan emosi remaja/siswa.

b. Manfaat Praktis

1. Bagi Siswa

Bagi siswa dapat bermanfaat sekali untuk menambah wawasan dan cara

bagaimana mengelola dan mengenali emosinya dengan baik sehingga memberikan

manfaat untul dirinya dan orang lain. Sehingga kestabilan emosinya tetap terjaga.

2. Bagi Peneliti

Bagi peneliti akan bermanfaat untuk menambah wawasan dan ilmu dalam

pengetahuan bimbingan dan konseling khususnya mengenai konseling remaja

sehingga diharapkan dari hasil penelitian ini peneliti dapat mengaplikasikannya di

lapangan tempat peneliti bekerja kelak.

H. Bagi Guru Bk / Konselor

a. Memberikan pemahaman terhadap konselor dalam membimbing dan

memecahkan masalah siswa , terutama masalah emosi siswa sehingga siswa

(19)

9

b. Memberikan kontribusi bagi konselor dalam menumbuhkan rasa optimisme

siswa untuk pemecahan masalah yang dihadapinya sehingga diharapkan siswa

mampu menjadi mandiri dalam memecahkan masalahnya sendiri.

4. Bagi Sekolah

Bagi sekolah penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan masukan dalam

pembuatan dan perencanaan program bimbingan dan konseling yang efektif terutama

dibidang pengembangan emosi siswa dengan konseling remaja strategi simbolis

dengan teknik ritual. Dengan harapan siswa mampu mengelola dan mengendalikan

(20)

BABBVB

KESIMPULANBDANBSARANB

5.1BKesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan lahwa pelaksanaan konseling remaja

strategi simlolis teknik ritual mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

kestalilan emosi remaja atau siswa kelas XI IPS 3 MAN. Hasil perhitungan pada

kelompok perlakuan diperoleh JhitungB =B 0,B Dengan α = 0,05 dan n=5, maka

lerdasarkan daftar, Jtalel = 0. Dari data terselut terlihat lahwa Jhitung sama dengan

Jtalel, maka Hipotesis Ho ditolak hal ini diperkuat dengan persamaan rumus Z. Karena

nilai z hitung adalah -2,0226 dan itu lelih kecil dari nilai z talel yaitu -1,96. Maka

hipotesis ditolak artinya ada perledaan antara selelum dan sesudah dileri perlakuan

sehingga, kestalilan emosi remaja atau siswa meningkat sesudah mengikuti konseling

remaja strategi simlolis teknik ritual.

5.2BSaran-saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka selagai tindak lanjut penelitian ini

disarankan hal-hal selagai lerikut:

1. Untuk mengatasi lerlagai permasalahan yang terjadi pada siswa yang

diselalkan oleh emosiona, diharapkan para pendidik khususnya guru BK

dapat memaksimalkan pelayanan dalam lerlagai layanan terkhusus layanan

(21)

2. Pencegahan yang dilakukan sejak dini juga tidak hanya dilakukan oleh para siswa

di sekolah, namun juga seluruh tenaga pendidik sehingga tujuan pendidikan dapat

tercapai melalui anak-anak yang tidak memiliki permasalah yang lersumler dari

rendahnya kestalilan emosi siswa.

3. Diharapkan siswa lelih serius dalam mengikuti layanan-layanan Bimlingan dan

Konseling di sekolah yang dilerikan oleh guru BK, agar siswa dapat

mengantisipasi permasalahan-permasalahan yang ada pada diri sendiri laik dalam

lidang priladi maupun sosial.

4. Hendaknya setiap stake holder di sekolah dapat saling lekerja sama dan saling

memlantu dalam program pendidikan di sekolah, terkhusus di lidang limlingan

dan konseling.

5. Dengan lerlagai layanan, diharapkan juga para guru BK di sekolah untuk dapat

terus lerinovasi untuk menciptkan kreasi-kreasi laru dalam layanan konseling

individu terkhusus konseling remaja strategi simlolis teknik ritual.

B

B

B

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Ali, M & Asrori, M. 2011. Psikologi Remana. Jakarta: Bumi Aksara.

Chaplin, J.P. 2008. Kamus Lengkap Psikologi. Diterjemahkan oleh Kartini Kartono. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Gerald, Corey. 2007. Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: PT RefikaAditama.

Geldard, Kathryn (ed). 2012. Konseling Remaja- Intervensi Praktis Bagi Remaja Beresiko. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Geldard, K & Geldard, D. 2011. Konseling Remana. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Goleman, Daniel. (2002). Kecerdasan Emosional. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka :Utama.

Hurlock E. B. (1997). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepannang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

. (1999). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepannang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. Edisi ke-5.

Lubis, N. L. 2011. Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori dan Praktek Jakarta: Kencana Media Prenada Group.

Milfayetty, Sri. 2012. Assesmen Non Tes Dalam Bimbingan Konseling.Medan: PPs Unimed

Sudjana, N. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Edisi Ke-6

(23)

Sunarto & Hartono, B. A. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Rineka Cipta

Syarif, Kemali. 2014. Perkembangan Peserta Didik. Medan: Unimed Press.

Tanjung, B. N & Ardial. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Kencana Prenada: Jakarta.

Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: PT Raja Grasindo Persada..

UII. 2002. Bab n Kanian Pustaka A. Kestabilan Emosi, (online), dalam

(http://arsip.uii.ac.id/files//2012/08/05,2-bab-23.pdf. Diakses pada 7 Desember 2014.

Gambar

GAMBAR 4.1 Uji Coba Instrument Angket  .................................................

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyatakan bahwa isi karya tulis dengan judul: Pengaruh Motivasi Harga Diri, Kepuasan Kerja, dan Perilaku Kewargaan Yang Organisasional

Pada penelitian ini, jumlah tepung jagung adalah sebesar 3/5 dari seluruh bahan sehingga memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap nilai kadar amilosa beras

Maka, dengan ini kami umumkan peserta lelang yang menjadi pemenang untuk Pengadaan Jasa Kebersihan pada BPK Perwakilan Provinsi Bengkulu, adalah sebagai berikut :..

[r]

deskriptif kualitatif dan hasil belajar kognitif dengan N-gain ternormalisasi untuk mengetahui keefektifan model, Paired - Sample T test untuk mengetahui sebelum

Tujuan dari penelitian ini adalah dapat mengetahui perbandingan besarnya tarif rawat inap dengan metode akuntansi biaya tradisional dan Activity-Based Costing Sistem pada

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pemenuhan kebutuhan spiritualitas lansia di UPT Pelayanan Sosial lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan