PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN MULTIMEDIA TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS, BERPIKIR TINGKAT
TINGGI DAN KETERAMPILAN BERTANYA PADA MATERI SISTEM PERNAPASAN DI SMA NEGERI 5 LANGSA
TESIS
Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Dalam Memenuhi Gelar Megister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
OLEH
RAHMAT SURYA S
NIM.8146174035
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i ABSTRAK
Rahmat Surya S: Pengaruh Model Discovery Learning Berbantuan Multimedia Terhadap Keterampilan Proses Sains, Berpikir Tingkat Tinggi dan Keterampilan Bertanya pada materi sistem pernapasan di SMA Negeri 5 Langsa. Tesis Program Pascasarjana UNIMED 2016
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model discovery
learning berbantuan multi media terhadap: (1) Keterampilan proses sains pada materi sistem pernapasan di SMA Negeri 5 Langsa; (2) berpikir tingkat tinggi pada materi sistem pernapasan di SMA Negeri 5 Langsa; (3) keterampilan bertanya pada materi sistem pernapasan di SMA Negeri 5 Langsa. Penelitian ini merupakan kuasi eksperimen dengan sampel sebanyak tiga kelas dengan
menggunakan teknik cluster random sampling. Kelas XI MIA 1 menggunakan
model discovery learning; Kelas XI MIA 2 menggunakan model discovery
learning berbantuan multimedia dan; kelas XI MIA 3 menggunakan model direct interaction (kontrol). Instrumen penelitian berupa soal uraian untuk menguji keterampilan proses sains dan berpikir tingkat tinggi dan lembar observasi untuk melihat keterampilan bertanya siswa. Teknik analisa data menggunakan uji
ANACOVA yang dilanjutkan dengan uji Tukey's pada taraf signifikansi α = 0,05
dengan SPSS 21,0. Hasil penelitian menunjukan: (1) terdapat pengaruh signifikan
model discovery learning berbantuan multimedia (92,057±5,585), discovery
learning (81,458±11,647), dan direct interaction (73,417±13,682) terhadap keterampilan proses sains dengan nilai F=24,080, p=0,000; (2) terdapat pengaruh
signifikan model discovery learning berbantuan multimedia (87,499±10,03),
discovery learning (79,703±10,79), dan direct interaction (73,897±13,38)
terhadap berpikir tingkat tinggi dengan nilai F=11,485, p=0,000; (3) Adanya
pengaruh model discovery learning berbantuan multimedia terhadap keterampilan
bertanya peserta didik, pada model discovery learning berbantuan multimedia
lebih banyak yang bertanya dibandingkan dengan model pembelajaran discovery
learning dan direct interaction pada materi sistem pernapasan di kelas XI SMA Negeri 5 Langsa.
ii ABSTRACT
Rahmat Surya S: Effect of discovery learning model assisted multimedia to Science Process Skill, high order thinking and the ability to Asking of students SMA Negeri 5 Langsa at Topic Respiratory system. Thesis. Postgraduate Program, State University Of Medan (UNIMED). 2016
This research is aimed to study effect of discovery learning model assisted multimedia on: (1) Science Process Skill of students SMA Negeri 5 Langsa at Topic Respiratory system; (2) high order thinking of students SMA Negeri 5 Langsa at Topic Respiratory system; (3) the ability to Asking of students SMA Negeri 5 Langsa at Topic Respiratory system. This quasi experiment with a sample of three classes using cluster random sampling technique. Class XI MIA 1 used a model of discovery learning; Class XI MIA 2 used discovery learning assisted multimedia; class XI MIA 3 used a direct instruction model (control). The research instrument is a matter of description to test the science process skills and high order thinking and observation sheet format for the ability to asking. The technique of data analiysis was ANACOVA followed by Tukey's test at the level
of significance α=0,05 by using SPSS 21,0. The research result showed: (1) There
was significant effect of discovery learning model assisted multimedia (92,057±5,585), discovery learning model (81,458±11,647), direct interaction (73,417±13,682) to Science Process Skill with F=24,080, p=0,000; (2) There was
significant effect of discovery learning model assisted multimedia
(87,499±10,03), discovery learning model (79,703±10,79), direct interaction (73,897±13,38) to high order thinking with F=11,485, p=0,000; (3) There was significant effect asking the learning model, the model of discovery learning model assisted multimedia more participants were asked compared with discovery learning and Direct interaction model.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan berkat dan anugerah Nya,
sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul “Pengaruh model
discovery learning berbantuan multimedia trhadap keterampilan proses sains , berpikir
tingkat tinggi dan keterampilan bertanya pada materi sistem pernapasan di SMA Negeri
5 Langsa” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan
(M.Pd) Biologi pada Program Pascasarjana Negeri Medan.
Peneliti Menyadari bahwa proses penulisan tesis ini tidak berjalan dengan baik tanpa
bantuan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini, dengan penuh kerendahan hati
penulis menyampaikan terima kasih kepada.
1. Bapak Dr. Hasruddin, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Dr. Mufti
Sudibyo, M.Si Sebagai Dosen Pembimbing II yang sejak awal telah banyak
membimbing, mengkritisi, mengarahkan dan memotivasi peneliti sehingga penulisan
tesis ini dapat terselesaikan.
2. Bapak Prof. Dr. Herbert Sipahutar, M.Sc, Bapak Dr. Syahmi Edi, M.Si, Ibu Dr.
Fauziyah Harahap, M.Si, Selaku penguji sekaligus Ketua Prodi Pendidikan Biologi
yang telah banyak mengkritisi dan mengarahkan peneliti.
3. Ibu Prof. Dr. Retno Dwi Suyantim M.Si, Bapak Drs. Zulkifli Simatupang. M.Pd, dan
Bapak Wasis W.W. Brata, S.Pd, M.Pd sebagai validator materi yang telah
meluangkan waktu dalam mmbimbing dan membantu peneliti dalam penelitian.
4. Kedua Orangtua tercinta saya Mahkamah Siregar dan Almh. Ratna, S.Pd , ibu
iv
seluruh keluarga besar peneliti yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu dimana
telah banyak berjasa berjasa dan selalu mendukung, memotivasi serta memberikan
bantuan baik moril maupun moral pada masa perkuliahan sampai akhir penyelesaian
tesis ini.
5. Kepada Bapak Bukhari M, S.Pd, Rizal, S.Pd, Guminto, S.Pd, Awaludin, S.Pd, Andri
Yusman Persada,S.Pd, Beni Alfajar, S.Pd, M.Sc, Iskandar, S.T, serta Guru dan
Pegawai SMP Negeri 9 Langsa yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu dimana
telah memotivasi serta memberikan bantuan baik moril maupun moral pada masa
perkuliahan sampai akhir penyelesaian tesis ini .
6. Bapak Kepala Sekolah dan Ibu guru bidang study biologi sertas siswa-siswi SMA
Negeri 5 Langsa yang telah memberikan izin dan membantu peneliti dalam
melakukan penelitian.
7. Rekan-rekan Mahasiswa Pasca Sarjana Pendidikan Biologi Universitas Negeri
Medan Kelas A dan B.
Peneliti menyadari bahwa dengan segala keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki
peneliti menyebabkan proses penyelesaian tesis ini jauh dari kesempurnaan, karena itu
peneliti sangat mengharapkan saran-saran dari pembaca demi kesempurnaan tesis ini.
Akhir kata semoga tesisini dapat memberi manfaat bagi pendidikan umumnya dan bagi
mahasiswa Program Pasca Sarjana Biologi pada khususnya.
Medan, Juli 2016
Peneliti
v
2.1.1 Model Pembelajaran Discovery Learning ... 12
2.1.2 Langkah-langkah Operasional Implementasi Dalam Proses Pembelajaran ... 12
2.1.3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Discovery Learning ... 18
2.2. Model Pembelajaran Langsung (Direct Interaction) ... 18
2.2.1. Pengertian Model Pembelajaran Langsung (Direct Interaction) .... 18
2.2.2. Karakteristik Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) ... 20
2.2.3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) ... 21
2.3. Multimedia ... 23
2.3.1. Pengertian Multimedia ... 23
2.3.2. Jenis-jenis Multimedia ... 25
2.3.3. Penggunaan Multimedia Dalam Pembelajaran ... 26
2.3.4. Kelebihan Multimedia ... 27
2.4. Keterampilan Proses Sains ... 27
2.4.1. Hakikat Keterampilan Proses Sains ... 27
2.4.2. Indikator Keterampilan Proses Sains ... 28
2.5. Berpikir Tingkat Tinggi ... 30
2.6. Keterampilan Bertanya ... 36
2.6.1 Pengertian Kemampuan Bertanya ... 36
2.6.2. Pertanyaan dapat meningkatkan kemampuan ... 36
2.6.3. Bentuk-bentuk Kemampuan Bertanya ... 37
2.6.4. Tujuan Bertanya ... 38
2.6.5. Jenis-Jenis Pertanyaan Menurut Taksonomi Bloom ... 39
2.7. Kerangka Berpikir ... 40
2.7.1. Pengaruh Model Discovery Learning Berbantuan Multimedia dan Model pembelajaran Langsung (Direct Instruction) terhadap Keterampilan proses sains ... 40
vi
2.7.3. Pengaruh Model Discovery Learning Berbantuan Multimedia dan
Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) Terhadap
Keterampilan Bertanya ... 43
3.6 Prosedur Pelaksanaan Perlakuan ... 49
3.7 Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 54
3.7.1.Teknik pengumpulan data ... 54
3.7.2. Instrumen Pengumpulan Data ... 54
3.8 Pengontrolan Variabel ... 56
4.1.1 Deskripsi Data Keterampilan Proses sains ... 62
4.1.2 Deskripsi Data Berpikir Tingkat Tinggi ... 63
4.2 Pengajuan Persaratan ... 64
4.2.1 Uji Normalitas ... 64
4.2.2 Uji Homogenitas ... 65
4.3 Pengujian Hipotesis ... 66
4.3.1 Pengaruh Model Discovery Learning Berbantuan Multimedia Terhadap Keterampilan Proses Sain ... 66
4.3.2 Pengaruh Model Discovery Learning Berbantuan Multimedia Terhadap Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi ... 67
4.3.3 Pengaruh Model Discovery Learning Berbantuan Multimedia Terhadap Keterampilan Keterampilan Bertanya ... 68
4.4 Pembahasan ... 69
4.4.1 Pengaruh Model Discovery Learning Berbantuan Multimedia Terhadap Keterampilan Proses Sain ... 69
4.4.2 Pengaruh Model Discovery Learning Berbantuan Multimedia Terhadap Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi ... 74
4.4.3 Pengaruh Model Discovery Learning Berbantuan Multimedia Terhadap Keterampilan Keterampilan Bertanya ... 76
vii
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 79
5.1 Simpulan ... 79
5.2 Implikasi ... 79
5.3 Saran ... 81
viii DAFTAR TABEL
Tabel ... Halaman
21. Sintak Pembelajaran Discovery ... 16
3.1 Pretest-Postest Control Group Design ... 47
3.2. Kisi-kisi Soal Keterampilan Proses Sains ... 54
3.3 Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi ... 55
3.4 Pengamatan Keterampilan Bertanya ... 56
4.1. Nilai Pretes Keterampilan Proses Sains Siswa ... 62
4.2. Nilai Postes Keterampilan Proses Sains Siswa ... 62
4.3 Nilai Pretes Berpikir Tingkat Tinggi Siswa ... 63
4.4 Nilai Postes Berpikir Tingkat Tinggi Siswa ... 63
4.5 Hasil Uji Normalitas Kelas Discovery ... 64
4.6 Hasil Uji Normalitas Kelas Discovery Berbantuan Multimedia ... 64
4.7 Hasil Uji Normalitas Kelas Direct Interaction ... 65
ix
DAFTAR GAMBAR
Tabel ... Halaman
3.1 Bagan Rancangan Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 53
4.1 Pengaruh model discovery learning, discovery learning berbantuan
multimedia dan direct interaction terhadap keterampilan proses sains
(F=24,080 ; P=0,000). Huruf yang berbeda di atas diagram berarti
berbeda signifikan (Uji Tukey) ... 66
4.2 Pengaruh model discovery learning, discovery learning berbantuan
multimedia dan direct interaction terhadap keterampilan berpikir tingkat
tinggi (F=11,485; P=0,000). Huruf yang berbeda di atas diagram berarti
berbeda signifikan (Uji Tukey). ... 67
4.9 Pengamatan Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran ... Halaman
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran kelas model discovery learning ... 88
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran kelas model discovery learning berbantuan multimedia ... 96
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran kelas model direct interaction... 104
4. Kisi-kisi tes keterampilan proses sains (KPS) ... 110
5. Instrumen penelitian tes keterampilan proses sains (KPS) ... 115
6. Jawaban instrumen keterampilan proses sains (KPS) ... 117
7. Kisi-kisi tes kemampuan berpikir tingkat tinggi ... 120
8. Instrumen penelitian tes kemampuan tingkat tinggi ... 121
9. Kunci jawaban tes kemampuan tingkat tinggi ... 122
10.Lembar pengamatan keterampilan bertanya ... 130
11.LKS Pratikum 1 ... 131
12.LKS Pratikum 2 ... 133
13.LKS Pratikum 3 ... 135
14.Data Hasil Keterampilan Proses Sains dan Berpikir Tingkat Tinggi Kelas Model Discovery Learning ... 137
15.Data Hasil Keterampilan Proses Sains dan Berpikir Tingkat Tinggi Kelas Model Discovery Learning Berbantuan Multimedia ... 138
16.Data Hasil Keterampilan Proses Sains dan Berpikir Tingkat Tinggi Kelas Model Direct Interaction ... 139
17.Deskripsi Data Penelitian ... 140
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas Sumber
Daya Manusia dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa.
Pendidikan yang bermutu dan berkualitas tergantung pada tiga hal yaitu
kurikulum, BSNP (2006) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran biologi mampu
mengembangkan kemampuan berpikir analitis, induktif dan deduktif dengan
menggunakan konsep dan prinsip biologi. Sehubungan dengan hal tersebut, maka
sistem penyelenggaraan pendidikan termasuk pembelajaran dan penilaian hasil
belajar diharapkan dapat berubah dari pola berpusat pada guru dan berorientasi
materi (subject matter oriented) ke pola lebih berpusat pada peserta didik dan
berorientasi pada kecakapan hidup (life skill oriented), kecakapan berpikir,
kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vakasional (Depdiknas,
2003).
Hakikat pembelajaran Sains (Biologi) yaitu mengacu pada tiga aspek:
produk, proses, dan sikap ilmiah. Menurut Carin dan Evans (dalam Sudarisman,
2010) pembelajaran sains setidaknya meliputi empat hal, yaitu: produk (content),
proses, sikap dan teknologi. Berdasarkan tujuan tersebut, guru semestinya kreatif
memilih pembelajaran yang dapat memupuk kemampuan berpikir dan sikap
peserta didik. Guru yang efektif antara lain ditandai dengan lima pokok karakter
perilaku yaitu kejelasan dalam memberikan materi pelajaran, menguasai teknik
penyampaian materi, berorientasi kepada perkembangan siswa, menekankan
kepada proses pembelajaran (keaktifan siswa), dan berorientasi pada kesuksesan
2
siswa. Proses pembelajaran harus mampu mengembangkan segenap potensi
peserta didik.Pendidik yang kurang memahami peserta didik akan menyebabkan
terjadi praktik-praktik pembelajaran yang kurang memberikan kemungkinan
terhadap pengembangan potensi peserta didik. Akibatnya potensi peserta didik
akan terabaikan tersia-siakan. Mashari (2014) menyatakan pembelajaran yang
sering dilakukan oleh guru adalah pembelajaran ekspositori (exspository learning)
yang merupakan proses pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered).
Pembelajaran seperti ini akan mengakibatkan keterampilan berpikir kritis peserta
didik kurang optimal dan hal ini tidak sesuai dengan standar kompetensi lulusan
menurut Peraturan Menteri No 23 Tahun 2006.
Seiring dengan berkembangnya penggunaan teori konstruktivisme dan
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran, menuntut
perubahan peran dan cara guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Dengan
prinsip belajar konstruktivisme, guru diharapkan berfungsi sebagai fasilitator
siswanya, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.Kemajuan TIK diharapkan
dapat dimanfaatkan guru untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi pembelajaran
yang dilaksanakan. Paradigma baru menuntut pembelajaran berpusat pada siswa,
interaktif, bersifat menyelidiki, konteks dunia nyata, berbasis tim (kooperatif),
stimulasi ke segala indera, dan alat multimedia dengan memanfaatkan berbagai
teknologi pendidikan. Sebagaimana pendapat Yeoman (2014) menyatakan guru
harus jeli memanfaatkan teknologi informasi sebagai media pembelajaran dalam
menggunakan model pembelajaran karena mengimplementasikan multimedia
3
Hasil riset yang dilakukan oleh Proramme for International Student
Assessment (PISA) pada tahun 2015. Survey ini mengikutkan siswa yang berusia
15 tahun dari 76 negara, yang tergolong dalam negara maju dan negara
berkembang Indonesia menduduki peringkat 69. Survey Trend International
Mathematics Science (TIMSS) tahun 2011 melaporkan tentang nilai rata-rata
sains pada domain kognitif yang merupakan aspek penting dalam kemampuan
pemecahan masalah. Indonesia berada pada tingkat 53 dari 60 negara di dunia.
Indonesia memperoleh skor Mathematic adalah 386, science adalah 406 dan yang
dibawah skor rata-rata TIMSS, yaitu 500. Sedangkan data dari Dinas Pendidikan
Provinsi Aceh diperoleh nilai Ujian Nasional tahun 2014-2015 untuk pelajaran
IPA menduduki peringkat paling bawah dibandingkan mata pelajaran lain dengan
rincian Bahasa Indonesia 65,31, Bahasa Inggris 65,21, Matematika 65,82
sedangkan IPA 62,68.
Hal ini dapat terjadi karena kecenderungan pembelajaran IPA/Sains di
Indonesia yang dikemukakan oleh Depdiknas (2007), bahwa: (1) Pembelajaran
hanya berorientasi pada tes/ujian; (2) Pengalaman belajar yang diperoleh dikelas
tidak utuh dan tidak berorientasi pada tercapainya standart kompetensi dan
kompetensi dasar; (3) pembelajaran lebih bersifat teacher centered; (4) siswa
hanya mempelajari IPA pada domain kognitif yang terendah dan tidak dibiasakan
untuk mengembangkan potensi berpikirnya; (5) cara berpikir yang dikembangkan
dalam kegiatan belajar belum menyentuh domain affektif dan psikomotor; (6)
alasan yang sering dikemukakakan oleh para guru adalah keterbatasan waktu,
4
evaluasi yang dilakukan hanya berorientasi pada produk belajar yang berkaitan
dengan domain kognitif dan tidak menilai proses.
Berdasarkan observasi awal, diperoleh gambaran bahwa keterampilan
proses sains, berpikir tingkat tinggi dan keterampilan bertanya di SMA Negeri di
Kota Langsa masih rendah. Peserta didik belum mampu menemukan sendiri
konsep biologi yang telah dipelajari. Proses pembelajaran di SMA Negeri di Kota
Langsa belum sepenuhnya berpusat pada peserta didik. Guru hanya menyajikan
materi secara teoritik dan abstrak sedangkan peserta didik pasif, siswa hanya
mendengarkan guru ceramah di depan kelas. Sehingga mengakibatkan siswa
menjadi kurang kreatif, antusiasme rendah, kerjasama dalam kelompok tidak
optimal. Beberapa keterampilan proses peserta didik yang lain seperti bertanya,
memberi saran, berpendapat, diskusi, interupsi, menanggapi, memecahkan
masalah, menganalisis, mengambil keputusan tidak tampak selama proses belajar
mengajar berlangsung. Kurang optimalnya penggunaan multimedia yang tersedia
di sekolah serta kurang bervariasi model pembelajaran yang diterapkan guru,
sebagai salah satu penyebab rendahnya keterampilan proses sains, berpikir kritis
dan keterampilan bertanya yang mengakibatkan rendahnya hasil akhir belajar
peserta didik.
Selama ini, guru sudah menggunakan model pembelajaran langsung (direct
instructions) dalam pembelajaran. Hal ini adalah baik karena sudah melalui hasil
penelitian dan telah terbukti keefektifannya khususnya membantu peserta didik
mempelajari pengetahuan deklaratif dan keterampilan dasar (Arends, 2012).
Tetapi kenyataan hasil belajar peserta didik masih rendah. Kegiatan pembelajaran
5
pendengar guru yang sedang ceramah, sekali-kali tanya jawab terjadi jika guru
letih berceramah. Dari fakta tersebut perlu diadakan analisis dan mencari suatu
model yang tepat yang dapat membantu peserta didik mencapai tujuan
pembelajaran.
Salah satu upaya yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah
merancang proses pembelajaran berbantuan eksperimen dan penemuan. Mengapa
selalu nilai belajar dalam pembelajaran biologi rendah adalah karena guru
cenderung hanya menyampaikan konten kurikulum, tetapi tidak menumbuhkan
kreativitas yang diharapkan dan tidak dapat memunculkan daya nalar yang tinggi
bagi peserta didik (Nuh, 2013).
Pembelajaran biologi di SMA mempunyai kecenderungan dalam
pembelajarannya banyak pengembangan konsep dalam kehidupan sehari-hari di
samping juga pengembangan kegiatan ilmiahnya. Didalam konsep biologi tetsebut
dalam pembelajarannya masih dominan aktivitas pada guru, sehingga timbul
kesan biologi diajarkan dalam definisi-definisi atau pengertian-pengertian saja.
Hal tersebut yang menjadikan pembelajaran biologi menimbulkan kesan kurang
bermakna bahkan tidak menarik bagi peserta didik sehingga menjadikan kelas
belajar tidak efektif. Kondisi pembelajaran yang efektif harus mencakup tiga
faktor penting yaitu motivasi belajar, tujuan belajar dan kesesuaian pembelajaran
(Sani, 2013).
Dalam pemilihan model pembelajaran, guru harus menganalisis indikator
dari kompetensi dasar yang akan diajarkan. Salah satu model pembelajaran yang
menempatkan peserta didik sebagai pembelajaran aktif dalam memperoleh konsep
6
discovery learning rnerupakan satu komponen penting di dalam pendekatan
konstruktivisme (Kemdilkbud, 2013) sehingga model ini tepat digunakan dalam
pembelajaran .
Model discovery learning merupakan salah satu model instruksiona kognitif
yang sangat berpengaruh untuk mencapai pengetahuan konseptual yang
ditemukan oleh Bruner (1966 dalam Kemdikbud, 2013). Discovery learning
adalah model belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi
bila pembelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi
diharapkan mengorganisasi sendiri. Konsep dasar pembelajaran penemuan
(discovery learning) adalah bahwa guru harus memfasilitasi instruksi yang
memungkinkan peserta didik untuk menemukan hasil yang telah ditentukan sesuai
dengan tingkat belajar yang diperlukan oleh standar kurikulum (Champina et al
2009).
Dalam kurikulum 2013 selain menekankan menggunakan model
pembelajaran penemuan (discovery learning) melalui mengamati, menanya,
mencoba, menalar dan menyaji juga menggiring peserta didik untuk menemukan
konsep yang sedang dipelajari melalui deduksi, diajak untuk mencari tahu bukan
diberi tahu. Di samping lebih menekankan metode eksperimen, namun tidak
sekedar pembelajaran praktik melainkan lebih menekankan pada penemuan
konsep oleh peserta didik melalui berbagai aktivitas kognitif selama
pengamatan terhadap suatu fakta berlangsung. Hal ini sangat erat kaitannya
dengan kreativitas peserta didik. Proses pembelajaran yang mendukung kreativitas
peserta didik menurut Dyers et al (2011) bahwa dua pertiga dari kemampuan
7
genetik. Kemampuan kreativitas seseorang diperoleh melalui observing
(mengamati), questioning (menanya), associating (menalar), experimenting
(mencoba) dan networking (membentuk jejaring).
Penelitian yang dilakukan oleh Swaak et al (2004) menyatakan bahwa jenis
pembelajaran yang meminta tanggungjawab yang besar pada peserta didik seperti
discovery learning lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional
seperti ekspositori. Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Balim
(2009) menyatakan bahwa model discovey learning merupakan salah satu model
yang meningkatkan keberhasilan peserta didik dan ketrampilan belajar dibanding
pembelajaran tradisional.
Beberapa saran dari peneliti sebelumnya agar model ini berhasil diusahakan
dengan mengimplementasikan alat-alat bantu pembelajaran sebagaimana hasil
penelitian Yunginger (2007) menyatakan penerapan model pembelajaran yakni
integrasi e-learning dan discovery learning pada penyajian mata kuliah
termodinamika dapat meningkatkan hasil belajar, dimana pada siklus III basil
belajar mahasiswa 87% yang menguasai materi dan sudah memenuhi indikator
keberhasilan secara klasikal. Alasan untuk mendukung rekomendasi ini ialah
bahwa alat-alat bantu audiovisual (audiovisual aids) dalam penelitian ini yaitu
multimedia memerlukan kreativitas peserta didik dan pengalaman langsung atau
pengalaman-pengalaman vicarious (pengganti) dan dapat memfasilitasi
pembentukan konsep-konsep pada diri peserta didik. Hal ini secara langsung
berhubungan dengan saran Bruner bahwa sekuensi instruksional paling baik
8
merepresentasikan dunianya yaitu dari enactive ke iconic, dan akhirnya ke
symbolic.
Berdasarkan dari fakta, kondisi, dan data hasil penelitian yang berkaitan
dengan pembelajaran seperti yang diuraikan diatas, maka kegiatan pembelajaran
biologi harus lebih diarahkan pada proses pembelajaran yang mengaktifkan siswa
untuk memperoleh berbagai macam kemampuan yang dapat dianggap relevan
untuk meningkatkan keterampilan proses sains, kemampuan berpikir tingkat
tinggi dan keterampilan bertanya siswa diantara model discovery learning
berbantuan multimedia dan direct interaction.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka dapat
diidentifikasikan beberapa permasalahan yang berhubungan dengan pembelajaran
biologi di sekolah, antara lain:
1. Mayoritas pembelajaran biologi masih didominasi keaktifan guru (teacher
centered) dan guru dalam menjalankan tugasnya cenderung sebagai kegiatan
rutinitas, kurang kreativitas dan inovatif dalam perencanaan ataupun
pelaksanaan pembelajaran, sehingga kesan guru kurang profesional.
2. Kurangnya kesempatan guru dalam mengembangkan model pembelajaran
guna menciptakan pembelajaran yang bermutu bagi peserta didik.
3. Guru merasa kerepotan dalam persiapan perangkat pembelajaran (Program
tahunan, Program semester, RPP dan LKS).
4. Keterbatasan kemampuan guru dalam menggunakan multimedia sebagai alat
9
5. Kurangnya kesempatan yang diberikan kepada peserta didik untuk
mengemukakan pendapatnya atau bertanya.
1.3 Batasan Masalah
Identifikasi masalah yang telah dipaparkan sebelumnya menunjukan
bahwa banyak permasalahan yang perlu dicari pemecahannya sehubungan dengan
model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran biologi.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka penelitian ini membatasi permasalahan pada
ruang lingkup:
1. Pengaruh Model Discovery learning berbantuan multimedia terhadap
keterampilan proses sains pada peserta didik.
2. Kemampuan berpikir tingkat tinggi dibatasi pada ranah kognitif taksonomi
Bloom C4 sampai C6 pada materi sistem pernapasan.
3. Keterampilan bertanya yang dimaksud adalah kemampuan bertanya
diperlukan dalam membaca kritis, ketika seseorang tidak hanya membatasi
diri pada soal mengerti dan mengingat keterangan yang ada, tetapi juga
menilai bahan yang dibaca. Pada tahap keterampilan bertanya peserta didik
menggunakan pertanyaan berupa pertanyaan sintesa (Synthesis Question) dan
pertanyaan evaluasi (Evaluation Question).
1.4. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka dapat
dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada pengaruh model discovery learning (DL) berbantuan multimedia
10
direct instruction (DI) pada materi sistem pernapasan di SMA Negeri 5
Langsa?
2. Apakah ada pengaruh model discovery learning (DL) berbantuan multimedia
terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik dengan model
pembelajaran direct instruction (DI) pada materi sistem pernapasan di SMA
Negeri 5 Langsa?
3. Apakah ada pengaruh model discovery learning (DL) berbantuan multimedia
terhadap kemampuan bertanya peserta didik dengan model pembelajaran direct
instruction (DI) pada materi sistem pernapasan di SMA Negeri 5 Langsa?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh model discovery learning (DL) berbantuan
multimedia terhadap keterampilan proses sains peserta didik dengan model
pembelajaran direct instruction (DI) pada materi sistem pernapasan di SMA
Negeri 5 Langsa.
2. Untuk mengetahui pengaruh model discovery learning (DL) berbantuan
multimedia terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik dengan
model pembelajaran direct instruction (DI) pada materi sistem pernapasan di
SMA Negeri 5 Langsa.
3. Untuk mengetahui pengaruh model discovery learning (DL) berbantuan
multimedia terhadap kemampuan bertanya peserta didik dengan model
pembelajaran direct instruction (DI) pada materi sistem pernapasan di SMA
11
1.6. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis
maupun secara praktis. Manfaat teoritis (1) sebagai bahan referensi yang dapat
digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh model discovery
learning (DL) berbantuan multimedia terhadap keterampilan proses sains, berpikir
tingkat tinggi danketerampilan bertanya peserta didik dengan model pembelajaran
direct instruction (DI); (2) Sebagai bahan pertimbangan, landasan empiris
maupun kerangka acuan bagi penelitian yang relevan di masa mendatang untuk
mengembangkan lebih mendalam tentang penggunaan model discovery learning
berbantuan multimedia; (3) Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan model
pembelajaran biologi pada keterampilan proses sains, berpikir tingkat tinggi dan
keterampilan bertanya.
Manfaat Praktis antara lain: (1) Memberikan sumbangan pemikiran
terhadap upaya peningkatan kompetensi peserta didik dalam pembelajaran (mutu
pendidikan); (2) Memberikan gambaran implementasi model discovery learning
berbantuan multimedia dalam pembelajaran; (3) Sebagai umpan balik bagi guru
biologi dalam upaya peningkatan terhadap keterampilan proses sains, berpikir
tingkat tinggi dan keterampilan bertanya melalui model discovery learning
berbantuan multimedia; dan (4) Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk
79
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan maka
dapat disimpulkan:
1. Ada pengaruh model discovery learning berbantuan multimedia terhadap
keterampilan proses sains di SMA Negeri 5 Langsa. Keterampilan proses
sains di kelas yang menggunakan discovery learning berbantuan multimedia
(92,057±5,585), discovery learning (81,458±11,647), dan direct interaction
(73,417±13,682) dengan nilai F=24,080, p=0,000.
2. Ada pengaruh model discovery learning berbantuan multimedia terhadap
berpikir tingkat tinggi siswa pada materi sistem pernapasan di kelas XI SMA
Negeri 5 Langsa. Berpikir tingkat tinggi siswa yang menggunakan discovery
learning berbantuan multimedia (87,499±10,03), discovery learning
(79,703±10,79), dan direct interaction (73,897±13,38) terhadap berpikir
tingkat tinggi dengan nilai F=11,485, p=0,000.
3. Adanya pengaruh model discovery learning berbantuan multimedia terhadap
keterampilan bertanya peserta didik, pada model discovery learning
berbantuan multimedia lebih banyak yang bertanya dibandingkan dengan
model pembelajaran discovery learning dan direct interaction pada materi
sistem pernapasan di kelas XI SMA Negeri 5 Langsa.
5.2. Implikasi
Proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SMA memiliki
peranan penting untuk menghasilkan siswa yang berkualitas, yaitu manusia yang
80
mampu berpikir kritis, kreatif, logis, berinisiatif dan terampil menanggapi isu dan
permasalahan yang muncul di lingkungan masyarakat yang diakibatkan oleh
aktivitas manusia sehari-hari. Oleh karena itu untuk mempelajari mata pelajaran
IPA seperti biologi diperlukan adanya kemampuan dan keterampilan pada diri
siswa agar dapat mempelajari materi biologi dengan mudah dan mampu
menyelesaikan masalah berdasarkan aturan, pola, atau logika tertentu.
Maka seorang guru dituntut untuk dapat merancang perencanaan dan
memilih model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi sehingga siswa
dapat ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat lebih
mudah memahami materi. Untuk mengoptimalkan siswa aktif dalam belajar,
maka kegiatan pembelajaran harus berorientasi kepada siswa, sehingga guru dapat
menggunakan model pembelajaran yang mengarahkan siswa aktif diantaranya
adalah discovery learning.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukan adanya perbedaan
hasil keterampilan proses sains dan berpikir ti
ngkat tinggi siswa yang dibelajarkan menggunakan model discovery
learning berbantuan multimedia . hal ini memberi penjelasan dan penegasan
bahwa model discovery learning berbantuan multimedia merupakan salah satu
faktor yang menjadi perhatian untuk meningkatkan keterampilan proses sains,
berpikir tingkat tinggi dan keterampilan bertanya siswa dalam materi sistem
pernapasan.
Hal ini dapat dimaklumi karena melalui penerapan pembelajaran yang
tepat dapat meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran sehingga
81
demikian konsekuensinya apabila penerapan pembelajaran yang kurang tepat
dalam proses belajar mengajar maka tentu akan berakibat berkurangnya pula
partisipasi siswa dala belajar.
5.3. Saran
Berdasarkan simpulan yang sesuai dengan hasil penelitian yang
didapatkan, disarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan model discovery learning berbantuan multimedia dapat
diterapkan sebagai bahan referensi untuk memperoleh gambaran terhadap
keterampilan proses sains, berpikir tingkat tinggi dan keterampilan bertanya.
2. Diharapkan para guru dalam kegiatan belajar mengajar dapat memilih model
pembelajaran yang tepat agar memicu keterampilan proses sains, berpikir
tingkat tinggi dan keterampilan siswa, seperti penerapan model discovery
learning berbantuan multimedia yang dapat menciptakan gairah suasana
pembelajaran.
3. Melalui penerapan model discovery learning berbantuan multimedia, guru
harus bersikap sebagai fasilitator bukan sebagai informator, sehingga siswa
dapat merasakan bahwa pengetahuan yang diperoleh merupakan hasil dari
suatu proses.
4. Pembaca dan peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian lanjut
mengenai penggunaan model pembelajaran discovery learning berbantuan
multimedia hendaknya dalam pelaksanaan pembelajaran siswa dibimbing
terlebih dahulu agar lebih siap sehingga dalam kegiatan pembelajaran siswa
82
5. Bagi guru biologi maupun mahasiswa yang berkeinginan mengembangkan
penelitian lebih lanjut mengenai model pembelajaran discovery learning
berbantuan multimedia disarankan untuk mempertimbangkan karakter siswa
dalam menerapkan model pembelajaran yang sesuai
6. dalam meneliti keterampilan proses sains hendaknya guru disarankan untuk
menggunakan model pembelajaran seperti model pembelajaran discovery
learning yang berbantuan multimedia pada materi sistem pernapasan sebagai
usaha menarik minat dan motivasi siswa untuk meningkatkan keterapilan
83
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Sani, R. (2013). Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Arends, R.I. (2001a). Exploring Teaching: An Introduction to Education. New
York : McGraw-Hill
Arends, R I. (2012b). Learning to Teach ninth edition. New York : McGraw-Hill.
Arikunto, S, (2003), Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksar.
Arikunto, S, (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Azhar, Arsyad. (2010). Media Pembelajaran. Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada.
Balim, A. G. (2009). The Effect of Discovery Learning on Students Success an Inquiry Skills. Eurasian Journal of Educational Research/Issue 35, 1-21.
BNSP, (2006), Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMA/MA, Jakarta:
Badan Standar Nasional Pendidikan.
Cohen, L.D, Townsend, R.R, (2008), In the Clinic Hypertension, Available from: (www.annals.org/intheclinic/. Diakses 16 Oktober 2015).
Dahar, R., W. (2011), Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Erlangga.
Depdiknas, (2003), Pendidikan Kontextual Teaching and Learning, Jakarta:
Depdiknas.
Depdiknas, (2006), Berbagai Penekatan dan Model dalam Pembelajaran, Jakarta: Ditjen Dikdasmen. Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
Depdiknas, (2007), Panduan Pembuatan Multimedia Pembelajaran, Jakarta:
Depdiknas.
Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan nasional Republik Indonesia,
Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan. Jakarta: Depdiknas
Dimyanti, (2006a), Belajar dan Pembelajara, Jakarta: Rineka Cipta.
Dimyati dan Mudjiono, (2010b), Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka
Cipta.
84
Dwyer, Francis and Huifen Lin, (2010), The Effect of static and animated
visualization: a perspective of instructional effectiveness and Efficiency. Pennsylvania: The ennsylvania State University.
Dwyer, Tim. 2010. Media Convergence: Issues in Cultural and Media Studies. McGraw Hill & Open University Press. London.
Dyers, J.H. et al. (2011). Innovators DNA: Mastering the Five Skilss of Disruptive Innovators, Harvard Business Review.
Febriani, H, (2013), Pengaruh Metode Discovery Learning dalam tatanan pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap hasil belajar biologi dan kecakapan sosial siswa SMP Swasta PGRI 2 Medan.Jurnal Pendidikan Biologi, 2 (3): 116-124
Fisher, A, (2009), Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar, Terjemahan Oleh
Benyamin Hadinata, Jakarta: Erlangga.
Freeman, J, dan Utami M, (2001), Cerdas dan Cemerlang, Jakarta: Gramedia.
Gronlund, Norman E, (1973), Preparing Criterion-Referenced Test for Classroom Instruction. New York: The Macmillan Publishing Company.
Hamalik, O, (2001), Proses Belajar Mengajar, Jakata: Bumi Aksara.
Heong, Y. M.,Othman, W.D.,Md Yunos, J., Kiong, T.T., Hassan, R., & Mohamad, M.M. (2011). The Level of Marzano Higher Order Thinking
Skills Among Technical Education Students. International Journal of
Social and humanity, 1(2): 121-125.
Ismu, R, Pramudiyanti, Yolida, B. (2012). Pengaruh Penggunaan Media ICT Melalui Metode Discovery Terhadap Keterampilan Proses Sains,14 (2):102-112
Joice, B. & Weil, M, (1972), Conceptual Complexity Teaching Stle and Models of Teaching, Columbia University.
Kawuwung, F, (2011), Profil Guru, Pemahaman Kooperatif NHT, dan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi di SMP Kabupaten Minahasa Utara, Jurnal El-hayah, 1(4): 157-166.
King, F.J, Goodson, L., & Rohani, F. (2006), Higher Order Thinking Skills: Definition, Teaching Strategies, and Assesment, London: A publication of the Edu-cational Services Program.
Krathwohl, D. R.(2002). A revision of Bloom’s Taxonomy: an overview- Theory
85
Learning to think, thinking to learn: (www.purdue.edu/geri diakses 14 Oktober 2015).
Krathwohl, D.R. & Anderson, L.W.(2001). A Taxonomy For Learning, Teaching,
And Assesing; A Revision Of Bloom’s Taxonomy Of Education Objective:
(www.purdue.edu/geri diakses 14 Oktober 2015).
Meiria Sylvi Astuti, (2015), Peningkatan Keterampilan Bertanya dan Hasil Belajar Siswa Kelas 2 SDN Slungkep 03 Menggunakan Model Discovery Learning, Scholaria, 5 (1): 10-23.
Mullis, Et.al. (1999). TIMSS 2007: International Mathematic Report. Boston:
TIMSS & PILRS International Study Center
Mulyati, (2005), Psikologi Belajar, Yogyakarta: C.V. Andi Offset.
Munandar U. (2003), Psikologi & Pengembangan Diri. Jakarta: Rineka Cipta.
Munandar, S.C. Utami, 2003, Pengembangan Krativitas Anak Berbakat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Munandar, U, (2002), Kreativitas & Keberhasilan Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif & Bakat, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Munandar, Utami. (2012). Pengembangan Kreativitas Anak berbakat. Jakarta:
Rineka Cipta.
Nila Alia, Supriyono, (2013), Penerapan Model Direct Instruction Dengan
Menggunakan Keterampilan Proses Sains Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Bangkalan Pada Materi Pokok Azas Black, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, 02 (03): 50-54.
Nuh, M (2013), Menyambut Kurikulum 2013, Jakarta: Kompas.
Nuh, Muhammad. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
OECD. (2012). PISA Results:What Students Know and Can Do- student
performance in mathematics, reading and science (volume 1). (www.oecd.org/pisa/pisaproducts/48852548.pdf diakses 14 Oktober 2015).
Rahayu, E., H. Susanto, dan D. Yulianti, (2011), Pembelajaran Sains dengan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia,
86
Rustaman, (2007b), Strategi Belajar Mengajar Biologi, Malang: Universitas
Negeri Malang.
Rustaman, (2009), Keterampilan Proses Sains, Bogor: Ghalia Indonesia.
Rustaman, (2009a), Model-model Pembelajaran Mengembangkan
Profesionalisme Guru. Depok: Raja Grafindo.
Sanjaya, W, (2006a), Metode Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Sanjaya, W, (2006b), Strategi pembelajaran berorientasi standar proses
pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sari, N, I Darmadi W, dan Saehan, S, (2015), Perbedaan Hasil Belajar Fisika
Antara Siswa yang Belajar Melalui Model Pembelajaran Discovery
Berbantuan Simulasi Komputer Dengan Model Konvensional di SMA Negeri 7 Palu, Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT), 3 (4): 12-16.
Sudarisman, Suciati, (2010), Membangun Karakter Peserta Didik Melalui Pembelajaran Biologi Berbasis Keterampilan Proses.dalam Sajidan (edt). Proceeding Seminar Nasional VII Pendidikan Biologi FKIP UNS Tema : Biologi, Sains, Lingkungan dan Pembelajarannya. Surakarta : 31: 237-243.
Sudjana, (1992), Metode Statistika. Edisi kelima, Bandung: Tarsito.
Sulastri, Meti Indrowati, Nurmiyati, (2013), Perbandingan Kemampuan Berpikir
Tingkat Tinggi Antara Penerapan Model Discovery Learning dengan
Memanfaatkan Potensi Ekosistem Pesisir dan Pembelajaran Konvensional
pada Siswa Kelas X SMA N 1 Tanjungsari, Pendidikan Biologi FKIP
UNS.
Sumarni W, Sudarmin, Kadarwati S , (2013). Pembelajaran Berbasis Multimedia Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Kimia Dan Keterampilan Berpikir Mahasiswa, Jurnal Ilmu Pendidikan, 19(1): 69-77.
Supardi ,(2013), Aplikasi Statatistika Dalam Penelitian ‘’Konsep Statistika Yang
Lebih Komprehensif’’. Jakarta Selatan: Adikita.
Suyanto M, (2005), Multimedia Alat Untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing, Yogyakarta: Penerbit Andi.
87
Swaak, J., & De Jong, T. (2001a). Discovery simulations and the assessment of intuitive knowledge. Journal of Computer Assisted Learning, 17(3): 284-294.
Swaak, J., De Jong, T., & Van Joolingen, W. R. (2004b). The effects of discovery learning and expository instruction on the acquisition of definitional and intuitive knowledge. Journal of Computer Assisted Learning, 20(4): 225-234.
Trianto. (2011). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivitis. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Wijayanti R, Widoretno S, Santos S, (2013), Peningkatan Keterampilan Bertanya (Posing Question) melalui Penerapan Discovery Learning pada Materi Ekosistem di Kelas X Imersi 1 SMA Negeri 2 Karanganyar Tahun Pelajaran 2013/2014, Bio-Pedagogi, 3(2): 41-53
Yunginger, R. (2009). Integrasi E-Learning dan Discovery Learning dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa pada Matakuliah Termodinamika.Gorontalo: UNG
Yurahly D, Darmadi I W, dan Darsikin, (2014), Model Pembelajaran Guided
Discovery dan Direct Instruction Berbasis Keterampilan Proses Sains
Siswa SMA Negeri 4 Palu, Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT),