• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN MULTIMEDIA TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS, BERPIKIR TINGKAT TINGGI DAN KETERAMPILAN BERTANYA PADA MATERI SISTEM PERNAPASAN DI SMA NEGERI 5 LANGSA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN MULTIMEDIA TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS, BERPIKIR TINGKAT TINGGI DAN KETERAMPILAN BERTANYA PADA MATERI SISTEM PERNAPASAN DI SMA NEGERI 5 LANGSA."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN MULTIMEDIA TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS, BERPIKIR TINGKAT

TINGGI DAN KETERAMPILAN BERTANYA PADA MATERI SISTEM PERNAPASAN DI SMA NEGERI 5 LANGSA

TESIS

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Dalam Memenuhi Gelar Megister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

OLEH

RAHMAT SURYA S

NIM.8146174035

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

Rahmat Surya S: Pengaruh Model Discovery Learning Berbantuan Multimedia Terhadap Keterampilan Proses Sains, Berpikir Tingkat Tinggi dan Keterampilan Bertanya pada materi sistem pernapasan di SMA Negeri 5 Langsa. Tesis Program Pascasarjana UNIMED 2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model discovery

learning berbantuan multi media terhadap: (1) Keterampilan proses sains pada materi sistem pernapasan di SMA Negeri 5 Langsa; (2) berpikir tingkat tinggi pada materi sistem pernapasan di SMA Negeri 5 Langsa; (3) keterampilan bertanya pada materi sistem pernapasan di SMA Negeri 5 Langsa. Penelitian ini merupakan kuasi eksperimen dengan sampel sebanyak tiga kelas dengan

menggunakan teknik cluster random sampling. Kelas XI MIA 1 menggunakan

model discovery learning; Kelas XI MIA 2 menggunakan model discovery

learning berbantuan multimedia dan; kelas XI MIA 3 menggunakan model direct interaction (kontrol). Instrumen penelitian berupa soal uraian untuk menguji keterampilan proses sains dan berpikir tingkat tinggi dan lembar observasi untuk melihat keterampilan bertanya siswa. Teknik analisa data menggunakan uji

ANACOVA yang dilanjutkan dengan uji Tukey's pada taraf signifikansi α = 0,05

dengan SPSS 21,0. Hasil penelitian menunjukan: (1) terdapat pengaruh signifikan

model discovery learning berbantuan multimedia (92,057±5,585), discovery

learning (81,458±11,647), dan direct interaction (73,417±13,682) terhadap keterampilan proses sains dengan nilai F=24,080, p=0,000; (2) terdapat pengaruh

signifikan model discovery learning berbantuan multimedia (87,499±10,03),

discovery learning (79,703±10,79), dan direct interaction (73,897±13,38)

terhadap berpikir tingkat tinggi dengan nilai F=11,485, p=0,000; (3) Adanya

pengaruh model discovery learning berbantuan multimedia terhadap keterampilan

bertanya peserta didik, pada model discovery learning berbantuan multimedia

lebih banyak yang bertanya dibandingkan dengan model pembelajaran discovery

learning dan direct interaction pada materi sistem pernapasan di kelas XI SMA Negeri 5 Langsa.

(6)

ii ABSTRACT

Rahmat Surya S: Effect of discovery learning model assisted multimedia to Science Process Skill, high order thinking and the ability to Asking of students SMA Negeri 5 Langsa at Topic Respiratory system. Thesis. Postgraduate Program, State University Of Medan (UNIMED). 2016

This research is aimed to study effect of discovery learning model assisted multimedia on: (1) Science Process Skill of students SMA Negeri 5 Langsa at Topic Respiratory system; (2) high order thinking of students SMA Negeri 5 Langsa at Topic Respiratory system; (3) the ability to Asking of students SMA Negeri 5 Langsa at Topic Respiratory system. This quasi experiment with a sample of three classes using cluster random sampling technique. Class XI MIA 1 used a model of discovery learning; Class XI MIA 2 used discovery learning assisted multimedia; class XI MIA 3 used a direct instruction model (control). The research instrument is a matter of description to test the science process skills and high order thinking and observation sheet format for the ability to asking. The technique of data analiysis was ANACOVA followed by Tukey's test at the level

of significance α=0,05 by using SPSS 21,0. The research result showed: (1) There

was significant effect of discovery learning model assisted multimedia (92,057±5,585), discovery learning model (81,458±11,647), direct interaction (73,417±13,682) to Science Process Skill with F=24,080, p=0,000; (2) There was

significant effect of discovery learning model assisted multimedia

(87,499±10,03), discovery learning model (79,703±10,79), direct interaction (73,897±13,38) to high order thinking with F=11,485, p=0,000; (3) There was significant effect asking the learning model, the model of discovery learning model assisted multimedia more participants were asked compared with discovery learning and Direct interaction model.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan berkat dan anugerah Nya,

sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul “Pengaruh model

discovery learning berbantuan multimedia trhadap keterampilan proses sains , berpikir

tingkat tinggi dan keterampilan bertanya pada materi sistem pernapasan di SMA Negeri

5 Langsa” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan

(M.Pd) Biologi pada Program Pascasarjana Negeri Medan.

Peneliti Menyadari bahwa proses penulisan tesis ini tidak berjalan dengan baik tanpa

bantuan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini, dengan penuh kerendahan hati

penulis menyampaikan terima kasih kepada.

1. Bapak Dr. Hasruddin, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Dr. Mufti

Sudibyo, M.Si Sebagai Dosen Pembimbing II yang sejak awal telah banyak

membimbing, mengkritisi, mengarahkan dan memotivasi peneliti sehingga penulisan

tesis ini dapat terselesaikan.

2. Bapak Prof. Dr. Herbert Sipahutar, M.Sc, Bapak Dr. Syahmi Edi, M.Si, Ibu Dr.

Fauziyah Harahap, M.Si, Selaku penguji sekaligus Ketua Prodi Pendidikan Biologi

yang telah banyak mengkritisi dan mengarahkan peneliti.

3. Ibu Prof. Dr. Retno Dwi Suyantim M.Si, Bapak Drs. Zulkifli Simatupang. M.Pd, dan

Bapak Wasis W.W. Brata, S.Pd, M.Pd sebagai validator materi yang telah

meluangkan waktu dalam mmbimbing dan membantu peneliti dalam penelitian.

4. Kedua Orangtua tercinta saya Mahkamah Siregar dan Almh. Ratna, S.Pd , ibu

(8)

iv

seluruh keluarga besar peneliti yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu dimana

telah banyak berjasa berjasa dan selalu mendukung, memotivasi serta memberikan

bantuan baik moril maupun moral pada masa perkuliahan sampai akhir penyelesaian

tesis ini.

5. Kepada Bapak Bukhari M, S.Pd, Rizal, S.Pd, Guminto, S.Pd, Awaludin, S.Pd, Andri

Yusman Persada,S.Pd, Beni Alfajar, S.Pd, M.Sc, Iskandar, S.T, serta Guru dan

Pegawai SMP Negeri 9 Langsa yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu dimana

telah memotivasi serta memberikan bantuan baik moril maupun moral pada masa

perkuliahan sampai akhir penyelesaian tesis ini .

6. Bapak Kepala Sekolah dan Ibu guru bidang study biologi sertas siswa-siswi SMA

Negeri 5 Langsa yang telah memberikan izin dan membantu peneliti dalam

melakukan penelitian.

7. Rekan-rekan Mahasiswa Pasca Sarjana Pendidikan Biologi Universitas Negeri

Medan Kelas A dan B.

Peneliti menyadari bahwa dengan segala keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki

peneliti menyebabkan proses penyelesaian tesis ini jauh dari kesempurnaan, karena itu

peneliti sangat mengharapkan saran-saran dari pembaca demi kesempurnaan tesis ini.

Akhir kata semoga tesisini dapat memberi manfaat bagi pendidikan umumnya dan bagi

mahasiswa Program Pasca Sarjana Biologi pada khususnya.

Medan, Juli 2016

Peneliti

(9)

v

2.1.1 Model Pembelajaran Discovery Learning ... 12

2.1.2 Langkah-langkah Operasional Implementasi Dalam Proses Pembelajaran ... 12

2.1.3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Discovery Learning ... 18

2.2. Model Pembelajaran Langsung (Direct Interaction) ... 18

2.2.1. Pengertian Model Pembelajaran Langsung (Direct Interaction) .... 18

2.2.2. Karakteristik Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) ... 20

2.2.3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) ... 21

2.3. Multimedia ... 23

2.3.1. Pengertian Multimedia ... 23

2.3.2. Jenis-jenis Multimedia ... 25

2.3.3. Penggunaan Multimedia Dalam Pembelajaran ... 26

2.3.4. Kelebihan Multimedia ... 27

2.4. Keterampilan Proses Sains ... 27

2.4.1. Hakikat Keterampilan Proses Sains ... 27

2.4.2. Indikator Keterampilan Proses Sains ... 28

2.5. Berpikir Tingkat Tinggi ... 30

2.6. Keterampilan Bertanya ... 36

2.6.1 Pengertian Kemampuan Bertanya ... 36

2.6.2. Pertanyaan dapat meningkatkan kemampuan ... 36

2.6.3. Bentuk-bentuk Kemampuan Bertanya ... 37

2.6.4. Tujuan Bertanya ... 38

2.6.5. Jenis-Jenis Pertanyaan Menurut Taksonomi Bloom ... 39

2.7. Kerangka Berpikir ... 40

2.7.1. Pengaruh Model Discovery Learning Berbantuan Multimedia dan Model pembelajaran Langsung (Direct Instruction) terhadap Keterampilan proses sains ... 40

(10)

vi

2.7.3. Pengaruh Model Discovery Learning Berbantuan Multimedia dan

Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) Terhadap

Keterampilan Bertanya ... 43

3.6 Prosedur Pelaksanaan Perlakuan ... 49

3.7 Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 54

3.7.1.Teknik pengumpulan data ... 54

3.7.2. Instrumen Pengumpulan Data ... 54

3.8 Pengontrolan Variabel ... 56

4.1.1 Deskripsi Data Keterampilan Proses sains ... 62

4.1.2 Deskripsi Data Berpikir Tingkat Tinggi ... 63

4.2 Pengajuan Persaratan ... 64

4.2.1 Uji Normalitas ... 64

4.2.2 Uji Homogenitas ... 65

4.3 Pengujian Hipotesis ... 66

4.3.1 Pengaruh Model Discovery Learning Berbantuan Multimedia Terhadap Keterampilan Proses Sain ... 66

4.3.2 Pengaruh Model Discovery Learning Berbantuan Multimedia Terhadap Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi ... 67

4.3.3 Pengaruh Model Discovery Learning Berbantuan Multimedia Terhadap Keterampilan Keterampilan Bertanya ... 68

4.4 Pembahasan ... 69

4.4.1 Pengaruh Model Discovery Learning Berbantuan Multimedia Terhadap Keterampilan Proses Sain ... 69

4.4.2 Pengaruh Model Discovery Learning Berbantuan Multimedia Terhadap Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi ... 74

4.4.3 Pengaruh Model Discovery Learning Berbantuan Multimedia Terhadap Keterampilan Keterampilan Bertanya ... 76

(11)

vii

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 79

5.1 Simpulan ... 79

5.2 Implikasi ... 79

5.3 Saran ... 81

(12)

viii DAFTAR TABEL

Tabel ... Halaman

21. Sintak Pembelajaran Discovery ... 16

3.1 Pretest-Postest Control Group Design ... 47

3.2. Kisi-kisi Soal Keterampilan Proses Sains ... 54

3.3 Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi ... 55

3.4 Pengamatan Keterampilan Bertanya ... 56

4.1. Nilai Pretes Keterampilan Proses Sains Siswa ... 62

4.2. Nilai Postes Keterampilan Proses Sains Siswa ... 62

4.3 Nilai Pretes Berpikir Tingkat Tinggi Siswa ... 63

4.4 Nilai Postes Berpikir Tingkat Tinggi Siswa ... 63

4.5 Hasil Uji Normalitas Kelas Discovery ... 64

4.6 Hasil Uji Normalitas Kelas Discovery Berbantuan Multimedia ... 64

4.7 Hasil Uji Normalitas Kelas Direct Interaction ... 65

(13)

ix

DAFTAR GAMBAR

Tabel ... Halaman

3.1 Bagan Rancangan Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 53

4.1 Pengaruh model discovery learning, discovery learning berbantuan

multimedia dan direct interaction terhadap keterampilan proses sains

(F=24,080 ; P=0,000). Huruf yang berbeda di atas diagram berarti

berbeda signifikan (Uji Tukey) ... 66

4.2 Pengaruh model discovery learning, discovery learning berbantuan

multimedia dan direct interaction terhadap keterampilan berpikir tingkat

tinggi (F=11,485; P=0,000). Huruf yang berbeda di atas diagram berarti

berbeda signifikan (Uji Tukey). ... 67

4.9 Pengamatan Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning

(14)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran ... Halaman

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran kelas model discovery learning ... 88

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran kelas model discovery learning berbantuan multimedia ... 96

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran kelas model direct interaction... 104

4. Kisi-kisi tes keterampilan proses sains (KPS) ... 110

5. Instrumen penelitian tes keterampilan proses sains (KPS) ... 115

6. Jawaban instrumen keterampilan proses sains (KPS) ... 117

7. Kisi-kisi tes kemampuan berpikir tingkat tinggi ... 120

8. Instrumen penelitian tes kemampuan tingkat tinggi ... 121

9. Kunci jawaban tes kemampuan tingkat tinggi ... 122

10.Lembar pengamatan keterampilan bertanya ... 130

11.LKS Pratikum 1 ... 131

12.LKS Pratikum 2 ... 133

13.LKS Pratikum 3 ... 135

14.Data Hasil Keterampilan Proses Sains dan Berpikir Tingkat Tinggi Kelas Model Discovery Learning ... 137

15.Data Hasil Keterampilan Proses Sains dan Berpikir Tingkat Tinggi Kelas Model Discovery Learning Berbantuan Multimedia ... 138

16.Data Hasil Keterampilan Proses Sains dan Berpikir Tingkat Tinggi Kelas Model Direct Interaction ... 139

17.Deskripsi Data Penelitian ... 140

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas Sumber

Daya Manusia dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa.

Pendidikan yang bermutu dan berkualitas tergantung pada tiga hal yaitu

kurikulum, BSNP (2006) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran biologi mampu

mengembangkan kemampuan berpikir analitis, induktif dan deduktif dengan

menggunakan konsep dan prinsip biologi. Sehubungan dengan hal tersebut, maka

sistem penyelenggaraan pendidikan termasuk pembelajaran dan penilaian hasil

belajar diharapkan dapat berubah dari pola berpusat pada guru dan berorientasi

materi (subject matter oriented) ke pola lebih berpusat pada peserta didik dan

berorientasi pada kecakapan hidup (life skill oriented), kecakapan berpikir,

kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vakasional (Depdiknas,

2003).

Hakikat pembelajaran Sains (Biologi) yaitu mengacu pada tiga aspek:

produk, proses, dan sikap ilmiah. Menurut Carin dan Evans (dalam Sudarisman,

2010) pembelajaran sains setidaknya meliputi empat hal, yaitu: produk (content),

proses, sikap dan teknologi. Berdasarkan tujuan tersebut, guru semestinya kreatif

memilih pembelajaran yang dapat memupuk kemampuan berpikir dan sikap

peserta didik. Guru yang efektif antara lain ditandai dengan lima pokok karakter

perilaku yaitu kejelasan dalam memberikan materi pelajaran, menguasai teknik

penyampaian materi, berorientasi kepada perkembangan siswa, menekankan

kepada proses pembelajaran (keaktifan siswa), dan berorientasi pada kesuksesan

(16)

2

siswa. Proses pembelajaran harus mampu mengembangkan segenap potensi

peserta didik.Pendidik yang kurang memahami peserta didik akan menyebabkan

terjadi praktik-praktik pembelajaran yang kurang memberikan kemungkinan

terhadap pengembangan potensi peserta didik. Akibatnya potensi peserta didik

akan terabaikan tersia-siakan. Mashari (2014) menyatakan pembelajaran yang

sering dilakukan oleh guru adalah pembelajaran ekspositori (exspository learning)

yang merupakan proses pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered).

Pembelajaran seperti ini akan mengakibatkan keterampilan berpikir kritis peserta

didik kurang optimal dan hal ini tidak sesuai dengan standar kompetensi lulusan

menurut Peraturan Menteri No 23 Tahun 2006.

Seiring dengan berkembangnya penggunaan teori konstruktivisme dan

kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran, menuntut

perubahan peran dan cara guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Dengan

prinsip belajar konstruktivisme, guru diharapkan berfungsi sebagai fasilitator

siswanya, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.Kemajuan TIK diharapkan

dapat dimanfaatkan guru untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi pembelajaran

yang dilaksanakan. Paradigma baru menuntut pembelajaran berpusat pada siswa,

interaktif, bersifat menyelidiki, konteks dunia nyata, berbasis tim (kooperatif),

stimulasi ke segala indera, dan alat multimedia dengan memanfaatkan berbagai

teknologi pendidikan. Sebagaimana pendapat Yeoman (2014) menyatakan guru

harus jeli memanfaatkan teknologi informasi sebagai media pembelajaran dalam

menggunakan model pembelajaran karena mengimplementasikan multimedia

(17)

3

Hasil riset yang dilakukan oleh Proramme for International Student

Assessment (PISA) pada tahun 2015. Survey ini mengikutkan siswa yang berusia

15 tahun dari 76 negara, yang tergolong dalam negara maju dan negara

berkembang Indonesia menduduki peringkat 69. Survey Trend International

Mathematics Science (TIMSS) tahun 2011 melaporkan tentang nilai rata-rata

sains pada domain kognitif yang merupakan aspek penting dalam kemampuan

pemecahan masalah. Indonesia berada pada tingkat 53 dari 60 negara di dunia.

Indonesia memperoleh skor Mathematic adalah 386, science adalah 406 dan yang

dibawah skor rata-rata TIMSS, yaitu 500. Sedangkan data dari Dinas Pendidikan

Provinsi Aceh diperoleh nilai Ujian Nasional tahun 2014-2015 untuk pelajaran

IPA menduduki peringkat paling bawah dibandingkan mata pelajaran lain dengan

rincian Bahasa Indonesia 65,31, Bahasa Inggris 65,21, Matematika 65,82

sedangkan IPA 62,68.

Hal ini dapat terjadi karena kecenderungan pembelajaran IPA/Sains di

Indonesia yang dikemukakan oleh Depdiknas (2007), bahwa: (1) Pembelajaran

hanya berorientasi pada tes/ujian; (2) Pengalaman belajar yang diperoleh dikelas

tidak utuh dan tidak berorientasi pada tercapainya standart kompetensi dan

kompetensi dasar; (3) pembelajaran lebih bersifat teacher centered; (4) siswa

hanya mempelajari IPA pada domain kognitif yang terendah dan tidak dibiasakan

untuk mengembangkan potensi berpikirnya; (5) cara berpikir yang dikembangkan

dalam kegiatan belajar belum menyentuh domain affektif dan psikomotor; (6)

alasan yang sering dikemukakakan oleh para guru adalah keterbatasan waktu,

(18)

4

evaluasi yang dilakukan hanya berorientasi pada produk belajar yang berkaitan

dengan domain kognitif dan tidak menilai proses.

Berdasarkan observasi awal, diperoleh gambaran bahwa keterampilan

proses sains, berpikir tingkat tinggi dan keterampilan bertanya di SMA Negeri di

Kota Langsa masih rendah. Peserta didik belum mampu menemukan sendiri

konsep biologi yang telah dipelajari. Proses pembelajaran di SMA Negeri di Kota

Langsa belum sepenuhnya berpusat pada peserta didik. Guru hanya menyajikan

materi secara teoritik dan abstrak sedangkan peserta didik pasif, siswa hanya

mendengarkan guru ceramah di depan kelas. Sehingga mengakibatkan siswa

menjadi kurang kreatif, antusiasme rendah, kerjasama dalam kelompok tidak

optimal. Beberapa keterampilan proses peserta didik yang lain seperti bertanya,

memberi saran, berpendapat, diskusi, interupsi, menanggapi, memecahkan

masalah, menganalisis, mengambil keputusan tidak tampak selama proses belajar

mengajar berlangsung. Kurang optimalnya penggunaan multimedia yang tersedia

di sekolah serta kurang bervariasi model pembelajaran yang diterapkan guru,

sebagai salah satu penyebab rendahnya keterampilan proses sains, berpikir kritis

dan keterampilan bertanya yang mengakibatkan rendahnya hasil akhir belajar

peserta didik.

Selama ini, guru sudah menggunakan model pembelajaran langsung (direct

instructions) dalam pembelajaran. Hal ini adalah baik karena sudah melalui hasil

penelitian dan telah terbukti keefektifannya khususnya membantu peserta didik

mempelajari pengetahuan deklaratif dan keterampilan dasar (Arends, 2012).

Tetapi kenyataan hasil belajar peserta didik masih rendah. Kegiatan pembelajaran

(19)

5

pendengar guru yang sedang ceramah, sekali-kali tanya jawab terjadi jika guru

letih berceramah. Dari fakta tersebut perlu diadakan analisis dan mencari suatu

model yang tepat yang dapat membantu peserta didik mencapai tujuan

pembelajaran.

Salah satu upaya yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah

merancang proses pembelajaran berbantuan eksperimen dan penemuan. Mengapa

selalu nilai belajar dalam pembelajaran biologi rendah adalah karena guru

cenderung hanya menyampaikan konten kurikulum, tetapi tidak menumbuhkan

kreativitas yang diharapkan dan tidak dapat memunculkan daya nalar yang tinggi

bagi peserta didik (Nuh, 2013).

Pembelajaran biologi di SMA mempunyai kecenderungan dalam

pembelajarannya banyak pengembangan konsep dalam kehidupan sehari-hari di

samping juga pengembangan kegiatan ilmiahnya. Didalam konsep biologi tetsebut

dalam pembelajarannya masih dominan aktivitas pada guru, sehingga timbul

kesan biologi diajarkan dalam definisi-definisi atau pengertian-pengertian saja.

Hal tersebut yang menjadikan pembelajaran biologi menimbulkan kesan kurang

bermakna bahkan tidak menarik bagi peserta didik sehingga menjadikan kelas

belajar tidak efektif. Kondisi pembelajaran yang efektif harus mencakup tiga

faktor penting yaitu motivasi belajar, tujuan belajar dan kesesuaian pembelajaran

(Sani, 2013).

Dalam pemilihan model pembelajaran, guru harus menganalisis indikator

dari kompetensi dasar yang akan diajarkan. Salah satu model pembelajaran yang

menempatkan peserta didik sebagai pembelajaran aktif dalam memperoleh konsep

(20)

6

discovery learning rnerupakan satu komponen penting di dalam pendekatan

konstruktivisme (Kemdilkbud, 2013) sehingga model ini tepat digunakan dalam

pembelajaran .

Model discovery learning merupakan salah satu model instruksiona kognitif

yang sangat berpengaruh untuk mencapai pengetahuan konseptual yang

ditemukan oleh Bruner (1966 dalam Kemdikbud, 2013). Discovery learning

adalah model belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi

bila pembelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi

diharapkan mengorganisasi sendiri. Konsep dasar pembelajaran penemuan

(discovery learning) adalah bahwa guru harus memfasilitasi instruksi yang

memungkinkan peserta didik untuk menemukan hasil yang telah ditentukan sesuai

dengan tingkat belajar yang diperlukan oleh standar kurikulum (Champina et al

2009).

Dalam kurikulum 2013 selain menekankan menggunakan model

pembelajaran penemuan (discovery learning) melalui mengamati, menanya,

mencoba, menalar dan menyaji juga menggiring peserta didik untuk menemukan

konsep yang sedang dipelajari melalui deduksi, diajak untuk mencari tahu bukan

diberi tahu. Di samping lebih menekankan metode eksperimen, namun tidak

sekedar pembelajaran praktik melainkan lebih menekankan pada penemuan

konsep oleh peserta didik melalui berbagai aktivitas kognitif selama

pengamatan terhadap suatu fakta berlangsung. Hal ini sangat erat kaitannya

dengan kreativitas peserta didik. Proses pembelajaran yang mendukung kreativitas

peserta didik menurut Dyers et al (2011) bahwa dua pertiga dari kemampuan

(21)

7

genetik. Kemampuan kreativitas seseorang diperoleh melalui observing

(mengamati), questioning (menanya), associating (menalar), experimenting

(mencoba) dan networking (membentuk jejaring).

Penelitian yang dilakukan oleh Swaak et al (2004) menyatakan bahwa jenis

pembelajaran yang meminta tanggungjawab yang besar pada peserta didik seperti

discovery learning lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional

seperti ekspositori. Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Balim

(2009) menyatakan bahwa model discovey learning merupakan salah satu model

yang meningkatkan keberhasilan peserta didik dan ketrampilan belajar dibanding

pembelajaran tradisional.

Beberapa saran dari peneliti sebelumnya agar model ini berhasil diusahakan

dengan mengimplementasikan alat-alat bantu pembelajaran sebagaimana hasil

penelitian Yunginger (2007) menyatakan penerapan model pembelajaran yakni

integrasi e-learning dan discovery learning pada penyajian mata kuliah

termodinamika dapat meningkatkan hasil belajar, dimana pada siklus III basil

belajar mahasiswa 87% yang menguasai materi dan sudah memenuhi indikator

keberhasilan secara klasikal. Alasan untuk mendukung rekomendasi ini ialah

bahwa alat-alat bantu audiovisual (audiovisual aids) dalam penelitian ini yaitu

multimedia memerlukan kreativitas peserta didik dan pengalaman langsung atau

pengalaman-pengalaman vicarious (pengganti) dan dapat memfasilitasi

pembentukan konsep-konsep pada diri peserta didik. Hal ini secara langsung

berhubungan dengan saran Bruner bahwa sekuensi instruksional paling baik

(22)

8

merepresentasikan dunianya yaitu dari enactive ke iconic, dan akhirnya ke

symbolic.

Berdasarkan dari fakta, kondisi, dan data hasil penelitian yang berkaitan

dengan pembelajaran seperti yang diuraikan diatas, maka kegiatan pembelajaran

biologi harus lebih diarahkan pada proses pembelajaran yang mengaktifkan siswa

untuk memperoleh berbagai macam kemampuan yang dapat dianggap relevan

untuk meningkatkan keterampilan proses sains, kemampuan berpikir tingkat

tinggi dan keterampilan bertanya siswa diantara model discovery learning

berbantuan multimedia dan direct interaction.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka dapat

diidentifikasikan beberapa permasalahan yang berhubungan dengan pembelajaran

biologi di sekolah, antara lain:

1. Mayoritas pembelajaran biologi masih didominasi keaktifan guru (teacher

centered) dan guru dalam menjalankan tugasnya cenderung sebagai kegiatan

rutinitas, kurang kreativitas dan inovatif dalam perencanaan ataupun

pelaksanaan pembelajaran, sehingga kesan guru kurang profesional.

2. Kurangnya kesempatan guru dalam mengembangkan model pembelajaran

guna menciptakan pembelajaran yang bermutu bagi peserta didik.

3. Guru merasa kerepotan dalam persiapan perangkat pembelajaran (Program

tahunan, Program semester, RPP dan LKS).

4. Keterbatasan kemampuan guru dalam menggunakan multimedia sebagai alat

(23)

9

5. Kurangnya kesempatan yang diberikan kepada peserta didik untuk

mengemukakan pendapatnya atau bertanya.

1.3 Batasan Masalah

Identifikasi masalah yang telah dipaparkan sebelumnya menunjukan

bahwa banyak permasalahan yang perlu dicari pemecahannya sehubungan dengan

model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran biologi.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka penelitian ini membatasi permasalahan pada

ruang lingkup:

1. Pengaruh Model Discovery learning berbantuan multimedia terhadap

keterampilan proses sains pada peserta didik.

2. Kemampuan berpikir tingkat tinggi dibatasi pada ranah kognitif taksonomi

Bloom C4 sampai C6 pada materi sistem pernapasan.

3. Keterampilan bertanya yang dimaksud adalah kemampuan bertanya

diperlukan dalam membaca kritis, ketika seseorang tidak hanya membatasi

diri pada soal mengerti dan mengingat keterangan yang ada, tetapi juga

menilai bahan yang dibaca. Pada tahap keterampilan bertanya peserta didik

menggunakan pertanyaan berupa pertanyaan sintesa (Synthesis Question) dan

pertanyaan evaluasi (Evaluation Question).

1.4. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka dapat

dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada pengaruh model discovery learning (DL) berbantuan multimedia

(24)

10

direct instruction (DI) pada materi sistem pernapasan di SMA Negeri 5

Langsa?

2. Apakah ada pengaruh model discovery learning (DL) berbantuan multimedia

terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik dengan model

pembelajaran direct instruction (DI) pada materi sistem pernapasan di SMA

Negeri 5 Langsa?

3. Apakah ada pengaruh model discovery learning (DL) berbantuan multimedia

terhadap kemampuan bertanya peserta didik dengan model pembelajaran direct

instruction (DI) pada materi sistem pernapasan di SMA Negeri 5 Langsa?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh model discovery learning (DL) berbantuan

multimedia terhadap keterampilan proses sains peserta didik dengan model

pembelajaran direct instruction (DI) pada materi sistem pernapasan di SMA

Negeri 5 Langsa.

2. Untuk mengetahui pengaruh model discovery learning (DL) berbantuan

multimedia terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik dengan

model pembelajaran direct instruction (DI) pada materi sistem pernapasan di

SMA Negeri 5 Langsa.

3. Untuk mengetahui pengaruh model discovery learning (DL) berbantuan

multimedia terhadap kemampuan bertanya peserta didik dengan model

pembelajaran direct instruction (DI) pada materi sistem pernapasan di SMA

(25)

11

1.6. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis

maupun secara praktis. Manfaat teoritis (1) sebagai bahan referensi yang dapat

digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh model discovery

learning (DL) berbantuan multimedia terhadap keterampilan proses sains, berpikir

tingkat tinggi danketerampilan bertanya peserta didik dengan model pembelajaran

direct instruction (DI); (2) Sebagai bahan pertimbangan, landasan empiris

maupun kerangka acuan bagi penelitian yang relevan di masa mendatang untuk

mengembangkan lebih mendalam tentang penggunaan model discovery learning

berbantuan multimedia; (3) Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan model

pembelajaran biologi pada keterampilan proses sains, berpikir tingkat tinggi dan

keterampilan bertanya.

Manfaat Praktis antara lain: (1) Memberikan sumbangan pemikiran

terhadap upaya peningkatan kompetensi peserta didik dalam pembelajaran (mutu

pendidikan); (2) Memberikan gambaran implementasi model discovery learning

berbantuan multimedia dalam pembelajaran; (3) Sebagai umpan balik bagi guru

biologi dalam upaya peningkatan terhadap keterampilan proses sains, berpikir

tingkat tinggi dan keterampilan bertanya melalui model discovery learning

berbantuan multimedia; dan (4) Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk

(26)

79

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan maka

dapat disimpulkan:

1. Ada pengaruh model discovery learning berbantuan multimedia terhadap

keterampilan proses sains di SMA Negeri 5 Langsa. Keterampilan proses

sains di kelas yang menggunakan discovery learning berbantuan multimedia

(92,057±5,585), discovery learning (81,458±11,647), dan direct interaction

(73,417±13,682) dengan nilai F=24,080, p=0,000.

2. Ada pengaruh model discovery learning berbantuan multimedia terhadap

berpikir tingkat tinggi siswa pada materi sistem pernapasan di kelas XI SMA

Negeri 5 Langsa. Berpikir tingkat tinggi siswa yang menggunakan discovery

learning berbantuan multimedia (87,499±10,03), discovery learning

(79,703±10,79), dan direct interaction (73,897±13,38) terhadap berpikir

tingkat tinggi dengan nilai F=11,485, p=0,000.

3. Adanya pengaruh model discovery learning berbantuan multimedia terhadap

keterampilan bertanya peserta didik, pada model discovery learning

berbantuan multimedia lebih banyak yang bertanya dibandingkan dengan

model pembelajaran discovery learning dan direct interaction pada materi

sistem pernapasan di kelas XI SMA Negeri 5 Langsa.

5.2. Implikasi

Proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SMA memiliki

peranan penting untuk menghasilkan siswa yang berkualitas, yaitu manusia yang

(27)

80

mampu berpikir kritis, kreatif, logis, berinisiatif dan terampil menanggapi isu dan

permasalahan yang muncul di lingkungan masyarakat yang diakibatkan oleh

aktivitas manusia sehari-hari. Oleh karena itu untuk mempelajari mata pelajaran

IPA seperti biologi diperlukan adanya kemampuan dan keterampilan pada diri

siswa agar dapat mempelajari materi biologi dengan mudah dan mampu

menyelesaikan masalah berdasarkan aturan, pola, atau logika tertentu.

Maka seorang guru dituntut untuk dapat merancang perencanaan dan

memilih model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi sehingga siswa

dapat ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat lebih

mudah memahami materi. Untuk mengoptimalkan siswa aktif dalam belajar,

maka kegiatan pembelajaran harus berorientasi kepada siswa, sehingga guru dapat

menggunakan model pembelajaran yang mengarahkan siswa aktif diantaranya

adalah discovery learning.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukan adanya perbedaan

hasil keterampilan proses sains dan berpikir ti

ngkat tinggi siswa yang dibelajarkan menggunakan model discovery

learning berbantuan multimedia . hal ini memberi penjelasan dan penegasan

bahwa model discovery learning berbantuan multimedia merupakan salah satu

faktor yang menjadi perhatian untuk meningkatkan keterampilan proses sains,

berpikir tingkat tinggi dan keterampilan bertanya siswa dalam materi sistem

pernapasan.

Hal ini dapat dimaklumi karena melalui penerapan pembelajaran yang

tepat dapat meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran sehingga

(28)

81

demikian konsekuensinya apabila penerapan pembelajaran yang kurang tepat

dalam proses belajar mengajar maka tentu akan berakibat berkurangnya pula

partisipasi siswa dala belajar.

5.3. Saran

Berdasarkan simpulan yang sesuai dengan hasil penelitian yang

didapatkan, disarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan model discovery learning berbantuan multimedia dapat

diterapkan sebagai bahan referensi untuk memperoleh gambaran terhadap

keterampilan proses sains, berpikir tingkat tinggi dan keterampilan bertanya.

2. Diharapkan para guru dalam kegiatan belajar mengajar dapat memilih model

pembelajaran yang tepat agar memicu keterampilan proses sains, berpikir

tingkat tinggi dan keterampilan siswa, seperti penerapan model discovery

learning berbantuan multimedia yang dapat menciptakan gairah suasana

pembelajaran.

3. Melalui penerapan model discovery learning berbantuan multimedia, guru

harus bersikap sebagai fasilitator bukan sebagai informator, sehingga siswa

dapat merasakan bahwa pengetahuan yang diperoleh merupakan hasil dari

suatu proses.

4. Pembaca dan peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian lanjut

mengenai penggunaan model pembelajaran discovery learning berbantuan

multimedia hendaknya dalam pelaksanaan pembelajaran siswa dibimbing

terlebih dahulu agar lebih siap sehingga dalam kegiatan pembelajaran siswa

(29)

82

5. Bagi guru biologi maupun mahasiswa yang berkeinginan mengembangkan

penelitian lebih lanjut mengenai model pembelajaran discovery learning

berbantuan multimedia disarankan untuk mempertimbangkan karakter siswa

dalam menerapkan model pembelajaran yang sesuai

6. dalam meneliti keterampilan proses sains hendaknya guru disarankan untuk

menggunakan model pembelajaran seperti model pembelajaran discovery

learning yang berbantuan multimedia pada materi sistem pernapasan sebagai

usaha menarik minat dan motivasi siswa untuk meningkatkan keterapilan

(30)

83

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Sani, R. (2013). Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Arends, R.I. (2001a). Exploring Teaching: An Introduction to Education. New

York : McGraw-Hill

Arends, R I. (2012b). Learning to Teach ninth edition. New York : McGraw-Hill.

Arikunto, S, (2003), Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksar.

Arikunto, S, (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Azhar, Arsyad. (2010). Media Pembelajaran. Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada.

Balim, A. G. (2009). The Effect of Discovery Learning on Students Success an Inquiry Skills. Eurasian Journal of Educational Research/Issue 35, 1-21.

BNSP, (2006), Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMA/MA, Jakarta:

Badan Standar Nasional Pendidikan.

Cohen, L.D, Townsend, R.R, (2008), In the Clinic Hypertension, Available from: (www.annals.org/intheclinic/. Diakses 16 Oktober 2015).

Dahar, R., W. (2011), Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Erlangga.

Depdiknas, (2003), Pendidikan Kontextual Teaching and Learning, Jakarta:

Depdiknas.

Depdiknas, (2006), Berbagai Penekatan dan Model dalam Pembelajaran, Jakarta: Ditjen Dikdasmen. Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.

Depdiknas, (2007), Panduan Pembuatan Multimedia Pembelajaran, Jakarta:

Depdiknas.

Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan nasional Republik Indonesia,

Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan. Jakarta: Depdiknas

Dimyanti, (2006a), Belajar dan Pembelajara, Jakarta: Rineka Cipta.

Dimyati dan Mudjiono, (2010b), Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka

Cipta.

(31)

84

Dwyer, Francis and Huifen Lin, (2010), The Effect of static and animated

visualization: a perspective of instructional effectiveness and Efficiency. Pennsylvania: The ennsylvania State University.

Dwyer, Tim. 2010. Media Convergence: Issues in Cultural and Media Studies. McGraw Hill & Open University Press. London.

Dyers, J.H. et al. (2011). Innovators DNA: Mastering the Five Skilss of Disruptive Innovators, Harvard Business Review.

Febriani, H, (2013), Pengaruh Metode Discovery Learning dalam tatanan pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap hasil belajar biologi dan kecakapan sosial siswa SMP Swasta PGRI 2 Medan.Jurnal Pendidikan Biologi, 2 (3): 116-124

Fisher, A, (2009), Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar, Terjemahan Oleh

Benyamin Hadinata, Jakarta: Erlangga.

Freeman, J, dan Utami M, (2001), Cerdas dan Cemerlang, Jakarta: Gramedia.

Gronlund, Norman E, (1973), Preparing Criterion-Referenced Test for Classroom Instruction. New York: The Macmillan Publishing Company.

Hamalik, O, (2001), Proses Belajar Mengajar, Jakata: Bumi Aksara.

Heong, Y. M.,Othman, W.D.,Md Yunos, J., Kiong, T.T., Hassan, R., & Mohamad, M.M. (2011). The Level of Marzano Higher Order Thinking

Skills Among Technical Education Students. International Journal of

Social and humanity, 1(2): 121-125.

Ismu, R, Pramudiyanti, Yolida, B. (2012). Pengaruh Penggunaan Media ICT Melalui Metode Discovery Terhadap Keterampilan Proses Sains,14 (2):102-112

Joice, B. & Weil, M, (1972), Conceptual Complexity Teaching Stle and Models of Teaching, Columbia University.

Kawuwung, F, (2011), Profil Guru, Pemahaman Kooperatif NHT, dan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi di SMP Kabupaten Minahasa Utara, Jurnal El-hayah, 1(4): 157-166.

King, F.J, Goodson, L., & Rohani, F. (2006), Higher Order Thinking Skills: Definition, Teaching Strategies, and Assesment, London: A publication of the Edu-cational Services Program.

Krathwohl, D. R.(2002). A revision of Bloom’s Taxonomy: an overview- Theory

(32)

85

Learning to think, thinking to learn: (www.purdue.edu/geri diakses 14 Oktober 2015).

Krathwohl, D.R. & Anderson, L.W.(2001). A Taxonomy For Learning, Teaching,

And Assesing; A Revision Of Bloom’s Taxonomy Of Education Objective:

(www.purdue.edu/geri diakses 14 Oktober 2015).

Meiria Sylvi Astuti, (2015), Peningkatan Keterampilan Bertanya dan Hasil Belajar Siswa Kelas 2 SDN Slungkep 03 Menggunakan Model Discovery Learning, Scholaria, 5 (1): 10-23.

Mullis, Et.al. (1999). TIMSS 2007: International Mathematic Report. Boston:

TIMSS & PILRS International Study Center

Mulyati, (2005), Psikologi Belajar, Yogyakarta: C.V. Andi Offset.

Munandar U. (2003), Psikologi & Pengembangan Diri. Jakarta: Rineka Cipta.

Munandar, S.C. Utami, 2003, Pengembangan Krativitas Anak Berbakat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Munandar, U, (2002), Kreativitas & Keberhasilan Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif & Bakat, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Munandar, Utami. (2012). Pengembangan Kreativitas Anak berbakat. Jakarta:

Rineka Cipta.

Nila Alia, Supriyono, (2013), Penerapan Model Direct Instruction Dengan

Menggunakan Keterampilan Proses Sains Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Bangkalan Pada Materi Pokok Azas Black, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, 02 (03): 50-54.

Nuh, M (2013), Menyambut Kurikulum 2013, Jakarta: Kompas.

Nuh, Muhammad. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

OECD. (2012). PISA Results:What Students Know and Can Do- student

performance in mathematics, reading and science (volume 1). (www.oecd.org/pisa/pisaproducts/48852548.pdf diakses 14 Oktober 2015).

Rahayu, E., H. Susanto, dan D. Yulianti, (2011), Pembelajaran Sains dengan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan

Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia,

(33)

86

Rustaman, (2007b), Strategi Belajar Mengajar Biologi, Malang: Universitas

Negeri Malang.

Rustaman, (2009), Keterampilan Proses Sains, Bogor: Ghalia Indonesia.

Rustaman, (2009a), Model-model Pembelajaran Mengembangkan

Profesionalisme Guru. Depok: Raja Grafindo.

Sanjaya, W, (2006a), Metode Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Sanjaya, W, (2006b), Strategi pembelajaran berorientasi standar proses

pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sari, N, I Darmadi W, dan Saehan, S, (2015), Perbedaan Hasil Belajar Fisika

Antara Siswa yang Belajar Melalui Model Pembelajaran Discovery

Berbantuan Simulasi Komputer Dengan Model Konvensional di SMA Negeri 7 Palu, Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT), 3 (4): 12-16.

Sudarisman, Suciati, (2010), Membangun Karakter Peserta Didik Melalui Pembelajaran Biologi Berbasis Keterampilan Proses.dalam Sajidan (edt). Proceeding Seminar Nasional VII Pendidikan Biologi FKIP UNS Tema : Biologi, Sains, Lingkungan dan Pembelajarannya. Surakarta : 31: 237-243.

Sudjana, (1992), Metode Statistika. Edisi kelima, Bandung: Tarsito.

Sulastri, Meti Indrowati, Nurmiyati, (2013), Perbandingan Kemampuan Berpikir

Tingkat Tinggi Antara Penerapan Model Discovery Learning dengan

Memanfaatkan Potensi Ekosistem Pesisir dan Pembelajaran Konvensional

pada Siswa Kelas X SMA N 1 Tanjungsari, Pendidikan Biologi FKIP

UNS.

Sumarni W, Sudarmin, Kadarwati S , (2013). Pembelajaran Berbasis Multimedia Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Kimia Dan Keterampilan Berpikir Mahasiswa, Jurnal Ilmu Pendidikan, 19(1): 69-77.

Supardi ,(2013), Aplikasi Statatistika Dalam Penelitian ‘’Konsep Statistika Yang

Lebih Komprehensif’’. Jakarta Selatan: Adikita.

Suyanto M, (2005), Multimedia Alat Untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing, Yogyakarta: Penerbit Andi.

(34)

87

Swaak, J., & De Jong, T. (2001a). Discovery simulations and the assessment of intuitive knowledge. Journal of Computer Assisted Learning, 17(3): 284-294.

Swaak, J., De Jong, T., & Van Joolingen, W. R. (2004b). The effects of discovery learning and expository instruction on the acquisition of definitional and intuitive knowledge. Journal of Computer Assisted Learning, 20(4): 225-234.

Trianto. (2011). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivitis. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Wijayanti R, Widoretno S, Santos S, (2013), Peningkatan Keterampilan Bertanya (Posing Question) melalui Penerapan Discovery Learning pada Materi Ekosistem di Kelas X Imersi 1 SMA Negeri 2 Karanganyar Tahun Pelajaran 2013/2014, Bio-Pedagogi, 3(2): 41-53

Yunginger, R. (2009). Integrasi E-Learning dan Discovery Learning dalam

Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa pada Matakuliah Termodinamika.Gorontalo: UNG

Yurahly D, Darmadi I W, dan Darsikin, (2014), Model Pembelajaran Guided

Discovery dan Direct Instruction Berbasis Keterampilan Proses Sains

Siswa SMA Negeri 4 Palu, Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT),

Gambar

Tabel ........................................................................................
Tabel ........................................................................................

Referensi

Dokumen terkait

Motivasi = wants, need atau desire dari seseorang Misal : Sesorang dimotivasi untuk memperoleh.. uang, artinya motivasi tinggi untuk mempunyai uang akan mempengaruhi

Saat membuka suatu situs web, kalian dapat menyimpan alamat web yang menarik atau yang sering kalian kunjungi ke dalam suatu fungsi pada Internet Explorer yang biasa disebut

Source : Social, Manpower and Population Mobility Ofce of Pamekasan Regency... Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas

(Seratus delapan puluh empat juta lima ratus ribu rupiah). Demikian disampaikan, atas perhatiannya diucapkan

menggembirakan bagi perkembangan Islam di kalangan sahabat. Dalam banyak hal, Rasul senantiasa mengajarkannya dengan disertai latihan pengamalannya, di antaranya; tatacara

Dengan Huruf Dua ratus tujuh puluh sembilan juta lima ratus sepuluh ribu rupiah Keterangan Perincian sebagai berikut :. Qty

Sehubungan dengan telah selesainya evaluasi dokumen kualifikasi untuk pekerjaan Pengadaan Cetak Administrasi Sekolah Pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Musi Banyuasin ,

Penelitian yang digunakan penulis adalah pengujian hipotesis untuk menguji perbedaan alokasi belanja modal dan alokasi revisi belanja total pada kepala daerah