• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Pertumbuhan Dan Produksi Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) Pada Beberapa Komposisi Lumpur Kering Limbah Domestik Sebagai Media Tanam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Respon Pertumbuhan Dan Produksi Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) Pada Beberapa Komposisi Lumpur Kering Limbah Domestik Sebagai Media Tanam"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG HIJAU (Phaseolus

radiatus L.) PADA BEBERAPA KOMPOSISI LUMPUR KERING LIMBAH

DOMESTIK SEBAGAI MEDIA TANAM

SKRIPSI

OLEH:

LIZA KHAIRANI 030301017/Agronomi

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG HIJAU (Phaseolus

radiataus L.) PADA BEBERAPA KOMPOSISI LUMPUR KERING

LIMBAH DOMESTIK SEBAGAI MEDIA TANAM

SKRIPSI

OLEH:

LIZA KHAIRANI 030301017/Agronomi

Skripsi Merupakan Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara, Medan

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Skripsi : Respon Pertumbuhan dan Produksi Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) Pada Beberapa Komposisi Lumpur Kering Limbah Domestik Sebagai Media tanam

Nama : Liza Khairani NIM : 030301017

Departemen : Budidaya Pertanian Program Studi : Agronomi

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

(Ir. Haryati, MP) (Dr. Ir. Hapsoh, MS)

Ketua Anggota

Mengetahui,

(4)

ABSTRACT

The objectives of research was to know about response of growth and production of mung bean on several composition of dry mud from domestic waste as medium of plantation. Non Factorial Randomized Block Design was used consisted of 9 treatment of Medium Composition wich are : P1 (Top soil + Sand + Sludge = 100% + 0 + 0), P2 (Top soil + Sand + Sludge = 50% + 50% + 0), P3 (Top soil + Sand + Sludge = 50% + 0 + 50%), P4 (Top soil + Sand + Sludge = 50% + 25% +25%), P5 (Top soil + Sand + Sludge = 25% + 25% + 50%), P6 (Top soil + Sand + Sludge = 25% + 50% + 25%), P7 (Top soil + Sand + Sludge = 0 + 50% + 50%), P8 (Top soil + Sand + Sludge = 0 + 100% + 0), P9 (Top soil + Sand + Sludge = 0 + 0 + 100%). The parameters observed were the plant height, the diameters of stem, the amount of branches, the time of flowering, the time of harvest, the weight of dry shoot, the weight of dry root, the production per plant, and the weight of 100 dry seeds. The research showed that the dry mud from domestic waste significantly affected to all observed parameters.

(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi kacang hijau pada beberapa komposisi lumpur kering limbah domestik sebagai media tanam. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) non faktorial yang terdiri dari 9 perlakuan komposisi media yaitu : P1 (Top soil + Pasir + Sludge = 100% + 0 + 0), P2 (Top soil + Pasir + Sludge = 50% + 50% + 0), P3 (Top soil + Pasir + Sludge = 50% + 0 + 50%), P4 (Top soil + Pasir + Sludge = 50% + 25% +25%), P5 (Top soil + Pasir + Sludge = 25% + 25% + 50%), P6 (Top soil + Pasir + Sludge = 25% + 50% + 25%), P7 (Top soil + Pasir + Sludge = 0 + 50% + 50%), P8 (Top soil + Pasir + Sludge = 0 + 100% + 0), P9 (Top soil + Pasir + Sludge = 0 + 0 + 100%). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter batang, jumlah cabang, umur berbunga, umur panen, bobot kering tajuk, bobot kering akar, produksi pertanaman, bobot 100 biji kering. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa lumpur kering limbah domestik berpengaruh nyata terhadap semua parameter pengamatan.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Balai pada tanggal 1 Desember 1984 dari ayahanda Jamhur Simanjuntak dan ibunda Suparmi. Penulis merupakan anak ketujuh dari 7 bersaudara.

Tahun 2003 penulis lulus dari MAN Tanjung Balai dan pada 2003 lulus seleksi masuk USU melalui jalur PMP. Penulis memilih program studi Agronomi Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Respon Pertumbuhan dan Produksi Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) Pada Beberapa Komposisi Lumpur Kering Limbah Domestik Sebagai Media Tanam” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

(8)

anak-anak HN, anak kost Gg Purba No. 1, teman-teman BDP’03, BDP’04, BDP’05, BDP’06 atas persahabatan yang indah selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Pebruari 2008

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Hipotesis Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman... 5

Syarat Tumbuh ... 7

Iklim ... 7

Tanah... 7

Lumpur Kering Limbah Domestik ... 8

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu... 11

Bahan dan Alat ... 11

Metode Penelitian ... 11

PELAKSANAAN PENELITIAN Penyiapan Lahan... 14

Penyiapan Media Tanam ... 14

Pengapuran ... 14

Pemupukan Dasar ... 15

Penyiapan Benih ... 15

Penanaman Benih ... 15

Penjarangan ... 15

Pemeliharaan ... 16

Penyiraman... 16

Penyulaman ... 16

Penyiangan ... 16

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 16

Panen... 17

Pengamatan Parameter ... 17

Tinggi Tanaman (cm)... 17

(10)

Jumlah Cabang (cabang) ... 17

Umur Berbunga (hari) ... 18

Umur Panen (hari)... 18

Bobot Kering Tajuk (g) ... 18

Bobot Kering Akar (g) ... 18

Produksi per Tanaman (g) ... 18

Bobot 100 Biji Kering (g) ... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil... 19

Pembahasan ... 31

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 37

Saran ... 37 DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR TABEL

Hal

1. Rataan Tinggi Tanaman dari 9 Komposisi Media Tanam ...19

2. Rataan Diameter Batang dari 9 Komposisi Media Tanam ...20

3. Rataan Jumlah Cabang dari 9 Komposisi Media Tanam...22

4. Rataan Umur Berbunga dari 9 Komposisi Media Tanam...23

5. Rataan Umur Panen dari 9 Komposisi Media Tanam...24

6. Rataan Bobot Kering Tajuk dari 9 Komposisi Media Tanam ...26

7. Rataan Bobot Kering Akar dari 9 Komposisi Media Tanam...27

8. Rataan Produksi per Tanaman dari 9 Komposisi Media Tanam ...28

(12)

DAFTAR GAMBAR

Hal

1. Histogram Rataan Tinggi Tanaman dari 9 Komposisi Media Tanam ...20

2. Histogram Rataan Diameter Batang dari 9 Komposisi Media Tanam...21

3. Histogram Rataan Jumlah Cabang dari 9 Komposisi Media Tanam ...22

4. Histogram Rataan Umur Berbunga dari 9 Komposisi Media Tanam ...24

5. Histogram Rataan Umur Panen dari 9 Komposisi Media Tanam...25

6. Histogram Rataan Bobot Kering Tajuk dari 9 Komposisi Media Tanam...26

7. Histogram Rataan Bobot Kering Akar dari 9 Komposisi Media Tanam ...28

8. Histogram Rataan Produksi per Tanaman dari 9 Komposisi Media Tanam...29

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

1. Deskripsi Tanaman ... 40

2. Analisis Lumpur Kering Limbah Domestik IPAL PDAM Tirta Nadi... 41

3. Analisis pH Media Penelitian ... 42

4. Analisis Al-dd Media Penelitian ... 43

5. Data Pengamatan Tinggi Tanaman ... 44

6. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman ... 44

7. Data Pengamatan Diameter Batang ... 45

8. Analisis Sidik Ragam Diameter Batang... 45

9. Data Pengamatan Jumlah Cabang ... 46

10. Analisis Sidik Ragam Jumlah Cabang ... 46

11. Data Pengamatan Umur Berbunga ... 47

12. Analisis Sidik Ragam Umur Berbunga ... 47

13. Data Pengamatan Umur Panen ... 48

14. Analisis Sidik Ragam Umur Panen ... 48

15. Data Pengamatan Bobot Kering Tajuk ... 49

16. Analisis Sidik ragam Bobot Kering Tajuk ... 49

17. Data Pengamatan Bobot Kering Akar ... 50

18. Analisis Sidik Ragam Bobot Kering Akar ... 50

19. Data Pengamatan Produksi per Tanaman ... 51

20. Analisis Sidik Ragam Produksi per Tanaman... 51

21. Data Pengamatan Bobot 100 Biji Kering... 52

(14)

23. Rangkuman Uji Beda Rataan... 53

24. Foto Tinggi Tanaman Kacang Hijau... 54

25. Foto Jumlah Cabang Tanaman Kacang Hijau... 54

26. Data Lama Penyinaran Matahari... 55

27. Data Curah Hujan... 56

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman kacang hijau sudah lama dikenal dan ditanam masyarakat tani Indonesia. Asal-usul tanaman kacang hijau diduga dari kawasan India. Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani Soviet, menyebutkan bahwa India merupakan daerah asal sejumlah suku (famili) Leguminosae. Salah satu bukti yang mendukung pendapat Vavilov adalah ditemukannya plasma nutfah kacang hijau jenis Phaseolus mango di India atau disebut kacang hijau India (Rukmana, 1997).

Kacang hijau yang disebut juga mung bean, green gram, atau golden gram

merupakan tanaman leguminoceae peringkat ketiga yang dikembangkan di Indonesia. Tanaman ini mempunyai potensi pasar yang cukup menjanjikan karena masih dapat dikembangkan lebih lanjut. Bentuk komoditasnya sebagai biji merupakan salah satu keuntungan yang bisa di simpan dengan mudah dan tahan lama. Hampir semua negara di dunia membutuhkan kacang hijau untuk berbagai macam keperluan. Yang dibutuhkan sekarang tinggal kejelian para petani

produsen kacang hijau dalam memanfaatkan peluang tersebut (Andrianto dan Indarto, 2004).

(16)

metionina, fenilalanina, treonina, triptofana, dan valina. Kacang hijau mengandung karbohidrat sekitar 58%. Pemanfaatan dari patinya dapat dibuat sebagai tepung bahan berbagai bentuk makanan bayi sampai orang dewasa. Pati kacang hijau terdiri dari amilosa 28,8%, dan amilopektin 71,2%. Selain itu kacang hijau banyak diberikan sebagai obat kepada penderita penyakit beri-beri, karena mengandung vitamin B1 yang tinggi. Kacang hijau juga banyak di manfaatkan sebagai panganan seperti rempeyek kacang hijau, atau sebagai bubur kacang hijau yang dicampur dengan jahe dan santan kelapa. Kacang hijau juga digunakan untuk membuat tauge kacang hijau sebagai campuran gado-gado. Kegunaan lain kacang hijau adalah sebagai pupuk hijau dan penutup tanah (Deptan, 2007).

Dengan semakin berkurangnya tingkat kesuburan tanah, maka akan mengakibatkan menurunnya produksi pertanian. Karena lahan-lahan yang berpotensi untuk menghasilkan produktivitas pertanian telah di gunakan untuk pemukiman. Sehingga untuk meningkatkan produktivitas tersebut diperlukan alternatif lain, yaitu sesuatu yang digunakan sebagai campuran media yang dapat memberikan nutrisi bagi tanaman.

(17)

Lumpur kering yang berasal dari IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) PDAM Tirta Nadi belum banyak digunakan oleh masyarakat terutama petani, karena dianggap belum begitu menguntungkan. Padahal pada lumpur kering ini banyak mengandung unsur hara yang bermanfaat bagi tanaman. Lumpur kering yang berasal dari IPAL terdiri dari dua jenis yaitu sludge dan pasir atau disebut juga Grit Chamber. Lumpur kering ini juga dapat digunakan sebagai campuran media tanam. Sebab pada lumpur kering IPAL ini memiliki sejumlah elemen-elemen yang dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman, antara lain dari segi fisik: Lumpur kering IPAL memiliki tekstur lempung berpasir, dimana pada tekstur seperti ini perakaran tanaman akan tumbuh dengan baik serta akan mudah air dan udara bersirkulasi. Sedangkan dari segi kimiawi: Lumpur kering IPAL memiliki sejumlah unsur hara seperti N, P, K, Mg, dan Na sebagai pensuplai nutrisi bagi tanaman. Oleh karena itu penggunaan lumpur kering ini sebagai campuran media tanam diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peningkatan produksi tanaman.

(18)

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) pada beberapa komposisi lumpur kering limbah domestik sebagai media tanam.

Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh komposisi media lumpur kering limbah domestik terhadap pertumbuhan dan produksi kacang hijau (Phaseolus radiatus L.)

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan ilmiah penyusunan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Tjitrosoepomo (1991) kedudukan tanaman kacang hijau dalam taksonomi tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut:

Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Rosales

Famili : Papilionaceae Genus : Phaseolus

Species : Phaseolus radiatus L.

Tanaman kacang hijau berakar tunggang. Sistem perakarannya dibagi menjadi dua, yaitu mesophytes dan xerophytes. Mesophytes mempunyai banyak cabang akar pada permukaan tanah dan tipe pertumbuhannya menyebar. Sementara xerophytes memiliki akar cabang lebih sedikit dan memanjang ke arah bawah (Puslitbangtan, 2006).

Tanaman kacang hijau berbatang tegak dengan cabang menyamping pada batang utama, berbentuk bulat dan berbulu. Warna batang dan cabangnya ada hijau dan ada juga ungu (Andrianto dan Indarto, 2004).

(20)

yang berhadapan dan masing-masing daun berupa daun tunggal. Batang kacang hijau tumbuh tegak dengan ketinggian mencapai 30 cm- 110 cm dan cabangnya menyebar kesegala arah (Rukmana, 1997).

Daunnya terdiri dari tiga helaian (trifoliat) dan letaknya berseling. Tangkai daunnya lebih panjang dari daunnya dengan warna hijau muda sampai hijau tua (Andrianto dan Indarto, 2004).

Bunga kacang hijau berwarna kuning, tersusun dalam tandan, keluar pada cabang serta batang dan dapat menyerbuk sendiri. Polong kacang hijau berbentuk silindris dengan panjang antara 6 – 15 cm dan berbulu pendek. Sewaktu muda polong berwarna hijau dan berwarna hitam atau coklat ketika tua, dengan isi polong 10 – 15 biji (Andrianto dan Indarto, 2004).

Bunga-bunga yang berwarna kuning keluar secara berkelompok sebanyak 4-8 kuntum pada tiap-tiap tangkai bunga yang panjang dan tegak. Seperti tanaman polong-polongan lain bunga kacang hijau berbentuk kupu-kupu dan menyerbuk

sendiri. Terdapat hingga 16 kuntum bunga pada satu tangkai bunga (Idris, Mohamad dan Normah, 1982).

(21)

Biji kacang hijau berukuran relatif lebih kecil dari pada biji kacang-kacang lain dan berwarna hijau kusam atau hijau mengkilap. Ada beberapa biji yang berwarna kuning, coklat atau hitam (Andrianto dan Indarto, 2004).

Syarat Tumbuh

Iklim

Berdasarkan indikator di daerah sentrum produsen tersebut keadaan iklim yang ideal untuk tanaman kacang hijau adalah daerah yang bersuhu 250C – 270C dengan kelembaban udara 50% - 80%, curah hujan antara 50 mm – 200 mm perbulan, dan cukup mendapat sinar matahari (tempat terbuka). Jumlah curah hujan dapat mempengaruhi produksi kacang hijau. Tanaman ini cocok ditanam pada musim kering (kemarau) yang rata-rata curah hujannya rendah. Di daerah yang bercurah hujan tinggi, pertanaman kacang hijau mengalami banyak hambatan dan gangguan, misalnya mudah rebah dan terserang penyakit. Produksi kacang hijau pada musim hujan umumnya lebih rendah dibandingkan dengan produksi pada musim kemarau (Rukmana, 1997).

Pada banyak jenis tanaman khususnya pada banyak jenis tanaman semusim, suhu memainkan peranan yang sangat penting dalam proses pembentukan dan perkembangan bunga (Barden, Halfcare and Parish, 1987).

Tanah

(22)

(humus), aerasi dan draenasenya baik, serta mempunyai kisaran pH 5,8 – 6,5. Untuk tanah yang ber pH lebih rendah dari pada 5,8 perlu dilakukan pengapuran (liming). Fungsi pengapuran adalah untuk meningkatkan mineralisasi nitrogen organik dalam sisa-sisa tanaman, membebaskan nitrogen sebagai ion ammonium dan nitrat agar tersedia bagi tanaman, membantu memperbaiki kegemburan serta meningkatkan pH tanah mendekati netral (Rukmana, 1997).

Lahan pertanaman kacang hijau sebaiknya di dataran rendah hingga 500 m dpl. Curah hujan yang rendah cukup di toleransi tanaman ini apalagi pada tanah bekas tanaman yang diairi seperti padi. Tanah yang ideal adalah tanah ber pH 5,8 dengan kandungan fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan belerang yang cukup agar bisa maksimal berproduksi (Andrianto dan Indarto, 2004).

Unsur hara makro tersedia dalam jumlah optimal pada kisaran pH 6,5 – 7,5 atau mendekati netral. Seperti unsur hara P tersedia dalam jumlah

banyak pada kisaran pH 6,5 – 8 dan 9 – 10 (Sutedjo, 1987).

Lumpur Kering Limbah Domestik

Seorang petani atau ahli pertanian menganggap lahan sebagai media tumbuh bagi akar tanaman. Selanjutnya tanaman dapat memanfaatkan segala isi tanah berupa mineral, unsur hara, air serta mikroorganisme tanah sebagai sumber kehidupan tanaman. Tanah sebagai media tumbuh tanaman dapat pula dimanipulasi dengan maksud agar pertumbuhan tanaman di atasnya menjadi semakin baik, sehingga dapat berproduksi secara maksimal (Ashari, 1995).

(23)

tumbuh-berkembangnya perakaran penopang tegak-tumbuhnya tanaman dan penyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl, dan lain-lain), dan secara biologis berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman-tanaman; ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan” (Hanafiah, 2005).

Limbah cair merupakan residu sesudah melalui IPAL (Instalasi Penjernihan Air Limbah) yang meliputi bahan sedimentasi, filtrasi, perombakan presipitasi, dan oksidasi. Hasil akhir proses masih mengandung bahan organik sebanyak 40% - 60%. Limbah cair yang mengandung padatan 20% - 10% dapat langsung digunakan ke tanah pertanian, atau limbah cair yang dikeringkan dengan kandungan padatan sebanyak 18% -25% atau dalam bentuk sari kering (Sutanto, 2002).

(24)

Sumbangan bahan organik akan memberikan pengaruh terhadap sifat fisik dan kimia serta biologi tanah. Bahan organik memiliki peranan kimia didalam menyediakan nitrogen, fosfor, kalium, magnesium dan sulfur bagi tanaman (Sarief, 1985).

Lumpur kering IPAL PDAM mengandung 11,78% C-organik, 1,24% N total, 1,63 mg/100 g P dan 48,50 mg/100 g K, tetapi kandungan timah dan kadmium yang mencapai masing-masing 173,98 dan 3,72 mg/kg perlu dipertimbangkan sebelum dimanfaatkan untuk pertanian (Hindersah dkk, 2007).

Berdasarkan hasil analisis laboratorium lumpur kering yang berasal dari Instalasi Pengolahan Air Limbah Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Nadi Medan (IPAL PDAM) yang terdiri dari sludge dan pasir atau disebut juga Grit Chamber diperoleh data sebagai berikut: sludge mengandung 0,69% N; 39,56 ppm P; 0,045 me/100 g K; 0,110 me/100 g Na; 6,173 me/100 g Ca; dan 7,332 g Mg. sedangkan pasir mengandung 0,23% N; 83,57 ppm P; 0,127 me/100 g K; 0,135 me/100 g Na; 2,768 me/100 g Ca; dan 3,407 me/100 g Mg.

(25)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2007 sampai bulan Januari 2008.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang hijau varietas Parkit (Lampiran.1) sebagai objek penelitian, tanah Andosol Tuntungan, Lumpur kering IPAL PDAM Tirta Nadi Medan (pasir dan sludge) sebagai media tanam (Lampiran. 2), polibek ukuran 10 kg tanah sebagai wadah media tanam, pupuk Urea (100 kg/ha), TSP (75 kg/ha), dan KCl (100 kg/ha) sebagai pupuk dasar, pestisida untuk mengendalikan hama dan penyakit dan kapur Kalsit Alat-alat yang digunakan adalah cangkul, meteran jangka sorong, timbangan, oven, plang nama, kalkulator dan alat tulis.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) non faktorial yang terdiri dari 9 perlakuan:

(26)

P4 : Top soil + Pasir + Sludge (50% + 25% + 25%) P5 : Top soil + Pasir + Sludge (25% + 25% + 50%) P6 : Top soil + Pasir + Sludge (25% + 50% + 25%) P7 : Top soil + Pasir + Sludge (0 + 50% + 50%) P8 : Top soil + Pasir + Sludge (0 + 100% + 0) P9 : Top soil + Pasir + Sludge (0 + 0 + 100%) Jumlah ulangan : 3

Jumlah plot : 27

Jumlah polibek/plot : 4 Jumlah sampel/plot : 4 Jumlah tanaman/polibek : 1 Jumlah seluruh tanaman : 108 jumlah sampel seluruhnya : 108

Luas plot : 100 cm x 100 cm

Jarak antar plot : 25 cm Jarak antar blok : 50 cm Jarak antara polibek : 25 cm

Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam dengan model linier sebagai berikut:

Yij = μ + αi + βj + εij Dimana:

(27)

αi : pengaruh blok ke-i

βj : pengaruh perlakuan ke-j

εij : pengaruh galat terhadap blok ke-i pada perlakuan ke-j

(28)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Penyiapan Lahan

Diukur areal pertanaman yang akan digunakan, dibersihkan dari gulma yang tumbuh pada areal tersebut. Kemudian dibuat plot percobaan dengan ukuran 100 cm x 100 cm. Dibuat parit drainase dengan jarak antar plot 25 cm dan jarak antar ulangan 50 cm.

Penyiapan Media Tanam

Dicampur media tanam yakni tanah Andosol, pasir dan sludge kemudian dimasukkan ke dalam polibek sesuai dengan perlakuan masing-masing.

Pengapuran

(29)

Pemupukan Dasar

Pemupukan dasar dilakukan 1 hari sebelum tanam yaitu dengan memberikan urea 0,5 g per polibek, TSP 0,375 g per polibek, dan KCl 0,5 g per polibek. Pemupukan urea, TSP dan KCl dengan cara ditugal.

Penyiapan Benih

Sebelum dilakukan penanaman terlebih dahulu dilakukan pemilihan terhadap benih yang akan ditanam. dengan cara melakukan perendaman benih, dimana yang terapung dibuang dan benih yang terbenam serta bernas digunakan.

Penanaman Benih

Penanaman dapat dilakukan dengan menanam 3 benih perlubang tanam pada kedalaman 2 cm dari permukaan tanah kemudian lubang tanam ditutup kembali.

Penjarangan

(30)

Pemeliharaan

Penyiraman

Dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan. Penyiraman bertujuan untuk menjaga kelembaban areal pertanaman.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan pada tanaman yang mati atau tumbuh abnormal, penyulaman dilakukan dengan mengambil dari tanaman yang telah disediakan. Penyulaman dilakukan sampai 2 minggu setelah tanam.

Penyiangan

Untuk menghindari persaingan antara gulma dengan tanaman, maka dilakukan penyiangan. Penyiangan dilakukan secara manual, untuk areal pertanaman menggunakan cangkul.

Pengendalian Hama dan Penyakit

(31)

Panen

Bila polong tiap-tiap tanaman sebagian besar sudah kering, berwarna coklat atau hitam maka pemanenan sudah dapat dilakukan. Pemanenan hanya dalam batas waktu tiga minggu, dilakukan dengan cara dipetik.

Pengamatan Parameter

Tinggi Tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman dimulai dari pangkal sampai titik tumbuh tanaman dengan menggunakan meteran, pengukuran dilakukan saat masa vegetatif berakhir.

Diameter Batang (cm)

Pengukuran diameter batang dilakukan pada pangkal batang dengan menggunakan jangka sorong, pengukuran dilakukan pada saat masa vegetatif berakhir.

Jumlah Cabang (cabang)

(32)

Umur Berbunga (hari)

Umur berbunga diamati setelah tanaman mengeluarkan bunga.

Umur Panen (hari)

Umur panen dihitung setelah tanaman kelihatan dari polong mencapai warna polong matang, yaitu berwarna coklat kehitaman.

Bobot Kering Tajuk (g)

Bagian tajuk tanaman dipisahkan dari akar dengan cara memotong pada bagian pangkal batang kemudian diovenkan dengan suhu 70 oC selama 24 jam, lalu ditimbang.

Bobot Kering Akar (g)

Akar yang sudah dipisahkan dari tajuk diovenkan dengan suhu 70 oC selama 24 jam lalu ditimbang.

Produksi per Tanaman (g)

Dihitung produksi pertanaman dengan cara menimbang biji kering dari tiap tanaman.

Bobot 100 Biji Kering (g)

Penimbangan dilakukan setelah kadar air biji ± 14%, dilakukan dengan cara menjemur biji di bawah sinar matahari 2-3 hari. Lalu dihitung dengan rumus sebagai berikut : Bobot 100 biji = Bobot biji

(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Dari hasil penelitian dan pengujian sidik ragam diperoleh komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati, yaitu tinggi tanaman, diameter batang, jumlah cabang, umur berbunga, umur panen, bobot kering tajuk, bobot kering akar, produksi per tanaman dan bobot 100 biji kering.

Tinggi Tanaman (cm)

Data tinggi tanaman dan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 5 dan 6. Dari sidik ragam diperoleh bahwa komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Perbedaan tinggi tanaman dari kesembilan media tanam yang diuji dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan Tinggi Tanaman dari 9 Komposisi Media Tanam

Perlakuan Rataan

(34)

Dari Tabel 1 diperoleh bahwa tinggi tanaman tertinggi adalah pada perlakuan P3 (58,75 cm) yang berbeda nyata dengan prlakuan P1, P6, P8 dan P9 tetapi tidak berbeda nyata terhadap perlakuan P2, P4, P5 dan P7.

Histogram rataan tinggi tanaman dari 9 komposisi media tanam dapat dilihat pada Gambar 1.

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9

Media Tanam

Tinggi Tanaman (cm)

Gambar 1. Histogram Rataan Tinggi Tanaman dari 9 Komposisi Media Tanam

Diameter Batang (cm)

(35)

Tabel 2. Rataan Diameter Batang dari 9 Komposisi Media Tanam

Keterangan : Angka-angka yang diikuti notasi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.

Dari Tabel 2 diperoleh bahwa diameter batang tertinggi adalah pada perlakuan P7 (0,93 cm) yang berbeda nyata dengan perlakuan P1 dan P9 tetapi tidak berbeda nyata terhadap perlakuan P2, P3, P4, P5, P6 dan P8.

Histogram rataan diameter batang dari 9 komposisi media tanam dapat dilihat pada Gambar 2.

0.00

(36)

Jumlah Cabang (cabang)

Data jumlah cabang dan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 9 dan 10. Dari sidik ragam diperoleh bahwa komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang. Perbedaan jumlah cabang dari kesembilan media tanam yang diuji dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan Jumlah Cabang dari 9 Komposisi Media Tanam

Perlakuan Rataan

Keterangan : Angka-angka yang diikuti notasi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.

Dari Tabel 3 diperoleh bahwa jumlah cabang terbanyak adalah pada perlakuan P7 (4.50 cabang) yang berbeda nyata dengan perlakuan P1 dan P9 tetapi tidak berbeda nyata terhadap perlakuan P2, P3, P4, P5, P6 dan P8.

(37)

0.00

Gambar 3. Histogram Rataan Jumlah Cabang dari 9 Komposisi Media Tanam

Umur Berbunga (hari)

Data umur berbunga dan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 11 dan 12. Dari sidik ragam diperoleh bahwa komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap umur berbunga. Perbedaan umur berbunga dari kesembilan media tanam yang diuji dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan Umur Berbunga dari 9 Komposisi Media Tanam

Perlakuan Rataan

(38)

Dari Tabel 4 diperoleh bahwa umur berbunga tercepat adalah pada perlakuan P7 (44.83 hari) yang berbeda nyata dengan perlakuan P1, P4, P5,

P6, P8 dan P9 tetapi tidak berbeda nyata terhadap perlakuan P2 dan P3.

Histogram rataan umur berbunga dari 9 komposisi media tanam dapat dilihat pada Gambar 4.

0.00

Gambar 4. Histogram Rataan Umur Berbunga dari 9 Komposisi Media Tanam

Umur Panen (hari)

(39)

Tabel 5. Rataan Umur Panen dari 9 Komposisi Media Tanam

Perlakuan Rataan

…hari…

Keterangan : Angka-angka yang diikuti notasi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.

Dari Tabel 5 diperoleh bahwa umur panen yang tercepat adalah pada perlakuan P7 (62.50 hari) yang berbeda nyata dengan perlakuan P1, P4, P6,

P8 dan P9 tetapi tidak berbeda nyata terhadap perlakuan P2, P3 dan P5.

Histogram rataan umur panen dari 9 komposisi media tanam dapat dilihat pada Gambar 5.

(40)

Bobot Kering Tajuk (g)

Data bobot kering tajuk dan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 15 dan 16. Dari sidik ragam diperoleh bahwa komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk. Perbedaan bobot kering tajuk dari kesembilan media tanam yang diuji dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan Bobot Kering Tajuk dari 9 Komposisi Media Tanam

Perlakuan Rataan

Keterangan : Angka-angka yang diikuti notasi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.

Dari Tabel 6 diperoleh bahwa bobot kering tajuk tertinggi adalah pada perlakuan P7 (18.99 g) yang berbeda nyata dengan perlakuan P1 dan P3

tetapi tidak berbeda nyata terhadap perlakuan P2, P4, P5, P6, P8 dan P9.

(41)

0.00

Gambar 6. Histogram Rataan Bobot Kering Tajuk dari 9 Komposisi Media Tanam

Bobot Kering Akar (g)

Data bobot kering akar dan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 17 dan 18. Dari sidik ragam diperoleh bahwa komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar. Perbedaan bobot kering akar dari kesembilan media tanam yang diuji dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan Bobot Kering Akar dari 9 Komposisi Media Tanam

Perlakuan Rataan

(42)

Dari Tabel 7 diperoleh bahwa bobot kering akar tertinggi adalah pada perlakuan P2 (6.06 g) yang berbeda nyata dengan perlakuan P1, P5, P6, P7,

P8 dan P9 tetapi tidak berbeda nyata terhadap perlakuan P3 dan P4.

Histogram rataan bobot kering akar dari 9 komposisi media tanam dapat dilihat pada Gambar 7.

0.00

Gambar 7. Histogram Rataan Bobot Kering Akar dari 9 Komposisi Media Tanam

Produksi per Tanaman (g)

(43)

Tabel 8. Rataan Produksi per Tanaman dari 9 Komposisi Media Tanam

Keterangan : Angka-angka yang diikuti notasi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.

Dari Tabel 8 diperoleh bahwa produksi per tanaman tertinggi adalah pada perlakuan P7 (25.88 g) yang berbeda nyata dengan perlakuan P1, P3, P6 dan P9 tetapi tidak berbeda nyata terhadap perlakuan P2, P4, P5 dan P8.

Histogram rataan produksi per tanaman dari 9 komposisi media tanam dapat dilihat pada Gambar 8.

0.00

(44)

Bobot 100 Biji Kering (g)

Data bobot 100 biji kering dan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 21 dan 22. Dari sidik ragam diperoleh bahwa komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji kering. Perbedaan bobot 100 biji kering dari kesembilan media tanam yang diuji dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan Bobot 100 Biji Kering dari 9 Komposisi Media Tanam

Perlakuan Rataan

Keterangan : Angka-angka yang diikuti notasi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.

Dari Tabel 9 diperoleh bahwa bobot 100 biji kering tertinggi adalah pada perlakuan P2 (6.86 g) yang berbeda nyata dengan perlakuan P1 tetapi tidak berbeda nyata terhadap perlakuan P3, P4, P5, P6, P7, P8 dan P9.

(45)

0.00

Gambar 9. Histogram Rataan Bobot 100 Biji Kering dari 9 Komposisi Media Tanam

Pembahasan

Pengujian beberapa komposisi lumpur kering limbah domestik berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang, jumlah cabang, umur berbunga, umur panen, bobot kering tajuk, bobot kering akar, produksi per tanaman dan bobot 100 biji kering.

(46)

sedangkan yang terendah 0.96 g (Lampiran 23). Bobot kering akar terberat yaitu 6.06 g sedangkan terendah 0.27 g (Lampiran 23). Hal ini disebabkan pada lumpur kering limbah domestik memiliki sejumlah elemen yang dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman diantaranya bahan organik, teksturnya lempung berpasir yang mengakibatkan perakaran tanaman tumbuh dengan baik serta akan mudah air dan udara bersirkulasi, juga mengandung sejumlah unsur seperti N, P, K, Ca, Mg dan Na yang mensuplai nutrisi bagi tanaman. Dengan keadaan tekstur yang lempung berpasir ini , maka lumpur kering limbah domestik dapat menjadikan struktur media tanam semakin remah, dimana kondisi struktur remah ini dapat menyimpan air sebagai medium unsur hara yang akan diserap oleh tanaman. Kartasapoetra, dkk (1991) menyatakan bahwa pada susunan remah terdapat pori-pori makro non kapiler yang tidak dapat menampung air yang biasanya diisi udara tanah. Sedangkan pori-pori mikro antara agregat-agregat primer bersifat kapiler yang dapat menampung air hujan / irigasi dan tidak merembes kebawah, sehingga air inilah yang terkandung dalam pori-pori kapiler yang berguna bagi tanaman. Struktur remah ini adalah keadaan agregat yang paling dikehendaki dalam pertanian karena pada struktur ini terdapat keseimbangan yang baik antara udara yang diperlukan untuk pernapasan akar tanaman dan air tanah sebagai medium larutan unsur hara tanaman. Beberapa kebaikan struktur remah adalah air dan udara yang diperlukan untuk pengambilan unsur hara dan pernapasan terdapat cukup.

(47)
(48)

tumbuh-tumbuhan mendapat penyinaran kurang dari periode kritis, maka organ vegetatif saja yang berkembang.

Pengujian beberapa komposisi lumpur kering limbah domestik berpengaruh nyata terhadap produksi tanaman kacang hijau. Produksi per tanaman terbanyak yaitu 25.88 g sedangkan yang paling sedikit 1.00 g (Lampiran 23 dan 28). Bobot 100 biji kering terbanyak 6.86 g dan yang paling sedikit 2.90 g (Lampiran 23). Hal ini disebabkan lumpur kering limbah domestik sebagai campuran media tanam dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman dengan strukturnya yang lempung berpasir sehingga tanaman dapat menyerap nutrisi yang tersedia maupun yang disediakan pada media. Sutejo dan Kartasapoetra (1990) menyatakan bahwa biasanya tanah yang mempunyai sifat fisik dan kimia yang baik akan menghasilkan produksi yang lebih tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa produksi pertanaman kacang hijau pada media tanam Top soil + Pasir + Sludge (0 + 50% + 50%) yaitu 25.88 g lebih tinggi jika dibandingkan dengan penggunaan media tanam yang lain (Lampiran 23). Hal ini diduga karena pada kondisi media tanam seperti ini cukup tersedia untuk Fosfor yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta pada produksi tanaman. Nyakpa dkk (1988) menyatakan bahwa P sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Pengaruh P terhadap produksi tanaman, dapat merupakan tingginya produksi tanaman ataupun bahan kering, perbaikan kualitas hasil dan mempercepat masa pematangan.

(49)

ini diduga pengaruh lingkungan yaitu curah hujan dimana selama penanaman hingga produksi terjadi hujan, dengan rata-rata curah hujan 239.4 mm per bulan sementara jumlah curah hujan perbulan yang dikehendaki kacang hijau adalah 50-200 mm/bulan. Rukmana (1997) menyatakan bahwa jumlah curah hujan dapat mempengaruhi produksi kacang hijau. Tanaman ini cocok ditanam pada musim kering (kemarau) yang rata-rata curah hujannya rendah. Di daerah yang bercurah hujan tinggi, pertanaman kacang hijau banyak mengalami hambatan dan gangguan, misalnya mudah rebah dan mudah terserang penyakit. Produksi kacang hijau pada musim hujan umumnya lebih rendah dibandingkan dengan produksi pada musim kemarau.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa kombinasi antara Top soil dengan kedua jenis lumpur kering limbah domestik dalam persentase yang berbeda-beda menunjukkan perbedaan yang tidak nyata, namun bila dilihat dari sisi produksi pertanamannya perlakuan Top soil + Pasir + Sludge (25% + 25% + 50%) memberikan hasil yang lebih tinggi (Lampiran 23) dibandingkan dengan perlakuan Top soil + Pasir + Sludge (50% + 25% + 25%) dan perlakuan Top soil + Pasir + Sludge (25% + 50% + 25%). Hal ini dikarenakan campuran media tanam Top soil + Pasir + Sludge (25% + 25% + 50%) memberikan sifat fisik yang baik yakni sruktur yang lebih remah dimana struktur remah adalah struktur yang dikehendaki oleh tanaman karena pada kondisi media tanam seperti ini tanaman

lebih baik pertumbuhannya dan produksinya juga lebih baik. Sutejo dan Kartasapoetra (1990) menyatakan bahwa biasanya tanah yang

(50)
(51)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Beberapa komposisi limbah domestik berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan (tinggi tanaman, diameter batang, jumlah cabang, umur berbunga, umur panen, bobot kering tajuk, bobot kering akar) dan produksi (produksi per tanaman dan bobot 100 biji kering).

2. Perlakuan Top soil + Pasir + Sludge (0 + 50% + 50%) menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan yang lain.

3. Perlakuan Top soil + Pasir + Sludge (0% + 50% + 50%) memberikan produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain.

4. Produksi pertanaman tertinggi yaitu 25.88 g pada perlakuan Top soil + Pasir + Sludge (0 + 50% + 50%).

Saran

1. Disarankan penelitian lebih lanjut pada perlakuan yang sama dimusim kering.

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Andrianto, T.T. dan Indarto. N., 2004. Budidaya dan Analisis Tani Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Panjang. Penerbit Absolut. Yogyakarta. Hal : 93, 94, 100.

Ashari, S., 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press, Jakarta.hal: 91.

Bangun, M.K., 1991. Rancangan Percobaan. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Hal : 14.

Barden, J. A., R. G. Halfcare and D. J. Parish., 1987. Plant Science. Mc-Graw Hill Book Company, Ltd, USA. Hal: 172.

Deptan, 2007. Mengenal Plasma Nutfah Tanaman Pangan. Balai Penelitian dan Pengembangan Penelitian, Deptan. Available at: http://www.indobiogen.or.id/berita_artikel/mengenal_plasma_nutfah.php.

Tgl 22 April 2007.

Goldsworthy, P. R. dan M. N. Fisher, 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Terjemahan Tohari. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hal : 232. Hanafiah, K. A., 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Hal: 4.

Hindersah, R., A. M. Kalay, B. S. Muntalif, 2007. Akumulasi Logam Berat Pb dan Cd Pada Buah Tomat yang Ditanam di Tanah yang Mengandung Lumpur Kering dari Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik. http://www.ipteknet.id/ind/pustaka_pangan. Tgl 20 April 2007.

Idris, M., Mohammad dan Normah, 1982. Tanaman Bijian. Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pelajaran Malaysia, Kuala Lumpur. Hal : 111-113. Kartasapoetra, G., A. G. Kartasapoetra dan M. M. Sutejo, 1991. Teknologi

Konservasi Tanah dan Air. Rineka Cipta, Jakarta. Hal 14.

Nyakpa, M. Y., A. M. Lubis, M. A. Pulung, A. G. Amrah, A. Munawar, G. B. Hong dan N. Hakim, 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung, Bandar Lampung. Hal : 28, 131, 149, 151.

Parmono, 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran, Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. UI Press, Jakarta. Hal: 57-58.

(53)

Puslitbang Tanaman Pangan, 2006. Hasil Utama Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Tahun 2005, Bogor. Hal : 10.

Rukmana, R., 1997. Kacang Hijau Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius, Yogyakarta. Hal: 15 dan 19.

Sarief, S., 1985. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung. Hal: 34.

Sutanto, R., 2002. Penerapan Pertanian Organik Pemasyarakatan dan Pengembangannya. Kanisius, Yogyakarta. Hal: 141.

Sutedjo, M. M., 1987. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta. Hal: 6. Sutejo, M. M. dan A. G. Kartasapoetra, 1990. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bina

Aksara, Jakarta. Hal : 6.

(54)

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kacang Hijau Nama Varietas : Parkit Tahun Pelepasan : 1988

No. Galur : CR 479-13-4-2B

Asal : PHLV-18/VC.1177 tahun 1979

Hasil rata-rata : 1,35 ton/ha Warna Hipokotil : Hijau Warna Epikotil : Hijau Warna Daun : Hijau muda Warna Polong Tua : Hitam

Warna Biji : Hijau mengkilat Umur Berbunga : 34 hari

Umur Matang : 56 hari Tinggi Tanaman : 40 cm Bobot 1000 Biji : 67 g

Ukuran Biji : Sedang

Kadar Protein : 22,7 % Kadar Lemak : 1,96 %

Sifat-sifat Lain : - Polong masak serempak - Polong tidak mudah pecah Ketahanan terhadap Penyakit : - Tahan penyakit Embun Tepung Pemulia : Lukman Hakim dan Tateng Sutarman

(55)

Lampiran 2. Analisa Lumpur Kering Limbah Domestik IPAL PDAM Tirta Nadi.

No. Unit 1 2

No. Lab 16670 16707

No. Lapangan satuan Grit Chamber Slat

Pasir % 76.2 60.2

Debu % 15.2 33.5

Liat % 8.3 6.3

Nama --- Lp Lp

pH H2O --- 3.66 2.78

pH KCl --- 3.23 2.5

C-organik % 2.28 5.52

N-total % 0.23 0.69

C/N --- 7.13 8.00

P-avl. Bray II ppm 83.57 39.56

K-tukar me/100g 0.127 0.045

Na-tukar me/100g 0.135 0.110

Ca-tukar me/100g 2.768 6.173

Mg-tukar me/100g 3.407 7.332

KTK me/100g 12.5 17.56

Kej. Basa % 51.5 77.7

Al-tukar me/100g 4.5 8.37

(56)

Lampiran 3. Analisa pH Media Penelitian.

Media pH: (H2O)

P-1 4.72 P-2 4.24 P-3 4.13 P-4 4.22 P-5 3.97 P-6 4.01 P-7 3.52 P-8 3.62 P-9 3.69

(57)

Lampiran 4. Analisa Al-dd Media Penelitian.

Media Al-dd P-1 0.54 P-2 1.29 P-3 1.78 P-4 1.44 P-5 1.14 P-6 1.39 P-7 2.62 P-8 1.73 P-9 2.57

(58)

Lampiran 5. Data Pengamatan Tinggi Tanaman

Lampiran 6. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman

Sumber DB JK KT F.hit. F. Tabel

Blok 2 58.77 29.39 1.16tn 3.63

Perlakuan 8 4124.20 515.52 20.38* 2.39

Galat 16 404.64 25.29

(59)

Lampiran 7. Data Pengamatan Diameter Batang

Lampiran 8. Analisis Sidik Ragam Diameter Batang

Sumber DB JK KT F.hit. F. Tabel

Blok 2 0.03 0.01 1.90tn 3.63

Perlakuan 8 1.17 0.15 21.36* 2.39

(60)

Lampiran 9. Data Pengamatan Jumlah Cabang

Total 27.16 30.75 29.50 87.41 29.14

Rataan 3.02 3.42 3.28 3.24

Total 16.02 16.85 16.99 49.86 16.62

Rataan 1.78 1.87 1.89 1.85

Lampiran 10. Analisis Sidik Ragam Jumlah Cabang

Sumber DB JK KT F.hit. F. Tabel

Blok 2 0.06 0.03 0.39tn 3.63

Perlakuan 8 5.62 0.70 9.08* 2.39

(61)

Lampiran 11. Data Pengamatan Umur Berbunga

Lampiran 12. Analisis Sidik Ragam Umur Berbunga

Sumber DB JK KT F.hit. F. Tabel

Blok 2 22.91 11.45 1.26tn 3.63

Perlakuan 8 1203.80 150.48 16.60* 2.39

Galat 16 145.00 9.06

(62)

Lampiran 13. Data Pengamatan Umur Panen

Lampiran 14. Analisis Sidik Ragam Umur Panen

Sumber DB JK KT F.hit. F. Tabel

Blok 2 39.19 19.59 1.57tn 3.63

Perlakuan 8 1400.66 175.08 13.99* 2.39

Galat 16 200.19 12.51

(63)

Lampiran 15. Data Pengamatan Bobot Kering Tajuk

Lampiran 16. Analisis Sidik ragam Bobot Kering Akar

Sumber DB JK KT F.hit. F. Tabel

Blok 2 0.16 0.08 0.00tn 3.63

Perlakuan 8 743.52 92.94 4.00* 2.39

Galat 16 372.09 23.26

(64)

Lampiran 17. Data Pengamatan Bobot Kering Akar

Total 28.13 29.48 22.60 80.21 26.74

Rataan 3.13 3.28 2.51 2.97

Lampiran 18. Analisis Sidik Ragam Bobot Kering Akar

Sumber DB JK KT F.hit. F. Tabel

Blok 2 2.95 1.48 0.58tn 3.63

Perlakuan 8 93.39 11.67 4.62* 2.39

(65)

Lampiran 19. Data Pengamatan Produksi per Tanaman

Total 34.17 31.09 35.33 100.59 33.53

Rataan 3.80 3.45 3.93 3.73

Lampiran 20. Analisis Sidik Ragam Produksi per Tanaman

Sumber DB JK KT F.hit. F. Tabel

Blok 2 1.07 0.53 1.00tn 3.63

Perlakuan 8 38.06 4.76 8.88* 2.39

(66)

Lampiran 21. Data Pengamatan Bobot 100 Biji Kering

Total 49.73 49.31 52.50 151.54 50.51

Rataan 5.53 5.48 5.83 5.61

Total 22.59 21.32 23.06 66.97 22.32

Rataan 2.51 2.37 2.56 2.48

Lampiran 22. Analisis Sidik Ragam Bobot 100 Biji Kering (g)

Sumber DB JK KT F.hit. F. Tabel

Blok 2 0.18 0.09 0.94tn 3.63

Perlakuan 8 2.34 0.29 3.05* 2.39

(67)

Lampiran 26. Data Lama Penyinaran Matahari

Keterangan : Satuan Dalam %

(68)

Lampiran 27. Data Curah Hujan

Keterangan : Satuan Dalam mm

Gambar

Tabel 1. Rataan Tinggi Tanaman dari 9 Komposisi Media Tanam
Tabel 2. Rataan Diameter Batang dari 9 Komposisi Media Tanam
Tabel 3. Rataan Jumlah Cabang dari 9 Komposisi Media Tanam
Gambar 3.  Histogram Rataan Jumlah Cabang dari 9 Komposisi Media Tanam
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil análisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara varietas dan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap diameter batang pada 2, 7, 8, 9 MST, sementara untuk

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap pertambahan: diameter batang dan volume akar sedangkan perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap pertambahan: diameter batang dan volume akar sedangkan perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap pertambahan: diameter batang dan volume akar sedangkan perlakuan

Berdasarkan hasil sidik ragam dapat diketahui bahwa genotipe tanaman mutan (M2) menunjukkan perbedaan yang nyata pada parameter tinggi tanaman umur 2 MST dan

Perlakuan komposisi media tanam yang berbeda, memberikan pengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman dan jumlah daun, tetapi tidak berpengaruh nyata pada

Dari hasil analisis data pengamatan bibit kelapa sawit diperoleh bahwa komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter diameter batang, volume akar,

Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian beberapa media tanam tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan diameter batang varietas tanaman jambu air terdapat