• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Pada Berbagai Komposisi Media Tanam Dan Pemberian Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) Di Main Nursery Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Pada Berbagai Komposisi Media Tanam Dan Pemberian Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) Di Main Nursery Chapter III VI"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Percobaan

Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian USU dengan ketinggian 32 meter diatas permukaan laut, mulai bulan Januari sampai dengan selesai.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah kecambah kelapa sawit Tenera PPKS Medan varietas Yangambi , limbah cair kelapa sawit, media tanam kompos tandan kosong kelapa sawit, serat kelapa sawit, sludge, air, dan top soil,polybag

volume 5 kg, insektisida berbahan aktif deltametrin konsentrasi 0,2% dan air. Alat yang digunakan adalah timbangan analitik, jangka sorong digital, oven, kalkulator, meteran, piring plastik, ember, hand sprayer, gelas ukur, paranet, gembor, cangkul, piringan, ayakan 10 mesh, kertas label perlakuan, penggaris, format data, alat tulis.

Metode Percobaan

Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu :

Faktor I : Komposisi media tanam (M) dengan empat jenis, yaitu : M0 : Topsoil

M1 : Topsoil + kompos TKKS (1:1)

M2 : Topsoil + sludge (1:1)

M3 : Topsoil + serat kelapa sawit (1:1)

(2)

Faktor II : Dosis limbah cair pabrik kelapa sawit (L) dengan 3 taraf, yakni : L0 : 0 l/Bibit

L1 : 1,5 l/ Bibit

L2 : 3,0 l/Bibit

Maka diperoleh 15 kombinasi, yaitu :

M0L0 M0L1 M0L2

M1L0 M1L1 M1L2

M2L0 M2L1 M2L2

M3L0 M3L1 M3L2

M4L0 M4L1 M4L2

Jumlah ulangan (blok) : 3 ulangan

Jumlah plot : 45 plot

Jumlah tanaman per petakan : 2 tanaman Jumlah tanaman seluruhnya : 90 tanaman Jumlah sampel per petakan : 2 tanaman Jumlah sampel seluruhnya : 90 tanaman Ukuran petakan : 100 cm x 100 cm Jarak antar petakan : 50 cm

Jarak antar blok : 100 cm

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model linear aditif sebagai berikut :

Yijk= µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk+ εijk

(3)

Dimana:

Yijk : Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat komposisi media tanam jenis ke j

dan pengaruh pada jenis ke-k µ : Nilai tengah

ρi : Efek dari blok ke-i

αj : Efek perlakuan komposisi media tanam pada jenis ke-j

βk : Efek pemberian limbah cair kelapa sawit pada jenis ke-k

(αβ)jk : Interaksi antara komposisi media tanam dan limbah cair kelapa sawit

taraf ke-j dan ke-k

εijk : Galat dari blok ke-i, komposisi media tanamke-j dan limbah cair kelapa

sawit taraf ke-k

Data dianalisis dengan analisis sidik ragam, sidik ragam yang nyata

(4)

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Areal Pembibitan

Areal pembibitan dipersiapkan sebaik mungkin di lahan yang datar dengan ukuran 25 meter x 7 meter, dekat dengan sumber air, memiliki drainase yang baik serta tidak tergenang. Areal dibersihkan dari gulma dan sisa tanaman yang ada. Dibuat parit pada keliling lahan pembibitan.

Persiapan Media Tanam

Media tanam yang digunakan adalah tandan kosong kelapa sawit,

sludge, serat kelapa sawit dan tanah topsoil yang telah diayak dengan ayakan 10 mesh untuk memisahkan media tanam dari bahan-bahan yang tidak diinginkan

seperti batu, akar dan lain-lain. Polybag yang digunakan ukuran 5 kg. Media diaduk hingga merata dengan cangkul.

Pemindahan Bahan Banam

Kecambah yang digunakan adalah Tenera PPKS Medan varietas Yangambi. Pemindahan bahan tanam dilakukan dari sebelumnya menggunakan

polybag dengan volume 2 kg menjadi volume 5 kg. Polybag disusun dalam plot percobaan sesuai dengan perlakuan. Jarak antar polybag 30 cm x 30 cm, jarak antar petakan 50 cm, jarak antar ulangan 100 cm dan diberi label sesuai perlakuan. Aplikasi Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit

Masing masing dosis limbah cair pabrik kelapa sawit diberikan secara bertahap dalam 20 kali aplikasi. Aplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit dilakukan dari bibit berumur 42 Minggu Setelah Tanam (MST) sampai dengan 54 Minggu Setelah Tanam (MST) dengan interval dua hari.

(5)

Perlakuan Volume dosis/1x aplikasi (ml)

L0 = 0 l/bibit 0

L1 = 1,5 l/bibit 75

L2 = 3,0 l/bibit 150

Pemeliharaan Penyiraman

Penyiraman dilakukan pada sore hari dengan menggunakan gembor. Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma dilakukan dengan cara manual mencabut gulma pada polybag, dan membersihkan lahan areal pembibitan menggunakan cangkul. Interval penyiangan disesuaikan dengan keadaan gulma di pembibitan.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dilakukan secara kimia. Insektisida berbahan aktif deltametrin konsentrasi 0,2% yang disemprotkan ke tanaman ketika terjadi gejala serangan hama belalang dan semut api.

Pengamatan Parameter Tinggi Bibit

Pengamatan tinggi bibit dilakukan saat bibit berumur 42 MST dengan interval satu minggu sampai bibit berumur 54 MST menggunakan pita ukur. Tinggi bibit diukur dari pangkal batang hingga ujung daun terpanjang. Untuk mempermudah pengukuran, dibuat patok standar dengan tinggi 2 cm dari permukaan tanah.

(6)

Pengamatan jumlah daun dilakukan pada saat bibit berumur 42 MST dengan interval satu minggu sampai bibit berumur 54 MST. Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah daun yang telah membuka sempurna. Tenera PPKS Medan varietas Yangambi.

Diameter Batang

Pengamatan diameter batang dilakukan saat bibit berumur 42 MST dengan interval dua minggu sampai bibit berumur 54 MST. Pengukuran dilakukan pada ketinggian 2 cm dari pangkal batang bibit dengan menggunakan jangka sorong

digital dengan dua arah yang berlawanan dan saling tegak lurus kemudian dirata-ratakan.

Volume Akar

Volume akar dihitung pada akhir penelitian, caranya dikeluarkan bibit dari polibag dengan memasukkan polibag ke dalam ember berisi air, kemudian mengoyak polibag dan membersihkan media tanam dari perakaran secara perlahan dengan menggunakan air yang mengalir, lalu memotong bagian akar dari bibit tanaman dan dibersihkan. Volume akar merupakan selisih dari volume air yang naik setelah akar dimasukkan ke gelas ukur dengan volume air sebelumnya. Volume akar diperoleh dengan rumus :

Volume akar (ml) : Volume2 (ml) – Volume1 (ml)

Keterangan :

Volume1 (ml) : volume sebelum akar dimasukkan ke dalam air

(7)

Total Luas Daun

Pengukuran total luas daun dilakukan pada akhir penelitian yaitu saat bibit berumur 47 MST. Panjang daun diukur dari pangkal sampai ujung daun dan lebar daun diukur pada bagian tengah daun yang terlebar. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan penggaris atau meteran. Luas daun dapat dihitung dengan menggunakan rumus A = P x L x k, dimana: A = Luas daun (cm2), P = Panjang daun (cm), L = Lebar daun (cm) dan k = konstanta. Dihitung luas setiap daun dari satu tanaman kemudian dijumlahkan seluruhnya Dartius et al. (1991) konstanta (0,57) daun yang belum membelah dan konstanta (0,52) untuk daun yang telah membelah.

Bobot Segar Tajuk

Pengukuran bobot segar tajuk dilakukan pada akhir penelitian yaitu saat bibit berumur 54 MST. Perhitungan dilakukan dengan cara membersihkan tanaman, kemudian dikering anginkan terlebih dahulu lalu ditimbang dengan timbangan analitik.

Bobot Segar Akar

Pengukuran bobot segar akar dilakukan pada akhir penelitian yaitu saat bibit berumur 54 MST. Perhitungan dilakukan dengan cara membersihkan tanaman dengan air kemudian dikering anginkan terlebih dahulu, lalu ditimbang dengan timbangan analitik.

Bobot Kering Tajuk

(8)

24 jam kemudian ditimbang dengan timbangan analitik sehingga diperoleh bobot kering yang konstan.

Bobot Kering Akar

(9)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Tinggi bibit

Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam tinggi bibit umur 44-54 MST dapat dilihat pada Lampiran (2-12). Hasil analisis statistik menunjukkan perlakuan komposisi media tanam dan dosis limbah cair serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi bibit kelapa sawit umur 44-54 MST (Tabel 2).

Secara umum pemberian limbah cair kelapa sawit sampai dosis 3.0 l/bibit menurunkan tinggi tanaman walaupun secara statistik tidak berbeda nyata. Volume penyiraman sampai pada 1.5l/bibit merupakan jumlah terbaik karena menghasilkan rataan tertinggi (Tabel 2). Hasil ini mengindikasikan pemberian mencapai 3,0l/bibit menghasilkan kondisi media tanam yang jenuh air sehingga menghambat pertumbuhan bibit.

(10)

Tabel 2. Tinggi bibit kelapa sawit pada berbagai komposisi media tanam dan pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit umur 44-54 MST

(11)

media tanam dan dosis limbah cair pabrik kelapa sawit serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun bibit kelapa sawit umur 44-54 MST (Tabel 3).

Jumlah daun kelapa sawit umur 44-54 MST pada berbagai komposisi media tanam dan pemberian dosis limbah cair kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 .Jumlah daun kelapa sawit pada berbagai komposisi media tanam dan pemberian dosis limbah cair pabrik kelapa sawit umur 48-54 MST

MST

Jumlah daun bibit kelapa sawit yang tertinggi diperoleh pada komposisi media tanam M2 sebesar 13,22 helai, sedangkan media tanam yang menghasilkan

(12)

Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam diameter batang umur 44-54 MST dapat dilihat pada Lampiran (14-24). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan komposisi media tanam, penyiraman dengan limbah cair berpengaruh nyata terhadap parameter diameter batang, sedangkan interaksi kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata.

Rataan diameter batang kelapa sawit umur 44-54 MST pada berbagai komposisi media tanam dan pemberian dosis limbah cair pabrik kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 4.

Pengamatan diameter bibit sampai umur 46 MST menghasilkan perbedaan yang tidak nyata dengan pemberian perlakuan media tanam dan penyiraman dengan limbah cair. Akan tetapi sejalan dengan peningkatan umur bibit, terlihat bahwa diperoleh respons yang nyata dari dua perlakuan.

Pada setiap minggu pengamatan rataan diameter tertinggi diperoleh pada bibit dengan media tanaman top sil + sludge, sedangkan terendah pada media tanam top soil.

Tabel 4. Diameter batang kelapa sawit komposisi media tanam dan pemberian dosis limbah cair pabrik kelapa sawit umur 44-54 MST

(13)

46

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada kolom minggu amatan yang sama

menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

(14)

Gambar 1 . Diameter bibit kelapa sawit dengan pemberian dosis limbah cair kelapa sawit

Hasil pada Gambar 1 menunjukkan terdapat hubungan liniear antara pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit dengan diameter batang pada umur 54 MST dengan diameter tertinggi diperoleh pada 63,23 mm.

Volume Akar

Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam volume akar umur 54 MST dapat dilihat pada lampiran (38). Hasil analisis statistik menunjukkan perlakuan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap volume akar sedangkan dosis limbah cair pabrik kelapa sawit dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap volume akar bibit kelapa sawit umur 54 MST (Tabel 5).

(15)

rataan tertinggi (Tabel 5). Hasil ini mengindikasikan pemberian mencapai 3.0 l/bibit menghasilkan kondisi yang dibutuhkan oleh akar tanaman untuk berkembang.

Perlakuan media tanam menggunakan top soil + serat kelapa sawit menghasilkan rataan volume akar yang terendah, sedangkan rataan tertinggi diperoleh pada bibit yang ditanam pada media top soil + TKKS (1:1). Hasil penelitian ini menunjukkan potensial campuran dari media tanam top soil + TKKS dapat digunakan sebagai media tanam kelapa sawit di pembibitan.

Tabel 5. Volume akar kelapa sawit pada berbagai komposisi media tanamdan pemberian dosis limbah cair pabrik kelapa sawit umur 54 MST

Dosis

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada kolom minggu amatan yang sama

menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α =

5%.h

Total Luas Daun

Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam total luas daun umur 54 MST dapat dilihat pada Lampiran (40). Hasil analisis statistik diketahui bahwa perlakuan media tanam dan limbah cair kelapa sawit serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata (Tabel 6).

(16)

menghasilkan rataan tertinggi (Tabel 6). Hasil ini mengindikasikan kondisi media tanam yang jenuh air sehingga menghambat pertumbuhan bibit.

Perlakuan media tanam top soil + TKKS (M1) menghasilkan rataan total luas daun

yang terendah, sedangkan rataan tertinggi diperoleh pada bibit yang ditanam pada media top soil + TKKS + sludge + serat. Hasil penelitian ini menunjukkan campuran dari media top soil + TKKS + sludge + serat dapat digunakan sebagai media tanam kelapa sawit di pembibitan.

Tabel 6.Total luas daunkelapa sawit pada berbagai komposisi media tanam dan pemberian dosis limbah cair umur 54 MST

Dosis sedangkan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot segar tajuk bibit kelapa sawit umur 54 MST (Tabel 7).

(17)

Perlakuan media tanam hanya menggunakan top soil (M0) menghasilkan

rataan tinggi bibit yang terendah, sedangkan rataan tertinggi diperoleh pada bibit yang ditanam pada media top soil + TKKS + sludge + serat (M4). Hasil penelitian

ini menunjukkan potensial campuran dari media tanam top soil + TKKS + sludge + serat dapat digunakan sebagai media tanam di pembibitan.

Pengamatan bobot segar tajuk menghasilkan perbedaan yang nyata dengan pemberian perlakuan media tanam dan penyiraman dengan limbah cair.

Tabel 7.Bobot Segar tajuk kelapa sawit pada berbagai komposisi media tanam dan pemberian dosis limbah cair pabrik kelapa sawit umur 54 MST

Dosis LCPKS (l/bibit)

Komposisi Media Tanam

Rataan

M0 M1 M2 M3 M4

---g---

L0 = 0 86,36 210,48 298,14 109,87 213,18 183,60c

L1 = 1,5 183,77 210,48 380,33 173,17 213,36 232,22b

L2 = 3,0 264,78 166,33 297,62 253,99 328,63 262,27a

Rataan 178,30c 195,77c 325,36a 179,01c 251,72b 226,03

Jika digambarkan bagaimana hubungan dosis pemberian limbah cair dengan bobot segar tajuk diperoleh Gambar 2.

(18)

Hasil pada Gambar 2 menunjukkan terdapat hubungan liniear antara limbah cair pabrik kelapa sawit dengan bobot segar tajuk pada umur 54 MST dengan diameter tertinggi diperoleh pada 698,55 g.m

Bobot Segar Akar

Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam bobot segar akar umur 54 MST dapat dilihat pada Lampiran (42) yang menunjukkan perlakuan komposisi media tanam dan dosis limbah cair pabrik kelapa sawit serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot segar akar bibit kelapa sawit umur 54 MST (Tabel 8).

Secara umum pemberian limbah cair kelapa sawit sampai dosis 3.0 l/bibit menaikkan bobot segar akar walaupun secara statistik berbeda tidak nyata. Volume penyiraman sampai pada 3.0 l/bibit merupakan jumlah terbaik karena menghasilkan rataan tertinggi (Tabel 8).

Perlakuan media tanam menggunakan top soil + serat (M3) menghasilkan

rataan bobot segar akar yang terendah, sedangkan rataan tertinggi diperoleh pada bibit yang ditanam pada media top soil + TKKS (1:1).

Pengamatan bobot segar akar menghasilkan perbedaan yang nyata dengan pemberian media tanam, akan tetapi berbeda tidak nyata pada pemberian penyiraman dengan limbah cair.

Tabel 8.Bobot segar akarkelapa sawit pada berbagaikomposisi media tanam dan pemberian dosis limbah cair pabrik kelapa sawit umur 54 MST

(19)

L2 = 3,0 195,03 264,27 182,59 194,93 246,86 216,74 interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tajuk bibit kelapa sawit umur 54 MST (Tabel 9).

Secara umum pemberian limbah cair kelapa sawit sampai dosis 3.0 l/bibit menaikkan bobot kering tajuk. Volume penyiraman sampai dosis 3.0 l/bibit merupakan jumlah terbaik karena menghasilkan rataan tertinggi (Tabel 9).

Perlakuan media tanam hanya menggunakan top soil (M0) menghasilkan rataan

bobot kering tajuk yang terendah, sedangkan rataan tertinggi diperoleh pada bibit yang ditanam pada media top soil + sludge (1:1).

Pengamatan bobot kering tajuk menghasilkan perbedaan yang nyata dengan pemberian perlakuan media tanam dan penyiraman dengan limbah cair.

Tabel 9. Bobot kering tajuk kelapa sawit pada berbagai komposisimedia tanam dan pemberian dosis limbah cair pabrik kelapa sawit umur 54 MST

(20)

L2 = 3,0 264,78 166,33 297,62 253,99 328,63 262,27a

Rataan 178,30c 195,77c 325,36a 179,01c 251,72b 226,03

Jika digambarkan bagaimana hubungan dosis pemberian limbah cair dengan bobot kering tajuk diperoleh Gambar 3.

Gambar 3. Bobot kering tajuk bibit kelapa sawit dengan pemberian dosis limbah cair kelapa sawit

Hasil pada gambar 3 menunjukkan terdapat hubungan liniear antara

pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit dengan bobot kering tajuk pada umur 54 MST dengan bobot kering tajuk tertinggi diperoleh pada 262,27 g.

Bobot kering Akar

Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam bobot kering akar umur 54 MST dapat dilihat pada Lampiran (44) yang menunjukkan perlakuan komposisi media tanam dan dosis limbah cair pabrik kelapa sawit serta interaksi keduanya

(21)

Secara umum pemberian limbah cair kelapa sawit sampai dosis 3.0 l/bibit menaikkan bobot kering akar tanaman walaupun secara statistik tidak berbeda nyata. Volume penyiraman sampai pada 3.0 l/bibit merupakan jumlah terbaik karena menghasilkan rataan tertinggi (Tabel 10).

Perlakuan media tanam menggunakan top soil + serat (M3) menghasilkan rataan

tinggi bibit yang terendah, sedangkan rataan tertinggi diperoleh pada bibit yang yang ditanam pada media top soil + sludge (1:1).

Tabel 10.Bobot kering akar kelapa sawit pada berbagai komposisi media tanam dan pemberian dosis limbah cair pada umur 54 MST.

Dosis

Pengaruh pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter diameter batang, berat basah tajuk dan berat kering tajuk dan berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi bibit, jumlah daun, berat basah akar, dan berat kering akar.

(22)

mendorong pertumbuhan tanaman. Unsur hara yang terkandung dalam limbah cair pabrik kelapa sawit seperti kalium mampu mendorong proses pembentukan sel-sel baru, meningkatkan ketebalan dinding sel pada pembesaran lingkar batang, menurut literatur Rosmarkam dan Yuwono (2002) yang menyatakan bahwa unsur Kalium sangat penting bagi tanaman kelapa sawit. Kalium berfungsi untukmembentuk dan mengangkut karbohidrat, sebagai katalisator dalam pembentukan protein, mengatur kegiatan berbagai unsur mineral, menetralkan reaksi dalam sel terutama dari asam organik, menaikkan pertumbuhan jaringan meristem, mengatur pergerakan stomata, memperkuat tegaknya batang sehingga tanaman tidak mudah roboh, mengaktifkan enzim baik langsung maupun tidak langsung, meningkatkan kadar karbohidrat dan gula dalam buah, mengisi biji tanaman sehingga padat, meningkatkan kualitas buah meningkatkan ketahanan terhadap hama dan penyakit serta mengembangkan perakaran .

Pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap berat basah tajuk.berat basah tajuk tertinggi terdapat pada perlakuan L2 (3,0 l/bibit) dan

terendah pada L0 (1,0/bibit).Pengaruh nyata pemberian limbah cair pabrik kelapa

(23)

melengkapi peran pupuk anorganik. Selain kalium, nitrogen juga diperlukan dalam proses pembelahan sel karena diketahui bahwa beberapa senyawa kimia dalam tumbuhan mengandung nitrogen. Mangoensoekarjo dan Semangun (2003) menyatakan bahwa sebagian besar senyawa-senyawa kimia dalam tumbuhan seperti protein, alkaloid, klorofil dan lain-lain mengandung nitrogen. Klorofil merupakan alat terjadinya proses fotosintesis.

Pemberian limbah cair kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap berat kering tajuk. Berat kering tajuk tertinggi terdapat pada perlakuan L2 (3,0 l/bibit) dan

terendah pada L0 (0 l/bibit). Hal ini menunjukkan kandungan hara yang sangat

tinggi dalam limbah cair pabrik kelapa sawit sehingga hasil asimilat yang didapat oleh tanaman menunjukkan respon yang positif. Selain mengandung hara yang tinggi dan dibutuhkan oleh tanaman, limbah cair pabrik kelapa sawit juga mampi memperbaik sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Hal ini sesuai dengan literatur Putri (2011) yang menyatakan bahwa Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit(LCPKS) merupakan salah satu bahan organikyang mengandung unsur hara cukup tinggiseperti N, P, K, Mg dan Ca. Limbah cairpabrik kelapa sawit berpeluang besar untukdigunakan sebagai sumber hara bagi tanamankelapa sawit disamping memberikankelembaban tanah. Pemberian LCPKS dapatmemperbaiki sifat fisik, kimia dan biologitanah serta dapat meningkatkan status haratanah. Sementara ditinjau dari kandunganharanya, setiap satu ton limbah cair pajbrikkelapa sawit mengandung hara setara dengan1.56 kg Urea, 0.25 kg TSP, 2.50 kg MOP dan 1 kg Kiserit.

(24)

kering akar. Pada parameter tinggi bibit, jumlah daun, berat basah akar, dan berat kering akar perlakuan terbaik terdapat pada dosis 3.0 l/bibit (L2). Hal ini

mengindikasikan bahwa kandungan hara di dalam limbah cair pabrik kelapa sawit belum dapat diserap oleh tanaman secara sempurna karena sifatnya yang lambat. Bila kandungan hara tersebut dapat diserap secara optimal akan mampu meningkatkan metabolisme dari tanaman tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Armaini (2013) pupuk organik mengalami perombakan oleh jasad renik berlangsung perlahan – lahan dalam arti kata kurang terbentuk panas dalam proses perombakan. Unsur hara yang tersedia dalam jumlah yang cukup untuk pertumbuhan bibit kelapa sawit menyebabkan kegiatan metabolisme dari tanaman meningkat demikian juga akumulasi asmilat pada daerah batang (bonggol).

Pengaruh pemberian komposisi media tanam terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di pre nursery

Dari hasil analisis data pengamatan bibit kelapa sawit diperoleh bahwa komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter diameter batang, volume akar, berat basah akar, berat basah tajuk dan berat kering tajuk dan berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, total luas daun dan berat kering akar.

Perlakuan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter diameter batang. Diameter batang tertinggi terdapat pada perlakuan M2 (Top Soil

+ Sludge (1:1)) dan terendah terdapat pada M0. Hal ini menunjukkan bahwa

(25)

Sludge dapat dimanfaatkan sebagai bahan organik, dari hasil analisis kandungan sludge ini mengandung unsur hara antara lain : Nitrogen (N), Fospor (P), Kalium (K), Magnesium (Mg), dan Kalsium (K). Penggunaan limbah kelapa sawit berupa sludge ini dapat menggantikan kebutuhan pupuk organic yang berasal dari kotoran hewan, karena limbah kelapa sawit mempunyai bahan organic yang tinggi dengan pH kurang dari 5.

Perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar. Bobot basah akar tertinggi terdapat pada perlakuan M1 ( Top Soil + TKKS) dan terendah

terdapat pada perlakuan M3. Hal ini menunjukkan kemampuan TKKS dalam

memperbaiki sifat fisik tanah dan membantu penyarapan hara dan air di yang tersedia dan mampu mengikat air lebih lama dibandingkan dengan media top soil saja. Hal ini sesuai dengan literatur Damoko dan Ady (2006) yang menyatakan bahwa keunggulan dari kompos TKKS yakni kandungan kalium tinggi, tanpapenambahan starter dan bahan kimia, memperkaya unsur hara yang ada dalam tanah, mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Selain itu kompos TKKS memiliki beberapa sifat yang menguntungkan antara lain memperbaiki struktur tanah berlempung menjadi ringan, membantu kelarutan unsur-unsur harayang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman, bersifat homogen dan mengurangi resiko sebagai pembawa hama tanaman, merupakan pupuk yang tidak mudah tercuci oleh air yang meresap dalam tanah dan dapat diaplikasikan pada sembarang musim.

(26)

tajuk tertinggi terdapat pada M2 (Top Soil + Sludge) dan terendah pada M0 (Top

Soil). Hal ini menunjukkan bahwa kandungan hara dalam sludge dan top soil mampu mengoptimalkan hasil asimilasi dari tanaman kelapa sawit. Selain kandungan hara yang tinggi dan mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah sludge juga berguna sebagai sumber energi untuk mikroorganisme di dalam tanah. Hal ini sesuai dengan literatur Gumbira (1996) yang menyatakan bahwa Limbah olahan kelapa sawit berupa Sludge dapat dimanfaatkan sebagai bahan organik, dari hasil analisis kandungan sludge ini mengandung unsur hara antara lain : Nitrogen (N), Fospor (P), Kalium (K), Magnesium (Mg), dan Kalsium (K). Penggunaan limbah kelapa sawit berupa sludge ini dapat menggantikan kebutuhan pupuk organic yang berasal dari kotoran hewan, karena limbah kelapa sawit mempunyai bahan organic yang tinggi dengan pH kurang dari 5. Pemanfaatan sludge kelapa sawit berguna sebagai substrat dan sumber energi untuk pertumbuhan mikroorganisme.

Perlakuan komposisi media tanam berpengaruh tidak nyata parameter tinggi bibit, jumlah daun, total luas daun dan berat kering akar. Pada parameter tinggi bibit perlakuan terbaik terdapat pada komposisi media top soil + sludge (M2). Pada parameter jumlah daun perlakuan terbaik terdapat pada komposisi

media top soil + sludge (M2). Pada parameter total luas daun perlakuan terbaik

terdapat pada komposisi top soil + TKKS + sludge + serat (M4). Pada parameter

berat kering akar perlakuan terbaik terdapat pada komposisi media top soil + TKKS (M1). Hal ini mengindikasikan bahwa komposisi media tanam yang

(27)

sesuai dengan pernyataan Damoko dan Ady (2006) yang menyatakan bahwa keunggulan dari kompos TKKS yakni kandungan kalium tinggi, tanpa penambahan starter dan bahan kimia, memperkaya unsur hara yang ada dalam tanah, mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Selain itu kompos TKKS memiliki beberapa sifat yang menguntungkan antara lain memperbaiki struktur tanah berlempung menjadi ringan, membantu kelarutan unsur-unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman, bersifat homogen dan mengurangi resiko sebagai pembawa hama tanaman, merupakan pupuk yang tidak mudah tercuci oleh air yang meresap dalam tanah dan dapat diaplikasikan pada sembarang musim.

Pengaruh interaksi limbah cair pabrik kelapa sawit dengan komposisi media tanam terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit(Elaeis guineensis Jacq.) di Pre Nursery

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi komposisi media tanam dan limbah cair pabrik kelapa sawit berpengaruh tidak nyata pada semua parameter pengamatan.

Walaupun memberikan pengaruh yang tidak nyata dalam semua parameter pengamatan, tetapi interaksi antara M2L0 memiliki rataan tertinggi untuk

parameter tinggi bibit, M4L2 untuk parameter diameter batang, M2L1 untuk jumlah

daun, M1L1 untuk volume akar, M4L0 untuk total luas daun, M1L1 untuk bobot

basah akar, M2L1 untuk bobot basah tajuk, M1L1 untuk bobot kering akar,

M2L1untuk bobot kering tajuk. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak terjadi

(28)
(29)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap diameter batang, volume akar, berat basah akar, berat basah tajuk, dan berat kering tajuk dan berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi bibit, jumlah daun, total luas daun, dan berat kering akar. Komposisi media tanam terbaik terdapat pada media M2 (Topsoil +sludge (1:1))

2. Pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit berpengaruh nyata meningkatkan diameter batang, bobot basah tajuk, dan bobot kering tajuk dan berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi bibit, jumlah daun, volume akar, total luas daun, bobot basah akar dan bobot kering akar. Dosis limbah cair pupuk kelapa sawit terbaik terdapat pada dosis L2 (3,0 l/bibit).

3. Interaksi pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit dengan komposisi media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter pengamatan. Saran

Gambar

Tabel 2. Tinggi bibit kelapa sawit pada berbagai komposisi media tanam dan pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit umur 44-54 MST
Tabel 3 .Jumlah daun kelapa sawit  pada berbagai komposisi media tanam dan pemberian dosis limbah cair pabrik kelapa sawit umur 48-54 MST
Tabel 4. Diameter batang kelapa sawit komposisi media tanam dan pemberian dosis limbah cair pabrik kelapa sawit umur 44-54 MST
Gambar 1 . Diameter bibit kelapa sawit dengan pemberian dosis limbah cair kelapa sawit
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setiap Pemegang saham public DVLA yang secara tegas memberikan suara tidak setuju atas rencana Penggabungan Usaha pada saat RUPSLB DVLA dan bermaksud untuk menjual saham

Pada proses validasi yang dilakukan oleh peneliti, baik validasi kepada ahli materi, ahli media dan ahli desain, peneliti mendapatkan penilain dari ahli materi,

model direct instruction berbantuan animasi energy2d , siswa dapat mengganti konsepsi awal yang salah menjadi konsepsi yang benar dengan bantuan animasi

Tingginya permintaan pasar akan kebutuhan kue gipang sebagai salah makanan ringan olahan khas Banten membuat pemilik usaha (owner) dan beberapa karyawan yang

Berdasarkan hal tersebut pada penelitian ini dirancang sebuah sistem informasi yang diberi nama GLoSha ( Grouping Location Sharing ) yang dapat membantu

Desain Sistem Prototype Akuarium yang dibuat pada penelitian ini dirancang dengan menggunakan sensor pH untuk mengetahui kualitas air serta sensor hcsr yang mengukur

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) merupakan salah satu bentuk badan usaha yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah yang sesungguhnya memiliki karakteristik yang hampir tidak berbeda

Bentuk hukum badan hukum BUMD menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum BUMD dapat berupa Perusahaan Daerah atau PD dan Perseroan Terbatas