Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
ANALISIS PENGARUH EKSPOR SEKTOR INDUSTRI
DAN PENANAMAN MODAL ASING SEKTOR INDUSTRI
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Oleh:
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi
2009
FAHMI HASBULLAH
030501020
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Segenap ucapan puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT karena
berkat rahmat dan hidayahNya Penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang
berjudul “ Analisis Pengaruh Investasi Sektor Industri dan Ekspor Sektor Industri
terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia “ yang dibuat untuk memenuhi salah satu
syarat dalam meraih gelar Sarjana Ekonomi dari Program pendidikan Strata – 1 Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa dengan adanya banyak keterbatasan, penguraian skripsi
ini tidak terlepas dari kekurangan. Oleh sebab itu, Penulis sangat megharapkan kritik dan
saran yang membangun yang akan sangat Penulis butuhkan sebagai pedoman dimasa
yang akan datang.
Sehubungan dengan itu, Penulis tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar – besarnya kepada :
1. Teristimewa buat kedua orang tua penulis yang tercinta dan tersayang, Ayahanda
H. Hasbullah SE dan Ibunda Hj. Latifah Hanum yang telah banyak memberikan
kasih sayang, dukungan, didikan, nasehat, do’a, semangat serta motivasi baik
moril maupun materi kepada Penulis selama ini. Serta tak lupa kepada saudara –
saudara yang Penulis sayangi, Abangku M. Haris Hasbullah, Kakakku Beby
Deliana, serta keponakan – keponakanku Yoga, Natasya, Nadia, Rayhan, Nayara,
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku ketua Departemen Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu DR. Murni Daulay, SE, M.Si sebagai dosen pembimbing sekaligus dosen wali
Penulis yang telah membimbing Penulis sejak awal penulisan hingga selesainya
skripsi ini. Dan juga yang telah memberikan bimbingan selama masa perkuliahan.
5. Bapak Drs. Iskandar Syarief, MA, selaku dosen penguji
6. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.
7. Seluruh staf pegawai Bank Indonesia Cabang Medan dan Badan Pusat Statistik
Sumatera Utara yang telah banyak membantu dalam memperoleh data yang
berhubungan dengan skripsi Penulis.
8. Kepada orang – orang yang banyak membantu dalam pengerjaan skripsi ini yaitu
Kerin, Rachma, Riezka, Dedi, Bang Rudi, Barry dan Ganda. Orang – orang yang
selalu memberikan semangat Rani, Yenny, Fany, Melda Hamsan dan yang
tercinta. Serta kepada teman – teman Penulis di Universitas Sumatera Utara,
khususnya di Ekonomi Pembangunan Stambuk ’03 yang gak mungkin ditulis satu
persatu. Terima kasih atas tahun – tahun menyenangkan yang akan selalu indah
saat dikenang.
9. Dan tak lupa Penulis mengucapkan terima kasih kepada teman – teman di Kejora
yang merupakan sahabat Penulis yang telah banyak membantu Penulis dalam
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Akhir kata, semoga skripsi ini memberi manfaat bagi kita semua.
Medan, Maret 2009
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
ABSTRACT
This research titled “Analysis Influence of export sector industry and foreign investment in sector industry to Economic Growth in Indonesia”. In this case, the economic growth in Indonesia is a dependent variable. The International Trade include Export and Import are independent variables. The goal of this research is to describe the influence of independent variables for dependent variable.
This search uses secondary data or time series data since from 1987 until 2006. Data is taken from BI, BPS and some relation sites. This Final Assessment uses multiple algorathym regression model with OLS method and it’s processed by using Eviews 4.1.
With ceteris paribus assumption, the result from this research are that independent variables influence dependent variable significantly about 97%. Which is if Export increase 1%, it will increase of GDP about 4.09%, and if Import increase 1%, it will decrease of GDP about 2.09%.
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”. Dalam kasus ini, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia adalah variabel terikat. Perdagangan Internasional yang terdiri dari Ekspor dan Impor adalah variabel bebas. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Penelitian ini menggunakan data sekunder atau data periode waktu sejak 1987 sampai 2006. Data ini diperoleh dari BI, BPS, dan situs-situs yang berhubungan. Skripsi ini menggunakan model regresi multiple logaritma dengan metode OLS dan diproses dengan menggunakan Eviews 4.1.
Dengan asumsi ceteris paribus, hasil dari penelitian ini adalah variabel bebas mempengaruhi variabel terikat secara signifikan sebesar 97%. Jika ekspor meningkat 1%, hal ini akan meningkatkan PDB sekitar 4,09%, dan jika impor meningkat 1%, akan menurunkan PDB sekitar 2,09%.
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
ABSTRACT………... i
ABSTRAK………..………... ii
KATA PENGANTAR………... iii
DAFTAR ISI………... vi
DAFTAR TABEL………..viii
DAFTAR GAMBAR………...ix
DAFTAR LAMPIRAN ………...………... x
BAB I PENDAHULUAN…... 1
1.1 Latar Belakang………... 1
1.2 Perumusan Masalah………... 4
1.3 Hipotesis... 4
1.4 Tujuan Penelitian... 5
1.5 Manfaat Penelitian... 5
BAB II URAIAN TEORITIS... 7
2.1 Pertumbuhan Ekonomi... 7
2.2 Ekspor………... 18
2.3 Penanaman Modal Asing (PMA)... 21
2.4 Konsumsi...………... 30
2.5 Tingkat Suku Bunga... 38
BAB III METODE PENELITIAN... 42
3.1 Ruang Lingkup Penelitian... 42
3.2 Jenis dan Sumber Data... 42
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data... 42
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
3.5 Model Analisis Data... 43
3.6 Test Goodness of Fit (Uji Kesesuaian)……….. 44
3.6.1 Koefisien Determinasi (R-square)... 44
3.6.2 Uji t-statistik... 45
3.6.3 Uji F-statistik………... 45
3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik... 46
3.7.1 Multikolinearitas………... 46
3.7.2 Autokorelasi………... 47
3.8 Definisi Operasional Variabel………...50
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN... 52
4.1 Gambaran Umum Wilayah Indonesia…..………. 52
4.1.1 Keadaan Geografis……….………… 52
4.1.2 Iklim………... 52
4.1.3 Kependudukan………... 53
4.2 Analisis Deskriptif...………... 57
4.2.1 Perkembangan Kondisi Makroekonomi Indonesia…………54
4.2.2 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia…………. 55
4.2.3 Perkembangan Ekspor di Indonesia………... …... 57
4.2.4 Perkembangan PMA di Indonesia... 58
4.2.5 Perkembangan Tingkar Suku Bunga...60
4.3 Hasil dan Analisis...62
4.3.1 Uji Statistik... 65
4.3.2 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik... 71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………... ... 74
5.1 Kesimpulan... ... 74
5.2 Saran... ... 75
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Hal
4.1 PDB Berdasarkan Harga Berlaku... 56
4.2 Penanaman Modal Asing... 59
4.3 Tingkat Suku Bunga... 61
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Hal
2.1 Jumlah Penduduk Optimal... 11
3.1 Kurva D-W Test……….49
4.1 Hasil D-W Statistik………....…...64
4.4 Uji t-statistik pada Variabel Tingkat Konsumsi... …... 66
4.5 Uji t-statistik pada Variabel Ekspor... …... 67
4.6 Uji t-statistik pada Variabel PMA... …... 68
4.7 Uji t-statistik pada Variabel Tingkat Suku Bunga... …... 69
4.8 Uji t-statistik pada Variabel Dammy... …... 70
4.9 Uji F-statistik... …... 71
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Data Statistik PDB Indonesia Berdasarkan Harga Berlaku, dan Ekspor
Indonesia,.
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai salah satu negara sedang berkembang, di masa lalu pernah
mencoba untuk berdiri di atas kaki sendiri dan tidak memperdulikan bantuan negara lain.
Namun ternyata Indonesia tidak bisa terus menerus bertahan dalam kondisi seperti ini.
Akhirnya Indonesia terpaksa mengikuti arus, membuka diri untuk berhubungan lebih
akrab dengan bangsa lain demi memenuhi kehidupan ekonomi nasionalnya (Amir MS,
1998: 12).
Jika saja dulu Indonesia tidak berani mengijinkan modal Jepang dan Amerika
masuk dalam pertambangan minyaknya, mungkin perekonomian Indonesia tidak akan
mengalami kemajuan yang berarti. Industrialisasi juga tidak akan berjalan jika saja
Indonesia tidak mau mengimpor mesin tekstil dari Jepang, pabrik pupuk, pabrik semen,
pabrik kayu lapis, dan lain-lain dari negara-negara sahabat lainnya. Begitu pula keadaan
ekonomi nasional kita bisa macet total jika saja Indonesia tetap tidak mau menjual karet
ke negeri Belanda dan menjual tembakau, kopi, dan lain-lain ke negara Eropa lainnya.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa dalam dunia yang sudah terbuka ini,
hampir tidak ada lagi satu negara pun yang benar-benar mandiri, tapi satu sama lain
saling membutuhkan dan saling mengisi. Kenyataan ini lebih meyakinkan kita akan
bertambah pentingnya peranan perdagangan internasional dalam masa mendatang demi
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
suatu negara ditunjukkan oleh kegiatan perdagangan yang meliputi kegiatan ekspor impor
sebagai salah satu komponen penting dalam hubungan ekonomi luar negeri. Ekspor akan
memperluas pasar barang buatan dalam negeri dan ini memungkinkan
perusahaan-perusahaan dalam negeri mengembangkan kegiatannya. Impor juga dapat memberi
sumbangan kepada pertumbuhan ekonomi karena industri-industri dapat mengimpor
mesin-mesin dan bahan mentah yang diperlukannya. Di Indonesia jenis barang yang
biasa diperdagangkan ke luar negeri adalah barang Migas dan Non Migas. Barang migas
meliputi minyak dan gas, sedangkan barang non migas meliputi komoditi tradisional
termasuk produk industri dan pariwisata.
Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS, ditahun 1998 ekspor sektor industri
secara keseluruhan sebesar US$ 34.593,2 juta, atau menurun sebesar US$ 252,6 juta
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2001 total ekspor sektor industri
Indonesia adalah sebesar US$ 37.671,1 juta. Ini berarti ekspor sektor industri mengalami
penurunan sebesar 10.31% dari ekspor sektor industri tahun sebelumnya yang mencapai
sebesar US$ 42.002,9 juta. Setelah itu ekpor Indonesia terus mengalami peningkatan di
tahun – tahun berikutnya. Terjadinya perubahan pada ekpor sektor industri, akan
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
Investasi merupakan salah satu factor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Dengan semakin besar tingkat investasi maka akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Investasi Indonesia merupakan penjumlahan dari Penanaman
Modal Dalam Negri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA). Investasi sektor
industri Indonesia berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia karena sektor
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Menurut Boediono (1999:12), Pertumbuhan Ekonomi merupakan tingkat
pertambahan dari pendapatan nasional. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi adalah
sebagai proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang dan merupakan ukuran
keberhasilan pembangunan.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, dapat dilihat bahwa dari tahun ke
tahun, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak stabil. Terkadang menunjukkan
peningkatan, penurunan, atau bahkan tetap dari tahun sebelumnya. Sejak tahun 1986
hingga tahun 1989, tingkat pertumbuhan ekonomi nyata terus menerus mengalami
peningkatan, yaitu dari 5,9% di tahun 1986 menjadi 6,9% di tahun 1988, dan menjadi
7,5% di tahun 1989. Namun pada tahun 1990 tingkat pertumbuhan ekonomi sama halnya
dengan tahun 1991 yaitu 7,0%. Dilanjutkan dengan tahun 1992, 1993, 1994, 1995, dan
1996, masing-masing tingkat pertumbuhan ekonominya adalah sebesar 6,2%, 5,8%,
7,2%, 6,8%, dan 5,8%.
Sejak krisis moneter pada Agustus 1997, pertumbuhan ekonomi Indonesia anjlok
sebesar -13,3% pada tahun 1998. Kemudian pada tahun 1999 pertumbuhan ekonomi
Indonesia mengalami peningkatan tiap tahun. Pada tahun 1999 ekonomi bertumbuh
sekitar 0,79%, 4,92% di tahun 2000, 3,4% di tahun 2001, dan 3,66%.di tahun 2002.
Seiring dengan berjalannya waktu, pada tahun 2006 pertumbuhan ekonomi kemudian
mengalami peningkatan menjadi 6,1%.
Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan diatas, Penulis mencoba untuk membahas
masalah pertumbuhan ekonomi di Indonesia dalam hubungannya dengan perdagangan
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”.
1.2 Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini, Penulis terlebih dahulu merumuskan masalah dengan jelas
sebagai dasar penelitian yang dilakukan. Sehubungan dengan hal tersebut, masalah yang
akan dikaji dalam tulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh Ekspor sektor industri terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia?
2. Bagaimana pengaruh Tingkat suku bunga terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia?
3. Bagaimana pengaruh Penanaman Modal Asing (PMA) sektor industri terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia?
4. Bagaimana pengaruh Konsumsi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia?
5. Bagaimana penagruh krisis ekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia?
1.3 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka Penulis membuat hipotesis sebagai
berikut:
1. Ekspor berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, ceteris
paribus.
2. Tingkat Suku Bunga berpengaruh negative terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
3. Penanaman Modal Asing (PMA) berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia, ceteris paribus.
4. Konsumsi berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, ceteris
paribus.
5. Krisis Ekonomi berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, ceteris
peribus.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan Penulis dalam melakukan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh Ekspor terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
2. Untuk mengetahui pengaruh Tingkat Suku bunga terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia.
3. Untuk mengetahui pengaruh PMA terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
4. Untuk mengetahui pengaruh Konsumsi terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia.
5. untuk mengetahui pengaruh krisis ekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran, bahan studi
atau tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa-mahasiswa khususnya bagi
mahasiswa jurusan Ekonomi Pembangunan.
2. Menambah, melengkapi, sekaligus sebagai pembanding hasil-hasil penelitian
yang sudah ada sebelumnya yang menyangkut topik yang sama.
3. Sebagai masukan yang akan bermanfaat bagi pemerintah dan instansi-instansi
terkait.
4. Untuk memperkaya wawasan ilmiah Penulis dalam kaitannya dengan disiplin
ilmu yang Penulis tekuni.
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1 Pertumbuhan Ekonomi
2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan jika jumlah produksi barang
dan jasanya meningkat. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan
output dari tahun ke tahun yang merupakan suatu gambaran mengenai dampak
kebijaksanaan pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang
menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan
kemakmuran masyarakat meningkat (Sukirno, 2003: 10). Kemampuan yang
meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor produksi akan selalu mengalami
pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya.
Pertumbuhan ekonomi merupakan ukuran utama keberhasilan pembangunan Hasil
pertumbuhan ekonomi tersebut harus dapat dinikmati masyarakat sampai ke lapisan
yang paling bawah. Pertumbuhan harus berjalan secara beriringan dan terencana untuk
mengupayakan terciptanya pemerataan kesempatan dan pembangunan hasil-hasilnya
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
secara merata maka daerah – daerah yang miskin, tertinggal, dan tidak produktif akan
menjadi produktif yang akhirnya akan mempercepat pertumbuhan ekonomi itu sendiri.
2.1.2 Perhitungan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi
Fluktuasi pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun tercermin dalam
nilai Produk Domestik Bruto (PDB). PDB yaitu seluruh nilai tambah yang dihasilkan
oleh berbagai sektor atau lapangan usaha yang melakukan kegiatan usahanya di suatu
domestik atau agregat. Perubahan nilai PDB akan menunjukkan perubahan jumlah
kuantitas barang dan jasa yang dihasilkan selama periode tertentu. Selain PDB, dalam
suatu negara juga dikenal ukuran PNB (Produk Nasional Bruto) serta Pendapatan Nasioal
(National Income).
Adapun konsep perhitungan pertumbuhan ekonomi dalam satu periode (Rahardja,
2001:178), yaitu :
% 100 ) ( 1 1 x PDBR PDBR PDBR G t t t t − − − = di mana:
Gt = Pertumbuhan ekonomi periode t (triwulanan atau tahunan)
PDBRt = Produk Domestik Bruto Riil periode t (berdasarkan harga konstan)
PDBRt-1 = PDRB satu periode sebelumnya
Jika interval waktu lebih dari satu periode maka perhitungan pertumbuhan
ekonomi dapat dilakukan dengan menggunakan persaman eksponensial :
2 0(1 r) PDBR
PDBRt = +
di mana:
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
PDBR0 = PDBR periode 0
r = tingkat pertumbuhan
t = jarak periode
Untuk menghitung besarnya pendapatan nasional atau regional, maka ada tiga
metode pendekatan yang dipakai :
a) Pendekatan Produksi (Production Approach)
Metode ini dihitung dengan menjumlahkan nilai produksi yang diciptakan sektor
ekonomi produktif dalam wilayah suatu negara. Secara matematis (Rahardja, 2001:180):
NI = P1Q1 + P2Q2 + … + PnQn
di mana :
NI = PDB (Produk Domestik Bruto)
P1, P2,…, Pn = Harga satuan produk pada satuan masing-masing sektor ekonomi
Q1, Q2,…,Qn = Jumlah produk pada satuan masing-masing sektor ekonomi
Yang dipakai hanya nilai tambah bruto saja agar dapat menghindari adanya
perhitungan ganda.
b) Pendekatan Pendapatan (Income Approach)
Metode ini dihitung dengan menjumlah besarnya total pendapatan atau balas jasa
setiap faktor-faktor produksi. Secara matematis (Rahardja, 2000:181):
Y = Yw + Yr + Yi + Yp
di mana :
Y = Pendapatan nasional atau PDB
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Yr = Pendapatan sewa
Yi = Pendapatan bunga
Yp = Pendapatan laba atau profit
c) Pendekatan Pengeluaran (Consumption Approach)
Metode ini dihitung dengan menjumlahkan semua pengeluaran yang dilakukan
berbagai golongan pembeli dalam masyarakat. Secara matematis (Rahardja, 2001:182):
Y = C + I + G + (X – M)
di mana :
Y = PDB (Pendapatan Domestik Bruto)
C = Pengeluaran Rumah tangga konsumen untuk konsumsi
I = pengeluaran rumah tangga perusahaan untuk investasi
G = pengeluaran rumah tangga pemerintah
(X-M) = ekspor netto atau pengeluaran rumah tangga luar negeri
Yang dihitung hanya nilai transaksi-transaksi barang jadi saja, untuk menghindari
adanya perhitungan ganda.
2.1.3 Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori-teori pertumbuhan ekonomi melihat hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi. Ada beberapa teori
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
a) Teori Jumlah Penduduk Optimal (Optimal Population Theory)
Teori ini telah lama dikembangkan oleh kaum Klasik. Menurut teori ini, berlakunya
The Law of Diminishing Return (TLDR) menyebabkan tidak semua penduduk dapat
dilibatkan dalam proses produksi. Jika dipaksakan, justru akan menurunkan tingkat
output perekonomian.
Gambar 2.1
Jumlah Penduduk Optimal
(Sumber : Rahardja, 2001:178)
Pada gambar, kurva TP1 menunjukkan hubungan antara jumlah tenaga kerja dengan
tingkat output (fungsi produksi). Kondisi optimal akan tercapai jika jumlah penduduk
(tenaga kerja) yang terlibat dalam proses produksi adalah L1, dengan jumlah output Tenaga Kerja
Q3
Q1
Q2
0 L1 L2
TP2
TP1 Total Produksi
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
(PDB) adalah Q1. Jika jumlah tenaga kerja ditambah menjadi L2 PDB justru berkurang
menjadi Q2. Hal ini karena cepat terjadinya TLDR. Agar penambahan tenaga kerja ke
L2 dapat meningkatkan output, misalnya menjadi Q3, yang harus dilakukan adalah
investasi fisik (barang modal) dan SDM yang menunda terjadinya gejala TLDR.
Bahkan kedua investasi tersebut menimbulkan sinerji. Jika hal tersebut yang terjadi,
maka fungsi produksi membaik. Hal itu digambarkan dengan bergesernya kurva
produksi ke TP2. Penambahan tenaga kerja akan meningkatkan output (PDB).
b) Teori Pertumbuhan Neo Klasik (Neo Classic Growth Theory)
Teori ini dikembangkan oleh Solow (1956) dan merupakan penyempurnaan
teori-teori klasik sebelumnya. Fokus pembahasan teori-teori ini adalah akumulasi stok barang modal
dan keterkaitannya dengan keputusan masyarakat untuk menabung atau melakukan
inve stasi. Asumsi penting dari model Solow antara lain:
1. Tingkat teknologi dianggap konstan (tidak ada kemajuan teknologi),
2. Tingkat depresiasi dianggap konstan,
3. Tidak ada perdagangan luar negeri atau aliran keluar masuk barang modal,
4. Tidak ada sektor pemerintah
5. Tingkat pertambahan penduduk (tenaga kerja) juga dianggap konstan,
6. Seluruh penduduk bekerja sehingga jumlah penduduk = jumlah tenaga kerja.
Dengan asumsi-asumsi tersebut, dapat dipersempit faktor-faktor penentu
pertumbuhan menjadi hanya stok barang modal dan tenaga kerja. Lebih lanjut lagi, dapat
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
tenaga kerja. Jika Q = output atau PDB, K = barang modal, dan L = tenaga kerja, maka y
= f(k)
di mana y = PDB per kapita atau Q/L dan k = barang modal per kapita atau K/L
Untuk menjaga agar perekonomian dapat mempertahankan tingkat outputnya,
stok barang modal per kapita tidak boleh berkurang. Untuk itu tingkat investasi yang
dilakukan harus mempunyai dua fungsi:
1. Mengganti barang modal yang sudah usang. Tingkat investasi untuk memenuhi
fungsi ini adalah d(K/L).
2. Menambah stok barang modal sebagai respons terhadap pertambahan tenaga
kerja. Tingkat investasi untuk memenuhi fungsi kedua adalah n (K/L) atau nk.
Investasi total yang dibutuhkan agar perekonomian dapat mempertahankan
tingkat produksinya adalah (n+d)k. Selanjutnya, dianggap ada hubungan proporsional
antara tingkat tabungan dengan tingkat produksi per kapita, misalnya sebesar s, sehingga
sy = sf(k).
Perekonomian dikatakan berada dalam kondisi keseimbangan stabil bila jumlah
tabungan sama dengan kebutuhan investasi. Keadaan keseimbangan stabil akan berubah
jika terjadi perubahan tingkat tabungan, perubahan tingkat teknologi, dan percepatan
perkembangan teknologi.
c) Teori Pertumbuhan Endojenus (Endogenous Growth Theory)
Teori ini dikembangkan oleh Romer (1986) dan merupakan pengembangan dari
teori Klasik-Neo Klasik yang kelemahannya terletak pada asumsi bahwa teknologi
bersifat eksojenus. Konsekuensi asumsi ini adalah terjadinya The Law of Diminishing
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
lebih serius adalah perekonomian yang terlebih dahulu maju, dalam jangka panjang akan
terkejar perekonomian yang lebih terbelakang, selama tingkat pertambahan penduduk,
tingkat tabungan, dan akses terhadap teknologi adalah sama.
Teknologi merupakan barang publik. Oleh karenanya, selama perusahaan dapat
menikmati dampak yang sama dari teknologi tersebut, tidak ada satu perusahaan pun
yang berusaha memonopoli. Dengan demikian dalam hal ini, faktor teknologi bukanlah
sebagai faktor eksogen melainkan faktor endogen.
d) Teori Schumpeter
Schumpeter berpandangan bahwa pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan oleh
kemampuan kewirausahawanan (entrepreneurship). Sebab, para pengusahalah yang
mempunyai kemampuan dan keberanian mengaplikasi penemuan-penemuan baru dalam
aktivitas produksi. Langkah-langkah pengaplikasian penemuan-penemuan baru dalam
dunia usaha merupakan langkah inovasi. Termasuk dalam langkah-langkah inovasi
adalah penyusunan teknik-tahap produksi serta masalah organisasi-manajemen, agar
produk yang dihasilkan dapat diterima pasar.
e) Teori Harrod-Domar
Teori Harrod-Domar dikembangkan secara terpisah dalam periode yang
bersamaan oleh E.S. Domar dan R.F. Harrod. Keduanya melihat pentingnya investasi
terhadap pertumbuhan ekonomi, sebab investasi akan meningkatkan stok barang modal,
yang memungkinkan peningkatan output.
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Tingkat output suatu perekonomian mempunyai hubungan proporsional (konstan)
dengan jumlah stok barang modal. Jika tingkat output dinotasikan Y dan stok barang
modal dinotasikan K, maka:
Y= K……..………...………(1)
dimana adalah rasio output barang modal (capital output ratio, disingkat COR)
yaitu angka yang menunjukkan berapa jumlah output yang dapat dihasilkan dari stok
barang modal tersedia. Umumnya niulai adalah positif namun lebih kecil daripada
satu ( 0 < < 1). Misalnya, stok barang modal adalah 10.000 bila nilai COR adalah
0,5 ( = 0,5), maka output yang dihasilkan adalah 5.000.
Jika perekonomian ingin meningkatkan output menjadi 6.000 (∆=1.000 unit), maka
stok barang modal harus ditingkatkan menjadi 12.000 unit (∆K=2.000 unit). Dapat
juga dikatakan ∆K/∆Y=2. Angka 2 adalah bilangan yang menunjukkan berapa unit
barang modal yang harus ditambah untuk meningkatkan output sebanyak satu unit.
Angka ini disebut nilai rasio output kapital inkramental (incramental capital output
ratio, disingkat ICOR). Angka ICOR dapat diperoleh dengan:
∆Y= ∆K………….………..……….(2)
α 1
= ∆ ∆
Y K
….………..………..(3)
Dari persamaan 3 terlihat bahwa nilai ICOR adalah 1/ atau sama dengan 1/COR.
Bila nilai COR=0,25, maka nilai ICOR=1/0,25=4. Dalam kasus diatas nilai COR=0,5,
sehingga ICOR=1/0,5=2, berarti untuk meningkatkan output sebanyak 1.000 unit,
stok barang modal yang harus ditambah (I) adalah 2.000.
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Untuk melakukan investasi, perekonomian harus mampu menyisihkan outputnya
sebagai tabungan. Bila tabungan merupakan bagian proporsional (konstan) dari
pendapatan, hubungan tabungan (saving/S) dengan output (Y) adalah S= Y
3. Pertumbuhan Ekonomi
Tingkat pertumbuhan output keseimbangan terjadi pada saat Investasi sama dengan
Tabungan atau pada saat I=S,
S= Y=∆K= ∆Y=I
Y= ∆Y
α α
= ∆ =
Y Y Ekonomi n
Pertumbuha
Bila tingkat tabungan merupakan 6% pendapatan, sedangkan COR=0,5 atau ICOR=2,
maka pertumbuhan ekonomi yang diharapkan adalah 6%/2=3% per tahun (Rahardja,
2001: 193-202).
f) Tahap-tahap Pertumbuhan Ekonomi Rostow
W.W. Rostow mengemukakan teori tahapan tipikal pertumbuhan ekonomi yang
dilalui oleh suatu perekonomian. Tahap-tahap yang dimaksud adalah:
1. Tahap Masyarakat Tradisional
Pada tahap masyarakat tradisional ini, masyarakat masih menggunakan cara-cara
produksi primitif dan dipengaruhi oleh nilai-nilai tak rasional serta adat istiadat. Tingkat
produksi dan produktivitas sangat rendah.
2. Tahap Prasyarat Lepas Landas
Tahap ini merupakan transisi persiapan mencapai pertumbuhan dan
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
3. Tahap Lepas Landas
Tahap lepas landas ditandai oleh perubahan drastis dan pesat. Ciri tahap ini adalah
terjadinya kenaikan investasi produktif, pertumbuhan sektor industri yang pesat, dan
terbentuknya kerangka dasar politik, sosial dan kelembagaan yang menjamin
pertumbuhan cepat.
4. Tahap Gerak ke Arah Kedewasaan
Tahap ini merupakan tahap dimana teknologi canggih sudah digunakan secara
efektif dalam proses produksi dan pengolahan sumber-sumber daya alam. Ciri-cirinya
adalah tingginya keterampilan tenaga kerja serta semakin dominannya sektor industri
manufakturing yang menggantikan dan mendesak sektor pertanian dan sektor-sektor
tradisional berupa perubahan sistem manajemen dan pengelolaan bisnis. Masyarakat
semakin menyadari akibat-akibat atau dampak industrialisasi terhadap kehidupan
lingkungan.
5. Tahap Konsumsi Massal Tinggi
Tahap konsumsi tinggi merupakan tahap dimana masyarakat lebih menekankan
pada konsumsi dan kesejahteraan masyarakat. Pemerataan kemakmuran merupakan
fokusnya (Wijaya, 2000 :289).
2.2 Ekspor
2.2.1 Pengertian Ekspor
Menurut pasal 1 ayat 9 (Bab I) UU No. 30/1964, ekpor adalah pengiriman barang
keluar Indonesia dari peredaran. Keluar dari Indonesia berarti keluar dari daerah Pabean
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
keluar peredaran diluar daerah Pabean Indonesia dan diluar wilayah yuridiksi Indonesia
(Purba, 1997 : 20).
Ekspor adalah upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki kepada
bangsa lain atau negara asing sesuai dangan ketentuan pemerintah dengan mengharapkan
pembayaran dalam valuta asing, serta melakukan komunikasi dengan bahasa asing (M.S.
Amir, 2004 : 1).
Jadi hasil yang diperoleh dari kegiatan mengekspor adalah berupa nilai sejumlah
uang dalam valuta asing atau biasa disebut dengan istilah devisa yang juga merupakan
salah satu sumber pemasukan negara. Yang dimaksud dengan ekspor adalah kegiatan
perdagangan yang memberikan rangsangan guna menumbuhkan permintaan dalam negeri
yang menyebabkan timbulnya industri-industri pabrik besar, bersamaan dengan struktur
politik yang stabil dan lembaga sosial yang efisien (Todaro, 2000 : 167).
Ekspor adalah salah satu sektor perekonomian yanga memegang peranan penting
melalui perluasan pasar antara beberapa negara dimana dapat mengadakan perluasan
pasar dalam sektor industri, sehingga mendorong dalam sektor industri lain, selanjutnya
mendorong sektor lainnya dan perekonomian (Meier. Dkk, 1965 : 313).
2.2.2 Peran Sektor Ekspor
Dari definisi-definisi ekspor diatas maka dapat disimpulkan bahwa peranan sektor
ekspor antara lain, yaitu:
1. Memperluas pasar diseberang lautan bagi barang-barang tertentu. Seperti yang
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
cepat jika industri itu dapat menjual hasilnya diseberang lautan dari pada hanya
dipasar dalam negeri yang sempit.
2. Ekspor menciptakan permintaan efektif yang baru. Akibatnya barang-barang
dipasar dalam negeri mencari inovasi yang ditujukan untuk menaikkan
produktifitas.
3. Perluasan kegiatan ekspor mempermudah pembangunan, karena industri tertentu
tumbuh tanpa membutuhkan investasi dalam kapital sosial sebanyak yang
dibutuhkan seandainya barang-barang itu akan dijual didalam negeri, misalnya
karena sempitnya pasar dalam negeri akibat tingkat pendapatan rill yang rendah
atau hubungan transportasi yang memadai.
Dengan demikian selain menambah peningkatan produksi barang untuk dikirim keluar
negeri, ekspor sektor industri juga menambah permintaan dalam negeri, sehingga secara
tidak langsung permintaan luar negeri mempengaruhi industri dalam negeri untuk
menggunakan faktor produksinya, misalnya modal dan juga menggunakan metode
produksi yang lebih murah dan efisien sehingga harga dan mutu dapat bersaing dipasar
internasional.
2.2.3 Kebijakan Ekspor
Kebijakan ekspor diartikan sebagai berbagai tindakan dan peraturan yang
dikeluarkan pemerintah, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang akan
mempengaruhi struktur, komposisi, dan arah transaksi serta kelancaran usaha untuk
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Kebijakan ekspor dikelompokkan menjadi dua macam kebijakan, yaitu :
a. Kebijakan Ekspor Dalam Negeri
1. Kebijakan perpajakan dalam bentuk pembebasan, keringanan, pengembalian
pajak ataupun pengenaan pajak ekpor untuk barang-barang ekspor tertentu.
Contoh : Pajak ekspor atas CPO
2. Fasilitas kredit perbankan yang murah untuk mendorong peningkatan ekspor
barang-barang tertentu.
3. Penerapan prosedur ekspor yang relatif mudah.
4. Pemberian subsidi ekspor, seperti pemberian sertifikat ekspor.
5. Pembentukan asosiasi eksportir.
6. Pembentukan kelembagaan seperti bounded warehouse (Kawasan Berikat
Nusantara) bounded island Batam, export processing zone, dan lain-lain.
7. Larangan/pembatasan ekspor, misalnya larangan ekspor CPO oleh Menperindag.
b. Kebijakan Ekspor Luar Negeri
1. Pembentukan International Trade Promotion Centre (ITPC) di berbagai negara,
seperti di Jepeng (Tokyo), Eropa, AS, dan lain-lain.
2. Pemanfaatan General System of Preferency (GSP), yaitu fasilitas keringanan bea
masuk yang diberikan negara-negara industri untuk berang manufaktur yang
berasal dari negara yang sedang berkembang seperti Indonesia sebagai salah setu
hasil UNCTAD (United Nation Conference on Trade and Development).
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
4. Menjadi anggota Commodity Agrreement between Producer and Consumer,
seperti ICO (Internastional Coffee Organization), MFA (Multifibre Agreement),
dan lain-lain.
2.3 Penanaman Modal Asing (PMA)
2.3.1 Pengertian
Penanaman modal asing merupakan usaha yang dilakukan pihak asing dalam
rangka menanamkan modalnya di suatu negara dengan tujuan untuk mendapatkan laba
melalui penciptaan suatu produksi ataupun jasa (Panglaykim, 1984 :3). Penanaman modal
asing terbagi atas 2 yaitu :
1. Penanaman Modal Asing Langsung (Foreign Direct Investment)
Penanaman modal asing yang bersifat langsung dapat juga dikatakan sebagai
investasi perusahaan penuh, dimana pengelolaan baik manajemen maupun sebagian
tenaga kerja ditentukan oleh pihak asing. Jenis penanaman modal asing ini biasanya
dilakukan oleh perusahaan raksasa yang bergabung dalam Multi National Country yaitu
perusahaan yang memiliki dan mengendalikan berbagai kegiatan produktif di lebih dari
satu negara.
Penanaman modal secara langsung meliputi transfer modal ataupun pendirian
pabrik, pengadaan fasilitas produksi, pembelian mesin, dan sebagainya biasanya
menggunakan teknik-teknik produksi negara asal investor, jasa manajerial, pemasaran,
dan iklan yang ditentukan oleh penanaman modal asing tersebut.
Pertumbuhan penanaman modal asing secara langsung (seperti dana – dana
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
alat – alat, fasilitas produksi seperti membeli lahan, membuka pabrik, membeli atau
mendatangkan mesin – mesin, membeli bahan baku, dan sebagainya). Berlangsung
dengan cepat khususnya masa sebelum krisis ekonomi.
Pada dasarnya, penanaman modal asing (PMA) secara langsung jauh lebih
kompleks dari sekedar transfer modal ataupun pendirian bangunan pabrik dari suatu
perusahaan asing di wilayah suatu negara berkembang. Perusahaan – perusahaan raksasa
tersebut yang membawa teknik atau teknologi produksi yang lebih canggih, selera dan
dan gaya hidup, jasa – jasa managerial, serta berbagai praktek bisnis termasuk
pemberlakuan dan pengaturan perjanjian dan kerjasama, dan sebagainya.
Investasi asing langsung dapat juga berarti bahwa perusahaan dari negara
penanam modal secara de fakto dan de jure melakukan pengawasan atas asset (aktiva)
yang ditanam di negara dimana penanam modal menginvestasikan modalnya. Dengan
cara demikian, investasi langsung dapat mengambil beberapa bentuk, diantaranya
pembentukan suatu cabang perusahaan di negara pengimpor modal pembentukan suatu
perusahaan di negara pengimpor hanya dibiayai oleh perusahaan – perusahaan yang
terletak di negara investor untuk secara khusus di negara lain, atau dapat menaruh asset
tetap di negara lain oleh perusahaan dari negara investor.
Menurut analisis Neo-Klasik, penanaman modal asing merupakan hal yang sangat
positif, karena hal tersebut dapat mengisi kekurangan tabungan yang dihimpun dari
dalam negeri dan juga menambah devisa serta membantu pembentukan modal domestic
bruto.
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Joint ventura merupakan usaha bersama yang diselenggarakan oleh dua atau lebih
pihak yang merupakan badan hukum dimana masing – masing pihak memasukkan
sejumlah modal tertentu, dengan pembagian resiko dan keuntungan berdasarkan proporsi
modal tersebut. Jadi Joint Ventura merupakan kerjasama antara pemilik modal asing
dengan modal nasional. Tentang pengelolaan perusahaan ditetapkan oleh kedua belah
pihak dengan memperhatikan ketentuan – ketentuan yang ditetapkan pemerintah. Investor
asing juga dapat hanya menyertakan modal tanpa ikut dalam manajemen dan pengelolaan
perusahaan dan tenaga kerja.
2.3.2 Kebijakan pemerintah tentang Penanaman Modal Asing (PMA)
Pemerintah selalu mengupayakan arus modal masuk ke Indonesia semakin besar
sesuai dengan semakin meningkatnya dana yang dibutuhkan untuk pembangunan
terutama untuk pembangunan bidang ekonomi. Sesuai dengan kebutuhan dana untuk
pembangunan tersebut maka pemerintah selalu berusaha untuk menarik dana investor
asing dengan memberikan berbagai kemudahan melalui berbagai kebijaksanaan.
Adapun kebijaksanaan yang dikeluarkan pemerintah tentang penanaman modal
asing antara lain adalah UU No. 1/1967. Penanaman modal asing yang dimaksund sesuai
dengan Undang – undang ini adalah hanya penanaman modal asing yang meliputi secara
langsung yang dilakukan menurut ketentuan undang – undang yang digunakan untuk
menjalankan perusahaan di Indonesia, dengan pengertian bahwa pemilik modal asing
secara langsung menanggung resiko atas penanaman modal asing tersebut. Adapun yang
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
a. Undang – undang ini dengan jelas tidak mengatur perihal kredit atau peminjaman
modal melainkan hanya mengatur tentang penanaman modal asing.
b. Dengan demikian memberi kemungkinan perusahaan tersebut dijalankan dengan
modal asing sebelumnya.
c. Direct Investment, dalam hal ini bukan hanya modal tetapi juga kekuasaan dan
pengambilan keputusan dilakukan oleh pihak asing, sepanjang segala sesuatunya
memperoleh persetujuan dari pemerintah Indonesia dan sejauh mana
kebutuhannya tidak melanggar hukum dan ketertiban hukum yang berlaku di
Indonesia.
d. Penggunaan kredit dan resikonya ditanggung oleh investor tersebut.
Penanaman modal asing dalam undang – undang ini juga sebagai alat pembayaran
luar negeri yang tidak merupakan bagian dari devisa Indonesia, yang dengan persetujuan
pemerintah digunakan untuk membiayai pembiayaan perusahaan di Indonesia. Alat – alat
untuk perusahaan termasuk penemuan – penemuan baru milik orang asing dan bahan –
bahan yang dimasukkan dari luar negeri ke wilayah Indonesia, selama alat – alat tersebut
tidak dibiayai oleh kekayaan devisa Indonesia. Bagian dari hasil perusahaan yang
berdasarkan undang – undang ini diperkenankan di transfer tetapi digunakan untuk
membiayai kembali perusahaan di Indonesia.
Dalam rangka meningkatkan PMA di Indonesia, pemerintah melalui BKPM
(Badan Koordinasi dan Penanaman Modal) juga telah melakukan beberapa upaya
penyesuaian dan kebijakan investasi, diantaranya adalah :
1. Pemerintah telah memperbaharui Daftar Bidang Usaha yang tertutup bagi penanam
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
No.96 tahun 2000 jo. No.118 tahun 2000).dalam keputusan tersebut, bidang usaha yang
tertutup untuk investasi baik PMA maupun PMDN berkurang dari 16 sektor menjadi 11
sektor. Bidang usaha yang tertutup bagi kepemilikan saham asing berkurang dari 9 sektor
menjadi 8 sektor.
2. Penyederhanaan proses dari 42 hari menjadi 10 hari. Sebelumnya persetujuan PMA
dilakukan presiden, sedangkan saat ini cukup dilakukan oleh Pejabat Eselon I yang
berwenang, dalam hal ini Deputi Bidang dan Fasilitas Penanaman Modal.
3. Sejak tanggal 1 Januari 2001, pemerintah menggantikan insentif Pembebasan Pajak
dan Kelonggaran Pajak Investasi sebesar 30% untuk 6 (enam) tahun.
4. Nilai investasi tidak dibatasi, sepenuhnya bergantung studi kelayakan dari proyek
tersebut.
Insentif bagi para investor tampaknya juga sangat bergantung pada bagaimamana
pemerintah melakukan atau menerapkan status prioritas bagi sektor industri. Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam rangka menjaring investasi asing maupun
investasi dalam negeri merupakan apa yang disebut dengan Daftar Skala Prioritas (DSP),
yang memiliki 4 kategori, yaitu :
1. Sektor industri yang terbuka bagi PMA maupun PMDN dan Non-PMA/PMDN
termasuk didalamnya perusahaan yang relatif kecil.
2. Sektor industri yang terbuka bagi PMDN dan non-PMA/PMDN.
3. Sektor industri yang terbuka hanya bagi Non-PMA/PMDN.
4. Industri yang tertutup untuk semua investasi, baik PMA, PMDN,
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Sistem insentif tersebut sering direvisi oleh pemerintah, seperti misalnya
pembebasan pajak impor, investasi mesin maupun peralatan.
2.3.3 Keuntungan dengan adanya Penanaman Modal Asing
Keuntungan – keuntungan yang dapat diperoleh dengan adanya Penanaman
Modal Asing antara lain adalah :
1. Produksi beberapa produk kebutuhan rakyat dengan tujuan untuk ekspor (dengan
penggunaan bahan baku yang umumnya berasal dari Indonesia) akan meningkat
kualitas dan kuantitasnya.
2. Bila produksi mengalami kegagalan, maka seluruh resiko akan ditanggung oleh
penanaman modal dalam investasi langsung (investor asing).
3. Tenaga kerja Indonesia akan memperoleh kesempatan kerja, dan dapat
membiasakan diri dengan teknologi modern.
4. Terbukanya kesempatan untuk membangun perusahaan yang sejenis, sehingga
akan dapat meningkatkan pembangunan, terutama pembangunan didaerah karena
para pekerja yang bekerja di perusahaan asing tersebut telah memiliki pengalaman
dan keterampilan dalam membangun perusahaan nasional yang sejenis yang
mungkin akan lebih baik dan terarah bagi peningkatan pembangunan di daerah –
daerah lainnya sehingga mereka dapat menjadi pioner pelaksanaan proyek –
proyek mutakhir di daerah – daerah.
5. Devisa negara akn menigkat jumlahnya, sehingga dana untuk pembangunan juga
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
6. langsung memperkenalkan manfaat ilmu, teknologi, dan organisasi mutakhir ke
negara yang dituju.
7. Mendorong perusahaan lokal untuk berinvestasi lebih banyak pada industri
pendukung atau bekerjasama dengan perusahaan asing.
8. Sebagian laba pada umumnya ditanamkan kembali pada pengembangan atau
modernisasi industri terkait.
9. Kemungkinan terjadinya pelarian modal berkurang.
2.3.4 Teori Penanaman Modal Asing
Teori penanaman modal asing pada dasarnya berusaha mencari jawaban atas
pertanyaan mengapa perusahaan melakukan investasi luar negeri langsung sebagai
bentuk keterlibatan nasional. Para ahli ekonomi mengemukakan beberapa teori investasi
luar negeri (Panglaykim, 1984 :3-7) antara lain :
1. Stephen Hymer
Hymer dianggap sebagai pelopor dalam teori investasi luar negeri. Hymer
mengungkapkan suatu pendekatan organisasi industri yang menekankan peranan
keunggulan khas perusahaan dan ketidak sempurnaan pasar dalam usaha menjelaskan
motivasi yang mendasari perusahaan dalam melakukan suatu investasi. Menurut
pendekatan ini, pengembalian investasi yang lebih tinggi di luar negeri tidak menjamin
kelengkapan penjelasan arus modal, karena pengembalian investasi itu sendiri berarti
bahwa modal akan lebih efisien bila dialokasikan melalui pasar modal dan tidak
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Perusahaan harus mampu menghasilkan pengembalian yang lebih tinggi daripada
perusahaan yang sudah ada atau yang potensial di negara tuan rumah agar dapat menutup
kerugian ketidak unggulan operasi perusahaan tersebut di luar negeri. Kemungkinan
memperoleh pengembalian investasi yang lebih tinggi akan timbul bila perusahaan yang
ada di negara tuan rumah. Keunggulan tertentu perusahaan dapat timbul karena adanya
akses ke sumber modal yang lebih mudah dan besar,adanya pasar bahan mentah yang
diproduksi dengan skala besar dan memiliki keahlian seperti keahlian manajemen,
ketrampilan pemasaran dan sebagainya.
2. R. Vernon
Vernon menjelaskan penanaman modal asing dengan model yang disebut Model
Siklus Produk. Dalam model ini, introduksi dan pengembangan produk baru di pasar
mengikuti 3 tahap. Adapun ketiga tahap tersebut adalah : Tahapan pertama, pada waktu
produk pertama kali dikembangkan dan dipasarkan, diperlukan suatu hubungan yang erat
antara kelompok desain, produksi dan pemasaran dari perusahaan dan pasar yang akan
dilayani oleh produk tersebut. Tahapan kedua, produk tersebut diekspor ke luar negeri.
Bila perusahaan lokal di negara tuan rumah telah memulai memproduksi produk yang
bersaing, biaya produksi pada semua perusahaan akan menjadi lebih penting. Tahapan
ketiga, produk telah terbuat dengan baik dengan desain yang telah distandarisasikan.
3. Kiyoshi Kojima
Kojima mengatakan bahwa struktur keunggulan komperatif suatu negara dalam
perdagangan memainkan peranan penting dalam penentuan arus investasi luar negeri.
Argumentasi ini mengulangi pentingnya sumber – sumber alam dan keunggulan tertentu
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
4. S. Hirsch
Menurut Hirsch, investasi luar negeri langsung akan dipilih bila penghasilan yang
diharapkan lebih besar dari biaya – biaya yang dibutuhkan untuk melakukan pengawasan
di luar negeri. Atau biaya – biaya produksi dan pengawasan di luar negeri tersebut lebih
rendah daripada biaya – biaya produksi dalam negeri ditambah biaya – biaya pemasaran
ekspor. Bila afliasi di luar negeri telah terbentuk, maka diferensiasi biaya pemasaran
menurun dan ekspor barang – barang lain seperti intermediate goods dalam negeri dapat
terlaksana.
Hirsch menyimpulkan bahwa investasi internasional memungkinkan spesialisasi
berdasarkan keunggulan komperatif yaitu melalui ekspansi penghasilan atau
pembentukan pabrik – pabrik baru di lokasi – lokasi dengan biaya serendah – rendahnya.
Ini dapat pula dilakukan melalui penyuplaian semua pasar termasuk pasar di dalam negeri
dari lokasi tersebut.
5. J.H. Dunning
Dunning mengajukan pendekatan yang lebih umum yakni pendekatan serba
elektrik (memilih dari berbagai sumber) yaitu dengan mengintegrasikan teori – teori
perdagangan, lokasi kegiatan ekonomi dan perusahaan multinasional. Dunning
berargumen bahwa luasnya keterlibatan ekonomi internasional (melalui perdagangan dan
investasi) antar negara mengakibatkan perusahaan – perusahaan akan lebih memilih
untuk berproduksi di luar negeri yang memiliki ketersediaan sumber tertentu tapi tidak
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Faktor – faktor lokasi tertentu yang memiliki peranan penting dan dapat
mempengaruhi pemilihan lokasi investasi adalah biaya – biaya upah komperatif, sifat –
sifat di dalam negeri seperti besarnya pasar, tingkat perkembangan dan keberadaan
persaingan di dalam negeri, kendala – kendala perdagangan baik tarif maupun non tarif,
jarak dari negara yang melakukan investasi, lingkungan politik sosial dan ekonomi, dan
kebijaksanaan pemerintah yang berhubungan dengan partisipasi nasional dalam kegiatan
manufaktur dan pembayaran keuntungan.
2.4 Konsumsi
2.4.1 Defenisi Konsumsi
Pemgeluaran konsumsi masyarakat/rumah tangga merupakan salah satu variabel
makro ekonomi. Dalam identitas pendapatan nasional menurut pendekatan pengeluaran,
variabel ini lazim dilambangkan dengan huruf C, inisial dari kata Consumption.
Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari pendapatan yang dibelanjakan.
Apabila pengeluaran – pengeluaran konsumsi semua orang dalam suatu negara
dijumlahkan, maka hasilnya adalah pengeluaran konsumsi masyarakat negara yang
bersangkutan.
Secara makro agregat, pengeluaran konsumsi masyarakat berbanding lurus
dengan pendapatan nasional. Semakin besar pendapatan maka semakin besar pula
pengeluaran konsumsi. Perbandingan besarnya tambahan pengeluaran konsumsi terhadap
pendapatan disebut hasrat marginal untuk berkonsumsi (Marginal Propensity to Consume
: MPC). Pada masyarakat yang kehidupan ekonominya relatif belum mapan biasanya
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
jika memperoleh tambahan pendapatan maka sebagian besar tambahan pendapatan
tersebut akan teralokasi untuk konsumsi. Hal ini sebaliknya berlaku pada masyarakat
yang kehidupan ekonominya realtif lebih mapan. Menurut Rahardja (2001), pengeluaran
konsumsi terdiri atas konsumsi pemerintah (goverment consumption) dan konsumsi
masyarakat atau rumah tangga (household consumption).
Alasan yang mendasarinya :
1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga memiliki posisi terbesar dalam total
pengeluaran agregat.
2. Konsumsi rumah tangga bersifat endogenous dalam arti besarnya konsumsi
rumah tangga berkaitan dengan faktor – faktor lain yang dianggap
mempengaruhinya. Karena itu kita dapat menyusun model dan teori ekonomi
yang menghasilkan pemahaman tentang hubungan tingkat konsumsi dengan
faktor – faktor lain yang mempengaruhinya. Teori dan model tersebut dikenal
dengan teori model konsumsi yang telah terbukti bermanfaat bagi pengelola
perekonomian makro.
3. perkembangan masyarakat yang begitu cepat mengakibatkan perilaku – perilaku
konsumsi juga berubah cepat. Hal ini merupakan alasan lain yang memuat studi
tentang konsumsi rumah tangga tetap relevan.
Sedangkan menurut BPS, pengeluaran konsumsi adalah semua pengeluaran antara
lain pengeluaran untuk makan, minum, pakaian, pesta/upacara, barang – barang tahan
lama dan lain – lain yang dilakukan oleh setiap anggota rumah tangga,, baik untuk
keperluan pribadi maupun untuk keperluan rumah tangga. Besar kecilnya jumlah
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
menentukan perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Meningkatnya
pengeluaran individu atau rumah tangga akan mendorong peningkatan produksi barang
dan jasa untuk memenuhi kebutuhan konsumsi tersebut. Rencana konsumsi sebuah
rumah tangga atau individu tergantung pada :
• selera – selera, maksudnya sikap psikologis terhadap benda – benda yang
berbeda – beda.
• Jumlah uang yang akan dikeluarkan untuk tujuan konsumsi.
• Harga benda – benda ayng diduga.
Pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah semua pembelian barang dan jasa
oleh rumah tangga yang tujuannya untuk dikonsumsi selama periose tertentu dikurangi
netto penjualan barang bekas. Untuk menduga pengeluaran konsumsi rumah tangga
digunakan data pendukung antara lain :
1. Data hasil survey sosial ekonomi nasional (SUSENAS) sebagai dasar, yaitu rata –
rata pengeluaran perkapita sebulan kelompok makanan dan bukan makanan.
2. Indeks harga konsumen (IHK) untuk masing – masing kelompok komoditi dan
jasa dari bagian statistik harga konsumen.
3. Jumlah penduduk dari proyeksi hasil survey penduduk antar sensus.
Konsep kecondongan mengkonsumsi perlu dibedakan menjadi dua pengertian,
yaitu kecondongan mengkonsumsi marginal dan kecondongan mengkonsumsi rata – rata.
Defenisi dan arti setiap konsep ini adalah :
1. kecondongan mengkonsumsi marginal, atau secara ringkas selalu dinyatakan
sebagai MPC (Marginal Propensity to Consume), dapat didefenisikan sebagai
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
pertambahan pendapatan disposible (∆Yd) yang diperoleh. Nilai MPC dapat
dihitung dengan menggunakan formula MPC = ∆C/∆Yd.
2. Kecondongan mengkonsumsi rata – rata, atau secara ringkas selalu dinyatakan
sebagai APC (berasal dari istilah Inggrisnya Average Propensity to Consume),
dapat didefenisikan sebagai perbandingan diantara tingkat pengeluaran konsumsi
(C) dengan tingkat pendapatan disposible (Yd). Nilai APC dapat dihitung dengan
menggunakan formula APC = C/Yd.
2.4.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi
Masyarakat golongan penerima pendapatan yang rendah akan menghabiskan
seluruh pendapatannya untuk konsumsi, yaitu memenuhi kebutuhan pokoknya. Sehingga
peningkatan pendapatan golongan masyarakat ini akan digunakan untuk memperbaiki
kualitas konsumsinya sehari – hari. Sedangkan masyarakat penerima pendapatan tinggi,
walaupun terjadi peningkatan pendapatan tidak akan mempengaruhi tingkat konsumsi,
karena konsumsi golongan masyarakat ini sudah terencana dengan baik. Sehingga
peningkatan pendapatan hanya akan memperbaiki tabungan mereka. Menurut Mulia
Nasution (1997 : 97) bahwa tingkat konsumsi yang terjadi dapat dipengaruhi oleh :
1. Distribusi Pendapatan
Karena terjadi perbedaan marginal propensity to consume (MPC) antar
masyarakat berpenghasilan tinggi dengan rendah, maka akan terjadi perubahan
konsumsi apabila terjadi pemerataan pendapatan yang lebih merata. Karena
masyarakat berpenghasilan rendah MPC-nya lebih tinggi dibandingkan
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
yang lebih merata akan menciptakan peningkatan konsumsi masyarakat
berpenghasilan rendah ini.
2. Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan sangat mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang atau
masyarakat, karena makin tinggi pendapatan masyarakat tingkat konsumsi sudah
makin terencana, sehingga penigkatan – peningkatan pendapatan bagi masyarakat
berpenghasilan tinggi tidak akan mempengaruhi konsumsi. Akan tetapi,
pendapatan masyarakat pada tingkat rendah dan menengah akan bisa
meningkatkan konsumsi bila terjadi kenaikan pendapatan.
3. Tingkat Pajak
Besarnya pajak yang dikenakan pemerintah terhadap pendapatan akan
mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang. Bila masyarakat dikenakan pajak
yang sama rata misalnya 10%, ini akan mempengaruhi pendapatan yang siap
untuk dikonsumsikan. Semakin tinggi pajak yang dikenakan pemerintah terhadap
pendapatan, maka akan memperkecil konsumsi yang terjadi.
4. Tingkat pendapatan yang pernah dicapai
Bila seseorang pernah mendapatkan pendapatan yang tinggi dalam jangka pendek
tingkat konsumsi tidak akan berubah sebesar penurunan pendapatan yang terjadi.
Sehingga tingkat pendapatan seperti ini akan memperbesar tingkat konsumsi
masyarakat (hipotesis pendapatan relatif). Jadi dengan demikian tingkat
pendapatan yang tertinggi dicapai seseorang akan mempengaruhi tingkat
konsumsi yang terjadi.
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Bila masyarakat telah mengkonsumsi barang tahan lama tahun x, maka pada
periode berikutnya konsumsi untuk barang jenis ini tidak akan dilakukan lagi
(barang tidak mengalami kerusakan), sehingga konsumsi barang tahan lama tahun
y tidak akan dilakukan lagi. Juga barang tahan lama harganya realtif tinggi,
sehingga masyarakat untuk membelinya tentu diperlukan menabung terlebih
dahulu (tabungan ini akan mempengaruhi konsumsi masyarakat).
6. Banyaknya alat pembayar yang likuid dalam masyarakat
Pengeluaran konsumsi masyarakat juga dipengaruhi oleh banyak alat pembayaran
yang likuid yang dimiliki masyarakat. Semakin banyak alat pembayaran yang
likuid (dengan pendapatan yang sama) akan lebih besar jumlah pengeluaran untuk
konsumsi, dibandingkan dengan alat pembayaran likuid sedikit yang ada dalam
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
7. Adanya perkiraan terjadinya perubahan harga
Perubahan harga pada masa yang akan datang kalau dapat diperkirakan
masyarakat sebelumnya maka akan sangat mempengaruhi tingkat konsumsi
masyarakat sekarang ini. Perkiraan masayrakat akan adanya devaluasi khususnya
masyarakat kota besar, hal ini akan menyebabkan kenaikan harga – harga. Oleh
karena itu, konsumsi masyarakat yang dapat memperkirakan kenaikan harga ini
akan meningkatkan konsumsinya sekarang untuk menghindari terjadinya kerugian
akibat selisih harga.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan tingkat pengeluaran
atau konsumsi dalam rumah tangga/masyarakat yaitu :
A. Penyebab Faktor Ekonomi
1. Pendapatan
Pendapatan yang meningkar tentu saja biasanya otomatis diikuti dengan
peningkatan pengeluaran konsumsi. Contoh : seseorang yang tadinya makan nasi
aking ketika mendapat pekerjaan yang menghasilkan gaji yang besar akan
meninggalkan nasi aking menjadi nasi beras rajalele. Orang yang tadinya makan
sehari dua kali menjadi tiga kali ketika mendapat tunjangan tambahan dari pabrik.
2. Kekayaan.
Orang kaya yang punya banyak aset riil biasanya memiliki pengeluaran konsumsi
yang besar. Contohnya seperti seseorang yang memiliki banyak rumah kontrakan
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Dengan demikian orang tersebut dapat membeli banyak barang dan jasa karena
punya banyak pemasukan dari hartanya.
3. Tingkar bunga
Bunga bank yang tinggi akan mengurangi tingkat konsumsi yang tinggi karena
orang lebih tertarik menabung di bank dengan bunga tetap tabungan atau deposito
yang tinggi dibandingkan dengan membelanjakan banyak uang.
4. Perkiraan masa depan
Orang yang was – was tentang nasibnya di masa yang akan datang akan menekan
konsumsi. Biasanya seperti orang yang mau pensiun, punya anak yang butuh
biaya sekoah, ada yang sakit butuh biaya perobatan, dan lain sebagainya.
B. Penyebab Faktor Demografi
1. Komposisi Penduduk
Dalam suatu wilayah jika jumlah orang yang usia kerja produktif banyak maka
konsumsinya akan tinggi. Bila yang tinggal di kota ada banyak maka konsumsi
suatu daerah akan tinggi juga. Bila tingkat pendidikan sumber daya manusia di
wilayah itu tinggi – tinggi maka biasanya pengeluaran wilayah tersebut menjadi
tinggi.
2. Jumlah penduduk
Jika suatu daerah jumlah orangnya sedikit sekali maka biasanya konsumsinya
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
C. Penyebab / Faktor lain
1. Kebiasaan Adat Sosial Budaya
Suatu kebiasaan di suatu wilayah dapat mempengaruhi tingkat konsumsi
seseorang. Di daerah yang memegang teguh adat istiadat untuk hidup sederhana
biasanya akan memiliki tingkat konsumsi yang kecil. Sedangkan daerah yang
memiliki kebiasaan gemar pesta adat biasanya memiliki pengeluaran yang besar.
2. Gaya Hidup Seseorang
Seseorang yang berpenghasilan rendah dapat memiliki tingkat pengeluaran yang
tinggi jika orang itu menyukai gaya hidup yang mewah dan gemar berhutang baik
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
2.5 Suku Bunga
2.5.1 Defenisi dan pengertian
Pengertian dasar dari tingkat suku bunga adalah harga dari penggunaan uang
untuk jangka waktu tertentu. Pengertian tingkat suku bungan sebagai harga ini bisa juga
dinyatakan sebagai harga yang harus dibayar apabila terjadi pertukaran antara satu rupiah
sekarang dan satu rupiah nanti (Boediono, 1998 :75)
Menurut Nopirin (2000 : 176), tingkat suku bunga memiliki fungsi alokatif dalam
perekonomian khususnya penggunaan uang dan modal. Maksudnya tingkat suku bunga
dapat dikatakan sebagai balas jasa suatu alokasi tertentu terhadap si pemilik modal atau
uang.
2.5.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi suku bunga
Faktor – faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga
adalah :
1. Kebutuhan dana
Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman meningkat maka
yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi adalah dengan
meningkatkan suku bunga simpanan. Dengan meningkatnya suku bunga pinjaman
akan menarik nasabah untuk menyimpan uang di bank. Dengan demikian kebutuhan
bank akan dana cepat terpenuhi.
2. Persaingan
Dalam memperebutkan dana simpanan, maka disamping faktor promosi, yang paling
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
simpanan 16% per tahun, maka jika hendak membutuhkan dana cepat sebaiknya
bunga simpanan dinaikkan diatas bunga pesaing misalnya 17% per tahun. Namun
sebaliknya bunga pinjaman harus berada di bawah pesaing.
3. Kebijaksanaan pemerintah
Dalam kondisi tertentu pemerintah dapat menentukan batas maksimal dan m