Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
UNSUR-UNSUR DETEKTIF DALAM NOVEL
RAHASIA MEEDE KARYA E.S. ITO
SKRIPSI
OLEH
WIRADI PUTRA
050701042
DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kersarjanaan di suatu perguruan
tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang
saya perbuat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan
gelar kesarjanaan yang saya peroleh.
Medan, Agustus 2009
Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
UNSUR-UNSUR DETEKTIF DALAM NOVEL
RAHASIA MEEDE KARYA E.S. ITO
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unsur kejahatan, unsur misteri, unsur detektif dan unsur pemecahan masalah yang tidak terduga pada akhir cerita dalam novel Rahasia Meede. Penelitian ini diharapkan menambah bahan bacaan pembaca dan peneliti tentang unsur-unsur detektif dan memperkaya referensi ilmu sastra, khususnya ilmu semiotika tentang unsur-unsur detektif. Teknik pengkajian dilakukan dengan analisis deskriptif data-data hasil pembacaan heuristik dan hermeneutik. Analisis dilakukan dengan mengonvensikan roman detektif atau cerita detektif menggunakan teori semiotika sastra terhadap novel RahasiaMeede.
Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
PRAKATA
Skripsi berjudul “Unsur-Unsur Detektif dalam Novel Rahasia Meede Karya
E.S. Ito.” ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana
sastra di Fakultas Sastra USU Medan. Skripsi ini membahas unsur-unsur detektif
yang ada dalam novel Rahasia Meede karya E.S. Ito dengan mengonvensikan
roman detektif atau cerita detektif menggunakan teori semiotika sastra. Dalam
menyelesaikan penelitian ini, peneliti banyak mengalami kesulitan dan hambatan,
tetapi kuatnya dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, peneliti akhirnya dapat
menyelesaikan penelitian ini. Untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Allah swt., Tuhan Semesta Alam atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
2. Papa dan Mama tersayang keramat hidupku yang sudah membiayai dari awal
hingga akhir masa perkuliahan.
3. Bapak Prof. Syaifuddin, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara, PD I Bapak Drs. Aminullah, M.A., Ph.D., PD II
Bapak Drs. Samsul Tarigan, dan PD III Bapak Drs. Parlaungan Ritonga, M.
Hum.
4. Ibu Dra. Nurhayati Harahap, M.Hum., selaku Ketua Departemen dan Ibu Dra.
Mascahaya, M.Hum., selaku Sekretaris Departemen Sastra Indonesia Fakultas
Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
5. Dosen Pembimbing skripsi I Ibu Dra. Yulizar Yunas, M.Hum., dan Dosen
Pembimbing skripsi II Ibu Dra. Keristiana, M.Hum.
6. Dosen pembimbing akademik Bapak Drs. Gustaf Sitepu.
7. Bapak Prof. Ahmad Samin Siregar, S.S., Bapak Drs. D. Syahrial Isa, S.U., Ibu
Dra. Peraturen Sukapiring, S.U., dan Alm. Bapak Drs. Kabar Bangun.
8. Staf pengajar dan pegawai administrasi di Departemen Sastra Indonesia USU
9. Cahaya hatiku Sharina Amanda.
10. Sahabat dan saudaraku Abang Joko Lolona Darmawan,S.E., David Rici
Ricardo Hutabarat,S.S., Nurul Khairi,S.E., Andre, Sabrun, Uphe, Astri, Mina,
Stepani, Lady, Gustus, Kak Dedek, Bang Riki Van Meede, Candra, Amon,
temen-temen Dakwah USU dan Bapak Drs. Bakhsan Parinduri STAN-Adzkia.
Akhirnya, dengan kebesaran hati, peneliti menyadari bahwa penelitian ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran senantiasa peneliti
harapkan. Mudah-mudahan bermanfaat bagi pembaca.
Medan, Agustus 2009
Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
DAFTAR ISI PERNYATAAN
ABSTRAK
PRAKATA ... i
DAFTAR ISI ... iii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 4
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 4
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA... 5
2.1 Konsep dan Landasan Teori ... 5
2.1.1 Konsep ... 5
2.1.1.1 Unsur-Unsur Detektif ... 5
A. Unsur Kejahatan ... 5
B. Unsur Misteri ... 7
C. Unsur Detektif ... 8
D. Unsur Pemecahan Masalah yang tidak Terduga pada Akhir Cerita ... 9
2.1.2 Landasan Teori... 10
2.1.2.1 Semiotika Sastra ... 10
Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
BAB III METODE PENELITIAN ... 17
3.1 Metode Pengumpulan Data ... 17
3.1.1 Sinopsis Novel Rahasia Meede ... 18
3.2 Teknik Analisis Data ... 21
BAB IV UNSUR-UNSUR DETEKTIF DALAM NOVEL RAHASIA MEEDE KARYA E.S. ITO ... 23
4.1 Unsur Kejahatan... 23
4.1.1 Keberadaan Mayat atau Orang yang Terbunuh ... 23
4.1.2 Penyerangan dan Pembunuhan ... 25
4.1.3 Penculikan... 27
4.1.4 Pengancaman dan Intimidasi ... 30
4.1.5 Penganiayaan Berat ... 32
4.2 Unsur Misteri ... 34
4.2.1 Misteri Keberadaan Mayat atau Orang yang Terbunuh ... 34
4.2.2 Misteri Penyerangan dan Pembunuhan ... 38
4.2.3 Misteri Penculikan ... 40
4.2.4 Misteri Pengancaman dan Intimidasi ... 42
4.2.5 Misteri Penganiayaan Berat ... 43
4.3 Unsur Detektif... 44
4.3.1 Intelejen Sandhi Yudha Kopassus ... 45
4.3.2 Kalek dan Intelejen yang Dungu ... 46
Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
4.3.4 Pengungkapan Misteri Penyerangan dan Pembunuhan... 51
4.3.5 Pengungkapan Misteri Penculikan ... 52
4.3.6 Pengungkapan Misteri Pengancaman dan Intimidasi... 55
4.3.7 Pengungkapan Misteri Penganiayaan Berat ... 56
4.4 Unsur Pemecahan Masalah yang tidak Terduga pada Akhir Cerita ... 57
4.4.1 Adanya Keraguan yang Disengaja ... 57
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 60
5.1 Simpulan ... 60
5.2 Saran ... 61
Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Karya sastra adalah sebuah struktur yang kompleks. Karena itu, untuk dapat
memahaminya karya sastra harus dianalisis. Dalam analisis itu, karya sastra
diuraikan unsur-unsur pembentuknya. Dengan demikian, makna keseluruhan
karya sastra akan dapat dipahami. Hal ini menurut Hawkes (dalam Pradopo, 2007:
108) mengingat bahwa “karya sastra itu adalah sebuah sebuah karya sastra yang
utuh.”
Di samping itu, sebuah struktur sebagai kesatuan yang utuh dapat dipahami
makna keseluruhannya bila diketahui unsur-unsur pembentuknya dan saling
berhubungan di antaranya dengan keseluruhannya. Unsur-unsur atau
bagian-bagian lainnya dengan keseluruhannya. Hal ini menurut Hawkes (dalam Pradopo,
2007: 108) ini mengingat bahwa “karya sastra itu merupakan struktur (sistem)
tanda-tanda yang bermakna dan tanda-tanda tersebut mempunyai makna sesuai
dengan konvensi ketandaan.”
Dalam sastra, ada jenis-jenis karya sastra yaitu puisi, prosa, dan drama. Tiap
jenis itu merupakan sistem yang mempunyai konvensi-konvensi sendiri.
Kemudian Pradopo (2007:122) menjelaskan bahwa “karya sastra merupakan
sebuah sistem yang mempunyai konvensi-konvensi sendiri.” Dalam menganalisis
karya sastra, peneliti harus menganalisis sistem tanda itu dan menentukan
Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
dalam karya sastra itu mempunyai makna. Karena itu, untuk mendapatkan makna
karya sastra haruslah diketahui konvesi-konvensi yang memungkinkan
diproduksinya makna. Kemudian Preminger (dalam Pradopo, 2007: 108)
menjelaskan bahwa “konvensi-konvensi apa yang mendasari timbulnya makna ini
dieksplisitkan dalam konkretisasi.” Menurut Pradopo (2007: 109)
“Konvensi-konvensi sastra ini sendiri bermacam-macam, hal tersebut sesuai dengan sifat
sastra secara umum dan secara khusus sesuai dengan jenis-jenis sastra itu sendiri.”
Salah satu konvensi sastra tersebut adalah konvensi roman detektif atau konvensi
cerita detektif. Di sini tidak dibedakan pengertian novel dan roman, karena
menurut Sudjiman (1984:53) “roman adalah istilah lain daripada novel, yang
kedua-duanya mempunyai pengertian prosa rekaan yang panjang, yang
menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar
secara tersusun.” Konvensi roman detektif atau konvensi cerita detektif ini sendiri
merupakan konvensi yang ada di dalam cerita rekaan seperti roman, cerpen dan
novel. Selanjutnya peneliti akan menguraikan konvensi roman detektif atau cerita
detektif sebagai berikut. Teeuw (1984:134) menyebutkan bahwa,
ada tiga konvensi roman detektif, yaitu yang pertama harus ada mayat, yang kedua harus ada detektif, yaitu tokoh yang lebih pintar dari semua tokoh lain dalam roman ini. orang ini merupakan satu-satunya tokoh yang nantinya mampu memecahkan segala teka-teki yang ada dalam roman detektif itu. Konvensi yang ketiga adalah, pemecahan teka-teki yang tidak terduga pada akhir cerita.
Kemudian Sudjiman (1984:43) menyebutkan bahwa “konvensi cerita detektif
ada empat: (1) di dalam cerita detektif terdapat butir-butir kepintaran si penjahat,
(2) kedunguan polisi, (3) kehebatan detektif,dan (4) pengungkapan kejahatan yang
Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
lazim berlaku.” Selanjutnya Sudjiman (1987:135) mengatakan bahwa “hukum
yang lazim berlaku dalam cerita detektif ialah bahwa isyarat-isyarat yang menuju
penyelesaian harus diungkapkan tepat ketika sang detektif menemukan
isyarat-isyarat tersebut.” Kemudian menurut Faruk (dalam Sukapiring,1987:135) “cerita
detektif setidak-tidaknya mempunyai dua komponen yang utama, yaitu
pendeteksian dan unsur yang dideteksi.”
Dari batasan konvensi roman detektif atau cerita detektif Teeuw, Sudjiman,
dan Faruk tersebut, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa cerita detektif itu
setidak-tidaknya memiliki konvensi 4 unsur utama, yaitu: (1) unsur kejahatan, (2) unsur
misteri,(3) unsur detektif dan ,(4) unsur pemecahan masalah yang tidak terduga
pada akhir cerita.
Dalam penelitian ini keempat unsur detektif tersebut akan dikonvensikan
terhadap novel Rahasia Meede karya E.S. Ito karena dengan pengonvensian ini
unsur-unsur detektif di dalam novel Rahasia Meede ini dapat terungkap. Inilah
yang menjadikan Rahasia Meede menarik untuk dianalisis.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian ini maka pokok permasalahan yang
akan dibicarakan adalah sebagai berikut:
a. Bagaimanakah unsur kejahatan dalam novel Rahasia Meede ini?
b. Bagaimanakah unsur misteri dalam novel Rahasia Meede ini?
Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
d. Bagaimanakah unsur pemecahan masalah yang tidak terduga pada akhir
cerita dalam novel Rahasia Meede ini?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mendeskripsikan unsur kejahatan dalam novel Rahasia Meede ini,
b. untuk mendeskripsikan unsur misteri dalam novel Rahasia Meede ini,
c. untuk mendeskripsikan unsur detektif dalam novel Rahasia Meede ini,
d. untuk mendeskripsikan unsur pemecahan masalah yang tidak terduga pada
akhir cerita dalam novel Rahasia Meede ini.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Sebuah penelitian dikatakan berhasil apabila bermanfaat bagi peneliti, ilmu
pengetahuan, dan masyarakat. Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat
bermanfaat:
a. Menambah bahan bacaan pembaca dan peneliti tentang unsur-unsur
detektif dalam novel Rahasia Meede,
b. memperkaya referensi ilmu sastra, khususnya ilmu semiotika yang
Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
BAB II
KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep
Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai preposisi penelitian. Maka pada subbab ini akan dijelaskan
preposisi-preposisi tersebut. Menurut Malo dkk.(1985:47) “Konsep-konsep yang dipakai
dalam ilmu sosial walaupun istilahnya sama dengan yang digunakan sehari-hari,
namun makna dan pengertiannya dapat berubah.”
Disamping adanya perbedaan mengenai makna dan pengertian suatu konsep
dalam bahasa sehari-hari, sering juga terdapat perbedaan di antara para ahli, atau
peneliti sendiri mengenai makna dan pengertian istilah yang tidak sama.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka peneliti akan mendefinisikan istilah yang
berbeda maknanya di dalam penelitian ini. Istilah-istilah tersebut akan dijabarkan
sebagai berikut.
Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
a.UnsurKejahatan
Unsur kejahatan merupakan salah satu unsur utama yang akan dibahas dalam penelitian ini, karena kejahatan merupakan salah satu komponen yang utama
roman detektif. Itulah sebabnya Teeuw (1984:135) menyebutkan “konvensi roman detektif yang pertama harus ada mayat.” Mayat itu ada karena tindak
kejahatan. Kemudian dengan adanya mayat, atau kerugian di dalam masyarakat
ini akan menimbulkan misteri, dan teka-teki yang harus dipecahkan nantinya.
Dalam www.supartobrata.blogspot.com dikatakan bahwa,
salah satu kekhasan dari novel detektif adalah hadirnya sebuah tragedi kematian yang dilanjutkan dengan penemuan-penemuan untuk menyelesaikan masalah, siapa detektifnya, siapa yang melakukan pembunuhan dan apa motifnya sehingga terjadi kasus pembunuhan tersebut.
konsep dari kejahatan itu sendiri adalah sebagai berikut. Kejahatan ini sendiri
menurut Kartono (dalam Sukapiring,1987:135-136) bahwa,
secara yuridis formal, kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral kemanusiaan (immoral), merugikan masyarakat, asosiasi sifatnya dan melanggar hukum serta undang-undang pidana. Pendapat Kartini Kartono ini mengungkapkan bahwa semua yang berhubungan dengan hal-hal yang bertentangan dengan norma susila ataupun dengan norma hukum perundang-undangan dan merugikan masyarakat, semuanya adalah suatu kejahatan.
Secara sosiologis, kejahatan adalah semua bentuk ucapan, perbuatan, dan
tingkah laku yang secara ekonomis, politis, dan sosial-psikologis sangat
merugikan masyarakat, melanggar norma-norma susila, dan menyerang
keselamatan warga masyarakat (baik yang tercakup dalam undang-undang,
maupun yang belum tercantum dalam undang-undang). Selanjutnya Kartono
Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
yang dapat dimasukkan dalam perbuatan kejahatan ialah : 1. pembunuhan, penyembelihan, pencekikan sampai mati, pengracunan sampai mati; 2. perampasan, perampokan, penyerangan,penggarongan; 3. pelanggaran seks dan pemerkosaan; 4. maling, mencuri; 5. pengancaman, intimidasi, pemerasan; 6. pemalsuan, penggelapan; 7. korupsi, penyogokan, penyuapan; 8. pelanggaran ekonomi; 9. penggunaan senjata api dan perdagangan senjata-senjata api; 10. pelanggaran sumpah; 11. bigamy (kawin rangkap pada satu saat); 12. kejahatan-kejahatan politik; 13. penculikan; 14. perdagangan dan penyalahgunaan narkotika.
Jadi kejahatan itu dapat berupa pembunuhan dan dapat berupa perbuatan yang
bukan pembunuhan, yaitu perbuatan yang melanggar hukum. Menurut Mulyadi
(2008:7) “kejahatan dapat mendatangkan kerugian, baik fisik maupun moril bagi
kehidupan masyarakat,bahkan menyebabkan hilangnya kehormatan dan
kematian.” Teori ini menerangkan bahwa semua yang merugikan masyarakat
dalam bentuk fisik maupun moril adalah suatu tindakan kejahatan. Kemudian
Weiner (dalam Mulyadi, 2008:6) “menyebutkan jenis-jenis kejahatan sebagai
berikut: (1) kejahatan pembunuhan dan pembantaian, (2) perkosaan dengan
kekerasan, (3) perampokan, (4) penganiayaan berat, (5) serangan lainnya.”
Selanjutnya Haskel dan Yablonsky (dalam Mulyadi, 2008:6) menyebutkan bahwa,
ada empat jenis perbuatan yang menjadi dasar mengategorikan kejahatan yaitu pembunuhan (murder), perkosaan dengan penganiayaan (forcible), perampokan (robbery), dan penganiayaan berat (aggravatedassault). Kejahatan kekerasan meliputi perbuatan yang mengakibatkan luka-luka fisik
yaitu terutama pembunuhan (homocide), penganiayaan berat
(aggravatedassault ), perkosaaan dengan kekerasan (for cible rape).
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulan bahwa kejahatan itu adalah
hal-hal yang berhubungan dengan tindakan yang dapat merugikan masyarakat
luas. Dalam novel Rahasia Meede ini nanti peneliti akan mengungkapkan
kejahatan-kejahatan para pelaku dalam novel tersebut, yang sangat berkaitan
Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
b. Unsur Misteri
Unsur misteri merupakan satu dari beberapa unsur detektif yang akan dibahas
karena unsur ini sangat penting, hal ini adalah pemicu munculnya suatu
ketegangan yang dihasilkan oleh tindak kejahatan yang dilakukan oleh
tokoh-tokohnya dari setiap cerita novel tersebut. Menurut Teeuw (1984:102)
“ketegangan itu merupakan hal yang penting dalam sebuah roman detektif.” Rasa
tegang itu selalu diharapkan oleh pembaca roman detektif. Pembaca selalu dibuat
ragu-ragu oleh sesuatu hal, apakah hal itu penting ataukah tidak dalam
perkembangan alurnya. Kemudian Panuti Sudjiman merumuskan istilah tegangan
sebagai ketidakpastian yang berkelanjutan atas suasana yang makin mendebarkan
yang diakibatkan jalinan alur dalam cerita rekaan atau lakon. “Tegangan ini
menopang keingintahuan pembaca akan kelanjutan cerita.” (Sudjiman,1984: 74).
Selanjutnya kehadiran unsur misteri ini seperti dikemukakan Teeuw
(1987:136-137) bahwa,
misteri merupakan salah satu komponen utama roman detektif, dan misteri merupakan komponen yang dideteksi yang harus dipecahkan karena misteri merupakan salah satu komponen yang utama, kehadiran mayat itu penting, kehadiran mayat sesungguhnya hanya merupakan alat bagi kehadiran misteri itu.
Selain kehadiran mayat, teka-teki juga dapat memicu adanya misteri dalam
novel Rahasia Meede ini. Seperti yang diungkapkan oleh Kartono (dalam
Sukapiring,1987:137) “yang penting semuanya itu harus misterius, menimbulkan
pertanyaan-pertanyaan, seperti siapakah pembunuhnya, siapakah pencurinya,
Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
Teka-teki yang bersifat misterius inilah yang memaksa adanya usaha
pencarian dan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan terhadap tindakan kejahatan
atau teka-teki yang ditampilkan oleh pelaku-pelaku dalam novel Rahasia Meede
ini. Usaha pencarian inilah oleh Faruk (dalam Sukapiring,1987:137) “disebut
deteksi dan pencari jawaban detektif.”
c. Unsur Detektif
Selain unsur kejahatan dan misteri, unsur detektif merupakan unsur terpenting
karena detektif adalah orang yang akan memecahkan semua kejahatan dan misteri
di dalam novel Rahasia Meede ini. Detektif ini sendiri adalah polisi atau orang
yang mempunyai tugas untuk memecahkan kejahatan dan teka-teki di dalam novel
Rahasia Meede ini. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:188) “kata
detektif berarti polisi rahasia.” Dalam Kamus Inggris - Indonesia (1986:151) “kata
detektif berasal dari kata bahasa Inggris detective yang berarti: detektif,
mata-mata, reserse.” Kata polisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:672)
“berarti badan pemerintahan yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban
umum,pegawai negeri yang bertugas menjadi keamanan.” Secara terperinci dalam
Webster’s New Internatoinal Dictionary (dalam Sukapiring,1934:710),
Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
Misalnya menemukan bau kejahatan. Kata detective berarti seseorang yang
menemukan secara khusus, seseorang yang bekerja dalam pencarian pelawan
hukum atau membuntuti tersangka.
Dalam www.wikipedia_bahasa_indonesia,ensiklopedi.org
Semua tokoh itu diberi latar belakang tertentu, perilaku tertentu yang membuat
pembaca menduga bahwa satu di antaranya nanti terbukti sebagai pelaku kegiatan
misterius itu. Di dalam cerita detektif, informasi-informasi itu biasanya
menggiring pembaca ke arah dugaan yang salah. Kecenderungan semacam inilah
yang oleh Barthes (dalam Sukapiring, 1987:138) “disebut snare perangkap.”
dijelaskan “detektif
adalah seseorang yang melakukan penyelidikan suatu kejahatan, baik sebagai
detektif polisi maupun sebagai detektif swasta.” Dari uraian tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa detektif adalah seseorang yang bekerja untuk memecahkan
suatu masalah dengan memecahkan lika-liku kejahatan melalui kumpulan
tafsiran-tafsiran.
d. Unsur Pemecahan Masalah yang tidak Terduga pada Akhir Cerita
Unsur terakhir yang akan dibahas adalah unsurpemecahan masalah yang tidak terduga pada akhir cerita. Jadi, unsur ini sangat penting di dalam cerita detektif.
Kemudian Teeuw (1987:137) “unsur pemecahan masalah yang tidak terduga
pada akhir cerita merupakan komponen ketiga yang harus ada dalam cerita
detektif.” Menurut Faruk (dalam Sukapiring,1987:137) “cerita detektif biasanya
melibatkan banyak sekali tokoh yang dapat dicurigai sebagai pelaku kejahatan
Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
Karena adanya snare perangkap itu, roman detektif biasanya menampilkan
pemecahan masalah yang tidak terduga pada akhir cerita. Menurut Faruk (dalam
Sukapiring,1987:138) “Pemecahan yang tidak terduga itu terjadi karena banyak
hal-hal kecil yang terlepas dari perhatian pembaca, padahal hal-hal itu amat
penting bagi pemecahan misteri.”
2.1.2 Landasan Teori
Dalam sebuah penelitian perlu ada landasan teori yang mendasarinya karena
landasan teori merupakan kerangka dasar sebuah penelitian. Landasan teori yang
digunakan diharapkan mampu menjadi tumpuan seluruh pembahasan.
2.1.2.1 Semiotika Sastra
Istilah semiotik berasal dari bahasa Yunani, yaitu semion yang berarti tanda,
(sistem-sistem lambang dan proses-proses perlambangan). Semiotik itu sendiri
bukanlah suatu aliran baru dalam pengkajian bahasa atau kesusastraan, melainkan
suatu pengembangan lebih lanjut dari aliran yang pernah ada.
Semiotik atau ilmu tentang tanda menganggap bahwa fenomena
sosial/masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotika sastra
bertujuan untuk menganalisis tanda-tanda atau sistem tanda yang ada dalam
sebuah karya sastra lalu mengonvensikannya dengan konvensi sastra sehingga
karya sastra itu berarti.
“Studi sastra bersifat semiotik adalah usaha untuk menganalisis sastra sebagai
Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
memungkinkan karya sastra memunyai arti.”(Jabrohim,1987:13). Kemudian,
Culler (dalam Sukapiring, 1987:13) juga mengatakan bahwa “semiotik sastra,
yaitu ilmu sastra yang sungguh-sungguh mencoba mengemukakan
konvensi-konvensi yang memungkinkan adanya makna, atau berusaha mencari ciri-ciri
kode, yang menjadikan komunikasi sastra mungkin.” Hal ini diperkuat dengan
pendapat Mukarovsky dan Vodicka (Jabrohim, 2001: 98) bahwa “untuk dapat
memahami sastra sepenuh-penuhnya sebagai struktur, haruslah diinsafi ciri khas
sastra sebagai tanda (sign), kemudian tanda itu baru bermakna bila diberi makna
oleh pembaca berdasarkan konvensi yang berhubungan dengannya.”
Jadi, penginsafan terhadap ciri khas sastra sebagai tanda (sign) sangat penting,
selain itu pengonvensian dalam suatu karya sastra itu juga merupakan salah satu
yang sangat penting karena berhubungan dengan pemaknaan sebuah karya sastra.
Salah satu konvensi yang ada dalam sastra adalah konvensi roman detektif
atau konvensi cerita detektif. Konvensi roman detektif atau cerita detektif ini
sendiri sudah disinggung pada bab sebelumnya. Kemudian setelah roman detektif
atau cerita detektif dionvensikan maka roman detektif atau cerita detektif
menjadi unsur-unsur detektif. Unsur-unsur detektif tersebut terdiri atas unsur
kejahatan yang dapat diperinci menjadi beberapa bentuk yaitu, keberadaan mayat
atau orang yang terbunuh, penyerangan dan pembunuhan, penculikan,
pengancaman dan intimidasi, dan penganiayaan berat.
Pada unsur kejahatan yang berbentuk keberadaan mayat atau orang yang
terbunuh, tersebut tampak pada pendapat Teeuw yang menyebutkan bahwa
Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
Mayat itu ada karena tindak kejahatan. Kemudian pada uraian di atas terdapat
tindak kejahatan penyerangan dan pembunuhan, penculikan, pengancaman dan
intimidasi. Hal tersebut tampak pada pendapat Kartono (dalam
Sukapiring,1987:136) yang menyebutkan bahwa,
yang dapat dimasukkan dalam perbuatan kejahatan ialah : 1. pembunuhan, penyembelihan, pencekikan sampai mati, pengracunan sampai mati; 2. perampasan, perampokan, penyerangan, penggarongan; 3. pelanggaran seks dan pemerkosaan; 4. maling, mencuri; 5. pengancaman, intimidasi, pemerasan; 6. pemalsuan, penggelapan; 7. korupsi, penyogokan, penyuapan; 8. pelanggaran ekonomi; 9. penggunaan senjata api dan perdagangan senjata-senjata api; 10. pelanggaran sumpah; 11. bigamy (kawin rangkap pada satu saat); 12. kejahatan-kejahatan politik; 13. penculikan; 14. perdagangan dan penyalahgunaan narkotika.
Selanjutnya pada uraian di atas terdapat kejahatan berbentuk penganiayaan
berat. Hal ini seperti yang dikemukakan Weiner (dalam Mulyadi, 2008:6) yang
menyebutkan bahwa “jenis-jenis kejahatan sebagai berikut: (1) kejahatan
pembunuhan dan pembantaian, (2) perkosaan dengan kekerasan, (3) perampokan,
(4) penganiayaan berat, (5) serangan lainnya.”
Kemudian pada unsur misteri dapat diperinci menjadi beberapa bentuk yaitu,
misteri keberadaan mayat atau orang yang terbunuh, misteri penyerangan dan
pembunuhan, misteri penculikan, misteri pengancaman dan intimidasi, dan
misteri penganiayaan berat. Misteri-misteri ini hadir karena adanya kejahatan
yang timbul, hal ini seperti dikemukakan Teeuw (1987:136-137) bahwa,
Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
Selanjutnya pada unsur detektif dapat diperinci menjadi beberapa bentuk
yaitu, Intelejen Sandhi Yudha Kopassus, Kalek dan intelejen yang dungu,
pengungkapan misteri keberadaan mayat atau orang yang terbunuh,
pengungkapan misteri penyerangan dan pembunuhan, pengungkapan misteri
penculikan, pengungkapan misteri pengancaman dan intimidasi, dan
pengungkapan misteri penganiayaan berat. Pada unsur detektif terdapat intelejen
Sandhi Yudha Kopassus. Koppasus adalah salah satu jenis aparat negara yang
tugasnya mengamankan negara demi keamaanan masyarakat. intelejen Sandhi
Yudha Kopassus ini juga sering melakukan penyamaran, hal ini seperti yang
diungkapkan oleh oleh Sukapiring (1993:6) “detektif dalam menjalankan tugas
sering menyamar sebagai tokoh yang berprofesi lain.”
Tugas intelejen Sandhi Yudha Kopassus ini seperti yang dikemukakan dalam
www.wikipedia_bahasa_indonesia,ensiklopedi.org dijelaskan bahwa “detektif
adalah seseorang yang melakukan penyelidikan suatu kejahatan, baik sebagai
detektif polisi maupun sebagai detektif swasta.” Pada bentuk detektif di atas
terdapat Kalek dan intelejen yang dungu. Kedunguan polisi dan kepintaran si
penjahat merupakan bagian yang sering ditampilkan di setiap cerita detektif. Hal
ini seperti yang disebutkan oleh Sudjiman (1984:43) menyebutkan bahwa
“konvensi cerita detektif ada empat: (1) di dalam cerita detektif terdapat
butir-butir kepintaran si penjahat, (2) kedunguan polisi, (3) kehebatan detektif,dan (4)
pengungkapan kejahatan yang mengesankan.” Pengungkapan misteri keberadaan
mayat atau orang yang terbunuh, pengungkapan misteri penyerangan dan
Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
pengancaman dan intimidasi, pengungkapan misteri penganiayaan berat
merupakan bagian-bagian yang akan dibahas nantinya dalam unsur detektif.
Kemudian unsur terakhir yang akan dibahas adalah unsur pemecahan masalah
yang tidak terduga pada akhir cerita yang hanya terdiri atas adanya keraguan
yang disengaja. Jadi semua tokoh itu diberi latar belakang tertentu, perilaku
tertentu yang membuat pembaca menduga bahwa satu di antaranya nanti terbukti
sebagai pelaku kegiatan misterius itu. Di dalam cerita detektif,
informasi-informasi itu biasanya menggiring pembaca ke arah dugaan yang salah.
Kecenderungan semacam inilah yang oleh Barthes (dalam Sukapiring, 1987:138)
“disebut snare perangkap.” Karena adanya snare perangkap itu, roman
detektif biasanya menampilkan pemecahan masalah yang tidak terduga pada akhir
cerita.
Setelah uraian di atas maka dapat dilakukan pendeskripsian unsur-unsur
detektif yang ada di dalam novel Rahasia Meede tersebut. Misalnya unsur
kejahatan, kemudian kejahatan-kejahatan apa saja yang ada di dalam novel
Rahasia Meede ini dideskripsikan dengan jelas berdasarkan konsep kejahatan.
Lihatlah contoh berikut ini.
Dalam novel Rahasia Meede, cerita dimulai dari penemuan mayat Amber,
sebutan orang luar Daerah Papua. Mayat ini ditemukan oleh Yamkodo, bocah tiga
belas tahun dari suku Muyu, bocah putus sekolah. Mayat ini berjenis kelamin
laki-laki dan tanpa busana.
Hal ini dapat dilihat dalam teks berikut.
Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
kecil. Tepat di tengah rawa, terdapat gundukan tanah mirip pulau kecil yang ditumbuhi semak setinggi lutut paha orang dewasa. Karena rawa itu dipercaya masih hidup kawanan buaya, tidak pernaha ada yang berani menyambangi pulau kecil yang hanya dibatasi air sejauh belasan meter. Martin mungkin orang pertama setelah sekian tahun. Karena menemukan ikan mujair kecil, dia nekat menyeberangi rawa, tetapi di pulau kecil itu, bocah pemberani itu malah terpekik. Dia menemukan sesosok mayat laki-laki telanjang tanpa busana,Amber.” (halaman :16).
Dari contoh di atas dapat kita lihat bagaimana pendeskripsian unsur-unsur
dalam novel Rahasia Meede tersebut. Karena itu, unsur-unsur detektif sebagai
suatu tanda yang dikonvensikan mempunyai fungsi penting dalam penelitian ini.
Peneliti menggunakan pendekatan semiotika sastra ini dengan maksud mencoba
menguraikan konvensi unsur-unsur detektif pada novel Rahasia Meede.
2.2 Tinjauan Pustaka
Suatu penelitian maupun hasil penelitian adalah bagian tidak terpisahkan dari unsur-unsur lainnya, baik berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan
permasalahan yang sedang dibahas oleh seorang peneliti.
Sebuah karya ilmiah mutlak membutuhkan referensi atau acuan yang
menopang proyek yang sedang dikerjakannya. Sejauh peneliti ketahui, belum ada
penelitian yang meneliti unsur-unsur detektif dalam novel Rahasia Meede ini.
Pembicaraan tentang novel Rahasia Meede ini sudah banyak yang membicarakan,
tetapi penelitian yang lebih khusus belum ada.
Penelitian terhadap unsur-unsur detektif sudah ada yang meneliti yaitu tesis
dari Ibu Dra. Peraturen Sukapiring,S.U., dengan judul Analisis Struktural dan
Semiotik Terhadap Roman-Roman Soeman Hs. Tesis ini sendiri menyinggung
Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
artikel Emprit Abuntut Bedhug: Sebuah Roman Detektif Karya Suparto Brata
yang dimuat di Masyarakat,Kebudayaan, dan Politik (Majalah Unair Nomor 02,
Vol. VII, Maret 1993) dan ditulis kembali di situs www.
supartobrata.blogspot.com dalam khasanah kesuasatraan Jawa ini juga membahas
cerita detektif. Beberapa tinjauan pustaka inilah yang akan menjadi suatu acuan
untuk memperkuat penelitian ini sendiri sehingga penelitian ini menjadi semakin
objektif.
BAB III
Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
3.1 Metode Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dari Rahasia Meede (novel), yaitu:
Judul : Rahasia Meede Misteri Harta Karun VOC
Karya : E.S.Ito
Penerbit : Hikmah (PT Mizan Publika)
Tebal buku : 675 halaman
Cetakan : III, April 2008
Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan melalui metode membaca heuristik dan hermeneutik. Membaca karya sastra sebagaimana yang
dikemukakan oleh Riffaterre (Jabrohim, 2001:12), “dimulai dengan
langkah-langkah heuristik, yaitu pembacaan dengan jalan meniti tataran gramatikalnya dari
segi mimetisnya dan dilanjutkan dengan pembacaan retroaktif, yaitu bolak-balik
sebagaimana yang terjadi pada metode hermeneutik untuk menangkap
maknanya.” Kemudian dikatakan dalam Luxemburg (1992:63) bahwa,
beberapa ahli hermeneutika seperti Emil Staiger mendukung pendapat mengenai penafsiran. seorang juru tafsir ‘yang mempunyai perasaan halus mengenai bahan yang bersangkutan’ dapat mengungkapkan arti sebuah teks seluruhnya karena ia menghayati materinya.
Hermeneutika yang pada awalnya untuk memahami agama, maka metode ini
dianggap tepat untuk memahami karya sastra. Karena itu, selain menggunakan
bahasa sebagai mediumnya, sastra merupakan kebenaran imajinasi. Sedangkan
agama adalah kebenaran keyakinan. “Keyakinan dan imajinasi tersebut, keduanya
Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik yakni data-data yang
diperoleh dari pembacaan heuristik dan hermeneutik tentang unsur-unsur detektif
dipindahkan langsung ke skripsi.
3.1.1 Sinopsis Novel Rahasia Meede
Di Den Haag pada akhir tahun 1949, perundingan penting antara
Indonesia dan Belanda tengah dilakukan, konferensi Meja Bundar. Setelah
menyepakati banyak hal, perundingan itu menemui jalan buntu ketika Belanda
meminta Indonesia untuk melunasi hutang-hutang yang pernah dibuat oleh
Pemerintah Kolonial sebagai syarat untuk pengakuan kedaulatan. Sumitro
bersuara lantang menolak hutang yang tidak pernah dibuat Indonesia itu.
Delegasi Hatta pun dilanda dilema. Bukankah utang jagal bagi kedaulatan?
Tetapi itulah masa ketika segalanya tampak mungkin. Bila manusia menyerah
maka alam tidak, ia mengutus seseorang dari masa lalu. Dalam dingin malam
yang membekukan, pria misterius itu meyakinkan delegasi Hatta untuk menerima
persyaratan itu. "Ontvangen maar die onderhandeling. Indonesie heeft niets te
verliezen" ucapnya meyakinkan. Lebih dari lima puluh tahun kemudian, wartawan
muda koran Indonesiaraya Batu Noah Gultom mencium jejak pembunuhan
berantai dengan korban orang penting di Boven Digoel Papua. Ini melengkapi tiga
pembunuhan misterius sebelumnya di Bukittinggi, Brussel dan Bangka. Mata
rantai pembunuhan itu adalah kesamaan huruf "B" pada huruf awal lokasi
pembunuhan, tetapi yang lebih penting adalah pesan yang diterima keluarga
Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
majalah Young India pada tahun 1925. Penelusuran itu membawa Batu untuk
mengungkap peristiwa kematian orang-orang bertato di Utara Jakarta beberapa
tahun silam. Misteri tato yang membawanya dalam petualangan di Pulau Siberut,
Mentawai.
Pada saat yang bersamaan tiga orang peneliti dari Belanda, Erick Marcellius
De Noiijer, Rafael Alexander Van De Horst dan Robert Stephane Daucet terjebak
dalam gairah ilmu untuk menemukan De Ondergrondse Stad, kota bawah tanah di
daerah Kota Tua Jakarta. Penelitian yang tekun menuntun mereka untuk
mengungkap rahasia ratusan tahun. Kuncinya ada pada lukisan sketsa Batavia
Lama karya Johannes Rach, seorang pelukis Denmark yang bekerja untuk VOC,
tiga setengah abad silam. Mereka menemukannya dalam bentuk yang tidak pernah
terbayangkan sebelumnya. Akan tetapi, baru saja penemuan itu akan mereka
rayakan, sebuah tragedi terjadi.
Cathleen Zwinckel adalah pendatang lain dari Belanda. Mahasiswa
pascasarjana di Universitas Leiden itu mengaku tengah menyelesaikan tesis
masternya tentang Sejarah Ekonomi Kolonial. Oleh profesornya, ia dititipka n
pada CSA, sebuah lembaga think-thank terkemuka di Jakarta. Tetapi diam-diam ia
memiliki agenda lain. Gadis cantik itu datang juga untuk mengungkap misteri
ratusan tahun. Oleh profesornya, ia diminta untuk memecahkan misteri Surat Kew
yang dikeluarkan oleh William V pada tahun 1795.
Surat yang akan menuntunnya pada misteri terbesar yang selama ini hanya
menjadi bisik-bisik, Het Geheim van Meede, Rahasia Meede. Kunci misteri itu
Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
Indonesia. Tetapi pekerjaan itu tidak semudah bayangan Cathleen. Jakarta mulai
menunjukkan murkanya. Ia diculik kemudian terdampar di kepulauan
rempah-rempah. Sosok gelap itu mulai terungkap; ia menginginkan semuanya. Laki-laki
muda di balik penculikan itu bernama Kalek. Buronan nomor satu yang sempat
dinyatakan tewas, dalang di balik peristiwa penyerbuan bersenjata dan kematian
orang-orang bertato pada tahun 2002. Pembunuhan berantai itu tidak berhenti.
Tetapi Batu mulai bisa mencium jejak pembunuhnya, tetapi di tengah-tengah
penemuan itu, Parada Gultom, redaktur yang membawahi Batu di Indonesia Raya
hilang tanpa jejak. Menemukan dirinya dalam ruang gelap dan kemudian dipaksa
bicara setelah disuntik dengan Scopolamine, serum pengakuan. Sementara itu,
Cathleen terjebak dalam pertanyaan-pertanyaan yang ia takutkan dari Kalek.
Tentang VOC, Monsterverbond hingga pembunuhan Pieter Erberveld pada bulan
April 1722 di Batavia. Cathleen Zwinckel bertaruh dengan nasibnya.
Sementara di balik ketegangan itu seorang guru biasa dipanggil Guru Uban
hidup dalam kedamaian di Bojonggede, tetapi di balik penampilan tenang, ia
menyimpan sebuah rahasia. Lembar demi lembar misteri mulai terungkap ketika
Lalat Merah, nama sandi untuk seorang perwira muda pasukan Sandhi Yudha
Kopassus memburu Kalek. Mereka berdua adalah teman karib ketika masih
menjadi siswa SMA Taruna Nusantara, tetapi kemudian masa depan
menyodorkan pilihan pahit dalam persahabatan mereka; satu memburu yang
lainnya.
Dalam perburuan, Kalek mengirimkan isyarat dalam bentuk dialog Nabi Musa
Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
berusaha menyelamatkan Cathleen Zwinckel. Pertanyaan-pertanyaan mulai
terjawab, tentang peristiwa di tahun 2002, 1949, 1722, hingga masa akhir
pemerintahan Deandels di Batavia. Pembunuhan berantai, kota bawah tanah, surat
Kew, Monsterverbond, Erberveld, KMB berujung pada satu misteri harta karun
VOC.
Jalinan cerita terus mengarah pada kebenaran peta harta karun. Kemudian
tokoh-tokoh yang dianggap bersalah mulai menampakkan wujud sesungguhnya.
Darmoko dan Suryo Lelono adalah orang yang menginginkan juga harta karun
VOC dan Huygens, dosen Cathleen hanya menginginkan jasat saudaranya yang
terkubur di lorong bawah tanah, Jan Timmer Vermeulen. Pada awal cerita mereka
adalah orang-orang yang baik, tetapi sebenarnya mereka adalah satu kelompok
yang menginginkan harta karun VOC tersebut. Kemudian Kalek yang dianggap
orang jahat sebenarnya tidak sepenuhnya benar karena dia sudah menyelamatkan
Cathleen dari ancaman Darmoko dan kawan-kawan. Cerita berakhir dengan
kematian kelompok darmoko, kalek dan juga batu sebagai detektif. Cathleen dan
Lisa selamat dalam peristiwa perebutan harta karun VOC dan perencanaan
pembunuhan tersebut.
3.2 Teknik Analisis Data
Analisis data dikerjakan secara utuh dan menyeluruh. Analisis data dilakukan
dengan langkah-langkah berikut:
a. Peneliti membaca data yang telah dikumpulkan untuk memahaminya
Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
b. Peneliti akan mengidentifikasikan dan mengklasifikasikan seluruh data
berdasarkan butir masalah.
c. Peneliti kembali menafsirkan seluruh data untuk menemukan kepaduan
dan hubungan antardata, sehingga diperoleh pengetahuan secara utuh
tentang makna karya tersebut.
Data yang telah terkumpul kemudian diinterpretasikan sehingga terjalin
antarstruktur yang saling berkaitan. Hasil yang diperoleh berupa uraian penjelasan
Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
BAB IV
UNSUR-UNSUR DETEKTIF DALAM NOVEL
RAHASIA MEEDE KARYA E.S. ITO 4.1 Unsur Kejahatan
Unsur kejahatan merupakan salah satu unsur utama yang dibahas dalam
penelitian ini karena kejahatan merupakan salah satu komponen yang utama
roman detektif. Unsur kejahatan ini sendiri terdiri atas: keberadaan mayat atau
orang yang terbunuh, penyerangan dan pembunuhan, penculikan, pengancaman
dan intimidasi, penganiayaan berat. Hal-hal tersebut akan dianalisis berikut ini.
4.1.1 Keberadaan Mayat atau Orang yang Terbunuh
Dalam novel Rahasia Meede ini cerita dimulai dari investigasi seorang wartawan dari koran Indonesiaraya yang menuju Tanah Merah, Boven Digoel,
Batu Noah Gultom bersama seorang wanita yang bernama Sonai, juga sama
berprofesi sebagai wartawan yang bekerja di Merauke. Mereka mendapat
Informasi bahwa di Asiki, Daerah Pedalaman Boven Digul terjadi hal yang sangat
tragis yaitu penemuan mayat Amber, sebutan orang luar Daerah Papua. Mayat ini
ditemukan oleh Yamkodo, bocah tiga belas tahun dari suku Muyu, bocah putus
sekolah. Mayat ini berjenis kelamin laki-laki dan tanpa busana. Penemuan mayat
Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
Jadi E.S. Ito sudah membuat suatu pancingan dalam novel Rahasia Meede ini
dengan dihadirkannya sesosok mayat Amber. Hal ini dapat dilihat dalam teks
berikut.
“Amber ditemukan oleh Martin Yamkodo, bocah tiga belas tahun dari suku Muyu. Bocah putus sekolah itu tengah mencari ikan di sebuah rawa kecil. Tepat di tengah rawa, terdapat gundukan tanah mirip pulau kecil yang ditumbuhi semak setinggi lutut paha orang dewasa. Karena rawa itu dipercaya masih hidup kawanan buaya, tidak pernah ada yang berani menyambangi pulau kecil yang hanya dibatasi air sejauh belasan meter. Martin mungkin orang pertama setelah sekian tahun. Karena menemukan ikan mujair kecil, dia nekat menyeberangi rawa, tetapi di pulau kecil itu, bocah pemberani itu malah terpekik. Dia menemukan sesosok mayat laki-laki telanjang tanpa busana, Amber.” (halaman :16).
Penemuan ini sangat mengejutkan karena seorang laki-laki yang telanjang
tanpa busana, mati mengenaskan di sebuah rawa terlarang tanpa ada jejak
pembunuhan.
Setelah penemuan mayat Amber tersebut, terdapat juga penemuan mayat
tersandar tidak berdaya pada dinding terowongan, tetapi sudah berbentuk
tulang-belulang yang ditemukan oleh tiga orang peneliti dari Belanda yang meneliti
pemetaan kembali Kota Jakarta di sebuah terowongan bawah tanah. Hal ini dapat
digambarkan sebagai berikut.
“Terowongan panjang itu seperti tidak ada ujungnya. Sebuah misteri yang amat disukai oleh penelusur gua. Ketinggian konstan dua meter itu amat mengagumkan. Besi-besi penyangga jelas digunakan untuk menahan langit-langit yang sebagiannya telah diruntuhkan untuk menjaga ketinggian yang sama sepanjang terowongan.
Semakin ke Utara, kelembaban terowongan itu semakin terasa. Tiba-tiba, langkah Erick terhenti. Cahaya lampu senternya menangkap sebuah objek disisi kiri dinding terowongan. Dia mendekatinya. Erick terlonjak kaget. Hampir saja dia terpekik.
“Godverdomme de koningin,” dia setengah berteriak.
Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
daging pun untuk menutup tulang. Pada dinding datar di belakangnya, Erick menangkap satu goresan tulisan yang masih jelas terbaca.
NEDERLAND ZAL HERRIJNZEN LEVE DE KONINGIN
“Nederland akan bangkit kembali. Hidup Sri Ratu.” Erick mengulangi kalimat di belakang mayat yang tinggal kerangka itu.”(halaman :108)
Keberadaan mayat tulang-belulang ini merupakan hasil dari tindak kejahatan
kelompok tertentu yang tidak menginginkannya untuk hidup. Tampak pada
kalimat di dinding yang mengatakan “NEDERLAND ZAL HERRIJNZEN LEVE
DE KONINGIN” kalimat ini pasti ada kaitannya dengan mayat tersebut, mungkin
karena rasa tidak senangnya dengan pelaku kejahatan.
4.1.2 Penyerangan dan Pembunuhan
Dalam novel Rahasia Meede ini, Ito mengangkat masalah pembunuhan, tetapi dilakukan penyerangan terlebih dahulu yang dilakukan oleh petugas Dinas
Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta kepada tiga orang peneliti dari
Belanda tersebut. Penyerangan dan pembunuhan itu sendiri merupakan bentuk
dari kejahatan yang melanggar hukum. Penyerangan dan pembunuhan ini tampak
pada teks berikut ini.
“ Seulas senyum diiringi sebait kalimat meluncur dari mulut Benny. “Tampaknya Anda bertiga harus melupakan terowongan ini.”
“Kenapa?” Walaupun kaget, Rafael mencoba bersikap santai. Dia dan dua orang rekannya mengerti baik bahasa Indonesia. Tetapi, sebatas makna tersurat dari ucapan, tidak sampai makna tersirat. Dia berpikir positif, kalimat Benny itu mungkin sesuatu yang tersirat. Bisa berarti sesuatu yang baik.
Benny tidak menjawab. Tatapannya beralih pada Darlip. Isyarat itu sebuah perintah. tangan lelaki itu tangkas merogoh pinggang. Gerakan itu samar terlihat bagai kilat. Sebuah pistol beretta 9 mm menempel begitu saja dikening Rafael. Dingin besinya membekukan lelaki Belanda itu. Rafael terpana, sementara Robert tidak tahu harus mengucapkan apa. Mereka sama sekali tidak mengerti apa yang tengah terjadi.
“Ada apa ini?” tanya Rafael dengan wajah pucat.
Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
Benny menatap Darlip, sesuatu harus dituntaskan. Sementara, jari Darlip memagut erat pistol, sebuah percumbuan maut antara jari dan pelatuk.
“Doe maar niet (jangan)!” teriak Rafael.
Dia menatap Benny dengan pengharapan terakhir. Tetapi, dia tidak lagi menemukan wajah pribumi. Dia tidak mengerti sosok apa yang tengah dihadapinya. Pikirannya mengatakan itulah Mephistopheles. Benny adalah malaikat yang didemosi dari langit. Pengikut pertama Lucifer.
Waktu di dalam pikiran Rafael tidak lagi berjalan paralel dengan lingkungan luar pikirannya. Semua terasa melambat. Dalam situasi ini, semua realitas tampak saling bertubrukan.
Mungkinkah Benny sesosok Mephistopheles, sebuah kekuatan jahat yang dipercaya menghasilkan kebajikan? Jika pembunuhan ini adalah sebuah kejahatan. Lantas tujuan baik apa yang hendak dia capai? Atau, ini sebentuk nasionalisme yang berakar pada dendam masa lalu?
Rafael tidak sanggup menjawabnya. Dan, dia pun tidak lagi punya waktu untuk menjawab. Sebelum semuanya habis, dia mencari harapan.
“Robert, Erick, rennen! Ze zijn moordenaars! Mereka pembunuh!!!” teriaknya bergema melalui lorong ke utara dan selatan.
Salakan beretta merobohkan Rafael. Gema suaranya seolah-olah akan meruntuhkan langit-langit terowongan. Erick tersandar, dia menatap ke belakang. Letupan mesiu disusul luncuran timah panas dalam kecepatan melebihi reaksi spontan, siap menjejal tubuh Erick. Dia sudah tidak mungkin lagi menghindar. Erick tidak ingin menyaksikan peluru itu menghajar tubuhnya. Dia cepat membalikkan badan. Berenang, coba menjauh ke utara. Lima belas meter, jarak itu seperti dua ujung korek api bagi peluru.
Kecepatan peluru itu menahan ayunan tangan Erick untuk mengayuh air. Tepat mengenai bagian belakang kepalanya. Di dalam air, Erick terpental. Darahnya mewarnai laut. Takdir sang penemu hanya dua, menjadi pionir dan kemudian martir. Benny telah menuntaskan takdir para peneliti dari Yayasan Oud Batavië Amsterdam itu.
Benny memeriksa jasad tanpa nyawa itu. Lirikan matanya pada Darlip memberi perintah.
“Bereskan yang satu lagi,” perintahnya.
“Siap! Darlip menjawab mantap.”(halaman :193)
Perbuatan Benny dan Darlip ini benar-benar melanggar hukum selain
menyerang, mereka juga mencoba membunuh tiga orang Belanda itu. Selain
penyerangan dan pembunuhan yang dilakukan oleh Benny dan Darlip di dalam
terowongan di bawah Gedung Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta
terhadap orang-orang Belanda tersebut, ada lagi penyerangan dan pembunuhan di
Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
akhir-akhir cerita penemuan harta karun VOC. Hal ini tampak pada teks berikut
ini.
“Cathleen menatapnya tidak percaya. Laki-laki itu tersenyum.
“Suryo Lelono?” Cathleen tercekat. Pandangannya memelas pada Huygens dan Darmoko. “Prof...Jenderal...ada apa ini?”
Dor!
Dapur pistol Benny memuntahkan peluru. Tepat bersarang di kening sasaran. Syukur terjengkang tidak bernyawa. Kehidupannya di dasar bumi ini tidak diinginkan. Cathleen terpekik. Sadar dia terjebak.
“Profesor, nee (tidak)….” Serunya bagai permohonan terakhir. “Aku tidak mengerti, ada apa semua ini? Kenapa laki-laki ini harus dibunuh? Dan Suryo....”
Huygens tidak menanggapi permohonan Cathleen. Tiga orang itu— Huygens, Darmoko, dan Suryo Lelono—saling pandang, kemudian tertawa.
“Cathleen, Kamu tidak bijak dalam memahami sejarah,” Suryo Lelono menertawakannya.”(halaman :648)
Pada teks tersebut menggambarkan bagaimana kesenangan penjajahat dengan
apa yang mereka lakukan. Sebenarnya sasaran dari pembunuhan itu adalah
Cathleen, bukan si Syukur, tetapi mereka juga tidak ingin diketahui kejahatan
mereka. Jadi di dalam novel Rahasia Meede ini terdapat kejahatan penyerangan
dan pembunuhan.
4.1.3 Penculikan
Dalamnovel Rahasia Meede ini diceritakan adanya beberapa tindak kejahatan
penculikan oleh beberapa oknum kepada beberapa tokoh seperti penculikan
Parada Gultom oleh kelompok yang sepertinya dari aparat negara. Penculikan ini
sendiri merupakan tindak kejahatan sehingga peneliti menggolongkan penculikan
ini sebagai bagian dari tindakan kejahatan. Dalam novel Rahasia Meede ini
digambarkan bagaimana proses penculikan tersebut. Proses penculikan tersebut
digambarkan pada teks berikut.
Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
Dia mengumpat dalam bahasa Batak penuh logat. Di ruang rapat redaksi yang hanya cukup untuk lima orang itu, tidak ada yang berani menyela Parada
Gultom. Setelah rapat, dia terus menggerutu. Pintu ruang kerja dia banting. Tidak lama berselang dia keluar lagi, lengkap mengenakan jaket kulitnya yang kumal. Jelang tengah malam, seperti biasa, adalah waktu pulangnnya. Dia tidak berniat lagi menunggu Batu. Terlalu banyak toleransi untuk anak itu akan membuatnya cepat besar kepala.
Deru vespa tuanya memberi nafas lega bagi setiap karyawan yang masih bertahan di kantor. Gultom pergi, mereka jadi leluasa mempergunjingkan Batu.
Gultom melewati jalan yang sama seperti malam-malam sebelumnya. Menyusuri jalan kecil yang biasa dilewati angkutan kota mikrolet nomor tiga puluh dua. Keluar di Jalan Pahlawan Revolusi. Belok ke kiri menuju Pulo Gadung tempat dia bersama istri dan tiga anaknya mengontrak sebuah rumah petak sederhana. Pemimpin redaksi Indonesiaraya adalah orang yang sangat sederhana dalam artian simbolik dan harfiah. Parada Gultom begitu bangga dengan kehidupan yang dia jalani. Kekurangan tidak lagi membuat dia berang. Dia telah terbiasa menerima ketidaksempurnaan kota ini.
Menit menjelang pergantian hari ini, jalanan mulai tampak sepi. Gultom leluasa mengambil belokan ke kiri pada pertigaan Jalan Pahlawan Revolusi. Mulutnya kering, perut koroncongan. Beberapa warung tenda yang menjual nasi goreng lengkap dengan jeruk hangat kesukaannya menggoda Gultom. Tetapi, ketika godaan itu nyaris membuat dia menghentikan vespanya, dia teringat pada sang istri. Tidak satu malam pun dilewatkan oleh perempuan itu, tanpa menunggu kedatangan suaminya. Nyonya Gultom telah menyesuaikan jadwal rumah tangganya dengan jadwal kerja sang suami. Untuk makan malam, dia memasak dua kali. Pertama untuk tiga orang anaknya, kedua
untuk sang suami. Nasi goreng polos tanpa telur setiap tengah malam. Tiga tahun sudah menu itu bertahan.
Lampu merah pada perempatan jalan sebelum Jalan Bekasi Raya menahan
laju vespa Gultom. Dia jenis manusia berangasan yang aneh untuk
pengendara motor di Jakarta. Lampu merah pada saat tengah malam ketika kendaraan boleh dikatakan tinggal satu dua, di Jakarta tidak ada yang mengacuhkannya. Terobos terus, keselamatan tidak lebih dari masalah nasib. Gultom lain, dia begitu taat pada aturan lalu lintas.
Kendaraan yang berhenti di perempatan itu nyaris kosong. Kalaupun ada kendaraan yang satu jurusan, mereka memilih untuk menerobos jalur kosong. Sebuah mobil jenis jeep Cherokee dengan cat putih berhenti persis di belakang motor Gultom. Lewat spion dia bisa membaca nomor polisinya B 395 BM. Dia tersenyum sendiri, memang dia lebih sering senyum sendiri, Cherokee di belakangnya itu pastilah milik perwira TNI. BM, Bantuan Militer, entah mengapa mobil yang disebut bantuan itu haruslah berwujud sebuah kendaraan mewah yang mahal. Jauh di atas rata-rata daya beli masyarakat Indonesia yang telah membiayai tentara dengan pajak.
Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
Cherokee itu juga berjalan perlahan persis di belakang Gultom. Dari balik spionnya, Gultom bisa membaca keadaan itu. Tetapi, dia tidak bisa menebak mengapa kendaraan itu melambat. Tidak secepat tadi mendekatinya di perempatan jalan. Tetapi, perasaan curiga segera dia tepis. Paling-paling Cherokee itu dikendarai anak seorang jenderal. Mungkin dia tengah mabuk, minum pil, atau malah main perempuan di dalam mobil yang berjalan pelan itu.
Pertigaan terakhir, vespa itu melintasi jalan yang kosong belok kanan menuju jalan kecil dua arah. Gultom mengintip lewat spion, Cherokee itu ikut belok. Dia memacu laju vespanya. Perasaan khawatir mulai menghinggapi perasaannya. Sebelum dia sampai di mulut jalan kecil itu, Gultom terenyak. Dihadapannya, Cherokee berwarna putih lainnya telah menunggu, nomor polisinya tidak jauh berbeda, B 390 BM. Lampu sorotnya tepat menembak mata Gultom. Dia berhenti, bingung harus bagaimana. Dua buah Cherokee berwarna putih dengan pelat bantuan militer, jelas mengincar dirinya.
Ketika Gultom masih terbengong-bengong, kedua mobil itu telah mengepung rapat dirinya. Dari dalam kedua mobil itu, lima orang lelaki dengan tubuh besar dan rambut cepak keluar. Mereka menciduk Gultom tanpa perlawanan.”(halaman :250-252)
Walaupun tindakan aparat negara ini mungkin demi kepentingan negara,
tetapi cara mereka yang boleh dikatakan kejahatan karena menghalalkan segala
cara dan menggunakan tindak kekerasan. Penculikan ini juga menjadi salah satu
unsur kejahatan dalam novel Rahasai Meede. Selain penculikan oleh aparat
negara, ada satu lagi tindak kejahatan penculikan terhadap seorang wanita
Belanda Cathleen Zwinkle dan Lusi yang dilakukan oleh beberapa orang yang
masih misterius. Hal tersebut tampak pada teks berikut ini.
“Sayang kami tidak bisa melihat kapal klasik itu,” ucap Cathleen menyesali. Tetapi, dia cukup puas mendengar penjelasan Galesong.
“Nona berdua mau melihat mesin yang menggerakkan kapal ini?”
Tawaran itu tidak disia-siakan Cathleen dan Lusi. Seketika mereka menganggukkan kepala. Mengekor di belakang Galesong, mereka menuruni tangga. Ruang di bawah geladak agak gelap, alat penerangannya hanya berupa bohlam yang jaraknya berjauhan satu sama lain. Ruang di antaranya gelap. Mesin kapal itu ternyata tidak sepenuhnya mati. Semakin dekat, derunya terdengar semakin kasar. Tangan Galesong meraih gagang pintu. Ruang mesin terbuka, hawa panasnya terasa membara.
Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
Wajah Galesong samar terlihat. Cathleen dan Lusi menerima tawarannya. Mereka masuk ke dalam. Panas menggelegak. Tidak jelas apa yang mau mereka lihat. Beberapa saat yang ada hanya diam. Bisu tanpa suara, hanya deru mesin yang memekakkan telinga. Tiba-tiba terdengar pintu ditutup, gelap total. Cathleen panik.
“Galesong....” panggilnya pelan, tidak terdengar jawaban. “Lusi....”
Cathleen mendapatkan tangan sahabatnya itu. Mereka berpegangan satu sama lain. Tangan Lusi berhasil meraih gagang pintu, terkunci. Dia menariknya, tetapi pintu itu terlalu rapat tanpa sekat.
“Tolonggg…..!!!” teriak Lusi.
Galesoooong….tolong….!!!” Cathleen ikut berteriak.
Tetapi, tidak ada yang mendengar terikan mereka. Keduanya terjebak, terkurung di atas kapal asing yang baru mereka kenal satu jam yang lalu. Mereka terus berusaha membuka pintu, tetapi tidak berhasil. Panas ruang mesin mengisap tenaga keduanya. Lelah dalam gelap, keduannya saling menyandarkan diri.
Orang-orang kapal, tubuh-tubuh cokelat kasar bermandikan keringat, apa yang akan mereka lakukan pada mereka berdua? (halaman :203-204)
Kejadian ini sungguh kejahatan, karena sudah meyekap orang yang tidak
mereka kenal, dan mereka tidak mau membuka pintu dengan tujuan kedua orang
wanita itu tetap dalam sekapan. Walaupun kedua wanita tersebut memohan
pertolongan tetap saja mereka atau orang yang disebut Galesong itu tidak mau
membuka pintunya.
4.1.4 Pengancaman dan Intimidasi
Setelah mengalami penyerangan oleh petugas Dinas Kebudayaan dan
Permuseuman DKI Jakarta, Robert adalah orang yang selamat dalam pembunuhan
di bawah terowongan yang mereka telusuri itu. Kedua temannya Rafael dan Erick
sudah tewas dibunuh oleh Benny dan Darlip. Kemudian Robert diselamatkan oleh
Gatot, seseorang yang dia juga tidak kenal. Hal ini dapat terlihat pada teks berikut
ini.
Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
“Robert Stephanus Daucet.... Anda bisa panggil saya Gatot.” Dia mengulurkan tangan, kemudian membimbing Robert duduk kembali di atas ranjang.
Jantung Robert berdegup kencang. Lelaki asing ini tahu persis siapa dirinya. Ini tentu sangat menakutkan. Bahkan, dia tidak yakin Erick yakin tahu nama lengkapnya.
“Berapa lama? Tanya Robert tidak lengkap. Tetapi, Gatot mengerti.
“Hampir tiga hari Anda tidak sadarkan diri. Butuh waktu lama untuk mengeluarkan peluru dan menghentikan pendarahan. Anda telah melalui yang terburuk.”
“Rafael dan Erick?” Robert masih memberi ruang pada asa di hati. “Anda mungkin telah malihatnya sendiri.”
“Het is onmogelijk(tidak mungkin)! Aku pikir mimpi.”
“kenyataan itulah yang terjadi dan sekarang Anda berada di sini.” (halaman :237-238)
Seperti keluar dari mulut harimau masuk ke mulut buaya keadaan Robert
karena di tangan Gatot kedaannya tidak begitu berbeda, nyawanya juga masih
dalam ancaman. Pengancaman dan intimidasi (gertakan) adalah sesuatu yang
meresahkan masyarakat sehingga dapat digolongkan kejahatan. Hal inilah yang
dialami oleh Robert pada saat bersama dengan Gatot. Walaupun Gatot
menyelamatkannya, Gatot juga menggunakan cara-cara yang sudah melanggar
hukum dan hal tersebut adalah kejahatan. Pengancaman dan intimidasi ini
dilakukan untuk mendapat informasi dari Robert tentang apa yang dia dapatkan
bersama teman-teman penelitinya di dalam terowongan bawah tanah tersebut. Hal
ini tampak pada teks berikut.
“Bagaimana cara aku berterima kasih? Dia berusaha menyentuh hati Gatot. “Aku sudah katakan tidak perlu. Kami menyelamatkan Anda karena sebuah urusan, bukan atas dasar kemanusiaan. Ini hanyalah rangkaian awal dari bisnis kecil yang meski kita selesaikan.”
“Aku mohon. Tolong antar aku ke Kedutaan Besar Belanda. Aku akan sangat berterima kasih…..” dia membayangkan aman damai wilayah diplomatik.
“Apakah Anda berpura-pura? Atau memang sama sekali tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi?”
Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
“Ada catatan fiktif di Kedubes Belanda yang menyatakan bahwa Anda bertiga telah berangkat libur ke Bali dua hari yang lalu. Datang ke sana hanya akan jadi petaka , jejak Anda akan tercium mudah.”
“Dari mana Kalian tahu?”
“Itu bukan urusan Anda. Tetapi, kekuatan yang memburu Anda sangat besar. Mereka bisa melakukan apa saja.”
“Aku semakin tidak mengerti”
“Tidak perlu. Ini murni bisnis. Aku sebenarnya lebih suka melihat Anda mampus semua. Sayangnya, kita ada bisnis.”
“Mampus?” Robert tidak tahu artinya, tetapi pasti suatu yang buruk. Lelaki ini tidak menyukainya. Malangnya, nasibnya kini bergantung pada mereka. Dia meski merendah. “Tetap saja aku berterima kasih. Semoga aku bisa kembali ke Belanda.”
Itu tergantung bagaimana bisnis kita berjalan,” Gatot sinis
menanggapinya.
“Jadi Kalian ingin apa?”
“Ada beberapa hal. Kita mulai dari yang mudah saja. Apa yang Anda cari di Perut Bumi Jakarta?”
Lelaki ini jelas mengetahui setiap celah kegiatannya selama di Jakarta. Tentu dia mendapatkannya dari sang sopir.
“Penelitian, itu saja.”
“Anda yakin?”tatapan Gatot tajam penuh selidik.
“Ya. Menemukan De Ondergrondse Stad, kota bawah tanah.” “Anda menemukannya?”
“Hanya terowongan tua.”
“Apa yang Anda dapatkan di dalamnya?” “Tidak ada, cuma pengap.”
“Hantu laut tidak senang dengan kebohongan Anda. Dia bisa memanggil badai untuk melempar Anda. Tenggelam untuk kemudian terapung berhari-hari kemudian,” Gatot mengancam dengan halus. Dia mengalihkan pembicaraan, “Benny itu siapa?
“Petugas Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Jakarta.” “Lainnya?”
“Hanya itu. Bukan aku yang berhubungan dengannya, tetapi Rafael. Pemimpin tim kecil kami.”
“Kami ingin Anda membuat sketsa ulang terowongan tua. Itu mungkin bisa Anda kerjakan setelah benar-benar pulih.”
“Tapi semua dokumen aku tinggalkan di Omni Batavia. Benny pasti telah mencurinya.”
“Tentu. Tetapi daya ingat lebih kuat daripada catatan. Lakukanlah untuk kehidupan Anda. Kami tunggu jawabannya pada saat Anda benar-benar pulih.”(halaman :240-242)
Tindakan Gatot di dalam teks ini jelas menunjukkan pengancaman dan
Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
menginginkan sesuatu dari Robert dengan mempertaruhnya nyawa Robert dengan
bisnisnya.
4.1.5 Penganiayaan Berat
Dalam novel Rahasia Meede terdapat penganiayaan berat yang dilakukan oleh
Aparat negara kepada Parada Gultom dengan maksud mencari tahu keberadaan
seseorang, setelah Parada Gultom di culik pada saat yang lalu oleh aparat negara
itu. Sehubungan dengan adanya tindak kekerasan yaitu penganiayaan berat yang
dialamai oleh Parada Gultom, maka tindakan penganiayaan berat ini sendiri
merupakan tergolong pada kejahatan. Penganiayaan berat (aggravatedassault) ini
diterima oleh Parada Gultom melalui introgasi yang dilakukan oleh aparat negara.
Sehingga terjadilah penganiayaan berat. Hal ini dapat dilihat pada teks berikut ini.
“Dalam kunjungan terakhir setelah interogasi yang gagal, orang-orang itu menyuntikkan sesuatu pada pahanya. Parada tidak tahu apa-apa. Tetapi dia mendengar orang-orang itu mengatakan kata-kata insulin. Untuk apa? Dia tidak mengidap satu jenis pun dari beragam penyakit diabetes. Bahkan gejalanya pun tidak pernah menghinggapi dirinya. Lebih dari tiga kali, dia disuntik dengan dosis tinggi. Parada mulai merasakan pengaruh insulin itu pada tubuhnya. Suntikan itu menimbulkan kejutan klinis. Dia merasakan tubuhnya mulai membengkak.
Setelah itu, dia tidak merasakan apa-apa lagi. Dia berada di dalam dimensi empat. Dunia hening yang tidak mungkin ditembus sembarang orang. Dia hilang kesadaran. Dia tidak pernah menyadari bahwa orang-orang itu terus-menerus mengunjunginya. Mereka telah memaksa untuk menelan haloperidol. Obat itu biasanya digunakan sebagai penenang untuk penderita Tourette Syndrome. Sebuah sindrom yang menimbulkan kekacauan pada sistem saraf. Penderitanya akan mengalami gangguan dalam gerakan dan omongan. Sistem saraf hilang kendali dari tubuh. Belum ada obat yang ditemukan untuk mengobati sindrom yang menyerang sistem saraf itu. Haloperidol digunakan untuk menghentikan kekacauan sementara.
Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
Sebuah pengakuan, itu yang dibutuhkan interogator dari mulut Parada
Gultom. Dia sudah bosan menggunakan teknik kekerasan. Setrum, mulai tidak dia sukai. Membaringkan tersangka di atas balok es dengan tubuh telanjang juga tidak menarik minatnya. Padahal beberapa tahun silam, teknik ini pernah menuai sukses. Untuk lelaki Batak yang keras kepala ini, semua siksaan fisik tidak ada artinya. Dia memang kehilangan kendali atas raga, tetapi tidak atas jiwa.
Maka, orang-orang itu mengibah teknik interogasi. Mereka membiarkan Gultom terperangkap di dalam sel. Dia menginjeksikannya dengan insulin. Kemudian, memaksa Gultom menelan Haloperidol dengan dosis tinggi. Sekarang, lelaki itu benar-benar telah kehilangan kendali atas raga dan jiwanya. Yang terdengar dari sudut sel itu hanya erangan, ceracauan bernada kekacauan.
Dia telah sampai pada tujuan akhir tahap penyiksaan ini; Parada Gultom telah dilemahkan. Sekarang, lelaki itu akan dipaksa untuk membuat pengakuan diluar kesadarannya. Dia membutuhkan legitimasi dari mulut pria Batak itu.
Seorang penculik membuka pintu sel Parada. Dengan cahaya senter yang redup, mereka menemukan tubuh tidak berdaya itu tergolek di atas lantai dingin lembap. Salah seorang di antaranya menyiramkan satu ember air dingin ke tubuh Parada. Lama tubuh itu tidak bereaksi.
Kemudian mereka mengguncangnya. Setelah itu, diguyur lagi dengan air dingin. Terakhir, mereka menginjeksikan sesuatu lewat paha Parada. Tubuh tidak berdaya itu kejang, terdengar erang kesakitan. Parada sadar. Dia dijemput dari dunia dimensi empat.”(halaman :295-296)
Kejadian yang dialami oleh Parada Gultom sungguh sesuatu yang tragis.
Bukan hanya diculik, tetapi disiksa dengan cara yang sangat tidak manusiawi,
penyiksaan yang tidak ada yang menandingi dari semua interogasi. Kini Parada
hanya tinggal menunggu waktu saja. Jadi penganiayaan ini adalah sesuatu
kejahatan yang dialami oleh Parada. Hal ini semakin membuat novel ini
sungguh-sungguh berkaitan dengan detektif karena membutuhkan pemecahan misteri
nantinya.