Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
GELAGAR IWF DIPERKUAT UNTUK MENGATASI PERILAKU
PUNTIR
Tugas Akhir
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi Syarat untuk menempuh ujian sarjana Teknik Sipil
Disusun Oleh :
04 0404 052
AGUSTINA SIAHAAN
SUB JURUSAN STRUKTUR
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
LEMBAR PENGESAHAN
GELAGAR IWF DIPERKUAT UNTUK MENGATASI PERILAKU
PUNTIR
Tugas Akhir
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi Syarat untuk menempuh ujian sarjana Teknik Sipil
Disusun Oleh :
04 0404 052
AGUSTINA SIAHAAN
Disetujui Oleh Pembimbing Utama :
131 099 230 Ir. Sanci Barus, MT
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
ABSTRAK
Pada pembebanan suatu penampang baja tidak selalu berada pada pusat
gesernya, dimana hal ini mengakibatkan terjadinya puntir. Pada analisis yang ditinjau
dalam tugas akhir ini adalah profil IWF (Wide Flange), yang dibebani beban terpusat
(beban vertikal) P yang eksentrisitas sehingga mengakibatkan puntir pada balok
tersebut.
Puntir yang terjadi pada penampang balok mengakibatkan balok mengalami
putaran (warping), sehingga menimbulkan terjadinya tegangan normal dan tegangan
geser. Dari kombinasi lentur dan puntir diselesaikan dengan metode analitis sehingga
diperoleh besar tegangan normal dan tegangan geser yang mempengaruhinya.
Dimensi IWF dengan momen cukup kuat namun gelagar tidak kuat untuk
puntir. Pada profil baja IWF 600 x 300 tidak dapat menahan puntir, maka dengan
penambahan pelat pada sayap profil dapat mengatasi terjadinya puntir karena inersia
pada profil bertambah. Untuk menyambung pelat dengan sayap profil digunakan alat
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur yang mendalam hanya kepada Tuhan Yang Maha Pengasih,
yang senantiasa memberi berkat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tugas Akhir ini yang merupakan syarat utama yang harus dipenuhi untuk
memperoleh gelar Sarjana Teknik dari Universitas Sumatera Utara. Judul dari Tugas
Akhir ini adalah :
GELAGAR IWF DIPERKUAT UNTUK MENGATASI PERILAKU PUNTIR
Pada kesempatan ini dengan rasa tulus dan kerendahan hati penulis
menyampaikan rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan yang sebesar –
besarnya kepada orangtua penulis S. Siahaan dan L. Simatupang(Alm) yang telah
memberikan kasih sayang, doa dan materiil yang senantiasa mengalir tanpa batas
selama kuliah dan proses penyelesaian Tugas akhir ini.
Rasa terima kasih dan penghargaan yang sama juga penulis tujukan pada:
1. Bapak Ir. Sanci Barus, MT, selaku dosen pembimbing yang telah memberi
bimbingan, pengarahan, bantuan dan waktu beliau kepada penulis sampai dapat
diselesaikan Tugas Akhir ini.ii
2. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan, selaku Ketua Departemen Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
3. Bapak Ir. Teruna Jaya, MSc, selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Sumatera Utara
4. Bapak Ir. Arbeyn Siregar, MT, Bapak Ir. Mawardi S, dan Bapak Ir. Torang
Sitorus selaku dosen pembanding yang telah memberikan masukan dan arahan
5. Bapak dan Ibu staf pengajar, serta pegawai Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara
6. Saudara – saudari ku :B’Andi, B’Riandus, B’Frengki, Dewi, dan Nika serta
semua keluargaku yang tercinta, yang turut mendukung dalam doa dan
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
7. Sahabat- sahabat setiaku : Fin’Je CORPS alias FC. MIGAS atau yang lebih
dikenal dengan sebutan “Spice” ( Muti, Indah, Grace, dan Siska ) yang banyak
membantu saya dan memberikan masukan-masukan yang berarti buatku.(MIGAS
4ever..) serta Dina dan Rosline yang selalu mendukung saya dalam
menyelesaikan tugas akhir ini
8. Rekan – rekan Angkatan 2004 terutama yang pernah jadi kawan kelompokku
(Daniel Bolon, Syawal, Robert, Joko, Bang Adben, Bang ferdiansyah, Bang
Erwin, Welling dan Siswo) dan teman KP ku yang lucu banget (Nuek-nuek dan
Baga) dan rekan – rekan lainnya Wija, Perdi, Samuella, Andre, Budi, Roy Dogol,
Erwin master, Meijer, Maijen, Leo, Marlon, Ijong, dan rekan – rekan lain yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa membalas dan melimpahkan BerkatNya
bagi kita semua, dan atas semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan, penulis
mengucapkan terimakasih.
Penulis menyadari dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih terdapat
kekurangan, baik penulisan maupun pembahasan. Oleh karena keterbatasan
pengetahuan, pengalaman dan referensi yang dimiliki. Untuk itu kritik dan saran dari
pembaca sangat penulis harapkan. Akhirnya semoga Tugas Akhir ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Febuari 2009
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR NOTASI... vii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Permasalahan ... 2
1.3. Tujuan ... 2
1.4. Pembatasan Masalah ... 3
1.5. Metodologi……… .... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1. Dasar-dasar teori ... 4
2.1.1.Balok ... 4
2.1.2.Elastisitas ... 6
2.1.3.Hukum Hooke... 7
2.2. Torsi ... 11
2.2.1.Pengertian torsi ... 11
2.2.2.konstanta torsi ... 15
BAB 3 ANALISA GELAGAR IWF TERHADAP PUNTIR ... 16
3.1. Penurunan persamaan difrensial untuk toesi penampang I ... 16
3.2. Menentukkan tegangan puntir ... 21
3.2.1.Tegangan geser akibat puntir ... 21
3.2.2.Tegangan normal akibat puntir ... 24
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
3.3.1.Perletakan sendi-sendi... 27
3.3.2.Perletakan jepit-jepit……… 28
3.4. Perencanaan gelagar baja dengan penambahan pelat……… 29
BAB 4 APLIKASI ... 31
4.1. Perletakan sendi-sendi ... 31
4.2. perletakan jepit-jepit ... 54
BAB 5 KESIMPULAN ... 75
5.1. Kesimpulan ... 75
5.2. Saran……….. 76
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
Gambar.II.1. Balok di bentang sederhana dengan beban vertikal P...4
Gambar.II.2. Hubungan antara Tegangan dan Regangan... ...7
Gambar.II.3. Kubus Paralelpipedium...8
Gambar.II.4. Perubahan Bentuk Segi Empat Paralellogram...9
Gambar.II.5. Pembebanan torsi yang umum...12
Gambar.II.6. Aliran gaya geser pada profil I simeris...13
Gambar.II.7. Torsi pada penampang profil I...13
Gambar.II.8 Penampang I yang dibagi menjadi berbagai segmen...15
Gambar.III.1. Gaya lintang pelengkungan lateral (Warping) pada penampang I...17
Gambar.III.2. Arah dan distribusi tegangan geser pada potongan profil I...21
Gambar.III.3. Dimensi-dimensi untuk mennghitung momen statik penampang Qf...23
Gambar.III.4. Warping penampang lintang...24
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR NOTASI
A = Luas las yang ada
a = Tebal las maksimum
Cw = Konstanta torsi pelengkungan lateral
E = Modulus elastisitas dalam tarik
f bw = Tegangan normal (tarik maupun tekan) karena lentur lateral
dari flens-flens
G = Modulus elastisitas dalam geser (modulus of elasticity in
shear) atau modulus kekakuan ( modulus of rigiodity)
h = Tinggi profil IWF
If = Momen inersia untuk satu flens terhadap sumbu y dari
balok tersebut
J = Konstanta puntir
Ms = Momen puntir murni (puntir Saint-Venant)
z
M = Momen puntir
Mf = Momen lentur lateral pada sebuah flens
Mw = Momen puntir yang menyebabkan lentur lateral dari flens-
flensnya
Qf = Momen statik penampang terhadap sumbu y
R = Jari-jari pada balok yang melentur akibat beban P
f
t = Tebal sayap profil IWF
w
t = Tebal badan profil IWF
Uf = Defleksi lateral dari salah satu flens pada suatu potongan
berjarak z dari ujung batang
Vf = Gaya geser horizontal yang timbul di flens pada potongan
penampang yang mengakibatkan lentur lateral
W = Momen tahanan las
maks
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
z y
xσ σ
σ , , = Tegangan normal dalam arah x, y,z
b
σ = Tegangan lentur/ bengkok yang diijinkan
maks
τ = Tegangan geser maksimum yang terjadi
s
τ = Tegangan geser karena puntir Saint-Venant
µ = Suatu konstanta yang disebut dengan ratio poisson
γ = Besar regangan geser
z y
x ε ε
ε , , = Komponen regangan dalam arah x, y,z
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pesatnya pembangunan dalam bidang konstruksi di berbagai tempat baik
dalam maupun luar negeri saat ini tidak lepas dari pengaruh yang diakibatkan oleh
perkembangan dan kemajuan teknologi konstruksi. Indonesia sebagai salah satu
negara yang berkembang harus siap menngikuti perkembangan-perkembangan
tersebut, baik dalam hal analisis perencanaan maupun desain, material yang
digunakan, metode pengerjaan dengan peralatan-peralatan canggih maupun
manajemen di lapangan.
Sesuai dengan perkembangan teknologi sekarang ini konstruksi baja banyak
dijumpai, sehingga dituntut untuk lebih banyak mengetahui apa saja yang dapat
mempengaruhi stabilitas kontruksi secara keseluruhan. Stabilitas yang dimaksud
adalah sistem konstruksi yang menerima gaya-gaya yang bekerja pada konstruksi
serta sistem konstruksi itu sendiri.
Setiap profil mempunyai sifat kekakuan sesuai dengan bentuk profil itu
sendiri. Dalam perencanaan suatu konstruksi umumnya dihitung momen, lintang,
dan normal setelah itu dikontrol terhadap tegangan-tegangan yang terjadi akibat
gaya-gaya dalam baik itu tegangan lentur, geser maupun normal. Tegangan lentur
disebabkan oleh elemen lentur, tegangan normal disebabkan oleh gaya normal
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
I.2 Permasalahan
Pada gelagar yang terdiri dari profil baja apabila dibebani akan melentur.
Pembebanan yang tidak melalui pusat geser dari tampang mengakibatkan balok
terpuntir dan apabila batang terus menerus dibebani sampai batas leleh, maka batang
akan collaps akibat beban puntir tersebut.
Batas maksimum beban yang dapat dipikul gelagar dipengaruhi oleh
elastisitas bahan yang materialnya homogen dan isotropis, dimensi profil, jenis
pembebanan, dan faktor pengekangan kedua ujung batang.
Profil yang dipakai untuk gelagar baja adalah profil IWF. Profil IWF
dibebani oleh beban puntir mengakibatkan balok baja berputar (warping), terjadi
tegangan normal dan tegangan geser. Dimensi IWF dengan momen cukup kuat
namun gelagar tidak kuat untuk puntir yang merupakan masalah utama dalam tugas
akhir ini.
I.3 Tujuan
Penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk menentukan besarnya tegangan
geser dan tegangan normal yang diakibatkan oleh lentur dan puntir secara bersamaan,
yang menimbulkan putaran ( warping ) pada gelagar baja yang ditinjau dan dibebani
oleh beban terpusat ( beban vertikal ) P yang eksentris sehingga profil IWF dapat
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
I.4 Pembatasan Masalah
Untuk meyelesaikan tugas akhir ini diberikan pembatasan masalah sebagai
berikut :
1. Bahan elastis menurut hukum Hooke yang materialnya homogen dan
isotropis
2. Gelagar yang ditinjau adalah profil IWF yang memikul beban terpusat
(beban vertikal) yang eksentris
3. Perletakan yang ditinjau dalam pembahasan adalah sendi-sendi dan jepit-jepit
4. Tegangan geser dan tegangan normal yang diakibatkan momen puntir
diperhitungkan
5. Penambahan pelat pada gelagar baja IWF untuk mengatasi puntir
diperhitungkan
I.5 Metodologi
Metode yang dipakai untuk penyelesaian tugas akhir ini adalah dengan cara
analitis dan serta dibantu dengan buku-buku literatur yang ada
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
p R
Garis netral mula-mula
Garis netral setelah lentur BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1.Dasar-Dasar Teori
II.1.1
Balok adalah salah satu di antara elemen-elemen struktur yang paling banyak
dijumpai pada setiap struktur. Balok pada struktur dapat disebut juga sebagai gelagar. Balok
Balok dapat berada dalam kedudukan horizontal, longitudinal (memanjang) pada
lantai jembatan, miring pada rangka batang atap dan vertikal pada kolom.
Balok merupakan elemen struktur yang memikul beban yang bekerja tegak
lurus dengan sumbu longitudinalnya. Hal ini yang menyebabkan balok terlentur.
Dalam proses desain balok, pada awalnya kita meninjau masalah momen lentur balok
dan efek-efek lainnya seperti geser atau defleksi. [ Spiegel, 1998 ]
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
Balok merupakan kombinasi antara elemen yang tertekan dan elemen yang
tertarik. Pada gambar II.1 di atas dapat dilihat bahwa balok yang dibebani P akan
melentur dengan jari-jari R yang tidak konstan. Bagian atas pada garis netral (g.n.)
tertekan dan bagian bawah dari g.n. tertarik, sehingga pada bagian atas g.n. terjadi
perpendekan dan dibawah g.n. terjadi perpanjangan.
Profil baja yang sering digunakan untuk gelagar adalah profil baja I yaitu WF
(Wide flange). Bentuk profil IWF sangat efesien untuk memikul momen lentur
karena sayapnya yang lebar dan tebal badannya yang tipis. Sehingga perbandingan
momen inersia dan berat profilnya besar.
Untuk keperluan perencanaan tegangan max yang terjadi dibatasi oleh
tegangan ijin, sehingga:
b perlu
maks maks
W M
σ
σ = ≤ (II.1)
b
σ = Tegangan lentur/ bengkok yang diijinkan yang besarnya 1600 kg/cm2
Pada balok terlentur, lendutannya juga dibatasi oleh lendutan ijin (lendutan
max yang diijinkan). Pembatasan lendutan yang terjadi pada balok ini didasarkan atas
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
1. Kenyamanan pemakaian bangunan
2. Keselamatan.
3. Keindahan
4. Psikologis
5. Perlindungan pada bagian bangunan yang lain dengan sifat bahan yang cukup
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
6. Memberi dukungan yang cukup, hingga suatu alat yang dipasang pada elemen
struktur tersebut dapat bekerja dengan baik
7. Pembatasan lendutan ini tergantung juga pada struktur bangunannya.
Jadi untuk mendimensi balok terlentur, harus di tinjau:
L Ymaks
250 1
≤ (II.2)
Selain itu akibat adanya gaya melintang akan terjadi tegangan geser. Untuk profil
IWF, tegangan gesernya dihitung sebagai harga rata-rata setinggi daerah badannya,
sehingga:
badan F
D
bruto maks maks
2 3
=
τ (II.3)
Tegangan geser τmaksini harus ≤τ =0,58σb. [ Oentoeng, 1999 ]
II.1.2.
Elastisitas ialah sifat suatu bahan apabila gaya luar mengakibatkan perubahan
bentuk (deformation) tidak melebihi batas tertentu, maka perubahan bentuk akan
hilang setelah gaya dilepas. Hampir semua bahan teknik memiliki sifat elestisitas ini. Elastisitas
Zat dari benda elastis dianggap homogen dan terbagi merata di seluruh
volumenya walaupun suatu elemen kecil dipotong dari benda, elemen tersebut
memiliki sifat fisik tertentu yang sama seperti benda itu sendiri. Untuk
menyederhanakan pembahasan maka sebagian besar benda isotropik (isotropic), sifat
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
Ideal Elastic-Plastics Stress-strein relationship
C
E
D F
A
B
Ultimate tensile strength
elastic range
plastic range Strain hardenging range
S
tr
es
s(F
)
Strain (E) Permanent Set
o
β
α
Selama dalam keadaan elastis, tegangan dan regangan berbanding lurus sesuai
dengan rumus σ =Eε (II.4)
Gambar.II.2 Hubungan antara Tegangan dan Regangan. [Timoshenko, 1984 ]
Dalam pembahasan torsi dalam tugas akhir ini, bahan-bahan akan dianggap
bersifat elastis sempurna yaitu benda akan kembali seperti semula secara setelah gaya
yang bekerja padanya dilepas.
II.1.3
Hubungan linier antara komponen tegangan dan komponen regangan
umumnya dikenal sebagai hukum Hooke. Satuan perpanjangan elemen hingga batas
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
σy
τyz
τyx
σz
τzy
τzx
τxz
τxy
σx
τyx
σy
τyz
X
Y Z
E
x x
σ
ε = (II.5)
Dimana E adalah modulus elastisitas dalam tarik (modulus of elasticity in tension).
Bahan yang digunakan di dalam struktur biasanya memiliki modulus yang sangat
besar dibandingkan dengan tegangan izin, dan besarnya perpanjangan sangat kecil.
Gambar.II.3. Kubus Paralelpipedium. [Timoshenko, 1984 ]
Perpanjangan elemen dalam arah x ini akan diikuti dengan pengecilan pada
komponen melintang yaitu
E
x y
σ µ
ε =−
E
x z
σ µ
ε =− (II.6)
Dimana µ adalah suatu konstanta yang disebut dengan ratio poisson (poisson’s Ratio). Untuk sebagian besar bahan, ratio poisson dapat diambil sama
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
τ τ
τ τ
τ σ
(a)
(b)
Apabila elemen di atas mengalami kerja tegangan normal σx,σy,σz secara serempak, terbagi rata di sepanjag sisinya, komponen resultante regangan dapat
diperoleh dari persamaan (II.5) dan (II.6) yaitu :
(
)
[
x y z]
x
E σ µσ σ
ε = 1 − +
(
)
[
y x z]
y
E σ µ σ σ
ε = 1 − + (II.7)
(
)
[
z x y]
z
E σ µσ σ
ε = 1 − +
Pada persamaan (II.7), hubungan antara perpanjangan dan tegangan
sepenuhnya didefenisikan oleh konstanta fisik yaitu E danµ. Konstanta yang sama dapat juga digunakan untuk memdefenisikan hubungan antara regangan geser dan
tegangan geser.
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
Tinjaulah kasus khusus yaitu perubahan bentuk segi empat parallelogram di
mana σz =σ,σy =−σ,dan σx =0. Potonglah sebuah elemen abcd dengan bidang yang sejajar dengan sumbu x dan terletak 450 terhadap sumbu y dan z ( Gambar.II.3).
Dengan menjumlahkan gaya sepanjang dan tegak lurus bc, bahwa tegangan normal
pada sisi elemen ini nol dan tegangan geser pada sisi adalah :
(
σ σ)
στ = − =
2 y z
(II.9)
Kondisi tegangan seperti itu disebut geser murni (pure shear). Pertambahan
panjang elemen tegak Ob sama dengan berkurangnya panjang elemen mendatar Oa
dan Oc, dengan mengabaikan besaran kecil orde kedua, kita bisa menyimpulkan
bahwa panjang elemen ab dan bc tidak berubah selama terjadinya perubahan bentuk.
Sudut antara sisi ab dan bc berubah dan besar regangan geser yang bersangkutan
bisa diperoleh dari segitiga Obc. Sesudah perubahan bentuk akan didapatkan :
z y
Ob Oc
ε ε γ
π
+ + =
− =
1 1
2 4 tan
Subtitusikanlah, dari persamaan (II.7) :
(
)
(
)
(
)
E
E E
y
y z z
σ µ ε
σ µ µσ
σ ε
+ − =
+ = −
=
1
1
Dan ingat bahwa untuk γ kecil
2 1
2 1
2 tan 4 tan 1
2 tan 4 tan
2 4 tan
γ γ γ
π γ π
γ π
+ − = +
− =
− =
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
Kita dapatkan :
(
)
E
σ µ
γ = 21+ =
(
)
E
τ µ
γ = 21+ (II.10)
Berarti hubungan antara regangan geser dan tegangan geser didefenisikan oleh
konstanta E dan µ. Kerapkali digunakan notasi :
G =
) 1 (
2 +µ
E
(II.11)
Lalu persamaan (II.10) menjadi
=
G
τ
Konstanta G didefenisikan oleh persamaan (II.11), dan disebut modulus elastisitas
dalam geser (modulus of elasticity in shear) atau modulus kekakuan ( modulus of
rigiodity). [Timoshenko, 1984 ]
Apabila tegangan geser bekerja ke semua sisi elemen, pelentingan sudut
antara dua sisi yang berpotongan hanya tergantung kepada komponen tegangan geser
yang bersangkutan dan diperoleh :
xy
γ = xy
Gτ
1
γyz = yz
Gτ
1
γxz= xz
Gτ
1
II.2. Torsi
1I.2.1.
Torsi adalah gaya yang terjadi pada batang lurus apabila batang tersebut
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
e P
Pusat Geser
T=Pe
batang sehingga tegangan geser yang terjadi pada penampang akibat torsi akan
mempengaruhi perencanaan struktur baja.
Pengaruh puntir umumnya bersifat sekunder, walaupun tidak selalu
merupakan pengaruh minor yang harus ditinjau secara gabungan dengan jenis
pengaruh lainnya. Profil yang baik bagi kolom dan balok, yaitu profil yang bahannya
jauh tersebar dari titik berat penampang, tetapi tidak efisien untuk menahan torsi.
Penampang lingkaran berdinding tipis dan boks lebih kuat untuk memikul torsi dari
pada penampang dengan luas sama yang berbentuk kanal, I, T, siku, atau Z.
Torsi timbul karena adanya gaya-gaya yang membentuk kopel yang
cenderung memuntir batang terhadap sumbu longitudinalnya. Seperti yang diketahui
dari statika, momen kopel merupakan hasil dari gaya dan jarak tegak lurus antara
garis kerja gaya. Satuan untuk momen pada USCS adalah (lb-ft) dan (lb-in),
sedangkan untuk satuan SI adalah (Nm).
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
Pemberian beban pada bidang yang tidak melalui pusat geser akan
mengakibatkan batang terpuntir jika tidak dicegah oleh pengekang eksternal. Pusat
geser adalah suatu titik pada penampang yang jika dilalui oleh gaya geser, maka
hanya mengalami lentur ditambah dengan geser tanpa adanya torsi. Pusat geser tidak
selalu berimpit dengan titik berat penampang. Pada profil I simetris pusat geser
berada pada titik berat penampangnya.
Gambar.II.6.Aliran gaya geser pada profil I simeris. [ Salmon, 1986 ]
Tegangan puntir akibat torsi terdiri dari tegangan geser dan lentur. Tegangan
harus digabungkan dengan tegangan geser dan lentur yang bukan akibat torsi.
Tegangan puntir dapat dibedakan atas dua jenis yaitu puntir murni atau istilah
umumnya puntir Saint-Venant dan puntir terpilin (warping torsion).
Puntir murni terjadi bila penampang lintang yang datar sebelum torsi bekerja
tetap datar dan elemen penampang hanya mengalami rotasi selama terpuntir. Batang
bulat yang memikul torsi adalah satu-satunya keadaan puntir murni. Puntir terpilin
adalah pengaruh keluar bidang yang timbul bila sayap-sayap berpindah secara lateral
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
h/2
Mz Uf
φ
Y
X
h Uf
A A
Z
L
Puntiran dicegah pada ujung ini
X
Pusat flens atas setelah puntiran
Puntiran dicegah pada ujung ini
Z
Potongan A-A
1. Puntir murni (puntir Saint-Venant). Seperti lengkungan lentur (perubahan
kemiringan per satuan luas panjang) yang dapat dinyatakan sebagai
2 2
/
/EI d y dz
M = (yakni momen dibagi kekakuan lentur sama dengan
lengkungan lentur). Pada puntir murni momen torsi dibagi kekakuan puntir GJ
sama dengan lengkungan puntir (perubahan sudut per satuan panjang)
Dimana :
dz d GJ Ms
φ
= (II.12)
s
M = Momen puntir murni (puntir Saint-Venant)
G = Modulus elastisitas geser = E/
[
2(1+µ)]
yang merupakan fungsi dari modulus elastisitas tarik-tekan Edimana µ= poisson ratio = 0,3J = Konstanta puntir
Dari persamaan (II.12), tegangan akibatM sebanding dengan jarak dari pusat s
puntir.
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
2. Puntir terpilin. Jika suatu balok memikul torsi M seperti pada gambar II.6 z
maka sayap tekan balok akan melengkung ke salah satu arah lateral dan sayap
tariknya melengkung kearah lateral lainnya. Bila penampang lintang
berbentuk sedemikian rupa hingga dapat terpilin (penampang menjadi tidak
datar lagi) jika tidak dikekang, maka sistem yang dikekang akan mengalami
tegangan. Keadaan terpuntir menunjukkan balok yang puntirannya di cegah
diujung-ujung tetapi sayap atasnya melendut ke arah samping (lateral)
sebesar uf . Lenturan sayap kesamping ini menimbulkan tegangan normal
lentur (tarik dan tekan) serta tegangan geser sepanjang lebar sayap.
Jadi puntir terpilin (warping) terdiri dari atas dua bagian :
a. Rotasi elemen (φ), yakni akibat puntir murni
b. Translasi yang balok melentur secara lateral, yakni akibat pemilinan.
II.2.2.
Konstanta torsi merupakan faktor keteguhan torsi. Konstanta ini juga
merupakan ukuran kekakuan torsi dan lenturan akibat torsi dan bagian persamaan
untuk tegangan geser torsi, yang dapat ditentukan dari hasil percobaan dengan
mengamati perbandingan momen torsi dengan sudut torsinya dan membagi
perbandingan ini modulus elastisitas gesernya. Nilai konstanta puntir ini tergantung
kepada bentuk penampang profil yang ditinjau. Konstanta torsi ( J ) adalah : Konstanta Torsi
J = 3 1
( 2 bf . tf 3 + dw . tw 3 ) (II.13)
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
BAB III
ANALISA GELAGAR IWF TERHADAP PUNTIR
III.1. Penurunan persamaan difrensial untuk torsi penampang I
Pada gambar II.7 dapat di lihat bahwa penampang I mengalami gaya geser
akibat “warping” pada profil tersebut dengan meninjau posisi sebuah garis pusat flens
yang terdefleksi, dimana uf merupakan defleksi lateral dari salah satu flens pada suatu
potongan berjarak z dari ujung batang.
φ merupakan sudut pilinan pada penampang yang sama dan Vf merupakan
gaya geser horizontal yang timbul di flens pada potongan penampang yang
mengakibatkan lentur lateral. Perlu dicatat bahwa asumsi yang penting adalah badan
profil tetap berbentuk bidang selama rotasi, sehingga flens-flensnya mengalami
defleksi lateral yang sama.
Badan profil diasumsikan cukup tebal dibandingkan dengan flensnya,
sehingga badan itu tidak melentur selama putiran, karena resistensi puntir
flens-flensya sangat tinggi kecuali untuk gelagar pelat berbadan tipis karena jarang sekali
gelagar pelat bebadan tipis digunakan tanpa pengaku dan tentu saja tidak ada
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
Uf
φ
Y
h h/2 Vf
Vf
Gambar.III.1.Gaya lintang pelengkungan lateral (Warping) pada penampang I.
[Salmon, 1996 ]
Dari geometri :
Untuk φ kecil, tan φ ≈ φ
uf = φ 2
h
. (III.1)
Untuk memahami penampang profil I persamaan (III.1) merupakan
satu-satunya hubungan yang penting. Sudut puntir berbanding langsung dengan defleksi
lateralnya. Syarat batas puntir adalah analog dengan syarat batas lentur lateral.
Bila persamaan (III.1) didefrensialkan sebanyak tiga kali terhadap z akan
diperoleh :
3 3
dz u d f
=
2
h
3 3
dz d φ
(III.2)
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
3 3
dz u d f
= – f f
EI M
(III.3)
dimana Mf merupakan momen lentur lateral pada sebuah flens, sedangkan If adalah
momen inersia untuk satu flens terhadap sumbu y dari balok tersebut. Tanda minus
berasal dari lentur positif seperti terlihat pada gambar II.6. Demikian pula, karena
dz dM V =
3 3
dz u d f
= – f f
EI V
(III.4)
Dengan menggunakan persamaan (III.2) dan persamaan (III.4) akan diperoleh :
f
f EI
V =−
2
h
3 3
dz d φ
(III.5)
Bila kita mengacu pada gambar II.7, komponen momen puntir Mw yang
menyebabkan lentur lateral dari flens-flensnya, sama dengan gaya geser flens
dikalikan lengan momen h. Ini mengansumsikan bahwa tidak ada resistensi geser
terhadap pelengkungan lateral yang diberikan oleh badan profil itu :
Mw = Vf . h = – EIf 3
3
3 3 2
2 dz
d Cw E dz
d
h φ φ
× − =
× (III.6)
Dimana Cw =
2 2
h
If , yang sering diacu sebagai konstanta torsi pelengkungan lateral
(warping torsional constans).
Momen puntir totalnya adalah perjumlahan dari bagian yang mengalami
rotasi, M dan bagian yang mengalami lentur lateral,s Mw yang dari persamaan
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
w s
z M M
M = + = GJ
dz dφ
– ECw 3
3
dz d φ
(III.7)
yakni persamaan diffrensial untuk puntir. Momen puntir M tergantung pada z
pembebanan dan pada situasi yang umum merupakan fungsi polinom dari z. Bila
persamaan (III.7) ditulis kembali dengan dibagi ECw :
3 3
dz d φ
– w
EC GJ
dz dφ
= –
w z
EC M
(III.8)
Bila diasumsikan 2 = w
EC GJ
→ ( = 1/a dari Torsion Analysis of Steel Members) dan
untuk penyelesaian homogen persamaan (II.19), misalkanφb = Aemz
3 3
dz d φ
– 2 dz dφ
= 0 (III.9)
yang dengan substitusi atas penyelesaian homogen memberikan :
Aemz (m2 – 2 ) = 0 (III.10)
Yang mensyaratkan :
m(m2 – 2 ) = 0 ∴ m = 0, m = ± Dengan demikian :
φh = A1e 2 + A2 e – 2 + A3 (III.11)
Yang dengan identitas fungsi hiperbolik dan pengelompokan konstantanya dapat
dinyatakan sebagai :
φh = A sinh z + B cosh z + C (III.12)
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
=
a
1
=
ECw GJ
(III.13)
Untuk penyelesaian khusus, karena Mz secara umum adalah fungsi dari z :
Mz = f (z)
Misalkan φp = f (z), dan subtitusikan ke dalam persamaan (III.8), akan diperoleh :
( )
( )
f( )
zEC dz
z df dz
z f d
w 1 1
2 3
1 3
− =
=λ
dimana suku-suku pada ruas kirinya harus dipasangkan dengan suku-suku pada ruas
kanan. Jarang sekali terjadi bahwa f1(z) akan merupakan fungsi lebih tinggi dari orde
dua.
Solusi partikelnya menjadi :
( )
z C C Z fp = 1 = 1+ 2.
φ ( polinomial sembarang )
Dengan menggunakan persamaan ( III.8 ) didapat :
( )
GJ M C
M EC C
z
z w
= − = −
2 2
2 1
λ
(III.14)
Konstanta lain C1 boleh dikombinasi dengan konstanta C dari persamaan (III.12),
sehingga solusi lengkap untuk pembebanan ini adalah :
GJ z M C Z Cosh B z Sinh
A z
p h
. .
. + + +
= + =
λ λ
φ
φ φ φ
(III.15)
Penyelesaian nilai A, B, dan C dapat dilaksanakan dengan syarat batas untuk
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
Puntir Saint-Venant Puntir Warping
Tidak ada tegangan geser badan
τs τw τ
Sumbu lentur
Ms Mw
Mx III.2. Menentukan tegangan puntir
[image:31.612.145.537.172.366.2]A. Tegangan geser akibat puntir
Gambar.III.2.Arah dan distribusi tegangan geser pada potongan profil I.[Salmon,
1996 ]
Tegangan geser τskarena puntir Saint-Venant Ms diperoleh :
s
τ = –
J t Ms
(III.14)
Dan dengan persamaan (II.12) akan diperoleh :
s
τ = Gt
dz dφ
(III.15)
Yang distribusikan diperlihatkan dalam Gambar III.a.
Tegangan geser τ w, yang diakibatkan oleh pelengkungan lateral (warping) akan berubah secara parabolik pada arah melintang lebar flens perseginya, seperti
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
tf b
h b/4
τ w =
f f
f f
t I
Q V
× ×
(III.16)
[image:32.612.133.522.115.438.2]Dimana Qf = momen statik penampang terhadap sumbu y.
Gambar.III.3. Dimensi-dimensi untuk mennghitung momen statik penampang Q . f
[ Salmon, 1996 ]
Geser pada badan tidak perlu diperhitungkan karena dapat diabaikan. Untuk
tegangan geser maksimum τ w yang sebenarnya bekerja pada muka pelat badan dapat dianggap bekerja di tengah-tengah lebar sayap, sehingga Qf (lihat Gambar.III.2)
sebagai :
f
Q = A x = 2
f
bt
4
b
Subtitusikan Qf dan Vf dari persamaan (III.5) ke dalam persamaan (III.16)
memberikan :
τ w = E
4 16
2
b h b
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
Distribusi tegangan normal bilamana pelengkungan-lateral
(warping) dikekang Rotasi berlawanan arah jarum jam
Sumbu Rotasi
Rotasi searah jarum jam
Yang diambil harga mutlak.
[image:33.612.118.512.183.411.2]B. Tegangan normal (tekan maupun tarik) akibat puntir
Gambar.III.4.Warping penampang lintang. [ Salmon, 1996 ]
Tegangan normal (tarik maupun tekan) karena lentur lateral dari flens-flens
(yakni warping pada penampang lintang seperti terlihat pada Gambar.III.4) dapat
dinyatakan sebagai :
bw
f = f f
I x M
(III.18)
Yang terdistribusi linier melintangi lebar flens seperti dalam Gambar.III.4. Momen
lenturMf , momen lateral yang bekerja pada salah satu flens, dapat diperoleh dengan
subtitusi persamaan (III.1) ke dalam persamaan (III.3) dan dengan memperhatikan
bahwa 2
2
h If
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
L/2 L/2
Mt/2
Mt
Mt/2
φ=0 φ=0
f
f EI
M = 2
2
2 2
.
2 dz
d h C E dz d
h× φ = w × φ
(III.19)
Tanda minus dihilangkan, karena tarik terjadi pada salah satu sisi, sementara tekanan
terjadi pada sisi lainnya.
Tegangan maksimum terjadi pada x =
2
h
, yang bila digunakan dengan
persamaan (II.31). untuk persamaan (II.30) akan memberikan :
× × × =
f f f
bw
I b I b dz d h EI f
2 2
2 2
2
φ
Maka :
f bw =
4
Ebh
2 2
dz d φ
(III.20)
III.3. Momen puntir terpusat pada M bekerja ditengah bentang pada z
perletakan sendi-sendi dan jepit-jepit.
Tumpuan sederhana
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
M z= Ms + Mw
Mz = Mt/2
Mz
Ms
Mz
Mw
L/2 L/2
Mt/2
Mt
Mt/2
φ=0 φ=0
a. Distribusi momen puntir
total, Mz =Ms +Mw akan menyebabkan geser
pada flens
b. Distribusi geser puntir
c. Distribusi geser akibat
[image:35.612.58.540.85.367.2]puntir pelengkungan
Gambar.III.5. Momen torsi terpusat ditengah benteng bertumpuan sederhana terdapat
torsi. [ Salmon, 1996 ]
III.3.1. Perletakkan sendi-sendi dengan momen puntir ditengah bentang
Dengan penyelesaian umum yaitu persamaan ( III.9 ) di baawah ini :
GJ z M C Z Cosh B z Sinh
A z.
.
. + + +
= λ λ
φ
Untuk menyelesaikan masalah ini perlu syarat-syarat momen dan lendutan pada
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
Syarat batas :
0
=
φ pada Z = 0 dan Z = L
0 " 2 2
= =φ φ dz d
pada Z = 0 dan Z = L
Dengan menggunakan syarat kemiringan nol pada flens L/1 yaitu :φ =0serta 0
"=
φ pada Z = 0 akan menghasilkan solusi untuk ketiga konstanta tersebut.
Dari φ =0 pada Z = 0, didapatkan : 0 = B + C
0 "=
φ pada Z = 0
B = 0
Sehingga, C = 0
Dengan menggunakan φ =0 pada Z =
2
L
:
GJ M L
ACosh z
2 2
0= λ +
A =
−
2 1
2 L
Cosh GJ
Mz
λ
λ (III.21)
Didapat :
− =
2
2 L
Cosh Z Sinh Z
GJ Mz
λ λ λ
λ
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
M
zM
zL
− =
2 1
2 '
L Cosh
Z Cosh GJ
Mz
λ λ
φ (III.23)
− =
2 2
"
L Cosh
Z Sinh GJ
Mz
λ λ λ
φ (III.24)
− =
2 2
' "
2
L Cosh
Z Cosh GJ
Mz
λ λ λ
φ (III.25)
III.3.2.Perletakkan jepit-jepit dengan momen puntir Mzdiujung bentang
Syarat-syarat yang harus dipenuhi :
0
=
φ pada Z = 0
0 '=
φ pada Z = 0
0 ''=
φ pada Z = L
Dari φ =0 pada Z = 0, dan pada Z = 0 didapat :φ =B+C C
B+
=
φ
0 '=
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
0 =
GJ M Aλ+ z
(III.26)
0 '=
φ pada Z = L
Dari persamaan (III.1) disubtitusikan ke persamaan (III.6),maka diperoleh :
GJ M L BSinh L Cosh
A + + z
. .
.λ λ λ (III.27)
0 . . + + = − GJ M L Sinh B L Cosh GJ
Mz λ λ λ z
(
1)
. = Cosh L− GJ
M L Sinh
Bλ λ z λ
(
)
CL Sinh L Cosh GJ M
B= z − =−
. 1 λ λ λ GJ Z M L Sinh L Cosh GJ M Z Cosh L Sinh L Cosh GJ M Z Sinh GJ
Mz z z z
+ − − − + − = λ λ λ λ λ λ λ λ λ
φ 1 1
+ − − − + − = Z L Sinh L Cosh Z Cosh L Sinh L Cosh Z Sinh GJ Z Mz . 1 1 λ λ λ λ λ λ λ λ
φ (III.28)
Karena : 2 2 2 2 2 2 1 2 L Tanh L Cosh L Sinh L Sinh L Sinh L Cosh λ λ λ λ λ λ = = − − + − +
= Sinh Z Tanh LCosh L Tanh L Z GJ Mz . 2 2 λ λ λ λ λ λ φ
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
− + +
= 1
2
' Cosh Z Tanh LSinh L
GJ
Mz λ λ λ
φ
− +
= Sinh Z Tanh LCosh Z GJ
Mzλ λ λ λ
φ
2 ''
− +
= Cosh Z Tanh LSinh Z GJ
Mzλ λ λ λ
φ
2 '
"
2
(III.29)
III.4. Perencanaan gelagar baja dengan penambahan pelat
Dalam perencanaan gelagar IWF perlu diberikan penambahan pelat pada
sayap, karena gelagar IWF tidak mampu menahan pengaruh tegangan normal akibat
lentur biasa dan tegangan normal akibat terpilin (warping). Untuk mengatasi prilaku
puntir ini harus ditambahkan dengan pelat. Penambahan pelat harus lebih pendek dari
lebar sayap pada profil sebelumnya, yang disambung dengan sambungan las. Dalam
masalah pendimensian profil IWF ini digunakan las sudut.
Tebal las maksimum, a = 2
2 1
×
×tp (III.30)
Dan untuk mengontrol kekuatan sambungan las, las sudut akan memikul
tegangan geser arah sumbu –X dan arah sumbu -Y
W M
x =
τ dan
A D
y =
τ
Dimana :
[
2 2]
y x
ideal τ τ
τ = + < τijin = 928 kg/ cm2 (III.31).
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
Tegangan-tegangan yang akan diperoleh dihitung secara terpisah,
masing-masing akibat lentur dan torsi, kemudian dilakukan penggabungan yang
menghasilkan resultan tegangan kombinasi lentur dan puntir. Tegangan-tegangan
tersebut terdiri dari :
1) Tegangan geser akibat puntir murni
2) Tegangan normal dan geser akibat puntir pelengkungan(lentur lateral flens)
3) Tegangan normal dan geser akibat lentur transversal [Sanci, 1999 ]
Dalam menyelesaikan tegangan-tegangan sebagai akibat lentur transversal
dapat digunakan persamaan-pesamaan dasar lentur, sedangkan akibat puntir
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
P = 10000 kg
750 m 750 m
BAB IV APLIKASI
IV.1. Dimensi Profil
IV.1.1. Dimensi profil untuk perletakan sendi-sendi
12000 10000
2 ,
1 × =
=
total
P kg
5
10 45 4
1500 12000
4 = ×
× =
= PL
Mmaks kgcm
σ
max
M Wx =
2 5
/ 1600
10 45
cm kg
kgcm Wx
×
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
b
t
ft
w h• Coba dengan profil WF 600x300
kgm qbs =151
3 4020cm
wx =
mm
h=588 b=300mm
4
118000cm
Ix = tw =12mm
4
9020cm
Iy = tf =20mm
• Menghitung Reaksi diperletakan A pada gelagar sendi-sendi
L q P
R total bs
A = + × ×
2 1 2
15 151 2 1 2 12000
× × + =
A
R
kg RA =7132,5
• Pemeriksaan terhadap momen lentur
L L q L R
M bs
A
maks 0,5
2 5 , 0 2 − × =
15 5 , 0 2
5 , 7 151 2 15 5 ,
7132 × − × ×
=
maks
M
kgm Mmaks =49246,875
3
4020 5 , 4924687
cm kgcm
terjadi =
σ
2
/ 0466 ,
1225 kg cm
terjadi =
σ
2 2
/ 1600 /
0466 ,
1225 kg cm kg cm
terjadi = ≤
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
• Pemeriksaan lendutan
EI L q EI PL Y total maks 4 3 384 5 48 1 + =
( )
118000 10 . 1 , 2 1500 51 , 1 384 5 118000 10 . 1 , 2 1500 . 12000 48 1 6 4 6 3 × + × = maks Y 849 , 30 384 5 438 , 163 48 1 × + × = maks Y 4016 , 0 405 , 3 + = maks Y cm Ymaks =3,8066Pengontrolan lendutan diperoleh dari persamaan (II.2) :
L Ymaks 250 1 = 1500 250 1 = maks Y cm Ymaks =6
cm
Ymaks =6 > Ymaks =3,8066cm….oke
• Pemeriksaan terhadap gaya lintang
L q P
Dmaks bs
2 1 + = 15 ) 151 ( 2 1
12000+ × × =
maks
D
kg Dmaks =13132,5
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
badan F
D
bruto maks maks
2 3
= τ
w bruto
t h badan
F =
49 12 588
= = badan Fbruto
49 5 , 13132 2 3 =
maks
τ
ijin
maks kg cm σ
τ = 2 ≤
/ 015 , 402
2 2
/ 928 /
015 ,
402 kg cm kg cm
maks = ≤
τ
Konsep yang telah dianalisa dalam bab terdahulu dipergunakan dalam bab ini. Untuk
membukt ikan hasil analisis dari bab terdahulu, dalam aplikasi ini akan dicoba suatu
balok baja WF 600x300x12x20 dengan panjang 15m, diatas perletakan sendi-sendi.
Ditengah bentang tersebut bekerja beban vertikal P = 10 ton dengan eksentrisitas 10
cm dari sumbu plat badan seperti gambar di bawah.
Data-data bahan sebagai berikut :
Modulus Elastisitas E = 2,1x106 kg/cm2
Modulus Geser G = 0,81x106 kg/cm2
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
b
tf
tw h
P
[image:45.612.111.518.92.682.2]7,5 m 7,5 m
Gambar.1.Balok baja WF 700x300
Dari persamaan (II.13) konstanta torsi ( J ) pada profil I adalah :
J =
3 1
( 2 bf . tf 3 + dw . tw 3 )
( )
3 32 , 1 ) 0 , 2 . 2 8 , 58 ( 3 1 0 , 2 . 30 . 3 2
− +
=
J
5648 , 191
=
J cm4
Konstanta pelengkungan,
2 2
h I
Cw = f →If = ×b ×tr
3
12 1
.30 .2,0 12
1 3
=
f
I
If =4500cm4
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
2
8 , 58 . 4500 2 1 =
w
C
7779240
=
w
C cm6
Cara Analitis
A. Perletakan sendi-sendi
1) Tegangan Normal dan Geser Maksimum
Momen torsi yang terjadi :
100000 10
10000
. = × =
=Pe
Mt kgcm
Dari persamaan (III.13) diperoleh :
w
EC J G.
2 = λ
(
)
(
)
(
2,1 10)
(
7779240)
5648 , 191 10 81 , 0
6 6 2
×× =
λ
5 2
10 9498 ,
0 × −
=
λ 3
10 082 ,
3 × −
= →λ
623 , 4
1500 10
082 ,
3 3
=
× ×
= −
L L
λ λ
2) Tegangan Geser Akibat Puntir Murni
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
s
τ = Gt
dz dφ − = 2 1 2 . L Cosh Z Cosh GJ t M dz d t λ λ φ Maka, − = 2 1 2 L Cosh Z Cosh J t Mt s λ λ τ
Tegangan geser akibat Puntir Murni menjadi maksimum untuk Z = 0 dan minimum
pada Z = 2 L . • Flens 0 , 2 = f t cm − = 2 623 , 4 1 1 1296 , 383 0 , 2 . 100000 Cosh s τ 49252 , 419 = s
τ kg/cm2
• Badan 2 , 1 = b
t cm
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
2
/ 209 ,
313 kg cm
s =
τ
3) Tegangan Geser dan Normal akibat Puntir Pelengkungan
• Tegangan Normal Maksimum :
Dari persamaan (III.20) diperoleh :
f bw = 4 Ebh 2 2 dz d φ
→terjadi pada flens
= = 2 2 " 2 2 L Cosh Z Sinh GJ M dz d z λ λ λ φ φ
f bw =
2 8 . . . . L Cosh Z Sinh GJ M h b E t λ λ λ
f bw akan maksimum pada Z = 2
L
Maka:
fbw =
(
)
(
)
× × × × ×× × × × × × − − 3115 , 2 750 10 082 , 3 5648 , 191 10 81 , 0 8 10 082 , 3 100000 8 , 58 30 10 1 , 2 3 6 3 6 Cosh Sinh
fbw = 901,835 kg/cm2
• Tegangan Geser pada flens
Dari persamaan (III.17) diperoleh :
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
= " ' . 3 3 φ φ dz d − 2 2 2 L Cosh Z Cosh GJ Mz λ λ λ w
τ
= − 2 2 2 2 L Cosh Z Cosh GJ M h Eb z λ λ λTegangan geser untuk flens maksimum pada Z =
2
L
dan minimum untuk Z = 0
Maka:
(
)
(
)
− × × × × ×× × × × × × = = − − 3115 , 2 750 10 082 , 3 5648 , 191 10 81 , 0 32 10 9498 , 0 100000 8 , 58 30 10 1 , 2 ) 2 ( 3 6 5 2 6 Cosh Cosh L Z w τ 2579 , 21 = maks Wτ kg/cm2
(
)
(
)
− × × ×× × × × × × = = − 51615 , 2 1 5648 , 191 10 81 , 0 32 10 9498 , 0 100000 8 , 58 30 10 1 , 2 0 6 5 2 6 Cosh Z w τ 4117 , 3 min = Wτ kg/cm2
4) Tegangan Normal dan Geser akibat Lentur Transversal
• Tegangan Normal Maksimum
P = 10000 kg
L =1500 cm
x
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
4020 1500 . 10000 . 4 1 = σ =
σ 932,839 kg/cm2
• Tegangan maksimum yang terjadi pada flens
Dari persamaan (III.16) diperoleh :
Ix t Q V f f f w × × = τ − = 2 . 2 f f f t h t b Q − = 2 0 , 2 8 , 58 0 , 2 . 2 30 f Q 852 = f
Q cm3
Ix = 118000cm4
Maka, 118000 4 , 2 852 5000 × × = w τ 0424 , 15 = w
τ Kg/cm2
• Tegangan geser maksimum yang terjadi pada plat badan
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
Puntir Saint-Venant Puntir Warping
Ms Mw
Total
+ =
456 , 1302
=
w
Q cm3
x w
w w w
I t
Q V
× × = τ
118000 3
, 1
456 , 1302 5000
×× =
w
τ = 42,4529kg/cm2
[image:51.612.96.535.238.712.2]IV.1.2.
Gambar Tegangan Geser pada Z =
Gambar Tegangan Geser dan Tegangan Normal
2
L
419,49252kg/cm2 21,2579kg/cm2 440,75042kg/cm2
2 / 209 ,
313 kg cm 313,209kg/cm2
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
Sehingga, tegangan-tegangan yang diperoleh dapat ditabelkan sebagai berikut :
AKIBAT
Z = 0
Z = L
(kg/cm2)
Z = 0
(kg/cm2)
Tegangan Normal Lentur Vertikal
Lentur Puntir
0
0
932,839
901,835
Jumlah 1834,674
Tegangan Geser pelat
Badan
Puntir murni
Lentur vertikal
209 , 313
4529 , 42
0
4529 , 42
Jumlah 355,6619 42,4529
Tegangan Geser pada
Flens
Puntir Murni
Puntir pelengkungan
Lentur Vertikal
49252 , 419
4117 , 3
0424 , 15
0
2579 , 21
0424 , 15
Jumlah 437,9467 36,3003
Dengan melihat hasil tabel di atas, dapat di ambil kesimpulan bahwa profil
IWF 600x300 tidak dapat menahan tegangan normal akibat puntir murni dengan
tegangan akibat lentur vertikal karena lebih besar dari tegangan dasar yaitu
1600kg/cm2. Untuk mencegah hal tersebut profil diperbesar dengan menambahkan
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
b
tf
tw
h
b
pt
pVI.2.
1. Penambahan pelat
Dimensi profil dengan penambahan pelat pada sayap cm
cm 26
0 ,
1 ×
φ
• q pelat =bs 2
(
1,0×26×0,785)
bs
q pelat = 40,82 kg /cm
• I pelat = x
(
)
3 + + 2
0 , 1 30 . 26 . 0 , 1 0 , 1 . 26 . 12
1 2
x
I pelat = 49976,333 cm 4
x
I total = 118000cm +49976,333 4 cm 4
x
I total = 167976,333cm 4
• W total = x
total x
h total I
×
2 1
x
W total =
cm cm
4 , 30
333 ,
167976 4
x
W total = 5525,537cm 3
• Menghitung reaksi di perletakan A
(
q q pelat)
L PR bs bs
total
A = + × + ×
2 1 2
)( )
7,5 544 , 61 151 ( 2 1 2 12000+ × + =
A
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
kg RA =6797,04
2. Pemeriksaan terhadap momen lentur setelah penambahan pelat
L L q L R M bs A
maks 0,5
2 5 , 0 2 − × =
(
)
0,5 152 5 , 7 82 , 40 151 2 15 9688 ,
6763 × − + × ×
=
maks
M
kgm Mmaks =45335
total W M x maks terjadi = σ 537 , 5525 10
45335× 2
= terjadi σ 2 / 463 ,
820 kg cm
terjadi = σ 2 / 463 ,
820 kg cm
terjadi =
σ <1600 2
/ cm
kg ….oke
3. Pemeriksaan lendutan
EI L q EI PL Y total maks 4 3 384 5 48 1 + =
(
)
333 , 167976 10 . 1 , 2 1500 82 , 40 51 , 1 384 5 333 , 167976 10 . 1 , 2 1500 . 12000 48 1 6 4 6 3 × + + × = maks Y 582 , 1 392 , 2 + = maks Y cm Ymaks =3,974L Ymaks
250 1
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
1500 250
1 × =
maks
Y
cm Ymaks =6
cm
Ymaks =6 > Ymaks =1,28006cm….oke
4. Pemeriksaan terhadap gaya lintang
L q P
Dmaks bs
2 1 + =
15 ) 82 , 40 151 ( 2 1
12000+ × + × =
maks
D
kg Dmaks =13438,65
badan F
D
bruto maks maks
2 3
= τ
w bruto
t h badan
F =
6667 , 50 12 608
= = badan Fbruto
6667 , 50
65 , 13438 2 3
=
maks
τ
ijin
maks kg cm σ
τ = 2 ≤
/ 854 , 397
2 2
/ 928
/ 1600 . 58 , 0
cm kg
cm kg
maks maks
≤ ≤ τ τ
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
5. Kontrol kekuatan sambungan las
Tebal pelat pada sayap, tp= 10 mm = 1 cm.
Tebal las maksimum, a = 2
2 1
×
×tp = 1 2 0,707
2 1
= ×
× cm ≈0,7 cm
M = P.e = 10000 x 10 = 100000 kgcm
D = P = 10000 kg
Tinggi netto las, h = 26 cm n
Momen tahanan las, W = 2 0,7 262 6
1
× ×
× = 157,733 cm3
Luas las yang ada, A = 2×0,7×26 = 36,4 cm2
Luas las sudut akan memikul tegangan geser arah sumbu –X dan sumbu –Y
W M
x =
τ =
733 , 157
100000
= 633,982 kg/cm2 dan
A D
y =
τ = 4 , 36 10000
= 274,725 kg/cm2
[
2 2]
y x
ideal τ τ
τ = +
2 2
725 , 274 982
,
633 +
=
ideal
τ
662 , 680
=
ideal
τ kg/cm2 < 928 kg/cm2 ……..oke
Dengan penambahan pelat pada sayap profil maka diperhitungkan kembali
profil yang baru tersebut mampu menahan tegangan normal akibat puntir murni
dengan tegangan akibat lentur vertikal
Dari persamaan (II.13), konstanta torsi ( J ) pada profil I adalah : Konstanta puntir
J =
3 1
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
( )
3 32 , 1 ) 0 , 3 . 2 8 , 60 ( 3 1 0 , 3 . 30 . 3 2 − + =
J =571,5648cm4
r f
f
w I h I b t
C 2 3
12 1 . . 2 1 = → = Konstanta pelengkungan 0 , 3 . 30 . 12 1 3 = f
I = 6750 cm4
2 8 , 60 . 6750 . 2 1 = w C 12476160 = w
C cm6
Cara Analitis
A. Perletakan sendi-sendi
1) Tegangan Normal dan Geser Maksimum
Momen torsi yang terjadi :
100000 10
10000
. = × =
=Pe
Mt kgcm
w EC J G. 2 = λ
(
)
(
)
(
2,1 10)
(
12476160)
5648 , 571 10 81 , 0 6 6 2 ×× = λ 5 2 10 767 ,
1 × −
=
λ 3
10 203 ,
4 × −
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
2) Tegangan Geser Akibat Puntir Murni
Dari persamaan (II.12) akan diperoleh :
s
τ = Gt
dz dφ − = 2 / 1 2 . L Cosh Z Cosh GJ t M dz d t λλ φ Maka, − = 2 / 1
2 Cosh L
Z Cosh J t Mt s λλ τ
Tegangan geser akibat Puntir Murni menjadi maksimum untuk Z = 0 dan minimum
pada Z =
2 L . • Flens 0 , 3 = f t cm − = 2 3055 , 6 1 1 1296 , 1143 0 , 3 . 100000 Cosh s τ 0515 , 240 = s
τ kg/cm2
• Badan 2 , 1 = b
t cm
Agustina Siahaan : Gelagar IWF Diperkuat Untuk Mengatasi Perilaku Puntir, 2009. USU Repository © 2009
975 , 104
=
s
τ kg/cm2
3) Tegangan Geser dan Normal akibat Puntir Pelengkungan
• Tegangan Normal Maksimum
Dari persamaan (III.20) diperoleh :
f bw = 4 Ebh 2 2 dz d φ
→ terjadi pada flens
= = 2 2 " 2 2 L Cosh Z Sinh GJ M dz d z λ λ λ φ φ
f bw =
2 8 . . . . L Cosh Z Sinh GJ M h b E t λ λ λ
f bw akan maksimum pada Z =
2
L
Maka:
fbw =
(
)
(
)
× × × × ×× × × × × × − − 15275 , 3 750 10 203 , 4 5648 , 571 10 81 , 0 8 10 203 , 4 100000 8 , 60 30 10 1 , 2 3 6 3 6 Cosh Sinh
fbw = 433,0887 kg/cm2
• Tegangan Geser pada flens
w
τ = E 3